BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET Latar Belakang Terbentuknya Kabupaten Simalungun. dengan Bupati yang pertama yaitu Madja Purba.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET Latar Belakang Terbentuknya Kabupaten Simalungun. dengan Bupati yang pertama yaitu Madja Purba."

Transkripsi

1 BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Sejarah Singka Kabupaen Simalungun Laar Belakang Terbenuknya Kabupaen Simalungun Pada ahun 1999, Pemerinah Republik Indonesia meneapkan Undang-undang No.70 Tahun 1999 yaiu Undang-Undang enang Pemindahan Ibukoa Daerah Kabupaen Simalungun dari wilayah koa Pemaang Sianar ke Kecamaan Raya dan menjadi daerah oonom yang berhak mengaur rumah angganya sendiri dengan Bupai yang perama yaiu Madja Purba. Kabupaen Simalungun memiliki wilayah adminisrasi yang erdiri dari 31 kecamaan, yakni: 1. Kec. Silimakua dengan 6 desa; 2. Kec. Pamaang Silimahua dengan 10 desa; 3. Kec. Purba dengan 13 desa; 4. Kec. Haranggaol Horison dengan 4 desa; 5. Kec. Dolok Pardamean dengan 16 desa; 6. Kec. Sidamanik dengan 14 desa; 7. Kec. Pamaang Sidamanik dengan 9 desa; 8. Kec. Girsang Sipangan Bolon dengan 3 desa; 9. Kec. Tanah Jawa dengan 19 desa; 10. Kec. Haonduhan dengan 9 desa; Universias Sumaera Uara

2 11. Kec. Dolok Panribuan dengan 15 desa; 12. Kec. Jorlang Haaran dengan 12 desa; 13. Kec. Panei dengan 16 desa; 14. Kec. Panombeian Panei dengan 11 desa; 15. Kec. Raya dengan 17 desa; 16. Kec. Dolok Silou dengan 14 desa; 17. Kec. Silou Kahean dengan 16 desa; 18. Kec. Raya Kahean dengan 13 desa; 19. Kec. Tapian Dolok dengan 10 desa; 20. Kec. Dolok Bau Nanggar dengan 14 desa; Kec. Sianar dengan 17 desa; 21. Kec. Gunung Malela dengan 16 desa; 22. Kec. Gunung Maligas dengan 9 desa; 23. Kec. Huabayu Raja dengan 15 desa; 24. Kec. Jawa Maraja Bah Jambi dengan 8 desa; 25. Kec. Pamaang Bandar dengan 11 desa; 26. Kec. Bandar Huluan dengan 10 desa; 27. Kec. Bandar dengan 14 desa; 28. Kec. Bandar Masilam dengan 10 desa; Universias Sumaera Uara

3 29. Kec. Bosar Maligas dengan 16 desa; 30. Kec. Ujung Padang dengan 19 desa; Universias Sumaera Uara

4 3.1.2 Lokasi dan Keadaan Geografis Kabupaen Simalungun berada di bagian selaan wilayah Kabupaen Toba Samosir. Wilayah kabupaen ini berada pada keinggian m di aas permukaan lau, dengan opografi daar hingga pegunungan. Secara geografis Kabupaen Simalungun erleak anara hingga LU dan hingga BT. Baas-baas wilayah Kabupaen Simalungun sebagai beriku: Sebelah uara : Kabupaen Serdang Bedagai. Sebelah selaan : Kabupaen Toba Samosir. Sebelah imur Sebelah bara : Kabupaen Karo. : Kabupaen Baubara dan Kabupaen Asahan. Beragam benang alam erdapa di Kabupaen Simalungun. 75% lahannya berada pada kemiringan 0-15% sehingga Kabupaen Simalungun merupakan Kabupaen erluas keiga seelah Kabupaen Madina dan Kabupaen Langka di Sumaera Uara dan memiliki leak yang cukup sraegis sera berada di kawasan wisaa Danau Toba-Parapa Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk ahun 2015, jumlah penduduk di Kabupaen Simalungun ercaa jiwa. Jumlah penduduk ersebu erdiri aas laki-laki dan perempuan. Dari seluruh kecamaan yang ada, Kecamaan Tanah Jawa memiliki jumlah penduduk erbanyak, yaiu jiwa. Semenara iu, Kecamaan Haranggaol Horison memiliki jumlah penduduk erendah di Universias Sumaera Uara

5 Kabupaen Simalungun, yaiu jiwa. Dengan luas wilaah 4.372,50, raa-raa kepadaan penduduk di kabupaen ini berada pada kisaran 194,26 jiwa per Sumber Daya Alam (Perkebunan) Kabupaen Simalungun memiliki beragam poensi alam yang sanga poensial unuk dikembangkan. Poensi ersebu melipui sekor peranian, perkebunan, peernakan, perikanan, kehuanan, hingga perambangan. Topografi wilayah Kabupaen Simalungun yang erleak di daaran inggi dan bergunung-gunung sanga poensial unuk pengembangan sekor perkebunan. Jenis anaman perkebunan yang dikembangkan di wilayah Kabupaen Simalungun ialah kare, sawi, kopi robusa, kopi arabika, kelapa, kakao, cengkih, kuli manis, aren, kemiri, dan jarak pagar. Sebagian besar perkebunan yang ada di kabupaen ini ialah perkebunan rakya. Bahkan, berdasarkan Kabupaen Simalungun dalam Angka 2016, erdapa ,44 ha perkebunan yang dikembangkan oleh peani seempa. Angka ersebu erdiri aas ,93 ha perkebunan kelapa sawi, dan ,51 ha perkebunan kare. Berdasarkan kuanias produksi, komodias unggulan perkebunan di Kabupaen Simalungun ialah kare. Dari 31 kecamaan yang ada, Kecamaan Raya Kahean memiliki luas dan produksi kare eringgi di Kabupaen Simalungun, yaiu 8.878,98 ha dengan produksi 8.071,15 on. Semenara iu, Kecamaan Huabayu Raja memiliki luas lahan dan produksi erendah di Kabupaen Simalungun yaiu 3,50 ha dengan produksi 2,59 on. Universias Sumaera Uara

6 3.2 Sejarah Singka BPS (Badan Pusa Saisik) Masa Pemerinahan Hindia Belanda 1. Pada bulan Februari 1920, Kanor Saisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan dan Perdagangan (Direcure Vand Landbow Nijeverheiden Handed) dan Berkedudukan di Bogor. Kanor ini diserahi ugas unuk mengolah dan mempublikasikan daa saisik. 2. Pada bulan Mare 1923, dibenuk suau komisi unuk saisik yang anggoanya merupakan wakil dari iap-iap deparemen. Komisi ersebu diberi ugas unuk merencanakan indakan-indakan yang mengarah sejauh mungkin unuk mencapai kesauan dalam kegiaan di bidang saisik di Indonesia. 3. Pada anggal 24 Sepember 1924, nama lembaga ersebu digani dengan nama Cenral Kanor Voor de Saisik (CKS) aau kanor saisik dan di pindahkan ke Jakara. Bersama dengan iu beralih pula pekerjaan mekanisme Saisik Perdagangan yang semula dilakukan oleh kanor Invoer Vivoer en Accijnsen (IUA) yang sekarang disebu kanor Bea dan Cukai Masa Pemerinahan Jepang 1. Pada bulan Juni 1944, pemerinah Jepang baru mengakifkan kembali kegiaan Saisik yang uamanya diarahkan unuk memenuhi kebuuhan perang aau milier. Universias Sumaera Uara

7 2. Pada masa ini Cenral Kanor Voor de Saisik (CKS) digani namanya menjadi Shomubu Chosasisu Gunseikanbu Masa Kemerdekaan Republik Indonesia 1. Seelah Proklamasi kemerdekaan RI anggal 17 Agusus 1945, kegiaan Saisik diangani oleh lembaga aau insansi baru sesuai dengan suasana kemerdekaan yaiu KAPPURI (Kanor Penyelidik Perangkaan Umum Republik Indonesia) dipindahkan ke Yogyakara sebagai sekuens dari perjanjian Linggarjai. Semenara iu pemerinah Belanda (NICA) di Jakara mengakifkan kembali Cenral Kanor Voor de Saisik (CKS). 2. Berdasarkan sura edaran kemenrian kemakmuran anggal 12 Juni 1950 Nomor 219/S.C, KAPURRI (Kanor Penyelidik Perangkaan Umum Republik Indonesia) dan Cenral Voor de Saisik (CKS) dilebur menjadi Kanor Pusa Saisik (KPS) dan berada dibawah dan beranggung jawab meneri Kemakmuran. 3. Dengan sura Meneri Perekonomian anggal 1 Mare 1952 Nomor p/44, Lembaga Kanor Pusa Saisik (KPS) berada dibawah dan beranggungjawab kepada meneri Perekonomian. Selanjunya kepuusan Meneri Perekonomian anggal 24 Desember 1953 Nomor:18.099/M, KPS dibagi menjadi dua bagian yaiu bagian Research yang disebu Afdeling A dan bagian penyelenggaraan aa usaha yang disebu Afdeling B. 4. Dengan kepuusan Presiden RI Nomor 131 ahun 1957, kemenrian Perekonomian dipecah menjadi kemenrian Perdagangan dan kemenrian Universias Sumaera Uara

8 Perindusrian. Unuk selanjunya kepuusan Presiden RI Nomor 172, erhiung anggal 1 Juni 1957 Kanor Pusa Saisik (KPS) diubah menjadi Biro Pusa Saisik yang semula menjadi anggung jawab dan wewenang berada dibawah perdanana menri Masa Orde Baru Sampai Sekarang 1. Dalam rangka perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka unuk mendapakan saisik yang handal, lengkap, epa, akura dan erpercaya mulai diadakan pembenahan pada organisasi Badan Pusa Saisik. 2. Dalam masa orde baru ini Badan Pusa Saisik elah mengalami empa kali perubahan srukur organisasi: 1) Perauran Pemerinah Nomor 16 ahun 1968 enang organisasi Badan Pusa Saisik. 2) Perauran Pemerinah Nomor 6 ahun 1980 enang organisasi Badan Pusa Saisik. 3) Perauran Pemerinah Nomor 2 ahun 1992 enang organisasi Badan Pusa Saisik dan Kepuusan Presidan Nomor 6 ahun 1992 enang kedudukan, fungsi, susunan dan aa Kerja Biro Pusa Saisik. 4) Undang-undang Nomor 16 ahun 1917 enang Saisik. 5) Kepuusan Presiden RI Nomor 86 ahun 1998 enang Badan Pusa Saisik. 6) Kepuusan Pemerinah Nomor 51 ahun 1999 enang Penyelenggaraan Saisik. Universias Sumaera Uara

9 3. Tahun 1968, dieapkan perauran Pemerinah Nomor 16 ahun 1968 yaiu yang mengaur organisasi dan aa kerja di pusa dan di daerah. Tahun 1980 perauran pemerinah nomor 6 ahun 1980 enang organisasi sebagai penggani perauran pemerinah Nomor 16 ahun Berdasarkan perauran Pemerinah Nomor 6 ahun 1980 di iap Provinsi erdapa perwakilan BPS. 4. Pada anggal 17 Juni 1998 dengan kepuusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 ahun1998 dieapkan Badan Pusa Saisik, sekaligus mengaur aa kerja dan srukur organisasi BPS yang baru Visi dan Misi BPS (Badan Pusa Saisik) Provinsi Sumaera Uara 1. Visi BPS (Badan Pusa Saisik) Badan Pusa Saisik mempunyai visi menjadikan informasi saisik sebagai ulang punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung Sumber Daya Manusia yang berkualias, ilmu pengeahuan dan eknologi informasi yang muakhir. 2. Misi BPS (Badan Pusa Saisik) Dalam menunjuk pembangunan nasional Badan Pusa Saisik mengemban misi mengarahkan pembangunan saisik pada penyediaan daa saisik yang bermuu, handal, efekif dan efisien, peningkaan kesadaran masyaraka akan ari dan kegunaan saisik sera pengembanan ilmu pengeahuan saisik. Universias Sumaera Uara

10 3.2.6 Srukur Organisasi Badan Pusa Saisik Provinsi Sumaera Uara Seiap perusahaan baik perusahaan pemerinah maupun swasa mempunyai srukur organisasi, karena perusahaan juga merupakan organisasi. Dimana organisasi adalah suau sisem dari akivias kerjasama yang erorganisir, yang dilaksanakan oleh sejumlah orang unuk mencapai ujuan bersama. Dalam srukur organisasi dieapkan ugas-ugas, wewenang dan anggung jawab seiap orang dalam mencapai ujuan yang elah dieapkan sera bagaimana hubungannya yang sau dengan yang lain. Dengan adanya srukur organisasi perusahaan yang baik, maka dapa dikeahui pembagian ugas anara para pegawai dalam rangka pencapaian ujuan. Adapun srukur organisasi yang dipakai oleh Badan Pusa Saisik Provinsi Sumaera Uara adalah srukur organisasi berbenuk Lini dan saff. 1. Bagian Taa Usaha/Kepegawaian 2. Bidang Saisik Produksi 3. Bidang Saisik Disribusi 4. Bidang Saisik Kependudukan 5. Bidang Pengolahan, Penyajian dan Pelayanan Saisik 6. Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Saisik Dalam menjalankan suau organisasi maka diperlukan personal-personal jabaan erenu dalam organisasi ersebu di mana masing-masing diberi ugas dan fungsi job descripion aau pembagian kerja. Kepala kanor dibanu bagian aa usaha yang erdiri dari : 1. Sub Bagian Urusan Dalam 2. Sub Bagian Perlengkapan Universias Sumaera Uara

11 3. Sub Bagian Keuangan 4. Sub Bagian Kepegawaian 5. Sub Bagian Bina Program Sedangkan bidang penunjang saisik ada 5 bidang, yaiu: 1. Bidang Saisik Produksi Bidang Saisik Produksi mempunyai ugas unuk melaksanakan kegiaan saisik peranian, indusri sera saisik konsruksi perambangan dan energi. 2. Bidang Saisik Disribusi Bidang Saisik Disribusi mempunyai ugas unuk melaksanakan kegiaan saisik konsumen dan perdagangan besar, saisik keuangan dan harga produsen sera Saisik Kesejaheraan. 3. Bidang Saisik Sosial Bidang Saisik Kependudukan mempunyai ugas unuk melaksanakan kegiaan,saisik demografi dan rumah angga, saisik keenaga kerjaan dan saisik. 4. Bidang Inegrasi Pengolahan dan Disribusi Sosial Bidang Saisik Pengolahan Daa mempunyai ugas yaiu melaksanakan kegiaan dan penyiapan daa, penyusunan sisem dan program sera operasional pengolahan daa dengan kompuer. 5. Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Saisik Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Saisik mempunyai ugas yaiu melaksanakan kegiaan penyusunan neraca produksi, neraca konsumen dan akumulasi penyajian analisis sera kegiaan penerapan saisik. Universias Sumaera Uara

12 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI Universias Sumaera Uara

13 BAB 4 PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Daa Daa yang akan diolah adalah daa produksi kare rakya. Pengambilan daa dilakukan di Badan Pusa Saisik Provinsi (BPS) Sumaera Uara di Jln. Asrama No. 179 Medan, daa yang diambil adalah jumlah produksi kare rakya ahun Tabel 4.1 Daa Jumlah Produksi Kare Rakya di Kabupaen Simalungun Tahun Tahun Periode Produksi Kare (Ton) Sumber: Badan Pusa Saisik (BPS) Provinsi Sumaera Uara Universias Sumaera Uara

14 Penyajian Daa Dalam Benuk Grafik Produksi Kare Jumlah Produksi Kare Tahun Tahun Gambar 4.1 Grafik Produksi Kare di Kabupaen Simalungun Tahun Meode Smoohing Eksponensial Linier Sau Parameer dari Brown Adapun peramalan produksi kare ersebu adalah sebagai beriku: Tahun ke-1 (2005): a. S = dienukan produksi kare ahun perama (2005), yaiu sebesar b. S = dienukan produksi kare ahun perama (2005), yaiu , karena unuk daa -1, belum diperoleh c. a, d. b = belum dienukan = belum dienukan e. F m = peramalan ahun kedua (F2) dienukan sebesar produksi ahun perama yaiu sebesar Universias Sumaera Uara

15 28 Tahun ke 2(2006) = a. S = + = 0,1(10.911)+(1-0,1)(10.832) = 0,1(10.911)+(0,9)(10.832) = ,9 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.839,9)+(0,9)(10.832) = ,79 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.839,9)-(10.832,79) = ,01 d. b = ( S S ) 1 = (10.839, ,79) = 0,79 e. Forecas ahun ke 3 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,01+ 0,79 = ,8 Universias Sumaera Uara

16 29 Tahun ke 3(2007) = a. S = + = 0,1(10.982)+(1-0,1)(10.839,9) = 0,1(10.982)+(0,9)(10.839,9) = ,11 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.854,11)+(0,9)(10.832,79) = ,92 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.854,11)-(10.834,92) = ,3 d. b = ( S S ) 1 = (10.854, ,92) = 2,132 e. Forecas ahun ke 4 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,3+ 2,132 = ,43 Universias Sumaera Uara

17 30 Tahun ke 4 (2008) = a. S = + = 0,1(11.027)+(1-0,1)(10.854,11) = 0,1(11.027)+(0,9)(10.854,11) = ,4 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.871,4)+(0,9)(10.834,92) = ,57 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.871,4)-(10.838,57) = ,23 d. b = ( S S ) 1 = (10.871, ,57) = 3,6477 e. Forecas ahun ke 5 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,23+ 3,6477 = ,88 Universias Sumaera Uara

18 31 Tahun ke 5 (2009) = a. S = + = 0,1(11.010)+(1-0,1)(10.871,4) = 0,1(11.010)+(0,9)(10.871,4) = ,26 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.885,26)+(0,9)(10.838,57) = ,24 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.885,26)-(10.843,24) = ,28 d. b = ( S S ) 1 = (10.885, ,24) = 4,669 e. Forecas ahun ke 6 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,28+ 4,669 = ,95 Universias Sumaera Uara

19 32 Tahun ke 6 (2010) = a. S = + = 0,1(11.073)+(1-0,1)(10.885,26) = 0,1(11.073)+(0,9)(10.885,26) = ,03 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.904,03)+(0,9)(10.843,24) = ,32 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.904,03)-(10.849,32) = ,75 d. b = ( S S ) 1 = (10.904, ,32) = 6,079 e. Forecas ahun ke 7 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,75+ 6,079 = ,83 Universias Sumaera Uara

20 33 Tahun ke 7 (2011) = a. S = + = 0,1(11.263)+(1-0,1)(10.904,03) = 0,1(11.263)+(0,9)(10.904,03) = ,93 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.939,93)+(0,9)(10.849,32) = ,38 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.939,93)-(10.858,38) = ,48 d. b = ( S S ) 1 = (10.939, ,38) = 9,061 e. Forecas ahun ke 8 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,48+ 9,061 = ,54 Universias Sumaera Uara

21 34 Tahun ke 8 (2012) = a. S = + = 0,1(11.434)+(1-0,1)(10.939,93) = 0,1(11.434)+(0,9)(10.939,93) = ,34 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(10.989,34)+(0,9)(10.858,38) = ,48 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(10.989,34)-(10.871,48) = ,2 d. b = ( S S ) 1 = (10.989, ,48) = 13,096 e. Forecas ahun ke 9 dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,2 + 13,096 = ,29 Universias Sumaera Uara

22 35 Tahun ke 9 (2013) = a. S = + = 0,1(11.619)+(1-0,1)(10.989,34) = 0,1(11.619)+(0,9)(10.989,34) = ,3 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(11.052,3)+(0,9)(10.871,48) = ,56 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(11.052,3)-(10.889,56) = ,05 d. b = ( S S ) 1 = (11.052, ,56) = 18,083 e. Forecas ahun ke 10dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,05+ 18,083 = ,13 Universias Sumaera Uara

23 36 Tahun ke 10 (2014) = a. S = + = 0,1(12.155)+(1-0,1)(11.052,3) = 0,1(12.155)+(0,9)(11.052,3) = ,57 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(11.162,57)+(0,9)(10.889,56) = ,86 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(11.162,57)-(10.916,86) = ,29 d. b = ( S S ) 1 = (11.162, ,86) = 27,302 e. Forecas ahun ke 10dengan m=1 F m = a b (m) = + = ,29+ 27,302 = ,59 Universias Sumaera Uara

24 37 Tahun ke 11 (2015) = a. S = + = 0,1(12.133)+(1-0,1)(11.162,57) = 0,1(12.155)+(0,9)(11.162,57) = ,62 b. S = S (1 ) S 1 = 0,1(11.259,62)+(0,9)(10.916,86) = ,13 c. a = S ( S S ) 2 S S = 2(11.259,62)-(10.951,13) = ,1 d. b = ( S S ) 1 = (11.259, ,13) = 34,276 Universias Sumaera Uara

25 38 Perhiungan forecas unuk pemulusan eksponensial ganda α=0,1 dibua dalam benuk abel dibawah. Tabel 4.2 Forecas Unuk Pemulusan Eksponensial Ganda (α=0,1) Tahun Periode Jumlah S' S'' a b F+m , , ,01 0, , , ,30 2, , , , ,23 3, , , , ,28 4, , , , ,75 6, , , , ,48 9, , , , ,2 13, , , , ,05 18, , , , ,29 27, , , , ,1 34, , Forecas unuk pemulusan eksponensial ganda=0, Produksi Kare F+m Jumlah Periode Tahun Gambar 4.2 Grafik Forecas unuk pemulusan eksponensian ganda α=0,1 Universias Sumaera Uara

26 39 Dari abel diaas dapa dicari nilai kesalahan ramalan dengan menggunakan MSE dengan formula sebagai beriku: MSE N i 1 e N 2 Dimana unuk mendapakan nilai harus erlebih dahulu memperoleh nilai, ini diperoleh dengan rumus sebagai beriku: = e unuk periode ke-3(ahun 2007) = = ,8 = 134 e unuk periode ke-4(ahun 2008) = = ,43 = 152 e unuk periode ke 5(ahun 2009) = = ,88 = 102 Universias Sumaera Uara

27 40 e unuk periode ke 6 (ahun 2010) = = ,95 = 141 e unuk periode ke 7 (ahun 2011) = = ,83 = 298 e unuk periode ke 8 (ahun 2012) = = ,54 = 403 e unuk periode ke 9 (ahun 2013) = = ,29 = 499 e unuk periode ke 10 (ahun 2014) = Universias Sumaera Uara

28 41 = ,13 = 922 e unuk periode ke 11 (ahun 2015) = = ,59 = 697 Hasil forecas dan mean square error dengan α=0,1 dibua dalam benuk abel di bawah Tabel 4.3 forecas dan Mean Square Error dengan (α=0,1) Tahun Jumlah F+m e e² , , , , , , , , , Jumlah Universias Sumaera Uara

29 Jumlah Forecas dan Mean Square Error dengan α=0, Tahun e² e F+m Jumlah Gambar 4.3 Grafik forecas dan mean square error dengan α=0,1 Dengan menggunakan perhiungan yang sama maka dapa dienukan nilai smoohing eksponensial Tunggal, Ganda dan ramalan yang akan daang unuk α= 0,2 sampai dengan α=0,9 Nilai perhiungannya dapa diliha pada abel 4.4 sampai dengan 4.12 di halaman berikunya. Universias Sumaera Uara

30 Pengolahan Daa Tabel 4.4 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,1 Tahun Periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,01 0, , , ,3 2, , , , ,23 3, , , , ,28 4, , , , ,75 6, , , , ,48 9, , , , ,2 13, , , , ,05 18, , , , ,29 27, , , , ,1 34, , Jumlah Unuk α=0,1 maka: Universias Sumaera Uara

31 44 Tabel 4.5 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,2 Tahun Periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,44 3, , , ,22 7, , , , ,76 12, , , , ,59 14, , , , ,18 17, , , , ,15 26, , , , ,44 37, , , , ,13 50, , , , ,85 78, , , , ,87 92, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,2 maka: Universias Sumaera Uara

32 45 Tabel 4.6 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,3 Tahun Periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,29 7, , , ,73 16, , , , ,32 23, , , , ,87 23, , , , ,97 26, , , , ,70 43, , , , ,61 62, , , , ,96 83, , , , ,28 134, , , , ,91 144, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,3 maka: Universias Sumaera Uara

33 46 Tabel 4.7 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,4 Tahun Periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,56 12, , , ,75 26, , , , ,1 34, , , , ,09 29, , , , ,15 32, , , , ,51 59, , , , ,28 86, , , , ,31 112, , , , ,63 189, , , , ,61 183, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,4 maka: Universias Sumaera Uara

34 47 Tabel 4.8 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,5 Tahun periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,25 19, , , ,25 37, , , ,69 43, , , , ,63 30, , , , ,2 34, , , , ,05 74, , , , , , , , ,48 136, , , , ,24 243, , , , ,61 203, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,5 maka: Universias Sumaera Uara

35 48 Tabel 4.9 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,6 Tahun periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,36 28, , , ,17 48, , , , ,12 50, , , , ,63 26, , , , ,84 35, , , , ,65 92, , , , ,43 130, , , , ,56 155, , , , ,34 296, , , , ,98 204, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unukα=0,6 maka: Universias Sumaera Uara

36 49 Tabel 4.10 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,7 Tahun Periode Produksi S' S'' a b F+m e e² , , ,89 38, , , ,45 58, , , , ,85 53, , , , ,41 18, , , , ,57 37, , , , ,93 113, , , , ,58 148, , , , ,15 169, , , , ,68 351, , , , ,57 184, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,7 maka: Universias Sumaera Uara

37 50 Tabel 4.11 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,8 Tahun periode Jumlah S' S'' a b F+m e e² , , ,84 50, , , ,06 65, , , , ,79 53, , , , ,83 7, , , , ,90 41, , , , ,97 137, , , , ,43 162, , , , ,05 178, , , , ,64 407, , , , ,62 141, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,8 maka: Universias Sumaera Uara

38 51 Tabel 4.12 Peramalan Produksi kare dengan Pemulusan Eksponensial Ganda Linier dari Brown dengan α= 0,9 Tahun Periode Jumlah S' S'' a b F+m e e² , , ,21 63, , , ,92 70, , , , ,25 49, , , , ,67-4, , , , ,33 49, , , , ,59 163, , , , ,91 170, , , , ,86 182, , , , ,46 468, , , , ,87 74, , Jumlah Sumber: Hasil perhiungan Unuk α=0,9 maka: Universias Sumaera Uara

39 52 Kemudian dari nilai nilai MSE yang elah diperoleh dapa diliha nilai α yang memberikan nilai MSE yang paling kecil. Perbandingan ukuran keepaan meode peramalan produksi kare di Kabupaen Simalungun dengan meliha MSE adalah sebagai beriku: Tabel 4.13 Perbandingan Ukuran Keepaan Meode Peramalan α MSE 0, , , , , , , , , Sumber:Hasil Perhiungan Dengan perkaaan lain meode peramalan yang baik adalah meode yang menghasilkan penyimpangan anara hasil ramalan dan nilai kenyaaan sekecil mungkin. Dari Tabel 4.13 diaas, dapa diliha bahwa MSE yang paling kecil erdapa pada α= 0,6 yaiu dengan MSE= Penenuan Benuk Persamaan Peramalan Melalui cara rial and error dengan 0<α<1, elah diperoleh Hasil Perhiungan peramalan pemulusan eksponensial linier sau parameer dari Brown dengan α=0,6, sehingga dapa dienukan benuk persamaan peramalan unuk periodeperiode berikunya. Berdasarkan Hasil Perhiungan pada α=0,6, dapa diperoleh persamaan peramalan unuk periode berikunya yaiu: Universias Sumaera Uara

40 , (m) 4.6 Peramalan Jumlah Produksi Kare Rakya unuk Tahun Seelah diperoleh persamaan peramalan nilai produksi kare, maka dapa dihiung nilai produksi kare unuk dua periode berikunya, yaiu unuk ahun 2016 sampai Perhiungannya adalah: a. Ramalan unuk ahun 2016 dari ahun 2015 dengan α=0,6 F +m = , (m) F = , (1) F 2016 = ,5662 b. Ramalan unuk ahun 2017 dari ahun 2015 dengan α= 0,6 F +m = , (m) F = , (2) F 2017 =12.583,1524 c. Ramalan unuk ahun 2018 dari ahun 2015 dengan α= 0,6 F +m = , (m) F = , (3) F 2018 =12.787,7386 Universias Sumaera Uara

41 54 Tabel 4.14 Peramalan Produksi Kare di Kabupaen Simalungun Unuk Tahun 2016 Sampai 2018 Tahun Periode Peramalan (dalam Ton) , , ,7386 Sumber: hasil perhiungan Dari hasil peramalan dapa diliha grafik Produksi kare di Kabupaen Simalungun dari ahun sebagai beriku: Produksi Kare Hasil Produksi Kare di Kabupaen Simalungun Tahun Tahun Gambar 4.4 Grafik Produksi Kare di Kab. Simalungun ahun Universias Sumaera Uara

42 BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM 5.1 Pengerian Implemenasi Sisem Implemenasi sisem adalah prosedur yang dilakukan unuk menyelesaikan desain sisem yang ada dalam desain yang diseujui, menginsal, dan memulai sisem baru aau sisem yang akan diperbaiki. Tahapan implemenasi merupakan ahapan penerapan hasil desain erulis ke dalam progamming (coding). dalam pengolahan daa pada karya ulis ini penulis menggunakan sau perangka lunak sebagai implemenasi sisem yaiu Microsof Excel dalam menyelesaikan masalah unuk memperoleh hasil perhiungan. Dalam hal pengolahan daa, kompuer mempunyai kelebihan dari manusia yaiu kecepaan, keepaan, dan keandalan dalam memproses daa. Dengan adanya perangka lunak kompuer ersebu kia sanga erbanu karena memang ada kalanya daa yang sanga rumi dan banyak idak dapa dikerjakan secara manual aau dengan menggunakan enaga manusia yang enunya membuuhkan waku dan enaga yang sanga banyak unuk mengolah daa ersebu, disamping iu fakor kesalahan yang dilakukan manusia relaif besar. Selain iu, dengan adanya perangka lunak kompuer, diharapkan pekerjaan ersebu dapa dilakukan dengan cepa dan epa, dan dengan ingka kesalahan yang relaif kecil. Universias Sumaera Uara

43 Microsof Office Excel Microsof Office Excel merupakan program aplikasi lembar kerja elekronik (spread shee) dari program pake Microsof Office. Excel merupakan salah sau sofware pengolahan angka yang cukup banyak digunakan di dunia. Excel merupakan produk unggulan dari Microsof Corporaion yang banyak berperan dalam pengolahan informasi khususnya daa yang berbenu kangka, dihiung, diproyeksikan, dianalisis, dan dipresenasikan daa pada lembar kerja. Microsof elah mengeluarkan Excel dalam berbagai dari versi 4, versi 5, versi97, versi 200, versi 2002, versi 2003, versi 2007,versi 2010 dan 2013 Shee (Lembar Kerja) Excel erdiri dari 256 kolom dan baris. Seiap kolom diberi nama dengan huruf mulai dari A,B,C,...,Z kemudian dilanjukan AA,AB,AC,...,sampai kolom IV. Sedangkan kolom baris diandai dengan angka mulai dari 1, 2, 3,..., Langkah Langkah Memulai Pengolahan Daa dengan Microsof Office Excel 2013 Tahap perama yang harus dilakukan adalah mengakifkan windows dan pasikan Microsof Excel berada dalam jaringan Microsof Windows, kemudian ikui langkah- langkah beriku ini : 1. Dari Windows, klik sar pada askbar, lalu klik program maka iem menu program aplikasi yang elah diinsalasi akan ampil. 2. Klik Microsof Excel. Universias Sumaera Uara

44 63 Gambar 5.1 Cara membuka Microsof Office Excel 5.4 Lembar Kerja Microsof Excel Seelah pengakifan akan ampil lembar kerja Excel yang sudah siap unuk dipergunakan, lembar kerja Excel ersebu dapa diliha pada gambar dibawah ini: Gambar 5.2 Tampilan Microsof Office Excel Universias Sumaera Uara

45 64 Lembar kerja adalah kumpulan kolom dan baris, dimana kolom beruruan dari aas kebawah sedangkan baris beruruan dari kiri ke kanan yang erdiri aas 256 kolom dan baris pada seiap lembar kerja. Pada seiap kolom dan baris erdapa sel dan ini diidenifikasikan dengan alama yang merupakan kombinasi anara abjad unuk kolom dan angka unuk baris, disamping iu lembar kerja Excel erdapa banyak elemen yang memiliki fungsi ersendiri. 5.5 Pengisian Daa Pengisian daa kedalam lembar kerja Excel adalah sama dengan memasukkan aau pengeikan daa kedalamnya. Ada dua alernaif pengisian daa, yakni menggunakan keyboard compuer aau melalui sub menu yang erdapa pada menu Excel. Dalam pengisian daa kedalam lembar kerja dengan keyboard, diperlukan langkah-langkah sebagai beriku : 1. Leakkan poiner pada sel yang ingin diisi daa 2. Keik daa yang diinginkan 3. Tekan ener aau klik ombol kiri mouse pada sel lain unuk konfirmasi aau mengakhirinya, sedangkan alernaif kedua dalam mengisi daa adalah menggunakan submenu pada menu edi di Excel. Dengan alernaif ini, akan memiliki banyak pilihan yaiu : down, up, righ,l ef, dan series (auofill). Universias Sumaera Uara

46 Pembuaan grafik Grafik pada Excel dapa dibua menjadi sau dengan daa aau erpisah pada lembar grafik ersendiri, namun masih berada pada file yang sama. Unuk membua grafik pada Excel, bias menggunakan icon char wizard yang erdapa pada oolbar. Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah : 1. Soro sel aau range sel yang ingin dibua grafik. 2. Klik inser, lalu pilih aau kilk char, maka akan ampil koak dialog char ipe. Gambar 5.3 Tampilan Koak Dialog Char Tipe. 3. Klik ipe grafik yang diinginkan, dan klik nex maka koak dialog char source daa akan ampil. 4. Pada ampilan akan erliha range daa yang elah disoro dan klik radio buuon rows aau kolom yang diinginkan, klik nex maka akan ampil koak dialog char opions. 5. Pada char opion, keik judul grafik. Seelah iu klik nex, maka koak dialog char akan ampil. Universias Sumaera Uara

47 66 6. Anda dapa memilih empa unuk meleekkan grafik ini, kemudian klik finish. Maka grafik analisis daa akan diempakan dilembar kerja yang dipilih. Gambar 5.4 Tampilan Grafik Analisis Daa. Universias Sumaera Uara

48 67 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan daa pada Bab 4, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai beriku : 1. Benuk meode peramalan yang dipilih unuk meramalkan produksi kare rakya di Kabupaen Simalungun berdasarkan daa ahun 2005 sampai ahun 2015 adalah Meode Linier Sau Parameer Dari Brown berdasarkan krieria MSE erkecil dengan α = 0,6 yaiu dengan nilai Benuk persamaan produksi kare rakya di Kabupaen Simalungun berdasarkan daa ahun 2005 sampai dengan ahun 2015 unuk periode 3 ahun ke depan adalah F+m = , ,5862 (m). Di mana m adalah jumlah periode ke depan yang ingin diramalakan = 1,2,3,...,n 3. Nilai ramalan produksi kare rakya di Kabupaen Simalungun unuk ahun 2016 adalah sebesar ,5662 Ton, unuk ahun 2017 adalah sebesar ,1524 Ton, dan unuk ahun 2018 adalah sebesar ,7386 Ton. Berdasarkan jumlah hasil peramalan yang diperoleh dari hasil pengolahan daa, maka dapa disimpulkan bahwa jumlah produksi kare rakya di Kabupaen Simalungun erus meningka dari ahun ke ahun. Universias Sumaera Uara

49 Saran Adapun saran yang penulis ingin sampaikan adalah : 1. Dengan meningkanya jumlah produksi kare rakya di Kabupaen Simalungun maka Pemerinah Kabupaen Simalungun lebih meningkakan indusri pengolahan kare sera meningkakan pelayanan di bidang perkebunan. Dan Pemerinah Kabupaen Simalungun memberikan sikap dan respon yang lebih baik lagi kepada masyaraka pengelola perkebunan kare rakya di Kabupaen Simalungun. 2. Dalam meramalkan ingka produksi kare rakya di Kabupaen Simalungun, dapa menggunakan Meode Pemulusan (Smoohing) Eksponensial Ganda Linier Sau Parameer dari Brown. Akan sanga membanu jika mengolah daa dengan menggunakan ala banu kompuer, khususnya aplikasi Excel. Universias Sumaera Uara

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden

BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET. Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Directure Vand Landbow Nijeverheiden 17 BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET 3.1 Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 1920, Kanor Saisik perama kali didirikan oleh Direkur Peranian, Kerajinan dan Perdagangan (Direcure Vand Landbow

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 23 BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusa Saisik (BPS) 3.1.1 Masa Pemerinahan Hindia Belanda 1. Pada bulan Februari 1920 di kanor Saisik unuk perama kalinya didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PERAMALAN PENDAPATAN KECAMATAN BERASTAGI DARI SEKTOR PAJAK HOTEL UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR RILPI BISMA GINTING SUKA

PERAMALAN PENDAPATAN KECAMATAN BERASTAGI DARI SEKTOR PAJAK HOTEL UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR RILPI BISMA GINTING SUKA PERAMALAN PENDAPATAN KECAMATAN BERASTAGI DARI SEKTOR PAJAK HOTEL UNTUK TAHUN 2009 TUGAS AKHIR RILPI BISMA GINTING SUKA 062407095 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PROYEKSI TINGKAT PRODUKSI KETERSEDIAAN JAGUNG PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR ENDANG SUSANTI PURBA

PROYEKSI TINGKAT PRODUKSI KETERSEDIAAN JAGUNG PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR ENDANG SUSANTI PURBA PROYEKSI TINGKAT PRODUKSI KETERSEDIAAN JAGUNG PROPINSI SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Diajukan Unuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syara Mencapai Gelar Ahli Madya ENDANG SUSANTI PURBA 062407040 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

PERAMALAN TINGKAT KEBUTUHAN BERAS PADA TAHUN 2008 DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN SAMIRA SIREGAR

PERAMALAN TINGKAT KEBUTUHAN BERAS PADA TAHUN 2008 DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN SAMIRA SIREGAR PERAMALAN TINGKAT KEBUTUHAN BERAS PADA TAHUN 2008 DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN SAMIRA SIREGAR 052407082 PROGRAM STUDI D-3 STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 APLIKASI METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING BROWN DAN HOLT UNTUK MERAMALKAN TOTAL PENDAPATAN BEA DAN CUKAI

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn : Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PERAMALAN VOLUME PENGGUNAAN AIR BERSIH DENGAN METODE WINTERS EPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENENTUKAN VOLUME

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran

Proyeksi Penduduk Provinsi Riau Menggunakan Metode Campuran Saisika, Vol. 10 No. 2, 129 138 Nopember 2010 Proyeksi Penduduk Provinsi Riau 2010-2015 Menggunakan Meode Campuran Ari Budi Uomo, Yaya Karyana, Tei Sofia Yani Program Sudi Saisika, Universias Islam Bandung

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih.

Abstrak Hampir seluruh aktivitas manusia di berbagai belahan bumi sangat bergantung terhadap ketersediaan air bersih. 1 Peramalan Volume Produksi Air Bersih di PDAM Kabupaen Bojonegoro berdasarkan Jumlah Pelanggan dan Volume Konsumsi Air Fasha Aulia Pradhani dan Adaul Mukarromah Jurusan Saisika, FMIPA, ITS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Disini ujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuaan suau aplikasi program yang digunakan unuk membanu perusahaan dalam menenukan jumlah produksi demand. Disini ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES

IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES IDENTIFIKASI POLA DATA TIME SERIES Daa merupakan bagian pening dalam peramalan. Beriku adalah empa krieria yang dapa digunakan sebagai acuan agar daa dapa digunakan dalam peramalan.. Daa harus dapa dipercaya

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci