Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat"

Transkripsi

1 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i

2 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan II tahun 2013 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi kedua Provinsi masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,81% (yoy). Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,25% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 3,58% (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,81%. Sampai dengan periode triwulan II-2013, inflasi kota Jayapura 1 tercatat sebesar 6,07% (yoy) lebih tinggi dari 5,89% (yoy) pada triwulan I Secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 0.89% (qtq) atau sedikit lebih tinggi dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,84% (qtq). Pada triwulan II- 2013, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 tercatat sebesar 5,58% (yoy) dan sebesar 1,31% (qtq). Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan II-2013 cukup tinggi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,68% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sangat signifikan sebesar 31,10% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 59,73% (yoy) pada triwulan II-2013 dari 58,01% (yoy) pada triwulan I Pada triwulan II-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 8,18 trilliun dengan jumlah warkat sebesar Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 10,15 triliun berasal dari dana alokasi umum dan dana perimbangan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Papua. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,31 triliun dengan jumlah warkat sebesar warkat. Jika 1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

3 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 9,02%. Pada triwulan II-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapairp 1,24 triliun atau meningkat 5,21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 2,14 Triliun atau menurun sebesar -9,54% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 906 miliar. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, Agustus 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan Ttd. Hasiholan Siahaan Deputi Direktur KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

4 Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... TABEL INDIKATOR MONETER... RINGKASAN EKSEKUTIF... ii iv vi viii ix xii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua Sisi Permintaan Konsumsi Rumah Tangga Investasi Ekspor dan Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan... 9 II. Provinsi Papua Barat Sisi Permintaan Konsumsi Ekspor Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Lainnya BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA I. Provinsi Papua Kondisi Umum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan Di Kota Jayapura Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air dan Listrik Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan II. Provinsi Papua Barat Kondisi Umum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan Kelompok Bahan Makanan KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

5 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua II. Perbankan Provinsi Papua Perkembangan Umum Perkembangan Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Kredit Mikro, Kecil dan Menengah III. Perbankan Provinsi Papua Barat Perkembangan Umum Perkembangan Aset Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPL Kredit Mikro, Kecil dan Menengah BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH IV. Keuangan Daerah Provinsi Papua Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pengeluaran Pemerintah BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) III. Perkembangan Uang Kartal BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama III. Penduduk Pra Sejahtra/Miskin BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah II. Prospek Inflasi III. Prospek Perbankan IV. Rekomendasi Daftar Tabel KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v

6 Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral... 1 Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%)... 2 Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%)... 2 Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) (%)... 3 Tabel 5 Perkembangan Penjualan PT. Freeport... 6 Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua... 7 Tabel 7 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua... 7 Tabel 8 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua... 8 Tabel 9 Perkembangan Produksi Perikanan di Provinsi Papua... 8 Tabel 10 Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia... 8 Tabel 11 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Papua... 9 Tabel 12 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua... 9 Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Porvinsi Papua Barat Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Tabel 15 Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Paua Barat Tabel 16 Perkembangan Arus Penumpang Tabel 17 Perkembangan Nilai Tambah Nilai Tambah Bank Papua Barat Tabel 18 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Tabel 19 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volitile Food Tabel 20 Disagregasi Inflasi Tabel 21 Perkembangan Infasi Papua Barat Tabel 22.Perkembangan Inflasi Papua Barat Tabel 23 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua Tabel 24 Perkembangan NPL persektor Tabel 25 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Tabel 26 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua Tabel 27 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Tabel 28 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Tabel 29 Perkembangan Indikator Perbankan Tabel 30 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Tabel 31 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi

7 Tabel 32 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Tabel 33 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 34 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Tabel 35 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV Tabel 36 Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan IV Tahun Tabel 37 Transaksi RTGS Wilayah Papua Tabel 38 Transaksi Kliring Wilayah Papua Tabel 40 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura Tabel 41 Penduduk Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Tabel 42 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Papua Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat Tabel 46 Jumlah Penduduk Yang Miskin Provinsi Papua dan Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

8 Daftar Grafik Grafik 1 Survei Konsumen... 3 Grafik 2 Konsumsi Listrik RT... 4 Grafik 3 Kredit Konsumsi... 4 Grafik 4 Realisasi Belanja Pegawai Pemda... 4 Grafik 5 Jumlah kendaraan Baru... 4 Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum... 5 Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua... 5 Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua... 5 Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 5 Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua... 6 Grafik 11 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 12 Nilai Tukar Petani... 8 Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri... 9 Grafik 14 Grafik Survey Konsumen Grafik 15 Grafik Kredit Konsumsi Grafik 16 Pertumbuhan Konsumsi Listerik Papua Barat Grafik 17 Tabel Perkembangan Produksi Tangguh Grafik 18 Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Grafik 19 Grafik Penggunaan Listerik Grafik 20 Perkembangan Disagregasi Inflasi Provinsi Papua Grafik 21 Perkembangan SEK Grafik 22 Disagregasi Papua Barat Grafik 23 Perkembangan Survei Konsumen Papua Barat Grafik 24 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 25 Perkembangan Indiaktor Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Grafik 26 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 27 Perkembangan Perbankan Papua Barat Grafik 28 Perkembangan DPK Papua Barat Grafik 29 Perkembangan Kredit Papua Barat Grafik 30 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat Grafik 31 Nilai Transaksi RTGS Grafik 32 Perkembangan Kliring Wilayah Papua KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii

9 INFLASI DAN PDRB TABEL INDIKATOR Kelompok Komoditi IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 140,20 2,45-0,04 2,05 3,11 141,44 1,90 0,84 0,89 3,69 151,85 6,70 8,26 7,36 8,26 152,03-8,14 0,12 0,12 10,66 147,90-1,14-2,60-2,72 5,49 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 145,75 0,21 0,06-0,72 0,68 150,61 0,75 3,40 3,34 3,77 151,52 0,44 4,02 0,60 4,02 152,88 0,22 0,90 0,90 4,14 155,80 0,63 2,82 1,91 6,90 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 118,04 0,29 1,17 0,46 2,01 120,29 0,06 3,10 1,90 3,65 120,50 0,21 3,28 0,18 3,28 125,93 0,14 4,51 4,51 7,17 127,39 0,20 5,72 1,16 7,92 Sandang 128,14-0,33-0,69-1,05 6,30 131,86 2,12 2,19 2,90 4,21 132,23 0,11 2,48 0,28 2,48 130,71-0,64-1,15-1,15 0,93 130,01 0,36-1,68-0,54 1,46 Kesehatan 115,62 0,21 0,65 0,17 0,83 115,52-0,30 0,56-0,09 0,31 115,53 0,00 0,57 0,01 0,57 115,77 0,00 0,21 0,21 0,30 117,24 0,16 1,48 1,27 1,40 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 108,92 0,16 0,17 0,16 0,55 114,09 0,00 4,92 4,75 4,90 114,13 0,00 4,96 0,03 4,96 114,18 0,02 0,04 0,04 4,99 114,26 0,05 0,11 0,07 4,90 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 118,69 0,94-0,03 0,94 0,05 117,83-2,93-0,75-0,73 0,28 121,44 2,82 2,29 3,07 2,29 119,93-0,89-1,24-1,24 1,99 126,53 3,30 4,19 5,50 6,61 Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 127,28 0,96 0,24 0,71 1,80 129,07 0,13 1,66 1,41 2,95 132,71 2,57 4,52 2,82 4,52 133,82-2,63 0,84 0,84 5,89 135,01 0,52 1,73 0,89 6, Kelompok Komoditi TW II TW II 2012 TW III TW III IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 164,33 4,08 5,03 7,20 5,65 166,57-1,53 6,47 1,36 5,82 167,38 3,38 6,99 0,49 6,99 174,36 2,81 4,17 4,17 13,74 179,60 1,31 7,30 4,17 9,30 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 166,11 0,42 2,44 1,77 4,04 167,24 0,19 3,13 0,68 4,56 167,72 0,06 3,44 0,29 3,44 170,41 0,57 1,60 1,60 4,40 171,30-0,05 2,03 1,60 3,02 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 144,06 0,03 0,91 0,26 2,65 144,76-0,01 0,14 0,49 2,12 145,75 0,01 2,09 0,68 2,09 147,64 0,07 1,30 1,30 2,75 149,43 0,02 2,52 1,30 3,72 Sandang 125,96 0,04 2,08 1,70 3,76 126,67 0,29 2,66 0,56 2,89 128,59 0,41 4,21 1,52 4,21 129,10 0,11 0,40 0,40 4,24 128,90 0,18 0,24 0,40 2,33 Kesehatan 137,23 0,05 1,67 0,33 3,93 137,88 1,45 2,15 0,47 2,54 138,42 0,35 2,55 0,39 2,55 138,91 0,30 0,35 0,35 1,56 139,33 0,14 0,66 0,35 1,53 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 126,34 0,01 1,97 1,35 4,25 128,24 0,39 3,51 1,50 3,80 128,21-0,04 3,49-0,02 3,49 128,66-0,08 0,35 0,35 3,21 128,64 0,00 0,34 0,35 1,83 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 124,92 2,04 0,99 4,79 7,39 129,02-1,68 4,31 3,28 7,32 131,94 0,99 13,14 2,26 13,14 126,24 1,50-4,32-4,32 5,90 131,23 4,26-0,53-4,32 5,05 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 148,31 1,80 2,68 3,70 4,81 150,36-0,71 4,10 1,38 4,79 151,64 1,30 4,98 0,85 4,98 153,62 1,37 1,31 1,31 7,41 156,58 1,08 3,26 1,31 5,58 TW IV TW IV TW I TW I 2013 TW II TW II KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix

10 TABEL PERBANKAN W ilayah Papua G row th IV II I II YO Y TotalA sset (Rp m iliar) ,20% D PK (Rp m iliar) ,68% Giro (Rp m iliar) ,69% Deposito (Rp m iliar) ,11% Tabungan (Rp m iliar) ,53% Kredit Penggunaan (Rp m iliar) ,10% M odalkerja ,92% Investasi ,02% Konsum si ,01% Kredit Sektoral(Rp m iliar) ,11% Pertanian ,23% Pertam bangan ,82% Industripengolahan ,96% Listrik,Gas dan Air ,00% Konstruksi ,79% Perdagangan ,03% Pengangkutan ,12% Jasa Dunia Usaha ,54% Jasa SosialM asyarakat ,77% Lain-lain ,20% Kredit M KM (Rp m iliar) ,62% M odalkerja ,13% Investasi ,81% Kredit M ikro (Rp m iliar) ,92% M odalkerja ,31% Investasi ,27% Kredit Kecil(Rp M iliar) ,75% M odalkerja ,25% Investasi ,29% Kredit M enengah (Rp M iliar) ,52% M odalkerja ,56% Investasi ,05% N PL ,44% N PL Ratio 1,14% 1,39% 1,58% 1,83% 31,53% LD R 48,09% 50,88% 58,01% 59,73% 17,39% TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Kliring Growth II III IV I II III IV I II (YOY) Total Volume (lembar) , , , , , , , , ,86 2,36% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1.175, , , , , , , , ,60 9,02% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 686,14 710,49 807,17 800,86 813,06 819,33 805,88 849,00 832,02 2,33% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) 19,580 21,620 22,703 26,624 20,715 23,593 29,547 23,59 21,70 4,77% Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) 0,823 1,656 1,336 1,494 1,116 1,680 1,954 2,19 1,18 6,16% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 0,902 1,779 1,396 1,250 1,397 1,832 1,068 2,50 1,45 3,73% KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x

11 Tabel Transaksi RTGS RTGS Growth I II III IV I II III IV I II (YoY) Outflow Nominal (Rp.milliar) , , , , , , , , , ,49 13,81% Lembar Warkat 9.497, , , , , , , , , ,18 5,12% Inflow Nominal (Rp.milliar) , , , , , , , , , ,60-7,69% Lembar Warkat , , , , , , , , , ,36-15,40% Net Outflow Nominal (Rp.milliar) 6.462, , , , , , , , , ,11-48,29% Lembar Warkat ,00-861, , , , , , , , ,18-40,56% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 1.505, ,14 615, ,52 995, ,76 805,30 845,56 901,87 739,53-61,36% Lembar Warkat 1.473, ,00 605, , , ,00 646,40 678, , ,80 4,12% Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat Uang Kartal IV I II III IV I II (YOY) Inflow (Rp Miliar) 1.107, , ,91 469, , , ,40 5,21% Outflow (Rp Miliar) 4.716, , ,08 64, , , ,59-9,54% Net Outflow (Rp Miliar) (3.608,35) 1.164,99 (1.194,16) 405,20 (4.605,64) (1.682,06) 906,19-175,89% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1.241, , , , , , ,50 19,24% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1.033, ,98 835, , , , ,36 49,49% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 207,72 387,77 512,19 404,92 230,22 501,59 358,14-30,08% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 263,36 274,43 55,84 22,63 57,96 107,59 167,06 199,16% Growth KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi

12 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi kedua Provinsi masih dibawah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,81% (yoy). Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,25% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 3,58% (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,81%. 2. MAKRO EKONOMI Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama didorong oleh konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah dan investasi. Sementara itu dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada jasa-jasa; sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan; dan perdagangan hotel dan restoran. 3. INFLASI Sampai dengan periode triwulan II-2013, inflasi kota Jayapura 3 tercatat sebesar 6,07% (yoy) lebih tinggi dari 5,89% (yoy) pada triwulan I Secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 0.89% (qtq) atau sedikit lebih tinggi dibanding inflasi triwulan sebelumnya sebesar 0,84% (qtq). Pada triwulan II- 2013, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 4 tercatat sebesar 5,58% (yoy) dan sebesar 1,31% (qtq). 4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2013 cukup tinggi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,68% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sangat signifikan sebesar 31,10% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan 3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii

13 to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 59,73% (yoy) pada triwulan II-2013 dari 58,01% (yoy) pada triwulan I Pada triwulan II-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 8,18 trilliun dengan jumlah warkat sebesar Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 10,15 triliun berasal dari dana alokasi umum dan dana perimbangan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Papua. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,31 triliun dengan jumlah warkat sebesar warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 9,02%. Pada triwulan II- 2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapairp 1,24 triliun atau meningkat 5,21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 2,14 Triliun atau menurun sebesar -9,54% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 906 miliar. 5. PROSPEK PEREKONOMIAN Pada triwulan III-2013, ekonomi diperkirakan masih akan tumbuh positif dan lebih besar dibandingkan dengan pencapaian pertumbuhan pada triwulan II, meskipun angkanya tidak seperti pertumbuhan pada triwulan I-2013 yang mana untuk Papua mencapai 16,18% dan Papua Barat mencapai 9,9%. Pada triwulan III Ekonomi Papua diprakirakan tumbuh pada kisaran 4-8% terutama dengan harapan akan pulihnya kembali tingkat produksi PT Freeport Indonesia yang akan memberikan kontribusi terhadap sektor pertambangan. Perekonomian Papua Barat diprakirakan tumbuh pada kisaran 6-10% terutama didorong oleh sektor pertanian dan sektor industri pengolahan (peningkatan produksi LNG Tangguh), selain itu terealisasinya pemekaran wilayah di Papua Barat diharapkan akan memberikan dampak yang besar terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi. Pada sisi permintaan, komponen konsumsi dan investasi diperkirakan masih menjadi motor pertumbuhan bagi perekonomian Provinsi Papua maupun Papua-Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii

14 BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat memnunjukkan pertumbuhan ekonomi meskipun nilainya tidak terlalu besar. Kondisi Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0.25% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 3,58% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama didorong oleh konsumsi, investasi dan ekspor. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama didorong oleh sektor pertanian, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan & jasa perusahaan dan sektor angkutan dan komunikasi. Sementara itu, sektor konsumsi rumah tangga, ekspor, dan investasi menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%) Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1

15 Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Dari Sisi Permintaan (%) Growth PDRB Papua Konsumsi Rumah Tangga 8,84% 8,00% 6,48% 6,05% 7,35% 8,14% 7,49% 5,85% 6,85% 6,03% Konsumsi Nirlaba 7,82% 7,19% 7,10% 7,64% 7,14% 6,95% 6,98% 7,12% 6,81% 6,82% Konsumsi Pemerintah 12,93% 11,13% 4,38% 1,41% 8,15% 12,58% 9,29% 1,91% 7,01% 3,21% PMTB 7,63% 8,38% 7,53% 8,12% 7,24% 9,42% 8,42% 3,56% 7,47% 7,55% Perubahan Stok -31,17% -14,62% -40,29% 43,18% 37,37% 5,60% -13,08% -4,98% -15,62% 4,71% Ekspor -14,83% -8,60% -25,70% -68,39% -52,57% -33,74% -37,16% 62,23% 29,52% -22,29% Dikurangi Impor 3,26% 8,76% 16,32% -18,45% -15,10% -4,98% -7,47% 6,80% 10,74% 1,23% PDRB 7,27% 3,97% -8,59% -20,20% -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,18% 0,25% Growth PDRB Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 9,51% 10,39% 11,34% 8,77% 6,46% 7,51% 7,14% 9,33% 8,83% 8,02% Konsumsi Nirlaba 11,86% 10,32% 10,42% 7,33% 7,02% 7,74% 7,59% 10,47% 8,69% 8,52% Konsumsi Pemerintah 2,01% 10,64% 14,42% 13,59% 4,50% 6,74% 5,68% 5,72% 9,34% 6,41% PMTB 16,46% 10,66% 10,34% 6,82% 11,68% 14,71% 14,94% 15,97% 17,03% 18,24% Perubahan Stok -4,44% 39,04% 86,05% -50,04% -111,50% -113,18% -112,39% -142,89% -200,26% -22,88% Ekspor 23,25% 93,73% 152,03% 184,39% 80,74% 52,23% 2,61% -13,13% 25,17% 17,43% Dikurangi Impor 5,21% 6,85% 11,32% 11,63% 82,48% 77,04% 68,08% 61,40% 9,98% 11,01% PDRB 20,11% 26,74% 31,80% 28,87% 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,90% 3,58% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Kontribusi PDRB Papua Konsumsi Rumah Tangga 8,75% 7,97% 5,96% 5,72% 7,38% 8,42% 8,02% 7,35% 8,32% 6,85% Konsumsi Nirlaba 6,19% 5,68% 5,04% 5,38% 5,68% 5,66% 5,81% 6,76% 6,54% 6,00% Konsumsi Pemerintah 2,56% 2,29% 0,91% 0,34% 1,70% 2,76% 2,21% 0,59% 1,78% 0,82% PMTB 3,25% 3,59% 2,95% 3,33% 3,09% 4,21% 3,88% 1,98% 3,85% 3,72% Perubahan Stok 7,81% 4,33% 10,32% -4,44% -6,01% -1,36% 2,19% 0,92% 3,88% -0,68% Ekspor -9,84% -5,35% -16,47% -40,37% -27,70% -18,43% -19,36% 14,55% 8,31% -7,20% Dikurangi Impor 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% -12,04% -3,91% -6,61% 5,85% 8,18% 0,99% PDRB 7,27% 3,97% -8,59% -20,20% -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,18% 0,25% Kontribusi PDRB Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 6,14% 6,70% 6,54% 5,29% 3,81% 4,12% 3,39% 4,66% 4,07% 3,94% Konsumsi Nirlaba 5,83% 4,97% 4,50% 3,34% 3,22% 3,25% 2,74% 3,97% 3,13% 3,20% Konsumsi Pemerintah 0,31% 1,73% 2,09% 2,00% 0,59% 0,87% 0,64% 0,68% 0,93% 0,74% PMTB 3,66% 2,36% 2,07% 1,51% 2,52% 2,86% 2,50% 2,93% 3,02% 3,44% Perubahan Stok 0,22% -2,72% -0,42% 1,56% 4,30% 2,32% 6,01% 24,04% -10,80% -1,48% Ekspor 11,80% 49,31% 79,82% 95,33% 42,07% 28,76% 1,73% -9,90% 17,46% 11,55% Dikurangi Impor 1,71% 2,21% 3,36% 3,60% 23,69% 21,03% 17,09% 16,49% 3,85% 4,47% PDRB 20,11% 26,74% 31,80% 28,87% 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,90% 3,58% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Bara Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%) Kontribusi PDRB Papua Pertanian 1,18% 0,69% 0,09% 0,53% 1,17% 0,22% 0,38% 0,79% 0,05% 0,72% 1,14% 1,06% 0,80% 0,96% Pertambangan & Penggalian -15,37% -20,47% -2,83% 5,26% 0,97% -2,08% -13,79% -24,24% -16,21% -8,75% -4,55% 11,88% 8,81% -7,07% Industri Pengolahan 0,14% 0,12% 0,20% 0,29% 0,31% 0,15% 0,07% 0,03% -0,02% 0,17% 0,09% 0,01% -0,05% 0,03% Listrik,Gas & Air Bersih 0,01% 0,01% 0,02% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,01% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% Bangunan 1,35% 1,46% 1,64% 2,04% 1,56% 1,51% 1,48% 1,49% 1,83% 2,01% 1,84% 2,28% 1,07% 1,11% Perdagangan, Hotel & Restoran 0,59% 0,56% 0,73% 0,90% 0,88% 0,84% 0,69% 0,55% 0,66% 0,70% 0,93% 1,34% 1,35% 1,26% Angkutan & Komunikasi 0,81% 0,82% 1,00% 1,02% 0,84% 0,77% 0,53% 0,78% 0,75% 0,83% 0,92% 0,95% 0,98% 0,88% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,02% -0,12% 0,38% 0,59% 0,13% 1,46% 0,81% -1,04% 0,61% 0,08% 0,29% 0,08% 0,65% 0,54% Jasa - jasa -0,14% 0,68% 1,65% 3,29% 1,39% 1,03% 1,15% 1,44% 1,13% 0,97% 0,66% 1,33% 2,55% 2,51% TOTAL PDRB -11,40% -16,26% 2,88% 13,92% 7,27% 3,92% -8,67% -20,19% -11,19% -3,26% 1,34% 18,94% 16,18% 0,25% Kontribusi PDRB Papua Barat Pertanian 1,90% 1,99% 1,31% 1,34% 1,09% 0,13% 0,11% 0,11% 0,11% 0,40% 0,01% 0,49% 0,36% 0,59% Pertambangan & Penggalian -0,34% -0,23% -0,11% 0,14% 0,38% 0,68% 0,85% 0,85% 1,64% 0,79% 0,10% -0,08% -0,36% -0,08% Industri Pengolahan 19,21% 23,87% 20,38% 26,64% 13,43% 19,51% 24,74% 23,99% 30,14% 20,19% 1,08% 0,65% 6,62% -0,37% Listrik,Gas & Air Bersih 0,03% 0,03% 0,02% 0,04% 0,04% 0,03% 0,03% 0,03% 0,04% 0,03% 0,02% 0,03% 0,03% 0,03% Bangunan 0,66% 0,93% 0,66% 1,25% 1,27% 1,04% 0,97% 0,54% 0,81% 0,74% 0,74% 1,03% 0,75% 0,73% Perdagangan, Hotel & Restoran 0,29% 0,19% 0,10% 0,98% 1,06% 1,17% 1,12% 0,54% 0,71% 0,60% 0,62% 0,85% 0,80% 0,83% Angkutan & Komunikasi 0,92% 0,82% 0,71% 0,89% 0,78% 0,79% 0,75% 0,66% 0,85% 0,66% 0,53% 0,66% 0,58% 0,59% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,32% 0,06% 0,32% -0,03% 0,16% 0,24% 0,26% 0,28% 0,18% 0,21% 0,02% 0,06% 0,17% 0,22% Jasa - jasa 2,31% 1,76% 1,62% 3,18% 1,89% 2,68% 2,74% 1,76% 1,36% 1,03% 0,76% 1,53% 0,94% 1,05% TOTAL PDRB 25,31% 29,43% 25,02% 34,42% 20,10% 26,27% 31,57% 28,76% 35,83% 24,63% 3,87% 5,23% 9,90% 3,58% KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2

16 I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan II-2013, perekonomian Provinsi Papua tumbuh melambat sebesar 0,25 % (yoy) jauh lebih rendah dari triwulan I-2013 sebesar 16,18%. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Provinsi Papua. Turunnya kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Provinsi Papua disebabkan oleh turunnya produksi PT Freeport Indonesia pada Triwulan ke II Penurunan produksi PT Freeport Indonesia disebabkan oleh berhentinya aktivitas opersasional selama beberapa minggu sebagai akibat terjadinya kecelakaan kerja pada bulan Mei Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan Swasta) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang mengalami pertumbuhan. Ekpektasi masyarakat yang mengalami perlambatan akan kondisi ekonomi pada triwulan berjalan dan triwulan ke depan cukup memperlambat ekonomi di Provinsi Papua. Selanjutnya, masih terhambatnya produksi PT. Freeport Indonesia (sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Papua) pasca terjadinya kecelakaan kerja di tambang grasberg juga menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan ekonomi provinsi Papua pada Triwulan berjalan Konsumsi Rumah Tangga Pada triwulan II-2013, komponen konsumsi masyarakat tumbuh sebesar 6,03% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 6,85%. Tetap positifnya pertumbuhan konsumsi didukung oleh data survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survey Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang durable goods dengan Indeks mencapai 122,7 di triwulan II-2013 lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan I-2013 sebesar 96,6 sementara Indeks Keyakinan Konsumen secara keseluruhan yang tercatat sebesar 153,9 masih tergolong sangat optimis dan lebih tingi dibandingkan triwulan I-2013 sebesar 132,7. Grafik 3. Survei Konsumen 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Ketersediaan lapangan kerja saat ini Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 16,17% (yoy) pada triwulan II-2013 lebih tinggi dibandingkan KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3

17 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Oktober TW IV Oktober TW I TW II TW III TW IV Januari Februari Maret TW I Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 triwulan sebelumnya sebesar 14,34% (yoy). Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang tumbuh sebesar 34,47% (ypy) pada triwulan II-2013 yang mana lebih rendah daripada pertumbuhan pada triwulan I sebesar 46,80% (yoy). Grafik 4. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 5. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, belanja pegawai Pemerintah pada triwulan II-2013 juga mengalami peningkatan sebesar 18,02% dibandingkan dengan tahun lalu dan angkat tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar -0.6%. Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi belanja pegawai yang tumbuh di atas 10%. Grafik 6. Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua Grafik 7. Jumlah Kendaraan Baru Papua Rp Juta TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 Belanja Pegawai TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 % (Unit) Jumlah Kenderaan Baru 2 1,5 1 0,5 0-0, Realisasi Belanja Pegawai Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Jumlah Kendaraan Baru Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: BKAD Provinsi Papua, diolah Investasi Sumber: Dispenda Provinsi Papua, diolah Realisasi investasi pada periode triwulan II-2013 menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar. Hal itu terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 7,55% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,47%. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya animo masyarakat untuk melakukan ekspansi bisnis seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan II-2013, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 3,51 triliun. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4

18 Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan II-2013 juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua yang tumbuh mencapai 33,22% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kelanjutan berbagai realisasi pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA. Grafik 8. Kredit Investasi Bank Umum Papua Grafik 9. Belanja Modal Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan II-2013 mengalami pertumbuhan negatif yang cukup besar sebesar -22,29% (yoy) sementara impor hanya tumbuh sebesar 1,23% (yoy). Ekspor non migas mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -22,29% (yoy) menjadi salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua pada triwulan II Kelompok komoditas utama ekspor non migas Papua meliputi produk mineral dengan komoditas antara lain berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas yang diproduksi oleh PT. Freeport Indonesia (PT.FI). Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan PT Freeport baik komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan ke II-2013 mengalami penurunan yang masing-masing sebesar -13,36% dan. Grafik 10. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Ekspor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport Indonesia KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5

19 Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Impor non-migas Papua mengalami pertumbuhan sebesar 1,23% (yoy). Permintaan terhadap barang konsumsi yang cukup tinggi pada periode berjalan menjadi penyebab utama meningkatnya impor non migas. Sejalan dengan kenaikan nilai, volume impor Papua juga mengalami pertumbuhan sebesar 14,09% (yoy). Grafik 12. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 13. Nilai Impor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, angka pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh kenaikan dan penurunan dari beberapa sektor ekonomi. Penurunan terbesar dialami oleh sektor pertambangan & penggalian yang mengalami penurunan sebesar -24,61%, sementara pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa-saja (20,26%). Selanjutnya pertumbuhan sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar (13,54%); sektor keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan (11,87%); sektor pengangkutan dan komunikasi (9,07%); sektor bangunan (8,87%); sektor listrik dan air bersih (8,00%) ; sektor pertanian (4,90%);dan sektor industri pengolahan (0,95%) Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan II-2013 mengalami pertumbuhan cukup besar sebesar 4,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,17%. Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan telah memasuki masa panen, meskipun dari sudut pandang produksi pertanian beberapa komoditas pangan mengalami penurunan produksi dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2012, seperti untuk ubi kayu menurun sebesar -26,66%, produksi ubi KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6

20 jalar sebesar 17,57%, sedangkan untuk tingkat produksi padi sawah mengalami peningkatan sebesar 15,53% pada triwulan berjalan Tabel Perkembangan Beberapa Komoditas Pangan Papua Pertumbuhan sektor pertanian juga di dorong oleh pertumbuhan sub sektor perikanan tercermin dari peningkatan volume produksi seluruh jenis komoditas perikanan baik perikanan laut, perikanan perairan umum maupun perikanan budidaya sebesar 8,15% (yoy). Sepanjang periode triwulan II-2013, total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai ton. No Tabel 9. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW II Juli LAUT Produksi (Ton) Pertumbuhan Tahunan (%) 15,10 6,48 2,99 8,05 6,09 8,15 10,25 PERAIRAN UMUM Produksi (Ton) Pertumbuhan Tahunan (%) 35,80 23,29 41,70 25,11 6,09 8,15 10,25 BUDIDAYA URAIAN Produksi (Ton) Pertumbuhan Tahunan (%) 149,85 165,19 187,52 55,80 6,09 8,15 10,25 TOTAL PRODUKSI (Ton) PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17,20 8,27 5,60 9,20 6,09 8,15 10,25 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Pertumbuhan sektor pertanian juga tercermin dari pertumbuhan nilai NTP Papua pada triwulan II-2013 sebesar 101,54 yang masih berada di atas basis nilai 100. Nilai NTP ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 101,24. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7

21 Grafik 14. Nilai Tukar Petani Papua 104,00 103,00 102,00 101,00 100,00 99,00 98,00 97,00 96, ,00 540,00 520,00 500,00 480,00 460,00 440,00 420,00 400, ,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% -1,00% -2,00% NTP Papua Barat Growth Pertanian Growth Sumber: BPS Provinsi Papua Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2013 mengalami penurunan yang cukup dalam sebesar -24,61% (yoy) jauh lebih rendah dari triwulan I-2013 yang tumbuh sebesar 31,82%. Sebagai penyumbang utama sektor tambang, tingkat produksi dan penjualan yang dicapai oleh PT. Freeport Indonesia memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja sektor tambang di Provinsi Papua. Tabel 10. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia Jenis Komoditas I II III IV I II III IV I II Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) 1,79-5,43-34,92-77,99-56,69-33,72-14,59 194,12 78,05-19,65 Konsentrat Emas (Ribu Ons) Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) 2,80 10,54-22,73-75,37-48,07-29,23-49,02 49,32-7,42-43, Jenis Komoditas I II III IV I II III IV I II Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) -6,08 2,32-30,49-83,05-51,80-30,94-22,92 308,00 47,76-13,66 Konsentrat Emas (Ribu Ons) Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) -0,87 19,57-17,60-81,95-41,41-25,15-53,65 119,61-28,20-38,87 Sumber: Freeport Mc Moran Cooper & Gold Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan II-2013 Freeport-McMoran Copper and Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing sebesar -19,65% dan -43,04%, sedangkan untuk tingkat penjualan tembaga dan emas masing-masing mengalami penurunan sebesar -13,66% dan - 38,87%. Adapun tingkat penurunan yang cukup signifikan tersebut terjadi karena penghentian kegiatan operasional pertambangan selama beberapa minggu yang diakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada pertengahan Mei 2013 di lokasi pertambangan Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2013 diperkirakan tumbuh sebesar 13,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I yang mencapai 13,66% (yoy). Penurunan tingkat pertumbuhan atas sektor KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8

22 perdagangan papua dapat tercermin dari menurunnya kapasitas bongkar bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Pertumbuhan sektor PHR yang terjadi pada periode triwulan ini didorong oleh peningkatan indek keyakinan dan indeks ekspektasi konsumen pada survei konsumen triwulan ke II, selain itu libur sekolah serta meningkatnya kegiatan PEMDA untuk membahas berbagai program kerja diprediksi ikut mendorong peningkatan occupancy rate hotel di wilayah Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan juga sejalan dengan pertumbuhan kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di provinsi Papua sebesar 42,03%. Tabel 11 Okupansi Hotel Jayapura Dan Kredit Perbankan 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 I II III IV I II III IV I II Juli III IV I II Tingkat Hunian Hotel Bintang di Papua Growth (yoy) 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% -20,00% Rp. Miliar Pertumbuhan ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% - 0,00% I II III IV I II III IV I II Perdagangan Pertumbuhan (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2013 sebesar 9,07% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 9,58% (yoy). Pertumbuhan sektor ini didorong sub sektor-sub sektor yang dominan yaitu angkutan laut, angkutan udara dan komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang tetap tumbuh pada periode triwulan ini dibadingkan dengan tahun sebelumnya. Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Tabel 12. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua I II III IV I II III IV I II III IV I Pertumbuhan Tahunan (%) -29,72-57,91-69,57-73,00 10,25 10,25 10,25 20,75-0,42 32,25 9,07 16,13 10,41 Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan transportasi dominan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Pertumbuhan siginifikan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang menjadi sebesar orang tumbuh 10,41% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9

23 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2013 tumbuh mencapai 11,87% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 15,84% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank yang 15,65% pada triwulan II-2013 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2013 sebesar 24,86%. Tabel Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja Surplus Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO B. PENDEKATAN PRODUKSI Hasil imputasi jasa Penerimaan neto dari transaksi devisa (669) (1.051) (295) (467) (382) (156) (72) (275) 3. Provisi dan komisi Pendapatan operasional lainnya GROSS OUTPUT Biaya-biaya antara NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO PERTUMBUHAN 4,28% 65,93% 23,67% 33,33% -4,51% 13,19% 11,29% 10,22% 24,86% 15,65% Sumber: Bank Indonesia KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10

24 II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan Pada triwulan I-2013, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 3,58% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,90% (yoy). Masih dicapainya pertumbuhan ekonomi Papua Barat ditopang oleh seluruh komponen pengeluaran seperti konsumsi, investasi (pembentukan modal tetap bruto), pengeluaran pemerintah, dan sektor investasi. Dari sisi peran pemerintah, pengeluaran pemerintah yang tumbuh positif berkaitan percepatan realisasi anggaran baik untuk infrastruktur maupun program kerja rutin Pemerintah Daerah. Tabel 14 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat Konsumsi Rumah Tangga 9,51% 10,39% 11,34% 8,77% 6,46% 7,51% 7,14% 9,33% 8,83% 4,04% Konsumsi Nirlaba 11,86% 10,32% 10,42% 7,33% 7,02% 7,74% 7,59% 10,47% 8,69% 4,73% Konsumsi Pemerintah 2,01% 10,64% 14,42% 13,59% 4,50% 6,74% 5,68% 5,72% 9,34% 1,81% PMTB 16,46% 10,66% 10,34% 6,82% 11,68% 14,71% 14,94% 15,97% 17,03% 11,64% Perubahan Stok -4,44% 39,04% 86,05% -50,04% -111,50% -113,18% -112,39% -142,89% -200,26% -26,42% Ekspor 23,25% 93,73% 152,03% 184,39% 80,74% 52,23% 2,61% -13,13% 25,17% 18,82% Dikurangi Impor 5,21% 6,85% 11,32% 11,63% 82,48% 77,04% 68,08% 61,40% 9,98% 5,54% PDRB 20,11% 26,74% 31,80% 28,87% 35,79% 23,79% 3,65% 5,23% 9,90% 3,58% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 4,04% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 8,83% (yoy). Pertumbuhan konsumsi tersebut mencerminkan bahwa terjadi perbaikan pendapatan masyarakat. Perbaikan pendapatan masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survey Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang terus menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada triwulan II-2013, IKK naik menjadi sebesar 149,7 dari 136 pada triwulan IV Ini berarti bahwa konsumen masih tetap optimis akan kondisi ekonomi saat ini dan ke depan sehingga mereka masih dapat meningkatkan konsumsinya pada masa yang akan datang. Hal itu tercermin dari masih tingginya indeks penghasilan saat ini yang mencapai sebesar 162 pada triwulan II KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11

25 Grafik 16. Grafik Survey Konsumen Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II I II III IV I II III IV I II 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Garis 100 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 1,98% terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan II Kontribusi konsumsi masyarakat yang tersebut antara lain didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan II-2013, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 2,54 trilliun atau tumbuh sebesar 33,19% (yoy). Peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 12,46% (yoy) atau tercatat sebesar 53,97 ribu Kwh. Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat (Juta Kwh) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Jumlah Konsumsi Listrik RT Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Sumber: PLN Wilyah Papua (%) (Juta Kwh) (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Jumlah Konsumsi Listrik Komersial Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) Ekspor Impor Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2013 mengalami pertumbuhan sebesar 17,43% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan lebih triwulan I sebesar 25,17%. Perlambatan Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh tingkat produksi LNG Tangguh pada triwulan berjalan mengalami penurunan kapasitas dikarenakan adanya perbaikan rutin pada salah satu Train. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12

26 Tabel 19. Tabel Perkembangan Produksi Tangguh Produksi LNG Tangguh Perkembangan Ekspor Papua Barat ,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% -20,00% -40,00% -60,00% -80,00% -100,00% -120,00% 2.500, , , ,00 500, ,0% 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% -20,0% -40,0% Produksi LNG Tangguh (Ribu M3) Growth Ekspor Growth Sumber: Laporan Keuangan LNG Tangguh, Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 5,54% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,98% (yoy) Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (3,98%); sektor pertambangan dan penggalian (-0,93%): sektor industri pengolahan (-0,79%); sektor listrik, gas & air bersih (10,08%); sektor bangunan (11,51%); sektor perdagangan, hotel & restoran (12,87%); sektor angkutan & komunikasi (11,13%); sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (13,20%); dan sektor jasa-jasa (11,70%). Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun disajikan pada tabel berikut: Tabel 15 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13

27 Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan II-2013 tumbuh sebesar 3,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2,41% (yoy) pada triwulan II Namun demikian, pertumbuhan sektor pertanian hanya memberikan dampak yang kecil terhadap perbaikan kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada akhir triwulan II-2013 yang sebesar 100,15 sedikit lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 99,98. Grafik 20 Nilai Tukar Provinsi Papua Barat 104,00 103,00 102,00 101,00 100,00 99,00 98,00 97,00 96, ,00% 1,00% 0,00% -1,00% -2,00% -3,00% -4,00% 540,00 535,00 530,00 525,00 520,00 515,00 510,00 505,00 500,00 495,00 490,00 485, ,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% NTP Papua Barat Growth Pertanian Growth Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan turun sebesar -0,79% (yoy) atau lebih rendah dari 14,13% (yoy) pada triwulan I Penurunan sektor industri pengolahan pada triwulan berjalan terutama disebabkan adanya adanya penurunan produksi LNG Tangguh yang disebabkan adanya perbaikan pada salah satu faktor produksi Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 12,87% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan 12,51% (yoy) pada triwulan I Perbaikan kinerja sektor PHR tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik konsumen komersial yang tumbuh mencapai 12,46% (yoy). Pertumbuhan sektor ini juga tercermin dari perkembangan kredit perbankan sektor perdagangan sebesar 36,4% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 1,77 triliun Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan II-2013, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 11,13% (yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 10,74% (yoy). Membaiknya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14

28 sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus penumpang kapal di Pelabuhan Papua Barat tumbuh mencapai 4,25% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang tumbuh sebesar 3,69% (yoy) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 13,20% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 10,91% (yoy) pada triwulan I Sub sektor bank memberikan andil yang cukup signifikan pada pertumbuhan sektor ini seperti tercermin dari pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) sebesar 29,56% (yoy). Tabel 18 Nilai Tambah Bank KOMPONEN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja Surplus Pajak Tak Langsung Neto Penyusutan PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO B. PENDEKATAN PRODUKSI Hasil imputasi jasa Penerimaan neto dari transaksi devisa (586) (825) (128) (634) (439) (128) (131) (391) 3. Provisi dan komisi Pendapatan operasional lainnya GROSS OUTPUT Biaya-biaya antara NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO ,92% 50,79% 17,79% 20,51% 7,87% 29,14% 33,09% 31,33% 37,19% 29,56% Sumber: Bank Indonesia Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 11,70% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 10,71% (yoy) pada triwulan I Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 90% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu menjelang masuknya bulan ramadhan turut meningkatkan perekonomian di wilayah Papua Barat. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15

29 Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 11,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan 12,03% (yoy) pada triwulan IV Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi semen di Provinsi Papua Barat sebesar atau bertumbuh sebesar 8,07% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya Sektor Lainnya Sementara itu, 2 sektor lainnya memberikan kontribusi relatif kecil yakni sektor listrik, gas & air bersih serta sektor pertambangan. Kedua sektor ini masing-masing tumbuh sebesar 10,08% (yoy) dan kontraksi -0,93% (yoy). KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16

30 BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA 1. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Sampai dengan periode triwulan II-2013, inflasi kota Jayapura 5 tercatat sebesar 6,07% (yoy) lebih tinggi dari 5,89% (yoy) pada triwulan I Secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 0.89% (qtq) atau sedikit naik jika dibandingkan dengan inflasi triwulanan sebelumnya sebesar 0,84% (qtq). Kenaikan harga sejumlah komoditas perlengkapan dan peralatan pendidikan sebagai dampak dari masuknya tahun ajaran baru, kenaikan harga komoditas kebutuhan peralatan olah raga, kebutuhan sandang, keniakan bahan makanan jadi menjelang masuknya bulan puasa serta masih tinggi harga biaya tranportasi menjadi penyebab relatif tingginya inflasi pada triwulan berjalan Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 18. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura Kelompok Komoditi TW II TW IV TW I TW II IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 140,20 2,45-0,04 2,05 3,11 151,85 6,70 8,26 7,36 8,26 152,03-8,14 0,12 0,12 10,66 147,90-1,14-2,60-2,72 5,49 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 145,75 0,21 0,06-0,72 0,68 151,52 0,44 4,02 0,60 4,02 152,88 0,22 0,90 0,90 4,14 155,80 0,63 2,82 1,91 6,90 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 118,04 0,29 1,17 0,46 2,01 120,50 0,21 3,28 0,18 3,28 125,93 0,14 4,51 4,51 7,17 127,39 0,20 5,72 1,16 7,92 Sandang 128,14-0,33-0,69-1,05 6,30 132,23 0,11 2,48 0,28 2,48 130,71-0,64-1,15-1,15 0,93 130,01 0,36-1,68-0,54 1,46 Kesehatan 115,62 0,21 0,65 0,17 0,83 115,53 0,00 0,57 0,01 0,57 115,77 0,00 0,21 0,21 0,30 117,24 0,16 1,48 1,27 1,40 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 108,92 0,16 0,17 0,16 0,55 114,13 0,00 4,96 0,03 4,96 114,18 0,02 0,04 0,04 4,99 114,26 0,05 0,11 0,07 4,90 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 118,69 0,94-0,03 0,94 0,05 121,44 2,82 2,29 3,07 2,29 119,93-0,89-1,24-1,24 1,99 126,53 3,30 4,19 5,50 6,61 Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 127,28 0,96 0,24 0,71 1,80 132,71 2,57 4,52 2,82 4,52 133,82-2,63 0,84 0,84 5,89 135,01 0,52 1,73 0,89 6,07 Inflasi pada triwulan berjalan terutama disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut; kelompok Bahan Makanan sebesar 5,49% (yoy), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 7,92% (yoy), kelompok Kesehatan sebesar 1,40% (yoy), kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 4,90% (yoy), kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 6,61% (yoy), kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 6,90% (yoy) dan kelompok Sandang sebesar 1,46% (yoy) Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 5,84% (yoy) dan 2,00% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: Penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok makanan jadi sebesar 5 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17

31 0,52%, sub kelompok minuman beralkohol sebesar 1,03%, sub kelompok ikan diawetkan sebesar 3,79%, sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,63%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 0,23%, sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,20%, sub kelompok sandang wanita sebesar 0,45%, sub kelompok sandang anak-anak sebesar 0,68%, sub kelompok obat-obatan sebesar 0,25%, sub kelompok perlengkapan dan pendidikan sebesar 0,31%. Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: komoditas penyumbang inflasi antara lain adalah pasir, batu tela, celana panjang jeans wanita, celana panjang jeans, obat batuk, parfum, sabun mandi, biaya foto copy. Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 6,36% (yoy) dan deflasi sebesar -1,81% (qtq). Deflasi tersebut disebabkan oleh penurunan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok ikan segar sebesar -3,05%, sub kelompok daging dan hasil-hasilnya sebesar -5,41%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 1,81%, sub kelompok kacang-kacangan sebesar -1,81%, Adapun komoditas peyumbang inflasi pada kelompok volatile food antara lain adalah ikan ekor kuning, daging ayam ras, tomat sayur, ikan cakalang, bawang merah, teri, tomat buah, bayam, ikan cakalang asap, bunga pepaya, ikan mujair, cabe rawit, ikan deho, ikan kawalina, nangka muda, dan labu siam/jipang. Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices tercatat sebesar 6,7-% (yoy) dan secara triwulanan sebesar 5,98% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang terjadi di bulan Juni Inflasi pada kelompok administered price disumbang oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,63%, sub kelompok sub kelompok transpor sebesar 4,23%.. Adapun komoditas yang menyebabkan kenaikan harga pada kelompok ini adalah: bensin, angkutan dalam kota, angkutan udara, tarip sewa motor, angkutan antar kota, solar. Core Volatile Foods Adm Price Sumber: BPS diolah Tabel Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Komponen Disagregasi I II III IV I II III IV I II Index 117,19 117,89 118,83 119,45 120,20 119,97 123,07 123,84 126,56 126,91 Kontribusi (mtm) 0,04 0,01 0,03 0,11 0,08 0,12 0,13 0,21 1,69 0,09 Kotribusi qtq 0,16 0,26 0,32 0,21 0,30-0,05 1,24 0,28 0,74 0,22 Kontribusi (yoy) 1,75 1,33 1,55 0,98 1,11 0,78 1,70 1,76 1,85 2,11 Inflasi Core (mtm) 0,09 0,01 0,09 0,23 0,12 0,22 0,37 0,47-1,16 0,24 Inflasi Core (qtq) 0,35 0,60 0,80 0,52 0,62-0,19 2,59 0,62 1,09 2,00 Inflasi Core (yoy) 3,91 2,93 3,53 2,29 2,57 1,76 3,57 3,68 5,29 5,84 Index 136,60 135,99 136,32 140,10 137,08 140,04 141,43 151,40 151,59 145,94 Kontribusi (mtm) 0,00-0,01-0,76-0,08-1,38 0,69 0,51 1,87-1,45-0,28 Kontribusi (qtq) 1,13-0,12-0,09 0,94-0,56 0,55 0,06 2,13-0,10-0,49 Kontribusi (yoy) 1,48 1,05 0,53 1,78 0,16 0,67 0,85 1,98 2,02 1,00 Inflasi Volatile (mtm) -0,27 0,05-2,79-0,38-5,56 2,36 1,89 6,45-7,16-0,56 Inflasi Volatile (qtq) 3,21-0,44 0,24 2,78-2,16 2,16 0,99 7,05-0,06-1,81 Inflasi Volatile (yoy) 4,41 3,11 1,34 5,86 0,35 2,98 3,75 8,07 10,55 6,36 Index 125,61 129,18 128,29 129,70 128,73 129,92 129,26 132,56 131,82 139,40 Kontribusi (mtm) 0,00 0,54-0,31 0,33 0,06 0,21-0,51 0,55 10,57 0,49 Kontribusi (qtq) -0,06 0,65-0,15 0,25-0,17 0,21-0,11 0,58-0,07 0,99 Kontribusi (yoy) 1,04 1,66 0,71 0,68 0,57 0,14 0,19 0,50 0,43 1,27 Inflasi Adm Price (mtm) 0,00 2,39-1,42 1,47 0,25 0,91-2,31 2,46 0,18 3,40 Inflasi Adm Price (qtq) -0,30 2,84-0,69 1,10-0,75 0,93-0,51 2,55 1,08 5,98 Inflasi Adm Price (yoy) 4,19 6,96 3,07 2,94 2,48 0,57 0,76 2,21 1,95 6,70 KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18

32 Grafik Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik Perkembangan Survei Konsumen %,yoy Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Inflasi IHK (yoy) Adm Price Sumber KPwBI Papua & Papua Barat Core Volatile Foods Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,49% (yoy) atau Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 10,66% (yoy) atau deflasi sebesar -2,72% (qtq). Membaiknya kondisi cuaca pada triwulan II-2013 membuat produksi dan pasokan beberapa komoditas bahan makanan membaik dan mampu menahan laju inflasi kelompok ini. Namun demikian, efek pembatasan impor hortikultura disinyalir mengatrol inflasi pada komoditas bumbu-bumbuan. Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan Makanan, terdapat beberapa komponen sub kelompok yang menyebabkan tekanan pada kenaikan harga yakni: sub kelompok Bumbu-bumbuan sebesar 25,50% (yoy), sub kelompok Buah-buahan sebesar 19,36% (yoy), subkelompok Kacang-kacangan sebesar 16,81% (yoy), subkelompok Bahan Makanan Lainnya sebesar 15,03% (yoy), serta subkelompok Telur, Susu, dan Hasil-hasilnya sebesar 11,31% (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Naiknya konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh faktor musiman menyebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditas kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok ini pada triwulan II-2013 mengalami inflasi 6,90% (yoy) atau 1,91% (qtq). Adapun inflasi tahunan ketiga subkelompok pada kelompok ini relatif tinggi yaitu sub kelompok Makanan Jadi sebesar 6,71%, sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol sebesar 8,64%, serta subkelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebesar 5,88% (yoy) Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi 7,92% (yoy) atau 1,16% (qtq). Adapun yang mendorong kenaikan inflasi kelompok tersebut adalah sub kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar 9,35% (yoy), sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19

33 sebesar 6,23% (yoy), sub kelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 1,46% (yoy), sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 5,79% (yoy). Kenaikan harga BBM pada bulan Juni adalah merupakan dampak domino dari kenaikan biaya pengangkutan barang dari luar Papua sehingga harga dasar barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya Kelompok Sandang Tingginya permintaan akan sejumlah kebutuhan sandang pada bulan Juni menyebabkan naiknya harga pada kelompok sandang. Kelompok ini pada triwulan II-2013 mengalami inflasi 1,46% (yoy) atau deflasi sebesar -0,54% (qtq). Pendorong utama inflasi tersebut adalah sub kelompok sandang laki-laki sebesar 2,05% (yoy) serta subkelompok sandang anak-anak yang tercatat sebesar 5,10% (yoy) Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada triwulan II-2013 mengalami inflasi 1,40% (yoy) atau 1,27% (qtq) yang didorong terutama oleh kenaikan harga pada subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 2,69% (yoy) serta subkelompok obat-obatan (0,73%; yoy). Pelemahan rupiah pada pertengahan 2013 menyebabkan kenaikan harga obat-obatan yang sarat dengan bahan yang di import juga memberikan dampak domino pada penjualan obat di Jayapura Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada periode laporan mengalami inflasi 4,90% (yoy) atau 0,07% (qtq). Pendorong utama inflasi adalah subkelompok pendidikan yang membukukan inflasi sebesar 8,81% (yoy) sedangkan subkelompok lain tertahan pada level yang relatif rendah. Masuknya musim liburan dan tahun ajaran sekolah baru menyebabkan naiknya permintaan atas sejumlah fasilitas rekreasi dan pendidikan Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan II-2013 mengalami inflasi sebesar 6,61% (yoy) atau 5,50% (qtq). Menguatnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama oleh kenaikan harga pada subkelompok transpor (7,86%; yoy) dan subkelompok sarana dan penunjang transpor (9,39%; yoy). Kenaikan harga BBM yang ditetapkan pemerintah pada Juni 2013 menjadi penyebab tingginya inflasi dari sektor transpor. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20

34 2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Umum Pada triwulan II- 2013, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 6 tercatat sebesar 5.58% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 1,93% (qtq). Angka pertumbuhan tahunan inflasi gabungan melambat jika dibandingkan dengan triwulan I-2013 yang tercatat pada level 7,41% (yoy). Inflasi triwulanan di Kota Manokwari dan Sorong juga tercatat relatif pada level moderat, masing-masing sebesar 1,90% (qtq) dan 1,96% (qtq). Tabel 21. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat Kelompok Komoditi TW II TW IV TW I TW II IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 164,33 4,08 5,03 7,20 5,65 167,38 3,38 6,99 0,49 6,99 174,36 2,81 4,17 4,17 13,74 179,60 1,31 7,30 4,17 9,30 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 166,11 0,42 2,44 1,77 4,04 167,72 0,06 3,44 0,29 3,44 170,41 0,57 1,60 1,60 4,40 171,30-0,05 2,03 1,60 3,02 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 144,06 0,03 0,91 0,26 2,65 145,75 0,01 2,09 0,68 2,09 147,64 0,07 1,30 1,30 2,75 149,43 0,02 2,52 1,30 3,72 Sandang 125,96 0,04 2,08 1,70 3,76 128,59 0,41 4,21 1,52 4,21 129,10 0,11 0,40 0,40 4,24 128,90 0,18 0,24 0,40 2,33 Kesehatan 137,23 0,05 1,67 0,33 3,93 138,42 0,35 2,55 0,39 2,55 138,91 0,30 0,35 0,35 1,56 139,33 0,14 0,66 0,35 1,53 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 126,34 0,01 1,97 1,35 4,25 128,21-0,04 3,49-0,02 3,49 128,66-0,08 0,35 0,35 3,21 128,64 0,00 0,34 0,35 1,83 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 124,92 2,04 0,99 4,79 7,39 131,94 0,99 13,14 2,26 13,14 126,24 1,50-4,32-4,32 5,90 131,23 4,26-0,53-4,32 5,05 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 148,31 1,80 2,68 3,70 4,81 151,64 1,30 4,98 0,85 4,98 153,62 1,37 1,31 1,31 7,41 156,58 1,08 3,26 1,31 5,58 Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter, BPS Provinsi Papua Barat Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2013 terjadi pada semua sub kelompok komoditas namun dengan kecenderungan adanya pelemahan tekanan inflasi. Selain kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, terjadi perlambatan pertumbuhan inflasi tahunan untuk kelompok yang lain. Kenaikan harga tahunan (yoy) kelompok bahan makanan di triwulan II-2013 adalah sebesar 9,30%, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 5,05%, kelompok sandang sebesar 2,33%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,02%, kelompok kesehatan sebesar 1,53%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 3,72%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,83%. Sementara itu, kenaikan harga triwulanan (qtq) tercatat sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar 3,01%; kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,95%; kelompok sandang deflasi sebesar -0,15%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,42%; kelompok kesehatan sebesar 0,30%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,21%; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga deflasi sebesar -0,02%. 6 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21

35 2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2013 mengalami inflasi sebesar 9,30% (yoy) dan 3,01% (qtq). Tingginya inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga secara tahunan beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok bumbu-bumbuan sebesasar 43,752% (yoy), sub kelompok lemak dan minyak 16,43% (yoy), sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 7,50% (yoy), subkelompok ikan diawetkan sebesar 6,38% (yoy), serta subkelompok kacang-kacangan 4,08% (yoy) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-2013 tercatat mengalami inflasi sebesar 3,02% (yoy) dan 0,42% (qtq). Semua subkelompok bertumbuh positif secara tahunan. Subkelompok yang memiliki angka pertumbuhan paling besar adalah subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (5,31%; yoy) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 3,72% (yoy) dan 1,21% (qtq). Akseleratifnya inflasi tahunan kelompok ini pada triwulan II-2013 dibandingkan triwulan I-2013 disebabkan oleh kenaikan harga pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air (5,36%; yoy) serta subkelompok biaya tempat tinggal (3,52%; yoy) Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II-2013 membukukan laju inflasi sebesar 2,33% (yoy) dan mengalami deflasi secara triwulanan sebesar -0,15% (qtq). Adapun kenaikan inflasi kelompok tersebut disebabkan terutama oleh kenaikan harga sub kelompok sandang wanita sebesar 4,38% (yoy) serta subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 3,23% (yoy) Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 1,53% (yoy) atau 0,30% (qtq). Inflasi pada kelomok ini disebabkan oleh kenaikan harga secara tahunan pada sub kelompok obat-obatan sebesar 3,08% (yoy) serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,47% (yoy) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan II-2013 mengalami inflasi sebesar 1,83% (yoy) atau terjadi deflasi sebesar -0,02% (qtq). Tekanan inflasi terutama KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22

36 datang dari subkelompok jasa pendidikan (3,22%; yoy) yang mana subkelompok lain mengalami pertumbuhan yang relatif kecil atau deflasi Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 5,05% (yoy) atau 3,95% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada subkelompok transpor (6,44%; yoy) serta subkelompok jasa keuangan (4,02%; yoy). KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23

37 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan II-2013 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,68% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sangat signifikan sebesar 31,10% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 59,73% (yoy) pada triwulan II-2013 dari 58,01% (yoy) pada triwulan I Namun demikian, LDR tersebut masih jauh dari range minimal 78% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tabel 23. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) W ilayah Papua G row th IV II I II YO Y TotalA sset (Rp m iliar) ,20% D PK (Rp m iliar) ,68% Giro (Rp m iliar) ,69% Deposito (Rp m iliar) ,11% Tabungan (Rp m iliar) ,53% Kredit Penggunaan (Rp m iliar) ,10% M odalkerja ,92% Investasi ,02% Konsum si ,01% Kredit Sektoral(Rp m iliar) ,11% Pertanian ,23% Pertam bangan ,82% Industripengolahan ,96% Listrik,Gas dan Air ,00% Konstruksi ,79% Perdagangan ,03% Pengangkutan ,12% Jasa Dunia Usaha ,54% Jasa SosialM asyarakat ,77% Lain-lain ,20% Kredit M KM (Rp m iliar) ,62% M odalkerja ,13% Investasi ,81% Kredit M ikro (Rp m iliar) ,92% M odalkerja ,31% Investasi ,27% Kredit Kecil(Rp M iliar) ,75% M odalkerja ,25% Investasi ,29% Kredit M enengah (Rp M iliar) ,52% M odalkerja ,56% Investasi ,05% N PL ,44% N PL Ratio 1,14% 1,39% 1,58% 1,83% 31,53% LD R 48,09% 50,88% 58,01% 59,73% 17,39% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24

38 Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 9,20% (yoy) yang terutama disumbang oleh tingginya pertumbuhan kredit sebesar 31,10% (yoy). Kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +84% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 41.01% (yoy) dan 18,92% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif lebih kecil, namun sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup besar yakni 38,02%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi oleh kualitas kredit yang sangat baik seperti tercermin dari rendahnya kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang hanya sebesar 1,83%, jauh di bawah batas maksimum 5%. Tabel 24. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT (%) IV I II III IV I II Tani 1,14% 1,23% 1,30% 2,00% 2,04% 1,86% 2,86% Tambang 0,36% 0,38% 0,41% 0,43% 0,61% 0,78% 0,88% Industri 1,21% 1,19% 1,32% 1,15% 1,93% 4,00% 5,04% Listrik,Gas 7,78% 8,49% 8,94% 10,28% 10,00% 12,50% 9,33% Konstruksi 1,30% 1,34% 1,45% 1,20% 1,13% 1,47% 2,23% Dagang/Hotel 1,16% 1,16% 1,28% 1,11% 1,81% 2,40% 2,44% Angkut/Komunikasi 1,19% 1,07% 1,25% 0,61% 0,40% 0,37% 0,65% JS.Dunia Usaha 0,39% 0,36% 0,42% 0,26% 0,94% 1,77% 2,43% JS.Sosial 1,33% 1,42% 1,51% 1,32% 0,77% 1,22% 1,47% Lain-2 1,34% 1,35% 1,49% 1,59% 1,01% 0,99% 1,10% Total 1,27% 1,28% 1,41% 1,34% 1,27% 1,54% 1,80% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito dengan pertumbuhan sebesar 29,11% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar 11,53% (yoy) serta giro sebesar 4,69% (yoy). Rendahnya pertumbuhan giro terutama disebabkan oleh belum cairnya dana perimbangan Pemerintah pada triwulan laporan. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25

39 II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih cukup menggembirakan seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 5,70% (yoy), DPK sebesar 9,75 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 30,3% (yoy). Tabel 25. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) ProvinsiPapua G row th IV II I II YO Y TotalAsset (Rp m iliar) ,70% DPK (Rp m iliar) ,75% Giro (Rp m iliar) ,85% Deposito (Rp m iliar) ,31% Tabungan (Rp m iliar) ,24% Kredit Penggunaan (Rp m iliar) ,13% M odalkerja ,31% Investasi ,40% Konsum si ,07% Kredit Sektoral(Rp m iliar) ,13% Pertanian ,18% Pertam bangan ,64% Industripengolahan ,59% Listrik,Gas dan Air ,45% Konstruksi ,73% Perdagangan ,50% Pengangkutan ,65% Jasa Dunia Usaha ,20% Jasa SosialM asyarakat ,10% Lain-lain ,15% Kredit M KM (Rp m iliar) ,65% M odalkerja ,69% Investasi ,52% Kredit M ikro (Rp m iliar) ,94% M odalkerja ,85% Investasi ,21% Kredit Kecil(Rp M iliar) ,89% M odalkerja ,44% Investasi ,11% Kredit M enengah (Rp M iliar) ,08% M odalkerja ,29% Investasi ,20% NPL ,29% NPL Ratio 1,15% 1,37% 1,53% 1,79% 30,85% LDR 45,91% 48,67% 58,62% 57,71% 18,58% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK belum menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua secara signifikan. Pada triwulan II-2013 LDR Provinsi Papua sebesar 57,71% (yoy) atau lebih rendah dari 57,50% pada triwulan sebelumnya. Meskipun LDR menurun namun rasio kredit bermasalah masih tetap terjaga baik dan tercatat hanya sebesar 1,79% (yoy). 2.2 Aset Perbankan Total aset perbankan di Papua tercatat sebesar Rp 37,92 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa sebesar 81% sementara pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan BPR hanya sebesar 19% dengan total aset masing-masing mencapai Rp 6,72 triliun dan Rp 547 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama ditopang oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 30,13%. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26

40 Gafik 25. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Rp. Miliar Perkembangan Aset Pertumbuhan (yoy) ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II Total Aset Pertumbuhan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Komposisi Aset Perbankan Pemerintah 81% BPR 1% Swasta 18% 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 28,86 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 11,08 triliun, tabungan sebesar Rp 11,55 triliun dan deposito sebesar Rp 6,21 triliun. Dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito berada diperingkat tertinggi yakni sebesar 36,31% diikuti oleh pertumbuhan tabungan sebesar 13,24%. Berbeda dengan deposito dan tabungan, giro justru mengalami kotraksi sebesar -3,85% sebagai dampak dari belum masuknya berbagai dana perimbangan Pemerintah. Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 79% diikuti kelompok bank swasta 20% dan kelompok BPR 1%. Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi Khusus bagi Pemerintah Daerah Papua yang ditempatkan pada bank miliknya, yakni PT. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua. Tabel 27. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank Growth IV IV I II III IV I II (yoy) Bank Pemerintah , , , , , , , ,10 10,49% Giro 5.232, , , , , , , ,50-2,12% Deposito 2.282, , , , , , , ,80 16,22% Tabungan 7.462, , , , , , , ,80 21,00% Bank Swasta 4.447, , , , , , , ,70 12,28% Giro 1.180, , , , , , , ,77-8,77% Deposito 1.444, , , , , , , ,54 29,48% Tabungan 1.822, , , , , , , ,39 18,50% BPR 166,35 223,64 237,06 206,69 217,03 202,58 202,58 215,60-14,54% Deposito 131,78 179,66 191,31 153,84 161,53 149,48 149,48 159,30-21,86% Tabungan 34,56 43,98 45,75 52,85 55,50 53,10 53,10 56,30 16,07% Total DPK Provinsi Papua , , , , , , , ,40 10,64% Giro 6.412, , , , , , , ,27-3,39% Deposito 3.858, , , , , , , ,64 18,99% Tabungan 9.319, , , , , , , ,49 20,47% Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27

41 25.000, , , , ,00 0,00 Grafik 26. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Pemerintah IV IV I II III IV I II 7.000, , , , , , ,00 0,00 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Swasta IV IV I II III IV I II Giro Deposito Tabungan Giro Deposito Tabungan Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Perkembangan Total Dana Pihak Ketiga 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 IV IV I II III IV I II , , , , , ,00 0,00 IV IV I II III IV I II Deposito Tabungan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Giro Deposito Tabungan Dapat diinformasikan bahwa persiapan PT. BPD Papua menjadi Bank Regional Champion (BRC) masih berjalan dengan baik. Salah satu penyebabnya adalah besarnya dana penempatan milik (giro) Pemda di BPD yang mencapai lebih dari 50% dari DPK-nya. Hal tersebut menjadi motor utama bagi BPD dalam pengembangan jaringan kantor ke seluruh wilayah Papua. Luasnya jaringan ini menjadi senjata bagi BPD untuk menjangkau hampir seluruh masyarakat yang ada di bebagai pelosok Papua. Dalam kaitan jaringan kantor, memang BPD Papua telah mampu memerankan fungsinya sebagai Bank Regional Champion di wilayah Papua Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit dibandingkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan masih relatif kecil. Namun demikian perkembangan kredit di Papua tumbuh cukup menggembirakan yakni sebesar 30,13% (yoy). Pertumbuhan oleh kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 17,31% (yoy) dan kredit konsumsi sebesar 43,07% (yoy) dan kredit investasi sebesar 28,40%. Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak lepas dari semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua, sehingga sektor-sektor produktif yang bersifat jangka panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur berkembang dengan pesat. Pertumbuhan ini juga disebabkan rendahnya suku bunga kredit yang mencapai rata-rata 14-17% pada triwulan berjalan. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28

42 Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Tabel 28. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ProvinsiPapua G row th IV II I II YO Y Pertanian ,18% Pertam bangan ,64% Industripengolahan ,59% Listrik,Gas dan Air ,45% Konstruksi ,73% Perdagangan ,50% Pengangkutan ,65% Jasa Dunia Usaha ,20% Jasa SosialM asyarakat ,10% Lain-lain ,15% Grafik 27. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Tabel Perkembangan Kredit Komposisi Kredit 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% -20.0% -40.0% 46% 38% Kredit Penggunaan (Rp miliar) Growth Modal Kerja Investasi Konsumsi Pertumbuhan Modal Kerja Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan Konsumsi 16% Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share 46%, modal kerja 38%, investasi 16%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kenderaan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. 2.5 LDR Dan NPL Peran intermediasi perbankan di wilayah Papua masih belum optima sebagaimana tercermin dari LDR yang hanya 57,71%. Terbatasnya jumlah usaha baik UMKM maupun usaha besar di Papua menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap dunia usaha terhadap kredit perbankan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab rendahnya LDR. Level jaringan kantor yang semakin kecil menunjukkan KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29

43 kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, rendahnya entrepreneurship yang diperkirakan hanya sekitar 0,20% dari seluruh Penduduk Papua juga ikut menjadi penyebab rendahnya LDR di Papua. Ditengah rendahnya LDR, namun kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong sangat baik seperti tercermin dari NPL yang hanya sebesar 1,79%. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik, gas dan air menjadi sektor yang paling berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini yang mencapai 14,36%. Sektor-sektor ekonomi lainnya (sektor tambang, pertanian, industri, konstruksi, perdagangan, dunia usaha, jasa sosial) masih sangat menguntungkan seperti tercermin dari NPL yang hanya berada pada kisaran 0,40%-2,04%. Tabel 29. Perkembangan Indikator Perbankan NPL PAPUA (%) IV I II III IV I II Tani 1,23% 1,35% 1,42% 1,41% 0,55% 0,85% 1,15% Tambang 0,35% 0,39% 0,41% 0,40% 0,88% 1,27% 1,47% Industri 1,13% 1,23% 1,30% 1,29% 2,03% 4,29% 5,65% Listrik,Gas 7,84% 8,57% 9,02% 8,93% 10,86% 13,64% 10,00% Konstruksi 1,81% 1,98% 2,09% 2,06% 1,59% 1,91% 2,46% Dagang/Hotel 1,13% 1,23% 1,30% 1,28% 1,73% 2,08% 2,20% Angkut/Komunikasi 0,73% 0,80% 0,84% 0,84% 0,35% 0,67% 0,86% JS.Dunia Usaha 0,17% 0,19% 0,20% 0,20% 0,92% 1,94% 2,85% JS.Sosial 1,27% 1,38% 1,46% 1,44% 0,74% 1,44% 1,76% Lain-2 1,16% 1,27% 1,33% 1,32% 0,90% 0,98% 1,12% Total 1,20% 1,31% 1,38% 1,31% 1,22% 1,49% 1,79% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Perkembangan NPL dan LDR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II LDR NPL 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Pertumbuhan dan share Kredit MKM di Provinsi Papua cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit yang mencapai sebesar 34,82% dengan nilai sebesar Rp 5,79 triliun. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 10,65% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM yang cukup besar tersebut antara lain disebabkan oleh relatif terbatasnya perusahaan skala besar di Papua atau tingkat delegasi kewenangan pemberian kredit oleh pejabat bank di Papua yang masih relatif terbatas. Di sisi lain, perusahaan skala besar yang berada di Papua mendapat kredit dari parent company di luar negeri maupun di luar Papua. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30

44 Tabel 30. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua ProvinsiPapua G row th IV II I II YO Y Kredit M KM (Rp m iliar) ,65% M odalkerja ,69% Investasi ,52% Kredit M ikro (Rp m iliar) ,94% M odalkerja ,85% Investasi ,21% Kredit Kecil(Rp M iliar) ,89% M odalkerja ,44% Investasi ,11% Kredit M enengah (Rp M iliar) ,08% M odalkerja ,29% Investasi ,20% NPL ,29% NPL Ratio 1,15% 1,37% 1,53% 1,79% 30,85% LDR 45,91% 48,67% 58,62% 57,71% 18,58% Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat, penghitungan menggunakan pendekatan plafond. III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan II Total aset perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan II mencapai Rp 10,56 triliun atau meningkat 23,98% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 9,72 triliun atau meningkat 22,26% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 6,19 triliun atau tumbuh 33,79% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 63,68%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi oleh kualitas kredit yang sangat baik dengan NPL hanya 1,93%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31

45 Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 31. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ProvinsiPapua Barat G row th IV II I II YO Y TotalAsset (Rp m iliar) ,98% DPK (Rp m iliar) ,26% Giro (Rp m iliar) ,02% Deposito (Rp m iliar) ,55% Tabungan (Rp m iliar) ,92% Kredit Penggunaan (Rp m iliar) ,79% M odalkerja ,78% Investasi ,36% Konsum si ,08% Kredit Sektoral(Rp m iliar) ,78% Pertanian ,22% Pertam bangan ,00% Industripengolahan ,57% Listrik,Gas dan Air ,00% Konstruksi ,68% Perdagangan ,11% Pengangkutan ,99% Jasa Dunia Usaha ,69% Jasa SosialM asyarakat ,91% Lain-lain ,50% Kredit M KM (Rp m iliar) ,04% M odalkerja ,85% Investasi ,78% Kredit M ikro (Rp m iliar) ,50% M odalkerja ,70% Investasi ,17% Kredit Kecil(Rp M iliar) ,03% M odalkerja ,92% Investasi ,47% Kredit M enengah (Rp M iliar) ,86% M odalkerja ,45% Investasi ,93% NPL ,06% NPL Ratio 1,11% 1,45% 1,67% 1,93% 33,10% LDR 55,45% 58,20% 59,84% 63,68% 9,43% Sama seperti di Papua, masih rendahnya LDR perbankan di Papua Barat juga disebabkan masih relatif terbatasnya sektor usaha yang layak dibiayai di Papua Barat sementara usaha besar memperoleh pinjaman dari perbankan di luar Papua. 3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 10,56 triliun atau tumbuh 22,26% dibanding periode yang sama tahun Sama seperti di Papua, dominasi Bankbank Pemerintah masih cukup tinggi di Papua Barat dengan pangsa 90% sedangkan bank swasta hanya 9% dan BPR 1%. Grafik 28. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Rp. Miliar Perkembangan Aset Pertumbuhan (yoy) 40,00% 35,00% 30,00% 25,00% Komposisi Aset Perbankan Swasta 9% BPR 1% ,00% ,00% 10,00% 5,00% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II ,00% Pemerintah 90% Pertumbuhan Pertumbuhan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32

46 Hal ini disebabkan oleh kredit perusahaan besar yang masih mengandalkan financing dari parent company (khususnya PMA dan perusahaan asing) Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 9,72 triliun yang terdiri dari giro Rp 4,17 triliun, tabungan Rp 3,81 triliun dan deposito Rp 1,73 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen tumbuh sebagai berikut: giro sebesar 37,02%, deposito sebesar 23,55%, dan tabungan sebesar 8,92%. Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi (90%) diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 9% dan BPR sebesar 1% , , , , ,00 0,00 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Pemerintah Grafik 29. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat IV IV I II III IV I II 900,00 800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Swasta IV IV I II III IV I II Giro Deposito Tabungan Giro Deposito Tabungan Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR Perkembangan Total Dana Pihak Ketiga 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 IV IV I II III IV I II , , , , ,00 0,00 IV IV I II III IV I II Deposito Tabungan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Giro Deposito Tabungan 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan II-2013 mencapai sebesar Rp 6,19 triliun atau tumbuh sebesar 33,79% dibanding periode yang sama tahun Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa terbesar 43,57%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 41,65%, dan diikuti oleh kredit investasi 14,78%. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33

47 Tabel 32. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat I II III IV I II III IV I II III IV I II Modal Kerja , ,8 Pertumbuhan Modal Kerja 62,17% 52,16% 59,44% 54,58% 38,26% 32,85% 29,91% 16,04% 20,44% 25,53% 23,02% 34,27% 30,96% 22,78% Investasi , ,4 Pertumbuhan investasi 11,94% -5,05% 11,65% -5,73% 23,62% 17,01% 14,89% 40,21% 30,89% 51,74% 71,83% 59,56% 72,74% 75,36% Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi 33,55% 39,69% 23,42% 10,74% 25,05% 32,11% 36,36% 47,64% 42,60% 32,27% 36,94% 33,74% 28,09% 35,08% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 30. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, secara sektoral kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain yakni yang mencakup kredit untuk ruko, pembiyaan kenderaan bermotor mencapai porsi 41,93%, diikuti kredit perdagangan,hotel dan restoran sebesar 34,84% Tabel 33. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.5. LDR dan NPL Peningkatan dalam DPK dan Kredit perbankan diikuti oleh peningkatan fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat. Hal itu tercermin dari peningkatan LDR menjadi 63,68% pada triwulan II-2013 dari 59,84% pada triwulan I Peningkatan LDR tersebut diikuti oleh penurunan kualitas kredit seperti tercermin dari kenaikan NPL menjadi 1,93% pada triwulan I-2013 dari 1,69% pada triwulan I-2013 walaupun masih tetap dibawah ambang batas 5%. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34

48 Grafik 30. Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Perkembangan NPL dan LDR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% LDR NPL Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2013 mencapai Rp 2,54 triliun. Kredit MKM tersebut didominasi oleh kredit kecil dengan share 44,71%, kemudian kredit menengah sebesar 41,13% dan kredit usaha mikro sebesar 14,16%. Seperti di Papua, besarnya porsi kredit UMKM masih diakibatkan belum adanya perusahaan dengan skala besar yang mengajukan kredit di Papua Barat yang salah satunya disebabkan oleh terbatasnya delegasi pemberian kredit oleh Pejabat Bank di Papua Barat. Tabel 34. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar) Provinsi Papua Barat IV IV II I II Growth YOY Kredit MKM (Rp miliar) 1,408 1,819 2,101 2,220 2, % Modal Kerja 1,234 1,548 1,740 1,799 1, % Investasi % Kredit Mikro (Rp miliar) % Modal Kerja % Investasi % Kredit Kecil (Rp Miliar) ,093 1,036 1, % Modal Kerja % Investasi % Kredit Menengah (Rp Miliar) , % Modal Kerja % Investasi % Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35

49 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH I. Keuangan Daerah Provinsi Papua Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu komponen sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain mempengaruhi langsung perekonomian, misalnya melalui pengeluaran pemerintah, alokasi anggaran pemerintah dalam APBD juga menjadi acuan bagi sektor swasta dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Disisi lain, rencana pendapatan dan pengeluaran pemerintah juga sebagai acuan dalam memproyeksikan kegiatan ekonomi ke depan. Apabila Pemerintah ingin meningkatkan pendapatan misalnya dengan menaikkan tarif Pajak maka hal tersebut dapat mengakibatkan melemahnya gairah usaha dan sebaliknya penurunan tarif pajak akan direspon pihak swasta dengan menambah jumlah investasi. Selanjutnya, realisasi pengeluaran pemerintah berdampak langsung dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Oleh karena itu besaran, kecepatan dan ketepatan waktu realisasi baik pengeluaran maupun pendapatan pemerintah akan berpengaruh pada proses pembangunan ekonomi secara keseluruhan. 1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Anggaran pendapatan tahun 2013 mencapai sebesar Rp 8,18 triliun atau meningkat 10,81% dibandingkan dengan jumlah anggaran pada tahun Kenaikan anggaran tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya rencana Pendapatan melalui Dana Perimbangan (16,11%) khususnya dana alokasi umum yang meningkat 20,35% dari tahun Komponen rencana pendapatan yang juga mengalami kenaikan signifikan adalah pendapatan pajak daerah menjadi Rp 326 miliar dari Rp 307 miliar pada tahun 2012 atau meningkat 6,00%. Sementara itu, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua hingga triwulan II-2013 baru mencapai 39,4% atau senilai Rp 3,24 triliun. Pencapaian pendapatan sebesar 39,4% hingga triwulan II-2013 tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan pencapaian realisasi pendapatan pada tahun 2012 yang hanya sebesar 37,24%. Selanjutnya, secara rinci realisasi PAD baru mencapai Rp 242 milliar (59,59%), Retribusi Daerah senilai Rp 11,7 (98,73%), serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah sebesar Rp 161 miliar (120%). KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36

50 Tabel 35. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014 URAIAN Anggaran 2012 % Sumber: Pemerintah Provinsi Papua (Angka Sementara) Realisasi Triwulan s.d II-2012 % Realisasi Anggaran 2013 % Realisasi s.d Triwulan II-2013 % Realisasi PENDAPATAN 7,386,153,782, ,750,775,273, % 8,184,736,386, ,224,371,362, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 478,850,976, ,794,932, % 407,694,190, ,935,464, % Pajak Daerah 307,842,142, ,596,076, % 326,313,065, ,081,619, % Retribusi Daerah 13,040,573, ,504,012, % 11,900,872, ,749,286, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 22,598,925, ,598,925, % 19,887,900, ,000, % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 135,369,334, ,095,917, % 49,592,353, ,904,557, % DANA PERIMBANGAN 6,560,208,496, ,038,706,884, % 3,073,997,838, ,341,281,357, % Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 2,155,377,790, ,712,912, % 2,502,569,266, ,039,318, % Dana Alokasi Umum 479,404,176, ,891,224, % 479,404,176, ,102,072,867, % Dana Alokasi Khusus 1,569,782,444, ,00 1,889,267,850, ,169,172, % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 106,191,170, ,307,844,886, % 133,897,240, ,940,955, % Dana Penyesuaian/BOS 4,404,830,706, ,703,044,358, ,428,572, % Dana Otonomi Khusus 347,094,310, ,428,571, % 571,428,572, ,306,785,014, % Dana Tambahan Infrastruktur 809,660,372, % 571,428,571, % 1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Total Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (government expenditure) Provinsi Papua pada tahun 2013 mencapai Rp 8,0 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp 88 miliar dibanding tahun Dengan jumlah anggaran pendapatan mencapai Rp 8,18 triliun berarti Provinsi Papua, walau tidak terlalu besar menjalankan surplus spending budget untuk tahun 2013 sebesar Rp 150 miliar. Hingga triwulan II-2013, realisasi belanja pemerintah mencapai sebesar Rp 1,8 triliun atau mencapai 23,39% dari target. Ke depan, Pemerintah Provinsi diharapkan dapat mengalokasikan anggaran yang lebih besar bagi pengembangan wilayah untuk membuka daerah-daerah terisolir, mengembangkan dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan pembangunan infrastruktur lainnya yang berpotensi meningkatkan produktivitas dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Walaupun Pemerintah Pusat telah membentuk Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B), namun akselerasi pembukaan daerah terisolir belum begitu nyata. Untuk itu diharapkan, agar sinergi antara Pemda (Pemprov dan Pemkab/Pemkot) dengan UP4B dapat ditingkatkan sehingga tujuan percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat dapat direalisasikan. Tabel 36. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I Tahun URAIAN ANGGARAN 2012 TRIWULAN II-2012 % realisasi ANGGARAN 2013 TRIWULAN II-2013 % realisasi BELANJA Pemerintah 7,134,095,549, ,575,717, ,034,736,386,000 1,878,985,910, Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37

51 Selain itu, perlu pula meningkatkan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam membantu Pemerintah untuk melaksanakan pembangunan. BUMD misalnya dapat dilengkapi dengan moda transportasi bersubsidi khususnya angkutan laut sehingga mempercepat arus barang dan orang dari suatu tempat ke tempat lain di Papua (intra Papua). KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38

52 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan mengenai tingkat kemajuan sistem pembayaran merupakan salah satu indikator dalam mengukur kemajuan ekonomi suatu daerah. Secara umum, semakin tinggi frekuensi dan nilai transaksi sistem pembayaran suatu daerah semakin besar besar pula kapasitas perekonomiannya. Dalam kaitan itu, otoritas sistem pembayaran diharapkan dapat mendorong bertumbuhnya sistem pembayaran yang cepat, efisien, handal, dan aman yang mampu memenuhi kebutuhan sistem perekonomian. Dalam sistem pembayaran, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh wilayah kerjanya. Selain dalam penyediaan alat pembayaran tunai, KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat juga berupaya membantu kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan sistem penyelesaian transaksi uang giral (non tunai) yang lancar, aman, dan efisien. Dalam hal ini, sistem yang senantiasa dijaga agar dapat tetap berjalan dengan lancar, aman dan efisien adalah Bank Indonesia Real Time Gross Settlement(BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia(SKN-BI). Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, kedua sistem ini harus dipastikan dapat beroperasi dengan toleransi gangguan yang sangat minimal (< 2 jam). Terhadap implementasi BI-RTGS dan SKN-BI, Kantor Perwakilan Bank Indonesia selain bertindak mewakili regulator juga sekaligus sebagai peserta. Sebagai peserta sistem pembayaran, Kantor Perwakilan Bank Indonesia tunduk yang berlaku secara internasional (bye laws). Bye laws dapat diartikan sebagai aturan hukum yang lebih rendah dari undang-undang yang dibuat oleh para peserta untuk mengatur diri sendiri dan mengikat sesama anggota. I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan II-2013, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 8,18 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 7743 lembar. Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 10,15 triliun berasal dari dana alokasi umum dan dana perimbangan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Papua. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39

53 Tabel36. Transaksi RTGS Wilayah Papua RTGS Growth I II III IV I II III IV I II (YoY) Outflow Nominal (Rp.milliar) , , , , , , , , , ,49 13,81% Lembar Warkat 9.497, , , , , , , , , ,18 5,12% Inflow Nominal (Rp.milliar) , , , , , , , , , ,60-7,69% Lembar Warkat , , , , , , , , , ,36-15,40% Net Outflow Nominal (Rp.milliar) 6.462, , , , , , , , , ,11-48,29% Lembar Warkat ,00-861, , , , , , , , ,18-40,56% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 1.505, ,14 615, ,52 995, ,76 805,30 845,56 901,87 739,53-61,36% Lembar Warkat 1.473, ,00 605, , , ,00 646,40 678, , ,80 4,12% Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat Grafik 33. Nilai Transaksi RTGS 30, , , , , , I II III IV I II III IV I 14, , , , , , , , , , , , , , , , , I II III IV I II III IV I 25, , , , , Outflow Nominal (Rp.milliar) Outflow Lembar Warkat Inflow Nominal (Rp.milliar) Inflow Lembar Warkat Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat Dengan demikian, pada triwulan laporan terdapat transaksi masuk (net inflow) ke Papua sebesar Rp 1,97 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -48,29% dibanding periode yang sama tahun lalu. Besarnya transaksi inflow merupakan cerminan uang yang masuk ke Papua lebih besar dari uang yang keluar dari Papua. Sebaliknya hal tersebut juga menggambarkan bahwa tingkat investasi dan alokasi yang diberikan pemerintah pusat ke wilayah Papua cukup besar. II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil (di bawah Rp 100 juta). Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang lebih lama (ada lag waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time). KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40

54 Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 37. Transaksi Kliring Wilayah Papua Kliring Growth II III IV I II III IV I II (YOY) Total Volume (lembar) , , , , , , , , ,86 2,36% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1.175, , , , , , , , ,60 9,02% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 686,14 710,49 807,17 800,86 813,06 819,33 805,88 849,00 832,02 2,33% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) 19,580 21,620 22,703 26,624 20,715 23,593 29,547 23,59 21,70 4,77% Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) 0,823 1,656 1,336 1,494 1,116 1,680 1,954 2,19 1,18 6,16% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 0,902 1,779 1,396 1,250 1,397 1,832 1,068 2,50 1,45 3,73% Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,31 triliun dengan jumlah warkat sebesar warkat. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 9,02%. Secara ratarata, perputaran kliring pada triwulan II-2013 sebesar Rp 21,70 milliar/hari dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 832 lembar. Dengan memperhatikan bahwa tinggi rata-rata transaksaksi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa besarnya transaksi tersebut membutuhkan nilai denominasi rupiah yang semakin kecil (realisasi redenominasi sangat dibutuhkan). Sementara itu, nisbah rata-rata penolakan sampai dengan triwulan II-2013 mencapai sebesar Rp 1,45 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,18 lembar. Grafik 34. Perkembangan Kliring Wilayah Papua , , , , , , , , , , ,00 IV I II III IV I II Total Volume (lembar) , , , , ,00 800,00 600,00 400,00 200,00 Total Nominal Kliring (Rp Miliar) - 860,00 850,00 840,00 830,00 820,00 810,00 800,00 790,00 780,00 770,00 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - IV I II III IV I II 2013 Rata-Rata Volume (lembar) Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat III. Perkembangan Uang Kartal Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/ denominasi maupun tingkat kelayakan edar. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41

55 Pada triwulan II-2013, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapairp 1,24 triliun atau meningkat 5,21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 2,14 Triliun atau menurun sebesar -9,54% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 906 miliar. Tingginya peredaran uang kartal mencerminkan bahwa kecenderungan masyarakat Papua memegang uang tunai cukup tinggi. Selain itu, hal tersebut juga ditengarai karena masih minimnya kondisi infrastruktur maupun jaringan bank yang relatif belum terlalu banyak di Papua khususnya di wilayah pemekaran Kabupaten paska pemberlakukan UU Otonomi Khusus Papua. Tabel38. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat Uang Kartal Growth IV I II III IV I II (YOY) Inflow (Rp Miliar) 1.107, , ,91 469, , , ,40 5,21% Outflow (Rp Miliar) 4.716, , ,08 64, , , ,59-9,54% Net Outflow (Rp Miliar) (3.608,35) 1.164,99 (1.194,16) 405,20 (4.605,64) (1.682,06) 906,19-175,89% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1.241, , , , , , ,50 19,24% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1.033, ,98 835, , , , ,36 49,49% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 207,72 387,77 512,19 404,92 230,22 501,59 358,14-30,08% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 263,36 274,43 55,84 22,63 57,96 107,59 167,06 199,16% Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, melaksanakan kas keliling, dan membuka pelayanan kas titipan di perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika, Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Juni 2013 oleh KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 358 miliar dan pemusnahan uang tidak layak edar sebesar Rp 167,06 miliar. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42

56 BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua 7 Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2013 mencapai orang, mengalami kenaikan sebesar 6,51% dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Papua mencapai sebesar 80,25% atau mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Dalam pada itu, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 2,90% pada Februari 2012 menjadi 2,81% pada Februari Hal itu menunjukkan bahwa ketersediaan lapangan kerja tumbuh lebih cepat dibanding pertambahan jumlah angkatan kerja. Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 40. Penduduk Menurut Kegiatan Utama Februari 2013 Provinsi Papua Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian ,092,878 1,036,520 1,124,829 1,112,814 1,202,394 Industri ,885 14,468 16,998 23,372 Perdagangan , , , ,903 Jasa-Jasa , , , ,260 Lainnya 65,221 89, , , , , ,109 TOTAL ,476,227 1,545,467 1,527,933 1,646,038 Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Namun demikian jika dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan perkapita, maka sektor pertanian justru menempati peringkat paling rendah diantara beberapa sektor yang ada dengan nilai pendapatan perkapita berkisar Rp ,- Tabel Pendapatan Menurut Lapangan Kerja PDRB Papua Per Kapita Pertanian 849, , , , , Industri Pengolahan 6,043, ,587, ,398, ,945, ,259, Perdagangan, Hotel & 4,026, ,708, ,811, ,843, ,950, Jasa - jasa 3,820, ,358, ,676, ,576, ,455, TOTAL PDRB 3,225, ,520, ,564, ,860, ,410, Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah 7 Data ketenagakerjaan di release oleh BPS setiap bulan Februari dan Agustus. KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43

57 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2013 mengalami peningkatan sebesar 7,73% dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Sektor industri mengalami pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tertinggi sebesar 61,54%, di ikuti sektor jasa-jasa sebesar 8,38%, sektor pertanian sebesar 6,90%, sektor perdagangan sebesar 1,06%. Sementara aektor lainnya mengalami penurunan sebesar -0,01%. Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Februari 2012, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 73% diikuti oleh sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 10%. Namun demikian jika dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor ini masih perlu mendapatkan pembenahan, sehingga menjadi sektor yang mampu memberikan nilai tambah yang lebih baik. Tabel 41. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2008 Agustus 2011 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua (diolah) KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Jayapura !"#$#$ # $%#&!' $&!&&!!!! #!!' (# )!!# )))!!' #&* &)# # ) $ )!)!#) &+,&!! #& &! &) &) %!

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 2013 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI Menjalankan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci