ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYA SAING SEKTOR PERIKANAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Paramia Rosmi 1, Gunawan Syahranau 2, Parini 2 1 Mahasiswa Agribisnis Fakulas Peranian Universias Islam Indragiri 2 Dosen Agribisnis Fakulas Peranian Universias Islam Indragiri Syahranau_gsr@yahoo.co.id Absrak Daya saing daerah berkaian era dengan kemampuan ekonomi daerah dalam hal ini erkai dengan pemanfaaan poensi daerah unuk menghasilkan dan memasarkan produk aau jasa yang dibuuhkan oleh pasar secara berkesinambungan. Tujuan peneliian ini adalah : (1) Unuk mengeahui sumbangan sekor perikanan erhadap PDRB di Kabupaen Indragiri Hilir, (2) Unuk mengeahui apakah sekor perikanan merupakan sekor basis di Kabupaen Indragiri Hilir, (3) Unuk mengeahui daya saing sekor perikanan di Kabupaen Indragiri Hilir. Hasil peneliian menunjukkan bahwa :(1) Sumbangan sekor perikanan selama ahun flukuaif dengan kecenderungan meningka (3,97 % - 4,16%),(2)Sekor perikanan di Kabupaen Indragiri Hilir merupakan sekor basis dengan nilai LQ 1,08. (3)Daya saing sekor perikanan di Kabupaen Indragiri Hilir idak berdaya saing eapi berpoensi unuk dikembangkan dengan nilai (Y)/Differenial Shif adalah 3,863,095 dan nilai pada (X)/Propoional Shif -117,776,07. Kaa Kunci : Sekor basis, Daya saing, Perikanan Absrac Regional compeiiveness is closely relaed o he economic capaciy of he region in his case relaed o he uilizaion of regional poenial o produce and marke producs or services required by he marke on an ongoing basis. The purpose of his sudy are: (1) To deermine he conribuion of he fisheries sekor o he GDP in Indragiri Hilir, (2) To deermine wheher he fisheries sekor is a sekor basis in Indragiri Hilir, (3) To deermine he compeiiveness of he fisheries sekor in Indragiri Hilir. The resuls showed ha: (1) The conribuion of he fisheries sekor during he flucuae wih a endency o increase (3.97% %), (2) The fisheries sekor in Indragiri Hilir is a sekor basis LQ value of 1.08, (3) The compeiiveness of he fisheries sekor in Indragiri Hilir no compeiive bu has he poenial o be developed wih he value (Y) / Differenial Shif is 3,863,095 and he value of he (X) / proporional Shif -117,776,07. Keywords: Sekor base, compeiiveness, fishery 1. PENDAHULUAN Pemerinah Indonesia elah meluncurkan rencana induk pembangunan yang membagi Indonesia menjadi 6 koridor ekonomi yaiu ; 1) koridor bagian Timur Sumaera, 2) bagian Uara Jawa Bara, panai Uara Jawa, 3) Kalimanan, 4) Sulawesi, 5) Papua dan 6) bagian Timur Jawa-Bali-Nusa Tenggara. Sumaera Timur, Provinsi Riau memiliki poensi besar dalam sumber daya pesisir dan lau. Riau merupakan salah sau Provinsi yang memiliki poensi cukup besar dalam sumber daya perikanan. Provinsi Riau memiliki 12 Kabupaen/koa, kabupaenkabupaen ersebu memiliki poensi sumber daya perikanan dan kelauan yang inggi dan diperkaya dengan keanekaragaman hayai yang menjadikan kabupaenkabupaen ini memiliki keunggulan komparaif yang inggi. Provinsi Riau merupakan salah sau Provinsi yang kaya sumber daya alam, sehingga karaker ekonominya didominasi oleh sekor berbasis sumber daya alam, eruama sekor primer. Kinerja perkembangan wilayah dapa diliha dari berbagai indikaor, dianaranya adalah pendapaan koor wilayah, yang diuangkan dalam Produk Domesik Regional Bruo (PDRB). Poensi keunggulan komparaif yang Analisis Daya Saing...(Paramia e al.) 235

2 ISSN : inggi ini perlu dikembangkan, melalui suau sisem usaha yang akan menghasilkan produk dan jasa perikanan dan kelauan yang memiliki daya saing inggi. Di samping iu, usaha perikanan diharapkan mampu meningkakan nilai ambah sekor perikanan dan kelauan menjadi wahana yang pening unuk menanggulangi kemiskinan. Sekor primer, erdapa poensi perikanan. Sekor ini secara keseluruhan baru memberikan konribusi sebesar 1.67%. Kabupaen penyumbang erbesar adalah Rokan Hilir dan Indragiri Hilir [1] Di anara Kabupaen/koa yang memiliki poensi perikanan cukup besar adalah Indragiri Hilir. Poensi perikanan lau Kabupaen Indragiri Hilir berada di Kecamaan Reeh, Sei. Baang, Tanah Merah, Kuala Indragiri, Concong, Mandah dan Kaeman, dengan produksi mencapai ,13 on [2]. Poensi perikanan angkap di perairan lau sebesar 109,212 Ton/Th dengan ingka pemanfaaan pada ahun 2008 sebesar ,76 Ton/Th (32,30 %). Dibidang perikanan budidaya Kabupaen Indragiri Hilir memiliki poensi lahan unuk pengembangan budidaya ambak seluas Ha dengan ingka pemanfaaan Ha (4,42 %) dan budidaya air awar (minaani) dengan poensi sebesar Ha baru dimanfaakan sebesar 166 Ha (10%). Semenara dibidang budidaya lau berupa pemeliharaan ikan didalam keramba jaring apung ersedia luas areal poensial yang dapa menampung sekiar kanong keramba [2]. Konribusi sekor perikanan erhadap perekonomian selama waku ersebu mengalami penurunan. Oleh karena iu, diperlukan upaya dari pemerinah dan sakeholder erkai unuk fokus dalam membangun sekor perikanan, dianaranya melalui pengolahan yang dapa meningkakan nilai ambah. Kegiaan pengolahan produk perikanan dapa meningkakan daya saing produk ersebu. Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai perumbuhan ingka kesejaheraan yang inggi dan berkelanjuan dengan eap erbuka pada persaingan domesik dan inernasional. Indikaorindikaor uama dan prinsip-prinsip penenu daya saing daerah salah saunya adalah perekonomian daerah [3]. Berdasarkan dengan uraian laar belakang diaas, maka perlu unuk melakukan peneliian Analisis dayasaing sekor perikanan di Kabupaen Indragiri Hilir. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Definisi Perikanan Sumber daya perikanan ermasuk kepada kelompok sumber daya alam yang dapa diperbaruhi (renewable source). Meskipun demikian dalam pemanfaaan sumber daya ini harus rasional sebagai usaha unuk menjaga keseimbangan produksi dan kelesarian sumber daya. Hal ini perlu adanya penegasan karena sumber daya perikanan merupakan sumber daya milik bersama (common propery resources) dalam arian hak properi aas sumber daya ersebu dipegang secara bersamasama sehingga idak ada larangan bagi siapapun unuk pemanfaaannya. Pemanfaaan sumber daya perikanan dan kelauan idak dapa dianggap sebagai pemanfaaan komodias semaa. Dengan kaa lain, sisem produksi dalam pemanfaaan sumber daya perikanan dan kelauan sanga dipengaruhi oleh berbagai elemen-elemen lainnya yang mempengaruhi sisem ersebu. Di samping pendekaan ekosisem juga perlu dilakukan dalam upaya efisensi dan opimasi sumber daya dalam mendorong perkembangan ekonomi wilayah, dianaranya melalui spesialisasi wilayah, eruama dalam pengembangan sekor perikanan baik hulu maupun hilirnya. 2.2 Pembangunan Sekor Perikanan Revialisasi peranian, perikanan, dan kehuanan, merupakan suau langkah unuk mewujudkan hal ersebu. Revialisasi diharapkan mampu meningkakan kesejaheraan nelayan (peani ikan), menyumbang erhadap ekspor non-migas, mengurangi kemiskinan, dan menyerap enaga kerja nasional. Sehingga lebih dapa meningkakan konribusinya dalam perekonomian Indonesia. 2.3 Perumbuhan Ekonomi Kondisi perekonomian global mengalami pemulihan secara perlahan pada ahun 2009, 2010, 2011 dan ahun 2012, seelah mengalami krisis perekonomian global yang mencapai puncaknya pada riwulan IV ahun Namun saa ini perekonomian Indonesia maupun Riau berangsur pulih dan erus mengalami peningkaan hingga ahun 2012, dan perekonomian Indragiri Hilir elah melewai pengaruh krisis global dengan capaian yang cukup baik. Perumbuhan ekonomi daerah dapa diliha melalui perkembangan Produk Domesik Regional Bruo (PDRB) unuk lingkup ekonomi secara regional. Suau daerah akan memperoleh pendapaan aas hasil produksi dari daerah yang bersangkuan yang disebu dengan PDRB. PDRB suau daerah dibagi dengan jumlah penduduk daerah ersebu dikenal dengan pendapaan perkapia daerah ersebu [4]. 236 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016

3 Analisis Locaion Queien (LQ) Fungsi uama dari analisis LQ adalah unuk mengeahui sekor mana yang ada di suau daerah yang menjadi unggulan dan sekor mana yang idak menjadi unggulan (aau perumbuhannya negaif/defisi) dengan membandingkan suau daerah dengan daerah diingka aasnya pada kurun waku erenu [5]. LQ=(Si/Ni)/(S/N)=(Si/S)/(Ni/N) (1) Keerangan : LQ : Locaion Quoien Si : PDRB sekor perikanan Kabupaen hun ke S : PDRB oal Kabupaen ahun ke Ni :PDRB sekor perikanan Provinsiahun ke N : PDRB oal Provinsiahun ke Dengan krieria : LQ>1.0, sekor unggulan (basis) LQ<1.0, bukan sekor komodias (non basis) Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju perumbuhan ekonomi suau wilayah dienukan oleh besarnya peningkaan dari wilayah ersebu. Perekonomian regional dapa dibagi menjadi dua sekor, yaiu kegiaan basis dan bukan basis [6]. Analisis Shif-Share Analisis shif share digunakan unuk menganalisis dan mengeahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah [5]. Meode iu dipakai unuk mengamai srukur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan perumbuhan sekor di daerah, yang dibandingkan dengan sekor yang sama pada ingka daerah yang lebih inggi aau nasional. Shif-Share erdiri dari iga komponen [6] : Naional Share (N), hasil perhiungan ersebu akan menggambarkan peranan sekor i umbuh lebih cepa aau lebih amba dari perumbuhan Provinsi raa-raa berdasarkan peringka eraas. Proposional (Indusry-Mix) (P), hasil perhiungan menunjukan jika P bernilai (+) maka sekor i umbuh lebih cepa dibandingkan dengan Di Provinsi. Sedangkan, jika P bernilai ( ) berari sekor i umbuh lebih lamba di Kabupaen dibandingkan degan di Provinsi. Differenial Sif (D)/Compeiive Posiion (Cp), hasil perhiungan menunjukan Jika D bernilai (+) maka sekor i lebih kompeiif di Kabupaen dibandingkan dengan Di Provinsi, sedangkan Jika D bernilai (-) berari sekor i lebih kompeiif di Provinsi dibandingkan dengan Kabupaen. 3. METODOLOGI PENELITIAN Daa yang elah dikumpulkan erlebih dahulu diabulasikan, kemudian disajikan dalam benuk abel unuk dianalisis lebih lanju Analisis Sumbangan Sekor Perikanan Terhadap PDRB Analisis sumbangan sekor perikanan erhadap PDRB unuk mengeahui konribusi sekor perikanan erhadap PDRB, dilakukan dengan cara membandingkan besarnya nilai PDRB sekor perikanan dengan oal PDRB Kabupaen Indragiri Hilir Analisis Sekor Basis Perekonomian regional erbagi aas sekor basis dan non basis. Sekor basis adalah sekor yang berperan besar dalam pengembangan wilayah, karena dapa mengekspor produk suau sekor kepada wilayah lainnya. Sekor basis diindikasikan oleh nilai LQ >1 (Locaion Quoion). Sedangkan sekor non basis diindikasikan sebaliknya (LQ< 1). Sekor basis berperan dalam pengembangan wilayah, karena poensi unuk meraih pendapaan yang besar dari ekspor. Nilai LQ juga mengindikasikan memusanya manfaa relaif suau sekor anar wilayah kabupaen, yang disebabkan melimpahnya kekayaan sumber daya alam bersifa imperfec mobiliy. LQ = Si/Ni S/N Ni/N Keeranga : LQ :Locaion Quoien Si : PDRB sekor perikanan Kabupaen Indragiri Hilirahun ke S :PDRB oal Kabupaen Indragiri Hilirahun ke Ni : PDRB sekor perikanan ProvinsiRiau ahun ke N : PDRB oal Provinsi Riau ahun ke Dengan krieria : 1. LQ > 1 Jika LQ lebih besar dari 1, berari ingka spesialisasi sekor erenu pada Kabupaen Indragiri Hillir lebih besar dari sekor yang sama pada ingka Provinsi. 2. LQ < 1 Jika LQ lebih kecil dari 1, berari ingka spesialisasi sekor erenu pada Kabupaen Indragiri Hilir lebih kecil dari sekor yang sama pada ingka Provinsi. 3. LQ = 1 Jika LQ sama dengan 1, berari ingka spesialisasi sekor erenu pada Kabupaen Indragiri Hilir sama dengan sekor yang sama pada ingka Provinsi Analisis Shif Share Analisis Daya Saing...(Paramia e al.) 237

4 ISSN : Analisis Shif -Share merupakan eknik yang digunakan unuk mengidenifikasi beberapa fakor yang mempengaruhi perbedaan perumbuhan dan kinerja perekonomian di wilayah yang berbeda [7]. Menuru EMSI Resource Library, analisis Shif-Share adalah sandar meode analisis regional unuk menenukan sejauh mana kinerja perumbuhan perekonomian wilayah erhadap rend nasional dan seberapa besar pengaruhnya erhadap sekor erenu. Terdapa 3 (iga) komponen dalam analisis SS sebagai beriku. 1. Komponen Perumbuhan Nasional (Naional Share, NS), yaiu perubahan produksi/kesempaan kerja suau wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi/kesempaan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional aau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian sekoral dan wilayah. 2. Komponen Perumbuhan Proporsional (Indusry Mix, IM), yaiu perbedaan sekor dalam hal perminaan produk akhir, keersediaan bahan menah, kebijakan indusri dan srukur sera keragaman pasar. 3. Komponen Perumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Shif, RS), yaiu perubahan PDRB aau kesempaan kerja dalam suau wilayah erhadap wilayah lainnya. Analisis shif share digunakan unuk menganalisis dan mengeahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Terdapa iga komponen dalam analisis shif share yaiu : Komponen Perumbuhan Nasional(Naional Share/NS), dirumuskan sebagai beriku : 1 E NS E Na ir ir 1 1 ENa (3) Ke : = periode waku -1 = ime lag i = indusrike I r = wilayahke r Komponen Perumbuhan Proporsional (Indusry Mix/IM), dirumuskan sebagaiberiku : IM ir 1 E ir Ke : = periodewaku -1 = ime lag E E E E ina Na 1 1 ina Na (4) i = indusrike I r = wilayahke r Komponen Perumbuhan Pangsa Wilayah (Regional Shif/RS), dirumuskan sebagai beriku : RSir dimana : = periode waku -1 = ime lag i = indusri ke I r = wilayah ke r (5) Melalui keiga komponen ersebu dapa dikeahui komponen aau unsur perumbuhan yang mana yang elah mendorong perumbuhan ekonomi daerah. Nilai Masing-masing komponen dapa saja negaif aau posiif, eapi jumlahkeseluruhan akan selalu posiif, bila perumbuhan ekonomi juga posiif, demikian pula sebaliknya. Tabel 1. PosisiRelaifSuauSekorberdasarkanPend ekaan PS dan DS Differen ial Shif (DS) Posiif (+) 1 E ir Propoional Shif Negaif (-) Posiif (+) CenderungBerpo ensi PerumbuhanPe sa Negaif (-) Terbelakang Berkembang Sumber : Freddy, 2001 Eir Eir E E ina 1 1 ina - Kaegori I (PS posiif dan DS posiif) adalah wilayah/sekor denganperumbuhansangapesa (rapid growh region/indusry or fas growing). - Kaegori II (PS negaif dan DS posiif) adalah wilayah/sekor dengan kecepaan perumbuhan erhamba namun cenderung berpoensi (depressed region/indusry yang berpoensi). - Kaegori III (PS posiif dan DS negaif) adalahwilayah/sekor dengan kecepaan perumbuhan erhamba api berkembang (depressed region/indusry yang berkembang/developing). - Kaegori IV (PS negaif dan DS negaif) adalah wilayah/sekor depressed region/indusry dengandayasainglemahdanjugaperananer hadapwilayahrendah. 238 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016

5 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sekor Perikanan Kabupaen Indragiri Hilir Usaha subsekor perikanan melipui usaha perikanan lau dan usaha perikanan dara, dari sisi jenis kegiaannya usaha perikanan lau sendiri mencakup perikanan angkap dan budidaya. Sedangkan jenis kegiaan usaha dara mencakup indusri pengolahan Wilayah Unggulan Wilayah Kabupaen dan Koa memiliki kekayaan alam, infrasrukur, sumber daya buaan, kebijakan pembangunan yang dapa memberikan daya arik ersendiri bagi pelaku ekonomi. Daya arik ini dicerminkan oleh kegiaan sekor-sekor ekonomi cenderung unuk mengelompok (aglomerasi) aau berkonsenrasi pada wilayah-wilayah yang dipandang efisien oleh pelaku ekonomi. Insrumen pengukuran pengelompokkan adalah koefisien konsenrasi sekor, yakni berari mengindikasikan memusanya manfaa relaif suau sekor anar wilayah kabupaen. Jika suau wilayah memiliki beberapa sekor yang memusa di wilayah ersebu, maka wilayah dipandang memiliki keunggulan di aas raa-raa Provinsi. Keunggulan wilayah diindikasikan oleh Koefisien Konsenrasi Regional (KKR). Semakin besar nilai KKR maka menunjukkan banyaknya aau besarnya pemusaan akivias sekor yang bersifa basis, erama sekor berbasis sumber daya alam (resources based), karena keberadaan sumber daya alam bersifa imperfec mobiliy. Koefisien Konsenrasi Regional dapa dihiung berdasarkan oupu wilayah, yakni PDRB. Berdasarkan nilai PDRB Provinsi Riau, maka dapa dihiung nilai KKR-nya. KKR adalah penjumlahan koefisien konsenrasi yang bernilai posiif. Nilai KKR memberikan informasi enang keunggulannnya aas kemampuanwilayah dalam menghasilkan oupu wilayah. Nilai KKR Provinsi Riau adalah sebagai beriku wilayah paling unggul adalah Koa Pekanbaru (0,7960), kemudian beruru-uru Dumai (0,7275), Pelalawan (0.6436), Kuanan singingi (0.6414), Indragiri Hilir(0.6302), Indragiri Hulu (0.5755), Rokan Hulu (0.5487), Bengkalis (0.2499), Siak (0.2453), Rokan Hilir (0.1695) dan Kampar (0.1190). Berdasarkan uraian di aas, dapa diliha bahwa sekor Perikanan dan Kelauan menjadi Basis pengembangan unuk wilayah Indragiri Hilir dan Rokan Hilir. a. Indragiri Hilir di samping sekor perikanan sekor basis, juga erdapa sekor lainnya berperan sebagai basis pengembangan: 1) saiu Sekor primer: sekor anaman bahan makanan, perkebunan, peernakan, Kehuanan, perikanan dan penggalian, 2) Sekor Sekunder: Indusri anpa migas, dan 3) Sekor Jasa Perdagangan, hoel dan resauran, keuangan, ransporasi, komunikasi dan jasa-jasa lainnya. b. Rokan Hilir di samping sekor perikanan juga berperan sebagai basis pengembangan, yaiu Migas. Nilai KKR dihasilkan dari nilai koefisien konsenrasinya unuk seiap sekor. Nilai koefisien konsenrasi sekor bernilai posiif berari sekor ersebu nilai oupunya berada di aas raa-raa Provinsi, jika bernilai negaif berari berada pada poisisi di bawah raa-raa Provinsi. Sekor-sekor yang bernilai posiif dalam suau wilayah, kemudian dijumlahkan, maka akan menghasilkan nilai yang mencerminkan koefisien konsenrasi regional. Sehingga nilai ini mencerminkan nilai kumulaif aas presasi sekor suau wilayah erhadap sekor wilayah lainnya, sehingga dapa mencerminkan keunggulan poensi wilayah kabupaen dalam lingkup Provinsi Riau [1] Sumbangan Sekor Perikanan Terhadap PDRB di Kabupaen Indragiri Hilir Unuk mengeahui konribusi sumbangan sekor perikanan erhadap PDRB, dapa dilakukan dengan cara membandingkan besarnya nilai PDRB sekor perikanan dengan oal PDRB Kabupaen Indragiri Hilir. Tabel 2.Sumbangan Sekor Perikanan Terhadap PDRB di Kabupaen Indragiri Hilir. PDRB Persenasi Tahun Toal PDRB Perikanan (%) ,806,564 9,436,671, ,202,606 9,639,407, ,767,273 9,736,722, ,891,433 9,762,904, ,318,546 9,802,252, Sumber : PDRB Provinsi Riau Pada ahun 2010 sampai 2014 sekor perikanan secara umum mengalami peningkaan seiap ahunnya meski persenasenya idak erlalu besar. Kenaikan sekor ini disebabkan oleh flukuaif pada subsekor perikanan seiap ahunnya. Lahan yang sanga luas dan sanga cocok bagi perikanan memberikan kesempaan bagi nelayan berinvesasi di subsekor ini, Analisis Daya Saing...(Paramia e al.) 239

6 ISSN : menyebabkan konribusi sekor ini semakin membaik dan memberikan nilai ambah yang cukup besar bagi srukur perekonomian di Kabupaen Indragiri Hilir. Pergeseran sekor perikanan secara perlahan berimplikasi meningka. Pada ahun 2010, sekor perikanan memberikan konribusi yang mencapai 3,97 persen. Pada ahun 2011 dan ahun 2012 sekor ini mengalami penurunan menjadi 3,84 persen dan 3,86. Kemudian ahun 2013 dan ahun 2014 mengalami peningkaan menjadi 4,09 persen dan 4,16 persen, hal ini disebabkan karena kenaikan pada subsekor perikanan besar Locaion Queien (LQ) ` Salah sau meode yang dapa dierapkan unuk mengidenifikasikan apakah suau sekor aau sub sekor ekonomi ergolong kaegori basis aau non basis adalah dengan menggunakan meode Locaion Quoien (LQ), yaiu dengan membandingkan PDRB sekor perikanan Kabupaen Indragiri Hilir anara PDRB oal Kabupaen Indragiri Hilir erhadap PDRB sekor perikanan Provinsi Riau anara PDRB oal Provinsi Riau. Apabila nilai LQ suau sekor ekonomi 1 maka sekor ekonomi ersebu merupakan sekor basis dalam perekonomian daerah yang bersangkuan, sedangkan bila nilai LQ suau sekor aau sub sekor ekonomi < 1 maka sekor aau sub sekor ekonomi ersebu merupakan sekor non basis dalam perekonomian daerah yang bersangkuan. LQ Tingka Kabupaen = 407,381,546 9,802,252,021 3,140,911,895 81,896,105,392 = 1.08 Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai LQ sebesar 1,08. LQ lebih besar dari 1, berari ingka spesialisasi sekor erenu pada Kabupaen Indragiri Hillir lebih besar dari sekor yang sama pada ingka Provinsi dan juga dapa disebu sebagai sekor berbasis. Sekor basis adalah sekor yang berperan besar dalam pengembangan wilayah. Dampak posiif dari hal ini adalah pada dasarnya dapamemberikan konribusi yang besar pada daerah, bukan hanya unuk daerah iu sendiri api juga unuk memenuhi kebuuhan daerah lain. Dengan meliha daa PDRB maka sekor unggulan daerah dapa dikeahui. Ala analisis Locaion Quoien (LQ) ini digunakan unuk mengidenifikasi keunggulan komparaif kegiaan ekonomi di Kabupaen Indragiri Hilir dengan membandingkannya erhadap Provinsi Riau. Pembangunan daerah perlu memperhaikan poensi daerah, yang dilakukan dengan menelaah PDRB unuk meliha adanya poensi basis dan non basis dalam rangka mengopimalkan hasil pembangunan guna mendapakan ingka kesejaheraan yang inggi. Jika pemerinah menginginkan daerahnya berdaya saing, maka program pembangunannya harus berangka dari pengembangan poensi ekonomi unggulannya Shif Share Daya saing daerah berkaian era dengan kemampuan ekonomi daerah dalam hal ini erkai dengan pemanfaaan poensi daerah unuk menghasilkan dan memasarkan produk aau jasa yang dibuuhkan oleh pasar secara berkesinambungan [8]. Indikaor uama dan prinsip-prinsip penenu daya saing daerah salah saunya adalah perekonomian daerah, dimana perekonomian secara makro ini ergambar dalam produk domesik regional bruo (PDRB) [3]. Daya saing wilayah menunjukkan kemampuan suau wilayah mencipakan nilai ambah unuk mencapai kesejaheraan yang inggi dan berkelanjuan dengan eap erbuka pada persaingan domesik dan inernasional [9]. Table 3.Hasil Perhiungan Shif Share Kabupaen Indragiri Hilir. No Komponen Nilai RS 3,863,094,813 NS -4,072,575 IM -117,776,070 Hasil dari analisis perhiungan Shif Share diaas adalah RS/komponen perumbuhan pangsa wilayah merupakan perubahan PDRB aau kesempaan kerja dalam suau wilayah erhadap wilayah lainnya dengan nilai 3,863,094,813, NS/komponen perumbuhan nasional merupakan perubahan produksi aau kesempaan kerja suau wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi aau kesempaan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional aau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian sekoral dan wilayah dengan nilai -4,072,575. Sedangkan IM/komponen perumbuhan proporsional merupakan perbedaan sekor dalam hal perminaan produk akhir, keersediaan bahan menah, kebijakan indusri dan srukur keragaman 240 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016

7 pasar dengan nilai -117,776,070. Berdasarkan nilai ersebu maka bisa kia liha posisi relaif suau sekor berdasarkan pendekaan Propoional Shif dan Differenial Shif masuk pada kaegori II, Propoional Shif negaif dan Propoional Shif posiif. Arinya, wilayah aau sekor dengan kecepaan perumbuhan erhamba (perbedaan sekor dalam hal perminaan produk akhir erhadap keersediaan bahan menah, kebijakan indusri dan srukur keragaman pasar) namun cenderung berpoensi (ingka spesialisasi sekor erenu pada suau wilayah lebih besar dari sekor yang sama pada ingka Provinsi) dan belum berdaya saing eapi berpoensi. 5. KESIMPULAN 5. 1 Kesimpulan 1. Sumbangan sekor perikanan selama ahun flukuaif dengan kecenderungan meningka (3,97 % - 4,16%). 2. Sekor perikanan di Kabupaen Indragiri Hilir merupakan sekor basis dengan nilai LQ 1, Daya saing sekor perikanan di Kabupaen Indragiri Hilir idak berdayasaing eapi berpoensi unuk dikembangkan dengan nilai (Y)/Differenial Shif adalah 3,863,095 dan nilai pada (X)/Propoional Shif -117,776,07. [4] Todaro, Michael & Smih. Pembangunan Ekonomi. Penerbi Erlangga, Jakara [5] Pura, Fadillah Sudi Kebijakan Publik dan Pemerinahan dalam Perspekif Kuaniaif Teknik, Meode, dan Pendekaan. Malang, UB Press [6] Tarigan, Robinson. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara, Jakara [7] Field & Mac Greg2008. or. Analisis Shif Share, Jakara PT. Bumi Aksara, 1987 [8] Sumihardjo, Tumar.Penyelenggaraan Pemerinahan Daerah Melalui Pengembangan Daya Saing Berbasis poensi Daerah. Bandung, Fokus Media [9] Irawai. Pengukuran Tingka DayaSaing Daerah Berdasarkan Variabel Insfrarukur Dan Sumber Daya Alam, Sera Variabel Sumber Daya Manusia Di Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Bandung. Jurnal. TI Undip, Vol VIII, No 1.pp , Saran 1. Pemerinah daerah hendaknya memprioriaskan pengembangan sekor yang menjadi basis sera mempunyai perumbuhan cepa dan berdaya saing, yaiu sekor indusri pengolahan pada perikanan. 2. Program kebijakan yang dibua hendaknya idak hanya memperhaikan sekor yang sudah unggul saja melainkan perlu memberi perhaian erhadap sekor yang masih nonbasis sehingga dapa meningka dan dapa mencukupi kebuuhan, baik iu di dalam maupun di luar Kabupaen Indragiri Hilir. DAFTAR PUSTAKA [1] BPS Provinsi Riau. Riau in figures Pekanbaru: Biro Pusa Saisik Provinsi Riau [2] BPS Indragiri Hilir. Poensi Perikanan Di Kabupaen Indragiri Hilir [3] Abdullah, Pier dkk.daya Saing Daerah : Konsep dan Pengukurannya di Indonesia. Yogyakara, BPFE Analisis Daya Saing...(Paramia e al.) 241

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN BENGKALIS DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTOR BY SECTOR APPROACH BENGKALIS DISTRICTS FORMING

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STUDI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN/KOTA SE- JAWA TENGAH

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STUDI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN/KOTA SE- JAWA TENGAH ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STUDI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN/KOTA SE- JAWA TENGAH Oleh : Hasarini Dwi Amani Fakulas Ekonomi UNDIP Semarang E-mail : hasarini_dwi_amani@yahoo.com Absrac Economic growh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT Agus Purwoko Absrak Peneliian ini berujuan unuk unuk mengkaji dampak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN Agustus, September 2014 dan dilanjutkan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilakukan lebih kurang 1 bulan di lapangan yaiu anggal 01 15 Agusus, 01 15 Sepember 2014 dan dilanjukan di Laboraorium Pembangunan Ekonomi Perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi

Elastisitas Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Sektor Perekonomian Di Kabupaten Muaro Jambi ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN MUARO JAMBI Azizah 1 Absrac Regional economic developmen has he main purpose of ha is o increase and expand job opporuniies

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo

t I I I I I t I I t I I Benarkah Bantuan Luar Negeri Berdampak Negatif terhadap Pertumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo l: l,' Benarkah Banuan Luar Negeri Berdampak Negaif erhadap Perumbuhan? Oleh : Bambang Prijambodo Hubungan anara huang luar negeri pemerinah dengan perumbuhan ekonomi dapa negaif aau posiif. Bagaimana

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. Hilman Duko Paulus A.Pangemanan Theodora M.

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR. Hilman Duko Paulus A.Pangemanan Theodora M. Agri-SosioEkonomiUnsra,ISSN 1907 4298, Volume 14 Nomor 1,Januari 2018 : 95-108 ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Hilman Duko Paulus A.Pangemanan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN

PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN PENINGKATAN KEPUASAN PASIEN FOKUS PADA KUALITAS PELAYANAN Oong Karyono Teknik Indusri, Fakulas Teknik Universias Majalengka Email : oong_karyono@rockemail.com ABSTRAK Rumah saki umum daerah (RSUD) Kabupaen

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK

ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Reno Indriariningias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Indusri Universias Trunojoyo Madura Email:

Lebih terperinci

3 METODE UMUM PENELITIAN

3 METODE UMUM PENELITIAN 3 METODE UMUM PENELITIAN 3. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Kabupaen Cirebon dan Kabupaen Indramayu, Provinsi Jawa Bara (Lampiran dan 2). Pemilihan lokasi didasari oleh: ) bahwa kedua

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci