PENJADWALAN PERAWAT DI IRD DR. SOETOMO MENGGUNAKAN MODEL GOAL PROGRAMMING
|
|
- Vera Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENJADWALAN PERAWAT DI IRD DR. SOETOMO MENGGUNAKAN MODEL GOAL PROGRAMMING Abstrak Arina Pramudita Lestari 1, Wiwik Anggraeni 2, Retno Aulia Vinarti Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 60111, Indonesia Telp : (031) , Fax : (031) arina@is.its.ac.id 1, wiwik@is-sby.edu 2, zahra_17@is.its.ac.id Penjadwalan perawat merupakan salah satu permasalahan di organisasi kesehatan yang sulit dipecahkan. Jumlah pasien yang tidak terkendali, keseriusan penyakit pasien, karakteristik organisasi, adanya absen dan permintaan pribadi untuk libur, dan kualifikasi dan spesialisasi perawat itu sendiri menjadi beberapa faktor mengapa penjadwalan perawat sulit dilakukan, termasuk pembuatan jadwal untuk setiap perawat ke dalam jam kerja yang berbeda-beda dalam jangka pendek. Banyaknya faktor yang berbeda-beda tersebut menyebabkan masalah penjadwalan perawat begitu luas dan berbedabeda di setiap kasus. Permasalahan ini sendiri bukanlah hal baru. Di luar negeri, penelitian tentang masalah ini telah banyak dilakukan dengan bermacam-macam pemodelan. Di Indonesia sendiri, masalah penjadwalan perawat juga mulai diteliti untuk berbagai macam organisasi kesehatan walaupun jumlahnya masih bisa dikatakan sedikit. Pada tugas akhir ini, dibahas tentang penggunaan goal prograing (GP) untuk menyelesaikan masalah penjadwalan perawat di Instansi Rawat Darurat Dr. Soetomo Surabaya. Penggunaan model ini diharapkan dapat membantu pihak rumah sakit sehingga dengan mudah bisa menentukan jadwal yang sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan harapan perawat. Hasil yang diberikan dari penjadwalan perawat menggunakan model GP terbukti bisa memenuhi batasan yang harus dipenuhi namun ada batasan yang boleh dilanggar yang tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan bukan karena pemodelannya yang salah, namun batasan yang digunakan kurang lengkap. Kata kunci: penjadwalan, perawat, goal prograing PENDAHULUAN Penjadwalan perawat merupakan salah satu permasalahan di organisasi kesehatan yang sulit dipecahkan. Jumlah pasien yang tidak terkendali, keseriusan penyakit pasien, karakteristik organisasi, adanya absen dan permiintaan pribadi untuk libur, dan kualifikasi dan spesialisasi perawat itu sendiri menjadi beberapa faktor mengapa penjadwalan perawat sulit dilakukan, termasuk pembuatan jadwal untuk setiap perawat ke dalam jam kerja yang berbeda-beda dalam jangka pendek. Dengan bermacam-macam faktor yang berbeda-beda tersebut menyebabkan masalah penjadwalan perawat begitu luas dan berbedabeda di setiap kasus. Sampai tahun 1960-an, penjadwalan perawat dilakukan menggunakan alat bantu grafis semacam Gantt chart. Howell (1966) memaparkan langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat jadwal yang bersiklus. Cara Howell ini merupakan sebuah prosedur per langkah untuk menangani pola kerja dan keinginan probadi perawat. Pada awal n, penjadwalan perawat mulai dilakukan dengan menggunakan model heuristik. Model ini lebih menjanjikan karena bisa secara teori memenuhi semua batasan keperawatan dalam penyelesaian masalah. Maier-Rothe dan Wolfe (1973) mengembangkan prosedur penjadwalan bersiklus yang bisa menugaskan setiap jenis perawat yang berbeda-beda ke dalam setiap unit berdasarkan kebutuhan layanan pasien rata-rata, kebijakan rumah sakit, dan keinginan perawat.
2 Di dalam penulisan tugas akhir ini, akan diusulkan sebuah metode pemrograman matematik untuk menyelesaikan masalah penjadwalan perawat di IRD Dr. Soetomo, yang disebut dengan goal prograing (GP). GP adalah salah satu cabang dari model optimasi multi-obyektif yang juga merupakan bagian dari analisis keputusan multi-kriteria. GP telah banyak digunakan untuk menyelesaikan berbagai macam masalah optimasi, termasuk salah satunya adalah masalah penjadwalan perawat. Banyaknya penggunaan model ini untuk masalah-masalah optimasi seperti penjadwalan perawat ini dikarenakan oleh kemampuannya untuk bisa mengolah penyelesaian yang memiliki banyak obyektif secara bersamaan. 2 MASALAH PENJADWALAN PERAWAT Masalah penjadwalan meliputi penyelesaian untuk menemukan jadwal yang optimal dengan berbagai macam obyektif, berbagai macam lingkungan dan karakteristik pekerjaan. Masalah penjadwalan perawat yang dalam bahasa Inggris disebut dengan nurse scheduling problem (selanjutnya disingkat dengan NSP) adalah masalah kompleks yang meliputi penjadwalan untuk setiap perawat yang terbagi dalam hari kerja dan hari libur dalam periode beberapa minggu. Karena itu, perawat perlu dijadwalkan pada jam kerja yang memenuhi batasan-batasan yang berhubungan dengan waktu seminimal mungkin, dan memaksimalkan kualitas jadwal dengan memenuhi keinginan perawat sebanyak mungkin. Chen dan Yeung (1993) memiliki sebuah set lima aturan untuk mengevaluasi jadwal yang baik, yaitu penyesuaian psikologi, keadaan diri (tidur, kelelahan, dan nafsu makan), masalah pribadi dan sosial, kesehatan (gastrointestinal dan kegelisahan), dan kinerja dan kecelakaan. Keduanya juga menyarankan sejumlah batasan ergonomis, termasuk membatasi dilakukannya jam malam (paling tidak maksimal tiga hari jam malam), menghindari hari kerja yang terisolasi, pemilihan libur pada akhir minggu, mempertimbangkan keinginan hari libur, keinginan pada jam kerja, permintaan libur darurat, dan menugaskan 40 jam per minggu untuk 3 GOAL PROGRAMMING Goal prograing (selanjutnya disingkat dengan GP) telah banyak digunakan untuk menyelesaikan berbagai macam masalah optimasi, termasuk salah satunya adalah masalah penjadwalan perawat. Banyaknya penggunaan model ini untuk masalah-masalah optimasi seperti penjadwalan perawat ini dikarenakan oleh kemampuannya untuk bisa mengolah penyelesaian yang memiliki banyak obyektif secara bersamaan. Model GP memiliki paling sedikit tiga komponen utama, yaitu fungsi tujuan, batasan tujuan, dan batasan non-negatif. Menurut Ignizio (1982), formulasi model GP secara umum ada 3 fungsi tujuan yang dimungkinkan adalah: (1) Tujuan 1 sisi bawah, yaitu menentukan batas bawah yang solusinya tidak boleh kurang dari itu (lebih dari batas tidak apa). Fungsinya adalah: ff ii (xx) bb ii (2) Tujuan 1 sisi atas, yaitu menentukan batas atas yang solusinya tidak boleh melebihi itu (kurang dari batas tidak apa). Fungsinya adalah ff ii (xx) bb ii (3) Tujuan 2 sisi, yaitu menentukan target yang diinginkan yang solusinya tidak boleh meleset dari itu. Fungsinya adalah: ff ii (xx) = bb ii dengan ff ii (xx) = fungsi tujuan dan bb ii = tingkat aspirasi. Pada pemrograman linier fungsi-fungsi di atas bertindak sebagai batasan namun pada GP, yang diukur adalah deviasi dari fungsi tujuan dan meminimalkannya. Jadi sekarang deviasi tujuannya adalah: (1) ff ii (xx) (ss1 + + ss1 ) = bb ii ---Min ss1 +, (2) ff ii (xx) (ss1 + + ss1 ) = bb ii ---Min ss1, (3) ff ii (xx) (ss1 + + ss1 ) = bb ii ---Min (ss1 + + ss1 ), dengan ss1 + dan ss1 0 merupakan deviasi tujuan dan xx ii = vektor dari variabel keputusan. Misal untuk suatu keuntungan yang terdiri dari 2 variabel, diketahui ff(xx 1, xx 2 ) = 5xx 1 + 7xx 2 dengan tingkat aspirasi mendapatkan keuntungan paling tidak Rp 100 juta per periode, maka dirumuskan: 5xx 1 + 7xx 2 100jjjjjjjj 5xx 1 + 7xx 2 (ss1 + + ss1 ) 100jjjjjjjj, dengan deviasi tujuan Min ss1 +. Dari penjelasanpenjelasan di atas, disimpulkan bahwa: (1) ff ii (xx) bb ii Min ss1 + (2) ff ii (xx) bb ii Min ss1 (3) ff ii (xx) = bb ii Min (ss1 + + ss1 ) Ada beberapa cara dalam pengelompokan GP. Salah satu cara yang umum digunakan adalah pengelompokan berdasarkan tingkat kepentingan tujuan. Pengelompokan berdasarkan hal tingkat kepentingan tersebut membagi GP ke dalam 2 jenis model, yaitu nonpreemptive goal prograing dan preemptive goal prograing. Setelah ini akan dijelaskan jenis GP tersebut satu per satu, mulai dari metode non-preemptive dilanjutkan dengan metode preemptive.
3 4 PEMODELAN Jadwal jam sore (7 jam) Pada penelitian ini, contoh penjadwalan diambil dari sub unit di lantai 1, yaitu sub unit bedah dan triage. Seperti pada umumnya penjadwalan perawat di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia, di IRD Dr. Soetomo ini jam kerja dibagi menjadi 3, yaitu pagi, sore, dan malam. Untuk sub unit ini sendiri, keseluruhan perawat yang dibutuhkan di pagi hari adalah 10 perawat yang terdiri dari perawat khusus yang terdiri dari penanggung jawab dan para wakil sub unit dan selalu ditugaskan di jam pagi dan perawat biasa yang bisa mengisi jam kerja kapan saja. Perawat khusus ini harus ada di jam pagi paling tidak satu lalu ditambah dengan perawat biasa untuk mengisi jam pagi. Tiga dari sepuluh kebutuhan jam pagi ini akan bekerja di area triage dan lainnya di area bedah. Kebutuhan perawat pada jam sore dan malam tidak termasuk perawat khusus. Jam sore dan jam malam hanya berisikan perawat biasa. Untuk jam sore, dibutuhkan 3 perawat di area triage dan 4 perawat di area bedah. Jadi total kebutuhan sore adalah 7 perawat. Sedangkan jam malam membutuhkan 4 orang perawat di area triage dan 4 orang di area bedah. Meskipun disebutkan kebutuhan area bedah dan triage secara terpisah, dalam pelaksanaannya tidak ada pembagian yang jelas perawat mana saja yang bekerja di area bedah maupun triage. Penjadwalan dua area ini digabung dan perawat manapun bisa bekerja di area bedah maupun triage. Rincian kebutuhan perawat di sub unit ini dapat dijabarkan di Tabel 1. Tabel 1 Hasil peninjauan ke IRD Dr. Soetomo tertanggal Mei 2011, sub unit bedah dan triage lantai 1 Perawat tersedia Perawat khusus Perawat biasa Kebutuhan pagi Kebutuhan sore Kebutuhan malam Jadwal jam pagi 31 perawat 5 perawat 26 perawat 10 perawat (3 triage + 7 bedah) 7 perawat (3 triage + 4 bedah) 8 perawat (4 triage + 4 bedah) (7 jam) Jadwal jam malam (10 jam) 4.1 KEBIJAKAN KEPERAWATAN Kebijakan perawat dikembangkan berdasarkan praktek penjadwalan yang dilakukan di rumah sakit pada saat ini sebagai kebutuhan yang pasti dan hasil dari peninjauan di rumah sakit. Kebijakan ini sebagian besar dipengaruhi oleh kesadaran pihak rumah sakit akan perlunya menjaga kesehatan dan motivasi perawat karena sebagai manusia biasa, perawat sebenarnya memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda dan jika nilai kesehatan mental dan fisik ini tidak terjaga dengan baik, bisa mengakibatkan stres dan akhirnya mengurangi produktivitas perawat baik secara kualitas maupun kuantitas BATASAN RUMAH SAKIT SAAT INI 1. Satuan penjadwalan terdiri dari tiga jam kerja, yaitu dua jam kerja 7 jam (jam pagi dan jam sore) dan satu jam kerja 10 jam (jam malam). 2. Satu periode penjadwalan adalah 4 minggu. Namun pada kenyataannya, jadwal diumumkan setiap minggu, bukan satu bulan dan dipasang per 3 minggu penjadwalan. 3. Terdapat dua jenis perawat, yaitu perawat biasa, atau di rumah sakit disebut dengan perawat bergilir yang jadwal jam kerja -nya selalu bergeser, dan perawat khusus, yaitu para penanggung jawab dan wakil ketua yang hanya ditugaskan pada jam pagi. 4. Setiap perawat ditugaskan pada satu jam kerja setiap harinya. 5. Pada jam pagi harus ada paling tidak satu perawat khusus. 6. Kebutuhan perawat minimal per hari harus terpenuhi. 7. Perawat memiliki minimal 4 hari libur dari perhitungan sisa petak kosong penjadwalan yang bisa dijadikan hari libur. 8. Hari kerja tidak diapit 2 hari libur agar kerja perawat optimal KEBIJAKAN BERDASARKAN PERTIMBANGAN KESEHATAN Penugasan jam malam tidak boleh langsung diikuti jam pagi di hari berikutnya ASUMSI DAN NOTASI Perawat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perawat biasa yang memiliki jadwal sirkulasi dan bisa memiliki jam pagi, siang dan malam, dan perawat khusus yang difokuskan ke jam pagi.
4 Perawat khusus ini adalah perawat-perawat yang memiliki jabatan khusus atau kondisi khusus. Jadwal diasumsikan dimulai pada hari pertama di sirkulasi pertama. Lamanya jadwal yang dibuat adalah 3 minggu (21 hari). Notasi yang digunakan adalah sebagai berikut. n = jumlah hari pada jadwal (n=21) m = jumlah perawat biasa yang tersedia o = jumlah perawat khusus yang tersedia i = indeks hari, i = 1, 2, 3.. n j = indeks perawat, jj = 1, 2, 3.. untuk perawat biasa, dan jj = 1, 2, 3.. untuk perawat khusus P i = kebutuhan perawat biasa pada jam pagi pada hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n Ki = kebutuhan perawat khusus pada jam pagi pada hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n Si = kebutuhan perawat pada jam sore pada hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n Mi = kebutuhan perawat pada jam malam pada hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n VARIABEL KEPUTUSAN XK i,j = 1 jika perawat khusus ke-j ditugaskan pada jam pagi untuk hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n dan jj = 1, 2, 3.. XKL i,j = 1 jika perawat khusus ke-j mendapatkan libur untuk hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n dan jj = 1, 2, 3.. XP i,j = 1 jika perawat biasa ke-j ditugaskan pada jam pagi untuk hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n dan jj = 1, 2, 3.. XS i,j = 1 jika perawat biasa ke-j ditugaskan pada jam sore untuk hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n dan jj = 1, 2, 3.. XM i,j = 1 jika perawat biasa ke-j ditugaskan pada jam malam untuk hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n dan jj = 1, 2, 3.. XL i,j = 1 jika perawat biasa ke-j mendapatkan libur untuk hari ke-i, i = 1, 2, 3.. n dan jj = 1, 2, PERUMUSAN BATASAN Batasan dirumuskan berdasarkan batasan tegas: a. Memenuhi kebutuhan perawat setiap hari Memenuhi kebutuhan perawat pada jam pagi yang terdiri dari perawat biasa dan perawat khusus: XXXX iiii + XXXX iiii PP ii untuk semua i = 1.. n (4.1) Memenuhi kebutuhan perawat pada jam sore yang terdiri dari perawat biasa XXXX iiii SS ii untuk semua i = 1.. n (4.2) Memenuhi kebutuhan perawat pada jam malam yang terdiri dari perawat biasa XXXX iiii MM ii untuk semua i = 1.. n (4.3) b. Memasukkan setiap perawat ke jam kerja. Memenuhi kebutuhan adanya perawat khusus di setiap jam pagi: XXXX iiii 1 untuk semua ii = 1.. nn (4.4) Memastikan perawat hanya memiliki satu jam kerja atau libur tiap satu hari Perawat khusus: XXXX iiii + XXXXXX iiii = 1 (4.5) untuk semua i = 1.. n dan j = 1.. o Perawat biasa: XXXX iiii + XXXX iiii + XXXX iiii + XXXX iiii = 1 (4.6) untuk semua i = 1.. n dan j = 1.. m PERUMUSAN TUJUAN Tujuan-tujuan ini diambil dari batasan lunak: Tujuan 1: Mengusahakan agar para perawat gilir memiliki 4 hari libur dalam 21 hari nn XXXX iiii ss1 + jj ss1 jj = 4 ii=1 untuk semua j = 1.. m (4.7) di sini, s1 j adalah jumlah deviasi negatif dari tujuan 1 dari perawat gilir ke-j. Tujuan 2: Mengusahakan agar para perawat gilir memiliki 4 hari libur dalam 21 hari nn XXXXXX iiii ss1 + jj ss1 jj = 4 ii=1 untuk semua j = 1.. m (4.8) di sini, s1 j adalah jumlah deviasi negatif dari tujuan 1 dari perawat gilir ke-j. Tujuan 3: menghindari jam malam yang diikuti jam pagi di hari berikutnya XXXX iiii + XXXX (ii+1)jj ss3 + iiii + ss3 iiii = 1 untuk semua i = 1.. (n 1) dan j = 1. (4.9) di sini, ss3 ii,jj adalah jumlah deviasi negatif dari tujuan 3 dari hari ke-i dan perawat gilir ke-j.
5 Tujuan 4: Menghindari pola liburkerja-libur untuk semua perawat gilir. XXXX iiii + XXXX (ii+1)jj + XXXX (ii+1)jj + XXXX (ii+1)jj + XXXX (ii+2)jj ss4 + iiii + ss4 iiii = 2 (4.10) untuk semua i = 1.. (n 2) dan j = 1.. m + di sini, ss4 ii,jj adalah jumlah deviasi positif dari tujuan 4 dari hari ke-i dan perawat gilir ke-j. Tujuan 5: Menghindari pola liburkerja-libur untuk semua perawat khusus. XXXXXX iiii + XXXX (ii+1)jj + XXXXXX (ii+2)jj ss5 + iiii + ss5 iiii = 2 untuk semua i = 1.. (n 2) dan j = 1.. o (4.11) + di sini, s5 i,j adalah jumlah deviasi positif dari tujuan 5 dari hari ke-i dan perawat khusus ke-j. 4.2 PENENTUAN BOBOT KEPENTINGAN Bobot yang diberikan pada setiap tujuan bersifat sangat subyektif. Bobot ini sangat bergantung pada pemikiran dari pembuat keputusan, dalam kasus ini kepala perawat. Untuk IRD Dr. Soetomo, berdasarkan pertimbangan kepala perawat, tujuan pertama dan kedua memiliki bobot yang sama, tujuan ketiga memiliki nilai 4 kali lebih penting dari tujuan pertama dan kedua, tujuan keempat memiliki nilai 2 kali lebih penting dari tujuan pertama dan kedua, tujuan ketiga memiliki nilai 3 kali lebih penting dari tujuan keempat, dan tujuan keempat memiliki kepentingan yang sama dengan tujuan kelima. Untuk setiap tujuan yang memiliki sub-tujuan, berarti tiap sub-tujuan memiliki tingkat kepentingan yang sama. Nilai dari bobot penalti didapatkan melalui pendekatan analytical hierarchy process (AHP) FUNGSI TUJUAN Fungsi tujuan dalam pemodelan ini bertujuan meminimalkan deviasi yang telah diberi bobot dari setiap tujuan-tujuan yang bersangkutan. Dengan demikian, didapatkan fungsi tujuan sebagai berikut. ZZ = BB 1 ss1 jj + BB 1 ss2 jj nn2 nn1 + BB 4 ss4 ii,jj ii=1 nn2 + BB 5 ss5 ii,jj ii=1 + BB 3 ss3 ii,jj ii=1 5 PERBANDINGAN JADWAL HASIL GP DAN JADWAL SEBENARNYA Batasan tegas adalah batasan yang menjadi prioritas utama dalam pebuatan jadwal. Batasan ini harus dipenuhi dan tidak boleh dilanggar. Perbandingan jadwal manual dan jadwal GP terhadap batasan-batasan tegas adalah sebagai berikut. 1. Minimal ada 1 perawat khusus di jam pagi Kedua jadwal, baik manual maupun GP, sama-sama memenuhi batasan ini. 2. Memenuhi kebutuhan perawat pada jam pagi yang terdiri dari perawat biasa dan perawat khusus Pada jadwal manual kebutuhan perawat pada jam pagi masih banyak yang tidak terpenuhi. Misalnya saja pada tanggal 21-23, 26, Mei dan 2-9 Juni, kebutuhan pagi tidak terpenuhi. Jadwal manual ini memiliki 14 hari di mana kebutuhan perawat pagi tidak terpenuhi. Pada jadwal GP, semua kebutuhan pagi terpenuhi sesuai dengan batasan yang ditentukan rumah sakit. 3. Memenuhi kebutuhan perawat pada jam sore Pada jadwal manual kebutuhan perawat pada jam sore masih banyak yang tidak terpenuhi. Pada tanggal Mei dan 6-9 Juni, kebutuhan sore tidak terpenuhi. Jadwal manual ini memiliki 13 hari di mana kebutuhan perawat pagi tidak terpenuhi. Pada jadwal GP semua kebutuhan sore terpenuhi sesuai dengan batasan yang ditentukan rumah sakit. 4. Memenuhi kebutuhan perawat pada jam malam Pada jadwal manual kebutuhan perawat pada jam malam masih banyak yang tidak terpenuhi. Pada tanggal Mei dan 1-3, 7-10 Juni, kebutuhan malam tidak terpenuhi. Jadwal manual ini memiliki 15 hari di mana kebutuhan perawat pagi tidak terpenuhi. Pada jadwal GP semua kebutuhan malam terpenuhi sesuai dengan batasan yang ditentukan rumah sakit. Batasan lunak adalah batasan yang sebisa mungkin dipenuhi namun bisa jadi dilanggar. Pelanggaran yang terjadi pada batasan ini disebut dengan penyimpangan dan penyimpangan inilah yang diminimalkan nilainya menggunakan GP. Adapun perbandingan jadwal terhadap batasanbatasan lunak ini adalah sebagai berikut. 1. Perawat gilir minimal memiliki 4 hari libur dalam 21 hari
6 Kedua jadwal, baik manual maupun GP, memenuhi kriteria ini. 2. Perawat khusus minimal memiliki 4 hari libur dalam 21 hari Kedua jadwal, baik manual maupun GP, memenuhi kriteria ini. 3. Menghindari jam pagi/sore diikuti jam malam pada hari berikutnya Pada jadwal manual tidak ada perawat yang memiliki jadwal pagi/sore diikuti oleh malam. Sebaliknya, jadwal GP belum bisa menyelesaikan batasan ini dengan 22 pelanggaran. 4. Menghindari pola libur-kerja-libur untuk semua perawat gilir. Pada jadwal manual tidak ada jadwal yang melanggar batasan ini. Pada jadwal GP terdapat 8 pelanggaran atas batasan ini, yaitu pada PG1 di 2 Juni, PG5 di 1 Juni, PG6 di 25 Mei, PG8 di 24 Mei, PG9 di 29 Mei, PG17 di 9 Juni, PG20 di 26 Mei, dan PG22 di 2 Juni. 5. Menghindari pola libur-kerja-libur untuk semua perawat khusus. Jadwal manual tidak ada yang melanggar batasan ini sedangkan jadwal GP masih ada yang melanggar sebanyak 2 pelanggaran. Pelanggaran terjadi pada tanggal 25 Mei pada PK2 dan 2 Juni pada PK EVALUASI PERBANDINGAN JADWAL Mendapatkan jadwal yang optimal dari batasan-batasan yang diberikan pihak rumah sakit adalah hal yang sulit. Pihak rumah sakit memiliki kebutuhan 10 perawat pagi, 7 perawat sore, dan 8 perawat malam setiap jadwal 21 hari. Kebutuhan ini berarti setiap 21 hari penjadwalan, ada 525 jam kerja yang dibutuhkan. Keadaan jumlah perawat yang ada adalah 26 perawat gilir dan 5 perawat khusus yang masing-masing hanya boleh memiliki 1 jam kerja dalam 1 hari. Hal ini berarti total jam kerja yang tersedia dari jumlah perawat tersebut adalah 651. Secara harfiah, jumlah ini bisa menangani jumlah kebutuhan perawat dalam 21 hari. Namun perhitungan ini tidak memperhatikan kebutuhan social dan kesehatan perawat. Dengan 525 kebutuhan kerja dan 651 jam kerja yang tersedia, paling tidak ada 126 sisa petak kerja kosong yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat. Namun jumlah ini terlalu sedikit jika dibandingkan dengan total perawat yang berjumlah 31 orang. Hanya dengan 126 hari sisa petak kerja paling tidak setiap perawat hanya mendapatkan 4 hari libur dan itu dari keseluruhan panjang jadwal 21 hari. Empat hari libur dalam 3 minggu penjadwalan dengan jam kerja yang berubah-ubah bukan hal yang baik bagi kesehatan mental dan jasmani perawat. Pada jadwal manual, terdapat 42 pelanggaran terhadap batasan tegas yang seharusnya tidak boleh dilanggar, yaitu pelanggaran terhadap kebutuhan per jam kerja. Jadwal manual periode tersebut hanya memiliki 456 jam kerja dari seharusnya 525 jam kerja. Berarti pada jadwal manual ini terdapat kurang lebih 13% pelanggaran jam kerja yang merupakan batasan tegas. Namun penjadwalan manual memenuhi semua batasan lunaknya. Di sisi lain, walaupun jadwal GP telah memenuhi semua batasan-batasan tegas, banyak batasan lunak yang dilanggar. Batasan lunak yang terpenuhi adalah yang berhubungan dengan hari libur sedang yang lainnya terlanggar. Hal ini dikarenakan belum dipasangnya ketiga batasan terlanggar pada GP. Tiga batasan tidak dipasang karena saat dipasang batasan ini menjadikan jadwal GP rusak dan tidak memenuhi batasan manapun, termasuk batasan tegas. Dengan tidak dipasangnya batasan-batasan tersebut, pelanggaran terhadap batasan tersebut berubah-ubah setiap kali program dieksekusi. Pada eksekusi yang terakhir dilakukan, terdapat 22 pelanggaran terhadap batasan lunak menghindari jam malam yang dikuti jam pagi, dan 10 pelanggaran terhadap batasan lunak menghindari pola libur-kerja-libur. Berarti batasan lunak menghindari jam malam yang diikuti jam pagi terlanggar sebesar 4,2% dari keseluruhan kemungkinan penjadwalan menurut batasan ini dan batasan lunak menghindari pola libur-kerja-libur perawat gilir dan perawat khusus terlanggar 1,6% dari keseluruhan kemungkinan penjadwalan menurut batasan ini. Hal lain yang bisa dilihat dari perbandingan 2 penjadwalan di atas adalah perbedaan jumlah libur yang sangat besar antara jadwal manual dan jadwal GP. Jadwal manual memiliki banyak libur yang terdiri dari hak libur, cuti, dan hari libur pengganti hari libur nasional. Sebaliknya, jadwal GP memiliki libur yang dimampatkan berdasarkan sisa jam kerja kosong yang tersedia. Menurut perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, dengan perawat sejumlah 31 orang, hari penjadwalan 21 hari, dan kebutuhan jam kerja sebanyak 25 jam kerja per hari, mustahil bagi perawat mendapatkan jatah libur lebih dari 4 hari tanpa melanggar batasan tegas yaitu memenuhi kebutuhan minimal per hari. Karena itu, jadwal GP tidak memiliki banyak libur karena disesuaikan dengan kebutuhan perawat minimal per hari.
7 6 KESIMPULAN Hal yang dapat disimpulkan dari penjadwalan menggunakan model GP adalah sebagai berikut. 1. Penjadwalan menggunakan model GP, walaupun tidak bisa mendapatkan jadwal yang sesuai batasan-batasan, terbukti lebih baik digunakan daripada menjadwalan secara manual karena pelanggaran terhadap batasan lebih kecil jumlahnya daripada manual, terutama pelanggaran terhadap batasan tegas yang seharusnya tidak boleh dilanggar sama sekali. 2. Aturan penjadwalan perawat di rumah sakit di Indonesia yang relatif berdasarkan pemikiran konvensional dan kekeluargaan sulit dimodelkan ke dalam GP. Sulit mendapatkan jadwal yang bisa memenuhi kebutuhan perawat setiap harinya dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan kesehatan perawat. Kemungkinan besar dikarenakan besarnya kebutuhan tidak diimbangi dengan jumlah staf perawat yang bertugas. 3. Model GP secara umum bisa digunakan dalam berbagai bentuk optimasi dan dengan hasil yang cukup baik. Namun untuk optimasi semacam optimasi penjadwalan, penggunaan model GP mengakibatkan meluasnya variabel secara drastis sehingga menyebabkan pemodelan ke dalam program menjadi sangat rumit. Semakin besar jumlah obyek yang dijadwalkan, semakin banyak jumlah pembagian waktu penjadwalan, dan semakin lama waktu penjadwalan, semakin luaslah variabel keputusan yang dicari nilainya dan semakin lama waktu eksekusi program. Ignizio, J. P. (1982). Linear Prograing in Single and Multiple Objective System. Pensylvania State: Prentice Hall, Inc. Jaumard, B., Semet, F., & Vovor, T. (1998). A Generalized Linear Prograing Model for Nurse Scheduling. European Journal of Operational Research 107, Lee, S. (1972). Goal Prograing for Decision Analysis. Auerbach: Philadelphia, PA. Pratama, D. Y. (2008). Implementasi Goal Prograing untuk Penjadwalan Dokter Pada Ruangan Unit Gawat Darurat. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Saaty, T. L. (1990). How to make a decision: The Analytical Hierarchy Process. European Journal of Operational Research 48, Taylor, B. W. (2004). Introduction to Management Science. New Jersey: Prentice Hall. 7 DAFTAR PUSTAKA Azaiez, M., & Al Sharif, S. (2005). A 0-1 Goal Prograing Model for Nurse Scheduling. Computers & Operations Research 32, Charnes, A., & Cper, W. (1961). Management Model and Industrial Application of Linear Prograing, vol. 1. New York: Wiley. Hillier, F. S., & Lieberman, G. J. (2010). Introduction to Operations Research, 9/e. McGraw-Hill Companies.
PENJADWALAN PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DENGAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING
Company LOGO PENJADWALAN PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DENGAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2010 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum. Di dalam rumah sakit, terdapat bagian-bagian pelayanan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan sangat penting bagi semua penduduk di Indonesia. Pemerintah menyediakan rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum. Di
Lebih terperinciMODEL GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT GRHASIA
Model Goal Programming... (Dimas Pamungkas) 1 MODEL GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT GRHASIA A GOAL PROGRAMMING MODEL FOR OPTIMIZING NURSE SCHEDULLING AT GRHASIA HOSPITAL
Lebih terperinciOPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING
OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Abstrak Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M.T Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciOPTIMISASI JADWAL PERAWAT DENGAN MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT KEMAMPUAN DAN KEBUTUHAN DAY OFF PERAWAT (Studi Kasus di Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya)
OPTIMISASI JADWAL PERAWAT DENGAN MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT KEMAMPUAN DAN KEBUTUHAN DAY OFF PERAWAT (Studi Kasus di Rumah Sakit Pelabuhan Surabaya) Hardian Sufi, Ahmad Rusdiansyah, Nurhadi Siswanto Program
Lebih terperinciPENJADWALAN PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DENGAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING. Nama Mahasiswa : ATMASARI NRP :
PENJADWALAN PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DENGAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING Nama Mahasiswa : ATMASARI NRP : 1206 100 064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Abstrak Penjadwalan perawat
Lebih terperinciOPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING
OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M. T Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciMERANCANG MODEL PENJADWALAN SHIFT KERJA RESEPSIONIS HOTEL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus: Swiss BelHotel Palu)
JIMT Vol. 10 No. 1 Juni 201 (Hal. 55 64) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MERANCANG MODEL PENJADWALAN SHIFT KERJA RESEPSIONIS HOTEL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi
Lebih terperinciOPTIMASI NURSE SCHEDULING PROBLEM
OPTIMASI NURSE SCHEDULING PROBLEM Disusun Oleh Aditya Pratama H (2510100111) Pembimbing Prof. Ir. Budi Santosa, M.S., Ph.D Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan & Asumsi Penjadwalan Proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit yang sangat penting dan paling sibuk di rumah sakit. Sebagai unit pertama yang menangani pasien dalam keadaan darurat,
Lebih terperinciOPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING
OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING Anik Perwita Sari dan Abdullah Shahab Program Studi MagisterManajemen Teknologi Institut Teknologi
Lebih terperinciPENYUSUNAN JADWAL PETUGAS SEKURITI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT
PENYUSUNAN JADWAL PETUGAS SEKURITI DENGAN PROGRAM GOL Herlina Marbun 1, Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika FMIPA Universitas Riau 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas
Lebih terperinciPEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO
PEMODELAN PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN NONPREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT PERMATA BEKASI IHSAN CAISARIO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
Lebih terperinciOPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DENGAN GOAL PROGRAMMING: SEBUAH STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN ABSTRAK
Prosiding Semirata05 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungura Pontianak OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DENGAN GOAL PROGRAMMING: SEBUAH STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN Pratiwi Siregar
Lebih terperinciANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM)
ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF PROYEK MANAJEMEN AIR DI PT X DENGAN METODE MULTI CRITERIA DECISION MAKING (MCDM) Ema Dwi Saputri 1) dan Putu Artama Wiguna 2) 1,2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Lebih terperinciPENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E
PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby
Lebih terperinciMENGOPTIMALKAN PENJADWALAN SEKURITI DENGAN MODEL GOAL PROGRAMMING ABSTRACT ABSTRAK
MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN SEKURITI DENGAN MODEL GOAL PROGRAMMING Said Almuhajir 1, T. P. Nababan 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, penjadwalan merupakan masalah klasik yang paling sering ditemui. Berbagai instansi atau perusahaan dihadapkan dengan masalah penjadwalan
Lebih terperinciPENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI
PENJADWALAN PERAWAT MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK RUSTIANA IMALA PUTRI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT
Lebih terperinciBAB 3 LINEAR PROGRAMMING
BAB 3 LINEAR PROGRAMMING Teori-teori yang dijelaskan pada bab ini sebagai landasan berpikir untuk melakukan penelitian ini dan mempermudah pembahasan hasil utama pada bab selanjutnya. 3.1 Linear Programming
Lebih terperinciPenerapan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Pengalokasian Pemesanan Bahan Baku Kertas Daur Ulang
Petunjuk Sitasi: Tantrika, C. F., Azlia, W., & Arfiansyah, A. (2017). Penerapan Analytic Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Pengalokasian Pemesanan Bahan Baku Kertas Daur Ulang. Prosiding SNTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk terus memperbaiki performa dan kualitas layanan kepada masyarakat. Salah satu jasa pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Seiring
Lebih terperinciPEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING
PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program
Lebih terperinciOleh: VINAYANTI EKA RAHMAWATI ( )
Pendekatan Goal Programming untuk Penentuan Rute Kendaraan pada Kegiatan Distribusi (A Goal Programming Approach to Vehicle Routing Problems of Distribution) Oleh: VINAYANTI EKA RAHMAWATI (1207 100 020)
Lebih terperinciOptimasi Permasalahan Penugasan Dokter Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 7-9 (0-97 Print) Optimasi Permasalahan Penugasan Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot Laili Rochmah, Ahmad Saikhu, dan Rully Soelaiman Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab ini, akan dibahas hasil kesimpulan dan saran dari peneilitian yang telah dilakukan.
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab ini, akan dibahas hasil kesimpulan dan saran dari peneilitian yang telah dilakukan. 8.1. Kesimpulan Pada penelitian ini, model penjadwalan yang dibuat akan menyeimbangkan
Lebih terperinciANALISIS PEMILIHAN MITRA LSM DAN OPTIMASI BUDGETING DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP DAN GOAL PROGRAMMING
ANALISIS PEMILIHAN MITRA LSM DAN OPTIMASI BUDGETING DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP DAN GOAL PROGRAMMING Joko Agus Hariyono 1) dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1. Mahasiswa Magister Manajemen Teknologi ITS,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karena tanpa pengaturan sumber daya manusia yang tepat, maka. banyak artinya tanpa dikelola oleh manusia secara baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan suatu pekerjaan, ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang tersebut berhasil menyelesaikan pekerjaan diantaranya adalah faktor shift kerja.
Lebih terperinciMODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PERAWAT UGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Nur Ichsan, Dwijanto, Riza Arifudin
UJM 5 (1) (2016) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm MODEL LINEAR GOAL PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PERAWAT UGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Nur Ichsan, Dwijanto,
Lebih terperinciPENJADWALAN KERJA PERAWAT DENGAN MEMPERHITUNGKAN SKILL LEVEL DAN KEBUTUHAN DAY OFF (Studi Kasus di RS Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang)
PENJADWALAN KERJA PERAWAT DENGAN MEMPERHITUNGKAN SKILL LEVEL DAN KEBUTUHAN DAY OFF (Studi Kasus di RS Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang) Eksi Murnianty, I Nyoman Pujawan Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Program kepaniteraan klinik merupakan suatu bagian penting dalam sistem pendidikan kedokteran, program kepaniteraan klinik yaitu suatu periode pendidikan kedokteran
Lebih terperinciPENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING
PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA CONTINUES SOAP MAKING (CSM) (Studi Kasus: PT X Indonesia) Aji Mudho A., Bobby Oedy P. Soepangkat Program
Lebih terperinciPENGGUNAAN ALGORITMA GENETIK DENGAN PEMODELAN DUA TINGKAT DALAM PERMASALAHAN PENJADWALAN PERAWAT PADA UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM XYZ SURABAYA
PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIK DENGAN PEMODELAN DUA TINGKAT DALAM PERMASALAHAN PENJADWALAN PERAWAT PADA UNIT GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM XYZ SURABAYA Mahendrawathi Er, Ph.D, Danu Pranantha, ST, M.Sc,
Lebih terperinciAPLIKASI INTEGER PROGRAMMING UNTUK PEMERATAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA PROYEK
B-10-1 APLIKASI INTEGER PROGRAMMING UNTUK PEMERATAAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA PROYEK * Iswanto, Abdullah Shahab Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Teknologi e-mail : * iswan_bwi@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciAplikasi Analytical Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Merencanakan Pembangunan Perekonomian
Performa (2002) Vol. 1, No.1: 14-19 Aplikasi Analytical Hierarchy Process dan Goal Programming untuk Merencanakan Pembangunan Perekonomian Bambang Suhardi * Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol.1, No. 1, (2013) 1-6 II. URAIAN PENELITIAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.1, No. 1, (013) 1-6 PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX, JAWA TIMUR) Pupy Ajiningtyas, Suhud Wahyudi, dan
Lebih terperinciPENERAPAN INTERACTIVE FUZZY MULTI-OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING
PENERAPAN INTERACTIVE FUZZY MULTI-OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING (i-fmolp) PADA PERENCANAAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN TOTAL BIAYA DAN TOTAL WAKTU PENGIRIMAN Rina Ulfa Widyarini 1, Mahendrawathi ER. 2,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada Bab ini akan dijelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan dan batasanbatasan pada penelitian yang akan dilakukan.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan dan batasanbatasan pada penelitian yang akan dilakukan. 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini, tingkat mobilitas
Lebih terperinciMETODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER
METODE SIMPLEKS DALAM PROGRAM LINIER Dian Wirdasari Abstrak Metode simpleks merupakan salah satu teknik penyelesaian dalam program linier yang digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan dalam permasalahan
Lebih terperinciPenggunaan Algoritma Genetik dengan Pemodelan Dua Tingkat dalam Permasalahan Penjadwalan Perawat pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum XYZ Surabaya
Penggunaan Algoritma Genetik dengan Pemodelan Dua Tingkat dalam Permasalahan Penjadwalan Perawat pada Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum XYZ Surabaya Oleh: Anisa Ulya 5206 100 101 Dosen pembimbing 1:
Lebih terperinciAnalisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo
JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciMancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process
MancalaAHP: Game Tradisional Mancala Berbasis Analytic Hierarchy Process Chandra Kusuma Dewa Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang Km 14 Yogyakarta
Lebih terperinciOPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI CAT DI PT. XYZ DENGAN METODE MIXED INTEGER PROGRAMMING
OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI CAT DI PT. XYZ DENGAN METODE MIXED INTEGER PROGRAMMING Michael Firman Mulyono dan Abdullah Shahab Program Studi MagisterManajemenTeknologi InstitutTeknologiSepuluh Nopember
Lebih terperinciOptimisasi Penjadwalan Perawat Dengan Program Gol Linear
Jurnal Sains Matematika dan Statistika Vol. No. Juli 05 ISSN 460-454 Otimisasi Penjadwalan Perawat Dengan Program Gol Linear Pratiwi Siregar Habibis Saleh M.D.H. Gamal 3 Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinci5.5.4 Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di Unit Perawatan Rekapitulasi Hari Kerja di
ABSTRAK Rumah Sakit Kebonjati berlokasi di Jalan Kebonjati no. 152, Bandung. Dalam rangka menata kembali jadwal kerja shift bagi para perawatnya agar sesuai dengan Peraturan Kepegawaian yang ditetapkan
Lebih terperinciMODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN
MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN Jefikz Berhitu, Mokh. Suef, dan Nani Kurniati Jurusan Teknik Industri - Institut
Lebih terperinciTeknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM
Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Dosen: Didin Astriani Prassetyowati, M.Stat Silabus MATAKULIAH TI214 TEKNIK RISET OPERASI (2 SKS) TUJUAN Agar mahasiswa
Lebih terperinciINTEGRASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN GOAL PROGRAMMING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN ALTERNATIF PEMASOK DI PT. XYZ INDONESIA POWER
INTEGRASI METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN GOAL PROGRAMMING DALAM OPTIMASI PEMILIHAN ALTERNATIF PEMASOK DI PT. XYZ INDONESIA POWER Juwita Metrihayu Rahmadani dan Udisubakti Ciptomulyono Program
Lebih terperinciIII MODEL PENJADWALAN
3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan dan analisa data maka dapat ditarik kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi perusahaan sebagai dasar peningkatan
Lebih terperinciPERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL ABSTRACT
PERENCANAAN DIET DIABETES NEFROPATI DENGAN PROGRAM GOL Nurul Muyasiroh 1, Endang Lily 2, M. D. H. Gamal 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang dapat mengancam
Lebih terperinciOPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING
OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING Fransiscus Xaverius Aucky Wibisono dan Abdullah Shahab Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciPenjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-127 Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS Wiga Ayu Puspaningrum, Arif Djunaidy, dan Retno
Lebih terperinciMETODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI UNTUK PROSES PRODUKSI BUKU PAD DENGAN INTEGER PROGRAMMING
PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK PROSES PRODUKSI BUKU PAD DENGAN INTEGER PROGRAMMING William Goenardi* dan Abdullah Shahab** *PT. HM Sampoerna, Tbk. Jl. Rungkut Industri Raya 18, Surabaya e-mail: william_goenardi@yahoo.com
Lebih terperinciOleh: Emy Syuprihatin Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT
Penerapan Multi-Choice Goal Programming (MCGP) untuk pemilihan supplier dan alokasi order bahan baku di PT. X menggunakan analisa Taguchi Loss Function dan AHP Oleh: Emy Syuprihatin 1206 100 033 Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/ Men.Kes /SK/XI/1992, rumah sakit (RS) adalah salah satu organisasi sektor publik yang
Lebih terperinciPEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI
PEDEKATAN MODEL FUZZY TIME SERIES DENGAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PERAMALAN MAHASISWA BERPRESTASI Rahmad Syah Jurusan Teknik Informatika, sekolah tinggi teknik harapan Jln. H.M Joni, Sumatera Utara,
Lebih terperinciGoal Programming untuk PeRencanaan Produksi Agregat dengan kendala sumber daya
Goal Programming untuk PeRencanaan Produksi Agregat dengan kendala sumber daya Oleh : Kartika Megasari 1206 100 044 Dosen Pembimbing: Drs.Sulistiyo,MT Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION
ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION Oleh: Desi Nur Faizah 1209 1000 17 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 2 NO. 6 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PENJADWALAN TENAGA KERJA ROOM BOY DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING ROOM BOY SCHEDULING IN HKG HOTEL USING GOAL PROGRAMMING METHOD Auriiga Yuzi Eradipa 1), Arif Rahman 2), Ceria Farela Mada Tantrika
Lebih terperinciPengantar Teknik Industri TIN 4103
Pengantar Teknik Industri TIN 4103 Lecture 10 Outline: Penelitian Operasional References: Frederick Hillier and Gerald J. Lieberman. Introduction to Operations Research. 7th ed. The McGraw-Hill Companies,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian, Struktur, Kelebihan dan Kekurangan, serta Potensi Dynamic Programming Dynamic Programming adalah suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu tempat pelayanan medis yang memerlukan keahlian dan kinerja yang profesional. Sehingga diperlukan suatu kinerja yang dapat memberikan pelayanan
Lebih terperinciPenerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg
Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER DENGAN MENGINTEGRASIKAN CLUSTER ANALYSIS, ANP DAN TOPSIS SERTA ALOKASI ORDER DENGAN BEBERAPA FUNGSI TUJUAN
Sidang Tesis PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN MENGINTEGRASIKAN CLUSTER ANALYSIS, ANP DAN TOPSIS SERTA ALOKASI ORDER DENGAN BEBERAPA FUNGSI TUJUAN Disusun oleh : Ivan Angga Shodiqi NRP : 2509 203 011 Dibimbing
Lebih terperinciPENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB PENDAHULUAN
PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING: STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA FMIPA IPB RUHIYAT 1, F. HANUM 1, R. A. PERMANA 2 Abstrak Jadwal mata kuliah mayor-minor yang tumpang
Lebih terperinciPEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING
PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING Oleh : Heny Nurhidayanti 1206 100 059 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciAPLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK
APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,
Lebih terperinciJurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 Nasabah ANTRIAN Umum (Sering diterapkan) FCFS (First Come First Served) Kasir Jarang diterapkan
Lebih terperinciLecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng
Lecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng Definisi Suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk membuat suatu rangkaian keputusan yang saling berkaitan. (Hillier & Lieberman,
Lebih terperinciOptimasi Jumlah Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Pelanggan dengan Metode Fuzzy Goal Programming
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Optimasi Jumlah Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Pelanggan Metode Fuzzy Goal Programming Rofiqoh
Lebih terperinciTELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN
TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp. 49 58 ISSN 1829-667X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN Nur Heri Cahyana Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengambilan Keputusan (Decision Making) Banyak keputusan utama yang dihadapi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan batasan situasi lingkungan operasi. Pembatasan tersebut
Lebih terperinciOptimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (13) 2337-35 (2301-928X Print) 1 Optimasi Multi-Objective pada Pemilihan Portofolio dengan Metode Nadir Compromise Programming Ema Rahmawati dan Subchan. Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Dalam kehidupan sehari-hari, penjadwalan merupakan masalah klasik yang sering ditemui. Berbagai instansi atau perusahaan dihadapkan dengan masalah
Lebih terperinciPENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING
PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING Andri Sanjaya 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Perawat 2.1.1 Konsep Penjadwalan Pengertian jadwal menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja; daftar atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh George Dantzig pada tahun Linear Programming (LP) adalah perencanaan aktivitas-aktivitas untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Linear adalah suatu alat yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi suatu model linear dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya yang tersedia.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), yang dalam hal ini:
10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.Konsep Dasar Graf Definisi 2.1.1 Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), yang dalam hal ini: V = himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices atau node)
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Pada Bab ini akan dilakukan tinjauan pustaka dari penelitian yang sudah pernah dilakukan serta dasar teori yang akan mendukung penelitian. 2.1. Tinjauan Pustaka Penjadwalan
Lebih terperinciOPTIMASI PENJADWALAN KASIR PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk CABANG PADANG
OPTIMASI PENJADWALAN KASIR PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk CABANG PADANG Asmuliardi Muluk 1, Meilly Marnika Helmi 2 1) Laboratorium Sistem Informasi dan Keputusan Jurusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciLecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng
Lecture 5 : Dynamic Programming (Programa Dinamis) Hanna Lestari, ST, M.Eng Definisi Suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk membuat suatu rangkaian keputusan yang saling berkaitan. (Hillier & Lieberman,
Lebih terperinciANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION Desi Nur Faizah, Laksmi Prita Wardhani. Jurusan Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, aspek manajemen untuk menyediakan pelayanan kesehatan terbaik untuk pasien di rumah sakit semakin diperhitungkan. Rumah sakit ingin mengoptimalkan level kepuasan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX JAWA TIMUR)
PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX JAWA TIMUR) Oleh : Pupy Ajiningtyas 1209 100 075 Dosen Pembimbing : 1. Drs. Suhud Wahyudi, M.Si
Lebih terperinciMODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM)
MODEL ANALYTICAL NETWORK PROCESS UNTUK PEMILIHAN TEKNOLOGI DATA CENTER (STUDI KASUS PPID-DISPENDIK JATIM) Ethanty Paramita Nugrahini 5208100052 JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan produksi sebagai suatu perencanaan taktis yang bertujuan untuk memberikan keputusan berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi permintaan
Lebih terperinciSILABUS MATAKULIAH METODE KUANTITATIF BISNIS II
SILABUS MATAKULIAH METODE KUANTITATIF BISNIS II Matakuliah : Metode Kuantitatif Bisnis II Kode Matakuliah/sks : AGB 301/ 3(2-3) Semester : 5 Prasyarat Deskripsi Singkat : : Metode Statistika Matakuliah
Lebih terperinciMETODE MAX MIN VOGEL S APPROXIMATION METHOD UNTUK MENEMUKAN BIAYA MINIMAL PADA PERMASALAHAN TRANSPORTASI
METODE MAX MIN VOGEL S APPROXIMATION METHOD UNTUK MENEMUKAN BIAYA MINIMAL PADA PERMASALAHAN TRANSPORTASI Bilqis Amaliah 1), Agri Krisdanto 2), dan Astris Dyah Perwita 3) 1,2,3) Teknik Informatika, Fakultas
Lebih terperinciPENENTUAN ALOKASI BEBAN KERJA DOSEN MENGGUNAKAN PEMODELAN LEXICOGRAPHIC LINEAR GOAL PROGRAMMING
PENENTUAN ALOKASI BEBAN KERJA DOSEN MENGGUNAKAN PEMODELAN LEXICOGRAPHIC LINEAR GOAL PROGRAMMING Lilik Linawati Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informatika Kesehatan dan Prodi S1 administrasi Rumah Sakit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Puspaningrum dkk (2013), penjadwalan mata kuliah yaitu kegiatan yang sangat diperlukan untuk melaksanakan sebuah kegiatan perkuliahan di dalam jurusan yang
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY
PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY M. Adhitya Verdian 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Program
Lebih terperinciKLASIFIKASI SISWA KELAS UNGGULAN MENGGUNAKAN FUZZY C-MEANS
KLASIFIKASI SISWA KELAS UNGGULAN MENGGUNAKAN FUZZY C-MEANS Nunik Mariastuti Wijilestari, Moch. Hariadi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 60
Lebih terperinciPenjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.127-137 Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming Clara Yessica Livia *, Teguh Oktiarso Jurusan Teknik Industri,
Lebih terperinciPEMBUATAN APLIKASI MANAJEMEN PROYEK DALAM MENGELOLA PROYEK DI PT. X
PEMBUATAN APLIKASI MANAJEMEN PROYEK DALAM MENGELOLA PROYEK DI PT. X Silvia Rostianingsih 1, Arlinah Imam Raharjo 2, & Basuki Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra, Siwalankerto
Lebih terperinci