BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, aspek manajemen untuk menyediakan pelayanan kesehatan terbaik untuk pasien di rumah sakit semakin diperhitungkan. Rumah sakit ingin mengoptimalkan level kepuasan pasien, sementara di sisi lain juga harus meminimalkan biaya. Hal ini membuat rumah sakit dituntut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem yang ada secara berkesinambungan agar tujuan efisiensi dan kepuasan pasien dapat tercapai. Salah satu bagian manajemen rumah sakit yang sering mendapat perhatian adalah manajemen ruang operasi. Ini dikarenakan penggunaan ruang operasi merupakan salah satu sumber daya yang paling kritis dan berbiaya besar yang ada di rumah sakit. Berdasarkan Health Care Financial Management Association (2005), ruang operasi menyumbangkan 40% dari pemasukan di rumah sakit dan mengkonsumsi lebih dari 9% anggaran tahunan rumah sakit (Jebali et al, 2005). Besarnya biaya operasi tersebut diakibatkan banyaknya sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan operasi meliputi staf (contoh: ahli bedah, perawat, ahli bius, dll), peralatan dan fasilitas untuk pre-operative, perioperative, dan postoperative (Guerriero dan Guido, 2010). Dengan begitu, manajemen ruang operasi sebaiknya dapat menemukan cara yang efisien untuk menjalankan ruang operasi. Tugas penting manajemen ruang operasi adalah penjadwalan terintegrasi operasi untuk mengakomodir permintaan pelayanan operasi yang semakin tinggi dengan adanya keterbatasan sumber daya dari segi dokter, ruang operasi, tim operasi, dan ruang pemulihan. Penjadwalan operasi itu sendiri merupakan suatu metode untuk menentukan urutan dan alokasi aktivitas operasi yang akan dilaksanakan di ruang operasi beserta seluruh sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas operasi tersebut. Penjadwalan operasi yang tidak tepat akan menghasilkan waiting time untuk pasien atau malah pembatalan pelaksanaan operasi, dimana akan merugikan pihak pasien dan juga rumah sakit. 1

2 2 Penggunaan ruang operasi yang utama di rumah sakit berada di Instalasi Bedah Sentral (IBS). IBS menangani berbagai macam tindakan operasi atau pembedahan sesuai dengan spesialisasi dokter bedah yang dimiliki oleh rumah sakit. Berbeda dengan ruang operasi yang dibawahi oleh Instalasi Rawat Jalan, pasien IBS akan dikenakan biaya tindakan operasi yang lebih tinggi dikarenakan tindakan operasi yang dilakukan lebih khusus dan sebagian besar mengharuskan pasien untuk masuk ke rawat inap. Di Indonesia, berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sebagian besar jenis strategi penjadwalan operasi yang dilakukan oleh rumah sakit adalah open scheduling (Prismawiyati, 2008; Rifai, 2011; Putri, 2011; Kurniawati, 2012; Maulana, 2014). Selain open scheduling, terdapat jenis strategi penjadwalan block scheduling dan modified scheduling. Pada block scheduling dokter bedah hanya dapat menggunakan block time yang sudah disediakan berdasarkan masing-masing jenis operasi. Berbeda dengan open scheduling dimana semua waktu terbuka (non-block) sehingga dokter bedah bisa memilih waktu untuk melaksanakan operasi. Jenis open scheduling akan sesuai digunakan pada kasus yang memiliki jumlah jenis operasi yang tidak tentu per harinya agar tidak terjadi idle pada block time. Dilihat dari sisi pengalokasian kasus operasi ke penjadwalan, pada dasarnya manajemen ruang operasi menggunakan common sense (secara manual) (Prismawiyati, 2008; Rifai, 2011; Putri, 2011; Kurniawati, 2012; Maulana, 2014). Belum banyak optimasi pada penjadwalan operasi yang dilakukan di rumah sakit di negara berkembang seperti halnya di Indonesia. Padahal dengan banyaknya metode yang berkembang saat ini, sebaiknya penjadwalan dilakukan dengan metode yang lebih kuantitatif. Hal ini berbeda dengan di negara maju, dimana pendekatan dengan pengembangan model matematika untuk melakukan optimasi pada sumber daya yang ada telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pada penjadwalan operasi dan digunakan sebagai decision support systems (Guerriero dan Guido, 2010). Penelitian mengenai pengembangan metode penjadwalan operasi semakin berkembang semenjak Jebali et al (2005) melakukan perencanaan dan pengurutan

3 3 pasien untuk mendapatkan jadwal operasi mingguan dengan menggunakan mixed integer programming (MIP). Setelah itu, berbagai metode eksak, heuristik, dan metaheuristik seperti algoritma genetika (Fei et al, 2009; Roland et al, 2010, Rifai, 2011; Kurniawati, 2013) dan ant colony optimiziation (Yin dan Xiang, 2012) digunakan untuk mengembangkan penjadwalan operasi. Diantara metode tersebut yang sering digunakan adalah metode MIP (Jebali et al, 2005; Roland et al, 2010; Maulana, 2014) dan algoritma genetika. Pengembangan penjadwalan operasi yang dilakukan dapat dilihat pengaruhnya pada parameter evaluasi yang diambil. Secara umum tujuan utama dari manajemen ruang operasi adalah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan optimal, merencanakan operasi pada waktu yang tepat, pada ruang operasi yang tepat, dan meminimalkan waiting time pasien dan overtime dari staf (Koksalmis et al, 2014). Beberapa penelitian lain memiliki tujuan maksimasi utilitas ruang operasi (Fei et al, 2009; Maulana, 2014), minimasi idle time antar operasi (Fei et al, 2009), minimasi makespan pasien (Guinet dan Chaabane, 2003; Jebali et al, 2005), minimasi biaya penggunaan ruang operasi (Jebali et al, 2005; Roland et al, 2010), minimasi biaya overtime ruang operasi (Jebali et al, 2005; Fei et al, 2009; Roland et al 2010), dan minimasi operasi yang tidak terjadwal (Koksalmis et al, 2014). Penjadwalan operasi itu sendiri terdiri dari dua tahap, dimana tidak hanya berfokus pada unit ruang operasi saja tetapi juga pada ruang pemulihan dimana di dalamnya tedapat beberapa recovery bed yang digunakan pada fase postoperative. Permasalahan penjadwalan yang meliputi dua tahap ini disebut dengan two-stage no-wait hybrid flowshop problem (Guinet dan Chaabane, 2003; Jebali et al, 2005; Fei et al, 2009). Hal ini berhubungan dengan kapasitas recovery bed di ruang pemulihan. Pasien pasca operasi yang tidak mendapatkan recovery bed maka harus melalui pemulihan di ruang operasi, sehingga ruang operasi yang digunakan pasien tersebut akan di-block sementara untuk pasien lain hingga pasien tersebut mendapatkan recovery bed atau pun telah melalui masa pemulihan pasca operasi. Dengan begitu ruang pemulihan juga seharusnya dimasukkan ke dalam penjadwalan agar mendapatkan pertimbangan waktu penjadwalan yang tepat. Terlebih lagi jika jumlah recovery bed di ruang pemulihan terbatas (Jebali et al,

4 4 2005). Penelitian sebelumnya dengan jenis open scheduling di Indonesia (Rifai, 2011; Kurniawati, 2013) belum memasukkan unit ruang pemulihan pada penjadwalan, sehingga bisa dijadikan bahan untuk penelitian lanjutan. Dalam penelitian ini, akan mengembangkan model jenis open scheduling pada ruang operasi di IBS untuk meningkatkan efisiensi dan kepuasan pasien dengan mempertimbangkan ruang pemulihan. Penelitian ini juga menyesuaikan model yang dibuat dengan objek salah satu IBS di rumah sakit di daerah Yogyakarta yang diambil. Model pengembangan penjadwalan yang dibangun akan dievaluasi dengan parameter waiting time pasien dan overtime perawat. Waiting time berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien. Sedangkan overtime perawat berkenaan dengan biaya. Jadwal operasi yang efisien tidak akan melibatkan terlalu banyak overtime, karena biaya (terutama biaya staffing) dari setiap jam tambahan di ruang operasi jauh lebih besar daripada biaya jam kerja biasa (Fei et al, 2009) atau 1,75 kali lebih besar menurut Jebali et al (2005). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah membangun model open scheduling operasi yang optimal untuk meminimalkan waiting time pasien dan overtime perawat dengan mempertimbangkan ruang pemulihan. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini memiliki batasanbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di IBS Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. 2. Jenis pasien yang diteliti adalah pasien elektif (terjadwal). 3. Parameter evaluasi yang digunakan adalah waiting time pasien dan overtime perawat.

5 5 4. Penelitian memasukkan contraints yang diterapkan rumah sakit pada penjadwalan operasi (contoh: penggunaan ruang operasi untuk tingkat kontaminasi tertentu). 5. Penjadwalan yang dilakukan meliputi ruang operasi dan ruang pemulihan. 6. Penjadwalan tim perawat tidak termasuk ketika di ruang pemulihan. Di ruang pemulihan pasien ditangani oleh perawat lain yang tidak ikut masuk ke dalam model penjadwalan. 7. Model penelitian tidak mencakup adanya prioritas pasien. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: 1. Tidak terjadi perubahan jadwal atau penundaan akibat hal-hal non-teknis yang diperhitungkan, misalnya kondisi pasien yang berubah, pembatalan untuk melakukan operasi dari pihak ketiga, serta keterlambatan dari pihak dokter, perawat, maupun pasien. 2. Selama operasi berlangsung tidak terjadi interupsi. 3. Semua sumber daya yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi selalu siap ketika dibutuhkan. 4. Jumlah tim perawat adalah tetap untuk setiap operasi. 5. Durasi jeda antar operasi yang digunakan adalah tetap. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan model open scheduling operasi dengan mempertimbangkan ruang pemulihan untuk meminimalkan waiting time pasien dan overtime perawat. 2. Membandingkan hasil model penjadwalan yang dibuat oleh peneliti dengan penjadwalan yang dilakukan oleh rumah sakit yang menjadi objek berdasarkan parameter waiting time pasien dan overtime perawat.

6 6 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Menambah literatur di bidang Teknik Industri khususnya Operations Research. 2. Sebagai bahan acuan bagi manajemen ruang operasi di Instalasi Bedah Sentral pada rumah sakit yang dijadikan objek dalam hal penjadwalan operasi untuk meningkatkan efisiensi dan kepuasan pasien di rumah sakit.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai penjadwalan operasi telah banyak dilakukan di luar negeri diantaranya oleh Guinet dan Chaabane (2003), Jebali et al (2005), Fei et al (2009), Roland et al (2010), Yin dan Xiang (2012), dan Koksalmis et al (2014). Penelitian semakin bertambah seiring dengan perkembangan jasa pelayanan kesehatan dan adanya tuntutan bagi pihak rumah sakit untuk terus melakukan perbaikan pada sistem yang dijalankan. Perkembangan penelitian dapat terlihat dari segi penggunaan jenis penjadwalan, berbagai metode yang diterapkan, serta parameter evaluasi. Jebali et al (2005) mengembangkan model open scheduling strategy dengan menggunakan data pasien per hari. Pada pengurutan pasien, Jebali et al (2005) membuat dua strategi untuk mengetahui mana pendekatan yang lebih baik, yaitu dengan mengurutkan langsung pasien yang telah ditentukan di masing-masing ruang operasi dan melakukan penugasan kembali untuk memilih pasien yang masuk ke masing-masing ruang operasi. Metode yang digunakan adalah mixed integer programming (MIP). Didapati bahwa strategi pertama pada langkah pendekatan kedua lebih baik dibandingkan dengan strategi kedua. Open scheduling seperti yang dilakukan oleh Jebali et al (2005) merupakan salah satu dari tiga jenis strategi penjadwalan, yaitu open scheduling, block scheduling dan modified scheduling. Diantara jenis strategi penjadwalan tersebut, open scheduling (Guinet dan Chaabane, 2003; Jebali et al, 2005; Fei et al, 2009; Roland et al, 2010; Rifai, 2011; Yin dan Xiang, 2012; Kurniawati, 2013) dan block scheduling (Koksalmis et al, 2014; Maulana, 2014) paling banyak digunakan oleh penelitian sebelumnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa sebagian besar jenis strategi penjadwalan operasi yang dilakukan oleh rumah sakit adalah open scheduling (Prismawiyati, 2008; Rifai, 2011; Putri, 2011; Kurniawati, 2012; Maulana, 2014). Penggunaan open scheduling lebih fleksibel karena semua waktu terbuka 7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang operasi merupakan tempat yang memiliki peranan yang sangat krusial di rumah sakit dan harus dikelola sebaik-baiknya karena kegiatan operasi membutuhkan biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri yang bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan. Menurut Djuhaeni (2014), rumah sakit merupakan salah satu sistem pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa pelayanan kesehatan adalah sistem yang berubah dan berkembang dengan cepat, dan industri-industri tersebut berusaha untuk menemukan cara yang tepat untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Peningkatan pelayanan jasa kesehatan perlu terus dilakukan agar kebutuhan masyarakat akan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu.

IV STUDI KASUS. spesialisasi pengobatan tertentu dan penggunaan ruang operasi seluruh spesialisasi pengobatan selama satu minggu. 7 pengobatan j bagi pasien rawat inap pada hari l D z jkl n jk, j, (4) Jumlah pelaksanaan operasi spesialisasi pengobatan j bagi pasien rawat jalan yang ditunda dari hari k ke hari l, tidak lebih besar

Lebih terperinci

Indeks Produksi Industri Sedang Besar

Indeks Produksi Industri Sedang Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin banyak mengakibatkan semakin banyaknya peluang usaha. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan yang perlu dipenuhi. Industri-industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

Fransiska Leny Aweq* Nono Ifantono, Lukman Hakim * Korespondensi: RSIA Puri Bunda, Malang, Jawa Timur PENDAHULUAN

Fransiska Leny Aweq* Nono Ifantono, Lukman Hakim * Korespondensi: RSIA Puri Bunda, Malang, Jawa Timur PENDAHULUAN JMMR (Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit), 6 (2): 158-162, Juli 2017 Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs DOI: 10.18196/jmmr.6138 Efektifitas Standar Prosedur Operasional Terhadap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENJADWALAN RUANG OPERASI. Presenter: Netta Prismawiyati SIDANG TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENJADWALAN RUANG OPERASI. Presenter: Netta Prismawiyati SIDANG TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK PENJADWALAN RUANG OPERASI Presenter: Netta Prismawiyati SIDANG TUGAS AKHIR PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Operasi Pemasukan VS Pengeluaran Kendala penjadwalan

Lebih terperinci

III MODEL PENJADWALAN

III MODEL PENJADWALAN 3 Ax = B N x B x = Bx B + Nx N = b. (5) N Karena matriks B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers, sehingga dari (5) x B dapat dinyatakan sebagai: x B = B 1 b B 1 Nx N. (6) Kemudian fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit yang sangat penting dan paling sibuk di rumah sakit. Sebagai unit pertama yang menangani pasien dalam keadaan darurat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor kesehatan yang sedang mendapat perhatian besar dari pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor kesehatan yang sedang mendapat perhatian besar dari pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan yang sedang mendapat perhatian besar dari pemerintah merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat potensial untuk dapat diintegrasikan dengan

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi

BAB VI PEMBAHASAN. terhadap palayanan, pendidikan dan penelitian. a. Kesesuaian waktu penjadwalan dengan tindakan operasi BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan mengenai hasil penelitian didapat dari observasi terhadap 97 pasien yang menjalani operasi di kamar operasi RSUD Cengkareng Jakarta Barat. Pembahasan hasil penelitian

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMASALAHAN MULTI-OBJECTIVE HYBRID FLOW SHOP SCHEDULING DENGAN ALGORITMA MODIFIED PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PENYELESAIAN PERMASALAHAN MULTI-OBJECTIVE HYBRID FLOW SHOP SCHEDULING DENGAN ALGORITMA MODIFIED PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PENYELESAIAN PERMASALAHAN MULTI-OBJECTIVE HYBRID FLOW SHOP SCHEDULING DENGAN ALGORITMA MODIFIED PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Fiqihesa Putamawa 1), Budi Santosa 2) dan Nurhadi Siswanto 3) 1) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai persentase

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai persentase BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan mengenai persentase utilisasi kamar di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2017, dapat diambil beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Program kepaniteraan klinik merupakan suatu bagian penting dalam sistem pendidikan kedokteran, program kepaniteraan klinik yaitu suatu periode pendidikan kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit selalu berusaha melayani kesehatan masyarakat dengan performa terbaiknya, namun tidak semua rumah sakit mampu melayani pasien dengan efektif dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penjadwalan secara umum adalah aktifitas penugasan yang berhubungan dengan sejumlah kendala, sejumlah kejadian yang dapat terjadi pada suatu periode waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengeluarkan biaya produksi seminimum mungkin.

Lebih terperinci

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal

Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Fitria Imatus Solikhah 1, Renanda Nia R. 2, Aditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk terus memperbaiki performa dan kualitas layanan kepada masyarakat. Salah satu jasa pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Seiring

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan spring bed yang berlokasi di kota

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan spring bed yang berlokasi di kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bella Agung Citra Mandiri Sidoarjo merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan spring bed yang berlokasi di kota Sidoarjo dan memiliki cabang

Lebih terperinci

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016 HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Propinsi Jawa Barat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Salah satu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dapat menggambarkan mutu Rumah Sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGELOLAAN PARIWISATA DI DIY DENGAN MENGGUNAKAN METODE Campbell Dudeck Smith (CDS)

OPTIMASI PENGELOLAAN PARIWISATA DI DIY DENGAN MENGGUNAKAN METODE Campbell Dudeck Smith (CDS) OPTIMASI PENGELOLAAN PARIWISATA DI DIY DENGAN MENGGUNAKAN METODE Campbell Dudeck Smith (CDS) Fitriana Yuli Saptaningtyas.,M.Si. 1, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY anamathuny@gmail.com Abstrak Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerjakan pada beberapa buah mesin (Rosnani Ginting, 2009). Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerjakan pada beberapa buah mesin (Rosnani Ginting, 2009). Pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan adalah pengurutan pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin (Rosnani Ginting, 2009). Pekerjaan yang akan diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Penjadwalan Ruang Operasi Ruang operasi merupakan bagian dari rumah sakit yang melibatkan sumber daya terbanyak dan menggunakan peralatan medis berteknologi tinggi, pasokan

Lebih terperinci

PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS. Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto

PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS. Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto PROSES PENYUSUNAN PEDOMAN PELAYANAN DI IBS Dr.Amin Nurokhim,SpOG Ka. IBS. RS Margono Soekarjo Purwokerto PENDAHULUAN Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki produk berupa pelayanan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: IMPLEMENTASI MASS CUSTOMIZATION DALAM MINIMASI LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA CDS

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: IMPLEMENTASI MASS CUSTOMIZATION DALAM MINIMASI LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA CDS IMPLEMENTASI MASS CUSTOMIZATION DALAM MINIMASI LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA CDS Jatu Sandyakalaning 1, Salvia Fatma Aulia 2, Vanadhia Amanita 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam. BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input Kebijakan waktu pelayanan IGD sudah sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit, Standar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan area paling kritis sebagai pintu masuk pasien rumah sakit (RS), setiap keterlambatan pelayanan dapat mengakibatkan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, keberadaan institusi rumah sakit semakin dituntut untuk memberikan pelayanan prima dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. Kebutuhan ini sejalan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur di Indonesia berkembang sangat pesat. Salah satunya terlihat pada industri manufaktur dalam bidang otomotif. Membludaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perekonomian yang berkembang dengan pesat, semakin banyak juga kebutuhan manusia. Ada berbagai jenis kebutuhan manusia, salah satunya adalah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang dapat mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah melakukan pembangunan kesehatan yang diarahkan terutama untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan,

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penampilan fisik suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, penataan ruang, insfrakstruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukan penelitian ini, perumusan masalah, batasan penelitian yang dikerjakan, tujuan, manfaat penelitian terhadap

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA DIFFERENTIAL EVOLUTION UNTUK PENJADWALAN FLOW SHOP MULTI OBYEKTIF DENGAN BANYAK MESIN ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALGORITMA DIFFERENTIAL EVOLUTION UNTUK PENJADWALAN FLOW SHOP MULTI OBYEKTIF DENGAN BANYAK MESIN ABSTRAK PENGEMBANGAN ALGORITMA DIFFERENTIAL EVOLUTION UNTUK PENJADWALAN FLOW SHOP MULTI OBYEKTIF DENGAN BANYAK MESIN Rudi Nurdiansyah Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

OPTIMASI NURSE SCHEDULING PROBLEM

OPTIMASI NURSE SCHEDULING PROBLEM OPTIMASI NURSE SCHEDULING PROBLEM Disusun Oleh Aditya Pratama H (2510100111) Pembimbing Prof. Ir. Budi Santosa, M.S., Ph.D Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan & Asumsi Penjadwalan Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dapat diselenggarakan dengan melakukan upaya kesehatan. Pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif),

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA

PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA PROGRAM PENINGKATAN MUTU INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT CIBITUNG MEDIKA Jl. Raya H. Bosih No 117 Cibitung 17520 Telp. (021) 88323444 Fax (021) 88323449 Email : rs_cibitungmedika@yahoo.com LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu Anestesia. Lokasi penelitian ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Pengembangan Algoritma Simulated Annealing pada Permasalahan Hybrid Flowshop Scheduling untuk Minimasi Makespan

TUGAS AKHIR Pengembangan Algoritma Simulated Annealing pada Permasalahan Hybrid Flowshop Scheduling untuk Minimasi Makespan SIDANG TUGAS AKHIR Pengembangan Algoritma Simulated Annealing pada Permasalahan Hybrid Flowshop Scheduling untuk Minimasi Makespan dan Total Tardiness Peneliti Pembimbing : Ainur Rofiq : Prof. Ir. Budi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA HARMONY SEARCH DALAM PENYELESAIAN RESOURCE-CONSTRAINED PROJECT SCHEDULING PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA HARMONY SEARCH DALAM PENYELESAIAN RESOURCE-CONSTRAINED PROJECT SCHEDULING PROBLEM PENERAPAN ALGORITMA HARMONY SEARCH DALAM PENYELESAIAN RESOURCE-CONSTRAINED PROJECT SCHEDULING PROBLEM Peneliti Dosen Pembimbing : Achmad Setiawan NRP. 2506100136 : Ir. Budi Santosa, M.Sc., Ph.D NIP. 132

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi selalu diarahkan kepada tercapainya beberapa perubahan kearah yang lebih baik untuk pengguna dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN FLOWSHOP DENGAN MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK MEMINIMASI TOTAL FLOWTIME DAN TOTAL TARDINESS

PENJADWALAN FLOWSHOP DENGAN MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK MEMINIMASI TOTAL FLOWTIME DAN TOTAL TARDINESS PENJADWALAN FLOWSHOP DENGAN MIXED INTEGER PROGRAMMING UNTUK MEMINIMASI TOTAL FLOWTIME DAN TOTAL TARDINESS Ceria Farela Mada Tantrika* Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pindad (Persero) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang alat persenjataan dan produk komersial. Pada bagian penerimaan barang di setiap divisi

Lebih terperinci

TABU SEARCH SEBAGAI LOCAL SEARCH PADA ALGORITMA ANT COLONY UNTUK PENJADWALAN FLOWSHOP

TABU SEARCH SEBAGAI LOCAL SEARCH PADA ALGORITMA ANT COLONY UNTUK PENJADWALAN FLOWSHOP Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, o. 2, Desember 2009, pp. 188-194 ISS 1411-2485 TABU SEARCH SEBAGAI LOCAL SEARCH PADA ALGORITMA AT COLO UTUK PEJADWALA FLOWSHOP Iwan Halim Sahputra, Tanti Octavia, Agus

Lebih terperinci

PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR

PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR Dwi Agustina Kurniawati, Abdul Latief Irsyad Program Studi Teknik

Lebih terperinci

LAPORAN VALIDASI INDIKATOR PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT GRAHA HUSADA PERIODE JANUARI-MARET 207

LAPORAN VALIDASI INDIKATOR PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT GRAHA HUSADA PERIODE JANUARI-MARET 207 LAPORAN VALIDASI INDIKATOR PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT GRAHA HUSADA PERIODE JANUARI-MARET 207 I. Pendahuluan Berdasarkan Visi Rumah Sakit Graha Husada, menjadi rumah sakit Tipe

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pekerjaan pemeliharaan jalan dibutuhkan beberapa jenis peralatan untuk membantu pekerja lapangan dalam melaksanakan tugasnya. Peralatan dibutuhkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) merupakan Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia yang berdiri pada tanggal 5 maret 1946. Memiliki visi dan misi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Minat investasi semakin hari semakin meningkat. Hal in disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Minat investasi semakin hari semakin meningkat. Hal in disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat investasi semakin hari semakin meningkat. Hal in disebabkan oleh kesadaran akan investasi yang semakin timbul di masyarakat awam, dan juga teknologi komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen sangat penting peranannya dalam konsep pemasaran karena konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming

Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.127-137 Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming Clara Yessica Livia *, Teguh Oktiarso Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT. Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT. Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan BAB III TUJUAN DAN MANFAAT A. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun aplikasi Sistem Informasi Apotek Farmasi Dirumah Sakit Umum Ajibarang dengan peralihan dari aplikasi lama ke aplikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumberdaya tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan tercapainya derajat kesehatan yang bermutu tinggi dan merata, melalui upaya-upaya dalam tatanan tersebut

Lebih terperinci

SKRIPSI PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MACHINE DENGAN METODE HEURISTIK ALGORITMA POUR, NEIGHBORHOOD SEARCH TECHNIQUES, DAN TABU SEARCH

SKRIPSI PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MACHINE DENGAN METODE HEURISTIK ALGORITMA POUR, NEIGHBORHOOD SEARCH TECHNIQUES, DAN TABU SEARCH SKRIPSI PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MACHINE DENGAN METODE HEURISTIK ALGORITMA POUR, NEIGHBORHOOD SEARCH TECHNIQUES, DAN TABU SEARCH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROGRAM KERJA TIM PENYELENGGARA HCU RS BETHESDA LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA 2014

PENYUSUNAN PROGRAM KERJA TIM PENYELENGGARA HCU RS BETHESDA LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA 2014 PENYUSUNAN PROGRAM KERJA TIM PENYELENGGARA HCU RS BETHESDA LEMPUYANGWANGI YOGYAKARTA 2014 1. Pendahuluan Peningkatan pelayanan suatu RS adalah dengan adanya akreditasi dan penetapan kelas. Dalam penetapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan

I. PENDAHULUAN. pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi (atau fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah area di dalam sebuah rumah sakit yang dirancang dan digunakan untuk memberikan standar perawatan gawat darurat untuk pasien yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen sampai ke tangan masyarakat atau konsumen. Kemudahan konsumen dalam menjangkau produk yang diinginkan

Lebih terperinci

OPTIMASI POLA DISTRIBUSI BBM PERTAMINA MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK

OPTIMASI POLA DISTRIBUSI BBM PERTAMINA MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK OPTIMASI POLA DISTRIBUSI BBM PERTAMINA MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK Oleh: Rif atul Khusniah 1209201715 Dosen Pembimbing: Subchan, M.Sc, Ph.D Dr. Imam Mukhlas, MT SPBU 1 Order Daily DEPO SPBU 2 SPBU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia, berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Salah satu upaya untuk itu adalah dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Value menurut perspektif stakeholder Instalasi Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi yang padat dengan informasi, teknologi dan pengetahuan, segala sesuatu akan bergerak dan berubah dengan cepat. Perubahan ini akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis perhotelan saat ini sedang berkembang dengan pesat baik di kota besar maupun kota kecil. Hal ini tentu saja menimbulkan persaingan yang ketat dalam bidang perhotelan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak luar dengan laporan-laporan yang diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. pihak luar dengan laporan-laporan yang diperlukan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sistem informasi merupakan suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat Petunjuk Sitasi: Putawara, R., Aribowo, W., & Ma'ruf, A. (2017). Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E41-47). Malang:

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Kurva Penurunan Kondisi Jembatan (Seto dkk, 2012)

Gambar 1.1. Kurva Penurunan Kondisi Jembatan (Seto dkk, 2012) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan aktivitas masyarakat yang semakin bermacam menuntut tersedianya infrastruktur transportasi yang memadai, baik transportasi laut, darat maupun udara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit umum daerah di provinsi Jawa Timur merupakan salah satu rumah sakit yang cukup besar di wilayah Jawa Timur. Sebagian besar masyarakat yang menjadi pasien

Lebih terperinci

APLIKASI PENJADWALAN RUANG KULIAH DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA FTIF ITATS

APLIKASI PENJADWALAN RUANG KULIAH DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA FTIF ITATS APLIKASI PENJADWALAN RUANG KULIAH DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PADA FTIF ITATS Anita T. Kurniawati 1 dan Maskur Teknik Informatika ITATS, Jl. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya Email 1 : anitateku@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia antara lain adalah kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan yang prima. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Agus Sartono, (2001:122)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Agus Sartono, (2001:122) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif maka, diperlukan suatu penanganan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi suatu daerah mengakibatkan kebutuhan tenaga listrik akan semakin meningkat, baik yang berhubungan dengan bidang industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Siklus transaksi dibagi menjadi lima bagian, yaitu revenue

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Siklus transaksi dibagi menjadi lima bagian, yaitu revenue BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi pasti memiliki siklus transaksi di dalam kegiatan operasionalnya. Siklus transaksi dibagi menjadi lima bagian, yaitu revenue cycle,

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDA

BAB VI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDA BAB VI PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDA Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman tahapan perencanaan sumberdaya air terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. Sub Pokok Bahasan: Pendahuluan Konsep Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada. Teori-teori yang digunakan adalah Riset Operasi, Konsep Dasar Perencanaan Kapasitas, dan Pemrograman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penerimaan mahasiswa baru di Indonesia dan jumlah mahasiswa aktif dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, tidak terkecuali di Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAGIAN III OPTIMASI DENGAN SOLVER

BAGIAN III OPTIMASI DENGAN SOLVER BAGIAN III OPTIMASI DENGAN SOLVER DAFTAR ISI 3.1 Konsep Dasar Model Data... 3.2 Fungsi Model Data... 3.3 Jenis Model Data... 3.4 Model Data Berbasis Optimasi... 3.5 Optimasi dengan Program Linear... 3.6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ketatnya persaingan mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN PENENTUAN RUTE PENGAMBILAN SAMPAH DI KOTA MERAUKE DENGAN KOMBINASI METODE EKSAK DAN METODE HEURISTIC Endah Wulan Perwitasari Email : dek_endah@yahoo.com Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efisiensi merupakan salah satu bagian dari pengukuran kinerja suatu organisasi (Porcelli, 2009). Istilah efisiensi berdasarkan konsep ekonomi merujuk pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 54 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian 55 3.2 Observasi Lapangan Observasi lapangan ini dilakukan di PT. Metiska Farma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem tenaga listrik. Operasi sistem tenaga listrik mencakup tentang bagaimana daya listrik dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu industri jasa kesehatan. Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan, yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh JOVAN MAXY TUALAKA NIM

ABSTRAK. Oleh JOVAN MAXY TUALAKA NIM ABSTRAK PENJADWALAN FLOW SHOP DENGAN ALGORITMA ANT-COLONY OPTIMIZATION UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN DI DEPARTEMEN SPINNING III PT GRANDTEX TEXTIL INDONESIA Oleh JOVAN MAXY TUALAKA NIM. 1.03.02.037 Dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bisa menciptakan inovasi-inovasi baru, guna mempertahankan dan. dalam menangani penjualan yang menghasilkan pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bisa menciptakan inovasi-inovasi baru, guna mempertahankan dan. dalam menangani penjualan yang menghasilkan pendapatan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan dunia global yang semakin canggih mengharuskan setiap perusahaan bisa menciptakan inovasi-inovasi baru, guna mempertahankan dan mengungguli produk barang

Lebih terperinci