PENERAPAN INTERACTIVE FUZZY MULTI-OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN INTERACTIVE FUZZY MULTI-OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING"

Transkripsi

1 PENERAPAN INTERACTIVE FUZZY MULTI-OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING (i-fmolp) PADA PERENCANAAN DISTRIBUSI UNTUK MEMINIMALKAN TOTAL BIAYA DAN TOTAL WAKTU PENGIRIMAN Rina Ulfa Widyarini 1, Mahendrawathi ER. 2, Retno Aulia Vinarti 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 60111, Indonesia Telp: (031) , Fax : (031) rina.widyarini@gmail.com 1, mahendrawathi_er@yahoo.com 2, vaulia@gmail.com 3 Abstrak Distribution Planning Decision (DPD) melibatkan perencanaan optimasi distribusi yang bertujuan untuk mengalokasikan produk hasil produksi hingga sampai ke tangan konsumen dalam suatu jaringan rantai pasok. Umumnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai secara bersamaan sehingga membuat permasalahan DPD semakin kompleks. Dalam penelitian ini, akan dilakukan penyelesaian DPD problem dengan menggunakan metode interactive fuzzy multi-objective linear prograing (i-fmolp). Metode i-fmolp bertujuan untuk mencapai beberapa obyektif dengan data-data fuzzy secara bersamaan.obyektif yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu meminimalkan total biaya produksi dan total waktu pengiriman, yang memiliki nilai-nilai batasan tak tentu. Metode i-fmolp dapat meliputi seluruh fuzzy obyektif serta batasan-batasan dengan nilai tak tentu untuk menghasilkan suatu keputusan. Metode i-fmolp juga memfasilitasi decision maker (DM) perusahaan untuk ikut berkontribusi dalam menghasilkan keputusan.selain itu, dalam penelitian ini akan menggali mengenai dampak perubahan fungsi keanggotaan terhadap hasil yang akan dikeluarkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini,bahwa metode i-fmolp dapat menghasilkan keputusan mengenai jumlah pasokan produk yang optimal dengan total biaya dan total waktu pengiriman yang minimal secara bersamaan dengan tingkat kepuasan DM yang maksimal. Kata kunci : distribution planning decision (DPD), supply chain, interactive fuzzy multi-objective linear prograing (i-fmolp), fuzzy set theory 1. Pendahuluan Distribution Planning Decision (DPD) merupakan keseluruhan keputusan yang menyangkut perencanaan distribusi suatu perusahaan. Sebagian besar perusahaan manufakturmemiliki lebih dari satu tujuan pada fase distribusi yang ingin dicapai, yaitu meminimalkan total biaya distribusi/transportasi dan biaya produksi, total waktu pengiriman, jumlah produk yang cacat, dll. Permasalahan DPD yang memiliki lebih dari satu obyektif disebut dengan multi-objective DPD problem. Permasalahan yang terjadi di perusahaan pemroduksi pupuk adalah seringnya terjadi kelangkaan pupuk di suatu gudang, sedangkan terjadi penumpukan pupuk di gudang lainnya. Solusi yang dapat diambil oleh perusahaan tersebut untuk mengatasi tidak ratanya ketersediaan pupuk di tiap-tiap gudang yaitu mengatur jalannya distribusi pupuk dari gudang menuju kios kota tujuan, selain mengatur distribusi pupuk dari pabrik menuju gudangseperti yang dilakukan biasanya. Dalam mengatur distribusi dari gudang ke kota tujuan, seperti perusahaan pada umumnya, maka proses distribusi yang akan dilakukan diharapkan tidak hanya membutuhkan biaya yang seminimal mungkin, tetapi juga menghabiskan waktu yang minimal pula. Oleh karena itu, permasalahan ini juga dapat digolongkan dalam permasalahan multi-objective DPD. Dalam permasalahan multi-objective DPD, data permintaan merupakan bagian yang memiliki peran penting. Umumnya, data permintaan yang digunakan sebagai informasi atau data masukan untuk proses selanjutnya adalah data histori permintaan sebelumnya, sehingga jumlah perkiraan permintaan untuk masa mendatang langsung mengadopsi dari data histori permintaan. Padahal, jumlah permintaan di masa mendatang belum tentu sama dengan jumlah permintaan sebelumnya. Jumlah permintaan pupuk tidak dapat diwakilkan dengan nilai crisp karena jumlah permintaan dipengaruhi dengan beberapa faktor yang bersifat dinamis, seperti musim panen, cuaca yang tak tentu, dan lain-lain. Kapasitas mesin, bahan baku yang tersedia, kemampuan pekerja dan aturan publik merupakan faktor-faktor yang menyebabkan jumlah produk yang mampu diproduksi bernilai tidak pasti atau fuzzy. Dalam mengatasi permasalahan multi-objective DPD dengan lingkungan nilai permintaan dan hasil produksi yang bersifat fuzzy, dibutuhkan metode yang mampu mencakup permasalahan fuzzy multi-objective DPD.Metode yang dipilih untuk digunakan dalam menyelesaikan permasalahan fuzzy multi-objective DPD adalah metode interactive fuzzy multi-objective linear prograing model (i-fmolp) dengan hasil keputusan jumlah optimal pupuk yang didistribusikan dari pabrik ke gudang. Pada penelitian ini, akan dilakukan uji coba untuk mengetahui dampak dari pengubahan fungsi keanggotaan terhadap hasil yang dikeluarkan.

2 2. Fuzzy Multi-Objective Distribusi Planning Decision (DPD) Problem Multi-Objective DPD problem adalah masalah yang melibatkan distribusi produk dari pabrik ke gudang sekaligus memiliki obyektif yang berjumlah lebih dari satu.umumnya, obyektif dari DPD problem adalah meminimalkan total biaya distribusi/transportasi sekaligus meminimalkan total waktu pengiriman dari pabrik menuju gudang. Hal tersebut juga tidak mengesampingkan tujuan utama suatu perusahaan yaitu untuk memenuhi permintaan pasar semaksimal mungkin. Berdasarkan penjabaran masalah tersebut, maka jumlah supplai produk yang tersedia di gudang minimal harus berjumlah sama dengan jumlah produk yang akan didistribusikan serta harus memenuhi permintaan dari pasar. Sedangkan, menurut Liang (2006), jumlah supplai produk yang dihasilkan oleh pabrik kemungkinan besar bersifat fuzzy atau tidak tepat karena ketidakpastian dari jumlah resource yang yang tersedia, kapasitas mesin, kemampuan pekerja, aturan publik dan beberapa faktor lain dalam planning horizon. Begitu pula dengan permintaan yang dimiliki suatu perusahaan, umumnya setiap gudang atau retailer tidak dapat memutuskan nilai yang tepat karena dipengaruhi oleh permintaan pasar yang dinamis.oleh karena itu, permasalahan yang digambarkan disebut dengan fuzzy multi-objective DPD problem. 3. Fungsi Keanggotaan Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 hingga 1 (Kusumadewi, 2002). Derajat keanggotaan akan memberi nilai di mana suatu input akan memiliki nilai dalam interval 0 hingga 1. Dalam himpunan fuzzy, hal ini akan memberikan penilaian yang lebih adil karena dapat membuat fungsi keanggotaan bersifat kontinu. Dalam proses mendapatkan derajat keanggotaan, dapat menggunakan pendekatan fungsi. Terdapat banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan derajat keanggotaan, yaitu representasi linear, representasi kurva segitiga (triangular curve), representasi kurva lonceng (bell curve) dan lain-lain. 3.1 Triangular Fuzzy Number (TFN) TFN merupakan pendekatan untuk merepresentasikan nilai fuzzy yang merupakan kurva dengan gabungan 2 garis linear. Kelebihan dari triangular fuzzy numberadalah lebih simpel dan fleksibel untuk operasi fuzzy arithmetic(liang, 2006). Gambar 3.1 menunjukkan kurva segitiga menunjukkan rumus untuk mendapatkan nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan. Gambar 3.1. Kurva segitiga Berdasarkan variabel a, b dan c pada Gambar 2, maka nilai supplai dan permintaan akan terbagi menjadi 3, yaitu nilai pesimis, nilai paling memungkinkan dan nilai optimis. Jika dijabarkan lebih lanjut maka a mewakili nilai pesimis jumlah supplai dan permintaan, b mewakili nilai supplai dan permintaan yang paling mungkin, sedangkan c mewakili nilai optimis jumlah supplai dan permintaan.persamaan umum dari fungsi keanggotaanlinear naik adalahseperti pada persamaan 3.1. (3.1) 3.2 Linear Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk linear merupakan bentuk yang paling sederhana. Terdapat 2 jenis himpunan linear, yaitu linear naik dan linear turun. Pada linear naik, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan yang lebih tinggi. Gambar kurva linear naik tampak seperti pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Kurva linear naik Persamaan umum dari fungsi keanggotaan linear naik adalah seperti pada persamaan 3.2. (3.2) Sedangkan linear turun merupakan kebalikan dari linear naik. Garis lurus dimulai dari nilai domain dengan dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang

3 memiliki derajat keanggotaan lebih rendah. Gambar kurva linear turun tampak seperti pada gambar 3.3. Gambar 3.3 Kurva linear turun Persamaan umum dari fungsi keanggotaan linear turun adalah seperti pada persamaan 3.3. (3.3) 3.3 Piecewise Linear Letak perbedaan antara representasi fungsi keanggotaan linear dan representasi fungsi piecewise linear dapat terlihat jelas pada kemiringan kurva. Gambar grafik dari fungsi keanggotaan piecewise linear digambarkan dengan Gambar 3.4 Gambar 3.4 Fungsi keanggotaan piecewise linear Persamaan umum dari fungsi keanggotaan piecewise linear ini adalahseperti pada persamaan 3.4. N PL fi ( zi ( x)) = α ij zi ( x) xij + βi zi ( x) + γ i j= 1 (3.4) dengan ti( j+ 1) tij t i( p+ 1) + ti 1 α ij =, β i =, S i( p+ 1) + Si γ i = (3.5) 4. Fuzzy Multi-Objective Linear Prograing (FMOLP) Terdapat beberapa alternatif cara untuk menyelesaikan permasalahan DPD problem, yaitu dengan menggunakan Linear Prograing (LP), Stepping Stone, Modified Distribution (MODI) dan lain-lain. Ketiga alternatif tersebut dapat memecahkan permasalahan DPD dengan mudah dengan fungsi tujuan dan input dari DPD problem bersifat nilai yang tentu atau pasti. Padahal, pada umumnya, koefisien, input, model dan parameter yang ada pada kasus nyata perusahaan bernilai tidak tepat atau fuzzy yang disebabkan oleh beberapa faktor yang bersifat dinamis, sehingga penerapan metode LP biasa tidak dapat mengatasi permasalahan DPD yang obyektif serta batasannya bersifat tidak pasti atau fuzzy. Awalnya, LP hanya dapat menyelesaikan permasalahan DPD yang memiliki tujuan dan batasan dengan nilai yang pasti. Namun, pada tahun 1976, Ziermann untuk pertama kalinya menambahkan fuzzy sets di LP dengan obyektif dan batasan yang fuzzy hingga fuzzy linear prograing (FLP) semakin berkembang menjadi solusi optimasi untuk mengatasi DPD problem dengan lingkungan nilai fuzzy. Namun, FLP hanya berfokus pada satu obyektif yang akan dicapai, tanpa dapat mengatasi permasalahan DPD yang bersifat multi-objective. Pada tahun 1978, Ziermann mengembangkan kembali metode FLP menjadi FMOLP yang mampu memberikan solusi dalam mengatasi fuzzy multi-objective DPD problem. Kemudian pengembangan FMOLP terus berlanjut hingga muncul metode i-fmolp yang memberi kesempatan seorang DM di suatu perusahaan dapat memodifikasi model serta parameter dari FMOLP untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. 4.1 Interactive Fuzzy Multi-Objective Linear Prograing (i-fmolp) Metode i-fmolp adalah bentuk pengembangan dari Linear Prograing (LP). Metode i-fmolp yang memberi kesempatan seorang DM di suatu perusahaan dapat memodifikasi model serta parameter dari FMOLP untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Pada kasus nyata, DPD problem yang paling sering dihadapi adalah untuk meminimalkan total biaya distribusi/transportasi dan biaya produksi sekaligus meminimalkan total waktu pengiriman. Berikut adalah fungsi tujuan yang akan digunakan : Meminimalkan total biaya produksi dan biaya transportasi: nn MMMMMM zz 1 (pp iiii + cc iiii ) QQ iiii (4.1) ii=1 jj =1 Meminimalkan total waktu pengiriman : nn MMMMMM zz 2 tt iiii QQ iiii (4.2) ii=1 jj =1 Penggunaan tanda merupakan bentuk fuzzy dari =. Sedangkan batasan-batasannya adalah sebagai berikut : Batasan bahwa jumlah persediaan pupuk yang tersedia oleh gudang tidak boleh kurang dari jumlah produk yang akan didistribusikan dari gudang ke kios. nn QQ iiii jj =1 SS ii ii (4.3)

4 Batasan bahwa jumlah produk yang akan didistribusikan dari gudang ke kios-kios pada kota di Jawa Barat tidak boleh kurang dari jumlah permintaan yang ada di kota tersebut. QQ iiii ii=1 DD jj jj (4.4) Batasan bahwa kapasitas yang dibutuhkan untuk menyimpan produk yang didistribusikan dari gudang ke kota di Jawa Barat tidak melebihi kapasitas gudang. bb iiii QQ iiii ii=1 VV jj (4.5) Batasan bahwa jumlah biaya produksi dan biaya transportasi produk tidak melebihi dari budget atau anggaran yang telah ditatapkan sebelumnya oleh perusahaan. nn (pp iiii + cc iiii ) QQ iiii BB (4.6) ii=1 jj =1 Batasan bahwa jumlah produk yang akan didistribusikan dari pabrik ke gudang tidak boleh negatif atau kurang dari nol. QQ iiii 0 ii, jj (4.7) Keterangan : Index i : index untuk gudang (1,2,.) j : index untuk kios kota tujuan (1,2,.) g : index untuk fungsi tujuan (1,2) Variabel keputusan QQ iiii : produk yang dikirim dari gudang ke (ton) Fungsi obyektif zz 1 : total biaya transportasi dan biaya produksi (Rp) zz 2 : total waktu pengiriman (jam) Parameter pp iiii : biaya produksi per unit produk yang dikirim dari gudang ke kota tujuan (Rp/ton) cc iiii : biaya transportasi per unit produk yang dikirim dari gudang ke kota tujuan (Rp/ton) tt iiii : waktu pengiriman produk dari gudang ke kota tujuan (jam/ton) SS ii : total supplai produk yang tersedia di gudang (ton) DD ii : total permintaan produk yang diminta pada tiap kota (ton) bb iiii : kapasitas yang dibutuhkan produk per ton (ft 2 /ton) vv jj : agregat kapasitas yang mampu ditampung di kios kota tujuan (ft 2 ) BB: total budget atau anggaran Kedua fungsi tujuan di atas digabungkan agar dapat memberikan suatu hasil yang mencakup kedua fungsi tujuan tersebut sehingga fungi tujuannya adalah memaksimalkan tingkat kepuasan pengambil keputusan (L). Batasan dari fungsi tujuan memaksimalkan L adalah : Batasan bahwa L kurang dari f g (z g ). Penjelasan lebih rinci mengenai f g (z g ). akan dijelaskan pada subbab 3.3 (4.8) Batasan tambahan kedua adalah seperti pada persamaan 2.. Penjelasan lebih rinci mengenai z g dan X ge. akan dijelaskan pada subbab 3.3 (4.9) Batasan berikutnya ditambahkan sama dengan batasan pada persamaan Penghitungan single-objective Penghitungan single objective ini dilakukan untuk mendapatkan hasil sebagai pembanding dengan hasil yang didapatkan dari metode FMOLP yang akan dilakukan nantinya. Diagram alir dari tahap penghitungan single-objective dapat dilihat pada gambar 5.1. Mulai Memasukkan data dari PT Pupuk Kujang Mengubah data permintaan dan produksi menjadi nilai pesimis, nilai yang paling sering keluar dan nilai optimis Mengalikan nilai permintaan dan produksi dengan bobot Memasukkan batasan seperti pada subbab Menyelesaikan penghitungan masing-masing fungsi tujuan dengan metode mipassign Selesai Gambar 5.1 Diagram Alir untuk melakukan penghitungan single-objective Langkah-langkah untuk mengerjakan fungsi tujuan meminimalkan biaya dan meminimalkan waktu adalah sebagai berikut :

5 1. Memasukkan data Data yang dimasukkan adalah data yang berasal dari PT Pupuk kujang, yaitu jumlah persediaan pupuk di gudang tahun 2010, data permintaan pupuk tahun 2010, data biaya produksi, data biaya transportasi, data lama waktu pengiriman pupuk dari pabrik ke gudang, data kapasitas, data kapasitas yang dibutuhkan untuk 1 unit pupuk dan data anggaran dana tahun Kemudian memasukkan persentase dari faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan pupuk secara umum per tahun. Lalu memasukkan nilai bobot fuzzy. Bobot fuzzy yang dimasukkan sesuai dengan metode Triangular Fuzzy Number (TFN) yang akan dijelaskan lebih lanjut pada langkah nomor Menjadikan nilai jumlah produksi dan jumlah permintaan menjadi 3 nilai (optimis, yang paling sering keluar dan pesimis) dengan mengalikan nilai jumlah permintaan ke masing-masing faktor yang berpengaruh.nilai pesimis adalah jumlah permintaan atau persediaan pupuk urea dengan nilai terendah dari PT Pupuk Kujang, nilai optimis adalah jumlah permintaan atau persediaan pupuk urea dengan nilai tertinggi dari PT Pupuk Kujang. Nilai yang paling sering keluar diambil dari nilai permintaan atau persediaan asli yang didapatkan dari data tahun Mengalikan masing-masing nilai produksi dan permintaan dengan bobot yang berbeda. Pada nilai pesimis dan optimis, maka bobot yang diberikan sebesar 1/6, sedangkan pada nilai yang paling sering keluar diberikan bobot yang lebih besar, yaitu 4/6 karena. Nilai pesimis dan optimis mendapat bobot yang lebih kecil karena peluang untuk muncul lebih kecil dibandingkan nilai yang paling sering keluar. 4. Menyusun data yang didapatkan dari kasus PT Pupuk Kujang menjadi batasan-batasan seperti yang disebutkan pada subbab Memproses hasil single objective. Penghitungan ini dilakukan dengan menggunakan toolbox Tomlab dan metode pemrograman mix-integer. Penghitungan ini dilakukan secara terpisah untuk setiap fungsi tujuan. Dari hasil penghitungan solusi awal (z i ) akan didapat nilai z 1 dan z 2. Hasil tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan nilai fungsi keanggotaan. 6. Membuat formulasi FMOLP Pada tahap ini, yang dilakukan adalah menerapkan data yang didapatkan dari PT Pupuk Kujang dengan model FMOLP. Dalam melakukan formulasi dan membangun program FMOLP, maka langkah-langkah yang harus dilakukan seperti yang tampak pada Gambar 6.1. Berikut ini adalah penjelasan dari langkah-langkah yang dijalani pada Gambar Menspesifikasi derajat keanggotaan f g (z g ) Pada subbab sebelumnya telah didapatkan hasil dari setiap fungsi tujuan. Dari fungsi tujuan tersebut, maka akan dibuat interval yang mencakup hasil dari fungsi tujuan. Contoh intervalhasil yang akan dikeluarkan dalam tahap ini adalah seperti yang tergambar pada Tabel 6.1. z 1 Tabel 6.1 piecewise linear membership function untuk setiap fungsi tujuan >1.45E E+ Interval nilai z g 1.35E+ 1.25E+ 1.15E+ <1.15E+ f 1(z 1) z 2 >1,300,000 1,300,0 00 1,200,0 00 1,100,0 00 1,000,0 00 <1,000, 000 f 2(z 2) Mulai Melakukan penghitungan singleobjective Membuat range yang mencakup fungsi tujuan Memberikan derajat keanggotaan untuk masing-masing fungsi tujuan A Melakukan uji coba membership function pada fungsi tujuan T A Menggambarkan piecewise linear untuk masingmasing fungsi tujuan Membuat batasan baru FMOLP Menghitung tingkat kepuasan DM Apakah tingkat kepuasan DM sudah mencukupi? Y Selesai Gambar 6.2 Diagram alir membuat formulasi FMOLP Untuk menentukan derajat keanggotaan, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah menggambarkanpiecewise linear membership function untuk setiap (zg,f g (z g )), g = 1,2. Kemudian, mempetakan fungsi tujuan tersebut ke f g (z g ) dengan interval 0-1. Di mana nilai fungsi tujuan yang paling mendekati atau sama dengan nilai yang sebenarnya akan memiliki nilai keanggotaan f g (z g )

6 sebesar 1. Jika nilai fungsi tujuan semakin jauh dengan nilai yang sebenarnya maka nilai keanggotaannya akan mendekati atau sama dengan Menggambarkan piecewise linear membership untuk setiap fungsi tujuan Setelah nilai keanggotaan dari setiap fungsi tujuan didapatkan, maka selanjutnya adalah menggambarkan nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan tersebut. 3. Menghitung nilai slope (t ge ) Slope merupakan masukan untuk poses selanjutnya, yaitu dalam mencari nilai alfa, beta dan gaa. Jumlah slope yang dicari harus sesuai dengan jumlah titik pada gambar piecewise linear membership pada langkah 2. (6.1) qq gg1 : derajat keanggotaan e ke-1 pada fungsi tujuan ke-g qq gg2 : derajat keanggotaan e ke-2 pada fungsi tujuan ke-g XX gg1 : nilai fungsi tujuan (z) dengan e ke-1 pada fungsi tujuan ke-g XX gg2 : nilai fungsi tujuan (z) dengan e ke-2 pada fungsi tujuan ke-g PP gg : batas akhir atau batas maksimal dari e 4. Menentukan alfa, beta dan gaa Setelah slope masing-masing titik didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan alfa, beta dan gaa berdasarkan persamaan 6.2. harus dimaksimalkan. Berawal dari persamaan 3.2, maka ditambahkan variabel L pada batasan di mana L kurang dari sama dengan f g (z g ) sehingga menjadi persamaan 6.4. (6.4) 7. Membentuk batasan persamaan baru Pada tahap ini, ditambahkan persamaan baru sesuai dengan jumlah titik pada gambar piecewise linear membership pada langkah 2. (6.5) dimana dd gggg merupakan variabel deviasi yang bersifat saling menghilangkan jika variabel deviasi yang bernilai positif dan negatif digunakaan bersamaan. XX gggg merupakan nilai z pada fungsi tujuan ke-g, urutan ke-e. Berikut adalah tambahan batasan baru untuk mencari nilai L yang telah didapatkan dari langkah-langkah penghitungan yang telah dijelaskan pada no 1 hingga 4 : Batasan pertama, Batasan kedua, (6.6) (6.2) Jika dijabarkan, maka persamaan untuk mencari alfa, beta dan gaa adalah seperti pada persamaan 3.3. Batasan ketiga, (6.7) (6.3) 5. Membentuk fungsi tujuan baru FMOLP memiliki fungsi tujuan yang berbeda dengan single objective. FMOLP menggabungkan kedua tujuan, yaitu meminimalkan biaya dan meminimalkan waktu sehingga jumlah biaya atau waktu tidak dapat dijadikan tolok ukur. Fungsi tujuan metode FMOLP adalah memaksimalkan L yang merupakan nilai kepuasan DM atau pengambil keputusan. Nilai L merupakan persentase kepuasan DM atas keseluruhan hasil distribusi. Interval nilai L dalam program adalah 0 sampai Menambahkan variabel pelengkap L Pada tahap selanjutnya, disisipkan variabel L sebagai tolok ukur yang dinilai karena L merepresentasikan kepuasan pengambil keputusan terhadap hasil distribusi. Oleh karena itu, nilai L (6.8) Batasan kempat, (6.9) Batasan kelima, (6.10) Batasan selanjutnya sama dengan batasan pada persamaan Menghitung hasil kepuasan DM Setelah seluruh persamaan batasan lengkap, maka dilakukan penghitungan menggunakan software Matlab dengan fungsi tujuan memaksimalkan L. Proses optimasi dilakukan dengan menggunakan

7 toolbox Tomlab dan metode mipassign. Hasil yang menjadi tolok ukur sebagai perbandingan adalah nilai L dan z. 7. Uji Coba Uji coba dilakukan untuk mendapatkan nilai yang paling optimal dan tingkat kepuasan DM yang lebih tinggi. Penerapan uji coba ini yang membuat metode FMOLP menjadi interaktif karena terdapat peran DM yang berkontribusi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan pengambil keputusan. Pada uji coba akan dilakukan dua improvisasi yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal, yaitu : 1. Uji coba pada nilai yang dihasilkan oleh fungsi tujuan pada piecewise linear membership function dengan berdasarkan pengetahuan dan keputusan DM untuk meningkatkan tingkat kepuasan DM. Uji coba nilai fungsi tujuan dilakukan setelah didapatkan hasil dari program FMOLP. Jika hasil L yang dikeluarkan belum memenuhi tingkat kepuasan DM, maka DM dapat mengubah nilai yang ada pada piecewise linear membership function agar nilai L meningkat. 2. Uji coba pada pendekatan untuk mengubah bentuk fuzzy menjadi bentuk crisp pada batasan jumlah supplai dan jumlah permintaan Pada langkah yang telah dijalankan sebelumnya dalam mengubah bentuk fuzzy menjadi bentuk crisp, pendekatan yang digunakan adalah dengan TFN. Dalam uji coba ini, akan dilakukan penghitungan ulang dengan pendekatan lain untuk dibandingkan hasilnya dengan hasil yang didapatkan dari pendekatan TFN. Pendekatan yang akan digunakan untuk mengubah bentuk fuzzy pada jumlah supplai dan jumlah permintaan menjadi bentuk crisp adalah pendekatan linear naik dan linear turun. 7.1 Uji Coba Linear Naik Perubahan yang terjadi jika fungsi keanggotaan diubah dari triangularmenjadi linear naik adalah perubahan bobot, jumlah dan jenis data. Jika pada fungsi keanggotaan triangularterdapat 3 data, yaitu pesimis, yang paling sering muncul dan optimis dengan bobot masing-masing 1/6, 4/6 dan 1/6. Sedangkan pada fungsi keanggotaan linear naik, jenis data yang digunakan hanya data pesimis dan paling sering muncul dengan bobot masing-masing 1/6 dan 5/6. Perbandingan hasil L dan z dari penghitungan FMOLP dengan interactive FMOLP dapat dilihat pada tabel 7.1. Tabel 7.1 Hasil perbandingan penghitungan Metode FMOLP i-fmolp penghitungan L (%) z1 (rupiah) 255,521,000, ,631,100,000 z2 (jam) 223, ,508 Jumlah pupuk yang dikirim dari gudang baik menggunakan penghitungan FMOLP maupun interactive-fmolp memiliki hasil yang lebih optimal, dilihat dari segi jumlah waktu yang dibutuhkan, metode i-fmolp lebih memiliki nilai yang lebih minimal, tetapi pada segi biaya yang dibutuhkan untuk produksi dan distribusi penghitungan dengan metode FMOLP dinilai lebih baik. Namun, hasil akhir dilihat dari nilai L yang merupakan tingkat kepuasan DM, sehingga metode i-fmolp lebih unggul karena memiliki nilai L sebesar 98.87%. Penyebab adanya perbedaan persentase kepuasan DM atau L di antara kedua metode penghitungan adalah besar nilai variabel deviasi.perbandingan variabel deviasi tampak pada tabel 7.2 Tabel 7.2 Perbandingan variabel deviasi Variabel FMOLP i-fmolp deviasi dmin11 1,444,793 1,943,691.8 dplus dmin 444, ,691.8 dplus 0 0 dmin21 326, ,492.2 dplus Uji Coba Linear Turun Uji coba selanjutnya adalah ujicoba linear turun, maka data yang berubah adalah jenis data yang dibutuhkan, yaitu nilai yang paling sering muncul dan nilai optimis. Bobot fuzzy untuk masing-masing nilai menjadi 5/6 dan 1/6. Perbandingan hasil L dan z dari penghitungan FMOLP dengan interactive FMOLP dapat dilihat pada tabel 7.2. Tabel 7.2 Hasil perbandingan penghitungan Metode FMOLP i-fmolp penghitungan L (%) z1 (rupiah) 258,517,000, ,617,700,000 z2 (jam) 223, ,490 Jumlah pupuk yang dikirim dari gudang oleh PT Pupuk Kujang hasil baik menggunakan penghitungan FMOLP maupun interactive-fmolp memiliki hasil yang lebih optimal, dilihat dari segi jumlah waktu yang dibutuhkan, metode i-fmolp lebih memiliki nilai yang lebih minimal, tetapi pada segi biaya yang dibutuhkan untuk produksi dan distribusi penghitungan dengan metode FMOLP dinilai lebih baik. Namun, hasil akhir dilihat dari nilai L yang merupakan tingkat kepuasan DM, sehingga metode i-fmolp lebih unggul karena memiliki nilai L sebesar 98.28%. Penyebab adanya perbedaan persentase kepuasan DM atau L di antara kedua metode penghitungan adalah besar nilai variabel deviasi. Perbandingan variabel deviasi tampak pada tabel 7.3. Tabel 7.3 Perbandingan hasil variabel deviasi Variabel FMOLP i-fmolp

8 deviasi dmin11 1,414,826 1,913,819 dplus dmin 414, ,819.4 dplus 0 0 dmin21 323, ,509.2 dplus Analisis Hasil Hasil seluruh biaya yang dibutuhkan serta total waktu pada proses distribusi pupuk pada setiap metode penghitungan dapat dilihat pada tabel 8.1, 8.2 dan 8.3. Tabel 8.1 menggambarkan perbandingan seluruh hasil biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk distribusi pupuk dari gudang menuju kota tujuan dengan menggunakan fungsi keanggotaan triangular. Tabel 8.2 menggambarkan perbandingan seluruh hasil biaya dan waktu yang dibutuhkan dengan menggunakan fungsi keanggotaan linear naik, sedangkan tabel 8.3 menggambarkan perbandingan seluruh hasil biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk distribusi pupuk menggunakan fungsi keanggotaan linear turun. L merupakan hasil persentase kepuasan DM terhadap hasil biaya dan waktu yang dihabiskan untuk proses distribusi. L bersifat eksak dan presisi karena merupakan hasil yang didapatkan dari penghitungan menggunakan program, bukan penilaian subyektif dari DM untuk merepresentasikan kepuasannya terhadap hasil biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk proses distribusi. Tabel 8.1 Perbandingan hasil dengan fungsi keanggotaan triangular Triangular Metode Single objective FMOLP i-fmolp Fungsi Min z1 Min z2 Max L Max L tujuan L (%) z1 (dalam 257, , , ,363 jutaan) z2 (jam) 224, , , , Tabel 8.2 Perbandingan hasil dengan fungsi keanggotaan linear naik Linear naik Metode Single objective FMOLP i-fmolp Fungsi Min z1 Min z2 Max L Max L tujuan L (%) z1 (dalam 255, , , ,631 jutaan) z2 (jam) 223, , , , Tabel 8.3 Perbandingan hasil dengan fungsi keanggotaan linear turun Linear turun Metode Single objective FMOLP i-fmolp Fungsi Min z1 Min z2 Max L Max L tujuan L (%) z1 (dalam 258, , , ,617 jutaan) z2 (jam) 226, , , , Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, perbandingan hasil yang telah dirangkum dapat dilihat pada tabel 8.1, 8.2 dan 8.3 maka beberapa hal yang didapatkan adalah : 1. Hasil yang dikeluarkan pada penghitungan single objective lebih minimal dibanding penghitungan FMOLP, tetapi hasil yang minimal tersebut hanya mencakup satu tujuan saja, sedangkan hasil tujuan yang lain sangat tinggi sehingga berbanding terbalik. Hal ini karena pada penghitungan single objective hanya berfokus pada satu tujuan saja tanpa memperhatikan tujuan lain yang bukan menjadi prioritas. 2. Hasil dari penghitungan i-fmolp dapat disebut sebagai nilai tengah di antara hasil penghitungan single objective, karena pada penghitungan FMOLP dan i-fmolp memperhatikan kedua tujuan, yaitu meminimalkan biaya dan meminimalkan waktu secara seimbang. 3. Hasil kepuasan DM dalam menerima solusi akhir yang diwakili dengan variabel L rata-rata bernilai dengan jumlah di atas 85%. 4. Hasil persentase L tertinggi adalah hasil penghitungan FMOLP interaktif menggunakan fungsi keanggotaan linear naik dengan hasil nilai L sebesar 98.21% karena data permintaan maupun data produksi yang digunakan adalah data yang berjenis pesimis dan yang paling sering muncul. Karena data yang digunakan adalah data pesimis, maka akibatnya nilai z1 maupun z2 akan rendah. Oleh karena itu, hasil z1 dan z2 pada penghitungan FMOLP dengan menggunakan fungsi keanggotaan linear naik lebih rendah dibanding penghitungan FMOLP lainnya. 5. Berdasarkan uji coba yang dilakukan, tampak bahwa penghitungan dengan metode i-fmolp menggunakan fungsi keanggotaan linear naik menghasilkan nilai yang lebih optimal dibandingkan dengan uji coba menggunakan fungsi keanggotaan yang lainnya jika dilihat dari parameter L. 9. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah : 1. Metode i-fmolp dapat diterapkan pada permasalahan distribusi di dunia nyata karena melibatkan faktor ketidakpastian data, baik mengenai data permintaan maupun data produksi

9 yang merupakan permasalahan yang sering dialami dalam jaringan rantai pasok. 2. Metode i-fmolp dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan distribusi dengan fungsi tujuan lebih dari satu atau yang disebut dengan goal prograing. 3. Berdasarkan uji coba fungsi keanggotaan, yaitu fungsi keanggotaan triangular, linear naik dan linear turun yang memiliki kepuasan DM tertinggi adalah penghitungan FMOLP dengan fungsi keanggotaan linear naik dengan nilai kepuasan sebesar 98.87%. Oleh karena itu, penghitungan distribusi pupuk PT Pupuk Kujang sebaiknya menggunakan penghitungan FMOLP dengan menggunakan fungsi keanggotaan linear naik. 10. Saran Berikut ini adalah beberapa saran yang diajukan untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut mengenai i- FMOLP : 1. Permasalahan yang diangkat pada studi kasus adalah meminimalkan fungsi tujuan biaya dan waktu, penyelesaian dengan lebih dari dua fungsi tujuan yang saling berlawanan dapat menjadi pengembangan permasalahan lebih lanjut. 11. Daftar Pustaka Bit, A., Biswal, M. P., & Alam, S. (1992). Fuzzy prograing approach to multicriteria decision making transportation problem. Fuzzy Sets and Systems, Fleischmann, B., & Klose, A. (2005). Distribution Logistics. Augsburg, Germany: Springer. Hubner, R. (2007). Strategic Supply Chain Management in Process Industries. Berlin: Springer. III, B. W. (1995). Introduction to Management Science - Sains Manajemen Eighth Edition. Yogyakarta: Salemba Empat. Kusumadewi, S. (2002). Analisis dan Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab. Yogyakarta: Graha Ilmu. Li, L., & Lai, K. (2000). A fuzzy approach to the multiobjective transportation problem. Computers and Operations Research, Liang, T.-F. (2006). Applying interactive fuzzy multiobjective linear prograing to transprotation planning desicion. Liang, T.-F. (2006). Distribution planning decision using interactive fuzzy multi-objective linear prograing. Fuzzy Sets and Systems, Pujawan, I. N. (2005). Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya. Wardhani, I. K. (2009). Implementasi Keputusan Perencanaan Distribusi Produk Menggunakan Fuzzy Multi Objective Linear Prograing. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Ziermann, H.-J. (1978). Fuzzy prograing and linear prograing with several objective functions. Fuzzy Sets and Systems,

Gita Sari Adriani, Pardi Affandi, M. Ahsar Karim Program Studi Matematika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Gita Sari Adriani, Pardi Affandi, M. Ahsar Karim Program Studi Matematika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat ANALISIS BIAYA FUZZY DALAM SISTEM TRANSPORTASI FUZZY FUZZY COST ANALYSIS IN FUZZY TRANSPORTATION SYSTEM Gita Sari Adriani, Pardi Affandi, M. Ahsar Karim Program Studi Matematika FMIPA Universitas Lambung

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi MASALAH TRANSPORTASI DENGAN FUZZY SUPPLY DAN FUZZY DEMAND

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi MASALAH TRANSPORTASI DENGAN FUZZY SUPPLY DAN FUZZY DEMAND MASALAH TRANSPORTASI DENGAN FUZZY SUPPLY DAN FUZZY DEMAND Ridayati Ircham Jurusan Teknik Sipil STTNAS Jalan Babarsari Caturtunggal Depok Sleman e-mail: ridayati@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA PENGANGKUTAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINEAR MULTIOBJEKTIF FUZZY (Studi Kasus pada PT. Sentosa Mulia Bahagia)

OPTIMASI BIAYA PENGANGKUTAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINEAR MULTIOBJEKTIF FUZZY (Studi Kasus pada PT. Sentosa Mulia Bahagia) OPTIMASI BIAYA PENGANGKUTAN MENGGUNAKAN PROGRAM LINEAR MULTIOBJEKTIF FUZZY (Studi Kasus pada PT. Sentosa Mulia Bahagia) OPTIMIZING THE TRANSPORTATION COST USING FUZZY MULTIOBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING Oleh : Heny Nurhidayanti 1206 100 059 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF FUZZY INTERAKTIF PADA KEPUTUSAN PERENCANAAN TRANSPORTASI

KAJIAN PENERAPAN PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF FUZZY INTERAKTIF PADA KEPUTUSAN PERENCANAAN TRANSPORTASI KAJIAN PENERAPAN PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF FUZZY INTERAKTIF PADA KEPUTUSAN PERENCANAAN TRANSPORTASI Suroso 1), Widodo 2) 1) Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. H. Soedarto, S.H.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol.1, No. 1, (2013) 1-6 II. URAIAN PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol.1, No. 1, (2013) 1-6 II. URAIAN PENELITIAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol.1, No. 1, (013) 1-6 PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX, JAWA TIMUR) Pupy Ajiningtyas, Suhud Wahyudi, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai teori himpunan fuzzy, program linear, metode simpleks, dan program linear fuzzy untuk membahas penyelesaian masalah menggunakan metode fuzzy

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWAT DI IRD DR. SOETOMO MENGGUNAKAN MODEL GOAL PROGRAMMING

PENJADWALAN PERAWAT DI IRD DR. SOETOMO MENGGUNAKAN MODEL GOAL PROGRAMMING PENJADWALAN PERAWAT DI IRD DR. SOETOMO MENGGUNAKAN MODEL GOAL PROGRAMMING Abstrak Arina Pramudita Lestari 1, Wiwik Anggraeni 2, Retno Aulia Vinarti Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

MASALAH TRANSPORTASI

MASALAH TRANSPORTASI MASALAH TRANSPORTASI Transportasi pada umumnya berhubungan dengan distribusi suatu produk, menuju ke beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, dan biaya transportasi minimum. Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi merupakan bentuk khusus dari program linear yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY Menggunakan TOOLBOX MATLAB Sri Kusumadewi Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab Oleh: Sri Kusumadewi

Lebih terperinci

FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN Astuti Irma Suryani ), Lilik Linawati 2) dan Hanna A. Parhusip 2) ) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa definisi dan konsep-konsep yang digunakan untuk membahas aplikasi PLFTG untuk investasi portofolio saham. A. Pemrograman Linear Pemrograman matematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi merupakan permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi merupakan bentuk khusus dari program linier yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II MAKALAH Makalah 1 :

BAB II MAKALAH Makalah 1 : BAB II MAKALAH Makalah 1 : Analisis penilaian kinerja karyawan menggunakan Fuzzy Linear Programming (FLP). Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA 2013 yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Fuzzy Logic Fuzzy logic pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasi pikiran manusia

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI 1209100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Ahmad Mufid Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pelanggan Perasaan puas pelanggan timbul ketika konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka. Sementara itu kepuasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Program linier (Linier Programming) Pemrograman linier merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bi-level Mathematical Programming (BLMP) diidentifikasi sebagai pemrograman matematika yang memecahkan masalah perencanaan desentralisasi dengan dua pengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang permasalahan yang terjadi jaringan distirbusi, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan asumsi penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

R PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dunia bisnis, manajemen rantai suplai merupakan strategi klasik yang banyak digunakan oleh industri atau perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Salah satu tingkat

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

Saintia Matematika ISSN: Vol. 2, No. 2 (2014), pp

Saintia Matematika ISSN: Vol. 2, No. 2 (2014), pp Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 2 (2014), pp. 115 126. PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI MIE INSTAN DENGAN PENEGASAN (DEFUZZIFIKASI)CENTROID FUZZY MAMDANI (Studi Kasus: Jumlah Produksi Indomie

Lebih terperinci

Elis Ratna Wulan a, Diana Ratnasari b

Elis Ratna Wulan a, Diana Ratnasari b ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Pencarian Solusi Optimal Fuzzy Untuk Masalah Program Linier Fuzzy Menggunakan Metode Level-Sum Elis Ratna Wulan a, Diana Ratnasari b b a Jurusan Matematika,Fakultas Sains

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kinerja Pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto Masalah kinerja pegawai di Universitas Muhammadiyah Purwokerto sangat mendapat perhatian. Hal ini dibuktikan dengan diadakannya

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING

OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING Fransiscus Xaverius Aucky Wibisono dan Abdullah Shahab Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: joned72@yahoo.com

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Produksi dan Operasi Manajeman (management) merupakan proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Bateman, Thomas S. : 2014)

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management 6s-1 Linear Programming Operations Management MANAJEMEN William J. Stevenson 8 th edition 6s-2 Linear Programming METODE TRANSPORTASI suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber

Lebih terperinci

OPERATION RESEARCH-1

OPERATION RESEARCH-1 OPERATION RESEARCH-1 Prof.Dr.H.M.Yani Syafei,MT MATERI PERKULIAHAN 1.Pemrograman Linier (Linear Programming) Formulasi Model Penyelesaian dengan Metode Grafis Penyelesaian dengan Algoritma Simplex Penyelesaian

Lebih terperinci

Pencarian Solusi Optimal Fuzzy Untuk Masalah Program Linier Fuzzy Menggunakan Metode Level-Sum

Pencarian Solusi Optimal Fuzzy Untuk Masalah Program Linier Fuzzy Menggunakan Metode Level-Sum ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Pencarian Solusi Optimal Fuzzy Untuk Masalah Program Linier Fuzzy Menggunakan Metode Level-Sum Elis Ratna Wulan a, Diana Ratnasari b a Jurusan Matematika,Fakultas Sains

Lebih terperinci

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi Berdasarkan Data Persediaan dan Jumlah Permintaan Ria Rahmadita Surbakti 1), Marlina Setia Sinaga 2) Jurusan Matematika FMIPA UNIMED riarahmadita@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN Khairul Saleh Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara Jalan Universitas

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX JAWA TIMUR)

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX JAWA TIMUR) PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK PERENCANAAN PRODUKSI PADA PRODUK OLAHAN TEBU (STUDI KASUS: PG. XXX JAWA TIMUR) Oleh : Pupy Ajiningtyas 1209 100 075 Dosen Pembimbing : 1. Drs. Suhud Wahyudi, M.Si

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab

BAB II KAJIAN TEORI. masalah fuzzy linear programming untuk optimasi hasil produksi pada bab BAB II KAJIAN TEORI Berikut diberikan landasan teori mengenai program linear, konsep himpunan fuzzy, program linear fuzzy dan metode Mehar untuk membahas penyelesaian masalah fuzzy linear programming untuk

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Application Of Fuzzy Goal Programming (Case Study: UD. Sinar Sakti Manado)

Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Application Of Fuzzy Goal Programming (Case Study: UD. Sinar Sakti Manado) Aplikasi Fuzzy Goal Programming (Studi Kasus: UD. Sinar Sakti Manado) Felliks F. Tampinongkol 1, Altien J. Rindengan 2, Luther A. Latumakulita 3 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT Manado, fftampinongkol09@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network). Suatu model yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN METODE KUMAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN METODE KUMAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN METODE KUMAR Shintia Devi Wahyudy 1, Bambang Irawanto 2, 1,2 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto, SH Tembalang Semarang 1 Shintiadevi15@gmailcom,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori himpunan fuzzy banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu seperti teori kontrol dan manajemen sains, pemodelan matematika dan berbagai aplikasi dalam bidang

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP) Winda Sulistiana 1 dan Evi Yuliawati 2 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN ALGORITMA MULTI OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN ALGORITMA MULTI OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN ALGORITMA MULTI OBJECTIVE LINEAR PROGRAMMING Mohamad Ervan S 1, Bambang Irawanto 2, Sunarsih 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 LOGIKA FUZZY Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian adalah paper yang dibuat oleh Lofti A Zadeh, dimana Zadeh memperkenalkan teori yang memiliki obyek-obyek dari

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 1 (1) (2012) UNNES Journal of Mathematics http://journalunnesacid/sju/indexphp/ujm APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING DALAM OPTIMALISASI PRODUKSI Agus Wayan Yulianto, Hardi Suyitno, dan Mashuri Jurusan

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Laptop Menggunakan Fuzzy Tahani

Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Laptop Menggunakan Fuzzy Tahani Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Laptop Menggunakan Fuzzy Tahani Eddy Triswanto S., ST., M.Kom. Jurusan Sistem Informasi Institut Informatika Indonesia Jl. Raya Sukomanunggal Jaya 3, Surabaya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Abstrak Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M.T Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN HIMPUNAN FUZZY BERBASIS MULTIMEDIA

MEDIA PEMBELAJARAN HIMPUNAN FUZZY BERBASIS MULTIMEDIA MEDIA PEMBELAJARAN HIMPUNAN FUZZY BERBASIS MULTIMEDIA 1 Cendi Praseptyo, 2 Ardi Pujiyanta (5295661) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Prof. Dr. Soepomo, S.H., Janturan, Umbulharjo,

Lebih terperinci

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah.

Tentukan alokasi hasil produksi dari pabrik pabrik tersebut ke gudang gudang penjualan dengan biaya pengangkutan terendah. PENJELASAN METODE STEPPING STONE Metode ini dalam merubah alokasi produk untuk mendapatkan alokasi produksi yang optimal menggunakan cara trial and error atau coba coba. Walaupun mengubah alokasi dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

Optimasi Jumlah Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Pelanggan dengan Metode Fuzzy Goal Programming

Optimasi Jumlah Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Pelanggan dengan Metode Fuzzy Goal Programming JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Optimasi Jumlah Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Surya Sembada Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Pelanggan Metode Fuzzy Goal Programming Rofiqoh

Lebih terperinci

Program Linear Fuzzy dengan Koefisien dan Konstanta Kendala Bilangan Fuzzy

Program Linear Fuzzy dengan Koefisien dan Konstanta Kendala Bilangan Fuzzy Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Program Linear Fuzzy dengan Koefisien dan Konstanta Kendala Bilangan Fuzzy 1 Diah Fauziah, 2 Didi Suhaedi, 3 Gani Gunawan 1,2,3 Prodi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Logika Fuzzy

Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Logika Fuzzy Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa

Lebih terperinci

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. LOGIKA FUZZY UTHIE Pendahuluan Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang ilmuwan Amerika

Lebih terperinci

IV CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

IV CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN () 700 + 0 Z (X) 0 () () (4) Z X 6 6 + d d + = + d d + = a (X) 00 + 50 + d 50 d + = 00 + 5 a (X) 5 (5) 680 Z X 70 + d 4 d 4 + = (7) 50 a (X) 5 (8) x 5 x 00 x 50 x 4 0 (9) x i, d i, d i + 0; d i, d i +

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK AIR MINERAL AQUA DI BANGKALAN

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK AIR MINERAL AQUA DI BANGKALAN PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI BIAYA PRODUKSI PADA PRODUK AIR MINERAL AQUA DI BANGKALAN Rica Amalia 1, Tony Yulianto 2, Iin Nofita Sari 3 1,2,3) Jurusan Matematika, Fakultas MIPA,Universitas

Lebih terperinci

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN: 2460-6464 Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum 1 Fitria Tri Suwarmi, 2 M. Yusuf Fajar,

Lebih terperinci

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM

Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Teknik Riset Operasional Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016 Teknik Informatiaka UIGM Dosen: Didin Astriani Prassetyowati, M.Stat Silabus MATAKULIAH TI214 TEKNIK RISET OPERASI (2 SKS) TUJUAN Agar mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Teori Himpunan Fuzzy Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam himpunan A, yang sering ditulis dengan memiliki dua kemungkinan, yaitu: 1 Nol (0), yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tidak dapat lepas dari persoalan transportasi, baik untuk pengadaan bahan baku ataupun dalam mengalokasikan barang jadinya. Salah satu metode yang

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E PENENTUAN INTERVAL WAKTU PEMELIHARAAN PENCEGAHAN BERDASARKAN ALOKASI DAN OPTIMASI KEHANDALAN PADA PERALATAN SEKSI PENGGILINGAN E (Studi Kasus: PT ISM Bogasari Flour Mills Surabaya) Edi Suhandoko, Bobby

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan Sistem Fuzzy.

Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan Sistem Fuzzy. Chapter 7 Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

bi = vektor berkaitan dengan tingkat aspirasi goal pada objektif yang ke i fi(x) = fungsi kendala dan goal

bi = vektor berkaitan dengan tingkat aspirasi goal pada objektif yang ke i fi(x) = fungsi kendala dan goal PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DENGAN MODEL FUZZY GOAL PROGRAMMING PADA INDUSTRI ALAT MUSIK Suriadi AS Program Studi Teknik dan Manajemen Industri, STMI Jakarta suriadiasalam@yahoo.co.id ABSTRAK Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi dengan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti gunung, pantai, perkotaan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan dalam mengevaluasi supplier selalu berkaitan erat dengan pemilihan supplier yang tepat, dengan alokasi kuotanya yang berbeda-beda. Satu kesalahan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan diberikan kajian teori mengenai matriks dan operasi matriks, program linear, penyelesaian program linear dengan metode simpleks, masalah transportasi, hubungan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LOGIKA FUZZY MODEL TAHANI DALAM PEMILIHAN HARDWARE KOMPUTER

PENERAPAN METODE LOGIKA FUZZY MODEL TAHANI DALAM PEMILIHAN HARDWARE KOMPUTER E-Jurnal Matematika Vol. 6 4, November 2017, pp. 248-252 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE LOGIKA FUZZY MODEL TAHANI DALAM PEMILIHAN HARDWARE KOMPUTER Moh. Heri Setiawan 1, G. K. Gandhiadi 2, Luh Putu Ida

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian tersebut. BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai kajian teori yang digunakan sebagai dasar penulisan tugas akhir ini berdasarkan literatur yang relevan. Berikut ini merupakan pembahasan kajian-kajian

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN MENGINTEGRASIKAN CLUSTER ANALYSIS, ANP DAN TOPSIS SERTA ALOKASI ORDER DENGAN BEBERAPA FUNGSI TUJUAN

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN MENGINTEGRASIKAN CLUSTER ANALYSIS, ANP DAN TOPSIS SERTA ALOKASI ORDER DENGAN BEBERAPA FUNGSI TUJUAN Sidang Tesis PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN MENGINTEGRASIKAN CLUSTER ANALYSIS, ANP DAN TOPSIS SERTA ALOKASI ORDER DENGAN BEBERAPA FUNGSI TUJUAN Disusun oleh : Ivan Angga Shodiqi NRP : 2509 203 011 Dibimbing

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) 1Venny Riana Agustin, 2 Wahyu H. Irawan 1 Jurusan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

OPTIMISASI PERENCANAAN PRODUKSI MODEL PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF DE NOVO DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMISASI PERENCANAAN PRODUKSI MODEL PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF DE NOVO DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING OPTIMISASI PERENCANAAN PRODUKSI MODEL PROGRAM LINEAR MULTI OBJEKTIF DE NOVO DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING DWI LESTARI Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, dwilestari@uny.ac.id ABSTRAK. Paper ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak masalah nyata yang dapat dibawa ke model program linear. Metode penyelesaian program linear telah digunakan para ahli untuk menyelesaikan masalah di

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Metodologi Penelitian Modul ke: PEMROGRAMAN LINIER Fakultas Program Pasca Sarjana Hamzah Hilal Program Studi Magister Teknik Elektro 13.1 UMUM Banyak keputusan manajemen dan atau riset operasi berkaitan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PEKERJAAN DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI

PENGEMBANGAN APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PEKERJAAN DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI PENGEMBANGAN APLIKASI PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PEKERJAAN DI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI Wilis Kaswidjanti 1, Novrido Charibaldi 2, Datu Lestari Mallisa 3 1,2,3 ), Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 86 RANCANG BANGUN APLIKASI REKOMENDASI PEMBELIAN LAPTOP DENGAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI BERBASIS WEB Hendry Setiawan 1, Seng Hansun 2 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Multimedia

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Hilda Lutfiah, Amar Sumarsa 2, dan Sri Setyaningsih 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA BIDIK MISI DI POLITEKNIK NEGERI JEMBER MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY oleh: 1 I Putu Dody Lesmana, 2 Arfian Siswo Bintoro 1,2 Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan digunakan pada pembahasan berdasarkan literatur yang relevan. A. Program Linear Model Program Linear (MPL) merupakan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERSAMAAN FUZZY

STUDI TENTANG PERSAMAAN FUZZY STUDI TENTANG PERSAMAAN FUZZY Elva Ravita Sari Evawati Alisah Jurusan Matematika Fakultas Sains Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: mbemvie@gmail.com ABSTRAK Bilangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Kata sifat linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR

PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR PENERAPAN LOGIKA FUZZY PADA PROGRAM LINEAR T-11 RIVELSON PURBA 1 1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE etong_extreme@yahoo.com ABSTRAK Purba, Rivelson. 01. Penerapan Logika

Lebih terperinci

Metode Transportasi. Rudi Susanto

Metode Transportasi. Rudi Susanto Metode Transportasi Rudi Susanto Pendahuluan METODE TRANSPORTASI Metode Transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama

Lebih terperinci