BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data produksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data produksi"

Transkripsi

1 32 BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data produksi yang masuk pada unit produksi UPT B periode produksi Januari 2007 s/d September Dari hasil pencatatan, pengamatan dan wawancara dengan pihak PPC diperoleh data-data sebagai berikut : Data Produksi Gambar 4.1 Grafik Analisa Jenis Produk Data produksi di ambil dalam periode produksi Januari hingga September Jumlah produk yang masuk keseluruhan berjumlah 100 project, dilihat berdasarkan nomor pesanan pekerjaan / Number Job Order (NJO) yang terdiri 32

2 33 dari jenis produk rakitan (assembly) dengan prosentase 58% dan produk satuan (single part) dengan prosentase 42% Data Ketepatan Waktu Pengiriman Produk Data kedua jenis produk pesanan tersebut selanjutnya diolah untuk mendapatkan gambaran mengenai keterlambatan penyerahan pesanan untuk masing-masing jenis produk tersebut. Dari hasil pengamatan data produksi terhadap produk rakitan, menunjukkan hasil sebagai berikut : Gambar 4.2 Grafik Analisa Keterlambatan Penyerahan Produk Rakitan Tingkat ketepatan waktu penyerahan produk pesanan kepada customer paling cepat dicapai 2 minggu sebelum target pengiriman dengan prosentase 3.39% dan paling lama terjadi keterlambatan hingga 8 minggu dengan prosentase 1.69%. Produk yang dikirim tepat waktu sebesar 18.64%, dan jumlah produk 33

3 34 paling dominan terjadi keterlambatan pengiriman adalah selama 1 minggu dengan prosentase 28.81%. Sedangkan data produksi untuk produk satuan / single part menunjukkan hasil sebagai berikut : Gambar 4.3 Grafik Analisa keterlambatan Penyerahan Produk Single Part Untuk produk satuan / single part, pengiriman produk tepat waktu menunjukkan prosentase yang paling besar yaitu 42.86%. Sedangkan pengiriman produk yang terlambat paling lama adalah 4 minggu dengan prosentase 2.38%. Produk yang dikirim lebih cepat dari target waktu pengiriman adalah 2 minggu sebelum target waktu dengan prosentase yang seimbang dengan waktu keterlambatan paling lama yaitu 2.38%. Dari semua data yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat ketepatan waktu pengiriman produk masih belum tercapai. Masalah yang timbul adalah 34

4 35 tingkat keterlambatan waktu pengiriman yang tinggi, terutama untuk produk jenis rakitan. 4.2 Pengolahan Data Pengolahan data produksi dikembangkan dengan menggunakan pendekatan pembobotan untuk mendapatkan sumber penyebab permasalahan yang paling dominan. Dengan menggunakan teknik penelusuran wawancara dan pengamatan kepada sumber-sumber yang menangani produksi, diperoleh beberapa beberapa sumber potensi penyebab terjadinya keterlambatan waktu pengiriman. Untuk menjadikan data temuan menjadi data kuantitatif, maka dipilih metode pembobotan 1 (satu) dan 0 (nol) untuk tiap jenis produk. Dari hasil pembobotan maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Data Produksi Periode Januari s.d September 2007 NO NO ORDER PRODUK QTY Re-Work / Restart MASALAH PENYEBAB Design Metode Gambar Proses Boring 3 unit Cavity Body Caliper 5 unit Cavity Body Caliper 1 unit Boring 3 unit Assy. Clamp Cylinder 11 item Proyek 4 STI kwsk Mekatronika 11 item Rotor Bonding 10 unit Standart Press 4 unit Cover R C/C Cheking Fixture 2 unit Test piece MESIN DRILL OIL HOLE TGR SP 10 item 1 set Embos plat nomer TGR SP 10 item, tanpa braket 1 set Coil Soldering Jig 1 unit Final Test Jig modifikasi 1 unit Locator Coil soldering diameter pcs Locator Final Test Jig 20 unit TGF SP 1 unit Material 35

5 strightening ( M/C ) 1 unit Dte assy ( unit ) 1 unit DTE Fiixture Assy 1 unit Rivet die 1 unit Cylinder pin 1 unit Die Sleeve Lc/c KVB 4 unit Concentricity Jig 1 unit Insert Tip Measurement Twist Drill ( trial OK ) Die Sleeve Lc/c KVB Die Sleeve Lc/c KVB Adjuster Set Engine Cutting 11 unit Assy Clamp Cyl 1 unit Lemari Printer 2 unit RPH - Spindle Unit 1 unit RPH - Clamping Unit 1 unit RPH - Clamping Unit 1 unit R - CVR - MC 1 unit Skalering 3 unit Lemari Tool 1 unit Adjuster set 2 unit Air Lock C/W Shaft + bearing 1 unit Mould Mangkok sadap (4 cavity ) 1 unit Part robot 2 item Part robot 2 item Lapping Machine 1 unit Rough Pin Hole 1 unit Pokayoke machine 1 unit Die Sleeve Hndle Seat Acc 3 1 unit Die Sleeve Cyl Head Side 3 1 unit Assy Jig 3 unit Rangka back Drop 1 unit Pulley 1, Pulley 2, Shaft Bushing 4 unit Tool 16 unit GBF MC 1 unit Top clamp Unit Bottom clamp Unit Cleaning Unit Hydraulic press for gun Champer Unit Perbaikan mesin gerinda Meja manual permanen Kanopi meja manual permanen Meja manual repair & tapping Kanopi meja man repair & tapping Prepare jig tool Backing plate

6 Scale ring Die sleeve handle set Flying Shooter ConveyorAssy Assy g roller Gear +Rantai Gear Box Pin Hole Finish Auto Loader Pipe Nut Push Road Assy Gravity Roller SUT Twist Drill Spure bush 5tl Spure bush handle seat Auto Loader cover Insp Jig Cross KTM Insp Jig Cross KTM Alat Bantu Ukur Blok Post comp Guide pin Jig pengungkit Box slurry Silde CNC Jig Main line Base Anvil CHUCK Die Sleeve L c/c KCJ Shutter Line Holder Die Sleeve L c/c KVB Die Sleeve L c/c KVB Printing Oven Conveyor ND 1/2 " Stud Bolt Jig Main Line JUMLAH % 22% 20% 15% 37

7 Diagram Paretto Untuk mengidentifikasi penyebab masalah yang paling dominan, data kuantitatif tersebut dibuat dalam diagram paretto untuk mengetahui penyebab masalah yang paling dominan sehingga dapat dijadikan prioritas dalam penyelesaian masalah. Dari data pembobotan diatas dihasilkan diagram paretto sebagai berikut : Diagram Penyebab Masalah Keterlambatan Produk Periode Produksi Januari - September 2007 Prosentase 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 43% Re-Work / Restart 22% Design Gambar 20% Metode Proses 15% Material Sumber Masalah Gambar 4.4 Diagram Paretto Penyebab Masalah Keterlambatan Produk Pada diagram paretto memperlihatkan penyebab keterlambatan yang paling dominan disebabkan oleh adanya proses re-work / restart pada benda kerja dengan prosentase 43%. Sedangkan penyebab yang paling minor disebabkan oleh faktor material dengan prosentase 15%. Berdasarkan prosentase kumulatif, penyebab keterlambatan yang akan menjadi prioritas dalam penanganan masalah adalah yang disebabkan oleh (1) re- 38

8 39 work / restart, (2) design gambar,dan (3) metode proses. Ketiga penyebab tersebut menjadi prioritas untuk ditangani karena prosentase kumulatif dari ketiga jenis penyebab ini mencapai 85% Diagram Fishbone (Sebab akibat) Identifikasi terhadap permasalahan yang timbul dikembangkan lagi dengan menggunakan diagram fishbone untuk dapat mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya variasi permasalahan dalam proses. Hal ini dapat membantu untuk menentukan fokus permasalahan yang lebih detail dalam usaha penanganannya. Pembuatan diagram fishbone dilakukan untuk masalah re-work / restart, design gambar, dan metode proses, dimana ketiga masalah tersebut adalah penyebab yang paling dominan dengan prosentase 85% Diagram Fishbone untuk re-work / Restart Proses re-work produk atau bahkan hingga berujung pada restart menjadi penyebab masalah yang paling dominan sebagai prioritas pertama penanganan perbaikan. 39

9 40 Gambar 4 5 Diagram Fishbone masalah Re-work / Restart 40

10 41 Dari data diagram fishbone terlihat sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya proses re-work ataupun restart. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut : Manusia Faktor permasalahan yang terjadi adalah ketidak telitian operator pada saat mengerjakan proses manufaktur. Kelalaian operator melakukan proses checking, mengakibatkan terjadinya salah proses ataupun kesalahan ukuran dimensional produk. Kontrol kualitas yang rendah juga mendukung terkirimnya produk cacat ke proses berikutnya. Metode Tidak adanya kontrol kualitas pada setiap menjadi faktor yang menyebabkan seringnya muncul proses re-work. Kontrol kualitas yang rendah disebabkan karena tidak adanya prosedur penanganan kerja yang baik sehingga permasalahan yang muncul di lapangan hanya di atasi oleh operator dengan tingkat kontrol kualitas yang rendah. Material Kesalahan spesifikasi material mendukung terjadinya masalah yang ber-ujung pada proses re-work. Tidak adanya kontrol yang baik di logistik material menyebabkan pemberian material untuk diproses di lapangan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharuskan pada gambar kerja. 41

11 42 Lingkungan Area lingkungan kerja yang tidak rapi, gambar kerja yang tidak terkontrol dan terawat menyebabkan gambar kerja menjadi kotor dan kusut, sehingga tidak jarang operator salah membaca ukuran pada gambar. Informasi Aliran informasi yang tidak terintegrasi juga menyebabkan terlambatnya penanganan proses saat terjadi update informasi perubahan design atau gambar kerja. Bahkan update progress dari proses pengerjaan juga tidak dengan cepat dapat terpantau dan terkontrol Diagram Fishbone untuk Design Gambar Diagram fishbone untuk penyebab keterlambatan pengiriman produk adalah faktor design gambar kerja. 42

12 43 Gambar 4.6 Diagram Fishbone masalah Design / Gambar kerja 43

13 44 Dari data diagram fishbone terlihat sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah design gambar. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut : Manusia Kurangnya pengalaman dalam pembuatan design gambar menjadi masalah yang sering terjadi. Hal ini berakibat pada seringnya revisi design ketika gambar sudah berada di lapangan. Gambar kerja yang diturunkan juga seringkali kurang detail sehingga posisi kritis yang bersuaian menjadi tidak terlihat. Metode Dari pekerjaan yang masuk hampir kebanyakan merupakan design gambar dari customer, namun sayangnya belum ada prosedur penanganan kerja yang digunakan untuk mengontrol kelayakan design terutama dari segi fungsional setelah perakitan. Dalam hal ini peran unit design tidak dilibatkan dalam setiap pekerjaan yang masuk dengan gambar design yang diberikan customer. Kontrol terhadap permasalahan yang muncul pada saat proses manufaktur juga sangat rendah, sehingga setiap masalah yang muncul tidak di dokumentasikan sebab timbulnya dan metode perbaikannya. Yang terjadi bila muncul masalah dari design biasanya menunggu dari keputusan customer, sehingga efisiensi mesin menjadi berkurang karena adanya proses interupsi. 44

14 45 Material Pemilihan material sebagai komponen unit, terutama untuk komponen standard part tidak disesuaikan dengan jenis yang sudah terdapat di pasaran. Dengan demikian proses-nya menjadi lebih lama dan sulit untuk di rakit dengan komponen standard part yang lainnya. Lingkungan Gambar kerja yang diturunkan di lapangan merupakan gambar duplikat dari customer tanpa adanya kontrol yang baik. Selain berdampak pada gambar kerja yang tidak terawat, setiap revisi yang ada langsung di lakukan perubahan pada gambar di lapangan tanpa validasi approval. Hal ini menyebabkan terjadinya standard ganda yang dapat berdampak pada perbedaan hasil produk Diagram Fishbone untuk Metode Proses Penyebab terakhir yang akan ditanggulangi adalah metode proses manufaktur. Adapun diagram fish bone untuk metode proses adalah : 45

15 46 Gambar 4.7 Diagram Fishbone masalah Proses Manufaktur 46

16 47 Dari data diagram fishbone terlihat sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah metode proses manufaktur. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut : Manusia Proses perencanaan dan persiapan kerja yang tidak baik menyebabkan kesalahan pada urutan proses pengerjaan. Hal ini berdampak pada sulitnya proses pengerjaan berikutnya dan mekanisme pengerjaan yang membutuhkan waktu dan tools extra. Masalah yang lain adalah kurangnya ketelitian operator saat membaca ukuran gambar kerja karena layout gambar yang cukup komplex dan duplikasi yang kurang baik. Metode Penyebab yang paling utama adalah bersumber dari tidak berjalannya jadual induk perencanaan produksi, sehingga update monitoring terhadap load mesin dan pekerjaan menjadi tidak berjalan. Tidak berjalannya jadual induk juga menyebabkan tidak adanya kontrol detail terhadap setiap proses yang sedang berjalan baik kontrol pada bagian-bagian kritis produk maupun produk part secara keseluruhan, sehingga informasi kemajuan ataupun permasalahan tidak dapat cepat terupdate di PPC. Permasalahan yang timbul hanya di ketahui oleh bagian yang bersangkutan saja dan tidak dibuatkan mekanisme pendokumentasian dan 47

17 48 metode perbaikannya, sehingga kontrol kualitas hasil produk menjadi rendah. Material Meskipun dalam prosentase yang kecil, kesalahan spesifikasi material mendukung terjadinya masalah yang berakibat pada sulitnya proses manufaktur. Tidak adanya kontrol yang baik di logistik material menyebabkan pemberian material untuk diproses di lapangan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharuskan pada gambar kerja. Mesin Masalah yang ditimbulkan dari faktor ini sebenarnya bukan dalam hal fasilitas mesin, melainkan ketersediaan jenis tools untuk mendukung proses machining. Keterbatasan jenis tools menjadikan proses machining menjadi tidak optimal karena pemilihan tools yang tidak tepat. Lingkungan Gambar kerja yang diturunkan di lapangan merupakan gambar duplikat dari customer tanpa adanya kontrol yang baik. Selain berdampak pada gambar kerja yang tidak terawat, setiap revisi yang ada langsung di lakukan perubahan pada gambar tanpa validasi approval. Hal ini menyebabkan terjadinya standard ganda yang dapat berdampak pada perbedaan hasil produk. 48

18 Perencanaan Perbaikan Dengan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah keterlambatan pengiriman produk, maka perlu dibuatkan langkah-langkah perbaikan untuk menanggulangi masalah keterlambatan tersebut. Metode perbaikan yang akan digunakan adalah Failure Mode Effect and Analysis (FMEA)dan pendekatan dengan menggunakan Quality Built in Process System sebagai alat kontrolnya Pembuatan Failure Mode Effect and Analysis (FMEA) FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin modus kegagalan yang mungkin terjadi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko-resiko yang berhubungan dengan sumber potensi kegagalan. Pada prinsipnya, metode FMEA akan melakukan perhitungan Risk Priority Number (RPN), yang diperoleh dari perkalian dari nilai Occurrence (O), Severity (S), dan Detectability (D) dengan memberikan nilai secara subyektif antara satu (1) sampai dengan sepuluh (10) sebagai kriteria penilaiannya. Data yang diperlukan untuk analisis FMEA adalah faktor-faktor sebab akibat permasalahan yang telah temukan dengan menggunakan diagram fishbone FMEA untuk re-work / Restart Masalah terjadinya re-work / Restart produk dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut : 49

19 50 Tabel 4.2 Cause Failure Mode Effect untuk Rework / Restart Dari hasil CFME yang merupakan penyebab terjadinya masalah modus kegagalan efek dirangkum dalam tabel FMEA sebagai berikut : Tabel 4.3 Failure Mode and Effect Analysis untuk Rework / Restart 50

20 51 Dari hasil analisa FMEA untuk masalah re-work / restart produk, didapati angka prioritas resiko tertinggi (RPN) sebesar 108. Angka ini di identifikasi pada masalah tidak adanya metode baku untuk mengontrol proses dan kualitas, serta pendokumentasian masalah di lapangan. Untuk menangani masalah ini, rekomendasi yang dianjurkan adalah membuat kontrol sheet untuk setiap pekerjaan yang masuk untuk kontrol prosesnya dan inspection sheet untuk mengontrol kualitasnya.untuk sistem pendokumentasian masalah dianjurkan untuk membuat laporan Problem Identification & Correction Action (PICA) pada setiap masalah yang muncul setiap hari. Dan diharapakan setelah dilakukannya perbaikan terhadap modus permasalahan yang tertinggi, angka prioritas resiko akan berkurang sehingga prioritas penanganan masalah dapat bergeser ke modus permasalahan yang lain pada saat dilakukan pembuatan FMEA kembali FMEA untuk design gambar Masalah terjadinya re-work / Restart produk dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Cause Failure Mode Effect untuk Design gambar 51

21 52 Dari hasil CFME yang merupakan penyebab terjadinya masalah modus kegagalan efek dirangkum dalam tabel FMEA sebagai berikut : Tabel 4.5 Failure Mode and Effect Analysis untuk Design gambar Dari hasil analisa FMEA untuk masalah design gambar, didapati angka prioritas resiko tertinggi (RPN) sebesar 72. Angka ini di identifikasi pada masalah tidak adanya metode baku untuk mengontrol kelayakan fungsional hasil, serta pendokumentasian masalah di lapangan. Untuk menangani masalah ini, rekomendasi yang dianjurkan adalah membuat kontrol sheet untuk setiap pekerjaan yang masuk untuk kontrol prosesnya, disertai dengan validasi kontrol untuk setiap gambar kerja yang turun di lapangan. Untuk sistem pendokumentasian masalah dianjurkan untuk membuat laporan Problem Identification & Correction Action (PICA) pada setiap masalah yang muncul 52

22 53 setiap hari Dan diharapakan setelah dilakukannya perbaikan terhadap modus permasalahan yang tertinggi, angka prioritas resiko akan berkurang sehingga prioritas penanganan masalah dapat bergeser ke modus permasalahan yang lain pada saat dilakukan pembuatan FMEA kembali FMEA untuk Metode Proses Manufaktur Masalah terjadinya Metode Proses Manufaktur dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6 Cause Failure Mode Effect untuk Metode Proses Manufaktur Dari hasil CFME yang merupakan penyebab terjadinya masalah modus kegagalan efek dirangkum dalam tabel FMEA sebagai berikut : 53

23 54 Tabel 4.7 Failure Mode and Effect Analysis untuk Metode Proses Manufaktur Dari hasil analisa FMEA untuk masalah metode proses manufaktur, didapati angka prioritas resiko tertinggi (RPN) sebesar 81. Angka ini di identifikasi pada masalah tidak adanya jadual induk produksi sehingga tidak dapat dilakukan kontrol yang baik terhadap proses manufaktur, serta pendokumentasian masalah di lapangan. Untuk menangani masalah ini, rekomendasi yang dianjurkan adalah membuat kontrol sheet untuk setiap pekerjaan yang masuk untuk kontrol prosesnya, disertai dengan validasi kontrol untuk setiap gambar kerja yang turun di lapangan. Untuk sistem pendokumentasian masalah dianjurkan untuk membuat laporan Problem Identification & Correction Action (PICA) pada setiap masalah 54

24 55 yang muncul setiap hari Dan diharapakan setelah dilakukannya perbaikan terhadap modus permasalahan yang tertinggi, angka prioritas resiko akan berkurang sehingga prioritas penanganan masalah dapat bergeser ke modus permasalahan yang lain pada saat dilakukan pembuatan FMEA kembali Usulan Perbaikan Berdasarkan analisa diagram fishbone dan hasil FMEA yang telah dibuat diatas, penyebab timbulnya masalah keterlambatan pengiriman produk selama proses produksi, diesebabkan oleh faktor manusia, material, mesin, metode kerja, lingkungan dan informasi. Dengan demikian diberikan usulan-usulan yang merupakan suatu bentuk usaha dalam mengurangi masalah keterlambatan pengiriman produk berdasarkan faktor-faktor tersebut. Manusia 1. Selalu melaksanakan dan mengisi semua form kontrol yang dibuat pada setiap pekerjaan. 2. Melakukan pengaturan, perencanaan kerja dan pengontrolan hasil kerja secara teliti. 3. Memberikan pengarahan, informasi dan evaluasi update pekerjaan kepada setiap operator agar tidak terjadi kesalahan proses dan penanganan pekerjaan. 4. Melibatkan bagian design internal untuk melaksanakan validasi terhadap kelayakan design gambar yang akan diturunkan di lapangan. 55

25 56 Material 1. Membuat labeling untuk jenis material yang tersimpan di logistik, sehingga memudahkan kontrol terhadap material. 2. Pemesanan material sebaiknya disertai informasi yang jelas tentang spesifikasi, fungsi, dan atau gambar. Mesin 1. Melakukan pemilihan jenis tools / perkakas potong yang sesuai dengan material yang akan dikerjakan, sehingga proses machining menjadi lebih efisien dan memudahkan parameter setting untuk mendapatkan hasil produk yang optimal 2. Secara rutin melaksanakan inspeksi perawatan harian dan perawatan yang terjadual untuk menghindari breakdown pada saat proses produksi. Metode Kerja 1. Membuat jadual induk produksi yang selalu update setiap hari untuk setiap mesin, mengingat unit produksi Lab. Metal cutting bersifat job order. 2. Membuat control sheet sebagai mekanisme metode baku untuk dapat melakukan proses kontrol terhadap setiap perkembangan proses produksi di semua mesin. 56

26 57 3. Membuat inspection sheet sebagai mekanisme metode baku untuk dapat melakukan kontrol terhadap kualitas produk di setiap proses, sehingga kualitas produk sebelum terkirim ke proses berikutnya / next customer dapat terjamin. Dengan sistem ini juga akan membuat proses final inspection lebih mudah dan efisien. 4. Melakukan mekanisme pendokumentasian pada setiap masalah yang timbul pada setiap proses dengan pembuatan Problem Identification & Correction Action (PICA) sehingga penanganan masalah dapat diselesaikan secara sistematis dan dapat di standarkan. Lingkungan 1. Melakukan kontrol terhadap peredaran gambar kerja di lapangan, dengan memberikan tanda pada gambar yang telah tervalidasi. 2. Memberikan sampul plastik pada setiap gambar yang turun dilapangan. Informasi 1. Selalu melaksanakan update informasi secara sistematis dan cepat bila terjadi perkembangan proses atau perubahan pada design gambar. 2. Membuat pertemuan rutin antara bagian marketing dan PPC untuk saling meng-update informasi produksi. 57

27 Konsep Quality Built in Process sebagai metode kontrol Berdasarkan usulan perbaikan yang telah dibuat, maka diperlukan metode sistem pengendalian kualitas pada unit produksi UPT B polman astra agar pelaksanaannya dapat di dikontrol untuk menghindari munculnya dampak potensi masalah yang lain Alat Pendukung Quality Built in Process Alat pendukung diperlukan untuk mendapatkan sistem kontrol kualitas yang diinginkan dibuat dalam bentuk laporan semua kegiatan serta kejadian yang berpengaruh pada proses produksi dan kontrol kualitas serta untuk kelancaran proses produksi dan proses perbaikan dari mutu. Alat pendukung yang diperlukan adalah : Perancangan prosedur penanganan produk. Dengan adanya prosedur penanganan yang baku akan menghindari terjadinya proses manufaktur tanpa control. Laporan keluhan dari pelanggan. Fungsi dari laporan ini adalah untuk feedback terhadap proses yang berlangsung dengan mengidentifikasikan masalah pada produk untuk perbaikan pada proses berikutnya. Laporan harian produksi. Berfungsi untuk mencatat capaian produksi per hari serta mengumpulkan data lewat lembar periksa (control sheet) yang digunakan untuk proses identifikasi masalah dari proses yang berjalan. Form PICA (Problem Identification and Correction Action). Lembaran ini digunakan untuk mencatat semua persoalan dan perbaikan yang dilakukan. 58

28 59 Form PICA didokumentasikan sebagai acuan untuk pengatasan masalah bila muncul masalah yang sama. P5M ( pertemuan lima menit). P5M merupakan pertemuan yang dilakukan setiap memulai produksi untuk memberikan informasi update dan membicarakan masalah yang terjadi pada produksi sebelumnya dan rencana produksi dan perbaikan yang akan dilakukan. Inspection Sheet, berfungsi untuk melakukan control, pemeriksaan serta mengumpulkan semua data dan informasi tentang kualitas dari produk yang dihasilkan sebelum masuk pada proses berikutnya. Hal ini akan membantu efisiensi kerja pada bagian final inspection Konsep Quality Built in Process Konsep quality built in process yang diusulkan sebagai metode control kualitas pada unit produksi UPT B dapat dilihat pada gambar 4.8. Tujuan dari usulan system ini adalah : 1. Mengawasi setiap proses produksi agar produk yang bermasalah tidak dikirim ke proses berikutnya, dengan demikian total dari produk yang berkualitas dapat tercapai. 2. Mendeteksi sedini mungkin terjadinya kesalahan proses untuk mengambil tindakan preventif menghindari berlanjutnya proses yang menyebabkan terjadinya masalah. 3. Pada akhirnya akan menurunkan atau bahkan menghilangkan produk gagal karena proses produksi. 59

29 60 CUSTOMER MARKETING PPC UPT B Gambar Kerja (Inspected) Estimasi Harga dan Waktu Proses Penawa ran Kemampuan Produksi Jadual dan Beban Kerja Tidak Batal YaK Quality Built in Process Order SPK Penyediaan Material Proses Machining Penyimpanan Produk Finish SPF Penyimpanan Produk Finish Final Inspection Gambar 4.8 Aliran Proses Produksi Unit Produksi 60

30 61 Konsep detail dari prosedur penanganan kerja dengan pendekatan sistem quality built in process yang akan diterapkan pada unit produksi UPT B Polman Astra dapat dilihat pada gambar 4.9 Sistem quality built in process yang akan diterapkan terdiri dari proses produksi, pengendalian dan perbaikan proses produksi serta pendokumentasian dari proses. Pada fungsi proses produksi akan terjadi transformasi input berupa material mentah yang akan di proses melalui berbagai proses permesinan sesuai dengan urutan prosesnya. Pada proses permesinan inilah sistem quality built in proses akan diterapkan sebagai metode kontrol terhadap kualitas. Proses pengendalian dan perbaikan proses produksi dilakukan dengan proses Quality Control (QC) pada setiap bagian proses untuk setiap pekerjaan. Proses ini sebagai kontrol atas aliran material dalam proses, sehingga dapat mendeteksi lebih awal bila terjadi masalah dan menghindari aliran proses material pada proses berikutnya. 61

31 62 PROSES PERBAIKAN DAN PENGENDALIAN PROSES DOKUMENTASI Design Mulai Gambar Kerja (Inspected) Standarisasi P5M Ya Berhasil? Perbaikan PICA Dokumen PICA Proses Machining Tidak Kontrol Sheet OK Hasil Produk QC Inspection Sheet NG Final Inspection Penyimpanan Identifikasi Masalah Laporan Harian Laporan Keluhan Update Jadual Induk Produksi Pengiriman Produk IRD Gambar 4.9 Prosedur Penanganan Kerja dengan Pendekatan Quality Built in Process System 62

32 63 Prosedur penanganan kerja pada unit produksi adalah sebagai berikut : Order yang akan dikerjakan adalah order yang sesuai dengan SPK (Surat Perintah Kerja) yang diberikan oleh marketing kepada PPC (Production Planning Control) Berdasarkan SPK yang ada PPC akan membuat detail proses yang dijabarkan dalam lembar kontrol proses sebagai perintah proses untuk section yang ada pada UPT B. Pengaturan loading akan disesuaikan dengan jadual induk produksi. Gambar kerja yang telah tervalidasi oleh bagian Design selanjutnya dapat diturunkan dilapangan dengan jumlah peredaran yang terkontrol oleh PPC dan disertai dengan lembar kontrol proses yang berisi urutan proses, estimasi waktu proses dan target pengiriman. Briefing pertemuan 5 menit (P5M) dilakukan setiap pagi untuk masing masing section untuk memberikan update dan informasi pekerjaan yang berjalan dan menjadi target. Setiap pekerjaan yang masuk section diberikan kepada penanggung jawab section untuk selanjutnya didistribusikan kepada operator mesin sesuai dengan kapasitas mesin. Produk trial yang sudah selesai selanjutnya dilakukan proses QC sesuai dengan rencana yang ditetapkan pada internal bagian section yang mengerjakan. Bila terjadi masalah segera dibuatkan PICA 63

33 64 untuk dapat dilakukan tindakan perbaikkan untuk proses yang sama, sementara proses machining dapat dihentikan. Bila perbaikkan proses berhasil, maka dapat dibuatkan standard proses untuk pengerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama lagi. Bila hasil produk OK maka dapat dilanjutkan untuk proses machining berikutnya. Hasil yang dicapai harus dicatatkan pada lembar kontrol proses sehingga tidak terjadi putus informasi. Setelah semua proses permesinan sudah dilalui, maka diharapkan hasil produk yang diperoleh sudah sesuai dengan spesifikasi yang dituntut pada gambar kerja. Sehingga dapat dilakukan proses perakitan dengan mudah. Produk hasil rakitan selanjutnya dilakukan proses final inspection, yaitu proses pengecheck-an keseluruhan dimensi dan fungsinya, sesuai dengan tuntutan design. Pada proses ini akan keluar output berupa produk yang disertai dengan IRD (Inspection Result Data). Produk yang sudah selesai dan disertai dengan IRD ditempatkan pada area finish produk untuk selanjutnya dapat dilakukan proses pengiriman kepada customer. Sistem pendokumentasian dibuat untuk mendukung proses perbaikan yang dilakukan sehingga penyelesaian masalah dapat diatasi dengan lebih sistematis. Dokumentasi yang dibuat adalah : 64

34 65 Gambar Kerja Dokumentasi gambar kerja di kontrol dengan memberikan validasi kontrol dari bagian design internal, sehingga gambar kerja yang salah tidak beredar di tiap-tiap bagian proses. Gambar kerja juga di kontrol dalam peredarannya sehingga tidak ada duplikasi gambar revisi tanpa kontrol design dan PPC. Kontrol Sheet Dokumen kontrol sheet digunakan untuk mengontrol setiap perkembangan proses yang terjadi pada setiap bagian. Dengan kontrol sheet data proses machining dapat diperoleh lebih aktual, sehingga dapat diketahui bila terjadi deviasi terhadap rencana proses semula. Inspection Sheet Dokumen inspection sheet digunakan untuk menjamin kualitas produk yang dikerjakan pada tiap bagian, sehingga produk dengan penyimpangan spesifikasi dapat di identifikasi lebih awal dan tidak terkirim pada proses berikutnya. Problem Identification & Correction Action (PICA) Dokumen PICA dibuat untuk mengidentifikasi timbulnya masalah dan penyebabnya sehingga dapat dilakukan perencanaan terhadap tindakan perbaikkan. Hasil dari dokumentasi PICA selanjutnya dapat dibuatkan menjadi standar. 65

35 66 Laporan Harian Dokumen laporan harian dibuat berdasarkan kontrol sheet yang sudah dibuat sehingga informasi dapat terus di update pada setiap bagian yang terkait dengan pekerjaan, terutama untuk jadual induk produksi. Laporan Keluhan Dokumen ini disiapkan bila terdapat keluhan dari customer berkaitan dengan hasil produk yang kita buat, sehingga dapat dijadikan masukan untuk perbaikkan produk. Inspection Report Data (IRD) Dokumen IRD dibuat sebagai penjamin kualitas atas produk yang dipesan oleh customer. Pembuatan IRD akan lebih efisien dengan adanya kontrol kualitas yang sudah dilakukan pada setiap proses. 66

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri secara dinamis telah berkembang pesat menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya. Kemampuan untuk terus

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PADA PT. HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA

MEMPELAJARI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PADA PT. HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA MEMPELAJARI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PADA PT. HINO MOTORS MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Nama : Rizki Arisandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing : Mohammad Okki

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin

PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI. Nama : Haga Ardila NPM : Jurusan : Teknik mesin PROSES PEMBUATAN DIES UNTUK PEMBENTUKAN PANEL MOBIL DI PT. METINDO ERA SAKTI Nama : Haga Ardila NPM : 23410094 Jurusan : Teknik mesin LATAR BELAKANG Perkembangan teknologinya dilakukan dengan cara melakukan

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN PROSEDUR PENANGANAN KERJA DI BAGIAN UNIT PRODUKSI POLMAN ASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN QUALITY BUILT IN PROCESS SYSTEM

USULAN PENERAPAN PROSEDUR PENANGANAN KERJA DI BAGIAN UNIT PRODUKSI POLMAN ASTRA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN QUALITY BUILT IN PROCESS SYSTEM UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Sarjana Semester Ganjil tahun 2007/2008 USULAN PENERAPAN PROSEDUR PENANGANAN KERJA DI BAGIAN UNIT PRODUKSI POLMAN ASTRA DENGAN

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH/ LAPORAN KERJA PRAKTEK PROSES PRODUKSI FLANGE UNTUK SAMBUNGAN PIPA DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO Nama : Ary Agustiamanto NPM :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ELBOW TYPE W04D-TP, TR PADA MOBIL HINO DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO

PROSES PRODUKSI ELBOW TYPE W04D-TP, TR PADA MOBIL HINO DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO Nama : Otong Irwan NPM : 25412613 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Dr. Ridwan, ST, MT PROSES PRODUKSI ELBOW TYPE W04D-TP, TR PADA MOBIL HINO DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO LATAR BELAKANG Pipa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING

PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING PERANCANGAN PRESS DIES PART C & ROUND REINFORCE DI PT. HYDRAXLE PERKASA MANUFACTURING ENGINEERING TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Disusun

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. Braja Mukti Cakra dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH/ LAPORAN KERJA PRAKTEK PROSES PRODUKSI HOSE INLET PIPE PADA MOBIL MITSUBISHI DI PT. TJOKRO BERSAUDARA KOMPONENINDO Nama : Abi Wiranto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma 3 2.6771 2.5 2.2074 2.3429 2.4171 2 No. Jenis Komponen %Defect DPO DPMO Nilai Sigma 1 Plate 0.48 0.24 240000 2.2074 2 Bracket 0.40 0.2 200000 2.3429 3 Stiffener 0.24 0.12

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

B A B I I LANDASAN TEORI

B A B I I LANDASAN TEORI B A B I I LANDASAN TEORI 2.1 Proses Manufaktur Manufaktur merupakan suatu aktivitas manusia yang mencakup semua fase dalam kehidupan. Computer Aided Manufacturing International (CAM-I) mendefinisikan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama : Syaiful Ma arif NPM : 37412250 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA PROSES PEMBUATAN EXHAUST MANIFOLD TYPE FR (FRONT) DI PT. BRAJA MUKTI CAKRA Disusun Oleh: Nama : Asep Darwis Zatnika NPM : 31412199 Kelas : 4ID05 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era yang perkembanganya sangat cepat ini dimana semua dituntut untuk menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan effisien dengan tidak mengurangi standard kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL DRILL JIG UNTUK PENGGURDIAN FLENS KOPLING Mulyadi (1), Toti Srimulyati (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Padang (2) Staf Pengajar Jurusan Manajemen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan topik yang sama dibandingkan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA 5.1 Analisis hasil Current State Value Stream Mapping Dari Current State Value Stream Mapping yang telah dibuat diketahui bahwa ada setidaknya 10 gate yang didalamnya masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Model FAST adalah metode sederhana yang dapat menunjukkan fungsi dan hubungan antar fungsi-fungsi tersebut. Model FAST yang dibuat pada penelitian ini menjelaskan bahwa hasil

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi

Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi ANALISA KESEIMBANGAN LINTASAN PADA PROSES PERAKITAN BOX ASSY BATTERY TYPE KZRA FUEL INJECTION DI PT ADHI WIJAYACITRA Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi 30409425 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam

Lebih terperinci

Kesinambungan Daya Saing Dan Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi modul 1 (kerja sama di tempat kerja)

Kesinambungan Daya Saing Dan Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi modul 1 (kerja sama di tempat kerja) Kesinambungan Daya Saing Dan Tanggung Jawab Perusahaan - SCORE - Presentasi hasil implementasi modul 1 (kerja sama di tempat kerja) PT. TJOKRO BERSAUDARA PROFILE PERUSAHAAN PT.TJOKRO BERSAUDARA Nama Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini alat transportasi masal mengalami pergeseran dari masa ke masa, manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun menuju

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tahapan dalam melakukan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tahapan dalam melakukan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Tahapan dalam melakukan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 3.1. Pengamatan Awal Pengamatan awal merupakan tahap awal dengan melakukan peninjauan langsung untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis Tugas Akhir 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis dan maksimal diperlukan motodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat untuk menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat untuk menggunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini berkembang semakin pesat, khususnya di bidang industri. Pesawat terbang merupakan salah satu kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci