LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK"

Transkripsi

1 L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

2 L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi

3 L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar satu 3. Finishing process pengeboran diameter dalam satu

4 L4 4. Inspeksi diameter dalam satu 5. Inspeksi panjang body work in process 6. Pin gauge 7. Body cacat

5 L5 8. Permukaan tidak rata 9. Coak 10. Panjang body tidak sesuai

6 L6 LAMPIRAN 4 Project Charter

7 L7 LAMPIRAN 5 Flow Process Chart

8 L8 1. Waktu Siklus Per Proses Operasi Waktu Waktu siklus rata rata Tabel Waktu Siklus Tiap Proses First process Second process Finishing process Pengeboran diameter 12,5 Pemotongan material Chamfer diameter luar 1 Pemotongan sisi atas Chamfer bawah bor diameter dalam 1 Pemotongan sisi bawah Bor diameter dalam 2 37,91 10,65 3,9 5,17 1,725 2,43 2,95 2,95 38,71 10,78 2,77 3,76 1,73 1,97 3,32 3,32 38,77 10,86 3,19 3,5 1,87 2,31 3,52 3,52 38,22 10,6 3,03 5,07 1,96 2,21 3,46 3,46 38, ,7225 3,2225 4,375 1, ,23 3,3125 3, Tabel Penyesuaian First Process Tabel Penyesuaian First Process No. Faktor Kelas Lambang Penyesuaian 1 Keterampilan Exellent B1 +0,11 2 Usaha Good C1 +0,05 3 Kondisi Kerja Average D +0,00 4 Konsistensi Average D +0,00 Total Penyesuaian +0,16 P = (1 + Total) 1,16

9 L9 3. Tabel Penyesuaian Second Process Tabel Penyesuaian Second Process No. Faktor Kelas Lambang Penyesuaian 1 Keterampilan Exellent B2 +0,8 2 Usaha Good C1 +0,05 3 Kondisi Kerja Average D +0,00 4 Konsistensi Average D +0,00 Total Penyesuaian +0,13 P = (1 + Total) Tabel Penyesuaian Finishing Process Tabel Penyesuaian Finishing Process No Faktor Kelas Lambang Penyesuaian 1 Ketrampilan Good C Usaha Good C Kondisi Kerja Average D 0 4 Konsistensi Average D 0 Total Penyesuaian 0.11 (1 + Total) 1.11

10 L10 5. Tabel Kelonggaran Tabel Kelonggaran Bagian Faktor Contoh Pekerjaan % Kelonggaran Tenaga yang dikeluarkan Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk Pria 5.00 Sikap kerja Duduk Bekerja duduk, ringan 1.00 Gerakan kerja Normal Ayunan bebas dari palu 0.00 Kelelahan mata Pandangan yang hampir terus-menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Cahaya Baik 7.50 Keadaan temperatur tempat kerja Sedang Temperatur O C Normal 5.00 Keadaan atmosfer Cukup Ventilasi kurang baik, ada baubauan (tidak berbahaya) 5.00 Keadaan lingkungan yang baik Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0.00 Pribadi Pria 2.50 Total % Kelonggaran 26.00

11 L11 6. Perhitungan Waktu Baku dan Waktu Normal Tabel Perhitungan Waktu Baku dan Waktu Normal Proses First Process Second Process Finishing Process Operasi Waktu Siklus (detik) P K (%) Waktu Normal Waktu Baku Dibor diameter 12, Dipotong Chamfer diameter luar Potong permukaan atas Chamfer bawah Dibor diameter dalam permukaan bawah dipotong Dibor diameter dalam Contoh Perhitungan pada operasi pengeboran 12,5 mm 37, ,71+ 38, ,22 Rata-rata waktu siklus = 4 = 38,40 detik Waktu normal = Waktu siklus rata-rata x Penyesuaian = 38,40 x 1,16 = 60,20 detik 100% Waktu baku = Waktu normal x 100% %allowance 1 = 44,55 x 1-0,26 = 60,20 detik

12 L12 LAMPIRAN 6 Critical To Quality

13 L13 LAMPIRAN 7 Pengumpulan Data Atribut No Jumlah Tanggal Jumlah Produk Banyaknya CTQ Pengamatan Produk Potensial (N) Cacat 1 08/03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ /04/ Jumlah

14 L14 LAMPIRAN 8 Analisis Peta Kontrol dan Kapabilitas Proses No. Variabel Cp Cpk Cpm Perbaikan Keterangan 1 Panjang Work In Process O Proses menghasilkan variabilitas yang besar, dengan nilai sigma sedikit dibawah rata-rata industri Indonesia 2 Diameter Luar O 3 Diameter Dalam O 4 Diameter Dalam X 5 Panjang Body X Nilai sigma diatas rata-rata industri Indonesia, meskipun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi variabel Proses menghasilkan variabilitas yang besar, dengan nilai sigma sedikit dibawah rata-rata industri Indonesia Variabel yang berfungsi hanya sebagai poka yoke, batas spesifikasi yang longar, sehingga nilai sigma tidak dapat dihitung Proses perbaikan bersama dengan perbaikan sistem inspeksi

15 L15 LAMPIRAN 9 Failure Mode Effects Analysis (FMEA)

16 L16 LAMPIRAN 10 ANALISIS FMEA CTQ Analisis Severity Rate Faktor Penyebab Analisis FMEA Tingkat occurance bernilai 4, menunjukkan frekuensi kejadian ini terjadi hanya periode tertentu. Detection rate bernilai 7, menunjukkan bahwa Tidak ada pengecekan kemungkinan penyebab terjadi pada kegagalan ini adalah sedang, awal material sehingga metode pencegahan masih memungkinkan penyebab itu terjadi kembali. Dampak yang ditimbulkan kepada Tingkat occurance bernilai 8, artinya penyebab ini yang paling dominan visual serta returned product menyebabkan kegagalan, ditunjukkan dengan tingkat probabilitas 20 per Pemasangan collet tidak pada goresan yang lebih dari item. Detection rate pada potential cause adalah 7, menunjukkan erat dan terdapat geram mm, dengan kedalaman yang bahwa control terhadap mesin, terutama collet sangat jarang dilakukan, Body cacat pada collet dapat terlihat pada jarak pandang hanya pada saat mesin rusak total, sehingga metode pencegahan dalam 30 cm. Dengan kriteria seperti ini, maka severity pada CTQ ini inspeksi terhadap collet ini kurang efektif. Tingkat occurance adalah 3, menunjukkan bahwa penyebab kejadian ini adalah sebesar 4 (moderate jarang terjadi, dengan probabilitas 0,5 per 1000 item. Tingkat detection severity). rate sebesar 5 poin menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab bersifat Terdapat coak pada pahat sedang, karena metode pencegahan terhadap penyebab ini jarang dilakukan, dikarenakan kemungkinan penyebab terjadi sangat rendah atau jarang.

17 L17 Tingkat occurance adalah 7, yang menunjukkan bahwa penyebab Permukaan tidak rata Defect ini masih dalam batas toleran, meskipun jumlahnya cukup banyak, rework dapat dilakukan jika terdapat coak, dengan cara sedikit pengikisan, namun pada permukaan yang terlalu miring, jika dilakukan Pahat terlalu runcing kegagalan ini masih tinggi, dengan probabilitas 10 per 1000 item. Nilai detection rate adalah 7 karen metode pencegahan hanyalah pengasahan pada pahat jika geram yang dihasilkan pada saat proses lebih gelap. Hal ini menandakan bahwa pahat potong tersebut tumpul. Operator seringkali mengabaikan kondisi keruncingan pada pahat, yang dapat mempengaruhi hasil akhir pada permukaan damper. pengikisan akan berdampak pada ukuran hasil panjang damper yang pendek, sehingga nilai dampak pada jenis kegagalan ini adalah 5. Kurangnya media pendingin pada waktu pengikisan Tingkat occurance adalah 7 yang menunjukkan bahwa penyebab ini masih tinggi. Operator kurang memberikan media pendingin saat proses berlangsung pada mesin benchlathe, sehingga mengakibatkan aus pahat yang mempengaruhi proses makan pada material. Detection rate sebesar 6, karena metode pencegahan yang dilakukan terhadap pemberian media pendingin kurang efektif. Dampak yang dihasilkan masih Operator kurang Nilai pada occurance rate adalah 7, menunjukkan bahwa penyebab tinggi, karena berada diluar batas mengikuti spesifikasi kegagalan ini masih tinggi. Operator sering mengabaikan ukuran toleransi, sehingga jenis ukuran produk pada first spesifikasi produk yang telah ditetapkan, terutama pada first process, Panjang body kegagalan ini menghasilkan process dengan probabilitas frekuensi yang diperoleh adalah 10 per 1000 item. tidak sesuai produk scrap, sehingga nilai Metode pencegahan yang dilakukan secara intuisi menyebabkan ukuran severity rate yang diberikan panjang produk work in process berpengaruh pada hasil akhir panjang adalah 7. damper, sehingga metode yang dilakukan kurang efektif. Nilai pendeteksian ini diberikan sebesar 7 poin.

18 L18 Jarak benda kerja Tingkat occurance adalah 2, yang menunjukkan bahwa penyebab ini (silinder besi) yang rendah, dengan frekuensi kejadian yaitu 0,1 per 1000 unit. Detection rate keluar terlalu pendek. yang diberikan adalah 2, yang menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab terjadi sangat rendah, namun tetap dibutuhkan inspeksi yang ketat pada collet dan benda kerja sebelum proses dimulai, untuk mengurangi dan mencegah jenis kegagalan. Diameter dalam satu besar Severity rate bernilai 8, karena memiliki dampak yang tinggi, yaitu ukuran produk yang berada di luar batas toleransi dan tidak dapat di-rework (scrap). Drilling point pada first process terlalu dalam Occurance rate bernilai adalah sedang, yaitu 1 per 1000 item, dengan nilai yang diberikan adalah 4 poin. Detection rate pada penyebab ini adalah 4, yang menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab terjadi bersifat sedang, karena metode pencegahan yang dilakukan kadang memungkinkan penyebab ini terjadi. Tingkat probabilitas potential cause ini adalah 4, yang bersifat sedang Lubang tidak center Severity rate menunjukkan angka 8, karena memiliki dampak yang tinggi, yaitu ukuran produk yang berada di luar batas toleransi dan tidak dapat di-rework (scrap) Drilling point pada first process tidak center Drilling point pada first process terlalu dalam dengan frekuensi kejadian adalah 1 per 1000 item. Nilai detection rate pada penyebab ini bernilai 3, menunjukkan bahwa metode pencegahan kurang efektif, sehingga dibutuhkan tindakan korektif untuk menanggulanginya. Tingkat probabilitas terjadinya penyebab ini adalah sedang, yaitu 4, dengan tingkat frekuensi 1 per 1000 item. Pada detection rate adalah 2, yang menunjukkan bahwa kemungkinan penyebab terjadi sangat rendah.

19 L19 LAMPIRAN 11 DIAGRAM 5W 1 H 1. 5W 1H Terhadap Pahat Mesin yang Coak No 5W1H Deskripsi Tindakan What Jenis cacat berupa body cacat pada damper akibat 1 (apa) pahat coak Why (mengapa) Where (dimana) When (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Kondisi umur pahat yang kurang baik akibat aus, ataupun tumpul. Tindakan perbaikan dilakukan terhadap pahat pemotong pada mesin autolathe dan benchlathe. Tindakan perbaikan dilakukan sebelum proses pembuatan damper. Perbaikan dilakukan oleh QC staff, operator pada first, second, dan finishing proses, dan supervisor Memberikan usulan perbaikan terhadap pahat pemotong pada mesin autolathe dan benchlathe sebelum proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui : - Pengecekan kondisi pahat sebelum proses berlangsung - Pengecekan umur pahat berdasarkan kondisi pahat, ketajaman, dan hasil gram yang dihasilkan (jika gelap, menandakan pahat tumpul) 2. Perbaikan Terhadap Tingkat Kegagalan Permukaan Tidak Rata a. 5W 1H Terhadap Pahat Pemotong yang Runcing No 5W1H Deskripsi Tindakan 1 What (apa) Why 2 (mengapa) Where 3 (dimana) When 4 (kapan) 5 Who (siapa) How 6 (bagaimana) Jenis cacat berupa permukaan tidak rata yang diakibatkan oleh pahat pemotong runcing. Karena pengasahan pahat tidak dilakukan secara berkala. Perbaikan dilakukan pada pahat pemotong yang terdapat pada mesin benchlathe. Perbaikan dilakukan ketika terdapat produk dengan sisi diameter yang tidak rata. Perbaikan dilakukan oleh operator benchlahte. Segera menukar pahat dengan pahat yang lebih baik, atau mengasah ulang pahat tersebut. Mengurangi tingkat kegagalan melalui: - Inspeksi ketajaman pahat sebelum proses berjalan. - Mengganti dengan pahat yang baru, dan mengasah pahat yang lama sebagai persediaan setelah proses selesai.

20 L20 b. 5W 1H Terhadap Kurangnya Media Pendingin Saat Pengikisan No 5W1H Deskripsi Tindakan What (apa) Why (mengapa) Where (dimana) When (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Jenis cacat berupa permukaan tidak rata yang diakibatkan karena kurangnya media pendingin saat pengikisan Operator kurang mengikuti ketentuan proses yang ditentukan dan hanya mengikuti intuisi. Tindakan perbaikan ini dilakukan pada mesin benchlathe. Tindakan perbaikan pada material ini dilakukan sebelum dan sewaktu proses berjalan. Perbaikan dilakukan oleh QC staff dan operator pada second, dan finishing proses. Memberikan usulan perbaikan berupa inspeksi saat proses pengikisan permukaan dengan memberikan media pendingin sebelum dan pada saat proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui: - Instruksi terhadap pemberian media pendingin secara berkala oleh supervisor kepada operator sebelum proses dimulai. - Pemberian media pendingin secara cukup untuk menghindari aus pada pahat. 3. Perbaikan Pada Tingkat Kegagalan Panjang Body Tidak Sesuai a. 5W 1H Terhadap Inspeksi Operator No 5W1H Deskripsi Tindakan 1 What (apa) Why 2 (mengapa) Where 3 (dimana) When 4 (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Jenis cacat berupa panjang body damper yang tidak sesuai yang diakibatkan karena operator kurang mengikuti spesifikasi ukuran produk. Operator terbiasa melakukan inspeksi berdasarkan intuisi. Kejadian ini umumnya akan dilakukan pada operator first process. Perbaikan ini dilakukan sebelum dan sewaktu proses berjalan. Perbaikan dilakukan oleh QC staff dan operator first process dan supervisor. Memberikan usulan berupa instruksi kerja terhadap ukuran panjang produk work in process yang harus diperhatikan oleh operator dalam menghasilkan panjang damper yang sesuai dengan ukuran spesifikasi pelanggan sebelum dan setelah proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui: - Standarisasi pengukuran baku pada panjang body yang harus dipatuhi operator. - Melakukan acceptance sampling, dengan mengamati 10 damper tiap 1 jam pada first process. - Perancangan SOP yang menjelaskan aturan langkah kerja dan inspeksi yang harus diikuti operator.

21 L21 b. 5W 1H Terhadap Silinder Besi yang Keluar terlalu Pendek No 5W1H Deskripsi Tindakan Jenis cacat berupa panjang body damper yang tidak What 1 sesuai yang diakibatkan oleh jarak material pada (apa) collet terlalu pendek, pada saat proses berlangsung Why (mengapa) Where (dimana) When (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Tidak adanya inspeksi awal sebelum proses dimulai dan penentuan jarak stopper, collet dengan material pada saat proses berjalan. Tindakan perbaikan ini dilakukan pada mesin autolathe dan benchlathe. Tindakan perbaikan ini dilakukan sebelum proses berjalan. Perbaikan dilakukan oleh QC staff dan operator first, second, dan finishing process, serta supervisor. Memberikan usulan berupa instruksi kerja berupa inspeksi terhadap collet dan silinder besi pada mesin sebelum proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui standarisasi jarak drilling point dengan stopper sebesar 10mm terhadap material. 4. Perbaikan Pada Tingkat Kegagalan Diameter Dalam Satu Besar a. 5W 1H Terhadap Drilling Point Pada First Process Terlalu Dalam No 5W1H Deskripsi Tindakan Jenis cacat berupa diameter dalam satu besar What 1 (blong) yang diakibatkan oleh drilling point pada (apa) first process terlalu dalam. Why 2 (mengapa) Where 3 (dimana) When 4 (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Operator hanya mengandalkan intuisi dalam mengebor lubang diameter dalam satu damper. Tindakan perbaikan pada drill point dengan stopper pada mesin autolathe Perbaikan pada ukuran panjang damper ini dilakukan sebelum first process berjalan. Perbaikan dilakukan oleh QC staff dan operator first process dan supervisor. Memberikan usulan perbaikan berupa inspeksi terhadap drilling point pada saat pengeboran pada damper sebelum proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui: - Standarisasi jarak drill point dengan stopper, berdasarkan penentuan gauge tool. - Inspeksi terhadap jarak drill point, stopper dan material sebelum proses berlangsung.

22 L22 5. Perbaikan Pada Tingkat Kegagalan Lubang Tidak Center a. 5W 1H Terhadap Drilling Point Tidak Center No 5W1H Deskripsi Tindakan Jenis kegagalan berupa letak lubang tidak center What 1 yang diakibatkan oleh drilling point tidak center (apa) pada saat proses berlangsung. 2 3 Why (mengapa) Where (dimana) When 4 (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Tidak ada inspeksi terhadap pusat mata bor dengan silinder besi sebelum ataupun saat proses berlangsung, dikarenakan operator sudah terbiasa mengandalkan intuisinya. Tindakan perbaikan ini dilakukan pada pahat bor yang terdapat pada mesin autolathe Tindakan perbaikan ini dilakukan sebelum proses berlangsung. Perbaikan dilakukan oleh QC staff dan operator first, process dan supervisor. Memberikan usulan perbaikan berupa inspeksi terhadap drilling point pahat pada mesin autolathe sebelum proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui inspeksi pada drilling point dengan drill point gauge tool atau mal bor sebelum proses berlangsung. b. 5W 1H Terhadap Drilling Point Terlalu Dalam No 5W1H Deskripsi Tindakan Jenis cacat berupa lubang damper tidak center yang What 1 diakibatkan oleh drilling point terlalu dalam pada (apa) saat proses pengeboran. 2 Why (mengapa) Where 3 (dimana) When 4 (kapan) 5 Who (siapa) 6 How (bagaimana) Karena tidak ada inspeksi terhadap jarak drilling point dengan mata bor sebelum proses berjalan. Tindakan perbaikan ini dilakukan pada pahat bor yang terdapat pada mesin autolathe Tindakan perbaikan pada lubang damper ini dilakukan sebelum proses berlangsung. Perbaikan dilakukan oleh QC staff dan operator first, process dan supervisor. Memberikan usulan perbaikan berupa Inspeksi terhadap drilling point pahat pada mesin autolathe sebelum proses berlangsung. Mengurangi tingkat kegagalan melalui standarisasi jarak drilling point dengan stopper sebesar 10mm terhadap material.

23 L23 LAMPIRAN 12 Standard Operating Procedures 1. SOP Penerimaan Material Telah diterima material dengan nama material SS40, dan telah sesuai dengan jumlah produk yang dipesan. Telah dilakukan inspeksi terhadap material yang dikirim, dengan keterangan sebagai berikut: Material yang baik Material yang defect Keterangan Demikian surat penerimaan ini dibuat, atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih. Dengan hormat, ( )

24 2. SOP Penerimaan Material L24

25 L25 3. SOP First Process SOP First Process PT. Primatech Presisi Utama Komplek Pergudangan Mutiara Kosambi I Blok B 6 No. 7 Jln. Raya Perancis, Dadap, Tangerang Tanggal Nomor Dokumen Mengetahui Menyetujui Halaman Nama dan Kode Produk I. DESKRIPSI II. TUJUAN III. PROSEDUR IV. KONDISI IV. PIHAK TERKAIT Instruksi tertulis yang menjelaskan langkah - langkah inspeksi dan proses pada first process a. Memberikan acuan kepada pihak terkait mengenai first process b. Sebagai pencegahan timbulnya defect pada produk work in process Prosedur inspeksi produk 1. Produk harus sudah terlepas dari material 2. Periksa visual produk yang dihasilkan, sesuaikan dengan standar produk. 3. Periksa dimensi variabel produk sesuai dengan standar produk, dengan caliper. 4. Catat hasil pengukuran variabel produk pada check sheet variabel. 5. Pisahkan produk cacat dengan produk yang baik untuk pertimbangan ulang. 6. Jika terjadi cacat sebanyak 10 unit dalam 1 jam, berlakukan SOP inspeksi collet dan mesin. Prosedur langkah - langkah proses 1. Pengeboran silinder besi 2. Pemotongan silinder besi 3. Lakukan Prosedur inspeksi produk setelah material selesai dikerjakan Alat yang digunakan Caliper SOP First Process dijalankan selama proses berlangsung. Berlakukan SOP inspeksi collet dan mesin serta tools pada saat awal waktu shift. Inspeksi produk dapat dijalankan kapanpun oleh operator untuk memeriksa produk yang cacat. Inspeksi produk dilaksanakan setiap 1 jam, dengan jumlah observasi 10 produk secara acak oleh QC staff. Operator First Process Quality Control Staff Supervisor

26 L26 4. SOP Second Process SOP Second Process PT. Primatech Presisi Utama Komplek Pergudangan Mutiara Kosambi I Blok B 6 No. 7 Jln. Raya Perancis, Dadap, Tangerang Tanggal Nomor Dokumen Mengetahui Menyetujui Halaman Nama dan Kode Produk I. DESKRIPSI II. TUJUAN III. PROSEDUR IV. KONDISI IV. PIHAK TERKAIT Instruksi tertulis yang menjelaskan langkah - langkah inspeksi dan proses pada second process. a. Memberikan acuan kepada pihak terkait mengenai second process b. Sebagai pencegahan timbulnya defect pada produk work in process Prosedur inspeksi produk 1. Produk harus sudah terlepas dari collet. 2. Periksa visual produk yang dihasilkan, sesuaikan dengan standar produk. 3. Periksa dimensi variabel produk sesuai dengan standar produk, dengan caliper. 4. Catat hasil pengukuran variabel produk pada check sheet variabel. 5. Pisahkan produk cacat dengan produk yang baik untuk pertimbangan ulang. 6. Jika terjadi cacat sebanyak 10 unit dalam 1 jam, berlakukan SOP inspeksi collet dan mesin. Prosedur langkah - langkah proses 1. Turning Diameter Luar 1 2. Turning Permukaan 3. Lakukan Prosedur inspeksi produk setelah material selesai dikerjakan Alat yang digunakan Calliper SOP Second Process dijalankan selama proses berlangsung Berlakukan SOP inspeksi collet dan mesin serta tools pada saat awal waktu shift. Inspeksi produk dapat dijalankan kapanpun oleh operator untuk memeriksa produk yang cacat. Inspeksi produk dilaksanakan setiap 1 jam, dengan jumlah observasi 10 produk secara acak oleh QC staff. Operator second process Quality Control Staff Supervisor

27 L27 5. SOP Finishing Process SOP Finishing Process PT. Primatech Presisi Utama Komplek Pergudangan Mutiara Kosambi I Blok B 6 No. 7 Jln. Raya Perancis, Dadap, Tangerang Tanggal Nomor Dokumen Mengetahui Menyetujui Halaman Nama dan Kode Produk I. DESKRIPSI II. TUJUAN III. PROSEDUR IV. KONDISI IV. PIHAK TERKAIT Instruksi tertulis yang menjelaskan langkah - langkah inspeksi dan proses pada finishing process a. Memberikan acuan kepada pihak terkait mengenai finishing process. b. Sebagai pencegahan timbulnya defect pada produk work in process. Prosedur inspeksi produk 1. Produk harus sudah terlepas dari collet. 2. Periksa visual produk yang dihasilkan, sesuaikan dengan standar produk. 3. Periksa dimensi variabel produk sesuai dengan standar produk, dengan caliper. 4. Catat hasil pengukuran variabel produk pada check sheet variabel 5. Pisahkan produk cacat dengan produk yang baik untuk pertimbangan ulang 6. Jika terjadi cacat sebanyak 10 unit dalam 1 jam, berlakukan SOP inspeksi collet dan mesin Prosedur langkah - langkah proses 1. Turning permukaan 2. Turning chamfer C2 3. Drilling diameter dalam 1 4. Drilling diameter dalam 2 5. Lakukan Prosedur inspeksi produk setelah material selesai dikerjakan Alat yang digunakan Caliper SOP Finishing Process dijalankan selama proses berlangsung Berlakukan SOP inspeksi collet dan mesin serta tools pada saat awal waktu shift Inspeksi produk dapat dijalankan kapanpun oleh operator untuk memeriksa produk yang cacat Inspeksi produk dilaksanakan setiap 1 jam, dengan jumlah observasi 10 produk secara acak oleh QC staff Operator finishing process Quality Control Staff dan supervisor

28 L28 6. SOP Inspeksi Collet dan Mesin SOP Inspeksi Collet dan Mesin PT. Primatech Presisi Utama Komplek Pergudangan Mutiara Kosambi I Blok B 6 No. 7 Jln. Raya Perancis, Dadap, Tangerang Tanggal Nomor Dokumen Mengetahui Menyetujui Halaman Nama dan Kode Produk I. DESKRIPSI II. TUJUAN III. PROSEDUR IV. KONDISI V. PIHAK TERKAIT Instruksi tertulis yang menjelaskan langkah - langkah dalam pengecekan collet pada mesin auto lathe dan bench lathe. a. Memberikan acuan kepada pihak terkait dalam tata cara inspeksi collet dan mesin b. Perawatan collet dan mesin secara berkala c. Mencegah timbulnya produk NG yang diakibatkan oleh collet dan mesin 1. Sebelum melakukan inspeksi, mesin harus dalam keadaan berhenti 2. Perika kondisi collet 3. Periksa kebersihan collet dan sekrup pada collet 4. Bersihkan collet dari geram yang menempel 5. Periksa sekrup pada collet untuk kekuatan cekam 1. Inspeksi dilakukan pada saat akan memulai proses produksi setiap shift 2. Inspeksi dilakukan pada saat munculnya defect sebanyak 10 produk dalam 1 jam 3. Operator dapat berkonsultasi dengan supervisor apabila terjadi deadlock Operator Supervisor

29 L29 7. SOP Inspeksi Tools SOP Inspeksi Tools PT. Primatech Presisi Utama Komplek Pergudangan Mutiara Kosambi I Blok B 6 No. 7 Jln. Raya Perancis, Dadap, Tangerang Tanggal Nomor Dokumen Mengetahui Menyetujui Halaman Nama dan Kode Produk I. DESKRIPSI II. TUJUAN III. INSPEKSI IV. PENGASAHAN V. KONDISI VI. PIHAK TERKAIT Instruksi tertulis yang menjelaskan langkah - langkah dalam inspeksi tools pada mesin auto lathe dan bench lathe a. Memberikan acuan kepada pihak terkait dalam tata cara inspeksi tools b. Perawatan tools secara berkala c. Mencegah timbulnya produk NG yang diakibatkan oleh tools 1. Sebelum melakukan pengecekan, mesin harus dalam keadaan berhenti. 2. Keluarkan tools dari toolholder atau headstock. 3. Bersihkan tools. 4. Periksa tools berdasarkan standar tools pada halaman berikutnya. 5. Jika pahat tidak sesuai dengan standar tools, lakukan prosedur pengasahan. 1. Ukur sudut dan dimensi tools menggunakan gauge yang tersedia. 2. Gambarkan sudut pengasahan pada bidang datar di depan mesin gerinda sesuai dengan standar tools di halaman berikutnya. 3. Hidupkan mesin gerinda. 4. Letakkan pahat pada bidang yang telah digambarkan sudut pengasahan. 5. Lakukan pengasahan hingga sudut dan dimensi yang telah ditentukan. 6. Matikan mesin gerinda setelah pengasahan. 1. Inspeksi dilakukan pada saat akan memulai proses produksi setiap shift. 2. Inspeksi dilakukan setelah inspeksi pada mesin dan collet tidak ditemukan adanya masalah. 3. Operator dapat berkonsultasi dengan supervisor apabila terjadi deadlock. 4. Setiap operator benchlathe wajib mempunyai 1 tools cadangan yang telah terasah. Operator Supervisor

30 L30 8. Form Check Sheet Inspeksi Akhir Form Check Sheet Inspeksi Akhir PT. Primatech Presisi Utama Komplek Pergudangan Mutiara Kosambi I Blok B 6 No. 7 Jln. Raya Perancis, Dadap, Tangerang Nama dan Kode Mengetahui : Produk No Prosedur Tetap Jenis Kriteria Cacat 1 Body cacat 2 Permukaan tidak rata Panjang body tidak 3 sesuai 4 Diameter dalam 1 blong 5 Lubang Tidak center Diameter dalam satu 6 kecil Diameter dalam dua 7 kecil 8 Tidak ada diameter 14 9 Lain - lain Total produk No Go Total produk Go Total Produk Tanggal Frekuensi Contoh : (IIII) Bapak. Mubiyanko Direktur PT. Primatech Presisi Utama Halaman Total

31 9. SOP Inspeksi Tools (Pahat Turning 1) L31

32 10. SOP Inspeksi Pahat Tools (Pahat Turning 2) L32

33 11. SOP Inspeksi Pahat Bor L33

34 L34 LAMPIRAN 13 KMK

35 L35

36 L36

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. Primatech Presisi Utama adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan spare part automotive dan alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DAMPER 005 DI PT. PRIMATECH PRESISI UTAMA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DAMPER 005 DI PT. PRIMATECH PRESISI UTAMA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DAMPER 005 DI PT. PRIMATECH PRESISI UTAMA Dimastya Catra Saputra Perumahan Green Garden Blok A 15 No. 12, 08998273391, dcgs_g188ca@yahoo.com Hendry Jl. Selat Sumba Blok M No.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. Braja Mukti Cakra dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA

PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA PERBAIKAN KUALITAS DUDUKAN JOK MOTOR DENGAN METODE ENAM SIGMA Sukma Prayisno qtink_uma_sukma@yahoo.co.id (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK Pengendalian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 64 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang telah dilakukan kemudian diolah menjadi informasi untuk mengetahui berapa besar jumlah produksi dan jumlah cacat. Ada berbagai

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan efisiensi proses manufaktur suatu produk sangat berpengaruh, terutama dengan menurunkan waktu proses manufakturnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC)

PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) PENGENDALIAN KUALITAS BLOK SILINDER (TIPE-G) DENGAN METODE DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE DAN CONTROL (DMAIC) Nama : Gangsar Novianto NPM : 32410950 Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis cacat yang terjadi

Lebih terperinci

10/6/ Pengantar

10/6/ Pengantar Lecturer Content: Pengantar Konsep Pengendalian Kualitas / QC Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian/Kesamaan} Konsep Biaya dalam QC Tools / Penerapan Teknik Statistika dalam QC Proses Evolusi QC

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc Perusahaan Kualitas Six Sigma Mengurangi Resiko Produk Gagal DMAIC Berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1.

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1. V-6 Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG Lampiran 1. V-7 Lampiran 2. Kuesioner Penentuan Nilai Severity, Occurrence dan Detection dari Modus Potensi Kegagalan pada FMEA KUESIONER Nama Responden :

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai sigma untuk data atribut produk wajan super ukuran 20 sebesar 3,53. 5.1.1 Menganalisis CTQ (Critical to Quality)

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Anugrah, dkk USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Ninda Restu Anugrah, Lisye Fitria, Arie Desrianty

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan 1 BAB 5 ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Kinerja Setelah seluruh data yang diperlukan terkumpul, data tersebut akan diolah melalui 5 fase dalam Six Sigma yang disebut Six Sigma Improvement Framework atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma 3 2.6771 2.5 2.2074 2.3429 2.4171 2 No. Jenis Komponen %Defect DPO DPMO Nilai Sigma 1 Plate 0.48 0.24 240000 2.2074 2 Bracket 0.40 0.2 200000 2.3429 3 Stiffener 0.24 0.12

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany

USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO. Putri Endang Fitriany USULAN PERBAIKAN KUALITAS CELANA PENDEK MODEL PM 01 DENGAN METODE DMAIC DI PT PINTU MAS GARMINDO Putri Endang Fitriany 35412763 LATAR BELAKANG Kualitas Cacat DMAIC PT Pintu Mas Garmindo Celana Pendek Model

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Untuk menekan cacat yang mengakibatkan pemborosan biaya dan waktu di PT Wahana Pancha Nugraha, kesimpulan analisis ialah sebagai berikut: 1. Terdapat cacat-cacat yang dihasilkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sansan Saudaratex Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang garment. Saat ini perusahaan mempunyai permasalahan kualitas pada produk celana yang dihasilkan dimana masih banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala 84 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kami menggunakan lima tahap utama dalam menerapkan konsep Six Sigma pada PT. Jaticy Jayasuba (JJ) yaitu Define, Measure, Analyze, Improve dan Control. Tahap - tahap utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan produksi kemasan makanan dari kertas karton CV. Yogyakartas yang berlokasi di Jl. Nyi Ageng Nis No. 20 B,

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Pengendalian Kualitas Kualitas dapat diartikan dengan berbagai macam pendapat, kebanyakan orang mempunyai pengertian kualitas sebagai bagaimana sebuah proses dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define 5.1 Analisa Tahapan Define BAB V ANALISA 5.1.1 Analisa Diagram SIPOC(Supplier Input Process Output Customer) Dari hasil penggambaran Diagram SIPOC, terlihat informasi elemenelemen yang terlibat langsung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Material dan Bahan Baku Material merupakan bagian yang penting dalam kegiatan produksi yang sedang berlangsung. Material yang digunakan oleh PT. BMC dalam pembuatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 1. SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan setting mesin tepat, sehinggan tidak menyebabkan cacat. Ruang Lingkup : Lantai Produksi PT Aswi Perkasa Standar-standarnya : 1.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai 1. Identifikasidan Perumusan Masalah 2. Pengumpulan Data 3. Pembuatan Sketsa Gambar Alat Pemindah Bahan 4. Perancangan Sistem Kerja Alat dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Lampiran : Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Bintang Persada Satelit secara garis besar adalah sebagai berikut:. Direktur Direktur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kualitas produk menjadi salah satu topik yang menjadi perhatian utama bagi setiap industri. Setiap industri baik yang berskala kecil maupun skala besar memiliki perhatian khusus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 60 BAB V HASIL DAN ANALISA DATA 5.1 Analisa Hasil Data Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis reject yang terjadi

Lebih terperinci

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita 1Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pemilihan Produk Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih meneliti Botol Citra Lasting White 250 ml. Botol Citra 250 ml merupakan botol yang berisikan cairan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, akan dijelaskan terlebih dahulu bagaimana cara kerja sistem pengendalian kualitas yang dilakukan pada saat paling awal yaitu mulai

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Histogram. Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Histogram. Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data 5.1.1 Analisa Histogram Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram yang terbentuk, ada 2 jenis cacat produksi yang memiliki

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BOTOL SIRUP ABC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ENAM SIGMA DI PT. MULIA GLASS CONTAINER Nama Disusun Oleh : : Frans Surya Hadinata

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools BAB V ANALISA HASIL 5.1 Tahap Analisa Setelah mengetahui dan menemukan banyaknya kerusakan yang ditemukan pada proses produksi, maka anggota team perbaikan yang terdiri dari Industrial Enggineering, Quality

Lebih terperinci