Intepretive Structural Modeling Sebagai Identifikasi Kendala Penerapan Knowledge Management Sekolah Pendidikan Dini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Intepretive Structural Modeling Sebagai Identifikasi Kendala Penerapan Knowledge Management Sekolah Pendidikan Dini"

Transkripsi

1 1 Intepretive Structural Modeling Sebagai Identifikasi Kendala Penerapan Knowledge Management Sekolah Pendidikan Dini Daniel Yeri Kristiyanto* 1, Ade Iriani 2, Danny Manongga 3 Program Studi Magister Sistem Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro No Sidorejo, Kota Salatiga Kode Pos: daniel.jerry182@gmail.com, 2 adeiriani@gmail.com, 3 dmanongga@gmail.com Abstrak Siklus hidup sekolah seperti halnya pada proses bisnis pada industry, artinya adalah sekolah merupakan bisnis yang melibatkan banyak komponen untuk terus hidup dan berkembang. Pemahaman yang mendalam mengenai sekolah sebagai sebuah bisnis dapat dilakukan dengan menganalisa seluruh komponen dengan pendekatan knowledge management, sehingga kemampuan organisasi untuk terus berkembang selalu dapat dievaluasi dengan feedback berbasis bisnis intelijen secara automasi berbasis komputer. Berbagai macam kendala pengetahuan yang dimiliki institusi akan dianalisa menggunakan interpretive structural modeling (ISM). Berdasarkan perhitungan Driver Power (DP) dan Dependence (D) dari setiap sub elemen dalam ISM, diperoleh hasil bahwa analisa yang lemah pasca terjadi masalah, keengganan menggunakan IT, kurangnya integrasi sistem teknologi informasi, kurangnya dokumentasi institusi, dan kurannya jejaring sosial adalah termasuk peubah linkages (pengait) sistem. Setiap hambatan tersebut akan menghasilkan kendala pada penerapan knowledge managemen bisnis sekolah pendidikan dini, apabila hal tersebut dapat diatasi oleh seluruh komponen institusi maka akan menghasilkan kesuksesan bisnis pendidikan. Namun, sebaliknya lemahnya perhatian pada kendala akan menyebabkan kegagalan program implementasi penerapan knowledge management pada institusi pendidikan dini. Kata kunci: Intepretive Structural Modeling, Knowledge Management, Business Inteligent, Bisnis Pendidikan 1. PENDAHULUAN Pendidikan untuk anak usia dini merupakan kebutuhan wajib bagi anak. Pendidikan yang baik merupakan harapan bagi bangsa. Institusi pendidikan terutama pendidikan usia dini telah banyak bermunculan di kota Semarang. Menurut data referensi kementrian pendidikan dan kebudayaan tercatat terdapat 164 institusi pendidikan usia dini dengan berbagai macam pelayanan seperti penitipan anak, TK

2 2 maupun PAUD di Kecamatan Pedurungan. Pertumbuhan jumlah penduduk yang tercatat di Badan Pusat Statistik Kota Semarang yang terakhir diambil pada tahun 2015 adalah sebesar 0,59 naik dari tahun sebelumnya dari menjadi hasil ini apabila kita komparasi dalam bentuk angka jumlah penduduk per kecamatan, maka kecamatan Pedurungan dari tahun 2014 adalah naik pada tahun 2015 sebesar dan menempatkan kecamatan Pedurungan sebagai kecamatan terpadat se kota Semarang. Berdasarkan pengetahuan diatas, maka dapat ditarik sebuah hal terkait dengan rantai pasok. Dapat dilakukan inisialisasi bagaimana mendapatkan peserta didik yang sesuai dengan visi misi institusi, bagaimana memelihara sumber daya yang ada, baik manusia maupun sumber daya lain. Bagaimana menerapkan keunggulan kompetitif dan bagaimana menjadi institusi favorit di kecamatan pedurungan. Semua hal tersebut adalah berhubungan dengan bisnis, meskipun kategori institusi pendidikan adalah non-profit. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa semua hal akan dilakukan untuk institusi berjalan baik. Maka, penelitian ini akan melihat dari sudut pandang manajemen pengetahuan institusi pendidikan dini dan kaitannya dengan bisnis intelijen institusi untuk menuju institusi yang unggul dan kompetitif. Keunggulan kompetitif dapat diperoleh dari berbagai hal, misalkan saja adalah diperoleh dari berbagi pengetahuan antar individu dalam organisasi dan antar organisasi[1]. Namun, untuk berbagi pengetahuan yang dimaksud adalah tidak bersifat open atau terbuka, institusi harus mampu memilah manakah yang dapat digunakan untuk kepentingan intern dan ekstern[2]. Sebab, institusi pendidikan dini lain juga akan berusaha untuk tetap berjalan dengan berbasis kepada pengetahuan yang dimilikinya. Keunggulan kompetitif institusi pendidikan dini hanya dapat ditempuh apabila institusi mampu memberikan sebuah inovasi baru dalam pelayanan pendidikannya. Keunggulan kompetitif dapat dibangun berdasarkan kepada sumber daya yang ada. Sumber daya yang ada dapat digali potensinya dengan berbagai cara seperti training, perlombaan, dan insentive atau penghargaan tertentu. Saat ini dalam lingkungan yang mengedepankan keunggulan kompetitif, interpretive structural modeling (ISM) dapat diidentifikasi menjadi sebuah fasilitator dasar yang efektif untuk knowledge management dalam institusi yang bertujuan untuk optimasi bisnis[3]. Tujuan organisasi dapat terkendala apabila tidak dapat memahami dari hasil ISM dan membaca korelasi antar komponen pengetahuan. Apabila organisasi tidak dapat melihat hasil dari ISM maka, organisasi akan memiliki hambatan. Hambatan dapat berasal dari diri sendiri dan orang lain, dan hal tersebut merupakan penghambat keunggulan kompetitif.

3 3 Lembaga terdiri dari seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku social maupun individual, dan control terhadap sumber daya yang sekaligus mengatur hubungan antar individu[4]. Pengembangan kelembagaan merupakan upaya mendukung keunggulan kompetitif suatu organisasi, untuk lebih produktif, kreatif, berdaya guna, dan berhasil guna. Pengembangan kelembagaan juga memiliki tujuan untuk membuat organisasi menjadi efektif, efisien dan adil[5]. Kemampuan suatu organisasi untuk melakukan koordinasi, mengendalikan sumber daya secara independen sangat ditentukan oleh pengetahuan organisasi tersebut dalam mengelola proses bisnis. TK. Nasional Pakarti Luhur merupakan institusi pendidikan dini yang terletak di jalan Wolter Monginsidi nomor 200 Pedurungan Semarang. Identifikasi mengenai institusi ini dalam skala knowledge management adalah masuk kategori informationbased organization dimana ciri-ciri yang berlaku dalam organisasi tersebut adalah memiliki struktur yang datar, operasi pusat hanya memiliki beberapa spesialis dibidangnya, memiliki dewan hukum, humas, hubungan dengan pegawai (guru dan tenaga kependidikan), memiliki pengetahuan sebagai dasar organisasi untuk tumbuh dan berkembang, memiliki tim yang fokus terhadap tugas, telah memiliki standart pendidikan tertentu, menjaga standart tersebut, melatih SDM dalam rangka menjaga standart atau mutu, dan menetapkan pemimpin atau spesialis dalam organisasi. Identifikasi masalah yang dapat diamati selaras dengan pendapat dair Peter F. Drucker 1988 yakni: bagaimana mengembangkan penghargaan, pengakuan, dan peluang karir bagai para spesialis, bagaimana menciptakan visi terpadu dalam sebuah organisasi spesialis, bagaimana merancang struktur manajemen untuk sebuah organisasi satuan tugas, bagaimana memastikan pasokan, persiapan, dan pengujian manajemen puncak. 2. METODE PENELITIAN ATAU PERUMUSAN SOLUSI Kompleksivitas yang terdapat pada institusi pendidikan dini di TK Nasional Pakarti Luhur merupakan alasan utama penerapan metodologi ISM. Kompleksivitas yang terdapat pada institusi pendidikan dini TK Nasional Pakarti Luhur adalah berasal dari dua sumber utama yakni hambatan yang berasal dari management puncak yang berimplikasi kepada kurangnya sumber finansial, kurangnya infrastruktur pendukung Knowledge Managemant, Analisa yang lemah saat terjadi masalah institusi dan proses belajar mengajar yang disebabkan karena keengganan menggunakan teknologi informasi, kurangnya dokumentasi institusi dalam menghadapi masalah dan merekam setiap kejadian, dan bermuara kepada mindset tidak perlu sistem baru dan

4 4 penggunaan teknologi. Kompleksitivitas yang ke dua berasal dari manajemen institusi yang apabila kurang memiliki support finansial maka akan berimplikasi kepada kurangnya training Sumber Daya Manusia (SDM) sekolah yang menjadi penyebab menurunnya mutu pendidikan yang ditawarkan, SDM yang kurang mengerti dan kurang terlatih dalam penggunaan teknologi informasi menyebabkan kurangnya integrase dalam hal data dan informasi, apabila disertai keengganan menggunakan teknologi maka secara langsung hubungan social kemasyarakatan antara sekolah dengan masyarakat akan terlambat diselesaikan dan didistribusikan, hal ini disebabkan karena ketidaksadaran penggunaan teknologi dalam menjalankan institusi. Sage (1977) berpendapat bahwa metode ISM yang digambarkan ke dalam bentuk grafis dengan kata-kata dapat menegakkan keteraturan dan arah kompleksitas hubungan antar elemen yang diamati. Penggunaan ISM sebagai suatu metodologi dalam penelitian ini adalah ISM merupakan metodologi yang telah mapan (teruji) untuk menangani dan mengidentifikasi hubungan antara perihal khusus yang dikenal dengan istilah issue atau permasalahan[6][7]. ISM secara interaktif memandu dalam pembelajaran dimana sebuah kelompok yang memiliki elemen khusus berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dapat dijelaskan secara sistematik dan komprehensif[8]. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara survey ke TK Nasional Pakarti Luhur Pedurungan Semarang dengan mengambil beberapa data untuk diamati. Dari hasil survey tersebut didapatkan beberapa hal yakni: (1) mengidentifikasi situasi atau permasalahan kedalam format rich picture, (2) menyusun definisi akar masalah yang sesuai dengan purposeful activity system, (3) merancang model konseptual berdasarkan definisi akar masalah, (4) membandingkan model konseptual dengan situasi masalah yang ada, (5) membahas bentuk perubahan yang diinginkan, (6) melakukan tindakan perbaikan sebagai langkah solusi. Enam langkah yang dilakukan merupakan tahapan yang digunakan untuk memahami permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis. Jackson (2003) berpendapat bahwa secara konseptual untuk mencapai tujuan dan situasi yang kompleks tidak akan efektif apabila diselesaikan dengan pendekatan pragmatis. Tujuannya adalah tahapan dalam proses penelitian dapat berjalan secara terstruktur dan berorientasi kepada tujuan. Enam tahap dalam metode ini dilakukan dengan beberapa langkah, yakni dengan melakukan studi pustaka, survey pakar, validitas pemangku kepentingan dan diskusi kelompok terarah (focus groups discussion). Secara purposive observasi dilakukan di TK Nasional Pakarti Luhur Kecamatan Pedurungan Semarang, sebab institusi ini telah memiliki beberapa ekstrakurikuler, telah memiliki dasar hukum, kelembagaan dengan baik, namun masih memerlukan pengetahuan untuk terus

5 5 berkembang berpijak kepada hasil yang telah diraih saat ini. Dari masing-masing pemangku kepentingan yang ada pada institusi ini ditentukan thingking respondent sebanyak 2 orang, sehingga total responden untuk menanggapi adalah sebanyak 11 orang. Analisis terstruktur dilakukan dengan menggunakan Intepretive Structural Modeling (ISM), yang merupakan proses pengkajian terhadap kelompok yang disebut grup learning process. Kajian terhadap group learning process dilakukan dengan tujuan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kompleks dari suatu sistem yang ada. Kajian dapat berupa pola yang dirancang secara sistematis dengan menggunakan grafis dan kalimat[9]. ISM mampu menganalisis elemen sistem yang disajikan dalam bentuk grafis, melalui setiap hubungan langsung (direct association) dan tingkat hirarkinya. Elemen sistem yang digambarkan merupakan penggambaran dari objek kebijakan, tujuan organisasi, faktor-faktor penilaian, aturan atau kebijakan. Hubungan langsung (direct association) dapat bervariasi dalam sebuah scope atau konteks, namun hubungan tersebut mengacu kepada hubungan yang bersifat kontekstual. Misalnya seperti elemen (i) lebih baik dari atau adalah keberhasilan melalui, atau akan membantu keberhasilan, atau lebih penting dari elemen (j). Langkah dalam analisis menggunakan teknik ISM dapat digambarkan sebagai berikut:

6 6 Gambar 1 Diagram Alir Persiapan Menggunakan ISM (Saxena, 1992) Langkah analisis yang dilakukan menggunakan ISM adalah sebagai berikut: 1. Literarute review an issue: yakni mencari, membandingkan, menelaah literature ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang hendak diselesaikan (berbasis kepada pengetahuan dari literature). 2. List of factor related to an issue: yakni setiap elemen dari suatu sistem akan diidentifikasi dan didaftarkan untuk membuat berhasil keseluruhan tahapan penelitian dengan mencari pola hubungan antar elemen. Membuat SSIM yaitu matrik yang menyajikan persepsi responden dari setiap elemen yang memiliki hubungan langsung. 3. Developing a reachability matrix: dalam langkah ini terdiri dari beberapa tahap yakni partitioning the reachability matrix into different levels, developing the reachability matrix in its canonical form, dan developing digraph. Berdasarkan hubungan konstekstual, maka tabel RM (Reachability Matrix) dapat dibuat dan perhitungan Transivity Rule dapat berjalan, dengan melakukan koreksi terhadap SSIM sampai diperoleh matriks yang tertutup. RM yang telah memenuhi persyaratan transity rule kemudian diolah kembali untuk menuju ke level selanjutnya (partition level). Pembuatan matrik (canonical matrix) merupakan pengelompokan elemen dalam level yang sama dalam sebuah matriks. Keberhasilan matriks hampir dari segitiga bagian bawah elemennya bernilai 1. Matriks ini kemudian digunakan untuk mempersiapkan sebuah digraph. Digraph merupakan sebuah pola (term) yang diperoleh dari directional graph dan memiliki arti merupakan sebagai rujukan yang secara khusus merupakan representasi grafikal dari elemen, dan memiliki arti hubungan langsung dan memiliki level hirarki. Tahapan sebelum developing digraph sebenarnya merupakan initial graph yang nantinya akan dipendekkan melalui pemindahan semua transitivitas elemen menjadi bentuk digraph akhir (removing transitivity from the diagraph). 4. Replacing Variables Nodes with Relationship Statements: merupakan penggantian identifikasi variable untuk kemudian dilihat hubungan yang terjadi antar elemen. Tahap ini merupakan trigger untuk tahap selanjutnya. Dalam sebuah kondisional yang berarti ya maka, akan kembali ke proses selanjutnya dan dianggap sebagai pendapat seorang ahli dilihat dari konsistensi mengenai masalah tertentu, jika tidak maka sebuah elemen tersebut dijadikan sebagai pelengkap relationship statement. 5. Obtain Expert Opinion: yakni merangkum hasil brainstroming dari para ahli maupun pemangku kepentingan, dari hasil tersebut diharapkan keputusan dan kebijakan yang di berikan menambah pengetahuan.

7 7 Semua langkah-langkah harus dapat dijalankan dan dilakukan dengan baik, berdasarkan langkah-langkah tersebut apabila telah memiliki level partition maka, hasilnya dapat digambarkan dalam bentuk skema menurut elemen dan jenjang secara vertikal dan horisontal. Berdasarkan RM pula dapat dibuat Driver Power Dependence (DP-P) yang terbagi kedalam 4 klasifikasi atau sektor. Sektor tersebut adalah: sektor ketergantungan, sektor linkage, dan sektor autonomous I, dan sektor Autonomous II seperti terlihat pada matriks berikut ini: Gambar 2 Matriks Elemen Driver Power dan Dependence (Saxena, 1992) Setelah permasalahan yang akan diselesaikan disampaikan, maka di bagian ini disampaikan Metode Penelitian atau Metode Perumusan Solusi permasalahan, dapat berupa: metode identifikasi akar masalah, pendekatan analisis alternatif solusi, kerangka kerja yang digunakan, tahapan-tahapan penelitian atau solusi, responden, metode pengembangan perangkat ukur. Daftar pertanyaan wawancara atau questionnaire disajikan di lampiran. 2.1 Literature Review Tinjauan literatur merupakan langkah yang ditempuh untuk mendekati permasalahan secara komprehensif dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan sejumlah literature yang berasal dari berbagai layanan penyedia literatur, diantaranya: menggunakan Ebsco, Proquest, Cengage, Emerald, Scopus, Thomson Reuters, Portal Garuda, dan Google Scholar. Dukungan literatur juga berasal dari artikel atau karya ilmiah yang berhubungan dengan ISM, literatur juga berasal dari hasil seminar atau dalam format proseding yang berhubungan dengan hasil penelitian, topik yang diajukan oleh penulis belum pernah ditemukan di berbagai sumber, karena area dan cakupan penelitiannya tergolong baru, yakni pada penerapan knowledge management pada bisnis pendidikan dini. Berbagai sistesis telah diidentifikasi, research gap, dimana

8 8 diketahui hampir tidak ada yang mambahas mengenai ranah penelitian yang diajukan diwilayah Semarang. Beberapa Elemen terkait penelitian ini mungkin dapat dugunakan untuk menganalisa dan membuat keputusan manajemen. 2.2 Ekuasi dan Matriks Pemahaman mengenai masalah yang telah tergambar kedalam driver power dependence matriks yang dapat digambarkan sebagai berikut: Matrix driver power dependence dapat dikomparasi dari Strukturisasi Elemen kedalam strukturisasi hirarki dengan menetapkan level. Level 1 merupakan level teratas, dengan capaian akhir ditarik secara diagonal bertemu dengan capaian akhir E12. Level 2 adalah E2, E6. Level 3 adalah E3,E5,E7,E8,E9.Level 4 adalah E1, Level 5 adalah E4, Level 6 adalah E10. Level 7 merupakan level dasar Automasi Sekolah Pendidikan Dini. Langkah dalam metode ISM perlu dilakukan penilaian terhadap hubungan. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan konstekstual antar elemen. Gambar 3 Simbolisasi Elemen Tujuan Dasar dari penilaian hubungan konstekstual adalah matriks perbandingan berpasangan. Dalam penilaian ini akan dibuat kode sesuai dengan aturan ISM dengan menggabungkannya dengan 2 faktor (i,j) 2 faktor ini akan dikomparasi kembali menggunakan kode atau symbol yakni:

9 9 Gambar 4 Elemen Tujuan Langkah selanjutnya adalah mengubah matriks menjadi matriks biner yang dalam ISM disebut dengan Initial Matrix Reachability. Hal ini dilakukan dengan cara mengganti V, A, X dan O dengan bilangan biner 0 dan 1. Untuk membuat reachability matrik nantinya akan disesuaikan dengan jumlah elemen yang diajukan. Konversi variabel menjadi matrik biner dilakukan jika memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Jika masuknya (i,j) pada SSIM adalah V, maka nilai elemen yang harus dimasukkan adalah 1. Selanjutnya (i,j) sebagai 0, dan dimasukkan pada matriks reachability awal. 2. Jika masuknya (i,j) pada SSIM adalah A, maka nilai elemen yang harus dimasukkan adalah 0. Selanjutnya (i,j) sebagai 1, dan dimasukkan pada matriks reachability awal. 3. Jika masuknya (i,j) pada SSIM adalah X, maka nilai elemen yang harus dimasukkan adalah 1, Selanjutnya (i,j) sebagai 1, dan dimasukkan pada matriks reachability awal. 4. Jika masuknya (i,j) pada SSIM adalah O, maka nilai elemen yang harus dimasukkan adalah 0. Selanjutnya (i,j) sebagai 0 pada matriks reachability awal. Setelah penentuan kode pada reachability matrix, maka langkah selanjutnya adalah membuat penilaian mengenai atribut yang hendak diketahui. Penilaian ini diperlukan untuk memetakan kebutuhan terhadap analisis dan untuk membatasi elemen yang tidak diperlukan. Penilaian hubungan kontekstual antar sub elemen akan dirumuskan sebagai berikut: No Jenis Intepretasi 1. Perbandingan (comparatif) A Lebih Penting/besar/indah daripada B 2. Pernyataan (definitive) A adalah atribut B A termasuk didalam B A mengartikan B 3. Pengaruh (influence) A menyebabkan B A adalah sebagian penyebab B A mengembangkan B A menggerakkan B A meningkatkan B

10 10 4. Keruangan (spatial) A adalah selatan/utara B A diatas B A sebelah kiri B 5. Kewaktuan (temporal/time scale) A mendahului B A mengikuti B A mempunyai prioritas lebih dari B Tabel 1. Hubungan Kontekstual Antar Sub Elemen 2.3 Studi Literature Hambatan berbagi Pengetahuan Tujuan institusi telah tertuang dalam visi dan misi, dengan penambahan teknologi informasi maka secara fungsional maka visi dan misi institusi akan cepat untuk direalisasi. Riege (2005) telah mengelompokkan hambatan berbagi pengetahuan dalam sebuah organisasi menjadi tiga kategori, yakni: hambatan pengetahuan individual, hambatan pengetahuan organisasi, dan hambatan pengetahuan teknologi. Terdapat 24 variabel factor penghambat yang telah ditinjau dan diteliti menurut para ahli yang berasal dari kalangan industry maupun akademisi untuk penerapannya. Berikut adalah identifikasi factor-faktor penghambat berbagi pengetahuan dalam institusi.

11 1 No. Hambatan Berbagi Pengetahuan Ahmad & Dagfhous (2010) Wong (2009) Kant & Singh (2008) Singh &Kant (2007) Singh et al. (2006) 1. Hambatan Manajemen Puncak 2. KM tidak diketahui dengan baik pada organisasi 3. Kurangnya Integrasi KM 4. Kurangnya Sumber Finansial 5. Kurangnya infrastruktur yang mendukung KM 6. Kurangnya training 7. Keengganan Menggunakan TI 8. Kurangnya integrasi sistem TI

12 2 9. Kurangnya dokumentasi institusi 10. Kurangnya jejaring social 11. Analisa yang lemah pasca terjadi masalah 12. Ketidaksadaran perlunya teknologi dan sistem baru Tabel 2. Hubungan Kontekstual Antar Sub Elemen

13 3 2.4 Studi Literature Penggunaan Metode ISM Pemodelan menggunakan ISM sejak pertama kali diajukan oleh J. Warfield pada tahun 1973 telah dikembangkan ke dalam berbagai keadaan dan lingkungan. J. Warfield saat itu memulai penelitiannya dengan manganalisa komplektivitas sistem sosioekonomi. Hasil yang diperoleh dalam penelitiannya tersebut adalah bahwa keputusan kelompok menentukan apa dan bagaimana variable yang diteliti saling terkait. Berikut adalah studi literature berdasarkan focus dan peneliti: No. Peneliti Fokus 1. Singh dan Khan (2008) Meneliti hubungan dan ketergantungan antara enabler pemberdayaan KM dan IT 2. Raj et al (2008) Membuat pemodelan enabler sistem fleksibel manufaktur studi kasus di India 3. Kant dan Singh (2008) Implementasi Knowledge Management dengan cara memodelkan factor penghambat 4. Singh dan Khan (2007) Meneliti mengenai hubungan factor ketergantungan diantara factor penghambat dalam KM 5. Faisal et al (2006) Mengembangkan hubungan timbal balik di antara enabler mitigasi risiko 6. Ravi et al (2005) Memodelkan variable logistic terbalik yang biasa ditemukan pada rantai pasok pengadaan perangkat keras computer 7. Jharkaria dan Shankar (2004) Mengembangkan hubungan timbal balik antara penyedia IT berbasis Supply Chain Management 8. Singh et al (2003) Mengembangkan keterkaitan antara variable dalam Knowledge Management

14 4 9. Mandal dan Deshmukh (1994) Mengidentifikasi hubungan antar vendor berdasarkan kriteria tertentu Tabel 3. Studi Literature Penggunaan Metode 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Hambatan dan Identifikasi Sistem Pelaku dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang berperan dalam automasi sistem komputerisasi di institusi pendidikan dini TK Nasional Pakarti Luhur adalah bagian administrasi sekolah, guru, kepala sekolah, dan Yayasan. Identifikasi sistem bertujuan untuk memudahkan pengkajian elemen yang hendak diteliti. Identifikasi elemennya dapat berupa loop diagram

15 5 Gambar 5 Loop Diagram Kendala Penerapan KM pada Sekolah Pendidikan Dini 3.2 Penilaian Hubungan Konstekstual Penilaian hubungan konstekstual pada matriks perbandingan berpasangan menggunakan symbol sebagai berikut: V jika e ij = 1 dan e ji = 0 A jika e ij = 0 dan e ji = 1 X jika e ij = 1 dan e ji = 1 O jika e ij = 0 dan e ji = 0 Keterangan: nilai e ij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j, nilai e ij = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j. 3.3 Structural Self Iteration Matrix (SSIM) SSIM berasal dari langkah sebelumnya yakni Reachability Matriks. Dalam penerapan dan pembuatan SSIM, identifikasi diperoleh dari hasil data primer yang ditabulasi dengan cara di kodekan sesuai dengan langkah sebelumnya yakni pada penilaian hubungan konstektual pada matriks perbandiangan berpasangan dengan mengunakan symbol. Tahap ini merupakan tahap awal SSIM sebelum dilakukan

16 6 revisi dalam penilaiannya yang berasal dari komparasi dengan sumber data. Penelitian ini SSIM akan Nampak seperti gambar dibawah ini: i,j V O A V V V V V A A V 11 A A A X A A A A A V 10 O V O V A O A A V 9 O V O O O A A V 8 O A V V A A V 7 A O O A A V 6 V V A A V 5 A A A V 4 A A V 3 A V 2 V 1 Tabel 4. Proses Awal Structural Self Iteration Matrix (SSIM) Dari matriks diatas dapat diperoleh hasil Penelitian telah tersusun dalam Structural Self Interaction Matrix (SSIM). SSIM kemudian dibuat dalam bentuk table Reachability Matrix (RM) dengan cara mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan Biner 0 dan 1. Matriks tersebut dikoreksi lebih lanjut dengan mencocokan dengan semua stakeholder yang terlibat terutama manajemen puncak sampai diperoleh matriks tertutup yang memenuhi aturan transitivity. Aturan transitivity merupakan kelengkapan dari lingkaran sebab-akibat (causal-loop) seperti yang telah teridentifikasi pada tabel 2 hubungan konstekstual antar elemen. Klasifikasi sub elemen mengacu kepada hasil olahan dari Reachability Matrix (RM) yang telah memenuhi syarat transitivitas. Hasil pengolahannya didapatkan nilai Driver-Power (DP) dan nilai dependence (D) untuk menentukan klasifikasi sub elemen selanjutnya. Penyusunan Reachbility Matriks (RM) memiliki syarat yakni berdasarkan notasinotasi V(1,0), A(0,1), X(1,1) dan 0(0,0). Contohnya adalah sub elemen 1 dibandingkan dengan sub elemen 12 maka nilai yang diperoleh adalah V, maka untuk menghitung Reachability Matriks adalah (1,12)=1, (12,1)=0. Maka dari penelitian ini Reachability Matrik (RM) elemen tujuan identifikasi kendala penerapan KM pada sekolah pendidikan dini adalah sebagai berikut: i,j

17 Tabel 5. Reachability Matrix 3.4 Pemeriksaan Transitivity Pengecekan atau pemeriksaan transitivity harus dilakukan dalam kerangka ISM. Fungsi dari pemeriksaan transitivity adalah untuk membentuk matriks yang tertutup. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memastikan sel-sel bernilai o dan satu. Pemeriksaan terhadap transitivity pada kendala penerapan KM sekolah pendidikan dini di TK Nasional Pakarti Luhur semarang haruslah memenuhi aturan sebagai berikut: sel (1,3) = 0, karena (1,8)=1 dan (8,3)=1 maka (1,3) harus =1 sel (3,6) = 0, karena (3,2) =1 dan (2,6)=1 maka (3,6) harus =1 sel (3,8) = 0, karena (3,7) =1 dan (7,8)=1 maka (3,8) harus =1 sel (3,9) = 0, karena (3,5) =1 dan (5,9)=1 maka (3,9) harus =1 sel (4,3) = 0, karena (4,1) =1 dan (1,3)=1 maka (4,3) harus =1 sel (4,5) = 0, karena (4,1) =1 dan (1,7)=1 maka (4,7) harus =1, dst

18 8 3.4 Pemeriksaan Transitivity Final Pemeriksaan transitivity final merupakan tahap akhir yang dilakukan untuk membentuk matriks tertutup. Hal ini dilakukan untuk menganalisa elemen dependen dibandingkan dengan driver power, ranking, dan level. Dari hasil Transitivity final ini akan diperoleh Reachability Matriks kendala penerapan KM pada sekolah pendidikan dini di TK Nasional Pakarti Luhur adalah sebagai berikut: i,j DP R * D L Tabel 6. Transitivity Final Keterangan: D : Dependence R : Rangking DP : Driver Power L : Level / Hirarki 3.5 Pemeriksaan Structural Self Interaction Matrix Final Pemeriksaan Structural Self Interaction Matrix Final dilakukan dengan cara mengembalikan matriks ke dalam notasi V, A, X dan O atau dalam istilah ISM disebut sebagai SSIM. Fungsi pembalikan notasi diperlukan untuk membandingkan SSIM awal yang diamati dalam penelitian dan dibandingkan hasilnya setelah melakukan

19 9 kajian mendalam dan pengamatan serta iterasi. Sehingga validitas data yang diperoleh teruji dan memenuhi aturan transitivitas elemen kendala penerapan KM pada sekolah pendidikan dini. Untuk SSIM final terlihat sebagai berikut: i,j V V A V V V V V A A V 11 A A A X A A A A A V 10 A X V X X X A A V 9 V V V V V A A V 8 V X X X A A V 7 A A A A A V 6 X X A A V 5 X A A V 4 A A V 3 A V 2 V 1 Tabel 7. Proses Akhir Structural Self Iteration Matrix (SSIM) Keterangan: Sel yang telah direvisi ditandai dengan garis bawah (underline) 4. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan perhitungan Driver Power (DP) dan Dependence (D) dari setiap sub elemen, maka penyusunan matriks DP-P dapat disusun dengan menempatkan pada setiap ordinat (x, y). dapat disimpulkan bahwa analisa yang lemah pasca terjadi masalah(3), keengganan menggunakan IT (5), kurangnya integrasi sistem TI (7), kurangnya dokumentasi institusi (8), dan kurannya jejaring social (9) adalah termasuk peubah linkages (pengait) sistem. Setiap hambatan tersebut akan menghasilkan kendala pada penerapan knowledge managemen bisnis sekolah pendidikan dini di TK Nasional Pakarti Luhur Pedurungan Semarang, namun apabila hal tersebut dapat diatasi oleh institusi maka akan menghasilkan sukses. Sebaliknya, lemahnya perhatian pada kendala diatas akan menyebabkan kegagalan program implementasi penerapan knowledge management pada institusi pendidikan dini di TK Nasional Pakarti Luhur.

20 10 Analisa lebih lanjut pada sector IV (independent), menyatakan bahwa kendala seperti kurangnya integrasi KM (1), kurangnya infrastruktur yang mendukung KM (4), kurangnya training (10), dan kurangnya sumber finansial (11) merupakan peubah bebas. Dapat disimpulkan pula bahwa kekuatan penggerak driver power yang besar namun memiliki ketergantungan yang sedikit terhadap program. Sedangkan, sub elamen kendala lainnya termasuk kategori peubah (dependent) diartikan lebih sebagai akibat dari kendala lainnya. Melalui dua bentuk informasi (diagram ISM dan DP-D matriks) maka pendalaman mengenai kendala implementasi knowledge management di TK Nasional Pakarti Luhur menjadi mungkin guna menunjang analisis kebijakan, perancangan strategis dan kecerdasan bisnis. ( (1 1 2 Sekt (4 1 1 Sekt ( 1 (3,5, 0 Daya Dorong 8 Sekt 7 Sekt 6 ( 5 4 (1 3 Gambar 3 Hasil Driver Power Dependence Matrix untuk Elemen Tujuan DAFTAR PUSTAKA [1] M. L. Best and M. Street, Sustainability Failures of Rural Telecenters : Challenges from the Sustainable Access in Rural India ( SARI ) Project, Sam Nunn Sch. Int. Aff. Sch. Interact. Comput., vol. 4, no. 4, pp , [2] K. Hierarchy, Review of Soft Skills Within Knowledge Management 2, no

21 11 [3] Y. Joshi, S. Parmer, and S. S. Chandrawat, Knowledge Sharing in Organizations : Modeling the Barriers, an Interpretive Structural Modeling Approach, Int. J. Eng. Innov. Technol., vol. 2, no. 3, pp , [4] W. Raja, Knowledge Management and Academic Libraries in IT Era : Problems and Positions, pp , [5] A. Ryan, D. Tilbury, F. Gulf, and F. Myers, Sustainability in higher education in the Asia-Pacific : developments, challenges, and prospects, Int. J. Sustain. High. Educ., no. September 2009, [6] R. Attri, N. Dev, and V. Sharma, Interpretive Structural Modelling ( ISM ) approach : An Overview, Res. J. Manag. Sci., vol. 2, no. 2, pp. 3 8, [7] P. Issn and O. Issn, Using Interpretive Structural Modeling to Determine the Relation between Youth and Sustainable Rural Development Nehajoan Panackal 1 and Archana Singh 2 1,2, IBMRD s J. Manag. Res., no. 1, pp [8] D. Paulin and K. Suneson, Knowledge Transfer, Knowledge Sharing and Knowledge Barriers Three Blurry Terms in KM, Electron. J. Knowl. Manag., vol. 10, no. 1, pp , [9] R. N. N. Adil Tobing, Yandra Arkeman, Bunasor Sanim, Adil6, Int. J. Inf. Technol. Bus. Manag., vol. 13, 2012.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORETIS

III. LANDASAN TEORETIS III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013 Analisis Terhadap Kendala Utama Serta Perubahan yang Dimungkinkan dari Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Ziarah Umat Katholik Gua Maria Kerep Ambarawa Ari Wibowo 1) *, Boedi Hendrarto 2), Agus Hadiyarto

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran.

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran. 104 VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK Abstrak Industri pengolahan minyak, transportasi kapal di pelabuhan serta input minyak dari muara sungai menyebabkan perairan Selat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 5

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK PEMODELAN INTERPRETASI STRUKTURAL (Interpretive Structural Modeling) Teori dan Pemodelan Sistem

APLIKASI TEKNIK PEMODELAN INTERPRETASI STRUKTURAL (Interpretive Structural Modeling) Teori dan Pemodelan Sistem APLIKASI TEKNIK PEMODELAN INTERPRETASI STRUKTURAL (Interpretive Structural Modeling) Teori dan Pemodelan Sistem 1 Information Cycle NUMBER/ TERMS MIS DATA INFORMATION DSS DECISION ALTERNATIVE MES ACTION

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix 1. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Formulasi Permasalahan... 8 1.3.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan yang semakin ketat dan kompetitif dewasa ini memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggan

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 39 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penelusuran data dan informasi dimulai dari tingkat provinsi sampai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam penelitiannya, Gable, G.Guy, Darshana Sedera & Taizan Chan (2003) melakukan pengkajian mengenai pengembangan model awal dengan merevisi

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG Agus Susanto FMIPA Universitas Terbuka Email Korespondensi: Sugus_susanto@yahoo.com ABSTRAK Kota Semarang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen pengetahuan adalah istilah manajemen yang terbaru dan ditujukan untuk melakukan pengembangan proses kerja dan penciptaan nilai bagi operasi perusahaan secara

Lebih terperinci

MODEL SISTEM KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TALAS

MODEL SISTEM KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TALAS AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 21 87 MODEL SISTEM KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TALAS Iffan Maflahah Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Korespondensi : Jl.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 27 III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi s Kobe Shipyard sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S)

8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S) 8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S) PENERAPAN INTREPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DALAM PENENTUAN ELEMEN PELAKU DALAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SISTEM BAGI HASIL PETANI KOPI

Lebih terperinci

Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster

Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster 200 Lampiran 1 Profil Usahatani, Industri Kecil Penyulingan dan Pedagang/Pengumpul Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengembangan Model Arsitektur Enterprise Untuk Perguruan Tinggi dilakukan pengembangan model arsitektur enterprise untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR TABEL 17 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Pertanyaan Penelitian 7 Tujuan Penelitian 7 Kebaruan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 8 Ruang

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM)

PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) Arie Dharmaputra Mirah Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 ABSTRAK Sub

Lebih terperinci

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI 8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI Pengembangan agroindustri terintegrasi, seperti dikemukakan oleh Djamhari (2004) yakni ada keterkaitan usaha antara sektor hulu dan hilir secara sinergis dan produktif

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1)

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1) Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 26-37 STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT ABSTRACT Syahril Nedi 1) 1) Staf Pengajar Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xviii xviii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Kesenjangan Penelitian 3 Pertanyaan Penelitian 8 Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

MODEL KESUKSESAN LEAN SUPPLY CHAIN DENGAN INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELLING DI CV. ANDI OFFSET

MODEL KESUKSESAN LEAN SUPPLY CHAIN DENGAN INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELLING DI CV. ANDI OFFSET MODEL KESUKSESAN LEAN SUPPLY CHAIN DENGAN INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELLING DI CV. ANDI OFFSET TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri YOSHUA PERWIRA

Lebih terperinci

VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU

VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 137 VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 7.1 Pendahuluan Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sumberdaya alam milik bersama atau Common pool resources (CPRs). Sebagai CPRs,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan lokasi meliputi kawasan DKI Jakarta dan Perairan Teluk Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Agustus 005-April 006. Teluk Jakarta,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian model pengelolaan energi berbasis sumberdaya alam di pulau kecil difokuskan kepada energi listrik. Penelitian dilaksanakan di gugus pulau

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar

Lebih terperinci

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL Pencapaian sasaran tujuan pembangunan sektor perikanan dan kelautan seperti peningkatan produktivitas nelayan dalam kegiatan pemanfaatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. Penjelasan rinci dari masing-masing subbab dijelaskan

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI 74 KomuniTi, Vol. V, No. 2 September 2013 KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI ABSTRAK Berbudi Bowo Laksono 1, Noor Akhmad Setiawan, Surjono Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian pengetahuan/persepsi masyarakat, berisi mengenai pandangan

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi)

Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Institutional Analysis of Agroindustrial Development (A Case Study at Tebo egency, Jambi) Ammar Sholahuddin Peneliti Kelembagaan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ)

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-316 Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ) Arief

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa tahun terakhir ini Knowledge Management (KM) menjadi salah satu teknik yang banyak diminati perusahaan untuk mengelola asset pengetahuannya. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam pembuatan naskah ini. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

V. ANALISIS KEBIJAKAN

V. ANALISIS KEBIJAKAN V. ANALISIS KEBIJAKAN 5.1. Pendekatan Kebijakan Kegiatan pertambangan mineral di Kabupaten Mimika secara signifikan telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, pemerintah daerah dan pusat

Lebih terperinci

Nelly Khairani Daulay

Nelly Khairani Daulay PERANCANGAN CETAK BIRU INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI PADA STMIK MURA LUBUKLINGAU Program Studi Sistem Komputer, STMIK Musi Rawas Lubuklinggau Jl. Jend. Besar Soeharto Kel. Lubuk Kupang Kec. Lubuklinggau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap awal, tahap visioning, tahap analysis, tahap direction, dan tahap recommendation. Tahap perencanaan STI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu

BAB III LANDASAN TEORI. mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Menurut Robert A. Leitch, Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Definisi strategi secara umum adalah rencana tindakan atau kebijaksanaan yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Dan menurut beberapa ahli, strategi adalah arah dan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER IX. STUKTUISASI PENGEMBANGAN AGOINDUSTI KOPI AKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBE 9.1. Pendahuluan Sistem pengolahan kopi obusta rakyat berbasis produksi bersih yang diupayakan untuk diterapkan di

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam suatu perusahaan memerlukan biaya yang besar dan memungkinkan terjadinya resiko kegagalan yang cukup tinggi. Di sisi lain

Lebih terperinci

VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING

VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING 86 VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING 6.1 Identifikasi Stakeholders dalam Pengelolaan Danau Rawa Pening Secara umum, stakeholders kunci yang terlibat dalam pengelolaan Danau Rawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir,

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Universitas

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi (TI), Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI), penggunaan komputer dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu kebutuhan mendasar pada saat ini. Kemampuan perusahaan mengelola knowledge yang ada merupakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN MATURITY LEVEL PADA AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA KEUANGAN DAN PELANGGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.

PENGUKURAN MATURITY LEVEL PADA AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA KEUANGAN DAN PELANGGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4. PENGUKURAN MATURITY LEVEL PADA AL-IRSYAD AL- ISLAMIYYAH UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA KEUANGAN DAN PELANGGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.1 Dewi Lusiana 1) Ari Eko Wardoyo 2) 1,2) Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Caca E. Supriana, S.Si.,MT.

Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Caca E. Supriana, S.Si.,MT. Semester Ganjil 2014 Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan Caca E. Supriana, S.Si.,MT. caca.e.supriana@unpas.ac.id Data Data adalah sumber daya berharga yang dapat menerjemahkan menjadi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013 ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO PADA PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA DENGAN PENDEKATAN METODE INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELLING (ISM), ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP), DAN HOUSE OF RISK (HOR) Chendrasari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem dan teknologi informasi sebagai aspek teknis dalam pengembangan berbagai aplikasi dan mekanisme berbasis informasi memberikan new core competency dalam penerapannya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

Jl. Mayjen Bambang Soegeng Km. 5 Mertoyudan-Magelang Abstrak

Jl. Mayjen Bambang Soegeng Km. 5 Mertoyudan-Magelang    Abstrak Pengembangan Metode Pengukuran Sistem IT Governance dengan Menggunakan Acuan Standard Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) sebagai Critical Succes Factor (CSF ) (Studi Kasus : Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 Juni 2007. Beberapa pertimbangan penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan. Adapun model penelitian dapat ditunjukkan pada Gambar 3.1. Proses Bisnis Lama SMM ISO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan laporan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar mengenai pembahasan yang dilakukan. Bagian pendahuluan akan terdiri dari : 1. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi (TI) pada awalnya hanya dimanfaatkan untuk menyelesaikan proses-proses manual yang terjadi pada suatu organisasi. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian 36 Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan mengacu pada kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang merupakan kerangka kerja arsitektur di

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Journal Industrial Services Vol. 3c No. 1 Oktober 2017 STRUKTUR KREASI PENGETAHUAN UNTUK PROSES INOVASI (KPUPI) PADA IKM SUKU CADANG BERBASIS KARET

Journal Industrial Services Vol. 3c No. 1 Oktober 2017 STRUKTUR KREASI PENGETAHUAN UNTUK PROSES INOVASI (KPUPI) PADA IKM SUKU CADANG BERBASIS KARET 261 STRUKTUR KREASI PENGETAHUAN UNTUK PROSES INOVASI (KPUPI) PADA IKM SUKU CADANG BERBASIS KARET Tarwa Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Jakarta Jl. Balai Rakyat Raya No. 64 Utan Kayu Utara Matraman

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategis Perkembangan bisnis yang pesat telah memaksa hampir semua perusahaan untuk tidak hanya memikirkan lingkungan internal perusahaan saja, tetapi juga lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI ERNA SULISTYONINGSIH

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI ERNA SULISTYONINGSIH ANALISIS ELEMEN-ELEMEN YANG BERPENGARUH PADA RANTAI PASOK BROKOLI DI PT SAYURAN SIAP SAJI ERNA SULISTYONINGSIH DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. respon yang tanggap secara cepat, tepat, efektif, dan efisien, oleh karena itu setiap

BAB I PENDAHULUAN. respon yang tanggap secara cepat, tepat, efektif, dan efisien, oleh karena itu setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi pada era globalisasi saat ini, mendorong organisasi untuk mampu menganalisis dan mengantispasi setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR BISNIS PERGURUAN TINGGI DENGAN TOGAF (STUDI KASUS : POLITEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA)

PERANCANGAN ARSITEKTUR BISNIS PERGURUAN TINGGI DENGAN TOGAF (STUDI KASUS : POLITEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA) PERANCANGAN ARSITEKTUR BISNIS PERGURUAN TINGGI DENGAN TOGAF (STUDI KASUS : POLITEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA) Febrian Berthanio 1, Benyamin L. Sinaga 2, Irya Wisnubadhra 3 Magister Teknik Informatika Universitas

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada toko AP Music Gallery Bandung yang beralamat di Jalan Jl. Surapati No.235. Toko ini belum memiliki media dalam

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING RUANG LINGKUP MATAKULIAH Materi Pengantar ERP Sistem dan Rekayasa ERP Pemetaan Proses Siklus ERP ERP: Sales, Marketing & CRM ERP: Akuntansi, Keuangan ERP: Produksi, Rantai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Balong, Bungkal, Sambit, dan Sawoo dalam wilayah Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Penetapan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT 32 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT 3.1 Riwayat Laboratorium Sistem Informasi Laboratorium Sistem Informasi (Lab Sisfo) merupakan unit penunjang perkuliahan yang mempunyai tugas memberikan

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Matriks Model Multi Sectoral Qualitative Analysis (MSQA)

III. LANDASAN TEORI. Tabel 3.1 Matriks Model Multi Sectoral Qualitative Analysis (MSQA) III. LANDASAN TEORI 3.1 Multi Sectoral Qualitative Analysis Teknik Multi Sectoral Qualitative Analysis (MSQA) yang dikembangkan oleh Roberts dan Stimson (1998) digunakan untuk mengevaluasi daya saing dan

Lebih terperinci