III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 27 III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung merupakan kajian yang holistik dan terintegrasi. Hal ini disebabkan sifat permasalahan agroindustri yang bersifat kompleks, yang terdiri dari beberapa sub sistem yang saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu penelitian ini melibatkan beberapa kelompok masyarakat yang terkait dengan pengembangan agroindustri bioetanol diantaranya pakar, petani, pejabat pemerintah serta elemen swasta. Untuk memformulasikan strategi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung, maka terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi terhadap bahan baku atau potensi sumber daya daerah yang dapat ditransformasi menjadi bioetanol. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Melalui tahapan ini dapat diketahui potensi bahan baku untuk industri bioetanol Provinsi Lampung yang dinilai paling potensial untuk dikembangkan menjadi bioetanol dalam skala industri. Tahapan selanjutnya adalah menentukan elemen-elemen kunci pengembangan agroindustri bioetanol berbasis bahan baku terpilih. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah Interpretive Structural Modelling (ISM). Pada proses selanjutnya dikaji faktor-faktor internal maupun eksternal menggunakan matriks IFE dan EFE. Setelah itu dilakukan analisys strength, weakness, opportunity and threats (SWOT Analisys) terhadap masing-masing faktor yang menjadi kekuatan (strength), n kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threats) dalam pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung. Penggunaan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam penelitian ini bertujuan untuk, menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak tersetruktur, sehingga diperoleh strategi yang efektif dalam pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung.

2 28 Dalam penelitian ini ditekankan pentingnya pengembangan potensi bahan baku bioetanol menjadi suatu industri. Strategi yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk menetapkan kebijakan pengembangan agroindustri bioetanol berbasis potensi bahan baku lokal di Provinsi Lampung. Secara garis besar konsep ini diilustrasikan seperti dapat dilihat pada Gambar 6.

3 29 AGROINDUSTRI BIOETANOL LAMPUNG (Visi dan Misi Dinas Energi dan Pertambangan Provinsi Lampung) Penentuan Bahan Baku Bioetanol Berbasis Potensi Sumber Daya Lampung (MPE) IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR STRATEGIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL (ISM) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL (IFE-EFE) FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL (Analisis SWOT) ANALISIS FINANSIAL ANALISISI KETERSEDIAAN SUMBERDAYA UNTUK APLIKASI STRATEGI PENETAPAN STRATEGI PILIHAN AGROINDUSTRI BIOETANOL (AHP) IMPLIKASI MANAJERIAL Gambar 6. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung

4 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Provinsi Lampung. Sebaran wilayah penelitian yang mempunyai potensi bahan baku untuk pengembangan agroindustri bioetanol mencakup 5 (lima) kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Tulang Bawang, Lampung Utara, Lampung Timur dan Lampung Tengah. Kelima kabupaten tersebut memiliki potensi bahan baku bioetanol tersebut, yaitu ubi kayu, jagung dan tebu. Penelitian dilakukan mulai bulan November 2009 hingga April 2010, diawali dengan penelusuran sumber-sumber informasi melalui studi pustaka. Pada Gambar 7 diperlihatkan peta Provinsi Lampung 1 Tulang Bawang PT MEDCO PT Sungai Budi 3 Lampung Utara 2 Lampung Tengah BPPT Unit Lampung 5 4 Lampung Timur Lampung Selatan Gambar 7. Peta Provinsi Lampung (Bakosurtanal 2003) Keterangan a Gambar: Kabupaten Industri Bioetanol berbahan baku ubi kayu

5 Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survai lapang dengan melakukan wawancara w mendalam dan pengisian kuesioner dengan pelaku terkait, pakar dan para pengambil kebijakan yang berasal dari Instansi Pemerintah, Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat dan Swasta. Pakar dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat secara langsung dalam kegiatan agroindustri bioetanol, serta kalangan masyarakat yang memiliki kompetensi yang terkait dengan permasalahan dan perkembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung. Metode yang digunakan dalam penentuan pakar adalah alaha metode purposive sampling, yaitu dengan sengaja memilih pakar yang kompeten dan terlibat langsung dengan agroindustri bioetanol. Observasi langsung bertujuan untuk mengamati dan memetakan secara langsung potensi bahan baku bioetanol di Provinsi Lampung. Dalam penelitian ini kuisioner difungsikan sebagai alat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan bahan baku yang paling berpotensi, mengetahui faktor-faktor kunci pengembangan agroindustri bioetanol, mendapatkan faktor-faktor eksternal dan internal dan mengetahui sejauh mana strategi pengembangan agroindustri bioetanol yang telah dilakukan, serta memberikan masukan dalam menyusun formulasi strategi yang tepat untuk pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, instansi terkait dan publikasi dari lembaga-lembaga yang relevan di lingkup provinsi lampung, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Balitbang Kementerian Pertanian, Pemerintahan daerah ah setempat, Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik, Instansi Penelitian (BPTP), Litbang Industri, Perguruan Tinggi, Industri bioetanol, dan Petani. Adapun responden yang diwawancarai untuk mengisi kuesioner adalah sebagai berikut (Tabel 1)

6 32 Tabel 1. Responden Pakar Untuk Penyusunan Strategi Pengembangan Agroindustri Bioetanol di Provinsi Lampung No Kelompok Responden Jumlah (Orang) 1. Perusahaan Bioetanol (Pengusaha) 2 2. Industri Terkait Bahan Baku (Eksportir Gaplek dan 2 Tetes Tebu) 3. Asosiasi (Balai Besar Teknologi Pati dan Indonesia 2 Energy Information Centre) 4. Perguruan Tinggi (UNILA ) 3 5. Instansi Pemerintah (Tim Nasional BBN, 3 Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian, Dinas Pertambangan dan Energi) 6. Masyarakat ( Ketua Kelompok Petani) 2 Jumlah 14 Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi atas bebarapa tahapan sebagai berikut: 1. Pengumpulan data dan informasi potensi sumberdaya Provinsi Lampung. Pengumpulan data dalam tahap ini bertujuan untuk menentukan bahan baku yang potensial untuk dikembangkan menjadi agroindustri bioetanol. 2. Identifikasi terhadap semua faktor pengembangan agroindustri bioetanol berdasarkan studi pustaka dan laporan penelitian yang terkait dengan strategi pengembangan agroindustri, khususnya untuk mendapatkan faktor-faktor kunci dan pengaruhnya dalam pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi Lampung. 3. Penyusunan formulasi strategi dirancang melalui beberapa tahapan kuesioner, sebagai berikut : a. Tahap I Penentuan faktor-faktor strategis internal dan eksternal secara khusus, dengan data yang diperoleh dari hasil diskusi dengan Pejabat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, akademisi, pelaku agroindustri bioetanol dan petani. Studi pustaka memberikan informasi mengenai perkembangan bioetanol di Provinsi Lampung dan hasil diskusi memberikan m masukan tentang faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri bioetanol di Provinsi

7 33 Lampung. Selanjutnya kuesioner diedarkan kembali. Penyebaran kuesioner tahap I menghasilkan faktor strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta faktor strategis eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. b. Tahap II. Kuesioner tahap I selanjutnya diidentifikasi dan diolah sehingga diperoleh kuesioner untuk analisis faktor internal dan ekstrernal. Responden dalam analisis faktor internal adalah jajaran Dinas Energi dan Pertambangan di Provinsi Lampung. Sedangkan reponden dalam analisis faktor eksternal responden dipilih dari berbagai lembaga dan instansi terkait seperti Universitas lampung dan industri bioetanol serta kelompok tani. Penyebaran kuisioner tahap II menghasilkan bobot serta peringkat dari masing-masing faktor. c. Tahap III. Pengolahan hasil kuisioner tahap II dengan menggunakan analisis SWOT, hingga diperoleh beberapa alternatif strategi yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai. d. Hasil matriks SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi. Alternatif strategi yang didapatkan dari matriks SWOT kemudian diolah menjadi kuesioner AHP dan diedarkan kembali pada responden. 3.4 Model Seleksi Bahan Baku Unggulan Daerah Model seleksi bahan baku unggulan ditentukan dengan menggunakan pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). MPE merupakan metode analisis kualitatif yang dilakukan dengan memadukan nalar pustaka, pengamatan empiris dan wawancara mendalam dengan para pakar. MPE dilakukan untuk menentukan prioritas pilihan pakar terhadap berbagai jenis bahan baku agroindustri bioetanol yang ditetapkan sebagai unggulan teratas. Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan metode wawancara atau melalui kesepakatan pendapat, sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu, dilakukan dengan memberi nilai pada setiap alternative. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing

8 34 alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial. Penggunaan MPE dapat dirumuskan dalam beberapa langkah sebagai berikut : 1) identifikasi bahan baku agroindustri bioetanol, 2) identifikasi komponen analisis dan alat analisisnya, 3) penetapan kriteria penilaian, 4) penetapan pan bahan baku agroindustri bioetanol unggulan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8. Penghitungan total nilai setiap pilihan keputusan dapat diformulasikan i sebagai berikut (Marimin, 2004) : TotalNilai m j 1 ( Rk ij ) TKK Rk ij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada alternatif ke-i, yang dapat dinyatakan dengan skala ordinal TKK K j = Derajat kepentingan alternatif keputusan, yang dinyatakan dengan bobot N = Jumlah pilhan Keputusan M = Jumlah criteria keputusan. Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam pemberian bobot terhadap setiap kriteria adalah a (a) memberikan bobot secara langsung tanpa melakukan perbandingan nga relatif terhadap kriteria lainnya, (b) dilakukan oleh orang yang mengerti, paham dan berpengalaman dalam menghadapi masalah keputusan yang dihadapi, (c) pemberian bobot secara subyektif. j...(1)

9 35 Mulai Identifikasi Bahan Baku dan Pemilihan Pakar Data hasil penilaian pakar terhadap kriteria dan alternatif pemilihan bahan baku unggulan dalam strategi pengembangan agroindustri bioetanol Analisis kriteria dan pemilihan alternatif jenis bahan baku unggulan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) Peringkat jenis bahan baku unggulan agroindustri bioetanol Selesai Gambar 8. Diagram alir rekayasa model seleksi Jenis Bahan Baku Industri Bioetanol di Provinsi Lampung 3.5 Model Strukturisasi Sistem Interpretive Structural Modelling (ISM) merupakan alat strukturisasi dalam pemodelan deskriptif. Dalam penelitian ini penggunaan ISM dibagi menjadi dua bagian (Saxena, 1992), yaitu Penyusunan Hirarki dan Klasifikasi sub elemen eme yang dijabarkan sebagai berikut: 1) Penyusunan Hirarki Penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen, dan setiap elemen akan diuraikan menjadi sejumlah sub elemen.

10 36 Menetapkan hubungan kontekstual antara sub elemen yang terkandung adanya suatu pengarahan (direction) dalam terminologi sub ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan (oleh pakar). Jika jumlah pakar lebih dari satu maka dilakukan perataan. Hubungan konstekstual disajikan dalam bentuk Structural Self-interaction Matrix (SSIM) dengan menggunakan simbol VAXO yang kemudian ditransformasi kedalam bentuk matriks bilangan biner (bilangan 0 dan 1 ). Gambaran kondisi hubungan ISM-VAXO diuraikan pada Tabel 2. Tabel 2. Simbol Hubungan dan Definisi Kontekstual Antar Elemen ISM-VAXO Simbol Antar Elemen i dan Definisi Hubungan Kontekstual Antar Elemen (e j (e ij ) V Elemen i menyebabkan hubungan kontekstual dengan j tapi tidak sebaliknya... ( e ij = 1 dan e ji = 0) A Elemen j menyebabkan hubungan kontekstual dengan i tapi tidak sebaliknya... ( e ij = 0 dan e ji = 1) X Elemen i dan j saling menyebabkan hubungan kontekstual... ( e ij = 1 dan e ji = 1) O Elemen j dan i saling menyebabkan hubungan kontekstual... ( e ij = 0 dan e ji = 0) Sumber: Marimin, 2004 ij) Pengertian nilai e ij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j, sedangkan nilai e ji = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j. Setelah SSIM terbentuk, dibuat tabel Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V,A,X,dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Selanjutnya dilakukan perhitungan Aturan Transivity dengan membuat koleksi terhadap SSIM hingga terbentuk matrik yang tertutup yang kemudian diproses lebih lanjut. Revisi transformasi matrik dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer. Pengolahan lebih lanjut dari Table Reachability Matrix yang telah memenuhi aturan transivity adalah penetapan pilihan jenjang (level l v partition).

11 37 Berdasarkan Table Reachability Matrix final dapat diketahui nilai driver power, dengan menjumlahkan nilai sub elemen secara horizontal, dimana nilai rangking ditentukan berdasarkan nilai dari driver power yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, sedangkan nilai dependence diperoleh dari penjumlahan nilai sub elemen secara vertikal dan nilai level ditentukan berdasarkan nilai dari dependence yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. 2) Klasifikasi Sub Elemen Secara garis besar klasifikasi sub elemen digolongkan dalam empat sektor yaitu: a. Sektor I (Weak driver-weak dependent variabels (Autonomous). Sub elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan system. Sub elemen yang masuk pada sektor 1 jika: Nilai DP nilai D b. Sektor 2 (weak driver-strongly dependent variables). Pada umumnya sub elemen yang masuk dalam sektor ini adalah sub elemen yang tidak bebas. Sub elemen yang masuk pada sektor 2 jika: Nilai DP 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. c. Sektor 3 (strong driver- strongly dependent variabels (Linkage). Sub elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antara elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen akan memberikan dampak terhadap sub elemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Sub elemen yang masuk pada sektor 3 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah sub elemen. d. Sektor 4 (strong driver-weak dependent variabels (Independent).Sub elemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub elemen yang masuk pada sektor 4 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D Analisis matriks dari klasifikasi sub elemen disajikan pada Gambar 9 berikut :

12 38 Independent Variable Sektor IV Linkage Variablel Sektor III Daya Dorong (Drive i e Power) Autonomous Variable Sektor I Dependent Variable Sektor II Ketergantungan (Dependence) Gambar 9. Matriks Klasifikasi Sub elemen Berdasarkan Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan (Marimin, 2004) 3.6 Analisis Matriks IFE EFE Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah dengan menggunakan matriks Interal Factor Evaluation (IFE). Suatu matriks External Factor Evaluation (EFE) mengarahkan perumusan strategi untuk merangkum dan megevalusi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan tingkat persaingan (David, 2002). Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) David (2002) menyatakan bahwa melalui Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation (EFE), para penyusun strategi dimungkinkan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, ngan politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan persaingan. Matriks EFE dibuat dalam am lima tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Dibuat daftar faktor eksternal yang telah diidentifikasi di dalam proses analisis eksernal. Daftar tersebut memuat faktor-faktor, termasuk di dalamnya peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Peluang ditulis terlebih dahulu, baru kemudian dituliskan ancaman. Diusahakan agar

13 39 sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila dimungkinkan. 2. Masing-masing faktor diberi bobot dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengidentifikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Seluruh bobot kemudian dijumlahkan, hasil penjumlahan tersebut harus sama dengan 1,0. 3. Masing-masing faktor kemudian diberikan peringkat atau rating mulai dari satu sampai empat. Peringkat di sini menunjukkan seberapa efektif perusahaan saat ini merespon faktor tersebut, 1 = respon jelek, 2 = respon biasa, 3 = respon baik, dan 4 = respon luar biasa 4. Selanjutnya masing-masing bobot faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk mendapatkan nilai tertimbang atau skor terbobot. 5. Setelah itu, skor terbobot dijumlahkan sehingga menghasilkan total skor terbobot bagi organisasi atau perusahaan. Lebih lanjut, David (2002) menyatakan bahwa tanpa memperhatikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai tertimbang atau skor terbobot untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1, Evaluasi Faktor Internal (EFI) Menurut David (2002), Evaluasi Faktor Internal (EFI) atau Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan suatu alat formulasi strategi yang di dalamnya merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan kunci dalam area fungsional bisnis serta memberikan dasar mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Matriks EFI dikempangkan dalam lima tahapan, yaitu sebagai berikut. 1. Dibuat daftar lima faktor internal yang telah diidentifikasi di dalam proses analisis internal. Daftar tersebut memuat faktor-faktor, termasuk di dalamnya kekuatan dan kelemahan perusahaan. Kekuatan ditulis terlebih dahulu lalu dituliskan kelemahan. Diusahakan agar sespesifik mungkin menggunakan persentase, rasio, dan nilai komparatif bila dimungkinkan.

14 40 2. Masing-masing faktor internal diberi bobot dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Bobot mengidentifikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Seluruh bobot kemudian dijumlahkan, dimana hasil penjumlahan tersebut harus sama dengan 1,0. 3. Masing-masing faktor internal kemudian diberikan peringkat atau rating mulai dari satu sampai empat, dimana 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan biasa, 3 = kekuatan kuat a biasa, dan 4 = kekuatan utama. 4. Selanjutnya n masing-masing bobot faktor internal dikalikan dengan peringkatnya untuk mendapatkan nilai tertimbang atau skor terbobot. 5. Setelah itu, skor terbobot dijumlahkan sehingga menghasilkan total skor terbobot ot bagi organisasi atau perusahaan. Tanpa mempedulikan jumlah peluang dan ancaman kunci yang dimasukkan dalam matriks EFI, total nilai tertimbang atau skor terbobot untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. (David, 2002). 3.7 Matriks SWOT Perumusan strategi pengembangan agroindustri bioetanol didasarkan pada visi dan misi Provinsi Lampung yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri Bioetanol. Dari analisis IFE dan EFE maka hasilnya dimasukkan ke matriks SWOT. Strategi dikembangkan berdasarkan nilai EFE dan IFE tertinggi, memiliki pangsa pasar tinggi serta berpotensi dikembangkan di masyarakat. Menurut David (2002) terdapat empat strategi yang didapat dari matriks SWOT, yaitu sebagai berikut : 1. Strategi tegi SO (strategi kekuatan-peluang) menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2. Strategi te WO (strategi kelemahan-peluang) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal organisasi dengan memanfaatkan peluang eksternal.

15 41 3. Strategi ST (strategi kekuatan-ancaman) menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. 4. Strategi WT (strategi kelemahan-ancaman) merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal organisasi dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal. 3.8 Model Penetapan Strategi Pilihan Model pilihan strategi pengembangan agroindustri bioetanol akan ditetntukan tn t dengan metode Analitycal Hierarchi Process (AHP). Marimin (2004), menjelaskan bahwa prosedur yang diwajibkan pada penggunaan metode AHP adalah alaha sebagai berikut: 1) Perumusan tujuan, kriteria, dan alternatif yang merupakan unsur-unsur dari permasalahan yang dikaji, 2) Penyusunan struktur hirarki, 3) Penentuan prioritas bagi setiap kriteria dan alternatif dengan bantuan skala nilai yang memadai, nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif, 4) Konsistensi logis dengan menggunakan kriteria nilai Consistency Ratio (CR). Nilai i dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel 3 skala pendapat sebagai berikut: Tabel 3. Skala Pendapat (nilai dan definisinya) Nilai Definisi 1 Sama penting (equal) 3 Sedikit lebih penting (moderate) 5 Jelas lebih penting (strong) 7 Sangat jelas penting (very strong) 9 Mutlak lebih penting (extreme) 2,4,6,8 Apabila ragu antara dua nilai yang berdekatan 1 / ( 1 9 ) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 9 Pembobotan Kriteria Sumber: Saaty, (1993).

16 42 Matriks pendapat responden yang diperoleh dari hasil kajian ini dipilih lebih dari satu responden dan selanjutnya dilakukan penggabungan matriks pendapat terhadap ap pentingnya setiap kriteria (A-H): Perhitungan matriks gabungan dengan formulasi sebagai berikut : g ij m m k 1 aij (2) g ij m a ij = elemen matrix gabungan pada baris ke-i kolom ke-j = jumlah responden = elemen matrix individu pada baris ke-i kolom ke-j Pengolahan an data untuk penentuan urutan prioritas kriteria, juga dengan perhitungan n konsistensi pendapat individu (dicoba pengolahan pada matrix gabungan). an). A H = setiap kriteria NE = Nilai Eigen = dari hasil perkalian matrix sampai Iterasi ke 2 WV = Weighted sum vector = a ij x NE WV CV = Consistency vector =... (3) NE n CV 1 = i (atau nilai rata-rata dari Consistensi vector)... (4) n CI (Consistency Index) = ( n)/(n - 1), n : banyaknya kriteria atau alternatif CI CR =... (5) RCI RCI = Random Consistency Index Penilaian kriteria telah konsisten bila nilai CR tidak lebih dari Nilai CR sebesar > 0.10 berarti perbandingan berpasangan untuk kriteria belum dilakukan dengan konsisten, sehingga penilaian perlu direvisi. Berdasarkan nilai eigen ditetapkan urutan pentingnya kriteria. Hasil akhir pembobotan keseluruhan, kriteria maupun alternatif berdasarkan penilaian responden, ditampilkan dalam diagram struktur. Pada penilaian ini selain operasi secara manual juga digunakan perangkat lunak Criterium Decision Pluss versi 2.0. Rekayasa model penetapan strategi pilihan dengan pendekatan I SWOT dilakukan dengan menggunakan elemen-elemen e em kajian I SWOT sebagai dasar penetapan Sasaran, Kriteria, dan berbagai ai Alternatif pada metode analisis AHP sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10.

17 43 Kelompok elemen dan kelompok sub elemen pada Analis SWOT dan elemen Fakus Pengembangan pada Kajian SWOT Sasaran Kriteria A Kriteria B Kriteria C Strategi D Strategi E Strategi F Strategi G Alternatif D.1 Alternatif D Alternatif E.1 Alternatif E Alternatif F.1 Alternatif F Alternatif G.1 Alternatif G Alternatif D.n Alternatif E.n Alternatif F.n Alternatif G.n Gambar 10. Diagram Alir Rekayasa Model Penetapan Strategi Pilihan dengan AHP (Marimin, 2004) 3.9 Model Ketersediaan Sumber Daya Interaksi antara ketersediaan berbagai jenis bahan baku dan fokus pengembangan (alternatif strategi pilihan) dianalisis menggunakan model matriks ketersediaan sumber daya setelah terlebih dahulu dilakukan penetapan kriteria, survey pendapat pakar, dan survey lapang terhadap lokasi-lokasi kajian, sebagaimana digambarkan pada diagram alir tahap analisis ketersediaan bahan baku dan sumber daya(gambar 11).

18 44 Mulai Penetapan lokasi kajian Dasar : Sentra bahan baku Penetapan Kriteria ketersediaan jenis bahan baku (tebu, ubi kayu, jagung) Observasi Penetapan metode, pengumpulan data, analisis data Matriks ketersediaan jenis bahan baku industri bioetanol Selesai Gambar 11. Diagram Alir Tahap Analisis Ketersediaan Jenis Bahan Baku Bioetanol Ketersediaan jenis bahan baku tertentu pada keseluruhan alternatif strategi pengembangan dapat digunakan sebagai gambaran ketersediaan sumber daya dalam am hal jumlah dan kwalitas. Ketersediaan keseluruhan sumber daya (jenis bahan baku) pada alternatif strategi tertentu digunakan sebagai gambaran kesiapan operasional agroindustri bioetanol yang dikaji. Pada tahap awal adalah penetapan kriteria jenis bahan baku industri bioetanol. Sistem penilaian setiap kriteria mengikuti pola biner yaitu: ada = 1, dan tidak ada = 0, sehingga total kisaran nilai pengamatan at an adalah tertinggi 5 dan terendah 0, dengan atribut: Nilai 5 = tersedia Nilai 4 = cukup tersedia Nilai 3 = kurang tersedia Nilai 2 = sangat kurang tersedia Nilai 1 = hampir tidak tersedia Nilai 0 = tidak tersedia

19 45 Data ketersediaan jenis bahan baku dari lokasi potensial yang dijadikan lokasi kajian disajikan dalam bentuk tabel jenis bahan baku. Data pada tabel jenis bahan baku kemudian dianalisis menggunakan Matriks Ketersediaan jenis bahan baku yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai ketersediaan terbatas (S) adalah nilai maksimum kesenjangan terbobot (I) yang diperoleh dari hasil multiplikasi nilai kesenjagan jenis bahan baku (K) dan nilai bobot fokus pengembangan (B). Nilai kesenjagan diperoleh dari selisih antara nilai maksimum ketersediaan jenis bahan baku yang dalam penelitian ini adalah 20 dengan total nilai sumber daya yang terdatat pada lokasi penelitian (T). Nilai S dapat dirumuskan sebagai berikut (Brelin et al., 1997) n i 1 S [( SD max n i 1 SDi) xb]max...(6) SDi totaljenisbahanbakuterdata T...(7) S = Nilai ketersediaan terbatas = Max {Ij} untuk semua j = 1,2,..,n Sdmax = Nilai maksimum jenis bahan baku yang ditetapkan B = Bobot fokus pengembangan (penilaian pakar) N = Tipe sumber daya Model Skenario Pengembangan Agroindustri Bioetanol Model skenario pengembangan agroindustri bioetanol ditentukan dengan beberapa prioritas. Menurut Brelin et all., (1997), beberapa fokus pengamatan yang harus diperhatikan adalah 1) faktor sukses kritis (critical success factors- CSF) yang merupakan faktor penentu pengembangan proses dan 2) proses kunci sebagai rangkaian proses inti yang memberikan dampak terhadap CSF. Tujuan utama a penggunaan matriks ini adalah untuk melihat rangkaian proses yang memerlukan m prioritas penanganan segera dengan indikator nilai kesenjangan terbobot sebagai perkalian jumlah dampak dan nilai kinerja proses. Kunci pemeringkatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: Dampak proses pada CSF diberi nilai 1 = Rendah, 2 = Sedang dan, 3 = Tinggi. Kinerja proses diberi nilai

20 46 1=Tidak cukup, 5= cukup dan, 9=Baik, di bawah nilai sempurna kinerja proses yaitu nilai 10. Bagan matriks prioritas proses ditunjukkan pada Gambar 12. Kunci Pemeringkatan Faktor Sukses Kritis Dampak Kinerja proses Proses pada CSI 1= tidak 1 = rendah cukup 2 = Sedang 5 = Cukup 3 = Tinggi gi 9 = Baik Proses Kunci 1 Jumlah Dampak Kinerja Proses Kesenjangan Kinerja Proses Kesenjangan terbobot N Gambarar 12. Ilustrasi Matriks Prioritas Proses ( Brelin 1997) Prioritas 3.11 Model Kelayakan Finansial Model kelayakan finansial dan analisis sensitivitas dalam studi ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya pengembangan agroindustri bioetanol dengan menggunakan bahan baku terpilih yang merupakan potensi sumberdaya Provinsi Lampung. Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu investasi adalah net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), pay back period (PBP), break event point (BEP), dan analisis sensitivitas.

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN III.1. Kerangka pemikiran Penelitian ini mencoba memadukan pendalaman konsep yang berkaitan dengan agroindustri, pembangunan wilayah, dan manajemen stratejik sebagai konsep dasar

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORETIS

III. LANDASAN TEORETIS III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi s Kobe Shipyard sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis diterjemahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL

3.2 METODE PERBANDINGAN EKSPONENSIAL III. LANDASAN TEORI 3.1 TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 39 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penelusuran data dan informasi dimulai dari tingkat provinsi sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan BPK RI Nomor 23/SK/

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, karyawan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan kopi bubuk Inkopas Sejahtera, Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, karena adanya pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan yang terjadi pada industri minuman ringan membuat setiap industri yang bergerak memproduksi minuman ringan harus selalu mengkaji ulang secara terus-menerus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan studi kasus di UMKM sulam usus Galeri Aan Ibrahim. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING 3.1 Penetapan Kriteria Penelitian Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis alternatif-alternatif strategi bisnis yang akan digunakan Restaurant PT Okirobox Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 IV. PEMODELAN SISTEM A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01 Sistem penunjang keputusan pengarah kebijakan strategi pemasaran dirancang dalam suatu perangkat lunak yang dinamakan EssDSS 01 (Sistem Penunjang Keputusan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan lokasi meliputi kawasan DKI Jakarta dan Perairan Teluk Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Agustus 005-April 006. Teluk Jakarta,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS), Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci