BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Latar Belakang CMMI (Capability Maturity Model Integration) Menurut Dennis M. Ahern, Aaron Clouse, dan Richard Turner, dalam buku mereka yang berjudul CMMI Distilled: A Practical Introduction to Integrated Process Improvement, CMMI (Capability Maturity Model Integration) adalah suatu pendekatan yang berfungsi untuk meningkatkan proses piranti lunak (software process) di dalam organisasi agar menjadi lebih efisien dan efektif. CMMI merupakan salah satu model kematangan (maturity model) yang digunakan untuk meningkatkan proses (process improvement) dalam organisasi. Tujuan dari penerapan CMMI di dalam organisasi adalah untuk meningkatkan proses pengembangan dan perawatan produk-produk piranti lunak organisasi tersebut. Pada masa-masa kompetitif seperti sekarang, ada banyak modelmodel peningkatan proses (process improvement model) yang dikembangkan untuk menambah daya saing dari berbagai organisasi bisnis. Sebagai contoh, dengan menerapkan salah satu model peningkatan proses, maka proses pembuatan produk piranti lunak akan memakan waktu yang lebih singkat namun kualitasnya tidak menurun, bahkan bertambah 6

2 7 baik. Hal ini menyebabkan penggunaan model-model peningkatan proses menjadi popular di kalangan bisnis Penyajian CMMI (CMMI Representation) Mengacu kepada buku Process Improvement with CMMI v1.2 and ISO Standards karangan Boris Mutafelija dan Harvey Stromberg halaman 27, penyajian dari CMMI dapat dibedakan menjadi model bertingkat (staged model) dan model berkesinambungan (continuous model). Perbedaan model-model tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam cara berkonsentrasi kepada perbaikan proses. Pemilihan model tersebut dapat didasarkan kepada pendekatan kemampuan daerah proses atau kematangan organisasi. Sudut pandang kemampuan daerah proses berkonsentrasi kepada membangun titik awal dan mengukur setiap peningkatan di tiaptiap daerah secara satu persatu. Pendekatan ini digunakan oleh penyajian model berkesinambungan dengan penggunaan kata kunci, yaitu kemampuan (capability). Di lain pihak, kematangan organisasi menekankan kepada kumpulan daerah proses yang digunakan untuk mendefinisikan tingkattingkat yang terbukti dari kematangan proses dalam organisasi. Pendekatan ini dipakai pada penyajian model bertingkat dengan kata kunci kematangan (maturity).

3 Model Bertingkat (Staged Model) Mengacu kepada panduan CMMI for Development versi 1.2, model bertingkat menyediakan suatu peta jalan (roadmap) yang telah terdefinisi sebelumnya untuk peningkatan organisasi berdasarkan pengelompokan dan pengurutan yang teruji untuk proses dan hubunganhubungan organisasi yang terkait. Istilah bertingkat (staged) berasal dari cara model untuk menjelaskan peta jalan ini sebagai rentetan tingkat dari daerah proses yang mengindikasikan dimana sebuah organisasi seharusnya berkonsentrasi untuk meningkatkan proses organisasinya. Tiap daerah proses dideskripsikan sebagai praktek-praktek yang memegang peran dalam mencapai tujuannya. Kemajuan didapatkan dengan mencapai tujuan dari semua daerah proses di dalam tingkat kematangan yang diinginkan. Daerah proses kunci pada tingkat 2 dari CMMI berkonsentrasi pada masalah-masalah proyek piranti lunak yang berguna untuk membangun kendali pengelolaan proyek dasar. Tingkat 3 mengacu kepada baik masalah proyek maupun organisasi, sebagaimana organisasi membangun sebuah infrastruktur yang menggabungkan proses pengelolaan dan perekayasaan piranti lunak yang efektif. Daerah proses kunci pada tingkat 4, berkonsentrasi kepada membangun sebuah pengertian yang kuantitatif akan proses piranti lunak dan produk piranti lunak yang dikerjakan. Tingkat 5 melingkupi masalah-masalah yang dialami oleh organisasi dan proyek dalam menerapkan peningkatan proses piranti lunak yang dapat diukur dan berkesinambungan.

4 9 Penyajian bertingkat menawarkan sebuah cara yang sistematis dan terstruktur dalam menerapkan peningkatan proses langkah demi langkah. Mencapai tiap tingkat memastikan bahwa peningkatan yang cukup telah dilakukan dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk tingkat selanjutnya. Gambar 2.1 Lima Tingkat Kematangan 2.4. Lima Tingkat Kematangan (Five Maturity Levels) Tahap Initial (Level 1) Pada tingkat kematangan 1, proses-proses yang ada biasanya berantakan dan sifatnya ad hoc. Organisasi biasanya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mendukung berjalannya proses. Kesuksesan pada organisasi-organisasi semacam ini bergantung pada kompetensi dan pengorbanan dari orang-orang di dalam organisasi dan bukan mengandalkan prosesproses yang telah terbukti kehandalannya.

5 Tahap Managed (Level 2) Pada tingkat kematangan 2, proyek-proyek organisasi telah memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan dikelola dengan baik dan proses-proses yang ada telah terencana, terukur, dan terkendali. Disiplin dari proses pada tahap ini membantu memastikan bahwa praktek-praktek yang dijalankan tetap dipertahankan walaupun dalam waktu tekanan yang tinggi-tingginya (peak time). Ketika praktek-praktek ini dilakukan, proyek-proyek dilaksanakan dan dikelola menurut rencana-rencana yang didokumentasi. Pada tingkat 2, status dari produk dan pelepasan layanan dapat terlihat oleh pihak manajemen pada titik-titik yang telah didefinisikan. Komitmen dibangun di antara stakeholder yang berwenang dan diperbaiki apabila diperlukan. Produk-produk dikendalikan secara tepat. Produk dan layanan memenuhi deskripsi proses, standar proses, dan prosedur proses mereka Tahap Defined (Level 3) Pada tahap ini, proses-proses telah dikarakterisasi dan dimengerti dengan baik, dan dijelaskan melalui standar, prosedur, tool, dan metode yang ada. Kumpulan proses standar dari organisasi, yang merupakan dasar dari tingkat kematangan 3, didirikan dan ditingkatkan seiring berjalannya waktu. Prosesproses standar ini digunakan untuk membangun konsistensi di dalam organisasi. Proyek membangun proses terdefinisi mereka

6 11 dengan mengacu kepada proses standar yang dimiliki oleh organisasi tersebut Tahap Quantatively Managed (Level 4) Pada tingkat kematangan 4, organisasi dan proyek membangun tujuan kuantitatif untuk kualitas dan kinerja proses, dan menggunakan mereka sebagai kriteria dalam pengelolaan proses. Tujuan kuantitatif didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna akhir, organisasi, dan pihak yang mengimplementasi proses. Kualitas dan kinerja proses dimengerti dalam istilah-istilah statistik dan dikelola sepanjang waktu pemakaian proses. Untuk subproses yang terpilih, pengukuran detil akan kinerja proses dikumpulkan dan dianalisa secara statistik. Pengukuran kualitas dan kinerja proses dimasukkan ke dalam penyimpanan pengukuran organisasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta. Penyebab khusus dari variasi proses diidentifikasi dan, apabila tepat, sumbernya dikoreksi untuk mencegah kejadian lagi di lain waktu Tahap Optimizing (Level 5) Pada tahap ini, sebuah organisasi secara berkesinambungan meningkatkan proses-prosesnya berdasarkan pengertian kuantitatif akan penyebab-penyebab umum dari variasi proses. Tingkat kematangan 5 mengkonsentrasikan kepada peningkatan secara

7 12 berkesinambungan akan kinerja proses melalui proses inkremental dan inovatif, dan juga peningkatan secara teknologi. Tujuan peningkatan proses secara kuantitatif untuk organisasi dibangun, diperbaiki secara berkesinambungan untuk menangani tujuan bisnis yang dinamis, dan digunakan sebagai kriteria dalam mengelola peningkatan proses. Akibat-akibat dari peningkatan proses yang diterapkan diukur dan dievaluasi secara berlawanan terhadap tujuan peningkatan proses kuantitatif. Baik proses terdefinisi maupun kumpulan proses standar organisasi merupakan tujuan dari aktivitas peningkatan yang dapat diukur Daerah Proses CMMI (CMMI Process Area) Model CMMI mencakup dua puluh dua (22) daerah proses yang mendefinisikan dimensi proses dari model. Daerah-daerah proses ini terbagi menjadi: Pengelolaan Proses (Process Management) Pengelolaan Proyek (Project Management) Perekayasaan (Engineering) Dukungan (Support) Daerah proses Pengelolaan Proses, Pengelolaan Proyek, dan Perekayasaan saling terkait satu sama lain, namun daerah proses Dukungan berdiri sendiri. Di bawah ini adalah tabel yang berisi daftar

8 13 daerah proses yang dikelompokkan berdasarkan kategori, dan telah dilabeli tingkat kematangannya: Tabel 2.1 Daftar Daerah Proses di dalam CMMI Kategori Daerah Proses Tingkat Kematangan Definisi Proses Organisasi (Organizational Pengelolaan Proses Process Definition) 3 Fokus Proses Organisasi (Organizational Process Focus) 3 Pelatihan Organisasi (Organizational Training) 3 Kinerja Proses Organisasi (Organizational Process Performance) 4 Penerapan dan Inovasi Organisasi (Organizational Innovation and Deployment) 5 Pengelolaan Proyek Perencanaan Proyek (Project Planning) 2 Pengendalian dan Pemantauan Proyek (Project Monitoring and Control) 2 Pengelolaan Perjanjian Pemasok (Supplier Agreement Management) 2 Pengelolaan Proyek Terintegrasi untuk PPPT (Pengembangan Proses dan Produk Terintegrasi - Integrated Project Management for IPPD (Integrated Process and Product Development)) 3

9 14 Pengelolaan Resiko (Risk Management) 3 Pengelolaan Proyek Kuantitatif (Quantitative Project Management) 4 Pengelolaan Kebutuhan (Requirement Perekayasaan Management) 2 Pengembangan Kebutuhan (Requirement Development) 3 Solusi Teknis (Technical Solution) 3 Integrasi Produk (Product Integration) 3 Pengujian (Verification) 3 Pengesahan (Validation) 3 Pengelolaan Konfigurasi (Configuration Dukungan Management) 2 Jaminan Kualitas Proses dan Produk (Process and Product Quality Assurance) 2 Analisa dan Pengukuran (Measurement and Analysis) 2 Resolusi dan Analisa Keputusan (Decision Analysis and Resolution) 3 Resolusi dan Analisa Sebab (Causal Analysis and Resolution) 5 Berikut merupakan penjelasan tentang dua puluh dua (22) daerah proses tersebut:

10 Definisi Proses Organisasi Tujuan dari Definisi Proses Organisasi adalah untuk membangun dan mempertahankan sebuah kumpulan aset proses organisasi yang dapat digunakan. Definisi Proses Organisasi dan Fokus Proses Organisasi bekerja sama dimana Definisi Proses Organisasi menyediakan panduan untuk membuat proses dan asetaset yang mendukungnya, dan Fokus Proses Organisasi menyediakan panduan untuk mengidentifikasi dan merencanakan peningkatan proses Fokus Proses Organisasi Tujuan dari Fokus Proses Organisasi adalah untuk merencanakan dan menerapkan peningkatan proses organisasi berdasarkan pengertian yang menyeluruh terhadap kekuatan dan kelemahan dari proses dan aset proses yang dimiliki oleh organisasi Pelatihan Organisasi Tujuan dari Pelatihan Organisasi ada untuk mengembankan kemampuan dan pengetahuan dari sumber daya manusia yang dimiliki organisasi agar mereka dapat melakukan peranan mereka secara efisien dan efektif. Pelatihan Organisasi memiliki dua tujuan spesifik, yaitu untuk membangun sebuah kemampuan pelatihan

11 16 organisasi, dan untuk menyediakan pelatihan-pelatihan yang diperlukan Kinerja Proses Organisasi Tujuan dari Kinerja Proses Organisasi adalah untuk membangun dan mempertahankan pengertian kuantitaif terhadap kinerja dari kumpulan proses standar yang dimiliki oleh organisasi untuk mendukung kualitas dan kinerja proses yang baik, dan untuk menyediakan data kinerja proses, titik awal, dan model-model untuk mengelola secara kuantitatif proyek-proyek dari organisasi Penerapan dan Inovasi Organisasi Tujuan dari Penerapan dan Inovasi Organisasi adalah untuk memilih dan menerapkan peningkatan yang inovatif secara perlahan-lahan untuk meningkatkan proses dan teknologi organisasi. Peningkatan-peningkatan yang dilakukan berguna untuk mendukung kualitas organisasi dan untuk mencapai tujuan kinerja proses sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam tujuan bisnis. Pada intinya, Penerapan dan Inovasi Organisasi bertujuan untuk memilih peningkatan yang ingin dilakukan dan menerapkannya secara sistematis.

12 Perencanaan Proyek Tujuan dari Perencanaan Proyek adalah untuk membangun dan mempertahankan rencana-rencana yang mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang dijalankan di dalam suatu proyek. Perencanaan Proyek mempunyai tiga tujuan spesifik, yaitu untuk membangun perkiraan proyek, mengembangkan sebuah rencana proyek, dan untuk memperoleh komitmen dari berbagai pihak Pengendalian dan Pemantauan Proyek Tujuan dari Pengendalian dan Pemantauan Proyek adalah untuk menyediakan pengertian akan keberlangsungan dari sebuah proyek sehingga tindakan-tindakan perbaikan yang tepat dapat diambil ketika kinerja dari proyek menurun secara pesan dari rencana semula. Dua tujuan spesifik dari Pengendalian dan Pemantauan Proyek adalah untuk memantau kinerja dan untuk mengelola tindakan-tindakan perbaikan yang tepat. Pengendalian dan Pemantauan Proyek dan Perencanaan Proyek bekerja secara bersama-sama dimana Perencanaa Proyek melibatkan pembuatan rencana proyek dan Pengendalian dan Pemantauan Proyek melibatkan berbagai hal yang bertentangan dengan jalannya proyek, sehingga memastikan proyek berjalan mulus.

13 Pengelolaan Perjanjian Pemasok Tujuan dari Pengelolaan Perjanjian Pemasok adalah untuk mengelola pengambilalihan produk dari pemasok yang melibatkan perjanjian formal. Dua tujuan spesifik dari Pengelolaan Perjanjian Pemasok adalah untuk membuat perjanjian dengan pemasok dan untuk memenuhi perjanjian tersebut. Daerah proses ini bekerja sama dengan daerah proses Solusi Teknis, dimana organisasi memutuskan untuk membuat atau membeli produk. Ketika keputusan untuk membuat diputuskan, Pengelolaan Perjanjian Pemasok membuat perjanjian dan mengelola keputusan tersebut dari sudut pandang si pembeli Pengelolaan Proyek Terintegrasi untuk PPPT (Pengembangan Proses dan Produk Terintegrasi IPPD (Integrated Process and Product Development)) Tujuan dari Pengelolaan Proyek Terintegrasi adalah untuk membangun dan mengelola proyek dan keterlibatan dari stakeholder dengan mengacu kepada proses yang telah terdefinisi dan terintegrasi yang dibuat dari kumpulan proses standar dari organisasi. Penambahan PPPT membawa dua tujuan spesifik sebagai tambahan dari dua tujuan spesifik yang dimiliki oleh Pengelolaan Proyek Terintegrasi, yaitu mendefinisikan konteks dari visi bersama dari proyek yang digunakan untuk membangun visi bersama proyek dan mengevaluasi penggunaan dan efektifitas

14 19 dari visi tersebut, dan tujuan yang kedua, adalah untuk mengorganisasikan tim-tim yang terintegrasi dengan menentukan struktur tim untuk proyek, membangun sebuah rencana untuk mendistribusikan persyaratan kepada tim dan mendirikan tim tersebut Pengelolaan Resiko Tujuan dari Pengelolaan Resiko adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah potensial sebelum mereka muncul, sehingga aktivitas penanganan resiko dapat direncanakan dan dipanggil sesuai kebutuhan sepanjang waktu pemakaian produk atau proyek untuk meringankan resiko-resiko berbahaya dalam meraih tujuan. Pengelolaan Resiko dibangun berdasarkan daerah proses Perencanaan Proyek, dan sebagai tindakan spesifik di dalam Perencanaan Proyek, mengidentifikasikan dan menganalisa resiko-resiko proyek, dan rencana proyek seharusnya mendokumentasikan resiko-resiko ini. Namun, Perencanaan Proyek kurang sistematik dan kurang proaktif apabila dibandingkan dengan persyaratan-persyaratan yang dicatat oleh Pengelolaan Resiko. Lebih lagi, Pengelolaan Resiko dapat diterapkan di luar konteks proyek untuk mengelola resiko-resiko organisasi yang tidak dicakup di dalam proyek.

15 Pengelolaan Proyek Kuantitatif Tujuan dari Pengelolaan Proyek Kuantitatif adalah untuk mengelola proses-proses terdefinisi di dalam suatu proyek secara kuantitatif untuk meraih kualitas dan tujuan kinerja proses. Pengelolaan Proyek Kuantitaf memiliki dua tujuan spesifik yang dibuat berdasarkan Perencanaan Proyek, Pengendalian dan Pemantauan Proyek, dan Pengelolaan Proyek Terintegrasi, yaitu menggunakan tujuan kinerja untuk mengelola proyek secara kuantitatif dan mengelola subproses-subproses yang terpilih secara statistik. Tujuan pertama, yaitu menggunakan tujuan kinerja untuk mengelola proyek secara kuantitatif, dicapai dengan menerapkan tindakan-tindakan spesifik yang membangun tujuan kinerja, menganalisa dan memiliki subproses, dan memantau tujuan kinerja proyek untuk menentukan apakah tujuan tersebut telah dicapai. Tujuan kedua, yaitu untuk mengelola subproses-subproses yang terpilih secara statistik, dicapai dengan melakukan pemilihan teknik-teknik pengukuran dan analitik, mengerti akan variasi, memantau subproses yang terpilih, dan merekam data-data output di dalam sebuah tempat penyimpanan (reprository) organisasi. Dengan demikian, Pengelolaan Proyek Kuantitatif dibangun berdasarkan Pengendalian dan Pemantauan Proyek dengan memastikan bahwa organisasi mempraktekkan pengelolaan secara statistik dan juga menggunakan data histori untuk menentukan

16 21 tujuan dan menentukan subproses yang akan dikelola secara kuantitatif Pengelolaan Kebutuhan Tujuan dari pengelolaan kebutuhan adalah untuk mengatur kebutuhan dari produk dan komponen produk yang dibuat di dalam proyek, dan juga untuk mengidentifikasikan ketidakkonsistenan antara kebutuhan-kebutuhan pada saat perencanaan proyek dengan produk jadinya Pengembangan Kebutuhan Terdapat tiga tujuan pada daerah proses Pengembangan Kebutuhan, yaitu untuk mengembangkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan kebutuhan produk, dan menganalisa dan menguji kebutuhan untuk mendefinisikan fungsi-fungsi yang diperlukan. Daerah proses ini mengandung semua praktek yang terkait dengan definisi kebutuhan produk dan komponen produk. Daerah proses ini merupakan proses yang rekursif dengan Solusi Teknis, dengan solusi alternatif yang dikembangkan untuk membantu menentukan kebutuhan produk yang tingkatnya lebih rendah Solusi Teknis Tujuan dari Solusi Teknis adalah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan solusi ke kebutuhan

17 22 yang telah didefinisikan. Solusi, rancangan, dan implementasi menghubungkan produk, komponen produk, dan proses life cycle yang terkait dengan produk, baik itu berdiri sendiri, atau dikombinasikan dengan tepat. Pada tujuan pertama, memilih solusi komponen produk, solusi alternatif dikembangkan dan dianalisa dan yang paling memuaskan dipilih. Alternatif yang dipilih mungkin digunakan untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih detil di daerah proses Pengembangan Kebutuhan, atau dirancang pada tujuan kedua dari Solusi Teknis. Setelah komponen produk dirancang, komponen produk diimplementasikan bersama-sama dengan dokumentasi yang mendukungnya, sebagaimana yang terdapat di tujuan ketiga Solusi Teknis Integrasi Produk Tujuan dari Integrasi Produk adalah untuk merakit produk dari komponen-komponen, memastikan bahwa fungsi-fungsi produk (setelah jadi) berjalan baik, dan melepas produk Pengujian Pengujian berfungsi untuk memastikan bahwa produk yang terpilih dapat memenuhi kebutuhan yang telah didefinisikan. Pengujian memiliki tiga tujuan spesifik, yaitu mempersiapkan untuk melakukan pengujian, melakukan peer review pada produk yang terpilih, dan menguji produk tersebut.

18 Pengesahan Pengesahan berfungsi untuk mendemonstrasikan bahwa sebuah produk atau komponen produk memenuhi maksud pembuatannya ketika ditempatkan di lingkungan yang semestinya. Tujuan-tujuan spesifik dari Pengujian adalah untuk mempersiapkan proses pengesahan dan mengesahkan produk dan komponen produk. Pengesahan hampir mirip dengan Pengujian, namun berbeda pada penekanan topik. Pengujian lebih menunjukkan sebuah produk memenuhi kebutuhan yang telah didefinisikan, sedangkan Pengesahan lebih terlibat di dalam aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk menunjukkan bahwa sebuah produk memenuhi tujuan sebuah produk itu dibuat ketika ditempatkan pada lingkungan yang memang sudah disediakan untuknya Pengelolaan Konfigurasi Pengelolaan Konfigurasi memiliki tiga tujuan spesifik, yaitu mendirikan titik awal, memantau dan mengendalikan perubahan, dan membangun integritas titik awal Jaminan Kualitas Proses dan Produk Daerah proses Jaminan Kualitas Proses dan Produk memiliki dua tujuan spesifik, yaitu untuk mengevaluasi kepatuhan atas deskripsi proses, standar proses, dan prosedur proses secara obyektif, dan untuk menyelesaikan masalah kegagalan produk.

19 24 Agar dapat mengevaluasi secara obyektif, organisasi sebisa mungkin berusaha memiliki pandangan yang independen untuk melihat proses dan produk, sebagai salah satu solusi, bisa dibangun departemen jaminan kualitas Analisa dan Pengukuran Analisa dan Pengukuran mempunyai tiga tujuan spesifik, yaitu untuk menyelaraskan pengukuran dengan kebutuhan informasi, dan untuk menyediakan hasil pengukuran yang memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut Resolusi dan Analisa Keputusan Tujuan dari Resolusi dan Analisa Keputusan adalah untuk menganalisa keputusan-keputusan yang mungkin dengan menggunakan proses evaluasi formal yang mengevaluasi solusi alternatif yang bertentangan dengan kriteria yang ada Resolusi dan Analisa Sebab Tujuan dari Resolusi dan Analisa Sebab adalah untuk mengidentifikasi sebab dari cacat dan masalah-masalah lain dan untuk mengambil tindakan untuk mencegah mereka untuk terjadi lagi di kemudian hari.

20 Peta Kerangka Berpikir Peta kerangka berpikir di bawah adalah sebuah gambaran tentang apa yang akan dikerjakan di tesis ini selama kurun waktu yang telah ditetapkan, dari awal, sampai selesai. Gambar 2.2 Peta Kerangka Berpikir

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI Lily Puspa Dewi 1, Ibnu Gunawan 2, Raymond 3 1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Waniwatining Astuti STMIK MDP Palembang wani@stmik-mdp.net Abstrak: Kesesuaian CMMI Development V1.2

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Definisi CMMI for Development CMMI for Development dirancang untuk bisnis yang fokus pada pengembangan produk. Standar ini mempelajari tentang mengubah kebutuhan pelanggan sesuai

Lebih terperinci

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC)

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC) Fajri R Umbara 1), Alva Kharisma 2), dan Angelina Prima Kurniati ) Fakultas Informatika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Informasi Menurut O Brien dan Marakas, sistem informasi dapat merupakan kombinasi terkelola dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber data

Lebih terperinci

Capability Maturity Model Integration (CMMI)

Capability Maturity Model Integration (CMMI) Capability Maturity Model Integration (CMMI) MAKALAH Eka Saputra Destilvianus (321110012) Jonathan Hendry Gunawan (321110013) Margaretha Felicia (321110017) SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Enterprise Architecture Planning

Enterprise Architecture Planning Enterprise Architecture Planning Maturity Model TKB5354 Perancangan Arsitektur Enterprise Chalifa Chazar www.script.id chalifa.chazar@gmail.com Masalah Kemampuan arsitektur untuk berubah sering ditentukan

Lebih terperinci

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

REKAYASA PERANGKAT LUNAK MODUL 2 REKAYASA PERANGKAT LUNAK Tujuan : lunak Mahasiswa mengenal dan memahami konsep dasar kerekayasaan perangkat Materi : Pandangan umum tentang rekayasa perangkat lunak Proses, metode dan alat bantu

Lebih terperinci

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration (CMMI) Untuk Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak (Studi Kasus: Sistem Informasi Akademik Universitas Negeri Manado) 1 Alfrina Mewengkang Program Studi

Lebih terperinci

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI Linda Hadi dan Achmad Holil Noor Ali Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Email: l1nd4083@yahoo.com;

Lebih terperinci

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI ABSTRAK Pembangunan sistem informasi di Universitas X dilakukan dengan tidak menggunakan manajemen proyek yang

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5 Rahmi Eka Putri Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Andalas e-mail : rahmi230784@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam suatu perusahaan memerlukan biaya yang besar dan memungkinkan terjadinya resiko kegagalan yang cukup tinggi. Di sisi lain

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tata kelola departemen TI Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai mencerminkan perubahan bisnis dan kondisi pasar serta isu-isu yang berkembang (D.Lutchen,

Lebih terperinci

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT) BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT) Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA Satrio Arto Santoso (1), Ford Lumban Gaol (2) Bina Nusantara University,

Lebih terperinci

MANUAL MUTU No. MM 7.3

MANUAL MUTU No. MM 7.3 1 / 1. Ruang Lingkup Bagian ini menerangkan tentang : Perencanaan desain dan pengembangan Masukan desain dan pengembangan Keluaran desain dan pengembangan Tinjauan desain dan pengembangan Verifikasi desain

Lebih terperinci

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan IMPLEMENTASI CMMI PADA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN MATAKULIAH SKRIPSI, KERJA PRAKTIK, DAN PEMROGRAMAN TERINTEGRASI TERAPAN DI PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI UKDW Agoeng Bhimasta Yetli Oslan Abstrak Manajemen

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

METODE UNTUK MENILAI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN KUALITAS INFORMASI. M. Rachmat Gunawan Chomsa Hidayat Ahmad Sugiana

METODE UNTUK MENILAI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN KUALITAS INFORMASI. M. Rachmat Gunawan Chomsa Hidayat Ahmad Sugiana CALDEA DAN EVAMECAL METODE UNTUK MENILAI TINGKAT KEMATANGAN MANAJEMEN KUALITAS INFORMASI M. Rachmat Gunawan Chomsa Hidayat Ahmad Sugiana Studi Kasus PT Kereta Api Indonesia Sekilas PT KAI Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC)

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC) System Development Life Cycle (SDLC) Software Proses Planning Implementation Analysis Design Pengembangan Perangkat Lunak Sebuah Lapisan Teknologi Model Proses Perangkat Lunak 1. Linear Sequential Model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang identifikasi kendali dan memperkirakan resiko, mengumpulkan bukti, mengevaluasi temuan, sampai dengan membuat rekomendasi audit pengembangan teknologi

Lebih terperinci

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV I Putu Dedy Sandana 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT

SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Karya Ilmiah E-Business SAP PRODUCT LIFECYCLE MANAGEMENT Manajemen Siklus Hidup Produk SAP Disusun oleh : Nama : Achmad Mustagfiri NIM : 09.11.2962 Kelas : 09-S1TI-06 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi Selamat Datang di Pelatihan IAPMO R&T Registration Services ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi QMS-100, Rev 1, dated 2/20/2015 1 Agenda Pengenalan Annex SL Perubahan ISO 9001 Ringkasan QMS-100,

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom 1 Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3 Heru Lestiawan, M.Kom Learning Objectives 2 Menggambarkan suatu kerangka keseluruhan untuk manajemen integrasi proyek yang berkaitan dengan bidang pengetahuan

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu Lampiran LAMPIRAN A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH Proses TI PO - Menetapkan Rencana Strategis IT Perencanaan strategis TI diperlukan untuk mengelola dan mengarahkan semua sumber daya TI sesuai dengan

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan yang semakin kompetitif dalam dunia pendidikan terutama bagi Akademi yang dikelola oleh masyarakat (Swasta), menuntut pihak pengelola untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Quality Management Perusahaan yang sukses memahami untuk menguasai bisnis hal yang paling berpengaruh ditentukan oleh pelanggan yang kini sudah mengutamakan kualitas (Reid

Lebih terperinci

PERANAN TEAM SOFTWARE PROCESS PADA REKAYASA PERANGKAT LUNAK

PERANAN TEAM SOFTWARE PROCESS PADA REKAYASA PERANGKAT LUNAK PERANAN TEAM SOFTWARE PROCESS PADA REKAYASA PERANGKAT LUNAK Suhatati Tjandra Teknik Informatika dan Komputer Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: tati@stts.edu ABSTRAK Semakin berkembangnya dunia industrialisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

Teknik Informatika S1

Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Pengertian Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa Perangkat Lunak Software Process (1) Disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari tahap awal spesifikasi,

Lebih terperinci

Audit SI/TI Berbasis Cobit

Audit SI/TI Berbasis Cobit Audit SI/TI Berbasis Cobit Pertemuan ke 11 Mata Kuliah Tata Kelola dan Audit Sistem Informasi Diema Hernyka S, M.Kom Cobit Maturity Model (Tahap 1) Outline : Definisi Cobit Maturity Model Cobit Maturity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Sistem Informasi Information System (IS) atau yang dikenal dengan Sistem Informasi (SI) oleh Oetomo (2002, p11) didefinisikan sebagai kumpulan elemen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah Organisasi. Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Organisasi Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma) adalah perusahaan yang menyediakan end-to-end ICT Solutions. Memperkerjakan

Lebih terperinci

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University

Ratna Wardani. Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University Ratna Wardani Department of Electronic Engineering Yogyakarta State University S/W Process Model Tahapan S/W Process Model Proses S/W Materi Model Waterfall Model Prototype Model Rapid Application Development

Lebih terperinci

MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK

MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK MINGGU KE-9 MANAJEMEN MUTU PROYEK Menurut organisasi internasional untuk standarisasi, ISO, mutu didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik dari suatu kesatuan yang membawa kepada kemampuan pencapaian

Lebih terperinci

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology Nama lain COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC The Committee of Capability Maturity Model Code of Practice Sponsoring Organization Integration Control Objectives for Information and Related Technology Pengembang

Lebih terperinci

Catatan Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Bagian 1

Catatan Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Bagian 1 Catatan Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Bagian 1 with permission by R.S. Pressman & Associates, Inc., copyright 1996, 2001, 2005 1 Software Engineering: A Practitioner s Approach,

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan topik di tata kelola COBIT, ada beberapa penelitian yang terkait dengan COBIT, terutama pada domain deliver, support and service, diantaranya

Lebih terperinci

KONVERSI SISTEM INFORMASI

KONVERSI SISTEM INFORMASI KONVERSI SISTEM INFORMASI Oleh : R. Muh. Angga Bagus P. NRP P056134042.54E Memenuhi Tugas Mata Sistem Informasi Manajemen Dosen Pengampu : Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc. (CS) Penyerahan Tugas : 05 Januari

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan

Lebih terperinci

COBIT 5: ENABLING PROCESSES

COBIT 5: ENABLING PROCESSES COBIT 5: ENABLING PROCESSES COBIT 5: Enabling Processes (cont.) Source: COBIT 5, figure 29. 2012 ISACA All rights reserved. 2 Enabling Process COBIT 5 cont... Stakeholder : tiap proses memiliki stakeholder

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KEMATANGAN TIGA PROSES AREA LEVEL 2 CMMI VERSI 1.2 PADA SMALL INDEPENDENT SOFTWARE VENDOR DI INDONESIA (STUDI KASUS: INOVASIA)

PENILAIAN TINGKAT KEMATANGAN TIGA PROSES AREA LEVEL 2 CMMI VERSI 1.2 PADA SMALL INDEPENDENT SOFTWARE VENDOR DI INDONESIA (STUDI KASUS: INOVASIA) PENILAIAN TINGKAT KEMATANGAN TIGA PROSES AREA LEVEL 2 CMMI VERSI 1.2 PADA SMALL INDEPENDENT SOFTWARE VENDOR DI INDONESIA (STUDI KASUS: INOVASIA) THE ASSESSMENT OF THREE PROCESS AREAS IN MATURITY LEVEL

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat membantu meningkatkan

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #12 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #12 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #12 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan, komponen, penyimpanan, dan tatakelola arsitektur TOGAF dalam rangka pengembangan dokumen

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

PENILAIAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA APLIKASI CSBO DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.0

PENILAIAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA APLIKASI CSBO DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.0 PENILAIAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA APLIKASI CSBO DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.0 Nur Aeni Hidayah 1, Zainuddin Bey Fananie 2, Mirza Hasan Siraji 3 1 Prodi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan 1 BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan dampak pada berkembangnya proses bisnis. Proses bisnis dengan dukungan TI dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi

Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi Perbedaan Pengembangan Software Dan Pengembangan Sistem Informasi a. Pengembangan Sistem Informasi Sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. sistem guna meminimalkan risiko kegagalan yang disebabkan oleh manajemen

BAB III METODOLOGI. sistem guna meminimalkan risiko kegagalan yang disebabkan oleh manajemen BAB III METODOLOGI 3.1 KERANGKA BERPIKIR Evaluasi SDLC merupakan proses pengendalian tahapan pengembangan sistem guna meminimalkan risiko kegagalan yang disebabkan oleh manajemen proyek yang buruk. Area

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Persoalan tata kelola TI menyangkut beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membantu analisis dan pengembangan solusi. Beberapa hal yang akan mendasari untuk membantu pencapaian

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) dalam perusahaan saat ini tidak lagi dipandang hanya sebagai penyedia layanan saja, tetapi lebih jauh lagi penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada

ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada manajemen pelayanan teknologi informasi sehingga suatu

Lebih terperinci

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010

Tujuan Perkuliahan. PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Agenda. Definisi Software (Perangkat Lunak) Lunak) 23/09/2010 Tujuan Perkuliahan PENGANTAR RPL (Pert. 2 chapter 1 Pressman) Oleh : Sarwosri, S.Kom, M.T. Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc. Memberikan gambaran tentang perangkat lunak, rekayasa perangkat lunak. Memberikan

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN Munirul Ula, Muhammad Sadli Dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa pada era persaingan global, kebutuhan Teknologi Informasi (TI) sangat penting untuk menunjang kegiatan bisnis pada perusahaan, karena TI

Lebih terperinci

BAB V. VALIDASI DAN ANALISA

BAB V. VALIDASI DAN ANALISA BAB V. VALIDASI DAN ANALISA 5.1 Analisa Deskriptif terhadap Hasil Implementasi Hasil implementasi pekerjaan yang direpresentasikan melalui perhitungan persentase tingkat layanan yang dipaparkan pada Bab

Lebih terperinci

A Layered Technology

A Layered Technology Proses N. Tri Suswanto Saptadi Teknik Informatika http://trisaptadi.uajm.ac.id 02/28/11 nts/sb/tiuajm 1 A Layered Technology Software Engineering tools methods process model a quality focus These courseware

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK & REKAYASA PERANGKAT LUNAK

PERANGKAT LUNAK & REKAYASA PERANGKAT LUNAK REKAYASA PERANGKAT LUNAK LANJUT PERANGKAT LUNAK & REKAYASA PERANGKAT LUNAK Defri Kurniawan M.Kom Refrensi content Why Software Engineering Perangkat Lunak (PL) Definisi Jenis-jenis berdasarkan Market,

Lebih terperinci

AUDIT SISTEM INFORMASI RSUD SLEMAN UNTUK MONITORING DAN EVALUASI KINERJA SISTEM

AUDIT SISTEM INFORMASI RSUD SLEMAN UNTUK MONITORING DAN EVALUASI KINERJA SISTEM AUDIT SISTEM INFORMASI RSUD SLEMAN UNTUK MONITORING DAN EVALUASI KINERJA SISTEM Beni Suranto 1, Farah Fauziyah Hanum, Kholid Haryono 3 1,,3 Jurusan Teknik Informatika Universitas islam Indonesia Jl. Kaliurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sub bab berikut menjelaskan mengenai profil objek penelitian, logo, visi, struktur organisasi, lingkup usaha, dan produk. 1.1.1 Profil Objek Penelitian

Lebih terperinci

Pertemuan 11 Manajemen Risiko

Pertemuan 11 Manajemen Risiko Pertemuan 11 Manajemen Risiko Tujuan Memahami konsep manajemen risiko Memahami sumber-sumber risiko Dapat memodelkan risiko dan membuat contingency plan. Risiko Masalah yang belum terjadi Kenapa menjadi

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Minggu 2

Manajemen Proyek Minggu 2 Project Management Process Manajemen Proyek Minggu 2 Danny Kriestanto, S.Kom., M.Eng Initiating / Requirement :...awal siklus! Planning : perencanaan... Executing : Lakukan! Monitoring and Controlling

Lebih terperinci

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis.. Penyelenggaraan LPSE Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia No.

Lebih terperinci

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL

Pertemuan 3. Manajemen Proyek Perangkat Lunak. Proses Dalam Manajemen PL Pertemuan 3 Manajemen Proyek Perangkat Lunak Proses Dalam Manajemen PL Manajemen proyek merupakan lapisan pertama dalam proses rekayasa perangkat lunak skala besar. Untuk menuju pada proyek yang berhasil,

Lebih terperinci

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan Apa itu SML? Suatu sistem untuk mengevaluasi resiko lingkungan sehingga dapat dikelola dengan cara yang konsisten. Prosesnya sistematis dan komprehensif, meliputi

Lebih terperinci

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai

Lebih terperinci

Inititating Process Group

Inititating Process Group Inititating Process Group PROJECT INTEGRATION MANAGEMENT & PROJECT SCOPE MANAGEMENT Onah Siti Fatonah, S.Kom Dilakukan untuk mendefinisikan projek baru atau fase baru dari proyek yang sudah ada dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

Assessment of Water Quality Information System through Measurement Framework of ISO 15504

Assessment of Water Quality Information System through Measurement Framework of ISO 15504 Jurnal Ilmiah ESAI Volume 9, No.1, Januari 2015 ISSN No. 1978-6034 Assessment of Water Quality Information System through Measurement Framework of ISO 15504 Penilaian Sistem Informasi Kualitas Air dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang analisa hasil dan pembahasan dari tahap perencanaan audit, tahap persiapan audit, tahap pelaksanaan audit kontrol akses sistem informasi, serta

Lebih terperinci

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas Mercu Buana Yogyakarta Dosen Pengampu: Anief Fauzan Rozi, S.Kom., M.Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Email: anief.umby@gmail.com Website: http://anief.mercubuana- yogya.ac.id 3/14/16 Manajemen Proyek IT - Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah penelitian terdahulu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan dipaparkan sejumlah penelitian terdahulu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Fokus utama usulan penelitian adalah melakukan adaptasi model pengukuran tingkat kematangan infrastruktur TI dan melakukan evaluasi ke obyek penelitian. Pada bagian ini akan dipaparkan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR AUDIT SI Pertemuan - 01

DASAR-DASAR AUDIT SI Pertemuan - 01 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Integrity Professionalism Entrepreneurship DASAR-DASAR AUDIT SI Pertemuan - 01 PENGENALAN KONTROL DAN AUDIT TEKNOLOGI INFORMASI : Mengapa Kontrol Dan Audit Teknologi Informasi

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Manajemen Proyek (2) Rekayasa Perangkat Lunak

Pertemuan 4 Manajemen Proyek (2) Rekayasa Perangkat Lunak Pertemuan 4 Manajemen Proyek (2) Rekayasa Perangkat Lunak Pengukuran dan kualitas proyek Pengukuran/metrik dalam software engineering didefinisikan oleh IEEE Glossary of SE sebagai: a quantitative mesaure

Lebih terperinci

Defri Kurniawan, M.Kom

Defri Kurniawan, M.Kom Review & Motivation Software Engineering Defri Kurniawan, M.Kom 1 Content Why Software Engineering? Definisi Software Engineering Peranan Perangkat Lunak Disiplin ilmu Software Engineering 2 WHY SOFTWARE

Lebih terperinci

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas)

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas) What is quality? The International Organization for Standardization (ISO) defines quality as the degree to which a set of inherent characteristics fulfils requirements

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci