III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 39 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penelusuran data dan informasi dimulai dari tingkat provinsi sampai tingkat desa yang secara administrasi termasuk dalam desa inti. Lokasi sampel berada pada empat desa di tiga kecamatan yang secara administrasi melingkupi kawasan Danau Rawa Pening, yaitu Desa Tuntang (Kecamatan Tuntang), Desa Rowoboni, Desa Kebondowo (Kecamatan Banyubiru), dan Desa Bejalen (Kecamatan Ambarawa). Peta lokasi penelitian ini disajikan pada Lampiran 1. Pengambilan data primer melalui wawancara dengan stakeholders dan diskusi mendalam dengan responden pakar dilaksanakan selama empat bulan, yaitu dari bulan Juli sampai dengan Oktober Rancangan Penelitian Menurut jenisnya, penelitian ini dapat dikategorikan dalam jenis penelitian survai. Menurut Hasan (2002), penelitian survai yaitu penelitian untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok maupun suatu daerah. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan disain deskriptif. Menurut Umar (2002), penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bersifat paparan untuk mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam penelitian. Penelitian deskriptif mempelajari masalahmasalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. 3.3 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer di lapangan dilakukan dengan metode observasi, survai, dan diskusi mendalam dengan pakar. 1. Observasi dilakukan dengan pengamatan dan penilaian langsung terhadap kondisi biofisik danau dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada saat ini.

2 40 2. Survai dilakukan dengan wawancara terhadap sejumlah stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan Danau Rawa Pening. Teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan tertutup, terbuka, dan semi terbuka. 3. Diskusi mendalam dengan pakar dilakukan terhadap informan yang memiliki kompetensi dan pengalaman berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya danau. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan menganalisis hasil penelitian yang pernah dilakukan di lokasi penelitian, peraturan perundangan, serta laporan ilmiah dari berbagai institusi yang terkait dengan kajian penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan pada beberapa institusi terkait, yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Tengah, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Jragung Tuntang, Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang, Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, dan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 3.4 Metode Penentuan Wilayah Sampel Desa-desa yang termasuk dalam kategori desa inti di sekitar Danau Rawa Pening berjumlah 16 desa yang secara administrasi termasuk wilayah Kecamatan Tuntang, Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Ambarawa, dan Kecamatan Bawen. Sebanyak empat desa ditentukan secara purposive sampling sebagai sampel penelitian, yaitu Desa Tuntang (Kecamatan Tuntang), Desa Rowoboni dan Desa Kebondowo (Kecamatan Banyubiru), serta Desa Bejalen (Kecamatan Ambarawa). Beberapa pertimbangan dalam penentuan empat desa tersebut sebagai sampel penelitian adalah: 1. Representatif, yaitu karakteristik masyarakat desa sampel dianggap dapat merepresentasikan ciri-ciri populasi masyarakat sekitar Danau Rawa Pening. 2. Memadai, yaitu jumlah sampel dianggap cukup memadai untuk meyakinkan kestabilan ciri-ciri populasi masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening.

3 3.5 Metode Penentuan Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 118 orang, terdiri atas responden masyarakat pemanfaat sumberdaya (99 orang), pejabat instansi pemerintah (11 orang), stakeholders lain (3 orang), agen perubahan (2 orang), dan responden pakar (3 orang). Penentuan responden masyarakat pemanfaat sumberdaya dilakukan dengan metode random sampling. Dalam hal ini semua elemen populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Responden masyarakat adalah penduduk yang berdomisili di Desa Tuntang, Rowoboni, Kebondowo, dan Bejalen. Penentuan jumlah responden masyarakat pemanfaat sumberdaya yang disurvai dan diminta untuk mengisi kuesioner mengacu pada pendapat Slovin (1960) diacu dalam Hasan (2002), yaitu: N n = (1) 1 + Ne 2 Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir Jumlah populasi penduduk dari keempat desa studi adalah orang dengan sebaran Desa Tuntang (5.592 orang), Desa Rowoboni (2.317 orang), Desa Kebondowo (6.673 orang), dan Desa Bejalen (1.478 orang). Dengan menggunakan tingkat kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan dalam pengambilan sampel sebesar 10%, maka ukuran sampel masyarakat pemanfaat sumberdaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: n = (2) (0,1) n = (3) (0,01) n = (4) 161,6 n = 99,38

4 Dengan demikian ukuran sampel yang dibutuhkan untuk wawancara dengan responden masyarakat pemanfaat sumberdaya dalam penelitian ini adalah sejumlah 99 orang. Responden dari stakeholders pemerintah ditentukan secara purposive sampling. Metode penentuan berdasarkan penelusuran dari informasi terkait keterlibatan dan peran institusi responden dalam pengelolaan Danau Rawa Pening. Responden dari stakeholders pemerintah dalam penelitian ini berjumlah 11 orang seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah responden dari stakeholders pemerintah, Tahun 2010 No Stakeholders Pemerintah Jumlah 1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah 1 orang 2 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah 1 orang 3 Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Jawa Tengah 1 orang 4 Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana 1 orang 5 Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Jragung Tuntang 1 orang 6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Semarang 1 orang 7 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang 1 orang 8 Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang 1 orang 9 Desa Rowoboni, Kebondowo, dan Bejalen 3 orang Total 11 orang Responden dari kelompok stakeholders lain dan agen perubahan ditentukan secara purposive sampling. Responden dari stakeholders lain berjumlah 3 orang yang berasal dari PT. Sarana Tirta Ungaran (1 orang), PLTA Jelok Timo (1 orang), dan pelaku usaha lokal (1 orang). Selanjutnya responden dari agen perubahan berjumlah 2 orang yang berasal dari Pusat Studi dan Pengembangan Rawa Pening Universitas Kristen Satya Wacana (1 orang), serta dari Lembaga Swadaya Masyarakat Bina Swadaya (1 orang). Diskusi mendalam untuk merancang strategi pengelolaan kolaboratif dilakukan terhadap 3 pakar yang berasal dari instansi Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Jragung Tuntang (1 orang), Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang (1 orang), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (1 orang). Responden pakar ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan, yaitu (1) memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan kajian penelitian, (2) 42

5 memiliki pengalaman pekerjaan terkait dengan kajian penelitian, dan (3) memiliki pengalaman dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan, survai, dan diskusi mendalam dengan pakar kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian dan dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian Analisis Stakeholder Analisis stakeholder adalah sebuah prosedur untuk mendapatkan pemahaman terhadap suatu sistem melalui identifikasi pelaku-pelaku utama (key actors) atau pemangku utama (stakeholders) di dalam sistem dan mengidentifikasi keinginan-keinginan stakeholders terhadap sistem tersebut. Stakeholders adalah semua pihak yang mempengaruhi atau terkena pengaruh dari suatu kebijakan, keputusan dan aksi di dalam sistem. Unit stakeholders dapat berupa individu, kelompok sosial atau komunitas dari berbagai tingkatan dalam masyarakat (Grimble dan Chan 1995). Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas stakeholders kunci serta melakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan pengaruhnya dalam pengelolaan Danau Rawa Pening. Alat yang digunakan dalam melakukan analisis stakeholders adalah stakeholders grid dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel. Selanjutnya jawaban penilaian terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh dari masing-masing stakeholders dipetakan sehingga membentuk matriks seperti diilustrasikan pada Gambar 7. Menurut Adrianto (2010), untuk melaksanakan analisis stakeholder dalam metode Participatory Rural Appraisal (PRA) diperlukan alat bantu sebagai berikut: 1. Peta lokasi yang menyediakan uraian tentang distribusi sumberdaya dan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya. 2. Kalender kegiatan untuk memetakan dan menjadwalkan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya. 3. Daftar rangking untuk mengevaluasi dan menentukan pihak yang paling terpengaruh oleh kegiatan pengelolaan.

6 44 Tinggi SUBJECTS PLAYERS Kepentingan BYSTANDERS ACTORS Rendah Rendah Pengaruh Tinggi Gambar 7 Matriks hasil analisis stakeholders (Grimble dan Chan 1995) Posisi kuadran seperti disajikan pada Gambar 7 menggambarkan peranan dari masing-masing stakeholders dalam pengelolaan kolaboratif. Kuadran subjects merupakan kelompok stakeholders yang memiliki kepentingan tinggi dengan tingkat pengaruh rendah, kuadran players memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi, kuadran actors memiliki kepentingan yang rendah dengan pengaruh tinggi, dan kuadran bystanders mewakili kelompok stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh rendah Analisis Kebergantungan Masyarakat Data yang berkaitan dengan tingkat kebergantungan masyarakat terhadap sumberdaya danau dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, termasuk hubungan, kegiatan, sikap, serta pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Tingkat kebergantungan masyarakat atau perceived value of dependency terhadap sumberdaya danau dinilai berdasarkan distribusi jenis mata pencaharian, pendapatan masyarakat, dan tingkat partisipasi masyarakat Analisis Kerentanan Masyarakat Analisis kerentanan masyarakat dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan mengidentifikasi tingkat pertumbuhan populasi penduduk, degradasi lahan terbangun, dan keterbukaan ekonomi. Uraian dari masing-masing tahapan dalam analisis kerentanan masyarakat adalah sebagai berikut.

7 45 1) Pertumbuhan Populasi Penduduk Indeks populasi penduduk merupakan ukuran tekanan keberadaan populasi penduduk terhadap lingkungan dalam waktu tertentu. Dalam hal ini, populasi penduduk dihitung pada empat kecamatan yang secara administratif melingkupi kawasan Danau Rawa Pening, yaitu Kecamatan Tuntang, Banyubiru, Ambarawa, dan Bawen. Untuk menghitung indeks pertumbuhan populasi penduduk digunakan formulasi Dahl (1986) diacu dalam Rahman (2009), yaitu: NA it Trend i,t-1 PopI it = X (5) 50 2 dimana: PopI it : tekanan populasi kecamatan i pada tahun t NA it : rata-rata populasi per km 2 kecamatan i pada tahun t Trend i,t-1 : pertumbuhan populasi per tahun pada kecamatan i 50, 2 : konstanta Secara konsisten, bahwa semakin tinggi nilai pertumbuhan penduduk, maka semakin tinggi nilai indeks pertumbuhan populasi penduduk. Hal ini berarti bahwa semakin berbahaya wilayah tersebut dalam hal tekanan pertumbuhan populasi penduduk. 2) Degradasi Lahan Terbangun Indeks degradasi lahan terbangun dihitung dengan membandingkan luas lahan terbangun di tingkat kecamatan dengan luas wilayah kecamatan. Degradasi lahan disebabkan oleh aktivitas penduduk, terutama terkait dengan permukiman dan pembangunan fasilitas lainnya. Nilai indeks degradasi lahan terbangun pada masing-masing kecamatan studi dihitung dengan menggunakan persamaan: LT i DLT i = X 100 (6) A i dimana: DLT : degradasi lahan terbangun (%) LT : luas lahan terbangun (km 2 ) A : luas kecamatan (km 2 ) i : nama kecamatan

8 46 3) Keterbukaan Ekonomi Indeks keterbukaan ekonomi dihitung dengan mengukur rasio rerata nilai perdagangan masuk (inflow) dan perdagangan keluar (outflow) pada waktu t di kecamatan i terhadap jumlah keseluruhan GDP kecamatan i pada waktu t. Untuk menghitung indeks keterbukaan ekonomi pada masing-masing kecamatan studi dengan mengacu formulasi Adrianto dan Matsuda (2004), yaitu: M it + X it ET it = X 100 (7) 2GDP it dimana: ET it : tingkat keterbukaan ekonomi kecamatan i tahun t M it : total nilai perdagangan inflow kecamatan i pada tahun t. X it : total perdagangan outflow kecamatan pada tahun t. GDP it : GDP dari kecamatan i pada tahun t Tahap selanjutnya adalah melakukan standarisasi terhadap semua variabel indeks kerentanan untuk menyamakan satuan unit-unit yang digunakan dalam pengukuran tingkat kerentanan. Standarisasi variabel indeks kerentanan dengan menggunakan formulasi Briguglio (1995); Atkinson et al. (1997) diacu dalam Adrianto dan Matsuda (2004), yaitu: X ij Min X j SV ij =, 0 SV ij 1 (8) MaxX j MinX j j = 1, 2, 3 (PopI, DLT, ET) dimana: SV ij : standarisasi variabel j untuk kecamatan i X ij : nilai dari variabel j untuk kecamatan i MinX j : nilai minimum dari variabel j untuk semua kecamatan di dalam indeks MaxX j : nilai maksimum dari variabel j untuk semua kecamatan di dalam indeks PopI : tekanan populasi penduduk kecamatan i DLT : degradasi lahan terbangun kecamatan i ET : keterbukaan ekonomi kecamatan i Penentuan tingkat kerentanan dalam penelitian ini menggunakan metode yang dikembangkan Briguglio (1995); Adrianto dan Matsuda (2002, 2004), dimana tingkat kerentanan ditentukan secara kuantitatif dan kualitatif berdasarkan

9 47 nilai komposit indeks kerentanan atau Composite Vulnerability Index (CVI) yang memiliki kisaran dari 0 hingga 1 atau 0 CVI 1. Dalam hal ini, nilai CVI yang mendekati batas bawah memiliki tingkat kerentanan rendah, nilai sekitar pertengahan memiliki tingkat kerentanan sedang, dan nilai yang mendekati batas atas memiliki tingkat kerentanan tinggi Analisis Resiliensi Pengelolaan resiliensi bertujuan menghindarkan sistem sosial-ekologi berpindah ke formasi yang tidak dikehendaki dengan bergantung pada kemampuan sistem dalam menanggulangi gangguan eksternal dan ketidakpastian. Hal ini diperoleh dengan melakukan analisis resiliensi sosial-ekologi dengan mengacu konsep yang dikembangkan Walker et al. (2002). Terdapat empat tahap dalam melakukan analisis resiliensi dengan masukan dari stakeholders untuk menghasilkan tindakan pengelolaan, seperti disajikan pada Gambar 8. Tahap 1 Deskripsi Sistem: Proses Kunci, Ekosistem, Struktur dan Pelaku Tahap 2 Mengkaji Kejutan Eksternal Mengkaji Kebijakan Masuk Akal Mengkaji Visi 3 5 skenario Tahap 3 Analisis Resiliensi Integrasi Teori Tahap 4 Evaluasi Stakeholders (Proses dan Produk) Tindakan Pengelolaan dan Kebijakan Gambar 8 Tahapan analisis resiliensi (Walker et al. 2002)

10 48 Gambar 8 menunjukkan, bahwa analisis resiliensi dimulai dengan mendeskripsikan sistem, baik ekosistem danau maupun masyarakat sekitar danau. Deskripsi sistem bertujuan untuk mengembangkan suatu model konseptual dari sistem sosial-ekologi berdasarkan masukan dari stakeholders. Tahap selanjutnya adalah mengkaji gangguan yang bersifat eksternal, termasuk hasil yang tidak terkontrol dan pemicu lainnya yang bertujuan untuk mengembangkan batasan skenario di masa depan. Selanjutnya dari tahap 1 dan 2 dihasilkan dua informasi, yaitu isu utama tentang kondisi sistem di masa depan, serta bagaimana sistem dapat menyesuaikan terhadap pengaruh perubahan. Tahapan pada analisis resiliensi bertujuan mengidentifikasi variabel penggerak dan proses dalam sistem yang dianggap penting oleh stakeholders. Tahap akhir dari analisis resiliensi adalah evaluasi terhadap seluruh proses untuk menghasilkan tindakan pengelolaan dan kebijakan Analisis Interpretative Structural Modelling (ISM) Teknik permodelan Interpretative Structural Modelling (ISM) adalah proses pengkajian kelompok, dimana model-model struktural dihasilkan guna menganalisis perihal yang kompleks dari sebuah sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat (Eryatno dan Sofyar 2007). Dalam penelitian ini, prosedur teknik permodelan dilakukan dengan mengacu metode yang dikembangkan Saxena et al. (1992); Marimin (2004); Eryatno dan Sofyar (2007) dengan perangkat lunak Modul ISM VAXO. Elemen-elemen yang distrukturisasi mencakup elemen (1) kelompok masyarakat yang terpengaruh, (2) kendala utama dalam pengelolaan, (3) tujuan pengelolaan, (4) lembaga yang terlibat dalam pengelolaan, serta (5) aktivitas pengembangan dalam pengelolaan (Saxena 1992). Elemen-elemen tersebut dijabarkan ke dalam sub-elemen pengembangan yang diperoleh dari proses pengkajian literatur, wawancara dengan stakeholders, dan diskusi dengan pakar. Setelah sub-elemen pada masing-masing elemen teridentifikasi, selanjutnya ditetapkan hubungan kontekstual antara sub-elemen yang terkandung adanya suatu pengarahan dalam terminologi sub-ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan. Keterkaitan antar sub-elemen pada perbandingan

11 49 berpasangan dilakukan oleh pakar. Apabila jumlah pakar lebih dari satu, maka dilakukan perataan. Penilaian hubungan kontekstual pada matriks perbandingan berpasangan menggunakan simbol V, A, X, atau O, dimana: V adalah jika elemen e ij = 1 dan e ji = 0 A adalah jika elemen e ij = 0 dan e ji = 1 X adalah jika elemen e ij = 1 dan e ji = 1 O adalah jika elemen e ij = 0 dan e ji = 0 Pengertian nilai e ij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i dan ke-j, sedangkan nilai e ij = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara sub-elemen ke-i dan ke-j. Hasil penilaian tersebut disusun dalam Structural Self Interaction Matrix (SSIM) yang dibuat dalam bentuk tabel Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Selanjutnya matriks tersebut dikoreksi sampai menjadi matriks tertutup yang memenuhi aturan transitivitas, yaitu memenuhi kelengkapan dari lingkaran hubungan sebab-akibat. Klasifikasi sub-elemen mengacu pada hasil olahan dari Reachability Matrix (RM) yang telah memenuhi aturan transitivitas. Hasil olahan tersebut diperoleh nilai Driver-Power (DP) dan Dependence (D) untuk menentukan klasifikasi sub-elemen. Secara garis besar, klasifikasi sub-elemen digolongkan dalam empat sektor, yaitu: 1) Sektor 1: weak driver-weak dependent variables (AUTONOMOUS). Subelemen yang termasuk dalam sektor ini pada umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai sedikit hubungan, walaupun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sub-elemen yang masuk pada sektor 1 jika nilai DP 0,5X dan nilai D 0,5X (X adalah jumlah sub-elemen). 2) Sektor 2: weak driver-strongly dependent variables (DEPENDENT). Subelemen yang termasuk dalam sektor ini adalah sub-elemen tidak bebas. Subelemen yang masuk pada sektor 2 jika nilai DP 0,5X dan nilai D>0,5X (X adalah jumlah sub-elemen). 3) Sektor 3: strong driver-strongly dependent variables (LINKAGE). Subelemen yang termasuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antara sub-elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub-elemen akan memberikan dampak pada sub-elemen lainnya dan pengaruh umpan

12 50 baliknya dapat memperbesar dampak. Sub-elemen yang masuk pada sektor 3 jika nilai DP>0,5X dan nilai D>0,5X (X adalah jumlah sub-elemen). 4) Sektor 4: strong driver-weak dependent variables (INDEPENDENT). Subelemen yang termasuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Sub-elemen yang masuk pada sektor 4 jika nilai DP>0,5X dan nilai D 0,5X (X adalah jumlah sub-elemen). 3.7 Definisi Operasional Definisi operasional dari beberapa kata atau istilah yang digunakan dalam disertasi ini adalah: 1. Kebergantungan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perceived value of dependency terhadap sumberdaya danau. Dalam hal ini masyarakat memiliki kebergantungan terhadap sumberdaya danau berdasarkan kriteria 1 (sangat rendah), 2 (rendah), 3 (cukup tinggi), 4 (tinggi), dan 5 (sangat tinggi). 2. Kerentanan memiliki empat atribut, yaitu (1) dinyatakan dalam satu atau lebih parameter yang terukur, (2) parameter tersebut terhubung ke sasaran keberlanjutan, (3) parameter memiliki suatu skala geografis yang sesuai, serta (4) parameter memiliki dimensi waktu yang relevan. Penentuan tingkatan kerentanan secara kuantitatif dan kualitatif didasarkan pada nilai komposit indeks kerentanan (CVI) yang memiliki kisaran nilai dari 0 hingga 1 (0 CVI 1). Nilai yang mendekati batas bawah memiliki tingkat kerentanan rendah, nilai sekitar pertengahan dengan tingkat kerentanan sedang, selanjutnya nilai yang mendekati batas atas memiliki tingkat kerentanan tinggi (Adrianto dan Matsuda 2002, 2004). 3. Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki tujuan yang bertentangan (Jamil 2007). Konflik dalam pemanfaatan sumberdaya alam memiliki banyak dimensi dan dapat terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari dalam rumah tangga kepada masyarakat, wilayah, atau masyarakat dalam skala global (Pomeroy dan Rivera-Guieb 2006).

13 51 4. Organisasi adalah kumpulan dari orang-orang yang terhimpun dalam suatu ikatan, dalam satuan waktu yang relatif permanen, memiliki tujuan yang ingin dicapai, memiliki aturan untuk pencapaian tujuan yang telah dirumuskan, dan memiliki anggota serta pengurus (Hubeis 2010). 5. Resiliensi merupakan ukuran seberapa cepat sistem dapat kembali pada kondisi keseimbangan setelah adanya gangguan. Resiliensi sebagai ukuran seberapa jauh sistem dapat terganggu tanpa pergeseran ke rejim yang berbeda (Walker et al. 2006). 6. Sistem sosial-ekologi merupakan unit ekosistem yang dihubungkan dan dipengaruhi oleh satu atau lebih sistem sosial (Anderies et al. 2004). 7. Stakeholders adalah semua pihak yang mempengaruhi atau terkena pengaruh dari suatu kebijakan, keputusan dan aksi di dalam sebuah sistem. Unit stakeholders dapat berupa individu, kelompok sosial atau komunitas dalam berbagai tingkatan di masyarakat (Grimble dan Chan 1995).

VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING

VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING 86 VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING 6.1 Identifikasi Stakeholders dalam Pengelolaan Danau Rawa Pening Secara umum, stakeholders kunci yang terlibat dalam pengelolaan Danau Rawa

Lebih terperinci

KETERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU: KASUS DANAU RAWA PENING

KETERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU: KASUS DANAU RAWA PENING Media Konservasi Vol. 16, No. 3 Desember 2011 : 114 121 KETERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU: KASUS DANAU RAWA PENING (Dependency and Vulnerability of Community on Lake Resources:

Lebih terperinci

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU 70 5.1 Kebergantungan Masyarakat terhadap Danau Rawa Pening Danau Rawa Pening memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran.

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran. 104 VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK Abstrak Industri pengolahan minyak, transportasi kapal di pelabuhan serta input minyak dari muara sungai menyebabkan perairan Selat

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013 Analisis Terhadap Kendala Utama Serta Perubahan yang Dimungkinkan dari Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Ziarah Umat Katholik Gua Maria Kerep Ambarawa Ari Wibowo 1) *, Boedi Hendrarto 2), Agus Hadiyarto

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DANAU BERBASIS CO-MANAGEMENT: KASUS RAWA PENING Lake Management Based on Co-management: Case of Rawa Pening

PENGELOLAAN DANAU BERBASIS CO-MANAGEMENT: KASUS RAWA PENING Lake Management Based on Co-management: Case of Rawa Pening PENGELOLAAN DANAU BERBASIS CO-MANAGEMENT: KASUS RAWA PENING Lake Management Based on Co-management: Case of Rawa Pening Partomo 1, Sjafri Mangkuprawira 2, Aida Vitayala S. Hubeis 3, Luky Adrianto 4 1)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan lokasi meliputi kawasan DKI Jakarta dan Perairan Teluk Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Agustus 005-April 006. Teluk Jakarta,

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORETIS

III. LANDASAN TEORETIS III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TNKL (Gambar 3) dengan pertimbangan bahwa (1) TNKL memiliki flora dan fauna endemik Flores yang perlu dipertahankan

Lebih terperinci

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1)

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1) Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 26-37 STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT ABSTRACT Syahril Nedi 1) 1) Staf Pengajar Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU

VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 137 VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 7.1 Pendahuluan Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sumberdaya alam milik bersama atau Common pool resources (CPRs). Sebagai CPRs,

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG Agus Susanto FMIPA Universitas Terbuka Email Korespondensi: Sugus_susanto@yahoo.com ABSTRAK Kota Semarang yang

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 27 III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol

Lebih terperinci

Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi)

Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Institutional Analysis of Agroindustrial Development (A Case Study at Tebo egency, Jambi) Ammar Sholahuddin Peneliti Kelembagaan

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

V. ANALISIS KEBIJAKAN

V. ANALISIS KEBIJAKAN V. ANALISIS KEBIJAKAN 5.1. Pendekatan Kebijakan Kegiatan pertambangan mineral di Kabupaten Mimika secara signifikan telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, pemerintah daerah dan pusat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix 1. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Formulasi Permasalahan... 8 1.3.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN SITU BERKELANJUTAN (STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN)

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN SITU BERKELANJUTAN (STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN) ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN SITU BERKELANJUTAN (STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN) Agus Susanto Prodi Perencana Wilayah dan Kota FMIPA-UT Email: sugus.susanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sosial (social development); pembangunan yang berwawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terkenal dengan potensi sumber daya alamnya yang melimpah. Namun, sering ditemukan pemanfaatan sumber daya alam oleh pelaku pembangunan yang hanya berorientasi

Lebih terperinci

MODEL PENGELOLAAN KOLABORATIF PERAIRAN UMUM DARATAN DI DANAU RAWA PENING PROVINSI JAWA TENGAH PARTOMO

MODEL PENGELOLAAN KOLABORATIF PERAIRAN UMUM DARATAN DI DANAU RAWA PENING PROVINSI JAWA TENGAH PARTOMO i MODEL PENGELOLAAN KOLABORATIF PERAIRAN UMUM DARATAN DI DANAU RAWA PENING PROVINSI JAWA TENGAH PARTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan perairan umum daratan yang memiliki fungsi penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia. Secara umum, danau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi ekologi

Lebih terperinci

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data BAB III DESAIN RISET Desain penelitian merupakan kerangka atau rancangan penelitian yang meliputi segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam memecahkan atau menjawab rumusan permasalahan

Lebih terperinci

PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM)

PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) Arie Dharmaputra Mirah Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 ABSTRAK Sub

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Balong, Bungkal, Sambit, dan Sawoo dalam wilayah Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Penetapan

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Musiduga terletak di tiga kenagarian (struktur pemerintahan setingkat desa) Kenagarian Muaro, Kenagarian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Konsep mengenai strategi memiliki perbedaan pandangan atau konsep selama tiga dekade terakhir. Menurut Chandler (1962) dalam Rangkuti (2006) strategi adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi s Kobe Shipyard sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis diterjemahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan periode tahun 2009-2010 pada kawasan pengembangan perhutanan sosial yaitu Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Pulau Lombok Propinsi Nusa

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelah Selatan : Kecamatan Labuan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelah Selatan : Kecamatan Labuan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian berlokasi di kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Wilayah kecamatan Carita secara Geografis terletak antara 06 0 13 00 LS-

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena Experience

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL Pencapaian sasaran tujuan pembangunan sektor perikanan dan kelautan seperti peningkatan produktivitas nelayan dalam kegiatan pemanfaatan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER IX. STUKTUISASI PENGEMBANGAN AGOINDUSTI KOPI AKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBE 9.1. Pendahuluan Sistem pengolahan kopi obusta rakyat berbasis produksi bersih yang diupayakan untuk diterapkan di

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di enam pulau Kawasan Kapoposan Kabupaten Pangkep (Sulawesi Selatan) meliputi: (1) Pulau Kapoposan, (2) Pulau Gondongbali, (3) Pulau Pamanggangan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... viii 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan Penelitian... 5

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 Juni 2007. Beberapa pertimbangan penentuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi

Lebih terperinci

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial dalam penelitian ini adalah ; 1. Penelitian ini ditekankan pada pembahasan mengenai partisipasi

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN

MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN VI. MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN Analisis kebijakan menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan landasan bagi para pembuat kebijakan dalam membuat keputusan (Quade 1982).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian model pengelolaan energi berbasis sumberdaya alam di pulau kecil difokuskan kepada energi listrik. Penelitian dilaksanakan di gugus pulau

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S)

8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S) 8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S) PENERAPAN INTREPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DALAM PENENTUAN ELEMEN PELAKU DALAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SISTEM BAGI HASIL PETANI KOPI

Lebih terperinci

VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL

VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL Abstrak Besarnya potensi gas yang dimiliki Indonesia dan semakin menurunnya produksi bahan bakar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Manokwari (BBTNTC, DKP Provinsi Papua Barat, Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat) dan Kabupaten Teluk Wondama (Wasior,

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Lokasi penelitian adalah di Pantai Soge yang terletak di Dusun

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Elemen Kunci untuk Pengembangan Usaha dengan Metode Interpretative Structural Modelling (ISM) (Studi Kasus di KUD Dau, Malang)

Analisis Elemen Kunci untuk Pengembangan Usaha dengan Metode Interpretative Structural Modelling (ISM) (Studi Kasus di KUD Dau, Malang) Analisis Elemen Kunci untuk Pengembangan Usaha dengan Metode Interpretative Structural Modelling (ISM) (Studi Kasus di KUD Dau, Malang) Enggar D. Kartikasari 1), Wike A. P. Dania 2), Rizky L. R. Silalahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan 33 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan metode dengan informan, dan observasi. Data tentang karakteristik masyarakat lokal, tingkat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tanjung Medan Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu, sebagai tempat berlangsungnya objek penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survey sedangkan metodenya yaitu deskriptif analitis. Kerlinger (196) mengatakan bahwa penelitan survey adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

MODEL I SWOT BAGI PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UNGGULAN WILAYAH DI SULAWESI UTARA ABSTRACT

MODEL I SWOT BAGI PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UNGGULAN WILAYAH DI SULAWESI UTARA ABSTRACT MDL I SWT BAGI PUMUSAN STATGI PNGMBANGAN AGINDUSTI UNGGULAN WILAYAH DI SULAWSI UTAA Arie Dharmaputra Mirah Staf Pengajar UNSAT Manado, Alumni Sekolah Pascasarjana - IPB ABSTACT The objective of this research

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Perkembangan Pemukiman dan Bangkitan Perjalanan Pada awalnya manusia hidup secara nomad, berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain untuk bertahan hidup dan mencari makanan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perwalian terhadap kepuasan pengguna dengan menggunakan metode Webqual

BAB III METODE PENELITIAN. perwalian terhadap kepuasan pengguna dengan menggunakan metode Webqual BAB III METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian Terdapat empat tahapan penelitian pada analisis pengaruh kualitas Website perwalian terhadap kepuasan pengguna dengan menggunakan metode Webqual 4.0, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup merupakan bagian dari unsur pokok kebudayaan universal. Koentjaraningrat (2002) menjelaskan tujuh

Lebih terperinci

Diterima 21 Juni 2016, direvisi 7 Juli 2016, disetujui 11 Juli 2016 ABSTRACT

Diterima 21 Juni 2016, direvisi 7 Juli 2016, disetujui 11 Juli 2016 ABSTRACT FAKTOR KUNCI DALAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN AGROFORESTRY PADA LAHAN MASYARAKAT (Key Factors in Institutional Development of Agroforestry on Private Lands) Idin Saepudin Ruhimat Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul

BAB III METODE PENELITIAN. : Kecamatan Astanaanyar dan Bojongloa Kidul 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Bojongloa Kaler yang terletak di Kota Bandung regional barat, tepatnya dengan letak geografis 107 35 7,08 BT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci