Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi)

Transkripsi

1 Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Institutional Analysis of Agroindustrial Development (A Case Study at Tebo egency, Jambi) Ammar Sholahuddin Peneliti Kelembagaan di BAPPEDA Batanghari Jambi ABSTAK Dalam rangka menciptakan struktur perekonomian yang seimbang, maka agroindustri menjadi suatu alternatif strategis untuk dikedepankan sebagai jawaban untuk menciptakan keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor industri serta dengan sektor-sektor lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan organisasi atau lembaga yang pada dasarnya merupakan wadah untuk mewujudkan berbagai tujuan bersama secara terorganisir dan berkesinambungan. Untuk mencapai efektivitas dari lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo, maka perlu untuk melakukan formalisasi pengambilan keputusan yang obyektif dan efektif untuk meminimalkan terjadinya konflik kepentingan masingmasing lembaga yang terkait dalam pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo. Kata Kunci: agroindustri, analisis kelembagaan, lembaga ABSTACT To create the equilibrium of economic development, Agroindustry will become a strategic alternative to be proposed as an answer in maintaining the equilibrium between agricultural sector and industrial sector, as well as the other sectors. For achieving this objective, agroindustry needs organization or institution that can support to bring into reality our objectives unevenly and sustainability. To get the effectiveness of institutions, which involve in agroindustrial development at Tebo regency, Government should carry out formalization in objective decision making and minimize interest conflict among institutions in agroindustrial development at Tebo regency. PENDAHULUAN Kabupaten Tebo merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Jambi yang kegiatan ekonominya masih bertumpu pada lapangan usaha pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan. Berdasarkan angka produk domestik regional bruto (PDB) atas harga berlaku, lapangan usaha tersebut memberikan konstribusi terhadap pembentukan PDB sebesar 58,92% (Tebo dalam angka, 1999). Kondisi tersebut menunjukan bahwa peran lapangan usaha tersebut masih merupakan lapangan usaha yang dominan bagi pembangunan ekonomi daerah. Bertitik tolak pada kondisi tersebut, perlu kiranya untuk menciptakan struktur perekonomian yang seimbang dengan menitik beratkan keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri. Dalam rangka menciptakan keseimbangan struktur perekonomian tersebut, maka agroindustri memiliki peran yang relatif strategis guna mencapai keseimbangan kedua sektor tersebut. Sembiring (1995) menyatakan bahwa pengembangan agroindustri perlu diarahkan kepada bentuk keterkaitan yang meliputi: 1. Keterkaitan antara industri pengolahan dengan sumberdaya alam dan pemasarannya. 2. Keterkaitan antara industri pengolahan yaitu industri hulu/dasar, hilir dan industri kecil. 3. Keterkaitan antara industri pengolahan dengan industri pendukungnya. 4. Keterkaitan antara sektor industri dengan sektor ekonomi dan sektor lainnya. Saragih (1998) menyatakan bahwa dalam upaya pembenahan sektor agribisnis, maka strategi yang dapat ditempuh antara lain adalah melalui pengembangan agroindustri sebagai motor penggerak sektor agribisnis. Sehubungan dengan hal tersebut, Todaro (1995) menyatakan bahwa untuk menciptakan agribisnis yang tangguh perlu adanya dukungan dari komponen-komponen yang antara lain adalah sistem kerja sama kelembagaan dalam sistim agribisnis yang terpadu. Berdasarkan uraian tersebut, untuk mencapai efektivitas peran agroindustri dalam rangka menciptakan sektor agroindustri sebagai leading sector dalam pembangunan, khususnya pada bidang ekonomi di Kabupaten Tebo, maka perlu dikaji peran atau keterkaitan hubungan antara lembagalembaga yang telibat dalam pengembangan agroindustri untuk mencapai sinergi sebagai upaya percepatan pencapaian tujuan berupa peningkatan peran agroindustri dalam

2 peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Tebo. METODE PENELITIAN Dalam rangka mengkaji hubungan dari lembagalembaga yang terlibat dalam pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo, maka metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode deskriptip. Nazir (1998) menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistim pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Selanjutnya dinyatakan bahwa tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Selanjutnya dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Dengan teknik pengambilan responden melalui metode tersebut, responden dipilih dengan sengaja dan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian yang akan di laksanakan. Sementara alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ISM (interpretative structural modelling ). Eriyanto (1999) menyatakan bahwa teknik ISM adalah pengkajian kelompok (group learning process) di mana model-model struktural di hasilkan guna membuat perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Analisis ISM pada dasarnya adalah kumpulan pendapat dari para pakar yang dinyatakan dengan hubungan kontekstual tersebut maka disusunlah structural selfinteraction matrix (SSIM). Adapun penyusunan SSIM ini menggunakan simbol V, A, X dan O dimana : 1. V adalah e ij = 1 dan e ji adalah = 0 2. A adalah e ij = 0 dan e ji adalah = 1 3. X adalah e ij = 1 dan e ji adalah = 1 4. O adalah e ij = 0 dan e ji adalah = 0 Dengan pengertian bahwa simbol 1 adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual, sedangkan simbol 0 adalah tidak terdapat atau tidak ada hubungan kontekstual antara elemen i dan j serta sebaliknya (Eriyatno, 1999). Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software ISMHEU yang dikembangkan oleh Kustanto (1999). Melalui metode ini akan diperoleh gambaran mengenai keterkaitan antara elemen-elemen yang dapat digambarkan skema setiap elemen menurut jenjang Dependence yang menghasilkan 4 (empat) sektor (klasifikasi), yaitu : 1. Sektor 1 : Weak driver-weak dependent variabel (autonomos) 2. Sektor 2 : Weak driver-strongly dependent variabel (dependent) 3. Sektor 3 : Strong driver-strongly dependent variabel (linkage) 4. Sektor 4 : Strong drive-weak dependent variabel (independent) HASIL PEMBAHASAN Kelembagaan pada dasarnya merupakan suatu wadah yang merupakan wahana untuk mengkaji bergabai aspek yang berkaitan dengan tujuan untuk selanjutnya menetapkan, mengelola dan mengendalikan berbagai keputusankeputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, kelembagaan merupakan penjabaran dari berbagai tujuan yang selanjutnya berfungsi sebagai pengembangan, pelaksana, dan pengendali dari berbagai aspek tujuan yang ingin dicapai. Berkenaan dengan hal tersebut, maka dalam rangka pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo dan berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan studi literatur diperoleh beberapa lembaga yang merupakan aktor yang terlibat, yaitu : 1. Bappeda Kabupaten Tebo 2. Dinas Pertanian Kabupaten Tebo 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tebo 4. Kelompok Tani 5. Pengusaha Agroindustri 6. Kadinda 7. Gapkindo 8. Perbankan 9. Koperasi 10. Perguruan Tinggi Bertitik tolak dari uraian tersebut dan dengan menggunakan alat analisis model ISM diperoleh gambaran mengenai keterlibatan dari masing-masing lembaga tersebut dalam mempengaruhi pengembangan sektor agroindustri di Kabupaten Tebo. Melalui metode ISM ini diperoleh angka Dependent dan DriverPower dari masing-masing lembaga tersebut, yang akhirnya dipetakan dalam bentuk Matriks Driver Power-Dependent dan Diagram Model Struktural. Hasil perhitungan elemen kelembagaan dengan menggunakan software ISMHEU dapat dilihat pada Tabel Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001

3 Tabel 1. Hasil reachibility matriks elemen kelembagaan pengembangan agroindustri ELEMEN KE: ELEMEN KELEMBAGAAN KE : DP ELEMEN KUNCI D Level Keterangan : D = Dependence DP = Driver Power 1 = Ada hubungan kontekstual 0 = Tidak ada hubungan kontekstual Berdasarkan perhitungan dari Tabel 1 tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kesepuluh lembaga tersebut merupakan elemen kunci dan berada dalam satu level dalam pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada satu lembaga lebih dominan daripada lembaga yang lainnya. Selanjutnya, dari tabel tersebut juga dapat dinyatakan bahwa kesepuluh lembaga yang terlibat tersebut memiliki tingkat keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dengan perkataan lain bahwa perkembangan di antara lembaga-lembaga tersebut akan memberikan pengaruh terhadap lembaga yang lainnya. Jika dilihat hubungan kontekstual dari masing-masing lembaga tersebut (Gambar 1), dapat dinyatakan bahwa bentuk huungan keterkaitan tersebut menyerupai sebuah lingkaran yang tidak terputus. Ini berarti bahwa dari masingmasing lembaga tersebut mempunyai kontribusi yang seimbang bagi kemajuan agroindustri di Kabupaten Tebo. Selanjutnya juga dapat dinyatakan bahwa kemandekan atau kemunduran dari satu lembaga akan mempengaruhi lembaga yang lainnya dan ini akan berakibat terhadap kemajuan dari dunia agroindustri di Kabupaten Tebo dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa lembaga-lembaga tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya dalam memajukan sektor agroindustri di Kabupaten Tebo. (1) BAPPEDA (2) DISTAN (3) DEPPEINDAG (4) KELOMPOK TANI (10) PEGUUAN TINGGI (5) PENGUSAHA (9) KOPEASI (8) PEBANKAN (7) GAPKINDO (6) KADINDA Gambar 1. Diagram model struktural kelembagaan agroindustri di Kabupaten Tebo Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April

4 Berdasarkan matriks driver power-dependent (Gambar 2), maka dapat dinyatakan bahwa lembaga-lembaga tersebut berada pada sektor III (linkages) dimana setiap tindakan pada perubah (lembaga) tersebut akan memberikan dampak terhadap lembaga yang lainnya. Artinya, lembaga-lembaga tersebut memiliki kekuatan penggerak (driver power) yang 10 9 tinggi bagi pencapaian tujuan yaitu pengembangan agroindustri. Berdasarkan hal tersebut, maka jika dari lembaga-lembaga tersebut dapat melakukan sinergi yang baik akan mendorong ke arah percepatan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10) D I V E Sektor IV Sektor III P O W E Sektor I Sektor II DEPENDENT Gambar 2. Matriks Driver Power-Dependent kelembagaan pengembangan agroindustri Bertitik tolak dari uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa untuk mencapai efektivitas dari kelangsungan pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo, maka harus ada kesamaan visi dari masing-masing lembaga yang akan memberkan arah pengembangan agroindustri pada masa mendatang. Visi tersebut dapat berupa komitmen untuk meningkatkan peran agroindustri dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam rangka peningkatan peran dari lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mencapai efektivitas dari masing-masing lembaga yang terlibat tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan lembaga agribisnis tersebut paling tidak harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Aspek Organisasi. Pada aspek ini lembaga agribisnis tersebut harus memperhatikan struktur organisasi yang akan dijalankan, karena dari struktur organisasi ini akan memberikan dampak terhadap kinerja dari organisasi tersebut. Untuk itu, struktur organisasi ini memiliki sifat fleksibilitas terhadap kondisi yang dihadapi atau dengan perkataan lain mampu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan yang dihadapinya. Selanjutnya hal lain yang harus diperhatikan adalah mengenai personel yang ada dalam organisasi tersebut, di mana penempatan personel yang mengacu pada azas the righ man on the right place akan sangat membantu bagi kelancaran dan efektivitas kerja dari organisasi tersebut. Melalui penempatan personel yang sesuai dengan keahliannya akan memberikan dampak positif terhadap organisasi dalam 26 Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April 2001

5 menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 2. Aspek Fungsi. Oleh karena lembaga agribisnis ini merupakan kumpulan dari organisasi-organisasi yang terlibat dalam pengembangan agribisnis, maka aspek fungsi dari lembaga agribisnis ini haruslah jelas. Kejelasan dari fungsi tersebut dapat dilihat dari tugas dan fungsi masing-masing organisasi yang tergabung dalam lembaga agribisnis tersebut. Untuk itu, dalam wadah lembaga agribisnis ini perlu kiranya untuk dibuat job description dari masing-masing organisasi yang terlibat, sehingga dengan adanya job description akan memberikan kejelasan atau kebatasan kewenangan dari masing-masing organisasi yang terlibat. 3. Aspek Tatanilai (Norma). Dalam sebuah organisasi tatanilai merupakan aturan yang harus dipatuhi oleh setiap elemen dari organisasi yang bersangkutan. Melalui tatanilai yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah organisasi akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan dan kinerja organisasi yang bersangkutan. Tatanilai dalam sebuah organisasi paling tidak dapat dilihat dari dua pasang kutub yaitu reward and punishment. Pada kutub ini, bagi anggota dalam sebuah organisasi baik yang berprestasi maupun melakukan kesalahan diperlakukan secara adil sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sementara pada sisi kutub lainnya adalah menyangkut hak dan kewajiban. Dengan memperhatikan hak dan kewajiban dari masing-masing anggota diberikan kesamaan untuk memperoleh haknya di satu sisi dan menjalankan kewajibannya pada sisi yang lain. Melalui pelaksanaan pasangan kutub yang mengatur tatanilai dari sebuah organisasi diharapkan akan melahirkan keseimbangan dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. DAFTA PUSTAKA Eriyatno Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. IPB Press. Bogor. Kustanto, H Sistem Pengembangan Agroindustri Komoditas Unggulan pada Kawasan Andalan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir, M Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo Tebo Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tebo. Jambi. Saragih, B Agribisnis: Paradigma Baru Dalam Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persada. Jakarta. Sembiring, S. A Peranan Agroindustri Terhadap Pembangunan Ekonomi Di Propinsi Sumatera Utara: Analisis input-output. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Todaro Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Terjemahan. Penebar Swadaya. Jakarta. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Lembaga yang terlibat dalam pengembangan agroindustri di Kabupaten Tebo merupakan elemen kunci. 2. Lembaga yang terlibat tersebut berada pada sektor III (linkages), yang artinya antara lembaga tersebut memiliki keterkaitan dan pengaruh yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya 3. Untuk lebih mengefektifkan lembaga-lembaga tersebut, maka aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek organisasi, fungsi dan aspek tatanilai (norma). Jurnal Ilmiah Kesatuan, No.1, Vol. 3, April