III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan lokasi meliputi kawasan DKI Jakarta dan Perairan Teluk Jakarta yang dilaksanakan pada bulan Agustus 005-April 006. Teluk Jakarta, terletak disebelah utara kota Jakarta, adalah perairan dangkal (kedalaman rata-rata 15 m), dengan luas sekitar 514 km. Di teluk ini bermuara 10 sungai dan kanal (yang dipantau oleh BPLHD Jakarta) yang melintasi kawasan Metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 0 juta jiwa. 3.. Rancangan Penelitian Pendekatan Sistem Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan sistem karena permasalahan dalam pengendalian pencemaran laut melibatkan banyak pihak (stakeholders) dan komponen-komponen dalam sistem tersebut sangat kompleks meliputi aspek lingkungan, ekonomi, sosial-budaya, teknologi, hukum dan kelembagaan. Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penerapan dari metode ilmiah terhadap masalah-masalah yang mencakup sistem yang kompleks. Analisis sistem dan pemodelan merupakan alat yang sangat efektif didalam proses perencanaan. Pendekatan sistem didefenisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan cara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya adalah suatu sistem secara operasi yang secara efektif dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Menurut Eriyatno (003), permasalahan tersebut dapat dalam bentuk perbedaan kepentingan (conflict interest) atau keterbatasan sumberdaya (limited of resource). Pendekatan sistem memberikan penyelesaian masalah dengan metode dan alat yang mampu mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi dan mendesain sistem dengan komponen-komponen yang saling terkait, yang diformulasikan secara lintas disiplin dan komplementer untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2 6 Pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan beberapa tahapan secara sistematis dan terintegrasi, secara diagramatik disajikan pada Gambar 4. Lebih lanjut Eriyanto (003) menjelaskan, prosedur analisis sistem meliputi beberapa tahapan diantaranya analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi. Mulai A Analisis Kebutuhan Pemodelan Sistem Formulasi Permasalahan B Memuaskan Identifikasi Sistem Implementasi A Memuaskan Selesai Gambar 4. Tahapan dalam pendekatan sistem Analisis Kebutuhan Pada tahap ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, meliputi stakeholders yang terdiri dari masyarakat di sekitar Teluk Jakarta, pemerintah, lembaga penelitian, lingkungan, tumbuhan dan hewan. Kemudian dideskripsikan daftar kebutuhannya. Analisis kebutuhan dilakukan terhadap semua pelaku yang terlibat dalam sistem tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal terhadap perilaku sistem yang akan terjadi.

3 Formulasi Masalah Terjadinya konflik kepentingan antara para stakeholders, merupakan masalah yang membutuhkan solusi agar sistem dapat bekerja secara konstruktif dalam rangka mencapai tujuan dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dari masing-masing stakeholder dengan adanya pengaruh dari stakeholder yang lain Identifikasi Sistem Identifikasi permasalahan yang ada merupakan tahapan awal dalam melakukan pendekatan sistem sehingga dengan mengidentifikasi masalah-masalah awal dan mendasar maka diharapkan diperoleh alternatif penyelesaian masalah sesuai dengan tingkat permasalahan yang diangkat. Parameter rancang sistem adalah parameter-parameter yang mempengaruhi input sampai menjadi (transformasi) output. Tiap-tiap sistem memiliki parameter rancangan tersendiri, yang dapat berupa lokasi fisik, ukuran dari sistem dan komponennya, ukuran fisik dari sistem, serta jumlah dan tipe komponen dari sistem. Parameter rancang sistem cenderung konstan karena hal ini tidak dapat diubah tanpa penggantian sumberdaya. Dalam beberapa hal mungkin diharapkan untuk mengubahnya selama sistem berjalan untuk memperbaiki kemampuan sistem agar tetap berjalan baik apabila ada perubahan kondisi lingkungan Simulasi Model Simulasi dari hasil pemodelan sistemik digunakan untuk melihat pola kecenderungamnya perilaku model. Hasil simulasi model dianalisis pola dan kecenderungannya, ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pola dan kecenderungan tersebut, serta dijelaskan bagaimana mekanisme kejadian tersebut berdasarkan analisis struktur model. Simulasi model dilakukan dengan menggunakan program Visual Basic.

4 Metode Pengambilan Data Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapang, wawancara dan/atau focus group discusion (FGD), sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran beberapa dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer kualitas perairan Teluk Jakarta dan wawancara terstruktur pada beberapa Instansi/Lembaga/Dinas dan unsur masyarakat yang terkait dengan perairan Teluk Jakarta. Dinas/Instansi/Lembaga terkait itu meliputi: BPLHD Jakarta, Dinas Permukiman, Dinas Perindustrian, LON-LIPI, Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta, Dinas Pekerjaan Umum, Balai Penelitian Perikanan Laut (Balitkanlut), Industri, pengusaha yang bergerak di bidang perikanan, tokoh adat dan masyarakat, LSM, dan perguruan tinggi serta beberapa dinas dan masyarakat yang terkait di bagian hulu sungai sebagai tambahan informasi untuk pertimbangan kebijakan. Untuk data sekunder yang dipergunakan meliputi konsentrasi beberapa parameter limbah (kualitas air) di 10 muara sungai yang menuju Teluk Jakarta, serta di perairan teluk Jakarta. Parameter yang diamati adalah TDS, TSS, Mn, PO 4, Zn, SO 4, MBAS, KMnO 4, BOD, dan COD. Data diamati beberapa tahun dari mulai tahun 000 sampai tahun 004, data sekunder yang akan digunakan berasal dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan daerah penelitian, meliputi data Biro Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, data hasil penelitian, peta dasar Teluk Jakarta dan dokumen lainnya dari instansi terkait yang relevan dengan penelitian ini Metode Pengumpulan Sampel Pengambilan contoh air untuk penentuan sifat fisika-kimia dan biologi perairan laut ditentukan sebagai berikut : 1. Dapat mewakili luasan wilayah perairan Teluk Jakarta sebanyak 6 lokasi pengamatan yaitu Sunda Kelapa, Marina, Tanjung Priok, Muara Baru, Cilincing dan Muara Angke pada jarak 50 m, 500 m, dan 1000 m sehingga total 18 titik pengamatan.

5 9. Penetapan parameter-parameter yang akan diukur didasarkan terutama pada: Keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia serta kelangsungan hidup organisme di dalam perairan dan dengan memperhatikan kemampuan teknis analisis. Jenis limbah yang terbawa oleh aliran buangan (effluent) yang menjadi sumber pencemar. Ketentuan jenis-jenis parameter yang ditetapkan dalam Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, kemudian disusun jenisjenis parameter yang akan dianalisis. Selanjutnya cara pengukuran tiap-tiap jenis parameter, baik parameter fisik, kimia maupun parameter biologi didasarkan pada cara-cara yang ditetapkan dalam Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water. Metode pengambilan sampel untuk responden dalam rangka menggali dan mendapatkan informasi dari para stakeholder dan pakar (akuisisi pendapat pakar) menggunakan metode expert survey dengan sampel yang telah ditentukan/dipilih secara sengaja berdasarkan keperluan (purposive sampling). Sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan atau memilih pakar untuk dijadikan responden menggunakan kriteria sebagai berikut : a. Mempunyai pengalaman yang kompeten (sesuai dengan bidangnya). b. Mempunyai reputasi, kedudukan/jabatan dan telah menunjukkan kredibilitas sebagai stakeholder yang konsisten atau pakar atau ahli pada bidang yang akan diteliti. c. Kesediaan dan keberadaan responden untuk dijadikan responden. Pemilihan instansi di ambil berdasarkan keterkaitan dengan pengelolaan pencemaran Teluk Jakarta dan instansi yang ikut mengelola wilayah administrasi yang dilalui DAS bagian hulu (Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup-DTRLH Bogor); sedangkan LSM, tokoh adat dan masyarakat diambil untuk dapat mewakili masyarakat baik yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung sekaligus sebagai penyebab terjadinya pencemaran, responden masyarakat juga diambil pada daerah di sekitar hulu dan tengah sungai sebagai bahan pertimbangan terhadap pengelolaan pencemaran dan penyebab pencemaran;

6 30 sedangkan Perguruan Tinggi diambil dengan pertimbangan sebagai pihak yang sering meneliti dan mengembangkan berbagai permasalahan lingkungan hidup sehingga dapat memberikan masukan untuk diaplikasikan oleh pihak pemerintah dalam pengendalian pencemaran laut. Untuk lebih jelasnya pengumpulan sampel responden dan jumlah yang diambil dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Responden penelitian Responden Jumlah Kantor BPLHD/KLH Dinas Permukiman Dinas Perindustrian LON-LIPI Dinas Kelautan dan Perikanan Pekerjaan Umum Balitkanlut Industri Pengusaha bidang perikanan LSM Perguruan Tinggi Tokoh adat 4 Dinas daerah di administratif sungai bagian hulu (Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup-DTRLH Bogor) dan Masyarakat (administratif sungai bagian hulu, tengah 30 dan hilir) Total Jenis Data Data primer umumnya untuk mengetahui kualitas perairan Teluk Jakarta dan tingkat keterkaitan faktor-faktor pencemaran serta usaha pengendalian pencemaran Teluk Jakarta berdasarkan hasil hasil wawancara, sedangkan data sekunder untuk mengetahui kondisi umum DKI Jakarta dan Teluk Jakarta, rencana strategi daerah, perkembangan sumber pencemar dan kualitas muara sungai secara time series. Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui sumber data, cara pengumpulan data, serta bentuk data yang diambil dapat dilihat pada Tabel 3.

7 31 Jenis Data Primer Sumber Data Instansi/Lembaga/ Dinas, unsur masyarakat, Perguruan Tinggi serta pelaku yang terkait dengan pencemaran perairan Teluk Jakarta Tabel 3. Matriks data Cara Pengumpulan Bentuk Data Wawancara Data umum responden pelaku interaksi Semi (stakeholder) Terstruktur Analisis kebutuhan pelaku interaksi dengan (stakeholder) kuisioner Penilaian responden terhadap Kualitas Dan Lingkungan Wawancara Data persepsi terhadap pencemaran bebas Teluk Jakarta Penilaian responden terhadap penyebab pencemaran Teluk Jakarta Pola interaksi berdasarkan kelompok terhadap Teluk Jakarta Pola pengelolaan pengendalian pencemaran menurut responden Sekunder Dinas/Instansi/ Lembaga yang terkait dengan pengelolaan dan penelitian sungai dan perairan teluk Jakarta Pencatatan Rencana strategi DKI Jakarta Keadaan umum lokasi penelitian dan tata ruang Jakarta Data profil dan perkembangan jumlah penduduk di DKI Jakarta Data kualitas air muara sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta 5 tahun terakhir Data sumber-sumber pencemar di sekitar Teluk Jakarta Data perkembangan industri-industri di sekitar jakarta. Kegiatan pembinaan masyarakat Undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, surat keputusan yang berhubungan dengan Teluk Jakarta Analisis Data Sumber-sumber Pencemaran Teluk Jakarta Analisis sumber-sumber pencemaran di Teluk Jakarta dilakukan secara deskriptif. Untuk sumber pencemaran yang berasal dari landbased sources baik rumah tangga (limbah domestik), industri (limbah industri), dan pasar (limbah pasar) yang memanfaatkan sungai sebagai tempat pembuangan limbah di DKI Jakarta di lihat peningkatan jumlahnya selama 4 tahun terakhir.

8 Model Kualitatif dan Kuantitatif Pencemaran Teluk Jakarta A. Beban Pencemaran Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung di muara-muara sungai yang menuju Teluk Jakarta. Cara penghitungan beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai-sungai yang menuju teluk Jakarta berdasarkan model berikut : 6 BP = D K ( )..... (1) Keterangan : BP = Beban pencemar yang berasal dari satu sungai (ton/bulan) D = Debit sungai (m 3 /detik) K = Konsentrasi pencemar (mg/l) Total beban pencemar dari seluruh sungai yang bermuara di Teluk Jakarta, sebagai berikut : TBP = n i= 1 BPi... () Keterangan : TBP = Total Beban Pencemar n = Jumlah sungai i = Beban pencemar sungai ke-i B. Kapasitas Asimilasi Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter limbah di perairan pesisir dengan total beban limbah pencemaran parameter tersebut di muara sungai dan selanjutnya dianalisa dengan cara memotongkannya dengan garis baku mutu air yang diperuntukkan bagi biota dan budidaya. Pola hubungan antara konsentrasi limbah dengan beban pencemaran direferensikan terhadap standard baku mutu, maka akan dapat diketahui kapasitas asimilasi wilayah terhadap suatu parameter limbah tertentu. Untuk lebih mudah dalam melihat hubungan keterkaitan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

9 33 Konsentrasi Polutan Teluk (mg/l) y = a + bx Baku Mutu Kapasitas asimilasi Beban Pencemaran (ton/bulan) Gambar 5. Hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi polutan Nilai kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan dengan nilai baku mutu yang berlaku untuk setiap parameter. Selanjutnya dianalisis seberapa besar peran masing-masing parameter terhadap beban pencemarannya. Dengan asumsi dasar adalah: 1. Nilai kapasitas asimilasi hanya berlaku di wilayah pesisir pada batas yang telah ditetapkan dalam penelitian. Nilai hasil pengamatan baik di perairan pesisir maupun di muara sungai diasumsikan telah mencerminkan dinamika yang ada di perairan tersebut. 3. Perhitungan beban pencemaran hanya yang berasal dari landbased sources, pencemaran dari kegiatan diperairan pesisir dan lautnya sendiri tidak dihitung. Data yang diambil merupakan data pencemaran yang mempengaruhi kualitas air muara sungai dan teluk. Hubungan yang ingin dilihat adalah pengaruh nilai parameter tersebut yang ada di teluk dan analisis yang digunakan adalah regresi linear. Analisis regresi menggunakan parameter di muara sungai sebagai peubah bebas (independent) dan parameter di teluk sebagai peubah tak bebas (dependent). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peubah pencemaran di muara sungai secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (x)... (3)

10 34 Secara matematis persamaan regresi linear dapat dituliskan : Y = a + bx... (4) Keterangan : x = Nilai parameter suatu bahan pencemar di muara sungai y = Nilai parameter suatu bahan pencemar di teluk a = Intersep/perpotongan dengan sumbu tegak (nilai tengah/rataan umum) b = Kemiringan/gradien (Koefisien regresi untuk parameter di muara sungai) x dan y merupakan jenis parameter yang sama untuk di muara sungai dan di teluk. Peubah x merupakan jumlah nilai dari seluruh muara yang diamati untuk parameter tertentu dan y merupakan nilai parameter teluk dianggap tepat untuk mewakili seluruh nilai parameter yang ada di Teluk Jakarta Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Laut Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretatif Structural Modelling) digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan dimasa yang akan datang. Menurut Marimin (004), ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) di mana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik deskriptif. Tahapan dalam melakukan ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu Penyusunan Hirarki dan Klasifikasi subelemen (Eriyatno, 003). a. Penyusunan Hierarki Program yang sedang ditelaah penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah subelemen. Menentapkan hubungan kontekstual antara subelemen yang terkandung adanya suatu pengarahan (direction) dalam terminologi subordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan (oleh pakar). Jika jumlah pakar

11 35 lebih dari satu maka dilakukan perataan. Penilaian hubungan kontekstual pada matriks perbandingan berpasangan menggunakan simbol: V jika e ij = 1 dan e ji = 0; V = subelemen ke-i harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-j A jika e ij = 0 dan e ji = 1; A = subelemen ke-j harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-i X jika e ij = 1 dan e ji = 1; X = kedua subelemen harus ditangani bersama O jika e ij = 0 dan e ji = 0; O = kedua subelemen bukan prioritas yang ditangani Pengertian nilai e ij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j, sedangkan nilai e ji = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara subelemen ke-i dan ke-j. Hasil olahan tersebut tersusun dalam structural self interaction matrix (SSIM). SSIM dibuat dalam bentuk tabel reachability matrix (RM) dengan mengganti V, A, X dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Untuk tahapan dan proses dalam melakukan teknik ISM dapat dilihat pada Gambar 6.

12 36 Mulai Tentukan elemen kunci yang berperan dalam pencemaran Teluk Jakarta Uraikan setiap elemen menjadi subelemen Tentukan hubungan kontekstual antara subelemen pada setiap elemen Susun SSIM untuk setiap elemen Bentuk reachibility matriks untuk setiap elemen Revisi dengan aturan transivity rule Ok? Tidak Modifikasi ISM Ya Tentukan level melalui penilaian Ubah RM menjadi format lower triangular RM Tetapkan Dependence Power setiap subelemen Susun digraph dari lower triangular RM Tentukan Rank & Hirarki dari subelemen Tetapkan Driver Power Dependence Matriks setiap elemen Susun ISM dari setiap elemen Plot subelemen pada empat sektor Klasifikasi subelemen pada empat peubah kategori Gambar 6. Diagram alir deskriptif teknik ISM pada analisis sistem pencemaran Teluk Jakarata

13 37 Gambar 7. Untuk tahapan agregasi pendapat penilai pada teknik ISM dapat dilihat pada Eksplorasi elemen Penyusunan kuisioner Penilaian individu Cek konsistensi Tidak Diskusi kelompok, revisi Ya Agregasi Gambar 7. Agregasi pendapat penilai pada teknik ISM Bentuk pengisian perbandingan antar subelemen dapat dilihat pada Structural self interaction matrix (SSIM) yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Structural self interaction matrix (SSIM) awal elemen

14 38 Setelah Structural self interaction matrix (SSIM) terisi sesuai pendapat responden, maka simbol (V, A, X, O) dapat digantikan dengan simbol (1 dan 0) dengan ketentuan yang ada sehingga dapat diketahui nilai dari hasil reachability matrix (RM) final elemen. Bentuk pengisian hasil reachability matrix (RM) final elemen disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil reachability matrix (RM) final elemen DP R D L Keterangan : DP R D L = driver power = rangking = dependence = level/hierarki Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat diketahui nilai driver power, dengan menjumlahkan nilai subelemen secara horizontal; untuk nilai rangking ditentukan berdasarkan nilai dari driver power yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil; nilai dependence diperoleh dari penjumlahan nilai subelemen secara vertikal; untuk nilai level ditentukan berdasarkan nilai dari dependence yang diurutkan mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. b. Klasifikasi subelemen Secara garis besar klasifikasi subelemen digolongkan dalam 4 sektor yaitu: Sektor 1; weak driver-weak dependent variabels (Autonomous). Subelemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan

15 39 mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Subelemen yang masuk pada sektor 1 jika: Nilai DP 0.5 X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Sektor ; weak driver-strongly dependent variabels (Dependent). Umumnya subelemen yang masuk dalam sektor ini adalah subelemen yang tidak bebas. Subelemen yang masuk pada sektor jika: Nilai DP 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Sektor 3; strong driver- strongly dependent variabels (Lingkage). Subelemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antara elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada subelemen akan memberikan dampak terhadap subelemen lainnya dan pengaruh umpan baliknya dapat memperbesar dampak. Subelemen yang masuk pada sektor 3 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D > 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Sektor 4; strong driver-weak dependent variabels (Independent). Subelemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut peubah bebas. Subelemen yang masuk pada sektor 4 jika: Nilai DP > 0.5 X dan nilai D 0.5 X, X adalah jumlah subelemen. Analisa matrik dari klasifikasi subelemen disajikan pada Gambar 8. Independent Variable Sektor IV Lingkage Variablel Sektor III Daya Dorong (Drive Power) Autonomous Variable Sektor I Dependent Variable Sektor II Ketergantungan (Dependence) Gambar 8. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem pengendalian pencemaran Teluk Jakarta Setelah dibuat pengklasifikasian dari subelemen maka dapat dilanjutkan dengan deskripsi analisis kebijakan yang sesuai keadaan lapangan dan hasil analisis ISM, dengan memperhatikan beberapa hal dibawah ini:

16 40 1. Menentukan keadaan (state) suatu faktor Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan khayalan) dalam suatu waktu di masa datang. Keadaan bukan suatu tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti besar/sedang/kecil atau baik/buruk) tetapi deskripsi situasi sebuah faktor. Setiap keadaan harus diidentifikasikan dengan jelas. Bila keadaan dari suatu faktor lebih dari satu makna keadaan maka keadaan-keadaan tersebut harus dibuat secara kontras. Selanjutnya mengidentifikasi keadaan yang peluangnya sangat kecil untuk terjadi atau berjalan bersamaan (mutual incompatible).. Membangun skenario yang mungkin terjadi. Langkah-langkah dalam membangun skenario terhadap tahapan faktorfaktor yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut : Skenario yang mempunyai peluang besar untuk terjadi di masa datang disusun terlebih dahulu. Skenario merupakan kombinasi dari faktor-faktor. Oleh sebab itu, sebuah skenario harus memuat seluruh faktor, tetapi untuk setiap faktor hanya memuat satu tahapan dan tidak memasukkan pasangan keadaan yang mutual incompatible (saling bertolak belakang). Setiap skenario (mulai dari alternatif paling optimis sampai alternatif paling pesimis) diberi nama. Langkah selanjutnya memilih skenario yang paling mungkin terjadi. 3. Implikasi Skenario Merupakan kegiatan terakhir yang meliputi : Skenario yang terpilih pada tahap sebelumnya dibahas konstribusinya terhadap tujuan studi. Skenario tersebut didiskusikan implikasinya. Tahap selanjutnya menyusun rekomendasi kebijakan dari implikasi yang sudah disusun.

17 Definisi Operasional Beberapa definisi operasional yang akan digunakan pada penelitian ini diantaranya: 1) Pencemaran laut menurut PP No. 19 tahun 1999 didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kuantitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau fungsinya. ) Baku mutu air adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber air tertentu sesuai peruntukkannya. 3) Beban pencemaran adalah jumlah konsentrasi limbah yang masuk ke suatu perairan berdasarkan banyaknya limbah per satuan waktu (ton/bulan). 4) Daya dukung adalah kemampuan suatu tempat atau wilayah dalam menerima sesuatu hal (beban yang dapat mengurangi kualitas dari tempat tersebut). 5) Kapasitas asimilasi adalah kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukkannya. 6) Sistem adalah suatu gugus atau elemen-elemen yang terorganisir dan memiliki ketergantungan yang tinggi dalam mencapai suatu tujuan. 7) Model adalah suatu abstraksi yang menggambarkan sistem pengendalian pencemaran laut Teluk Jakarta yang sesungguhnya. 8) Analisis sistem adalah suatu pernyataan tentang proses bekerjanya suatu sistem untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan berdasarkan output yang spesifik dan kinerja sistem dalam mencapai tujuan. 9) Simulasi model adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk merumuskan kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem berdasarkan skenario, melalui penelaahan perilaku model yang selaras, yang merupakan representatif dari hubungan sebab akibat yang ada pada sistem yang sebenarnya. 10) Pemodelan dinamika sistem adalah suatu rancangan model sistem untuk menjelaskan suatu keadaan yang heterogen yang mengandung faktor waktu pada peubah-peubahnya sehingga bersifat dinamis.

18 4 Pengumpulan data Pengumpulan data primer Pengumpulan data sekunder Wawancara Pengambilan responden FGD Pengambilan sampel air laut Baku Mutu air laut (KepMen LH No. 51/004) Kualitas sungai DKI Jakarta ( ) Profil dan kependudukan Renstra DKI Jakarta Keadaan & perkembangan sumber Baku Mutu air laut (KepMen LH No. 51/004) Analisis deskripsi Analisis data dan hasil Persepsi Analisis kebutuhan Tingkat kepentingan Kualitas air laut Status kualitas air laut Kualitas muara sungai Status kualitas muara sungai Kondisi wilayah Perkembangan sumber pencemar Kepedulian lingkungan sumber pencemar Formulasi masalah dan tingkat kepentingan Beban pencemara BP = K x D Analisis regresi Interpretative structural modelling (ISM) Kapasitas asimilasi Modelling Analisis skenario Persentase kontribusi bahan pencemar Hasil analisis data Hasil berbagai literatur Skenario model Beban pencemaran (simulasi) Simulasi sumber pencemaran (BP>KA) Beban pencemaran hasil simulasi tahun ke-i Strategi dan arahan kebijakan Gambar 9. Ruang lingkup dan alur sistematika penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pembangunan daerah merupakan langkah yang ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi yang ingin dicapai oleh Kota Depok, pembangunan daerah memiliki

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 18 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September-November 2010 di Pangkalan Pendaratan Ikan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Pemerintahan Aceh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bogor dan lingkungan industri Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran.

VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK. Kata kunci: Selat Rupat, pencemaran minyak, pengendalian pencemaran. 104 VIII. STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK Abstrak Industri pengolahan minyak, transportasi kapal di pelabuhan serta input minyak dari muara sungai menyebabkan perairan Selat

Lebih terperinci

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 Juni 2007. Beberapa pertimbangan penentuan

Lebih terperinci

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680, 2,3

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680,   2,3 MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN LAUT UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TELUK JAKARTA (Sea Contamination Control Model to Increasing of Environment Carrying Capacities in Jakarta Bay) Irman Firmansyah

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013 Analisis Terhadap Kendala Utama Serta Perubahan yang Dimungkinkan dari Pengelolaan Lingkungan di Kawasan Ziarah Umat Katholik Gua Maria Kerep Ambarawa Ari Wibowo 1) *, Boedi Hendrarto 2), Agus Hadiyarto

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN 39 III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Penelusuran data dan informasi dimulai dari tingkat provinsi sampai

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORETIS

III. LANDASAN TEORETIS III. LANDASAN TEORETIS 1. Pemodelan Deskriptif dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa dalam proses perencanaan strategik seringkali para penyusunnya terjebak

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PENERAPAN TEKNIK INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Heri Apriyanto NRP. P062100201 Dadang Subarna NRP. P062100081 Prima Jiwa Osly NRP. P062100141 Program Studi

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1)

STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT. Syahril Nedi 1) Jurnal Perikanan dan Kelautan 17,1 (2012) : 26-37 STAKESHOLDER YANG BERPERAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN MINYAK DI SELAT RUPAT ABSTRACT Syahril Nedi 1) 1) Staf Pengajar Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 83 BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model Analisis sistem pada Bab IV memperlihatkan bahwa pengembangan agroindustri sutera melibatkan berbagai komponen dengan kebutuhan yang beragam,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU

VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 137 VII KELEMBAGAAN PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN DI DAS CILIWUNG HULU 7.1 Pendahuluan Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sumberdaya alam milik bersama atau Common pool resources (CPRs). Sebagai CPRs,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG ABSTRAK ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN AIR TANAH YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG Agus Susanto FMIPA Universitas Terbuka Email Korespondensi: Sugus_susanto@yahoo.com ABSTRAK Kota Semarang yang

Lebih terperinci

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Thesis Oleh: Alfan Purnomo (3307201003) Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc. Latar Belakang Kali

Lebih terperinci

Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi)

Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Analisis kelembagaan Pengembangan Agroindustri (Studi kasus kabupaten Tebo, Jambi) Institutional Analysis of Agroindustrial Development (A Case Study at Tebo egency, Jambi) Ammar Sholahuddin Peneliti Kelembagaan

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN

MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN 140 MODEL KONSEPTUAL KELEMBAGAAN Model kelembagaan klaster agroindustri minyak nilam dirancang melalui pendekatan sistem dengan menggunakan metode ISM (Interpretative Structural Modelling). Gambar 47 menunjukkan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Balong, Bungkal, Sambit, dan Sawoo dalam wilayah Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Penetapan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, A Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Yayasan Mutiara. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, A Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Yayasan Mutiara. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Aboejowono, H. 2000. Pengendalian Pencemaran Pantai dan Sungai. Jurnal himpunan karangan ilmiah di bidang perkotaan dan lingkungan. Bapedalda DKI Jakarta. Vol (2): 56-66. Andajani, S. 1997.

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN SITU BERKELANJUTAN (STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN)

ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN SITU BERKELANJUTAN (STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN) ANALISIS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN SITU BERKELANJUTAN (STUDI KASUS SITU KEDAUNG, KECAMATAN PAMULANG, TANGERANG SELATAN) Agus Susanto Prodi Perencana Wilayah dan Kota FMIPA-UT Email: sugus.susanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL Pencapaian sasaran tujuan pembangunan sektor perikanan dan kelautan seperti peningkatan produktivitas nelayan dalam kegiatan pemanfaatan

Lebih terperinci

Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Wilayah Kota Madiun) Menggunakan Program QUAL2Kw

Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Wilayah Kota Madiun) Menggunakan Program QUAL2Kw Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Wilayah Kota Madiun) Adam Rusnugroho 33 08 100 006 Ujian Akhir Skripsi Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 27 III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Kajian strategi pengembangan agroindustri bioetanol

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... HALAMAN PENGESAHAN...... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI..... DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iii v vii x xi xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah perairan laut Selat Rupat yang merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran

Kata Kunci: Analisis stuktur, kemitraan, agribisnis sayuran ANALISIS STRUKTUR SISTEM KEMITRAAN PEMASARAN AGRIBISNIS SAYURAN (Studi Kasus di Kecamatan Nongkojajar Kabupaten Pasuruan) Teguh Sarwo Aji *) ABSTRAK Pemikiran sistem adalah untuk mencari keterpaduan antar

Lebih terperinci

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren. 44 V. PEMODELAN SISTEM Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER

IX. STRUKTURISASI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER IX. STUKTUISASI PENGEMBANGAN AGOINDUSTI KOPI AKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBE 9.1. Pendahuluan Sistem pengolahan kopi obusta rakyat berbasis produksi bersih yang diupayakan untuk diterapkan di

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Usaha untuk mengatasi pencemaran dilakukan dengan membuat peraturan yang mewajibkan industri mengolah limbahnya terlebih dahulu dan memenuhi baku mutu sebelum dibuang ke sungai.

Lebih terperinci

VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL

VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL VIII. STRATEGI ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN GAS IKUTAN YANG MENGUNTUNGKAN SECARA EKONOMI, EKOLOGI DAN SOSIAL Abstrak Besarnya potensi gas yang dimiliki Indonesia dan semakin menurunnya produksi bahan bakar

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORITIS

III. LANDASAN TEORITIS III. LANDASAN TEORITIS 3.1. Quality Function Deployment (QFD) QFD dikembangkan pertama kali oleh Mitsubishi s Kobe Shipyard sebagai cara menjabarkan harapan konsumen, selanjutnya secara sistematis diterjemahkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian model pengelolaan energi berbasis sumberdaya alam di pulau kecil difokuskan kepada energi listrik. Penelitian dilaksanakan di gugus pulau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi

Lebih terperinci

V. ANALISIS KEBIJAKAN

V. ANALISIS KEBIJAKAN V. ANALISIS KEBIJAKAN 5.1. Pendekatan Kebijakan Kegiatan pertambangan mineral di Kabupaten Mimika secara signifikan telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, pemerintah daerah dan pusat

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvii DADTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR SINGKATAN... xix 1. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Formulasi Permasalahan... 8 1.3.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN 1. Daerah yang menjadi titik peramalan Pemodelan Prediksi Penyebaran Polutan Kali Surabaya terletak pada segmen Muara Kali Tengah sampai dengan Pintu Dam Gunungsari.

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TNKL (Gambar 3) dengan pertimbangan bahwa (1) TNKL memiliki flora dan fauna endemik Flores yang perlu dipertahankan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 55 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah DAS Citarum yang terletak di Propinsi Jawa Barat meliputi luas 6.541 Km 2. Secara administratif DAS Citarum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR ISI (Lanjutan) DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH xviii xviii 1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Kesenjangan Penelitian 3 Pertanyaan Penelitian 8 Tujuan Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di enam pulau Kawasan Kapoposan Kabupaten Pangkep (Sulawesi Selatan) meliputi: (1) Pulau Kapoposan, (2) Pulau Gondongbali, (3) Pulau Pamanggangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM)

PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) PENETAPAN ELEMEN KUNCI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PETERNAKAN DENGAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) Arie Dharmaputra Mirah Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 ABSTRAK Sub

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Baru Bumi Serpong Damai, Provinsi Banten, serta di wilayah sekitarnya. Penelitian dilakukan pada bulan Mei September

Lebih terperinci

8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S)

8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S) 8 Penerapan Intrepretative Structural Modeling...(Makmur S) PENERAPAN INTREPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) DALAM PENENTUAN ELEMEN PELAKU DALAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN SISTEM BAGI HASIL PETANI KOPI

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK PEMODELAN INTERPRETASI STRUKTURAL (Interpretive Structural Modeling) Teori dan Pemodelan Sistem

APLIKASI TEKNIK PEMODELAN INTERPRETASI STRUKTURAL (Interpretive Structural Modeling) Teori dan Pemodelan Sistem APLIKASI TEKNIK PEMODELAN INTERPRETASI STRUKTURAL (Interpretive Structural Modeling) Teori dan Pemodelan Sistem 1 Information Cycle NUMBER/ TERMS MIS DATA INFORMATION DSS DECISION ALTERNATIVE MES ACTION

Lebih terperinci

VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING

VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING 86 VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING 6.1 Identifikasi Stakeholders dalam Pengelolaan Danau Rawa Pening Secara umum, stakeholders kunci yang terlibat dalam pengelolaan Danau Rawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penyusunan model pengelolaan air bersih berkelanjutan yang berbasis otonomi daerah dilakukan dengan melakukan identifikasi kebijakan yang ada baik yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Jenis Sampah Pertama Kedua

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Jenis Sampah Pertama Kedua II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di TPST Sampah Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang meliputi tiga kelurahan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 B. Pemanfaatan dari Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 1.3. Manfaat SLHD Provinsi DKI Jakarta 1.3.1. Manfaat Bagi Pemerintah Daerah Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Provinsi DKI Jakarta dimanfaatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

TEKNIK INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) UNTUK STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

TEKNIK INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) UNTUK STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2013 Vol. 2 No.1 Hal : 75-86 ISSN 2302-6308 Available online at: http://umbidharma.org/jipp TEKNIK INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING (ISM) UNTUK STRATEGI IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA

PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.508 buah pulau dan mempunyai panjang garis pantai 81.791 km (Supriharyono, 2002).

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan expost facto yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi atau pengaruh antara faktor-faktor terukur yaitu jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur Keterangan Gambar 2 : K 1 = Penyerapan tenaga kerja K 2 = Potensi konflik dengan masyarakat rendah K 3 = Menumbuhkan lapangan usaha K 4 = Menumbuhkan sektor formal dan/atau informal K 5 = Penguatan peran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

MODEL SISTEM KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TALAS

MODEL SISTEM KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TALAS AGROINTEK Vol 4, No. 2 Agustus 21 87 MODEL SISTEM KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI TALAS Iffan Maflahah Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Korespondensi : Jl.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT

PEMODELAN SISTEM. Konfigurasi Model. Data Pengetahuan Model. Perumusan Strategi Bauran Pemasaran MEKANISME INFERENSI SISTEM PENGOLAHAN TERPUSAT PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rancang bangun model pengembangan industri kecil jamu dirancang dalam bentuk paket program komputer sistem manajemen ahli yang terdiri dari komponen : sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

Gambar 12 Peta Teluk Youtefa

Gambar 12 Peta Teluk Youtefa 65 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Teluk Youtefa yang menerima beban limbah domestik, pertanian, dan peternakan melalui 4 sungai yang bermuara ke Teluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dielakkan (inevitable) terhadap kualitas

Lebih terperinci

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw 1 Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw Merdinia Nita Saraswaty, Nieke Karnaningroem dan Didik Bambang S Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci