Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi"

Transkripsi

1 Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan saat ini belum dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh stakeholder yang ada. Manfaat yang ada masih terbatas bagi siapa atau bagian apa yang melakukan investasi tersebut sehingga belum ada dukungan yang baik dari seluruh stakeholder yang ada. Berdasarkan hasil analisis proses Val IT yang dilakukan di Politeknik Caltex Riau terdapat 91% proses yang telah dilaksanakan namun masih memiliki performa yang kurang dan cukup. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilaksanakan oleh pihak Politeknik Caltex Riau agar pelaksanaan investasi TI dengan menggunakan Val IT dapat dilaksanakan dengan baik. Usulan proses Val IT yang diusulkan dimodelkan dengan Gambar IV.1 Gambar IV.1 Model usulan proses Val IT Model ini menggambarkan bagaimana usulan pelaksanaan proses-proses Val IT dinyatakan untuk setiap domain dan ke 22 (dua puluh dua) proses Val IT yang ada. Usulan-usulan tersebut diberikan berdasarkan hasil penilai kuesioner Val IT yang dilakukan dan mengacu pada panduan manajemen Val IT serta tujuan dan metrik setiap sub-proses Val IT. Tujuan dan metrik setiap sub-proses Val IT dapat dilihat dalam lampiran G. 58

2 59 Usulan-usualan yang diberikan dilihat dari hubungan antara tujuan domain dalam Val IT dengan tujuan dari proses dan aktivitas seperti yang tergambar pada Gambar IV.2 Diagram hubungan dalam pengambilan usulan di bawah ini: Gambar IV.2 Diagram hubungan dalam pengambilan usulan IV.1.1 Usulan Pelaksanaan Proses Value Governance (VG) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap domain proses Value Governance (VG) pada BAB III, maka beberapa usulan perbaikan akan dikemukakan untuk setiap prosesnya yaitu: Proses VG1: Memastikan sudah diinformasikan dan dilaksanakannya kepemimpinan Proses ini sudah dilaksanakan dan memiliki performa yang baik. Berdasarkan hasil analisis dalam lampiran F diperlukan beberapa hal untuk dapat meningkatkan performa menjadi lebih baik. Beberapa usulan peningkatan dan perbaikan proses VG1 tergambar dalam Gambar IV.3.

3 60 Gambar IV.3 Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG1 Hal- hal yang harus ditingkatkan menurut Gambar IV.3 antara lain: 1. Pemahaman tentang isu teknologi informasi yang akan digunakan, diinformasikan kepada seluruh civitas akademika dan pihak yayasan. 2. Pelaporan Pusat Komputer (Puskom) yang dilakukan harus jelas sesuai dengan struktur organisasi yang ada dan harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat menjadi lembar fakta dalam mengevaluasi usulan investasi. 3. Melakukan kajian ulang secara rutin untuk menilai kesesuaian TI yang telah dilakukan dengan bisnis Politeknik Caltex Riau. Usulan adanya penggunaan teknologi informasi baru dan investasi dibicarakan secara rutin dan terdokumentasi. Kepala Puskom wajib menghadiri rapat rutin pimpinan agar dapat mendengarkan usulan-usulan ataupun permintaan akan fasilitas dan layanan TI dan dapat menjelaskan kondisi TI yang telah digunakan dan efektifitasnya. 4. Strategi institusi dan TI harus diintegrasikan secara jelas dan nyata sehingga mampu menghubungkan sasaran institusi dan sasaran TI, sehingga komunikasi dapat terjalin lebih luas. Penggunaan TI sebagai alat bantu pendidikan di Politeknik Caltex Riau harus digunakan sesuai dengan nilainilai yang dijunjung oleh Politeknik Caltex Riau.

4 61 Proses VG2: Mendefinisikan dan mengimplementasikan proses-proses Proses pendefinisian ini sudah dilaksanakan dan memiliki performa yang cukup. Berdasarkan hasil analisis diperlukan beberapa hal untuk dapat memperbaiki performa menjadi lebih baik seperti yang tergambar dalam Gambar IV.4. Gambar IV.4 Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG2 Hal hal yang perlu ditingkatkan dijelaskan sebagai berikut: 1. Perlu dilakukannya pendokumentasian yang baik atas rencana kerja dan pengembangannya. Alat kontrol didefinisikan untuk dapat mengkaji ulang dokumentasi rencana kerja yang telah dilakukan. 2. Pendefinisian peran dan tanggung jawab pada setiap program yang telah didefinisikan harus dilakukan dengan jelas. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan dan penilaian program sehingga dapat memberikan hasil yang tepat dan menjadi pembelajaran yang baik. 3. Pengkajian ulang portofolio dan rencana kerja dilakukan secara rutin dengan melihat perubahan bisnis yang dilakukan dan tingkat kepatuhan pada portofolio yang telah didefinisikan. Proses VG3: Mendefinisikan karakteristik portofolio Proses mendefinisikan karakteristik portofolio belum ada dilakukan di Politeknik Caltex Riau. Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG3 dapat dilihat pada Gambar IV.5.

5 62 Gambar IV.5 Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG3 Berdasarkan hasil analisis ada hal-hal yang perlu dilakukan agar proses ini berjalan yaitu: 1. Portofolio yang telah dibuat hendaknya digunakan sebagai panduan pelaksanaan TI. 2. Pengelompokan dan pengkategorian dalam portofolio didefinisikan dengan jelas untuk dapat mempermudah dilakukannya pelaksanaan, pengevaluasian dan perbaikan investasi dan portofolio secara luas. 3. Penetapan standar kriteria investasi dilakukan, baik dari sisi perencanaan biaya dan pelaksanaannya, maupun dari sisi kesesuaian dan kepuasan pengguna atas investasi yang dilakukan. Proses VG4: Keselarasan dan integrasi manajemen nilai dengan perencanaan keuangan institusi. Proses ini telah ada di Politeknik Caltex Riau namun performanya dirasakan masih cukup, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan performanya. Adapun usulan peningkatan dan perbaikan proses VG4 ini dapat dilihat pada gambar IV.6.

6 63 Gambar IV.6 Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG4 Hal-hal yang perlu dilakukan menurut Gambar IV.6 antara lain: 1. Perencanaan anggaran keuangan yang dilakukan hendaknya memperhatikan kondisi keuangan pada saat pelaksanaan, analisis dan perubahan dimungkinkan untuk menyesuaikan dengan kondisi keuangan yang sebenarnya. 2. Perencanaan anggaran dilakukan hendaknya melihat pengalaman dan kondisi masa lalu dan dengan membandingkan jumlah program yang dapat dijalankan dengan anggaran yang ditetapkan. Perubahan anggaran yang dilakukan dikomunikasikan dengan semua pihak yang terlibat dan prioritas perubahan juga melihat kebutuhan bisnis dan TI yang utama. 3. Pembuatan business case yang lebih rinci, lengkap dan komprehensif dapat memberikan gambaran pelaksanaan anggaran investasi yang tepat. Proses VG5: Membangun monitoring tata kelola yang efektif Berdasarkan analisis pada proses pengawasan tata kelola yang efektif di Politeknik Caltex Riau telah dilaksanakan namun performanya masih cukup. Adapun usulan peningkatan dan perbaikan proses VG5 dapat dilihat pada Gambar IV.7.

7 64 Gambar IV.7 Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG5 Untuk itu perlu dilakukan beberapa hal sehingga performa proses ini menjadi lebih baik, antara lain dengan: 1. Pembuatan metrik untuk mengontrol tata kelola yang dilakukan hendaknya di setujui oleh pimpinan, sehingga pengawasan dapat dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan. 2. Perlu dilakukan analisis yang tepat untuk mengetahui tingkat keberhasilan sebuah program, selain ketepatan dan kesesuaian budget dan anggaran, perlu juga melihat hasil akhir, dampak pelaksanaannya dan tingkat kepatuhan akan aturan yang telah ditetapkan. 3. Pengawasan dilakukan oleh pemberi dana, pimpinan Politeknik Caltex Riau, dan oleh pengguna sehingga kontrol menjadi lebih luas dan baik. Hasil pengawasan digunakan sebagai perbaikan investasi dan proses pembelajaran dimasa datang. Proses VG6: Peningkatan praktek manajemen nilai yang terus menerus Proses ini sudah dilaksanakan dan memiliki performa yang masih cukup. Usulan peningkatan dan perbaikan yang dapat dilakukan tergambar dalam Gambar IV.8.

8 65 Gambar IV.8 Usulan peningkatan dan perbaikan proses VG6 Berdasarkan hasil analisis diperlukan beberapa hal untuk dapat meningkatkan performa menjadi lebih baik, antara lain: 1. Setiap laporan kegiatan atau program investasi TI harus didokumentasikan dan dijadikan bahan untuk pembelajaran selanjutnya. Pelaporan keuangan yang dilakukan hendaknya dilengkapi dengan kesimpulan akan manfaat dan nilai yang diperoleh setelah pelaksanaan sebuah program. 2. Penyesuaian manajemen nilai dilakukan untuk mendukung perubahan bisnis dan melibatkan semua stakeholder yang ada sehingga performa dapat meningkat. IV.1.2 Usulan Pelaksanaan Proses Portfolio Management (PM) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap domain proses Portfolio Management (PM) pada bab 3, maka beberapa usulan perbaikan akan dikemukakan untuk setiap prosesnya yaitu: Proses PM1: Membangun arahan strategik dan menggabung target investasi Proses ini telah dilaksanakan dengan performa yang masih cukup. Untuk meningkatkannya dapat dilihat usulan peningkatan dan perbaikan pada Gambar IV.9.

9 66 Gambar IV.9 Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM1 Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa hal berikut: 1. Perubahan strategi bisnis yang dilakukan dalam kesepakatan dan perjanjian untuk selalu menyelaraskan strategi bisnis tersebut dengan strategi TI. Fungsi TI diinformasikan akan perubahan ini sehingga dapat memberikan usulan investasi TI yang lebih sesuai. 2. Penggabungan investasi bisnis dan TI dilakukan sebagai bentuk kontribusi TI pada manajemen bisnis. Hal ini akan menjadikan TI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam bisnis dan mempunyai pengaruh pada bisnis jika diabaikan. Proses PM2: Menentukan ketersediaan dan sumber dana Proses ini telah dilaksanakan dengan baik di Politeknik Caltex Riau. Beberapa usulan untuk dapat meningkatkannya dapat dilihat pada Gambar IV.10.

10 67 Gambar IV.10 Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM2 Beberapa hal untuk lebih meningkatkannya antara lain: 1. Pemahaman bersama antara manajemen bisnis dan TI akan kondisi keuangan ataupun dana yang mungkin tersedia. Pembuatan anggaran investasi harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada. 2. Peninjauan secara rutin atas pelaksanaan investasi dan kemungkinan dana investasi dari sumber lain selain dari organisasi Politeknik Caltex Riau harus dicari, untuk dapat melaksanakan dan meningkatkan kuantitas dan kualitas investasi TI yang ada dalam portofolio institusi. Proses PM3: Mengelola ketersediaan sumber daya manusia Proses mengelola sumber daya manusia telah dilakukan namun kinerjanya dinilai masih cukup. Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM3 dapat dilihat pada Gambar IV.11. Gambar IV.11 Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM3

11 68 Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan kinerja dan performanya, antara lain: 1. Pembuatan inventori sumber daya manusia yang telah ada untuk melihat kondisi sumber daya organisasi. Inventori ini dapat digunakan untuk melihat kemungkinan perubahan bisnis yang dapat dilakukan seperti penambahan program studi baru, juga dapat mempermudah untuk menentukan pelatihan dan pendidikan lanjut bagi para pegawai serta pelaksanaan investasi TI. 2. Analisis gap perlu dilakukan untuk melihat kekurangan dan kelebihan sumber daya. Hal ini juga diperlukan sebagai landasan untuk proses pembagian alokasi kerja dan proses perekrutan yang akan dilakukan. 3. Inventori sumber daya manusia TI dilakukan sejalan dengan sumber daya manusia bisnis. Strategi pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia TI didiskusikan antara manajer TI dan manajer sumber daya manusia di organisasi. Pelibatan ini akan mengurangi tingkat kesalahan perekrutan karena tidak memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan. Analisis kebutuhan sumber daya manusia dilakukan secara rutin dan juga perlu dilakukan ketika terjadi perubahan bisnis dan TI. 4. Dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai untuk menghindari ketergantungan pada pegawai tertentu dan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dalam institusi. Proses PM4: Mengevaluasi dan memilih program yang akan didanai Proses pengevaluasian telah dilakukan dan memiliki performa yang baik. Untuk dapat lebih meningkatkannya lagi maka diusulkan beberapa hal seperti yang tergambar dalam Gambar IV.12.

12 69 Gambar IV.12 Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM4 Beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian untuk lebih meningkatkan proses ini sehingga menjadi lebih baik lagi yaitu: 1. Pengevaluasian terhadap business case dilakukan tidak hanya dari sisi finansial namun juga dari sisi non-finansial sehingga tergambar dengan jelas nilai dan manfaat yang diperoleh. 2. Perbandingan akan dana yang dikeluarkan dengan anggaran yang tersedia diperlukan untuk melihat seberapa besar persentase sebuah program yang dapat dilaksanakan dan seberapa besar dampaknya bila sebuah program gagal dilakukan. 3. Mekanisme kajian ulang dilakukan untuk setiap tahapan program dan ditetapkannya tanggung jawab jelas untuk setiap program sehingga mempermudah pengawasan pelaksanaan investasi. Proses PM5: Memonitor dan melaporkan kinerja portofolio investasi Berdasarkan analisis yang dilakukan, proses ini telah dilakukan dengan baik oleh Politeknik Caltex Riau. Untuk dapat lebih meningkatkannya lagi maka diusulkan beberapa hal seperti yang tergambar dalam Gambar IV.13.

13 70 Gambar IV.13 Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM5 Beberapa tindakan yang dapat lebih meningkatkan performanya seperti: 1. Laporan yang lengkap, tepat dan akurat dibutuhkan untuk melihat performa investasi yang dilakukan. Perlu ditetapkan standar dan prosedur pelaporan yang digunakan diseluruh organisasi dan sedapat mungkin terintegrasi dengan sistem lain yang telah ada. 2. Aksi yang cepat juga harus segera dilakukan untuk mengurangi penyimpangan. Pemanfaatan hasil analisis business case dapat digunakan sebagai kontrol kinerja investasi dalam portofolio. Proses PM6: Mengoptimalkan kinerja portofolio investasi Berdasarkan analisis yang dilakukan, proses ini telah dilakukan namun kinerjanya dinilai masih cukup.

14 71 Gambar IV.14 Usulan peningkatan dan perbaikan proses PM6 Untuk itu diperlukan beberapa hal yang dapat meningkatkan kinerjanya, antara lain seperti pada Gambar IV.14: 1. Manajemen harus bertindak lebih proaktif untuk dapat mengoptimalkan nilai dengan cara meningkatkan sinergis dan mengurangi resiko dari portofolio yang dibangun. 2. Pilihan penyatuan investasi potensial dapat digunakan untuk mengurangi dana yang harus disiapkan dan untuk mengurangi terjadinya pembatalan investasi. IV.1.3 Usulan Pelaksanaan Proses Investment Management (IM) Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap proses Investment Management (IM) pada Bab III, maka beberapa usulan perbaikan akan dikemukakan untuk setiap prosesnya yaitu: Proses IM1: Membangun dan mengevaluasi konsep program inisialisasi business case Proses ini telah dilaksanakan namun perfomanya masih cukup. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain seperti pada Gambar IV.15.

15 72 Gambar IV.15 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM1 Beberapa hal tersebut antara lain: 1. Dilakukan pengumpulan ide-ide investasi untuk selanjutkan diklasifikasikan sesuai dengan portofolio investasi yang telah didefinisikan. 2. Pemilihan dan evalusi program memperhatikan analisis keselarasan dengan strategi bisnis, manfaat, biaya, resiko dan waktu yang harus disiapkan dan diperlukan untuk masing-masing program 3. Dilakukan dokumentasi business case yang berisi prediksi hasil bisnis dari program, manfaat, asumsi, biaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan oleh program. Pendokumentasi ini dapat digunakan sebagai kontrol pelaksanaan investasi atau sebagai alasan yang tepat dalam melakukan pembatalan rencana investasi. Proses IM2: Memahami program kandidat dan pilihan implementasi Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab III, proses ini telah dilaksanakan namun masih memiliki performa yang cukup. Untuk meningkatkannya maka beberapa hal berikut perlu dijalankan oleh pihak Politeknik Caltex Riau. Usulan peningkatan dan perbaikan tergambar pada Gambar IV.16.

16 73 Gambar IV.16 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM2 Beberapa langkah tersebut antara lain: 1. Menetapkan prosedur dan panduan business case sebuah program, sehingga semua ide investasi yang ada dapat dibandingkan dengan jelas. Selain itu pengidentifikasian terhadap analisis keselarasan. manfaat, biaya dan resiko dari kandidat program akan dapat dilakukan dengan tepat. 2. Melibatkan semua stakeholder yang terlibat untuk mengkonsultasikan dan mendiskusikan kandidat program yang ada. Proses IM3: Membangun perencanaan program Proses ini telah dilaksanakan dan berdasarkan penilaian yang dilakukan performanya masih cukup. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan dan dilakukan untuk meningkatkan performanya, seperti usulan pada Gambar IV.17:

17 74 Gambar IV.17 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM3 Beberapa hal tersebut antara lain: 1. Perencanaan program dilakukan secara komprehensif untuk meningkatkan kemungkinan penciptaan nilai. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat business case investasi yang lebih rinci dan lengkap untuk dapat digunakan sebagai panduan pelaksanaan program. 2. Pengidentifikasian semua tugas, peran dan tanggung jawab yang dibutuhkan untuk pelaksanaan sebuah program, termasuk standar hasil, manfaat, biaya dan resiko yang akan diambil dan diperoleh dalam sebuah program. Proses IM4: Membangun daur hidup biaya dan manfaat Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab III, pelaksanaan proses ini telah ada namun performanya masih kurang baik. Untuk itu perlu ditingkatkan pelaksanaannya dengan melakukan beberapa hal berikut sesuai Gambar IV.18:

18 75 Gambar IV.18 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM4 Langkah langkah perbaikan tersebut antara lain: 1. Pendefinisian manfaat dan cara mengukur manfaat yang telah didefinisikan. Manfaat tersebut haruslah merupakan manfaat bisnis yang spesifik, terukur, dicapai, relevan dan tepat waktu (SMART). 2. Pemahaman akan biaya yang digunakan, sumber dan pelaporan yang diharapkan oleh sponsor bisnis. Diperlukan standar pelaporan pelaksanaan investasi sehingga dapat dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan. 3. Pengidentifikasian resiko yang mungkin ada selama program dilaksanakan dan rencana mitigasi yang akan dilakukan untuk mengurangi dan menanggulangi resiko tersebut. Proses IM5: Membangun secara lengkap kandidat business case program. Proses ini telah dilaksanakan di Politeknik Caltex Riau namun performa atas proses ini masih cukup. Beberapa tindakan yang dapat diambil untuk meningkatkannya antara lain tergambar pada Gambar IV.19:

19 76 Gambar IV.19 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM5 Beberapa tindakan tersebut antara lain: 1. Pembuatan business case sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga analisis keselarasan. manfaat, biaya dan resiko sebuah program jelas terlihat. 2. Meminta persetujuan dari stakeholder yang terlibat dan dari bisnis sponsor (dalam hal ini bisa ditujukan kepada pihak Yayasan ataupun pihak lain) dengan menggunakan business case yang telah dibuat. Proses IM6: Mengadakan dan mengelola program Berdasarkan analisis yang dilakukan pada Bab III, proses pengadaan dan pengelolaan program telah dilaksanakan dengan baik di Politeknik Caltex Riau. Hal-hal yang perlu ditingkatkan kembali antara lain tergambar dalam Gambar IV.20 berikut:

20 77 Gambar IV.20 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM6 Hal-hal yang perlu ditingkatkan antara lain: 1. Pendokumentasian perencanaan pengelolaan program dan sumber daya yang akan digunakan dalam pengelolaan program. Pelaporan kondisi sumber daya TI harus selalu diperbaharui untuk dapat memberikan gambaran investasi yang dapat dilakukan. 2. Pelaporan yang rutin akan kemajuan pelaksanaan program dan kendala yang dihadapi kepada sponsor bisnis dan stakeholder yang terlibat. Hal ini diperlukan untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan yang terjadi dan langkah-langkah untuk dapat menguranginya. Proses IM7: Mengupdate portfolio operasional TI Proses pembaharuan portofolio operasional teknologi informasi di Politeknik Caltex Riau belum dilaksanakan. Berdasarkan analisis yang dilakukan maka halhal yang perlu dilakukan agar proses ini dapat terlaksana antara lain digambarkan pada Gambar IV.21

21 78 Gambar IV.21 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM7 Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain: 1. Memperbaharuhi portofolio operasional TI dengan memperhatikan perubahan strategi bisnis, investasi TI yang dilakukan dan kebutuhan baru akan layanan dan jasa TI. 2. Pembaharuan portofolio operasional TI di Politeknik Caltex Riau hendaknya dilakukan sejalan dengan perubahan portofolio bisnis yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau. Sebagai contoh penambahan program studi baru di bidang TI akan berhasil jika dukungan sumber daya TI tersedia. Proses IM8: Memperbaharui business case Proses pembaharuan business case telah dilaksanakan namun performanya masih kurang baik dan lebih ditujukan untuk mendapatkan persetujuan dari sisi keuangan. Oleh karena itu beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan performanya antara lain seperti pada Gambar IV.22:

22 79 Gambar IV.22 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM8 Beberapa hal tersebut antara lain: 1. Melakukan kajian secara teratur pada kinerja program, dan mengontrol apa yang harus dicapai dalam setiap tahapan serta melihat tingkat ketaatan pada business case yang dijalankan. 2. Melakukan konsultasi dengan sponsor bisnis tentang hasil kajian sehingga dapat digunakan untuk memperbaharuhi business case yang telah ada. Konsultasi dapat dilakukan dengan membuat pelaporan yang rutin tentang hasil bisnis yang telah dicapai selama siklus hidup investasi. Proses IM9: Pengawasan dan laporan program Berdasarkan analisis yang dilakukan pada Bab III, proses pengawasan dan pelaporan program telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan tambahan yang perlu dilakukan agar performanya menjadi lebih baik lagi seperti tergambar pada Gambar IV.23:

23 80 Gambar IV.23 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM9 Kegiatan - kegiatan tersebut antara lain: 1. Pengawasan dilakukan secara rutin dan efektif sehingga pimpinan dan sponsor bisnis dapat melihat kondisi dan kemajuan program yang nyata. Pelaporan dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan berisi solusi kerja, manfaat serta layanan yang telah dilakukan sebuah program. 2. Pimpinan dan sponsor bisnis lebih aktif melakukan pengawasan baik disisi penyampaian manfaat, penggunaan dana program dan penanganan resiko yang dilakukan. Proses IM10: Penghentian program Proses penghentian program di Politeknik Caltex Riau telah dilaksanakan namun performanya dinilai masih cukup. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan antara lain dapat dilihat pada Gambar IV.24:

24 81 Gambar IV.24 Usulan peningkatan dan perbaikan proses IM10 Beberapa hal tersebut antara lain: 1. Penilaian program dilakukan pada saat sebuah program selesai dilaksanakan untuk melihat kesuksesan ataupun kegagalan yang terjadi. Dan menggunakan hasil penilaian tersebut sebagai pembelajaran bagi institusi. 2. Pendefinisian peran dan tanggung jawab yang jelas untuk kelanjutan investasi di luar program. Sebagai contoh program pengembangan sistem e-learning yang dilakukan akan diserahkan tanggung jawab selanjutnya kepada Kepala Perpustakaan pada akhir pelaksanaan program. 3. Manajemen dari realisasi manfaat yang berkelanjutan, layanan, aset dan sumber daya yang dibangun dari program diberikan untuk dan diterima oleh fungsi operasional bisnis yang sesuai.

25 82 IV.2 Usulan Matrik Atribut Kematangan Proses-proses Val IT Pelaksanaan proses Val IT yang dilakukan perlu dinilai kematangannya sehingga dapat diketahui proses perbaikan yang diinginkan ataupun yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kinerja. Berdasarkan analisis dan penilaian yang telah dilakukan pada Bab III.4.2 maka diberikan beberapa usulan perbaikan kematangan untuk ketiga domain Val IT berdasarkan praktek manajemen dan panduan manajemen Val IT. Usulan perbaikan tersebut akan diuraikan dibawah ini: a. Usulan perbaikan kematangan proses Value Governance Berdasarkan Gambar III.3 Tingkat kematangan proses VG, beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam rangka perbaikan diuraikan untuk tiap atribut berdasarkan tingkat kondisi saat ini hingga kondisi yang diharapkan. Sebagai contoh untuk atribut Kepedulian dan Komunikasi (Awareness and communication (AC)) yang berada pada level 1 diberikan beberapa langkah perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Meningkatkan perhatian manajemen TI dan bisnis untuk memformalkan kerangka tata kelola. (level 1 ke level 2) 2. Lebih memahami kebutuhan tata kelola untuk dapat memastikan keselarasan dengan sumber daya TI. (level 2 ke level 3) 3. Melakukan pembagian komunikasi untuk mengoptimalkan kontribusi investasi yang dilakukan. (level 3 ke level 4) 4. Melakukan komunikasi untuk mengevaluasi pengembalian investasi. (level 3 ke level 4) Langkah - langkah perbaikan yang diusulkan dilihat secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.1. Analisis kematangan untuk sub-proses yang ada dalam value governance belum dapat dinilai dikarenakan belum adanya level kematangan untuk setiap sub-proses tersebut, namun untuk menilai tingkat kematangan secara lebih rinci dan lengkap maka diusulkan contoh matrik atribut kematangan untuk sub-proses ini dapat dilihat dalam Lampiran D.

26 Tabel IV.1 Rekomendasi perbaikan value governance Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan AC 1 ke 4 1 ke 2 Meningkatkan perhatian manajemen TI dan bisnis untuk memformalkan kerangka tata kelola. 2 ke 3 Lebih memahami kebutuhan tata kelola untuk dapat memastikan keselarasan dengan sumber daya TI. 3 ke 4 Melakukan pembagian komunikasi untuk mengoptimalkan kontribusi investasi yang dilakukan. Melakukan komunikasi untuk mengevaluasi pengembalian investasi. PSP 2 ke 5 2 ke 3 Menentukan proses pengkategorian investasi untuk membantu dalam pemilihan, transparansi dan perbandingan antar investasi Membangun business case yang diperlukan dan memasukkan rencana realisasi manfaat. 3 ke 4 Menetapkan proses o untuk kejelasan hubungan dengan strategi perusahaan o bagi portofolio investasi o untuk perencanaan dan penganggaran o untuk pengalokasian sumber daya Melakukan peninjauan ulang business case Melakukan perubahan dan pembatalan business case jika diperlukan pada saat pengambilan keputusan 4 ke 5 Melakukan proses pengawasan kinerja tiap program Menggunakan pembelajaran yang diperoleh untuk meningkatkan proses. TA 1 ke 4 1 ke 2 Meningkatkan penggunaan kakas walaupun belum standar 2 ke 3 Menetapkan kakas standar yang digunakan dalam organisasi Menggunakan kakas standar untuk membuat perbandingan investasi terutama dari sisi manfaat, biaya dan resiko 3 ke 4 Menggunakan kakas standar untuk mengevaluasi dan mengkomunikasikan investasi Mengintegrasikan kakas standar yang telah ditetapkan dengan sistem perusahaan yang ada Menggunakan kakas untuk penyesuaian dengan portofolio, rencana anggaran dan manajemen proyek 83

27 Tabel IV.1 Rekomendasi perbaikan value governance (Lanjutan) Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan SE 1 ke 4 1 ke 2 Mencari keahlian yang dibutuhkan untuk membangun business case Melakukan pelatihan formal walaupun belum ada perencanaan 2 ke 3 Mengunakan keahlian yang tersedia untuk mengidentifikasi investasi dalam dan antar kategori Membuat perencanaan pelatihan formal untuk mengelola keahlian yang ada. 3 ke 4 Mengunakan keahlian dengan maksimal untuk mendukung pengambilan keputusan, manajemen nilai dan manajemen proyek. Melaksanakan perencanaan pelatihan formal dengan konsisten RA 1 ke 4 1 ke 2 Meningkatkan tanggung jawab fungsi TI dalam menyampaikan kemampuan dan layanan TI bagi bisnis organisasi 2 ke 3 Meningkatkan tanggung jawab TI dan pengguna bisnis untuk mengimplementasikan program dan untuk merealisasikan manfaat 3 ke 4 Menetapkan akuntabilitas untuk pencapaian manfaat bisnis, pengontrolan biaya, dan pengawasan investasi Memberikan tanggung jawab kepada pihak pelaksana dan yayasan untuk merealisasikan manfaat bisnis dari investasi TI GSM 2 ke 5 2 ke 3 Membuat perbandingan pengeluaran saat ini dengan anggaran investasi yang tersedia. Membuat laporan atas pencapaian manfaat dari investasi yang dilakukan. 3 ke 4 Manajemen eksekutif membuat objektif portofolio gabungan agar sejalan dengan strategi institusi. Membuat kriteria evaluasi yang sesuai Membuat laporan status kemajuan termasuk pemenuhan target dan usaha pengurangan resiko yang dilakukan. 4 ke 5 Membuat laporan berdasarkan objektif kinerja, pengukuran dan target yang telah ditetapkan. Melakukan pengawasan dan membuat ringkasan keseluruhan portofolio. Mencatat segala perubahan secara konsisten dan melakukan analisis akar permasalahan serta mengambil langkah perbaikan 84

28 85 b. Usulan perbaikan kematangan proses portfolio management Berdasarkan Gambar III.4 Tingkat kematangan proses PM, beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam rangka perbaikan diuraikan untuk tiap atribut berdasarkan tingkat kondisi saat ini hingga kondisi yang diharapkan. Sebagai contoh untuk Tanggung jawab dan Akuntabilitas (Responsibility and accountability (RA)) yang berada pada level 1 diberikan beberapa langkah perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Menetapkan peran dan tanggung jawab dan mendokumentasikannya. (level 1 ke level 2) 2. Menciptakan keterlibatan manajemen TI dan bisnis dalam menyetujui program investasi. (level 1 ke level 2) 3. Memformalkan peran dan tanggung jawab yang telah ditetapkan sehingga fungsi TI dan bisnis mempunyai peran yang jelas dalam membangun business case. (level 2 ke level 3) 4. Meningkatkan keterlibatan fungsi TI dan manajemen bisnis dalam mengevaluasi, menetapkan prioritas dan memilih program investasi berbasis TI. (level 2 ke level 3) 5. Menggunakan peran dan tanggung jawab yang telah didefinisikan dengan baik. (level 3 ke level 4) 6. Menempatkan manajemen portofolio secara terstruktur dan mengintegrasikan dengan keseluruhan model tata kelola perusahaan. (level 3 ke level 4) 7. Menempatkan tanggung jawab dan kepemilikan yang jelas dalam memperbaharuhi dan menyempurnakan business case. (level 3 ke level 4) 8. Menginformasikan peran dan tanggung jawab yang telah didefinisikan kepada semua stakeholder. (level 3 ke level 4) Langkah-langkah perbaikan dapat dilihat secara lengkap pada Tabel IV.2.

29 Tabel IV.2 Rekomendasi perbaikan portfolio management Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan AC 2 ke 5 2 ke 3 Menetapkan kebutuhan dalam mengelola program bisnis berbasis TI dalam sebuah portofolio Memahami praktek manajemen portofolio Meningkatkan dan melakukan komunikasi yang terstruktur dengan stakeholder tentang manajemen portofolio yang dilakukan. 3 ke 4 Menciptakan komitmen yayasan dan menajemen pelaksana atas portofolio yang telah ditetapkan Melakukan kajian ulang secara teratu atas kinerja portofolio 4 ke 5 Menjadikan manajemen portofolio sebagai budaya di institusi. Yayasan dan manajemen pelaksana secara proaktif meningkatkan kinerja portofolio. Melakukan evaluasi untuk memperbaharuhi portofolio sehingga dapat mencapai kesuksesan dan sejalan dengan strategi bisnis. PSP 1 ke 4 1 ke 2 Melakukan praktek manajemen portofolio berdasarkan pengalaman yang ada Membangun business case dan melakukan peninjauan secara umum atas program investasi Membangun siklus hidup investasi dan menerapkannya. 2 ke 3 Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam memilih dan mengevalusi program. Memperhatikan keseluruhan portofolio dalam membuat business case. Membuat inventori sumber daya dan mengestimasi penggunaannya 3 ke 4 Melaksanana kebijakan dan prosedur manajemen portofolio investasi secara konsisten. Membuat kategori dari program investasi. Melakukan pengkajian ulang proses penseleksian dan proses persetujuan. Melakukan integrasi program investasi yang dipilih dengan manajemen sumber daya yang tersedia. 86

30 Tabel IV.2 Rekomendasi perbaikan portfolio management (Lanjutan) Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan TA 1 ke 4 1 ke 2 Membangun kakas dibutuhkan walaupun masih berbeda-beda untuk tiap kelompok. 2 ke 3 Membuat sistem standar manajemen portofolio secara terpusat. Mengumpulkan informasi program untuk mendukung pembuatan keputusan. 3 ke 4 Mengimplemantasikan secara luas sistem manajemen portofolio standar. Melakukan evaluasi, prioritas, pengelolaan program, pelaporan kinerja program dengan menggunakan sistem standar yang ada. SE 1 ke 4 1 ke 2 Mendefinisikan kebutuhan akan keahlian minumun yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas manajemen portofolio. Menggunakan pengalaman staf dalam membangun business case. Melakukan pelatihan untuk merespon kebutuhan. 2 ke 3 Mendefinisikan dan mendokumentasikan keahlian manajemen portofolio investasi. Membangun dan mengevaluasi business case untuk mengidentifikasi manfaat, biaya dan resiko, walaupun dengan keterbatasan keahlian. Membuat perencanaan pelatihan formal 3 ke 4 Menyediakan tenaga ahli untuk membangun, mengevaluasi dan memelihara business case. Menetapkan siklus hidup ekonomi yang lengkap atas manfaat, biaya dan resiko. Melaksanakan rencana pelatihan yang telah dibuat secara konsisten. 87

31 Tabel IV.2 Rekomendasi perbaikan portfolio management (Lanjutan) Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan RA 1 ke 4 1 ke 2 Menetapkan peran dan tanggung jawab dan mendokumentasikannya. Menciptakan keterlibatan manajemen TI dan bisnis dalam menyetujui program investasi 2 ke 3 Memformalkan peran dan tanggung jawab yang telah ditetapkan sehingga fungsi TI dan bisnis mempunyai peran yang jelas dalam membangun business case. Meningkatkan keterlibatan fungsi TI dan manajemen bisnis dalam mengevaluasi, menetapkan prioritas dan memilih program investasi berbasis TI. 3 ke 4 Menggunakan peran dan tanggung jawab yang telah didefinisikan dengan baik. Menempatkan manajemen portofolio secara terstruktur dan mengintegrasikan dengan keseluruhan model tata kelola perusahaan. Menempatkan tanggung jawab dan kepemilikan yang jelas dalam memperbaharuhi dan menyempurnakan business case. Menginformasikan peran dan tanggung jawab yang telah didefinisikan kepada semua stakeholder. GSM 1 ke 4 1 ke 2 Menetapkan ukuran keuangan yang lebih lengkap dan menerapkannya secara konsisten. Menciptakan manajemen yang efektif dan melakukan penelusuran manfaat investasi. 2 ke 3 Mendokumentasikan tujuan dan metrik yang ditetapkan. Menelusuri dan melaporkan manfaat berdasarkan metrik yang telah ditetapkan. Menyesuaikan kinerja manajemen dengan tujuan dan metrik yang ditetapkan 3 ke 4 Menetapkan metrik yang lebih lengkap, yang meliputi nilai finansial, non-finansial, keselarasan, resiko dan kelayakan. Membuat kelayakan portofolio investasi sebagai bagian dari informasi yang harus disediakan untuk manajemen eksekutif. Menyediakan pendanaan untuk semua kebutuhan dan pelaksanaan portofolio. 88

32 89 c. Usulan perbaikan kematangan proses investment management Berdasarkan Gambar III.5 Tingkat kematangan proses IM, beberapa tindakan yang perlu dilakukan dalam rangka perbaikan diuraikan untuk tiap atribut berdasarkan tingkat kondisi saat ini hingga kondisi yang diharapkan. Sebagai contoh untuk Kebijakan, standar dan prosedur (Polices, Standard and Procedure (PSP)) yang berada pada level 2 diberikan beberapa langkah perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: 1. Menetapkan format standar business case yang meliputi analisis manfaat, biaya dan resiko. (level 2 ke level 3) 2. Mendefinisikan business case setiap program dengan baik berdasarkan standar yang telah ditetapkan. (level 2 ke level 3) 3. Mengklarifikasi hasil bisnis dan mengidentifikasi lingkup insiatif yang dibutuhkan untuk mencapai hasil, termasuk mengelola resiko program. (level 2 ke level 3) 4. Membuat business case yang komprehensif dan lengkap.(level 3 ke level 4) 5. Memperbaharuhi business case secara teratur untuk menggambarkan situasi saat ini. (level 3 ke level 4) 6. Mengevaluasi ulang secara teratur, merevisi dan membatalkan program investasi jika diperlukan. (level 3 ke level 4) 7. Mencari umpan balik dalam usaha untuk meningkatkan pelaksanaan program investasi. (level 4 ke level 5) 8. Memonitor secara teratur dan mengoptimalkan nilai investasi dalam siklus hidupnya. (level 4 ke level 5) 9. Menggunakan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya untuk meningkatkan proses manajemen investasi. (level 4 ke level 5) Langkah-langkah perbaikan dapat dilihat secara lengkap pada Tabel IV.3.

33 Tabel IV.3 Rekomendasi perbaikan investment management Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan AC 1 ke 4 1 ke 2 Meningkatkan kesadaran manajemen bahwa TI sebagai alat bisnis. Menetapkan nilai bisnis dari investasi berbasis TI. 2 ke 3 Menciptakan pemahaman manajemen untuk mengelola investasi TI sebagai program. Meningkatkan pemahaman akan pentingnya perubahan organisasi dari pada teknologi yang terlibat. 3 ke 4 Menciptakan komitmen yayasan dan manajemen pelaksana untuk dapat bertanggung jawab atas perubahan organisasi, realisasi manfaat dan untuk mengelola semua investasi berbasis TI. PSP 2 ke 5 2 ke 3 Menetapkan format standar business case yang meliputi analisis manfaat, biaya dan resiko. Mendefinisikan business case setiap program dengan baik berdasrkan standar yang telah ditetapkan. Mengklarifikasi hasil bisnis dan mengidentifikasi lingkup insiatif yang dibutuhkan untuk mencapai hasil, termasuk mengelola resiko program. 3 ke 4 Membuat business case yang komprehensif dan lengkap. Memperbaharuhi business case secara teratur untuk menggambarkan situasi saat ini. Mengevaluasi ulang secara teratur, merevisi dan membatalkan program investasi jika diperlukan. 4 ke 5 Mencari umpan balik dalam usaha untuk meningkatkan pelaksanaan program investasi. Memonitor secara teratur dan mengoptimalkan nilai investasi dalam siklus hidupnya. Menggunakan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya untuk meningkatkan proses manajemen investasi. 90

34 Tabel IV.3 Rekomendasi perbaikan investment management (Lanjutan) Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan TA 1 ke 4 1 ke 2 Menggunkan kakas yang sesuai walaupun masih berbeda antar kelompok 2 ke 3 Menggunakan kakas standar yang ada untuk mendukung pengembangan business case. Membangun dan mendefinisikan road map program Mendefinisikan hasil bisnis yang diharapkan. Menentukan kontribusi dan asumsi yang dibutuhkan untuk mencapai hasil bisnis. 3 ke 4 Menentukan kakas perencanaan proyek yang akan digunakan. Menggunakan kakas perencanaan proyek untuk mengotomatisasi dan mengawasi manajemen investasi TI. Menyediakan instrumen pedoman (meliputi manfaat, biaya dan resiko) untuk menelusuri kinerja program secara teratur. SE 1 ke 5 1 ke 2 Menumbuhkan keahlian yang luas dalam fungsi TI dalam mengestimasi pengeluaran, hasil bisnis, dan manfaat finansial dari investasi berbasis TI. 2 ke 3 Membangun keahlian dalam manajemen invstasi. Menciptakan keahlian dalam mengestimasi manfaat tangible dan intangible sebaik menilai resiko dan hasil bisnis. Menyediakan keahlian dalam manajemen proyek Membangun alternatif aksi yang mungkin untuk mencapai hasil bisnis 3 ke 4 Menyediakan keahlian dalam organisasi untuk mengelola dan mengevaluasi manfaat yang dihasilkan oleh program. 4 ke 5 Menyediakan keahlian dan tenaga ahli untuk menilai dan melaporkan secara konsisten kinerja program. Membuat laporan program secara individual atau secara keseluruhan portofolio. Meningkatkan keahlian agar sesuai dengan tujuan institusi. 91

35 Tabel IV.3 Rekomendasi perbaikan investment management (Lanjutan) Atribut Tingkat Peningkatan Tindakan Perbaikan RA 1 ke 4 1 ke 2 Menciptakan tanggung jawab fungsi TI untuk dapat menyampaikan kemampuan TI dan layanan TI bagi bisnis. Menetapkan kepemilikan dalam bagian perbagian untuk merealisasikan manfaat. 2 ke 3 Membagi tanggung jawab antara TI dan penguna bisnis dalam mengimplementasikan program dalam berbagai kategori. Meningkatkan tanggung jawab untuk merealisasikan manfaat. 3 ke 4 Menetapkan akuntabilitas untuk mencapai manfaat bisnis, penyampaiannya dan pengontrolannya. Menentukan peran dan tanggung jawab yayasan untuk merealisasikan manfaat dari investasi berbasis TI. GSM 2 ke 5 2 ke 3 Menetapkan proses untuk membangun kategori yang berbeda dari investasi. Membuat pelaporan dan perbandingan realisasi dari manfaat yang diharapkan. 3 ke 4 Membangun objektif portofolio gabungan agar sejalan dengan arahan strategis institusi. Menetapkan kriteria evaluasi untuk mendukung transparansi, pengulangan dan perbandingan program. Membuat status pelaporan investasi yang meliputi objektif yang direncanakan dan yang dicapai, proses penyampaian dan pengelolaan resiko. 4 ke 5 Menetapkan objektif kinerja, ukuran dan target untuk setiap invetasi berbasis TI. Membuat laporan berdasarkan objektif, ukuran dan target yang telah ditetapkan. Melakukan pengawasan untuk menciptakan sebuah metoda peringkasan cara pandang pada keseluruhan portofolio. Mencatat semua pengecualian secara teratur. Melakukan analisis akar permasalahan dan menerapkan langkah-langkah perbaikan. 92

36 93 IV.3 Usulan Perencanaan Investasi Berdasarkan Business Case Berdasarkan analisis business case yang telah dilakukan pada Bab III bagian III.4.2, beberapa hal yang dapat menjadi menjadi usulan dan perbaikan antara lain: 1. Pengumpulan data-data fakta yang akan digunakan dinyatakan secara tertulis dan dilakukan penyamaan persepsi atas data yang dimaksudkan. Misalnya konsep e-learning yang dipilih untuk dikembangkan, didefinisi dengan konsisten sehingga dapat dipahami oleh semua stakeholder yang terlibat. 2. Analisis keselarasan telah dilakukan terhadap sasaran bisnis institusi, namun hal ini masih terlalu luas. Analisis keselarasan hendaknya juga dilakukan visi dan misi yang lebih spesifik, misalnya ditingkat program studi sehingga bentuk e-learning yang dipilih benar-benar dapat menunjang pengembangan program studi khususnya dan institusi umumnya. Analisis keselarasan juga harus dilakukan dengan perencanaan bisnis dan TI yang telah ada sehingga investasi yang dilakukan dapat menjadi bagian pengembangan perencanaan bisnis atau perencanaan TI. Analisis keselarasan ini akan membawa jawaban akan efektifitas dan efisiensi sebuah investasi TI yang dilakukan. 3. Analisis manfaat finansial perlu dilakukan untuk dapat membuat perbandingan kondisi sebelum pengembangan dan sesudah pengembangan. Walaupun merupakan bagian dari pengembang sistem perpustakan hendaknya analisis finansial dilakukan secara lebih lengkap untuk dapat melihat dampaknya terhadap sumber daya TI secara luas dalam institusi. 4. Investasi dan pengembangan e-learning telah membawa beberapa manfaat non-finansial, sehingga tidak ada usulan yang diberikan. 5. Dari hasil analisis resiko diperlukan beberapa tindakan seperti: a. Pendefinisian konsep e-learning yang akan digunakan dikomunikasikan ke semua stakeholder.

37 94 b. Pengembangan e-learning yang dilakukan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem yang ada untuk dapat memenuhi kebijakan dan aturan keamanan yang telah ada. c. Perubahan konsep pembelajaran harus dikomunikasikan agar hasil bisnis yang diharapkan oleh institusi tetap ada dan selaras dengan sistem pembelajaran politeknik. d. Penjadwalan dilakukan lebih rinci sehingga dapat diketahui kapan penghentian program dan memudahkan dalam pengimplementasiannya. 6. Berdasarkan matrik keputusan pada Tabel III.7, maka diusulkan keputusan pengembangan e-learning dapat dimasukan dalam prioritas portofolio dan pengembangannya difokuskan pada keuntungan non-finansial yang dapat diperoleh oleh Politeknik Caltex Riau. 7. Bentuk dokumen business case merupakan bentuk business case yang telah diuraikan dari langkah 2 hingga langkah 6 pada bagian 3.4.2, dan dapat mengikuti bentuk business case yang ada pada Lampiran E. 8. Tidak ada peninjauan business case karena tidak sampai pada pelaksanaan dan penghentian program. Peninjauan pelaksanaan business case akan lebih menggambarkan bagaimana realisasi manfaat yang ada serta bagaimana kemampuan bisnis, teknikal dan operasional dapat diperoleh. Analisis business case yang dilakukan dalam bentuk analisis keselarasan, analisis non-finansial, analisis resiko memberikan kesimpulan bahwa keputusan dilaksanakannya investasi e-learning dilakukan dengan fokus utama pada manfaat non-finansial bagi institusi Politeknik Caltex Riau.

38 95 IV.4 Usulan Pengambilan Keputusan Investasi TI Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau, dapat dinilai bahwa proses investasi TI yang dilakukan masih kurang maksimal dan belum memberikan nilai lebih bagi organisasi. Oleh karena itu diusulkan tahapan pengambilan keputusan proses investasi sehingga nantinya investasi TI yang dilakukan dapat memberi nilai tambah yang maksimal bagi proses bisnis Politeknik Caltex Riau. Usulan tersebut dapat dilihat pada gambar IV.25 berikut: Mengidentifikasi pelaksanaan proses-proses Val IT Melakukan analisis kematangan Melakukan analisis business case Menetapkan keputusan investasi TI Gambar IV.25 Usulan langkah pengambilan keputusan Langkah-langkah pengambilan keputusan pada Gambar IV.25 diuraikan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pelaksanaan proses-proses Val IT Pelaksanaan proses proses Val IT diidentifikasi untuk mengetahui lingkup yang belum dilakukan atau yang sudah dilakukan namun masih memiliki kinerja yang masih kurang baik. Proses identifikasii terbagi atas 3 bagian yaitu: a. Mengidentifikasi proses value governance Pengidentifikasian ini memberikan kepastian bahwa praktek manajemen nilai melekat dalam institusi, dan membantu dalam mengoptimalkan nilai dari investasi berbasis TI dalam siklus hidup

39 96 ekonominya. Pengidentifikasian ini juga akan memberikan level persetujuan manajemen pada prinsip tata kelola nilai, level kepemimpinan dan derajat kepatuhan pada proses manajemen nilai serta level dan bentuk karakteristik portofolio yang akan digunakan. b. Mengidentifikasi proses portfolio management Pengidentifikasian proses ini memberikan kepastian kepada institusi untuk mengoptimalkan nilai dalam portofolio investasi berbasis TI. Pengidentifikasian ini juga akan memberikan level kepuasan akan kontribusi TI dalam nilai bisnis institusi, menggambarkan persentase pengeluaran TI yang secara langsung memberi dampak pada strategi bisnis serta persentase meningkatnya nilai portofolio. c. Mengidentifikasi proses investment management Pengidentifikasian proses ini memberikan kepastian kontribusi investasi berbasis TI yang dilakukan institusi membawa nilai yang optimal. Pengidentifikasian ini juga akan memberikan timbulnya ideide baru dalam kategori investasi, memberikan hal-hal yang diperlukan untuk sebuah business case yang lengkap dan penggunaannya serta memberikan persentase realisasi nilai yang diharapkan. 2. Melakukan analisis kematangan Pelaksanaan analisis kematangan yang dilakukan pada tiga domain proses utama Val IT dapat memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang langkah-langkah perbaikan proses-proses Val IT yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kinerja. Analisis kematangan yang dilakukan pada Politeknik Caltex Riau menunjukkan bahwa pelaksanaan investasi yang dilakukan masih berada pada level 1 hingga level 2 dan menginginkan berada pada level 4 hingga level 5. Untuk dapat mencapainya Politeknik Caltex Riau dapat mengikuti usulan perbaikan kematangan yang ada pada Tabel IV.1 hingga Tabel IV.3.

40 97 3. Melakukan analisis business case Pelaksanaan analisis business case memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang manajemen investasi yang dilakukan dengan bisnis organisasi, dan juga memberikan gambaran mengenai semua pengaruh dan manfaat yang mungkin terjadi atau yang akan diperoleh oleh organisasi pada saat melaksanakannya. Tingkat kompleksitas business case sebuah program investasi yang digunakan dalam mengambil keputusan investasi tergantung pada kategori investasi yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan proses proses Val IT. Analisis business case yang dilakukan pada Politeknik Caltex Riau dalam bentuk analisis keselarasan, analisis non-finansial, analisis resiko memberikan bahwa keputusan dilaksanakannya investasi e-learning dilakukan dengan fokus utama pada manfaat non-finansial bagi institusi Politeknik Caltex Riau. Analisis business case ini juga memberikan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dan diperbaiki dalam sebuah business case sehingga dapat memberi gambaran kelayakan sebuah investasi dan terhindarnya dari kegagalan. 4. Menetapkan keputusan investasi TI Proses menetapkan keputusan investasi yang dilakukan merupakan tahapan akhir untuk menentukan dilaksanakan atau tidaknya sebuah program investasi. Keputusan investasi TI yang dilakukan dapat menggunakan hasil analisis terhadap business case yang telah dilakukan pada sebuah rencana investasi. Analisis business case ini merupakan bagian dari proses Val IT yaitu Investment Management. Rencana investasi TI yang akan dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau berupa pengembangan e-learning dapat dilakukan dengan semua pertimbangan dan tinjauan yang diuraikan pada tahapan analisis business case dan dalam uraian pada bagian IV.3.

Bab III Analisis Investasi Teknologi Informasi

Bab III Analisis Investasi Teknologi Informasi Bab III Analisis Investasi Teknologi Informasi III.1 Profil Politeknik Caltex Riau Politeknik Caltex Riau (PCR) adalah satu-satunya Politeknik di kawasan Provinsi Riau yang berkedudukan di Pekanbaru. Politeknik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi informasi (TI) saat ini telah mengalami perubahan yang sangat besar, dari hanya sekadar alat bantu menjadi komponen proses bisnis organisasi. Organisasi

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP IV.1. Usulan Pelaksanaan Proses-Proses Val IT Berdasarkan hasil pengidentifikasian proses-proses Val IT pada bagian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI.

ABSTRAK. Kata Kunci : Manfaat Investasi TI, Val IT Framework 2.0, Aplikasi Metatrader 4.0, Business Case, Portofolio Investasi TI. PENGGUNAAN VAL IT FRAMEWORK 2.0 UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI APLIKASI METATRADER 4.0 (ONLINE TRADING) PADA PERUSAHAAN SEKURITAS ONLINE Oleh : Rani Puspita Dhaniawaty, Yeffry

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Value (Nilai) Value (Nilai) dalam bahasa Yunani axia yang berarti berharga. Terdapat perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Nilai (Value) Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga, namun ada perbedaan konsep antara harga dan nilai dalam bahasa Indonesia. Nilai bermakna sesuatu

Lebih terperinci

Bab III Analisis Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP

Bab III Analisis Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP Bab III Analisis Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Pada Universitas Sangga Buana YPKP III.1 Profil Universitas Sangga Buana YPKP Universitas Sangga Buana (USB YPKP) didirikan pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI VAL IT DAN BUSINESS CASE. Hasil analisis matrikulasi sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III

BAB IV IDENTIFIKASI VAL IT DAN BUSINESS CASE. Hasil analisis matrikulasi sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III BAB IV IDENTIFIKASI VAL IT DAN BUSINESS CASE 4.1 Identifikasi Proses Val IT 4.1.1 Analisis Identifikasi Value governance (VG) Hasil analisis matrikulasi sebagaimana telah dikemukakan pada Bab III pada

Lebih terperinci

JURNAL LPKIA, Vol.1 No.1, September 2017

JURNAL LPKIA, Vol.1 No.1, September 2017 MENGUKUR INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI ABSENSI DIGITAL DOMAIN PORTFOLIO MANAGEMENT(STUDI KASUSUNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP) 1 Renol Burjulius, 2 Khoirul Khoiria 1 Program Studi Sistem Informasi STMIK

Lebih terperinci

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Pengantar Val IT merupakan Framework yang dikembangkan oleh IT Governance Institute (ITGI), dimana fokus utama framework ini adalah tanggungjawab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI BISNIS Wahyuni, S.Si, MT Dosen Program Studi Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Perkembangan TI yang semakin canggih dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu Lampiran LAMPIRAN A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH Proses TI PO - Menetapkan Rencana Strategis IT Perencanaan strategis TI diperlukan untuk mengelola dan mengarahkan semua sumber daya TI sesuai dengan

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam suatu perusahaan memerlukan biaya yang besar dan memungkinkan terjadinya resiko kegagalan yang cukup tinggi. Di sisi lain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

Kata kunci : Investasi Teknologi Informasi, Val IT Framework 2.0, Value Governance (VG), Maturity Level.

Kata kunci : Investasi Teknologi Informasi, Val IT Framework 2.0, Value Governance (VG), Maturity Level. Pengukuran Investasi Teknologi Informasi Pada Domain Value Governance (VG) Val IT Framework 2.0 di Universitas XYZ The Information Technology Investment Measurement of Value Governance (VG) Domain Using

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memberikan beberapa landasan teori, meliputi teori di bidang tata kelola TI, dan pengelolaan investasi TI yang digunakan dalam penelitian. 2.1 Definisi Sebelum lebih jauh,

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI 5.1 Rancangan Audit Sistem Informasi Rancangan audit sistem informasi dapat dilihat dari skor rata-rata dilakukan perhitungan pada bab sebelumnya dari nilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai audit Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) pada Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung yang menggunakan

Lebih terperinci

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna Rini Astuti Unit Sumber Dya Informasi Institut Teknologi Bandung riniastuti2001@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis organisasi menyebabkan perkembangan sistem informasi yang begitu pesat. Begitu pula dengan perkembangan di

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto Hubungan antara Val IT dan COBIT Val IT menyediakan perspektif pada level enterprise dalam penciptaan nilai bisnis. COBIT membantu Val IT dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS : ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI : SISTEM INFORMASI No. Dokumen 02-3.04.1.02 Distribusi Tgl. Efektif RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah Kode Rumpun MK Bobot (SKS) Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan teknologi informasi (TI) saat ini tidak dapat diabaikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan teknologi informasi (TI) saat ini tidak dapat diabaikan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi informasi (TI) saat ini tidak dapat diabaikan, karena proses globalisasi yang berjalan begitu cepat yang cenderung mempengaruhi cara berpikir maupun

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi telah menunjukkan jati dirinya dalam peradaban manusia dewasa ini. Sudah tentu tidak dapat dipungkiri dan dipandang sebelah mata, peran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

DOKUMEN KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI)

DOKUMEN KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) DOKUMEN KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA TOMOHON 2017 I. Visi, Misi dan Tujuan VISI Menjadi Program Studi DIII Keperawatan Yang Berdaya Saing Nasional, berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir,

BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, lingkup tugas akhir, metodologi pengerjaan tugas akhir, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KERANGKA KERJA VAL IT UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI, STUDI KASUS PT. SCTV

PENGGUNAAN KERANGKA KERJA VAL IT UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI, STUDI KASUS PT. SCTV PENGGUNAAN KERANGKA KERJA VAL IT UNTUK MENGUKUR PERENCANAAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI, STUDI KASUS PT. SCTV RESEARCH GALIH SEPTANTO 0922200763 PROGRAM PASCASARJANA ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB IV FRAMEWORK PENYUSUNAN TATA KELOLA TI

BAB IV FRAMEWORK PENYUSUNAN TATA KELOLA TI 28 BAB IV FRAMEWORK PENYUSUNAN TATA KELOLA TI Framework penyusunan tata kelola TI ditujukan untuk memberikan arahan yang jelas dan terarah bagi Pemerintah dalam pembuatan dokumen tata kelola TI sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batas penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) saat ini menjadi teknologi yang banyak diadopsi oleh hampir seluruh organisasi dan dipercaya dapat membantu meningkatkan efisiensi proses yang

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja

JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja Sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Programer komputer KODE UNIT : TIK.PR01.001.01 JUDUL UNIT : Melakukan Komunikasi Di Tempat Kerja DESKRIPSI UNIT : Unit ini menentukan kompetensi yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Rencana Strategis Organisasi di Politeknik Sawunggalih Aji Perencanaan strategis teknologi informasi di Politeknik Sawunggalih Aji ini dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE Aullya Rachmawati1), Asro Nasiri2) 1,2) Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL KINERJA PELAKSANAAN RENOP No. Revisi 00

MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL KINERJA PELAKSANAAN RENOP No. Revisi 00 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85081 1dari5 1. TUJUAN a. Menetapkan standard kepastian monitoring dan evaluasi internal kinerja pelaksanaan rencana operasional. b. Memberikan kepastian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pemanfaatan IT dalam dunia industri sudah sangat penting. IT memberikan peluang untuk meningkatkan produktifitas bisnis perusahaan. Namun penerapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI

PENDAHULUAN. dengan yang di sampaikan Cassidy (2005) bahwa perencanaan strategis SI dan TI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kunci kesuksesan dari integrasi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi (SI dan TI) sangat ditentukan jika ada keselarasan antara Perencanaan Strategis Sistem Informasi

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

Analisa Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan RI)

Analisa Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan RI) Analisa Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan RI) Latar Belakang Permasalahan Teknologi Informasi Kurangnya

Lebih terperinci

Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP)

Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP) Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP) Yohana Dewi Lulu W yohana@pcr.ac.id Jurusan Komputer Politeknik Caltex Riau Abstrak Perkembangan enterprise saat ini

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X Bayu Endrasasana 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II Teknologi informasi pada saat ini telah digunakan hampir pada seluruh aspek penting dalam setiap perusahaan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya. BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi penjualan pada PT. Bangunan Jaya adalah merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR

REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR REFORMASI BIROKRASI KATA PENGANTAR Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development

CV. Lubersky Computer Semarang: IT Consultant, Software dan Web Development Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia. Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

Herliana Widyaningrum

Herliana Widyaningrum Herliana Widyaningrum 2210 206 703 Pelayanan prima didukung TI merupakan bagian visi dan misi Instansi Pemerintah Pembangunan Infrastruktur jaringan semakin berkembang Tata kelola layanan jaringan saat

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER. PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI

LAMPIRAN 1 KUESIONER. PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI L1 LAMPIRAN 1 KUESIONER Pilihan Jawaban : 1 : Tidak Setuju 2 : Kurang Setuju 3 : Setuju 4 : Sangat Setuju PO 1 : Define a strategic IT Plan Pendefinisian Perencanaan Strategi TI Maturity Level 0 : Non-existent

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0 AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0 1 Juliandarini (07018215), 2 Sri Handayaningsih (0530077701) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK

LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK 95 LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK Start Situation Analysis Planning PM Audit Management & QA Dept Lesson Learn Performance Analysis PM Audit Report- Generation PM Audit Presentation PM Audit Close

Lebih terperinci

Tata Kelola Teknologi Informasi

Tata Kelola Teknologi Informasi MODUL PERKULIAHAN Modul ke: 02Fakultas Agus FASILKOM Tata Kelola Teknologi Informasi PROSES TATA KELOLA TI Hamdi.S.Kom,MMSI Program Studi Teknik Informatika LINGKUP PROSES TATA KELOLA i. Perencanaan Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Islam Riau yang beralamat di jalan Kaharudin Nasution No. 113, Perhentian Marpoyan. Pekanbaru. 3.2.

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI What is IT Resource People Infrastructure Application Information Why IT Should be managed? Manage Information Technology Effectiveness

Lebih terperinci

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal

1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan

Lebih terperinci

REKOMENDASI TATA KELOLA SISTEM AKADEMIK DI UNIVERSITAS X DENGAN FRAMEWORK COBIT

REKOMENDASI TATA KELOLA SISTEM AKADEMIK DI UNIVERSITAS X DENGAN FRAMEWORK COBIT REKOMENDASI TATA KELOLA SISTEM AKADEMIK DI UNIVERSITAS X DENGAN FRAMEWORK COBIT Ellysa Tjandra Universitas Surabaya ellysa@staff.ubaya.ac.id Abstrak. Universitas X adalah universitas yang telah menerapkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi (TI) saat ini sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat membantu meningkatkan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 /PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT. BAB IV PEMBAHASAN Ruang lingkup audit operasional atas fungsi Sumber Daya Manusia pada PT. Danayasa Arthatama Tbk. mencakup pelaksanaan seluruh fungsi manajemen dan ketaatan manajemen terhadap kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam perencanaan strategis di institusi perguruan tinggi. Perencanaan strategis

BAB I PENDAHULUAN. dalam perencanaan strategis di institusi perguruan tinggi. Perencanaan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan strategis sistem informasi dan teknologi informasi adalah suatu kegiatan yang terus menerus dan sistematis dengan tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.233 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK BAB I PENDAHULUAN A. Umum Kemajuan

Lebih terperinci

THE DIRECTION PHASE. Titien S. Sukamto

THE DIRECTION PHASE. Titien S. Sukamto THE DIRECTION PHASE Titien S. Sukamto THE DIRECTION PHASE Fase ini merupakan waktu untuk mengembangkan arah dari SI organisasi, identifikasi dimana SI berada di masa depan untuk memenuhi kebutuhan bisnis.

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Persoalan tata kelola TI menyangkut beberapa hal yang perlu dipahami agar dapat membantu analisis dan pengembangan solusi. Beberapa hal yang akan mendasari untuk membantu pencapaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Audit Sistem Informasi Pada bab ini membahas tentang evaluasi hasil pelaksanaan audit sistem informasi berdasarkan Penentuan Ruang Lingkup Audit

Lebih terperinci