KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Muhamad Nur Kepala Perwakilan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. Muhamad Nur Kepala Perwakilan"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III-212 ini dapat diselesaikan. KER disusun selain untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia, juga untuk memenuhi kebutuhan pihak eksternal mengenai berbagai informasi yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia di bidang Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran. Selain itu, dikaji pula hal-hal lain yang terkait dengan perkembangan perekonomian meliputi perkembangan keuangan daerah dan ketenagakerjaan serta kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah. Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan bagi kajian ini. Hubungan yang baik ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang. Masukan dari berbagai pihak akan sangat membantu guna lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengguna kajian ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu melimpahkan ridho-nya dan memberikan kemudahan kepada kita semua dalam upaya meningkatkan kinerja. Palangka Raya, November 212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Muhamad Nur Kepala Perwakilan KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... v DAFTAR DIAGRAM... vi RINGKASAN EKSEKUTIF... viii INDIKATOR PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TENGAH... xi BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Kondisi Umum Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Ekspor-Impor Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor PHR Sektor Pertambangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Sektor Industri Pengolahan BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Gambaran Inflasi Umum Inflasi Tahunan dan Triwulanan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan Sisi Penawaran Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Kalimantan Tengah Kelembagaan Aset Perbankan Penghimpunan Dana Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Penyaluran Kredit UMKM dan KUR Perkembangan Sistem Pembayaran KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 ii

3 3.2.1 Transaksi Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Penemuan Uang Palsu Kas Titipan di Sampit Transaksi Non Tunai Transaksi Kliring Transaksi Keuangan RTGS BAB IV KEUANGAN DAERAH Target APBD Provinsi Kalimantan Tengah Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan III Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Daerah BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Kesejahteraan BAB VI PROYEKSI PEREKONOMIAN DAN INFLASI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Inflasi KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 iii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Kalimantan Tengah menurut Penggunaan.. 2 Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB menurut Sektor Ekonomi... 7 Tabel 1.3 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang... 9 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Palangka Raya, Sampit dan Kalteng Tabel 2.2 Perkembangan Kuota dan Konsumsi BBM Kalimantan Tengah Tabel 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Kota Palangka Raya Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Kota Sampit Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah... 2 Tabel 3.2 Dana Pihak Ketiga Menurut Kab/Kota Kalteng Triwulan III Tabel 3.3 Sebaran Kredit di Kab/Kota berdasarkan Jenis Penggunaan Tabel 3.4 Sebaran Kredit di Kab/Kota berdasarkan Sektor Ekonomi Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Tabel 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Kalimantan Tengah Tabel 4.1 APBD se-kalimantan Tengah TA Tabel 4.2 APBD per Prov/Kab/Kota... 3 Tabel 4.3 Realisasi Penerimaan APBD Pemerintah Prov.Kalteng s.d. Tw.II Tabel 4.4 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Prov.Kalteng s.d. Tw. II Tabel 4.5 Realisasi Belanja Langsung APBD Pemerintah Prov.Kalteng per SKPD...33 Tabel 5.1 Penduduk Menurut Janis Kegiatan Utama di Kalimantan Tengah Tabel 5.2 Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Miskin Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kalteng KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 iv

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen... 1 Grafik 1.2 Pertumbuhan KPM, KPSM dan Lainnya... 3 Grafik 1.3 Pertumbuhan KPR Perbankan... 3 Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi BBM RT... 3 Grafik 1.5 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah... 3 Grafik 1.6 Pertumbuhan Investasi PMTB... 4 Grafik 1.7 Realisasi Pengadaan Semen di Kalteng... 4 Grafik 1.8 Perkembangan Impor Barang Modal... 4 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan... 4 Grafik 1.1 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalteng Grafik 1.11 Pertumbuhan Nilai Impor Kalteng... 5 Grafik 1.12 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Pertanian dan Industri... 6 Grafik 1.13 Pertumbuhan Ekspor Komoditas Pertambangan dan Penggalian... 6 Grafik 1.14 Luas Panen, Produksi & Produktivitas Padi Kalimantan Tengah... 8 Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian... 9 Grafik 1.16 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian... 9 Grafik 1.17 Situasi Bisnis Perusahaan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 1 Grafik 1.18 Arus Penumpang Keluar-Masuk Bandara Tjilik Riwut - Palangkaraya... 1 Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 1 Grafik 1.2 Produksi Batu Bara Kalteng Grafik 1.21 Harga Batubara Domestik & Internasional Grafik 1.22 Pertumbuhan Total Kredit, LDR dan NPL Perbankan Kalteng Grafik 1.23 Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Grafik 1.24 Harga CPO Internasional & Rerata TBS Lokal Grafik 1.25 Permintaan CPO Dunia Grafik 1.26 Perkembangan Kredit Sektor Industri Grafik 1.27 Perkembangan Konsumsi BBM Industri Grafik 2.1 Laju Inflasi Kalteng, Kalimantan dan Nasional (yoy) Grafik 2.2 Ekspektasi Konsumen Grafik 2.3 Ekspektasi Produsen Grafik 2.4 Tinggi Gelombang Minimum dan Maksimum di Laut Jawa Grafik 2.5 Dekomposisi Inflasi Kalteng Grafik 2.6 Inflasi berdasarkan Kelompok Pengeluaran KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 v

6 Grafik 3.1 Pertumbuhan Giro, Tabungan dan Deposito Perbankan Kalteng Grafik 3.2 Perkembangan Fungsi Intermediasi Perbankan Kalimantan Tengah Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi Grafik 3.5 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL s Perbankan di Kalimantan Tengah Grafik 3.6 Perkembangan Transaksi Pembayaran Kalteng Grafik 3.7. Perkembangan Inflow Transaksi Tunai di KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.8 Perkembangan Outflow Transaksi Tunai di KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.9. PTTB dan Rasio PTTB terhadap Inflow Grafik 3.1 PTTB dan Pertumbuhan PTTB Grafik 3.11 Perkembangan Kas Titipan Grafik 3.12 Persentase Kas Titipan Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi Non Tunai Kalteng Grafik 3.14 Perbandingan Jumlah Warkat dan Nilai Kliring Kalteng Grafik 3.15 Perbandingan Pertumbuhan Warkat dan Nilai Kliring (yoy) Grafik 3.16 RTGS Keluar dan Masuk Kalteng yang tercatat RTGS Nasional Grafik 3.17 Perkembangan Total RTGS dan Pertumbuhannya Grafik 5.1 Laju Inflasi Pedesaan Grafik 5.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Grafik 6.1 Perkembangan Impor Barang Modal Grafik 6.2 Harga CPO Internasional & Rerata TBS Lokal Grafik 6.3 Perkembangan Bea Keluar Ekspor CPO... 4 Grafik 6.4 Harga Batubara Domestik & Internasional... 4 Grafik 6.5 Laju Inflasi Provinsi Kalteng & Proyeksi di Triwulan III Grafik 6.6 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut di Perairan Laut Jawa Grafik 6.7 Ekspektasi Konsumen Grafik 6.8 Ekspektasi Produsen KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 vi

7 DAFTAR DIAGRAM Diagram 1.1 Peta Perekonomian Nasional (yoy)... 1 Diagram 1.2 Komoditas Ekspor Utama Kalteng... 6 Diagram 1.3 Komoditas Impor Utama Kalteng... 6 Diagram 1.4 Negara Tujuan Ekspor Batubara... 7 Diagram 1.5 Negara Tujuan Ekspor CPO... 7 Diagram 1.6 Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah... 8 Diagram 2.1 Gambaran Inflasi Wilayah Kalimantan Diagram 3.1 Sebaran Aset Perbankan di Kalimantan Tengah pada Triwulan III Diagram 3.2 Share Giro, Tabungan dan Deposito Perbankan Kalteng Diagram 3.3 Perkembangan Share NPL Sektor Ekonomi Utama Kalimantan Tengah Diagram 5.1 Penduduk yang Bekerja di Sektor Ekonomi Utama KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 vii

8 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-212 Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam 1 tahun terakhir semakin terbuka. Peran perdagangan luar negeri terlihat semakin besar disertai dengan kenaikan kontribusi investasi dalam perekonomian. Sebaliknya, kekuatan konsumsi dalam menopang ekonomi semakin berkurang. Dari sisi sektoral juga menggambarkan semakin besarnya peran sektor-sektor tersier pembangunan ekonomi menggantikan dominasi peran sektor primer. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Akselerasi pertumbuhan didorong oleh permintaan domestik yang kuat dan perbaikan kinerja sektor-sektor ekonomi dominan Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada triwulan III-212 tumbuh 7,13% (yoy). Sumbangan pertumbuhan terbesar berasal realisasi investasi barang modal yang ditunjukkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diikuti konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Di lain pihak, neraca perdagangan luar negeri mendapat tekanan akibat permintaan eksternal yang menurun, khususnya untuk komoditas karet dan batubara. Dari sisi penawaran menggambarkan bahwa akselerasi pertumbuhan periode ini antara lain didorong oleh tingginya intensitas kegiatan dalam rangka MICE (meeting-incentive-convention-exhibition) disertai dengan peningkatan hasil produksi kelapa sawit. Membaiknya perekonomian sektor dominan memicu pertumbuhan sektor lainnya khususnya sektor keuangan perbankan yang mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi pada periode laporan. Laju inflasi Kalteng tercatat menurun dari 6,32% menjadi 4,77% (yoy) Perkembangan Inflasi Daerah Laju Inflasi di triwulan III-212 tercatat 4,77% (yoy), menurun secara signifikan dibandingkan triwulan II-212 yang tercatat 6,32% (yoy), meskipun tetap berada di atas level Nasional yang tercatat 4,31% (yoy). Dari realisasi inflasi 4,77% (yoy), kota Palangka Raya memberi andil inflasi sebesar 2,78% sementara sisanya (1,99%) disumbang oleh inflasi kota Sampit. Dari sisi permintaan, menurunnya tekanan inflasi antara lain dipengaruhi oleh stabilitas nilai tukar Rupiah dan terjaganya ekspektasi masyarakat khususnya sepanjang bulan Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri yang jatuh pada 19-2 Agustus lalu. Sementara dari sisi penawaran, pergerakan inflasi yang melandai dipengaruhi oleh lancarnya pasokan yang masuk dari pulau Jawa baik melalui pelabuhan Trisakti-Banjarmasin maupun pelabuhan Sampit. Tinggi gelombang laut di perairan Laut Jawa yang kondusif bagi pelayaran sangat mendukung kelancaran arus pasokan dari Jakarta dan Surabaya. KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 viii

9 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan melambat sama halnya dengan tren inflow dan outflow yang cenderung menurun Secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan sebesar 21,29% (yoy) atau menjadi Rp2,47 triliun, melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (26,1%). Selanjutnya, dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) tumbuh sebesar 18,47% (yoy) menjadi Rp14,78 triliun juga melambat dari triwulan sebelumnya (26,57%). Sementara itu, nilai kredit yang disalurkan perbankan di Kalteng tumbuh sebesar 19,2% (yoy) menjadi Rp13,24 triliun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (18,39%). Selanjutnya, efektivitas fungsi intermediasi perbankan yang terlihat dari perkembangan rasio kredit terhadap DPK atau Loans to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 89,56% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (88,15%). Total aliran uang yang masuk (inflow) selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp248,29 miliar, naik 4,32% dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara itu transaksi outflow yang mencapai Rp1.848,9 miliar justru lebih rendah,24% (yoy), dimana pada triwulan II-212 masih mencatat angka pertumbuhan 1,69% (yoy). Sedangkan pada transaksi pembayaran non tunai, total nilai transaksi kliring dan RTGS selama triwulan III-212 tumbuh 33,12% (yoy) menjadi Rp5.225,73 miliar, di atas tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 31,69% (yoy). Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi belanja pemerintah meningkat serta penerimaan telah melampui target Pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah yang membaik dibandingkan performa triwulan sebelumnya dari 4,97% menjadi 7,64% (yoy), antara lain didorong oleh naiknya realisasi anggaran belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Realisasi anggaran belanja APBD sampai dengan triwulan III-212 sebesar Rp1,25 triliun atau 55,49% dari target APBD Tahun 212. Meskipun pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 211, namun belum terealisasi secara proporsional. Sebaliknya, realisasi penerimaan telah melampaui target triwulan III dimana tercapai sebanyak 85,47% dari rencana penerimaan tahun 212 sebesar Rp2,25 triliun. Prospek Perekonomian dan Inflasi Perekonomian di triwulan depan diperkirakan menguat menjadi 7,47±1%(yoy), dengan laju inflasi yang relatif meningkat pada kisaran 4,99+1% (yoy) Perekonomian Kalimantan Tengah (Kalteng) pada triwulan IV diproyeksi menguat didorong oleh peningkatan kinerja sektor perkebunan kelapa sawit, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,47±1%(yoy), berakselerasi dibandingkan triwulan III yang tumbuh 7,13% (yoy). Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi Kalteng sepanjang tahun 212 diperkirakan mencapai 6,87±1%, mendekati target indikatif yang dicanangkan pemerintah dalam RPJMD sebesar 6,9%. Sementara itu laju inflasi tahunan diproyeksi sebesar 4,99±1% (yoy), lebih tinggi dari periode laporan yang tercatat 4,77% (yoy). Dari sisi permintaan, naiknya tekanan inflasi dipengaruhi oleh faktor permintaan seiring dengan KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 ix

10 banyaknya aktivitas perayaan Natal dan Tahun Baru sepanjang bulan Desember. Sementara dari sisi penawaran, faktor kendala supply akan cenderung mendasari naiknya harga-harga di pasar. Intensitas curah hujan yang meningkat diperkirakan mempengaruhi hasil produksi di sentra-sentra penghasil kebutuhan pokok di pulau Jawa. Di saat bersamaan, kondisi musiman berupa gelombang laut tinggi di sekitar perairan pulau Jawa mulai akan berdampak pada aktivitas pelayaran. Akibatnya pengiriman sejumlah kebutuhan pokok akan mengalami keterlambatan sehingga memicu kenaikan harga di pasar. KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 x

11 INDIKATOR PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TENGAH I N D I K A T O R Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III I. MAKRO REGIONAL 1 Indeks Harga Konsumen - Kota Palangka Raya 126,44 128,98 129,6 13,81 135,26 135,79 138,85 139,8 141,95 - Kota Sampit 123,16 126,75 127,66 127,91 13,1 131,31 134,73 135,8 135,9 2 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) - Kota Palangka Raya 9,11 9,49 8,13 7,22 6,98 5,28 7,59 6,87 4,95 - Kota Sampit 7,59 9,53 8,55 6,61 5,56 3,6 5,54 5,6 4,53 3 PDRB - harga konstan (miliar Rp) 4.83, , , , , , ,5 5.25, ,61 - Pertanian 1.513, , , , , , , , ,48 - Pertambangan & Penggalian 46,89 485,44 549,91 546,32 56,18 516,53 574,46 585,3 551,81 - Industri Pengolahan 37,96 377,86 356,3 382,7 382,67 381,91 377,17 387,25 385,61 - Listrik, Gas dan Air Bersih 21,19 21,67 21,87 22,72 23,51 23,26 23,47 24,35 25,27 - Bangunan 268,23 293,83 269,87 279,35 292,72 37,46 291,74 33,54 331,98 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 898,22 859,93 93,64 911,5 945,3 959,2 986,84 997, ,62 - Pengangkutan dan Komunikasi 399,26 375,92 382,6 389,49 43,62 41,84 413,74 421,82 435,39 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 284,85 31,21 313,89 38,38 32,59 339,97 345,98 347,12 37,36 - Jasa 586,5 627,49 619,5 635,2 66,21 74,33 672,81 691,7 71,9 4 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 6,83 6,76 6,2 6,55 7,37 7, 6,13 6,75 7,13 5 Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) 27,53 39,2 381,62 38,74 279,3 374,1 412,23 34,28 224,79 6 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.13, , ,24 654,44 859, , , ,72 969, 7 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 11,45 12,89 7,3 25,6 9,5 46,39 29,13 36,92 39,32 8 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 4,75 8,53 3,94 11,55 3,13 37,15 11,36 9,14 7,61 II. PERBANKAN 1 Total aset (Rp miliar) , , , , , , , , ,95 2 DPK (Rp miliar) 9.138, , , , , , , , ,63 - Tabungan (Rp miliar) 4.134,3 5.28, , , , , , , ,61 - Giro (Rp miliar) 2.986, , ,5 3.62,5 3.67, , , , ,63 - Deposito (Rp miliar) 1.747, , , , , , , , ,38 3 Kredit (Rp miliar) - berdasarkan Jenis 8.25, , , , , , , , ,39 - Modal Kerja 1.881, , , , , 2.526, , , ,71 - Investasi 2.975,6 3.38, , ,8 4.68, , , , ,3 - Konsumsi 3.393, , , , , , , , ,38 4 Kredit (Rp miliar) - berdasarkan Sektor 8.25, , , , , , , , ,39 - Pertanian 2.849, , , 4.297, , , , , ,94 - Pertambangan 21,9 21,4 2,24 2,34 4,38 5,35 4,6 3,66 4,34 - Industri Pengolahan 156,3 153,79 28,26 233,5 24,7 242,75 228,69 234,68 235,21 - Listrik, Gas & Ari Bersih 4,31 4,63 4,74 5,14 6,51 8,58 8, 8,57 1,88 - Konstruksi 254,75 21,32 222,24 248,33 344,67 29,67 282,27 328, 382,42 - Perdagangan, Hotel & Restoran 1.139, , , , , , , , ,44 - Pengangkutan & Komunikasi 28,59 58,54 54,6 57,48 74,58 79,16 74,92 128,25 134,51 - Jasa-jasa 153,86 19,65 175,21 197,85 237,28 27,15 272,25 348,78 411,98 - Lain-lain 3.642, , , , , ,6 4.92, , ,68 5 Kredit UMKM (Rp miliar) 1.71, , , , , , , , ,19 - Modal Kerja 1.483, , , , , , ,53 2.5, ,1 - Investasi 218,19 231,3 295,56 456,31 481,39 519,68 533,91 75,64 726,9 6 LDR (%) 9,28 99,55 95,48 94,24 92,21 95,72 86,44 88,15 89,56 7 NPL,94,85,87,92 1,22,99 1,17,86,83 III. SISTEM PEMBAYARAN 1 Kliring 362, 33,64 436,6 456,26 497,11 524,93 48,51 23,67 353,84 2 RTGS 3.143, , , , , , , , ,89 KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 xi

12 Perkembangan Ekonomi Makro Regional I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Intensitas pelaksanaan event-event MICE yang tetap tinggi disertai kenaikan produksi tanaman sawit berperan besar dalam mendorong arah perekonomian regional yang semakin menguat Kondisi Umum Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam 1 tahun terakhir semakin terbuka. Peran perdagangan luar negeri terlihat semakin besar disertai dengan kenaikan kontribusi investasi dalam perekonomian. Sebaliknya, kekuatan konsumsi dalam menopang ekonomi semakin berkurang. Dari sisi sektoral juga menggambarkan semakin besarnya peran sektor-sektor tersier pembangunan ekonomi menggantikan dominasi peran sektor primer. Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga 58,36 57,68 54,32 5,58 49,62 49,82 52,48 52,89 43,51 44,7 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 1,28 1,3 1,19 1,16 1,11 1,9 1,12 1,15 1,18 1,21 Konsumsi Pemerintah 15,5 16,78 17,19 16,1 15,54 16,11 17,87 17,55 16,48 16,64 Pembentukan Modal Tetap Bruto 34,12 33,86 33,82 35,91 41,1 42,2 44,77 44,8 43,16 43,39 Ekspor 32,48 33,15 31,19 33,64 34,4 32,69 35,52 33,9 43,61 44,56 Impor 43,72 44,5 39,68 41,98 46,28 47,85 48,39 48,23 52,13 55,38 Sektor Ekonomi Pertanian 38,61 39,42 37,43 34,56 35,3 33,27 29,41 28,27 28,6 28,47 Pertambangan &Penggalian 4,87 3, 3,52 5,36 6,63 6,97 7,17 7,44 8,97 9,56 Industri Pengolahan 9,24 9,23 8,9 9,32 8,5 8,42 8,39 8,28 7,84 7,41 Listrik,Gas&Air Bersih,61,68,64,66,68,67,7,66,64,68 Bangunan 4,58 4,37 4,3 4,99 5,1 5,44 6,1 6,2 5,56 5,52 Perdagangan,Hotel&Restoran 17,48 18,2 2,7 19,87 18,1 18,6 19,93 21,43 2,8 2,81 Pengangkutan&Komunikasi 8,87 8,42 8,1 8,5 9,99 9,57 1,23 9,48 8,96 8,23 Keuangan, Persewaan&Jasa P'an 4,25 4,41 4,48 4,63 4,73 5,2 5,62 5,76 5,78 5,88 Jasa-jasa 11,49 12,26 12,65 12,12 11,32 11,84 12,54 12,66 12,86 13,44 Tabel 1.1 Struktur Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada triwulan III-212 tumbuh 7,13% 1. Arah perekonomian yang meningkat dibanding periode lalu yang tumbuh 6,75%, relatif berbeda dengan siklus perekonomian Nasional yang cenderung melambat dari 6,4% menjadi 6,17%. Sumbangan pertumbuhan terbesar berasal realisasi investasi barang modal yang ditunjukkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diikuti konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Di lain pihak, neraca perdagangan luar negeri mendapat tekanan akibat permintaan eksternal yang menurun, khususnya untuk komoditas karet dan batubara. Dalam peta perekonomian Nasional yang terbagi dalam 3 kekuatan ekonomi, Kalteng memberikan sumbangan (share) ekonomi sebesar,9%, atau sekitar 4,7% terhadap Kawasan Timur Indonesia. Adapun dalam skala perekonomian wilayah Kalimantan perannya mencapai 9,9%, lebih sedikit dibandingkan 3 provinsi lainnya di Kalimantan. 1 Berita Resmi Statistik - BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah Triwulan III-212, No.6/11/62/Th.VI, 5 November 212 KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 1

13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional (indeks) optimis Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini pesimis Diagram 1.1 Peta Perekonomian Nasional (yoy) Sumber: BPS, diolah (disajikan oleh KPw BI Wilayah Kalimantan di Board Seminar Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-212) Grafik 1.1 Indeks Keyakinan Konsumen Sumber: Survei Ekspektasi Konsumen KPw BI Prov. Kalteng Dari sisi penawaran menggambarkan bahwa akselerasi pertumbuhan periode ini antara lain didorong oleh tingginya intensitas kegiatan dalam rangka MICE (meeting-incentiveconvention-exhibition) disertai dengan peningkatan hasil produksi kelapa sawit. Membaiknya perekonomian sektor dominan memicu pertumbuhan sektor lainnya khususnya sektor keuangan perbankan yang mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi pada periode laporan Sisi Permintaan Perekonomian Kalteng pada triwulan III-212 kembali didorong oleh permintaan domestik yang semakin tumbuh di atas level rata-rata historisnya sebesar 5,29%. Permintaan domestik di periode ini mengalami pertumbuhan 6,94%, lebih tinggi dari triwulan II yang tumbuh 5,77% (yoy). Laju pertumbuhan seluruh komponen tercatat membaik dengan sumbangan terbesar berasal realisasi investasi barang modal yang ditunjukkan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diikuti konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Di lain pihak, neraca perdagangan luar negeri mendapat tekanan akibat permintaan eksternal yang menurun, khususnya untuk komoditas karet dan batubara. Ekspor CPO pada periode ini masih mencatat pertumbuhan positif yakni sebesar 12,94% dimana sebelumnya mengalami perlambatan tajam mencapai 57,58%. Kinerja ekspor komoditi pertanian unggulan lainnya yang meningkat signifikan adalah ekspor kayu dan barang dari kayu. Penggunaan Pertumbuhan Kont ribusi III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 Konsumsi Rumah Tangga 5,23 5,24 5,16 5,19 5,59 2,4 2,47 2,34 2,4 2,52 Konsumsi Pemerintah 9,84 9,5 5,6 4,97 7,64 1,71 1,75 1,49,89 1,36 Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,91 1,13 1,31 8,58 1,55 4,27 4,21 4,1 3,49 4,26 Ekspor 11,58 12,81 2,87 15,76 1,58 5,67 6,46 1,36 8,9 5,39 Impor 1,79 13,67 16,3 12,99 12,27 5,79 7,89 8,73 7,47 6,79 PDRB 7,37 7, 6,13 6,75 7,13 7,37 7, 6,13 6,75 7,13 Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB Kalimantan Tengah menurut Penggunaan (yoy) Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Konsumsi Sepanjang tahun 212 kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga terlihat semakin membaik. Di periode laporan pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan 5,59%, lebih tinggi dari triwulan II yang tumbuh 5,19% (yoy). Sumbangan pertumbuhannya terhadap KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 2

14 Perkembangan Ekonomi Makro Regional perekonomian regional juga meningkat dari 2,4% menjadi 2,52%. Kondisi tersebut terkait dengan naiknya pengeluaran masyarakat memasuki Ramadhan dan Lebaran, serta tahun ajaran baru sekolah. Naiknya pengeluaran rumah tangga pada kondisi seperti ini biasanya ditujukan untuk pembelian bahan makanan, perlengkapan sandang khususnya pakaian, serta peralatan rumah tangga seperti perabotan dan elektronik. Indikator kredit konsumsi perbankan untuk pembelian keperluan rumah tangga tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebagaimana terlihat dari meningkatnya laju pertumbuhan kredit. Posisi penyaluran hingga triwulan III telah mencapai sudah mencapai Rp15,4 miliar, meningkat 69,79% dari realisasi tahun lalu (yoy). Sementara itu konsumsi barang-barang non makanan lainnya diperkirakan melambat sebagaimana tercermin dari indikator penjualan dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor yang tumbuh lebih rendah di periode laporan. Jumlah kendaraan bermotor baru yang terjual berdasarkan data pengurusan bea balik nama kendaraan bermotor untuk jenis baru (BBNKB-I) selama triwulan III-212 tercatat melambat dibanding triwulan sebelumnya. Indikator kredit perbankan juga memperlihatkan pola yang sama dimana kredit kepemilikan mobil (KPM), dan kredit kepemilikan sepeda motor (KPSM) menunjukkan perlambatan yang cukup besar. Realisasi KPM sampai dengan triwulan III tercatat tumbuh 123,6% sementara sebelumnya tumbuh 179,37%. Sementara KPSM juga melambat dari 121,7% menjadi 66,73%, dengan posisi penyaluran terakhir sebesar Rp949,7 juta. 7, 5, 3, 1, (1,) (3,) (5,) (%,yoy) g_penjualan Sepeda Motor g_penjualan Mobil I II III IV I II III IV I II III IV I II III (%,yoy) (%,yoy) KPR Tipe < 7m2 KPR Ruko/Rukan KPR Tipe > 7m2 (rhs) Grafik 1.2 Pertumbuhan KPM, KPSM dan Lainnya Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalteng Grafik 1.3 Pertumbuhan KPR Perbankan Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalteng (%,yoy) Kredit Pemilikan Mobil Kredit Furniture, Peralatan RT & Elektronik Kredit Pemilikan Sepeda Motor - (rhs) (%,yoy) APBD Prov. Pagu: 2,25 T 212Q1 212Q2 212Q3 5,51% (124 M) 28,9% (649 M) 55,5% (1,25T) K/L (APBN) Pagu: 4,6 T 8,7% (,4 T) 34,% (1,6 T) 61,% (2,8 T) Grafik 1.4 Perkembangan KPM,KPSM&Kons.Lainnya Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalteng Tabel 1.3 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Sumber: Biro Keuangan & Ditjen Perbendaharaan Kondisi ini diduga merupakan pengaruh dari kebijakan Bank Indonesia untuk menghindari terjadinya bubble pada kredit konsumsi perbankan dimana yang terus menunjukkan lonjakan pertumbuhan pada beberapa tahun terakhir. Kebijakan bank sentral KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 3

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/1/DPNP tanggal 15 Maret 212 tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor, dimana mulai efektif berlaku sejak 15 Juni 212. Kebijakan tersebut menetapkan besaran Loan to Value (LTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Down Payment (DP) untuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yakni minimal 25% untuk roda dua, DP minimal 3% untuk roda empat, serta 2% untuk kredit kendaraan roda empat atau lebih yang digunakan dalam rangka keperluan produktif. Adapun besaran DP yang ditetapkan akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi perekonomian Indonesia. Dampak dari kebijakan LTV terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Kalteng juga sudah mulai terlihat sejak bulan Juli. Realisasi KPR baik untuk rumah tipe di atas maupun di bawah 7m 2 melambat tajam setelah dalam 3 bulan sebelumnya mengalami kenaikan yang tinggi sebelum efektif berlakunya peraturan tersebut. KPR tipe <7m 2 di posisi September tumbuh 36,92% sedangkan pada bulan Juni 212 masih tumbuh 8,56%. Sama halnya dengan pertumbuhan KPR tipe >7m 2 yang melambat dari 26,3% menjadi 137,5%. Sementara itu kredit Ruko/Rukan masih mampu menunjukkan perbaikan pertumbuhan dari 82,365 menjadi 16,95% dengan tingkat penyaluran mencapai Rp16,95 miliar. Peningkatan kinerja konsumsi domestik juga didorong oleh realisasi anggaran belanja pemerintah di atas pencapaiannya pada tahun 211. Realisasi APBD sampai dengan triwulan III sebanyak 55,5%, sedangkan pada periode yang sama tahun 211 terealsiasi 44,73%. Sementara realisasi anggaran (K/L) yang bersumber dari APBN juga belum terserap optimal. Anggaran K/L terealiasasi sebanyak Rp 2,8 triliun atau sekitar 61% dari total anggaran belanja pusat yang dialokasi untuk Kementrian dan Lembaga yang berada di Kalimantan Tengah. Konsumsi pemerintah di periode laporan mencatat pertumbuhan sebesar 7,64% dengan kontribusi pertumbuhan sebesar 1,36% (yoy) Investasi Realisasi investasi fisik sebagaimana ditunjukkan melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih menjadi penopang pertumbuhan yang dominan di periode ini. Komponen investasi PMTB tumbuh 1,55%, lebih tinggi dibanding level pertumbuhan di triwulan II sebesar 8,58% (yoy). Sejalan dengan itu kontribusi pertumbuhannya juga meningkat dari 3,49% menjadi 4,26%. Perkembangan investasi yang positif diduga merupakan kontribusi dari penyelesaian proyek-proyek pemerintah yang semakin dipacu menjelang akhir tahun. Selain itu juga memberikan sinyal adanya optimisme pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian domestik dan eksternal di tahun mendatang. Namun demikian beberapa indikator investasi yang dimiliki tidak bergerak searah dengan perbaikan kinerja pertumbuhan investasi barang modal. Baik indikator realisasi pengadaan semen, impor barang modal, serta kredit investasi perbankan masih memperlihatkan perlambatan yang berlanjut di triwulan laporan. Dengan demikian dapat diduga bahwa peningkatan investasi lebih terjadi pada investasi fisik seperti pengerjaan proyek pile slab Tumbang Nusa dalam rangka pembangunan infrastruktur trans Kalimantan, maupun proyek-proyek perbaikan jalan yang menggunakan dana APBD dimana realisasinya cenderung digesa menjelang akhir tahun. Selain itu masih terdapat proyek-proyek swasta KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 4

16 Perkembangan Ekonomi Makro Regional dalam rangka pembukaan lahan perkebunan maupun penanaman bibit baru dalam rangka perluasan areal tanam (%,yoy) g_investasi PMTB Rata-rata II-211 II-212 III-212 Grafik 1.5 Pertumbuhan Investasi PMTB Sumber: BPS Provinsi Kalteng (ton) (% yoy) 16. Realisasi Pengadaan Semen Kalteng (lhs) Pertumbuhan (rhs) () () I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 1.6 Realisasi Pengadaan Semen di Kalteng Sumber: Asosiasi Semen Indonesia 25, 2, 15, 1, 5,, (US$ juta) Impor Barang Modal , 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, (Rp triliun) I 21 Kredit Investasi (Rp triliun) g_kredit Investasi (%,yoy) II III IV I 211 II III IV I 212 (%, yoy) II III Grafik 1.7 Perkembangan Impor Barang Modal Sumber: DSM Bank Indonesia Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Sumber: LBU - KPw BI Prov. Kalteng Ekspor-Impor Tekanan perekonomian makro dari sisi permintaan berasal dari permintaan eksternal yang melambat. Pertumbuhan ekspor pada periode ini lebih rendah dibadingkan triwulan sebelumnya, dari 15,76% menjadi 1,58% (yoy). Perlambatan ekspor lebih dipicu oleh neraca perdagangan luar negeri akibat penurunan kinerja ekspor batubara, karet dan bahanbahan galian. Transaksi perdagangan ekspor luar negeri selama triwulan III-212 sebesar US$224,79 juta atau turun 19,4% dari tahun sebelumnya (yoy). Level penurunan ini tercatat lebih dalam dibandingkan kontraksi pertumbuhan di triwulan II sebesar 1,4%. Pertumbuhan volume ekspor juga tercatat melambat dari 175,6% menjadi 12,7% dengan jumlah barang yang diekspor sebanyak 969 ribu ton. Sebaliknya pertumbuhan impor justru meningkat dari 44,2% menjadi 313,9% dengan total transaksi senilai US$ 39,3 juta. Dari sisi volume impor juga tercatat turun dari 9,14 ribu ton menjadi 7,61 ribu ton. Hal tersebut menyebabkan neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Tengah pada periode laporan menjadi negatif. KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 5

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional (%, yoy) g_volume Ekspor g_volume Impor (%, yoy) g_nilai Ekspor g_nilai Impor I 211 II III IV I 212 II III -1 I 211 II III IV I 212 II III Grafik 1.9 Pertumbuhan Volume Ekspor & Impor Sumber: BPS, diolah Grafik 1.5 Pertumbuhan Nilai Ekspor & Impor Sumber: BPS, diolah (%,yoy) 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % -1% CPO Karet Kayu Tw.II-212 Tw.III-212 Grafik 1.11 Pertumbuhan Ekspor Komoditi Pertanian dan Industri Sumber: DSM Bank Indonesia (%,yoy) 12% 1% 8% 6% 4% 2% % -2% -4% Batubara Tw.II-212 Bijih, Kerak & Abu Logam Tw.III-212 Grafik 1.12 Pertumbuhan Ekspor Komoditi Pertambangan dan Penggalian Sumber: DSM Bank Indonesia Komoditas yang diekspor masih dominan pada 5 komoditas yakni Batubara, crude palm oil (CPO), Bijih-bijihan, Kerak dan Abu Logam, serta komoditas Karet dan Kayu. Perlambatan ekspor di triwulan laporan lebih disebabkan oleh melambatnya ekspor batubara, bahan mineral bijih-bijihan, kerak dan abu logam, serta komoditas karet. Sementara itu kinerja pertumbuhan ekspor CPO relatif membaik dan ekspor kayu tumbuh secara signifikan. Adapun komoditas impor masih didominasi oleh mesin/pesawat mekanik, mesin pembangkit/genset, mesin industri yang bersifat umum, masin/pesawat listrik, serta barangbarang logam olahan. Batubara sebagai komoditas ekspor utama memberi kontribusi sebesar 35,9% terhadap nilai ekspor Kelteng di triwulan III-212 sebesar US$224,79 juta. Menurunnya transaksi ekspor batubara menyebabkan pangsanya terhadap total nilai ekspor Kalteng juga menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 52,8%. Secara volume, pangsa ekspor batubara terlihat lebih besar dimana mencakup 59,3% dari volume ekspor Kalteng yang tercatat sebanyak 969 ribu ton. Realisasi volume ekspor yang juga menurun berimbas pada turunnya kontribusi ekspor batubara dibanding triwulan II yang mencapai 69,8%. Penurunan kontribusi terhadap nilai ekspor terlihat lebih besar yang disebabkan oleh turunya harga perdagangan komoditas tersebut di pasar internasional. KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 6

18 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Nilai Ekspor CPO Bijih Batubara Karet Kayu (dalam juta US$) Volume Ekspor Bijih Karet Batubara CPO Kayu (dalam ribu Ton) 1 5 I 211 II III IV I 212 Grafik 1.13 Komoditas Ekspor Utama Kalteng Sumber: DSM Bank Indonesia II III I 211 II III IV I 212 Grafik 1.14 Komoditas Impor Utama Kalteng Sumber: DSM Bank Indonesia II III Melimpahnya pasokan batubara di dunia yang berimbas pada semakin turunnya harga perdagangan diperkirakan mulai berdampak pada perusahaan batubara di Kalimantan Tengah, namun masih terbatas pada jenis perusahaan skala menengah yang relatif tidak memiliki kontrak jangka panjang. Asesmen tersebut diperkuat dengan data realisasi ekspor dari 3 perusahaan besar hingga bulan Agustus yang masih berada pada tren meningkat dalam setahun terakhir. Rata-rata ekspor dari PT.Asmin Koalindo Tuhup (AKT), Merunda Graha Mineral, dan Multi Tambang Jaya Utama sepanjang tahun 212 diestimasi sebesar 548 ribu ton, jauh di atas rata-rata ekspor di periode yang sama tahun 211 yang tercatat 328 ton. Dilihat dari negara tujuannya, realisasi ekspor batubara yang menurun sebagian besar adalah pengiriman untuk pasar China dan Jepang, sedangkan untuk pasar India dan Taiwan masih cenderung stabil. Di triwulan III-212 ini, terjadi fenomena shifting penguasaan pasar ekspor batubara dari negara Jepang menjadi China. Ekspor batubara ke Jepang di tahun 211 mencapai 38,1% dari total ekspor batubara Kalteng, dan ke China sebesar 28,5%. Sementara itu di tahun 212 (Jan-Sep), kontribusi ekspor ke Jepang turun menjadi 29,2% sedangkan ke China meningkat menjadi 41,8% dari total ekspor batubara Kalteng (ribu Ton) Total Ekspor 3 perusahaan Ekspor BATUBARA (US$) India Jepang China Taiwan (dalam juta US$) Agust-11 Nop-11 Feb-12 Mei-12 Agust-12 I 211 II III IV I 212 II III Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor 3 Perusahaan Batubara Sumber: ESDM & Indonesian Coal Report Sep.12 Grafik 1.16 Perkembangan Ekspor Batubara berdasarkan Negara Tujuan Sumber: DSM Bank Indonesia KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 7

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.17 Impor Batubara Cina berdasarkan Jenis Batubara (MT) Sumber: ESDM & Indonesian Coal Report Sep.12 Grafik Kondisi Industry Baja & Penggunaan Batubara oleh Pembangkit Listrik di Cina Sumber: McCloskey China Coal Monthly Sep.12 Sebagai negara tujuan ekspor batubara terbesar, situasi ekonomi dan politik China masih cenderung beresiko dimana indikator perekonomian China yang diharapkan dapat mendorong permintaan energi khususnya batu bara belum mengalami tanda tanda perbaikan. Pemerintah China bahkan telah merevisi target pertumbuhan ekonomi dari 7,4% menjadi 7,%. Tekanan dari sisi bauran energi China hingga bulan Agustus menunjukkan turunnya output dari industry baja dan penggunaan batubara oleh perusahaan-perusahaan pembangkit besar. Selain itu, permainan trader di China yang memanfaatkan selisih harga batu bara domestik dengan harga global yang tinggi pada awal hingga pertengahan tahun mengakibatkan stok batu bara di pelabuhan pelabuhan China meningkat tinggi. Rata rata jumlah stok batu bara China hingga akhir September meningkat menjadi 22,4 Juta ton, lebih tinggi 13,1% dibandingkan 211 yang berjumlah 19,8 juta ton. Resiko juga datang dari sisi kredit perbankan kepada para trader batu bara yang semakin diperketat. Imbasnya, trader di China akan lebih sulit mendapatkan fasilitas Letters of Credit (LC) yang dapat berujung pada berhentinya impor I 211 Ekspor CPO (US$) Malaysia Singapura India China II III IV I 212 (dalam juta US$) II III I 211 Ekspor KARET India China Eropa II III IV I 212 (dalam juta US$) AS Jepang Korea Selatan II III Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor CPO berdasarkan Negara Tujuan Sumber: DSM Bank Indonesia Grafik 1.2 Perkembangan Ekspor Karet berdasarkan Negara Tujuan Sumber: DSM Bank Indonesia Selanjutnya terdapat CPO sebagai komoditas ekspor terbesar kedua yang memberi kontribusi ekspor sebesar 26,2% selama periode laporan. Nilai ekspor CPO yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya dari US$44,5 juta menjadi US$58,6 juta membuat share-nya juga meningkat dari sebelumnya sebesar 14%. Secara volume, kontribusi ekspor juga naik dari 2,3% menjadi 7,9%. Peningkatan share nilai ekspor relatif lebih rendah akibat pengaruh harga perdagangan CPO yang masih berada pada tren menurun. Dilihat dari pangsa ekspornya, kenaikan realisasi ekspor didominasi oleh negara tujuan ekspor terbesar yakni Malaysia diikuti dengan China dan India. KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 8

20 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Untuk komoditas karet, meski terdapat penurunan realisasi ekspor dibandingkan periode sebelumnya dari US$53,5 juta menjadi US$49,3 juta, namun kontribusinya relatif meningkat dari 16,8% menjadi 22% di triwulan III-212. Sama halnya dengan kuantitas ekspor karet yang juga menurun diikuti dengan peningkatan kontribusi terhadap total ekspor disebabkan realisasi ekspor komoditi batubara mengalami koreksi yang cukup besar. Berdasarkan negara tujuannya, ekspor karet terbesar ditujukan ke pasar China, diikuti oleh Jepang, Eropa dan India. Selain itu terdapat jenis bijih-bijihan, kerak dan abu logam yang menyumbang 4,5% terhadap nilai ekspor Kalteng. Ekspor komoditas yang sebagian besar merupakan hasil-hasil galian seperti pasir zirkon dan pasir besi tersebut juga tercatat menurun dari US$ 16,3 juta manjadi US$1,1 juta, dimana sebelumnya memberi sumbangan ekspor sebesar 5,1%. Namun secara volume, jumlah komoditas yang diekspor menurun tajam dari 485,7 ribu ton menjadi 17,7 ribu ton dengan share ekspor yang justru naik dari 25,1% menjadi 27,1% dari total volume ekspor. Hal ini memberi indikasi bahwa pemberlakuan kenaikan tarif ekspor rata-rata 2% untuk 65 jenis komoditas mineral dalam bentuk bijih (ore) berpengaruh terhadap turunnya ekspor berbagai jenis mineral tambang tersebut yang disertai dengan kenaikan harga jual akibat kelangkaan supply yang terjadi di pasar. Adapun seluruh komoditas ini diekspor untuk negara tujuan China. Komoditas ekspor dominan terakhir adalah barang-barang dari kayu dimana pada periode laporan memberi sumbangan ekspor sebesar 3,9%, meningkat dari,3% pada periode sebelumnya. Sebaliknya, kuantitas kayu yang diekspor dari Kalteng justru menurun dari ton menjadi 427 ton sehingga memberi gambaran adanya kenaikan harga jual di pasar internasional disebabkan supply-nya yang semakin terbatas Sisi Penawaran Asesmen dari sisi penawaran memperlihatkan bahwa akselerasi pertumbuhan periode ini antara lain didorong oleh tingginya intensitas kegiatan dalam rangka MICE (meetingincentive-convention-exhibition) disertai dengan peningkatan hasil produksi kelapa sawit. Membaiknya perekonomian sektor dominan memicu pertumbuhan sektor lainnya khususnya sektor keuangan yang mengalami tingkat pertumbuhan terting di periode laporan. Sektoral Pertumbuhan Kontribusi III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 III-11 IV-11 I-12 II-12 III-12 Pertanian 7,23 2,82 2,24 3,32 3,32 2,28,81,58,98 1,4 Pertambangan dan penggalian 9,83 6,4 4,46 7,13 9,1,94,66,49,79,88 Industri pengolahan 3,16 1,7 5,86 1,36,77,24,9,42,11,6 Listrik, gas dan air bersih 1,93 7,36 7,33 7,17 7,52,5,3,3,3,3 Bangunan 9,13 4,64 8,11 8,66 13,41,51,29,44,49,76 Perdagangan, hotel dan restoran 5,21 11,54 9,21 9,47 9,8,97 2,11 1,67 1,75 1,8 Pengangkutan dan Komunikasi 1,9 9,29 8,29 8,3 7,87,9,74,64,66,62 Keuangan, Persewaan dan Jasa 12,55 9,6 1,22 12,56 15,52,74,63,49,79,97 Jasa-jasa 12,57 12,25 8,68 8,9 7,56 1,53 1,63 1,5 1,15,97 PDRB 7,37 7, 6,13 6,75 7,13 7,37 7, 6,13 6,75 7,13 Tabel 1.4 Pertumbuhan dan Kontribusi PDRB menurut Sektor Ekonomi Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, diolah KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 9

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Pertanian Laju pertumbuhan sektor pertanian yang konstan pada level 3,32% di triwulan III dipengaruhi oleh kenaikan produksi kelapa sawit dan kayu di tengah penurunan produksi padi. Sumbangan pertumbuhan yang diberikan oleh sektor pertanian juga cenderung meningkat dibanding periode sebelumnya, dari,98% menjadi 1,4%. Pada periode ini produksi padi diperkirakan mulai menurun setelah memasuki puncak panen pada bulan April lalu. Meskipun di bulan Agustus terjadi musim panen putaran II, namun tingkat produksinya lebih rendah dibandingkan putaran I (subround-i). Panen putaran ke-2 tahun ini merupakan puncak produksi padi sawah di kabupaten Kapuas, Pulang Pisau dan Sukamara, sementara hasil produksi dari kabupaten lainnya secara umum mulai menurun hingga akhir tahun nanti. Adapun produksi padi dari ketiga kabupaten tersebut sepanjang tahun 212 diestimasi mencapai 6% dari perkiraan total produksi padi Kalteng sebesar ton. Produksi padi tahun 212 diperkirakan meningkat ton (7,16%) dari hasil produksi tahun 211 sebesar ton (Angka Tetap, BPS). Pertumbuhan produksi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan produksi padi Nasional yang diproyeksi tumbuh 4,31%. Asesmen kenaikan disebabkan adanya penambahan luas panen padi di Kalteng sebanyak hektar, bertambah 7,79% dari luas panen tahun 211 yang tercatat hektar. Produktivitas sedikit mengalami penurunan dari 2,85 Ton/Ha di tahun 211 menjadi 2,83 Ton/Ha namun masih berada dalam tren yang meningkat Jan-Apr Mei - Agst Sep-Des Jan-Apr Mei - Agst Sep-Des 1. Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Palangka Raya Kalimantan Tengah Sumber: BKPM, Produksi Luas Lahan Tabel 1.5 Perkembangan Produksi Padi Kalimantan Tengah Sumber: BPS Provinsi Kalteng, diolah Diagram 1.2 Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah Sumber: BKPM, diolah Di lain pihak, hasil produksi sub sektor perkebunan kelapa sawit mengalami kenaikan seiring dengan faktor cuaca yang relatif mendukung. Selain itu komoditas pertanian lain khususnya hasil kayu olahan juga mengalami kenaikan produksi dalam skala besar sebagaimana tercermin dari indikator ekspor yang telah dibahas sebelumnya. Produksi CPO Kalteng yang diperkirakan mencapai 1,3 juta Ton di tahun lalu dihasilkan dari sekitar 1,5 juta hektar lahan sawit siap panen yang tersebar di hampir seluruh wilayah Kalteng. Luas lahan sawit terbesar berada di Kabupaten Kotawaringin Timur yang hampir mencapai 52 ribu hektar dengan estimasi produksi sebanyak 557 ribu ton. Selanjutnya di Kabupaten Seruyan, meskipun luas lahannya sekitar 293 ribu hektar, namun tingkat produktivitasnya secara umum jauh lebih tinggi sehingga mencapai tingkat produksi sebesar 64 ribu ton. Adapun tingkat produktivitas tanaman sawit tertinggi berada di Kabupaten Kotawaringin Barat, dimana KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 1

22 Perkembangan Ekonomi Makro Regional dengan sekitar 195 ribu hektar lahan sawit diperkirakan mampu menghasilkan 66 ribu ton atau mencapai 51% dari total produksi CPO Kalteng Sektor Pertanian I II III IV I II III IV I II III 6, 5, 4, 3, 2, 1, (Rp triliun) Kredit Pertanian (Rp triliun) Pertumbuhan Kredit Pertanian (%, yoy) Kapasitas Terpakai Sektor Pertanian, I 21 II III IV I 211 II III IV I 212 II III -1 Grafik 1.21 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian Sumber: SKDU - KPw BI Prov.Kalteng Grafik 1.22 Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Masih relatif tingginya kinerja pertumbuhan sektor pertanian tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang menginformasikan adanya kenaikan kapasitas produksi rata-rata sektor pertanian di triwulan III-212. Namun demikian, indikator kredit perbankan untuk sektor pertanian masih menunjukkan pertumbuhan yang melambat yang diperkirakan sebagai belum terdapatnya rencana investasi yang signifikan akibat tren harga yang menurun. Optimisme pengusaha untuk melakukan ekspansi saat ini cenderung melemah karena dihadapkan pada turunnya harga perdagangan CPO internasional yang telah berimbas pada harga TBS di tingkat lokal. Hingga triwulan III-212, harga rata-rata perdagangan CPO global sebesar US$1.2/MT, lebih rendah 9,9% dari harga rata-rata pada periode yang sama tahun 211 yang masih diperdagangkan pada harga US$1.113/MT Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar di triwulan ini dengan tumbuh 9,8%, di atas tingkat pertumbuhan periode sebelumnya yang tercatat 9,47% (yoy). Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara agregat juga meningkat dari 1,75% menjadi 1,8%. Penguatan kinerja sektor ini sangat didukung oleh kegiatan/event dalam rangka MICE (meeting-incentive-convention-exhibition) yang semakin intens khususnya di kota Palangka Raya, serta perayaan Idul Fitri memasuki akhir bulan Agustus lalu. Indikasinya terlihat pada perkembangan berbagai indikator dini sektoral. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menggambarkan adanya pemulihan optimisme responden di sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam memandang situasi bisnisnya pada saat ini. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) di Kota Palangka Raya pada bulan September 212 juga mengindikasikan adanya kenaikan tingkat penjualan oleh perdagangan eceran, antara lain pada komoditas makanan, minuman dan tembakau, pakaian, konstruksi dan penjualan suku cadang. Selain itu indikator statistik hunian kamar hotel berbintang, khususnya hotel bintang 4 mengalami tingkat hunian tertinggi dalam setahun terakhir. KER Kalimantan Tengah Tw.III

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional PHR I II III IV I II III IV I II PHR Grafik 1.23 Situasi Bisnis Perusahaan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber: SKDU - KPw BI Prov.Kalteng Hotel Berbintang Jul Agst Sep Apr Mei Jun Jul Agust Sep Bintang 1 52,16 41,64 44,85 78,28 47,68 84,84 57,24 29,28 43,17 Bintang 2 37,65 41,17 58,9 36,8 58,86 3,94 41,2 25,6 37,3 Bintang 3 NA NA NA 47,74 68,75 54,68 29,59 5,84 55 Bintang 4 76,82 42,43 62,84 69,75 91,97 66,75 31,28 6,9 84,95 Tingkat Hunian 62,79 41,94 56,67 54,22 61,19 54,67 37,96 41,35 54,81 Tabel 1.6 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Kalimantan Tengah Sumber: BPS Prov.Kalteng (orang) Jumlah Penumpang Pesawat g_penumpang Pesawat (%, yoy) 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, 2,5 2, 1,5 1,,5 (Rp triliun) Kredit PHR (Rp triliun) Pertumbuhan Kredit PHR (%, yoy) ,, I 21 II III IV I 211 II III IV I 212 II III -4 Grafik 1.24 Arus Penumpang Pesawat Udara Dari dan Ke - Provinsi Kalimantan Tengah Sumber: BPS, diolah Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Namun demikian, indikator mobilitas masyarakat yang keluar-masuk menggunakan angkutan udara ke wilayah Kalimantan Tengah belum mampu mengkonfirmasi tingginya aktivitas MICE di kota Palangka Raya. Hal ini dimungkinkan karena traffic penumpang pesawat udara ke daerah lainnya mengalami penurunan. Sejalan dengan itu indikator penyaluran kredit perbankan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) juga melambat di triwulan III Sektor Pertambangan Sektor pertambangan dan penggalian juga tercatat sebagai salah satu sektor yang mengalami akselerasi pertumbuhan triwulan III-212. Laju pertumbuhan sektor ekonomi terbesar ketiga ini mencapai 9,1%, sementara di periode lalu tumbuh 7,13% (yoy). Sejalan dengan itu kontribusi pertumbuhannya terhadap perekonomian makro Kalteng juga naik dari,79% menjadi,88%. Meski secara pertumbuhan meningkat, perolehan nilai tambah yang dihasilkan dari sektor secara nominal relatif menurun. Kenaikan laju pertumbuhan lebih disebabkan oleh faktor teknikal dimana kinerja pertumbuhan pada periode yang sama tahun 211 melambat secara tajam. Asesmen tersebut terkonfirmasi dari kinerja ekspor komoditas batubara yang menurun sebagai akibat dari penurunan produksi sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya. Perdagangan ekspor batubara selama triwulan III yang mencapai US$ 223,65 mengalami KER Kalimantan Tengah Tw.III

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional penurunan lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya. Realisasi ekspor batubara tercatat menurun 22,6%, sedangkan di triwulan sebelumnya hanya terkoreksi,2% (yoy). Penurunan produksi batubara terindikasi dari turunnya produksi dari 4 perusahaan besar di Kalteng pada bulan Agustus sebesar 61 ribu ton, sementara di awal tahun sempat mencapai level produksi tertinggi yang mencapai 8 ribu ton. Namun demikian, tingkat produksi rata-rata sepanjang Jan-Agt 212 sebesar 669 ribu ton tercatat mengalami lonjakan signifikan dibanding periode yang sama tahun 211 sebesar 393 ribu ton. Pertumbuhan sektor pertambangan batubara masih berada dalam tren meningkat disertai indikasi adanya diversifikasi pasar ekspor ke Thailand dan Korea Selatan. 9 8 (ribu Ton) Total Produksi 4 perusahaan Agust-11 Nop-11 Feb-12 Mei-12 Agust (USD/MT) Harga Batubara Acuan (HBA) $ 86,21 International Coal Price $ 63, Grafik 1.26 Produksi 4 Perusahaan Batubara Sumber: ESDM & Indonesian Coal Report Sep.12 Grafik 1.27 Harga Batubara Domestik&Internasional Sumber: Kementerian ESDM Selain itu hasil pertambangan/galian dalam bentuk bijih-bijihan, kerak dan abu logam juga terindikasi menurun. Ekspor komoditas yang sebagian besar merupakan hasil-hasil galian seperti pasir zirkon dan pasir besi menurun dari US$ 16,3 juta manjadi US$1,1 juta, dimana sebelumnya memberi sumbangan ekspor sebesar 5,1%. Kondisi ini memberi indikasi bahwa pemberlakuan kenaikan tarif ekspor rata-rata 2% untuk 65 jenis komoditas mineral dalam bentuk bijih (ore) berpengaruh terhadap turunnya ekspor berbagai jenis mineral tambang tersebut yang disertai dengan kenaikan harga jual akibat kelangkaan supply yang terjadi di pasar. Adapun seluruh komoditas ini diekspor untuk negara tujuan China, sehingga kondisi perkonomian China yang belum menunjukkan perbaikan hingga periode laporan juga turut mempengaruhi neraca perdagangannya dengan Kalteng Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Sektor ini tercatat mengalami laju pertumbuhan tertinggi di triwulan laporan, yakni sebesar 15,52% (yoy). Tingkat pertumbuhan tersebut berakselerasi dibanding periode sebelumnya yang tumbuh 12,56% (yoy), sehingga kontribusi pertumbuhannya terhadap agregat ekonomi naik dari,79% menjadi,97%. Faktor pendorong pertumbuhan berasal dari kinerja perbankan yang semakin ekspansif hingga akhir tahun 212. Akselerasi sektor perbankan dihasilkan dari realisasi kredit yang masih tumbuh cukup tinggi yakni 18,39%. Meskipun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan II yang tercatat sebesar 18,39% (yoy), meningkatnya fungsi intermediasi yang disertai turunnya resiko kredit berkontribusi terhadap kenaikan nilai tambah perekonomian dari sektor ini. Profitabilitas KER Kalimantan Tengah Tw.III

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional perbankan semakin besar sebagaimana tercermin dari menurunnya rasio kredit bermasalah dari,86% menjadi,83%. Kualitas pertumbuhan sektor keuangan juga tergolong kuat. Dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan historisnya dalam 5 tahun, tingkat pertumbuhan sektor keuangan di periode ini semakin besar dan melampaui level rata-ratanya (%,yoy) g_keuangan, Persewaan & Jasa2 Rata-rata II-211 I-212 II-212 Grafik 1.28 Pertumbuhan Total Kredit, LDR dan NPL Perbankan Kalteng Sumber : LBU - KPw BI Prov.Kalteng Grafik 1.29 Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Sumber : BPS Prov.Kalteng, diolah Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mengalami perlambatan di triwulan laporan. Realisasi nilai tambah sektor industri melambat dari 1,36% menjadi,77% (yoy), Penurunan kinerja pertumbuhan disebabkan turunnya hasil produksi dari pengolahan kelapa sawit sebagaimana terkonfirmasi pada hasil Industri Pengolahan Kelapa Sawit selama bulan Juli-September. Hasil survei yang terkumpul dari 8 perusahaan pada triwulan III menginformasikan hasil produksi sebesar ton, lebih rendah dibandingkan triwulan II sebesar ton (ton) Produksi CPO 8 PKS Apr-12 Mei-12 Jun-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12* (USD/MT) (Rp/kg) CPO Internasional Rata-rata TBS Lokal $ 1.23 $ 893 Grafik 1.3 Produksi Minyak Sawit 8 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Kalimantan Tengah Sumber: Survei Industri Kelapa Sawit (KPw BI Kalteng) Grafik 1.31 Harga CPO Global & Harga Rata-rata TBS Lokal Sumber: IMF & Disbun Prov.Kalteng KER Kalimantan Tengah Tw.III

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Millions,3,3,2,2,1,1, (Rp triliun) I II III IV I II III IV I II III IV I II (%, yoy) Kredit Industri (Rp triliun) Industri III (juta liter) Konsumsi BBM Industri g_konsumsi BBM Indutri (%,yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 1.32 Perkembangan Kredit Sektor Industri Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Grafik 1.33 Perkembangan Konsumsi BBM Industri Sumber: Pertamina Tren penurunan harga CPO juga tidak terlepas dari melambatnya aktivitas manufaktur global khususnya di Cina dan India yang terimbas dari kesulitan ekonomi di beberapa negara Eropa. Penurunan permintaan terhadap komoditi ini hanya bersifat siklikal dan tidak berlangsung lama. Permintaan CPO dunia diperkirakan masih tetap tinggi sebagaimana tren kenaikan permintaan yang terjadi hingga akhir tahun lalu. Pemulihan ekonomi Eropa yang sedang berlangsung akan berpengaruh posisif terhadap pertumbuhan industri manufaktur di China, India, dan Jepang. Perlambatan sektor industri pengolahan Kalteng juga tercermin pada indikator kredit perbankan untuk sektor industri pengolahan. Realisasi kredit industri pada posisi September- 212 sebesar Rp235,21 miliar atau turun 2,2% dari periode yang sama tahun 211 (yoy). Sementara itu di posisi triwulan sebelumnya masih mencatat pertumbuhan,7% (yoy). Sama halnya dengan indikator konsumsi BBM industri yang terlihat menurun dimana realisasi konsumsi BBM industri selama triwulan III-212 sekitar 272,6 juta liter, lebih rendah dibanding tingkat konsumsi pada periode sebelumnya yang mencapai 285,9 juta liter. KER Kalimantan Tengah Tw.III

27 Inflasi Daerah II. Perkembangan Inflasi Daerah Kondisi cuaca yang kondusif disertai dengan terjaganya ekspektasi masyarakat di sepanjang bulan Ramadhan hingga setelah Lebaran membawa laju inflasi triwulan III menurun drastis Gambaran Inflasi Umum Laju inflasi Kalteng 2 di triwulan III-212 berada pada rentang proyeksi 5,17±1% (yoy 3 ), sebagaimana terdapat pada laporan Kajian Ekonomi Regional periode sebelumnya. Realisasi inflasi di triwulan laporan tercatat sebesar 4,77%, menurun secara signifikan dibandingkan triwulan II-212 yang tercatat 6,32% (yoy), meskipun tetap berada di atas level Nasional yang tercatat 4,31% (yoy). Perkembangan inflasi hingga periode lebih memberikan keyakinan bahwa tingkat inflasi di akhir tahun tidak akan terlalu jauh melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalteng sebesar 5%. Jika dibandingkan dengan pola historis dalam 3 tahun terakhir (29-211), tingkat inflasi di periode tahun ini terlihat jauh menurun. Kondisi tersebut sejalan dengan tren inflasi Nasional maupun wilayah Kalimantan. Dalam konteks global, menurunnya tekanan inflasi tidak terlepas dari pelemahan ekonomi yang masih berlangsung sehingga mengurangi tekanan terhadap harga komoditas. Situasi ini juga menyebabkan harga energi primer seperti minyak bumi maupun batubara terus menurun yang pada akhirnya berimbas pada penurunan ongkos produksi. inflasi Tw.II-212 inflasi Tw.III-212 rata-rata Tw.III (29-211) 4,31 4,41 4,53 I N D O N E S I A 5,39 4,83 5, Oil WTI (US$/barel) Kopi (US$ cent /pound) Jagung (US$/bushel) Terigu (US$/bushel) Batubara (US$/mt) Sugar (US$/pound) Kedelai (US$/bushel) Emas (US$/gr) 7, 5,48 6, ,32 4,77 5,57 5,67 5,14 6,6 2 M-9 J-9 S-9 D-9 M-1 J-1 S-1 D-1 M-11 J-11 S-11 D-11 M-12 J-12 S-12 Diagram 2.1 Gambaran Inflasi Wilayah Kalimantan Sumber : BPS, diolah Grafik 2.1 Harga Komoditas Internasional Sumber: IMF Khusus untuk wilayah Kalimantan, melemahnya tekanan inflasi sangat dipengaruhi oleh kelancaran pasokan dari pulau Jawa, disamping adanya berbagai upaya yang dilakukan untuk menjaga ekspektasi masyarakat sepanjang bulan Ramadhan hingga perayaan Lebaran. 2 Perhitungan inflasi Kalimantan Tengah diwakili oleh Kota Palangka Raya dan Kota Sampit dengan bobot masing-masing sebesar 56% dan 44% 3 YoY (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya. KER Kalimantan Tengah Tw.III

28 Inflasi Daerah Berdasarkan provinsinya, penurunan laju inflasi wilayah Kalimantan 4 dibandingkan periode sebelumnya dari 5,59% menjadi 5,28% (yoy) sebagian besar dipengaruhi oleh turunnya laju inflasi di provinsi Kalimantan Barat dengan kontribusi penurunan sebesar,31%, diikuti Kalimantan Tengah (,16%), dan Kalimantan Selatan (,13%). Sementara itu kenaikan laju inflasi di provinsi Kalimantan Timur memberikan sumbangan inflasi sebesar,25%. 2.2 Inflasi Tahunan dan Triwulanan Ditinjau secara tahunan (yoy), pergerakan inflasi Kalteng sejak akhir tahun 21 hingga periode laporan masih berada dalam tren menurun sejalan dengan kecenderungan inflasi wilayah Kalimantan maupun Nasional pada umumnya. Di triwulan III-212 laju inflasi IHK Kalteng tercatat 4,77%, sementara di triwulan sebelumnya mencapai 6,32%. Tingkat inflasi di periode ini lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi triwulan III sepanjang tahun , yakni sebesar 5,57%. Dari realisasi inflasi Kalteng sebesar 4,77%, kota Palangka Raya yang mengalami inflasi 4,95% memberikan andil inflasi sebesar 2,78% sementara sisanya (1,99%) berasal dari inflasi kota Sampit yang mencatat inflasi sebesar 4,53%. Tingkat inflasi yang terjadi di kedua kota yang menjadi sampel inflasi tersebut juga berada di bawah level rata-rata inflasi triwulan III dalam 3 tahun terakhir. Rata-rata inflasi triwulan-iii di kota Palangka Raya tercatat sebesar 5,86% dan di kota Sampit 5,19%. 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, (%,yoy) Kalteng Kalimantan Indonesia Grafik 2.2 Laju Inflasi Kalteng, Kalimantan dan Nasional (yoy) Sumber: Badan Pusat Statistik 5,28 4,77 4,31 Rata2 Inflasi Tw.III (29-211) Tw.III Tw.II Tw.III Palangka Raya - qtq 2,75 3,37,69 1,54 - yoy 5,86 6,97 6,87 4,95 Sampit - qtq 1,74 1,63,26,61 - yoy 5,19 5,56 5,6 4,53 Kalteng - qtq 2,31 2,61,5 1,13 - yoy 5,57 6,36 6,32 4,77 Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Palangka Raya, Sampit dan Kalteng Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah Sementara jika ditinjau secara triwulan (qtq 5 ), kumulatif inflasi bulanan (mtm 6 ) Kalteng yang terjadi selama triwulan III-212 sebesar 1,13%, lebih tinggi dibanding inflasi triwulanan yang terjadi pada periode sebelumnya yang hanya sebesar,5%. Kumulatif inflasi yang relatif lebih tinggi disebabkan adanya momen bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri pada periode laporan. Inflasi yang terjadi sepanjang bulan Juli s.d. September tahun ini bahkan tergolong rendah jika dibandingkan dengan kumulatif inflasi periode lebaran dalam 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 2,31%. Kondisi yang sama juga dialami oleh kota Palangka Raya 4 Bobot inflasi provinsi Kalimantan Selatan sebesar 1,54, Kalimantan Tengah sebesar,65, Kalimantan Timur sebesar 2,78, dan Kalimantan Barat sebesar 1,28. 5 Inflasi triwulanan (quarter to quarter qtq) merupakan akumulasi inflasi bulanan yang terjadi selama triwulan berjalan atau perbandingan IHK triwulan laporan dengan IHK di triwulan sebelumnya. 6 Month-to-month (mtm) atau biasa disebut inflasi bulanan yang merupakan metode penghitungan inflasi pada bulan tertentu yang diperoleh dengan membandingkan IHK bulan laporan terhadap IHK bulan sebelumnya KER Kalimantan Tengah Tw.III

29 Inflasi Daerah dan kota Sampit dimana masing-masing mengalami inflasi triwulanan sebesar 1,54% dan,61%. Adapun kontribusi inflasi dari kota Palangka Raya sebesar,86% sedangkan sisanya berasal dari kota Sampit. Inflasi Lebaran pada bulan Agustus yang relatif terjaga diikuti terjadinya deflasi pada bulan September sangat berpengaruh terhadap rendahnya kumulatif inflasi dibandingkan rata-ratanya dalam 3 tahun terakhir. 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, menurunnya tekanan inflasi antara lain dipengaruhi oleh stabilitas nilai tukar Rupiah dan terjaganya ekspektasi masyarakat khususnya sepanjang bulan Ramadhan hingga menjelang Idul Fitri yang jatuh pada 19-2 Agustus lalu. Inflasi Lebaran pada bulan tersebut tercatat,57%, berada di bawah rata-rata inflasi Lebaran dalam 3 tahun terakhir 7 yang mencapai,94% (mtm). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah bersama Tim Pengendali Inflasi Provinsi Kalteng untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat, antara lain dalam bentuk himbauan serta informasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok melalui media massa secara intens, hingga inisiatif untuk mengadakan Pasar Alternatif yang beroperasi selama sebulan - yakni 2 minggu sebelum dan 2 minggu setelah Idul Fitri - yang berfungsi sebagai penyeimbang harga kebutuhan pokok yang berlaku di pasar tradisional. Lokasi pasar penyeimbang yang berdekatan dengan salah satu pasar tradisionil terbesar di kota Palangka Raya tersebut sangat diminati oleh masyarakat karena harga yang dijual lebih murah 1-2% dibandingkan harga di pasar tradisional. Adapun komoditas yang diperdagangkan adalah beberapa jenis komoditas yang sering memicu inflasi, antara lain Beras, Minyak Goreng, Cabe Merah, Cabe Rawit, Bawang Merah, Bawang Putih, Gula Pasir, Ikan Gabus, Daging Ayam Ras, Telur Ayam Ras, Ketimun, Minyak Tanah dan Susu. 18, 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 1, 9, 8, Ekspektasi Harga 3 bln y.a.d. Permintaan 1 bln y.a.d * (kilo liter) Premium Minyak Solar Minyak Tanah Elpiji (RHS) (kg) Grafik 2.3 Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen KPw BI Kalteng Grafik 2.4 Konsumsi Bahan Bakar Sumber: Pertamina Menurunnya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi diperkuat oleh hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai indikator dini yang mencerminkan ekspektasi konsumen terhadap hargaharga dan kondisi permintaan. Hasil SK di triwulan III-212 mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung memiliki ekspektasi adanya penurunan harga memasuki bulan 7 Perayaan Lebaran (Idul Fitri) pada tahun 29 jatuh pada tanggal 2 September, tahun 21 pada tanggal 1 September, dan pada tahun 211 pada tanggal 3 Agustus. KER Kalimantan Tengah Tw.III

30 Inflasi Daerah Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri. Ekspektasi konsumen tersebut diduga masih dibayangi oleh tingginya harga-harga kebutuhan pokok yang terjadi di awal tahun akibat kondisi gelombang laut tinggi yang menggangu ketersediaan barang di pasar. Selain itu, distribusi bahan bakar bersubsidi baik premium, solar, minyak tanah maupun gas elpiji yang semakin lancar juga sangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan inflasi di periode laporan. Ekspektasi kenaikan harga semakin terjaga, seiring dengan berkurangnya pengeluaran konsumen rumah tangga secara umum baik untuk aktivitas transportasi yang menggunakan premium atau solar maupun biaya pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari seiring turunnya penggunaan terhadap minyak tanah. Konsumsi rumah tangga terhadap elpiji semakin meningkat tinggi jika dibandingkan kondisi awal tahun, dimana terjadi kendala pasokan akibat gelombang laut tinggi Sisi Penawaran Sedangkan dari sisi penawaran, pergerakan inflasi yang melandai dipengaruhi oleh lancarnya pasokan yang masuk dari pulau Jawa baik melalui pelabuhan Trisakti-Banjarmasin maupun pelabuhan Sampit. Tinggi gelombang laut di perairan Laut Jawa yang kondusif bagi pelayaran sangat mendukung kelancaran arus pasokan dari Jakarta dan Surabaya. Bersamaan dengan itu, berlangsungnya panen sejumlah komoditas yang dihasilkan sendiri seperti beras, cabe rawit, dan daging ayam ras menyebabkan pasokan menjadi berlimpah di pasar sehingga memepengaruhi penurunan harga. Aspek distribusi bahan pangan ke kota Palangka Raya dan Sampit secara umum tidak mengalami masalah besar disebabkan kondisi infrastruktur yang cukup baik di kedua kota tersebut. Kondisi ini setidaknya tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) hingga bulan September 212, dimana ekspektasi pedagang terhadap kenaikan permintaan dan penjualan diikuti dengan peningkatan distribusi barang yang dijual, terutama selama bulan Ramadhan hingga perayaan Idul Fitri. 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 - (meter) Tinggi gelombang maksimum Tinggi gelombang minimum 2, 1,5,8,8,8,6 1,5 1,3 1,2 1,2,3,3,3,4,5,5,5, (indeks) Total Penjualan 3 bulan (%naik) Distribusi Barang 3 bulan (%naik) Total Permintaan * Grafik 2.5 Tinggi Gelombang Minimum & Maksimum di Laut Jawa Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Grafik 2.6 Kondisi Penjualan dan Distribusi Barang. Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KPw BI Kalteng Lancarnya pasokan bahan bakar juga mempengaruhi tingkat harga di level produsen. Permasalahan antrian yang semakin minimal berimbas pada efisiensi biaya bahan bakar kendaraan yang berdampak pada penurunan harga jual. Namun demikian masih terdapat kekhawatiran terhadap distribusi bahan bakar untuk periode mendatang. Hal ini mengacu pada data konsumsi BBM bersubsidi sampai dengan triwulan III-212, khususnya pemakaian KER Kalimantan Tengah Tw.III

31 Inflasi Daerah premium yang telah mencapai 24 ribu kilo liter atau sekitar 86,5% dari kuota premium setelah mendapatkan tambahan alokasi sebesar 5% dari kuota awal menjadi sekitar 277 ribu kilo liter. Selain itu pemakaian solar sudah hampir mencapai 15 ribu kilo liter atau sekitar 82,7% dari kuota yang diberikan. Dibandingkan dengan realisasi konsumsi tahun 211, jumlah pemakaian premium hingga periode laporan sudah mencapai 85%, sedangkan pemakaian solar hampir 82%. Selain disebabkan oleh faktor fundamental permintaan dan penawaran, tingginya level penurunan laju inflasi tahunan (yoy) juga dipengaruhi oleh faktor teknikal yang diakibatkan adanya pergeseran bulan Lebaran tahun ini dibandingkan tahun 211, yakni dari bulan September menjadi bulan Agustus. Turunnya harga-harga (deflasi) yang terjadi pasca Lebaran menyebabkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan September 212 bergerak turun. Sementara itu indeks harga di posisi September 211 relatif tinggi dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sehubungan dengan puncak bulan Ramadhan. 2.4 Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi Berdasarkan pengelompokan inflasi (dekomposisi) dilihat dari sifat faktor yang mempengaruhi, terlihat bahwa melandainya tekanan inflasi pada triwulan III-212 sebagai besar disebabkan oleh turunnya harga kelompok administered price. Sebagaimana dibahas sebelumnya, pasokan bahan bakar khususnya LPG dan minyak tanah yang semakin lancar menyebabkan kontribusi inflasi kelompok administered price tercatat terus menurun. Pada triwulan-i kontribusi inflasi masih tercatat 2,63% (yoy), di triwulan-ii turun menjadi 1,42%, dan di triwulan-iii hanya sebesar,76%. Selain itu, penurunan harga (deflasi) kelompok volatile food - yang didominasi oleh komoditas bahan makanan yang harganya bergejolak - pada bulan September juga berpengaruh terhadap turunnya laju inflasi IHK pada periode laporan. Pergerakan harga kelompok volatile food yang relatif terjaga berimbas pada kontribusi inflasi yang semakin minimal (%,yoy) Core Adm Price Volatile Foods (%, yoy) Bahan Makanan Perumahan & LGA Kesehatan Transpor&Komunikasi Makanan Jadi Sandang Pendidikan Grafik 2.7 Dekomposisi Inflasi Kalteng Sumber: BPS Provinsi Kalteng, diolah Grafik 2.8 Inflasi berdasarkan Kelompok Pengeluaran Sumber: BPS Provinsi Kalteng, diolah Sebaliknya, inflasi kelompok inti (core) masih menjadi penyumbang inflasi terbesar di tahun ini. Secara konseptual, pergerakan inflasi inti (core) bersifat lebih permanen/persisten dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, yang dapat berasal dari aktivitas ekonomi internal maupun lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang). KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 2

32 Inflasi Daerah Dalam kaitan ini, kenaikan inflasi inti mengindikasikan adanya pembangunan ekonomi yang bersifat fundamental. Analisis ini diperkuat dengan tinjauan inflasi (yoy) berdasarkan kelompok pengeluaran, dimana kenaikan tekanan inflasi inti lebih disebabkan oleh kenaikan harga-harga yang terjadi pada sub-kelompok pendidikan dan sub-kelompok biaya tempat tinggal yang terdapat pada kelompok perumahan. Kenaikan inflasi sub-kelompok pendidikan dipengaruhi oleh naiknya tarif kursus-kursus/pelatihan serta perlengkapan/peralatan pendidikan. Hal tersebut secara tidak langsung mengindikasikan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan terapan disertai dengan adanya upaya perbaikan prasarana di bidang pendidikan. Sementara itu tren kenaikan inflasi pada sub-kelompok biaya tempat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk tempat tinggal, baik untuk biaya sewa rumah maupun untuk pembangunan rumah hunian dan tumah toko (ruko). Situasi ini memberi indikasi adanya kenaikan permintaan terhadap rumah sewa dimana sejalan dengan pertambahan penduduk luar kota atau pendatang. Aktivitas ekonomi yang semakin bergerak pada gilirannya akan mendorong permintaan terhadap rumah-rumah hunian serta ruko sebagai tempat usaha. Kelompok transportasi dan komunikasi juga mengalami kenaikan laju inflasi di triwulan III-212 disebabkan oleh naiknya tarif transportasi menjelang Lebaran. Sedangkan inflasi pada kelompok pengeluaran lainnya tercatat melambat yang mendorong turunnya tekanan inflasi IHK. Laju penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan, diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok makanan jadi. Sedangkan melambatnya inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lebih disebabkan oleh sub-kelompok bahan bakar. Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 1 Bahan Bakar Rumah Tangga,51 Bawang Putih,34 Tempe,35 2 Ikan Baung,23 Bawang Merah,33 Ikan Saluang,18 3 Tukang Bukan Mandor,21 Gula Pasir,28 Emas Perhiasan,17 4 Ikan Mas,18 Udang basah,14 Ikan Asin Teleng,15 5 Cabe Rawit,13 Ikan Bakar,12 Ikan Baung,15 6 Kangkung,12 Tukang Bukan Mandor,12 Pendidikan SLTA,13 7 Daun Singkong,11 Rokok Kretek Filter,11 Mie,13 8 Ikan Patin,9 Sewa Rumah,11 Ikan Patin,12 9 Bayam,8 Tempe,9 Tukang Bukan Mandor,12 1 Emas Perhiasan,8 Ketimun,7 Jeruk,1 Andil Inflasi 1 Komoditas 1,73 Andil Inflasi 1 Komoditas 1,73 Andil Inflasi 1 Komoditas 1,6 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI Kota Palangka Raya No. Jan - Mar 212 2,26% Apr - Jun 212,68% Jul - Sep 212 1,54% 1 Daging Ayam Ras (,22) Ikan Gabus (,28) Bahan Bakar Rumah Tangga -,48 2 Telepon Seluler (,16) Jeruk (,16) Daging Ayam Ras -,45 3 Udang Basah (,8) Ikan Baung (,15) Bawang Merah -,3 4 Tomat Sayur (,8) Cabe Rawit (,12) Beras -,11 5 Ikan Saluang (,7) Ikan Patin (,1) Cabe Rawit -,6 6 Rimbang/Tekokak (,7) Ikan Mas (,8) Bayam -,5 7 Angkutan Udara (,4) Ikan Tongkol (,7) Tomat Sayur -,4 8 Umbut Rotan (,3) Telur Ayam Ras (,5) Sawi Hijau -,3 9 Cabe Merah (,2) Rimbang/Tekokak (,5) Terong Panjang -,3 1 Tauge/Kecambah (,2) Ikan Nila (,4) Cabe Merah -,2 Andil Deflasi 1 Komoditas (,79) Andil Deflasi 1 Komoditas (1,1) Andil Deflasi 1 Komoditas -1,58 Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Palangka Raya Sumber: BPS Prov. Kalteng, diolah Jika diurai lebih detil berdasarkan komoditasnya, penyebab penurunan laju inflasi IHK pada periode ini cukup variatif. Di kota Palangka Raya, komoditas yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar adalah bahan bakar rumah tangga. Harga bahan bakar KER Kalimantan Tengah Tw.III

33 Inflasi Daerah rumah tangga yang turun dipengaruhi oleh lancarnya pasokan bahan bakar sebagaimana disinggung pada pembahasan sebelumnya. Selebihnya, penurunan harga terbesar terjadi pada komoditas makanan, seperti daging ayam ras, bawang merah, beras, cabe rawit, bayam, tomat sayur, sawi hijau, terong panjang, dan cabe merah. Hal ini juga dipengaruhi oleh kelancaran pasokan dari pulau Jawa, disamping relatif berlimpahnya pasokan lokal seperti daging ayam ras dan beras. Pada saat bersamaan, beberapa komoditas juga mengalami kenaikan harga (inflasi) dimana yang terbesar adalah komoditas tempe yang dipengaruhi oleh kelangkaan pasokan kedelai yang sebagian besar masih diimpor. Selain itu harga ikan saluang, ikan asin telang, ikan baung dan ikan patin juga turut menyumbang inflasi disebabkan naiknya permintaan masyarakat di bulan Ramadhan terhadap jenis ikan-ikanan yang menjadi khas daerah Kalteng. Adapun kenaikan tarif jasa tukang bukan mandor tercatat sebagai penyumbang inflasi yang terus muncul selama tahun 212. Hal ini semakin mengkonfirmasi naiknya permintaan terhadap jasa tukang khususnya untuk pekerjaan konstruksi perumahan. Sedangkan di Kota Sampit, meredanya tekanan inflasi disebabkan dipengaruhi oleh harga daging ayam ras, bawang merah, cabe rawit, sawi hijau, tomat sayur, kangkung, dan ikan tongkol yang secara kumulatif mengalami penurunan (deflasi) di periode ini. Sama halnya dengan kota Palangka Raya, kondisi ini disebabkan lancarnya pasokan dari pulau Jawa yang masuk melalui pelabuhan Sampit, disamping berlimpahnya pasokan daging ayam ras lokal seperti yang memicu penurunan harga di pasar. Sementara untuk komoditas nonmakanan terdapat penurunan tarif telepon seluler, kayu balokan, dan batu bata. Kota Sampit No. Jan - Mar 212 2,59% Apr - Jun 212,26% Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 1 Cabe Rawit,41 Bawang Merah,36 Tukang Bukan Mandor,32 2 Sewa Rumah,36 Gula Pasir,16 Emas Perhiasan,2 3 Bahan Bakar Rumah Tangga,29 Bawang Putih,13 Tahu Mentah,2 4 Semen,22 Sewa Rumah,9 Sewa Rumah,13 5 Biaya Jaringan Saluran TV,16 Beras,6 Ikan Bakar,12 6 Ikan Gabus,13 Ikan Baung,5 Pendidikan SLTA,9 7 Ikan Tongkol,13 Mie,5 Tempe,8 8 Rokok Kretek Filter,12 Minyak Goreng,4 Ikan Bandeng,7 9 Ikan Selar,9 Pendidikan Akademi/P.T,4 Jagung Muda,6 1 Kacang Panjang,8 Rokok Kretek Filter,2 Ikan Tenggiri,6 Andil Inflasi 1 Komoditas 1,99 Andil Inflasi 1 Komoditas 1, Andil Inflasi 1 Komoditas 1,34 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI Jul - Sep 212,61% 1 Daging Ayam Ras -,14 Cabe Rawit -,37 Daging Ayam Ras -,5 2 Batu Bata/Batu Tela -,5 Semen -,12 Bawang Merah -,31 3 Ikan Bandeng -,3 Emas Perhiasan -,11 Cabe Rawit -,18 4 Cumi-cumi -,1 Kacang Panjang -,9 Sawi Hijau -,12 5 Bawang Putih -,1 Ikan Gabus -,6 Telepon Seluler -,9 6 Wortel -,1 Ketimun -,6 Kayu Balokan -,4 7 Bawang Merah -,1 Batu Bata/Batu Tela -,6 Batu Bata/Batu Tela -,4 8 Kacang Hijau -,1 Tomat Sayur -,6 Tomat Sayur -,3 9 Ikan Layang -,1 Nangka Muda -,4 Kangkung -,3 1 Cabe Merah -,1 Kol Putih/Kubis -,3 Ikan Tongkol -,3 Andil Deflasi 1 Komoditas -,28 Andil Deflasi 1 Komoditas -1, Andil Deflasi 1 Komoditas -1,37 Tabel 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Sampit Sumber: BPS Prov. Kalteng, diolah Sebaliknya, harga beberapa komoditas juga tercatat mengalami kenaikan dimana yang menjadi penyumbang inflasi terbesar adalah tarif tukang bukan mandor dengan andil inflasi sebesar,32% selama periode laporan. Selain itu terdapat kenaikan harga pada komoditas emas perhiasan dan beberapa jenis ikan-ikanan sehubungan dengan naiknya permintaan KER Kalimantan Tengah Tw.III

34 Inflasi Daerah menjelang perayaan Idul Fitri. Sama halnya dengan kota Palangka Raya, tarif jasa pendidikan SLTA tercatat mengalami kenaikan memasuki dengan tahun ajaran baru pada bulan Juli. Tarif pendidikan SLTA di kota Palangka Raya secara rata-rata tercatat naik 2,58%, sedikit lebih rendah dibanding kota Sampit yang naik mencapai 21,4%. Kenaikan biaya sekolah yang rutin terjadi setiap tahun hendaknya tidak terpaut jauh dari tingkat inflasi yang terjadi, dimana tingkat inflasi tahun 211 di masing-masing kota hanya sebesar 5,28% dan 3,6% Adapun kenaikan harga yang terus terjadi selama tahun 212 di kota Sampit adalah tarif Sewa Rumah. Harga Sewa Rumah dalam kurun waktu Januari September 212 tercatat telah mengalami kenaikan sebesar 16,41%. Ditambah dengan kenaikan upah tukang mandor pada periode yang sama telah mencapai 15, 46% serta harga-harga bahan bangunan seperti batako, semen, besi beton, dan semen yang naik sekitar 7-1% semakin mengkonfirmasi meningkatnya kebutuhan terhadap perumahan yang disebabkan aktivitas perekonomian yang cenderung ekspansif. KER Kalimantan Tengah Tw.III

35 Perbankan dan Sistem Pembayaran III. Perbankan dan Sistem Pembayaran Berbagai indikator perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan kinerja pertumbuhan yang kurang ekspansif merespon perkembangan sektor unggulan yang cenderung melambat Kondisi Umum Perbankan Peran Perbankan dalam mendukung aktivitas ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) masih menunjukkan perkembangan yang positif sejalan dengan kontribusinya yang terus meningkat sejalan dengan arah ekspansi ekonomi dalam 1 tahun terakhir. Pada tahun 211, perbankan regional mampu tumbuh lebih dari 12% di tengah perekonomian yang melaju sebesar 6,74%. Meskipun fungsi intermediasi dan stabilitas perbankan secara umum masih terjaga dengan baik, namun tren pertumbuhan berbagai indikator utama mulai terlihat berada pada fase melambat hingga triwulan III-212. Kinerja pertumbuhan kredit yang sedikit lebih baik dibanding triwulan II belum mampu menyamai tingginya realisasi penyaluran yang dilakukan di tahun 211. Aktivitas penghimpunan dana bahkan terlihat semakin melambat dalam setahun terakhir. Kondisi tersebut diduga merupakan pengaruh dari perkembangan sektor unggulan daerah yang sudah memasuki tahap maturity di samping adanya kendala infrastuktur yang cenderung menahan langkah perbankan untuk lebih berekspansi. Namun respon antisipatif terlihat cukup baik yang ditunjukkan dengan adanya upaya untuk memperbesar peran pembiayaan pada sektor perdagangan dan jasa-jasa yang berpotensi menjadi sektor andalan Kalteng ke depan Kelembagaan Ekspansi kelembagaan perbankan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur peningkatan aktivitas ekonomi di suatu daerah. Meskipun demikian keterjangkauan perbankan ke daerah-daerah yang belum terlayani oleh jasa keuangan masih perlu ditingkatkan. Peran intemediasi perbankan harus terus didorong, selain untuk mengedukasi masyarakat juga sebagai upaya meminimalisir praktik-praktik yang menyerupai bank namun pada akhirnya memberikan dampak kerugian bagi masyarakat. Sampai dengan triwulan III-212 jumlah bank di Kalteng adalah 19 bank yang terdiri dari 12 (dua belas) bank umum konvensional, 3 (dua) bank umum syariah dan 4 (empat) Bank Perkreditan Rakyat. Dibukanya kantor cabang Bank Nasional Indonesia (BNI) Syariah di Kota Palngka Raya pada bulan September menambah jumlah kelembagaan perbankan dibandingkan posisi triwulan II yang berjumlah 18 kantor. Sedangkan jumlah jaringan kantor bank di Kalteng pada triwulan laporan bertambah dari 194 menjadi 198 jaringan kantor bank dengan komposisi 184 kantor bank umum konvensional (termasuk kantor BRI unit), 4 kantor BPR, dan 1 kantor Bank Syariah. Panambahan jaringan kantor bank selama periode triwulan III-212 adalah pembukaan Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Muamalat di Muara Teweh, KER Kalimantan Tengah Tw.III

36 Perbankan dan Sistem Pembayaran KCP Bank BTPN di Buntok, KCP Bank Mandiri di Sampit serta pembukaan Mandiri Mitra Usaha atau setingkat KCP Bank Mandiri di Pulang Pisau. Jenis Bank Tw.IV Tw.IV Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III 1. Bank Pemerintah - Jumlah Bank Jumlah Kantor*) Bank Pemerintah Daerah - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Swasta Nasional - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat - Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Syariah - Jumlah Bank Jumlah Kantor Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Aset Perbankan Perkembangan aset perbankan biasanya akan searah dengan aktivitas penyaluran kredit karena perannya yang cukup dominan dalam menentukan besar kecilnya skala operasional suatu bank. Di periode ini, pertumbuhan aset perbankan di Kalteng masih mengalami perlambatan disebabkan pertumbuhan kredit masih dalam skala yang terbatas. Total aset perbankan sebesar Rp2,47 triliun atau meningkat 21,29% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy). Meski tercatat masih di atas pertumbuhan rata-ratanya dalam 5 tahun terakhir (2,97%), namun laju pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan II-212 yang tumbuh 26,1%. Tingkat pertumbuhan aset tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada triwulan II-211 yakni mencapai 47,96% (%, yoy) g_aset g_kredit g_dpk I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3.1 Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Kab/Kota Sep-11 Jun-11 Sep-12 (Rp Juta) Share (Rp Juta) Share (Rp Juta) Share Total Aset % % % Kapuas ,6% ,4% ,7% Kotawaringin Barat ,7% ,4% ,5% Kotawaringin Timur ,3% ,7% ,6% Murung Raya ,6% ,8% ,9% Barito Timur ,9% ,8% ,8% Barito Selatan ,3% ,6% ,8% Gunung Mas ,4% ,2% ,2% Barito Utara ,3% ,1% ,2% Pulang Pisau ,7% ,8% ,8% Katingan ,1% ,2% ,1% Sukamara ,9% ,1% ,1% Lamandau ,9% ,1% ,1% Palangka Raya ,3% ,7% ,2% Tabel 3.2 Sebaran Aset Perbankan di Kalteng Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Berdasarkan lokasi operasionalnya, sebaran aset terbesar masih berada di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang mencapai Rp7,9 triliun atau 34,6% dari total aset perbankan Kalteng. Pangsa aset perbankan di Kotim tersebut relatif menurun dalam 1 tahun terakhir disebabkan adanya peningkatan peran yang lebih tinggi di daerah lain seperti Kota Palangka Raya, Kabupaten Barito Selatan, Murung Raya serta Kapuas. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas penyaluran kredit di ke-4 daerah tersebut dalam setahun terakhir ini lebih ekspansif dibandingkan di Kotim. KER Kalimantan Tengah Tw.III

37 Perbankan dan Sistem Pembayaran Selanjutnya di Kota Palangka Raya tersebar sebanyak 33,2% aset perbankan atau sebesar Rp6,81 triliun, diikuti Kabupaten Kotawaringin Barat (9,5%), Barito Utara (5,2%), Kapuas (4,7%), serta Barito Selatan (3,8%). Sedangkan sisanya atau sebanyak 9% tersebar di berbagai kabupaten lainnya 8 di Kalteng. Adapun kenaikan share aset terbesar dalam setahun terakhir terjadi di kota Palangka Raya diikuti oleh kabupaten Barito Selatan dan Murung Raya Penghimpunan Dana Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) perbankan Kalteng pada triwulan III-212 masih berada pada tahap melambat meskipun berada di atas level rata-rata historisnya dalam 5 tahun yakni sebesar 18,47%. Posisi DPK yang dihimpun perbankan di periode laporan sebanyak Rp14,78 triliun, tumbuh 22,54% (yoy). Sementara itu di periode sebelumnya masih mencatat tingkat pertumbuhan sebesar 26,57%. Adapun komposisi DPK relatif tidak mengalami perubahan dimana yang terbesar masih terdapat pada jenis tabungan (45,6%), diikuti jenis giro (33,4%), dan deposito (21%). Dibandingkan dengan komposisi dana di periode sebelumnya, laju pertumbuhan dana yang melambat dipengaruhi adanya pencairan deposito dalam jumlah yang cukup besar, baik oleh nasabah pemerintah maupun swasta. Pencairan deposito ini diduga dalam rangka pembiayaan kegiatan-kegiatan investasi sehingga akan berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian secara umum. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan deposito yang merosot tajam dimana pada periode ini hanya tumbuh 8,3% sedangkan di triwulan II masih mengalami pertumbuhan 28,81% (yoy). Sep-11 Perkembangan DPK Jun-12 Sep-12 (Rp juta) (Share) (Rp juta) (Share) (Rp juta) (Share) Pertumbuhan (yoy) Mar-12 Jun-12 Sep-12 Total DPK ,% ,% ,% 36,5% 26,6% 22,6% DPK Pemerintah ,7% ,1% ,% 44,3% 32,7% 38,5% DPK Swasta ,3% ,9% ,% 33,5% 24,3% 17,1% Giro ,4% ,% ,4% 42,5% 29,1% 34,6% Tabungan ,8% ,% ,6% 24,3% 24,1% 21,9% Deposito ,7% ,1% ,% 6,% 28,1% 8,3% Total Giro ,% ,% ,% 42,5% 29,1% 34,6% Giro Pemerintah ,% ,6% ,% 36,3% 21,4% 32,6% Giro Swasta ,% ,4% ,% 6,5% 48,% 39,2% Total Tabungan ,% ,% ,% 24,3% 24,1% 21,9% Tabungan Pemerintah 2.648,4% ,4% 26.53,4% 12,9% 18,6% 28,4% Tabungan Swasta ,6% ,6% ,6% 24,4% 24,1% 21,9% Total Deposito ,% ,% ,% 6,% 28,1% 8,3% Deposito Pemerintah ,7% ,8% ,5% 116,3% 9,3% 68,5% Deposito Swasta ,3% ,2% ,5% 49,3% 13,1% -4,6% Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Kalimantan Tengah (Rp Juta) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Pertumbuhan dana jenis tabungan juga tercatat relatif melambat dari 24,1% menjadi 21,9% disebabkan oleh turunnya porsi tabungan sektor swasta di tengah peningkatan jumlah tabungan sektor pemerintah. Sebaliknya, dana jenis giro justru mengalami kenaikan yang cukup besar akibat bertambahnya simpanan giro pemerintah di perbankan yang mencapai 8 Kabupaten lainnya meliputi Kabupaten Barito Timur, Pulang Pisau, Katingan, Gunung Mas, Lamandau, Murung Raya, dan Sukamara. KER Kalimantan Tengah Tw.III

38 Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp314,4 miliar. Kenaikan ini diduga bersumber dari kenaikan penerimaan pemerintah dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) namun tidak terserap pada pos belanja dalam skala yang proporsional. Giro pemerintah pada dasarnya memiliki peran yang strategis terhadap struktur dana perbankan yakni mencapai 21,3% terhadap total DPK yang dikelola oleh perbankan di Kalteng. Sementara itu perannya terhadap total simpanan jenis giro mencapai 69% dimana sisanya merupakan dana giro sektor swasta baik nasabah perusahaan maupun perorangan. Jika ditelisik lebih jauh, yang terbesar adalah simpanan giro pemerintah daerah yang jumlah mencapai Rp 3,24 triliun atau 95,1% dari keseluruhan giro pemerintah. Simpanan giro pemerintah daerah dominan berada di Kota Palangka Raya atau 2% dari komposisi giro pemerintah daerah. Hal ini disebabkan terdapat 2 pemerintah daerah di kota Palangka Raya, yakni Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah serta Pemerintah Kota Palangka Raya. Sementara itu jumlah giro pemerintah daerah di perbankan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang mencapai Rp 552,4 miliar merupakan yang terbesar kedua, dimana hampir seluruhnya merupakan simpanan giro milik Pemerintah Kabupaten Kotim. Simpanan giro milik pemerintah Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara serta Katingan juga tercatat cukup besar dengan share sekitar 1% dari total giro pemerintah daerah yang ditempatkan di perbankan Kalteng. Perkembangan Giro Pemerintah Sep-11 Jun-12 Sep-12 (Rp juta) (Share) (Rp juta) (Share) (Rp juta) (Share) Pertumbuhan (yoy) Mar-12 Jun-12 Sep-12 Total Giro Pemerintah ,% ,% ,% 36,3% 21,4% 32,6% 1. Giro Pemerintah Pusat ,4% ,7% ,8% 35,5% 2,6% 9,6% 2. Giro Pemerintah Daerah ,7% ,1% ,1% 36,3% 21,% 33,2% 3. Giro Badan & Lembaga Pemerintah 23.11,9% ,% 3.953,9% 42,6% 35,6% 34,5% 4. Giro BUMN & Campuran ,6% ,% ,9% 19,9% 8,6% 86,6% 5. Giro BUMD 8.489,3% 9.16,3% 9.418,3% 62,% -11,4% 1,9% Giro Pemerintah Daerah ,% ,% ,% 36,3% 21,% 33,2% - Kab. Kapuas ,1% ,8% ,7%,4% 3,3% 19,3% - Kab. Kotawaringin Barat ,5% ,7% ,6% 4,7% 27,% 34,7% - Kab. Kotawaringin Timur ,5% ,2% ,% 33,3% 16,6% 22,6% - Kab. Murung Raya ,7% ,5% ,8% 54,1% -25,7% -17,% - Kab. Barito Timur ,6% ,7% ,% 1,5% -,3% -48,5% - Kab. Barito Selatan ,% ,5% ,6% 97,7% 88,2% 122,1% - Kab. Gunung Mas ,6% ,2% ,2% 1,6% -6,3% -1,3% - Kab. Barito Utara ,6% ,1% ,2% 53,6% 41,5% 57,9% - Kab. Pulang Pisau ,% ,6% ,9% 43,1% 27,9% 29,% - Kab. Katingan ,1% ,4% ,3% 48,3% 4,5% 23,4% - Kab. Sukamara ,3% ,5% ,% 38,4% 27,1% 54,4% - Kab. Lamandau ,2% ,1% ,7% -36,8% 4,% 239,1% - Kota Palangkaraya ,7% ,8% ,% 29,2% 7,2% 23,% Tabel 3.4 Perkembangan Giro Pemerintah di Kalimantan Tengah (Rp Juta) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Ditinjau dari tingkat pertumbuhannya dalam setahun terakhir, simpanan giro milik Pemerintah Kabupaten Lamandau dan Barito Selatan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan di atas 1% (yoy). Selanjutnya diikuti oleh simpanan giro Pemerintah Kabupaten Barito Utara dan Sukamara yang tumbuh sekitar 5% dibanding tahun sebelumnya. Selebihnya, simpanan giro pemerintah daerah rata-rata tumbuh sekitar 2-3% kecuali milik Pemerintah Kabupaten Murung Raya dan Gunung Mas yang tercatat menurun dibandingkan posisi giro pada tahun sebelumnya. KER Kalimantan Tengah Tw.III

39 Perbankan dan Sistem Pembayaran Penyaluran Kredit Struktur dana perbankan Kalteng yang didominasi oleh jenis tabungan dan giro merupakan suatu potensi yang besar dalam penyerapan kredit yang lebih ekspansif. Hal ini disebabkan simpanan jenis tabungan dan giro merupakan sumber dana yang memiliki kewajiban bungan yang jauh lebih rendah dibandingkan jenis deposito. Potensi dana murah ini seharusnya berbanding lurus dengan relatif rendahnya suku bunga kredit yang dibabankan perbankan kepada para nasabahnya. Adapun kumulatif penyaluran kredit pada posisi triwulan III-212 ini mencapai Rp13,24 triliun dengan laju pertumbuhan yang sedikit membaik dibanding periode sebelumnya, dari 18,39% menjadi tumbuh 19,2% (yoy). Namun jika dilihat perkembangan dalam 5 tahun terakhir, tingkat pertumbuhan kredit perbankan Kalteng masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan historisnya yang mencapai 35,2%. Konsumsi 38,3% Investasi 35,3% Modal Kerja 26,4% (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pertambangan,1% Pertanian 59,3% Industri 2,9% Listrik,GA,1% Perdagangan 26,% Konstruksi 4,8% (%) Pertanian Konstruksi Perdagangan Jasa-jasa I II III IV I II III IV I II III IV I II III Jasa-jasa 5,1% Pengangkutan 1,7% I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3.2 Share Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.3 Share Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Jika dilihat dari komposisi penggunaannya, kredit dalam bentuk kredit konsumsi dan kredit investasi masih tetap mendominasi dengan share masing-masing sebesar 38,3% dan 35,3% dari total kredit yang disalurkan. Fenomena yang menarik adalah terjadi shifting share kredit konsumsi dengan kredit investasi pada tahun 211 yang dipicu oleh tingginya kenaikan share kredit investasi diiringi penurunan share kredit konsumsi secara tajam pada pertengahan tahun 21 lalu. Selanjutnya dalam perkembangan terakhir, pertumbuhan kredit konsumsi yang demikian cepat menyebabkan pangsa kredit konsumsi menjadi lebih dominan dibandingkan kredit investasi. Hal menarik lainnya adalah perkembangan kredit modal kerja yang cukup ekspansif sepanjang tahun 212 ini menyebabkan kontribusinya terhadap total penyaluran kredit di Kalteng semakin meningkat hingga mencapai 26,38% di triwulan III Adapun pergeseran share kredit investasi secara tajam tersebut disebabkan adanya realisasi kredit dalam jumlah besar pada sektor pertanian, khususnya untuk pembiayaan sektor perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur. Pengaruhnya terlihat pada struktur kredit jika digolongkan berdasarkan sektor ekonomi dimana terjadi lonjakan pangsa kredit pertanian di pertengahan tahun 211 menggantikan dominasi kredit untuk sektor perdagangan. Kondisi ini tetap berlanjut hingga periode triwulan III-212 dimana penyaluran kredit untuk sektor pertanian mencapai 35,97% sementara untuk sektor perdagangan sebesar 15,8% dari total kredit. KER Kalimantan Tengah Tw.III

40 Perbankan dan Sistem Pembayaran Namun fenomena yang patut dicermati adalah pangsa kredit pertanian menunjukkan tren menurun dalam setahun terakhir. Sebaliknya, share kredit untuk sektor perdagangan dan jasa-jasa memperlihatkan peningkatan dalam periode yang sama. Merujuk kepada orientasi penggunaannya, kredit untuk sektor kedua sektor tersebut disalurkan untuk membiayai modal kerja sebagaimana terlihat pada trennya yang juga meningkat. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa aktivitas perdagangan dan jasa-jasa di provinsi Kalteng mulai bergeliat sehingga berpotensi menjadi sektor andalan ke depannya (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi (%) Pertanian Konstruksi Perdagangan Jasa-jasa I II III IV I II III IV I II III IV I II III -1 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi (yoy) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi Utama (yoy) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Asesmen tersebut di atas dapat terkonfirmasi dari tingkat pertumbuhan kredit pada masing-masing komposisi. Kredit investasi terlihat mengalami lonjakan pertumbuhan yang sangat tajam pada pertengahan tahun 211 dan semakin melambat hingga triwulan III-212, sejalan dengan laju pertumbuhan kredit sektor pertanian. Sebaliknya, pertumbuhan kredit konsumsi yang relatif konstan menyebabkan penguasaan pangsa kreditnya dapat kembali dominan di periode laporan. Sementara itu kenaikan share kredit modal kerja sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan sepanjang tahun 212 yang semakin menjauhi level historisnya. Kredit modal kerja pada triwulan III-212 mengalami pertumbuhan sebesar 41,29% (yoy), sementara tingkat pertumbuhan rata-ratanya selama 5 tahun terakhir tercatat sebesar 26,9%. Kondisi yang sama terjadi pada perkembangan pangsa kredit perdagangan dan jasa-jasa yang berada dalam tren meningkat sejalan dengan tingkat pertumbuhan yang juga semakin ekspansif di atas rata-rata historinya. Kredit sektor perdagangan di periode laporan tumbuh 32,18% sementara rata-rata historisnya sebesar 29,26%. Sedangkan kredit sektor jasajasa yang tumbuh 73,63% semakin menjauhi level historisnya yang tercatat 45,48% Dukungan Perbankan terhadap Sektor Unggulan dan Resiko Kredit Analisis sebelumnya semakin diperkuat dengan melihat data penyaluran kredit berdasarkan jenis usaha yang dibiayai, khususnya kepada sektor usaha unggulan Kalteng. Melalui indikator tersebut dapat diketahui bahwa pembiayan untuk usaha perkebunan kelapa sawit sebagian besar adalah dalam bentuk kredit investasi yakni mencapai Rp 4,5 triliun atau sekitar 86,6% dari total kredit investasi yang disalurkan oleh perbankan Kalteng, dimana sebanyak 87,3% berada di Kabupaten Kotawaringin Timur. Sementara itu sisanya disalurkan dalam bentuk modal kerja yang berjumlah Rp 581,1 miliar pada posisi laporan atau sekitar KER Kalimantan Tengah Tw.III

41 Perbankan dan Sistem Pembayaran 16,6% dari seluruh kredit modal yang disalurkan perbankan Kalteng. Dengan demikian dapat diketahui bahwa total pembiayaan perbankan kepada sektor unggulan utama Kalteng tersebut mencapai Rp 4,63 triliun pada posisi triwulan III-212 atau sekitar 35% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan se-kalteng. Kredit berdasarkan Jenis Usaha Sep-11 Jun-12 Sep-12 Pertumbuhan (yoy) (Rp Juta) Share (Rp Juta) Share (Rp Juta) Share Mar-12 Jun-12 Sep-12 TOTAL KREDIT ,7% 17,7% 18,2% KREDIT MODAL KERJA (KMK) % % % 21,6% 53,7% 39,7% KMK Sektor Pertanian ,3% ,5% ,% -6,3% 823,9% 426,2% - Pertanian Padi 1.184,4% ,5% 7.349,2% 4557,1% 192,2% -27,8% - Perkebunan Tebu dan Tanaman Pemanis Lainnya 3.763,2% 3.4,1% 3.186,1% 1,8% 7,3% -15,3% - Perkebunan Karet dan Penghasil Getah Lainnya ,2% ,8% ,8% 395,9% 376,9% -4,3% - Pertanian Jeruk 6.784,3% ,4% 23.24,7% 5544,% 94,3% 242,1% - Perkebunan Kelapa Sawit ,2% ,2% ,6% -48,% 1142,4% 953,7% - Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong 776,% 948,% 3.744,1% -35,9% 17,1% 382,7% - Pembibitan dan Budidaya Unggas 1.27,% 2.11,1% 3.54,1% 2,6% 343,% 153,1% - Perikanan 4.187,2% 6.773,2% 7.957,2% 78,3% 192,6% 9,% KMK Sektor Industri ,4% ,5% ,5% 8,6% -1,2% -3,3% - Industri Penggilingan Padi dan Penyosohan Beras 331,% 269,% 313,% -25,5% -,8% -5,6% - Industri Kayu Lapis, Veneer & Sejenisnya 6.46,3% 6.639,2% 4.766,1% -71,% -21,% -26,2% - Industri Anyaman, Kerajinan & Ukiran dari Kayu 1.464,1% 1.898,1% 1.729,% 42,8% 87,9% 18,1% - Industri Penerbitan 6.668,3% 6.65,2% 6.12,2% -12,1% -12,1% -8,5% - Industri Pengilangan Minyak Bumi & Gas Bumi 2.15,1% 2.829,1% 2.661,1% NA NA 32,1% - Industri Pengasapan Karet -,% 4,% 34,% NA NA NA - Industri Remilling Karet -,% -,% 2,% NA NA NA - Industri Karet Remah (Crumb Rubber) ,4% ,1% ,% 7,7% -5,3% -6,6% - Industri Barang-barang lain dari Karet 1.454,1% 1.625,% 1.664,% 4,% 18,3% 14,4% - Industri Mesin untuk Pertambangan & Konstruksi 5.914,2% 3.7,1% 2.621,1% -5,9% -51,9% -55,7% - Industri Furnitur 1.583,1% 2.665,1% 2.481,1% 158,4% 236,1% 56,8% KMK Sektor Konstruksi ,5% ,4% ,% 31,5% 36,7% 9,3% - Penyiapan Lahan 4.339,2% ,7% ,7% 324,9% 73,4% 457,4% - Perumahan Sederhana BTN ,5% ,4% ,5% 14,2% 21,5% 25,6% - Konstruksi Gedung Lainnya ,5% ,7% ,2% 146,5% 63,7% 8,9% - Bangunan Jalan Raya ,2% ,6% ,1% 18,2% 2,7% -7,1% - Bangunan Jalan, Jembatan & Jalan Raya ,2% ,5% ,6% -21,8% -2,5% -36,5% - Bangunan Sipil Lainnya ,% ,1% ,7% 7,% 6,2% 24,5% KMK Sektor Perdagangan ,7% ,% ,1% 38,% 72,2% 31,% - Makanan, Minuman dan Temb ,5% ,1% ,4% 149,3% 179,1% 6,9% - Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki ,3% ,6% ,7% 66,5% 92,5% 78,5% - Bahan Konstruksi ,9% ,8% ,% 43,8% 53,% 42,8% - Eceran Lainnya ,% ,% ,% 15,7% 2,1% 21,2% - Pedagang Eceran Keliling ,5% ,2% ,7% -1,1% 25,9% -19,4% KREDIT INVESTASI % % % 27,3% 1,9% 1,7% KI Sektor Pertanian ,% ,1% ,9% 26,4% -1,8% -2,8% - Perkebunan Karet dan Penghasil Getah Lainnya 5.456,1% 6.6,1% 6.52,1% 275,5% 16,1% 19,2% - Pertanian Buah-buahan Musiman Jeruk 11,% 173,% 559,% NA NA 5178,2% - Perkebunan Kelapa Sawit ,8% ,8% ,6% 26,2% -1,9% -2,9% - Pembibitan dan Budidaya Sapi Potong 368,% 32,% 294,% 119,5% -21,8% -2,1% - Pembibitan dan Budidaya Unggas 584,% 95,% 866,% 17,5% 53,3% 48,2% - Perikanan 1.85,% 1.286,% 1.35,% 78,6% 18,7% -4,6% KI Sektor Konstruksi ,2% ,5% ,4% 15,4% 18,1% 2,% KI Sektor Perdagangan ,% ,7% ,1% 31,2% 31,1% 27,5% KI Sektor Keuangan & Persewaan ,8% ,9% ,7% 67,7% 62,6% 11,% - Real Estate & Usaha Persewaan ,8% ,9% ,7% 67,7% 62,2% 19,9% KREDIT KONSUMSI % % % 19,% 15,5% 23,5% KPR s.d. Tipe ,1% ,6% ,5% 14,7% 288,% 84,2% KPR Tipe 22 s.d ,3% ,8% ,1% 29,5% 31,5% 11,9% KPR Tipe Diatas ,3% ,8% ,6% 136,2% 259,2% 149,2% KPR Ruko/Rukan ,1% ,5% ,8% 14,1% 92,4% 17,% KPM 5.692,1% ,3% ,3% 132,6% 179,4% 123,1% KPSM 134,% 94,% 95,% 51,8% 121,7% 66,7% Kredit Furnitur & Peralatan Rumah Tangga 8.49,2% ,3% ,3% -7,2% 61,1% 71,4% Kredit Multiguna ,8% ,5% ,4% 19,6% 2,7% 34,4% Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Usaha Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Komoditi unggulan lainya adalah karet, dimana penyaluran kredit kepada usaha perkebunan karet sebanyak Rp 28,7 miliar dalam bentuk modal kerja dan Rp 6,5 miliar dalam bentuk kredit investasi. Selain itu untuk mendukung aktivitas industri yang terkait dengan karet telah disalurkan sebanyak Rp 173,4 miliar, baik untuk industri pengasapan, remilling, maupun karet remah (crumb rubber). Sehingga total dukungan perbankan terhadap sektor unggulan Kalteng terbesar kedua ini mencapai Rp 21,3 miliar atau sekitar 6% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Kontribusi perbankan terhadap pertambangan batubara yang juga KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 3

42 Perbankan dan Sistem Pembayaran menjadi komoditas unggulan lainnya masih relatif minimal yakni sebesar Rp 371,9 juta atau hanya,3% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas eksplorasi perusahaan batubara di Kalteng mendapatkan fasilitas pembiayaan dari perbankan wilayah lain maupun negara lain. Sementara itu dukungan perbankan terhadap jenis usaha yang terkait dengan komoditas padi sebagai salah satu komoditas unggulan Kalteng, baik dari sisi pertanian maupun penggilingan/pengolahannya mencapai Rp 7,66 miliar atau sekitar,6% dari total kredit. Selain komoditas unggulan yang berbasis kepada sektor pertanian dan pertambangan, kontribusi perbankan kepada sektor perdagangan sebagai sektor penopang ekonomi terbesar kedua juga relatif besar. Sampai dengan posisi triwulan III-212, dukungan kredit perbankan telah mencapai Rp 2,1 triliun atau sekitar 15,8% dari total penyaluran kredit. Dari jumlah tersebut, penyaluran kredit dalam bentuk modal kerja sangat dominan mencapai 88,7% sedangkan sisanya dalam bentuk kredit investasi. Adapun penyerapannya sebagian besar ditujukan pada jenis usaha perdagangan makanan, minuman dan tembakau, usaha-usaha eceran, bahan bangunan, serta usaha tekstil dan pakaian jadi. Sementara itu peran serta perbankan terhadap aktivitas konstruksi di Kalteng sebagian besar ditujukan pada jenis pembangunan infrastruktur fisik jalan raya dan konstruksi sipil lainnya. Andil perbankan terhadap perkembangan industri properti di Kalteng juga tergolong besar, baik untuk pembiayaan kepada pengembang (developer) maupun kepada pembeli (end user) dalam bentuk kredit konsumsi dimana jumlahnya jauh lebih dominan. Khusunya kepada pembeli, penyaluran kredit sampai dengan periode laporan tercatat mencapai Rp 1,37 triliun atau 1,4% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Dimana sebagian besar ditujukan untuk pembelian rumah sederhana s.d. tipe 7 m 2, dan sisanya untuk rumah tipe diatasnya serta rumah toko (ruko). Sektor Ekonomi Kotim P.Raya Kobar Kapuas Barut Barsel Lainnya Total Kredit Pertanian Pertambangan Industri Listrik,GA Konstruksi PHR Pengangkutan JasaDU JasaSosial Lain-lain Jumlah Sebaran Kredit (%) 46,1% 25,1% 8,4% 5,5% 3,8% 3,7% 7,3% 1,% * ) Kabupaten Barito Timur, Pulang Pisau, Katingan, Gunung Mas, Lamandau, Murung Raya, dan Sukamara Tabel 3.6 Sebaran Kredit di Kab/Kota berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp juta) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Melengkapi pembahasan sebelumnya, penyerapan kredit berdasarkan lokasi penyalurannya yang terbesar masih berada di Kabupaten Kotawaringin Timur yakni sekitar 46,1% dari total kredit perbankan. Sebagaimana telah disinggung, kontribusi penyerapan kredit pada sektor pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit sangat menentukan kondisi perbankan di daerah tersebut. Dengan kontribusinya yang mencapai 74% maka akan cenderung beresiko bagi perbankan di wilayah Kotawaringin Timur. Intensifikasi pasar kredit kepada sektor-sektor ekonomi potensial seperti sektor perdagangan, konstruksi serta industri pengolahan harus terus digenjot untuk menjaga stabilitas perbankan di wilayah tersebut. KER Kalimantan Tengah Tw.III

43 Perbankan dan Sistem Pembayaran Sementara itu kota Palangka Raya menyerap sekitar 25,1%, diikuti Kabupaten Kotawaringin Barat dengan porsi penyerapan hampir mencapai 8,4% dan Kabupaten Kapuas sekitar 5,5%, dengan dominasi kredit seluruhnya berada pada sektor lainnya yang didominasi oleh kredit konsumsi baik untuk kepemilikan rumah, mobil maupun sepeda motor. Penyaluran kredit yang cukup beresiko juga terdapat di Kabupaten Barito Selatan dimana komposisi kredit konsumsi sebanyak 73%, bahkan di berbagai kabupaten lain mencapai 94% dari kredit yang disalurkan. Kota Palangka Raya sebagai ibukota dimana menjadi koordinator seluruh cabang bank di Kalteng juga masih relatif beresiko karena tingginya portofolio kredit jenis konsumsi ini, yakni sekitar 62%. Selain beresiko kepada stabilitas perbankan di masingmasing daerah, kontribusi perbankan terhadap pembangunan ekonomi daerah seharusnya lebih diperluas melalui intensifikasi kredit kepada sektor-sektor ekonomi dominan di masingmasing daerah. Meskipun demikian, tingkat risiko kredit perbankan di Kalteng secara umum masih sangat terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loans (NPL s) 9 yang hanya,83% dari total kredit yang disalurkan, jauh di bawah target indikatif yang dipersyaratkan Bank Indonesia yakni sebesar 5%. Rasio kredit bermasalah pada periode laporan tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan II-212 yang tercatat,86%. Kondisi ini berbanding lurus dengan meningkatkan peran intermediasi perbankan sebagaimana diwakili oleh indikator loan to deposit (LDR) atau rasio kredit terhadap dana pihak ketiga yang meningkat dari 88,15% menjadi 89,56%, berada pada rentang LDR optimal sebagaimana ketentuan Bank Indonesia, yakni antara 78% - 1%. 3,5% 3,% 2,5% 2,% % Dalam Perhatian Khusus thp Total Kredit 1,5% % Cadangan Kerugian thp Total Kredit 1,% Jan-11 Mei-11 Sep-11 Jan-12 Mei-12 Sep-12 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit, Rasio LDR & NPL s Perbankan di Kalimantan Tengah Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.7 Persentase Kredit Dalam Perhatian Khusus & Cadangan Kerugian terhadap Total Kredit Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Menurunnya magnitude resiko kredit diikuti dengan penurunan cadangan kerugian yang harus disihkan oleh perbankan. Namun terdapat potensi resiko kredit untuk periode mendatang yang terindikasi dari naiknya pertumbuhan kredit dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus yang harus diantisipasi oleh sistem perbankan agar tidak memburuk menjadi kategori kredit bermasalah. 9 NPL s adalah NPL Gross yang merupakan rasio kredit bermasalah dibandingkan total kredit yang disalurkan sebelum dikurangi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) KER Kalimantan Tengah Tw.III

44 Perbankan dan Sistem Pembayaran Penyaluran Kredit UMKM dan KUR Sementara itu penyaluran kredit dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada triwulan III-212 tercatat sebesar Rp3,22 triliun, atau sekitar 24,3% dari total kredit perbankan. Share kredit UMKM di periode ini relatif menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 25,3%. Kategori kredit yang memiliki skala plafon di bawah Rp5 miliar tersebut mencatat pertumbuhan yang melambat dari 4,43% menjadi 26,17% (yoy). Tw I-211 Tw II-211 Tw III-211 Tw IV-211 Tw I-212 Tw II-212 Tw III-212 Jenis Penggunaan ModalKerja Investasi Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Industri ListrikGA Konstruksi PerdaganganRH PengangkutanGK JasaDU JasaSosial Tabel 3.8 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Kalimantan Tengah (Rp Juta) Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalteng Berbeda dengan komposisi kredit secara umum, kredit UMKM lebih didominasi oleh jenis modal kerja yang mencapai 77,45% dari kredit yang tersalurkan. Hal ini sejalan dengan sifat usahanya yang lebih membutuhkan pembiayaan operasional dalam menjalankan aktivitas rutin perusahaan. Sementara sisanya adalah untuk keperluan investasi dengan tingkat serapan sebesar 22,55%. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit UMKM sebagian besar ditempatkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, khususnya aktivitas perdagangan ritel yang mencapai 59,42% dari total kredit UMKM. Pangsa terbesar selanjutnya adalah sektor pertanian yakni 15,8% dari total kredit, diikuti sektor konstruksi sebesar 9,5%. Adapun perkembangan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kalimantan Tengah sampai dengan periode laporan telah mencapai plafon Rp1,43 triliun, dengan posisi outstanding sebesar Rp769,15 miliar dan jumlah nasabah sebanyak orang. Dengan demikian, rata-rata kredit yang disalurkan per debitur di Kalteng senilai Rp2,9 juta, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Rp 2,72 juta per debitur. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan Nasional dengan rata-rata Rp12,27 juta per debitur. Tingkat pertumbuhan penyaluran KUR di Kalteng juga cukup tinggi yakni mencapai 46,6% di triwulan III-212, di atas pertumbuhan plafon KUR pada triwulan sebelumnya yang tercatat 45,7% (yoy) Tw.I Tw.II Tw.III KALTENG Plafon (Rp juta) Baki Debet (Rp juta) Debitur (orang) NASIONAL Plafon (Rp juta) Baki Debet (Rp juta) Debitur (orang) Tabel 3.9 Perkembangan KUR Kalimantan Tengah & Nasional (Rp Juta) Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian KER Kalimantan Tengah Tw.III

45 Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Sejalan dengan pertumbuhan berbagai indikator perbankan yang relatif melambat, perkembangan di sistem pembayaran juga menunjukkan tren yang sama. Aktivitas transaksi pembayaran di Provinsi Kalimantan Tengah baik tunai maupun non tunai senilai Rp 7.322,9 miliar pada triwulan III-212 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, dari 25,17% menjadi 21,71% (yoy). Laju pertumbuhan secara triwulanan bahkan melambat secara lebih tajam dari 17,36% menjadi 4,57% (qtq) (Rp miliar) Total Transaksi Tunai & Non Tunai g_transaksi (rhs) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (1) (2) (3) (4) (5) Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Pembayaran Kalteng Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalteng Transaksi Tunai Melambatnya aktivitas sistem pembayaran di Kalteng terutama terjadi pada aliran uang kartal dimana jumlahnya yang masuk dan keluar melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan III-212 sebanyak Rp2.97,2 miliar atau hanya tumbuh,28% (yoy), melambat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (12,99%). Total aliran uang yang masuk (inflow) selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp248,29 miliar, naik 4,32% dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara itu transaksi outflow yang mencapai Rp1.848,9 miliar justru lebih rendah,24% (yoy), dimana pada triwulan II- 212 masih mencatat angka pertumbuhan 1,69% (yoy). Dengan demikian, net outflow yang terjadi di periode ini sebesar Rp1.64,47 miliar, lebih rendah dari periode sebelumnya yakni sebesar Rp1.774,55 miliar (Rp miliar) Total Transaksi Tunai g_transaksi (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (Rp miliar) Inflow J F M A M J J A S O N D Outflow (Rp miliar) J F M A M J J A S O N D Grafik 3.9. Perkembangan Transaksi Tunai di KPw BI Prov.Kalteng Sumber: KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.1 Perkembangan Transaksi Inflow&Outflow di KPw BI Prov.Kalteng Sumber: KPw BI Prov.Kalteng KER Kalimantan Tengah Tw.III

46 Perbankan dan Sistem Pembayaran Penyediaan Uang Layak Edar Sebagai upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, maka BI melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang yang tidak layak edar. Kebijakan tersebut dikenal dengan Clean Money Policy yang merupakan salah satu tugas Bank Indonesia. Uang yang sudah diberi tanda tidak berharga selanjutnya dimusnahkan dan diganti dengan uang baru dengan jumlah yang sama sehingga tidak mempengaruhi jumlah uang beredar. Jumlah uang kartal yang dimusnahkan sebesar Rp3,86 miliar atau lebih banyak 78,54% dibandingkan periode tahun lalu (yoy). Rasio PTTB terhadap jumlah uang kartal yang masuk (inflow) sebesar 1,56%, yang menggambarkan bahwa hanya 1,56% dari seluruh uang yang disetorkan kembali ke Bank Indonesia dinyatakan tidak layak edar (Rp miliar) (%,) PTTB Rasio PTTB thd Inflow I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (Rp miliar) PTTB g-pttb (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (1) (2) Grafik 3.11 PTTB dan Rasio PTTB terhadap Inflow Sumber: KPw BI Prov.Kalteng Grafik 3.12 PTTB dan Pertumbuhan PTTB (yoy) Sumber: KPw BI Prov.Kalteng Penemuan Uang Palsu dan Kas Titipan Di wilayah Kalteng pada triwulan laporan jumlah uang palsu yang ditemukan cenderung mengalami peningkatan. Uang palsu yang dilaporkan ini berasal dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak Kepolisian. Pada triwulan laporan, rasio uang palsu terhadap aliran uang masuk sebesar,2324% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya,49%. Selama triwulan laporan, setiap Rp1 miliar uang masuk ke Bank Indonesia, ditemukan uang palsu sebesar Rp23.24,. Sementara itu dalam rangka pelayanan perkasan dalam bentuk kas titipan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah bekerja sama dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Sampit guna melayani aktivitas pembayaran tunai di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. PT. BRI Cabang Sampit merupakan pihak yang ditugaskan untuk menyimpan dan menyalurkan sejumlah uang dalam rangka clean money policy. Adapun pengiriman modal kerja (dropping) ke bank-bank tersebut mengalami penurunan menjadi sebesar Rp19,64 miliar lebih besar 6,47% (yoy) Transaksi Non-Tunai Terkait dengan tugas BI mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, BI memfasilitasi terselenggaranya transaksi non tunai (non-cash transaction). Transaksi keuangan KER Kalimantan Tengah Tw.III

47 Perbankan dan Sistem Pembayaran secara non tunai menunjukkan pertumbuhan sebesar 33,12%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 31,69% (yoy). Adapun total nilai transaksi non tunai yang terdiri dari transaksi kliring dan RTGS selama triwulan III-212 tercatat sebesar Rp5.225,73 miliar sedangkan di triwulan sebelumnya sebesar Rp4.799,7 miliar (Rp miliar) Total Transaksi Non Tunai g_transaksi (yoy) (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Grafik 3.13 Perkembangan Transaksi Non Tunai Kalteng Sumber: KPw Bank Indonesia Prov.Kalteng Transaksi Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebanyak lembar warkat dengan nilai transaksi sebesar Rp353,84 miliar. Nilai transaksi tersebut mengalami pertumbuhan 28,82%, melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 55,36% (yoy) (Rp miliar) Nilai Kliring g_nilai (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 3.14 Perkembangan Nilai Kliring Sumber: KPw BI Prov.Kalteng III (5) (1) (lembar) Jumlah Warkat g_warkat (%, yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 3.15 Perkembangan Warkat Kliring Sumber: KPw BI Prov.Kalteng III (2) (4) (6) (8) KER Kalimantan Tengah Tw.III

48 Perbankan dan Sistem Pembayaran (Rp miliar) Total RTGS g_rtgs (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 3.16 Perkembangan Total RTGS Sumber: KPw BI Prov.Kalteng III (Rp miliar) RTGS Net RTGS - Out RTGS - In I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II Grafik 3.17 Perkembangan RTGS In & Out Sumber: KPw BI Prov.Kalteng III Sedangkan untuk transaksi non tunai melalui BI-RTGS, nominal transaksi baik masuk maupun keluar mencapai Rp4.871,89 miliar pada periode laporan. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 42,1%, namun sedikit melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh 44,15% (yoy). Transaksi RTGS keluar Kalteng tercatat sebesar Rp396,89 miliar, meningkat 12,33% (yoy) sedangkan RTGS masuk sebesar Rp2.925,41 miliar atau meningkat 38,23% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan demikian secara netto terdapat aliran dana non tunai masuk ke Kalteng sebesar Rp1.797,93 miliar atau tumbuh 61,66% (yoy), meningkat tajam dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang tumbuh 29,96%. Adapun aktivitas pembayaran melalui transaksi RTGS di wilayah Kalteng hanya terjadi di bank-bank yang beroperasi di Kota Palangka Raya, Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Sukamara, dimana sekitar 85%-nya berlangsung di Kota Palangka Raya. KER Kalimantan Tengah Tw.III

49 Keuangan Daerah IV. Keuangan Daerah Tingkat penyerapan anggaran belanja modal yang lebih besar dibandingkan tahun lalu memberi kontribusi positif terhadap laju perekonomian Kalteng di periode laporan Target APBD Kalimantan Tengah Ketepatan waktu dan komitmen realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan setiap tahunnya sangat menentukan efektivitas dan daya dorong anggaran pemerintah yang jumlahnya relatif terbatas terhadap pembangunan ekonomi dalam skala yang luas. Total APBD Kalimantan Tengah pada Tahun Anggaran (TA) 212 mencapai Rp11,6 triliun, mengalami kenaikan 14,8% dibandingkan tahun 211. Dari total anggaran pengeluaran tersebut besarnya penerimaan daerah direncanakan sebesar Rp11,7 triliun sehingga defisit anggaran berkisar Rp528,49 miliar, dimana akan ditutup melalui pembiayaan Silpa tahun sebelumnya yang berjumlah Rp711,68 miliar. Dari sisi pendapatan, APBD tahun 212 menargetkan penerimaan daerah sebesar Rp.11,7 triliun yang berarti naik 16,3% dari anggaran penerimaan di tahun 211. Kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) direncanakan mencapai 1% dari total penerimaan tersebut. Sebanyak 5% potensi PAD tersebut rencananya akan diperoleh dari pos pajak daerah yang mencapai Rp547,6 miliar. Retribusi daerah diperkirakan menyumbang Rp126,6 miliar, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp47,42 miliar dan lainlain pendapatan yang sah memberikan sumber penerimaan sebesar Rp31,23 miliar. Sumber pembiayaan APBD masih dominan berasal dari mekanisme transfer pemerintah pusat dalam bentuk bagi hasil dan dana alokasi. (dalam juta Rupiah) APBD 211 APBD 212 PAD Dana Perimbangan Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Dana alokasi umum Dana alokasi khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Total Pendapatan Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Subsidi Belanja Bantuan Sosial Belanja Lainnya Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Total Belanja SURPLUS/ (DEFISIT) ( ) ( ) SiLPA TA sebelumnya Tabel 4.1 APBD se-kalimantan Tengah TA Sumber: DJPK Kementerian Keuangan No Daerah Total Penerimaan APBD APBD (dalam juta Rupiah) Total Belanja APBD APBD Prov. Kalimantan Tengah Kab. Barito Selatan Kab. Barito Utara Kab. Kapuas Kab. Kotawaringin Barat Kab. Kotawaringin Timur Kota Palangka Raya Kab. Katingan Kab. Seruyan Kab. Sukamara Kab. Lamandau Kab. Gunung Mas Kab. Pulang Pisau Kab. Murung Raya Kab. Barito Timur Total Provinsi/Kab/Kota Tabel 4.2 APBD per Prov/Kab/Kota Sumber: DJPK Kementerian Keuangan Sementara itu dari sisi belanja yang ditargetkan mencapai Rp11,6 triliun, naik14,8% dibandingkan tahun 211. Dari total anggaran pengeluaran tersebut, pos belanja langsung KER Kalimantan Tengah Tw.III

50 Keuangan Daerah mengambil porsi 51,3% atau sebesar Rp5,95 triliun, sedangkan sisanya merupakan pos belanja tidak langsung. Sama halnya dengan struktur APBD daerah-daerah lainnya, pos anggaran belanja pegawai secara total mengambil porsi sebanyak 39,39% dari total APBD. Meski demikian pos belanja langsung pegawai di tahun 212 tercatat mengalami penurunan,8% atau sekitar Rp3,47 miliar yang menunjukkan adanya upaya efisiensi yang dilakukan dalam pengelolaan anggaran belanja aparatur. Di samping itu dapat diimbangi dengan besarnya belanja modal serta belanja barang dan jasa yang masing-masing mencapai 27,5% dan 2,2% dari total belanja tahun 212. Alokasi yang cukup besar pada kedua pos anggaran ini sangat menentukan besarnya peran serta pemerintah daerah dalam pembangunan fisik ekonomi di wilayahnya. 4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III-212 Pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah yang membaik dibandingkan performa triwulan sebelumnya dari 4,97% menjadi 7,64% (yoy), antara lain didorong oleh naiknya realisasi anggaran belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Realisasi anggaran belanja APBD sampai dengan triwulan III-212 sebesar Rp1,25 triliun atau 55,49% dari target APBD Tahun 212. Meskipun pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 211, namun belum terealisasi secara proporsional. Sebaliknya, realisasi penerimaan telah melampaui target triwulan III dimana tercapai sebanyak 85,47% dari rencana penerimaan tahun 212 sebesar Rp2,25 triliun Realisasi Pendapatan Daerah Berdasarkan informasi yang diperoleh pada Rapat Koordinasi Pengendalian (Rakordal) Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan III-212, realisasi anggaran pendapatan sampai dengan triwulan III-212 sebesar Rp1,92 triliun, atau mencapai 85,47% dari target pendapatan tahun 212 sebesar Rp2,25 triliun. Selain di atas target proporsionalnya, persentase pencapaian tersebut juga lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 211 dengan tingkat realisasi sebesar 81,27%. Tingginya realisasi pendapatan di periode ini diperoleh dari pos Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terealisasi lebih besar dibanding periode yang sama tahun 211. PAD yang berhasil dikumpulkan tercatat sebanyak Rp696,16 miliar, atau 98,11% dari yang ditargetkan, sementara di tahun lalu sebesar 87,6% dari target 211. Komponen Pajak Daerah memberi sumbangan PAD terbesar yakni mencapai 88,1%, meningkat dibandingkan sumbangannya pada posisi triwulan II sebesar 86,5%. Pajak Daerah telah terkumpul sebanyak Rp612,71 miliar, melampaui yang ditargetkan sebesar Rp61,4 miliar. Sementara pos Retribusi Daerah memberikan sumbangan penerimaan sebesar Rp4,42 miliar, dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan diperoleh Rp22,16 miliar, serta dari komponen Lain-lain PAD yang sah menyumbang Rp58,87 miliar atau sebesar 2,56% dari total PAD hingga periode laporan. KER Kalimantan Tengah Tw.III

51 Keuangan Daerah URAIAN TARGET REALISASI % % (211) PENDAPATAN ASLI DAERAH ,11 87,6 Pajak Daerah ,38 17,79 Retribusi Daerah ,13 61,49 Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ,84 113,53 Lain-lain PAD yang sah ,73 29,5 DANA PERIMBANGAN ,49 78,67 Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak ,54 73,6 Dana Alokasi Umum ,33 83,33 Dana Alokasi Khusus , 3, LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH ,76 15,63 Pendapatan Hibah ,14 Dana Penyesuaian dan otonomi Khusus ,5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah ,6 TOTAL PENDAPATAN DAERAH ,47 81,27 Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan III-212 Sumber: Bappeda Provinsi Kalteng Sementara itu komponen Dana Perimbangan memberikan kontribusi sebanyak Rp1.4 triliun, atau 53,9% dari total penerimaan hingga triwulan III-212. Realisasi Dana Perimbangan tersebut telah memenuhi 86,49 dari target tahun 212, lebih tinggi dibanding tahun 211 yang tercatat 78,67%. Dari keseluruhan dana alokasi terbut, komponen terbesar adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang menyumbang penerimaan sebesar Rp792,71 miliar, diikuti Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp27,17 miliar, serta pos Dana Alokasi Khusus yang telah dicairkan pusat secara proporsional yakni sebanyak Rp37,63 miliar. Selanjutnya terdapat komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang terealisasi sejumlah Rp19,98 miliar atau 55,76% dari yang ditargetkan. Belum tercapainya target pendapatan secara proporsional (5%) dipengaruhi oleh realisasi Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus yang baru terealisasi 57,5% dari yang ditargetkan, serta pos penerimaan dari Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya yang hanya terealisasi sekitar 2,6% dari target Realisasi Belanja Daerah Meski belum optimal sebagaimana target proporsionalnya, realisasi anggaran belanja daerah sampai dengan triwulan III-212 tercatat lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 211. Anggaran belanja APBD yang terserap mencapai Rp1,25 triliun, atau 55,49% dari target APBD tahun 212 yang dicanangkan sebesar Rp2,25 triliun. Persentase pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 211 yang teralisasi 44,73% dari target APBD 211. Belanja pemerintah di triwulan laporan diperkirakan dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar dibanding triwulan sebelumnya dimana realisasi belanja langsung mengalami kenaikan realisasi yang cukup besar. Sampai dengan triwulan III-212 ini, tingkat penyerapan pos anggaran Belanja Langsung sudah mencapai 57,53%, membaik secara signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 211 yang hanya terserap 43,81%. Sementara itu realisasi komponen Belanja Tidak Langsung mencatat realisasi anggaran sebanyak Rp671,83 miliar atau 53,85% dari target, di atas tingkat realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar 45,61%. Perhatian dan fokus pemerintah dareah dalam mempercepat realisasi anggaran khususnya pada pos Belanja Modal dan Belanja Barang dan Jasa menjadi semakin penting mengingat kedua pos belanja tersebut KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 4

52 Keuangan Daerah merupakan bagian dari komponen investasi pemerintah sehingga dapat memberikan multiplier effect yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi daerah. URAIAN TARGET REALISASI % % (211) BELANJA TIDAK LANGSUNG ,85 45,61 Belanja Pegawai ,73 39,1 Belanja Non Pegawai ,84 28,28 BELANJA LANGSUNG ,53 43,81 TOTAL BELANJA DAERAH ,49 44,73 Tabel 4.4 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan III-212 Sumber: Bappeda Provinsi Kalteng Berdasarkan tingkat penyerapan pada masing-masing SKPD hingga triwulan III-212, realisasi anggaran keuangan paling optimal yang mencapai lebih dari 7% dilakukan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan tingkat realisasi sebesar 83,59%, diikuti oleh Kantor Satuan Polisi Pamong Praja yang mencapai 74,21%, serta Kantor Penghubung Pemprov di Jakarta yang telah menyerap 71,46% dari anggaran yang dialokasikan. Selanjutnya terdapat 24 SKPD yang memiliki tingkat penyerapan anggaran antara 5-7%, sementara sisanya atau sebanyak 9 SKPD masih baru merealisasi anggarannya di bawah 5%. NO SKPD PAGU ANGGARAN REALISASI % NO SKPD PAGU ANGGARAN REALISASI % 1 Dinas Perkebunan ,42 19 Dinas Perindustrian dan Perdagangan ,97 2 Dinas Pendapatan Daerah ,81 2 Dinas Kesehatan ,14 3 Dinas Kelautan dan Perikanan ,46 21 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ,3 4 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika ,64 22 Sekretariat DPRD ,12 5 Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi ,98 23 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat ,45 6 Dinas Pertambangan dan Energi ,34 24 RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ,48 7 Badan Penanggulangan Bencana ,1 25 Badan Penanaman Modal Daerah ,69 8 Badan Ketahanan Pangan ,46 26 Badan Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Keluarga Berenc ,11 9 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan ,42 27 Komite Penyiaran Indonesia Daerah Kalimantan Tengah ,95 1 Dinas Kehutanan ,67 28 Dinas Pemuda dan Olahraga ,77 11 Sekretariat Daerah ,66 29 Korps Pegawai Republik Indonesia ,63 12 Inspektorat Provinsi ,88 3 Dinas Pertanian dan Peternakan ,71 13 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ,43 31 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ,24 14 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ,82 32 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja ,21 15 Pekerjaan Umum ,3 33 Badan Narkotika Provinsi ,12 16 Dinas Sosial ,85 34 Kantor Penghubung Pemprov. Kalteng di Jakarta ,6 17 Dinas Pendidikan ,51 35 Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah ,59 18 Badan Lingkungan Hidup ,2 JUMLAH ,53 Tabel 4.5 Realisasi Belanja Langsung APBD Pemerintah Provinsi Kalteng per SKPD Sumber: Bappeda Provinsi Kalteng KER Kalimantan Tengah Tw.III

53 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat Kalteng relatif menurun dilihat dari angka penyerapan tenaga kerja yang menurun disertai tingkat inflasi pedesaan yang meningkat Ketenagakerjaan Hasil rilis Ketenagakerjaan terakhir oleh Badan Pusat Statistik (BPS Jumlah angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Tengah pada Agustus 212 sebesar orang, berkurang sekitar orang (2,58%) dibandingkan angkatan kerja Agustus 211 yang mencapai orang. Bersamaan dengan itu tingkat partisipasi angkatan kerja (bagi penduduk berusia di atas 15 tahun) juga menurun dari 73,79% di periode lalu menjadi 69,9% Dampaknya, tingkat pengangguran terbuka naik dari 2,71% menjadi 3,17%. Keterangan Feb-1 Aug-1 Feb-11 Aug-11 Feb-12 Aug-12 Penduduk Usia >15 thn Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 74,12% 69,86% 73,51% 72,89% 73,79% 69,9% Tingkat Pengangguran Terbuka 3,88% 4,14% 3,66% 2,55% 2,71% 3,17% Tabel 5.1 Penduduk Menurut Janis Kegiatan Utama di Kalimantan Tengah Sumber: BPS Prov. Kalteng Dari jumlah angkatan kerja tersebut, penduduk yang bekerja mencapai orang atau bertambah berkurang sebesar orang dari posisi tahun sebelumnya. Dengan demikian, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami kenaikan 15,73% menjadi orang. Penurunan jumlah angkatan kerja disebabkan turunnya serapan tenaga kerja di hampir semua sektor ekonomi, khususnya sektor pertanian dan perdagangan sebagai leading sector. Peningkatan serapan tenaga kerja hanya terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penambahan jumlah pekerja sebanyak orang atau lebih tinggi 11,6% dari jumlah pekerja di tahun 211, serta angkutan, pergudangan, dan komunikasi yang mengalami peningkatan sebesar 512 orang (1,74%). Sementara itu komposisi penduduk bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan utama hingga Agustus 212 relatif tidak mengalami perubahan dimana sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, yaitu sebesar tenaga kerja atau 55,41%, diikuti sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi (13,63%) serta sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (13,36%). Sedangkan kontribusi sektor-sektor lainnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Kalimantan Tengah masih dibawah 1%. KER Kalimantan Tengah Tw.III

54 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Perdagangan; 13,63% Jasa Kemasyarakatan; 13,36% Pertambangan ; 6,27% 14,27% 5,47% 13,68% Agust 11 54,75% Agust 12 Pertanian; 55,41% Diagram 5.1 Penduduk yang Bekerja di Sektor Ekonomi Utama Sumber: BPS Prov. Kalteng Pendekatan kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 212 sebanyak orang (39,5%) bekerja pada kegiatan formal dan orang (6,5%) bekerja pada kegiatan informal. Dari orang yang bekerja pada Agustus 212, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar orang (36,19%), diikuti pekerja keluarga/tak dibayar sebesar orang (22,25%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar orang (18,3%), sedangkan yang terkecil adalah pekerja bebas di pertanian sebesar orang (1,6%). Dalam periode satu tahun terakhir (Agustus 211 Agustus 212) terdapat penurunan jumlah pekerja dengan status buruh/karyawan sebesar orang dan penambahan pekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap sebesar orang. Hal ini menyebabkan jumlah penduduk yang bekerja pada kegiatan formal berkurang sebesar orang dan persentase penduduk yang bekerja pada kegiatan formal turun dari 4,6% menjadi 39,5% persen pada Agustus 212. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja pada kegiatan informal turun dari orang menjadi orang, walaupun secara persentase bertambah dari 59,94% menjadi 6,5%. Penurunan ini disebabkan berkurangnya jumlah pekerja dengan status berusaha sendiri yang mencapai orang dan pekerja bebas pertanian yang berkurang 6.89 orang. Tingkat pengangguran yang merupakan perbandingan antara penduduk dalam kategori mencari pekerjaan dengan angkatan kerja di Kalimantan Tengah pada periode ini mulai menujukkan peningkatan. Tingkat pengangguran tercatat sebesar 3,17% dari jumlah angkatan kerja, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat 2,71%. Meski demikian angka pengangguran di Provinsi Kalimantan Tengah masih merupakan yang terendah dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Pulau Kalimantan. Tingkat pengangguran tertinggi berada di Kalimantan Timur dimana terdapat sebanyak 8,9% penduduk usia produktif yang tidak bekerja. KER Kalimantan Tengah Tw.III

55 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 5.2 Kesejahteraan Kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Tengah antara lain diukur dengan pendekatan Nilai Tukar Petani (NTP) - yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani atas kegiatan produksi yang dilakukan, serta profil kemiskinan - yang menujukkan banyaknya penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran di bawah kategori garis kemiskinan. Tingkat kesejahteraan masyarakat petani yang umumnya berada di wilayah pedesaan pada triwulan III ini terindikasi lebih menurun dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Indeks NTP di bulan September 212 semakin rendah meskipun tekanan harga-harga di tingkat pedesaan bergerak menurun sebagaimana tercermin dari tingkat inflasi (yoy) di pedesaan dalam setahun terakhir. Namun yang lebih fundamental bahwa kesejahteraan petani di Kalteng sampai dengan saat ini belum dapat terpenuhi. Faktanya adalah indeks NTP yang masih tetap berada pada area defisit, yang berarti bahwa kenaikan tingkat pendapatan yang diterima tidak mampu menutupi tingkat pengeluaran konsumsi yang naik lebih tinggi. Indeks NTP pada posisi Juni-212 sebesar 98,95, menurun dibanding bulan Maret-212 yang tercatat 99,26, maupun periode yang sama tahun 211 yang tercatat 99,65. Keterangan Sep-11 Jun-12 Sep-12 Indeks harga yang diterima pertani 133,5 136,5 137,3 Indeks yang dibayar petani 133,52 137,51 138,49 Konsumsi rumah tangga 138,6 142,76 143,9 Bahan makanan 146,36 151,19 152,31 Makanan jadi 135,37 141,72 143,81 Perumahan 128,76 132,91 133,46 Sandang 129,29 132,86 133,47 Kesehatan 119,78 123,65 125,17 Pendidikan. rekreasi dan olah raga 115,69 118,77 12,25 Transportasi dan komunikasi 113,7 114,11 113,8 Pengembangan Modal 119,35 12,96 121,32 Bibit 116,87 117,44 117,61 Obat-obatan dan pupuk 135,78 137,4 137,14 Sewa lahan. pajak dan lainnya 13,22 13,31 13,37 Transportasi dan komunikasi 124,7 127,6 126,81 Penambahan barang modal 115,8 119,5 12,6 Upah buruh tani 111,15 112,42 112,75 Nilai Tukar Petani 99,65 99,26 98,95 Tabel 5.2 Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Sumber: : BPS Prov. Kalteng 12, 1, 8, 6, 4, 2,, -2, (%) month-to-month year-on-year Grafik 5.1 Laju Inflasi Pedesaan Sumber: BPS Prov. Kalteng 4,23 (,27) Analisis kesejahteraan melalui profil kemiskinan memberi gambaran bahwa terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Menurunkan jumlah penduduk miskin yang cukup baik terkait erat dengan adanya upaya pembangunan ekonomi daerah yang terus dilakukan. Dalam 1 tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi meningkat dari 4,91% menjadi 6,26% di kuartal pertama tahun 212, atau rata-rata tumbuh,1% setiap tahunnya. Meski perlahan, namun pembangunan yang terjadi dapat dikatakan cukup berkualitas. Faktanya terlihat dari multiplier effect pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah kemiskinan cukup besar. Dalam periode yang sama, persentase penduduk miskin di Kalteng terus menurun dengan rata-rata penurunan sebesar,54% setiap tahunnya. Adapun persentase penduduk miskin pada bulan Maret-212 sebesar 6,51%, menurun tajam dibanding tahun 23 dimana hampir 12% penduduk Kalteng adalah kategori miskin - yang memiliki tingkat pengeluaran di bawah garis kemiskinan. KER Kalimantan Tengah Tw.III

56 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jika dielaborasi lebih jauh dengan memisahkan periode pembangunan saat terjadinya gejolak ekonomi global di tahun 28, maka terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi pasca krisis global berlangsung lebih lambat. Dalam periode 23-28, laju pertumbuhan secara rata-rata meningkat,14% setiap tahunnya, sementara sejak tahun 29 hanya rata-rata naik,2% setiap tahunnya. Berbeda halnya dengan profil kemiskinan yang justru menurun relatif lebih cepat setelah periode krisis global. Rata-rata penurunan jumlah kemiskinan sebelum krisis sebesar,54, sedangkan setelah krisis sekitar,55% setiap tahunnya. 7, 6,5 6, 5,5 5, 4,5 4, (%) (%) Grafik 5.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Sumber: : BPS Prov. Kalteng Tahun Jlh Pddk Persentase Miskin Kota Desa Total Kota Desa Total Mar ,8,13 Mar ,13 12,2 1,44 1,36 Mar ,62 12,84 1,73 (,49) (,64) (,29) Mar ,96 13,41 13,42 (,34) (,57) (2,69) Mar ,72 1,76 9,38,24 2,65 4,4 Mar ,81 1,2 8,71,91,56,67 Mar ,45 8,34 7,2 1,36 1,86 1,69 Mar ,3 8,19 6,77,42,15,25 Mar ,91 7,89 6,56,12,3,21 Mar ,26 7,64 6,51 (,35),25,5 Rata-rata,23,57,54 Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Miskin Sumber: BPS Prov. Kalteng Δ Meskipun profil kemiskinan Kalteng secara umum cukup baik, namun perlu diwaspadai terjadinya shifting kantung kemiskinan dari wilayah pedesaan menjadi ke wilayah perkotaan. Indikasinya cukup terlihat dalam 1 tahun terakhir dimana persentase penduduk miskin di daerah pedesaan menurun secara lebih cepat dibanding di daerah perkotaan. Rata-rata penurunan penduduk miskin di perkotaan sebesar,23%, sedangkan di pedesaan mencapai,57% setiap tahunnya. Upaya penanggulangan penduduk miskin di perkotaan harus lebih gencar dilakukan, salah satunya dengan memerangi tingkat inflasi yang terjadi di kota Palangka Raya dan Sampit. Dalam 1 tahun terakhir (periode Maret Maret 212), persentase penurunan penduduk miskin cukup kecil, hanya sebesar,5%. Kondisi ini dipengaruhi oleh naiknya garis kemiskinan sekitar 11,8%, dari Rp di bulan Maret 211 menjadi Rp per kapita per bulan pada Maret 212. Masih tingginya tingkat inflasi di daerah pedesaan dan perkotaan berperan besar dalam menaikkan garis kemiskinan. Hal ini didasarkan pada besarnya peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan yaitu sebesar 8,89%, jauh lebih besar dibandingkan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan) yang hanya 19,11%. Imbasnya, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga ikut menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) meningkat dari,988 menjadi 1,47. Sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan naik dari,242 menjadi,257. Kenaikan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa secara umum rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. KER Kalimantan Tengah Tw.III

57 Proyeksi Perekonomian dan Inflasi VI. Proyeksi Perekonomian dan Inflasi Arah perekonomian Kalteng di triwulan IV-212 diproyeksi menguat diiringi dengan tekanan inflasi yang meningkat mendekati target indikatif pemerintah dalam RPJMD... Penguatan arah ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) di triwulan IV-212 diprediksi akan didorong oleh kenaikan produksi kelapa sawit dan hasil pertambangan batubara di tengah stagnasi permintaan global, khususnya Cina dan India. Selain itu, kegiatan MICE yang semakin intens diadakan di kota Palangka Raya, seperti Hari Aksara Internasional, Hari Pangan Sedunia, serta berbagai acara skala wilayah/nasional baik oleh sektor pemerintah maupun swasta semakin memperkuat kontribusi sektor perdagangan hotel dan restoran terhadap arah ekonomi di periode mendatang. Pergerakan inflasi juga diproyeksi akan meningkat mendekati target indikatif RPJMD Provinsi Kalteng sebesar 5%. Hal ini dipengaruhi oleh faktor permintaan seiring banyaknya aktivitas perayaan Natal dan Tahun Baru sepanjang bulan Desember. Sementara faktor kendala supply akibat intensitas curah hujan yang meningkat dan gelombang laut tinggi di sekitar perairan pulau Jawa juga akan cenderung mendasari naiknya harga-harga di pasar. 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Kalimantan Tengah (Kalteng) pada triwulan IV diproyeksi menguat didorong oleh peningkatan kinerja sektor perkebunan kelapa sawit, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 7,47±1%(yoy), berakselerasi dibandingkan triwulan III yang tumbuh 7,13% (yoy). Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi Kalteng sepanjang tahun 212 diperkirakan mencapai 6,87±1%, mendekati target indikatif yang dicanangkan pemerintah dalam RPJMD sebesar 6,9%. Perbaikan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan terutama didorong oleh naiknya pengeluaran rumah tangga dan pemerintah di akhir tahun, serta sinyal peningkatan investasi yang didorong oleh optimisme pemulihan ekonomi global di tahun mendatang yang akan mendorong permintaan terhadap komoditas primer, khususnya CPO dan batubara. Naiknya konsumsi masyarakat diperkuat dengan indeks pendapatan rumah tangga mendatang yang merupakan salah satu komponen pembentuk Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 1, dimana pada triwulan IV diperkirakan sebesar 111,84 lebih tinggi dari triwulan III yang dilaporkan sebesar 111,44. Namun demikian secara umum terdapat penurunan tingkat kepercayaan konsumen untuk triwulan IV-212 yang diproyeksi sebesar 18,87, dibawah angka indeks triwulan III- 212 yang tercatat 11,76. Penguatan konsumsi secara umum juga didorong oleh lonjakan realisasi anggaran belanja pemerintah dalam rangka pembayaran berbagai kegiatan/proyek pemerintah pusat dan daerah yang dilakukan sepanjang tahun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indicator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK) yang merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian KER Kalimantan Tengah Tw.III

58 Proyeksi Perekonomian dan Inflasi III III IV(P) (P) KOMPONEN PENGGUNAAN - Konsumsi Rumah Tangga 8,2 5,59 5,68 6,11 5,38 - Konsumsi Pemerintah 9,84 7,64 9,98 8,7 7,12 - Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,91 1,55 1,8 11,55 1,8 - Ekspor Barang dan Jasa 11,58 1,58 11,77 11,67 14,63 - Impor Barang dan Jasa 1,79 12,27 11,51 15,42 13,13 SEKTOR EKONOMI - Pertanian 7,23 3,32 4,9 3,26 3,41 - Pertambangan & Penggalian 9,83 9,1 1,87 16,52 7,8 - Industri Pengolahan 3,16,77,81 1,46 2,14 - Listrik, Gas & Air Bersih 1,93 7,5 8,7 9,11 7,68 - Bangunan 9,13 13,41 13,95 9,7 11,16 - Perdagangan, Hotel & Restoran 5,21 9,8 9, 6,77 9,37 - Pengangkutan & Komunikasi 1,9 7,87 8,14 3,17 8,15 - Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 12,55 15,52 11,86 12,82 12,54 - Jasa-Jasa 12,57 7,56 6,21 9,26 7,78 PDRB Kalimantan Tengah 7,37 7,13 7,47 6,74 6,87 Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah Sumber: BPS Provinsi Kalteng; (P) : Proyeksi KPw BI Kalteng Year over Year Latest Projections World Output 5,1 3,8 3,3 3,6 United States 2,4 1,8 2,2 2,1 Euro Area 2, 1,4 -,4,2 Japan 4,5 -,8 2,2 1,2 Hong Kong 7,1 5, 1,8 3,5 Korea 6,3 3,6 2,7 3,6 Singapore 14,8 4,9 2,1 2,9 Taiwan Prov. of China 1,7 4, 1,3 3,9 China 1,4 9,2 7,8 8,2 India 1,1 6,8 4,9 6, Indonesia 6,2 6,5 6, 6,3 Malaysia 7,2 5,1 4,4 4,7 Philippines 7,6 3,9 4,8 4,8 Thailand 7,8,1 5,6 6, Vietnam 6,8 5,9 5,1 5,9 Tabel 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Sumber: IMF, WEO Oct-212 Sementara asesmen sektor ekonomi dominan menunjukkan bahwa perekonomian akhir tahun akan didorong oleh kenaikan produksi kelapa sawit akibat curah hujan yang cukup tinggi pada semester lalu. Penguatan ekonomi di triwulan IV-212 juga diperkirakan berasal dari kenaikan produksi pertambangan batubara di tengah stagnasi permintaan global, khususnya Cina dan India. Selain itu, kegiatan MICE yang semakin intens diadakan di kota Palangka Raya, seperti Hari Aksara Internasional, Hari Pangan Sedunia, serta berbagai event skala wilayah/nasional baik oleh pemerintah maupun swasta semakin memperkuat kontribusi sektor perdagangan hotel dan restoran terhadap akselerasi perekonomian di tahun 212. Sektor perkebunan sebagai motor penggerak utama ekonomi Kalteng diproyeksi membaik dan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan mendatang. Produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada triwulan IV diperkirakan meningkat sebagai dampak musim penghujan yang terjadi pada semester lalu. Aktivitas panen juga berlangsung lancar didukung oleh kondisi cuaca yang baik seiring berakhirnya bencana asap memasuki pertengahan Oktober lalu. Kenaikan produksi TBS berimbas langsung pada naiknya produksi CPO Kalimantan Tengah. Kenaikan produksi CPO, selain untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diyakini masih akan diserap oleh pasar ekspor khususnya Malaysia yang merupakan 75% pangsa ekspor CPO Kalteng. Hal ini terlihat dari stabilnya tren ekspor CPO ke Malaysia, disamping realisasi ekspor ke Cina yang menunjukkan peningkatan. Kolaborasi Indonesia-Malaysia semakin diperkuat untuk menjaga kestabilan pasar dan harga perdagangan CPO di tengah isu tuduhan dumping dari Uni Eropa untuk biodiesel dan kampanye negatif Environmental Protection Agency (EPA) non-palm oil label di Prancis yang mendiskreditkan CPO. Alternatif kebijakan yang ditempuh antara lain dengan melakukan replanting pada tanaman tua, pengurangan stok serta meningkatkan penggunaan biofuel domestik. Selain itu respon kebijakan pemerintah Indonesia dengan menurunkan kembali bea keluar ekspor pada bulan Oktober dari 15% menjadi 13,5%, diharapkan memberi insentif bagi kinerja ekspor CPO Indonesia agar tetap kompetitif. Adapun harga perdagangan CPO di bulan Oktober semakin terkoreksi dibanding bulan sebelumnya, dari US$893,7 menjadi US$82, per metrik ton. Adapun harga rata-rata selama periode Jan-Oktober 212 sekitar US$984,5/MT, lebih rendah 9,96% dibandingkan harga rata-rata periode yang sama tahun 211 sebesar US$1.92,93/MT. KER Kalimantan Tengah Tw.III

59 Proyeksi Perekonomian dan Inflasi (USD/MT) (Rp/kg) $ (USD/MT) CPO Internasional Rata-rata TBS Lokal * $ Harga Batubara Acuan (HBA) $ 86,4 International Coal Price $ 58, * Grafik 6.1 Harga CPO Internasional & TBS Lokal Sumber: IMF & Disbun Prov.Kalteng Grafik 6.2 Harga Batubara Domestik & Internasional Sumber: Kementerian ESDM Sementara itu kinerja sektor pertambangan batubara meskipun mengalami penurunan level produksi, pertumbuhan sektor pertambangan batubara masih berada dalam tren meningkat. Tingkat produksi rata-rata sepanjang Jan-Agt 212 juga memperlihatkan lonjakan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun 211, dari 393 ribu ton menjadi 669 ribu ton. Selain itu realisasi ekspor batubara juga masih stabil dengan tren yang meningkat. Realisasi ekspor dari 3 perusahaan besar di bulan Agustus sebesar 56 ribu ton, naik dibandingkan realisasi di bulan-bulan sebelumnya. Rata-rata ekspor di periode Jan-Agt 212 juga tercatat melonjak hampir 7% dibandingkan periode yang sama tahun 211, dari 328 ton menjadi 548 ribu ton. Optimisme perbaikan pertumbuhan sektor pertambangan batubara Kalteng di triwulan IV-212 juga diperkuat dengan adanya usaha diversifikasi pasar ekspor, dimana saat ini negara tujuan ekspor batubara semakin variatif dengan adanya tambahan pasar ekspor Thailand dan Korea Selatan. Realisasi ekspor ke India juga semakin atraktif sejalan dengan inisiatif pemerintah India yang mendorong penggunaan energi batu bara untuk meningkatkan rasio elektrifikasi hingga ke pedesaan. Selain itu, pasar ekspor Jepang masih cukup prospektif sejalan dengan kebutuhan bahan bakar batubara yang semakin besar untuk menggantikan penggunaan seluruh reaktor nuklirnya. Selain pasar ekspor, pasar domestik juga masih sangat menjanjikan. Hal ini dipengaruhi oleh gap yang semakin melebar antara harga batubara global dengan harga batubara acuan (HBA). Harga Batubara Acuan (HBA) di bulan Oktober ditetapkan sebesar US$86,4, sementara harga perdagangan batubara global telah menyentuh level US$58,52 per metrik ton. Adapun produksi sub-sektor tanaman bahan makanan khususnya komoditas padi diproyeksi mengalami penurunan di periode akhir tahun 212. Hal ini sejalan dengan angka ramalan BPS yang mengestimasi rendahnya tingkat produksi pada periode Sep-Des 212. Adapun puncak panen padi sawah sebelumnya berlangsung di bulan April dan Agustus, sementara untuk jenis padi ladang mengalami panen raya di bulan Maret lalu. Produksi padi di periode panen ke-iii diestimasi sebesar ton atau sekitar 22% dari target produksi padi Kalimantan Tengah tahun 212 sebesar ton. Produksi padi di periode ini sebagian besar berasal dari Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau dan Barito Selatan. KER Kalimantan Tengah Tw.III

60 Proyeksi Perekonomian dan Inflasi 6.2. Proyeksi Inflasi Peningkatan arah perekonomian regional di triwulan IV-212 diperkirakan akan diikuti dengan tekanan inflasi yang cenderung meningkat menuju kisaran target Bank Indonesia sebesar 5±1% 11. Laju inflasi Kalteng di akhir tahun 212 diproyeksi sebesar 4,99±1%, sementara di triwulan laporan tercatat 4,77% (yoy). Dengan demikian, target inflasi pemerintah Kalimantan Tengah yang ditetapkan dalam RPJMD yakni sebesar 5% optimis dapat terpenuhi. 12, (%) 1, 8, (year-on-year) 6, Idul Fitri Natal & Tahun Baru Realisasi Inflasi Idul Fitri Proyeksi Natal & Tahun Baru 4, 2, (month-to-month) 4,55% Gelombang tinggi 4,99%, -2, Jan-1 Feb- Mar- Apr May- Jun-1 Jul Agust Sep- Okt- Nop- Des- Jan- Feb Mar- 12 Apr-1 Mei- Jun- Jul Agust Sep- Okt- Nop- Des inflasi yoy 9,54 8,85 8,31 7,8 7,14 6,95 5,44 6,24 6,36 5,75 4,77 4,55 6,2 6,24 6,69 6,98 6,6 6,32 6,55 6, 4,77 5,19 5,47 4,99 inflasi mtm,69 -,8 -,26 -,39,29,95,56 1,9,96 -,47,14,99 2,29 -,5,16 -,12 -,7,69,78,57 -,21 -,7,41,53 Grafik 6.3 Laju Inflasi Provinsi Kalteng & Proyeksi di Triwulan IV-212 Sumber: BPS Prov.Kalteng, diolah *) Okt-Des 212 merupakan angka perkiraan KPw BI Kalteng Dari sisi permintaan, naiknya tekanan inflasi dipengaruhi oleh faktor permintaan seiring dengan banyaknya aktivitas perayaan Natal dan Tahun Baru sepanjang bulan Desember. Sementara dari sisi penawaran, faktor kendala supply akan cenderung mendasari naiknya harga-harga di pasar. Intensitas curah hujan yang meningkat diperkirakan mempengaruhi hasil produksi di sentra-sentra penghasil kebutuhan pokok di pulau Jawa. Di saat bersamaan, kondisi musiman berupa gelombang laut tinggi di sekitar perairan pulau Jawa mulai akan berdampak pada aktivitas pelayaran. Akibatnya pengiriman sejumlah kebutuhan pokok akan mengalami keterlambatan sehingga memicu kenaikan harga di pasar. Asesmen inflasi cukup diperkuat dengan hasil Survei Konsumen sampai dengan bulan Oktober, dimana ekspektasi terhadap harga-harga barang dalam 3 bulan ke depan masih tetap tinggi. Kenaikan indeks ekspektasi harga yang mulai terjadi sejak bulan Agustus mencerminkan keyakinan konsumen bahwa harga-harga barang akan mulai meningkat di bulan November bahkan masih tetap tinggi hingga awal tahun mendatang. Hal ini sejalan dengan perkiraan inflasi yang mulai meningkat di bulan November hingga Desember, sejalan dengan pola historisnya. Namun demikian laju inflasi di bulan Desember atau dapat disebut sebagai inflasi Natal diproyeksi masih berada di bawah rata-ratanya dalam 3 tahun terakhir yang berada pada level,73% (mtm). 11 Target inflasi Provinsi Kalimantan Tengah tahun 212 yang ditetapkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 5±1% KER Kalimantan Tengah Tw.III

61 Proyeksi Perekonomian dan Inflasi 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 - (meter) Tinggi gelombang maksimum Tinggi gelombang minimum 2, 1,5,8,8,8,6 1,8 1,5 1,3 1,2 1,2,3,3,3,4,5,5,5,5,7 14, 13, 12, 11, 1, 9, 8, Ekspektasi Harga 3 bln y.a.d. Permintaan 1 bln y.a.d * Grafik 6.4 Prakiraan Tinggi Gelombang Laut Jawa Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen KPw BI Prov. Kalteng Berdasarkan komposisi pembagiannya, kenaikan laju inflasi di triwulan mendatang akan dipicu oleh kelompok volatile food akibat naiknya permintaan terhadap sejumlah kebutuhan pokok menjelang perayaan Natal dan Tahun. Saat bersamaa, tekanan inflasi dari kelompok inti (core) juga relatif meningkat terutama disumbang oleh produk makanan dan minuman dalam kemasan. Adapun pengaruh inflasi dari kelompok administered price diperkirakan sangat minimal karena tidak terdapat rencana kenaikan tarif yang akan ditetapkan pemerintah selama periode mendatang, baik pemerintah pusat maupun daerah. Untuk itu diperlukan sejumlah upaya pemerintah dan stakeholders daerah untuk meredam kenaikan inflasi akhir tahun. Selain berbagai program sosial yang telah direncanakan, pendirian kembali Pasar Alternatif sebagaimana pernah dilaksanakan saat menjelang Idul Fitri merupakan langkah antisipasi yang masih relevan. Waktu operasional dapat dilakukan 2 minggu sebelum perayaan Natal. Selain kebutuhan-kebutuhan pokok, komoditas yang diperdagangkan dapat ditambah dengan berbagai jenis makanan dan minuman dalam kemasan. Keberadaan pasar penyeimbang ini diharapkan kembali dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat sehingga menahan kenaikan harga yang terlalu tinggi. KER Kalimantan Tengah Tw.III-212 5

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II - 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2011 Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2011 BANK INDONESIA PALANGKA RAYA. Amanlison Sembiring Pemimpin

KATA PENGANTAR. Palangka Raya, November 2011 BANK INDONESIA PALANGKA RAYA. Amanlison Sembiring Pemimpin KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III2011 ini dapat diselesaikan. KER disusun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan

Lebih terperinci