BAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. matematika, age-structured epidemic model, basic reproduction rate, teori interaksi"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyaki demam berdarah, pemodelan maemaika, age-srucured epidemic model, basic reproducion rae, eori ineraksi manusia dan kompuer, rekayasa perangka lunak, dan daur hidup pengembangan perangka lunak. 2.. Demam Berdarah Dengue Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengerian demam berdarah dengue, penyebab, sejarah singka, sera penyebarannya Pengerian Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue adalah penyaki demam aku yang menyerang manusia. Penyaki ini disebabkan oleh virus dengue (gambar 2.) yang berasal dari genus Flavivirus dan famili Flaviviridae, ermasuk dalam group B Arhropod-borne viruses (arboviruses). irus ini memilki empa jenis seroipe virus yaiu DEN, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. irus yang banyak berkembang di masyaraka adalah virus dengue dengan ipe sau dan iga. (Krisina e al, 24). Seseorang yang elah erkena demam berdarah dengue dari salah sau seroipe akan kebal erhadap seroipe iu api idak kebal erhadap seroipe lainnya. Gambar 2. irus dengue Sumber: hp://commons.wikimedia.org/wiki/file:dengue.jpg

2 Sejarah Singka Demam Berdarah Dengue di Indonesia Penyaki demam berdarah dengue perama kali diemukan di Indonesia pada ahun 968 epanya di Surabaya. Pada ahun 98 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor Timur elah erjangki penyaki ini. Sejak perama kali diemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningka baik dalam jumlah kasus maupun luas wilayah yang erjangki dan secara sporadis selalu erjadi kejadian luar biasa (KLB) seiap ahun (Krisina e al, 24) Penularan Demam Berdarah Dengue Penyaki demam berdarah dengue adalah penyaki yang diularkan melalui pembawa (carrier aau vecor). Penyaki ini diularkan oleh gigian nyamuk Aedes aegypi dan Aedes albopicus beina yang erinfeksi virus dengue. Nyamuk ini berasal dari Brazil dan Ehiopia dan sering menggigi manusia pada waku pagi hari. Kedua jenis nyamuk ini memiliki garis-garis puih pada ungkai dan ubuhnya seperi erliha pada gambar 2.2 dan 2.3 dan di bagian punggungnya ampak dua garis melengkung verikal pada bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari species ini (Rahmawai, 27). Kedua nyamuk ini erdapa hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di empa-empa berkeinggian lebih dari meer di aas permukaan lau. Nyamuk ini biasanya berkembang biak pada genangan air di benda-benda yang ada di rumah-rumah seperi po bunga, bool air, ban bekas, kaleng bekas, dll (Krisina e al, 24). Gambar 2.2 Nyamuk Aedes albopicus Sumber: hp://commons.wikimedia.org/wiki/file:aedes_albopicus.jpg

3 7 Gambar 2.3 Nyamuk Aedes aegypi Sumber: hp://commons.wikimedia.org/wiki/file:aedes_aegypi_during_blood_meal.jpg irus dengue masuk ke dalam ubuh nyamuk Aedes yang seha keika nyamuk ersebu menggigi penderia demam berdarah yang berada dalam masa viremia yaiu masa di mana jumlah virus dengue dalam darah sudah sanga banyak. iremia pada manusia erjadi selama 7 hari. irus dengue yang berada di dalam ubuh nyamuk akan memperbanyak diri. Sau minggu seelah nyamuk menghisap darah penderia demam berdarah dengue ia dapa menyebarkan virus iu ke orang lain. Sekali virus masuk ke dalam ubuh nyamuk maka nyamuk iu akan menyebarkan virus iu seumur hidupnya. Saa nyamuk yang membawa virus dengue menggigi orang yang seha virus dengue masuk ke dalam ubuh orang iu bersama dengan air liur nyamuk dan orang iu menjadi saki. Sifa gigian nyamuk yang dirasakan manusia idak berbeda dengan gigian nyamuk lainnya (Rahmawai, 27). irus dengue juga dapa diularkan melalui ransfusi darah yang elah erinfeksi namun cara penularan semacam ini sanga jarang Pencegahan Demam Berdarah Dengue Sampai saa ini belum ada vaksin yang elah eruji dan diseujui unuk mencegah penyaki demam berdarah dengue. Saa ini ada banyak peneliian yang dilakukan unuk membua vaksin demam berdarah dengue. Oleh karena iu langkah penanggulangan yang dilakukan difokuskan pada pengendalian populasi nyamuk Aedes sebagai pembawa virus. Pengendalian populasi nyamuk dilakukan dengan cara pengasapan,

4 8 pemberanasan sarang nyamuk, penggunaan ani nyamuk pada manusia, dan pemeliharaan ikan pemakan jenik nyamuk di empa penampungan air Periode Inkubasi Periode inkubasi adalah waku di mana seseorang elah erkena suau penyaki menular api belum menunjukkan gejala dan belum dapa menularkan penyakinya. Unuk penyaki demam berdarah dengue periode inkubasinya erbagi menjadi 2 yaiu periode inkubasi inernal dan periode inkubasi eksernal. Periode inkubasi inernal adalah periode inkubasi virus dengue di dalam ubuh manusia, yaiu waku di mana seseorang elah erinfeksi virus dengue namun belum bisa menularkannya ke nyamuk. Periode inkubasi ini erjadi selama 4-6 hari sejak perama kali seseorang erular virus dengue. Pada periode ini virus dengue memperbanyak diri sampai penderia memasuki masa viremia. Periode inkubasi eksernal adalah periode inkubasi virus dengue di dalam ubuh nyamuk, yaiu waku di mana nyamuk Aedes beina elah erjangki virus dengue namun belum bisa menyebarkan virus iu ke manusia. Kira-kira 7 hari seelah menghisap darah penderia, nyamuk siap unuk menularkannya kepada orang lain Pemodelan Maemaika Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengerian model maemaika, fungsi pemodelan maemaika dalam kaiannya dengan penyaki menular, age-srucured epidemic model, pengerian dan kegunaan basic reproducion rae sera rumusan perhiungannya Pengerian Model Maemaika Model maemaika adalah bahasa aau noasi maemaika yang digunakan unuk menjelaskan dan menggambarkan perilaku aau keadaan suau sisem. Model

5 9 maemaika biasanya digunakan unuk menyederhakan keadaan sisem yang rumi. Dalam skripsi ini model maemaika digunakan unuk menjelaskan penyebaran demam berdarah dengue Fungsi Pemodelan Maemaika dalam Epidemiologi Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebaran penyaki menular pada manusia. Menuru Hehcoe (28, p6) beberapa fungsi epidemiologi anara lain adalah unuk menjelaskan penyebaran suau penyaki menular, mengidenifikasi apa saja penyebab dan fakor resiko suau penyaki, membua dan menguji eori-eori enang penyaki menular, dan merencanakan & mengevaluasi program unuk mencegah, mengendalikan, dan mengaasi wabah penyaki menular. Pemodelan maemaika berperan pening dalam membanu dua fungsi erakhir dari epidemiologi. Pemodelan maemaika sanga berguna unuk menguji eori-eori enang penyaki menular karena pada kenyaaannya percobaan mengenai penyebaran penyaki menular pada manusia idak mungkin dan idak eis unuk dilakukan. Model maemaika pun secara eoriis dapa membanu penelii merancang sraegi opimal unuk vaksinasi Keerbaasan Pemodelan Maemaika Meskipun model maemaika sanga berguna dalam epidemiologi, bukan berari model maemaika idak memiliki keerbaasan. Model maemaika adalah penyederhanaan dari keadaan sisem yang sebenarnya sehingga idak dapa benar-benar mewakili perilaku sisem yang dimodelkan. Karena merupakan penyederhanaan dari keadaan sisem yang nyaa, solusi-solusi yang didapa hanya merupakan perkiraan dan pendekaan. Unuk iu asumsi-asumsi dan parameer-parameer yang digunakan harus memiliki inerpreasi yang jelas dan didefinikan dengan epa (Hehcoe, 28, p8 p9). Selain iu Hehcoe (28, p3) menjelaskan bahwa validias model dan solusi dari

6 model maemaika suli dibukikan karena jarang sekali erdapa daa yang baik unuk menguji dan membandingkan daa dengan model-model yang berbeda Jenis-jenis Model Epidemi Model maemaika unuk penyaki menular secara umum erbagi menjadi 2 macam:. Deerminisik Model deerminisik adalah model maemaika yang memodelkan penyebaran penyaki menular menggunakan diferensial, inergral, dan sisem persamaan diferensial. Model ini biasa digunakan pada populasi yang besar. Model ini mengasumsikan bahwa perubahan yang erjadi pada populasi diferensiabel erhadap waku. 2. Sokasik Model sokasik adalah model yang memasukkan unsur peluang pada penyebaran penyaki menular. Model ini membolehkan adanya variasi acak dari masukan-masukan yang ada erhadap waku. Model ini digunakan pada populasi kecil di mana perubahan aau variasi kecil idak boleh diabaikan Basic Reproducion Rae Sub bab ini akan membahas pengerian basic reproducion rae, manfaa basic reproducion rae, dan keerbaasan basic reproducion rae Pengerian Basic Reproducion Rae Dalam epidemiologi, basic reproducion rae unuk suau penyaki menular didefinisikan sebagai angka raa-raa kemunculan kasus penularan baru yang disebabkan oleh seorang individu penular dalam suau populasi yang semuanya renan unuk erular (Nishiura, 26, p57). Unuk penyaki yang diularkan melalui pembawa (vecor borne

7 disease) seperi demam berdarah dengue, basic reproducion rae didefinisikan sebagai angka raa-raa kemunculan kasus sekunder yang disebabkan oleh kasus penularan primer melalui pembawa (nyamuk) dalam suau populasi yang semuanya renan unuk erular (Chowell e al, 27). Basic reproducion rae juga dikenal dengan isilah basic reproducion number dan basic reproducive raio. Basic reproducion rae dilambangkan dengan R. R adalah nilai baas (hreshold) yang menenukan apakah suau penyaki menjadi wabah aau idak. Jika R < berari idak semua orang yang saki menularkan penyakinya ke orang lain dan penyaki ersebu lama kelamaan akan hilang. Jika R > berari sau orang yang saki menularkan penyakinya ke lebih dari sau orang lainnya. Keadaan ini dapa menyebabkan suau penyaki menjadi wabah dan jumlah penderianya akan berambah erus. Jika R = berari semua orang yang saki raa-raa menularkan penyakinya ke sau orang lainnya, penyaki ersebu akan eap ada dalam suau populasi eapi jumlah penderianya cenderung sabil dan idak berambah. Penyaki yang memiliki sifa seperi inilah yang disebu penyaki endemik Manfaa Basic Reproducion Rae Karena R merupakan suau nilai baas, nilai R dapa digunakan unuk menenukan proporsi minimum populasi yang harus diberi vaksinasi agar suau penyaki menular bisa berheni menyebar (Nishiura, 26, p57). Proporsi populasi ini dirumuskan dengan: p c...() R di mana pc menyaakan proporsi populasi yang harus diberi vaksinasi. pc selalu lebih kecil aau sama dengan dan lebih besar aau sama dengan.

8 2 R juga dapa dimanfaakan unuk mengeahui keberhasilan penanganan penyaki menular (Chowell e al, 26). Hal ini dilakukan dengan membandingkan nilai R sebelum dan sesudah langkah inervensi dilakukan. Jika R menurun berari langkah penanganan yang dilakukan mampu menghamba menyebaran penyaki ersebu Keerbaasan Basic Reproducion Rae R yang didapa dari model maemaika bukanlah angka ingka penularan yang sebenarnya melainkan hanya pendekaan aau perkiraan karena model maemaika yang dibua hanya merupakan perkiraan dan idak semua parameer yang dibuuhkan unuk menghiung R dapa diperoleh dengan mudah dan akura Age-Srucured Epidemic Model Age-srucured epidemic model adalah model epidemi yang memodelkan perubahan populasi berdasarkan usia populasi. Model yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh Supriana (29). Unuk merumuskan model ini, Supriana (29) membagi populasi manusia ke dalam 3 kelompok yaiu rawan (suscepible), erular (infecive), dan sembuh (recovered) dan membagi populasi nyamuk ke dalam 2 kelompok yaiu rawan (suscepible) dan menular (infecive). Supriana (29) mengasumsikan ada fungsi usia QH(a) dan Q(a) yang masingmasing menyaakan fraksi populasi manusia dan nyamuk yang masih hidup sampai usia a aau lebih sehingga QH() = dan Q() =. Karena harapan hidup manusia berhingga, maka Q H a da= L H dan a Q H a da jumlah awal populasi manusia adalah NH(), maka didapa: dan dengan mengasumsikan

9 3 N H =N H B H Q H a da...(2) dengan N H =N H Q H, N H ( ) adalah jumlah populasi awal yang masih hidup sampai waku dan BH adalah recruimen rae unuk manusia. Jumlah manusia yang rawan (suscepible) pada waku dirumuskan dengan H I s ds S H =S H B H Q H a e a da...(3) H I s ds dengan S H =S H Q H e, S H () adalah jumlah awal populasi manusia yang rawan, S H ( ) jumlah populasi awal manusia yang rawan yang masih hidup sampai waku, βh adalah peluang ransmisi penyaki, dan H I adalah laju penularan (rae of infecion) dalam populasi manusia pada waku. Jumlah manusia yang erular pada waku adalah H I s ds I H =I H B H Q H a e a e ds a da...(4) H ds dengan I = I H Q H e, I H ( ) adalah jumlah awal populasi manusia yang erinfeksi demam berdarah dengue, I H () adalah jumlah populasi awal manusia yang erinfeksi yang masih hidup sampai waku, dan γ adalah laju kesembuhan. R H ( ) adalah jumlah populasi manusia yang elah sembuh pada waku dan dihiung dengan mengurangi oal populasi dengan populasi yang rawan dan erinfeksi yaiu R H =N H S H I H. Maka didapa

10 4 H R H =R B H Q H a e e da...(5) H I s ds a ds a dengan R H =N H S H I H adalah jumlah awal populasi yang elah sembuh yang masih hidup sampai waku. Dengan analogi yang sama, model unuk vekor / nyamuk dirumuskan sebagai beriku: N =N B Q a da...(6) dengan N = N Q, I H s ds S =S B Q a e a da...(7) dengan S =S Q e I H s ds, I H s ds I = I B Q a e a da...(8) dengan I =I Q. N H, lim S H, lim I H, dan lim R H Supriana (29) menyaakan lim N, lim S, lim I karena harapan adalah nol, demikian pula unuk lim hidup manusia dan nyamuk berhingga sehingga lama-kelamaan semua populasi manusia dan nyamuk akan mai (menjadi nol). Age-srucured epidemic model secara lengkap erdiri dari rumus (3), (4), (5), (7), (8) dan dapa dirangkum sebagai beriku:

11 5 H I s ds S H =S H B H Q H a e a da...(9) H I s ds I H =I H B H Q H a e a e ds a da...() H R H =R B H Q H a e e da...() H I s ds a ds a I H s ds S =S B Q a e a da...(2) I H s ds I = I B Q a e a da...(3) di mana S H adalah jumlah manusia yang rawan (suscepible) pada waku I H adalah jumlah manusia yang erinfeksi (infeced) pada waku R H adalah jumlah manusia yang elah sembuh (recovered) pada waku S adalah jumlah nyamuk yang rawan (suscepible) pada waku I adalah jumlah nyamuk yang erinfeksi (infeced) pada waku Q H a adalah proporsi populasi manusia yang masih hidup sampai waku Q a adalah proporsi populasi nyamuk yang masih hidup sampai waku B H adalah recruimen rae manusia B adalah recruimen rae nyamuk H adalah peluang ransmisi penyaki dari nyamuk ke manusia adalah peluang ransmisi penyaki dari manusia ke nyamuk adalah laju kesembuhan manusia Menuru Supriana (29), age-srucured epidemic model mempunyai solusi

12 6 keseimbangan non-rivial I *H, I * yaiu: I *H = B H Q H a e * H I a I * = B Q a e * IHa e a da...(4) da...(5) jika dan hanya jika a B H H a Q H a e da B a Q a da...(6) Persamaan (6) inilah yang merupakan basic reproducion rae dari age-srucured epidemic model, jadi R= B H H a Q H a e a da B a Q a da...(7) Diasumsikan survival rae unuk manusia dan nyamuk menurun aau berkurang H a seiring berambahnya usia, yaiu Q H a =e a Q H a =Q H a e dan a = =e H a M H a =e a dan Q a =e. Didefinisikan. Usia raa-raa saa erinfeksi adalah a H = H I *. I *H Berdasarkan persamaan (4) dan (5) rumus basic reproducion rae pada persamaan (7) dapa diulis menjadi

13 7 R = R = R = R = R = e B H Q a I *H B H H a Q H a da H H * I a da * Q H a e I a da H e B Q a I * B I * a Q a da Q a e * MH * IHa da IHa da a H M 2H a 2 a H a 2 a H M H a 2 M H B H I *H a Q H a da B a Q a da M H a H M H a H a a M H MH M H MH a H a R = M H a H a R = LH a H di mana L H = L...(8) a unuk M H =μ H +γ dan L = MH L H adalah angka harapan hidup manusia. μ H adalah survival rae manusia. γ adalah laju kesembuhan manusia. L adalah angka harapan hidup nyamuk. μ adalah survival rae nyamuk.

14 Rekayasa Perangka Lunak Perangka lunak adalah seluruh perinah yang digunakan unuk memproses informasi. Perangka lunak dapa berupa program aau prosedur. Program adalah kumpulan perinah yang dimengeri oleh kompuer sedangkan prosedur adalah perinah yang dibuuhkan oleh pengguna dalam memproses informasi. Pengerian dari rekayasa perangka lunak menuru Pressman (25) adalah suau disiplin ilmu yang membahas semua aspek pembuaan perangka lunak, mulai dari ahap awal yaiu analisa kebuuhan pengguna, menenukan spesifikasi dari kebuuhan pengguna, rancangan, pengkodean, pengujian sampai pemeliharaan sisem seelah digunakan. Ruang lingkup dalam rekayasa perangka lunak adalah sebagai beriku:. Sofware requiremens: berhubungan dengan spesifikasi kebuuhan dan persyaraan perangka lunak. 2. Sofware design: mencakup proses penenuan arsiekur, komponen, anarmuka, dan karakerisik lain dari perangka lunak. 3. Sofware consrucion: berhubungan dengan deil pengembangan perangka lunak, ermasuk algorima, pengkodean, pengujian, dan pencarian kesalahan. 4. Sofware esing: melipui pengujian pada keseluruhan perilaku perangka lunak. 5. Sofware mainenance: mencakup upaya-upaya perawaan keika perangka lunak elah dioperasikan. 6. Sofware configuraion managemen: berhubungan dengan usaha perubahan konfigurasi perangka lunak unuk memenuhi kebuuhan

15 9 erenu. 7. Sofware engineering managemen: berkaian dengan pengelolaan dan pengukuran RPL, ermasuk perencanaan proyek perangka lunak. 8. Sofware engineering ools and mehods: mencakup kajian eoriis enang ala banu dan meode RPL. 9. Sofware engineering process: berhubungan dengan definisi, implemenasi, pengukuran, pengelolaan, perubahan dan perbaikan proses RPL.. Sofware qualiy: meniikberakan pada kualias dan daur hidup perangka lunak Ineraksi Manusia dan Kompuer Ineraksi manusia kompuer adalah ilmu yang mempelajari hubungan anara manusia sebagai pengguna kompuer dengan kompuer. Tujuan uama dari ineraksi manusia dan kompuer adalah agar manusia dapa menggunakan kompuer dengan semudah mungkin. Menuru Shneiderman (24) ada 5 krieria yang harus dimiliki oleh suau perangka lunak agar bisa digunakan dengan mudah oleh calon penggunanya, yaiu:. Dapa dipelajari dalam waku yang relaif singka. 2. Mampu memberikan informasi yang dibuuhkan dengan cepa. 3. Memiliki ingka kesalahan penggunaan yang rendah. 4. Cara penggunaan mudah diinga walaupun elah lama idak digunakan. 5. Memberikan kepuasan pribadi kepada penggunanya. Shneiderman (25) juga mengemukakan 8 auran emas dalam merancang sisem ineraksi manusia dan kompuer yang baik (Eigh Golden Rules of Inerface Design). Delapan auran ersebu adalah:

16 2. Berahan unuk konsisensi. 2. Memperbolehkan pengguna memakai ombol pinas (shorcu). 3. Memberikan umpan balik yang informaif. 4. Pengorganisasian yang baik sehingga pengguna mengeahui kapan awal dan kapan akhir dari suau aksi. 5. Pengguna mampu mengeahui dan memperbaiki kesalahan dengan mudah. 6. Dapa dilakukan perbaikan aksi. 7. Pengguna mampu akif dalam mengambil langkah selanjunya, bukan hanya merespon pesan yang muncul. 8. Mengurangi beban ingaan jangka pendek bagi pengguna sehingga perancangan harus lebih sederhana Daur Hidup Pengembangan Perangka Lunak Daur hidup pengembangan perangka lunak merupakan suau ahapan-ahapan meode unuk membua sebuah perangka lunak. Dalam pembuaan skripsi ini daur hidup pengembangan perangka lunak yang digunakan adalah waerfall model. Waerfall model erdiri dari ahapan-ahapan sebagai beriku:. Sysem / Informaion Engineering and Modeling. Permodelan ini diawali dengan mencari kebuuhan dari keseluruhan sisem yang akan diaplikasikan ke dalam benuk sofware. Hal ini sanga pening, menginga sofware harus dapa berineraksi dengan elemen-elemen yang lain seperi hardware, daabase, dsb. Tahap ini sering disebu dengan projec definiion. 2. Sofware Requiremens Analysis. Proses pencarian kebuuhan diinensifkan dan difokuskan pada sofware. Unuk mengeahui sifa dari program yang akan dibua, maka para sofware engineer harus mengeri enang domain

17 2 informasi dari sofware, misalnya fungsi yang dibuuhkan, user inerface, dsb. Dua akivias ersebu yaiu pencarian kebuuhan sisem dan sofware harus didokumenasikan dan diunjukkan kepada pelanggan. 3. Design. Proses ini digunakan unuk mengubah kebuuhan-kebuuhan diaas menjadi represenasi ke dalam benuk blueprin sofware sebelum coding dimulai. Desain harus dapa mengimplemenasikan kebuuhan yang elah disebukan pada ahap sebelumnya. Seperi 2 akivias sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumenasikan sebagai konfigurasi dari sofware. 4. Coding. Unuk dapa dimengeri oleh mesin, dalam hal ini adalah kompuer, maka desain adi harus diubah benuknya menjadi benuk yang dapa dimengeri oleh mesin, yaiu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. Tahap ini merupakan implemenasi dari ahap design yang secara eknis naninya dikerjakan oleh programmer. 5. Tesing / erificaion. Sesuau yang dibua haruslah diujicobakan. Demikian juga dengan sofware. Semua fungsi-fungsi sofware harus diujicobakan, agar sofware bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebuuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. 6. Mainenance. Pemeliharaan suau perangka lunak diperlukan, ermasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena perangka lunak yang dibua idak selamanya hanya seperi iu. Keika dijalankan mungkin saja masih ada error kecil yang idak diemukan sebelumnya, aau ada penambahan fiurfiur yang belum ada pada perangka lunak ersebu. Pengembangan diperlukan keika adanya perubahan dari eksernal perusahaan seperi keika ada perganian sisem operasi, aau perangka lainnya.

18 22 Keenam ahapan ersebu digambarkan pada gambar 2.4. Terliha bahwa ahapan dimulai dari sysem engineering lalu beruru sampai ke mainenance dan di seiap ahap ada anak panah ke ahap sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa jika sisem masih belum memenuhi ujuan maka pengembangan erus dilakukan dengan kembali ke ahap yang masih memerlukan perbaikan lalu berlanju ke ahap berikunya. Gambar 2.4 Waerfall model

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agustus 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 2, 47-56, Agusus 22, ISSN : 4-858 PENGEFEKTIFAN USAHA MEDIS DALAM MEMBATASI EPIDEMI DENGAN KONTROL BANG-BANG Heru Cahyadi dan Ponidi Jurusan Maemaika FMIPA UI

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember)

Estimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepatitis di Kabupaten Jember (Estimating of Survival Function of Hepatitis Virus in Jember) Jurnal ILMU DASAR Vol. 8 No. 2, Juli 2007 : 135-141 135 Esimasi Fungsi Tahan Hidup Virus Hepaiis di Kabupaen Jember (Esimaing of Survival Funcion of Hepaiis Virus in Jember) Mohamad Faekurohman Saf Pengajar

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I. PENDAHULUAN. Laar Belakang Menuru Sharpe e al (993), invesasi adalah mengorbankan ase yang dimiliki sekarang guna mendapakan ase pada masa mendaang yang enu saja dengan jumlah yang lebih besar. Invesasi

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya, diperlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK

SIMULASI PERGERAKAN TINGKAT BUNGA BERDASARKAN MODEL VASICEK Jurnal Maemaika Murni dan Terapan εpsilon Vol.9 No.2 (215) Hal. 15-24 SIMULASI PEGEAKAN TINGKAT BUNGA BEDASAKAN MODEL VASICEK Shanika Marha, Dadan Kusnandar, Naomi N. Debaaraja Fakulas MIPA Universias

Lebih terperinci