PENGARUH KAPASITOR BANK PADA BUSBAR BHA, BHB DAN BHC DI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY*)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KAPASITOR BANK PADA BUSBAR BHA, BHB DAN BHC DI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY*)"

Transkripsi

1 SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER 011 PENGARUH KAPASTOR BANK PADA BUSBAR BHA, BHB DAN BHC D PUSAT REAKTOR SERBA GUNA GA. SWABESSY*) Koes ndrakoesoema 1, Yayan Andryanto, Kswanto 3 1,,3 Pusat Reaktor Serba Guna BATAN Kawasan Puspptek Serpong Gedung No. 30, Kota Tangerang Selatan Banten Alamat emal : koes@batan.go.d ABSTRAK PENGARUH KAPASTOR BANK PADA BUSBAR BHA, BHB DAN BHC D PUSAT REAKTOR SERBA GUNA GA. SWABESSY. Pemasangan kapastor bank pada ke tga jalur (BHA, BHB dan BHC) telah dlakukan, masng-masng dengan daya 500 kar yang terbag dalam 10 step, dengan tap step 50 kar. Pemasangan dlakukan karena selama reaktor beroperas total faktor daya (cos φ) d bawah 0,85 sehngga terkena denda oleh PLN. Pengukuran telah dlakukan saat reaktor sedang beroperas pada bulan Jul dan September 011 d output 3 buah transformator yang terhubung ke masng-masng busbar dengan menggunakan Power Qualty Analyzer Hok Parameter lstrk yang dukur adalah daya aktf (P), daya semu (S), daya reaktf (Q) dan faktor daya (cos φ). Kapastor bank pada jalur BHA telah mengalam kerusakan, sehngga cos φ turun hngga 0,8; sedangkan pada jalur BHB dan BHC cos φ mencapa 0,9 dan 0,945. Kata kunc : Kapastor Bank, transformator, faktor daya ABSTRACT EFFECT OF CAPACTOR BANKS ON BUSBAR BHA, BHB AND BHC N ULT PURPOSE REACTOR GA. SWABESSY. nstallaton of capactor banks on the three lnes (BHA, BHB and BHC) has been carred out, each wth a power 500 kar whch s dvded nto 10 steps, wth each step 50 kar. The Purpose of nstallaton capactor banks s durng the reactor operaton the total power factor (cos φ) below 0.85, so ncur a fne by PLN. easurements have been done when the reactor s operatng n July and August at the output of 3 transformers whch connected to each busbar usng Hok 3197 Power Qualty Analyzer, electrcal parameters were measured are actve power (P), apparent power (S), reactve power (Q) and power factor (cos φ). Capactor banks on track BHA has been damaged, so that cos φ drops to 0.8 whle cos φ of lne BHB and BHC reaches 0.9 and Key wordas : Bank capactor, transformator, power factor 1. PENDAHULUAN Salah satu cara yang palng ekonoms, mudah, dan aman untuk mengrmkan energ adalah melalu bentuk energ lstrk. Energ lstrk sudah menjad kebutuhan pokok bak bag ndustr maupun rumah tangga sehngga dbutuhkan kelangsungan penyaluran sstem tenaga lstrk secara handal dan bak. Penggunaan yang efsen dan pemasangan peralatan lstrk serta komponen yang tepat akan membantu dalam penggunaan energ lstrk secara hemat dan mempunya manfaat optmal sepert yang dharapkan. Penerapan program penghematan energ d kantor-kantor pemerntah dapat memperkecl baya energ untuk setap satuan produk (specfc energy consumpton) dsampng akan menghemat pemakaan energ nasonal juga akan menghemat pemakaan anggaran. Pusat Reaktor Serba Guna (PRSG) terdr dar gedung, yatu Gedung No.30 yang merupakan gedung reaktor beserta fasltas laboratorumnya dan Gedung No.31 yang merupakan gedung perkantoran, d mana energy lstrk untuk ke dua gedung tersebut d catu oleh PLN melalu 3 buah transformator 0 k/400 ke masng-masng bus bar BHA, BHB dan BHC. asng-masng bus bar mencatu berbaga tpe beban antara lan motor pompa, motor katub, Koes ndrakoesoema dkk 85 Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN

2 motor chller, penerangan, lft, dll. Kontrak daya dengan PLN telah mengalam (dua) kal perubahan, kontrak daya pertama adalah 4805 ka kemudan dlakukan penurunan daya menjad 3805 ka dan terakhr dturunkan kembal menjad 3030 ka. Hal n dlakukan karena daya yang dgunakan d reaktor selama n, rata-rata adalah 1834 ka atau sektar 60,5%. Pemasangan kapastor bank telah dlakukan pada tap-tap busbar, yatu masng-masng 500 kar dengan tujuan memperbak faktor daya agar lebh besar dar 0,85 sehngga tdak terkena denda oleh PLN. Pada makalah n akan danalss pengaruh kapastor bank pada ke tga jalur serta kegagalan 1 set kapastor bank pada satu jalur, yatu jalur BHA. SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER 011 saluran, transformator, motor lstrk, pemanas lstrk (heater), dan lan sebaganya. Bla dhubungkan pada sumber arus bolakbalk maka beban resstf memlk karakterstk sebaga berkut : AC Gambar 1. Beban resstf pada sumber arus bolak-balk R. TEOR Sstem dstrbus dkenal dengan sstem dstrbus prmer yatu tegangan dar tegangan tngg (TT) dturunkan ke tegangan menengah T dengan menggunakan step down transformer, dan sstem dstrbus sekunder dmana tegangan T dturunkan lag ke tegangan rendah (TR). Pemakaan (utlsas) yang menggunakan tegangan rendah ddapat dengan cara menurunkan tegangan menengah 0 k, 1 k atau 6 k ke tegangan 380 /0 dengan transformator penurun tegangan pada gardu tang ataupun gardu beton yang berada dlngkungan sektar konsumen. Penghematan pemakaan energ lstrk (kwh) oleh konsumen dapat dlakukan dengan lma cara, yatu : 1. enggunakan pemanfaat lstrk (beban lstrk) yang hemat energ,. emnmalkan pemakaan energ lstrk, 3. emnmalkan rug jarngan dengan menggunakan penghantar berpenampang besar dan atau menggunakan tegangan tngg, 4. engurang rug konduktor dengan menggunakan materal super-conductor, 5. emnmalkan rug jarngan dengan mengkompensr daya reaktf nduktf/kapastf. Beban-Beban Lstrk ) Jens-jens beban energ lstrk terbag atas 3 jens beban yatu : Beban Resstf Beban nduktf Beban Kapastf Beban Resstf (resstor) Beban resstf (resstor): adalah beban yang berasal dar suatu komponen tahanan murn dengan smbol (R), memlk satuan Ohm ( ). Beban resstf terdapat pada generator, bahan penghantar, Gambar. Dagram vektor beban resstf Resstans suatu beban dberkan oleh rumus : ( t) R = [ ] (1) ( t) dmana : (t) (t) = besar tegangan lstrk fungs. [olt]. = besar arus yang mengalr fungs [Ampere]. Beban nduktf (nduktor) Beban nduktf (nduktor) adalah beban yang berasal dar suatu penghantar untuk menghaslkan medan magnet yang dpergunakan untuk: merubah energ mekank ke energ lstrk ataupun sebalknya, menakkan atau menurunkan tegangan lstrk dan lan sebaganya. nduktor tu sendr memlk smbol (L) dengan satuan Henry. Beban nduktf terdapat pada suatu saluran transms yang merupakan rug-rug dar saluran tersebut. Beban nduktf juga terdapat pada generator, motor lstrk, kontaktor magnet, dan lan sebaganya. nduktans dberkan dengan persamaan : d 1 (t) = L dan (t) = dt. dt () L L = ( t) d / dt dmana : (t) = besar tegangan lstrk dalam fungs. [olt]. (3) Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN 86 Koes ndrakoesoema dkk

3 SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER 011 d/dt = turunan pertama dar arus terhadap [Ampere] Bla dhubungkan pada sumber arus bolakbalk maka beban nduktf memlk karakterstk sebaga berkut : (t) = 1 C dt dq d = C dt dt (t) = (6) (7) Q(t) = C.(t) (8) AC L aka : Q A C = = d = o r A d (Farad) (9) Gambar 3. Beban nduktf pada sumber arus bolak-balk Gambar 4. Dagram vektor beban nduktf Reaktans nduktf suatu beban dberkan oleh rumus : maka, (5) L = X L = L = [ ] (4) [Henry] dmana : = kecepatan sudut [rad/sec] = f ; f = frekuens tegangan.[hertz] X L = reaktans nduktf [ ] Beban Kapastf (kapastor) Beban Kapastf (kapastor) adalah beban yang berasal dar dua bahan penghantar (konduktor) yang terpsah, dengan polartas yang berbeda pada penghantarnya. Beban kapastf n berfungs menympan muatan lstrk. Beban kapastf dantaranya terdapat pada: saluran penghantar, mesn snkron berpenguatan lebh, kapastor, dan lan sebaganya. Kapastor memlk smbol (C) dengan satuan Farad. Kapastans dberkan dengan persamaan : dmana : (t) = besar tegangan lstrk dalam fungs. [olt]. d/dt = turunan pertama dar arus terhadap [Ampere]. C = besar kapastans (Farad) Q = muatan pada salah satu konduktor (Coulomb) = tegangan kedua konduktor (olt) = permtvtas bahan antara dua penghantar o = permtvtas udara ( ) r = permtvtas relatf bahan. A = luas masng-masng plat penghantar D = jarak antara dua penghantar Bla dhubungkan pada sumber arus bolakbalk maka beban kapastf memlk karakterstk sebaga berkut : AC C Gambar 5. Beban kapastf pada sumber arus bolakbalk Gambar 6. Dagram vector beban kapastf delektrk udara Daya Lstrk ) Daya adalah banyaknya perubahan tenaga terhadap dalam besaran tegangan dan arus dengan satuan Watt. Daya dalam Watt yang dserap Koes ndrakoesoema dkk 87 Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN

4 oleh suatu beban pada setap saat adalah hasl kal tegangan beban sesaat (olt) dengan arus sesaat yang mengalr dalam beban tersebut (Ampere). Dalam kelstrkan dkenal adanya beberapa jens daya, yatu : Daya Semu (S) Daya Aktf (P) Daya Reaktf (Q) SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER 011 S P Gambar 7. Segtga Daya Q Daya Semu Daya semu untuk sstem fasa tunggal dengan srkut dua kawat adalah perkalan skalar arus dan tegangan efektfnya. Daya semu (S) dnyatakan melalu persamaan : S. [A] (10) Sedangkan untuk sstem 3 fasa daya semu dnyatakan dengan : Daya Aktf S 3. [A] (11) dmana : P =.. cos Q =.. sn cos sn Daya aktf dnyatakan oleh persamaan : maks maks P cos (1) P adalah daya rata-rata yang juga dsebut sebaga daya aktf. P = cos Q = sn S = Laggng Gambar 8. Segtga Daya untuk beban Persamaan untuk daya beban tga fasa yang sembang dnyatakan oleh nduktf P 3 jala - jala jala - jala cos [Watt] (13) dmana: jala = tegangan efektf jala = arus jala efektf cos sn Daya Reaktf Daya reaktf dtulskan dengan persamaan : Q atau maks maks sn Q sn [Ar] (14) (15) S = Q = sn Leadng P = cos Gambar 9.Segtga Daya untuk beban Kapastf Dar gambar-gambar d atas jelas bahwa S atau P = S cos Q = S sn P Q Segtga Daya 1) Hubungan antara daya semu (S), daya aktf (P) dan daya reaktf (Q) dkenal dengan stlah segtga daya. Hubungan antara ketganya, bak untuk beban bersfat nduktf maupun untuk beban bersfat kapastf dapat dlhat pada gambar berkut n. Faktor Daya 1) Faktor daya pada dasarnya ddefnskan sebaga perbandngan daya reaktf dengan daya semu dan dapat drumuskan dengan : Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN 88 Koes ndrakoesoema dkk

5 SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER 011 faktor daya = cos = P( daya aktf ) S( daya semu) (17) Sudut adalah sudut fasa; dmana arus mendahulu tegangan (leadng) atau arus tertnggal dar tegangan (laggng) dar beban yang bersangkutan. Semua peralatan lstrk, kecual motor snkron, tahananpemanas dan lampu pjar, mengkonsums daya lstrk pada faktor kerja pengkut (laggng) BEBAN PADA JALUR BHA, BHB DAN BHC Gedung reaktor GA. Swabessy d catu oleh 3 buah transformator (BHT01, BHT0 dan BHT03) masng-masng mempunya kapastas 1600 ka, 0 k/400. Tga buah transformator n masngmasng dhubungkan ke 3 buah busbar BHA, BHB dan BHC, sepert terlhat pada Gambar 10. Tabel 1, dan 3 menunjukkan jens beban dan dayanya yang melalu tap-tap jalur BHA, BHB dan BHC. BHA 01 Tabel 1. Beban pada jalur BHA 3) No. Jens Beban Kode Daya (kw) Rate d (A) 1. otor Katup PA-01 AA001 1,1 3,. otor Katup PA-01 AA003 0,55 1,9 3. otor Katup PA-01 AA010 0,55 1,9 4. otor Katup PA-01 AA011 0,03 0,5 5. otor Katup PA-01 AA01 0,55 1,9 6. otor Katup PA-01 AA014 0,55 1,9 7. otor Katup PA-01 AA016 0,55 1,9 8. otor Katup PA-01 AA00 0,55 1,9 9. otor Katup PA-01 AA0 0,55 1,9 BHA otor Fan PA-01 AH otor Fan PA-01 AH otor Fan PA-01 AH BHA otor Pompa PA-01 AP BHA Hydraulc Booster 15. Chlled Water Plant GHC0 GS * / 10 QKJ00 GS * / 300 T O T A L 474,98 Tabel. Beban pada jalur BHB 3) BHB 01 No. Jens Beban Kode Daya (kw) Rated (A) 1. otor Katup PA-0 AA001 1,1 4. otor Katup PA-0 AA003 1, otor Katup PA-0 AA010 0,55 1,6 4. otor Katup PA-0 AA011 0, otor Katup PA-0 AA01 0,55 1,6 6. otor Katup PA-0 AA014 0,55 1,6 7. otor Katup PA-0 AA016 0,55 1,6 8. otor Katup PA-0 AA00 0,55 1,6 9. otor Katup PA-0 AA0 0,37 1,6 10. otor Katup PA-0 AA004 0,03 1 BHB otor Pompa PA-04 AP00 4, otor Fan PA-0 AH * / otor Fan PA-0 AH * / otor Fan PA-0 AH * /15 BHB otor Pompa PA-0 AP * /40 BHB Panel GCA01 GS * / otor Crane SK * / Panel otor QKJ00 GS * /40 entlas 0 T O T A L 486,78 Tabel 3. Beban Pada Jalur BHC 3) BHC 01 No. Jens Beban Kode Daya (kw) Rated (A 1. otor Katup PA-03 0,55 1,6. otor Katup AA004 PA-03 0, otor Katup AA003 PA-05 0, otor Katup AA00 PA-03 0,55 1,6 5. otor Katup AA011 PA-03 0,55 1,6 6. otor Katup AA01 PA-03 0,55 1,6 7. otor Katup AA013 PA-04 0, otor Katup AA00 PD-01 0,55 1,6 9. otor Katup AA001 PD-01 0,55 1,6 BHC 0 AA otor Katup PD-01 0,55 1,6 11. otor Katup AA003 GBA01 0, otor Fan AA001 PD * /1 11. otor Pompa AH001 PA-04 AP001 4,4 516 Koes ndrakoesoema dkk 89 Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN

6 BHC 05 1 otor Pompa. 13. otor Pompa PA-05 AP001 PA-03 AP001,5 6, * / 400 BHC Panel UKA04 GP Panel PAH01/ GS Panel otor entlas KLC00 GS SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER HASL DAN PEBAHASAN Panel pada Busbar BHA, BHB dan BHC telah dpasang kapastor Bank dengan daya masngmasng 500 kar. Hasl pengukuran daya dan faktor daya (cos φ) pada busbar BHA dapat dlhat pada Gambar 11 dan Gambar 1. Daya (W/A/KAr) 17. Panel otor entlas QKJ00 GS * / 400 T O T A L 459,969 *) Kapastas CB ) Kapastas arus hubung sngkat Total beban pada jalur BHD adalah 183,8 kw, jalur BHE adalah 198,1 kw dan jalur BHF adalah 17,5 kw. Gambar 11. Daya (P, S, dan Q) pada jalur BHA Dar Gambar 11 terlhat rata-rata daya aktf (P) adalah 610 kw, daya semu (S) adalah 76 ka dan daya reaktf (Q) adalah 455 kar. Tnggnya daya reaktf dsebabkan kegagalan kapastor bank dalam memperbak faktor daya, hal n bsa dlhat pada Gambar 1, dmana cos φ jatuh pada harga 0,8 dan sempat terjad fluktuas beban sesaat dmana cos φ turun hngga 0,74. BUS BAR BHT01 GS001 GS001 GS001 0k 0k 0k 1600kA BHT0 1600kA BHT kA GS00 Faktor daya BHA 500A 380/0; 3/PE/N~50Hz BHB 500A 380/0; 3/PE/N~50Hz BHC 500A 380/0; 3/PE/N~50Hz SR5E PT.PLN BHD BR10 G 3~ BHE BR0 G 3~ BHF BR30 G 3~ kapastor kapastor kapastor BNA 380/0; 50Hz BNB 380/0; 50Hz BNC 380/0; 50Hz 150A 5A 150A 5A BTD01 BTP01 BTJ11 BTJ1 BTD0 BTP0 BTJ1 BTJ BTD03 BTP03 BTJ31 BTJ3 160A BRA 0 1/PE ~50Hz BRU01 430A 150A BTU11 BTU1 50A BWE BA 4, L+/L-/PE/A 0 ; L+/L-/PE 140A 160A RPS RED A BRU0 150A BWF 0 ; L+/L-/PE BTU1 BTU 50A 140A EERGENCY CONTROL ROO Gambar 10. Dagram segars sstem lstrk RSG- GAS BRB BWG 4, L+/L-/PE/A 380/0 1/PE ~50Hz 0 ; L+/L-/PE 4, L+/L-/PE/A RPS RED. - BRU03 150A BTU31 BTU3 50A RPS RED. Gambar 1. Faktor daya (cos φ) beban jalur BHA Daya dan faktor daya pada jalur BHB dapat dlhat pada Gambar 13 dan Gambar ETODE PENELTAN Pengukuran parameter lstrk dlakukan pada saat reaktor operas, dmana beban-beban pada jalur BHA, BHB dan BHC pada keadaan maksmal. Peralatan yang dgunakan adalah Power Qualty Analzer Hok 3197 dan dpasang pada output transformator BHT01, BHT0 dan BHT03. Lhat Gambar 10. Pengukuran pada jalur BHA dlakukan pada bulan September 011 selama 4 jam, pada jalur BHB dan BHC pada bulan Agustus 011 selama 4 jam Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN 90 Koes ndrakoesoema dkk

7 SENAR NASONAL SD TEKNOLOG NUKLR YOGYAKARTA, 16 NOEBER 011 Daya (W/A/KAr) 300 kw dkut kenakan daya reaktf menjad 150 kar. Rata-rata daya aktf P = 351 kw, daya semu S = 369 ka dan daya reaktf Q = 110 kar. Faktor daya Gambar 13. Daya (P, S, dan Q) pada jalur BHB Dar gambar d atas terlhat daya aktf jauh lebh besar dar daya reaktf, dmana P = 558 kw, daya semu, S = 605 ka dan daya reaktf, Q = 35 kar. Hal n menunjukkan kapastor bank mash berfungs bak dmana faktor daya lebh besar dar 0,85, sepert terlhat pada gambar 14, yatu 0,9 Faktor daya Gambar 16. Faktor daya (cos φ) beban jalur BHC Faktor daya pada jalur BHC saat pengukuran sempat mengalam penurunan sampa d bawah 0,85 dalam sngkat, hal n dkarenakan adanya fluktuas beban, namun rata-rata cos φ selama 4 jam adalah 0,945, dengan demkan kapastor bank pada jalur BHC mash berfungs bak. 5. KESPULAN Kapastor bank pada jalur BHA mengalam kerusakan sehngga faktor daya turun hngga 0,8 sedangkan pada jalur BHB dan BHC faktor daya mash berfungs bak karena mash d atas 0,85, yatu masng-masng 0,9 dan 0, REFERENS Gambar 14. Faktor daya (cos φ) beban jalur BHB Pada jalur BHC, daya aktf, daya semu dan daya reaktf dapat dlhat pada Gambar 15 dan faktor dayanya pada Gambar 16. Daya (W/A/KAr) 1. ZUHAL, Dasar Teknk Tenaga Lstrk dan Elektronka Daya, Grameda Pustaka Utama, Jakarta, PABLA AS, ABDUL HAD, Sstem Dstrbus Daya Lstrk, Erlangga, Jakarta, KOES NDRAKOESOEA, dkk, Optmas Pemakaan Energy Lstrk Pada Gedung 90 PKTN BATAN, Prosdng PP-PDPTN 008, Yogyakarta, 15 Jul antenance and Repar anual (R) PR30, nteratom, Germany, 1988 Gambar 15. Daya (P, S, dan Q) pada jalur BHC Pada Gambar 15 terlhat daya aktf P lebh besar dar daya reaktf Q, saat terjad fluktuas beban daya aktf Koes ndrakoesoema dkk 91 Sekolah Tngg Teknolog Nuklr-BATAN

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

REAKTOR BEROPERASI DENGAN BEBAN LISTRIK PADA JALUR 1 DAN JALUR 2. Koes Indrakoesoema KONSUMSI ENERGI LISTRIK PUSAT REAKTOR SERBA GUNA (PRSG) SAAT

REAKTOR BEROPERASI DENGAN BEBAN LISTRIK PADA JALUR 1 DAN JALUR 2. Koes Indrakoesoema KONSUMSI ENERGI LISTRIK PUSAT REAKTOR SERBA GUNA (PRSG) SAAT Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. X No. 1, April 2013: 45-58 KONSUMSI ENERGI LISTRIK PUSAT REAKTOR SERBA GUNA (PRSG) SAAT REAKTOR BEROPERASI DENGAN BEBAN LISTRIK PADA JALUR 1 DAN JALUR 2 Koes Indrakoesoema

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya

PENGUKURAN DAYA. Dua rangkaian yg dpt digunakan utk mengukur daya Pengukuran Besaran strk (TC08) Pertemuan 4 PENGUKUN DY Pengukuran Daya dalam angkaan DC Daya lstrk P yg ddsaskan d beban jka dcatu daya DC sebesar E adl hasl erkalan antara tegangan d beban dan arus yg

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GAYA GERAK LISTRIK HUKUM LENZ HUKUM FARADAY TRANSFORMATOR TRANSFORMATOR IDEAL TRANSFORMATOR TIDAK IDEAL GGL INDUKSI ADA KUMARAN INDUKTANSI DIRI GENERATOR ERSAMAAN INDUKTANSI DIRI INDUKTANSI ADA TOROIDA

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

REFUNGSIONALISASI PEMUTUS PADA PANEL DISTRIBUSI UTAMA BHB03/04 DAN BHC03/04

REFUNGSIONALISASI PEMUTUS PADA PANEL DISTRIBUSI UTAMA BHB03/04 DAN BHC03/04 REFUNGSIONALISASI PEMUTUS PADA PANEL DISTRIBUSI UTAMA BHB03/04 DAN BHC03/04 KOES INDRAKOESOEMA, KISWANTO, YAYAN ANDRIYANTO Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek, Serpong, Tengerang 15310 Banten

Lebih terperinci

ARUS BOLAK BALIK V R. i m

ARUS BOLAK BALIK V R. i m Modul 9 Elektroagnet KEGIATAN BEAJA A. ANDASAN TEOI AUS BOAK BAIK Arus dan tegangan lstrk bolak balk adalah arus dan tegangan lstrk yang berubah terhadap waktu atau erupakan fungs waktu. Yang berubah adalah

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR Adranus Dr Program Stud Teknk Elektro Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Tanjungpura adranus_dr@yahoo.co.d

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadllah Cjantung Jakarta Tmur Telp. 80078, Fax 877978 REMEDIAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: 854-8471 STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

MODIFIKASI SUPLAI DAYA LISTRIK KATUP GBA01 AA001 SISTEM DISTRIBUSI AIR BAKU RSG-GAS

MODIFIKASI SUPLAI DAYA LISTRIK KATUP GBA01 AA001 SISTEM DISTRIBUSI AIR BAKU RSG-GAS MODIFIKASI SUPLAI DAYA LISTRIK KATUP GBA01 AA001 SISTEM DISTRIBUSI AIR BAKU RSG-GAS Kiswanto, M. Taufiq, Yayan Andriyanto, Nugraha Luhur Pusat Reaktor Serba Guna BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

Pengaturan Aliran Daya Reaktif Dengan Transformator Regulasi Jenis Pengatur Tegangan Pada Jaringan Sistem Tenaga Listrik

Pengaturan Aliran Daya Reaktif Dengan Transformator Regulasi Jenis Pengatur Tegangan Pada Jaringan Sistem Tenaga Listrik Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 55 Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas Jens Pengatur Tegangan Pada Jarngan Sstem Tenaga Lstrk Dekprde Despa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

KAJIAN PENEMPATAN KAPASITOR BANK MENGGUNAKAN METODE GENETIK ALGORITMA PADA SOUTH BALAM FEEDER 1 PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

KAJIAN PENEMPATAN KAPASITOR BANK MENGGUNAKAN METODE GENETIK ALGORITMA PADA SOUTH BALAM FEEDER 1 PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA KAJIAN ENEMATAN KAASITOR BANK MENGGUNAKAN METODE GENETIK ALGORITMA ADA SOUTH BALAM FEEDER T CHEVRON ACIFIC INDONESIA Akto Sello*, Edy Ervanto**, Dan Yayan Sukma** *Alumn Teknk Elektro Unverstas Rau **Jurusan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA TRANSFORMATOR

KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA TRANSFORMATOR 286 ISSN 0216-3128 Yan Bony Marsahala KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA TRANSFORMATOR Yan Bony Marsahala Pusat Reaktor Serba Guna, BATAN ABSTRAK KAJIAN OPERASI RSG-GAS DENGAN MENGGUNAKAN DUA

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA 1. RESISTOR serng dsebut werstan, pelawan atau penghambat. suatu komponen elektronk yang dapat menghambat gerak lajunya arus lstrk/m /membatas jumlah arus yang mengalr dalam

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP

PERCOBAAN 8 RANGKAIAN INVERTING DAN NON INVERTING OP-AMP PCOBAAN 8 ANGKAIAN INVTING DAN NON INVTING OP-AMP 8. Tujuan : ) Mendemonstraskan prnsp kerja dar rangkaan penguat nvertng dan non nvertng dengan menggunakan op-amp 74. 2) Investgas penguatan tegangan closed

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS YAN BONY MARSAHALA Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong Tangerang 15310 Banten Telp. 021-7560908 Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Open ourse nalss angkaan Lstrk D Kawasan Waktu () Oleh: Sudaryatno Sudrham akupan ahasan Hukum-Hukum Dasar Kadah-Kadah angkaan Teorema angkaan Metoda nalss Dasar Metoda nalss Umum angkaan Pemroses Energ

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Mutakhr Pada usulan tugas akhr n dcantumkan hasl peneltan yang telah dlaksanakan terlebh dahulu tentang sympathetc trp sebaga berkut : Cakasana Alf Bathamantr, Rony Seto

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI Koes Indrakoesoema, Yayan Andryanto, M Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna GA Siwabessy, Puspiptek,

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWE ELECTONIC LABOATOY EEYTHING UNDE SWITCHED PAKTIKUM ELEKTONIKA ANALOG 01 P-04 Dasar Opamp Smt. Genap 2015/2016 A. Tujuan Menngkatkan pemahaman dan keteramplan mahasswa tentang: 1. Unjuk kerja dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 KUT US LISTIK HUKUM OHM ESISTO/HMBTN NGKIN ESISTO SEI NGKIN ESISTO PEL NGKIN ESISTO SEGITIG-BINTNG LT UKU JEMBTN WHETSTONE LT UKU GLVNOMETE LT UKU VOLTMETE ENEGI LISTIK DY LISTIK GY GEK LISTIK (GGL) NGKIN

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

Modulator dan Demodulator

Modulator dan Demodulator Modulator dan Demodulator Modulas adalah suatu proses dmana parameter gelombang pembawa (carrer sgnal) frekuens tngg dubah sesua dengan salah satu parameter snyal nformas/pesan. Dalam hal n snyal pesan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS YAN BONY MARSAHALA PRSG - BATAN KAWASAN PUSPIPTEK- SERPONG, TANGERANG 15310 Abstrak PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

Kenaikan Temperatur Belitan Motor Induksi Menggunakan Metode Resistansi (Zaenal P. A, Surijadi)

Kenaikan Temperatur Belitan Motor Induksi Menggunakan Metode Resistansi (Zaenal P. A, Surijadi) Kenakan Temperatur Beltan Motor Induks Menggunakan Metode Resstans (Zaenal P. A, Surjad) Teknk Pengukuran Kenakan Temperature Beltan Motor Induks Menggunakan Metode Resstans (Measurement Method of WndngTemperature

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PROBABILITAS

KONSEP DASAR PROBABILITAS KONSEP DASAR PROBABILITAS TI2131 TEORI PROBABILITAS MINGGU KE-3 & KE-4 1 Defns 1 Probabltas dar sebuah kejadan A adalah jumlah bobot dar tap ttk sampel yang termasuk dalam A. Selanjutnya: 0 < P(A) < 1,

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu

Sudaryatno Sudirham. Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan Waktu Sudaryatno Sudrham Analss Rangkaan Lstrk D Kawasan Waktu BAB 5 Model Prant Aktf, Doda, OP AMP Dengan mempelajar model prant aktf, kta akan mampu memformulaskan karakterstk arus-tegangan elemen aktf: sumber

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI LATAR BELAKANG Teori Dasar Tujuan LANGKAH KERJA Rangkaian Buffer... DFT ISI DFT ISI....LT BELKNG... 2. Teor Dasar... 2.2 Tujuan... 3 2. LNGKH KEJ... 4.. angkaan Buer... 4.2. angkaan Invertng... 4.3. angkaan Non- Invertng... 5.4. angkaan Summng... 5.5. angkaan Derensator...

Lebih terperinci

PENENTUAN LETAK DAN KAPASITAS BANK KAPASITOR SECARA OPTIMAL PADA JARING TRANSMISI MENGGUNAKAN BEE COLONY ALGORITHM

PENENTUAN LETAK DAN KAPASITAS BANK KAPASITOR SECARA OPTIMAL PADA JARING TRANSMISI MENGGUNAKAN BEE COLONY ALGORITHM ENENTUAN LETAK DAN KAASITAS BANK KAASITOR SECARA OTIMAL ADA JARING TRANSMISI MENGGUNAKAN BEE COLONY ALGORITHM Danang Sulstyo Jurusan Teknk Elektro, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Abstrak-ertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

Konsep Berpikir Anababe sebagai Solusi Pembelajaran Fisika pada Materi Listrik DC dan Listrik AC di SMA

Konsep Berpikir Anababe sebagai Solusi Pembelajaran Fisika pada Materi Listrik DC dan Listrik AC di SMA Jurnal Mater dan Pembelajaran Fska (JMPF) 26 Konsep Berpkr nababe sebaga Solus Pembelajaran Fska pada Mater Lstrk DC dan Lstrk C d SM 1 1 SM Neger 2 Kebumen Jln. Cncn Kota 8. Kebumen E-mal : by_fs@yahoo.co.d.

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci