Pengaturan Aliran Daya Reaktif Dengan Transformator Regulasi Jenis Pengatur Tegangan Pada Jaringan Sistem Tenaga Listrik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaturan Aliran Daya Reaktif Dengan Transformator Regulasi Jenis Pengatur Tegangan Pada Jaringan Sistem Tenaga Listrik"

Transkripsi

1 Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 55 Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas Jens Pengatur Tegangan Pada Jarngan Sstem Tenaga Lstrk Dekprde Despa Jurusan Teknk Elektro Unverstas Lampung e-mal: Abstrak Pengaturan alran daya reaktf dalam sstem tenaga dperlukan untuk memperbak profl tegangan dan mengurang rug-rug. Pengaturan alran daya reaktf tersebut dlakukan dengan settng yang benar pada sadapan (tap settng) transformator regulas. Peneltan n dlakukan melalu stud lteratur dan smulas dengan software Electrcal Transent Analyzer Program (ETAP). Smulas dlakukan pada sstem 5 bus 6 saluran. Hasl peneltan n menunjukkan bahwa transformator regulas jens pengatur tegangan dengan sadapan (tap settng) dletakkan pada bus yang ngn datur tegangannya menunjukkan kenakan tegangan sampa batas yang djnkan ( 10 % terhadap tegangan nomnal). Dengan demkan juga dapat mengurang rug-rug pada sstem. Hasl peneltan n juga menunjukkan bahwa pada saluran dmana transformator dletakkan dapat mencatu 77,07 % daya reaktf yang dbutuhkan beban. Kata kunc: Alran daya, tranformator regulas tegangan Abstract Reactve power flow regulaton s power system s requred to mprove voltage profle and reduce system losses. Reactve power flow regulaton s done usng correct tap settng on the regulatng transformer. The study s conducted through lterature survey and smulaton usng ETAP. The result shows that correct tap settng on the regulated bus, voltage ncreases up to theallowable lmts ± 10% over nomnal voltage and at the same tme reduce system losses. Fnally, tehe result also shows that about 77,07% of total reactve power requred by load can be met by the transformer. Keywords: power flow, voltage regulatng ttransformer Naskah n dterma pada tangal 28 September 2008, drevs pada tanggal 3 Nopember 2008 dan dsetuju untuk dterbtkan pada tanggal 1 Desember 2008 A. Pendahuluan Alran daya pada suatu sstem tenaga lstrk serng berubah-ubah. Oleh karena tu pengendalan dalam pengoperasan sstem tenaga lstrk untuk mendapatkan alran daya yang bak sangat dbutuhkan. Peneltan n menjelaskan salah satu cara untuk pengaturan alran daya, khususnya daya reaktf yang menjad faktor utama terjadnya jatuh tegangan pada sstem yang menyebabkan terjadnya susut daya. Salah satu cara pengaturan alran daya reaktf tersebut adalah dengan menggunakan transformator regulas jens pengatur tegangan yang dpasang pada saluran yang mengalrkan daya reaktf lebh kecl dbandng saluran yang lan. Jka tdak ada koordnas dalam melakukan pengaturan daya reaktf tersebut, maka hal n sangat tdak efsen dan tdak ekonoms, karena sebenarnya pada keadaan n rug-rug daya nyata mash relatf tngg. Dengan melakukan pengaturan daya reaktf secara terpadu dan optmum, maka susut daya dar sstem akan dapat dtekan pada tngkat yang palng rendah, sehngga n akan sangat menghemat baya pembangktan dan baya operasonal secara keseluruhan. Adapun tujuan yang akan dcapa pada peneltan n adalah: a. Mengdentfkas perubahan alran daya reaktf pada saluran dmana transformator regulas jens pengatur tegangan dletakkan. b. Menentukan letak transformator regulas yang tepat pada saluran untuk memperbak profl tegangan pada bus yang mengalam jatuh tegangan. Volume: 3, No.1 Januar 2009

2 56 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknolog Elektro Tabel 1 Penjelasan arah alran daya aktf (P) dan daya reaktf (Q) pada sstem Dalam Sstem Dhtung dar EI * Pada generator Jka P+, mensupla daya Jka P-, menyerap daya Jka Q+, mensupla daya reaktf (I tertnggal dar E) Jka Q-, menyerap daya reaktf (I mendahulu E) Pada beban (motor) Jka P+, menyerap daya Jka P-, mensupla daya Jka Q+, menyerap daya reaktf (I tertnggal dar E) Jka Q-, mensupla daya reaktf (I mendahulu dar E) Bus S j I S j Bus j V V j Gambar 1 Alran Daya pada Saluran c. Menentukan pengaruh perubahan tap terhadap kenakan tegangan dan perubahan daya reaktf pada bus yang ngn datur tegangannya. B. Tnjauan Pustaka Konsep Dasar Daya Tujuan dar sstem tenaga lstrk adalah menyupla daya lstrk, bak daya aktf maupun daya reaktf ke beban melalu saluran transms dengan rug-rug sekecl mungkn. Daya aktf berhubungan dengan resstans sedangkan daya reaktf berhubungan dengan reaktans. Arah Alran Daya Berkut n adalah tabel penjelasan dar tanda daya aktf (P) dan daya reaktf (Q) apakah daya tersebut dsupla atau dserap. Persamaan Daya Persamaan alran daya aktf dan reaktf dar suatu bus pada sstem dalam keadaan mantap (steady state) dapat djelaskan pada gambar 1. I Y 1 V1 Y 2V2... YnVn Injeks daya dar bus- adalah: * S P jq V. I dan P S P jq jq N n 1 V Y V V n n * N n 1 Y n n V n n N n 1 Y ) Superscrpt (*) = menyatakan konjugas kompleks. Pengaturan Daya Reaktf Daya reaktf berperan besar dalam perstwa jatuh tegangan pada saluran dan bus sstem tenaga. Untuk mengatas jatuh tegangan pada bus sstem maka dapat dlakukan beberapa cara, antara lan: Menngkatkan tegangan pada pembangkt tetap hal n mengakbatkan arus lebh laggng sehngga daya reaktf dar generator menjad besar dan dapat menurunkan daya aktf. 1. Penempatan kapastor shunt pada bus, saluran transms/dstrbus dan beban. Kapastor sebaga pencatu var dapat n V n Volume: 3, No.1 Januar 2009

3 Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 57 a V an V an V an + V an b c n Transformator Transformator ser Gambar 2 Transformator regulas untuk pengaturan tegangan Bus Bus j I 1 : c t Z I tj Gambar 3 Representas transformator dhubungkan secara tetap, tetap sebaga pengatur tegangan dapat dhubungkan atau dputuskan sesua dengan permntaan beban. 2. Penggunaan transformator regulas jens pengatur tegangan pada saluran transms atau dstrbus. Pengaturan Dengan Transformator Regulas Jens Pengatur Tegangan Hampr semua transformator menyedakan sadapan pada kumparan untuk menyetel perbandngan transformas dengan mengubah sadapan tu pada saat transformator tdak bertenaga. Suatu perubahan sadapan dapat dlakukan juga pada saat transformator bertenaga, dan transformator semacam tu dsebut transformator pengubah sadapan beban (load tap changng LTC transformer) atau transformator pengubah sadapan dalam keadaan berbeban (tap changng under load TCUL transformer). Pengubahan sadapan n terjad secara otomats dan dkerjakan oleh motor yang memberkan reaks pada rel-rel yang dsetel untuk menahan tegangan pada tngkat yang telah dtentukan. Rangkaan khusus memungknkan perubahan n tanpa memutuskan arusnya (Stevenson ; 1994). Pemodelan Transformator Regulas Jens Pengatur Tegangan pada Alran Daya. Rangkaan dalam bentuk rangkaan ekvalen. Dar gambar dapat dperoleh hubungan persamaan sebaga berkut: Volume: 3, No.1 Januar 2009

4 58 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknolog Elektro Bus A Bus j I I j B C Gambar 4 Rangkaan ekvalen I tj I = c dengan faktor transformas yang berubahubah, dengan cara yang sama maka akan dperoleh: I = (cv j V ) 2 c Bla persamaan arus tersebut dhubungkan dengan persamaan arus pada rangkaan ekvalen sepert gambar 2.4 berkut n, maka persamaan arus pada rangkaan dapat dcar. Electrcal Transent Analyzer Program (ETAP) Electrcal Transent Analyzer Program (ETAP) Power Staton adalah software atau perangkat lunak untuk mensmulaskan power sstem dengan tamplan fully graphcal dan dapat dgunakan pada komputer dengan sstem operas Mcrosoft Wndows (Etap Powerstaton User Gude ; 2000). Dengan ETAP Power Staton, kta dapat bekerja secara langsung dengan tamplan grafs one lne dagram dan underground cable raceway system. Analss Alran Daya Pada ETAP Power Staton dgunakan untuk menghtung tegangan pada bus, faktor daya, alran daya pada suatu sstem tenaga lstrk. Analss n dapat dgunakan pada keadaan swng, tegangan teregulas dan under regulated power sources. Dapat dgunakan pada konfguras sstem radal mupun loop. Untuk mendapatkan hasl perhtungan palng efsen kta dapat y j memlh perhtungan yang dgunakan yatu Newton Raphson, Gauss Sedel atau Fast De Coupled. C. Metode Peneltan Langkah langkah peneltan : 1. Membuat dagram satu gars dar sstem yang akan dsmulaskan yatu, sstem tenaga dengan 5 bus 6 saluran 2. Menentukan parameter data generator, data bus, trafo, data saluran dan data beban. 3. Smulas dengan menggunakan Electrcal Transent Analyzer Program (ETAP). a. Smulas sstem tanpa transformator. b. Smulas sstem dengan transformator. 4. Menganalsa hasl smulas, yatu menganalsa perubahan daya reaktf dan tegangan pada sstem dan membuat kesmpulan. Alat Peneltan Peralatan yang dgunakan dalam peneltan n adalah: - Seperangkat PC dengan spesfkas prosesor Intel Pentum III 667 MHz, SDRAM 128 MB dan harddsk 4 GB. - Operatng System Wndows 98 Second Edton Vers A. - Software Electrcal Transent Analyzer Program (ETAP) vers 4.0.0C tahun Volume: 3, No.1 Januar 2009

5 Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 59 Metode Perhtungan Metode perhtungan pada smulas n dgunakan metode perhtungan alran daya dengan metode Newton Raphson. Untuk mengaplkaskan metode Newton-Raphson kedalam penyelesaan persamaan alran daya, maka tegangan bus dan admtans saluran dnyatakan dalam bentuk polar. Ketka n sama dengan, maka P j j 1 2 : Q j j V 3 4 Sstem Tenaga dengan 5 Bus dan 6 Saluran Ge n1 20 M W B us k V Lne 1 B u s k V M tr H P Lne 4 Lne 2 G e n2 20 M W B u s k V Lne 3 Bu s k V Mt r H P Lne 5 Lne 6 Mt r H P B us k V Load MV A Mt r H P M t r H P Gambar 5 Dagram satu gars sstem tenaga sebelum menggunakan transformator Volume: 3, No.1 Januar 2009

6 60 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknolog Elektro Gen1 20 MW Bus1 Lne1 Bus2 Mtr HP L ne4 Lne 2 Gen2 20 MW Bus4 Lne3 Bus3 Mt r3 Bus6 L ne5 Lne6 Mtr HP Bus5 T1 30 M VA Load1 1.5 MVA Mt r HP Mtr H P Gambar 6 Dagram satu gars sstem tenaga setelah menggunakan transformator regulas jens pengatur tegangan. Tabel 1 Data Pembangktan Bus Pembangktan P (MW) Q (Mvar) Keterangan 1 Swng Bus Bus Beban 3 20 Voltage Control Bus Beban Bus Beban Tabel 2 Data Saluran Saluran antar bus Panjang saluran (km) R (per unt) X (per unt) Saluran 1 5 0,0223 0,364 Saluran 2 9 0,0223 0,364 Saluran 3 5 0,0223 0,364 Saluran 4 7 0,0223 0,364 Saluran ,0223 0,364 Saluran 6 5 0,0223 0,364 Volume: 3, No.1 Januar 2009

7 Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 61 D. Hasl Dan Pembahasan Hasl Smulas Alran Daya pada Sstem 5 Bus 6 Saluran Tanpa Transformator Pengatur Tegangan. Tanda postf pada masng-masng daya aktf dan daya reaktf menunjukkan bahwa bus 1 mensupla ke sstem bak daya aktf maupun daya reaktfnya. Besar alran dayanya dapat dlhat pada gambar 7 maupun pada data dalam lampran. Tegangan pada bus 1 n sesua dengan settngnya yatu. Untuk selanjutnya dperlhatkan alran daya pada bus 2 sepert gambar 8 berkut n. Pada gambar terlhat bahwa pada bus 2 alran daya reaktf yang menuju bus 3 melalu saluran 2 bernla negatf, hal n menunjukkan bahwa bus 2 menyerap daya reaktf dar bus 3 melalu saluran 2. Sedangkan daya aktf yang bernla postf pada bus 2 yang mengalr pada bus 3 menunjukkan bahwa bus 2 mensupla daya aktf pada bus 3 melalu saluran 2. Tegangan pada bus 2 turun dar yang semestnya menjad 13,363 kv karena adanya daya reaktf yang masuk ke bus 2 dar bus 1 dan bus 3.Selanjutnya dtunjukkan hasl smulas alran daya pada bus 3 sepert yang dtunjukkan pada gambar 9. Pada gambar 9 terlhat alran daya menuju ke bus 4 melalu saluran 3 dan alran daya menuju ke bus 4 melalu saluran 3 dan alran daya menuju ke bus 5 melalu saluran 6. Dalam alran daya yang mennggalkan bus 3 n, semuanya menunjukkan nla yang postf yang berart bus 3 mensupla daya aktf maupun daya reaktf ke bus 4 dan bus 5. Dalam keadaan n tegangan bus 3 mash dalam batas yang aman yatu 13,224 kv. Gambar 10 adalah gambar yang menunjukkan keadaan alran daya pada bus 4. Daya aktf maupun daya reaktf yang melalu saluran 5 yang menuju bus 5 bernla postf semua, hal n menunjukkan bahwa bus 4 mensupla daya aktf dan reaktf ke bus 5. Tegangan pada bus 4 sebesar 13,174 kv mash dalam batas yang djnkan sehngga dayanya bsa terkrm dengan bak. Turunnya tegangan sampa pada nla n karena masuknya daya reaktf dar bus 1 dan bus 3. G en1 (Sw ng) 2 0 MW S alur an 1 Bus kW 6204kvar 12252kW kv ar 11630kW 3124kvar k V Bus k W kv ar 78 69kW 3030kvar k V Mtr HP Salu ran 4 Salur an 2 Bus kv Gambar 7 Hasl smulas alran daya pada bus 1 Volume: 3, No.1 Januar 2009

8 62 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknolog Elektro G en1 (Sw ng) 20 MW Salur an 1 Bus kW kv ar 12252kW kv ar Sa lura n kW kv ar k V Bus kW -360kvar Salu ran 2 Gen2 20 MW 7869k W 303 0kv ar Mtr HP k V Bus kW k var 6302k W kv ar k V Mtr 2 Gambar 8 Hasl smulas alran daya pada bus 2 Bus k W kv ar 78 69kW 3030kvar k V Salur an 2 Bus kv 6302kW 244 5kv ar 850kW kvar S alur an 3 Bus kW 7889kvar Gen MW Mtr HP 20000kW kvar 6 302kW 2445kvar kv S alur an 6 Mtr2 Mtr 3 Bus k V 1 208kW 0 kvar 3897kvar 3897 kvar Load1 1.5 MVA Mtr 4 Mtr 5 Gambar 9 Hasl smulas alran daya pada bus 3 Tegangan pada bus berada pada nla 12,385 kv yang berart d bawah batas aman ( 10 %) dar tegangan nomnal bus sebesar 13,8 kv. In terjad karena adanya daya reaktf yang masuk ke bus 5, bak dar bus 4 maupun dar bus 3. Tampak dar gambar bahwa alran daya reaktf yang sangat besar berasal dar bus 3 saluran 6 sebesar 7,889 Mvar sedangkan dar bus 4 hanya mengrmkan daya reaktf sebesar 1,554 Mvar. Volume: 3, No.1 Januar 2009

9 Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 63 G en1 (Sw ng) 2 0 MW Bus kW 6204kvar 12252kW 3079kvar Saluran k V Bus kv 6302kW 244 5kv ar 850kW kvar 4 670kW 1554 kvar S alur an 3 Bus3 Gen MW 20000kW kvar 6 302kW 2445kvar kv Salu ran 5 Mtr2 Mtr 3 Bus k V 1 208kW 0 kvar 3897kvar 3897 kvar Load1 1.5 MVA Mtr 4 Mtr 5 Gambar 10 Hasl smulas alran daya pada bus 4 Gen MW Bus kv 6302kW 244 5kv ar 850kW kvar 4 670kW 1554 kvar Bus kW 7889kvar 20000kW kvar 6 302kW 2445kvar kv Salu ran 5 S alur an 6 Mtr2 Mtr 3 Bus k V 1 208kW 0 kvar 3897kvar 3897 kvar Load1 1.5 MVA Mtr 4 Mtr 5 Gambar 11 Hasl smulas alran daya pada bus 5 Volume: 3, No.1 Januar 2009

10 64 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknolog Elektro Hasl Smulas Alran Daya pada Sstem 5 Bus 6 Saluran dengan Transformator Pengatur Tegangan Perubahan alran daya reaktf dar bus 4 ke bus 5 melalu saluran 5 menngkat menjad 4,740 Mvar dan dar bus 3 ke bus 5 melalu saluran 6 berkurang menjad 5,032 Mvar, serta tegangan pada bus 5 menngkat menjad 12,604 kv. G en1 (Sw ng) 2 0 MW S alur an 1 Bus kW 6623kvar 12556kW kv ar 11549kW 2661kvar k V Bus k W kv ar 78 69kW 3030kvar k V Mtr HP Salu ran 4 Salur an 2 Gen 2 20 MW Salur an 3 Bus kv 6302kW kv ar 142kW kva r 5646kW kv ar Bus kW kv ar 20000kW kva r 6 302kW 2445kvar kv Mtr3 Bus6 Bus 5 Salu ran k V 5177kW kv ar T1 30 MV A Sa lura n 6 Mtr k V 12 51kW 0kvar 389 7kvar 3897 kvar L oa d1 1.5 MVA Mtr HP Mtr 5 Gambar 12 Hasl smulas setelah menggunakan transformator regulas jens pengatur tegangan dengan perubahan tap dar 10 % s/d 10 % Tabel 3 Perubahan besar alran daya sebelum dan sesudah dgunakan transformator dengan perubahan tap dar 10 % sampa dengan 10 % Alran Daya Sebelum dgunakan Transformator Sesudah dgunakan Transformator Perubahan Alran Daya P (MW) Q (Mvar) P (MW) Q (Mvar) P (MW) Q (Mvar) Bus 1 ke Bus Bus 1 ke Bus Bus 2 ke Bus Bus 4 ke Bus Bus 3 ke Bus Bus 4 ke Bus Volume: 3, No.1 Januar 2009

11 Despa: Pengaturan Alran Daya Reaktf Dengan Transformator Regulas 65 Tabel 4 Perubahan tegangan sebelum dan sesudah dgunakan transformator dengan perubahan tap 10 % sampa dengan 10 % Tegangan Sebelum dgunakan Transformator Tegangan Sesudah dgunakan Transformator Perubahan Tegangan (kv) Bus kv % kv % 1 13, ,00 13, , ,363 96,83 13,386 97,00 0, ,224 95,83 13,287 96,28 0, ,174 95,46 13,109 94,99 0, ,385 89,75 12,604 91,33 0,219 Analss Hasl Smulas Alran Daya pada Sstem 5 Bus 6 Saluran Dar hasl smulas sebelum menggunakan transformator dperoleh tegangan bus 5 adalah sebesar 12,385 kv (89,75 %). Tegangan n berada dluar batasnya, yatu mnmal 12,42 kv (90%) dan maksmal 15,18 kv (110 %) dar tegangan nomnal 13,8 kv. Kontrbus jatuh tegangan n dsebabkan oleh adanya alran daya reaktf yang cukup besar dar bus 3 melalu saluran 6. Oleh karena tu untuk mengurang jatuh tegangan pada bus 5 dengan cara mengalhkan sebagan alran daya reaktf dar saluran 6 ke saluran 5 dengan bantuan alat pengatur alran daya reaktf yatu transformator pengatur tegangan. Transformator regulas jens pengatur tegangan bsa dgunakan untuk mengatur alran daya reaktf pada saluran. Oleh karena tu pada salah satu ujung saluran dtempatkan sebuah transformator regulas tegangan yang mengatur alran daya reaktf yang melalu saluran. Saluran yang dplh untuk dpasang transformator regulas pengatur tegangan adalah saluran yang mengalrkan daya reaktf lebh kecl, dalam smulas n dplh saluran 5 yang hanya mengalrkan 1,554 Mvar saja. Dengan demkan dharapkan bahwa kontrbus jatuh tegangan pada bus 5 dapat berkurang. Pertama-tama kta memerntahkan komputer untuk melhat transformator sebaga LTC (Load Tap Changng) dengan tap untuk mempertahankan bus 5 pada 13,8 kv. Bla tegangan pada bus 5 dnakkan oleh transformator pada saluran 5, jatuh tegangan pada saluran 6 dapat dkurang dan hal n dapat dlakukan dengan mengurang alran daya reaktf tanpa banyak mengubah alran daya aktfnya. Dengan membandngkan hasl smulas pada sstem sebelum menggunakan transformator pengatur tegangan dengan hasl smulas setelah menggunakan transformator pengatur tegangan tampak bahwa daya reaktf Q yang mengalr ke dalam bus 5 dar bus 3 melalu saluran 6 mengalam penurunan, yatu dar 7,889 Mvar menjad 5,032 Mvar atau terdapat perubahan alran daya reaktf sebesar 2,857 Mvar. Dan daya reaktf yang melalu saluran 5 dar bus 4 ke bus 5 mengalam penngkatan dar 1,554 Mvar menjad 4,740 Mvar atau mengalam perubahan alran daya reaktf sebesar 3,186 Mvar. Sedangkan untuk daya aktfnya tdak banyak mengalam perubahan. Hal n terjad karena pemasangan transformator regulas jens pengatur tegangan yang dapat mengalhkan sebagan alran daya reaktf dar saluran 6 ke saluran 5. Penambahan daya reaktf pada saluran 5 menjad 4,740 Mvar menyebabkan tegangan pada ss masukan transformator menjad sangat rendah jauh dbawah tegangan yang dngnkan yatu sebesar 11,617 kv, akan tetap transformator Volume: 3, No.1 Januar 2009

12 66 ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknolog Elektro menakkan tegangan pada ss tegangan keluarannya menjad 12,604 kv (91,33 %). E. Kesmpulan Dan Saran Kesmpulan Berdasarkan analss hasl smulas yang telah dlakukan dapat dambl kesmpulan: 1. Terjad perubahan alran daya reaktf pada saluran setelah dgunakan transformator regulas jens pengatur tegangan, yatu pada sstem 5 bus 6 saluran alran daya reaktf pada saluran 5 berubah dar 1,554 Mvar menjad 4,740 Mvar 2. Untuk memperoleh tegangan yang optmum pada bus yang ngn datur, letak serta tap transformator regulas jens pengatur tegangan yang tepat adalah pada ss bus yang ngn datur tegangannya, yatu pada sstem 5 bus 6 saluran dletakkan pada saluran 5 antara bus 4 dan 5 yang mensupla daya reaktf lebh kecl (1,554 Mvar) dbandngkan saluran 6 antara bus 3 dan bus 5 yang mensupla daya reaktf lebh besar (7,889 Mvar Saran Agar sstem yang danalss atau dsmulaskan mengarah pada jarngan sstem tenaga yang ada atau lebh besar, msalnya jarngan sstem tenaga d Lampung atau Jawa Bal. F. Daftar Pustaka [1] A. Gross, Charles., 1986, Power System Analyss., John Wley & Sons, Unted States of Amerca. [2] Bruce, Smth., Jos Arrlaga., 1998, AC DC Power System Analyss., Short Run Press, Ltd., England. [3] Den, Almanda, Ir., 2000, Peranan Kapastor dalam Penggunaan Energ Lstrk. Elektrondonesa.com. [4] Elgerd, Olle L., 1999, Electrc Energy Systems Theory., McGraw- Hll Publshng Company Lmted., New Delh. [5] , 2000, TAP Powerstaton User Gude Operaton Technology. [6] Gatut Budono., 1995, Penerapan Metode Dekomposs dalam Mnmsas Susut Daya dengan Pengaturan Optmal Daya Reaktf dan Tap Transformator pada Jarngan Tenaga Lstrk., Elektroteknk ITB., Bandung. [7] Granger, John J., Wllam D. Stevenson, 1994, Power System Analyss. McGraw Hll, Inc. Sngapore. [8] Harrson, J.A., The Essence of Electrc Power System. Prentce Hall. Great Brtan. [9] Hosea, E. dan Yusak Tanoto, 2004, Perbandngan Analsa Alran Daya dengan Menggunakan Metode Algortma Genetka dan Metode NewtonRaphson. c.d/journals/electrcal. [10] Kundur, Prabha, 1994, Power System Stablty and Control. Electrc Power Research Insttute. [11] Lster, 1993, Mesn dan Rangkaan Lstrk (Terjemahan)., Erlangga, Jakarta. [12] Nagrath, Kothar., 1985, Electrc Machnes., Tata McGraw-Hll Publshng Company Lmted. [13] Paresh Chandra, Sen., 1996, Prncples of Electrc Machnes and Power Electroncs, 2 nd Edton, John Wley and Sons, Inc. Unted States of Amerca. [14] Rchardson, Dovald V., Arthur J. Casse, 1996, Rotatng Electrc Machnery and Transformer Technology 4 th Edton., Prentce- Hall, Inc. Unted States of Amerca. Volume: 3, No.1 Januar 2009

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR

MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR MEMINIMALKAN RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR Adranus Dr Program Stud Teknk Elektro Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Tanjungpura adranus_dr@yahoo.co.d

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN

BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN BAB II OPTIMALISASI PADA SISTEM KELISTRIKAN. Penjadualan Optmal Pembangkt dan Penyaluran Daya Lstrk Setap Pembangkt tdak dtempatkan dengan jarak yang sama dar pusat beban, tergantung lokas pembangkt yang

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI ALIRAN DAYA DENGAN METODA FAST DECOUPLE (Aplikasi PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) o. 7 ol.3 Thn. I Aprl 7 ISS: 854-8471 STUDI ALIRA DAYA DEGA METODA FAST DECOULE (Aplkas T. L Sumbar-Rau 15 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas Andalas adang, Kampus Lmau Mans adang, Sumatera

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 PRINSIP DASAR SISTEM TENAGA LISTRIK Dalam bab 2 akan dlakukan nvestgas tentang bagamana alran energ dar rangkaan ac. Dengan menggunakan berbaga denttas trgonometr, daya sesaat p(t) dpsahkan menjad

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah

Pengaruh Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Teluk Sirih pada Sistem Kelistrikan Sumatera Bagian Tengah Pengaruh Penambahan Pembangkt Lstrk Tenaga Uap (PLTU) Teluk Srh pada Sstem Kelstrkan Sumatera Bagan Tengah Heru Dbyo Laksono 1,*), M. Nasr Sonn 1), Mko Mahendra 1) 1 Jurusan Teknk Elektro, Fakultas Teknk,

Lebih terperinci

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak

STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN. Abstrak Sofyan, dkk, Stud Operas Ekonoms pada Generator Pembangkt Sstem Sulawes Selatan STUDI OPERASI EKONOMIS PADA GENERATOR PEMBANGKIT SISTEM SULAWESI SELATAN Sofyan, Nadjamuddn Harun, Tola 3 Mahasswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV)

STUDI HUBUNG SINGKAT UNTUK GANGGUAN TIGA FASA SIMETRIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK (Studi Kasus : PT. PLN Sumbar-Riau 150 KV) No. 29 ol.1 Thn. X Aprl 2008 SSN: 0854-8471 STUD HUBUNG SNGKAT UNTUK GANGGUAN TGA FASA SMETRS PADA SSTEM TENAGA LSTRK (Stud Kasus : PT. PLN Sumbar-Rau 150 K) Heru Dbyo Laksono Jurusan Teknk Elektro, Unverstas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation

Perhitungan Critical Clearing Time dengan Menggunakan Metode Time Domain Simulation PROSEDING SEINAR TUGAS AKHIR TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS, JUNI 2012 1 Perhtungan Crtcal Clearng Tme dengan enggunakan etode Tme Doman Smulaton Surya Atmaja, Dr. Eng. Ardyono Pryad, ST,.Eng, Ir.Teguh Yuwono

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

KAJIAN PENEMPATAN KAPASITOR BANK MENGGUNAKAN METODE GENETIK ALGORITMA PADA SOUTH BALAM FEEDER 1 PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA

KAJIAN PENEMPATAN KAPASITOR BANK MENGGUNAKAN METODE GENETIK ALGORITMA PADA SOUTH BALAM FEEDER 1 PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA KAJIAN ENEMATAN KAASITOR BANK MENGGUNAKAN METODE GENETIK ALGORITMA ADA SOUTH BALAM FEEDER T CHEVRON ACIFIC INDONESIA Akto Sello*, Edy Ervanto**, Dan Yayan Sukma** *Alumn Teknk Elektro Unverstas Rau **Jurusan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

toto_suksno@uny.ac.d Economc load dspatch problem s allocatng loads to plants for mnmum cost whle meetng the constrants, (lhat d http://en.wkpeda.org/) Economc Dspatch adalah pembagan pembebanan pada pembangktpembangkt

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Implementasi Simulasi Sistem untuk Optimasi Proses Produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan

Implementasi Simulasi Sistem untuk Optimasi Proses Produksi pada Perusahaan Pengalengan Ikan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-236 Implementas Smulas Sstem untuk Optmas Proses Produks pada Perusahaan Pengalengan Ikan Fenk Sugarto dan Joko Lanto Bulal Jurusan Teknk Informatka,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Mutakhr Pada usulan tugas akhr n dcantumkan hasl peneltan yang telah dlaksanakan terlebh dahulu tentang sympathetc trp sebaga berkut : Cakasana Alf Bathamantr, Rony Seto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun

FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU. H. Bernik Maskun FUNGSI BIAYA UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PEMESANAN OPTIMUM MULTI ITEM INDEPENDEN BERDISTRIBUSI KONTINU oleh H. Bernk Maskun Departemen Statstka, FMIPA Unverstas Padjadjaran bernkmaskun69@gmal.com Abstrak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Analisis Implementasi Static Synchronous Compensator (STATCOM) pada Saluran Transmisi 150 kv

Analisis Implementasi Static Synchronous Compensator (STATCOM) pada Saluran Transmisi 150 kv Jurnal Sans, Teknolog dan Industr, Vol. 12, No. 2, Jun 2015, pp.218-224 Analss Implementas Statc Synchronous Compensator (STATCOM) pada Saluran Transms 150 kv Muammar Zanuddn 1, Frengk Eka Putra Surusa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

GENERATOR SKENARIO PENGIRIMAN BAHAN BAKAR SOLAR (HSD) MENGGUNAKAN MODEL DAN ALGORITMA COMMON REPLENISHMENT EPOCH (CRE)

GENERATOR SKENARIO PENGIRIMAN BAHAN BAKAR SOLAR (HSD) MENGGUNAKAN MODEL DAN ALGORITMA COMMON REPLENISHMENT EPOCH (CRE) GENERATOR SKENARIO PENGIRIMAN BAHAN BAKAR SOLAR (HSD) MENGGUNAKAN MODEL DAN ALGORITMA COMMON REPLENISHMENT EPOCH (CRE) Muhammad Khosy n 1,2, Muh Iman Prajtno 2, Aro Isnad 3, Mochamad Haryad 4 1 Electrcal

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804

Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Listrik Berbasis Lm-35 Dan Sistem Akuisisi Data Adc-0804 Pengukuran Laju Temperatur Pemanas Lstrk Berbass Lm-35 Dan Sstem Akuss Data Adc-0804 Ummu Kalsum Unverstas Sulawes Barat e-mal: Ummu.kalsum@unsulbar.ac.d Abstrak Peneltan n merupakan pengukuran laju temperatur

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

S T U D I A L I R A N D A Y A S I S T E M K V P T. C H E V R O N P A C I F I C I N D O N E S I A

S T U D I A L I R A N D A Y A S I S T E M K V P T. C H E V R O N P A C I F I C I N D O N E S I A S T U D A L R A N D A A S S T E M 5 K P T C H E R O N P A C F C N D O N E S A Dajukan untuk memenuh salah satu persaratan dalam menelesakan penddkan sarjana ( S- ) pada Departeman Teknk Elektro Oleh FER

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Prosdng SPMIPA. pp. 147-15. 006 ISBN : 979.704.47.0 EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Rta Rahmawat, I Made Sumertajaya Program Stud Statstka Jurusan Matematka FMIPA

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci