MICROSTRIP ANTENA PADA FREQUENSI 9GH FREQUENSI APLIKASI RADAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MICROSTRIP ANTENA PADA FREQUENSI 9GH FREQUENSI APLIKASI RADAR"

Transkripsi

1 JTEUNPAK 5 Ditebitkan di Bogo Junal Teknik Elekto Univesitas Pakuan MICROSTRIP ANTENA PADA FREQUENSI 9GH FREQUENSI APLIKASI RADAR I Hey Satia Utama,MT Abstak Indonesia adalah Negaa kepulauan yang tesusun dai pulau besa dan sejumpah pulau kecil yang letaknya sangat stategis.letak geogafis Indonesia menyebabkan haus ada pengamanan dan pengaasan ilayah peaian yang memelukan apaat petugas dan kapal.kapal TNI_AL 7 buah dan 77 kapal diantaanya beusia - tahun.pebandingan jumlah kapal tehadap luas ilayah peaian Indonesia :7 ibu km.dengan kondisi itu tidak semua daeah peaian Indonesia dapat diaasi, akibatnya seing adanya pencuian ikan di ilayah Indonesia, peampokan dan penyelundupan.selain itu seing adanya pencuian ikan di ilayah Indonesia sepeti halnya pulau sipadan dan ligitan yang akhinya menjadi ilayah Malaysia. Untuk mengatasi masalah diatas, diancanglah antenna ada. PENDAHULUAN Wilayah Indonesia yang tedii dai lebih 7 ibu pulau dengan /3 ilayah tedii dai lautan memelukan pengaasan dan pengamanan eksta tinggi sehingga pihak pihak asing tidak melakukan pebbuatan yang meugikan pihak Indonesia sepeti pencuian ikan, peampokan (pembajakan kapal), pedagangan illegal dan pelanggaan batas ilayah sehingga mengakibatkan konflik sepeti halnya pulau Sipadan dan pulau Ligitan. Pengaasan dan pengamanan ilayah Indonesia oleh TNI?POLRI dapat ditingkatkan dengan menggunakan ada yang andal yang dipasang disepanjang gais pantai ilayah Indonesia. Dan kapal-kapal nelayanindonesia memelukan ada untuk kemudahan navigasi sehingga tidak melangga ilayah Negaa lain seta mencegah tabakan dengan kapal lain. Antenna mikostip mempunyai keunggulan kaena memiliki ukuan kecil, ingan dan kompetibel dengan angkaian teintegasi. Antenna ini memiliki bentuk sepeti doad yang beukuan kecil, sesuai dengan substat dan fekuensi yang digunakan elative ingan dan cukup kuat alaupun demikian antenna micostip mempunyai kekuangan, yaitu bandith yang sempit, efisiensi daya yang endah dan tingginya ugi-ugi daya akibat polaisasi silang.

2 DASAR TEORI. Antena Antena dalam peangkat dalam komunikasi nikabel befungsi mengubah sinyal listik (volt ampee) menjadi medan listik dan magnet yang dapat meambat di udaa sehingga dapat meneima gelombang adio kemudian meadiasikannya ke uang bebas (fee space) atau sebaliknya. Bedasakan IEEE Standad Definitions of Tems fo Antenna (IEEE Std ), antena didefinisikan sebagai sesuatu untuk meadiasikan atau meneima gelombang adio [3]. Antena meupakan teminal akhi pada sisi tansmitte sebagai peangkat yang befungsi meadiasikan sinyal infomasi dai sumbe dalam bentuk gelombang RF (Radio Fequency) dan meupakan teminal petama yang meneima gelombang RF yang membaa sinyal infomasi di dalamnya pada sisi peneima (eceive). Plot medan elektomagnetik yang diadiasikan oleh antena akan dijelaskan pada gamba. [5] : Gamba. PlotMedan Elektomagnetik yang Diadiasikan oleh Antena Antena memiliki bebeapa paamete yang menentukan pefomansi keja dai antena tesebut.paametepaamete tesebut antaa lain fekuensi keja, bandith, impedansi masukan, etun loss, pola adiasi, beamidth, gain, dan diectivity. Gamba. Daeah Radiasi Antena Daeah medan jauh ini dapat dinyatakan dengan pesamaan. di baah [4] : R > D... (.) Dimana D adalah dimensi tebesa dai antena, dan λ adalah panjang gelombang dai antena. Radiasi yang dihasilkan antena akan memiliki pola tetentu dan pola ini akan bebeda untuk jenis antena yang bebeda. Pola adiasi antena didefinisikan sebagai fungsi matematis atau sebuah epesentasi gafik dai adiasi antena sebagai sebuah fungsi dai koodinat uang. Pada umumnya, pola adiasi ditentukan pada daeah fa-field dan diepesentasikan sebagai suatu fungsi koodinat aah. Pola adiasi ini ditunjukkan dengan lobes dimana tedapat bagian yang disebut sebagai main/majo (utama), side (samping), seta back (belakang) [6]. Beamidth, atau yang lebih seing digunakan yaitu half poe beamidth (HPBW) yaitu sudut dimana amplitudo dai Majolobe bekuang sepauhnya. Main/majo lobe adalah adiasi yang memiliki aah adiasi maksimum sedangkan side lobe dan back lobe meupakan bagian dai mino lobe yang kebeadaannya tidak dihaapkan. Pola adiasi ini menunjukkan medan adiasi antena yang tedii dai medan listik dan medan magnetik. Repesentasi pola adiasi dapat dilihat pada gamba.3 [7]:. Paamete Antena Antena bekeja dengan nomal pada daeah medan jauh dai antena tesebut, kaena pada daeah ini hanya tedapat enegi adiasi dai antena tanpa dipengauhi medan eaktif dai antena yang nilainya elatif tehadap jaak sepeti pada gamba. [4]: Gamba.3 Repesentasi Pola Radiasi. Pola adiasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

3 . Pola Isotopik Antena Isotopik disebut sebagai antena tanpa ugi-ugi yang mempunyai adiasi sama besa ke setiap aah. Gamba.4 menunjukkan pola adiasi isotopik [9] : Gamba.4 Pola Radiasi Isotopik. Pola Diectional Antena yang memiliki pola adiasi diectional atau seaah dapat meneima adiasi elektomagnetik secaa efektif pada aah-aah tetentu saja.pola adiasi diectional dapat dilihat pada gamba.5 beikut [9] : Gamba.5 Pola Radiasi Dieksional 3. Pola Omnidiectional Pola adiasi ini dibentuk dengan penggabungan pola dai dua bidang yang saling othogonal dimana pola pada salah satu bidang tidak teaah sedangkan pola pada bidang lainnya meupakan pola teaah. Pada gamba.6 menunjukkan pola adiasi omnidiectional [9] : Gamba.6 Pola Radiasi Omnidieksional Pengaahan (diectivity) dai antena didefinisikan sebagai pebandingan (asio) intensitas adiasi pada sebuah antena pada aah tetentu dengan intensitas adiasi ata-ata pada semua aah. Keteaahan ini dapat dihitung menggunakan pesamaan. di baah ini [8] : U 4 D...(.) U P ad D : Keteaahan (db) U : Intensitas Radiasi (ad) U : Intensitas Radiasi pada sumbe isotopik (ad) P ad : Daya total adiasi (ad) Keteaahan dapat diatikan sebagai pengukuan dai intensitas adiasi dai antenasebagai fungsi aah [4]. Gainmeupakan nilai pebandingan dai daya yang diadiasikan oleh antena dibandingkan dengan daya yang masuk ke antena [4], atau dapat dinyatakan sebagai hasil pekalian antaa diectivity dengan efisiensi dai antena, dengan menggunakan pesamaan.3 [4] : 4 4A G D * *...(.3) G : Gain antena (db) A : Aea dai pemukaan antena (mete) η : Efisiensi adiasi dai antena A : Aea efektif dai antena (mete) Nilai gain akan selalu lebih kecil dai nilai diectivty, kaena pada antena tedapat ugi-ugi tansmisi dan ketidaksesuaian impedansi antaa saluan pencatu dan antena yang menyebabkan tidak semua daya yang masuk ke antena dapat diadiasikan. Nilai efisiensi dai antena dapat dinyatakan dengan menggunakan pesamaan.4 [4] : R...(.4) R Rl R : Tahanan adiasi (Ω) : Tahanan ugi (Ω) R l Aga daya yang diadiasikan oleh antena dapat optimal, maka impedansi sumbe haus sama dengan impedansi dai antena.jika impedansi dai antena dengan sumbe isotopik tidak sesuai maka sebagian dai daya yang akan dipantulkan kembali akan membentuk gelombang bedii, nilai dai gelombang bedii yang tebentuk dapat dihitung dengan menggunakan koefisien efleksi (Γ), yang dapat dinyatakan sepeti pada pesamaan.5 [4] : Z Z Z L...(.5) L Z Z L : Impedansi beban (Antena) (Ω) Z : Impedansi kaakteistik (Ω) VSWR (Standing Wave Ratio) adalah pebandingan antaa amplitude gelombang bedii (standing ave) maksimum ( V max ) dengan minimum ( V ).VSWR tesebut juga memiliki min koelasi dengan koefisien efleksi. Hal ini dapat dilihat pada pesamaan untuk mempeoleh VSWR, yaitu [4]: V max VSWR=...(.6) V min Pada pakteknya, kondisi matched sulit sekali dicapai. Kondisi tidak matched ini menyebabkan tidak semua daya dai sumbe (geneato) diteima oleh beban, sehingga ada daya yang 3

4 dikembalikan/dipantulkan. Adanya ugi-ugi yang dihasilkan ini disebut sebagai Retun Loss dan diumuskan menggunakan pesamaan.7 : RL = - Log Γ...(.7) Nilai etun loss yang seing dijadikan acuan adalah db sehingga VSWR < atau dapat diatikan baha daya yang dipantulkan tidak telalu besa dibandingkan daya yang dikiimkan atau tejadi kesesuaian antaa antena dan saluan tansmisi (matching). Bandidth pada suatu antena didefinisikan sebagai entang fekuensi dimana pefoma antena sesuai dengan standa yang ditetapkan.untuk menentukan fekuensi keja yaitu dengan impedance bandidth dimana fekuensi keja bedasakan kaakteistik impedansi atau etun loss sehingga entang fekuensi keja didapatkan ketika memiliki nilai etun loss di baah db. Rentang fekuensi yang menjadi bandidthakan dijelaskan pada gamba.7 [9]: medan magnet yang mengenainya. Di dalam teoi elektomagnetik medan magnet dinamai dengan(h)yang meupakan epesentasi adanya pengauh fluks magnet (B) tehadap pepindahan dipol dan peubahan aah pada dipol magnet. Hubungan antaa medan magnet dan fluks magnet disebut pemeabilitas yang dinyatakan sebagai pebandingan antaa medan magnet (H) dengan fluks magnet (B).Pemeabilitas yang tedapatpada uang hampa ( ) memiliki nilai 4π x - 7 H/m.Pebandingan antaa pemeabilitas sebuah mateial tehadap pemeabilitas uang hampa menghasilkan pemeabilitas elatif. Sebagian besa mateialyang tesedia di alam memiliki nilai pemitivitas dan pemeabilitas positif yang disebutdouble positive (DPS), sebaliknya jika keduanya memiliki nilai negatif disebut double negative (DNG). Bahan-bahan tesebut kemudian dibagi lagi ke dalam bebeapa kategoi yaitu mu negative (MNG) dan epsilon negative(eng). Gamba.8 dijelaskanbeupa klasifikasi mateial yang dipengauhioleh pemitivitas dan pemeabilitas [4] : ( ) Gamba.7Rentang Fekuensi Bandidth Dengan melihat gamba.7 bandidthyang dapat dicai dengan menggunakan pesamaan.8 di baah ini [9] : BW= f - f...(.8) f : Fekuensi tetinggi (Hz) f : Fekuensi teendah (Hz) f c : Fekuensi tengah (Hz) 3. Miniatuisasi Antena Pekembangan komunikasi begeak deasa ini menuntut peangkat dengan dimensi yang kecil, ingan, dan kompak.sehingga dipelukan miniatuisasi peangkat untuk memenuhi kebutuhan tesebut.pada umumnya, miniatuisasi dimensi antena plana dilakukan dengan menggunakan mateial substat yang memiliki pemitivitas dielektik yang tinggi. Namun, penggunaan mateial dengan pemitivitas dielektik yang tinggi mengakibatkan meningkatnya gelombang pemukaan pada mateial yang dapat menuunkan kineja paamete antena, di antaanya etunloss, gain, dan pola adiasi. Salah satu caa untuk miniatuisasi dimensi antena adalah menggunakan bahan metamateial. Metamateial meupakan mateial yang tidak tesedia di alam yang memiliki sifat pemitivitas ( ) dan atau pemeabilitas () negatif tetapi dapat diekayasa. Nilai pemitivitas yang tedapat di uang bebas ( ) benilai 8,85 x - (F/m) [3]. Pebandingan antaa pemitivitas pada mateial dengan pemitivitas uang hampa menghasilkan konstanta dielektik elatif ( ). Sedangkan pada pemeabilitas disebut sebagai ukuan dai paamete magnet yang tejadi pada sebuah mateial sebagai espons yang ditimbulkan tehadap Gamba.8 Klasifikasi Mateial Pada kuadan I, ( > dan μ >), yaitu mateial double positive (DPS) yang memiliki nilai pemitivitas dan pemeabilitas positif yang meupakan jenis mateial yang tesedia di alam sebagai dielektik. Pada kuadan II, ( < dan μ >) mateial jenis epsilon negative (ENG) dengan pemitivitas kuang dai nol dan pemeabilitas lebih dai nol. Jenis dai mateial ini adalah plasma. Sedangkan kuadaan III, (ε < dan μ <) mateial double negative (DNG) mateial jenis ini tidak tesedia di alam dengan nilai pemitivitas dan pemeabilitas kuang dai nol. Kuadan IV yaitu mu negative (MNG) (ε > dan μ <) mateial ini menunjukkan magnetic plasma yang memiliki pemitivitas lebih besa dai nol dan pemeabilitas kuang dai nol. Dai keempat kuadan yang diteangkan pada gamba.8, (ENG), (DNG), dan (MNG) meupakan bagian dai metamateial yang tidak tesedia di alam. Dibaah ini dijelaskan ambatan dai suatu gelombang elektomagnetik sepeti pada gamba.9di baah ini [5]: 4

5 Gamba.9Gelombang Elektomagnetik Pada gelombang elektomagnetik tedapat aah medan magnet dan medan listik yang tepolaisasi pada sudut yang behubungan dengan aah popagasi. Ketika gelombang tesebut memasuki suatu bahan mateial, yang tejadi adalah medan-medan gelombang saling beinteaksi dengan muatan-muatan dai atom dan molekul yang mengubah stuktu mateial dan mengakibatkan begeak. Jenis mateial yang digunakan pada penelitian ini adalah mateial (MNG) kaena memiliki pemeabilitas yang tinggi pada fekuensi keja tetentu seta tidak menyeap gelombang pemukaan yang menuunkan efisiensi dai paamete antena sepeti gain dan bandidth. Sifat pada mateial (MNG) sangat dipelukan kaena dapat meeduksi dimensi dan mampu menekan gelombang pemukaan sehingga dipeoleh pebaikan gain dan bandidth. MNG memiliki bebeapa jenis stuktu, antaa lain Split Ring Resonato (SRR) dan Spial Resonato (SR) sepeti yang ditunjukkan oleh gamba. [] : Gamba. Stuktu MNG (a) Stuktu Split Ring Resonato (SRR); (b) Stuktu Spial Resonato (SR) Pada penelitian ini yang digunakan adalah stuktu Spial Resonato (SR). Stuktu patch (SR) sebagai inklusi magnetik tiuan kaena memiliki fakto eduksi dimensi antena yang lebih besa [3] 4. Antena Plana Antena plana meupakan salah satu jenis antena yang mempunyai bentuk sepeti bilah atau potongan yang mempunyau ukuan yang sangat tipis/kecil. Pada gamba. menjelaskan bentuk antena plana [7]: Gamba.Pola Dasa Antena Plana Dalam bentuk dasa, sepeti yang digambakan pada Gamba. antena plana tedii atas tiga lapisan, yaitu patch pada bagian paling atas dimana pada Gamba. digambakan dengan ana kuning, substat dielektik digambakan dengan ana putih, dan gound plane pada bagian dasa antena. a. Conducting Patch Patch tebuat dai bahan logam metal yang memiliki ketebalan tetentu. Jenis logam yang digunakan adalah bahan tembaga atau coppe dengan konduktivitas sebesa 5,8 x 7 S/m. Elemen patch befungsi dalam meadiasi gelombang adio yang nantinya dipancakan kembali ke udaa bebas. Besa, panjang, leba, maupun adius dapat mempengauhi fekuensi keja antena. Elemen patch(peadiasi) dapat dibuat dalam bebagai bentuk sepeti pesegi panjang (ectangula), pesegi, (squae), cicula, elips, segitiga, dan ciculaing. Pada gamba. di baah mempelihatkan jenis patch dai antena plana [7]: Gamba. Jenis Patch pada Antena Plana b. Substat dielektik Substat meupakan bahan dielektik yang membatasi antaa patch (peadiasi) dengangound (pentanahan). Substat dapat digolongkan ( ) bedasakankonstantadielektik dan ketebalan (h) yang dapat mempengauhi kineja dai antena sepeti bandidth, gain, etun loss, dan pola adiasi. Penggunaan bahan dielektik yang bebeda akan mempengauhi pehitungan pada pengukuan antena secaa keseluuhan. Bahan dielektik yang digunakan memiliki nilai konstanta dielektik 3,79< < [8].Semakin tebal suatu substat maka bandidth yang dihasilkan akan semakin meningkat, namun dapat mengakibatkan tejadinya gelombang pemukaan (suface ave) dan menguangi daya masukan yang diteima oleh sebuah antena dalam meadiasikan gelombang elektomagnetik ke udaa bebas (fee space) sesuai aah yang ditentukan. c. Gound plane Goundatau pentanahan befungsi sebagai eflectodai gelombang elektomagnetik. Bahan dai gound sama-sama menggunakan logam tembaga sepeti pada elemen patch. 5. Dimensi Antena Dalammencai bentuk dimensi antena telebih dahulu haus mengetahui paamete bahan yang digunakan sepeti tebal substat (h), konstanta dielektik /, tebal kondukto (t), dan ugi-ugi yang dimiliki oleh bahan. 5

6 Setelah paamete bahan ditentukan selanjutnya menghitung panjang antena plana untuk mengetahui nilai bandidth aga sesuai. Jika panjang antena telalu pendek maka bepengauh tehadap nilai bandidth yang sempit.jika telalu panjang maka bandidth semakin leba, namun beakibat tehadap efisiensi adiasi menjadi lebih kecil. Dengan mengatu leba dai antena (), maka nilai impedansi masukan juga akan beubah. Untuk mengetahui panjang dan leba antena plana dapat menggunakan pesamaan.9beikut [7] : = c f...(.9) : Leba kondukto (mm) : Konstanta dielektik elatif (V/m) c : Kecepatan cahaya di uang bebas (3x 8 m/s) : Fekuensi keja antena (MHz) f Sedangkan untuk menentukan panjang patch antena (L) dipelukan paamete L yang meupakan petambahan panjang dai L ( L) akibat adanya finging ect. Petambahan panjang dai L ( L) tesebut diumuskan dengan pesamaan. [7] :,3,64 h... (.),58, 8 h Dimana h meupakan tebal substat dan ( ) adalah konstanta dielektik efektif yang diumuskan menggunakan pesamaan. yaitu [7] : = ( ) ( )...(.) h L =,4 h : Konstanta dielektik elatif efektif bahan substat (V/m) : Konstanta dielektik elatif (V/m) h : Tebal substat (mm) : Leba kondukto (mm) Dengan panjang patch (L) menggunakan pesamaan. [7] : L = L - L...(.) dimana L meupakanpanjangpatch efektif yang dapat diumuskan dengan pesamaan.3 beikut [7] : L = f c...(.3) Untuk menghitung nilai dai saluan pencatu dilakukan dengan menghitung leba dan panjang inset feed. Leba saluan pencatu ( ) untuk < menggunakan pesamaan.4 [] : A e ; h 8 A e...(.4) = [] : Sedangkan untuk >, pesamaan.5 adalah h,6 (.5) B ln( B ) (ln( B ),39 ) Dengan nilai A dan B didapat dengan pesamaan.6 dan.7 yaitu[] : A = B= Z Z, (,3...(.6)...(.7) Z : Impedansi kaakteistik (5 Ω) : Konstanta dielektik elatif (V/m) 6. Teknik Pencatuan Saluan Mikostip Teknik pencatuan digunakan untuk menghasilkan adiasi baik secaa kontak langsung maupun tidak langsung. Tedapat dua jenis metode pencatuan, yaitu: Contacting(diect feeding)dan Non-contacting(Electomagnetically Coupled) atau biasa disebut Poximity coupled feeding. Saluan mikostip ini dibuat menggunakan dua tumpukan substat dielektik. Pada patch peadiasi teletak dengan posisi sebidang dengan substat paling atas (laye petama) dan untuk feeding atau pengumpan teletak sebidang dengan substat pada laye kedua. Pencatuan ini dikopel secaa elektomagnetis yang juga secaa tidak langsung dibatasi oleh substat dielektik Teknik pencatuan Electo-magnetically Coupled (EMC) betujuan untuk menguangi adiasi yang tidak diinginkan seta mempebaiki bandidth tanpa angkaian matching tambahan []. Selain memiliki kelebihan dengan mempeluas bandidth, pencatuan ini memiliki kelemahan yaitu dibutuhkan ketepatan saat mendesain bagian atas dan baah pada laye aga dapat tekopel dengan baik []. Gamba. meupakan pencatuan dengan Poximity coupled feeding sepeti dibaah ini[9] : Gamba.3 Poximity Coupled Feeding 7. Antena Plana Aay Salah satu teknik untuk meningkatkan pefomansi dai antena plana yaitu dengan mendesain antena aay.antena aay biasanya didesain untuk mencapai spesifikasi yang tidak dapat dicapai menggunakan antena satu elemen sepeti bentuk pola adiasi tetentu, besa gain, dan lainnya. Selain itu antena aay juga biasa digunakan jika antena membutuhkan pegesean beam ke aah tetentu. Salah satu masalah pada antena aay yaitu mutual coupling, adanya mutual coupling anta elemen dai 6

7 antena dapat menguangi isiensi dai antena yang akan beimbas pada menuunnya gain absolut dai antena. Penguangan isiensi dai antena ini tejadi kaena adanya gelombang pemukaan yang tejadi anta elemen yang mengakibatkan hilangnya sebagian daya dai antena.caa untuk menguangi mutual coupling yaitu dengan mengatu jaak anta elemen sebesa setengah lamda [7], selain itu dapat juga digunakan metamateial dan Defeat Gound System (DGS) yang dibentuk dan diletakkan sedemikian upa di antaa elemen-elemen aay [8]. Pola adiasi antena aay lebih besa pada aah tetentu dan lebih kecil pada aah yang lain. Pola adiasi dai antena F(θ) dai suatu antena aay meupakan pekalian antaa fakto dai tiap elemen Fe (θ) dan aay fakto dai antena Fa (θ), sepeti dinyatakan pada pesamaan.8 [8]: F( ) Fe ( ) F ( ) a...8 Sedangkan nilai aay facto (AF) dapat dihitung sebagai beikut [8] : AF N A n n- kd cos k exp(j(n -) β : phase eksitasi pada masing-masing single elemen : nilai amplitude yang digunakan pada tiap-tiap elemen Untuk nilai A n, medan adiasi dapat dinomalisasi sebagai beikut [8]: A n- AF n N e e jn j N N sin( ) sin( ). Main lobe yang dihasilkan dai antena aay tejadi saat sedangkan gating lobe tejadi saat n gating lobe dai antena aay haus dihilangkan kaena dapat menghasilkan sinyal yang diteima pada aah yang diinginkan. Nilai dai jaak anta elemen (d) aga gating lobe dapat dinyatakan sebagai beikut [8] : d...3 sin Dimana,max sin, max dai main beam dai antena. adalah aah sudut maksimum PEMBAHASAN. Peancangan Antena Poses dalam meancang suatu antena yang petama dilakukan adalah menentukan kaakteistik antena sepeti: fekuensi keja, etun loss, VSWR, gain dan beamidth. Pada tabel 3. beikutinimenjelaskan spesifikasidalammeancangantena planaaaydenganketentuansebagaibeikut: Tabel 3. Spesifikasi Peancangan Antena Fekuensi Keja 9 GHz (8,9 9, GHz) Impedansi Teminal 5 Ω koaksialkonekto SMA VSWR Beamidth < Gain > db Bahan substat yang digunakan adalah jenis Taconic dan FR 4 dengan ketebalan substat,5 mm dan,6 mm. Ketebalan substat bepengauh tehadap gelombang pemukaan. Impedansi teminal yang digunakan 5 Ω kaena pada umumnya standa yang digunakan untuk sistem komunikasi adio adalah 5 Ω. Semakin tipis ketebalan substat maka efek gelombang pemukaan semakin kecil.dengan mengecilnya gelombang pemukaan dihaapkan dapat meningkatkan kineja dai antena sepeti : gain,beamidth, dan etun loss. Pada penelitian ini diancang dua jenis antena. Antena petama yaitu antena konvensional (patch biasa) kemudian antena kedua yaitu antena patch (SR) dengan teknik plana aay dimana nantinya dapat mempebaiki nilai gain dan beamidth. Antena dengan patch (SR) dengan metode MNG (mu negative) menggunakan teknik plana aay yang tidak menyeap gelombang pemukaan dan mempebaiki nilai gain, beamidth, dan etun loss.. Peancangan Antena Konvensional Patch Di baah ini meupakan desain dai antena konvensional sepeti pada gamba 3.3 beikut : W Y L Gamba 3.3 Antena Konvensional 7

8 3. Pehitungan Saluan Pencatu Antena Konvensional Patch dengan Untuk menghitung leba saluan pencatu >, menggunakan pesamaan (.5)dengan memasukan nilai ( ) =, dan Z = 5 Ω adalah : = h,6 B ln( B ) (ln( B ),39 ) Sehingga : = Dimana nilai B adalah : B=,5 7,98 ln 3,4 377 z = 377x3,4 = 7,98 x5,,,6 x7,98 ln 7,98,39 x,, =,34 mm h : Tebal substat (,5 mm) : Konstanta dielektik elatif (, V/m) 4. Pehitungan Leba, Panjang, dan Inset Feed Tahap selanjutnya adalah menghitung panjang (L), leba (), antena konvensional dengan spesifikasi f = 9,3 x 6 MHz, =,, h =,5 mm, dan c = 3 x 8 m/s. Untuk menghitung leba antena menggunakan pesamaan.9: c f 8 = 3x ( ) 6, x9,3x 3, x9,3 = 3,3 mm Sedangkan untuk menentukan panjang patch (L) dipelukan paamete L yang meupakan petambahan panjang dai L akibat adanya finging ect. Petambahan panjang dai L ( L) tesebut diumuskan pada pesamaan.. Sebelum menghitung L, menghitung nilai konstanta dielektik elatif yang diumuskan pada pesamaan. di baah ini : ( ) ( ) h,,,5 3,3 =,85 mm Sehingga L L =,4 h dapat dicai menggunakan pesamaan. : ( ( L =,4 x,5,3),64 h,58),8 h Sehingga dapat dihitung : 3,3 (,85,3),64,5 =,6 3,3 (,85,58),8,5 mm Sebelum mencai L, maka dihitung telebih dahulu L yaitu panjang patch efektif sepeti yang diumuskan pada pesamaan.3 sebagai beikut : L = f c 3 = x9,3,85 =, mm = 3x x9,3x 8 9,85 Sehingga L dapat dihitung menggunakan pesamaan. sepeti : L = L =, x,6 =,958 mm L 5. Desain Akhi Antena KonvensionalPatch Antena konvensional diancang dengan maksud untuk membandingkan nilai gain dan beamidthkedua antena. Di baah ini menjelaskan tampak depan dan belakang dai antena konvensional : Gamba 3.4 Antena Konvensional; (a) tampak depan, (b) tampak belakang. Ukuan patch antena konvensional sepeti pada gamba 3.4 disesuaikan dengan iteasi panjangpatch, leba patch, dan ujungfeed ( ). Pada pehitungan ukuan = 3,3 mm, panjang (L) =,958 mm, dan =,34 mm. Sedangkan ukuan insetfeed (Y )dibuat saat simulasi menggunakan CST Micoave Studioyaitu 3,5 mm. Selanjutnya dilakukan simulasi antena konvensional sepeti pada gamba 3.5 : 8

9 konvensional yang ditunjukkan pada gamba 3.8 di baah ini : Gamba 3.5 Gafik S Antena Konvensional Patch Dai gamba 3.5 hasil simulasi didapat fekuensi keja 9,3 GHz, dengan bandidth9,7 MHz. Pehitungan bandidth dapat dihitung dengan pesamaan. : f BW = = 9,5 8,98 = 9,7 MHz Pada gamba 3.6 menjelaskan hasil simulasi gafik VSWR dai antena konvensional sepeti di baah ini : f Gamba 3.6 Gafik VSWR Antena KonvensionalPatch Selanjutnya menjelaskan bentuk 3D hasil simulasi dai antena konvensionalpatch tunggal sepeti pada gamba 3.7 beikut : Gamba 3.8 Pola Radiasi Antena Konvensional Patch Pada gamba 3.8 menunjukkan pola adiasi yang dihasilkan dai antena konvensional patch tunggal, dan beamidth (Angula idth (3 db))yang dihasilkan adalah PENUTUP. Kesimpulan Dai hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan bebeapa hal beikut. a. Antena micostip beukuan kecil dan dapat digunakan untuk ada pebatasan NKRI.. Saan Saan yang dapat dibeikan guna pengembangan junal ini sebagai beikut a. Pebanyak efeensi, dan update bekala aga elevan dengan kondisi saat ini DAFTAR PUSTAKA [] Chen, D and C.-H Cheng,. A novel compact ulta-ideband (UWB) ide slot antenna ith via holes.ieee Poges In Electomagnetics Reseach, Vol. 94, ,9 [] Satia, Hey (5) BAHAN AJAR SALURAN GELOMBANG MIKRO BAB II & BAB III. : Tidak Ditebitkan [3] J.Liang, dkk 5, Study of a Pinted Cicula Disc Monolole Antena fo UWB systems, IEEE Tansaction on Antennas and Popagation, vol 3, no., Novembe 5, pp Gamba 3.7 Fafield 3D Antena KonvensionalPatch Pada gamba 3.6 dan 3.7 betuut-tuut adalah nilai VSWR pada antena konvensional yaitu,4 dan gain8,435 db. Beikutnya menjelaskan bentuk pola adiasi dan nilai beamidth yang dihasilkan oleh antena 9

(MAJALAH ILMIAH FAKULTAS TEKNIK - UNPAK) Hal.» Kata Pengantar i» Daftar Isi ii

(MAJALAH ILMIAH FAKULTAS TEKNIK - UNPAK) Hal.» Kata Pengantar i» Daftar Isi ii ISSN 1411-597 (MAJALAH ILMIAH FAKULTAS TEKNIK - UNPAK) Volume II, Edisi 4, Peiode Januai-Juni 14 Hal.» Kata Penganta i» Dafta Isi ii» Analisa Pengauh Pelebaan Jalan Raya Tehadap Tingkat Pelayanan Jalan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA PLANAR MENGGUNAKAN STRUKTUR SPIRAL RESONATOR (SR) SEBAGAI INKLUSI MAGNETIK TIRUAN UNTUK APLIKASI FREKUENSI 2,4 2,5 GHz.

PERANCANGAN ANTENA PLANAR MENGGUNAKAN STRUKTUR SPIRAL RESONATOR (SR) SEBAGAI INKLUSI MAGNETIK TIRUAN UNTUK APLIKASI FREKUENSI 2,4 2,5 GHz. PERANCANGAN ANTENA PLANAR MENGGUNAKAN STRUKTUR SPIRAL RESONATOR (SR) SEBAGAI INKLUSI MAGNETIK TIRUAN UNTUK APLIKASI FREKUENSI 2,4 2,5 GHz Oleh: Riza Zakaia Helmi, Pembimbing Petama : I. Moch Yunus, M.Eng.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 2 ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BAB ANTENA MIKROSTRIP ARRAY. ANTENA Antena meupakan suatu alat yang dapat meubah besaan listik dai saluan tansmisi menjadi suatu gelombang elektomagnetik (GEM) untuk diadiasikan ke udaa bebas [8]. Sebaliknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Antena Mikrostrip Segitiga Dengan Parasitic Untuk Aplikasi Wireless Fidelity

Antena Mikrostrip Segitiga Dengan Parasitic Untuk Aplikasi Wireless Fidelity Antena Mikostip Segitiga Dengan Paasitic Untuk Aplikasi Wieless Fidelity 1 Syah Alam, 2 Kukuh Ais Santoso. 1 Univesitas 17 Agustus 1945 Jakata, syah.alam@uta45jakata.ac.id 2 Univesitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

DESAIN DAN SIMULASI ANTENA MICROSTRIP SEMICIRCULAR HALF U-SLOT UNTUK APLIKASI MODEM GSM 1800 MHZ

DESAIN DAN SIMULASI ANTENA MICROSTRIP SEMICIRCULAR HALF U-SLOT UNTUK APLIKASI MODEM GSM 1800 MHZ Junal ELTEK, Vol 11 No 02, Oktobe 2013 ISSN 1693-4024 DESAIN DAN SIMULASI ANTENA MICROSTRIP SEMICIRCULAR HALF U-SLOT UNTUK APLIKASI MODEM GSM 1800 MHZ 42 Waluyo 1 dan Dyan Nastiti Novikasai 2 Abstak Pemasalahan

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND ( 2,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz )

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND ( 2,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGITIGA TRIPLE BAND (,3 GHz, 3,3 GHz DAN 5, GHz ) Ibahim Sinaa, Ali Hanafiah Rambe Depatemen Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Sumatea Utaa Jl. Almamate,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PADA FREKUENSI 850 MHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PADA FREKUENSI 850 MHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PADA FREKUENSI 850 MHz Yuli Chistyono *), Imam Santoso, and Rahmat Dwi Cahyo Juusan Teknik Elekto, Fakultas Teknik, Univesitas Diponegoo, Jalan Pof. Sudhato, Tembalang,

Lebih terperinci

Antena Mikrostrip Bentuk Segitiga Pencatuan Langsung Dengan Frekuensi Kerja 2,4 GHz (Frekuensi WIFI)

Antena Mikrostrip Bentuk Segitiga Pencatuan Langsung Dengan Frekuensi Kerja 2,4 GHz (Frekuensi WIFI) Ampliie Vol. 6 No. 2, Mei 2016 Antena Mikostip Bentuk Segitiga Pencatuan Langsung Dengan Fekuensi Keja 2,4 GHz (Fekuensi WIFI) Junas Haidi* 1 Pogam Studi Teknik Elekto Univesitas Bengkulu, E-mail: junas.haidi@unib.ac.id

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

Antena Mikrostrip Linear Array dengan Slot U untuk Internal Pesawat Televisi pada Band Frekuensi UHF

Antena Mikrostrip Linear Array dengan Slot U untuk Internal Pesawat Televisi pada Band Frekuensi UHF Junal Nasional Teknik Elekto, Vol. 7, No. 1, Maet 2018 p-issn: 2302-2949, e-issn: 2407-7267 Antena Mikostip Linea Aay dengan Slot U untuk Intenal Pesawat Televisi pada Band Fekuensi UHF Aditya Wadhani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 ANTENA MIKROSTRIP Konsep tentang antena mikostip petama sekali diusulkan oleh Deschamps pada tahun 1953, dan mendapatkan hak patennya pada tahun 1955 atas nama Gutton dan Baissinot.

Lebih terperinci

Perancangan Butler matrix 4x4 pada Frekuensi 1,27 GHz untuk Aplikasi Synthetic Aperture Radar (SAR)

Perancangan Butler matrix 4x4 pada Frekuensi 1,27 GHz untuk Aplikasi Synthetic Aperture Radar (SAR) Peancangan Butle matix 4x4 pada Fekuensi 1,27 GHz untuk Aplikasi Synthetic Apetue Rada (SAR) Nu Kamila 1, Bambang Setia Nugoho 2, Budi Syihabuddin 3 Fakultas Teknik Elekto,Univesitas Telkom Bandung Nukamila25@gmail.com

Lebih terperinci

Dina Angela #1,Yuyu Wahyu *2, Tony A Porayouw #3. Jln Dipatiukur no.80-84, Bandung, Jawa Barat 1

Dina Angela #1,Yuyu Wahyu *2, Tony A Porayouw #3. Jln Dipatiukur no.80-84, Bandung, Jawa Barat 1 Junal Telematika, vol.8 no., Institut Teknologi Haapan Bangsa, Bandung, Indonesia Desain dan Implementasi Antena Susunan Mikostip Patch Pesegi Panjang Empat Elemen pada, GHz Menggunakan Teknik Pencatuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S BAB II DAAR TEORI. PARAMETER Paamete digunakan untuk mempeole kaakteistik dai suatu jaingan dua pot yang beopeasi pada fekuensi tinggi. Paamete lain sepeti H, Y, dan tidak bisa meepesentasikan jaingan

Lebih terperinci

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BENTUK LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG MENGGUNAKAN SIMULASI UNTUK APLIKASI LTE FREKUENSI 2.3 GHZ

ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BENTUK LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG MENGGUNAKAN SIMULASI UNTUK APLIKASI LTE FREKUENSI 2.3 GHZ ANALISIS ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BENTUK LINGKARAN DAN PERSEGI PANJANG MENGGUNAKAN SIMULASI UNTUK APLIKASI LTE FREKUENSI 2.3 GHZ Rio Juli Henda*, Yusnita Rahayu**, Ey Safianti** *Alumni Teknik Elekto Univesitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN DENGAN PENERAPAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK TRAPESIUM

PENGEMBANGAN ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN DENGAN PENERAPAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK TRAPESIUM MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 1, NO., NOVEMBER 8: 8-85 PENGEMBANGAN ANTENA MIKROSTRIP SUSUN DUA ELEMEN DENGAN PENERAPAN DEFECTED GROUND STRUCTURE BERBENTUK TRAPESIUM Fiti Yuli Zulkifli, Eko Tjipto Rahadjo, Muhamad

Lebih terperinci

Antena Mikrostrip Circular Array Dual Frekuensi

Antena Mikrostrip Circular Array Dual Frekuensi 39 Antena Mikostip Cicula Aay Dual Fekuensi Dwi Fadila Kuniawan, Efan Achmad Dahlan dan Aiestya Yoga Patama Abstact Application of GPS and GSM in one cellula phone need a single antenna that have dual

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Abstrak - IINUSAT-1 ( Indonesia Inter University Satellite-1 ) merupakan proyek satelit pertama antar

Abstrak - IINUSAT-1 ( Indonesia Inter University Satellite-1 ) merupakan proyek satelit pertama antar Peancangan dan Pembuatan Antena Mikostip Pada Fekeunsi 145.9 MHz dan 436.5 MHz Tepolaisasi Sikula dan Bepolaadiasi Dieksional Untuk Potable Tansceive Satelit. Rizadi Sasmita Dawis, Eko Setijadi, Gamantyo

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA RECTANGULAR PATCH ARRAY SWITCHED BEAM PADA RANGE FREKUENSI KERJA MHz

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA RECTANGULAR PATCH ARRAY SWITCHED BEAM PADA RANGE FREKUENSI KERJA MHz PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ANTENA RECTANGULAR PATCH ARRAY SWITCHED BEAM PADA RANGE FREKUENSI KERJA 2400-2483.5 MHz Publikasi Junal Skipsi Disusun oleh: SOFYAN ARIE SANDI NIM. 0710630084-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI

PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Semina Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industi 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebuai 2017 PERANCANGAN BUTLER MATRIKS 4X4 UNTUK PENGARAHAN BERKAS ANTENA PADA STASIUN BUMI Chistian Mahadhika

Lebih terperinci

Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)Mahkota (Crown Antenna)

Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)Mahkota (Crown Antenna) 24 Peencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ulta Wide Band)Mahkota (Cown Antenna) Rudy Yuwono,ST.,MSc. Abstak -Kemajuan teknologi komunikasi menunjukkan pekembangan yang sangat pesat, khususnya komunikasi

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP O L E H LEMUEL ARTIOS L. TOBING 05 0402 053 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ABSTRAK Saluan

Lebih terperinci

Aplikasi Substrat Alumina Pada Antena Mikrostrip Patch Persegi Untuk Komunikasi Bergerak Pada Frekuensi (3,3-3,4 ) GHz.

Aplikasi Substrat Alumina Pada Antena Mikrostrip Patch Persegi Untuk Komunikasi Bergerak Pada Frekuensi (3,3-3,4 ) GHz. Aplikasi Substat Alumina Pada Antena Mikostip Patc Pesegi Untuk Komunikasi Begeak Pada Fekuensi (3,3-3,4 ) GHz. Si Hadiati*, Yuyu ayu *, Suci Ramadita ** *)Peneliti Pusat Penelitian Elektonika dan Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik

BAB II ANTENA MIKROSTRIP. dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis dalam sistem komunikasi tanpa kabel atau wireless. Perancangan antena yang baik akan

Lebih terperinci

Studi Pemrosesan dan Visualisasi Data Ground Penetrating Radar

Studi Pemrosesan dan Visualisasi Data Ground Penetrating Radar Studi Pemosesan dan Visualisasi Data Gound Penetating Rada Yudi Yulius M Pusat Penelitian Elektonika dan Telekomunikasi - LIPI yudi@ppet.lipi.go.id Yuyu Wahyu Pusat Penelitian Elektonika dan Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda F 1 F Mata Pelajaan : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Pogam : IPA Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda 1. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka soong ditunjukkan sepeti pada gamba beikut

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Global Positioning System (GPS) Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah sistem navigasi satelit yang digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat pada permukaan bumi.

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz.

TUGAS AKHIR TE Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz. TUGAS AKHIR TE 091399 Desain Antena Log Periodik Mikrostrip untuk Aplikasi Pengukuran EMC pada Frekuensi 2 GHz 3.5 GHz. Tara Aga Puspita NRP 2207100070 Dosen Pembimbing Eko Setijadi,ST.,MT.,Ph.D Ir.Aries

Lebih terperinci

Aplikasi Substrat Alumina Pada Antena Mikrostrip Patch Persegi Untuk Komunikasi Bergerak Pada Frekuensi (3,3-3,4 ) GHz.

Aplikasi Substrat Alumina Pada Antena Mikrostrip Patch Persegi Untuk Komunikasi Bergerak Pada Frekuensi (3,3-3,4 ) GHz. Te t Industial Electonics Semina (IES ) Electonics Engineeing Polytecnic Institute of Suabaya (EEPIS), Indonesia, Nopembe 3, Communication and Netwok System Aplikasi Substat Alumina Pada Antena Mikostip

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ)

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH STACKED DUAL-BAND PADA FREKUENSI WiMAX (3,3 GHZ DAN 5,8 GHZ) Franky, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD BAB II ANTENA MIKROSTRIP BIQUAD 2.1. STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 3 elemen yaitu: elemen peradiasi (radiator), elemen substrat (substrate),

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan

BAB II DASAR TEORI. Antena adalah sebuah komponen yang dirancang untuk bisa memancarkan BAB II DASAR TEORI 2.1 Antena Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan yang benar

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT

BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT BAB II ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGIEMPAT 2.1 STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan antenna yang tersusun atas 3 elemen : elemen peradiasi ( radiator ), elemen substrat ( substrate

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND

BAB 4 PENERAPAN DGS PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND BAB 4 PENERAPAN PADA ANTENA SUSUN MULTIBAND 4.1 ANTENA SINGLE ELEMENT MULTIBAND Perancangan antena single element multiband melalui beberapa tahap penelitian. Pertama dilakukan penelitian single element

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

: Widi Pramudito NPM :

: Widi Pramudito NPM : SIMULASI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH BERBENTUK SEGIEMPAT DAN LINGKARAN PADA FREKUENSI 1800 MHZ UNTUK APLIKASI LTE MENGGUNAKAN SOFTWARE ZELAND IE3D V12 Nama : Widi Pramudito NPM : 18410009 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

PEMILIHAN GEOMETRI ANTENA WIRE BOW-TIE MENGGUNAKAN SIMULASI FDTD3D PADA RENTANG FREKUENSI MHz. Ringkasan TUGAS AKHIR

PEMILIHAN GEOMETRI ANTENA WIRE BOW-TIE MENGGUNAKAN SIMULASI FDTD3D PADA RENTANG FREKUENSI MHz. Ringkasan TUGAS AKHIR PEMILIHAN GEOMETRI ANTENA WIRE BOW-TIE MENGGUNAKAN SIMULASI FDTD3D PADA RENTANG FREKUENSI 500-1200 MHz Ringkasan TUGAS AKHIR Oleh: Ryan Himawan 13201140 Kelompok Keilmuan Teknik Telekomunikasi PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT ARRAY 8 ELEMEN

ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT ARRAY 8 ELEMEN ABSTRACT ANTENA WIDEBAND MIKROSTRIP SLOT ARRAY 8 ELEMEN Iskanda Fiti 1 Mikostip slot antenna is one of techniques in design of micostip antenna that has a potential fo wide bandwidth. The bandwidth in

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz

RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz RANCANG BANGUN ANTENA MIKROSTRIP PATCH ARRAY SEGI EMPAT TRIPLE BAND PADA FREKUENSI 2,3, 3,3 GHz DAN 5,8 GHz Ramli Qadar, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ)

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP ARRAY PATCH SEGITIGA DUAL-BAND UNTUK APLIKASI WLAN (2,45 GHZ) DAN WiMAX (3,35 GHZ) Nevia Sihombing, Ali Hanafiah Rambe Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

BAB 2 SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB ALUAN TANM TEM TENAGA LTK.1 Pengetian Umum aluan Tansmisi Pusat pembangkit tenaga listik biasanya letaknya jauh dai tempat-tempat dimana tenaga listik itu digunakan. Kaena itu, tenaga listik yang dibangkitkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Penahuluan Secaa umum, antena meupakan tansfomato/stuktu tansmisi ai gelombang tebimbing menuju ke gelombang uang bebas atau sebaliknya[6]. Aa bebeapa jenis

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA POLARISASI LINGKARAN UNTUK APLIKASI GLOBAL POSITIONING SERVICE (GPS) PADA SATELIT MIKRO LAPAN- TUBSAT

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA POLARISASI LINGKARAN UNTUK APLIKASI GLOBAL POSITIONING SERVICE (GPS) PADA SATELIT MIKRO LAPAN- TUBSAT PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGITIGA POLARISASI LINGKARAN UNTUK APLIKASI GLOBAL POSITIONING SERVICE (GPS) PADA SATELIT MIKRO LAPAN- TUBSAT M.Dasono 1 ABSTRACT A micostip antenna design with ciculaly

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

Pendahuluan Elektromagnetika

Pendahuluan Elektromagnetika Revisi Febuai 2002 Modul 1 EE 2323 Elektomagnetika Telekomunikasi Pendahuluan Elektomagnetika Oleh : Nachwan Mufti Adiansyah, ST Oganisasi Modul 1 Pendahuluan Elektomagnetika A. Lata Belakang Sejaah page

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1. STRUKTUR DASAR ANTENA MIKROSTRIP Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 3 elemen yaitu: elemen peradiasi (radiator), elemen substrat (substrate), dan

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP MULTI-PATCH COPLANAR DIPOLE DUAL BAND UNTUK APLIKASI WIMAX Eva Smitha Sinaga, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

BAB II ANTENA MIKROSTRIP

BAB II ANTENA MIKROSTRIP BAB II ANTENA MIKROSTRIP 2.1 Pengertian Antena Antena merupakan elemen penting yang terdapat dalam sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless). Pemilihan antena yang tepat, perancangan yang baik dan pemasangan

Lebih terperinci