BAB 4 PENERAPAN SISTEM KANBAN DI LINI SA-1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENERAPAN SISTEM KANBAN DI LINI SA-1"

Transkripsi

1 40 BAB 4 PENERAPAN SISTEM KANBAN DI LINI SA Lini Perakitan Shock Absorber (SA Assy) Lini Perakitan ini menghasilkan produk shock absorber yang digunakan oleh kendaraan roda empat. Saat ini PT. Kayaba Indonesia memiliki 5 lini perakitan. Kelima lini perakitan tersebut secara mendasar adalah sama, hanya saja dimensi atau ukuran dari shock absorber yang dihasilkan berbeda-beda. Agar mempermudah pemahaman berikut ini ditampilkan gambar tentang shock absorber beserta komponen komponennya, dibawah ini OIL TYPE SHOCK ABSORBER Keterangan : Komponen In-House Komponen Out-House Gambar 4.1 Shock Absorber

2 Aliran Informasi Produksi PT. KAYABA INDONESIA Sistem Scheduling ( Work Order ) Sistem produksi PT Kayaba Indonesia menggunakan sistem jadwal. Bagian marketing menerima pesanan dari pelanggan. Pesanan tersebut kemudian dituangkan ke dalam sales forecast dan delivery yang kemudian didistribusikan ke PPC Department. ( Production Planning and Control ). Setelah mendapatkan sales forecast dan delivery, PPC mengadakan proses perhitungan dan menghasilkan beberapa dokumen, antara lain : - Six Month Production Planning adalah dokumen yang berisi rencana produksi per model, per bulan dan per lini perakitan mulai dari bulan berjalan sampai dengan enam bulan ke depan. - Master Production Planning adalah ringkasan dari Six Month Production Planning dengan pengelompokkan produksi per lini perakitan, hari kerja yang dibutuhkan masing-masing lini perakitan serta kapasitas yang dibutuhkan dari masing-masing lini tersebut. - Assembly Production Schedule adalah merupakan jadwal produksi setiap lini perakitan per model dari hari ke hari selama sebulan yang berjalan. - Production Plan Month

3 42 Dokumen ini merupakan kesimpulan dari Assembly Production Schedule di mana tercantum total produksi per hari per lini perakitan. Setelah semua proses data tersebut selesai selanjutnya PPC mengadakan production plan meeting ( PPM ) antara Marketing Dept., Production Dept., Warehouse Dept., Enginering Dept., serta departemen terkait lainnya untuk pembahasan daripada perencanaan produksi tersebut. Dalam hal ini akan dibahas bagaimana kebutuhan man power, kapasitas dari mesin, perencanaan pengiriman, serta kebutuhan hari kerja. Setelah semua data perencanaan tersebut disepakati dari masing-masing departemen, maka PPC kemudian melakukan proses break down data untuk membuat dokumen work order. Work order tersebut didistribusikan kepada : - Production Dept. Merupakan perintah untuk memproduksi komponen In-house yang dibutuhkan oleh lini perakitan sesuai dengan Asembly Production Schedule. - Warehouse Dept. Merupakan perintah untuk mengambil dari storage dan mengirimkan ke lini Perakitan sesuai dengan Production Schedule. Untuk lebih jelas dapat dilihat di skema di bawah ini:

4 43 Gambar 4.2 Skema Aliran Informasi PT. Kayaba Indonesia dengan sistem Scheduling Sistem Kanban Sistem produksi PT Kayaba Indonesia setelah menggunakan kanban system yaitu marketing menerima pesanan dari pelanggan, pesanan tersebut kemudian dituangkan ke dalam sales forecast dan delivery yang kemudian didistribusikan ke PPC Dept. (Production Planning and Control). Setelah mendapatkan sales forecast dan delivery, PPC mengadakan proses perhitungan dan menghasilkan beberapa dokumen, antara lain : - Six Month Production Planning

5 44 adalah dokumen yang berisi rencana produksi per model, per bulan dan per lini perakitan mulai dari bulan berjalan sampai dengan enam bulan ke depan. - Master Production Planning adalah ringkasan dari Six Month Production Planning dengan pengelompokkan produksi per lini perakitan, hari kerja yang dibutuhkan masing-masing lini perakitan serta kapasitas yang dibutuhkan dari masing-masing lini tersebut. - Assembly Production Schedule adalah merupakan jadwal produksi setiap lini perakitan per model dari hari ke hari selama sebulan yang berjalan. - Kanban calculation Adalah perhitungan untuk kebutuhan kanban cetak dari setiap masingmasing sub proses serta penentuan stock minimum maupun maksimum yang bisa disediakan dari setiap proses. Dari perhitungan kanban tersebut akan menghasilkan kebutuhan kanban yang beredar sebagai dasar untuk proses penambahan atau pengurangan kanban yang beredar dari bulan sebelumnya untuk bulan berikutnya. - Production Plan Meeting ( PPM ) Dalam hal ini terjadi pembahasan mengenai kebutuhan hari kerja, kapasitas mesin serta kebutuhan lokasi untuk penyediaan store dari setiap line sub proses. Didalam PPM ( Production Plan Meeting )

6 45 merupakan koordinasi antara Marketing Dept., Production Dept., Warehouse Dept, Enginering Dept dan KPS ( Kayaba Production System ), serta departemen terkait lainnya untuk membahas daripada kebutuhan perencanaan produksi dalam waktu bulan berjalan serta perencanaan daripada enam bulan kedepan. Setelah PPM selesai semua perhitungan dan hasil daripada PPM, maka PPC akan mendistribusikan kesetiap Departement yang terkait : - Marketing Dept. Merupakan informasi kesanggupan supply ke customer untuk setiap item dan setiap customer dalam waktu satu bulan. - Production Dept. Merupakan perintah untuk memproduksi komponen In-house yang dibutuhkan oleh lini perakitan sesuai dengan Asembly Production Schedule, stock taking daripada kanban yang beredar serta penambahan atau pengurangan stock dari setiap line proses produksi sesuai dengan perhitungan kanban dari PPC Dept. - Warehouse Dept. Merupakan perintah stock taking daripada kanban edar serta penambahan atau pengurangan stock finish good sesuai dengan perhitungan kanban dari PPC Dept ( dalam penambahan atau pengurangan stock finish good, Warehouse Dept hanya menambah atau mengurangi dari pada kanban edar yang ada pada perhitungan kanban ). Pengaturan daripada delivery serta

7 46 pengaturan jam pemberangkatan truck ( dalam hal ini diatur melalui kanban truck diagram ) yaitu pengaturan waktu daripada penerimaan kanban dari customer, persiapan serta pemberangkatan dan setting kanban ke Heijunka Post. - Enginering dan KPS Dept. Menginformasikan daripada kebutuhan tempat ( rak store ) dari masing-masing line serta jadwal breakdown machine. 4.3 Sistem Kanban di PT. KAYABA INDONESIA Dengan menggunakan kanban, hanya barang yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan dengan jumlah yang diperlukan saja yang akan tersedia. Sehingga dengan demikian akan dapat menurunkan lead time dan biaya (cost), menghilangkan unsur Muda (pemborosan), dan meningkatkan effisiensi produksi. Dalam penggunaan kanban, di setiap proses harus bekerja sesuai dengan instruksi kanban yang turun di masing-masing lini. Kanban sama dengan uang, sehingga ketika proses berikutnya (customer) membawa kanban, maka kanban tersebut merupakan alat tukar untuk mengambil barang serta sebagai alat perintah untuk membuat barang yang sesuai apa yang tertera di dalam kanban. Dengan urutan yang sesuai antrian yang ada pada shutter. Jika ada permasalahan dengan instruksi dari production planning and control pengerjaan boleh dirubah sesuai dengan kesiapan dari kanban berikutnya.

8 47 Kanban Shutter Withdraw kanban Intra Process Kanban Iinformation route Before Process My Process After Process Store Material route Gambar 4.3 Cara Penggunaan Kanban Barang yang telah terjual dari store, kanbannya akan di ambil dan di setting pada heijunka post secara berderet dengan sistem random dan sesuai dengan cycle pengiriman ke masing-masing konsumen sesuai dengan model yang tertera pada kanban. Lalu dari heijunka post kanban akan di bawa ke lini proses sebelumnya sebagai instruksi proses kerja untuk membuat barang sesuai dengan yang tertera dikanban baik dalam jumlah, jenis barang. Dalam proses pergi untuk menarik barang ke proses sebelumnya harus dengan membawa kanban ( kanban penarikan ) dan trolly untuk membawa barang yang akan ditarik. Kemudian kanban yang dibawa ditukar dengan kanban ( kanban intra proses ) yang ada di barang yang akan ditarik di store. Lalu barangnya dibawa ke tempat proses sendiri. Dan kemudian disimpan di tempat yang telah ditentukan. Kanban ( kanban instruksi produksi ) yang diambil dari barang di store proses sebelumnya, dimasukan ke kanban shutter proses sebelumnya atau pos tempat

9 48 penerimaan kanban. Kanban yang tertata pada shutter merupakan kanban sebagai instruksi proses produksi dan sesuai dengan urutan apa yang tertata pada shutter. Kanban yang telah dideretkan pada shutter jangan sekali-kali dirubah urutannya. Tetapi kalau di proses sebelumnya timbul permasalahan misalnya parts shortage, dan mengakibatkan barang yang tertera pada kanban tidak bisa dibuat sesuai dengan urutan maka harus dibuat setting urutan kanban berikutnya agar proses produksi tetap berjalan untuk menghindari waktu yang terbuang. Jika ada permasalahan yang menyebabkan kanban urutan tidak bisa dikerjakan sesuai dengan urutan maka perlu dibuat urutan pengerjaan secara prioritas.dalam hal ini kanban boy yang akan mengontrol perputaran sistem kanban dan akan melaporkan ke orang Production Planning Control jika ada ke abnormalan kanban selama berjalan dan selanjutnya orang Production Planning Control yang berhak memutuskan untuk merubah setting kanban serta memutuskan bahwa lini tersebut boleh berproduksi barang yang lain atau berhenti. Kanban Shutter Parts shortage Kanban dibuat terlebih dahulu Gambar 4.4 Kanban Shutter

10 49 Barang yang ada kanbannya seluruhnya harus 100% barang bagus. Dalam kanban itu ada jumlahnya. Apabila jumlahnya tidak cukup karena ada barang yang tidak baik, segera kumpulkan komponennya untuk dibuat, supaya mencukupi jumlahnya. Tetapi kalau jumlahnya tidak tercapai karena ada masalah, maka kanban harus diberi tanda bahwa itu belum selesai dengan menempelkan tanda jumlah masih kurang. Dengan menggunakan kanban harus membuat barang secara rutin. Dimana speed (kecepatan) untuk pembuatannya sudah ditentukan. Untuk itu harus membuat barang dengan mencocokan/menyamakan tarikan dari proses sebelumnya dan melakukan perbaikan pada pekerjaan, model change, waktu transportasi, dan semuanya itu harus berkelanjutan. Dengan menggunakan kanban di line produksi tidak akan ada kelebihan barang, karena yang ada hanyalah barang yang diperlukan saja. Juga di lini tidak akan berhenti kecuali ada masalah. Dengan menggunakan sistem kanban pula, maka kondisi kemajuan di proses tersebut akan bisa terlihat pada kondisi kanban yang berderet di kanban shutternya. Sehingga apabila ada masalah akan bisa tampak. Dan bisa segera diambil tindakan penanggulangannya. 4.4 Kanban Shutter Dalam pelaksanaan sistem kanban kita harus selalu berusaha menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak teratur. Kanban shutter adalah salah satu alat bantu

11 50 yang bertujuan untuk membuat keteraturan di dalam urutan produksi sesuai dengan kanban. Kanban shutter ini merupakan alat bantu agar lini produksi selalu memproses kanban yang datang terlebih dahulu, hal ini dinamakan first in first out. Dalam pelaksanaannya kehabisan komponen atau produk mungkin saja terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut, mekanisme prioritas dapat diterapkan. Apabila ada komponen yang habis maka kanban untuk komponen itu segera diberi tanda merah, sehingga jika ada kanban yang bertanda merah maka kanban tersebut langsung diproses tanpa harus menunggu di kanban shutter. 4.5 Store Hal mendasar dalam pelaksanaan sistem kanban adalah kesiapan produk atau komponen untuk diambil sewaktu-waktu dalam jumlah tertentu. Oleh karena itu perlu adanya penyediaan stok terkontrol di setiap akhir proses dan di beberapa lini pada awal proses. Penyediaan stok di awal tidak dilakukan di setiap lini. Penyediaan stok di awal proses tersebut hanya dilakukan pada lini yang berhubungan sekaligus dengan beberapa lini sebelumnya, sehingga apabila tidak disediakan stok maka akan terjadi banyak shortage komponen yang diakibatkan oleh pencarian komponen yang tepat. Selain hal tersebut diatas pertimbangan lain adalah jarak dengan proses sebelumnya yang berjauhan, sehingga waktu tunggu menjadi lebih lama.

12 Pos Heijunka ( Heijunka Post ) Pos Heijunka ini merupakan salah satu alat agar autonomasi dapat berjalan. Pos Heijunka adalah pengatur irama produksi dan irama pengiriman ke pelanggan, dengan kata lain pos heijunka berfungsi sebagai jembatan informasi antara proses produksi internal PT. Kayaba Indonesia dengan kebutuhan pengiriman untuk pelanggan. Di pos heijunka tim harus dapat menganalisa serta mengambil tindakan secara cepat dan tepat, keterlambatan ataupun ketidak-tersediaan barang. Di pos ini terdapat papan kontrol yang terdapat informasi tentang produk yang harus diambil dari proses painting (proses paling hilir) untuk segera dikirim sesuai dengan jadwal pengiriman yang diminta oleh pelanggan. Informasi tersebut merupakan informasi harian yang setiap saat dapat dirubah, oleh karena itu informasiinformasi tersebut ditulis dengan menggunakan tangan. Selain papan kontrol disini terdapat pula kotak-kotak penyimpanan kanban penarikan ( kanban waiting post ). Kanban Penarikan diletakkan secara berurutan sesuai dengan waktu penarikan yang tertera di papan kontrol. Hal itu mempermudah pengambilan kartu kanban. Untuk memperkecil kesalahan karena human error atau kelupaan, maka penggunaan interval waktu pengambilan produk standar dapat digunakan. Oleh karena waktu pengambilan yang standar maka dapat digunakan alarm pengingat yang di-set pada setiap interval waktu tersebut. Pada saat alarm menyala picking man yang stand by dengan segera mengambil kanban penarikan yang ada di kotak kanban sesuai dengan waktu alarm tersebut.

13 52 Kemudian picking man l tersebut bergerak ke after painting store membawa kanban tadi dengan kontainer kosong dan mengambil produk sesuai dengan yang tercantum di dalam kartu kanban. Setelah itu produk dibawa ke Warehouse untuk disiapkan dikirim ke pelanggan. 4.7 Penerapan sistem kanban di lini SA Penentuan waktu delivery ( Cycle Delivery Time / Kanban Cycle ) Dalam penentuan waktu delivery ini akan berpengaruh terhadap waktu proses persiapan barang untuk pengiriman. Penentuan waktu delivery adalah ditetapkan dari konsumen, pada dasarnya waktu delivery ini akan menterjemahkan kapan konsumen minta barang, kapan barang itu harus diterima dan kapan barang itu harus dikirim. Cycle Delivery Time akan digunakan untuk penentuan waktu persiapan barang yang akan dikirim, waktu setting kanban ke heijunka post yang kemudian yang akan berfungsi untuk instruksi pembuatan barang ke proses sebelumnya. Dalam hal ini penentuan-penentuan waktu itu dapat digambarkan melalui kanban truck diagram. Cycle Delivery Time merupakan interval dan bayaknya pengambilan dalam waktu tertentu, misalnya cycle 1 : 4 : 4 artinya dalam satu hari ada empat kali pengiriman dengan interval empat pengiriman. Interval empat pengiriman artinya pengiriman kanban pada pengangkutan pertama akan diterima komponen yang diminta pada pengiriman yang kelima. Ilustrasinya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

14 Gambar 4.5 Grafik Siklus Kanban Untuk penentuan persiapan pengiriman dan setting kanban pada heijunka dapat dilihat pada skema kanban truck diagram lampiran 4.1. Pada diagram ini termasuk juga di jelaskan urutan proses kerja serta jam-jam pekerjaan itu dilakukan untuk tiaptiap masing konsumen Perhitungan kanban edar Perhitungan kanban pada masing-masing lini yang akan mendukung terhadap lini SA-1 akan berbeda-beda dalam hal ini disebapkan waktu proses masing-masing lini berbeda juga. Perhitungan kanban pada lini SA-1 meliputi : Perhitungan kanban untuk PC Store ( Stock Werehouse Finish Goods ) Kanban pada proses ini akan digunakan untuk proses pengambilan barang ke proses pengecatan. Dalam proses ini kanban yang beredar akan termasuk dalam perhitungan menggunakan perhitungan kanban untuk penarikan antar proses yaitu ke proses preparation. kebutuhan jumlah kanban = y = Qx( ix2) + a qxh y = jumlah kanban edar

15 54 Q = jumlah kebutuhan per hari i = interval pengambilan a = safety faktor q = jumlah pemasukan barang H = waktu kerja Perhitungan kanban edar pada PC store finish goods ini dapat dilihat seperti tabel berikut : Tabel 4.1 Tabel Perhitungan Kanban Edar Store Finish Goods NO PART No MODEL Q (pc) q (pc) H (Hour) I (Hour) a (Hour) y = Q x ( I x2 ) +a / ( q x H ) 1 A DAIHATSU 367W-REAR A TOYOTA IMV-REAR A E TOYOTA IMV-REAR- EXPORT A TOYOTA IMV-FRONT (RH) A E TOYOTA IMV-FRONT (RH)-E A TOYOTA IMV-FRONT (LH) A E TOYOTA IMV-FRONT (LH)-E A DAIHATSU 367W-REAR Perhitungan kanban untuk proses pengecatan Kanban pada proses ini akan digunakan untuk proses pengambilan barang ke proses assy SA-1. Dalam proses ini kanban yang beredar akan termasuk dalam perhitungan menggunakan perhitungan kanban untuk memulai proses yaitu untuk proses pengecatan. Proses perputaran kanban pada proses ini yaitu jika barang sudah

16 55 diambil oleh proses sesudah, maka kanban akan berfungsi untuk penarikan barang ke SA-1 untuk mengambil barang yang akan di proses pengecatan. kebutuhan jumlah kanban = y = Qx( i + l + a) qxh y = jumlah kanban edar Q = jumlah kebutuhan per hari i = interval pengambilan l = lead time proses a = safety faktor q = jumlah pemasukan barang H = waktu kerja Perhitungan kanban edar pada proses pengecatan ini dapat dilihat seperti tabel berikut : Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Kanban Edar Proses Pengecatan N O KAYABA NO. MODEL Q ( pcs ) q ( pcs ) l ( Hour ) i ( Hour ) H ( Hour ) a y = (Q x( i + l+a))/(q x H) 1 A DAIHATSU 367W-REAR A TOYOTA IMV-REAR A E TOYOTA IMV-REAR A TOYOTA IMV-FRONT (RH) A E TOYOTA IMV-FRONT (RH) EXP A TOYOTA IMV-FRONT (LH) A E TOYOTA IMV-FRONT (LH) EXP A DAIHATSU 367W-REAR

17 56 9 A DAIHATSU D99B/D28G-R A DAIHATSU D99B/D28G-R Perhitungan kanban untuk SA Assy Kanban pada proses ini akan digunakan untuk proses pengambilan barang ke proses Welding, Cutting pipe, prespart, eye cutting, dan Piston Rod. Dalam proses ini kanban yang beredar akan termasuk dalam perhitungan menggunakan perhitungan kanban untuk penarikan antar proses yaitu ke proses preparation. kebutuhan jumlah kanban = y = Qx( ix2) + a qxh y = jumlah kanban edar Q = jumlah kebutuhan per hari i = interval pengambilan a = safety faktor q = jumlah pemasukan barang H = waktu kerja Perhitungan kanban edar pada proses pengecatan ini dapat dilihat seperti tabel berikut : Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Kanban Edar SA Assy NO KAYABA NO. MODEL Q ( pcs ) q (pcs) i(hour ) H (Hour) a y = Q x ( i x 2 ) +a / ( q x H ) 1 A DAIHATSU 367W-REAR A TOYOTA IMV-REAR A TOYOTA IMV-FRONT (RH)

18 57 4 A TOYOTA IMV-FRONT (LH) A DAIHATSU 367W-REAR A DAIHATSU D99B/D28G-R A DAIHATSU D99B/D28G-R Perhitungan kanban untuk proses pemotongan pipa ( Cutting pipe ) Kanban ini akan ditaruh sebagai alat untuk pembentukan lot, jika kanban yang ada pada barang di store lini tersebut barangnya sudah diambil dari proses sesudahnya dalam hal ini SA assy 1,maka kanban akan ditaruh kedalam lot making dan selanjutnya jika sudah memenuhi lot tertentu kanban dinaikan keshutter untuk menunggu antrian proses. Di dalam proses ini untuk pergantian model membutuhkan waktu 12 menit dan dengan waktu yang diakui untuk peggantian proses yaitu 10 %, waktu kerja pada lini ini yaitu selama 15 jam ( 900 menit ). Untuk rata-rata pengambilan dari proses sesudahnya ( SA assy 1 ) selama 0.5 jam. Jumlah kebutuhan setiap hari untuk semua model tersebut yaitu kebutuhan jumlah kanban = y = Q + l + a q y = jumlah kanban edar Q = jumlah standar q = jumlah pemasukan barang l = lot size a = safety faktor

19 58 dimana Q ( jumlah standar ) = ( lead time + waktu interval pengambilan ) x jumlah yang diperlukan setiap jam. Lead time = waktu produksi untuk menghasilkan barang jadi Frekuensi pergantian model yaitu : ( 900 menit x 10 %)/12 dan hasilnya yaitu 7.5 kali. Lot size rata-rata yaitu jumlah kebutuhan dari model yang ada selama sehari dibagi dengan waktu ganti model = 3100/7.5 dan hasilnya 413 dibulatkan ke 450. Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Kanban Edar Cutting Pipe NO PART NUMBER RAW MATERIAL MODEL Jumla h per hari ( a ) H ( b ) Lead time ( c ) interv al ( d ) Q =(c+ d) x ( a/b ) X 36.6 D16D/ 376W-R X 36.6 D16D/ 376W-R X 36.6 D99B/ D28G-R X 36.6 D99B/ D28G-R X 42.6 TOYOTA IMV-R A X A X 41.0 TOYOTA IMV-F- RH TOYOTA IMV-F- LH Jadi kebutuhan kanban edar untuk lini cutting pipe yaitu : NO PART NUMBER RAW MATERIAL MODEL Q q l a y = ( Q+l+a)/q X 36.6 D16D/ 376W-R X 36.6 D16D/ 376W-R X 36.6 D99B/ D28G-R X 36.6 D99B/ D28G-R

20 X 42.6 TOYOTA IMV-R A X 41.0 TOYOTA IMV-F-RH A X 41.0 TOYOTA IMV-F-LH Perhitungan kanban untuk presspart dan eye Perhitungan kanban untuk eye Kanban ini akan ditaruh sebagai alat untuk pembentukan lot, jika kanban yang ada pada barang di store lini tersebut barangnya sudah diambil dari proses sesudahnya dalam hal ini SA assy 1,maka kanban akan ditaruh kedalam lot making dan selanjutnya jika sudah memenuhi lot tertentu kanban dinaikan keshutter untuk menunggu antrian proses. Di dalam proses ini untuk pergantian model membutuhkan waktu 10 menit dan dengan waktu yang diakui untuk peggantian proses yaitu 10 %, waktu kerja pada lini ini yaitu selama 15 jam ( 900 menit ). Untuk rata-rata pengambilan dari proses sesudahnya ( SA assy 1 ) selama 0.5 jam. Jumlah kebutuhan setiap hari untuk semua model tersebut yaitu kebutuhan jumlah kanban = y = Q + l + a q y = jumlah kanban edar Q = jumlah standar q = jumlah pemasukan barang l = lot size a = safety faktor

21 60 dimana Q ( jumlah standar ) = ( lead time + waktu interval pengambilan ) x jumlah yang diperlukan setiap jam. Lead time = waktu produksi untuk menghasilkan barang jadi Frekuensi pergantian model yaitu : ( 900 menit x 10 %)/10 dan hasilnya yaitu 9 kali. Lot size rata-rata yaitu jumlah kebutuhan dari model yang ada selama sehari dibagi dengan waktu ganti model = 4450/9 dan hasilnya 494 dibulatkan ke 500. Tabel 4.5 Tabel Perhitungan Kanban Edar Eye NO PART NUMBER RAW MATERIAL Jumlah per hari ( a ) H ( b ) Lead time ( c ) interval ( d ) Q = ( c+ d ) x ( a/b ) X X X X Jadi kebutuhan kanban edar untuk lini eye yaitu : NO PART NUMBER RAW MATERIAL Q q l a y = ( Q+l+a)/q X X X X

22 Perhitungan kanban untuk prespart Kanban ini akan ditaruh sebagai alat untuk pembentukan lot, jika kanban yang ada pada barang di store lini tersebut barangnya sudah diambil dari proses sesudahnya dalam hal ini SA assy 1,maka kanban akan ditaruh kedalam lot making dan selanjutnya jika sudah memenuhi lot tertentu kanban dinaikan keshutter untuk menunggu antrian proses. Di dalam proses ini untuk pergantian model membutuhkan waktu 20 menit dan dengan waktu yang diakui untuk peggantian proses yaitu 10 %, waktu kerja pada lini ini yaitu selama 22.5 jam ( 1350 menit ). Untuk rata-rata pengambilan dari proses sesudahnya ( SA assy 1 ) selama 0.5 jam. Jumlah kebutuhan setiap hari untuk semua model tersebut yaitu kebutuhan jumlah kanban = y = Q + l + a q y = jumlah kanban edar Q = jumlah standar q = jumlah pemasukan barang l = lot size a = safety faktor dimana Q ( jumlah standar ) = ( lead time + waktu interval pengambilan ) x jumlah yang diperlukan setiap jam. Lead time = waktu produksi untuk menghasilkan barang jadi Frekuensi pergantian model yaitu : (1350 menit x 10 %)/20 dan hasilnya yaitu 6.75 kali dan dibulatkan menjadi 7 kali. Lot size rata-rata yaitu jumlah kebutuhan dari

23 62 model yang ada selama sehari dibagi dengan waktu ganti model = 18432/7 dan hasilnya 2633 dibulatkan ke Tabel 4.6 Tabel Perhitungan Kanban Edar Prespart NO PART NUMBER PART NAME Jumlah per hari (a) H ( b ) Lead time ( c ) interval ( d ) Q = ( c+ d ) x ( a/b ) LOWER CAP A A PACKING CASE PACKING CASE PACKING CASE PACKING CASE PACKING CASE SG LOWER CAP SG PACKING CASE Jadi kebutuhan kanban edar untuk lini prespart yaitu : NO PART NUMBER PART NAME Q q l a y = ( Q+l+a)/q LOWER CAP A A PACKING CASE PACKING CASE PACKING CASE PACKING CASE PACKING CASE

24 63 7 SG LOWER CAP SG PACKING CASE Perhitungan kanban untuk proses piston rod Kanban ini akan ditaruh sebagai alat untuk pembentukan lot, jika kanban yang ada pada barang di store lini tersebut barangnya sudah diambil dari proses sesudahnya dalam hal ini welding center, maka kanban akan ditaruh kedalam lot making dan selanjutnya jika sudah memenuhi lot tertentu kanban dinaikan keshutter untuk menunggu antrian proses. Di dalam proses ini untuk pergantian model membutuhkan waktu 10 menit dan dengan waktu yang diakui untuk peggantian proses yaitu 10 %, waktu kerja pada lini ini yaitu selama 22.5 jam ( 1350 menit ). Untuk rata-rata pengambilan dari proses sesudahnya ( welding center ) selama 0.5 jam. Jumlah kebutuhan setiap hari untuk semua model tersebut yaitu kebutuhan jumlah kanban = y = Q + l + a q y = jumlah kanban edar Q = jumlah standar q = jumlah pemasukan barang l = lot size a = safety faktor dimana Q ( jumlah standar ) = ( lead time + waktu interval pengambilan ) x jumlah yang diperlukan setiap jam.

25 64 Lead time = waktu produksi untuk menghasilkan barang jadi Frekuensi pergantian model yaitu : (1350 menit x 10 %)/10 dan hasilnya yaitu 13.5 kali dan dibulatkan menjadi 14 kali. Lot size rata-rata yaitu jumlah kebutuhan dari model yang ada selama sehari dibagi dengan waktu ganti model = 2955/14 dan hasilnya 211 dibulatkan ke 200. Tabel 4.7 Tabel Perhitungan Kanban Edar Piston Rod N O PART NUMBER PART NAME RAW MATERIAL Jumlah per hari ( a ) H (b) Lead time ( c ) interval ( d ) Q = ( c+ d ) x ( a/b ) 1 A A A A A PISTON ROD PISTON ROD PISTON ROD PISTON ROD PISTON ROD A S A S A S A S A S Jadi kebutuhan kanban edar untuk lini piston rod yaitu : NO PART NUMBER PART NAME RAW MATERIAL Q q l a y = ( Q+l+a)/q 1 A A A PISTON ROD PISTON ROD PISTON ROD A S A S A S

26 65 4 A PISTON ROD A S A PISTON ROD A S Perhitungan kanban untuk proses Welding center Kanban ini akan ditaruh sebagai alat untuk pembentukan lot, jika kanban yang ada pada barang di store lini tersebut barangnya sudah diambil dari proses sesudahnya dalam hal ini SA assy 1, maka kanban akan ditaruh kedalam lot making dan selanjutnya jika sudah memenuhi lot tertentu kanban dinaikan keshutter untuk menunggu antrian proses. Di dalam proses ini untuk pergantian model membutuhkan waktu 10 menit dan dengan waktu yang diakui untuk peggantian proses yaitu 10 %, waktu kerja pada lini ini yaitu selama 15 jam ( 900 menit ). Untuk rata-rata pengambilan dari proses sesudahnya ( SA assy 1 ) selama 0.5 jam. Jumlah kebutuhan setiap hari untuk semua model tersebut yaitu kebutuhan jumlah kanban = y = Q + l + a q y = jumlah kanban edar Q = jumlah standar q = jumlah pemasukan barang l = lot size a = safety faktor dimana Q ( jumlah standar ) = ( lead time + waktu interval pengambilan ) x jumlah yang diperlukan setiap jam.

27 66 Lead time = waktu produksi untuk menghasilkan barang jadi Frekuensi pergantian model yaitu : (900 menit x 10 %)/10 dan hasilnya yaitu 9 kali. Lot size rata-rata yaitu jumlah kebutuhan dari model yang ada selama sehari dibagi dengan waktu ganti model = 3855/9 dan hasilnya 428 dibulatkan ke 450. Tabel 4.8 Tabel Perhitungan Kanban Edar Welding Center NO PART NUMBER MARKING COSTUMER Jumlah per hari ( a ) H ( b ) Lead time ( c ) interval ( d ) Q = ( c+ d ) x ( a/b ) GP TOYOTA - GP KA 2604 B KA SERIES KA 2609 KA SERIES A / /20-0K080 TOYOTA A K210 TOYOTA MB MITSUBISHI A /06 BZ290/220 DAIHATSU A /88 BZ150/160 DAIHATSU A /72 61J00 SUZUKI Jadi kebutuhan kanban edar untuk lini welding center yaitu : NO PART NUMBER MARKING COSTUMER Q q l a y = ( Q+l+a)/q GP TOYOTA - GP KA 2604 B KA SERIES KA 2609 KA SERIES A / /20-0K080 TOYOTA

28 67 5 A K210 TOYOTA MB MITSUBISHI A / BZ290/220 DAIHATSU A / BZ150/160 DAIHATSU 9 A /72 61J00 SUZUKI Perhitungan kanban untuk supply material ( pembelian part ) Kanban dibuat pada saat waktu pemasukan barang sudah ditentukan dan ditunjukkan pada kanban. Pemasukan barang dilakukan dengan perputaran kanban. Di dalam ini sudah tertuliskan daripada cycle kanban itu sendiri, misal yang berarti dalam satu hari terjadi penarikan sebanyak empat kali dengan interval dua. kebutuhan jumlah kanban = { A/ B( C + 1) + i} xq y = q A = 1 B = banyaknya penarikan C = interval penarikan i = koefisien pengaman Q = jumlah yang diperlukan tiap hari q = jumlah pemasukan barang Sebagai contoh dari perhitungan kanban untuk penarikan supply material ( pembelian part ) dapat dilihat seperti tabel berikut :

29 68 Tabel 4.9 Tabel Perhitungan Kanban Edar Pembelian part No Part Number Part Name Q ( Qty / Day ) Supplier Code Cycle ( A- B-C ) A B C q i ( days ) y = ((A /B(C+1)+i)xQ)/q MAIN VALVE SPRING 1295 M COVER CAP 4770 C NON RETURN SPRING 7709 A CHECK SEAL 4595 N PACKING SPRING 5068 M MAIN VALVE SPRING 943 M EYE 1063 C SPACER 2210 S REBOUND CUSHION 943 S T0002- RUBBER BUSHING 950 F A END BOLT 1388 G RUBBER 12 A BUSHING 1898 I A OIL SEAL 155 N A S PISTON ROD S 1379 G A S PISTON ROD S 985 G A END BOLT 950 G A SENSOR BRACKET 950 C A L RUBBER BUSHING 1690 I A S PISTON ROD S 1035 G Penerapan kaizen Penerapan kaizen di lini SA-1 dan pendukung lini tersebut merupakan salah satu yang akan mendukung jalannya sistem produksi yang akan dijalankan di lini SA-1. Kaizen yang pertama akan diterapkan di lini pendukung paling depan yaitu di lini pengiriman barang ( werehouse finish goods ), di bagian ini seemua aktivitas pengiriman barang ke konsumen, persiapan barang, parkir kendaraan, status

30 69 kendaraan saat parkir, jam keberangkatan hingga setting kanban di heijunka post dan waktu penarikan ke lini produksi. Pada lini selanjutnya yaitu proses pengecatan, dilini ini untuk pengaturan urutan pengcatan biar tidak saling mendahilui prosesnya dibuatlah semacam garis pembatas untuk antrian pallet atau wagon. Serta untuk pengaturan loading unloding pada proses ini dibuat sistem antrian kanban melalui shutter dengan sistem penarikan kanban lot making size, dimana kanban diatur untuk memulai proses penarikan kelini assy dan selanjutnya untuk memulai painting jika kanban sudah dalam kategori lot. Dan untuk meningkatkan kualitas pada lini proses pengecatan di pasang inspektor yang tugasnya untuk melakukan pengecekan barang yang turun dari proses pengecatan secara 100%. Setelah proses pengecatan yaitu proses assy, disini proses perbaikan dilakukan untuk untuk mendapatkan konsisi yang terbaik dilihat dari kualitas produk maupun effisiensi lini. Untuk masalah kualitas produk dilini ini dilakukan perbaikan perbaikan penurupan ruangan ( close room ), dimana close room dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kontaminasi yaitu masuknya kotoran ( kontaminan ) kedalam shock absorber yang memungkinkan akan menyebapkan terjadinya kebocoran. Selain itu untuk mencegah terkirimnya produk yang jelek ke proses berikutnya dilini ini dilakukan sistem jidoka ( automatisasi action ) yatu dengan adanya pokayoke serta digantinya mesin-mesin yang manual dengan mesia automatic misalnya disini mesin tightening yang dulu manual sekarang diganti dengan auto tightening. Dimana mesin ini bekerja dan akan berhenti jika secara otomatis jika ada kelainan proses. Dan untuk memperoleh effisiensi yang baik pula

31 70 maka dilini ini dilakukan perubahan lay out sehingga mendapatkan line balancing, dimana proses yang mempunyai proses berurutan saling didekatkan serta yang mempunyai waktu peggabungan lebih pendek dari cycle time yang terbesar pada lini tersebut, misalnya mesin lower seam welding ini didekatkan dengan cleaning outhersell dan dikerjakan hanya satu orang. Selanjutnya untuk proses welding center perbaikan yang dilakukan yaitu pengaturan mesin yang berdasarkan karakter welding partnya misalkan digolongkan berdasarka penggunaan part yaitu menggunakan eye atau end bolt dan selanjutnya digolongkan berdasarkan karakter eye atau end bolt itu sendiri yaitu berdasarkan ukurannya. Sedangkan untuk model kanban dalam hal ini hanya melayani tujuh model yang ada di SA assy 1 dan empat model yang ada di lini SA assy 4 serta model welding bracket yang untuk mensuplai di lini assy stay damper. 4.8 Analisa Pencapaian Produksi Lini SA-1 dengan Sistem Kanban Dengan adanya perubahan sistem produksi, dalam hal ini perubahan dari sistem scheduling menjadi sistem kanban maka dalam penerapannya memerlukan sosialisasi. Selama pelaksanaan sosialisasi perubahan sistem ini mengakibatkan penurunan ontime produksi. Penurunan ontime ini karena lini SA-1 dikondisikan untuk melakukan produksi sesuai kanban yang dipasang di pos heijunka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. Dari tabel terlihat achievement rate tidak mengalami perubahan yang berarti karena masih terdapat pencapaian semu, tetapi dalam kurun waktu sampai dengan Agustus 2007 telah mengalami kemajuan. Kemajuan ini dapat dilihat pada tabel achievement rate, indek produktivitas dan pencapaian on time

32 71 production ( pencapaian produksi yang tepat waktu ) yang lebih baik. Kemajuan perbaikan lini SA-1 dapat terlihat juga pada tabel Analisa Waktu kerja, tujuan dari pembuatan tabel ini adalah untuk memantau sejauh mana waktu kerja sesungguhnya dapat ditingkatkan dengan mengurangi pengaruh-pengaruh yang tidak diperlukan atau paling tidak meminimalkannya. Fungsi lainnya dari analisa ini adalah bisa dibuat untuk standar kerja di lini SA-1, dengan harapan waktu kerja sesungguhnya dapat semakin meningkat. Tentu saja kehilangan waktu kerja untuk pengarahan pada awal kerja, pergantian model, problem part, problem kualitas tidak bisa dihiraukan begitu saja, akan tetapi hal tersebut dapat diminimalkan dengan tujuan meningkatkan efisiensi kerja yang pada akhirnya dapat mencapai produktivitas yang diinginkan. Tabel 4.10 Pencapaian Produksi Tepat Waktu Lini SA-1 tahun 2006 MONTH SA 1 JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL Plan 61,600 53,000 47,500 42,900 35,000 43,500 47,200 57,200 72,600 50,700 64,600 44, ,950 Actual 53,067 40,728 35,113 27,321 26,992 28,765 29,457 32,072 37,139 25,872 45,649 24, ,618 % Pencapaian Tabel di atas adalah data plan produksi, ontime produksi ( pencapaian produksi yang tepat waktu ), serta persentase sebelum sistem kanban di implementasikan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata dari pencapaian produksi yang tepat waktu

33 72 selama kurun waktu satu tahun yaitu %. Sedangkan pencapaian produksi dapat dilihat pada tabel 4.11 yaitu tabel achievement rate ( pencapaian produksi ) selama tahun 2006 ( sebelum implementasi kanban sistem ) yaitu 97 %. Tabel 4.11 Tabel Achievement Rate Produksi Lini SA-1 tahun 2006 SA 1 MONTH JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC TOTAL Plan 61,721 53,992 47,717 42,900 35,686 44,410 48,036 59,256 76,432 57,401 67,993 45, ,084 Actual 60,970 53,568 46,983 42,948 34,497 44,564 46,319 55,376 72,600 52,808 66,865 44, ,105 % Pencapaian Tabel di atas adalah data plan produksi, actual produksi, serta persentase sebelum sistem kanban di implementasikan. Tabel 4.12 Pencapaian Produksi Tepat Waktu SA-1 tahun 2007 SA 1 MONTH JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG TOTAL Plan 58,965 46,330 72,133 67,005 66,210 69,550 75,485 68, ,018 Actual 41,474 27,318 53,275 48,583 57,320 59,052 64,492 59, ,026 % Persentasi pencapaian 70% 59% 74% 73% 87% 85% 85% 87% 78% Tabel di atas adalah data plan produksi, ontime produksi ( pencapaian produksi yang tepat waktu ), serta persentase setelah sistem kanban di implementasikan. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian produksi yang tepat waktu dari bulan ke bulan membaik dengan rata-rata pencapaian produksi yang tepat waktu selama kurun

34 73 waktu delapan bulan yaitu 78 %. Sedangkan pencapaian produksi dapat dilihat pada tabel 4.13 yaitu tabel achievement rate ( pencapaian produksi ) selama delapan bulan di tahun 2007 ( setelah implementasi kanban sistem ) yaitu 99 %. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa dengan adanya implementasi sistem kanban pencapaian produksi yang tepat waktu naik sebesar %, sedangkan pencapaian produksi naik sebesar 2 %. Hal ini menunjukkan adanya sistem kanban membawa dampak terhadap perubahan yang menuju arah yang lebih baik. Tabel 4.13 Tabel Achievement Rate Produksi Lini SA-1 tahun 2007 SA 1 MONTH JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG TOTAL Plan 62,160 53,482 76,810 70,367 70,333 70,563 75,923 72, ,162 Actual 62,110 48,341 74,235 70,214 70,245 70,363 75,923 72, ,955 % Persentasi pencapaian 100% 90% 97% 100% 100% 100% 100% 100% 99% Tabel di atas adalah data plan produksi, actual produksi, serta persentase setelah sistem kanban di implementasikan. Menghitung Indeks Kontrol Produktivitas Hasil Pr oduksi Indeks Pr oduktivitas = Total Operator x Jam Kerja Tabel 4.14 Index Produktivitas Lini SA 1 tahun 2006 SA 1 Month JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUST SEPT OCT NOV DES Qty Prod Good M.H standard M.H over time

35 74 M.H Total UPMH actual UPMH target Man Power Actual Man Power Plan Grafix Index Produktivitas Lini SA JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUST SEPT OCT NOV DES Month Gambar 4.6 Grafik Indek Produktivitas SA Tabel 4.15 Index Produktivitas Lini SA 1 tahun 2007 SA 1 Month JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUST Qty Prod Good M.H standard M.H over time M.H Total UPMH actual UPMH target Man Power Actual Man Power Plan Graf ix Index Produkt ivit as Lini SA JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUST Month Gambar 4.7 Grafik Indek Produktivitas SA1 2007

36 75 Dengan melihat hasil dari tabel index produktivitas antara sebelum implementasi kanban dan sesudah implementasi kanban dapat dilihat bahwa sebelum implementasi kanban index produktivitas yang dicapai kurang stabil, sedangkan setelah implementasi sistem kanban dapat dilihat lebih stabil bahkan ada kecenderungan meningkat. Dalam hal ini menunjukkan dengan adanya kestabilan proses akan membawa hasil yang akan lebih baik. Dengan adanya proses yang stabil dalam penentuan stock akan dapat diperhitungkan lebih pasti sehingga stock dapt diturunkan. Dengan adanya implementasi sistem kanban ini stock finish good dapat di turunkan sebesar 50 % yaitu yang semula stok dua hari pada saat sistem scheduling sedangkan dengan implementasi sistem kanban hanya dengan stock finish good satu hari. Grafix Effisiensi Lini SA % 80% 60% 40% 65% 67% 53% 67% 70% 65% 64% 61% 63% 65% 77% 57% 20% 0% JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUST SEPT OCT NOV DES M onth Gambar 4.8 Grafix Effisiensi Lini SA 1 tahun 2006

37 76 Grafix Effisiensi Lini SA % 80% 60% 74% 76% 67% 66% 66% 75% 77% 75% 40% 20% 0% JAN FEB MAR APR MAY JUNE JULY AUGUST Month Gambar 4.9 Grafix Effisiensi Lini SA 1 tahun 2007 Jika dilihat dari grafik effisiensi pada tahun 2006 yaitu saat sebelum penerapan sistem kanban effisiensi yang dicapai kurang stabil yaitu dengan rata-rata pencapaian dalam waktu setahun yaitu 65 %, sedangkan setelah penerapan sistem kanban dapat dilihat pencapaian effisiensi cenderung lebih stabil dan dengan pencapaian rata-rata dari bulan januari 2007 sampai agustus 2007 yaitu 72 %. Dalam hal ini berarti setelah dengan penerapan system kanban pada lini SA 1 pencapaian effisiensi naik sebesar 7 % dari sebelum penerapan sistem kanban.

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara ANALISIS PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI SA ASSY 1 DI PT. KAYABA INDONESIA ABSTRAK

Universitas Bina Nusantara ANALISIS PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI SA ASSY 1 DI PT. KAYABA INDONESIA ABSTRAK Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1-Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI SA ASSY 1 DI PT. KAYABA INDONESIA Wawan Triyanto

Lebih terperinci

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan I.1 Latar Blkg Masalah a. Sistem JIT dan Kanban b. Identifikasi Masalah I.2 Pembatasan Masalah a. Lokasi Kegiatan : PT. DENSO Indonesia b. Objek Penelitian : Komponen Neck Filler c. Cakupan Pembahasan

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY 36409166 TEKNIK INDUSTRI PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Bagaimanakah perencanaan kebutuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prinsip Dasar daripada Produksi Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan dihadapkan pada konsumen yang akan menuntut untuk diberikan satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA 4.1 Proses Press Proses Press adalah proses pencetakan lempengan baja dengan memanfaatkan gaya tekan untuk merubah lempengan tersebut menjadi bentukan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA THE EFFECT OF LINE STOP ON THE LINE PRODUCTION USING KANBAN METHOD IN PT

Lebih terperinci

Pendahuluan Bab 1 BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan Bab 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri otomotif saat ini sangat pesat, di mana mobil dan motor sudah menjadi sebuah kebutuhan masyarakat untuk sarana transportasi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT. IRC INOAC INDONESIA adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufactur komponen karet untuk otomotif dan juga industrial parts. Untuk tahun 2009

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO Siti Rohana Nasution Leili Septianingrum Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Srengseng

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Hartono, et al. / Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana / Jurnal Titra, Vol. 3 No. 2, Juni 2015, Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Evan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data aktual konsumsi bahan bakar minyak solar oleh alat-alat berat dan produksi yang dipergunakan PT. Pamapersada Nusantara adalah data konsumsi bahan bakar

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Permintaan (Forecast Demand) Peramalan permintaan atau forecast demand (FD) adalah peramalan kuantitas permintaan sesuatu (barang atau jasa) dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Define Identifikasi masalah pada Bakmi GM, yakni adanya ketidakstabilan perfect order untuk delivery service pada enam bulan terakhir, yang bervariasi antara 54% sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA 1. Sudah berapa lama APP berdiri? APP sudah berdiri selama 16 tahun, didirikan pada tanggal 25 April 1997 yang dibuat di hadapan notaris Rachmat Santoso, S.H agar dapat memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari maupun di bidang industri manufaktur, persediaan tidak dapat dihindari. Tanpa adanya persediaan, perusahaan manufaktur harus siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PEMBAHASAN

BAB V ANALISA HASIL PEMBAHASAN BAB V ANALISA HASIL PEMBAHASAN 5.1 Analisa Efektifitas Hasil Penerapan Line Balancing Menggunakan Methode Hegelson-Birnie Analisa efektifitas hasil dari penerapan line balancing dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

Soal Latihan Ujian MPO (MRP, Scheduling, Layout, Aggregate Planning and AHP)

Soal Latihan Ujian MPO (MRP, Scheduling, Layout, Aggregate Planning and AHP) Soal Latihan Ujian MPO (MRP, Scheduling, Layout, Aggregate Planning and AHP) Mata Kuliah Dosen Nama Mahasiswa NRP : Manajemen Produksi dan Operasi (MPO) : Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng : M. Maulana Hamzah

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN METODE KANBAN COMPARISON OF THE ECONOMIC ORDER QUANTITY METHOD AND THE KANBAN METHOD ON RAW

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun kebutuhan konsumen terhadap alat transportasi pribadi semakin meningkat, produk kendaraan roda empat (mobil) menjadi salah satu produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perusahaan industri yang berorientasi pada barang dagang adalah salah satu perusahaan yang berkembang di Indonesia. Setiap perusahaan tentunya akan berusaha

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia 46 BAB IV PEMBAHASAN MASALAH 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia PT Indomo mulia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi peralatan rumah tangga salah satu produk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Setelah melakukan pengumpulan data dengan cara observasi langsung dilantai produksi, wawancara dengan beberapa staff karyawan terkait, seperti bagian

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Ada dua jenis tipe persediaan atau inventory, yang pertama adalah manufacturing inventory, yaitu penyediaan dari bahan baku atau komponen yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dari Pengumpulan Data Untuk mempermudahkan identifikasi masalah langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data ini penulis

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT. Kalbe Farma merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi. Perusahaan ini mengklasifikasikan produk obatnya ke dalam 2 divisi, yaitu divisi obat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kualitas Kualitas atau mutu adalah kata kunci suatu perusahaan yang harus dijaga oleh untuk dapat memberikan kepuasan pelayanan kepada customer.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang ketat antar industri manufaktur di bidang elektronik dan permintaan konsumen yang terus menigkat setiap tahunnya, membuat para pelaku industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

STATISTIKA. Tabel dan Grafik STATISTIKA Organisasi Data Koleksi data statistik perlu disusun (diorganisir) sedemikian hingga dapat dibaca dengan jelas. Salah satu pengorganisasian data statistik adalah dengan: tabel grafik Organisasi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan (Sumber: Company Profil PT.IGP) Gambar 4.1 Layout IGP Group IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan frame

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006.

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006. BAB 4 Analisis Data 4.1. Pengumpulan data 4.1.1. Data produksi bulanan Adapun jumlah produksi selama periode tahun 2006 adalah sebagai berikut : 5000000 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. PT. INKOASKU adalah perusahaan manufaktur yang berfokus dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. PT. INKOASKU adalah perusahaan manufaktur yang berfokus dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan PT. INKOASKU adalah perusahaan manufaktur yang berfokus dalam pembuatan pelek steel yang melayani berbagai pelanggan di pasar OEM domestik maupun

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penerapan Sistem JIT Purchasing pada PT Sanken Indonesia 1. Pembelian bahan Baku PT SKI melakukan pembelian bahan baku berdasarkan kuantitas yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer Analisis Plant Layout Delivery Center Dan Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk CBU Export Business Process Guna Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan Dan Pengiriman CBU Export Erma Retno Ayu Mahasiswi Teknik Industri,

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Meri Prasetyawati 1*, Agustin Damayanti 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan A.1 Gambaran Umum PT Kansai Paint Indonesia PT. Kansai Paint Indonesia adalan sebuan perusahaan yang bergerak di bidang chemical industry yaitu manufacturing

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Jenis Produk yang dihasilkan Jenis-jenis produk yang dihasilkan yang dibuat dalam Perakitan roda motor baik untuk roda depan (Front) dan roda

Lebih terperinci

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Analisis Persediaan Bahan Baku PT. BS dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Jessica Juventia, Lusia P.S Hartanti Program Studi Teknik Industri Universitas Pelita Harapan Surabaya, Indonesia Jessicajuventia28@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Kebijakan Mutu PT. Kayaba Indonesia adalah mewujudkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Kebijakan Mutu PT. Kayaba Indonesia adalah mewujudkan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu Kebijakan Mutu PT. Kayaba Indonesia adalah mewujudkan produk yang dihasilkan dengan kualitas yang lebih baik dan dengan terus bertambah ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era yang perkembanganya sangat cepat ini dimana semua dituntut untuk menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan effisien dengan tidak mengurangi standard kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menghadapi pasar bebas masyarakat ekonomi Asean pada 2015, pabrikan komponen otomotif dituntut meningkatkan inovasi sehingga produk bisa menjadi lebih kompetitif,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. ASJ merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang industri sandal, berlokasi di kota Bandung, Jawa Barat. CV. ASJ memproduksi sandal pria dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi: Kanban 看板 Sistem Produksi Lanjut TI UG 1 Definisi Kanban Secara bahasa: Jepang: kartu penanda Secara istilah sistem produksi: Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hasil dan Bahasan 4.1.1 Penentuan Suku Cadang Prioritas Untuk menentukan suku cadang prioritas pada penulisan tugas akhir ini diperlukan data aktual permintaan filter fleetguard

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE CIRCLE DIBENTUK PERIODE JUMLAH THEMA UMUR RATA-RATA JUMLAH PERTEMUAN JAM PERTEMUAN KEHADIRAN RATA-RATA

PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE CIRCLE DIBENTUK PERIODE JUMLAH THEMA UMUR RATA-RATA JUMLAH PERTEMUAN JAM PERTEMUAN KEHADIRAN RATA-RATA /2 PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE PERUSAHAAN DEPARTEMEN SEKSI FASILITATOR KETUA CIRCLE SEKRETARIS JUMLAH ANGGOTA : PT. Takagi Sari Multi Utama : Quality Control : Quality Control : Iwan Muhdi : Sokhib

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

Vincent Gaspersz, 1997, Manajemen Kualitas, Gramedia, Jakarta. Wahyu Ariani D, 2004, Manajemen Kualitas, Andi, Yogyakarta.

Vincent Gaspersz, 1997, Manajemen Kualitas, Gramedia, Jakarta. Wahyu Ariani D, 2004, Manajemen Kualitas, Andi, Yogyakarta. 75 Daftar Pustaka : A.V. Feigenbaum, 1996, Gugus Kendali Mutu, Erlangga, Jakarta Andhita, F. Indra. 24. Perancangan Prototipe tomasi Sistem Pengendalian Kualitas Proses Pengisian Minuman Ringan. ITB, Bandung.

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perindustrian, kata kelebihan pada proses produksi atau over stock pada warehouse adalah suatu yang merugikan bagi perusahaan. Over stock karena

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Toyota merupakan industri otomotif terbesar di dunia saat ini, raksasa industri otomotif yang berasal dari jepang ini juga menjadi pemimpin industri otomotif

Lebih terperinci