BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan (Sumber: Company Profil PT.IGP) Gambar 4.1 Layout IGP Group IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan frame chassis dan press part sebagai bisnis utamanya. Menjawab tantangan pasar PT. GKD melengkapi sarana produksinya dengan mesin 2000 ton dan 4000 ton. Gambar 4.2 Frame Chassis PT. Gemala Kempa Daya (PT. GKD) adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. PT. GKD tergabung dalam IGP Group. Produk utama yang dihasilkan adalah berupa frame chassis (under body) dan press part.

2 28 PT Gemala Kempa Daya berusaha lebih memuaskan pelanggan dengan meningkatkan kompetensi dalam bidang perancangan, pengembangan dan perawatan dies, serta kemampuan proses produksi Visi Perusahaan Menjadi pembuat komponen otomotif underbody yang mampu bersaing di ASEAN Misi Perusahaan Membuat komponen otomotif underbody yang handal. 4.2 Hasil Observasi Lapangan Keadaan Awal Line Assembling B Keadaan awal line assembling frame chassis B terbagi dalam 4 stasiun kerja dan menggunakan 7 pekerja (operator). 7 operator tersebut mempunyai tugas sebagai berikut: Tabel 4.1 Deskripsi kerja per operator Station Operator Process Job Description Pre Assy 1 dan Pre Assy 2 (RH) Op 1 Welding Nut Assembling nut, Inner front RH & Inner rear RH; Assembling reinf no.1 RH, bracket spring no1 RH, bracket spring no.2, 3, 4, bracket helper spring rear & front Pre Assy 1 dan Pre Assy 2 (LH) Op 2 Welding Nut Assembling nut, Inner front LH & Inner rear LH; Assembling reinf no1 LH, bracket spring no.1 LH, bracket spring no.2, 3, 4, bracket helper spring rear & front Main Assy (RH) Op 3 Rivetting Assembling cross member front, cross member no.5, cross member no.6 Main Assy (LH) Op 4 Rivetting Assembling cross member no.2, cross member no.3, cross member no.4, cross member rear Additional Assy (RH) Op 5 Rivetting Assembling stopper & member spare wheel set; Assembling braket engine mounting LH & RH, hook front dan hook rear Additional Assy (LH) Op 6 Rivetting Assembling stopper & member spare wheel set; Assembling braket engine mounting LH & RH, hook front dan hook rear Final Inspection Op 7 Marking dan Inspection Marking production date dan final inspection

3 Kondisi Lingkungan Kerja Kondisi lingkungan kerja pada line assembling frame chassis B ini adalah sebagai berikut: - Jumlah operator sebanyak 7 orang. - Proses assembling ini dilakukan dengan menggunakan mesin welding, riveting, dan dilengkapi dengan conveyor. - Pada line assembling ini terdapat 4 stasiun kerja, dimana untuk 3 stasiun kerja dikerjakan oleh masing-masing 2 orang operator sedangkan 1 stasiun kerja lainnya dikerjakan oleh 1 orang operator. - Seluruh operator dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) untuk memberikan keselamatan dan kenyamanan dalam bekerja Jam Kerja Hari kerja yang tersedia adalah 5 hari kerja per minggu yaitu setiap hari Senin sampai dengan Jumat. Jadwal jam kerjanya yaitu: Tabel 4.2 Waktu Kerja Istirahat Shift Hari Kerja Jam Kerja Break Makan Break Senin - Kamis Jum'at Senin - Jum'at (Sumber data : Perusahaan) Jadi jumlah jam kerja yang tersedia dalam satu bulan adalah menit 292,2 jam. 4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan Data Volume Produksi Volume fix dan tentative produksi frame chasiss type BY 913 L di PT. Gemala Kempa Daya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :

4 30 Model Tabel 4.3 Fix & Tentative Order periode Oktober 2011 s/d Maret 2012 Tahun Frame Chassis Oktober November Desember Januari Februari Maret OWO OWO OWO OWO OWO OWO OWO OWO YX YX YX YX TOTAL (Sumber : Data Perusahaan) Berdasarkan tabel diatas, terlihat adanya order dari customer yang fluktuatif untuk semua type frame chassis. Namun yang akan diteliti lebih dalam adalah type BY 913 L OWO 904, karena memiliki order terbesar dan meningkat dari tiap bulannya. Sehingga dibutuhkan suatu peningkatan produktivitas terhadap line assembling B ini. Peningkatan produktivitas ini juga akan menyebabkan peningkatan pada efisiensi line assembling Tack Time Produksi Setelah diketahui volume Produksi frame chassis type BY 913 L di PT. Gemala Kempa Daya, di bawah ini merupakan data takt time untuk type BY 913 L OWO 904. Sebagai berikut :

5 31 Bulan Tabel 4.4 Data Tack Time periode Oktober 2011 s/d April 2012 Total Order (Unit) Working Day Order/Day (Unit) Available (Detik) Tack Time (Detik) Oktober November Desember Januari Februari Maret Dari tabel takt time diatas, dapat terlihat bahwa takt time yang terjadi selama akhir tahun 2011 hingga awal tahun 2012 mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan adanya order atau permintaan dari customer yang semakin meningkat hingga awal tahun 2012 untuk type BY 913 L OWO 904. Oleh karena itu, untuk menghadapi penurunan takt time tersebut, maka akan dilakukan penelitian lebih mendalam pada line assembling B ini Proses Produksi Dalam menjalankan proses produksinya, dilakukan tiga proses produksi utama yaitu proses welding, rivetting dan final inpection Data Layout Operator Layout ini merupakan visualisasi orang yang melakukan proses perakitan dengan menggunakan sistem penanganan material berupa conveyor, proses yang dilakukan secara manual maupun otomatis. Layout ini berbentuk garis lurus dan mempunyai urutan proses yang berurutan dari satu stasiun ke stasiun yang lainnya. Dari layout terlihat jumlah stasiun kerja sebanyak 4 stasiun kerja dengan 7 orang operator.

6 32 Gambar 4.3 Layout Operator Line Assembling B frame chassis BY 913 L Data Waktu Proses Waktu siklus yang diperoleh adalah waktu yang diperlukan oleh operator untuk melakukan proses dan menghasilkan sejumlah unit barang yang pada akhirnya sama dengan jumlah permintaan produk. Berikut ini adalah data waktu proses yang berhasil diperoleh : Tabel 4.5 Data Waktu siklus Operator No Operator Cycle Time 1 Pre Assy (RH) Pre Assy (LH) Main Assy (RH) Main Assy (LH) Additional Assy (RH) Additional Assy (LH) Final Inspection 546 Total Cycle Time 3718 Berdasarkan data diatas, maka untuk takt time pembuatan frame chassis type 913 L OWO 904 ini adalah 678 detik, atau dengan kata lain diambil dari waktu siklus (cycle time) terbesar dari semua operator dan stasiun kerja. Maka untuk produktivitas line assembling B ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

7 33 Unit / jam = 3600 / Waktu siklus terbesar = 3600 / 678 = 5,3 ~ 5 unit/jam. Tabel 4.6 Data Waktu Siklus Per Stasiun Kerja No Station Cycle Time 1 Pre Assy Main Assy Additional Assy Final Inspection 546 Total Cycle Time 2198 Untuk stasiun kerja yang masing-masing dikerjakan oleh 2 orang operator, waktu siklusnya diambil waktu yang terbesar di antara kedua operator tersebut. Di bawah ini merupakan diagram yamazumi chart, yang menggambarkan perbandingan antara waktu siklus semua operator dengan waktu siklus terbesar (takt time) dari semua operator. Diagram 4.1 Yamazumi Chart Line Assembling B frame chassis BY 913 L per operator Berdasarkan diagram diatas, terlihat bahwa beban kerja dari setiap operator berbeda. Untuk operator main assy (RH) dan (LH), masih terdapat banyak waktu menganggur (idle time) sehingga menyebabkan keseimbangan pada line assembling B ini menjadi kurang.

8 Data Jumlah Stasiun Kerja Untuk memulai perhitungan jumlah stasiun kerja yang ideal dalam proses produksi, terlebih dahulu menghitung total waktu siklus untuk menyelesaikan semua elemen kerja kemudian membandingkannya dengan waktu siklus yang telah di tetapkan. N = Σ ti / CT ; N = 2198 / 678 ; N = 3,24 = 4 Stasiun kerja Dari hasil perhitungan jumlah stasiun kerja diatas, disimpulkan bahwa untuk line assembling B ini sudah merupakan line dengan stasiun kerja yang optimal karena memiliki 4 stasiun kerja didalamnya Data Idle Time Setelah mengetahui data waktu proses, maka selanjutnya yang perlu di ketahui adalah idle time dari line assembling B frame chassis BY 913 L. Untuk perhitungan idle time ini, waktu proses terbesar menjadi patokan dalam menentukan idle time tiap operator. - Perhitungan idle time operator 1: Idle = = 32 detik - Perhitungan idle time operator 2: Tidak ada idle time, karena merupakan waktu terbesar di antara 6 operator lainnya. - Perhitungan idle time operator 3: Idle = = 385 detik - Perhitungan idle time operator 4: Idle = = 302 detik - Perhitungan idle time operator 5: Idle = = 97 detik - Perhitungan idle time operator 6: Idle = = 80 detik - Perhitungan idle time operator 7:

9 35 Idle = = 132 detik Jadi, untuk rata rata idle time yang terjadi pada semua operator sebesar: Rata rata Idle = ( detik ) / 7 operator = 146,85 detik Data Efisiensi Line Setelah mengetahui waktu siklus dan idle time, maka selanjutnya yang perlu diketahui adalah efisiensi dari line assembling B. di bawah ini merupakan perhitungan efisiensi line sebelum improvement: Eff = (Σ ti / (R * T)) * 100% = ((2198)/(4*678))* 100% = 81,05 % 4.4 Project Statement Beberapa komponen dalam melakukan suatu pernyataan proyek, terdiri dari: Bussiness Case (Latar Belakang Umum) Dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan harus dapat meminimalisir pemborosan yang terjadi dalam proses produksi. Namun, saat ini perusahaan memiliki permasalahan dengan effisiensi yang rendah karena banyaknya waktu menganggur dari operator dan akan mengalami kenaikkan order secara tentative. Terutama untuk line assembling B frame chassis BY 913 L OWO 904. Oleh karena itu objek penelitian yang diambil adalah line assembling B. Problem Statement (Pernyataan Masalah) - Adanya trend yang naik atas permintaan dari customer untuk produksi frame chassis type BY 913 L, sesuai dengan tentative order yang didapat dari bagian Production & Planning Control (PPC). - Rendahnya efisiensi line assembling B sebesar 81,05 % yang disebabkan oleh tingginya waktu menganggur dari operator yang

10 36 terjadi dalam jalannya proses produksi. Rata-rata idle time sebelum dilakukan line balancing sebesar detik. Project Scope (Ruang Lingkup Proyek) Hanya pada frame chassis type BY 913 L OWO 904 dengan data historis pada bulan Januari Maret Goal Statement (Pernyataan Tujuan) Tujuan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis Line balancing: - Dapat meminimalkan waktu menganggur di tiap stasiun kerja sehingga didapat keseimbangan lintasan dengan tingkat efisiensi yang tinggi. - Meningkatkan produktifitas line assembling seiring dengan permintaan order yang meningkat dari customer. Milestone (Batas Waktu Proyek) Waktu pengerjaan penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret Improvement Berikut penjelasan perbaikan untuk masalah jumlah prosentase dan jumlah pembebanan kerja tiap operator yang tidak merata yang mengakibatkan waktu menganggur di stasiun kerja sehingga didapat keseimbangan lintasan dengan tingkat efisiensi yang rendah M Analisis Untuk memulai analisa penelitian, dibuatkan 4M analisis yang menjelaskan tentang improvement apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi line assembling.

11 37 Tabel 4.7 4M Analisis Alternatif Improvement No 4M analisis Uraian Alternatif 1 Man - Penambahan operator untuk meningkatkan produktivitas line assembling - Training untuk semua operator mengenai cara kerja cepat dan benar. 2 Machine - Penambahan alat kerja seperti mesin rivetting dan welding - Investasi untuk improvement mesin 3 Material 4 Methode - Efisiensi line dengan metode line balancing 5 Environment - Penambahan fasilitas kerja seperti kipas angin, dispenser, dan lain-lain Dilihat dari tabel diatas, maka alternatif improvement yang dipilih adalah efisiensi line dengan analisis line balancing. Ada beberapa pertimbangan yang membuat alternatif tersebut dipilih dalam penelitian ini. Sebagai berikut: 1. Adanya kebijakan perusahaan yang menyatakan bahwa untuk project ini, tidak diperkenankan untuk melakukan suatu investasi apapun baik mesin maupun penambahan operator baru. 2. Fasilitas yang ada pada line assembling sudah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai Proses Line Balancing Jenis pemborosan yang termasuk dalam area waste ini adalah pekerja yang menganggur karena pekerjaan sudah selesai. Secara khusus, pendekatan yang dilakukan untuk eliminasi waste ini adalah penerapan line balancing Perhitungan Data Waktu Siklus Per Stasiun Kerja Untuk memulai perhitungan data waktu yang terdapat dalam proses produksi maka dilakukan pengamatan terhadap setiap kegiatan yang terdapat dalam lantai produksi. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengukuran waktu siklus rata-rata kemudian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyesuaian dan kelonggaran untuk setiap proses yang dilakukan. Waktu siklus yang berhasil dikumpulkan akan diolah terlebih dahulu dengan dengan beberapa pengujian yaitu uji kenormalan data, uji keseragaman dan uji kecukupan data. Pengujian ini dilakukan agar data yang dikumpulkan dapat menggambarkan keadaan proses yang terjadi.

12 38 Dalam improvement ini, yang akan dibahas lebih dalam adalah stasiun kerja pre assy RH/LH dan main assy RH/LH. Di bawah ini merupakan urutan elemenelemen kerja dari pre assy RH dan main assy RH. Tabel 4.8 Data Waktu Siklus Operator Pre Assy RH dan Main Assy RH Elemen Kerja Pre Assy RH Sebelum Line Balancing Elemen Kerja Main Assy RH Sebelum Line Balancing NO NAME OF WORK WAKTU WAKTU NO NAME OF WORK ( Detik ) ( Detik ) 1 Tarik side rail ke meja pre assy Kembalikan hanger ke posisi semula 14 2 Ambil inner front 14 2 Ambil dan setting cross member front 9 3 Setting pada side rail 8 3 Setting rivet stiffener front dan rear flange 25 4 Ambil inner rear 10 4 Setting cross member no Setting pada side rail 17 5 Ambil cross member no Ambil nut weld 2 6 Setting cross member no Setting pada inner front 16 7 Ambil rivet setting pada area cm no 5,cm no 6 dan cm rear 28 8 Ambil jig weld dan setting Ambil dan setting rivet pada area cm 23 8 pada nut no 3 dan cm no Lakukan proses pengelasan 50 9 Ambil dan setting rivet area cm no 2 dan cm front 8 10 Lepas jig weld taruh pada tempatnya Ambil yoke rivet 3 11 Ambil plate stiffener rear 2 11 Lakukan pengrivetan dari front ke rear Ambil rivet setting pada stiffener rear Kembalikan yoke ke posisi semula 7 13 Lakukan pengrivetan Lakukan pengechekan Tarik side rail ke meja pre assy Ambil bracket spring no 4 taruh di area rear 4 16 Ambil rivet setting pada area inner rear 56

13 Ambil bracket absorber rear dan stiff frame setting pada 4 Inner rear Ambil bracket spring no 2 dan plate taruh pada area 16 inner front Ambil reinforcement lh,bracker spring no 1 setting 3 pada area front Ambil rivet setting pada area 41 front Lakukan pengrivetan pada inner front,bracket spring no 50 2 dan reinforcemet 22 Ambil bracket absorber front Rivetting bracket absorber front 28 Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 4,stiff 55 frame,braacket absorber rear Ambil bracket spring no 3 dan sertting pada side rail 2 Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 3 49 Ambil bracket helper setting pada side rail 4 28 Ambil yoke 3 29 Lakukan pengrivetan Kembalikan yoke 2 31 Balik side rail 180 derajat 3 32 Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 1 flange 6 33 Setting side rail pada stopper meja pre assy 2 siap angkat 6 34 Lakukan pengechekan 14 TOTAL WAKTU 646 TOTAL WAKTU 293

14 40 Berdasarkan dari total waktu elemen kerja antara pre assy dengan main assy, terlihat bahwa adanya perbedaan waktu siklus yang terlalu besar. Kemudian dilihat waktu tiap elemen kerja di pre assy RH, terdapat 1 elemen kerja yang mempunyai waktu paling lama yaitu melakukan pengrivetan bracket helper sebesar 78 detik. Maka elemen kerja ini yang akan dilakukan pengujian kecukupan dan keseragaman data, sehingga dapat dibuktikan kebenarannya. Tabel 4.9 Data Waktu Siklus Operator Pre Assy LH dan Main Assy LH Elemen Kerja Pre Assy LH Sebelum Line Balancing Elemen Kerja Main Assy LH Sebelum Line Balancing NO NAME OF WORK WAKTU WAKTU NO NAME OF WORK ( Detik ) ( Detik ) 1 Tarik side rail ke meja pre assy Setting hanger pada side rail lh-rh 6 2 Ambil inner front 17 2 Angkat side rail bawa ke main assy 25 3 Setting pada side rail 8 3 Setting di main jig 8 4 Ambil inner rear 13 4 Lepas pin hanger 3 5 Setting pada side rail 7 5 Setting rivet area inner rear 18 6 Ambil nut weld,setting pada inner front 3 6 Ambil cross member rear 10 7 Setting cross member rear 9 7 Setting pada inner font 4 8 Ambil jig weld dan setting pada nut 39 8 Ambil cross member no Lakukan proses pengelasan 57 9 Setting cross member no Lepas jig weld taruh pada tempatnya Setting rivet area inner front Ambil plate stiffener rear 2 11 Ambil cross member no Ambil rivet setting pada stiffener rear Setting cross member no Lakukan pengrivetan Ambil cross member no Tarik side rail ke meja pre assy Setting cross member no Ambil bracket spring no 4 taruh di Tutup valve main jig 4 15 area rear 5 16 Ambil rivet setting pada area inner rear Setting rivet area cm front & cm no 2 6

15 41 17 Ambil bracket absorber rear dan stiff frame setting pada Inner rear Ambil dan setting rivet area cm no 3 & cm no Ambil bracket spring no 2 dan plate taruh pada area inner front Ambil dan setting rivet area cm no 5 & Ambil reinforcement lh,bracker Ambil yoke,lakukan proses rivet 6 19 spring no 1 setting pada area front dari rear ke front Ambil rivet setting pada area front Kembalikan yoke ke posisi semula 9 21 Lakukan pengrivetan pada inner front,bracket spring no 2 dan Check hasil proses 16 reinforcemet 22 Ambil bracket absorber front 6 23 Rivetting bracket absorber front Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 4,stiff frame,braacket absorber rear Ambil bracket spring no 3 dan sertting pada side rail Lakukan pengrivetan pada bracket spring no Ambil bracket helper setting pada side rail 4 28 Ambil yoke 3 29 Lakukan pengrivetan Kembalikan yoke 2 31 Balik side rail 180 derajat 3 32 Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 1 flange 7 33 Setting side rail pada stopper meja pre assy 2 siap angkat 7 34 Lakukan pengechekan 15 TOTAL WAKTU 678 TOTAL WAKTU 376 Dilihat waktu tiap elemen kerja di pre assy LH, terdapat 1 elemen kerja yang mempunyai waktu paling lama yaitu melakukan pengrivetan bracket helper sebesar 85 detik.

16 42 Kemudian berdasarkan data waktu diatas, ada beberapa pertimbangan dalam melakukan proses line balancing, sebagai berikut: 1. Elemen kerja pada stasiun kerja pre assy RH dan LH yang akan di balancing, harus bisa dilakukan oleh operator di stasiun kerja main assy RH dan LH ( Job Balancing ). 2. Waktu siklus yang akan di balancing, haruslah waktu siklus yang terlama dari semua elemen kerja pada stasiun kerja pre assy. Setelah melalui pertimbangan diatas, maka didapatkan 7 elemen kerja dari stasiun kerja pre assy RH dan LH yang dapat dipindahkan ke stasiun kerja main assy RH dan LH. Berikut 7 elemen kerja yang dapat dipindahkan: Tabel 4.10 Data Distribusi Elemen Kerja Pre Assy RH/LH ke Main Assy RH/LH Distribusi elemen kerja Pre Assy RH ke Main Assy RH Distribusi elemen kerja Pre Assy LH ke Main Assy LH N WAKTU N NAME OF WORK WAKTU NAME OF WORK O ( Detik ) O ( Detik ) 1 Ambil bracket helper setting pada Ambil bracket helper setting pada 4 1 side rail side rail 4 2 Ambil yoke 3 2 Ambil yoke 3 3 Lakukan pengrivetan 78 3 Lakukan pengrivetan 85 4 Kembalikan yoke 2 4 Kembalikan yoke 2 5 Balik side rail 180 derajat 3 5 Balik side rail 180 derajat Lakukan pengrivetan pada bracket Lakukan pengrivetan pada bracket 6 6 spring no 1 flange spring no 1 flange 7 Setting side rail pada stopper meja Setting side rail pada stopper meja 6 7 pre assy 2 siap angkat pre assy 2 siap angkat 7 TOTAL WAKTU 102 TOTAL WAKTU 111 Dari kedua operator dalam satu stasiun kerja pre assy di atas, terdapat waktu siklus terbesar dari 6 elemen kerja lainnya. Yaitu melakukan pengrivetan sebesar 78 dan 85 detik. Namun, yang akan diuji datanya pada sub bab berikutnya adalah diambil waktu yang terbesar diantara kedua operator yaitu 85 detik Uji Keseragaman Data Pengumpulan data waktu proses pengrivetan bracket helper. Berikut adalah rumus perhitungan rata rata subgroup waktu pengukuran proses pengrivetan:

17 43 Tabel 4.8 Pengumpulan Data Proses Pengrivetan Dari data di atas kemudian di lanjutkan dengan perhitungan simpangan baku dari data yang sudah diambil. Tabel 4.11 Pengumpulan Data Proses Rivetting Hari ke- Shift 1 Shift 2 Shift 3 Rata - Rata Total Rata -rata 84.83

18 44 Tabel 4.12 Perhitungan Simpangan Baku Data X σ X 2 NO Waktu Simpangan Total n-1 29 Std Dev 0.95 Jumlah subgrup 3 Std Dev grup 0.55

19 45 Tabel 4.13 Perhitungan Batas Kendali Data BKA = BKB = Tabel 4.14 Simulasi Batas Kendali Data Kelas X-bar BKB BKA Grafik 4.1 Uji Keseragaman Data

20 Uji Kecukupan Data Uji Kecukupan Data: Tabel 4.15 Uji Kecukupan Data Dari hasil perhitungn di atas, terlihat bahwa data yang di ambil sudah memenuhi syarat keseragaman data dan kecukupan data. Selanjutnya akan dihitung waktu normal dan waktu baku. Beta= 99% alpha= 1% Zt 3 alpha 0.01 a 300 b 30 c d e Syarat kecukupan data 3.3 Pengambilan data penelitian 30 Kesimpulan Cukup Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku Untuk menghitung waktu normal dan waktu baku, dibutuhkan adanya faktor penyesuaian dan allowance untuk memberikan kelonggaran bagi operator yang ada pada stasiun kerja.

21 47 Tabel 4.16 Tabel Penyesuaian Penyesuaian Keterampilan Good C Usaha Poor F Kondisi Kerja Average 0 Konsistensi Perfect P T = 0.95 Tabel 4.17 Tabel Allowance Allowance Pria A Tenaga 12 kg Sedang 14 B Berdiri 2 kaki 3 C Normal 0 D terus -menerus 30 E NORMAL 4 F Cukup 5 G bersih 0 H pribadi 1 B 57 Berdasarkan kedua table diatas, maka dapat dihitung waktu normal dan waktu baku dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tabel 4.18 Tabel Hasil Perhitungan Wn dan Wb Ws Wn Wb Jadi, untuk elemen kerja proses pengrivetan ini mempunyai waktu normal sebesar detik dan waktu baku sebesar detik.

22 Perhitungan Data Waktu Siklus Per Stasiun Kerja Setelah Perbaikan Setelah dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data, langkah selanjutnya adalah memindahkan 7 elemen kerja yang ada pada stasiun kerja pre assy RH dan LH ke stasiun kerja main assy RH dan LH. Di bawah ini merupakan hasil dari pemindahan elemen kerja dengan analisis line balancing. Tabel 4.19 Data Waktu Siklus Operator Pre Assy RH dan Main Assy RH Elemen Kerja Pre Assy RH Setelah Line Balancing Elemen Kerja Main Assy RH Setelah Line Balancing N WAKTU N WAKTU NAME OF WORK NAME OF WORK O ( Detik ) O ( Detik ) 1 Tarik side rail ke meja pre assy Ambil bracket helper setting pada side rail 4 2 Ambil inner front 14 2 Ambil yoke 3 3 Setting pada side rail 8 3 Lakukan pengrivetan 78 4 Ambil inner rear 10 4 Kembalikan yoke 2 5 Setting pada side rail 17 5 Balik side rail 180 derajat 3 6 Ambil nut weld Setting pada inner front Ambil jig weld dan setting pada nut Lakukan proses pengelasan Lepas jig weld taruh pada tempatnya Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 1 flange 6 Setting side rail pada stopper meja pre assy 2 siap angkat 6 Kembalikan hanger ke posisi semula 14 Ambil dan setting cross member front 9 Setting rivet stiffener front dan 25 rear flange 11 Ambil plate stiffener rear 2 11 Setting cross member no Ambil rivet setting pada stiffener rear Ambil cross member no Lakukan pengrivetan Setting cross member no Tarik side rail ke meja pre assy Ambil rivet setting pada area cm no 5,cm no 6 dan cm rear Ambil bracket spring no 4 taruh di Ambil dan setting rivet pada area 4 15 area rear cm no 3 dan cm no Ambil rivet setting pada area inner 56 Ambil dan setting rivet area cm 16 rear no 2 dan cm front 8

23 49 17 Ambil bracket absorber rear dan stiff frame setting pada Inner rear 4 17 Ambil yoke rivet 3 18 Ambil bracket spring no 2 dan plate Lakukan pengrivetan dari front ke taruh pada area inner front rear Ambil reinforcement lh,bracker Kembalikan yoke ke posisi 3 19 spring no 1 setting pada area front semula 7 20 Ambil rivet setting pada area front Lakukan pengechekan Lakukan pengrivetan pada inner front,bracket spring no 2 dan 50 reinforcemet 22 Ambil bracket absorber front 3 23 Rivetting bracket absorber front Lakukan pengrivetan pada bracket spring no 4,stiff frame,braacket 55 absorber rear 25 Ambil bracket spring no 3 dan sertting pada side rail 2 26 Lakukan pengrivetan pada bracket spring no Lakukan pengechekan 14 TOTAL WAKTU 544 TOTAL WAKTU 395 Tabel 4.20 Data Waktu Siklus Operator Pre Assy LH dan Main Assy LH Elemen Kerja Pre Assy LH Setelah Line Balancing Elemen Kerja Main Assy LH Setelah Line Balancing NO NAME OF WORK WAKTU WAKTU NO NAME OF WORK ( Detik ) ( Detik ) 1 Tarik side rail ke meja pre assy Ambil bracket helper setting pada side rail 4 2 Ambil inner front 17 2 Ambil yoke 3 3 Setting pada side rail 8 3 Lakukan pengrivetan 85 4 Kembalikan yoke 13 4 Ambil inner rear 2 5 Setting pada side rail 7 5 Balik side rail 180 derajat 3 6 Ambil nut weld,setting pada inner Lakukan pengrivetan pada bracket 3 6 front spring no 1 flange 7

24 50 Setting pada inner font Setting side rail pada stopper meja pre assy 2 siap angkat 8 Ambil jig weld dan setting pada nut 39 8 Setting hanger pada side rail lh-rh 6 9 Lakukan proses pengelasan 57 9 Angkat side rail bawa ke main assy Lepas jig weld taruh pada tempatnya Setting di main jig 8 11 Ambil plate stiffener rear 2 11 Lepas pin hanger 3 12 Ambil rivet setting pada stiffener rear Setting rivet area inner rear Lakukan pengrivetan Ambil cross member rear Tarik side rail ke meja pre assy Setting cross member rear Ambil bracket spring no 4 taruh di area rear 4 15 Ambil cross member no 4 12 Ambil rivet setting pada area inner rear Setting cross member no 4 15 Ambil bracket absorber rear dan stiff frame setting pada Inner rear Setting rivet area inner front 15 Ambil bracket spring no 2 dan plate taruh pada area inner front Ambil cross member no 3 5 Ambil reinforcement lh,bracker 6 19 Setting cross member no 3 4 spring no 1 setting pada area front 20 Ambil rivet setting pada area front Ambil cross member no Lakukan pengrivetan pada inner front,bracket spring no 2 dan Setting cross member no 2 9 reinforcemet 22 Ambil bracket absorber front 6 22 Tutup valve main jig 5 23 Rivetting bracket absorber front Setting rivet area cm front & cm no Lakukan pengrivetan pada bracket Ambil dan setting rivet area cm no spring no 4,stiff frame,braacket & cm no 4 absorber rear Ambil bracket spring no 3 dan Ambil dan setting rivet area cm no sertting pada side rail 5 & Lakukan pengrivetan pada bracket Ambil yoke,lakukan proses rivet spring no 3 dari rear ke front Lakukan pengechekan Kembalikan yoke ke posisi semula 9

25 51 28 Lakukan pengechekan 16 TOTAL WAKTU 567 TOTAL WAKTU Hasil Line Balancing Data Waktu Proses Berikut ini adalah data waktu proses setelah line balancing: Tabel 4.21 Data Waktu siklus Operator Setelah Line Balancing No Operator Cycle Time 1 Pre Assy (RH) Pre Assy (LH) Main Assy (RH) Main Assy (LH) Additional Assy (RH) Additional Assy (LH) Final Inspection 546 Total Cycle Time 3718 Tabel 4.22 Data Waktu Siklus Per Stasiun Kerja Setelah Line Balancing No Station Cycle Time 1 Pre Assy Main Assy Additional Assy Final Inspection 546 Total Cycle Time 2198 Berdasarkan data diatas, setelah dilakukan line balancing maka untuk takt time pembuatan frame chassis ini menjadi 598 detik. Atau dengan kata lain turun sebesar 80 detik dari takt time awal sebesar 678 detik.

26 52 Maka untuk produktivitas line assembling B setelah proses line balancing ini adalah sebagai berikut: Unit / jam = 3600 / Waktu siklus terbesar = 3600 / 598 = 6.02 ~ 6 unit/jam Data Layout Operator Gambar 4.4 Layout Operator Line Assembling B frame chassis BY 913 L Setelah Line Balancing Dari data layout diatas, terlihat settingan operator untuk line assembling B ini tidak ada perubahan. Akan tetapi, untuk operator 3 dan 4 di stasiun kerja main assy ada perubahan elemen kerja. Yang awalnya hanya mengerjakan proses main assy, sekarang juga melakukan perkerjaan di stasiun kerja pre assy (hasil line balancing). Di bawah ini merupakan diagram yamazumi chart, yang menggambarkan perbandingan antara waktu siklus semua operator dengan waktu siklus terbesar (takt time) dari semua operator setelah line balancing.

27 53 Diagram 4.2 Yamazumi Chart Line Assembling B setelah line balancing Berdasarkan diagram diatas, terlihat bahwa adanya perubahan pada waktu siklus dari 4 operator. Kemudian waktu menganggur pun sedikit berkurang dengan adanya proses line balancing ini Data Idle Time Setelah mengetahui data waktu proses, maka selanjutnya yang perlu di ketahui adalah idle time dari line assembling B frame chassis BY 913 L. Untuk perhitungan idle time ini, waktu proses terbesar menjadi patokan dalam menentukan idle time tiap operator. - Perhitungan idle time operator 1: Idle = = 54 detik - Perhitungan idle time operator 2: Idle = = 31 detik - Perhitungan idle time operator 3: Idle = = 203 detik

28 54 - Perhitungan idle time operator 4: Idle = = 111 detik - Perhitungan idle time operator 5: Idle = = 17 detik - Perhitungan idle time operator 6: Tidak ada idle time, karena merupakan waktu terbesar di antara 6 operator lainnya. - Perhitungan idle time operator 7: Idle = = 52 detik Jadi, untuk rata rata idle time yang terjadi pada semua operator sebesar: Rata rata Idle = ( detik ) / 7 operator = 66,86 detik Dengan kata lain idle time untuk semua operator menjadi turun detik dari sebelum proses line balancing sebesar 146,85 detik atau turun sekitar 45, 5 % Data Efisiensi Line Setelah adanya proses line balancing, maka efisiensi dari line assembling frame chassis BY 913 L. - Perhitungan efisiensi setelah line balancing: Eff = (Σ ti / (R * T)) * 100% = ((2198)/(4*598))* 100% = 91,89 %

29 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Hasil Perbandingan Waktu Siklus Diagram 4.3 Perbandingan Waktu Proses sebelum dan setelah dilakukan line balancing Berdasarkan grafik diatas, terlihat adanya penurunan waktu siklus untuk operator pre assy RH dan LH. Sedangkan untuk operator main assy RH dan LH mengalami kenaikkan waktu siklus dimana dengan demikian akan meminimalisasi idle time Analisa Hasil Perbandingan Idle Time Diagram 4.4 Perbandingan Idle Time Sebelum dan setelah dilakukan perbaikan Berdasarkan grafik diatas, terlihat adanya sebagian besar penurunan idle time untuk semua operator di setiap stasiun kerja.

30 Analisa Efisiensi Diagram 4.5 Perbandingan Efisiensi Line sebelum dan setelah dilakukan line balancing Berdasarkan digram diatas, terlihat adanya peningkatan efisiensi line assembling B dari 81.05% menjadi 91.89%. Hal ini membuktikkan bahwa dengan adanya perbaikan dari metode kerja di line assembling B ini maka terjadi peningkatan efisiensi yang cukup signifikan, begitu juga dengan adanya peningkatan produktivitas dalam unit/jamnya.

TABEL STANDAR KERJA KOMBINASI ( TSKK ) Standardized Work Combination Table (SWCT)

TABEL STANDAR KERJA KOMBINASI ( TSKK ) Standardized Work Combination Table (SWCT) PT. GKD N O IT EM R EV IS IO N DA T E SIG N P AR T N A M E BY 3 LM TM P R O D /D P A G E 1 PA R T N O TA C K T IM E 00 DA TE 2/0/200 M ES IN /PR O SES M A IN A S S Y R H LINE AS SY B LA ST DO C A gust-0

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES PEMBUATAN FRAME CHASSIS TYPE BY 913 L OWO 904 DI LINE ASSEMBLING B DENGAN ANALISIS LINE BALANCING

MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES PEMBUATAN FRAME CHASSIS TYPE BY 913 L OWO 904 DI LINE ASSEMBLING B DENGAN ANALISIS LINE BALANCING MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES PEMBUATAN FRAME CHASSIS TYPE BY 913 L OWO 904 DI LINE ASSEMBLING B DENGAN ANALISIS LINE BALANCING Irwandi Adhi Yuswana Universitas Bina Nusantara, D3 Politeknik Manufaktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era yang perkembanganya sangat cepat ini dimana semua dituntut untuk menciptakan suatu proses kerja yang efektif dan effisien dengan tidak mengurangi standard kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT.Palingda Nasional adalah perusahaan yang memproduksi VELG untuk kendaraan kategory 2-3 atau biasa digunakan oleh Truk & Bus. Velg

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT. GEMALA KEMPA DAYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN CABIN TIPE SL PADA BAGIAN WELLDING DI PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN CABIN TIPE SL PADA BAGIAN WELLDING DI PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN CABIN TIPE SL PADA BAGIAN WELLDING DI PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR Nama : Neneng Suryani NPM : 35412283 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Emirul Bahar, ACSI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Deskripsi Wheel Wheel / Ban menjadi suatu komponen utama dalam suatu keseluruhan motor. Wheel / Ban menjadi alas pergerakan setiap motor yang di produksi. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DATA

BAB V HASIL ANALISA DATA BAB V HASIL ANALISA DATA 5.1 Hasil Pembahasan CPM Hasil diagram gambar 4.1 (CPM proyek pembuatan truk tipe OF 2528 C tersebut terlihat hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan Nama Perusahaan : Industri Otomotif Sunter Alamat Perusahaan : Jl. Laksda Yos Sudarso, Sunter 1 Jakarta Status

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP) Umi marfuah 1), Cholis Nur Alfiat 2) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah biaya yang timbul dari tata letak (Layout).Tata letak (Layout) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. adalah biaya yang timbul dari tata letak (Layout).Tata letak (Layout) sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem manufaktur berdampak pada persaingan perusahaan yang cukup ketat. Banyak usaha yang dapat dilakukan suatu perusahaan agar dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global, dimana harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan-perusahaan diseluruh dunia. Perkembangan

Lebih terperinci

Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia)

Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia) Analisis Line Efficiency Produk Wall Fan pada Proses Final Assembly (Studi Kasus di PT Panasonic Manufacturing Indonesia) Carinda Adistiara *1), Susy Susmartini *2) 1,2) Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, sistem produksi terdiri dari elemen input, proses dan elemen output. Input produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal

Lebih terperinci

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger Ardityo Irawan 1 Abstract: PT XYZ is one of the company that produce heat exchanger in Indonesia. The Company developing

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keseimbangan Lini (Line Balancing) Aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutukan waktu proses (waktu siklus) produk tesebut. Apabila terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-Langkah Dalam Penelitian 3.1.1 Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan adalah melakukan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mengetahui keadaan perusahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Keseimbangan Lintasan Keseimbangan lintasan adalah lintasan produksi dimana material berpindah secara kontinyu dengan laju rata-rata yang sama melalui sejumlah stasiun kerja,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Menentukan Waktu Siklus Tiap Proses. 4.1.1 Proses Pemasangan Komponen (Setting Part) 4.1.1.1 Elemen operasi pada proses ini adalah : 1. Setting holder magnet ke rotor dan

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data 96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5

Lebih terperinci

ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES PERAKITAN FRAME CHASSIS ISUZU MODEL N-SERIES 100P UNTUK OPTIMALISASI CYCLE TIME DI PT.

ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES PERAKITAN FRAME CHASSIS ISUZU MODEL N-SERIES 100P UNTUK OPTIMALISASI CYCLE TIME DI PT. ANALISA KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES PERAKITAN FRAME CHASSIS ISUZU MODEL N-SERIES 100P UNTUK OPTIMALISASI CYCLE TIME DI PT. GEMALA KEMPA DAYA Daniel TriPrasetyo Yudistira School of Industrial Engineering,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA PADA LINE WELDING STAND COMP MAIN TYPE KZRA UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH OPERATOR (STUDI KASUS DI PT DP)

ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA PADA LINE WELDING STAND COMP MAIN TYPE KZRA UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH OPERATOR (STUDI KASUS DI PT DP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PERANCANGAN DAN PENGUKURAN KERJA PADA LINE WELDING STAND COMP MAIN TYPE KZRA UNTUK MENGOPTIMALKAN JUMLAH OPERATOR (STUDI KASUS DI PT DP) DESIGN AND WORK MEASUREMENT

Lebih terperinci

PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA. Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : Kelas : 4 IC 04

PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA. Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : Kelas : 4 IC 04 PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : 21410394 Kelas : 4 IC 04 ABSTRAKSI Front chassis merupakan salah satu komponen utama pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Selain teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka pada bab ini akan pula dijabarkan tentang metodologi dari penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai penelitian yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian..

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian.. DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi x xii xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1.2

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada sub bab ini akan dibahas mengenai hasil pengumpulan data pada proyek pembuatan truk tipe OF 2528 C yang akan dijadikan sebagai penelitian pada skripsi ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Data proses produksi 2. Data layout line 1 aktual

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang ada pada bab sebelumnya, maka akan dilakukan analisis guna mengetahui hasil yang lebih optimal. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan

Lebih terperinci

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M.

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ. Benny Winandri, M. ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ Benny Winandri, M.Sc, MM ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN (PROCESS ASSY WELDING) PEMBUATAN PART BOX ASSY BATTERY TIPE KVBS VARIO TECHNO 110CC DI PT ADHI WIJAYACITRA PENULISAN ILMIAH SUGIANTO 36409942 Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Erwanto, et al / Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing / Jurnal Titra, Vol.5, No 2, Juli 2017, pp. 387-392 Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing Intan Mei Erwanto 1, Prayonne

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) PERTEMUAN #13 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh industri di era globalisasi ini dituntut untuk menghadapi persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh industri di era globalisasi ini dituntut untuk menghadapi persaingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seluruh industri di era globalisasi ini dituntut untuk menghadapi persaingan yang lebih kompetitif untuk menghadapi persaingan pasar yang cukup ketat.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEMALA KEMPA DAYA

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEMALA KEMPA DAYA LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEMALA KEMPA DAYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Tugas Akhir Pada Program Strata Satu (S-1) Jurusan

Lebih terperinci

Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi

Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi ANALISA KESEIMBANGAN LINTASAN PADA PROSES PERAKITAN BOX ASSY BATTERY TYPE KZRA FUEL INJECTION DI PT ADHI WIJAYACITRA Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi 30409425 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV - Pengumpulan dan Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Umum PT STI PT STI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan spare part, machinery, engineering,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle time

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle time BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, Nata de Coco mulai dikonsumsi pada tahun 1973 dan sejak tahun 1975 mulai diperkenalkan. Namun Nata de Coco mulai dikenalkan di pasaran pada tahun 1981.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER

ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER Disusun oleh: Nama : Eka Kurnia Npm : 32412408 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : I. Ir.

Lebih terperinci

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2

Abstrak. Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 Peningkatan Produktivitas dengan Peubahan Lay Out Line di Departemen Step Motor PT.Japan Servo Batam Sakijo 1, Abdullah Merjani 2 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2, Staf

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X Komarudin dan Rudi Saputra Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. Carvil Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan sepatu dan sandal yang mulai berdiri pada bulan

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ Margono Sugeng 1) dan Ari Setyawan 2) Program Studi Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional email:

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ Lina Gozali, Andres dan Feriyatis Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara e-mail: linag@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT

BAB I PENDAHULUAN. tetap menjaga mutu dan produktivitasnya untuk dapat bersaing di pasar dunia, maka PT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi dan saratnya persaingan pasar dibidang komponen automotive, maka perusahaan komponen automotive khususnya filter, harus tetap menjaga

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING PADA PT SCOIL INDONESIA

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING PADA PT SCOIL INDONESIA PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING PADA PT SCOIL INDONESIA Tutus Rully Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan Ayub Pratama

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI Jaka Purnama Laboratorium Sistem Produksi Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN NEW LINE 1 WELDING FRAME BODY COMP PT ASTRA HONDA MOTOR, PABRIK

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Line Balancing 2.1.1 Pengertian Line Balancing Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing) menurut beberapa para ahli : Menurut Gasperz (2004)

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk.

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. CILEGON, BANTEN) Herlina Putri W, Ahmad Sidiq, dan Reza Maulana Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Diagram Metodologi Gambar 4.1 Metodologi Penelitian 47 Gambar 4.2 Metodologi Penelitian (lanjutan) 48 4.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian dilakukan di PT. Refconindo

Lebih terperinci

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma 2016

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma 2016 Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma 2016 LATAR BELAKANG Perusahaan Pengelasan Rangka Mobil Kualitas PT. Suzuki Indomobil Motor PERUMUSAN

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 03(2016), hal 229-238 ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI Dwi Yuli Handayani, Bayu Prihandono,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ ISSN 2088 5369 WORKERS PRODUCTIVIRY IMPROVEMENT AT PIA XYZ CAKE HOME INDUSTRY Lala Intan Gemala Sari, Kurnia Herlina Dewi dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA Sutarjo, ST. Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta Email : Sutarjo06@gmail.com Risris Nurjaman, MT. Dosen Universitas

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang ketat antar industri manufaktur di bidang elektronik dan permintaan konsumen yang terus menigkat setiap tahunnya, membuat para pelaku industri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual BAB V ANALISA HASIL 5.1. Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi aktual saat ini tidak seimbang penyebab utama terjadinya ketidak seimbangan lintasan

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang) ANALYSIS OF PRODUCTIVITY AND WORK EFFICIENCY IMPROVEMENT WITH KAIZEN

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING Joko Susetyo, Imam Sodikin, Adityo Nugroho Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Lokasi Kerja Lokasi kami berada di selat mahakam, tepatnya di daerah samarindabalikpapan. Kami memiliki project di salah satu operator company multinasional. Mereka memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang paling pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan Lintasan berkaitan dengan bagaimana operasi yang ditunjuk pada stasiun kerja dapat dioptimalkan melalui menyeimbangkan kegiatan yang ditugaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik

Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Willy Adi Widjaja 1, Jani Rahardjo 2 Abstract: PT Astra Otoparts Adiwira Plastics Division

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Di dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan, maka sebelumnya harus dilakukan pengamatan dan penelitian

Lebih terperinci