BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006."

Transkripsi

1 BAB 4 Analisis Data 4.1. Pengumpulan data Data produksi bulanan Adapun jumlah produksi selama periode tahun 2006 adalah sebagai berikut : Rata-rata = jan febr mar apr may jun jul aug sept oct nop des jumlah produksi (pcs) Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah produksi tidak stabil. Hal ini disebabkan oleh bervariasinya importer order. Jika dihitung, rata-rata importer order per bulan adalah pcs parts. Ketidakstabilan produksi ini bisa menyebabkan masalah kesehatan pekerja dimana pada suatu bulan terdapat konsentrasi kerja berlebih, tetapi pada bulan yang lain konsentrasi kerja berkurang. Selayaknya kondisi

2 36 produksi harus stabil untuk menghindari masalah kesehatan pekerja. Namun hal ini sangat sulit dicapai karena bergantung pada permintaan konsumen Data kuantitas cacat Target = 50 pcs jan06 feb06 mar06 apr06 may06 jun06 jul06 aug06 sep06 oct06 nov06 dec06 pcs Grafik 4-2 : Jumlah total cacat (kualitas, shortage, mixpart dan mispart) selama periode Januari~Desember 2006 Tabel jumlah cacat diatas menunjukkan bahwa cacat muncul secara bervariasi dan tidak berhubungan dengan jumlah produksi. Misalkan jumlah produksi tertinggi tercapai bulan Agustus 2006, tetapi cacat tertinggi justru muncul pada bulan September Secara lead time delivery, shipment membutuhkan waktu 1 minggu untuk diterima oleh konsumen dan kemudian di-supplai ke produksi reguler.

3 Data jenis cacat Bulan Item jan06 feb06 mar06 apr06 may06 jun06 jul06 aug06 sep06 oct06 nov06 dec06 shortage mispart mixpart kualitas total Grafik 4-3 : Jenis cacat yang terjadi pada periode Januari~Desember Dalam kesempatan ini, yang menjadi pokok bahasan adalah cacat shortage, mispart dan mixpart karena untuk cacat kualitas (misalnya short mould, beda warna, hole not center, spatter welding dan lain lain) telah tersedia tim tersendiri untuk melaksanakan Jishuken program yang bertujuan menyelesaikan masalah cacat kualitas tersebut Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Define (D) 2. Measure (M) 3. Analisys (A) 4. Improve (I). 5. Control (C) Dalam kesempatan ini tahap control tidak dibahas karena penelitian ini hanya merupakan usulan.

4 Define Pada tahap ini terlihat secara keseluruhan proses packaging meliputi penentuan input dan output proses produksinya. Alat-alat yang digunakan : 1. Pembuatan diagram alir proses (menggambarkan urutan kerja). Adapun flow chart proses packaging adalah sebagai berikut : flow chart 4-1 : flow chart proses packaging.

5 39 2. Pembuatan diagram input-proses-output. Perbedaan dengan diagram alir proses adalah lebih terfokus pada karakter input dan output dari sebuah proses. Hal yang harus ditentukan pertama kali adalah karakteristik output-output yang diharapakan dari proses yang diamati. Karakter outputdiletakkan disebelah kanan proses. Kemudian mementukan faktor input yang diperlukan agar dapat menghasilkan input yang telah ditentukan. Gambar 4-1 : Proses input dan output untuk proses produksi Measure Bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap fakta-fakta yang akan menghasilkan data dan akan berguna sebagai feedback untuk meningkatkan kualitas : 1. Penentuan karakteristik critical to Quality (CTQ). Karakteristik kritis adalah semua jenis cacat yang mungkin terjadi pada proses dan menjadi pokok bahasan : shortage, mispart, mixpart (CTQ = 3). Jumlah CTQ ini

6 40 yang akan digunakan untuk menghitung nilai defect per million opportunities (DPMO). 2. Pembuatan peta kendali (control chart). Data jumlah produksi dan jumlah cacat (shortage, mispart dan mixpart) per bulan adalah sebagai berikut : Bulan Jumlah produksi (n) Jumlah cacat (np) Tabel 4-1 : Jumlah produksi dan cacat shortage, mispart dan mixpart periode Januari~Desember 2006.

7 41 Berdasarkan tabel diatas, untuk cacat shortage, mispart dan mixpart, cacat terbesar terjadi pada bulan Juni 2006 yang terdiri dari 30 pcs mispart dan 768 pcs shortage. Untuk mengetahui kondisi dalam proses produksi, maka dapat digambarkan peta kendali. Adapun perhitungan dalam peta kendali adalah sebagai berikut : Bulan Jumlah produksi (n) Jumlah cacat (np) Proporsi cacat (np/n) Total Tabel 4-2 : Penghitungan proporsi cacat shortage, mispart dan mixpart periode Januari~Desember 2006 p = np n = = CL = p = UCL = p + 3 p(1 p) n

8 42 LCL = p 3 p(1 p) n Dari rumus diatas, didapatkan tabel perhitungan sebagai berikut : Bulan Jumlah cacat (np) Jumlah produksi (n) Proporsi cacat (np/n) Upper Control level (UCL) Lower Control Level (LCL) Tabel 4-3 : Hasil penghitungan UCL dan LCL untuk cacat shortage, mispart dan mixpart periode Januari~Desember 2006 Data diatas akan lebih mudah dipahami jika ditampilkan dalam bentuk grafik peta kendali. Adapun grafik peta kendali dari tabel diatas adalah sebagai berikut :

9 CL= jan febr march apr may jun jul aug sept oct nop dec prop. cacat UCL LCL Grafik 4-4 : Peta kendali untuk cacat produksi shortage, mispart dan mixpart periode Januari~Desember 2006 Dari peta kendali diatas, hanya terdapat 2 data yang masuk dalam range UCL ~ LCL yaitu bulan Mei dan Augustus 2006, sedangkan data bulan yang lain tidak masuk dalam range UCL ~ LCL. Data diatas menunjukkan bahwa performa produksi tidak tercontrol, sehingga proses produksi harus dievaluasi lebih lanjut untuk mencari sebab terjadinya proses produksi yang tidak terkontrol. 3. Perhitungan defect per million opportunities (DPMO) untuk menunjukkan level sigma suatu perusahaan. Tahapannya : h. Unit (U) adalah jumlah produksi yaitu sebesar pcs.

10 44 i. Opportunities (OP) adalah karakteristik cacat yang kritis terhadap kualitas (critiqal to quality). Dalam hal ini sebanyak 3 karakter yaitu shortage, mispart dan mixpart. j. Defect (D) adalah defect yang terjadi selama produksi yaitu sebesar 2162 pcs. k. Defect per unit (DPU) dinyatakan dalam rumus : DPU = D/U = 2162 / = 0, l. Total opportunities (TOP) dinyatakan dalam rumus TOP = U x OP = x 3 = m. Defect per opportunities (DPO) dinyatakan dalam rumus DPO = D/TOP = 2162 / = 0, n. Defect per million opportunities (DPMO) dinyatakan dalam rumus : DPMO = DPO x = 0, x = 21,895. Untuk menghitung nilai sigma, digunakan rumus : P DPU ( y) = e dimana e = P ( y) = 2,718 0, P ( y) = 0, Berdasarkan fungsi normsinv pada Microsoft Office didapatkan nilai z = Maka nilai sigma adalah = 3,823σ +1,5 σ = 5,323σ.

11 45 Jadi nilai DPMO sebesar 21,895 setara dengan nilai 5,323σ. 4. Perhitungan kapabilitas proses untuk menentukan tingkat kemampuan proses yang sedang berlangsung. Untuk meghitung kapablitas proses digunakan rumus : Final Yield (Y final ) = 1 proportion defective. Adapun rumus proportion defective adalah jumlahdefect. jumlahunit Dalam hal ini yang dimaksud proportion defective adalah DPU. Sehingga Y final = 1 (0, ) = Karena nilai Y final < 1 yang menunjukkan kapabiltas proses tidak baik, maka kapabilitas proses harus ditingkatkan agar mencapai angka 1 yang berarti proses sama dengan spesifikasi konsumen Analisis Untuk melakukan analisis, diketahui terlebih dahulu kondisi cacat pada periode Januari~Desember Data cacat sebagai berikut : Bulan jan06 feb06 mar06 apr06 may06 jun06 jul06 aug06 sep06 oct06 nov06 dec06 Item shortage mispart mixpart Tabel 4-4 : Kejadian cacat shortage, mispart dan mixpart periode Januari~Desember 2006

12 46 Dari tabel diatas cacat terbesar terjadi pada bulan Juni 2006 sebesar 798 pcs, sedangkan pada bulan Januari dan Februari 2006 tidak terjadi claim apapun. Untuk mencari cacat pareto, maka dapat dihitung persentase dari masing-masing cacat. Adapun persentase masing-masing cacat adalah sebagai berikut : Urutan cacat Jenis cacat Jumlah Persentase (%) Akumulatif (%) 1 Shortage Mispart Mixpart Tabel 4-5 : Persentase cacat shortage, mispart dan mixpart. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa cacat shortage merupakan masalah terbesar dibandignkan dengan cacat mispart dan mixpart. Adapun diagram pareto untuk cacat shortage, mispart dan mixpart adalah sebagai berikut : jan06 feb06 mar06 apr06 may06 jun06 jul06 aug06 sep06 oct06 nov06 dec06 shortage mixpart mispart Grafik 4-5 : Pareto cacat shortage, mispart dan mixpart. Dari tabel diatas cacat terbesar terjadi pada bulan Juni 2006 sebesar 798 pcs, dan terlihat tidak berhubungan sama sekali dengan jumlah produksi terbesar yang tercapai

13 47 pada bulan Agustus 2006 yaitu sebesar pcs. Hal ini menunjukkan bahwa proses tidak mampu mendeteksi dan mencegah cacat yang terjadi. Untuk mengetahui penyebab dari masing-masing cacat shortage, mispart dan mixpart, dapat dilakukan analisis faktor 4M (man, machine/tool, methode dan material) menggunakan diagram fishbone Adapun analisis terjadinya cacat shortage menggunakan fishbone adalah sebagai berikut : MACHINE/ TOOL Penerangan tidak standard MAN MP cepat lelah karena proses kalkulasi dalam jumlah banyak tidak ada alat untuk inspeksi cacat shortage MP kurang training Shortage Menggunakan metode hitung manual Metode inspeksi visual part kecil dan ringan dengan order besar METHODE MATERIAL (PART) Diagram 4-1 : Diagram fishbone untuk cacat shortage. Secara faktor man (manusia) cacat shortage dapat disebabkan oleh : 1. Kurang training (pelatihan) : pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan untuk memahami prosedure kerja, misalnya

14 48 pengetahuan tentang SOP (Standard Operation Procedure), teknik menghitung part dan kesalahan melihat jumlah part di part label. 2. Kelelahan : proses mengitung secara manual yang dilakukan dalam waktu lama membuat pekerja kelelahan sehingga menurunkan konsentrasi yang mengakibatkan kesalahan hitung. Secara faktor machine/tool cacat shortage disebabkan oleh : 1. Tidak adanya alat untuk inspeksi cacat shortage : proses shopping yang dilakukan secara manual mempunyai tingkat error yang besar sehingga membutuhkan alat untuk memastikan kebenaran hasil kerja. 2. Penerangan tidak standard : penglihatan manusia akan berkurang sesuai dengan berkurangnya intensitas cahaya. Oleh karena itu penerangan harus disesuaikan dengan standard yang berlaku. Secara faktor methode cacat shortage disebabkan oleh : 1. Menggunakan metode hitung manual : untuk part dengan jumlah lebih dari 40 pcs sangat besar kemungkinan untuk salah hitung. Oleh karena itu metode hitung manual selayaknya diganti dengan metode timbang untuk jumlah part yang lebih besar dari 40 pcs. 2. Metode inspeksi visual : jumlah part dapat dilihat pada part label. Karena beban kerja yang tinggi, kesalahan dalam melihat jumlah part sering terjadi. Hal ini bisa dicegah dengan cara menunjuk jumlah part pada part label dengan telunjuk pada saat proses shopping.

15 49 Secara faktor material cacat shortage disebabkan oleh bentuk part yang kecil dengan jumlah order yang besar sehingga memperbesar kemungkinan salah hitung. Misalnya screw dengan jumlah order sebanyak 200 pcs. Masalah ini bisa diselesaikan dengan cara menimbang screw 200 pcs dan membandingkan berat totalnya terhadap beart standard. Adapun analisis terjadinya cacat mispart menggunakan fishbone adalah sebagai berikut : MACHINE/ TOOL MAN key point tidak ada tidak ada penanda lorong untuk suplai MP kurang training tidak ada sample warna untuk part similar penerangan tidak standard Mispart Metode shoping dengan cara mencocokkan part no. pada label terhadap part no. di flow rack secara manual METHODE Metode suplai dengan cara mencocokkan part no. pada kanban terhadap part no. di flow rack secara manual MATERIAL banyak part serupa (similar) Diagram 4-2 : Diagram fishbone untuk cacat mispart. Secara faktor man (manusia) cacat mispart dapat disebabkan oleh : 1. Kurang training (pelatihan) : pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan untuk memahami prosedure kerja, misalnya

16 50 pengetahuan tentang SOP (Standard Operation Procedure), teknik menghitung part dan kesalahan melihat jumlah part di part label. Secara faktor machine/tool cacat mispart dapat disebabkan oleh : 1. Tidak adanya key point : proses shopping yang dilakukan secara manual mempunyai tingkat error yang besar sehingga membutuhkan point penting untuk membedakan part-part yang mirip. Misalnya Bracket Steering Coloumn model Toyota Avanza versi Indonesia dan Toyota Avanza versi Phillipine yang hanya berbeda posisi lubang baut. 2. Penerangan tidak standard : penglihatan manusia akan berkurang sesuai dengan berkurangnya intensitas cahaya. Oleh karena itu penerangan harus disesuaikan dengan standard yang berlaku. 3. Tidak ada penanda lorong untuk supply : pada proses supply sangat besar kemungkinan terjadi kesalahan saat memasukkan part ke dalam lorong flow rack. Kesalahan ini bisa dicegah dengan menggunakan penanda lorong flow rack. 4. Tidak ada sample warna untuk part similar (mirip) : misalnya steering wheel untuk Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang hanya berbeda pada warnanya. Agar tidak terjadi mispart, pada lorong flow rack ditempelkan sampel warna agar pekerja bisa membedakan model steering wheel.

17 51 Secara faktor methode cacat mispart dapat disebabkan oleh : 1. Metode visual saat proses shopping : metode visual untuk mencocokkan part no. pada part label dan part no. pada flow rack berpengaruh besar terhadap terjadinya mispart. Hal ini bisa dicegah dengan cara menunjuk part no. pada part label dan part no. pada flow rack menggunakan telunjuk. 2. Metode visual saat proses supply : proses ini hampir sama dengan proses shopping. Secara faktor material cacat mispart dapat disebabkan oleh : 1. Banyaknya part serupa/mirip (similar) : misalnya Bracket, Front Bumper untuk model Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang hanya berbeda pada besarnya lubang baut. Hal ini bisa dicegah dengan cara part sample display pada lorong flow rack.

18 52 berikut : Adapun analisis terjadinya cacat mixpart menggunakan fishbone adalah sebagai MACHINE/ TOOL MAN key point tidak jelas MP kurang training Mixpart random chaeck dilakukan oleh quality receiving sehingga cacat mispart lolos check banyak part serupa (similar) part sudah tercampur dari pemasok (supplier) METHODE MATERIAL Diagram 4-3 : Diagram fishbone untuk cacat mixpart. Secara faktor man (manusia) cacat mixpart dapat disebabkan oleh : 1. Kurang training (pelatihan) : pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan untuk memahami prosedure kerja, misalnya pengetahuan tentang SOP (Standard Operation Procedure), teknik menghitung part dan kesalahan melihat jumlah part di part label.

19 53 Secara faktor machine/tool cacat mixpart dapat disebabkan oleh : 1. Tidak adanya key point atau key point tidak jelas : pekerja akan sulit untuk membedakan part-part yang mirip di dalam lorong flow rack sehingga membutuhkan point penting untuk membedakan part-part yang mirip. Misalnya Bracket Steering Coloumn model Toyota Avanza versi Indonesia dan Toyota Avanza versi Phillipine yang hanya berbeda posisi lubang baut. Secara faktor methode cacat mixpart dapat disebabkan oleh : 1. Random check yang dilakukan oleh quality receiving : pada saat menerima part dari supplier, quality member melakukan random check 30% dari part yang diterima. Sehingga tidak bisa mendeteksi adanya part tercampur dari supplier. Secara faktor material cacat mixpart dapat disebabkan oleh : 1. banyaknya part serupa/mirip (similar) : misalnya Bracket, Front Bumper untuk model Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang hanya berbeda pada besarnya lubang baut. Hal ini bisa dicegah dengan cara part sample display pada lorong flow rack. Sehingga pada saat proses supply, pekerja tidak salah dalam memasukkan part sehingga terjadi mixpart.

20 54 2. Part sudah tercampur dari supplier : part sudah tercampur dari supplier yang tidak terdeteksi oleh quality receiving bisa menyebabkan mixpart Improve Untuk melakukan perbaikan (improve), digunakan metode FMEA (Failure Modes & Effect Analysis). Pada metode FMEA ini dilakukan pembobotan sesuai dengan faktor tingkat keburukan (how bad), tingkat kepentingan (how important) dan kemudahan untuk dideteksi. Setiap bobot akan dikalikan dan menghasilkan nilai RPN. Nilai RPN terbesar menunjukkan hal-hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu Tabel FMEA untuk cacat shortage. Adapun tabel FMEA untuk cacat shortage adalah sebagai berikut :

21 55 FMEA utk cacat shortage : Deskripsi proses Mode failure potensial Pengaruh efek failure potensial Severity, S (how bad) Penyebab failure potensial Occurrence, O (How important) Pengendalian (how to detect?) Detection, D RPN Aksi Shoping MP cepat lelah saat cenderung melakukan 2 tidak adanya alat 5 hitung manual menyediakan timbangan/ kalkulasi dalam kesalahan yang lain. bantu hitung. alat bantu hitung jumlah banyak. untuk memastikan jumlah part. MP kurang training. MP tidak mengetahui 2 sasaran follow up 2 melihat secara langsung 1 4 membagi periodisasi cara kerja sesuai training tidak strategis. kemampuan MP dalam follow up training : standard. melakukan kerjanya. 1. on the job training. 2. mampu melakukan pekerjaannya dengan pengawasan. 3. mampu melakukan pekerjaannya tanpa pengawasan. Shoping Tidak adanya alat cacat shortage tidak 2 belum ditemukan alat 5 hitung manual menyediakan timbangan inspeksi untuk terdeteksi sehingga bantu inspeksi. untuk memastikan cacat shortage. delivery tidak sesuai jumlah part. dengan order. Penerangan kurang. untuk part berwarna hitam 1 intensitas cahaya tidak 1 mengukur intensitas 1 1 standarisasi intensitas ada potensi untuk salah sesuai dengan standard. cahaya secara periodik. cahaya hitung. Shoping cara hitung manual MP cepat lelah sehingga 2 tidak adanya alat 5 hitung manual menyediakan timbangan/ cenderung melakukan bantu hitung. alat bantu hitung kesalahan yang lain. untuk memastikan jumlah part. Shoping part kecil dan ringan memperlama waktu 2 tidak adanya alat 5 hitung manual menyediakan timbangan/ dengan order besar hitung dan cepat lelah. bantu hitung. alat bantu hitung untuk memastikan jumlah part. Tabel 4-6 : Tabel FMEA untuk cacat shortage. Sumber : wawancara dengan Bapak Hasari di Quality, Divisi Packing & Vanning Sunter2 TMMIN). Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa hitung manual pada proses shopping berpengaruh besar pada cacat shortage dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan timbangan sebagai alat untuk menghitung.

22 56 Sedangkan untuk training pekerja dapat dikatakan tidak berpengaruh besar dibandingkan dengan penggunaan timbangan. Tetapi tetap menjadi permasalahan karena berhubungan dengan sistem manual yang ada di proses packaging. Untuk penerangan atau intensitas cahaya terhitung berpengaruh kecil terhadap cacat shortage karena proses menghitung tidak membutuhkan pencahayaan yang terang sehingga mendapatkan prioritas lebih kecil untuk diperbaiki. Untuk mengetahui implementasi perbaikan yang dilakukan sebagai aksi untuk menyediakan timbangan/alat bantu hitung adalah sebagai berikut : Gambar 4-2 : Timbangan digunakan untuk mengukur berat part sebagai ganti proses menghitung manual. Dengan menggunakan timbangan ini, operator hanya mencocokkan standard berat part terhadap hasil pembacaan timbangan. Standard data berat part dicantumkan pada Packing Process Instruction. Adapun bentuk Packing Process Instruction adalah sebagai berikut :

23 57 Data berat Part label Gambar 4-3 : Standard berat part dicantumkan pada Packing Process Instruction sebagai panduan operator untuk memastikan jumlah part. Untuk part-part dengan berat yang sangat ringan, digunakan alat bantu (pokayoke) yang bisa mempermudah proses penghitungan yang dilakukan secara manual. Pokayoke ini berfungsi sebagai error proofing (alat pembuktian terjadinya error). Contohnya untuk menghitung screw dengan jumlah order sebanyak 60 pcs. Adapun alat bantu hitung yang digunakan adalah sebagai berikut : Gambar 4-4 : Pokayoke (alat bantu proses hitung screw) sebelum proses penghitungan. Alat bantu di atas mempunyai 6 kotak yang diberi penomoran 1 sampai dengan 6. Operator menghitung screw sebanyak 10 pcs kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing kotak. Hal ini akan mempermudah operator untuk menghitung tanpa

24 58 mengurangi kepenatan jika dibandingkan dengan harus menghitung screw sebanyak 60 pcs sekaligus. Gambar 4-5 : Pokayoke (alat bantu proses hitung screw) setelah proses penghitungan. Setiap 10 pcs screw menempati setiap kotak nomor 1 sampai dengan 6 sehingga jumlahnya 60 pcs. Dengan prinsip pemastian jumlah part seperti ini diharapkan tidak terjadi cacat shortage. Adapun implementasi pokayoke yang lain adalah untuk intake valve dengan order sebanyak 48 pcs adalah sebagai berikut : Gambar 4-6 : Pokayoke untuk intake valve.

25 59 Jumlah 48 pcs akan terlihat jelas di dalam box, karena packaging material mempunyai lubang untuk pemasangan setiap intake valve. Lubang yang tidak terisi oleh intake valve menunjukkan jumlah part kurang dari 48 pcs Tabel FMEA untuk cacat mispart. Adapun tabel FMEA untuk cacat mispart adalah sebagai berikut : FMEA utk cacat mispart : Deskripsi proses Mode failure potensial Pengaruh efek failure potensial Severity, S (how bad) Penyebab failure potensial Occurrence, O (How important) Pengendalian (how to detect) Detection, D RPN Aksi Shoping MP kurang training. MP tidak mengetahui 2 sasaran follow up 2 melihat secara langsung 1 4 membagi periodisasi perbedaan part terutama training tidak strategis. kemampuan MP dalam follow up training : part similar. melakukan kerjanya. 1. on the job training. 2. mampu melakukan pekerjaannya dengan pengawasan. 3. mampu melakukan pekerjaannya tanpa pengawasan. Shoping key point part proses jenis part delivery tidak 2 key point part tidak 5 MP mencocokkan part no merevisi semua key point shoping tidak ada. sesuai dengan order. dimasukkan ke yang ada pada label untuk proses shopping. dalam visualisasi terhadap part no. yang part utk proses ada di flow rack. shoping. Penerangan kurang. untuk part berwarna hitam 1 intensitas cahaya tidak 1 mengukur intensitas 1 1 standarisasi intensitas ada potensi untuk salah sesuai dengan standard. cahaya secara periodik. cahaya ambil saat proses shoping. tidak ada penanda jenis part delivery tidak 2 secara design proses 2 untuk proses shoping : 3 12 pengadaan penanda lorong untuk shoping sesuai dengan order. produksi, penanda MP mencocokkan part no. lorong untuk proses dan suplai. lorong tidak yang ada pada label shoping dan suplai. dijelaskan. terhadap part no. yang ada di flow rack. untuk proses suplai : MP mencocokkan part no. yang ada pada kanban terhadap part no. yang ada di flow rack. Shopping banyak part serupa MP tidak bisa membedakan 2 part serupa disebabkan 3 display key point merevisi semua key point (similar) perbedaan part sehingga adanya varian kendaraan. untuk proses shopping. jenis part delivery tidak Part serupa bisa sesuai dengan order. dibedakan melalui key point. Tabel 4-7 : Tabel FMEA untuk cacat mispart. (Sumber : wawancara dengan Bapak Hasari di Quality, Divisi Packing & Vanning Sunter2 TMMIN).

26 60 Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa key point pada proses shopping berpengaruh besar pada cacat mispart dengan alternatif pemecahan masalah pengadaan dan perbaikan semua key point untuk proses shopping. Penanggulangan kedua untuk cacat mispart adalah pengadaan penanda lorong flow rack sehingga pekerja tidak terlupa lorong flow rack tempat supply dan shopping. Tetapi tetap menjadi permasalahan karena berhubungan dengan sistem manual yang ada di proses packaging. Untuk penerangan atau intensitas cahaya dan kurangnya training terhitung berpengaruh kecil terhadap cacat mispart karena cacat mispart dipengaruhi secara langsung oleh key point dan penanda lorong flow rack sehingga mendapatkan prioritas yang lebih kecil untuk diperbaiki. Untuk mengetahui implementasi perbaikan yang dilakukan sebagai aksi untuk merevisi semua key point adalah sebagai berikut : Gambar 4-7 : Key point untuk production view pada Packing Process Instruction.

27 61 Gambar 4-8 : Key point untuk quality view pada Packing Process Instruction. Diharapkan dengan adanya key point ini, operator bisa membedakan setiap part meskipun terdapat part-part yang serupa similar. Sebagai jaminan bahwa tidak akan terjadi salah lorong pada proses supplai digunakan penanda lorong sebagai berikut : Gambar 4-9 : Penanda lorong untuk mencegah salah lorong pada saat proses shopping di flow rack.

28 62 Gambar 4-10 : Penanda untuk mencegah salah lorong pada saat proses supplai Tabel FMEA untuk cacat mixpart. Adapun tabel FMEA untuk cacat mixpart adalah sebagai berikut : FMEA utk cacat mixpart : Deskripsi proses Mode failure potensial Pengaruh efek failure potensial Severity, S (how bad) Penyebab failure potensial Occurrence, O (How important) Pengendalian (how to detect?) Detection, D RPN Aksi Shoping MP kurang training. MP tidak mengetahui 2 sasaran follow up 2 melihat secara langsung 1 4 membagi periodisasi perbedaan part terutama training tidak strategis. kemampuan MP dalam follow up training : part similar. melakukan kerjanya. 1. on the job training. 2. mampu melakukan pekerjaannya dengan pengawasan. 3. mampu melakukan pekerjaannya tanpa pengawasan. Part tercampur dari jenis part delivery tidak -- MP quality receiving 0 meminta jishuken team suplier sesuai dengan order. melakukan random untuk melakukan check. pembenahan di suplier terkait. Shoping key point part proses jenis part delivery tidak 2 key point part tidak 2 MP mencocokkan part no merevisi semua key point shoping tidak ada. sesuai dengan order. dimasukkan ke yang ada pada label untuk proses shopping. dalam visualisasi terhadap part no. yang part utk proses ada di flow rack. shoping. Penerangan kurang. untuk part berwarna hitam 1 intensitas cahaya tidak 1 mengukur intensitas 1 1 standarisasi intensitas ada potensi untuk salah sesuai dengan standard. cahaya secara periodik. cahaya ambil saat proses shoping. Shopping banyak part serupa MP tidak bisa membedakan 2 part serupa disebabkan 3 display key point merevisi semua key point (similar) perbedaan part sehingga adanya varian kendaraan. untuk proses shopping. jenis part delivery tidak Part serupa bisa sesuai dengan order. dibedakan melalui key point. Tabel 4-8 : Tabel FMEA untuk cacat mixpart.

29 63 (Sumber : wawancara dengan Bapak Hasari di Quality, Divisi Packing & Vanning Sunter2 TMMIN). Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa key point pada proses shopping berpengaruh besar pada cacat mixpart dengan alternatif pemecahan masalah pengadaan dan perbaikan semua key point untuk proses shopping. Penaggulangan kedua untuk cacat mixpart adalah periodisasi follow up training mulai dari OJT (On the Job Training) sampai dengan mampu untuk melakukan pekerjaan tanpa pengawasan. Untuk penerangan atau intensitas cahaya terhitung berpengaruh kecil terhadap cacat mixpart. Tetapi tetap menjadi permasalahan karena berhubungan dengan sistem manual yang ada di proses packaging Control Jika diamati, control adalah akhir dari DMAIC, tetapi benar-benar merupakan awal dari peningkatan/perbaikan terus-menerus dan mengintegrasikan sistem six sigma. Pada tahap ini, kendali yang dilakukan adalah memastikan improvement yang dilakukan tetap efektif, memantau perubahan cacat yang terjadi, sampai dengan penghitungan kembali nilai sigma yang tercapai setalah improvement yang dilakukan. Pemantauan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi kembali jumla cacat shortage,

30 64 mispart dan mixpart yang terjadi selama 1 bulan. Sehingga perlu disediakan check sheet harian untuk mengetahui trend terjadinya cacat shortage, mispart dan mixpart. Kumpulan check sheet harian dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat grafik cacat shortage, mispart dan mixpart setiap bulan. Adapun periode control tidak mempunyai batasan tertentu. Tetapi selama check sheet menunjukkan kenaikan cacat yang terjadi, maka sudah dapat dipakai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap setiap improvement yang telah dilakukan. Selama setiap faktor yang telah diperbaiki dapat diketahui tidak menunjukkan adanya cacat yang bertambah, maka dapat disebut bahwa improvement yang kita lakukan masih efektif untuk masa saat itu.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Achmad Masrur NIM:

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Achmad Masrur NIM: UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 Analisis Pengendalian Kualitas Proses Pengepakan dengan Metode Six Sigma (Study Kasus Pengendalian Kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat. Kemudian, penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Langkah langkah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC

UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer UPAYA PERBAIKAN KUALITAS PROSES PACKING SEMEN UNTUK MENGURANGI JUMLAH CACAT KANTONG PECAH DENGAN METODE SIX SIGMA DMAIC PROCESS QUALITY IMPROVEMENT EFFORTS TO REDUCE THE

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN

ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN ANALISIS KUALITAS PRODUK NIGHT STAND (PROGRESSIVE 1416) DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. IGA ABADI - PASURUAN SKRIPSI Oleh : YONATHAN KURNIAWAN 0532015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

Oleh : Miftakhusani

Oleh : Miftakhusani USULAN MINIMASI CACAT PRODUK PERALATAN MAKANAN GARPU ART 401 DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INDOMETAL SEDJATI ENT. LTD. JAKARTA Oleh : Miftakhusani 2010-21-012 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA Jurnal Ilmiah Teknik Industri (203), Vol. No. 2, 9 USULAN PERBAIKAN KUALITAS DENGAN PENERAPAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PROSES PRODUKSI ROLLER CONVEYOR MBC DI PT

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGENDALIAN KUALITAS PANEL STRAHL TYPE 600x400 PADA BAGIAN PAINTING DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. XYZ Umi Marfuah 1*, Andi Diani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiah Jakarta HP. 08161852358

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 3.1 Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH :

PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : PENGUKURAN KUALITAS PRODUK FURNITURE DENGAN METODE SIX SIGMA UNTUK MEMINIMUMKAN KACACATAN PRODUK DI CV. TIGA PUTRA MALANG SKRIPSI OLEH : SOLYKHUL ANWAR 0532015018 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini, penulis akan menjabarkan hasil yang di dapat dari pengumpulan dan pengolahan data, serta melakukan analisis terhadap masing-masing hasil tersebut. 5.1. Tahap Define

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Ganjil 2007/2008 ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE DMAIC UNTUK MENGURANGI CACAT PADA PART CRANK CASE L TIPE KVL PROSES

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 69 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengamatan/observasi secara langsung dengan mengunjungi PT.Delident Chemical Indonesia untuk melihat secara

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penentuan Sampel dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Central Java Semarang Plant, dan difokuskan pada jumlah cacat produk yang

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008 ANALISA SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS FRONT SPRING ASSY DALAM MENGATASI MASALAH NOISE PADA

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 6.1. AnalisisTahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Tahap analisis pemecahan masalah merupakan tahap untuk menemukan root cause, memberikan ide dan melakukan perbaikan terhadap cacat yang terjadi dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

: defect, six sigma, DMAIC,

: defect, six sigma, DMAIC, ABSTRAK PD.Langgeng adalah perusahaan yang memproduksi berbagai macam part mesin seperti carbon brus. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka perusahaan harus memiliki keunggulan. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. gilirannya akan mengakibatkan meningkatnyapersaingan di pasair internasional. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu persaingan yang semakin ketat. Hal ini dikarenakan munculnya pasar bebas dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metode Pemecahan Masalah Flow Chart metodologi pemecahan masalah merupakan diagram alir yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Strada Arah Sarana (MSA) adalah perusahaan ban penumpang (Passenger Car) radial dan truk ringan (Light Truck) radial yang memiliki tiga merek yaitu Achilles, Corsa dan Strada. Namun dalam

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Perencanaan Perbaikan Kualitas Produk Shuttlecock Merk Supermen Dengan Metode Six Sigma Pada MIDO Shuttlecock Industry Tegal SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Strata Satu ( S1) Pada

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh adalah jumlah dan jenis-jenis cacat pada proses welding hasil audit dari periode akhir September Oktober 2004. Tabel 4.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas Seperti dituliskan oleh Syukron dan Kholil (2012), ada beberapa definisi kualitas dari para ahli kualitas. Definisi tersebut antara lain : Montgomery mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak.

PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Abstrak. PENGUKURAN KEMAMPUAN PROSES MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIX SIGMA PADA PROSES PENCETAKAN PRODUK PAPERBAG (STUDI KASUS PT. X) Theresia Sihombing *), Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Pada proses metodologi penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan diagram alir seperti yang ditunjukan pada gambar 3.1 Gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X

Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Bucket Cacat di PT X Implementasi Metode Six Sigma DMAIC untuk Mengurangi Paint Cacat di PT X Hanky Fransiscus 1, Cynthia Prithadevi Juwono 2, Isabelle Sarah Astari 3 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X )

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) Oleh : CHANDRA SARIPUTTRA 0732015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS IT SERVICE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Define Identifikasi masalah pada Bakmi GM, yakni adanya ketidakstabilan perfect order untuk delivery service pada enam bulan terakhir, yang bervariasi antara 54% sampai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN PENDEKATAN DMAIC PADA PROSES HANDLING PAINTED BODY BMW X3 (STUDI KASUS: PT. TJAHJA SAKTI MOTOR)

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN PENDEKATAN DMAIC PADA PROSES HANDLING PAINTED BODY BMW X3 (STUDI KASUS: PT. TJAHJA SAKTI MOTOR) PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN PENDEKATAN DMAIC PADA PROSES HANDLING PAINTED BODY BMW X3 (STUDI KASUS: PT. TJAHJA SAKTI MOTOR) Dino Caesaron, Tandianto Program Studi Teknik Industri, Universitas Bunda

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Data Defect Fusstrebe Dari hasil pembahasan pada bab pengumpulan dan pengolahan data, dapat diketahui beberapa point penting dalam mengetahui jenis-jenis defect yang terjadi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA Moh. Umar Sidik Daryanto (Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma) ABSTRAK PT. Teknik Makmur

Lebih terperinci

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena BABV PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define (Pendefinisian) PT. Indonesia Toray Synthetics (PT. ITS) merupakan perusahaan manufaktur dengan sistem produksi make to order, dimana proses produksi dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET)

PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2900 PENERAPAN ALAT BANTU UNTUK MEMINIMASI PRODUK DEFECT PADA PROSES PRODUKSI RUBBER BELLOW DI PT AGRONESIA (DIVISI INDUSTRI

Lebih terperinci