Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:"

Transkripsi

1 Kanban 看板 Sistem Produksi Lanjut TI UG 1 Definisi Kanban Secara bahasa: Jepang: kartu penanda Secara istilah sistem produksi: Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, di tempat yang tepat dan pada saat yang tepat. 2 1

2 Kanban dan TPS Kanban pada dasarnya adalah metode pengaliran informasi antar sel dalam sistem produksi yang kompleks. Kanban merupakan bagian tak terpisahkan dari Toyota Production System, sehingga tujuan Kanban adalah mendukung pencapaian tujuan TPS. Kanban diciptakan oleh Toyota pada tahun 1953 diilhami oleh sistem supermarket. Pada industri yang kompetitif, Kanban biasanya diperluas hingga ke supplier. 3 Dimana diterapkan Kanban? (1) PT Toyota Motor Process Flow FORGING CASTING WELDING PAINTING ASSEMBLY STAMPING 4 2

3 Dimana diterapkan Kanban? (2) PT AHM Process Flow Pressing Bending Cutting METAL FORMING WELDING PLATING Plastic Parts PLASTIC MOULDING PAINTING Engine Parts Frame Parts AL CASTING MACHINING FINAL ASSEMBLY Ferro-casting Aluminum-casting Press parts VENDORS SUB ASSEMBLY Finished Parts CKD VENDORS 5 Pada apa diterapkan Kanban? Pada asalnya, Kanban diterapkan untuk semua part (seperti supermarket). Variasi penerapannya bisa hanya untuk sebagian part. Misal: kelas A Kanban, kelas B warehouse, kelas C P/O 6 3

4 Tipe Kanban Satu kartu Jarak antar cell dekat WIP antar cell sedikit 1 stockpoint Perputaran kanban cepat Perputaran WIP cepat Dua kartu Jarak antar cell sedang WIP antar cell sedang 2 stockpoint Perputaran kanban sedang Perputaran WIP sedang 7 Proses Kanban (2 kartu) 8 4

5 Ilustrasi Kanban (2 kartu) 9 Informasi Dalam Kartu (1) Kanban pengambilan 10 5

6 Informasi Dalam Kartu (2) Kanban Produksi 11 Kanban Modern 12 6

7 17/3/2014 Container Kanban (1) Trolley Pallet 13 Container Kanban (2) Bin Bogey 14 7

8 Prinsip Kanban 1. Tidak boleh mengalirkan produk cacat ke proses selanjutnya; 2. Proses akhir hanya mengambil material secukupnya pada saat yang tepat; 3. Proses awal hanya memproduksi material sebanyak yang dikonsumsi oleh proses akhir; 4. Kanban diproses dengan aturan first-come firstserved; 5. Kanban tidak diperuntukkan untuk produk dengan variasi permintaan yang besar; dan 6. Continuous improvement dari Kanban harus seiring dengan perbaikan cell dan stasiun kerja. 15 Formula Kanban (1) Awalnya formula Kanban bersifat deterministik. Seiring perkembangan, banyak dibuat formula baru yang bersifat stokastik. Pada intinya formula Kanban adalah: Kanban quantity = f (demand, lead time, container siza, buffer) Formula Kanban tidak memperhitungkan faktor biaya. 16 8

9 Formula Kanban (2) Formula dasar perhitungan Kanban: K = {(D x LT) / CQ} + SS Dimana K = jumlah kanban D = rata-rata permintaan per periode LT = Kanban lead time CQ = container quantity (unit per container) SS = buffer stock (default 1) Rule of thumb: Container quantity +10% permintaan harian Buffer stock tidak melebihi 10% 17 Formula Kanban (3) Kanban lead time (LT) Kanban pengambilan: waktu yang diperlukan untuk mengganti kanban yang kosong dengan yang baru LT = waktu tunggu kanban di kotak pengambilan + waktu transport kanban ke proses awal + waktu transport kontainer ke stockpoint proses akhir Kanban produksi: waktu yang diperlukan untuk mengisi kanban yang kosong hingga penuh LT = waktu tunggu kanban di kotak pengambilan + waktu transport kanban ke area produksi + waktu tunggu kanban di area produksi + waktu proses kanban (setup + run + waktu tunggu dalam proses) + waktu transport kontainer ke stockpoint. 18 9

10 Contoh soal (1) Sistem kanban digunakan untuk mengendalikan produksi katup (valve) sebagai komponen pompa yang akan dirakit di lini perakitan. 2 katup diperlukan untuk setiap pompa 1850 pompa diproduksi setiap hari Waktu produksi per katup adalah 0,001 hari Kontainer yang digunakan bisa memuat 250 katup Digunakan sistem kanban 1 kartu Waktu tunggu diabaikan. 19 Contoh soal (2) D = 1850 pompa/hari x 2 katup/pompa = 3700 katup/hari LT = 0,001 hari/katup x 250 katup = 0,25 hari CQ = 250 katup/kanban Maka, K = (3700 x 0,25 / 250) + 1 = 4,1 kanban Dibulatkan ke atas menjadi 5 kanban

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan - tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan jaman yang semakin pesat, dunia industri semakin berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk memperbaiki

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Jaya Pandu Nusantara yang berdiri sejak 20 Oktober 1994 dengan luas area 2.040 m 2 yang sampai dengan saat ini dipimpin oleh Bapak Alex Santoso merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

Yulia Diah Dinanty dan Sumiharni Batubara

Yulia Diah Dinanty dan Sumiharni Batubara PERANCANGAN SISTEM P-KANBAN DAN C-KANBAN UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN MATERIAL PADA LINI PRODUKSI PERAKITAN LAUNDRY SYSTEM BUSINESS UNIT (LSBU) DI PT. Y Yulia Diah Dinanty dan Sumiharni Batubara Laboratorium

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Jenis Produk yang dihasilkan Jenis-jenis produk yang dihasilkan yang dibuat dalam Perakitan roda motor baik untuk roda depan (Front) dan roda

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing berusaha untuk mencari suatu metode yang lebih baik untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu berusaha meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan. efisiensi, kualitas dan produktivitas perusahaannya dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini persaingan di dunia industri makin ketat. Permintaan pasarpun sering berubah-ubah. Kenyataan ini membuat para pengusaha selalu berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan I.1 Latar Blkg Masalah a. Sistem JIT dan Kanban b. Identifikasi Masalah I.2 Pembatasan Masalah a. Lokasi Kegiatan : PT. DENSO Indonesia b. Objek Penelitian : Komponen Neck Filler c. Cakupan Pembahasan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU Lestari Setiawati Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan antara satu proses dengan proses yang lain. Mulai dari raw material sampai dengan menjadi

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan sistemnya agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE Hernadewita 1, Euis Nina Saparina Yuliani 2, dan Dewi A. Marizka 3 1 Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana 2 Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

Penjadwalan kedatangan supplier di bagian part preparation i pt. Astra Honda motor pegangsaan plant

Penjadwalan kedatangan supplier di bagian part preparation i pt. Astra Honda motor pegangsaan plant Penjadwalan kedatangan supplier di bagian part preparation i pt. Astra Honda motor pegangsaan plant Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ANDREAS SULIANTO A N I 0300013 JURUSAN

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Hartono, et al. / Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana / Jurnal Titra, Vol. 3 No. 2, Juni 2015, Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Evan

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA THE EFFECT OF LINE STOP ON THE LINE PRODUCTION USING KANBAN METHOD IN PT

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 USULAN PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI PONS DAN LINI PERAKITAN PADA PT. ES HUPINDO

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM PROSES PEMBUATAN PRODUK BUSI DI PT. DENSO INDONESIA Nama : Chika Lorenthia Nandalika NPM : Jurusan :

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM PROSES PEMBUATAN PRODUK BUSI DI PT. DENSO INDONESIA Nama : Chika Lorenthia Nandalika NPM : Jurusan : ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU DALAM PROSES PEMBUATAN PRODUK BUSI DI PT. DENSO INDONESIA Nama : Chika Lorenthia Nandalika NPM : 34411629 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Asep Mohamad Noor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persedian.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1 Rencana Implementasi Agar model linear programming yang telah dibuat dapat digunakan dengan baik oleh YMMI, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA

ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA Ida Merlina Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III no. 45, (62-21) 5327630, idamerlina@yahoo.co.jp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Efisiensi, efektifitas dan produktifitas adalah kata-kata yang sering dilontarkan dalam beberapa dekade belakangan ini, baik dari pihak konsumen pada umumnya maupun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL CAT BERDASARKAN SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER DI PT. KAYABA INDONESIA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL CAT BERDASARKAN SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER DI PT. KAYABA INDONESIA PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL CAT BERDASARKAN SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER DI PT. KAYABA INDONESIA EDDY S. HARISANTO DAN PURWADI WAHYU GUMILAR Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION, SUNTER I, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Fathimah Baya Nabilah 32411726

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. X adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi sepeda motor dan beberapa jenis spare part. Sepeda motor yang dihasilkan ialah sepeda motor

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Terbukti dengan pembentukan-pembentukan sistem kerja yang diterapkan

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian awal ini, penulis akan menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. 1.1. Latar Belakang Masalah umum yang dihadapi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO Siti Rohana Nasution Leili Septianingrum Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Srengseng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing di pasar lokal dan internasional, semua industri otomotif di Indonesia berlomba-lomba

Lebih terperinci

PERBAIKAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME KOMPONEN PRODUK MAIN FLOOR SIDE LH PADA PT GAYA MOTOR

PERBAIKAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME KOMPONEN PRODUK MAIN FLOOR SIDE LH PADA PT GAYA MOTOR PERBAIKAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN JUST IN TIME KOMPONEN PRODUK MAIN FLOOR SIDE LH PADA PT GAYA MOTOR Bella Suciana Istiqomah 1, Iveline Anne Marie 2 Abstract: PT. Gaya Motor is a manufacturing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda dua dan merupakan pabrikasi alat transportasi roda dua di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. roda dua dan merupakan pabrikasi alat transportasi roda dua di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif roda dua dan merupakan pabrikasi alat transportasi roda dua di Indonesia. Tingginya

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Meri Prasetyawati 1*, Agustin Damayanti 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia

Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia Stephani Diesya Floratiara 1), Ilham Priadythama 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PERENCANAAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI AREA PAINTING SHOP PADA ASSEMBLY MANUFAKTURING

PERHITUNGAN PERENCANAAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI AREA PAINTING SHOP PADA ASSEMBLY MANUFAKTURING PERHITUNGAN PERENCANAAN PRODUKSI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI AREA PAINTING SHOP PADA ASSEMBLY MANUFAKTURING Hernadewita (1), Hendra (2), Feidihal (3) (1) Staf Pengajar Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam menunjang efektifitas dan efisiensi produksi di perusahaan adalah manpower factor (faktor tenaga kerja). Faktor tenaga kerja meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lean Manufacturing Ohno (1997) seperti yang dikutip oleh Abdullah (2003) menjelaskan bahwa ide dasar di balik sistem lean manufacturing, yang telah dipraktekkan selama

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalaian persediaan merupakan salah satu aspek penting dari beberapa aspek yang diuraikan diatas. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan, pada dasarnya

Lebih terperinci

PENERAPAN JIT (JUST IN TIME) UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA SISTEM LOGISTIK DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA

PENERAPAN JIT (JUST IN TIME) UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA SISTEM LOGISTIK DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA PENERAPAN JIT (JUST IN TIME) UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA SISTEM LOGISTIK DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA Burhan, Iffan Maflahah, RP. Wildan M.I. Program Studi Teknologi Industri Pertanian,

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. L JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan

Lebih terperinci

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ

Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI LEAN PRODUCTION SYSTEM UNTUK MENGELIMINASI WASTE PADA PRODUKSI FILLING CABINET 4D DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING (Studi kasus : Divisi Work Fitting PT ATMI Solo) Diajukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Flowchart Metode Penelitian Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai Studi Pendahuluan: Pengamatan flow process produksi Assembly

Lebih terperinci

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK Hari Prasetyo Staf Pengajar Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta harpras2@yahoo.com ABSTRAK Dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Dalam melakukan proses penulisan laporan tugas akhir mengenai perancangan sistem kerja dari proses perakitan engine, penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah menyediakan produk sesuai dengan ekspektasi customer. Maka, sangat penting bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing dan Distributor resmi sepeda motor merk Honda sejak didirikan pada tahun 1971, sampai saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif antar industri-industri didalamnya. Diantaranya dengan adanya peluncuran berbagai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

Simulasi Perbandingan Efek Penerapan Metode Kanban dan ConWIP pada Manufaktur

Simulasi Perbandingan Efek Penerapan Metode Kanban dan ConWIP pada Manufaktur T E K N O S I M 009 Yogyakarta, November 009 Simulasi Perbandingan Efek Penerapan Metode dan pada Manufaktur Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok, 644,

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai macam barangbarang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat ini, manusia menggunakan mobil sebagai alat transportasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 35 HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini adalah salah satu bagian penting dari laporan ini yang berisi datadata yang diperlukan untuk mengerjakan tugas akhir ini. Bagian ini diawali dengan hasil pengumpulan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PENURUNAN TINGKAT INVENTORY DAN LEAD TIME PROSES PRODUKSI DENGAN SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DI PT. CG POWER SYSTEMS INDONESIA Riki Ferdizal 1, Nur Yulianti Hidayah 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prinsip Dasar daripada Produksi Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan dihadapkan pada konsumen yang akan menuntut untuk diberikan satu

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

vii DAFTAR ISI Laporan Tugas Akhir Penerapan Sistem Junbiki

vii DAFTAR ISI Laporan Tugas Akhir Penerapan Sistem Junbiki vii DAFTAR ISI Pengesahan Tugas Akhir... i Tanda Lulus Mempertaahankan Tugas Akhir... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB I Pendahuluan...

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi sekarang ini, dunia industri otomotif berada pada tingkat persaingan yang sangat tinggi. Beberapa bukti yang dapat diambil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan akan dihadapkan dengan era persaingan pasar global, dimana harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan-perusahaan diseluruh dunia. Perkembangan

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perindustrian, kata kelebihan pada proses produksi atau over stock pada warehouse adalah suatu yang merugikan bagi perusahaan. Over stock karena

Lebih terperinci