V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI"

Transkripsi

1 V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru mempunyai pemahaman atau pemikiran yang sama dengan toyota. Pada kegiatan ini dikenalkan profil perusahaan, standarisasi kerja, dan TPS (Toyota Production System). Profil perusahaan berisi tentang perkembangan perusahaan toyota dari dimana perusahaan ini dipecah menjadi dua bagian yaitu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) dan PT. TAM (Toyota Astra Motor), lokasi perusahaan yang terletak di Sunter dan Karawang, skema bisnis toyota, jaringan penjualan dan produk toyota. Pada profil perusahaan ini dijelaskan juga beberapa istilah-istilah di dalam toyota seperti Kaizen dan Genba Genchi Genbutsu. Kaizen yaitu memperbaiki operasi bisnis secara berkelanjutan dan selalu diarahkan untuk melakukuan inovasi dan evaluasi, sedangkan Genba Genchi Genbutsu adalah suatu kegiatan observasi untuk mencari fakta dengan cara melihat sendiri fakta tersebut, sehingga keputusan yang diambil benar-benar tepat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Standarisasi kerja adalah suatu metode kerja yang bertujuan agar bisa memproduksi seefisien mungkin dengan urutan kerja dan waktu melakukan pekerjaan itu benar-benar menjamin keselamatan dan kualitas. Seluruh pekerja toyota mempunyai kewajiban untuk mematuhi seluruh standar kerja yang ada, jika standar kerja ini tidak dipatuhi maka akan terjadi suatu kesalahan yang dapat merugikan pihak perusahaan dan pekerja itu sendiri. TPS (Toyota Production System) merupakan prinsip kerja toyota dalam melakukan standarisasi kerja. TPS ditopang oleh dua pilar yaitu Just in Time dan Jidouka. Just in Time yaitu menyediakan produksi hanya pada waktu yang diperlukan dan sejumlah yang diperlukan oleh pelanggan dan Jidouka adalah pengetahuan manusia yang diikutsertakan pada suatu mesin untuk menyatakan bagus atau tidak bagus suatu barang yang diproduksi, agar melanjutkan produksi 25

2 Just in Time Jidouka barang yang bagus dan berhenti jika ada barang yang tidak bagus, sehingga barang yang dihasilkan berkualitas baik bagus dan harganya murah. Kedua pilar ini menjadi acuan toyota dalam melakukan kegiatan produksinya. Pola hubungan antara TPS dan standarisasi kerja dapat dilihat pada Gambar 3. TPS (Toyota Production System) STANDARISASI KERJA Gambar 3. Pola hubungan TPS (Toyota Production System) dan standarisasi kerja. B. Observasi Observasi merupakan kegiatan di lapangan untuk mencari permasalahan yang terjadi, kemudian mengkaji masalah tersebut dan akhirnya menyelesaikan permasalahan dengan mengutamakan 4M (Mesin, Metode, Material dan Manusia). Permasalahan yang berhubungan dengan ergonomi ini menyebabkan para pekerja menjadi cidera otot maupun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang tidak ergonomis. Penyakit yang berkaitan dengan saraf dan otot yang diakibatkan oleh pekerjaan yang tidak ergonomis dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar. Dari gambar terlihat bahwa 2% pekerja di Packing Vanning Division Sunter 2 menderita penyakit low back pain. Salah satu penyebab penyakit ini adalah pekerjaan membungkuk. Sedangkan penyakit lainnya merupakan jenis penyakit biasa, seperti sakit kepala, migrain, dll. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan yang mendasar dari aspek ergonomi agar penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang tidak ergonomis dapat berkurang. 26

3 Gambar 4. Penyakit saraf dan otot (Poliklinik PT. TMMIN Sunter 2, 2009). Toyota menggunakan analisis 4M ini untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan. Analisis 4M adalah suatu perlengkapan Toyota untuk menyelesaikan suatu masalah dengan mendahulukan Mesin (peralatan), Metode kerja, Material (bahan), dan Manusia. Observasi dilakukan melalui beberapa proses kerja, proses kerja ini digunakan oleh Toyota untuk melakukan suatu perbaikan. Proses kerja tersebut adalah pemilihan tema, analisis kondisi yang ada, fish bone dan rencana penanggulangan. 1. Pemilihan Tema Pemilihan tema merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menjadi fokus pekerjaan yang akan dilakukan. Tema yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah Aspek Ergonomi dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tema itu merupakan usulan dan permintaan dari pihak manajemen sendiri yaitu SHE (Safety, Health and Environment). Divisi SHE secara berkelanjutan mengembangkan dan menerapkan ergonomi kerja kepada seluruh divisi yang ada di Toyota Motor Manufacturing Indonesia, karena SHE merasa permasalahan yang diakibatkan dari kesalahan kerja secara ergonomis cukup berbahaya dan tidak dapat dideteksi secara langsung. Divisi SHE sangat mendukung baik secara moril maupun materil untuk melakukan observasi yang berkaitan dengan ergonomika kerja yang ada di PT. TMMIN. Namun divisi SHE mengarahkan untuk berkonsentrasi pada satu divisi yaitu PVD (Packing Vanning Division). Karena seluruh pekerjaan di divisi PVD ini 90% dikerjakan secara manual, sehingga potensi cedera yang diakibatkan oleh pekerjaan yang tidak ergonomis sangat tinggi. PVD mempunyai dua lokasi, yaitu 27

4 PVD Sunter I dan PVD Sunter 2. Namun yang dikaji pada skripsi ini adalah PVD Sunter 2, ini merupakan pilihan dari management di bawah divisi SHE. 2. Pengamatan proses kerja PVD (Packing Vanning Division) merupakan salah satu divisi di PT. TMMIN yang bertugas untuk mengepak berbagai jenis part-part mobil untuk diekspor atau dikirim ke tempat lain untuk selanjutnya dilakukan proses berikutnya. PVD Sunter 2 mempunyai empat kegiatan produksi, antara lain: ASSY 998 L, ASSY D28D, Welding 998 L dan SPO/CPO, Pengamatan proses kerja dimulai dari alur proses yang ada di PVD Sunter 2 yang dapat dilihat pada Gambar 5. Alur proses di PVD Sunter 2 berawal dari penerimaan barang (receiving), meletakkan barang ke rak (supply), mengepak barang (production) dan yang terakhir pengangkutan (Vanning). Penerimaan barang merupakan proses awal yang dilakukan, pada proses ini barang-barang diturunkan dari mobil kontainer menggunakan garpu pengangkat (fork lift) dan disusun di dok-dok untuk diperiksa surat jalannya. Setelah barang sesuai dengan surat jalan maka barang tersebut siap untuk didistribusikan ke tempat masingmasing sesuai dengan pesanan untuk dilakukan proses lebih lanjut. Setelah barang didistribusikan ketempat yang sesuai, kemudian barang di supply berdasarkan kanban. Kanban merupakan suatu alat yang digunakan untuk menentukan part yang akan diambil dan alamat untuk kemudian ditempatkan di rak. Setelah itu barang masuk ke masing-masing area produksi (ASSY 998 L, ASSY D28D, Welding 998 L dan SPO/CPO). Proses produksi ASSY 998 L merupakan proses untuk mengepak part-part interior untuk jenis mobil Avanza yang meliputi proses belanja (shoping), mengambil barang (picking) dan penyusunan barang ke dalam kotak (case). Belanja merupakan kegiatan menaruh barang ke dalam rak minomigasi dengan menggunakan kanban sebagai acuan pekerja dalam meletakkan part. Setelah proses belanja, kemudian dilanjutkan dengan proses pengambilan part, proses pengambilan part merupakan proses mengambil part dari rak minomigasi, part tersebut dimasukkan ke dalam kardus yang berbentuk kotak dan di distrubusikan ke area stacking menggunakan ban berjalan (conveyor). Barang tersebut berhenti di area stacking, dan pekerja di area stacking mulai menyusun barang yang masuk 28

5 dari conveyor ke kotak besi (case). Setelah itu pekerja melakukan stacking berdasarkan stacking instruction, jika pekerjaan ini sudah selesai oprator menekan tombol untuk memanggil fork lift dan kotak besi (case) di bawa menuju kontainer, proses pengangkutan kotak besi (case) dari stacking menuju kontainer disebut vanning. ASSY D28D merupakan proses pengepakan barang untuk perlengkapan mobil terios, namun sangat disayangkan sekali proses ASSY D28D tidak berjalan. Karena negara tujuan ekspor yaitu Venezuela berhenti mengimpor perlengkapan assesoris mobil Terios. Welding 998 L merupakan proses pengepakan part-part untuk perlengkapan mobil Avanza. Proses kerja di Welding 998 L anatara lain pengikatan part (Binding), menaruh dan mengambil part (Picking) dan pengepakan part ke dalam suatu kotak (Stacking). Binding merupakan kegitan mengikat part-part menjadi 1 lot, yang berisi 10 part setiap lot. Setiap 1 lot part di ikat dengan menggunakan berbagai jenis kawat. Picking merupakan kegiatan menaruh part ke rak minomigasi dan mengambil part-part dari rak minomigasi menuju stacking dengan menggunakan kanban sebagai acuan pekerja untuk melakukan kerja tersebut. Part yang ditaruh dan diambil mempunyai bentuk dan berat yang bermacam-macam. Part yang sudah diambil kemudian di taruh di dolly dan di dorong ke arah stacking. Setelah sampai di stacking, part-part dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari besi (case). Beberapa part dimasukkan dengan menggunakan alat bantu berupa pengangkat (hoist) dan sisanya diangkat secara manual menggunakan tangan. SPO/CPO merupakan suatu kegiatan untuk mengepak part secara khusus dan pesanannya hanya di waktu-waktu tertentu saja. Part-part yang masuk ke dalam SPO/CPO tidak dapat diduga, terkadang pekerja dibagian ini sibuk sekali namun jika tidak ada pesanan pekerja mengerjakan pekerjaan yang lainnya. 29

6 Gambar 5. Alur proses produksi di PVD Sunter 2. Dari empat proses produksi yang ada di PVD Sunter 2, Welding 998 L mempunyai potensi bahaya kerja akibat pekerjaan yang tidak ergonomis paling besar, yang dihitung berdasarkan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS yang dibuat oleh mother plant Toyota yaitu Toyota Motor Corporation (TMC). Contoh perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS yang terkait dengan potensi bahaya ergonomi dapat dilihat pada Lampiran 3. Analisis potensi bahaya di Welding 998 L dilakukan berdasarkan proses kerja yaitu binding, picking dan stacking, setelah itu hasil tersebut diparetokan untuk mengetahui proses kerja yang mempunyai permasalahan kerja yang tidak ergonomis berdasarkan perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS. Hasil perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS di Welding 998 L dapat dilihat pada Gambar 6. 30

7 Nilai risk point Nilai risk point Masalah ergonomi di Welding 998 L Stacking Picking Binding Proses Kerja Gambar 6. Hasil perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS (Occupational Safety and Health Management System). Hasil perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS memperlihatkan bahwa stacking mempunyai permasalahan ergonomi kerja yang paling tinggi dibandingkan dengan proses kerja lainnya. Oleh karena itu perhatian difokuskan pada masalah ergonomi di bagian stacking. Pekerjaan di bagian stacking meliputi beberapa proses kerja, yaitu persiapan, pengepakan part berat dengan menggunakan alat bantu berupa hoist, pengepakan part sedang dan kecil, dan yang terakhir adalah tahap penyelesaian. Permasalahan ergonomi disetiap proses kerja dihitung dengan menggunakan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS, dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar Masalah ergonomi di Welding 998 L Handling part sedang Handling part kecil Handling part besar Persiapan Penyelesaian Proses Kerja Gambar 7. Hasil perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS (Occupational Safety and Health Management System). 31

8 Nilai risk point Dengan menggunakan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS, dapat terlihat juga faktor pekerjaan yang tidak ergonomis, sehingga perhatian dapat difokuskan pada penyebab masalah ergonomi yang mengakibatkan nilai grafik menjadi tinggi. Faktor penyebab terjadinya potensi bahaya ergonomi kerja yang paling tinggi dapat dilihat pada Gambar 8. Bahaya ergonomi kerja Membungkuk Tangan Berat material Mengangkat tangan Penyebab bahaya ergonomi Gambar 8. Hasil perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS (Occupational Safety and Health Management System). Dari hasil perhitungan Evaluasi Risiko Kerja OSHMS terlihat bahwa membungkuk merupakan penyebab bahaya ergonomi kerja paling besar. Oleh karena itu perbaikan difokuskan untuk mengurangi pekerjaan membungkuk. Perbaikan dilakukan dengan mengutamakan perbaikan dari aspek mesin, metode kerja, matreial, dan manusia. Perbaikan dengan mengutamakan 4M (mesin, metode kerja, material, dan manusia) diharapkan dapat mengurangi pekerjaan membungkuk pada pekerja ketika melakukan pekerjaan mereka masing-masing. 3. Fish bone diagram Fish bone merupakan suatu cara untuk mencari akar suatu permasalahan dengan menggunakan analisis 4M (Mesin, Metode, Material dan Manusia), sehingga ditemukan akar permasalahnnya dan dapat dilakukan perbaikan dengan secepat-cepatnya. Hasil analisis fish bone pada permasalahan ergonomi di stacking (Welding 998 L) PVD Sunter 2 dapat dilihat pada Gambar 9. 32

9 Berat part tersebut Kg Standar TMC 20 Kg Pekerja selalu membungkuk ketika melakukan stacking Operator belum pernah di training terkait dengan ergonomi kerja Gambar 9. Fish bone diagram permasalahan ergonomi di stacking. Fish bone menggambarkan akar pemasalahan yang ada di lapangan, sehingga perbaikan yang dilakukan mengacu pada hasil dari fish bone tersebut (Toyota Motor manufacturing Indonesia, 2000). 4. Rencana penanggulangan Rencana penanggulangan yang akan dilakukan berkaitan dengan mesin, metode kerja, material, dan manusia. a. Mesin Material Nomor part WB-08-BZ011-00, terlalu berat untuk diangkat Manusia Rencana penanggulangan yang akan dilakukan berkaitan dengan mesin yaitu meninggikan dudukan stacking yang sebelumnya 10 cm menjadi 35 cm. Peninggian dudukan stacking menjadi 35 cm didasarkan pada pengukuran antropometri para pekerja. Hal ini bertujuan agar pekerja tidak membungkuk ketika melakukan pekerjaan stacking. Gambar perbaikan dudukan stacking dapat dilihat pada Gambar 10. Sedangkan untuk gambar detail dari perbaikan dudukan stacking dapat dilihat pada Lampiran 10. Metode Dudukkan stacking terlalu rendah Mesin pekerja membungkuk ketika melakukan pekerjaan Pekerja selalu membungkuk ketika mengambil dan meletakkan part Tidak ada panduan mengangkat benda yang benar di lembar standar kerja Pekerja tidak mengetahui cara mengangkat part yang benar Permasalahan Pemasalahan ergonomi di ergonomi stacking di A1, stacking Handling part sedang, proses kerja membungkuk 33

10 Gambar 10. Rencana perbaikan pada dudukan stacking. b. Metode Kerja Banyak dari pekerja yang bekerja dengan menggunakan tulang punggung sebagai tumpuan untuk mengangkat part. Jika dilihat dari sisi ergonomi mengangkat benda dengan menggunakan tulang punggung adalah prosedur kerja yang salah. Oleh karena itu perlu dilakukannya perbaikan dari sisi metode kerja. Metode mengangkat benda yang benar dapat dilihat pada Gambar 11. Seharusnya dalam mengangkat benda yang digunakan sebagai tumpuan adalah kaki bukan tulang belakang. Diharapkan pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara benar dari sisi ergonomi, sehingga pekerja akan terbebas dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang tidak ergonomis. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang salah ketika mengangkat benda adalah Low Back Pain, Musculoskeletaldisorder, dll. Gambar 11. Metode yang benar ketika mengangkat benda (Anonim, 2001). 34

11 c. Material Pada proses stacking ditemukan part yang melebihi standar Toyota. Standar toyota untuk benda yang diangkat secara manual adalah 20 Kg, namun part yang mempunyai kode BZ memiliki berat Kg. Jenis part ini terlalu berat untuk diangka secara manual, jika dipaksakan diangkat secara manual maka tidak baik untuk pekerja itu sendiri, Jenis part ini dapat dilihat pada Gambar 12. Rencana perbaikan yang dilakukan adalah mengangkat part tersebut dengan menggunakan alat bantu berupa pengangkat (hoist). Dengan adanya perbaikan ini diharapkan pekerja dapat bekerja dengan aman dari sisi ergonomi dan pekerja terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang tidak ergonomis, yaitu Musculoskeletaldisorder dan Low Back Pain. Selain mengangkat part tersebut dengan alat bantu berupa hoist, prosedur kerja berupa EIS (Element Instruction Standard) juga harus diperbaiki. Sehingga prosedur kerja menjadi berubah, sebelumnya untuk jenis part ini tidak menggunakan alat bantu, sekarang menggunakan alat bantu. Contoh perubahan Element Instruction Standard (EIS) dapat dilihat pada Lampiran 16. Gambar 12. Jenis part BZ d. Manusia Perbaikan dari manusiapun harus dilakukan, agar para pekerja mempunyai pengetahuan dan wawasan tentang ergonomi kerja, sehingga pekerja dapat mengaplikasikan teori ergonomi pada pekerjaannya. Perbaikan itu berupa pelatihan tentang ergonomika kerja dan aplikasi ilmu ergonomi yang berkaitan dengan mengangkat benda di industri. Sebagian 35

12 besar dari pekerja tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang ergonomi, sehingga banyak dari pekerja yang melakukan pekerjaan secara tidak ergonomis. Pekerjaan yang tidak ergonomis tersebut adalah membungkuk, yang menjadi akar permasalahan di stacking. Pekerja harus dilatih untuk bekerja sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomi, agar terhindar dari dampak buruk akibat pekerjaan yang tidak ergonomis. Pelatihan ini dilbagi menjadi dua bagian, yaitu di dalam ruangan dan di lapanagan, di dalam ruangan dijelaskan tentang teori ergonomi dan akibat yang akan dirasakan oleh pekerja jika tidak bekerja secara ergonomis, sedangkan di lapangan diajarkan aplikasi ilmu ergonomi yang dapat diterapkan berkaitan dengan mengangkat benda. Pelatihan yang dilakukan didalam ruangan dapat dilihat pada Gambar 13a, sedangkan pelatihan yang di lapangan dapat dilihat pada Gambar 13b. Gambar 13 a. Pelatihan di dalam ruangan. Gambar 13 b. Pelatihan di lapangan. e. APD (Alat Pelindung Diri) Rencana perbaikan terakhir yang dilakukan adalah APD (Alat Pelindung Diri). Alat Pelindung diri ini berupa back support, yang sudah di uji cobakan selama satu bulan di Sunter 1. Alat Pelindung Diri ini mempunyai fungsi untuk menjaga tulang belakang agar tetap lurus ketika pekerja melakukan pekerjaan di stacking. Back support ini diharapkan dapat mengurangi bahaya ergonomi akibat dari pekerjaan yang tidak ergonomis, yang dilakukan oleh pekerja selama melakukan pekerjaannya sehari-hari. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) ini dapat dilihat pada Gambar

13 Gambar 14. Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) back support. C. Diskusi Diskusi merupakan kegiatan rutin yang dilakukan, diskusi ini dihadiri oleh pembimbing lapang dan manajer PVD. Diskusi ini dilakukan sebagai sarana untuk menuangkan ide-ide perbaikan dan meminta masukan-masukan dari pembimbing lapang dan manajer PVD terkait dengan perbaikan yang akan dilakukan di divisi PVD. Diskusi dilakukan setiap dua minggu, jadwal ini disusun agar tidak terjadi permasalahan komunikasi mengingat kesibukan pembimbing lapang dan manajer PVD. Diskusi ini sangat bermanfaat sekali, karena pemikiran-pemikiran karyawan-karyawan Toyota pun dituangkan didalam diskusi ini. Sehingga banyak sekali pelajaran yang dapat diperoleh dari diskusi ini. 37

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu, dilakukan pengenalan istilah-istilah

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diharapkan dari pengkajian ini adalah berkurangnya nilai Evaluasi Risiko Kerja OSHMS (Occupational Safety and Health Management System) di stacking (Welding 998 L).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juni di Sunter Plant 1 yang bertempat di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia,

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PENGEPAKAN PRODUK EKSPOR KOMPONEN MOBIL DI COMPONENT EXPORT VANNING DIVISION, SUNTER I, PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Disusun oleh: Fathimah Baya Nabilah 32411726

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) diresmikan pada tanggal 12 April 1971. Pada saat itu PT. TMMIN (Toyota Motor Manufacturing

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Toyota Sakichi Toyoda sebagai pendiri organisasi Toyota di Jepang, lahir 1867 sebagai anak tukang kayu yang mulai hidupnya saat Jepang mulai memodernisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan industri khususnya industri otomotif, ujung tombak yang sangat berperan dalam memberikan input yang signifikan terhadap perusahaan adalah bagian produksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Achmad Masrur NIM:

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Achmad Masrur NIM: UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 Analisis Pengendalian Kualitas Proses Pengepakan dengan Metode Six Sigma (Study Kasus Pengendalian Kualitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat PT. Astra Daihatsu Motor meningkatkan kapasitas produksi di beberapa jalur produksinya, diantaranya

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL Retno Fitri Wulandari 36412165 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 29 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penjelasan Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 2007 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang mampu mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan ergonomi untuk peningkatan keselamatan, kesehatan dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu proses produksi semakin dirasakan.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Suplai Tanpa Penambahan Tempat di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN)

Perancangan Sistem Suplai Tanpa Penambahan Tempat di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN) Suganda, et al. / Perancangan Sistem Suplai Tanpa Penambahan Tempat di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN) / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 29 36 Perancangan Sistem Suplai Tanpa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data : Gambar 3.1 : Diagram Alir Metodologi Penelitian 25 3.1 Observasi Lapangan dan Indentifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dewasa ini teknologi informasi sudah diterapkan dalam semua sisi kehidupan manusia, terutama dalam perusahaan dan industri. Dengan berbasiskan teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses industri merupakan suatu sistem kerja yang saling mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem kerja yang tidak ergonomis

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Karya Kita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Jalan Pasir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ergonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ergonomi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, Ergo artinya kerja dan Nomos artinya peraturan atau hukum (Oborne, 1995). Dengan demikian, ergonomi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling USULAN PERANCANGAN METODE PEMINDAHAN MATERIAL PADA PROSES LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA (STUDI KASUS DI PT ABO FARM) 1 Ni Made Yunita Sari Dewi; 2 Rino Andias Anugraha;

Lebih terperinci

MENURUNKAN KLAIM MIS-DELIVERY PADA DELIVERY FINISH GOODS YAMAHA EKSPOR AKBT DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA

MENURUNKAN KLAIM MIS-DELIVERY PADA DELIVERY FINISH GOODS YAMAHA EKSPOR AKBT DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA MENURUNKAN KLAIM MIS-DELIVERY PADA DELIVERY FINISH GOODS YAMAHA EKSPOR AKBT DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA Anas Rachman Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstract Pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%.

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan II. PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia adalah bagian dari perusahaan besar yaitu Toyota Motor Corporation (TMC), Jepang. Diawali dengan berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data : Identifikasi Masalah Studi Pustaka Menentukan Tujuan 8 Langkah dan 7 Tools 1. Menentukan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai industri masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas Manual Material

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu. BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu. Group Machining Motor Cashing, Group Rotor Assembling dan Group Pump Final Assembling di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber :  Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin / BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat indonesia enggan untuk memanfaatkanya, dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI

PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI PENGEMBANGAN PRODUK BERBASIS ANTHROPOMETRI Bernard Sianipar Bina Nusantara University, Jl. Pustaka Kencana 2 Blok U2 No.16 Sektor 12.5 Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, 0812-1897-6330, bernard9nipar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang industri secara nasional maupun internasional saat ini semakin tinggi. Persaingan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA Berdasarkan hasil penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA di area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Station Melting

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan maupun industri dalam melakukan aktivitas kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN

ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN Anak Agung Gede Ngurah Arika Dwiyana Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak PT. Toyota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perdagangan global menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk menekan biaya produksi dengan melakukan proses produktivitas dan efisiensi pada proses

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI CATIA V5R20 UNTUK PERBAIKAN POSTUR PEKERJA WAREHOUSE LOGISTIC DI PERUSAHAAN X

IMPLEMENTASI CATIA V5R20 UNTUK PERBAIKAN POSTUR PEKERJA WAREHOUSE LOGISTIC DI PERUSAHAAN X Implementasi Catia V5R20 untuk Perbaikan Postur Pekerja... (Susanto dan Brahmandyo) IMPLEMENTASI CATIA V5R20 UNTUK PERBAIKAN POSTUR PEKERJA WAREHOUSE LOGISTIC DI PERUSAHAAN X Noie Susanto 1, Yacobus Brahmandyo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manual material handling (MMH) adalah salah satu komponen dari banyak pekerjaan dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Jenis pekerjaan ini meliputi mengakat, menurunkan,

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini orang biasanya hanya memikirkan bagaimana memperbaiki pergerakan operator dan barang antar workstation saja. Belum pernah penulis menemukan ada kajian yang

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini dapat dilihat dari mulai banyaknya merek dunia yang masuk ke pasar Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. X adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi sepeda motor dan beberapa jenis spare part. Sepeda motor yang dihasilkan ialah sepeda motor

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara yang selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Terbukti dengan pembentukan-pembentukan sistem kerja yang diterapkan

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI KERJA OPERATOR GUDANG BARANG JADI DI PT. KLM

ANALISIS POSISI KERJA OPERATOR GUDANG BARANG JADI DI PT. KLM ANALISIS POSISI KERJA OPERATOR GUDANG BARANG JADI DI PT. KLM DISUSUN OLEH: ADI TRIANSYAH (30411184) LATAR BELAKANG Manusia dalam kehidupan sehari-hari melakukan aktifitas (Bekerja) Terkadang terdapat permasalahan:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kursi Roda adalah alat bantu untuk melakukan aktifitas bagi penderita cacat fisik seperti patah tulang kaki, cacat kaki, atau penyakit-penyakit lain yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berdasarkan National Institute of Occuptional Safety and Health (NIOSH), manual handling adalah sebagai suatu aktivitas dengan menggunakan pergerakan tangan pekerja

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10 REV.: 00 DATE : 14-04-04 GRADE : Page 1 of 10 I. JOB DESCRIPTION A. IKHTISAR PEKERJAAN Mendistribusikan, membimbing, merekomendasikan kelayakan hasil pekerjaan bawahan dan melaporkan progress dalam proses

Lebih terperinci

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.40 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Labeller Tabel 4.41 Metode 5W+1H dan Analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Populasi Mobil di Indonesia Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Populasi Mobil di Indonesia Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri otomotif merupakan salah satu sektor industri yang penting dalam perkembangan dan pembangunan ekonomi di Indonesia. Pada tahun 2010, industri otomotif berkontribusi

Lebih terperinci

V. GL s ROLE. A. Pengertian GL s Role

V. GL s ROLE. A. Pengertian GL s Role V. GL s ROLE A. Pengertian GL s Role Pada struktur organisasi Toyota, terdapat seorang line head yang berperan untuk menjaga agar line yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat berjalan dengan baik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap pekerjaan dan kegiatan di dalam perkantoran, baik pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap pekerjaan dan kegiatan di dalam perkantoran, baik pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pekerjaan dan kegiatan di dalam perkantoran, baik pemerintah maupun swasta memerlukan pencatatan, pengelolan, serta penyimpanan arsip yang dapat dipertangungjawabkan.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING Disusun Oleh: Andy Permana/30411836 Latar Belakang

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM M. Ansar Bora 1, Dian Azhari 2 1 Dosen Program Studi Teknik Industri, 2 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri manufaktur di masa sekarang ini masih dominan dalam melakukan aktivitas manual material handling.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan sistemnya agar dapat meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Langkah awal yang perlu dilakukan untuk menjawab tantangan dan persaingan global di bidang industri manufaktur otomotif khususnya di seksi Die Design, adalah suatu analisa manajemen

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 1.1 Tahap Analyze 1.1.1 Diagram Pareto Pada tahapan Analyse diagram pareto berguna untuk membantu mengurutkan prioritas penyelesaian masalah yang harus dilakukan. Yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktifitas pergudangan terdapat kegiatan angkut mengangkut menggunakan alat berat berupa forklift electrical dengan menggunakan tenaga listrik berupa baterai,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Dilihat dari kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi mochi kacang, jika ditinjau dari segi antropometri

Lebih terperinci