BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Jenis Produk yang dihasilkan Jenis-jenis produk yang dihasilkan yang dibuat dalam Perakitan roda motor baik untuk roda depan (Front) dan roda belakang (Rear) adalah sebagai berikut : - Jenis BE (Tipe 1) - Jenis BF (Tipe 2) - Jenis BM (Tipe3) - Jenis BD (Tipe 4) Komponen dalam Perakitan Roda Jenis komponen yang digunakan dalam Perakitan roda adalah sebagai berikut : 1. Komponen untuk roda depan (Front) : - Bearing - Seal - Collar - Retainer gear box - Spoke dan Nippel Spoke - Wheel Hub - Rim

2 37 - Disc Brake - Tire 2. Komponen untuk Roda belakang (Rear) terdir dari : - Bearing - Collar - Spoke dan Nippel Spoke - Wheel Hub - Rim - Tire Proses Produksi Proses produksi dari Perakitan roda adalah sebagai berikut : 1). Proses Press Bearing a. Beri Loctie pada setiap lubang bolt disk brake hub front disk. b. Ambil bolt stud 2,6*18(Bolt disk brake), lalu dipasang dengan ulir (3) kali c. Kencangkan baut dengan menggunakan impact d. Putar selector putaran pada impact untuk membalikan arah putaran e. Lepas impact dari baut f. Letakkan hub pada meja press bearing g. Ambil bearing (2) lalu letakkan pada jig upper & lower press bearing, masing-masing satu pcs h. Ambil collar (1) lalu letakkan pada pin jig lower

3 38 i. Ambil hub front disk (1) yang sudah dipasang Bolt stud (5), lalu letakkan pada jig lower j. Tekan tombol start mesin k. Setelah jig upper kembali pada posisi semula, ambil hub assy lalu pasang retainer gear box (1) l. Letakkan hub assy pada meja stasiun berikutnya retainer gear box (1) m. Letakkan hub assy pada meja stasiun berikutnya. 2). Proses Press Dust Seal Proses Kerja Press Dust Seal adalah sebagai berikut: a. Ambil dust seal (1), lalu letakkan pada jig lower b. Ambil oil seal (1), lalu letakkan pada jig upper c. Pasang hub assy pada jig lower d. Tekan tombol start e. Setelah silindir kembali pada posisi semula, ambil hub assy lalu letakkan pada shutter. 3). Proses Spoking Proses Kerja Spoking adalah sebagai berikut: a. Pasang hub assy pada jig spoking b. Pasang outer spoke (9) dan inner spoke (9) c. Balik hub assy d. Pasang outer spoke (9) dan inner spoke (9) e. Letakkan hub assy pada jig hub conveyor

4 39 4). Proses Feed Mat Proses Kerja Feed Mat adalah sebagai berikut: a. Lakukan penyusunan spoke b. Pasang rim diluar susunan spoke c. Pasang nippel pada setiap lubang nippel d. Ambil rim assy, lalu letakkan pada shutter 5). Proses Rim Centering Proses Kerja Rim Centering adalah sebagai berikut: a. Ambil rim assy, lalu letakan pada jig lower rim centering b. Tekan keenam tombol start secara bersama-sama c. Setelah rim tercekam dengan jig lower berputar, kencangkan nippel dengan menggunakan impact. d. Setelah semua nippel dikencangkan dan jig upper naik, ambil jig upper naik, ambil jig assy lalu letakkan di shutter. 6). Proses Dialling Proses Kerja Dialling adalah sebagai berikut: a. Ambil rim assy lalu pasang pada jig dialing kiri b. Pindahkan posisi tuas handle valve pada posisi ON sampai silinder mencekam hub c. Perhatikan gerak jarum dial d. Kencangkan nippel bila ada yang longgar sesuai dengan gerakan jarum dial e. Pindahkan posisi tuas handle valve pada posisi OFF.

5 40 f. Angkat rim assy, lalu letakkan pada shutter. 7). Proses Brake assy Proses Kerja Dialling adalah sebagai berikut: a. Ambil Wheel front finish dial letakkan pada meja kerja b. Ambil front brake (1) lalu pasang pada hub c. Ambil Nut U, 6mm(5), lalu pasang dan ulir tiga kali d. Kencangkan baut dengan menggunakan Nut Runner (Dengan menekan handle vale) e. Letakan rim assy pada shutter 8). Proses Tire Instal Prose Kerja Tire Instal adalah sebagai berikut: a. Ambil rimassy,lalu pasang flap tire b. Letakkan rim assy pada jig tire instal. c. Ambil tire assy (1) yang sudah diolesi oli d. Pasang tire assy e. Tekan tombol start Mesin f. Setelah mesin kembali ke posisi semula ambil wheel assy lalu letakkn pada meja stasiun berikutnya Data waktu Siklus Perakitan Roda Data waktu siklus Perakitan komponen roda diperoleh dari data perusahaan adalah sebagai berikut:

6 41 Tabel 4.1 Proses dan Waktu siklus Perakitan komponen roda PROSES WAKTU SIKLUS Press Bearing 13" Press Dust Seal 5" Spoking 18" Feed Mad 18" Rim Centering 15" Dialing 20" Disc Brake 13" Tire Instal 13" Nut tire 8" Pengisian Angin 8" Data Permintaan Roda untuk Bulan November 2006 Data Permintaan Roda untuk Bulan November 2006 adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Permintaan Roda untuk Bulan November 2006 Tanggal Tipe BE Tipe BF Tipe BM Tipe BD

7 42 Tabel 4.2 Data Permintaan Roda untuk Bulan November 2006(lanjutan) Tanggal Tipe BE Tipe BF Tipe BM Tipe BD Total Data Waktu Setup Mesin Mesin-mesin yang digunakan pada proses Perakitan roda tidak memiliki waktu seup mesin, karena itu untuk memperlancar perhitungan pada proses Perakitan ini maka waktu setup mesin yang digunakan adalah nol. Selain itu untuk mempermudah perhitungan ini, rata-rata satuan waktu diubah dari menit menjadi detik.

8 Data waktu Transportasi Data Waktu transportasi didapatkan dengan melakukan pengamatan langsung menggunakan jam henti (stop watch). Hasil pengamatan waktu transpotasi adalah sebagai berikut : No. Tabel 4.3 Data waktu Transportasi Antara Waktu Transportasi(detik) 1 Gudang Bahan Baku Press Bearing Press Bearing Press Dust Seal 3 3 Press Dust Seal Spoking 2 4 Spoking Feed Mad 1 5 Feed Mad Rim Centering 4 6 Rim Centering Dialing 5 7 Dialing Disc Brake 3 8 Disc Brake Tire Instal 2 9 Tire Instal Nut tire 1 10 Nut tire Pengisian Angin 1

9 44 Tabel 4.4 Data kebutuhan komponen untuk tiap roda Nama Komponen (Front Wheel) Quantity/ unit Bearing 2 Seal 1 Collar 1 Retainer Gear box 1 Spoke 36 Nippel Spoke 36 Wheel Hub 1 RIM 1 Disc Brake 1 Tire 1 Bolt Stud Data Jumlah WIP awal WIP yang dimaksud adalah seluruh komponen yang akan masuk dalam proses Dimana jumlah WIP dalam Perakitan roda didapatkan dari rata-rata permintaan per hari nya ditambah denga stock pointnya yang telah ditentukan perusahaan sebesar 20 % untuk komponen Spoke dan Nipple Spoke, 15% untuk Bearing dan Stuld Bolt, 10% untuk komponen lainnya. Jumlah ini merupakan jumlah WIP awal sebelum adanya usulan penerapan kanban pada lini Perakitan roda. Data jumlah WIP awal dalam lini Perakitan roda adalah sebagai berikut :

10 45 Tabel 4.5 Data Jumlah WIP Awal Nama Komponen Contoh perhitungan untuk komponen Stuld Bolt : Pada proses press bearing dibutuhkan 5 unit Stuld Bolt untuk Perakitan 1 unit roda /Front Wheel. Rata-rata permintaan Stuld Bolt per hari nya : 9648 ( permintaan bulan November untuk roda tipe BM sebesar (tabel 4.2) dimana hari kerja untuk bulan november 2006: 26 hari dan untuk 1 unit motor dibutuhkan 5 Stuld Bolt Jadi WIP untuk Stuld Bolt = % x = unit. Quantity/ Unit Jumlah WIP/hari (unit) No. Elemen Kerja 1 Stud Bolt Press Bearing wheel Hub Press Bearing Collar Press Bearing Bearing Press Bearing Retainer Gear Box Press Bearing Seal Press Dust Seal Spoke Spoking Rim Feed Mad Nippel Spoke Feed Mad Disc Brake Disc Brake Tire Tire Instal Nut Pentil Nut Pentil

11 Gambar 4.1 Flow Chart Lini Perakitan roda 46

12 Pengolahan Data Rancangan Sistem Kanban Rancangan untuk sistem kanban 1 jenis kartu Pada lini Perakitan. Dimana rancangan ini digunakan untuk masing-masing stasiun mengambil komponen dari Stock House/Gudang atau stasiun sebelumnya(upstream) : - Tahap 1 : Bila operator stasiun berikutnya (downstream) pergi ke Stock House melakukan akses terhadap full container, maka C-Kanban dilepas dan diletakan pada pos kanban. - Tahap 2 : Material handler membaca C Kanban dan membawa ke stasiun upstream. - Tahap 3 : Material handler meletakan C-Kanban ke full container (yang berada di outbound buffer) dan membawa ke stasiun downstream kembali. - Tahap 4 : Setiap kali stasiun downstream mengosongkan kontainer, maka material handler akan mengambil empty kontainer ke stasiun upstream. (Sering kali tahap 2 dan 4 digabungkan hanya dalam 1 kali perjalanan)

13 48 Outbound Buffer Container Inbound Buffer Container Outbound Buffer Container Kanban Mailbox C C 2 Material Card Full Container Empty Container 1 C 2 3 C C 1 C C 2 4 C Gambar 4.2 Langkah langkah dalam Kanban Pengambilan Rancangan untuk sistem kanban 2 jenis kartu Pada lini Perakitan. Dimana rancangan ini digunakan pada tiap stasiun di lini Perakitan : - Tahap 1 : Bila operator pada stasiun berikutnya downstream pergi melakukan akses terhadap full container, maka C-Kanban dilepas dan diletakan pada pos kanban. - Tahap 2 : Material handler mengambil C-Kanban dan empty container ke stasiun upstream. - Tahap 3 : Material handler melepaskan P-kanban dari full container pada stasiun upstream dan meletakkannya pada pos kanban, lalu menempelkan C-Kanban pada full container.

14 49 - Tahap 4 : Material handler meninggalkan empty container pada stasiun upstream dan mengambil full container untuk dibawa ke stasiun downstream. - Tahap 5 : P-Kanban dalam Pos kanban merupakan otoritas pada stasiun upstream untuk memproduksi material. Operator mengambil P-Kanban dari Pos kanban dan menempelkannya pada empty container. - Tahap 6 : Stasiun upstream memproduksi material sesuai dengan kapasitas satu kontainer. Gambar 4.3 Langkah-langkah dalam Kanban Pengambilan dan Perintah Produksi

15 Rancangan Format Kartu Kanban Sistem pengendalian produksi yang berlaku di PT. X adalah sistem kereta kosong dimana sistem pengendalian produksi dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses baik proses pembuatan komponen maupun lini rakit akhir sehingga proses terdahulu memasok komponen pada proses berikutnya. Dengan penerapan sistem ini masih terdapat jumlah WIP yang cukup tinggi. Data jumlah WIP awal dapat dilihat pada tabel 4.5. Sistem pengendalian produksi yang diusulkan adalah sistem produksi tepat waktu dimana proses berikutnya akan mengambil komponen dari proses terdahulu, atau lebih dikenal dengan sistem tarik. Sistem tarik yang dimaksudkan disini adalah Kanban. Sistem ini terutama diterapkan untuk mengurangi jumlah WIP yang cukup tinggi pada sistem kereta kosong. Pada sistem ini, hanya lini rakit akhir yang dapat mengetahui dengan tepat penetapan waktu yang diperlukan dan jumlah komponen yang dibutuhkan. Lini rakit akhir akan pergi ke proses terdahulu untuk mendapatkan komponen yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan dalam Perakitan. Lalu proses terdahulu memproduksi suku cadang yang diambil oleh proses berikutnya. Dari uraian diatas maka dibutuhkan 2 jenis kanban. Kanban pertama digunakan untuk mengambil komponen yang diperlukan pada waktu yang diperlukan, sedangkan kanban kedua digunakan sebagai perintah produksi untuk proses terdahulu agar memproduksi komponen yang diambil oleh proses berikutnya. Sehingga kanban yang diusulkan untuk mengendalikan persediaan di lantai produksi PT. X adalah sistem kanban 2 kartu, yaitu:

16 51 1. Kanban Pengambilan (Conveyance Kanban) 2. Kanban Perintah Produksi (Production Kanban) Penggunaan sistem kanban 2 kartu ini akan memberikan pengendalian yang ketat terhadap persediaan dilantai produksi karena tidak ada kontainer yang dipindahkan maupun diisi tanpa adanya kanban pengambilan (selanjutnya akan disebut C-Kanban) dan kanban perintah produksi (selanjutnya akan disebut P-Kanban) Kartu Kanban Perintah Produksi (P-Kanban) Kanban perintah produksi digunakan sebagai autorisasi untuk memproduksi atau merakit komponen-komponen yang diperlukan. Oleh karena itu, rancangan format P- Kanban yang diusulkan adalah sebagai berikut: No Komponen KEV CO Proses Hub Front wheel Nama Komponen Tipe Kontainer A 200 Press Bearing Kapasitas kontainer No Keluaran Gambar 4.4 Format P-Kanban yang diusulkan Format P-Kanban yang diusulkan terlihat pada gambar diatas. Keterangan dari masing-masing bagian P-Kanban adalah sebagai berikut:

17 52 1. No. Komponen menspesifikasikan nomor barang yang akan diproduksi atau dirakit. 2. Nama komponen menspesifikasikan jenis barang yang akan diproduksi atau dirakit. 3. Tipe Kontainer menspesifikasikan jenis kontainer yang akan memuat part tersebut. 4. Kapasitas kontainer menspesifikasikan jumlah barang yang bisa dimuat oleh kontainer tersebut. 5. No. keluaran menspesifikasikan nomor urutan kanban dari keseluruhan jumlah kanban yang ada untuk memenuhi permintaan tersebut. 6. Proses menspesifikasikan tempat/stasiun kerja yang memproduksi atau merakit bagian tersebut Kartu Kanban Pengambilan (C-kanban) Kanban pengambilan digunakan sebagai autorisasi untuk memindahkan kontainer dari outbund buffer proses terdahulu (sebelumnya) ke inbound buffer proses berikutnya. Oleh karena itu, rancangan format C-Kanban yang diusulkan adalah sebagai berikut:

18 53 No Komponen Nama Komponen Tipe Kontainer Kapasitas kontainer KEV CO Hub Front wheel A 200pcs Proses terdahulu Proses berikutnya Press dust Seal No Keluaran Gambar 4.5 Format C-Kanban yang diusulkan Keterangan dari masing-masing bagian C-Kanban adalah sebagai berikut: 1. No. Komponen menspesifikasikan nomor barang yang akan diambil. Untuk menghindari kesalahan pengambilan maka penggunaan nomor part yang sama tidak diperbolehkan. 2. Nama komponen menspesifikasikan jenis barang yang dibutuhkan oleh proses berikutnya. 3. Tipe kontainer menspesifikasikan jenis kontainer yang digunakan untuk mengangkut barang yang ada di dalamnya. 4. Kapasitas kontainer menspesifikasikan jumlah barang yang bisa dimuat oleh kontainer tersebut. 5. No. Keluaran menspesifikasikan nomor urutan kanban dari keseluruhan jumlah kanban yang ada. Proses terdahulu menspesifikasikan tempat/stasiun kerja yang membuat barang tersebut dan juga merupakan tempat pengembaliannya. 6. Proses terdahulu menspesifikasikan tempat atau stasiun kerja yang membuat barang tersebut dan juga merupakan tempat pengembaliannya.

19 54 7. Proses berikut menspesifikasikan tempat atau stasiun kerja yang membutuhkan barang tersebut dan kemana kontainer tersebut harus dibawa Rancangan Aliran Kanban Kanban perintah produksi (P-Kanban) akan beredar di stasiun kerja sebagai autorisasi untuk memproduksi part yang diminta oleh proses sebelumnya. Untuk itu P-Kanban akan berada pada stasiun-stasiun kerja berikut ini: Tabel 4.6 Aliran P-Kanban Perintah Produksi Nama Mesin Press Hydraulic Press Pneumatic Manual oleh Operator Conveyor & Pneumatic Feed Mad Press Centring & Impact Pneumatic UW 6 SSLDK JIG Pneumatic & Dial indicator (vertical & Horizontal)Impact UW 6 SLDK Spindel Nut Runner Pneumatic Tire Instal Imapact UW 6 CSRK & Tire Eiler Air Compressor (air Check&pressure gauge) Jenis proses Press Bearing Press Dust Seal Spoking Feed Mad Rim Centering Dialing Disck Brake Tire Instal Nut Pentil Pengisian angin Kanban pengambilan berawal dari gudang bahan baku menuju ke masing-masing stasiun kerja. Beriku merupakan Gambar aliran Kanban Pengambilan :

20 55 Press Bearing Press Dust Seal Spoking Feed Mad GUDANG KMPONEN Rim Centering Dialing Tire Instal Nut Pentil Pengisian angin Gambar 4.6 Aliran Kanban Pengambilan

21 56 Aliran diatas berarti bahwa setiap proses memerlukan komponen dari gudang komponen dan setiap stasiun meminta hasil dari rakitan dari stasiun sebelumnya dan meminta komponen dari gudang. (lihat Gambar 4.1), Perhitungan Jumlah Permintaan dan kapasitas Kontainer masingmasing Komponen Data kebutuhan komponen per unit dan permintaan komponen per bulan diperoleh dari data perusahaan yaitu data permintaan bulan November 2006 untuk tipe BM jenis Front. Permintaan komponen per hari di peroleh dengan cara permintaan per bulan dibagi jumlah hari Perakitan komponen pada bulan november yaitu 26 hari. Kapasitas kontainer (Q) adalah 10 % permintaan masing-masing komponen per hari. Nama Komponen (Front) Tabel 4.7 Jumlah Permintaan dan Kapasitas Kontainer Kebutuhan/ unit Permintaan/ Bulan (NOV 2006) Permintaan / hari Q Bearing Seal Collar Retainer Gear box Spoke Nippel Spoke Wheel Hub RIM Disc Brake Tire Bolt Stud

22 Perhitungan Jumlah Kartu Kanban Perhitungan Jumlah P-Kanban Perhitungan P-Kanban menggunakan rumus sebagai berikut; Kp = D(P) (1+SF) / Q Dimana: Kp = Jumlah P-Kanban D = Permintaan / hari (unit) Q = Kapasitas Kontainer SF = Koefisien Safety Factor P = Waktu Siklus Produksi (Production Cycle Time), yang terdiri dari: a = waktu P-Kanban menunggu di pos kanban d = waktu pemrosesan untuk mengisi kontainer (= waktu setup + run time) e = waktu untuk memindahkan full container ke outbound buffer f = waktu kontainer menunggu di buffer Contoh 1 Perhitungan P-Kanban: Nama Komponen : Stud Bolt No. Operasi : O-1 Nama operasi : Press Bearing - Stasiun sebelumnya (upstream) : Gudang Bahan Baku - Stasiun berikutnya (down stream) : Press Bearing - 1 hari kerja = 8 jam = 480 menit - 1 periode = 2 jam 30 menit

23 58 Perhitungan P ( Waktu Siklus Produksi ): (a) Waktu P-Kanban menunggu pos kanban (a) - Siklus I dimulai pada pukul Penukaran C-Kanban dengan P-Kanban dilakukan pada 15 menit terakhir pada pukul Total waktu yang diperlukan untuk menukarkan P-Kanban dengan C-Kanban terdiri dari: Material handler mengambil C-Kanban & kontainer kosong untuk di bawa ke stasiun sebelumnya = waktu transportasi antara gudang bahan baku dengan proses Press bearing = 300 detik, C-Kanban ditukar dengan P-Kanban 0, P-Kanban diletakkan pada pos Kanban 0, Total waktu = 300 detik = 5 menit - Sehingga untuk siklus I, penukaran berakhir pada pukul menit = Pada pukul tersebut, P-Kanban sudah berada pada pos kanban - Siklus II dimulai pada pukul Sehingga lama P-Kanban menunggu di pos kanban adalah selang waktu antara P-Kanban tersebut diambil untuk ditukar dengan C-Kanban, a = = 10 menit (b) Waktu pemrosesan untuk mengisi kontainer (d) - Waktu setup = 0 - Run time = 1002* (13 / 5) detik = 41,8 menit (1002 =Kapasitas kontainer dan 13 detik waktu siklus untuk press bearing keseluruhan, 5 untuk jumlah

24 59 komponen stuld bolt.sehingga perhitungan ini merupakan perhitungan totalnya untuk mengisi Kontainer penuh. - Waktu menunggu dalam proses = 0 Sehingga waktu pemrosesan = 43,41 menit (c) Waktu untuk memindahkan full container ke outbound buffer (e) e = 0 (outbound buffer berada disamping mesin sehingga waktu pemindahan = 0) (d) Waktu kontainer menunggu di buffer (f) - Waktu produksi yang tersedia sampai dengan P-Kanban ditukar dengan C-Kanban = 45 menit - Waktu transportasi dari stasiun sesudahnya (down stream) ke stasiun sebelumnya (upstream) = waktu transportasi antara gudang bahan baku dengan proses Press Bearing = 5 menit - Waktu pemrosesan, d = f = = 6.58 P = a + d + e + f = = 65 menit, dimana 1 hari = 8jam kerja = 480 menit. Maka : = 65menit / 480 menit = hari Sehingga jumlah kartu kanban perintah produksi (P-Kanban): Kp = (0.135)(1+0.1) / 1002= 1,485 1 atau 2 Keterangan: Jumlah Kp =2, dibulatkan ke atas untuk membuat sistem menjadi lebih longgar, sedangkan Kp= 1 untuk membuat sistem diperketat.

25 60 Perhitungan yang sama dilakukan untuk setiap stasiun kerja untuk mendapatkan jumlah kartu kanban yang beredar diantara stasiun-stasiun kerja tersebut. Hasil perhitungannya terdapat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Jumlah P-Kanban pada setiap stasiun Kerja Nama Komponen No. (Front) Operasi Elemen Kerja a d e f p Kp Stud Bolt 0-1 Press Bearing , wheel Hub 0-1 Press Bearing Collar 0-1 Press Bearing Bearing 0-1 Press Bearing Retainer Gear Box 0-1 Press Bearing Seal 0-2 Press Dust Seal Spoke 0-3 Spoking Rim 0-4 Feed Mad Nippel Spoke 0-4 Feed Mad Disc Brake 0-7 Disc Brake Tire 0-8 Tire Instal Nut Pentil 0-9 Pasang Nut Pentil Cup valve 0-10 isi tekanan angin

26 Perhitungan Jumlah C-Kanban Perhitungan C-Kanban menggunakan rumus sebagai berikut : Kc = D(C)(1+SF) /Q Dimana: Kc = Jumlah C-Kanban D = Permintaan/hari(unit) Q = Kapasitas Kontainer SF = Koefisien Saftey Factor C = Waktu Siklus pengambilan (Conveyance Cycle Time), yang terdiri dari : - a = waktu C-Kanban menunggu di pos kanban. - b = waktu C-Kanban bergerak ke stasiun sebelumnya (upstream) - c = waktu C-Kanban kembali ke stasiun berikutnya (downstream) dengan full container. - d = waktu C-Kanban menunggu di downstream buffer sampai kontainer tersebut di akses dan C-Kanban diletakan kembali ke pos kanban. Contoh 1 perhitungan C-Kanban : Nama Komponen : Stud Bolt No. Operasi : O-1 Nama operasi : Press Bearing - Stasiun sebelumnya (upstream) : Gudang Bahan Baku - Stasiun berikutnya (down stream) : Press Bearing - 1 hari kerja = 8 jam = 480 menit

27 62-1 periode = 2 jam 30 menit Perhitungan C (waktu Siklus Pengambilan) 1.)Waktu C-Kanban menunggu di pos Kanban (a) - Siklus 1 dimulai pada pukul Penukaran C-Kanban dengan P-Kanban dilakukan pada 15 menit terakhir pada pukul Pada pukul 07.00, operator sudah mengakses full container melepaskan C- Kanban dan meletakkannya di pos kanban. - Sehingga lama waktu C-Kanban menunggu di pos kanban adalah selang waktu antara C-Kanban mulai diletakkan dengan C-Kanban tersebut diambil untuk ditukar dengan P-Kanban. a = = 2 jam 45 menit = 165 menit. 2.)Waktu C-Kanban bergerak ke Stasiun sebelumnnya (upstream) (b) - b = waktu transportasi antara proses press bearing dengan gudang bahan baku = 300 detik = 5 menit 3.)Waktu C-Kanban kembali ke stasiun berikutnya (downstream) dengan full container (c). - c = waktu transportasi antara proses press bearing dengan gudang bahan baku = 300 detik = 5 menit. 4.)Waktu C-Kanban menunggu di downstream buffer sampai kontainer tersebut diakses dan C-kanban diletakan kembali ke pos kanban (d)

28 63 - Penukaran C-Kanban dengan P-Kanban dilakukan pada 15 menit terakhir, yaitu pada pukul Material Handler membawa C-Kanban ke gudang bahan baku = waktu transportasi antara gudang bahan baku dengan proses press bearing = 300 detik = 5 menit. - Material Handler membawa C-Kanban dengan full Container kembali ke proses press bearing = waktu transportasi antara gudang bahan dengan proses bearing = 300 detik = 5 menit. Sehingga pada pukul = 09.25, Full Container tersebut sudah ada di downstream buffer dan menunggu untuk diakses. - Berdasarkan perhitungan jumlah P-Kanban pada bagian sebelumnya diketahui jumlah kontainer = 2 (P-kanban = 2 kartu)dan siklus II akan dimulai pada pukul 09.30, sehingga d= ( ) = 5 menit. C = a + b + c + d = = 180 menit, dimana 1 hari kerja = 8 jam = 480 menit, maka =180 menit / 480 menit = 0,375 hari Kc = (0,375) (1+0,1) / = 4,125 4 atau 5 Keterangan : jumlah Kc dibulatkan keatas untuk membuat sistem menjadi lebih longgar dan dibulatkan kebawah membuat sistem diperketa. Perhitungan yang sama dilakukan untuk setiap stasiun kerja untuk mendapatkan jumlah kartu kanban yang

29 64 beredar diantara stasiun-stasiun kerja tersebut hasil perhitungannya terdapat pada tabel 4.9 Nama Komponen (Front) Tabel 4.9 Jumlah C-Kanban pada setiap stasiun kerja No. Operasi Elemen Kerja a b c d C Kc Stud Bolt 0-1 Press Bearing , wheel Hub 0-1 Press Bearing , Collar 0-1 Press Bearing , Bearing 0-1 Press Bearing , Retainer Gear Box 0-1 Press Bearing , Press Dust Seal 0-2 Seal , Spoke 0-3 Spoking , Rim 0-4 Feed Mad , Nippel Spoke 0-4 Feed Mad , Disc Brake 0-7 Disc Brake , Tire 0-8 Tire Instal , Nut Pentil 0-9 Pasang Nut Pentil , Cup valve 0-10 isi tekanan angin , Perhitungan Jumlah WIP Berdasarkan Usulan Penerapan Kanban Jumlah WIP berdasarkan usulan penerapan sistem kanban dihitung dengan menggunakan jumlah kartu kanban yang dihasilkan pada opersasi yang bersangkutan.

30 65 Bila jumlah kartu P-Kanban dan C-Kanban tidak sama, maka diambil yang lebih besar untuk mewakili jumlah WIP (barang dalam proses) pada operasi tersebut. Jumlah kartu tersebut kemudian akan dikalikan dengan kapasitas kontainer dari masing komponen yang bersangkutan untuk mendapatkan jumlah WIP / hari.. Contoh perhitungan jumlah WIP/hari setelah penerapan kanban untuk komponen Stuld Bolt : Jumlah WIP/hari={max[2,5] x 1000 =5000. Berikut adalah hasil perhitungan WIP/hari untuk masing-masing stasiun kerja pada tabel Tabel 4.10 Jumlah WIP berdasarkan Usulan Penerapan Kanban Nama Jumlah WIP/hari Komponen No. Operasi Elemen Kerja Kp Kc Q {max[kp,kc] x Q} Stud Bolt 0-1 Press Bearing wheel Hub 0-1 Press Bearing Collar 0-1 Press Bearing Bearing 0-1 Press Bearing Retainer Gear Box 0-1 Press Bearing Seal 0-2 Press Dust Seal Spoke 0-3 Spoking Rim 0-4 Feed Mad Nippel Spoke 0-4 Feed Mad Disc Brake 0-7 Disc Brake Tire 0-8 Tire Instal Nut Pentil Pasang Nut 0-9 Pentil Cup valve 0-10 isi tekanan angin

31 Persentase Penurunan WIP Persentase penurunan WIP dihitung dengan membandingkan jumlah WIP awal dengan WIP berdasarkan perhitungan jumlah kartu kanban (WIP akhir). Rumus persentase penurunan WIP : % Penurunan ={[ WIP awal - WIP akhir] / WIP awal]} x 100% Contoh perhitungan : % Penurunan ={ }/11522 x 100 % =56.6 % Berikut % penurunan WIP dapat dilihat pada tabel 4.11 Tabel 4.11 Tabel Persentase penurunan WIP No. Nama Komponen Elemen Kerja WIP awal WIP akhir Persentase penurunan(%) 1 Stud Bolt Press Bearing wheel Hub Press Bearing Collar Press Bearing Bearing Press Bearing Retainer Gear Box Press Bearing Seal Press Dust Seal Spoke Spoking Rim Feed Mad Nippel Spoke Feed Mad Disc Brake Disc Brake Tire Tire Instal Nut Pentil Nut Pentil Cup Valve Isi tekan Angin

32 Analisa dan Pembahasan Analisa Terhadap Rancangan Format Kanban Untuk mengendalikan persedian di lini Perakitan berupa berupa barang dalam proses digunakan sistem tarik. Pada sistem ini proses berikutnya akan mengambil material dari proses terdahulu. Sistem tarik yang digunakan sebagai tanda untuk mengatur aliran material diantara stasiun kerja adalah sistem kanban. Sistem Kanban akan berfungsi sebagai autorisasi untuk melakukan proses produksi dan juga sebagai autorisasi untuk mengambil komponen yang diperlukan pada waktu yang diperlukan. Sehubungan dengan fungsi pertama maka jenis kartu kanban yang diusulkan adalah kanban perintah Produksi (P-Kanban), sedangkan untuk memenuhi fungsi kedua diusulkan penggunaan kanban pengambilan. Dengan adanya sistem pengendalian menggunakan dua kartu kanban, maka dapat dilakukan pengendalian yang ketat terhadap persedian di lini Perakitan mengingat jumlah kartu P-Kanban akan membatasi jumlah maksimal kontainer di Oubound buffer dan jumlah kartu C-Kanban akan membatasi jumlah maksimal kontainer di inbound buffer dari masing-masing stasiun kerja. Dengan adanya pembatasan jumlah kontainer di Outbound buffer dan Inbond buffer maka jumlah barang dalam proses di lini Perakitan dapat di minimasi.

33 Analisa Aliran Kanban di lini Perakitan Aliran kanban di lini Perakitan terdiri dari dua macam aliran sesuai dengan jenis kartu kanban yang diusulkan, yaitu : 1. Aliran Kanban perintah produksi (P-Kanban) Aliran P-kanban terjadi di masing-masing stasiun kerja sesuai dengan kartu kanbannya. Jadi kartu hanya beredar di stasiun yang bersangkutan seperti tertera pada kartu P-Kanban. Aliran P-Kanban akan dimulai dari proses press bearing sampai pada proses pengisian angin. Dimana jumlah kartu P-Kanban adalah 26 kartu. 2. Aliran Kanban pengambilan (C-Kanban) Aliran C-Kanban terjadi di masing-masing stasiun kerja sesuai dengan kartu kanbannya. Jadi kartu hanya beredar di stsiun yang bersangkutan seperti tertera pada kartu C-Kanban. Aliran C-Kanban akan berawal dari gudang bahan baku menuju ke masing-masing stasiun kerja. Dimana jumlah kartu C- Kanban adalah 65 kartu. Aliran kanban menggunakan 2 jenis kartu karena masing-masing mempunyai funsi untuk autorisasi yang berbeda dimana C-Kanban untuk Pengambilan dan P- Kanban untuk perintah produksi stasiun berikutnya Analisa Kapasitas Kontainer yang digunakan Perhitungan kapasitas kontainer berdasarkan pada 10 % rata-rata permintaan harian (rule of thumb) Perakitan roda. Hasil perhitungan kapasitas kontainer dapat

34 69 dilihat pada tabel 4.7. Dengan adanya batasan kapasitas kontainer maka persedian barang dalam proses dapat dibuat seminimal mungkin dengan membatasi jumlah kartu kanban, baik kanban perintah produksi maupun kanban pengambilan Analisa Perhitungan Jumlah Kanban Perhitungan kanban disini merupakan perhitungan atas jumlah permintaan dan kapasitas kontainer dan juga koefisien Saftey Factor.Sehingga rumus yang digunakan adalah berdasarkan D = Permintaan / hari (unit), Q = Kapasitas KontainerSF = Koefisien Safety Factor,P = Waktu Siklus Produksi (Production Cycle Time), yang terdiri dari: Untuk perhitungan jumlah kartu P-Kanban dan C-Kanban digunakan siklus selama 2 jam 30 menit dengan penukaran kartu P-Kanban dan C-Kanban dilakukan 15 menit terakhir dalam siklus. Selain itu 1 hari kerja dihitung selama 8 jam( dan ). Koefisien saftey factor yang digunakan adalah sebesar 10%. Koefisien saftey factor disini merupakan Koefisien dari perusahaan, hal ini digunakan untuk mengantisipasi adanya fluktuasi permintaan. Nilai saftey factor akan mempengaruhi jumlah saftey stock yang ditambahkan pada buffer. Bila nilainya semakin besar, maka jumlah saftey stock yang ditambahkan pada buffer akan semakin besar. Pada P-kanban dapat dipilih memakai 1 kanban atau 2 kanban. Bila memakai 1 kanban berarti sistemnya diperketat, sedangkan untuk 2 kanban sistemnya

35 70 diperlonggar. Jadi bila ingin memakai 1 kanban kinerja seorang operator harus benar-benar bagus Analisa Perhitungan Jumlah WIP berdasrkan Usulan Penerapan Kanban Usulan penerapan sistem kanban untuk menghitung jumlah kartu P-Kanban dan C- Kanban di masing-masing stasiun dan antar stasiun kerja akan membatasi jumlah kontainer di inbound buffer dan outbound buffer. Untuk menghitung jumlah WIP akhir (berdasarkan usulan penerapan kanban ), jumlah kartu P-Kanban dan C-Kanban di masing-masing stasiun kerja akan dibandingkan kemudian di pilih jumlah yang lebih besar. Jumlah tersebut akan dikalikan dengan kapasitas kontainer dari komponen yang bersangkutan untuk mendapatkan jumlah WIP akhir seperti dapat dilihat pada tabel Analisa Persentase Penurunan Jumlah WIP Berdasarkan jumlah WIP awal dan akhir (usulan penerapan kanban) dapat dilihat berapa besar penurunan persentase WIP. Besarnya persentase penurunan dapat dilihat di masing-masing stasiun kerja (tabel 4.11).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan metode berpikir untuk menghasilkan tahapan - tahapan yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam proses penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Flow Chart Perakitan Roda Proses perakitan roda depan tipe spoke dapat digambarkan dalam flow chart berikut ini: Press Bearing Press Dust Seal Spooking

Lebih terperinci

Yulia Diah Dinanty dan Sumiharni Batubara

Yulia Diah Dinanty dan Sumiharni Batubara PERANCANGAN SISTEM P-KANBAN DAN C-KANBAN UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN MATERIAL PADA LINI PRODUKSI PERAKITAN LAUNDRY SYSTEM BUSINESS UNIT (LSBU) DI PT. Y Yulia Diah Dinanty dan Sumiharni Batubara Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persedian.

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PENURUNAN TINGKAT INVENTORY DAN LEAD TIME PROSES PRODUKSI DENGAN SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DI PT. CG POWER SYSTEMS INDONESIA Riki Ferdizal 1, Nur Yulianti Hidayah 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Seksi A-LC2 memiliki tiga lokasi penyimpanan yang letaknya terpisah sesuai dengan karakteristik masing-masing komponen, yaitu komponen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Deskripsi Wheel Wheel / Ban menjadi suatu komponen utama dalam suatu keseluruhan motor. Wheel / Ban menjadi alas pergerakan setiap motor yang di produksi. Pada umumnya

Lebih terperinci

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi:

Kanban. Sistem Produksi Lanjut TI UG. Secara istilah sistem produksi: Kanban 看板 Sistem Produksi Lanjut TI UG 1 Definisi Kanban Secara bahasa: Jepang: kartu penanda Secara istilah sistem produksi: Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU

IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU IMPLEMENTASI SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI MESIN THRESHER UNTUK MEMINIMASI PERSEDIAAN WORK IN PROCESS (WIP) DAN BAHAN BAKU Lestari Setiawati Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara PENURUNAN DOWN TIME MESIN TIRE INSTALL DENGAN METODE 7 TOOLS, ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN 5W H ABSTRAK

Universitas Bina Nusantara PENURUNAN DOWN TIME MESIN TIRE INSTALL DENGAN METODE 7 TOOLS, ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN 5W H ABSTRAK Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1-Semester Ganjil 2007/2008 PENURUNAN DOWN TIME MESIN TIRE INSTALL DENGAN METODE 7 TOOLS, ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia

TUGAS AKHIR. Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia TUGAS AKHIR Analisa Rancangan Sistem Kanban Pada Proses Perakitan Bearing Type 608 Di PT. NSK Bearing Manufacturing Indonesia Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Srata

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN PISAU POTONG MESIN GAP SHEAR DI PT. INKA NAMA : M. RIMANU NRP :

ANALISA KERUSAKAN PISAU POTONG MESIN GAP SHEAR DI PT. INKA NAMA : M. RIMANU NRP : FIELD PROJECT 2011 ANALISA KERUSAKAN PISAU POTONG MESIN GAP SHEAR DI PT. INKA NAMA : M. RIMANU NRP : 6308030008 LATAR BELAKANG Mesin Gap Shear merupakan suatu mesin potong yang menggunakan sistem hidrolik

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE

PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE PENERAPAN VALUE STREAM MAPPING PADAINDUSTRI PART DAN KOMPONEN AUTOMOTIVE Hernadewita 1, Euis Nina Saparina Yuliani 2, dan Dewi A. Marizka 3 1 Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana 2 Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan harus memiliki kiat-kiat untuk memenangkan persaingan. Salah satu kiatnya yaitu berusaha memperoleh kepercayaan konsumen. Bila perusahaan dapat menjaga

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Alur proses biasa digunakan untuk sebagai acuan dari tindakan dari mulai menganalisa, perencanaan dan tindakan pada produksi. Pada proses dibawah ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi

Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi ANALISA KESEIMBANGAN LINTASAN PADA PROSES PERAKITAN BOX ASSY BATTERY TYPE KZRA FUEL INJECTION DI PT ADHI WIJAYACITRA Penulisan Ilmiah Anggit Setiyadi 30409425 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan Nama Perusahaan : Industri Otomotif Sunter Alamat Perusahaan : Jl. Laksda Yos Sudarso, Sunter 1 Jakarta Status

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Berikut ini adalah data-data yang dapat dikumpulkan pada stasiun-stasiun kerja yang ada di bagian produksi bedak wajah (two way cake powder), data-data

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING USULAN PERBAIKAN LINI PRODUKSI MESIN CUCI DI PT. SHARP ELECTRONICS INDONESIA MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Meri Prasetyawati 1*, Agustin Damayanti 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data-data yang diperlukan dalam perancangan alat asah elektroda cup tip ø 16

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data-data yang diperlukan dalam perancangan alat asah elektroda cup tip ø 16 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam perancangan alat asah elektroda cup tip ø 16 mm yang dibahas di dalam tugas akhir ini adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya industri manufaktur di Indonesia, maka akan semakin ketat persaingan antara perusahaan manufaktur satu dan lainnya. Hal ini memicu perusahaan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY 36409166 TEKNIK INDUSTRI PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Bagaimanakah perencanaan kebutuhan

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian..

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Penelitian.. DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii vi x xii xiii BAB I BAB II PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang Penelitian.. 1.2

Lebih terperinci

Regular Category. Senior High School. Deskripsi, peraturan, dan penilaian RECYCLING PLANT. Updated 11 March 2016

Regular Category. Senior High School. Deskripsi, peraturan, dan penilaian RECYCLING PLANT. Updated 11 March 2016 1 Regular Category Senior High School Deskripsi, peraturan, dan penilaian RECYCLING PLANT 2 1. Tantangan 1.1. Pengantar Pada tantangan ini, peserta harus membuat robot yang membawa limbah yang telah disortir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Daftar Isi Halaman judul... i Lembar nomor persoalan... ii Lembar pengesahan... iii Lembar persembahan... iv Lembar pernyataan... v Lembar motto... vi Kata pengantar... vii Abstract... ix Intisari... x

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT. SRI adalah perusahaan joint venture dengan PMA (Pemilik Modal Asing) didirikan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Alat Dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan bagian rangka, pengaduk adonan bakso dan pengunci pengaduk adonan bakso adalah : 4.1.1 Alat Alat yang

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI OLEH: Marianus T. Dengi 122080139 LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

Tingkatan waktu setup meningkatkan ratarata produksi dan kapasitas produksi.

Tingkatan waktu setup meningkatkan ratarata produksi dan kapasitas produksi. USULAN PENGURANGAN WAKTU SETUP UNTUK PERGANTIAN DIES D710149 D01 DI MESIN PUNCH T160 DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINGLE MINUTE EXCHANGE OF DIES DI PT. BETON PERKASA WIJAKSANA M. Derajat A, dan Yucky Perdana

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE

FRAME F - 1. Dimention (mm) No. Notes. l/w (_ ) HARNESS, WIRE F - AME No..... Part Number Part Name Qty HP F-R&X F 00 00 BODY COMP, AME RANGKA HP F-R&X F 0068 00 HARNESS, WIRE KABEL BODY HP F-R&X F 00 00 COVER SET, RR. STANDING PANGKON TUTUP COVER, BODY HP F-R&X

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HUB TIPE SUPRA PADA PT ASTRA HONDA MOTOR

PENERAPAN SISTEM PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HUB TIPE SUPRA PADA PT ASTRA HONDA MOTOR PENERAPAN SISTEM PERENCANAAN KEBUTUHAN KOMPONEN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HUB TIPE SUPRA PADA PT ASTRA HONDA MOTOR Yusuf Arifin ; Siti Nur Fadlillah 2 ABSTRACT Planning system of customer needs in Astra

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 05 UPR. 05.2 PEMELIHARAAN RUTIN PERALATAN AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8727 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 789 TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK 70 Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK Faktor Penyabab masalah 1 2 3 4 5 1 Andri 4 2 1 1 5 2 Denny 4 4 1 4 5 3 Eko 5 3 4 1 4 4 Fahrul 4 4 1 3 5 5 Handi 5 3 3 1 4 6 Hery 4 3 3 1 5 7 Mujilan 4 3 3 1 5 8 Montes 4

Lebih terperinci

PERANCANGAN PORTABLE CRANE KAPASITAS ANGKAT MAKSIMAL 500 KG

PERANCANGAN PORTABLE CRANE KAPASITAS ANGKAT MAKSIMAL 500 KG E-Jurnal Teknik Mesin, Vol1 No2 Juni 2014 PERANCANGAN PORTABLE CRANE KAPASITAS ANGKAT MAKSIMAL 500 KG Riki Setiawan, Sudarsono, Sugiarto PS Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Perbandingan Waktu Change Over Berdasarkan bab sebelumnya aktivitas change over pada mesin width grinding dibagi dan dibedakan menjadi aktivitas internal dan aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama : Syaiful Ma arif NPM : 37412250 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam bidang manufaktur semakin ketat. Banyaknya kompetitor yang bermunculan membuat perusahaan perlu memikirkan suatu strategi yang tepat

Lebih terperinci

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perakitan dan pengukuran tranmisi Langkah Pembongkaran Berikut ini langkah-langkah pembongkaran transmisi : a. Membuka baut tap oli transmisi. b. Melepas baut yang melekat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Just In time, Inventory, Sistem Kanban

ABSTRAK. Kata kunci : Just In time, Inventory, Sistem Kanban PERANCANGAN PENJADWALAN DAN PEMERATAAN PRODUKSI DENGAN SISTEM JUST IN TIME UNTUK MENINGKATKAN AKURASI RENCANA PRODUKSI DAN PENURUNAN BIAYA INVENTORY (STUDI KASUS : PLANT 1 PT IGP JAKARTA) Marcos Agustinus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed

KATA PENGANTAR. 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed 2 TRAKTOR QUICK G1000 Boxer single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses yang sangat berpengaruh dalam menentukan produksi hasil pertanian. Maka perlu diupayakan penyempurnaan

Lebih terperinci

Created by Training Department Edition : April 2007

Created by Training Department Edition : April 2007 M-STEP I Created by Training Department Edition : April 2007 Copy right PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors - Jakarta. M-STEP I 2-1. Open End Wrench (Spanner) 1. Pastikan ukuran open end wrench cocok dengan

Lebih terperinci

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8093 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 793 TRUCK

A Rear Brake Wear Gauge ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) A8093 BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 793 TRUCK ALAT PENGUKUR KEAUSAN REM (BRAKE WEAR GAUGE) BIRRANA YANG SESUAI UNTUK REM BELAKANG - CAT 793 TRUCK Sebagian besar kecelakaan yang melibatkan pengoperasian atau perawatan mesin disebabkan oleh kegagalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan sarana transportasi umum merupakan salah satu kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan sarana transportasi umum merupakan salah satu kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan sarana transportasi umum merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dengan makin meningkatnya kehidupan ekonomi masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER

ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER ANALISIS PERBAIKAN KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN TRANSMISI CURRENT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KILLBRIDGE-WESTER Disusun oleh: Nama : Eka Kurnia Npm : 32412408 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : I. Ir.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan (Sumber: Company Profil PT.IGP) Gambar 4.1 Layout IGP Group IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan frame

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI SUB-ASSEMBLY REM DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS

BAB III KONSTRUKSI SUB-ASSEMBLY REM DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS 22 BAB III KONSTRUKSI SUB-ASSEMBLY REM DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS Bab ini membahas konstruksi sub-assy rem, prinsip kerja dan fungsi setiap komponen, spesifikasi teknis, jenis-jenis kerusakan yang bisa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Folw Chart Metodologi Penelitian Dalam memecahkan masalah pada penelitian yang diamati dibutuhkan langkanglangkah untuk menguraikan pendekatan dan model dari masalah tersebut.

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Pengertian Filter Secara umum filter adalah alat yang digunakan untuk memisahkan kotoran dari oli. Kotoran yang disaring dalam filter timbul akibat debu yang masuk dari lubang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. JST/OTO/OTO0/06 Revisi: 0 Tgl: Agustus 06 Hal dari 5 I. Kompetensi:. Melepas dan memasang poros nok dengan prosedur yang benar. Menentukan kondisi poros nok II. III. IV. Sub Kompetensi: Setelah selesai

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

Sepeda Syarat keselamatan

Sepeda Syarat keselamatan SNI 1049:2008 Standar Nasional Indonesia Sepeda Syarat keselamatan ICS 43.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 1049:2008 Daftar isi Datar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM

BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM 1. Pendahuluan Pada motor motor diesel 2 takt dengan slow speed engine, maka sistemolah gerak baling baling menggunakan sistem olah gerak langsung (direct monoevring system)

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling Gambar 4.1 Diagram Proses Perawatan dan Perbaikan Kopling 29

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION Tes Jalan Berfungsi untuk memeriksa tingkat kecepatan yang digunakan pada posisi L, 2 atau D saat sistem pengontrolan perpindahkan gigi tidak berfungsi. Lakukan tes

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 22 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 3.1 Tempat Dan Objek Analisis Tempat untuk melakukan analisis dan perbaikan pada tugas akhir ini, adalah workshop otomotif

Lebih terperinci

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin,

BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION. Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, BAB III PROSES OVERHAUL ENGINE YAMAHA VIXION 3.1. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Proses Overhoul Engine Yamaha Vixion ini dilakukan di Lab. Mesin, Politenik Muhammadiyah Yogyakarta. Pelaksanaan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle time

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle time BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil kerja praktek di industri otomotif sunter yaitu data cycle

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

PERUBAHAN LINI PERAKITAN HELMET TRX 2 DENGAN MENGGUNAKAN METODE KESEIMBANGAN LINTASAN DI PT. DHARMA POLIPLAST

PERUBAHAN LINI PERAKITAN HELMET TRX 2 DENGAN MENGGUNAKAN METODE KESEIMBANGAN LINTASAN DI PT. DHARMA POLIPLAST PERUBAHAN LINI PERAKITAN HELMET TRX 2 DENGAN MENGGUNAKAN METODE KESEIMBANGAN LINTASAN DI PT. DHARMA POLIPLAST DISUSUN OLEH : FERRY TANJUNG 41605110074 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle 44 BAB IV 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Alur Proses Pada Perawatan Handle start Pemeriksaan awal per-periodik Pengecheckan kebocoran Haandle Indeks Kerusakan Perbaikan Handle Test Ulang Kebocoran

Lebih terperinci

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004 PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN T r a k t o r Q U I C K dilengkapi dengan P A R T L I S T Edisi Januari 2004 2 TRAKTOR QUICK TL800 single speed KATA PENGANTAR Pengolahan lahan merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id

Lebih terperinci