BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo Data waktu proses Cycle time line I-beam Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dari elemen kerja standart kerja. Untuk memperoleh data cycle time, kita harus melihat kondisi aktual dilapangan dengan genba. Dari data hasil pengukuran dilapangan bahwa cycle time line I-beam adalah 1137 detik. Data yang diambil harus merupakan data aktual langsung observasi ke lapangan agar menghasilkan data yang akurat sehingga data perbandingan loading vs capacity benar, karena akan berpengaruh terhadap data yang akan diambil dalam proses perhitungan kanban. Data cycle time harus dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan data cycle time yang baku bagi operator produksi. Karena data tersebut diambil dari data elemen kerja operator. Data elemen kerja yang diambil gerakannya harus sama antar tiap proses pembuatan part.

2 Tabel 4.1 TSKK line I-beam (current condition) 60

3 Tatk Time I-beam Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pcs/unit berdasarkan permintaan pelangan (volume produksi). Rumus : Waktu kerja per shift (schedule time) Tatk time = Jumlah produksi per shift Tatk time untuk setiap bulannya berbeda tergantung dari jumlah permintaan dari pelanggan dan jumlah hari kerja untuk setiap bulannya.jumlah quantity order I- beam BY 366L pada bulan November 2008 membutuhkan tatk time 742 detik dengan jumlah 2 shift per hari. Tabel 4.2 Quantity order I-beam BY 366L NO Model Part NO. Nov 08 Qty/Month WD Qty/Day Tatk Time 1 I-Beam OWO 10 OWO I-Beam OWO 20 OWO TOTAL ORDER (1 Shift) TOTAL ORDER (2 Shift)

4 Aliran Produk dan Informasi Aliran ini mendeskripsikan hubungan antara proses sesudah dan proses sebelum dalam suatu proses pemenuhan order dari informasi order diterima sampai terpenuhi. Dari hasil observasi dan wawancara kepada Staf PPC adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 list material I-beam BY 366L Pihak customer mengirimkan Purchase Order kepada marketing. Kemudian pesanan tersebut dituangkan ke dalam sales forecast dan delivery yang kemudian didistribusikan ke PPC department (Production Planning and Contro)l. Setelah mendapatkan sales forecast, PPC memproses perhitungan dan membuat Master production Planning.

5 63 Gambar 4.1 bagan MIFC I-beam BY366L Dari bagan MIFC I-beam dapat diketahui bahwa penarikan part dari customer menggunakan kanban, tetapi produksi dalam memproses part I-beam menggunakan sistem schedule tidak menggunakan kanban. 4.4 Sistem Kanban Di PT Inti Ganda Perdana Dengan menggunakan kanban perusahaan hanya memproduksi produk sesuai dengan apa yang dibutuhkan, kapan dibutuhkan, sejumlah yang dibutuhkan. Sehingga dengan demikian akan dapat menurunkan lead time,menghilangkan unsur pemborosan (muda), dan meningkatkan efisiensi produksi. Dalam proses produksi menggunakan kanban, maka kanban merupakan alat tukar untuk mengambil barang serta alat perintah untuk memproduksi sesuai yang tertera dalam kartu kanban. Dengan urutan yang sesuai dalam shutter. Jika terjadi fluktuasi

6 64 permintaan dari customer maka PPC boleh merubah jumlah populasi sesuai dengan keadaan dilapangan. Gambar 4.2 aliran pull Kanban antar proses Customer akan mengambil part finish dari PC store dengan menggunakan kanban pengambilan (C-kanban). Kanban dari customer akan diterima oleh kanban boy dan akan disimpan di waiting post. Waiting post merupakan tempat kanban/informasi yang baru datang menunggu sebelum diteruskan ke proses selanjutnya sesuai dengan waktu cycle yang tercantum dalam kanban. Kemudian kanban akan diambil yang ada di waiting post sesuai dengan jadwal order pengambilan. Part akan diambil sesuai pada kanban yang diambil dari waiting post dari store, disini terjadi pertukaran kanban. Part akan dikirim ke truk pelanggan bersama dengan kanban customer. Sedangkan kanban hasil dari pertukaran akan disimpan didalam pos heijunka sesuai dengan cycle pengiriman dengan model yang tertera pada kanban. Lalu dari heijunka post kanban akan dibawa ke lini proses

7 65 produksi sebagai instruksi proses produksi untuk membuat produk sesuai dengan yang tertera di kanban baik dengan jumlah, dan jenis barang. Dalam proses pergi untuk menarik barang ke proses sebelumnya harus dengan membawa kanban (kanban penarikan) dan trolly untuk membawa barang yang akan ditarik. Kemudian kanban yang dibawa ditukar dengan kanban (kanban intra proses)yang ada di barang yang akan di tarik di store. Kanban yang diterima dari heijunka post di simpan terlebih dahulu ke Lot Making Post, tempat ini dimana kanban menunggu sampai jumlah kanban tersebut sama dengan lot size produksi yang diinginkan, kemudian kumpulan kanban tersebut akan dikirim ke shutter kanban. Kanban yang sudah tersimpan di dalam shutter jangan dirubah posisinya nanti akan terjadi shortage finish part. Jika ada permasalahan yang menyebabkan kanban urutan tidak bisa dikerjakan sesuai dengan urutan maka perlu dibuat urutan pengerjaan secara prioritas. Dalam hal ini kanban boy yang mengontrol perputaran sistem kanban dan akan melaporkan ke staf Production Planning Control jika ada ke abnormalan kanban selama berjalan. Dalam ke abnormalan atau fluktuasi permintaan barang telah terjadi kesepakatan antara pelanggan dengan perusahaan. Misalnya Toyota fluktuasinya 10% berbeda dengan Daihatsu fluktuasi permintaan sebesar 20%.

8 66 Gambar 4.3 bagan MIFC I-beam BY366L (target condition) Dari bagan Material and Information Flow of I-beam tersebut telah diterapkan konsep sistem kanban. 4.5 Waiting Post Waiting post merupakan salah satu alat untuk just in time dalam penerapan sistem kanban. Waiting post merupakan tempat dimana kanban/informasi yang baru datang menunggu sebelum diteruskan ke proses selanjutnya sesuai dengan waktu cycle yang telah ditentukan. Waiting post sebagai alat control terhadap informasi dari customer sebelum informasi tersebut diteruskan ke proses sebelumnya. Yang akan dikontrol antara lain : kelengkapan informasi (kanban, dokumen delivery, dll), waktu kedatangan, dan kapan proses berikutnya akan dilaksanakan. Dan juga merupakan visual control stagnasi informasi/kanban, sehingga meminimalisir human error. Poin penting dalam pembuatan waiting post : Nama customer/truk dan tujuan (alamat customer)

9 67 Jam kanban in menunjukan kapan kanban/informasi diterima. Jam kanban out menunjukan kapan kanbanmasuk ke proses selanjutnya Waktu pengiriman material.(cycle delivery) 4.6 Pos Heijunka (Heijunka Post) Pos heijunka adalah tempat yang menginformasikan kecepatan penjualan (sama dalam jumlah dan model) setiap satuan waktu. Pos heijunka ini merupakan salah satu alat pendukung sistem kanban dapat berjalan. Pos heijunka pengatur irama produksi pelanggan. Dengan kata lain pos heijunka merupakan jembatan informasi antara proses produksi internal perusahaan dengan kebutuhan pengiriman untuk permintaan pelanggan. Pos heijunka merupakan salah satu pokayoke untuk pengaturan proses produksi agar menghindari kesalahan dalam proses produksi. Kanban boy akan mengambil kanban internal dari pos heijunka sesuai tanggal pada hari proses produksi, sehingga meminimalisi kesalahan dari kanban boy sehingga proses bisa sesuai dengan kebutuhan. 4.7 Lot Making Post Kanban yang di ambil dari pos heijunka tidak langsung ke shutter kanban di line I-beam. Kanban disimpan terlebih dahulu ke Lot Making Post yang merupakan tempat dimana kanban menunggu sampai jumlah kanban tersebut sama dengan lot size produksi yang diinginkan, kemudian kanban tersebut akan dikirim ke shutter

10 68 kanban. Karena dalam menggunakan sistem kanban memerlukan pembatasan lot produksi, lot yang telah disepakati adalah 1 lot produksi untuk 25 finish part I-beam BY366L. Karena dalam jumlah 1 lot size produksi sesuai dengan kanban ke supplier material, karena untuk 1 kanban material berisi 25 blank part I-beam BY366L. Pada saat kanban disimpan di shutter maka kanban boy akan mengambil kanban internal material untuk disimpan ke shutter warehouse yang nanti akan diambil dan akan mengirimkan material ke line proses I-beam BY366L. 4.8 Store Pengambilan part oleh customer dengan menggunakan kanban. Sebagai alat tukar finish part, maka perusahaan harus menyiapkan finish part dengan penempatan yang jelas agar siap jika sewaktu-waktu finish part tersebut diambil. Oleh karena itu perlu adanya penyediaan stok terkontol di setiap akhir proses dan di beberapa line. Store penempatan part finish harus jelas, dimulai dengan alamat, jumlah yang jelas (kapasitas penumpukan barang maksimal) disertai aturan fifo yang jelas agar saat penyimpanan barang mudah begitu pula saat pengambilan barang. Store diharapkan sebagai alat visual control untuk mengetahui kondisi dan kemampuan line proses. 4.9 Penerapan Sistem Kanban di Line I-beam BY366L Penentuan Waktu Delivery (Cycle Issue)

11 69 Penetapan waktu delivery ini akan berpengaruh terhadap PC store. Penentuan waktu delivery telah ditetapkan dari customer. Pada dasarnya mengeluarkan cycle issue untuk menentukan kapan permintaannya diambil,sehingga perusahaan harus menyiapkan part sesuai dengan cycle issue. Cycle delivery time akan digunakan untuk menentukan kapan part itu dibuat untuk persiapan part dikirim. Cycle issue digunakan untuk penentuan dalam pos heijunka yang nanti akan mengatur beredarnya kanban di line proses produksi. Dan juga bisa digunakan untuk menentukan waiting pos. Cycle ini juga tertera di dalam kanban itu sendiri. Dalam hal ini cycle issue ini digunakan untuk membuat diagram truck delivery. Dengan dibuatnya truck diagram maka mengefisiensikan kedatangan dan persiapan part dan diharapkan tidak ada stagnasi pada saat truk datang. Dan juga dapat mengsingkronkan part yang telah disiapkan di store dengan kedatangan truk, sehingga dapat menghemat kinerja operator untuk mensiapkan part. Cycle issue yang digunakan oleh customer PT Inti Ganda Perdana untuk Blank part I-beam BY366L adalah Ini berarti pemesanan dilakukan satu hari dengan frekwensi kedatangan sebanyak satu kali dan interval satu Perhitungan kanban Line I-beam BY366L Perhitungan Lot making (Lot Making Calculation) Dengan kondisi yang ada cycle time 1173 detik, dandori 90 menit dan lot making yang disepakati adalah 210 pcs (5 hari). Maka perlu dihitung dengan

12 70 menggunakan sistem kanban. Perhitungan ini dibuat untuk mengetahui kendalakendala yang nanti akan timbul. Dengan waktu produksi 14 jam (2 shift),maka dapat diketahui masalah kapasitas line I-beam BY366L. Total Waktu yang diperlukan = Total Prod (l) + Total Dandory (k) Apabila Total Waktu yang diperlukan lebih besar dari waktu produksi (Total Avaible time/cycle) ketentuan untuk line I-beam BY 366L adalah 14 jam (2 shift), maka diperlukan waktu tambahan untuk memenuhi lot size produksi. Oleh karena itu Untuk memenuhi waktu tambahan itu perusahaan harus memberikan Over time untuk berproduksi, sehingga lot size tiap part terpenuhi.ketentuan ini dihitung dengan ketentuan yang telah di sepakati, seperti cycle issue (1-1-1), jumlah hari produksi dalam bulan tersebut (20 hari) serta efisiensi produksi yang diambil 85%.

13 Tabel 4.4 LOT MAKING CALCULATION (Current condition) 71

14 72 Hal-hal yang mempengaruhi lot size menjadi besar adalah Cycle time Dengan cycle time yang lama,maka jumlah produksi menjadi sedikit. Oleh karena itu cycle time harus di improve menjadi lebih singkat. Dalam hal ini masalah yang timbul adalah handling time operator yang lama, berdasarkan hasil observasi dari lapangan dengan mencatat elemen kerja operator. Improve yang dilakukan untuk menangani handling time ini adalah mempermudah pemindahan part I-beam dengan mengunakan trolly. Perubahan cycle time setelah perubahan adalah 780 detik dari semula 1173 detik. Dandory Time Dandory adalah waktu pergantian type part dari awsl msuk sampai keluar finish part. Dandori yang dilakukan adalah eksternal dandori dimana dandori dilakukan dengan tidak mengoperaikan mesin seluruhnya. Waktu yang diperlukan untuk dandori tersebut adalah 90 menit. Setelah terjadi improve secara menyeluruh maka waktu dandori adalah 30 menit. Berdasarkan hasil improvement dari proses dandori dan cycle time maka lot produksi dapat dicapai dengan lot produksi 25 pcs sesuai dengan asil kesepakatan dengan total waktu untuk produksi mendekati waktu produksi (14 jam), sehingga tidak perlu waktu tambahan untuk memenuhi part permintaan. Sehingga kendala dapat dihilangkan dan membuat proses yang efisien dan maksimal.

15 Tabel 4.5 LOT MAKING CALCULATION (target condition) 73

16 Perhitungan Populasi Kanban I-beam BY 366L Jumlah kanban yang beredar merupakan suatu pemetaan dan perhitungan jumlah kanban yang beredar, yang berisikan jumlah kanban yang ditarik customer dalam 1 kali penarikan, lead time proses, stagnasi dan safety stock yang ditentukan. Sebelum menentukan jumlah kanban ada hal yang harus diperhatikan seperti : Material and Information Flow Chart yang dipakai (bagan MIFC I-beam BY366L target condition) Sistem produksi yang digunakan menggunakan lot making. Stagnasi yang diijinkan (jumlah/waktu dan poin stagnasi). Jam kerja yang tersedia (baik waktu produksi sendiri maupun customer). Standart stock in proses berdasarkan kesepakatan adalah 6 pcs. Safety stock yang ditentukan (kebijakan manajemen) adalah 1 hari stock finish part Gambar 4.4 bagan Populasi Kanban I-beam BY 366L

17 75 Jml kanban = Jml Tarikan Customer(Kc) + Lead time process(lt)+ Safety stock(a) Kanban dalam tarikan customer : Kc = (D/fp)/q ; fp = WD/tp Dimana : Kc = Jumlah kanban customer D = permintaan per hari fp = Frekwensi pulling fp = WD/tp q = jumlah part dalam satu kanban(5 pcs/kanban) WD = waktu produksi (2 shift) tp = time pulling Kanban Lead Time Process : Jml kanban Lead time(kl) = kanban proses(kp) + kanban stagnasi(ks) dimana : Kp = D x (w/td) q Kp = Jumlah kanban proses D = permintaan per hari w = Jumlah WIP dalam proses (WIP I-bean BY 366L = 6 pcs) Td = total permintaan i-beam untuk semua tipe q = 5 pcs/kanban

18 76 Kanban stagnasi = kanban chutte + kanban lot making + Uncomplete Pallet + diff work Kch = (D/Td) x ch Kl = ( D/Td) x lm Ku = (D/Td) x p Kd = (D/KD) x q ; Dimana : Kch = Jumlah kanban chute Kl = Jumlah kanban lot making Ku = Jumlah kanban pada pallet yang belum terisi penuh Kd = Jumlah kanban store D = permintaan per hari Td = Total jumlah permintaan part untuk berbagai tipe ch = kanban maksimal dalam chute berdasarkan kesepakatan 10 kanban. lm = Lot making size =1 lot making untuk 5 kanban) p = kanban pallet yang belum terisi penug. q = 5 pcs/kanban perhitungan jumlah populasi kanban dapat dilihat pada table di bawah in :

19 Tabel 4.6 perhitungan Populasi kanban I-beam 77

20 Perhitungan kanban PC store (Stock Warehouse finish Good) Jumlah kanban PC store merupakan jumlah cycle part dalam satu cycle ditambah dengan jumlah kanban safety stock yang telah disepakai oleh pihak manajemen (1 hari). Untuk menghitung jumlah kanban PC store adalah kanban PC Store = Kanban part /cycle + fluktuasi order = (order part*stock PC store)/5 + (order part* fluktuasi order)/5 Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada table dibawah. Tabel 4.7 Populasi kanban PC store Perhitungan Populasi Kanban Supply Material Perhitungan populasi kanban supply material berdasarkan cycle time, perputaran pengambilan material dari warehouse ke line. Perhitungan populasi kanban supply material adalah Jumlah kanban = (Jml loop*waktu loop*cycle time)/25

21 79 Hasil perhitungan dapat dilihat pada table dibawah ini : Tabel 4.8 Populasi Kanban Supply Material Penerapan Improvement (kaizen) Penerapan sistem kanban pada line I-beam akan menimbulkan masalah baru. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu di adakan improvement secara menyeluruh. Dengan melakukan pemetaan Material and Information Flow Chart line I-beam BY 366 L maka akan terlihat titik-titik stagnasi pada bagan MIFC sehingga lead time semakin besar, dengan semakin besarnya lot making production maka over time semakin tinggi dan itu merupakan biaya bagi pemerintah. Penerapan kaizen yang dilakukan pada line I-beam BY 366 L adalah penurunan waktu dandori dan penurunan cycle time. Langkah awal yang dilakukan untuk penerapan kaizen yaitu mencatat data-data elemen kerja awal (sebelum improvement) dan membuat standart kerja sementara agar alur kerja operator teratur sehingga waktu antar tiap operator sama tidak terjadi perbedaan waktu yang mencolok.

22 80 Data yang diambil haruslah data yang detail dengan menggunakan data identifikasi baratsuki. Dengan data tersebut akan memudahkan untuk memilah-milah data yang efektif, sehingga muda dalam hal tersebut hilang terutama handling operator. Data cycle time line I-beam ternyata dapat diturunkan tanpa menurunkan machining time, hanya dengan menurunkan handling time operator. Data handling operator yang lama antara lain pemindahan part dari mesin ke mesin, maka dibuatkan shutter yang menggunakan roda. Pekerjaan deburing untuk Op-30 dapat di improve lebih cepat dengan merubah proses op-20 serta penambahan penghilangan chamfering manual. Improvement lain adalah penambahan shutter finish part tidak langsung ke pallet finish part sehingga part bisa berjalan FIFO dan memudahkan kontrol part finish Analisis Penerapan Sistem Kanban dan Kaizen pada Line I-beam Dalam sistem kanban, produksi tidak akan membuat part berlebihan, karena produksi bekerja sesuai dengan perintah kartu kanban. Sedangkan alur kanban diatur dengan adanya pos heijunka dan pos heijunka ini mengikuti cycle issue. Sistem kanban ini akan berjalan bila semua alat bantu untuk menunjangnya berjalan. Dalam melakukan penerapan sistem kanban perlu disiapkan tool penunjang seperti wating post, heijunka post, kartu produksi kanban, shutter, serta standardisasi elemen kerja. Sebelum sistem kanban ini diterapkan perlu diadakan sosialisasi ke seluruh bagian, karena banyaknya perbedaan antara sistem scheduling dan sistem

23 81 kanban agar pihak yang terkait mengerti dalam pelaksanaan kanban. Sistem kanban ini akan berjalan jika tool penunjang berjalan sesuai fungsinya dan semua bagian terkait menjalankan fungsi sesuai tugasnya. Inti dari penerapan sistem ini adalah bagaimana pihak yang terkait dalam pelaksanaan sistem kanban ini mematuhi peraturan dasar pada sistem kanban. Dalam melakukan penerapan sistem kanban ini harus dibarengi dengan improvement. Dengan data awal untuk melakukan sistem kanban, banyak titik yang harus di improve. Dari hasil pengawasan serta wawancara dilapangan, titik yang di improve adalah baratsuki (ketidakteraturan) beban terhadap suatu standart kerja operator. Dari data elemen kerja awal yang didapat hasil produksi bervariasi, dengan hasil yang bervariasi maka tidak dapat diketahui jumlah produksi yang dihasilkan dalam satu shift bahkan dari data yang didapat kecenderungan hasil produksi dibawah target pencapaian produksi.pencapaian produksi yang tidak menentu mengakibatkan daily schedule yang berubah, maka dengan penerapan sistem kanban yang disertai kaizen proses produksi sesuai dengan tarikan customer Analisis Achievement Sistem Kanban di Line I-beam Perubahan sistem produksi untuk line I-beam dari sistem scheduling menjadi sistem kanban sangat berpengaruh sekali terhadap achievement produksi dengan terus dilakukan improvement terus menerus. Dengan penerapan sistem kanban akan memudahkan untuk mengontrol keadaan plant produksi, sehingga pada saat keadaan tidak normal akan terdeteksi sedini mungkin, karena dengan kanban pengontrolan

24 82 dapat dilakukan dengan cara visual. Dalam sistem scheduling pengontrolan biasanya dilakukan pada area delivery, dengan hanya melihat stock finish part. Jika terjadi masalah line stop dalam proses sedangkan stock finish part banyak, maka penanganan masalah akan lambat karena tidak terdeteksi sedini mungkin dan bila masalah ini terus menerus sehingga stock menipis, baru masalah ini akan diatasi secara serius. Pencapaian produksi dengan menggunakan sistem kanban dapat menurunkan overtime operator produksi. Tabel 4.9 Loading vs Capacity Grafik 4.1 Loading vs Capacity

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Hartono, et al. / Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana / Jurnal Titra, Vol. 3 No. 2, Juni 2015, Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Evan

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB 4 PENERAPAN SISTEM KANBAN DI LINI SA-1

BAB 4 PENERAPAN SISTEM KANBAN DI LINI SA-1 40 BAB 4 PENERAPAN SISTEM KANBAN DI LINI SA-1 4.1 Lini Perakitan Shock Absorber (SA Assy) Lini Perakitan ini menghasilkan produk shock absorber yang digunakan oleh kendaraan roda empat. Saat ini PT. Kayaba

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber :  Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin / BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat indonesia enggan untuk memanfaatkanya, dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia perindustrian, kata kelebihan pada proses produksi atau over stock pada warehouse adalah suatu yang merugikan bagi perusahaan. Over stock karena

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Metode Penelitian merupakan tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan proses pemecahan masalah proses pemecahan masalah, sehingga penelitian

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prinsip Dasar daripada Produksi Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan dihadapkan pada konsumen yang akan menuntut untuk diberikan satu

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Plant 2, Bogor. Produk yang diteliti oleh penulis adalah produk KVRA Black & KTMY Black. Perusahaan ini menerapkan prinsip

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X

Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Perancangan dan Penerapan Kanban di PT. X Claudio Giano Tombeg 1 Abstract: PT. X is a circuit breaker manufacturing company. The main problem at segment XYZ is production delayed, that is caused by less

Lebih terperinci

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan

I.3 Tujuan Penulisan. I.1 Latar Blkg Masalah. I.2 Pembatasan Masalah. I.4 Sistematika Penulisan I.1 Latar Blkg Masalah a. Sistem JIT dan Kanban b. Identifikasi Masalah I.2 Pembatasan Masalah a. Lokasi Kegiatan : PT. DENSO Indonesia b. Objek Penelitian : Komponen Neck Filler c. Cakupan Pembahasan

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA

PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA PROSEDUR PENANGANAN DELIVERY ORDER PADA PT. JUAHN INDONESIA Nama : Hidayatunnisa NPM : 40209855 Jurusan : Akuntansi Komputer Pembimbing: Toto Sugiharto, MSC., PhD. Latar Belakang Masalah Delivery order

Lebih terperinci

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA

PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH LINE STOP TERHADAP LINE PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KANBAN DI PT AKASHI WAHANA INDONESIA THE EFFECT OF LINE STOP ON THE LINE PRODUCTION USING KANBAN METHOD IN PT

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

Haryo Santosa, Sri Hartini *), Meilisa Karima R **)

Haryo Santosa, Sri Hartini *), Meilisa Karima R **) DESAIN LOADING DOCK DAN PENENTUAN LEVEL STOCK UNTUK MEREDUKSI JUMLAH ANTRIAN DAN PERSEDIAAN PADA AREA PENERIMAAN BARANG (Studi Kasus : Perusahaan Otomotif Internasional)) Haryo Santosa, Sri Hartini *),

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pengembangan Kerangka Kerja Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

Total Production System

Total Production System Total System Definisi Manufaktur Mewujudkan ustomer First Memberikan konsumen : produk yang baik harga yang pantas tersedia tepat waktu Menghilangkan MUD, MUR, MURI Tersedia tepat pada waktunya Produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, tantangan utama bagi setiap perusahaan adalah menyediakan produk sesuai dengan ekspektasi customer. Maka, sangat penting bagi perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1, Objek Penelitian Objek penelitian untuk tugas akhir ini adalah Process Cycle Efficiency pada proses produksi Blank Cilynder Head Type KPH di PT. X melalui pemetaan produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 42 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Hasil Observasi Lapangan 4.1.1 Diagram Supplier-Input-Process-Output-Customer (SIPOC) Sebelum melakukan analisa aliran material internal dengan Value

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluasi proses pengelolaan obat dengan prioritas analisis pada pemborosan (waste) pada proses pengadaan obat, maka

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Untuk memastikan sistem produksi berjalan dengan lancar diperlukan perencanaan yang matang sehingga segala rencana produksi dapat berjalan sesuai dengan

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 USULAN APLIKASI SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN UNTUK OPERATIONAL EXCELLENCE

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Perbaikan Setelah serangkaian perbaikan yang telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan area dan juga peningkatan efisiensi proses kerja pada

Lebih terperinci

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA Hendry Arestyanata; Bambang Sugiharto hendry.arestyanata@live.com ABSTRACT Shortage

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara ANALISIS PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI SA ASSY 1 DI PT. KAYABA INDONESIA ABSTRAK

Universitas Bina Nusantara ANALISIS PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI SA ASSY 1 DI PT. KAYABA INDONESIA ABSTRAK Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Skripsi Strata 1-Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS PENERAPAN SISTEM KANBAN PADA LINI SA ASSY 1 DI PT. KAYABA INDONESIA Wawan Triyanto

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO Siti Rohana Nasution Leili Septianingrum Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Srengseng

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 24 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam pelaksanaan penelitian dan untuk mempermudah memecahkan persoalan yang dihadapi, perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Keadaan Saat ini 6.1.1.1 Struktur Organisasi dan Job Description Saat Ini Struktur organisasi dan job description saat ini tergambar dalam bab 4 pengumpulan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT.

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT. LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT. GEMALA KEMPA DAYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PENURUNAN TINGKAT INVENTORY DAN LEAD TIME PROSES PRODUKSI DENGAN SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DI PT. CG POWER SYSTEMS INDONESIA Riki Ferdizal 1, Nur Yulianti Hidayah 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

vii DAFTAR ISI Laporan Tugas Akhir Penerapan Sistem Junbiki

vii DAFTAR ISI Laporan Tugas Akhir Penerapan Sistem Junbiki vii DAFTAR ISI Pengesahan Tugas Akhir... i Tanda Lulus Mempertaahankan Tugas Akhir... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... xi BAB I Pendahuluan...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART YANG KRITIS PADA PART PEDAL BRAKE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN)

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART YANG KRITIS PADA PART PEDAL BRAKE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN) ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART YANG KRITIS PADA PART PEDAL BRAKE DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA (TMMIN) Mohammad Imam Shalahudin, Dosen Pengajar Jurusan Teknik Industri Politeknik Swadharma,

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian digunakan untuk mengumpulkan data-data dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penyusunan tugas akhir ini, dimana tujuan utama dari

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN

KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM Prodi Diploma Rekam Medis Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM 1 KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN 1. Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output

LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output 274 LAMPIRAN 1 Perancangan Input Output Form input Login Form konfirmasi Login Form Utama 275 Form input Edit User Form input Change Password Form input Master Staff 276 Form Input Master Customer 277

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Suplai Tanpa Penambahan Tempat di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN)

Perancangan Sistem Suplai Tanpa Penambahan Tempat di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN) Suganda, et al. / Perancangan Sistem Suplai Tanpa Penambahan Tempat di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN) / Jurnal Titra, Vol. 2, No. 2, Juni 2014, pp. 29 36 Perancangan Sistem Suplai Tanpa

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard. L 1 LAMPIRAN WAWANCARA 1. Bisa menceritakan sejarah PT. Lucky Print Abadi? Sejarah perusahaan dapat dilihat pada Company Profile yang telah kami berikan kepada kalian 2. Produk apa yang diproduksi PT.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Jenis Produk yang dihasilkan Jenis-jenis produk yang dihasilkan yang dibuat dalam Perakitan roda motor baik untuk roda depan (Front) dan roda

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi proses penerimaan order sampai dengan proses packing dengan mengeliminasi non-value added activities (aktivitas yang tidak bernilai

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

LEAN MANUFACTURING. part 2

LEAN MANUFACTURING. part 2 LEAN MANUFACTURING part 2 Alhamdulillah selesai juga nulis bagian 2 ini.. Seperti pada bagian sebelumnya, tulisan ini sengaja dibuat dalam kalimat yang singkat dan padat, so kalau teman2 ada yang kurang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis jenis Muda ( pemborosan ) Muda (pemborosan) merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan manufaktur yang mengakibatkan tingginya biaya produksi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL CAT BERDASARKAN SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER DI PT. KAYABA INDONESIA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL CAT BERDASARKAN SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER DI PT. KAYABA INDONESIA PENGENDALIAN PERSEDIAAN MATERIAL CAT BERDASARKAN SISTEM KANBAN PADA PROSES PRODUKSI SHOCK ABSORBER DI PT. KAYABA INDONESIA EDDY S. HARISANTO DAN PURWADI WAHYU GUMILAR Program Studi Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini banyak industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan dari sistem tersebut dalam menciptakan sistem

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINE YOKE TUBE IMV DI PT. INTI GANDA PERDANA

MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINE YOKE TUBE IMV DI PT. INTI GANDA PERDANA MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINE YOKE TUBE IMV DI PT. INTI GANDA PERDANA Eduardus Dimas A.S, ST 1, Otto Trisatria B,Eng M.E.M 2, Rizky Anggara Krishna 3 Teknik Produksi dan Proses Manufaktur,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT.

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI UNTUK EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS: PT. GEMALA KEMPA DAYA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci