BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan"

Transkripsi

1 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prinsip Dasar daripada Produksi Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan dihadapkan pada konsumen yang akan menuntut untuk diberikan satu pelayanan yang lebih, dalam hal ini akan bertolak belakang dengan pengusaha. Dalam arti konsumen akan menghendaki harga yang murah akan tetapi pengusaha juga akan menghendaki keuntungan yang tinggi. Oleh sebab itu pengusaha akan dituntut memberikan pelayanan yang utama ke konsumen dalam hal : Kualitas yang baik Harga yang murah Serta ketepatan waktu saat konsumen membutuhkan produk dari produsen Untuk mencapai keuntungan yang maksimal dan tanpa akan memberikan beban penambahan harga produk ke konsumen maka pengusaha yang mempunyai daya saing akan menerapkan prisip bahwa harga adalah alat kontol untuk pasar, maka untuk mencapai keuntungan yang lebih banyak bukan dengan cara menaikkan harga akan tetapi dengan penurunan biaya-biaya produksi yang tidak menambah nilai daripada produk. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti gambar berikut ini.

2 12 Cost reduction Price unchanged Profit increase Gambar 2.1 Diagram Prinsip daripada Harga How quickly we can cash in our paid capital! 1 Reduce production lead time 2 Minimize of inventory & Work In Process(WIP) 利益 Profit Management 経営者 売上 Sales Investment 投資 Manpower Products 製品 Customer お客様 Machine 設備 Supplier 原材料 Material 部品 Parts WIP 仕掛品 中間在庫 Mid stock 製品在庫 Prod. stock Prd. Lead time L/T Gambar 2.2 Diagram Prinsip daripada Management Dalam pencapaian penurunan biaya produksi dapat dicapai dengan : Hanya memproduksi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (menerapkan sistem Just In Time). Memproduksi produk yang berkualitas (menerapkan Jidoka). Memproduksi produk yang lebih murah (menghilangkan muda secara tuntas). Menciptakan tempat kerja yang kuat dan flexibel mengikuti perubahan.

3 13 maka dasar daripada proses produksi adalah seperti diagram berikut : Production Just in Time Pull system, Fill up system Takt on demand Continuous flow of process Total elimination of Muda Small lot production Jidoka TPM Q C D Quality up Cost reduction L/T reduction Gambar 2.3 Diagram dasar proses produksi 2.2 Muda, Mura, dan Muri Muda ( Pemborosan ) Pemborosan atau dalam bahasa jepang disebut muda, menurut Fuji Chao dari Toyota didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berlebih di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Dapat dikatakan pemborosan sebagai segala sesuatu atau semua kegiatan yang tidak memberi nilai tambah pada produk. Menurut Taiichi Ohno dalam Just In Time menemukan ada 7 jenis pemborosan yang harus diidentifikasikan yaitu : 1. Pemborosan produksi berlebih Adalah pemborosan yang terjadi karena memproduksi sejumlah barang melebihi jumlah yang dibutuhkan. Produksi berlebih ini mengakibatkan berbagai

4 14 pemborosan seperti: terciptanya persediaan yang tak perlu, tambahan usaha untuk menangani bahan, tempat tambahan untuk menyimpan persediaan dan bunga bank yang harus dibayar kepada bank karena peningkatan modal kerja. 2. Pemborosan karena persediaan Pemborosan karena persediaan ini hampir sama dengan pemborosan karena produksi berlebih, hanya saja pemborosan ini merupakan pembelian yang terlalu banyak, sehingga persediaan menjadi menumpuk. Oleh karena itu untuk mengurangi pemborosan karena persediaan cara yang digunakan antara lain: menyingkirkan barang-barang persediaan yang tidak diperlukan lagi ( prinsip pemeliharaan dan pengaturan tempat kerja ). tidak memproduksi barang yang tidak diperlukan untuk proses berikut ( prinsip keseimbangan jalur/line balancing ). tidak membeli atau membawa barang-barang dalam ukuran lot besar. 3. Pemborosan pengerjaan ulang karena gagal/cacat produksi Adalah pemborosan yang terjadi karena harus ada pengerjaan ulang terhadap produk atau bila produk cacat maka harus dimusnahkan. Hal ini berdampak pada: operator pada proses produksi berikutnya menunggu. menambah biaya produksi. memperpanjang lead time. perlu kerja tambahan untuk membongkar dan mereparasi produk.

5 15 terganggunya jadwal produksi. Akibat yang lebih buruk lagi adalah bila cacat produksi ini ditemukan oleh pelanggan sendiri karena bukan hanya ongkos garansi dan tambahan ongkos kirim saja yang harus ditanggung, tetapi juga pengorbanan berupa citra perusahaan, peluang bisnis mendatang dan pangsa pasar menyusut. 4. Pemborosan gerak kerja Terjadi karena adanya gerakan pekerja yang tidak berkaitan langsung dengan nilai tambah. Hal tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi dari jalur produksi itu sendiri. Secara spesifik, semua gerak kerja yang membutuhkan usaha fisik berlebih dari pekerja merupakan pemborosan. Contoh gerakan tersebut adalah: gerakan hilir-mudik mencari alat bantu. mengambil dan mengembalikan alat ke tempat kerja yang letaknya berjauhan. 5. Pemborosan pemrosesan Pemborosan ini terjadi karena adanya teknologi yang kurang tepat atau rancangan produk yang kurang baik. Pemborosan pada banyak kasus umumnya diakibatkan karena kegagalan melakukan sinkronisasi proses. Operator seringkali melakukan pekerjaannya pada bidang tertentu lebih teliti dari yang diisyaratkan. 6. Pemborosan waktu tunggu/penundaan Pemborosan waktu tunggu terjadi pada saat tangan operator menganggur (tak

6 16 berfungsi apapun) atau saat operator menunda kerja sebagai teknik untuk mengatasi berbagai keadaan seperti : jalur kerja yang tidak seimbang. komponen yang belum tersedia. adanya gangguan mesin. Contoh lain pemborosan waktu tunggu adalah adanya operator yang hanya melihat dan mengawasi jalannya mesin. Ia tidak mengerjakan apa-apa, karena pekerjaan sepenuhnya dilakukan oleh mesin. 7. Pemborosan transportasi Pemborosan ini terjadi bila produk yang sama ditangani berulang-ulang dari satu proses kerja ke proses berikutnya tanpa memberikan nilai tambah pada produk tersebut Mura Adalah kondisi perubahan karena rencana produksi tidak tetap, kadang banyak kadang sedikit. Dalam hal ini meyebabkan ketidak teraturan dalam proses produksi Muri Adalah pemberian beban yang tidak teratur, dalam hal ini pemberian beban yang berlebih terhadap kapasitas yang tersedia. 2.3 Gambaran Sistem Produksi Just In Time Dalam dunia industri manufaktur persaingan antar pelaku bisnis semakin ketat, maka untuk dapat tetap bertahan di dunia manufaktur, dunia industri harus dapat

7 17 memenuhi permintaan pasar dengan mutu dan harga yang sesuai dengan tuntutan pasar itu sendiri. Hal tersebut diatas yakni mutu dan harga yang baik dapat dihasilkan dengan dengan sistem produksi yang efisien dan produktif dengan tidak mengabaikan kualitas barang. Berbagai metoda dan teknik dikembangkan, salah satunya adalah Just In-Time yang sejak lama telah dijadikan acuan oleh kebanyakan perusahaan manufaktur jepang. Secara definisi Just In-Time dapat dijelaskan sebagai berikut: Just In Time involves the meaning that each process must be supplied at required time and in the required quantity. Sistem ini adalah sebuah metode pengelolaan produksi dengan kondisi persediaan yang sangat minim dan waktu pemesanan yang cepat. Dengan demikian diharapkan pabrik dapat memproduksi atau mengirim barang pada saat, jenis dan jumlah yang dibutuhkan sehingga banyak pemborosan-pemborosan yang dapat dihilangkan. 2.4 Pelaksanaan Just In-Time Supaya tiap-tiap lini produksi dapat menyediakan barang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat jenis. Maka setiap lini tersebut haruslah dalam kondisi siaga setiap saat. Baik dari segi kualitas, segi kapasitas, segi inventory. Dalam pelaksanaan Just In-Time ada 4 prinsip operasi yang perlu diperhatikan yaitu: Sistem Tarik (Pull System)

8 18 Pada sistem produksi konvensional, sebuah badan kontrol biasanya (Post Production Control) membuatkan setiap lini produksi, rencana produksi atau rencana komponen yang harus dikirim ke proses selanjutnya. Hal ini membutuhkan perencanaan dan penjadwalan yang amat rumit dan dilakukan jauh hari sebelumnya. Sehingga apabila ada perubahan permintaan pasar mendadak, perencanaan dan penjadwalan tadi menjadi tidak ada artinya. Dengan Just In-Time tidak demikian, jadwal produksi hanya diberikan kepada proses akhir atau proses hilir. Kemudian proses hilir mengambil barang dari proses yang sebelumnya atau proses lebih hulu hanya pada saat dibutuhkan dan jumlah yang dibutuhkan. Langkah itu berlanjut sampai dengan proses yang paling hulu. Langkah langkah pemrosesan seperti itu dinamakan sistem tarik. Dengan kata lain, Sistem Tarik adalah mekanisme kontrol yang menjaga jumlah produksi dan menjamin terbentuknya komunikasi yang tepat dan cepat. Untuk mempermudah mekanisme kontrol sistem tarik tersebut dibuat alat bantu berupa kartu kanban. Dalam sistem kanban sebenarnya menngadopsi dari sistem yang ada dalam sistem super market, dalam sistem ini akan memberikan pelayanan yaitu jika barang yang ada dalam store diambil ( di beli konsumen ) maka pihak yang bertugas akan mengisi store tersebut sesuai dengan jumlah dan barang yang sama dengan cara mengambil barang dari proses sebelumnya atau dari stock yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 2.4 berikut ini.

9 19 Super market Sales data Warehouse Conveyance Merchandise rack Cash register Factory Pull data Model Quantity Sales data (Takt time) Front process Conveyance Kanban Products store To customers Gambar 2.4 Sistem produksi dengan kanban Aliran Proses Berkelanjutan Aliran proses berkelanjutan merupakan suatu metoda produksi yang berusaha menghilangkan penumpukan WIP (work in process) di dalam maupun diantara lini produksi sehingga diperoleh aliran produksi piece by piece ( one piece flow). Hal tersebut menimbulkan efek positif, antara lain: Proses dapat dengan segera dimulai dan dihentikan dengan segera karena tidak perlu menunggu sampai dengan lot terpenuhi. Lead time menjadi lebih cepat karena hilangnya non processing time, dalam arti lain Lead time dapat diperpendek sehingga muda dapat dikurangi Tact Time yang Selaras Tact time merupakan satuan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk. Tact time tersebut didapat dari hasil perhitungan dengan rumus sebagai berikut ;

10 20 TactTime = Waktu Operasi kerja Jumlah yang harus diproduksi per operasi kerja Tact time ini diusahakan agar dapat disesuaikan di setiap lini produksi, supaya dihasilkan kecepatan proses yang sama sehingga memudahkan koordinasi antar lini produksi Small Lot Production Dengan memproduksi lot kecil maka dalam proses produksi dapat memberikan hasil yang mempunyai jenis yang lebih banyak sesuai dengan keinginan pasar, misal warna mobil, jenis model handphone dan lain-lain. 2.5 Sistem Kanban Kanban diambil dari bahasa jepang yang berarti alat peraga. Kanban merupakan alat bantu komunikasi untuk melaksanakan sistem produksi Just In Time. Ide Kanban sendiri sebenarnya mengadopsi dari sistem yang ada di supermarket Amerika, yakni Pembeli mengambil sendiri barang yang diinginkan dan membawanya ke meja kasir. Kemudian kasir melepas sejenis label (yang telah menempel sebelumnya di barang) kemudian label tersebut dikumpulkan oleh petugas pembelian sehingga petugas pembelian itu dapat mendatangkan lagi barang yang sudah terjual tadi sesuai dengan jumlah label yang terkumpul agar stok kembali seperti semula Klasifikasi Kanban Sesuai dengan kegunaannya kanban dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kanban Produksi (In Process Kanban)

11 21 Kanban ini biasanya informasi tentang jenis dan jumlah produksi yang sudah diambil oleh lini produksi yang lebih hulu. Tujuannya adalah untuk mengganti barang yang sudah diambil tadi serta digunakan sebagai perintah untuk memulai suatu pekerjaan Kanban Penarikan Kanban ini merupakan kanban yang menginstruksikan pemindahan komponen dari suatu tempat ke tempat lainnya. Biasanya berisi informasi tentang permintaan barang dari proses hilir ke proses hulu. Masih dalam klasifikasi ini, juga termasuk kanban pemasok. Fungsi Kanban pemasok serupa dengan kanban penarikan, hanya saja kanban pemasok digunakan untuk pemindahan produk antar perusahaan berbeda Kanban Khusus Pada klasifikasi ini terdapat beberapa jenis kanban, antara lain sebagai berikut: 1. Kanban Ekspres. Kanban ekspres merupakan kanban yang hanya digunakan pada saat tertentu saja, yakni pada saat kehabisan (shortage) komponen. Oleh karena itu apabila ada kanban ekspres, maka lini produksi tersebut harus segera memproses kanban tersebut. 2. Kanban Darurat. Kanban darurat digunakan pada saat sebuah lini produksi diharuskan untuk menambahkan sejumlah komponen oleh karena sesuatu sebab. Misalkan untuk mengganti sejumlah unit yang cacat, menambah stok pada saat ada mesin yang

12 22 rusak, atau sebab sebab lainnya. 3. Kanban Pesanan Pekerjaan. Kanban Pesanan Pekerjaan digunakan untuk lini produksi yang mengerjakan banyak jenis barang, sehingga lini produksi itu hanya bekerja berdasarkan pesanan order sewaktu-waktu. 4. Kanban Terusan. Kanban terusan digunakan pada lini produksi yang sangat dekat sekali jaraknya (bersebelahan) dan hubungan prosesnya sangat erat, sehingga tidak perlu adanya pertukaran kanban. 5. Kanban Tunggal. Kanban tunggal biasanya digunakan pada beberapa lini produksi yang masih dalam naungan satu penyelia. Oleh karenanya operator bisa langsung membawa pallet kosong berkanban dan mengambil sendiri barang sesuai dengan yang tercantum pada kanban. 6. Kereta atau Truk sebagai Kanban. Untuk lini produksi yang terpisah cukup jauh dengan lini produksi yang lain, sehingga dibutuhkan transportasi yang dilakukan oleh truk atau kereta dorong. Pada kondisi seperti demikian maka truk atau kereta dapat langsung digunakan sebagai kanban Aturan Sistem Kanban Agar kanban dapat diterapkan secara menyeluruh dan efektif maka sebelumnya, para pelaksanaan kanban harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

13 23 1. Produk cacat tidak boleh masuk ke proses sesudahnya. Peraturan ini akan berguna untuk menerapkan gagasan autonomasi ( jidoka ), yakni sistem syaraf di semua lini. Apabila ditemukan produk cacat, maka line produksi akan dihentikan sehingga dapat terlihat semua orang dan diharapkan hal itu tidak terjadi lagi di lain hari. 2. Proses berikutnya harus mengambil produk yang diperlukan dari proses sebelumnya dalam jumlah dan pada saat yang diperlukan. Ada sub peraturan yang menyertai peraturan ini: Setiap Pengambilan harus selalu disertai kartu kanban. Jumlah pengambilan harus sama dengan jumlah yang tertera pada kartu kanban. Kanban harus selalu mengalir dan menempel bersama-sama dengan produk. Disamping itu perlu beberapa prasyarat agar sistem kanban bekerja yaitu : pelancaran produksi (heijunka) atau juga disebut pemerataan produksi, tata ruang proses yang efisien dan pembakuan pekerjaan. Metode pengambilan dengan kanban ada dua jenis yaitu sistem pengambilan dengan jumlah tetap, siklus tidak tetap dan pengambilan siklus tetap, jumlah tidak tetap. 3. Proses sebelumnya harus segera menyediakan produk sesuai dengan jumlah yang telah diambil oleh proses sesudahnya. Peraturan 3 ini merupakan konsekuensi dari peraturan 2. Jika kedua proses

14 24 tersebut digabung tercipta suatu kesatuan fungsi yaitu fungsi ban berjalan. Dengan sistem ini akan tercipta suatu rangkaian yang harmonis. Keseimbangan antar proses akan terjaga dan kanban berfungsi sebagai alat penghubung antar proses dengan sediaan yang minimum antar proses. Suatu sub peraturan yang harus diikuti adalah bahwa tidak dibenarkan memproduksi suku cadang lebih dari yang telah ditetapkan kanban. 4. Jumlah kanban harus sesedikit mungkin. Jumlah kanban menyatakan jumlah produk yang ada dalam persediaan dan dalam proses pengerjaan karena itu jumlah kanban harus diminimalisasi untuk memangkas segala pemborosan, persediaan yang menumpuk adalah hasil dari pemborosan dan awal dari pemborosan berikutnya. Pengurangan kanban yang dapat dilakukan dengan mengurangi ukuran lot dan memperpendek waktu pemesanan. Jumlah keseluruhan kanban diusahakan tetap, jika terjadi perubahan produksi dilakukan penurunan waktu siklus operasi baku dengan pengubah alokasi pekerja ini. Jika sistem tidak mampu mengadakan perbaikan terpaksa mengadakan lembur atau penghentian lini, hal ini menunjukkan bahwa lini tersebut harus melakukan aktivitas perbaikan. Jika tidak mampu dilakukan dengan menambah persediaan pengaman yang berarti penambahan jumlah kanban. 5. Kanban harus digunakan untuk penyesuaian diri terhadap fluktuasi kecil dalam permintaan. Salah satu kemampuan sistem kanban yang menonjol adalah penyesuaian

15 25 terhadap perubahan permintaan atau kebutuhan produksi secara cepat. Dengan sistem kanban tiap lini produksi hanya perlu mengetahui jumlah yang harus diproduksi dari jumlah kanban perintah produksi yang dilepas dari paletnya. Hanya lini perakit (assembly line) akhir yang menerima jadwal urutan produksi. Penyetelan produksi dengan menggunakan kanban hanya dapat dilakukan bila fluktuasi permintaan kecil. Bila fluktuasi permintaan besar maka harus diusahakan untuk melakukan penambahan jumlah lini agar memperkecil fluktuasi Siklus Kanban Cycle Delivery Time ( Siklus kanban ) adalah rumusan yang menunjukkan jumlah pengiriman dan interval pengiriman. Misalnya suatu kanban memiliki siklus 1: 4 : 4 artinya dalam satu hari ada empat kali pengiriman dengan interval empat pengiriman. Interval empat pengiriman artinya pengiriman kanban pada pengangkutan pertama akan diterima komponen yang diminta pada pengiriman yang kelima. Ilustrasinya dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 2.5 Grafik Siklus Kanban.

16 26 Faktor faktor yang menentukan jumlah pengiriman yang dibutuhkan adalah : Kapasitas pengangkutan Jumlah komponen yang harus diangkut Jam kerja yang tersedia Waktu pengangkutan Waktu penanganan material Waktu pengurusan administrasi Interval pengiriman ditentukan oleh pola dan kesempatan penggunaan komponen oleh lini produksi. Ada dua jenis siklus pengambilan komponen yang banyak diterapkan: Siklus pengambilan jumlah tetap, siklus tidak tetap. Pola ini digunakan pada internal perusahaan. Siklus tetap, jumlah tidak tetap Jumlah Kanban Jumlah kanban yang berputar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Kanban untuk memulai proses Kanban yang terlepas akibat pengambilan oleh proses sesudahnya, secara berurutan akan diproses produksi berdasarkan penunjukan produksi pada proses itu sendiri kebutuhan jumlah kanban = y = Qx( i + l + a) qxh

17 27 y = jumlah kanban edar Q = jumlah kebutuhan per hari i = interval pengambilan l = lead time proses a = safety faktor q = jumlah pemasukan barang H = waktu kerja Kanban sebagai tanda Kanban ini akan ditaruh sebagai alat untuk pembentukan lot, jika kanban yang ada pada barang di store lini tersebut barangnya sudah diambil dari proses sesudahnya maka kanban ini berfungsi. Caranya setelah barang diambil dari tempat store maka kanban ditaruh ke post pembentukan lot. kebutuhan jumlah kanban = y = Q + l + a q y = jumlah kanban edar Q = jumlah standar q = jumlah pemasukan barang l = lot size a = safety faktor dimana Q ( jumlah standar ) = ( lead time + waktu interval pengambilan ) x jumlah yang diperlukan setiap jam. Lead time = waktu produksi untuk menghasilkan barang jadi

18 Kanban pengambilan ( pengambilan antar proses ) Kanban ini dibuat untuk mengatur instruksi antar proses dalam produksi lini tersebut. Pada saat proses dengan jumlah tertentu ( atau waktu tertentu ) pergi untuk ke proses sebelumnya untuk mengambil. kebutuhan jumlah kanban = y = Qx( ix2) + a qxh y = jumlah kanban edar Q = jumlah kebutuhan per hari i = interval pengambilan a = safety faktor q = jumlah pemasukan barang H = waktu kerja Kanban pengambilan ( pengambilan pembelian part ) Kanban dibuat pada saat waktu pemasukan barang sudah ditentukan dan ditunjukkan pada kanban. Pemasukan barang dilakukan dengan perputaran kanban. Di dalam ini sudah tertuliskan daripada cycle kanban itu sendiri, misal yang berarti dalam satu hari terjadi penarikan sebanyak empat kali dengan interval dua. kebutuhan jumlah kanban = { A/ B( C + 1) + i} + Q y = q A = 1 B = banyaknya penarikan C = interval penarikan

19 29 i = koefisien pengaman Q = jumlah yang diperlukan tiap hari q = jumlah pemasukan barang Kanban darurat untuk mengatasi perbedan hari libur Kanban ini dibuat pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada saat kebutuhan dari proses berikutnya ada tetapi proses kita libur atau sebaliknya. Kanban ini hanya terpakai sekali saja jika semua proses sudah selesai maka kanban ini akan ditarik kembali. Variabel yang menentukan jumlah kanban adalah : Volume produksi per hari. Kapasitas kontainer. Persediaan penyangga (buffer stock). Jumlah kanban berubah sesuai dengan volume produksi. Perubahan ini diperlukan untuk mencapai sistem produksi tepat waktu. Perubahan diusahakan untuk mencapai jumlah kanban seminimal mungkin. Pengurangan kanban dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pengiriman dan meminimalkan persediaan pengaman. Dengan jumlah kanban yang minimum maka persoalan persoalan yang biasanya tertutupi oleh membengkaknya persediaan akan terlihat dengan jelas oleh semua orang di dalam perusahaan itu sendiri. Persoalan persoalan itu adalah disiplin pekerja, reabilitas mesin dan keakuratan mutu sehingga mengakibatkan target produksi tidak dapat dicapai. Sehingga semua orang dalam perusahaan dapat ikut melakukan

20 30 tindakan perbaikan sesuai dengan bidang keahliannya Peranan Kanban 1. Informasi proses pengambilan ( informasi pengintruksuan pengangkutan ) Proses sesudahnya pergi mengambil ke proses sebelumnya hanya sejumlah barang yang ada pada kanban yang diambil. 2. Pencegahan terlalu banyak membuat atau terlalu banyak mengangkut Membawa dan membuat hanya sejumlah sesuai dengan apa yang ada pada kartu kanban. 3. Dapat mengetahui urutan produksi yang didahulukan Proses pengerjaan harus sesuai dengan urutan kanban yang ada pada shutter yang terpasang. 4. Alat untuk visual kontrol Kondisi kepatuhan pada standar operasi Memahami kekampuan proses sendiri Melihat kondisi stock pada proses sendir Kesesuaian penempatan orang pada proses sendiri Melihat kondisi kemajuan pekerjaan proses sesudahnya Mengetahui kedaruratan pada proses sesudahnya ( urutan operasi yang diprioritaskan ) 6. Pembuktian barang bagus Dengan memggunakan kanban, bila menghasilkan barang yang tidak

21 31 bagus, maka proses tersebut harus mengulang membuat barang pengganti yang bagus. 7. Alat untuk menampakkan point masalah Dengan menggunakan kanban dan meminimalisasi stock dapat menunjukkan permasalahan yang sebenarnya ada yang semula tertutup karena tersembunyi dibalik banyaknya stock yang tersedia Jidoka ( Proses Automatisasi Action ) Automatisai action adalah memasukkan cara berfikir untuk menghentikan mesin bila timbul ketidaknormalan pada mesin, berbeda dengan Automatisasi yaitu mengantikan kegiatan yang biasa dilakukan orang diganti dengan mesin, jadi Jidoka adalah alat yang dapat mencegah berulangnya keabnormalan dan tidak mengalirkan barang yang No Good ( rusak ) dengan cara mendeteksi sesuatu keabnormalan seperti keabnormalan mesin atau peralatan, keabnormalan kualitas, keterlambatan pekerjaan, dan lain-lain yang kemudian akan memberikan sinyal yang akan dijadikan oleh manusia untuk melakukan tindakan pemberhentian proses. Jidoka merupakan salah satu pilar dasar pemikiran daripada sistem produksi Just In Time. Sasaran daripada Jidoka adalah sebagai berikut : Memproduksi produk yang seratus persen baik Mencegah kerusakan mesin yang berkepanjangan yang akan menyebapkan produk rusak Man Power Saving ( tidak perlu mengawasi alat / mesin ) Contoh daripada jidoka yaitu dengan Andon, Pokayoke.

22 TPM ( Total Productive Maintenance) TPM ( Total Productive Maintanance ) merupakan salah satu dasar daripada proses Just In Time. TPM adalah kegiatan dimana menjaga mesin dalam kondisi siap pakai dan dalam keadaan aman disetiap waktu. Dalam hal ini proses yang dilakukan dalam TPM yaitu pembuatan schedule perawatan mesin, pemggantian part dan membicarakan disetiap bagian yang terkait untuk melakukan aktivitas yang mungkin terganggu akibat permasalahan pada mesin. Misal pada bagian PPC ( production planning control ) akan mengecek semua kondisi stock yang terkait jika pada satu lini terjadi lini stop akibat mesin rusak dan merencanakan recovery setelah kondisi mesin normal kembali. Langkah- langkah daripada TPM yaitu : Initial Cleaning (proses pembersihan pada setiap bagian mesin) Counter plan to trouble Issue an temporary standard General check Self-check Standardiztion Self-control 2.8.Proses perbaikan Lini ( Kaizen ) Kaizen merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan guna memperkecil

23 33 daripada muda ( pemborosan ) yang ada pada setiap lini. Kaizen sendiri bersal dari bahasa jepang yang mempunyai arti yaitu perbaikan secara terus-memerus. Tujuan daripada kaizen sendiri yaitu untuk peningkatan produk yang lebih baik, penurunan biaya, meningkatkan keamanan kerja, mempercepat proses kerja ( memperpendek lead time ), dan meningkatkan produktivitas. Dalam pelaksanaan kaizen terdapat tujuh step untuk kaizen yaitu ; Menemukan point yang memerlukan kaizen Menganalisa cara saat ini Memperoleh ide Membuat usulan kaizen Melaksanakan usulan kaizen Konfirmasi setelah kaizen Standarisasi usulan kaizen 2.9. Sistem Scheduling ( Master Production Scheduling ) Master Production Schedule ( MPS ), adalah merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu ( Gaspersz 2002,p141 ). Aktivitas MPS pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui MPS, memproses transaksi dari MPS, memelihara catatancatatan MPS, mengevaluasi efektivitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.

24 34 MPS pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat fungsi utama sebagai berikut : 1. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas. 2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian ( production and purchase order ) untuk item-item MPS. 3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumberdaya dan kapasitas. 4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk ( delivery promise ) kepada konsumen. Sebagai suatu aktivitas proses, MPS membutuhkan lima input utama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6 : 1. Data demand total merupakan salah satu sumber daya bagi proses MPS. Data demand total berkaitan dengan ramalan penjualan ( sales forecast ) dan pesanan-pesanan. 2. Status inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu ( allocated stock ), pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan ( released production and purchase orders ), dan firm planned orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus di order.

25 35 3. Rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkan untuk menentukan tingkat produksi, inventori, dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu. 4. Data perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus digunakan, shrinkage factor, stok penganman ( safety stock, dan waktu tunggu ( lead time ) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item. 5. Informasi dari RCCP ( Rough Cut Capacity Planning ) berupa kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS menjadi salah satu input bagi MPS. RCCP ( Rough Cut Capacity Planning ) INPUT : 1.Data permintaan total 2.Status inventori 3.Rencana produksi 4.Data perencanaan 5.Informasi dari RCCP PROSES Penjadwalan produksi induk ( MPS ) OUTPUT : Jadwal produksi induk ( MPS ) Umpan Balik Gambar 2.6 Proses MPS

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Landasan Teori Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 3.1 Pengembangan Kerangka Kerja Secara garis besar terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini. Langkah-langkah tersebut yaitu studi

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System (TPS) Sistem Produksi Toyota, dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO

IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO Siti Rohana Nasution Leili Septianingrum Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Srengseng

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1 Rencana Implementasi Agar model linear programming yang telah dibuat dapat digunakan dengan baik oleh YMMI, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Rantai Pasok Menurut Chopra & Meindl (2007) manajemen rantai pasok dikembangkan untuk mempercepat kebutuhan menyatukan pemrosesan bisnis kunci, dari pemasok awal sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 2.6. Latar Belakang Masalah Pada zaman era globalisasi ini, bidang usaha yang berbasis produksi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama industri manufaktur. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA ANALISA DAN USULAN PERENCANAAN PRODUKSI PLANT 1 UNTUK MENGATASI STOP LINE ASSEMBLY PLANT DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA Hendry Arestyanata; Bambang Sugiharto hendry.arestyanata@live.com ABSTRACT Shortage

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku)

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) I. Sistem Produksi Barat Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, tingkat persaingan yang terjadi di dunia industri mengalami peningkatan. Hal ini berarti tingkat persaingan tidak hanya terjadi antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memasuki perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas saat ini, setiap perusahaan yang tumbuh dan berkembang memerlukan suatu pengendalian intern persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT KYODA MAS MULIA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan spare part yang memiliki pasar sasaran baik untuk domestik maupun mancanegara. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Gambaran Umum dan Struktur Organisasi Perusahaan PD. Harapan Baru adalah sebuah perusahaan yang dijalankan dengan proses utamanya ialah membeli dan menjual barang elektronik.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Gapura Citra Indonesia sebagai perusahaan yang memproduksi mainan anak edukatif, alat peraga sekolah, perlengkapan furniture anak dan

Lebih terperinci

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL MODUL 08 - ZERO DEFECT DAN AUTONOMOUS DEFECT CONTROL Zero Defect Zero defect sangat penting dalam manufaktur, karena mengurangi jumlah inspektur yang diperlukan, tanpa mengurangi kualitas inspeksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena tanpa konsumen perusahaan tidak akan hidup. Selain itu, adanya persaingan yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI 4.1 Tinjauan Pustaka Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu set perencanaan yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan persaingan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa akibat adanya perdagangan bebas menyebabkan seluruh industri berusaha untuk melakukan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Material Requirement Planning

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci