BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah yang diperlukan, untuk menigkatkan efisiansi pekerjaan dan menghilangkan berbagai pekerjaan muda ditempat kerja. Merupakan salah satu pilar dari Toyota Production System yang sangat penting melakukan produksi secara efisien tanpa muda dan hanya membuat barang yang sesuai pesanan customer saja. JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persediaan. JIT kemudian berkembang mencakup teknikteknik setup, perawatan, partisipasi pekerja, hubungan hubungan supplier, dan sebagainya. Ketika JIT dikenalkan pada seluruh dunia pada tahun 1970-an, JIT adalah teknik manufaktur yang berpusat disekitar metode kanban dan sistem produksi tarik. JIT kemudian berkembang menjadi sebuah filosofi manajemen yang terfokus pada Waste reduction dan Continuous Improvement. Organisasi organisasi yang mengunakan JIT terlihat mengalami perkembangan yang sama. mereka mulai menggunakan metode-metode JIT untuk memperbaiki pengendalian shop floor, lalu mereka menggunakan prinsip-prinsip yang lebih luas dari filosofi JIT untuk seluruh

2 17 manajemen organisasi. Pengertian JIT secara luas adalah suatu system sederhana untuk penjadwalan produksi yang menyebabkan tingkat Work in Process (WIP) dan persedian rendah Prinsip Just In Time Di dalam organisasi JIT, sumber pemborosan diidentifikasi dan dieliminasi melalui beberapa prinsip JIT. Prinsip-prinsip ini akan menuntun perusahaan dalam product and process improvement untuk meningkatkan daya saing. Prinsip-prinsip JIT antara lain : 1. Pull system Production planning member petunjuk hanya kepada proses terakhir, artinya hanya boleh memproduksi sejumlah yang telah digunakan oleh proses berikut, proses berikut mengambil dari proses sebelum, dan proses sebelum hanya boleh membuat sejumlah yang telah diambil,sehingga dengan pengambilan oleh proses berikut pelaksanaan just in time dapat terjamin. Selain itu, dengan melakukan pengambilan oleh proses berikut, berarti barang tidak stagnant, dan masalah dapat dibuat menjadi jelas dengan mengunakan kanban. 2. Continuous Flow Process Untuk dapat memproduksi barang yang diperlukan, pada saat diperlukan, dan sejumlah yang diperlukan, maka produk tidak diproduksi dalam lot, tetapi

3 18 stock ditiadakan sehingga diperlukan produksi dengan cara Continuous Flow Process Bila barang dibuat dengan cara Continuous Flow Process maka lead time produksi menjadi lebih singkat, muda menjadi lebih sedikit. 3. Membuat sejumlah yang diperlukan berdasarkan tatk time Hubungan antara perencanaan produksi dengan perencanaan penjualan. Rencana produksi harus disesuaikan dengan pesanan customer. Oleh karena itu, dalam hal menentukan tatk time pun harus dihitung berdasarkan jumlah yang diperlukan dan waktu kerja murni. Tatk time = Waktu kerja per shift (schedule time) Jumlah Produksi per shift 2.2 Sistem Kanban Definisi Sistem Kanban Kanban dalam bahasa jepang berarti kartu. Dalam sistem produksi just in time kanban berarti kartu yang merupakan sarana untuk meningkatkan kegiatan perbaikan. Dalam kartu kanban berisi informasi mengenai nomor part, jumlah part, asal dan tujuan part juga cycle issue. Sedangkan sistem merupakan suatu rangkaian dari beberapa elemen dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk menghubungkan pengunaan elemn-

4 19 elemen yang terkait dan dapat meningkatkan perbaikan dalam melaksanakan pekerjaan. Sistem kanban digunakan untuk mengendalikan proses sehingga setiap proses akan memproduksi unit tunggal dalam waktu siklus yang ditentukan. Ada dua jenis kanban yang biasa digunakan: kanban pengambilan dan kanban pemesanan produksi. Kanban pengambilan merinci jumlah yang harus diambil oleh proses berikutnya, sementara kanban pemesanan produksi menunjukan jumlah yang harus diproduksi oleh proses sebelumnya Fungsi Kanban Fungsi kanban dalam pelaksanaan sistem produksi just in time antara lain : 1. Memberikan informasi pengambilan dan pengangkutan. dalam kartu kanban terdapat informasi mengenai jumlah part yang harus diambil dan tempat tujuan yang ditempatkan part tersebut. 2. Memberikan informasi produksi Kanban produksi dapat berfungsi sebagai kanban pindahan dan memberikan informasi banyaknya part yang harus diproduksi untuk keperluan produksi selanjutnya 3. Mencegah kelebihan produksi atau pengangkutan.

5 20 Kanban dapat cegah terjadinya kelebihan produksi, karena dalam peraturan kanban disebutkan bahwa tidak ada pengiriman ataupun produksi barang bila tidak ada informasi beupa kanban. 4. Berlaku sebagai perintah kerja yang ditempelkan langsung pada barang. 5. Mencegah produk cacat dengan mengenali proses yang membuat cacat. Dengan menggunakan sistem produksi just in time, maka barang yang diproduksi dalam jumlah yang tidak terlalu besar, sehingga bila terjadi kelainan pada mesin yang digunakan dapat dengan segera diketahui oleh operator, karena dilakukan otomasi (jidoka) sehingga mesin akan berhenti bila terjadi kelainan Peraturan Dasar Dalam Sistem Kanban Terdapat sejumlah peraturan dasar (basic rules) yang harus diperhatikan dalam menggunakan kanban agar dapat menunjang, yaitu: 1. Pemindahan suatu kanban boleh dilakukan hanya apabila lot tersebut akan dipergunakan. Peraturan ini mengharuskan proses berikut harus menarik parts yang dibutuhkan dari proses sebelumnya sesuai dengan kuantitas yang dibutuhkan dan pada saat dibutuhkan. Proses sesudah harus mengirim kanban kepada proses sebelumnya untuk meminta tambahan part hanya apabila

6 21 proses sesudah telah menggunakan semua part yang menyertai kanban tersebut. 2. Tidak boleh ada penarikan part tanpa disertai dengan kanban. Peraturan ini mengharuskan bahwa kanban merupakan satu-satunya alat yang sah yang mengijinkan pemindahan atau penarikan part dari proses sebelum ke proses sesudah. 3. Banyaknya part yang dikeluarkan atau dikirim ke proses berikut harus tepat sama dengan yang disfesifikasikan kanban. Peraturan ini mengharuskan bahwa proses sebelum tidak boleh mengeluarkan atau mengirimkan kanban dengan part yang tidak sesuai lot size yang diminta. Apabila jumlah part yang tersedia dalam proses sebelum tidak mencukupi, maka kanban harus menunggu sampai proses sebelum memproduksi kekurangannya. 4. Suatu kanban harus dilampirkan atau disimpan pada produk fisik. Peraturan ini mengharuskan agar kanban sebagai kartu perjalanan selalu dilampirkan pada lot yang selalu tampak oleh pekerja. 5. Proses sebelumnya harus memproduksi part dalam kuantitas yang sama dengan yang ditarik oleh proses sesudah. Dengan ini setiap proses tidak boleh memproduksi dalam kuantitas yang lebih daripada kebutuhan, karena hal ini merupakan pemborosan dalam pengunaan tenaga kerja, mesin, material, dan sumber daya lainnya.

7 22 6. Proses kanban dalam setiap pusat kerja dilakukan dengan susunan atau urutan tibanya kanban itu dipusat kerja. Sehingga apabila pusat kerja menemukan beberapa kanban dalam kotak khusus yang diterima dari proses berbeda, maka pekerja harus melayani kanban dalam susunan yang berurutan sesuai dengan urutan kedatangan kanban. Jadi berlaku prinsip tiba pertama akan diproses lebih dahulu. 7. Jumlah kanban harus sedikit mungkin, karena jumlah kanban menyatakan jumlah stok blank part, maka jumlah ini harus dijaga sekecil mungkin. Karena persediaan merupakan suatu pemborosan yang harus dihilangkan Penggunaan Kanban Gambar berikut ini menunjukkan bagaimana kanban pengambilan dan pemesanan produksi digunakan. Mulai dari proses berikutnya, berbagai langkah yang menggunakan kanban adalah :

8 23 Gambar 2.1 Penggunaan dua Kanban Jenis Kanban Selain kanban pengambilan dan pemesanan produksi, masih terdapat beberapa jenis kanban yang lain yang dapat digunakan dalam berproduksi. Berkut ini adalah beberapa kanban lainnya yang dibedakan berdasarkan fungsinya yaitu : 1. Kanban Ekpress : Kanban jenis ini dikeluarkan bila terjadi kekurangan part. 2. Kanban Darurat : Suatu kanban dikeluarkan untuk sementara waktu bila beberapa sediaan diperlukan untuk memperbaiki unit yang cacat, kerusakan mesin atau tambahan mendadak dalam produksi akhir tand. 3. Kanban Terusan : Kalau dua buah proses atau saling berhubungan dengan sangat erat, mereka dapat dianggap sebagai satu proses tunggal, tidak perlu menukar kanban diantara proses-proses yang bersebelahan ini.

9 24 4. Kereta atau truk sebagai suatu kanban: Kanban sering sangat efektif bila digunakan dalam kombinasi dengan kereta angkut. 5. Sistem kerja-penuh: system kerja penuh dilakukan pada proses pengerjaan mesin otomatis. 6. Kanban sementara: Kanban jenis ini digunakan untuk part-part yang penggunanya jarang dengan perputaran yang tidak tertentu Jumlah Kanban Dalam perusahaan indusri manufaktur, perencanaan material merupakan orang yang bertanggung jawab mengeluarkan kartu-kartu kanban. Perencanaan juga menetukan ukuran-ukuran lot dari kanban yang akan menarik material. Kadangkadang perencanaan material akan mengeluarkan kartu material tambahan guna meningkatkan tingkat produksi untuk part tertentu. Sebaliknya peencanaan material juga menarik keluar kartu kanban dari sirkulasi guna mengurangi jadwal produksi. Banyaknya kanban yang dikeluarkan untuk part tertentu berdasarkan: 1. Permintaan harian 2. Ukuran Lot atau Kapasitas per Box 3. Cycle Issue atau Siklus pemesanan 4. Koefisien keamanan

10 25 Keempat tanda inilah nantinya yang akan digunakan untuk menghitung berapa jumlah kanban yang sepantasnya beredar dalam lingkungan produksi Permintaan Harian Permintaan harian merupakan tingkat produksi harian dalam unit untuk suatu part. Biasanya permintaan ini diturunkan dari permintaan produksi bulanan yang dirata-ratakan berdasarkan jumlah hari kerja dalam bulan yang berjalan Ukuran Lot Ukoran lot adalah kuantitas part yang ditentukan untuk kanban tarik pada saat pengambilan material atau part untuk kanban produksi pada saat pembuatan part itu. Ukuran ini ditentukan berdasarkan kapasitas tandard (alat angkut) atau kapasitas mesin atau pertimbangan lainnya Cycle Issue (Siklus Pemesanan) Cycle issue (siklus pemesanan) menggambarkan waktu pemesanan (hari). Waktu pengiriman serta frekwensinya. Terdapat 3 informasi penting dalam cycle issue yang dilambangkan oleh huruf X (periode pemesanan), Y (frekwensi pengiriman) dan Z (interval pengiriman). Periode pemesanan memberikan informasi

11 26 dilakukan pemesanan dalam suatu periode yang ditentukan. Sebagai contoh periode pemesanan atau X adalah 2, yang berarti dalam 2 hari dilakukan sekali pemesanan. Frekwensi pengiriman memberikan informasi besarnya frekwensi pengiriman part yang dilakukan selama satu periode pemesanan. Misalnya, frekwensi pengiriman atau Y adalah 4. Ini berarti dalam satu periode pemesanan dilakukan 4 kali pengiriman material atau part. Terakhir adalah interval pengiriman yang memberikan informasi tentang kedatangan part yang dipesan. Misalnya interval pengiriman 2, maka pengiriman part akan dilakukan pada fekwensi ketiga dari frekwensi pengiriman. Contoh dari cycle issue ini adalah sebagai berikut: misalnya penyedia part X memiliki CI yaitu dengan waktu pengiriman ; dan ini berarti pemesanan dilakukan satu hari dengan frekwensi kedatangan sebanyak 2 kali pada jam diatas dan bila pesanan dilakukan pada hari ini maka part X akan tanda besok pada jam karena interval pengiriman 1.

12 Contoh Cycle X Y Z 27

13 Koefisien Keamanan Besarnya koefisien keamanan bisanya ditentukan oleh perusahaan yang berguna untuk mengantisipasi hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi. Koefisien keamanan biasanya merupakan peningkatan presentase dalam banyaknya kartu kanban yang dikeluarkan dan diperlakukan sebagai ukuran untuk inventori pengamanan. RUMUS KOEFISIEN KANBAN (α) = X(Z+1) Y RUMUS JUMLAH KANBAN (PROD/DAY) X (QTY/UNIT) (QTY/KANBAN) X KOEFISIEN KANBAN+SAFETY STOCK) = JML KANBAN X : Menyatakan hari / delivery setiap hari Y : Frekuensi dari point X / kali sehari Z : Interval antara order tanda & delivery part tersebut PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI : 1. Produksi per hari 2. Quantity per hari 3. Quantity per kanban

14 29 4. Safety stock 5. Cycle issue kanban 6. Jam delivery 2.3 Standardisasi Kerja Definisi Standardisasi Kerja Standardisasi kerja peraturan pada saat membuat barang ditempat kerja, yaitu cara melakukan produksi yang paling efektif dengan urutan tanpa muda, mengumpulkan pekerjaan, dan menfokuskan gerakan manusia. Standardisasi kerja merupakan cara untuk secara total meningkatkan kualitas,cost reduction, safety, produktivitas, dll dengan cara mengabungkan tanda manusia, barang dan peralatan secara paling efektif dengan berdasarkan pada kondisi saat ini. Selain itu juga merupakan suatu cara untuk menekan perbuatan yang berlebihan dan untuk melakukan produksi just in time. Standardisasi kerja juga merupakan cara yang paling efektif sebagai tool untuk kaizen. Kondisi awal pada standardisasi kerja: 1. Segi Pekerjaan (kondisi pada saat setting) - Memfokuskan pada gerakan manusia - Pekerjaan yang mengulang-ulang

15 30 2. Segi peralatan (kondisi pada saat pengangkutan) - Trouble mesin/ alat sedikit - Fleksibilitas gerakan line sedikit. 3. Segi kualitas (kondisi pada saat pengangkutan) - Trouble kualitas proses sedikit. - Baratsuki (ketidakteraturan) keakuratan sedikit Karakteristik Standardisasi Kerja Standardisasi kerja merupakan aktualisasi dari system produksi untuk melaksanakan prinsip dasar Toyota production system, serta merupakan tandard untuk mengukur peningkatan kualitas, cost reduction dan safety, maka standardisasi kerja mempunyai tiga tanda penting, dimana semuanya tidak akan berjalan jika satu saja tidak terpenuhi. Unsur dalam karakteristik standardisasi kerja; 1. Takt time Merupakan waktu yang menentukan (1unit atau 1 part harus dibuat dalam berapa menit dan berapa detik). - Takt time actual : Takt time dihitung dengan produksi waktu kerja murni, tetapi jika tidak dapat dihindarkan seperti untuk pengangkutan, maka ada juga takt time yang di set dengan waktu yang tidak fixed.

16 31 - Cycle time : Waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan dengan urutan kerja yang telah ditentukan untuk proses yang ditangani oleh 1 orang operator. 2. Urutan kerja Pada pemprosesan dan assembling barang, operator melakukan pekerjaan dengan urutan yang efektif seperti mengangkut barang, memasang ke mesin, dan melakukan proses. 3. Standard in process stock Standard in process stock adalah barang dengan supply minimum yang dimiliki didalam proses agar pekerjaan dapat dilakukan dengan urutan dan gerakan yang sama-sama berulang-ulang, jika melakukan pekerjaan sesuai dengan urutan kerja Elemen dalam standardisasi kerja Proses yang mengabungkan Standardisasi kerja yang diulang, dan menggunakan elemen penting. a. Tabel Standardisasi Kapasitas Produksi

17 32 Yang dimaksud dengan table standardisasi kapasitas produksi adalah table yang berisi kemampuan proses dan produksi pada saat memproses part pada tiap-tiap proses. Table ini berisi tentang waktu pengiriman otomatis oleh mesin atau peralatan, pekerjaan manual, dll, serta dapat diketahui mengenai kemampuan proses untuk setiap mesin atau alat. Tabel standardisasi kapasitas produksi menjadi dasar pada saat membuat table tandard kerja kombinasi. Selain itu, digunakan juaga untuk menemukan proses bottle neck(proses yang bermasalah) pada line tersebut. Gambar 2.2 Tabel Standardisasi Kapasitas Produksi Point-point penting pada pembuatan Tabel Standardisasi Kapasitas Produksi : 1. No part, Nama part Isilah dengan nomor dan nama part yang diproses.

18 33 2. Type, Jumlah Isilah dengan type produk, serta dan jumlah part yang akan digunakan dalam assembling 3. Nama seksi, Nama pembuat Isilah dengan nomor kode divisi dan nama orang yang mengerjakan. 4. Tanggal Pembuatan Isilah dengan tanggal pembuatan baru. 5. Urutan Proses Isilah dengan nomor urutan proses. 6. Nama proses Isilah dengan nama proses yang dilakukan untuk part tersebut. - Jika melakukan proses dengan beberapa mesin dengan prose yang sama, maka gantilah barisnya, dan isilah secara terpisah. - Jika memproses beberapa unit pada waktu yang bersamaan dengan mengunakan satu unit mesin / alat, maka tambahkanlah ( ) pada kolom nama proses, dan isilah jumlahnya. - Jika ada pekerjaan yang dilakukan pada waktu tertentu, maka frekwensinya juga ikut ditulis. 7. No mesin

19 34 Isilah dengan nomor mesin. Jika ada beberapa mesin / alat pada proses yang sama, maka gantilah barisnya, dan tulis satu per satu. 8. Waktu pokok Isilah dengan 3 elemen yaitu waktu untuk pekerjaan manual, waktu feeder otomatis, dan waktu penyelesaian. Waktu kerja manual Ukurlah waktu untuk pekerjaan manual yang dilakukan oleh operator pada mesin (proses) tersebut, kemudian isilah. Tidak termasuk waktu untuk berjalan. Waktu mesin kerja otomatis Isilah dengan waktu sejak dari start mesin / alat, setelah memproses work, hingga kembali ke posisi awal. Waktu penyelesaian (Total) Isilah dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan part di setiap mesin (proses) (waktu selesai = waktu untuk pekerjaan manual+ waktu untuk mesin otomatis). b. Tabel standardisasi kerja Kombinasi Tabel standardisasi kerja kombinasi adalah imtruksi kerja yang mengambarkan gabungan antara gerakan manusia dengan mesin dalam satu

20 35 cycle time, yang menggambarkan seberapa area kerjanya, dan bagaimana urutan kerja tersebut dilakukan.dengan melihat table ini, urutan kerja dan beberapa waktu kerja tersebut berlangsung akan mudah dimengerti, dipergunakan juga untuk menentukan point-point yang diperlukan untuk melakukan kaizen pekerjaan. Gambar 2.3 Tabel Standar Kerja Kombinasi Point-point penting pembuatan Tabel Standardisasi Kerja Kombinasi (TSKK) 1. Nomor part / Nama part, proses Diisi sesuai yang tertera di Tabel Standardisasi Kapasitas Produksi. 2. Tanggal, bulan, tahun pembuatan, section/bagian yang membuat harus dicantum section/bagian yang membuat. 3. Volume yang diperlikan untuk tiap shift

21 36 Diisi dengan mengkalkulasi jumlah yang diperlukan untuk tiap shift Jumlah produksi yang seharusnya tiap bulan X 1 Jumlah yang diperlukan per shift = Jumlah hari operation kerja tiap bulan / jumlah shift 4. Tatk time Diisi dengan mengkalkulasi tatk time. Pada skala waktu yang ditampilkan di dalam kolom waktu kerja tariklah garis vertical merah untuk menunjukkan nilai waktu tatk time. 5. Nama pekerjaan Diisi dengan mencantumkan nama pekerjaan.karena merupakan gerakan manusia maka harus dengan bahasa yang mengambarkan melakukan sesuatu hal. Apabila ada mesin atau alat yang ikut terlibat, maka nomor mesinnya harus dicantumkan. 6. Waktu Diisi dengan mencantumkan waktu kerja manual, waktu kerja auto/mesin yang tertera didalam Tabel Standardisasi Kapasitas Produksi. Waktu untuk jalan diukur dengan benar, lalu dicantumkan dengan waktu yang paling minimum. Kalau sudah ditetapkan area proses untuk tiap satu orang maka harus juga dicantumkan didalam kolom TOTAL.

22 37 7. Waktu (waktu pokok) Sambil menetapkan urutan pekerjaannya, gambarkan disitu waktu untuk kerja manual (dengan garis tebal lurus), waktu kerja auto/mesin (dengan garis putus-putus), lalu waktu jalan (dengan garis gelombang). 8. Urutan pekerjaan Diisi dengan mencantumkan nomor urutan pekerjaan dilakukan. Ini harus diisi setelah menetapkan area proses dan urutan pekerjaan tiap satu orang. c. Tabel Standardisasi Kerja Tabel standardisasi kerja adalah intruksi kerja yang mengambarkan dengan jelas kondisi pekerjaan di tempat tersebut dengan sekaligus menggambarkan masingmasing proses tersebut di dalam suatu tempat kerja (gerakan orang dengan satu lay out dalam satu cycle), Tabel standardisasi kerja ini dipakai juga sebagai alat/instrument untuk pengawasan kerja langsung terlihat oleh mata. Selain itu juga memiliki fungsi untuk menangkap point-point masalah yang tertangkap secara visual di tiap line, juga bisa difungsikan sebagai alat untuk instruksi kepada bawahan. d. Step Sheet SOP adalah sebuah sheet (lembar intruksi) yang menjelaskan uraian pekerjaan, urutan perakitan, waktu yang dipakai untuk merakit, waktu untuk jalan di dalam tiaptiap proses kerja, dan step sheet ini merupakan tool/instrument untuk mengontrol

23 38 proses kerja kombinasinya ketika terjadi perubahan jumlah produksi, perubahan takt time dan lain-lain. e. Yamazumi Chart Yamazumi chart adalah chart yang merupakan yamazumi nama-nama elemen pekerjaan di tiap-tiap model yang ditampilkan pada SOP dan yamazumi ini dipakai sebagai alat/instrument untuk mengawasi secara visual keseluruhan proses dan mengawasi/mempertahankan elemen pekerjaan. f. Elemen Work Sheet Elemen work sheet adalah salah satu lembar instruksi pengawasan proses yang mencantumkan quality kendaraan assy-line/ cara pengerjaan suatu pekerjaan / safety dan lain-lain, di dalam setiap unit pembuatan element sheet tersebut dengan jelas mencantumkan step gerakan pekerjaan tiap part, waktu pekerjaan, tool yang dipakai, point-point perhatian quality dan lain-lain. Ketika ada perubahan takt time produksi, bisa melakukan pengontrolan dan juga perubahan proses kerja dengan mengacu kepada element work sheet. 2.4 Heijunka Yang dimaksud dengan heijunka adalah merata-ratakan jumlah kebutuhan unit seperti jumlah, jenis, dll, dan merupakan prasyarat dari produksi just in time.

24 39 Produksi heijunka merupakan cara yang efektif untuk menghilangkan muda, mura, muri yang banyak timbul dalam sistem proses produksi terutama pada proses produksi yang varian-nya banyak. Jika fluktuasi (ketidakteraturan) jumlah dam jenis dapat diperkecil, maka timbulnya berbagai macam muda dapat dikurangi. Tetapi sebaliknya semakin banyak fluktuasi maka upaya penangulangannya cukup sulit, disitu timbul peningkatan (peralatan,material,man power) sehingga cost meningkat. 2.5 Bagan Aliran Produk dan Informasi Pembuatan bagan ini didefinisikan suatu diagram yang mendeskripsikan hubungan antara proses sesudah dan proses sebelum dalam suatu proses pemenuhan order dari informasi order diterima sampai terpenuhi. Dengan pembuatan bagan mempunyai target yang berlanjut pada kaizen-kaizen untuk memenuhi masalah, sekaligus mengetahui kondisi saat ini di tempat kerjanya sendiri. Dan dengan bagan ini dapat menginformasikan lead time dan titik-titik stagnasi. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat pembuatan : 1. Bagan aliran tidak hanya bersi tentang proses yang menjadi objek saja, tetapi juga urutan proses dan hubungannya dengan proses sebelum dan proses berikut.

25 40 2. Jika terdapat beberapa line, bila sistem produksinya sama maka dapat dijelaskan dengan line yang mewakili saja, sedangkan line yang lainnya boleh disingkat. 3. Lead time produksi, timing pengangkutan dan supply (frekwensi waktu, jumlah) ditulis didalam bagan. 4. Jika terdapat kondisi khusus mengenai system atau bagan, maka dapat ditulis pada margin sebagai item khusus. Urutan pembuatan bagan aliran produksi dan informasi : Tahap 1 : Mendeskripsikan kondisi saat ini. Menggambarkan kondisi actual secara genchi genbutshu (langsung ditempat kejadian pada barang tersebut) agar dapat dipahami secara visual. 1. Bagaimana aliran produk dari material hingga menjadi barang jadi? - Bagaimana mengenai jenis, bentuk, jumlah isi, lead time, dan supply lot? 2. Bagaimana menyampaikan infomasi (kanban)? - Apa, siapa, kanban apa? - Kemana infomasi pergi? - Bagaimana deliveri lot?

26 41 3. Untuk itu, perlu mendengarkan hal-hal yang sulit dilakukan, hal-hal yang menbuat sulit. Tahap 2 : Mendeskripsikan performance yang ideal, membuat gambaran mengenai performance yang ideal deangan tatk time satu pe satu, lalu dilakukan level up untuk just in time mengenai bagaimana mendekatinya. Tahap 3 : Mengetahui point masalah dan gapnya pada kondisi saat ini. Tahap 4 : pertimbangan dan pemeriksaan point masalah, melakukan pertimbangan mengenai kondisi keterbatasan seperti uang, orang waktu, kemudian menjelaskannya di awal. Tahap 5 : mendeskripsikan performance yang ditargetkan. Dapat menyatakan keinginan sebagai pengawasan line mengenai akan dapat diapakan ditempat kerjanya.

27 42 Simbol yang digunakan Gambar 2.4 Simbol Bagan aliran Produksi dan Informasi

28 Jidouka (Autonomotion) Jidouka adalah alat yang dapat mencegah berulangnya keabnormalan dan tidak mengalirkan cacat dengan cara mendeteksi sesuatu keabnormalan seperti keabnormalan mesin atau peralatan, keabnormalan kualitas, pekerjaan terlambat, dll kemudian menghentikan mesin / alat atau line, dan menginformasikan kepada manusia. Jadi dasar pemikirannya adalah tidak perlu mengawasi peralatan karena jika proses sudah selesai, mesin akan berhenti sendiri. Jidouka adalah salah satu pilar dasar pemikiran yang penting untuk mendukung Toyota production system. Sasaran dasarnya adalah : 1. Membuat part yang 100% ok. 2. Mencegah trouble mesin/alat. 3. Man power saving (tidak perlu pengawasan untuk mesin/alat) Contoh penerapan jidouka adalah : 1. Andon Jika timbul suatu keabnormalan yang berhubungan dengan kualitas dll pada pekerjaan yang mengalirkan barang dengan mengunakan conveyor/shutter, maka pengawas akan diberitahukan melalui indikasi andon yang mengunakan fixed position stop switch. Pengawas akan segera datang ke proses yang

29 44 abnormal, kemudian mengatasi kondisi yang abnormal tersebut untuk mencegah kualitas cacat berlanjut. 2. Pokayoke Dari segi peralatan dapat digunakan pokayoke. Pokayoke adalah alat untuk mencegah mengalirnya part cacat ke proses berikut dengan cara mengecek keabnormalan secepatnya jika terjadi keabnormalan secepatnya jika terjadi keabnormalan pada proses, kemudian menghentikan peralatan, dan menyingkirkan part yang cacat. 2.7 Proses perbaikan (Kaizen) Kaizen merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan guna memperkecil daripada muda(pemborosan) yang ada pada setiap lini. Kaizen sendiri berasal dari bahasa jepang yang mempunyai arti perbaikan secara terus menerus. Tujuan daripada kaizen sendiri yaitu untuk peningkatan produk yang lebih baik, penurunan biaya, meningkatkan keamanan kerja, mempercepat proses kerja (memperpendek lead time), dan meningkatkan produktivitas. Dalam pelaksanaan kaizen terdapat beberapa tahap yaitu : 1. Menemukan point yang memerlukan kaizen Titik awal kaizen adalah menemukan apa yang harus di kaizen. Ada yang merupakan point yang masalah di tempat kerja, atau ada juga yang point

30 45 kaizen sudah jelas, tetapi sebagai pengawas, yang penting adalah menemukan apa yang menjadi masalah, kemudian menemukan apakah ada muda. 2. Menganalisa cara saat ini Jika point yang harus di kaizen telah ditemukan,segeralah menemukan (pahami kondisi yang ada pada saat ini, jangan ada hal-hal yang terlewat) dengan memahami kondisi saat ini dengan tepat, kaizen pun dapat dilakukan dengan lebih baik lagi, dan tidak bercampur dengan dugaan. 3. Memperoleh ide Memikirkan cara atau konsep baru untuk kondisi saat ini. Yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah dengan keluarnya konsep, bukan berarti langsung membuat usulan kaizen. Pada tahap mengeluarkan konsep atau ide, jangan melakukan pembatasan atau pertimbangan, sedapat mungkin keluarkanlah ide berdasarkan pada tujuannya. 4. Membuat usulan kaizen Mulai dari tahap ini dibuatkan usulan kaizen yang kongkrit dari konsep yang telah dipikirkan tanpa ada satupun pembatasan. Ide yang original pun untuk dapat diterapkan harus diperhatikan dari berbagai segi seperti tingkat kemungkinan untuk terlaksana, standard dan peraturan, cost dan lain

31 46 sebagainya. Sehingga dari beberapa usulan kaizen akan dilaksanakan usulan kaizen yang efisiensinya lebih baik. 5. Melaksanakan usulan kaizen Mengenai pelaksanaan, perlu diinfomasikan dan dimintakan kerjasama dari orang-orang dan divisi terkait seperti atasan, bawahan, proses sebelum dan proses berikut. Melaksanakan usulan kaizen tanpa informasi yang cukup tidak akan menghasilkan kaizen yang baik, dan akan mengakibatkan banyak muda serta menyebabkan kebingungan. Terutama kepada bawahan yang cara kerjanya dirubah karena adanya kaizen, jelaskanlah dengan baik mengenai alasan kaizen, tujuannya dan lain sebagainya, sehingga mereka merasa cukup puas. 6. Konfirmasi setelah pelaksanaan Jika telah melaksanakan cara yang baru, maka kondisi pelaksanaannya harus dikonfirmasikan, selain itu jika terdapat keabnormalan harus segera dilakukan penangggulangan. Kemudian dicarikan point penting kaizen berikutnya sebagai realisasi kelanjutan dari kaizen yang telah dilaksanakan.

32 Konsep Dan Cara Pandang Kaizen Kesadaran Akan Muda Toyota Production System meningkatkan produktivitas dengan menghilangkan muda secara menyeluruh. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan tentang kesadaran muda. Definisi muda adalah berbagai macam fenomena dan efek yang tidak meningkatkan nilai tambah. Dengan kata lain, muda di genba (lapangan) manufaktur adalah nsure produksi yang hanya meningkatkan cost. Pada saat melakukan pekerjaan dalam aktivitas produksi, jika gerakan kerja kita perhatikan secara mendetail, maka setidaknya dapat dibagi ke dalam 3 bagian: 1. MUDA 2. Pekerjaan tambahan yang tidak mempunyai nilai tambah. 3. Pekerjaan pokok = pekerjaan yang memberikan nilai tambah. Gambar 2.5 Aktivitas produksi

33 48 Jenis-jenis MUDA Dalam Toyota Production System, muda dibagi ke dalam 7 jenis: 1. Muda cacat atau repair. Muda karena membuat part cacat atau part yang perlu di-repair, sehingga menurunkan kualitas dan meningkatkan cost. 2. Muda over produksi (produksi berlebih) Muda over produksi dibagi ke dalam 2 bagian: Yang pertama adalah memuat melebihi dari jumlah yang diperlukan. Yang satunya lagi adalah membuat dengan waktu yang lebih cepat dari yang diperlukan. Muda over produksi akan menyebabkan muda lainnya, sehingga merupakan salah satu muda yang paling penting untuk diamati. Masalah yang ditimbulkan oleh muda over produksi: 1. Ada alat atau man power yang berlebihan. 2. Material dan part digunakan lebih cepat. 3. Mengkonsumsi energi seperti listrik, oli, dll. 4. Menambah kontainer seperti palet, skit, dll. 5. Menambah pengangkutan seperti pengangkutan dengan tenaga manusia, forklift, dll.

34 49 6. Persiapan baru untuk tempat peletakan, ware house, dll. 7. Menambah man power pengontrol dan timbulnya stock. 8. Menambah beban interest (bunga pinjaman) 9. Memangkas tunas-tunas kaizen 3. Muda Proses Muda seperti melakukan proses yang tidak diperlukan dan yang tidak ada hubungannya, dalam keakuratan proses dan kemampuan proses (over quality). 4. Muda delivery (Pengangkutan) Yang diangkut bukan hanya barang, tetapi juga berbagai informasi sehingga tugasnya menjadi besar tetapi bukan merupakan pengangkutan yang diperlukan dalam produksi just in time. 5. Muda Inventory / Stock Muda yang timbul karena terlalu banyaknya jumlah part yang masuk dari supplier, terlalu banyaknya part supply inter process sehingga melebihi jumlah yang diperlukan, dll. 6. Muda Gerakan Gerakan mesin atau alat, serta gerakan orang yang tidak menghasilkan nilai tambah di dalam proses atau pekerjaan. 7. Muda Menunggu

35 50 Pada saat mesin atau alat memproses secara otomatis, operator berdiri di sampingnya untuk mengawasi mesin, sehingga meskipun ia ingin melakukan pekerjaan, Karena mesin masih berjalan maka ia tidak dapat melakukan apa-apa (harus menunggu) MURA Dan MURI Penyebab utama yang meningkatkan cost dan membuat kualitas tidak seragam bukan hanya muda, tetapi juga MURA dan MURI.Mura adalah ketidak teraturan karena production planning untuk kendaraan atau part tidak tetap, kadang banyak kadang sedikit. Dari segi manusia, merupakan baratsuki (ketidakteraturan) beban terhadap suatu standard tertentu.muri adalah memberi beban berlebihan pada pikiran dan tubuh, dalam segi manusia ditempat kerja. Dalam hubungannya dengan mesin dan peralatan, muri adalah member beban melebihi kemampuan yang dapat ditanggung oleh mesin atau peralatan tersebut. 2.9 Kerja Manusia Dan Kerja Mesin. Dengan menghilangkan muda di tempat kerja, serta memajukan kaizen maka Toyota Production System dapat dilaksanakan, dan salah satu dasar pemikiran yang penting adalah adanya klasifikasi antara pekerjaan manusia dengan pekerjaan mesin. Yang dimaksud dengan pekerjaan manusia adalah pekerjaan yang dilakukan oleh operator itu sendiri, seperti mengeset material di mesin, mengambil part, dll.

36 51 Pekerjaan mesin merupakan pekerjaan yang diperlukan oleh mesin atau peralatan, atau proses secara otomatis Produktivitas dan Efisiensi Perusahaan Kata Noritsu dan Koritsu perusahaan digunakan sebagai istilah untuk menegaskan hasil pekerjaan dan kaizen. Noritsu adalah produktivitas. Ratio output actual terhadap nilai standard atau nilai yang telah lalu. Sedangkan Koritsu adalah efisiensi. Rasio energi yang masuk dan energi keluar secara aktual Pada saat melihat produktivitas dari sudut pandang keseluruhan plant dengan berpusat pada line, gabungan line, atau proses masing-masing, terdapat peningkatan produktivitas pada masing-masing tahap, selain itu secara keseluruhan juga tampak kemajuan produktivitas dari cara pandang dan dasar pemikiran total yang meningkatkan hasil. Yang dimaksud dengan produktivitas masing-masing adalah produktivitas proses satu per satu, line atau tiap mesin, peralatan, dll meningkatkan produktivitasnya hanya pada prosesnya sendiri atau tiap-tiap mesin saja, dan tidak berhubungan dengan line atau proses sebelum dan sesudah. Produktivitas total tidak hanya meningkatkan efisiensi pada perhitungan secara simple saja, tetapi juga meningkatkan efisiensi pada proses, line, part

37 52 dan level masing-masing, serta terhubung dengan peningkatan efisiensi pada proses, line, plant dan level masing-masing, serta terhubung dengan peningkatan efisiensi secara keseluruhan (total). Operating ratio, Ratio demand terhadap kemampuan pada waktu tertentu ketika beroperasi secara full dengan kemampuan mesin tersebut, untuk memproses jumlah produksi yang diperlukan oleh proses berikut (terhubung ke sales). Operating Ratio = Jumlah pesanan tiap hari x 100 = Kemampuan proses (scheduled time) Operational Availability yaitu ratio kemungkinan kondisi bias dioperasikannya suatu mesin / peralatan dengan testability (keyakinan) yang dimiliki oleh sebuah mesin / peralatan. Ini sangat tergantung pada cara maintenance mesin / alat tersebut. Idealnya adalah 100% Produktivitas Semu dan Produktivitas Nyata. Peningkatan produktivitas berguna untuk cost reduction. Peningkatan produktivitas semu, sama sekali tidak berhubungan dengan cost reduction. Untuk meningkatkan produktivitas, jumlah kebutuhan produksi menjadi prasyarat utama. Produktivitas semu merupakan peningkatan produktivitas pada perhitungan saja, dan merupakan peningkatan produktivitas dengan

38 53 menambah jumlah produksi dengan man power yang ada, serta tidak berhubungan dengan sales atau pesanan (order customer). Produktivitas nyata adalah peningkatan produktivitas yang dihubungkan dengan cost reduction secara nyata, merupakan cata untuk meningkatkan produktivitas dengan cara memproduksi dengan man power minimum yang diperlukan untuk sales (pesanan). Jika jumlah produksi meningkat, perlu dipikirkan bagaimana produksi akan dilakukan dengan man power yang ada pada saat ini, lalu jika jumlah produksi menurun, harus dipikirkan pengurangan man power untuk meningkatkan produktivitas.

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 59 BAB IV PENGUMPULAN, PENGELOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Jenis Produk yang diproses Jenis produk yang dihasilkan pada line I-beam ada 2 macam produk yaitu I- beam BY 366L owo 10 dan I-beam BY 366L owo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat

Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Bahasa Jepang Kartu penanda yang berarti Isyarat Secara Istilah sistem produksi Sistem pemasokan komponen atau material secara kontinu sehingga pekerja mendapatkan apa yang dibutuhkan, ditempatyang

Lebih terperinci

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP MODUL 11 MRP adalah suatu teknik yang menggunakan BOM (bill of materials), inventory dan master schedule untuk mengetahui kebutuhan suatu part pada suatu waktu. Struktur MRP MRP membutuhkan data dari Bill

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis jenis Muda ( pemborosan ) Muda (pemborosan) merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh setiap perusahaan manufaktur yang mengakibatkan tingginya biaya produksi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Prinsip Dasar daripada Produksi Pada dasarnya setiap organisasi yang melakukan suatu usaha atau bisnis akan dihadapkan pada konsumen yang akan menuntut untuk diberikan satu

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1 Rencana Implementasi Agar model linear programming yang telah dibuat dapat digunakan dengan baik oleh YMMI, terdapat beberapa hal yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Wita Anggraita P, 2 Widia Juliani, 3 Pratya Poeri Suryadhini 1,2,3. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium Prismatic Machines Di PT. Dirgantara Indonesia 1 Wita Anggraita P, 2 Widia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana

Perancangan Sistem Kanban Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Hartono, et al. / Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana / Jurnal Titra, Vol. 3 No. 2, Juni 2015, Perancangan Sistem Pada Line Machining Yoke Di PT. Inti Ganda Perdana Evan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik

Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Area Produksi Assy Air Cleaner di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Willy Adi Widjaja 1, Jani Rahardjo 2 Abstract: PT Astra Otoparts Adiwira Plastics Division

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN

BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN BAB 5 ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN 5.. Analisis Prosedur pada Sistem Informasi Persediaan Berdasarkan Pengumpulan data pada bab 4 terdapat 6 prosedur Sistem Informasi Persediaan. Enam Prosedur Sistem

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI IMPLEMENTASI JUST IN TIME DALAM MENINGKATKATKAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Luqman Hakim Fakultas Teknik Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo E-mail: hqm_az@yahoo.com Abstrak Tujuan Just

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul dalam penyusunan

Lebih terperinci

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Nama mahasiswa : Henny Wunas NRP : 9106 201 408 Pembimbing : Prof. Ir. I Nyoman Pujawan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif yaitu metode untuk menyelidiki objek yang dapat diukur dengan angka-angka

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat Waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time JIT pada awalnya merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengontrol produksi dan mengurangi persedian.

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi

Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi Minggu 11: Perencanaan Kegiatan Produksi TI4002-Manajemen Rekayasa Industri Teknik Industri, FTI ITB Hasil Pembelajaran Setelah menyelesaikan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

5 BAB V ANALISA DAN HASIL

5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5 BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kanban Banyaknya kartu kanban yang diperlukan dihitung dengan rumus (Arnaldo Hernandez, 1989): Banyaknya Kanban = Permintaan Harian X Faktor Pengamanan

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber :  Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin / BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat indonesia enggan untuk memanfaatkanya, dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN

PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN PERANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK PELANCARAN PRODUKSI DAN MEREDUKSI KETERLAMBATAN Sri Hartini, Indah Rizkiya Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro Prof Sudarto Tembalang, Semarang, Telp. 024-746002

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN & ANALISIS DATA 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat PT. Komatsu Reman Indonesia (KRI) merupakan salah satu perusahaan remanufacturing Komponen alat-alat berat

Lebih terperinci

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL

ZERO DEFECT & AUTONOMOUS DEFECT CONTROL MODUL 08 - ZERO DEFECT DAN AUTONOMOUS DEFECT CONTROL Zero Defect Zero defect sangat penting dalam manufaktur, karena mengurangi jumlah inspektur yang diperlukan, tanpa mengurangi kualitas inspeksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perdagangan global menyebabkan setiap perusahaan dituntut untuk menekan biaya produksi dengan melakukan proses produktivitas dan efisiensi pada proses

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Toyota Production System (TPS) Sistem Produksi Toyota, dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

Haryo Santosa, Sri Hartini *), Meilisa Karima R **)

Haryo Santosa, Sri Hartini *), Meilisa Karima R **) DESAIN LOADING DOCK DAN PENENTUAN LEVEL STOCK UNTUK MEREDUKSI JUMLAH ANTRIAN DAN PERSEDIAAN PADA AREA PENERIMAAN BARANG (Studi Kasus : Perusahaan Otomotif Internasional)) Haryo Santosa, Sri Hartini *),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Sistem Just In Time Dalam situasi persaingan pasar global yang sangat kompetitif sekarang ini, dimana pasar menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar yang berlaku)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ANALISIS PERBANDINGAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN METODE KANBAN COMPARISON OF THE ECONOMIC ORDER QUANTITY METHOD AND THE KANBAN METHOD ON RAW

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

USEP GINANJAR. Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia

USEP GINANJAR. Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KOMPONEN TIANG LISTRIK BESI TIPE 9 METER DENGAN MODEL GABUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN JUST IN TIME DI PT. PLN (PERSERO) PUSHARLIS UNIT WORKSHOP DAN

Lebih terperinci

LEAN MANUFACTURING. part 2

LEAN MANUFACTURING. part 2 LEAN MANUFACTURING part 2 Alhamdulillah selesai juga nulis bagian 2 ini.. Seperti pada bagian sebelumnya, tulisan ini sengaja dibuat dalam kalimat yang singkat dan padat, so kalau teman2 ada yang kurang

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA

PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT. Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik Plant 2, Bogor. Produk yang diteliti oleh penulis adalah produk KVRA Black & KTMY Black. Perusahaan ini menerapkan prinsip

Lebih terperinci

V. GL s ROLE. A. Pengertian GL s Role

V. GL s ROLE. A. Pengertian GL s Role V. GL s ROLE A. Pengertian GL s Role Pada struktur organisasi Toyota, terdapat seorang line head yang berperan untuk menjaga agar line yang berada di bawah tanggung jawabnya dapat berjalan dengan baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan untuk pembuatan produk. Line Balancing (Lintasan Perakitan) biasanya

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA

ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA ANALISIS SISTEM KANBAN DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA DALAM MENGHILANGKAN MUDA Ida Merlina Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III no. 45, (62-21) 5327630, idamerlina@yahoo.co.jp

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 69 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahap pendahuluan sebelum memasuki bagian pengolahan data. Data yang dibutuhkan untuk pengolahan terlebih dahulu didokumentasikan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN Iswahyudi Dwi Nurcahyo; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X

PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X PENERAPAN SISTEM KANBAN PENYEDIAAN MATERIAL UNTUK PROSES PRODUKSI PADA PT X Amri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh Abstrak: Perkembangan ilmu pengetahuan pada era globalisasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PENURUNAN TINGKAT INVENTORY DAN LEAD TIME PROSES PRODUKSI DENGAN SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DI PT. CG POWER SYSTEMS INDONESIA Riki Ferdizal 1, Nur Yulianti Hidayah 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci