SEGMENTASI CITRA MEDIS DENGAN ALGORITMA DETEKSI TEPI KONTUR BERBASIS PELACAKAN TARGET SECARA DINAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEGMENTASI CITRA MEDIS DENGAN ALGORITMA DETEKSI TEPI KONTUR BERBASIS PELACAKAN TARGET SECARA DINAMIS"

Transkripsi

1 SEGMENTASI CITRA MEDIS DENGAN ALGORITMA DETEKSI TEPI KONTUR BERBASIS PELACAKAN TARGET SECARA DINAMIS Puruhto Bagus Prakosa, Agus Zanal Arfn, Anny Yunart 3 Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Informas, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember emal : puruhto.prakosa@yahoo.com, agusza@cs.ts.ac., anny@f.ts.ac. 3 ABSTRAK Paa ctra mes, entfkas ar tep objek atau aerah yang ngnkan apat menyeakan nformas yang berguna untuk agnoss an perawatan penyakt. Proses segmentas yang terlbat apat lakukan secara manual, tetap sangat bergantung paa keahlan pengguna. Tngkat akuras segmentas yang haslkan metoe manual juga renah karena pengaruh ntra- an nter-observer. Oleh karena tu, butuhkan metoe segmentas secara otomats. Dalam makalah n mplementaskan sebuah metoe segmentas ctra mes engan eteks tep kontur berbass pelacakan target secara nams. Jalur paa tep objek haslkan melalu eteks tep engan menerapkan semblan operator arah. Selanjutnya, targettarget sepanjang jalur tep objek alam ctra lacak engan menggunakan teknk mofe ege-followng. Dar percobaan yang lakukan terhaap ctra Magnetc Resonance an Dental Panoramc Raograph, metoe n mampu melakukan segmentas objek engan cukup bak. Metoe n juga memlk keunggulan mana keseluruhan proses segmentas lakukan secara otomats. Kata kunc : Segmentas ctra, eteks tep, operator arah, pelacakan target, teknk ege-followng PENDAHULUAN Segmentas ctra merupakan topk pentng alam bang pengolahan ctra gtal an apat temukan alam berbaga bang rset ctra. Sebaga contoh aalah ctra mes an veo gtal yang memlk penekatan berbea alam penerapan proses segmentas. Meskpun memlk penekatan berbea, tujuan yang ngn capa aalah sama yatu menentukan objek yang spesfk atau sebuah area alam ctra untuk tujuan pencocokan atau entfkas. Dalam ctra mes, entfkas ar objek atau area yang ngnkan apat menyeakan nformas yang berguna untuk agnoss an perawatan penyakt. Namun, serngkal proses segmentas yang terlbat lakukan secara manual serta bergantung paa keterlbatan pengguna sehngga sangat memakan waktu an menyultkan pengguna. Oleh karena tu, proses segmentas secara otomats lebh gemar []. Segmentas ctra secara otomats merupakan area rset yang telah menghaslkan beberapa metoe. Salah satunya aalah eteks tep mana teknk ege tracng atau ege followng termasuk alamnya. Aapun kekurangan yang basa temukan alam teknk ege followng aalah kehanalannya yang renah. Hal n sebabkan oleh proses penentuan tep objek yang lakukan sebelum proses segmentas serngkal menunjukkan hasl yang kurang bak sehngga mempengaruh hasl segmentas. Meskpun emkan, entfkas ar tep engan menghubungkan ttk tep tetangga menyeakan nformas berguna yang tak temukan metoe lan. Dalam teknk ege followng, penentuan nla - threshol memlk peran yang sangat pentng. Apabla nla threshol yang gunakan tak tepat maka akan mempengaruh akuras ar hasl segmentas. Proses penentuan nla threshol serng membngungkan pengguna, karena pengguna harus mengetahu karakterstk ar ctra tu senr untuk menapatkan nla threshol yang tepat. Makalah n membahas tentang segmentas ctra mes engan algortma eteks tep kontur berbass pelacakan target secara nams, sebuah penekatan baru yang harapkan apat mengatas permasalahanpermasalahan seputar segmentas ctra yang aa, sepert proses segmentas manual yang merepotkan pengguna, hasl eteks tep objek yang kurang bak, an penentuan nla threshol secara manual. Proses pelacakan target menggunakan teknk mofe ege-followng mana sebuah target atau ttk engan berbekal jalur hasl eteks tep, nformas karakterstk ctra an arah apat tentukan pergerakannya. Dar nformas yang mlk, penentuan target awal, nla threshol an arah pergerakan target sampa membentuk kontur tertutup apat lakukan secara otomats.. DETEKSI TEPI Sebelum lakukan proses segmentas paa ctra masukan, lakukan proses eteks tep untuk menyeakan jalur target sepanjang tep objek ctra. Metoe eteks tep yang gunakan aalah Canny ege etector.. Penghalusan Langkah pertama yang lakukan aalah melakukan flter terhaap nose paa ctra sebelum melakukan peneteksan tep. Hal tersebut apat lakukan engan operas penghalusan ctra. Metoe yang gunakan aalah gaussan flter. Gaussan flter konvolus engan ctra masukan sehngga menghaslkan gaussan fltere mage. Proses tunjukkan oleh Persamaan () an ().

2 g G * f...() xy Dmana G exp...() g aalah gaussan fltere mage, G aalah gaussan flter an f aalah ctra masukan. Efek penghalusan ctra engan gaussan flter tunjukkan oleh Gambar. G G G... G n...() Dmana G,G...,G n aalah graen sesua jumlah arah operator. Nampak jelas ar Gambar 3 bahwa jarak graen apat menunjukkan tep objek secara jelas. Namun, tep nampak lebh tebal an tak menanakan mana lokas tep sebenarnya. Gambar. asl an yang telah haluskan. Mencar Jarak an Arah Graen Deteks tep Canny mencar tep mana ntenstas erajat keabuan ctra berubah secara rasts. Lokas tersebut apatkan engan menentukan graen ar ctra. Graen paa tap pxel ar ctra yang telah haluskan tentukan engan operator Sobel []. Langkah pertama aalah untuk memperkrakan graen sesua jumlah operator arah engan mengaplkaskan kernel yang tunjukkan oleh Gambar. Gambar. Semblan operator arah Jarak graen (atau yang basa sebut ege strengths) apat kemuan tentukan sebaga Euclean stance measure engan mengaplkaskan hukum Pythagoras sepert yang tunjukkan paa Persamaan (3). Kaang aplkas Euclean stance measure seerhanakan engan mengaplkaskan Manhattan stance measure sepert yang tunjukkan paa Persamaan () untuk mengurang komplekstas komputas. Operas tersebut kemuan lakukan terhaap ctra. Gambar 3 menunjukkan ctra hasl penghtungan jarak graen. G G G... G n...(3) Gambar 3. yang telah haluskan an Hasl jarak graen paa ctra 3 PENENTUAN TARGET PADA TEPI OBJEK PADA CITRA Setelah ctra masukan proses eteks tep engan operator arah, langkah berkutnya aalah menentukan target sepanjang jalur tep objek ctra. Dalam penentuan target, terapat beberapa proses yang terlbat yatu parts ctra, operas blok hasl parts ctra, penentuan target kanat an penentuan target paa tep objek ctra. 3. Parts parts menja beberapa blok mana masng-masng blok mempunya ukuran B x B pxel. Tujuan lakukan parts ctra menja beberapa blok aalah untuk melakukan segmen beberapa objek. Ukuran tap blok apat sesuakan, sebaga contoh: 5 x 5 pxel atau 0 x 0 pxel. Tap penentuan ukuran blok memlk efek tersenr. Bla blok mempunya ukuran cukup kecl, msalnya 5 x 5 pxel, maka objek kecl an objek engan perbeaan kontras kecl apat tentukan ttk-ttk targetnya. Namun, semakn kecl ukuran blok maka akan semakn banyak blok yang akan proses. Sehngga waktu komputas juga akan semakn bertambah. Contoh lustras penerapan parts ctra menja beberapa blok an ukuran pxel masng-masng blok tunjukkan oleh Gambar. Gambar. Ilustras parts ctra menja beberapa blok

3 Gambar memberkan lustras parts ctra. Dalam gambar menunjukkan ctra gg yang parts menja 5 blok mana masng-masng blok terr ar 5 x 5 pxel. Pxel pertama alam blok memlk koornat (,) an pxel terakhr alam blok memlk koornat (5,5). Sstem koornat tersebut berlaku untuk semua blok. Aa kalanya saat proses parts ctra, ctra tak apat parts secara utuh. Hal n karenakan ukuran ctra yang tak habs bag engan ukuran blok. Msal sebuah ctra memlk ukuran 56 x 56 pxel an ngn parts engan blok engan ukuran 5 x 5 pxel. Maka terapat pxel terakhr paa ss bars an kolom yang tak memperoleh alamat blok. Hal n apat tangan engan teknk pang. Teknk pang lakukan engan melakukan moulus bars an kolom ctra engan bars an kolom blok. Msal ukuran bars ctra aalah 56 an ukuran bars blok aalah 5, maka 56 mo 5 =. Nla ukuran bars blok, 5 kurang hasl moulus tersebut aalah maka nla pxel nlah yang akan tambahkan ke ss bars ctra. Hal tersebut juga berlaku paa ss kolom ctra. Sehngga hasl akhrnya ukuran ctra menja 60 x 60 an apat parts secara penuh. 3. Operas Blok Hasl Parts Paa proses n lakukan operas paa tap pxel alam blok untuk semua blok. Sehngga setap blok melakukan operas yang sama. Operas yang maksu aalah mencar ttk-ttk tetangga ar koornat pxel (x,. D sn (x, merepresentaskan koornat ar setap pxel alam blok. Gambar 5 menunjukkan lustras elapan tetangga yang harus car untuk tap koornat pxel. Dalam lustras Gambar 5, (x, aalah koornat ttk yang car tetangga-tetangganya, an koornat yang ber warna aalah tetangga-tetangga yang apatkan. merepresentaskan elapan arah sepert yang tunjukkan oleh Gambar 6. Gambar 6. Delapan arah yang representaskan oleh 3.3 Penentuan Target Kanat Tap Blok Setelah ttk-ttk tetangga ar semua koornat alam blok apatkan, langkah berkutnya aalah mencar perbeaan nla gray level untuk setap. Perbeaan nla gray level tunjukkan engan Persamaan (6). D mn G mn ( r) G mn ( l).....(6) Dmana aalah arah, r an l aalah tetangga suatu koornat an mn aalah lokas suatu blok. Terapat empat nla selsh gray level sesua engan atau arah yang gunakan. Sebaga lustras jelaskan alam Gambar 7 Tetangga suatu koornat yang ternyata beraa luar lngkup blok, yang alam mplementas n abakan, ber nla 0. Setelah keempat nla selsh nla gray level apatkan, nla-nla tesebut kemuan jumlahkan. Penjumlahan ar selsh nla gray level ar tap pxel alam empat nla tunjukkan oleh Persamaan (7). D mn 3 0 D mn.....(7) Gambar 5. Ilustras pencaran koornat tetangga (x, Namun, elapan tetangga yang harus car untuk tap koornat pxel juga sesuakan engan letak koornat alam blok. Hal n sebabkan karena operas pencaran tetangga suatu koornat pxel hanya berlaku paa blok tempat pxel tersebut beraa, tak mempengaruh blok lannya. Tetangga-tetangga suatu koornat pxel apat tentukan oleh Persamaan (5). r ( x roun (sn( )), y roun (cos( )))..(5) l ( x roun (sn(( ) )), y roun (cos(( ) ))) Dmana r an l aalah koornat tetangga ar (x, paa arah an (+). Rentang nla aalah 0 sampa 3 yang Gambar 7. Selsh gray level sesua engan arah yang gunakan Setap koornat ttk alam suatu blok mempunya D satu nla mn. Kemuan, paa tap blok nla D mn rankng an nla terbesar plh an efnskan sebaga T mn. Setap blok memlk satu nla T mn. T mn nlah kanat target alam tap blok. T mn merupakan representas koornat ttk yang memlk selsh nla gray level terbesar terhaap tetanggatetangganya. 3

4 Kemuan, sebuah hstogram buat ar nla-nla T mn ar tap blok. Dar hstogram tersebut nla threshol global, efnskan sebaga Tg, apat tentukan. Sektar seperempat ar jumlah total blok plh sebaga target paa jalur tep objek [3]. Threshol n bertujuan untuk menapatkan target paa jalur tep yang mana lebh menekat bentuk kontur. Gambar 8 menunjukkan hasl thresholng ar target-target kanat menja targettarget paa jalur tep. Gambar 8. Hasl thresholng ar target kanat Gambar tersebut menunjukkan bahwa target-target yang apat lebh menekat bentuk kontur objek. Aapun proses thresholng yang lakukan sebaga berkut: Jka nla T mn suatu blok lebh besar ar Tg, D mn rankng paa empat arah untuk mencar nla terbesar an arah yang bersangkutan. Karena arah paa tep objek tegak lurus engan arah ar nla terbesar, arah ar target paa D mn blok tersebut efnskan sebaga (+) []. Koornat target an arahnya tampung paa sebuah varabel W. Jka nla T mn suatu blok lebh kecl ar Tg. Maka blok tersebut tak memlk target paa tep objek. PELACAKAN TARGET Setelah target-target sepanjang jalur tep apatkan, langkah berkutnya aalah melacak pergerakan setap target untuk membentuk suatu kontur tertutup. Sebuah varabel W menampung koornat an arah target-target sepanjang jalur tep. W apat representaskan sebaga W = ((x,,), mana (x, aalah koornat target an aalah arah pergerakannya. Proses pembentukan kontur lakukan paa setap target. Setap target aalah representas ttk kontur awal (ntal contour pont) sehngga satu target apat menghaslkan beberapa ttk kontur. Dmula ar satu target engan arahnya, apat preks pergerakan ke ttk kontur berkutnya. Dasumskan bahwa target tak memlk transs atau pembelokan yang tajam (sharp transton) sehngga pencaran ttk kontur berkutnya lakukan terhaap tga arah sepert yang tunjukkan oleh Gambar 9. Tga arah yang preks aalah [(8+-)mo8],, [(8++)mo8]. Gambar 9. Contoh preks pergerakan target alam 3 arah ketka nla =3 Dalam tga arah tersebut, apat tentukan ss kanan an ss kr ar poss pergerakan target yang preks. Penentuan ss kanan an ss kr apatkan engan Persamaan (8): R k L k ( x roun( sn( )), y roun( cos( ))), k k k k k ( x roun( sn( )), y roun( cos( ))), k k k k k... (8) Dmana R an L aalah ss kanan an kr ar preks poss target selanjutnya, k aalah ttk kontur ke-k an k aalah arah ar target paa ttk kontur ke-k. Gambar 0 menunjukkan bahwa R an L selalu tegak lurus engan poss target yang preks. Gambar 0. Contoh poss preks target engan ss kr an kanannya Penentuan R an L ar poss target berkutnya yang preks bertujuan untuk memerksa nla rata-rata gray level paa ss kanan an kr untuk memperoleh ttk kontur yang palng tepat am sesua engan jalur tep objek. Pemerksaan nla rata-rata gray level paa ss kanan an kr lakukan engan Persamaan (9), (0) an (). k L L k p 0 k p, k p.....(9) k R R k p 0 kp, k p......(0) k I( L ( ) k, k j I( L k, k j ) L I( R ) I( R k, k, k j k j ) R ). () Dmana =,, q an j=(q+)/. Paa awalnya q bernla 3 sebaga representas tga arah yang preks. Nla rata-rata gray level ss kr an kanan gunakan untuk mencegah gangguan nose. Bagan keua an ketga paa Persamaan () apat berfungs untuk

5 mencegah persamaan mencar preks kontur yang salah akbat gangguan nose. Setelah apat tga nla ( ), tga nla tersebut k urutkan untuk memlh nla terbesar an menefnskannya sebaga max( ( ) ). k Jka nla max( ( ) ) lebh besar ar nla local k threshol (Tl), maka arah yang benar telah temukan. Dalam hal n karena global threshol (Tg) aalah penjumlahan selsh nla gray level alam empat arah, maka nla local threshol (Tl) untuk selsh nla gray level alam satu arah efnskan sebaga Tg/. Jka nla max( ( ) ) lebh kecl ar nla local k threshol (Tl), maka kemungknan pencaran arah sebelumnya telah menympang ar arah yang benar. Sehngga pencaran preks poss target kembal lakukan ar awal namun engan tujuh arah. Arah ar nla max( ( ) ) yang memenuh local k threshol (Tl) gunakan untuk menapatkan poss target berkutnya (koornat ttk kontur) yang sebenarnya. Koornat an arah tersebut gunakan untuk menapatkan koornat an arah ttk kontur berkutnya. Untuk menapatkan arah an poss sebenarnya gunakan Persamaan (): W k k, k k j ( xk roun(sn( k ),( yk roun(cos( k ))) () Jka ttk kontur yang apatkan memlk poss yang sama engan ttk kontur yang telah apatkan sebelumnya atau telah melewat ukuran ctra, maka proses pencaran ttk kontur ar satu target paa jalur tep objek telah selesa. Ubah menja + untuk melakukan proses pencaran ttk kontur paa arah yang berlawanan. Kemuan, proses berlanjut paa targettarget yang lannya sampa semua target sepanjang tep objek telah proses. Namun, jka keua kons tersebut tak terpenuh, maka proses berlanjut untuk mencar ttk kontur berkutnya. 5 METODE Langkah-langkah yang terapkan alam algortma eteks tep kontur berbass pelacakan target secara nams tunjukkan oleh Gambar. Gambar menunjukkan perancangan proses sstem secara umum. Sstem akan menerma ata masukan berupa ctra grayscale an penentuan jumlah operator arah untuk proses eteks tep. Kemuan akan lakukan proses eteks tep engan eteks tep Canny untuk menentukan tep objek yang akan menja jalur pencaran target sepanjang tep objek. Setelah proses eteks tep, proses pelacakan an penentuan target akan lakukan sepanjang tep objek sampa membentuk kontur tertutup. 6 UJI COBA DAN PEMBAHASAN 6. Uj Coba Terhaap Sntets engan Groun Truth Paa uj coba n proses segmentas lakukan terhaap ctra sntets mana ctra memlk groun truth sebaga acuan hasl segmentas. Paa pengujan gunakan beberapa operator arah paa proses eteks tep untuk lhat haslnya paa ctra keluaran segmentas. Operator arah yang gunakan aalah operator arah engan nterval suut 80 0, operator arah engan nterval suut 90 0, 3 operator arah engan nterval suut 60 0, 6 operator arah engan nterval suut 30 0 an 9 operator arah engan nterval suut 0 0. hasl segmentas akan htung akurasnya terhaap ctra groun truth sesua engan Persamaan. TP TN Akuras TP TN FP FN () Dmana: TP: Paa C anggap batas objek, paa C anggap batas objek TN: Paa C anggap bukan batas objek, paa C anggap bukan batas objek FP: Paa C anggap batas objek, paa C anggap bukan batas objek FN: Paa C anggap bukan batas objek, paa C anggap batas objek Gambar. Dagram Proses Segmentas engan Deteks Tep Kontur Berbass Pelacakan Target Secara Dnams Cara pengukuran tngkat akuras yatu engan menentukan kesamaan perpxel C an C.Selan tu ctra hasl segmentas lakukan pengamatan secara vsual untuk melhat jumlah objek alam ctra yang berhasl segmen. keluaran hasl percobaan paa ctra sntets apat lhat paa Gambar. Seangkan ata hasl segmentas paa ctra sntets tunjukkan oleh Tabel. Hasl uj coba menunjukkan bahwa algortma yang terapkan apat menghaslkan tngkat akuras segmentas yang cukup tngg. Dar ctra sntets yang uj, objek paa ctra berhasl segmen engan bak sehngga tak aa objek ctra yang terlewatkan. 5

6 Pengubahan parameter operator arah paa eteks tep juga mempengaruh hasl akuras segmentas. Tes MRI, eteks tep Canny engan an operator arah juga tak mampu melakukan segmentas objek ctra an gagal membentuk kontur tertutup. Gambar. Sntets Masukan; an Hasl Segmentas Dar Tabel apat lhat bahwa terja penurunan tngkat akuras segmentas paa penggunaan 3, 6 an 9 operator arah. Hal n sebabkan hasl eteks tep objek paa ketga operator arah tersebut menghaslkan gars yang lebh tebal sektar objek sehngga apat menghaslkan target sepanjang tep objek yang lebh banyak. Akbatnya, proses pelacakan target menghaslkan ttk-ttk kontur yang mempengaruh penambahan jumlah pxel tep paa ctra hasl segmentas sehngga apat mengurang tngkat akuras. Nama Sntets Sntets Tabel Hasl Segmentas Sntets Objek Operator Objek paa Arah Tersegmen Tngkat Akuras (%) , 6 97, Uj Coba Terhaap Tes MRI Paa uj coba n proses segmentas lakukan terhaap ctra tes MRI. Paa pengujan juga gunakan beberapa operator arah paa proses eteks tep untuk lhat haslnya paa ctra keluaran segmentas. Karena ctra tes MRI tak terapat groun truth, maka pengenalan jumlah objek alam ctra an jumlah objek hasl segmentas lakukan secara vsual. keluaran hasl percobaan paa ctra tes MRI apat lhat paa Gambar 3. Seangkan ata hasl segmentas paa ctra tes MRI tunjukkan oleh Tabel. Hasl uj coba menunjukkan bahwa jumlah operator arah paa eteks tep kembal mempengaruh hasl segmentas. Hal tersebut apat lhat paa Tes MRI, eteks tep Canny engan operator arah tak mampu melakukan segmentas objek ctra an gagal membentuk kontur tertutup. Sama halnya engan Gambar 3. Tes MRI Masukan; an Hasl Segmentas Secara keseluruhan, algortma pelacakan target tak mampu untuk melakukan segmentas otak bagan alam. Hal tu karenakan otak bagan alam banyak memlk sharp transton sehngga proses pelacakan target serng menympang an gagal membentuk kontur tertutup. Nama Tes MRI Tes MRI Tabel Hasl Segmentas Tes MRI Objek Operator Objek paa Arah Tersegmen Kontur Tertutup 0 Tak Ya 3 5 Ya 6 Ya 9 Ya 0 Tak 0 Tak 3 6 Ya 6 Ya 9 Ya 6.3 Uj Coba Terhaap MRI Paa uj coba n proses segmentas lakukan terhaap ctra MRI asl. Berbea engan ctra tes MRI yang merupakan ctra smulas atau ctra sntets, ctra MRI asl memlk perubahan graen erajat keabuan yang halus. Paa ctra MRI tak terapat groun truth. Oleh karena tu, pengenalan jumlah objek alam ctra an jumlah objek hasl segmentas lakukan secara vsual. keluaran hasl percobaan paa ctra MRI apat lhat paa Gambar. Gambar. MRI Masukan; an Hasl Segmentas 6

7 Paa uj coba n algortma pelacakan target tak mampu melakukan segmentas objek ar ctra MRI an membentuk kontur tertutup. Meskpun terja penngkatan kualtas vsual ctra serng engan bertambahnya jumlah operator arah paa eteks tep Canny, perbeaan erajat keabuan yang halus apat mempengaruh penentuan nla threshol yang gunakan alam proses pencaran ttk-ttk kontur yang baru. Sehngga preks arah yang apatkan an gunakan alam pelacakan target tak mampu membuat bentuk kontur yang tertutup. 6. Uj Coba Terhaap Gg Paa uj coba n proses segmentas lakukan terhaap ctra gg. Mrp engan karakterstk ctra MRI, ctra gg memlk perubahan graen erajat keabuan yang halus. Paa ctra gg tak terapat groun truth. Oleh karena tu, pengenalan jumlah objek alam ctra an jumlah objek hasl segmentas lakukan secara vsual. keluaran hasl percobaan paa ctra gg apat lhat paa Gambar 5. Gambar 5. Gg Masukan; an Hasl Segmentas Sama engan pengujan terhaap ctra MRI, paa uj coba n kembal menunjukkan bahwa algortma pelacakan target tak mampu melakukan segmentas objek ar ctra gg an membentuk kontur tertutup. Terja penngkatan kualtas vsual ctra serng engan bertambahnya jumlah operator arah paa eteks tep Canny. Namun, karakterstk ctra yang mlk yatu perbeaan nla erajat keabuan antara objek (foregroun) an bagan latar (backgroun) yang sekt apat mempengaruh penentuan nla threshol yang gunakan alam proses pencaran ttk-ttk kontur yang baru. Sehngga preks arah gunakan alam pelacakan target tak apat membuat bentuk kontur yang tertutup. Dar keempat percobaan yang lakukan, mula ar uj coba terhaap ctra sntets engan groun truth sampa engan uj coba terhaap ctra gg, terapat semacam kontraks antara hasl akuras segmentas engan hasl vsual. Dar uj coba apatkan sebuah kesmpulan bahwa semakn banyak jumlah operator arah paa eteks tep, semakn renah tngkat akuras segmentas. Hal n sebabkan engan bertambahnya jumlah operator arah, proses eteks tep apat menghaslkan gars yang lebh tebal sektar objek sehngga apat menghaslkan target sepanjang tep objek yang lebh banyak. Akbatnya, proses pelacakan target menghaslkan ttk-ttk kontur yang mempengaruh penambahan jumlah pxel tep paa ctra hasl segmentas sehngga apat mengurang tngkat akuras. Namun, paa saat yang bersamaan semakn banyak jumlah operator arah, semakn bak kualtas vsual hasl segmentas. Akbat kontraks nlah lakukan skenaro uj coba tambahan. Paa eteks tep lakukan operas thnnng sehngga hasl eteks tep berupa local maxma an tep objek merupakan tep sesungguhnya (true eges). Kemuan, hasl eteks tep akan banngkan engan ctra groun truth untuk htung akurasnya. Ketebalan gars tep objek ctra groun truth senr buat menja ua jens yatu ketebalan pxel an pxel. 6.5 Uj Coba Deteks Tep engan Thnnng Terhaap Sntets engan Groun Truth Paa uj coba n lakukan proses thnnng paa eteks tep sehngga hasl eteks tep berupa local maxma an tep objek merupakan tep sesungguhnya (true eges). Hasl eteks tep kemuan akan banngkan engan ctra groun truth untuk htung akurasnya. Paa percobaan pertama, lakukan eteks tep engan thnnng terhaap ua ctra sntets. Perbanngan hasl akan lakukan terhaap ctra groun truth engan ketebalan tep objek pxel. ata hasl eteks tep paa ctra sntets tunjukkan oleh Tabel 3. Tabel 3 Hasl Uj Coba Deteks Tep Terhaap Groun Truth Nama Operator Tngkat Akuras Arah (%) Sntets Sntets Dar hasl uj coba yang apatkan terhaap keua ctra sntets, tngkat akuras terhaap groun truth menngkat serng engan bertambahnya jumlah operator arah paa eteks tep. Hal n sesua engan penngkatan kualtas ctra hasl eteks tep yang semakn bak serng engan bertambahnya jumlah operator arah. Paa penggunaan,, 3 an 6 operator arah terja penngkatan tngkat akuras yang cukup sgnfkan. Namun, paa peralhan penggunaan ar 6 ke 9 operator arah penngkatan akuras yang haslkan tak sgnfkan, hanya berksar 0.06% saja. 6.6 Pembahasan Dar ata percobaan engan menggunakan beberapa ctra uj untuk proses segmentas, terlhat bahwa algortma pelacakan target mampu melakukan segmentas 7

8 objek engan bak engan tngkat akuras yang cukup tngg paa ctra sntets. Namun, ketka algortma terapkan paa ctra uj berupa ctra mes real mage, algortma pelacakan target tak mampu mengulang kehanalan performa sepert yang tunjukkan paa ctra sntets. Karakterstk ctra mes yang memlk nla erajat keabuan yang tak varatf (halus) apat mempengaruh proses awal segmentas yatu eteks tep. Peran eteks tep paa algortma pelacakan target yang berbass teknk ege-followng cukup vtal karena eteks tep menyeakan jalur untuk target kanat sepanjang jalur tep. Apabla eteks tep yang apatkan kurang bak, maka jumlah target kanat sepanjang jalur tep akan tereuks sehngga proses pelacakan target tak apat membentuk suatu kontur tertutup. Karakterstk erajat keabuan yang mlk ctra mes juga apat mempengaruh penentuan nla thresholng untuk menentukan target kanat an proses pencaran ttk-ttk kontur sehngga paa proses pencaran ttk kontur akan apatkan arah preks ttk kontur berkutnya yang tak sesua. Hal tersebut apat menyebabkan temukannya ttk-ttk kontur yang menympang ar jalur tep objek. Dar pengujan juga terlhat bahwa penngkatan jumlah operator arah paa proses eteks tep apat menngkatkan kualtas vsual paa proses segmentas. Hal n sebabkan engan bertambahnya jumlah operator arah, proses eteks tep apat menghaslkan gars yang lebh tebal sektar objek sehngga apat menghaslkan target sepanjang tep objek yang lebh banyak. Hal n ukung engan uj coba tambahan berupa eteks tep ctra engan thnnng terhaap ctra sntets. Paa uj coba tambahan, tngkat akuras eteks tep terhaap groun truth menngkat serng engan bertambahnya jumlah operator arah paa eteks tep. Hal n sesua engan penngkatan kualtas ctra hasl eteks tep yang semakn bak serng engan bertambahnya jumlah operator arah. Meskpun algortma pelacakan target yang mplementaskan alam makalah n belum apat melakukan segmentas ctra mes secara optmal, algortma n memlk kelebhan yatu seluruh proses segmentas lakukan secara otomats. Keterlbatan pengguna tak butuhkan alam penentuan ttk awal segmentas, penentuan thresholng an proses pelacakan target. 7 KESIMPULAN Dar uj coba yang telah lakukan an setelah melakukan analss hasl pengujan terhaap mplementas segmentas ctra mes engan algortma eteks tep kontur berbass pelacakan target secara nams n apat ambl beberapa kesmpulan, antara lan:. Algortma eteks tep kontur berbass pelacakan target secara nams apat melakukan seluruh proses segmentas ctra secara otomats. Hal n buktkan engan tak butuhkannya keterlbatan pengguna selama proses segmentas.. Penngkatan jumlah operator arah paa proses eteks tep apat memperbak kualtas vsual paa hasl segmentas. Hal n sebabkan engan bertambahnya jumlah operator arah, proses eteks tep apat menghaslkan gars yang lebh tebal sektar objek sehngga apat menghaslkan target sepanjang tep objek yang lebh banyak. 3. Tngkat akuras eteks tep terhaap groun truth menngkat serng engan bertambahnya jumlah operator arah paa eteks tep. Hal n sesua engan penngkatan kualtas ctra hasl eteks tep yang semakn bak serng engan bertambahnya jumlah operator arah.. Algortma pelacakan target yang kembangkan paa makalah n belum apat melakukan segmentas ctra mes secara optmal. Proses thresholng yang gunakan untuk pencaran an pembentukan kontur tertutup kurang hanal paa ctra yang memlk karakterstk nla erajat keabuan yang tak varatf. 8 SARAN Aapun saran yang sampakan penuls untuk pengembangan lebh lanjut ar makalah n antara lan:. Perlu lakukan pengembangan metoe pelacakan target yang lebh efektf, terutama alam proses penentuan nla thresholng sehngga apat menangan ctra engan karakterstk nla erajat keabuan yang tak varatf.. Perlu lakukan skenaro uj coba yang lebh varatf an menalam untuk menguj kehanalan an tngkat akuras algortma pelacakan target n. REFERENSI [] Fu, K. S. an Mu, J. K. [98]. A Survey on Image Segmentaton. Pattern Recognton 3-6. [] Teachng Moule from Laboratory of Computer Vson an Mea Technology [00]. Canny Ege Detector. Aalborg Unversty, Denmark. [3] Chen, Y. B. an Chen, Oscal T.-C. [003]. Robust Fully Automatc Segmentaton base on Mofe Ege-Followng Technque. Proc. of ICASSP, vol. 3, pp

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391

PRESENTASI TUGAS AKHIR KI091391 PRESENTASI TUGAS AKHIR KI09191 IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA RESONANSI MAGNETIK OTAK MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY C-MEANS YANG DIMODIFIKASI BERDASARKAN KORELASI ANTAR PIKSEL (Kata Kunc : Segmentas Fuzzy

Lebih terperinci

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT

BAB 1 RANGKAIAN TRANSIENT BAB ANGKAIAN TANSIENT. Penahuluan Paa pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang bahas aalah untuk kons steay state/mantap. Akan tetap sebenarnya sebelum rangkaan mencapa keaaan steay state,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 65 BAB IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penyaan Data Hasl Peneltan Data-ata hasl peneltan yang gunakan alam pengolahan ata aalah sebaga berkut: a. ata waktu kera karyawan b. ata umlah permntaan konsumen c. ata

Lebih terperinci

b) Sebaliknya : interaksi kalor antara sistem dan lingkungan yang harus berlangsung kuasistatik dan disertai kenaikan suhu,

b) Sebaliknya : interaksi kalor antara sistem dan lingkungan yang harus berlangsung kuasistatik dan disertai kenaikan suhu, I. KALOR DAN HKM KE-1 1.1 Kalor Dketahu ua sstem paa suhu berbea. Apabla kontakkan satu engan yang lan melalu nng atermk, ketahu bahwa suhu keua sstem akan berubah seemkan rupa sehngga akhrnya menja sama.

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES

PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES Prosng Semnar Nasonal Matematka an Penkan Matematka (SESIOMADIKA) 017 ISBN: 978-60-60550-1-9 Statstka, hal. 14-18 PENENTUAN UKURAN SAMPEL UNTUK SURVEY PILKADA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BAYES NENENG SUNENGSIH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) UNTUK OPTIMASI HASIL PERENCANAAN PRODUKSI

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) UNTUK OPTIMASI HASIL PERENCANAAN PRODUKSI Soft Computng, Intellgent Systems an Informaton Technology 2005 UK Petra Surabaya, 28 Jul 2005 APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) UNTUK OPTIMASI HASIL PERENCANAAN PRODUKSI Basuk Rahmat, Panca Raharanto,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kamus Buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, basanya dsusun menurut abjad berkut keterangan tentang makna, pemakaan, atau terjemahannya, kamus juga dsebut buku yang memuat

Lebih terperinci

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF PADA DAERAH BERSHADOWING

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF PADA DAERAH BERSHADOWING /7 OTIMASI LINTAS LAISAN ADA SISTEM KOMUNIKASI KOOERATIF ADA DAERAH BERSHADOWING Achma Yusuf 05 00 074 Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, Fakultas Teknolog Inustr, Jurusan Teknk Elektro Kampus ITS Sukollo,

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen.

BAB I PENDAHULUAN. suatu komputer digital [12]. Citra digital tersusun atas sejumlah elemen. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ctra dgtal merupakan ctra hasl dgtalsas yang dapat dolah pada suatu komputer dgtal [12]. Ctra dgtal tersusun atas sejumlah elemen. Elemen-elemen yang menyusun ctra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

V. DISTRIBUSI PERJALANAN

V. DISTRIBUSI PERJALANAN V. DISTRIBUSI PERJALANAN 5.. PENDAHULUAN Trp strbuton aalah suatu tahapan yang menstrbuskan berapa jumlah pergerakan yang menuju an berasal ar suatu zona. Paa tahapan n yang perhtungkan aalah :. Sstem

Lebih terperinci

Histogram Citra. Bab Membuat Histogram

Histogram Citra. Bab Membuat Histogram Bab 6 Hstogram Ctra I nformas pentng mengena s ctra dgtal dapat dketahu dengan membuat hstogram ctra. Hstogram ctra adalah grafk yang menggambarkan penyebaran nla-nla ntenstas pxel dar suatu ctra atau

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK ABSTRAK

STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK ABSTRAK STUDI DEMAND PENUMPANG TRANSPORTASI UDARA MENUJU DAN KELUAR KABUPATEN FAKFAK Wjayanto Mahasswa Magster Bang Keahlan Manajemen Dan Rekayasa Transportas Fakultas Teknk Spl an Perencanaan Insttut Teknolog

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. 18 Universitas Indonesia. Penggunaan non linier..., Arief Suwandi, FT UI, 2009

2. TINJAUAN PUSTAKA. 18 Universitas Indonesia. Penggunaan non linier..., Arief Suwandi, FT UI, 2009 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Goal Programmng Goal Programmng merupakan pengembangan ar Lnear Programmng. Dperkenalkan oleh Charnes an Cooper paa awal tahun 1960. Kemuan teknk n sempurnakan oleh Ijr paa pertengahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF UNTUK BINERISASI CITRA DOKUMEN BERWARNA

ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF UNTUK BINERISASI CITRA DOKUMEN BERWARNA Vol. 2, No. 2 Desember 2011 ISSN 2088-2130 ALGORITMA THRESHOLDING ADAPTIF UNTUK BINERISASI CITRA DOKUMEN BERWARNA Eka Mala Sar Rochman 1), Ratna Nur Tara Shanty 2), Dyah S Rahayu 3) Unverstas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III MODEL LINEAR TERGENERALISASI. Perkembangan pemodelan stokastik, terutama model linier, dapat dikatakan

BAB III MODEL LINEAR TERGENERALISASI. Perkembangan pemodelan stokastik, terutama model linier, dapat dikatakan BAB III MODEL LINEAR TERGENERALISASI 3.1 Moel Lnear Perkembangan pemoelan stokastk, terutama moel lner, apat katakan mula paa aba ke 19 yang asar oleh teor matematka yang elaskan antaranya oleh Gauss,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH DATA DAN LOKASI TRAFFIC COUNT TERHADAP ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN ARUS LALU LINTAS

PENGARUH JUMLAH DATA DAN LOKASI TRAFFIC COUNT TERHADAP ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN ARUS LALU LINTAS PENGARUH JUMLAH DATA DAN LOKASI TRAFFIC COUNT TERHADAP ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN KOTA BANDAR LAMPUNG BERDASARKAN ARUS LALU LINTAS Wwt Tr Rahayu 1 Abstract The more ata traffc count usng n process wth

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA INTERAKTIF MENGGUNAKAN REGION MERGING BERBASIS SIMILARITAS MAKSIMAL

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA INTERAKTIF MENGGUNAKAN REGION MERGING BERBASIS SIMILARITAS MAKSIMAL MAKALA EMINAR TUGA AKIR PERIODE JULI 00 IMPLEMENTAI EGMENTAI CITRA INTERAKTIF MENGGUNAKAN REGION MERGING ERAI IMILARITA MAKIMAL Ayu Arta Paramta Relga, andayan Tjandrasa, Anny Yunart 3 Teknk Informatka,

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II

SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOLUSI TUGAS MATA KULIAH STATISTIKA II SOAL : Suatu Peneltan dlakukan untuk menelaah empat metode pengajaran, yatu Metode A (ceramah d kelas), Metode B (mengajak dskus langsung dengan sswa), Metode C (ceramah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Perceptual Mapping Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Berdasarkan Sub Lapangan Usaha

Perceptual Mapping Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Berdasarkan Sub Lapangan Usaha SEMINAR SAISIKA FMIPA UNPAD 07 (SNS VI) Perceptual Mappng Kabupaten an Kota Jawa Barat Berasarkan Sub Lapangan Usaha t Purwanar, Yuyun Hayat Departemen Statstka Fakultas MIPA Unverstas Paaaran Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

RAY TRACING dan. Oleh : Karmilasari

RAY TRACING dan. Oleh : Karmilasari RAY TRACING dan RADIOSITY Oleh : Karmlasar RAY TRACING vs. RADIOSITY 2 Revew : ILUMINASI Secara umum dlhat dar fsknya, model lumnas menggambaran perpndahan energ dan radas fokus pada sfat sfat cahaya danmateral

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Prosdng SPMIPA. pp. 147-15. 006 ISBN : 979.704.47.0 EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Rta Rahmawat, I Made Sumertajaya Program Stud Statstka Jurusan Matematka FMIPA

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ONLINE CITRA DAUN BERDASARKAN FITUR BENTUK DAN RUAS DAUN

KLASIFIKASI ONLINE CITRA DAUN BERDASARKAN FITUR BENTUK DAN RUAS DAUN KLASIFIKASI ONLINE CITRA DAUN BERDASARKAN FITUR BENTUK DAN RUAS DAUN Agus Zanal Arfn 1, Bayu Bagus, Dn Adn Navastara 3 Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Informas Insttut Teknolog Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA

PENERAPAN METODE LINIEAR DISCRIMINANT ANALYSIS PADA PENGENALAN WAJAH BERBASIS KAMERA PENERAPAN MEODE LINIEAR DISCRIMINAN ANALYSIS PADA PENGENALAN AJAH ERASIS KAMERA Asep Sholahuddn 1, Rustam E. Sregar 2,Ipng Suprana 3,Setawan Had 4 1 Mahasswa S3 FMIPA Unverstas Padjadjaran e-mal: asep_sholahuddn@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci