BAB V ANALISA HASIL. Mengapa Defect tidak tertangkap pada proses pengecekan kualitas di atas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISA HASIL. Mengapa Defect tidak tertangkap pada proses pengecekan kualitas di atas"

Transkripsi

1 BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALYZE Clarify Problem Mengapa Defect tidak tertangkap pada proses pengecekan kualitas di atas konveyor output mesin? Gambar proses pengecekan kualitas surface part dapat dilihat di bawah ini. Gambar 5.1 Proses pengecekan kualitas di atas konveyor output mesin Root Cause Analysis (Fish Bone) Dari real problem yang didapatkan pada sub bab Measure Defect Tidak Tertangkap Di Proses Pengecekan Kualitas Di Atas Konveyor Output Mesin, dengan menggunakan pendekatan diagram sebab akibat untuk mencari root cause problemnya. 64

2 65 FISH BOND DIAGRAM 2 METHOD 1 MAN Proses cek menggunakan konyaku Dicek dengan metoda penggosokan surface Defect sulit terlihat Pengecekan dilakukan di atas konveyor yang bergerak Waktu pengecekan tidak cukup untuk seluruh surface part Pengecekan hanya zoning by zoning surface saja Tidak ada korelasi (Skill MP 75%) Quality Check surface DEFECT TIDAK TERTANGKAP DI PROSES PENGECEKAN KUALITAS DI ATAS KONVEYOR OUTPUT MESIN Pencahayaan sudah standard = 500 Lux Kecepatan konveyor sudah standard dengan Cycle masing masing Part Tidak ada korelasi Tidak ada korelasi Tidak ada korelasi ENVIRONMENT MATERIAL MACHINE Gambar 5.2 Diagram sebab akibat untuk penentuan root cause problem Dari gambar 5.2 diatas di dapatkan bahwa terdapat 2 root cause (akar masalah) yang terjadi, penjabaran masing masing root cause dapat dilihat di bawah ini : 1. Pengecekan dilakukan diatas konveyor yang bergerak Secara logika, proses pengecekan kualitas benda bergerak dengan benda diam pastilah berbeda. Benda bergerak akan cenderung lebih sulit pemastian kondisi kualitasnya dibandingkan dengan yang diam karena operator harus melakukan pengecekan dengan output produk yang terus bergerak, kemudian permasalahan lain

3 66 adalah area cek masing masing part luas, sehingga menimbulkan potensi muri (proses yang berlebihan beban). Artinya untuk memastikan seluruh part telah di cek kualitasnya sangat sulit. Untuk detailnya dapat dilihat di gambar 5.5 dibawah ini : LINE 2A MP di area konveyor output mesin Mark Function Total Main Job A Quality Gate 2 MP Check critical zone, Check Nobi & Ware B Checker 4 MP Check Surface All Part C Keeper 2 MP Handling Part ke pallet D Quality Inspection 1 MP Full Check of Part (Sampling check) TOTAL = 8 MP + (2 MP Quality Inspection) MURI " 4 MP (checker) selalu mengecek surface semua outer panel dengan menggunakan konyaku disaat konveyor terus berjalan Gambar 5.3 Image Proses pengecekan kualitas di atas konveyor line 2A Dari gambar diatas dilihat bahwa proses pengecekan terakhir dari setiap part ada di konveyor output mesin, jika dilihat di area tersebut membutuhkan banyak MP untuk melakukan proses pengecekan. Hal ini bisa mengakibatkan interference job (pekerjaan yang saling bersinggungan) sehingga secara safety maupun target pengecekan kualitas tidak begitu baik. Selain itu root cause utama yang menyebabkan

4 67 outflow bisa terjadi karena pengerjaan pengecekan harus dilakukan bersamaan dengan konveyor yang bergerak. Problem : C/T PART VS CHECKING TIME MURI PROCESS TIDAK DAPAT CEK SELURUH SURFACE DEFECT TIDAK BISA DI DETEKSI OPTIMUM DEFECT OUTFLOW KE NEXT PROSES Gambar 5.4 Permasalahan pengecekan diatas konveyor Contoh ilustrasi : OKO OKO70 Gambar 5.5 Image Problem Cycle time vs Checking Time (Muri Proses) Jika dilihat dari ilustrasi diatas dapat dilihat bahwa proses muri terjadi, dimana kondisi cycle output part sangat cepat dibanding dengan kondisi ideal untuk mengecek part.

5 68 Hal ini yang menyebabkan kondisi pengecekan tidak maksimal, pendekatan yang dilakukan di press shop adalah dengan menggunakan metoda zoning surface area, dimana masing masing MP memiliki tugas masing masing untuk melakukan pengecekan berdasarkan zoning area yang telah ditetapkan. II Portion MP 2 Portion MP 1 I II I Portion MP 4 Portion MP 3 Gambar 5.6 Zoning Check Area Engine Hood Fortuner Dari gambar 5.6 dapat dilihat bahwa part dibagi menjadi beberapa area kemudian dilakukan pembagian tugas check oleh MP yang ada di konveyor, namun problem berikutnya adalah meskipun telah dibagi zoning area check proses pengecekan masih tidak cukup waktunya dibandingkan dengan kecepatan cycle masing masing part OKO70.90MC OKO MC OKO OKO OKO60.70MCF Ideal Time Check Vs Cycle Time OKO20F Waktu Cek tidak cukup Ideal Checking Time at Conveyor (Sec) Cycle Time (sec) Gambar 5.7 Ideal Time check Vs Cycle Time

6 69 2. Proses Check menggunakan Konyaku Konyaku adalah sejenis batu gosok yang digunakan untuk mengecek kondisi surface part tidak ding ataupun dent (Defect). Cara penggunaan dengan menggosokan bagian yang kasar ke permukaan part, sehingga permukaan part terlihat jelas jika ada bagian yang terindikasi problem. (a) (b) Gambar 5.8 (a) Konyaku (b) Proses penggunaan konyaku di line Permasalahan timbul pada saat penggunaan konyaku : Pertama adalah pada saat melakukan pengecekan menggunakan konyaku operator mudah fatigue (lelah) karena proses penggosokan yang harus dilakukan berulang ulang. Contohnya : untuk mengecek satu area part ukuran medium (door) membutuhkan 3x proses penggosokan berulang dengan pressure gosok sebesar 0.5 kg. Jika satu kali proses lot nya adalah 400 pcs maka bisa didapatkan untuk sehari penggosokan dilakukan sebanyak 1200 untuk satu jenis part, kemudian jika sehari ada 20 sequence part yang di

7 70 produksi maka bisa di dapatkan untuk 1 MP harus melakukan penggosokan sebanyak kali penggosokan. Kedua adalah hasil setelah gosok sulit untuk di putuskan apakah kondisi tersebut terdapat Defect atau tidak dikarenakan harus berhadapan dengan kondisi benda kerja yang bergerak, sehingga tidak ada waktu untuk melihat kondisi part secara jelas. Ketiga adalah hasil gosok bisa menimbulkan problem / masalah baru, yaitu hasil setelah gosok dengan konyaku bisa menyebabkan part scratch jika terlalu berlebih pressure gosoknya. Keempat adalah selain mengenai problem kualiatas, berdasarkan VOC yang terdapat di bab 3, masalah lain adalah masalah Cost yang tinggi. Dimana penggunaan tool konyaku sangat boros selain itu harga dari tool tersebut juga tergolong mahal. 5.2 IMPROVE Solution Selection Matrix ROOT CAUSE 1 : Tabel 5.1 Tabel Root Cause 1 No Faktor Root Cause 1 Method Pengecekan dilakukan di atas konveyor yang bergerak Dari Root cause yang telah ditemukan diatas, dengan menggunakan Metoda Solution Matrix, dicari alternatif perbaikan yang optimal yang dapat menaggulangi root cause

8 71 sehingga permasalahan tidak terjadi kembali, berikut dibawah ini merupakan bentuk solution matrix untuk root cause Pengecekan dilakukan di atas konveyor yang bergerak : ` Tabel 5.2 Tabel Solution Matrix Root cause 1 No Idea Solusi Safety Effectiveness Productivity Time Cost Keuntungan Lain 1 Menambahkan X X Zoning MP untuk check dapat mengecek di dibagi - bagi area konveyor 2 Pengecekan di lakukan di atas meja inspeksi 3 Mengurangi kecepatan konveyor 4 Membuat line Konfirmasi area untuk Shell body Group X O X O Tidak memerlukan area tambahan O X X X X Bisa mengecek lebih fokus O O O Dapat digabungkan dengan proses Jundate Dari hasil Solution Matrix didapatkan bahwa untuk metoda solusi penanggulanggan Evaluasi X X X O root cause 1 adalah dengan Membuat Line Konfirmasi Area untuk Shell body Group dengan dikombinasikan proses Jundate Part di dalamnya. ROOT CAUSE 2 : Tabel 5.3 Tabel Root cause 2 No Faktor Root Cause 2 Method Proses cek menggunakan konyaku Dibawah ini merupakan bentuk Solution matrix untuk root cause Proses cek menggunakan Konyaku :

9 72 Tabel 5.4 Tabel solution Matrix Root cause 2 No Idea Solusi Safety Effectiveness Productivity Time Cost Keuntungan Lain 1 Menggunakan O X X X Tidak perlu Visual Mata saja menggunakan dalam proses tools pengecekan 2 Menggunakan sensing perabaan dengan tangan 3 Menggunakan oil check X X X X O Tidak perlu menggunakan alat bantu O O O Waktu proses singkat dan tidak perlu penggosokan berulang maupun Pressure besar Rancang Bangun Countermeasure Evaluasi X X O Line Konfirmasi Kualitas dan Jundate Shell Body Group Konsepnya adalah membuat area pengecekan offline setelah part di proses kemudian dilakukan pengecekan satu persatu kualitas nya ditambah dengan proses jundate (proses pengurutan sesuai dengan sequence permintaan next proses). Conveyor OK NG Store Outer N/G Area OK OK Confirmation Line & Jundate. Piercing. Minomi. Jundate. Repair Next Process _Welding_ Big Repair Feed back to Process Gambar 5.9 Flow Proses Line Konfirmasi Kulaitas dan Jundate Shell Body Group

10 73 Tujuan utama dari Line Konfirmasi Kualitas & Jundate adalah : a. Untuk Mengecek kualitas Outer Panel shell body group (100% check) b. Sebagai area proses Jundate sebelum dikirim ke next proses c. Sebagai area Repair jika ditemukan part defect Persiapan Area (Line Konfirmasi Kualitas & Jundate) Layout Sebelum : Gambar 5.10 Layout Press Shop Sebelum Gambar 5.10 menunjukan kondisi sebelum di relayout, dimana secara garis besar area press shop setelah proses mesin adalah area store part. Jika dilihat digambar atas menunjukan area store part output dari line 2A.

11 74 Layout Sesudah : Aktivitas Relayout store Part Press shop Offline Konfirmasi & Jundate Area Gambar 5.11 Layout Press Shop Sesudah Gambar 5.11 menunjukan layout press shop setelah dilakukan perubahan dimana proses terakhir dari Press shop adalah pengecekan di line Konfirmasi kualitas dan proses Jundate part. Area tersebut bisa didapatkan dengan cara melakukan perubahan area store part yang ada di Press shop sehingga didapatkan area khusus untuk proses pengecekan part dan jundate Perhitungan kalkulasi jumlah MP di area offline konfirmasi & Jundate : Pembuatan layout detail masing masing part berdasarkan data Cycle dan Target Takt time dari Next Proses (Welding). Sehingga untuk masing masing part di hitung terlebih dahulu cycle planningnya dan di bandingkan dengan

12 75 Takt time yang ada untuk mendapatkan jumlah orang ( MP) dan Pembuatan detail layout. o Takt time Welding = 1.75 Min = 105 second o Cycle planning masing masing part : (Dengan perhitungan cycle menggunakan stopwatch untuk masing masing langkah kerja yang disimulasikan kemudian di cacat angkanya) Tabel 5.5 Tabel Peritungan MP Line Konfirmasi & Jundate

13 76 Layout dan pengaturan MP : Setelah dilakukan perhitungan masing masing MP Line konfirmasi & Jundate, berikut ini detail mapping kerja dari masing masing MP : Roof, Engine Hood, dan Door Group (4MP) Gambar 5.12 Layout Roof, Engine Hood, dan Door Group Fender Group (1MP) Gambar 5.13 Layout Fender Group

14 77 Backdoor group (1MP) Gambar 5.14 Layout Backdoor group Proses Kerja di area Line Konfirmasi & Jundate Untuk proses kerja di area Line Konfirmasi & Jundate terbagi menjadi 3 bagian: 1. Handling Part (Yaitu Proses Loading dan unloading Part dari pallet ke dolly transfer).

15 78 Gambar 5.15 Handling Part 2. Pengecekan Surface & Repair (Yaitu Proses pengecekan kualitas permukaan part outer dan repair jika ditemukan problem. Untuk perbaikan cara pengecekan adalah dengan penggunaan Oil sebagai media pengganti konyaku untuk melakukan pengecekan). Oil yang digunakan adalah jenis oil tipe solar. Gambar 5.16 Proses pengecekan surface part dengan menggunakan solar oil Pada proses pengecekan Faktor Ergonomi kerja juga diperhatikan dalam perancangan line konfirmasi & Jundate, dengan menggunakan pendekatan antropometri data, sehingga alat bantu kerja (meja kerja cek) dapat sesuai dengan penggunanya.

16 79 berikut : Contohnya adalah untuk Door Outer group, Desain meja kerja sebagai 30 0 A C B B 1000 Gambar 5.17 Gambar desain meja Door Outer Group Untuk data Antropometri yang digunakan adalah : A 36 (panjang lengan). Untuk pembuatan lebar dari dudukan meja, perlu di compare juga dengan dimensi lebar dari part door. B 4 (tinggi kaki ke pinggang). Sebagai dudukan ketinggian dari meja, disesuaikan sejajar dengan pinggang operator karena pada bagian pertemuan

17 80 dengan meja ada fungsi rotate sehingga disamakan dengan ketinggian kaki ke pinggang. C 1 (tinggi dari kaki ke kepala). Sebagai batas ketinggian meja namun perlu di ketahui juga untuk ketinggiannya dipengaruhi juga dengan jarak dan derajat pantulan lampu (standard 30 0 dan jarak 1000mm) Data Antropometri Sampling MP : Tabel 5.6 Tabel Data Antropometri MP Line Konfirmasi & Jundate NO MP A (mm) B (mm) C (mm) 1 Mr. U Mr. V Mr. W Mr. X Mr. Y

18 81 Perhitungan data antropometri : Tabel 5.7 Antropometri Data A : NO MP A (mm) 1 Mr. X Mr. V Mr. U 624 Pengurutan data dari terkecil sampai terbesar Menggunakan Percentil 5% (Agar range terpendek bisa menjangkau area meja check) 4 Mr. Y Mr. W 629 R = P% x (N-1) R = 5% x (5-1) R = 5% x 4 R = 0.2 Np = FR x (Nir+1 Nir) + Nir Np = 0.05 x ( ) Np = Np = 619,05 Tabel 5.8 Antropometri Data B : NO MP B (mm) 1 Mr. V Mr. X Mr. W Mr. Y 819 Pengurutan data dari terkecil sampai terbesar Menggunakan Percentil 50% (Agar range tengah bisa menjangkau ketinggian area meja check) 5 Mr. U 821 R = P% x (N-1) R = 50% x (5-1) R = 50% x 4 R = 2 Np = FR x (Nir+1 Nir) + Nir Np = 0.5 x ( ) Np = Np = 809

19 82 Tabel 5.9 Antropometri Data C : NO MP C (mm) 1 Mr. V Mr. X Mr. W Mr. Y 1705 Pengurutan data dari terkecil sampai terbesar Menggunakan Percentil 20% (Agar range tengah bisa menjangkau ketinggian area meja check) base on Mr. U 1710 R = P% x (N-1) R = 20% x (5-1) R = 20% x 4 R = 0,8 Np = FR x (Nir+1 Nir) + Nir Np = 0.2 x ( ) Np = Np = 1650 Dari data antropometri didapatkan hasil desain meja check seperti gambar di bawah ini: Gambar 5.18 Alat bantu check kualitas Part (Meja Check)

20 83 3. Jundate adalah proses pengaturan sequence model sebelum di kirimkan ke next proses. Sebagai upaya untuk menjaga TPS agar berjalan dengan baik, dan mereduksi pengiriman part yang berlebih di next proses Proses Pengecekan di Area Konveyor Output mesin Setelah dibuatkan line konfirmasi dan jundate sebagai tempat untuk pengecekan 100% part hasil proses produksi untuk shell body group, maka di area konveyor dilakukan perubahan sistem, yaitu : Line 2A TOTAL 4 MP AT CONVEYOR + 1 MP QUALITY INSPECTION Gambar 5.19 Kondisi setelah perbaikan di area konveyor output mesin

21 84 Untuk proses pengecekan di output konveyor hanya dilakukan FML oleh quality dan random part oleh pihak produksi 1 pcs/pallet. Sebagai upaya untuk menggaransi hasil produk telah bagus kondisinya Perhitungan Cost & Benefit proses Line Konfirmasi dan jundate Dalam perancangan dan pembuatan Line Konfirmasi dan Jundate membutuhkan biaya (cost), general breakdownnya seperti berikut : Tabel 5.10 Cost Pembuatan Line Konfirmasi Kualiatas dan Jundate Kemudian dari hasil pengecekan kualiatas dan Jundate memberikan hasil yang sangat positif yaitu jumlah defect outflow ke next proses menjadi menurun. Seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini : PPM Grafik data outflow defect Outer part ke next Proses Avg /month : PPM Tahap study & Perbaikan Mar'13 Feb'14 Mar'14 Apr'14 May'14 Jun'14 Jul'14 PPM Start Line Konfirmasi & Jundate Gambar 5.20 Grafik evaluasi outflow data ke next proses (ppm)

22 85 Dari gambar 5.20 dilihat bahwa setelah dilakukan perubahan sistem kualitas, menjadikan proses berjalan dengan baik dan Outflow bulanan untuk Outer part shell body group dapat direduksi dari 287 Ppm menjadi 2 Ppm (update May 2015). Dimana kalau dilihat untuk penurunannya drastis terjadi dimana datanya seperti berikut: Before : Outflow 287 Ppm Pcs /year = avg 112 Pcs/month After : Outflow 2 Ppm 9 Pcs/year = avg pcs /month Saving = 111 Pcs /month Jika 1pcs outflow membutuhkan waktu repair rata rata 8 menit maka ManHour yang dibutuhkan adalah = 1 Mp x 8/60 H x 111 x Rate 1 x 0,13 x 111 x Rp = Rp /month Selain hal tersebut, perubahan dari konyaku menjadi oil solar juga berpengaruh besar terhadap cost saving proses, dimana untuk konyaku harganya mahal Rp /batang, kebutuhan perbulan rata rata 2 batang. Jadi cost perbulan yang harusnya dikeluarkan adalah 2 pcs x Rp = Rp Jadi total Cost reduction yang dihasilkan adalah Rp Rp = Rp /bulan Perhitungan Payback Period :...,...

23 CONTROL Setelah di lakukan aktivitas perubahan sistem pengecekan kualitas outer part, dari sebelumnya dilakukan langsung diatas konveyor output mesin menjadi di area pengecekan line konfirmasi dan jundate, menjadikan evaluasi untuk data outflow ke next proses berkurang bahkan turun drastik. Untuk menjamin agar keberlangsungan proses bisa berjalan dengan baik maka dibuatlah system untuk menjamin agar ketika ditemukan problem part di area line konfirmasi dan jundate langsung segera diinformasikan ke proses untuk segera dilakukan penanggulangan sehingga pada saat produksi berikutnya tidak terulang kembali permasalah yang sama, sistem tersebut dinamakan Feedback system. Kemudian dibuatkan pula SOP (Standard Operational Procedure) dan data data penunjang lainnya sebagai dokumentasi untuk pengontrolan line tersebut Feed back System Gambar 5.21 Press Feedback system

24 87 Dari gambar 5.23 diatas dilihat flow feedback system yang ada di line konfirmasi dan jundate, dimana jika ditemukan defect operator line langsung catat posisi defect, jenis defect kemudian segera difeedback ke proses belakang (line 2A) untuk segera di tanggulangi sehingga next lot produksi tidak timbul problem yang serupa kembali SOP Line konfirmasi & Jundate Proses dapat dikatakan baik apabila memiliki prosedur standard kerja yang sudah baku, disahkan atau di setujui proses kerja yang sesuai dengan standard oleh pimpinan kerja sertadipahami oleh keseluruhan member baik yang berada di shift yang sama maupun di rekan shift. Gambar dibawah ini merupakan contoh SOP yang ada di area Line Konfirmasi dan Jundate. Gambar 5.22 SOP Line Konfirmasi & Jundate Door group

25 TSK & TSKK Line konfirmasi & Jundate Selain standar kerja atau SOP, proses yang baik juga harus memiliki dokumentasi proses kerja step by step kemudian data cycle juga diperlukan, berikut ini data TSK (Tabel standar kerja) dan TSKK (Tabel standard kerja kombinasi). Gambar 5.23 TSKK Line Konfirmasi & Jundate Door group Gambar 5.24 TSK Line Konfirmasi & Jundate Door group

BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA 4.1 Proses Press Proses Press adalah proses pencetakan lempengan baja dengan memanfaatkan gaya tekan untuk merubah lempengan tersebut menjadi bentukan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Menentukan Tema PT. Akebono Brake Astra Indonesia (PT. AAIJ) adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri otomotif, produk yang diproduksi disini adalah brake

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair. BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Diagram Proses Pembuatan Frame Body Comp Marking Front Frame Rear Frame General Assy Stay Body Cover Permanent 1 Permanent 2 Permanent 3 Permanent

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun mayor dan minor penyebab terjadinya produk cacat untuk part PH 031 pada tahun BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Produk Cacat Part PH 031 Tahun 2015 Berdasarkan data produk cacat tahun 2015 yang tersaji pada bab sebelumnya, maka dibuat analisa data untuk lanjutan untuk mengetahui faktor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini terpusat di departemen produksi 2 tempat berlangsungnya proses polishing. Dalam departemen produksi 2 terdapat empat line yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Flow Process PT. ADM divisi Stamping Plant Start Press Line IRM 2A Line Single Part 3B Line Logistik PPC 4A Line Press Inspection Door Assy Inspection Dies Maintenance

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN Iswahyudi Dwi Nurcahyo; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Tahap analisis pemecahan masalah merupakan tahap untuk menemukan root cause, memberikan ide dan melakukan perbaikan terhadap cacat yang terjadi dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools

BAB V ANALISA HASIL. tersebut dengan menggunakan semua tools yang ada di New Seven Tools BAB V ANALISA HASIL 5.1 Tahap Analisa Setelah mengetahui dan menemukan banyaknya kerusakan yang ditemukan pada proses produksi, maka anggota team perbaikan yang terdiri dari Industrial Enggineering, Quality

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Metodologi penelitian ini berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Desain Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasi, penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role)

VII. PEMBAHASAN. A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) VII. PEMBAHASAN A. Aspek Umum (Membuat Usulan Perbaikan pada Sistem On The Job Development pada Pelatihan GL s Role) Visi PT. TMMIN adalah untuk mencapai Jiritsuka 2012, yaitu kemandirian dalam produksinya

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 44 BAB 4 PENGOLAHAN DATA PENELITIAN 4.1 Sejarah Singkat PT. TMMIN Casting Plant dalam Memproduksi Camshaft Casting plant merupakan pabrik pengecoran logam untuk memproduksi komponen-komponen mobil Toyota.

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam Analisa untuk pengurangan waktu proses mesin peleburan material logam ini, dilakukan pengukuran waktu secara langsung dengan menggunakan stopwatch. Secara lengkap,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi BAB V ANALISA HASIL Dalam bab ini akan membahas tentang analisa hasil pengendalian proses yang sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi pada proses powder coating

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT.Palingda Nasional adalah perusahaan yang memproduksi VELG untuk kendaraan kategory 2-3 atau biasa digunakan oleh Truk & Bus. Velg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Why Statistic? Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 00% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 9 detik Cycle time produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008 LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008 PROSES No JENIS DEFECT JAN FEB MAR APR 1 Tidak Sempurna 5,614 5,582 5,839 6,397 2 Coating NG 1,903 2,141 1,943 2,538 3 Pinhole 892 901 289 3,548 4 Misrun (Bolong)

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4% BAB V ANALISA 5.1 Analisa Current State Value Stream Mapping (CVSM) Value stream mapping merupakan sebuah tools untuk memetakan jalur produksi dari sebuah produk yang didalamnya termasuk material dan informasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006.

BAB 4 Analisis Data. Grafik 4-1 : Jumlah produksi selama periode Januari~Desember 2006. BAB 4 Analisis Data 4.1. Pengumpulan data 4.1.1. Data produksi bulanan Adapun jumlah produksi selama periode tahun 2006 adalah sebagai berikut : 5000000 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000

Lebih terperinci

Kelemahan Sistem Sampling

Kelemahan Sistem Sampling Kelemahan Sistem Sampling Sampling tanpa melalui proses evaluasi variasi berpotensi mengakibatkan produk defect terkirim ke Customer. Produk reject yang terkirim berasal dari produk antar inspection 8.00

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Tujuan Untuk menjelaskan standar operasional umum di Mold Maintenance Group. Ruang Lingkup Mencakup mold issuing, mold returning, penerimaan mold problem,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah yang digunakan untuk penelitian penurunan hasil Fabric Width Utilization adalah dengan menggunakan metode Penyelesaian Masalah Six Sigma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Pengendalian..., Dina, Fakultas Teknik 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri saat ini semakin kompetitif setelah dibukanya pasar bebas, untuk memenangkan kompetisi dengan industri sejenis perusahaan harus memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data : Identifikasi Masalah Studi Pustaka Menentukan Tujuan 8 Langkah dan 7 Tools 1. Menentukan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 35 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data PT.Inti Pantja Press Industri memiliki flow process dalam penangan produk ( press part ) yang berlaku untuk semua produk sebelum dikirim

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu, dilakukan pengenalan istilah-istilah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Penyelesaian Masalah Model penyelesaian masalah Analisis Kelayakan Proyek Pelepasan Bushing pada proses Die Casting adalah sebagai berikut:. Gambar 3.1 Model Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. /Design Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksplanatif yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil & Analisa Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 29 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penjelasan Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun 2007 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang mampu mendominasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa 5.1.1 Analisa Kondisi yang Ada Dari Target yang telah ditetapkan, untuk mencapai hal tersebut dilakukan analisa terhadap kondisi-kondisi yang ada (genba lapangan) di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PENGUMPULAN DATA : MENURUNKAN RATIO NG. HURT ON HEAD DI MESIN COLD FORGING 1

BAB IV HASIL DAN PENGUMPULAN DATA : MENURUNKAN RATIO NG. HURT ON HEAD DI MESIN COLD FORGING 1 BAB IV HASIL DAN PENGUMPULAN DATA 4.1 Nama Qcc Berikut ini nama QCC dan Keterangan singkat di pabrik Denso Indonesia: DENSO INDONESIA CERIA 2 NAMA QCC : CERIA 2 TEMA : MENURUNKAN RATIO NG. HURT ON HEAD

Lebih terperinci

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CAA MELAKUKAN PEHITUNGAN STATISTIK TAPI MENGAJAKAN KONSEP STATISTIK SECAA MENDALAM, APLIKASI STATISTIK, TEMASUK TEKNIK SAMPLING DISETAI VIDEO SIMULASI, STUDI KASUS

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juni di Sunter Plant 1 yang bertempat di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Inti Pantja Press Industri merupakan salah satu perusahaan yang tergabung dalam group Astra Motor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN

ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN ANALISA PENURUNAN WAKTU PROSES BARITORI CAMSHAFT DENGAN METODE 6 STEP STANDARDIZED WORK DI PT.TMMIN Anak Agung Gede Ngurah Arika Dwiyana Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak PT. Toyota

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Selain teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya, maka pada bab ini akan pula dijabarkan tentang metodologi dari penelitian yang dilakukan. Untuk mencapai penelitian yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Abstrak Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap Tahun 2006 / 2007 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN NEW LINE 1 WELDING FRAME BODY COMP PT ASTRA HONDA MOTOR, PABRIK

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE CIRCLE DIBENTUK PERIODE JUMLAH THEMA UMUR RATA-RATA JUMLAH PERTEMUAN JAM PERTEMUAN KEHADIRAN RATA-RATA

PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE CIRCLE DIBENTUK PERIODE JUMLAH THEMA UMUR RATA-RATA JUMLAH PERTEMUAN JAM PERTEMUAN KEHADIRAN RATA-RATA /2 PROFIL PERUSAHAAN KEGIATAN CIRCLE PERUSAHAAN DEPARTEMEN SEKSI FASILITATOR KETUA CIRCLE SEKRETARIS JUMLAH ANGGOTA : PT. Takagi Sari Multi Utama : Quality Control : Quality Control : Iwan Muhdi : Sokhib

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam menunjang efektifitas dan efisiensi produksi di perusahaan adalah manpower factor (faktor tenaga kerja). Faktor tenaga kerja meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan IGP Group dimulai dengan berdirinya PT.GKD pada tahun 1980 dengan Frame Chassis dan Press Part sebagai bisnis utamanya. Menjawab

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan diagram pareto untuk mengetahui cacat terbesar yaitu cacat produk salah ukuran yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Multikarya Sinardinamika berdiri pada Desember 1990 dan mulai beroperasi pada Januari 1991. Perusahaan

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGATUR CYCLE SUPPLY PART KE LINI PRODUKSI DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA

PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGATUR CYCLE SUPPLY PART KE LINI PRODUKSI DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Volume 2 No.1 Januari 2017 Website : www.journal.unsika.ac.id Email : barometer_ftusk@staff.unsika.ac.id PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MENGATUR CYCLE SUPPLY PART KE LINI PRODUKSI DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Studi Pendahuluan Observasi lapangan / analisa kondisi yang ada & Analisa Manajemen Strategi : (Analisa EFAS - IFAS, SWOT & QSPM) PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa hasil data Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data maka akan dianalisa untuk menentukan prioritas perbaikan item dari problem sehingga akan diperoleh

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. XST adalah perusahaan PMA yang bergerak dibidang produksi komponen elektronik konektor & terminal yang berorientasi ekspor. Agar tetap eksis menghadapi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan. yang diperlukan dalam suatu penelitian. BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Definisi Dalam pelaksanaan penelitian, serta untuk mempermudah menyelesaikan persoalan yang dihadapi, maka perlu diuraikan terlebih dahulu langkah-langkah yang diperlukan

Lebih terperinci

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma 3 2.6771 2.5 2.2074 2.3429 2.4171 2 No. Jenis Komponen %Defect DPO DPMO Nilai Sigma 1 Plate 0.48 0.24 240000 2.2074 2 Bracket 0.40 0.2 200000 2.3429 3 Stiffener 0.24 0.12

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Permasalahan yang Terjadi Sebelum improvement, di bagian produksi coklat compound terdapat permasalahan yang belum dapat diketahui. Proses grinding coklat compound

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Dari penelitian menerangkan bahwa, Perancangan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prosedur dan prinsip

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Sorting process ( proses manual ) Proses kerja sortir di area finishing-sortir sudah ada sejak awal berdirinya perusahaan dan tidak dapat dihindari sebagai salah satu dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci