BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi

1 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model dan Teknik Penyelesaian Masalah Model pengatasan masalah reject dapat digambarkan sebagai berikut: STUDI PUSTAKA TUJUAN PENELITIAN OBSERVASI PERUSAHAAN 1. LAPORAN BULANAN SEKSI 2. DATA REJECT SEKSI 3. DATA GANTI TOOL 4. DATA COOLANT MENENTUKAN TEMA MASALAH PENGUMPULAN DATA CHECK SHEET CONTROL CHART PARETO DIAGRAM PENGOLAHAN DATA A

2 62 A MENCARI FAKTOR DOMINAN FISHBONE DIAGRAM ANALISA MASALAH PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH PELAKSANAAN PERBAIKAN MATRIKS DIAGRAM T EVALUASI & TEMUAN HASIL PERBAIKAN Y Q-C-D-S-M GRAPHS STANDARISASI REKOMENDASI, KESIMPULAN & SARAN Gambar Model Penyelesaian Masalah

3 63 Berikut ini penjelasan mengenai model pengatasan masalah: Studi Pustaka Dalam pengatasan pemecahan masalah ini diperlukan suatu studi pustaka guna mendapatkan data yang akurat untuk dianalisa lebih lanjut. Studi pustaka yang dilakukan yakni berupa laporan bulanan Seksi Cylinder Comp 3, data reject harian, data ganti tool dan data konsentrasi coolant. Laporan bulanan seksi tersebut, datanya saling linked dengan laporan harian seksi dan data reject harian. Pada laporan bulanan tersebut akan memiliki mark (tanda) sesuai pencapaian target. Bila pencapaian tidak sesuai target yang ditetapkan maka penelusuran ke data reject harian, data ganti tool dan data konsentrasi coolant. Tujuan utama pengatasan pemecahan masalah adalah menurunkan reject proses seksi melalui perbaikan (improvement) sehingga target yang telah ditetapkan seksi dapat terpenuhi. Dalam melakukan pengatasan pemecahan masalah tersebut dilakukan observasi lapangan pada PT. Astra Honda Motor (AHM) di seksi Machining (MC) Cylinder Comp 3, Plant 3 Cikarang Menentukan Tema Masalah Setelah melakukan observasi lapangan maka tahap selanjutnya menentukan tema masalah dari hasil observasi lapangan dan studi pustaka. Data yang diperoleh melalui studi pustaka disesuaikan dengan fakta yang ada di lapangan guna memperjelas ke mana kita akan melangkah. Bila telah mendapatkan data yang tepat

4 64 untuk diolah maka ditetapkan tema masalah untuk pengatasan pemecahan masalah yang ada di seksi tersebut Pengumpulan Data Munculnya reject face kasar Cylinder Comp yang cukup banyak maka penulis mengambil inisiatip untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat yang dapat diolah, penulis melakukan observasi dan pengumpulan data pada Seksi Cylinder Comp. Data-data tersebut berupa tabel reject bulanan seksi yang kemudian di-pareto-kan, check sheet yang relevan terhadap masalah tersebut serta peta kendali kontrol berupa control chart. Penulis melakukan pengumpulan, pemilihan dan mencari faktor-faktor apa saja yang menyebabkan reject tersebut cukup banyak Pengukuran Data Setelah melakukan pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat selanjutnya penulis melakukan pengukuran data. Penulis mengambil beberapa literatur bahwa yang menyebabkan reject face kasar ada beberapa faktor yakni; konsentrasi coolant, life time tool, jenis tool yang dipergunakan), feeding tool (proses pemakanan tool terhadap part/benda), ketebalan part sebelum diproses turning digunakan (kondisi part blank casting), sudut buang pemakanan tool. Dalam memecahkan penelitian ini penulis menggunakan tools pendekatan pengendalian kualitas untuk membantu menganalisa masalah yang sedang terjadi.

5 65 Metode pendekatan tersebut meliputi; check sheet, diagram pareto dan X R control chart Pengolahan Data Setelah melakukan pengukuran data, langkah selanjutnya pengolahan data. Data-data yang terlah diperoleh berupa data reject bulanan yang telah di-pareto-kan, check sheet yang relevan dan peta kendali berupa control chart diolah sehingga mendapatkan beberapa hipotesis untuk dapat diuji kebenarannya. Pengujian tersebut berupa analisis dengan mengedepankan faktor-faktor apa saja yang mempengaruh timbulnya masalah tersebut Identifikasi Masalah Setelah memperoleh beberapa informasi di atas, penulis menduga bahwa yang menyebabkan reject Cylinder Comp cukup banyak yakni life time tool dan sudut buang pemakanan tool. Hal tersebut dikarenakan sangat berperan besar terhadap hasil proses turning. Konsentrasi coolant relatif stabil karena setiap harinya dilakukan pengecekan konsentrasi coolant, jenis tool yang digunakan pada mesin turning merupakan satu paket dalam satu unit mesin dan telah distandarkan oleh Engineering. Feeding tool (proses pemakanan tool terhadap part/benda) pada mesin bisa dikatakan selalu tetap walaupun feeding tool bisa di-adjust tetapi dalam proses produksi, kinerja mesin selalu terkontrol oleh Teknisi dan Quality Control Line (QCL) serta Engineering. Sedangkan ketebalan part sebelum diproses turning digunakan (kondisi

6 66 part blank casting) dapat dikatakan masih dalam kondisi standar. Lagi pula kondisi part blank casting sulit terkontrol dikarenakan diluar Seksi Machining Cylinder Comp Mencari Faktor Dominan dari Masalah Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menentukan masalah utama yang sangat berpengaruh terhadap penurunan produktifitas dan kualitas. Dalam menentukan masalah utama sebaiknya perlu diperhatikan apakah masalah tersebut dapat langsung diselesaikan atau tidak. Biasanya diberikan suatu bobot rating untuk menentukan prioritas masalah utama tersebut. Dalam mencari faktor dominan dari masalah yang terjadi, penulis menggunakan diagram sebab-akibat atau yang biasa dikenal dengan fish bone diagram. Pada fish bone diagram akan diketahui secara rinci akar-akar masalah yang menyebabkan munculnya masalah ke permukaan Analisa Masalah Selanjutnya menginjak pada tahap analisa masalah, metode yan dipergunakan adalah metode five why yakni dengan bertanya lima kali mengapa masalah itu terjadi sehingga kemudian dapat diperoleh akar penyebab dari masalah tersebut. Salah satu tools yang dapat menggambarkan dari masalah di atas yakni fish bone (tulang sebabakibat) yang berfungsi sebagai tools pencari akar penyebab masalah secara jelas.

7 Perencanaan Penyelesaian Masalah Tahap ini dilakukannya penyusunan rencana penyelesaian masalah dengan menggunakan metode 5 W 1 H (What, Why, When, Where, Who, How) yaitu Dimana rencana tersebut dilaksanakan, Kapan rencana tersebut dilaksanakan, Apa yang akan dilakukan untuk melaksanakan rencana tersebut, Mengapa rencana tersebut dilaksanakan dan Bagaimana penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan. Siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Metode ini dilakukan dalam proses-proses produksi pada bagian machining yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap timbulnya reject atau penurunan produktifitas Pelaksanaan Perbaikan Setelah rencana penyelesaian masalah disusun maka tahap selanjutnya ialah melakukan tahap perbaikan/improvement. Pada tahap ini perlu ditanamkan sikap kerja 5K2S yakni Kebersihan, Kerapihan, Keindahan, Ketertiban, Kedisiplinan, Semangat Kerja dan Safety. Hal ini untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada diri pekerja dan mempermudah mengenali masalah sehingga setiap pekerja dapat mengimplementasikan peningkatan produktifitas dengan sungguh-sungguh yang dimulai dari dirinya sendiri. Langkah ini sangat penting dalam mendukung produktifitas.

8 Evaluasi dan Temuan Hasil Perbaikan Setelah melakukan perbaikan maka diperlukan evaluasi terhadap hasil perbaikan yang telah dilakukan. Perbaikan tersebut apakah telah mengatasi masalah yang sedang diatasi ataukah menimbulkan efek samping terhadap masalah yang sedang terjadi. Dalam memantau hasil perbaikan diperlukan data reject bulanan setelah dilakukan perbaikan yang kemudian dibuat grafik sehingga memudahkan dalam membacanya. Bila perbaikan yang telah dilakukan menunjukkan kesuksesan terhadap masalah yang sedang diatasi maka perlu dievaluasi dengan Quality, Cost, Delivery, Safety, Moral terhadap perusahaan yang dibandingkan sebelum dengan sesudah perbaikan. Bila mengalami kegagalan maka akan kembali ke langkah perencanaan penyelesaian masalah yang dinamakan temuan hasil perbaikan. Adanya temuan karena efek dari hasil perbaikan yang belum tuntas terhadap akar penyebab masalahnya. Temuan juga memiliki critical point yang berbeda dibanding dengan masalah yang muncul pertama kalinya, tetapi memiliki jenis masalah/reject yang sama Standarisasi Bila penyelesaian masalah telah diatasi maka diperlukan suatu standarisasi. Hal terebut diperlukan untuk pen-standar-an dalam melakukan kerja yang disepakati bersama guna memperoleh kepentingan bersama pula. Standarisasi bisa berupa SOP (Standard Operation Procedure) baru atau standar spesifikasi baru. Agar standar tersebut terpelihara dengan baik maka semua dibukukan dalam Dokumentasi Standar

9 69 Baru yang bersifat; mudah dipelajari dan dimengerti, mudah dipantau, terbuka dan mudah untuk ditingkatkan lagi, mengandung tolok ukur untuk deteksi bila terjadi deviasi/penyimpangan dan waktu mulai diberlakukan Rekomendasi dan Kesimpulan Setelah melakukan perbaikan masalah kemudian dapat ditarik kesimpulan dari penyelesaian tersebut yang diperoleh dari analisa masalah. Penyebab utama dari masalah tersebut telah jelas dan diketahui sehingga cara mengatasinya juga akan lebih tepat. Dan hasil mengatasi masalah tersebut direkomendasikan sebagai penyelesaian masalah yang efektif dan efisien. 3.2 Teknik Pengambilan Data Dalam pengumpulan data, dilakukan dengan cara teknik sampling dimana data diperoleh dari seksi Machining Cylinder Comp 3 pada Departemen Produksi 3.3. di PT. Astra Honda Motor. Data yang dikumpulkan berupa: Laporan bulanan seksi. Data reject harian seksi. Roughness part. Flatness part X-R Control Chart. Data ganti tool. Data konsentrasi coolant.

10 70 Ketinggian part. Ketebalan part. Teknik sampling tersebut dilakukan per shift untuk flatness dan roughness part sedangkan untuk ketinggian dan ketebalan part dilakukan setiap ganti tool yakni setiap 200 kali proses.