Alumni Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian IPB 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Alumni Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian IPB 2"

Transkripsi

1 ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEMBANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KELURAHAN KEBON PEDES, KOTA BOGOR Syafrudn Mandaka 1 dan M. Parulan Hutagaol 1 Alumn Program Stud Manajemen Agrbsns, Departemen Ilmu-lmu Sosal Ekonom, Fakultas Pertanan IPB Staf Pengajar Departemen Ilmu-lmu Sosal Ekonom, Fakultas Pertanan IPB ABSTRACT Nowadays, the Indonesan local demand of whmscal and fresh mlk hasn t fulflled yet by ts cattle cow breedng subsector and local mlk ndustres. It s caused by the reason of less amount of dary cows populaton whch s domnated by small scale cattle cow breedng so that understandng about the expanson of dary farmng s mportant n determnng the sutable credt scheme for each dary scale farmng. Ths paper s an attempt to solve problems whch common happen n dary farmng, enclosng proft functon, relatve economy effcency, and credt scheme for expanton of cattle cow breedng. The study was condusted n Kebon Pedes vllage, whch s known as one of central dary cows producton area n Bogor Cty. Ths study of case used tools such as The Unt Output Prce Proft Functon (UOP) model, ncome analyss, and also cashflow. The fndng shows that the small dary farmng less proftable relatvely compared wth the mddle and bg dary farmng. Key words: dary cows, credt scheme, dary farmng ABSTRAK Permntaan komodtas susu masyarakat Indonesa sampa saat n mash belum terpenuh oleh subsektor peternakan dan ndustr pengolahan susu dalam neger. Konds n terjad akbat pada umumnya skala usaha peternakan sap perah d Indonesa mash kecl-kecl sehngga menyebabkan mash rendah populas jens ternak n. Oleh sebab tu sangat pentng untuk mendalam mengena masalah pengembangan skala usaha peternakan sap perah rakyat. Makalah n berupaya memecahkan permasalahan yang terdapat dalam kegatan usahaternak sap perah, melput fungs keuntungan, efsens ekonom dan skema kredt untuk pengembangan usaha peternakan sap perah rakyat. Peneltan dlakukan d Kelurahan Kebon Pedes Kota Bogor yang merupakan sentra produks susu sap segar d wlayah Bogor. Stud kasus n menggunakan alat analss berupa model fungs keuntungan Unt Output Prce Proft Functon (UOP) dan analss pendapatan serta cashflow. Hasl peneltan n menunjukkan bahwa usaha peternakan sap perah skala kecl relatf kurang menguntungkan dbandngkan dengan usaha peternakan skala menengah dan besar. Kata kunc : sap perah, skema kredt, peternakan sap perah rakyat ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 191

2 PENDAHULUAN Kebutuhan akan susu masyarakat Indonesa sampa saat n mash belum terpenuh secara bak oleh subsektor peternakan dan ndustr pengolahan susu dalam neger. Hal n terlhat dar pertumbuhan produks susu rata-rata negatf, yatu sebesar 0,4 persen, sementara konsums susu mempunya pertumbuhan rata-rata postf (41,39%). Produks susu mula mengalam pertumbuhan negatf sejak tahun 1998 sebesar 8,73 persen, saat krss ekonom melanda Indonesa. Krss tersebut telah menyebabkan penngkatan baya faktor-faktor produks usahaternak sehngga banyak peternak yang berhent atau bergant usaha. Konsums susu sempat berkurang saat krss ekonom mengalam puncaknya (1998), yatu dar ton pada tahun 1997 menjad ton pada tahun 1998 akbat penurunan daya bel relatf konsumen, namun segera menngkat kembal sebesar ton pada tahun Impor susu dlakukan untuk memenuh kelebhan permntaan (excess demand) yang terjad. Angka pertumbuhan mpor susu rata-rata menngkat sebesar 88,14 persen pada perode Usaha peternakan sap perah d Indonesa ddomnas oleh usahaternak sap perah skala kecl dan menengah. Menurut Erwdodo (1993) dalam Ratnawat (00), usahaternak sap perah Indonesa memlk komposs peternak skala kecl (kurang dar 4 ekor sap perah) mencapa 80 persen, peternak skala menengah (4-7 ekor sap perah) mencapa 17 persen, dan peternak skala besar (lebh dar 7 ekor sap perah) sebanyak 3 persen. Dengan rata-rata pemlkan sap sebanyak 3-5 ekor per peternak, tngkat efsens usahanya mash rendah. Jka skala kepemlkan ternak tersebut dtngkatkan menjad 7 ekor per peternak, maka dharapkan akan dapat menngkatkan efsens usaha sektar 30 persen (Swastka et ai., 000) Dar komposs peternak tersebut, sumbangan terhadap jumlah produks susu segar dalam neger adalah 64 persen oleh peternak skala kecl, 8 persen oleh peternak skala menengah, dan 8 persen oleh peternak skala besar (Erwdodo, 1993 dalam Ratnawat,00)). Sebagan besar (96 persen) usahaternak sap perah merupakan usaha utama dan pokok. Bahkan d Jawa Barat, 64 persen usahaternak sap perah merupakan usaha utama, 36 persen usaha pokok, dan tdak dtemukan usahaternak sap perah sebaga usaha samblan. Keclnya skala usaha kelompok masyarakat peternak d Kelurahan Kebon Pedes yang domnan dsebabkan oleh kepemlkan modal peternak yang terbatas sehngga berakbat pada rendahnya pendapatan yang dterma. Tngkat pendapatan berkatan dengan tngkat keuntungan optmal, sehngga terkat dengan upaya pencapaan keuntungan yang optmal, maka peternak harus memaham aspek-aspek tekns dan ekonoms produks. Tngkat efsens tekns produks pada umumnya telah mampu dcapa oleh peternak. Hal yang menjad Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

3 masalah adalah justru pada tngkat efsens ekonoms produks. Inefsens ekonoms dalam kegatan produks usahaternak sap perah dcermnkan oleh laju pertumbuhan pendapatan peternak yang relatf rendah. Poss peternak berada pada poss yang tdak menguntungkan dan usahanya hanya memberkan nla tambah yang kecl. Hal n dperburuk dengan kekuatan monopol yang dhadap peternak d pasar nput serta kekuatan monopson d pasar output usahatan ternak yang berakbat pada harga output yang dterma peternak tetap relatf rendah, sedangkan harga nput yang dbayar oleh peternak cenderung mahal (Saragh, 000). Menurut laporan peneltan Swastka et al. (000), saat n belum terseda kredt murah (sepert KUT untuk tanaman pangan) bag usahaternak sap perah. Hal n merupakan salah satu penyebab keclnya skala usaha d tngkat peternak. Dengan produks susu yang bersfat haran, maka secara teorts pengembalan kredt oleh peternak seharusnya akan jauh lebh mudah dan lebh terjamn dbandngkan dengan KUT pada tanaman pangan, terutama apabla peternak tersebut adalah anggota koperas dmana akan lebh mudah dalam proses penaghan. Bahkan, peternak mempunya jamnan berupa ternak yang bsa djadkan jamnan pembayaran. Peneltan n bertujuan untuk melakukan analss fungs keuntungan, efsens ekonom relatf, dan kemungknan skema kredt bag pengembangan skala usaha peternakan sap perah rakyat. METODE PENELITIAN Kerangka Analss Usahaternak sap perah yang djalankan oleh kelompok masyarakat peternak d Kelurahan Kebon Pedes, Kotamadya Bogor sampa saat n mash ddomnas oleh usaha peternakan sap perah skala kecl dan menengah namun telah bersfat komersal. Karena telah bersfat komersal, maka salah satu tujuan peternak dalam mengelola usahaternaknya adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam mencapa tujuan tersebut, peternak menghadap beberapa kendala. Tujuan yang hendak dcapa dan kendala yang dhadapnya merupakan faktor penentu bag peternak untuk mengambl keputusan dalam usahaternaknya. Oleh karena tu, peternak sebaga pengelola usaha akan mengalokaskan sumberdaya yang dmlk sesua dengan tujuan yang hendak dcapa. Masalah alokas sumberdaya n berkatan erat dengan tngkat keuntungan yang akan dcapa. Besar keclnya keuntungan yang dperoleh akan sangat dtentukan oleh nla jual hasl produks dan baya produks yang dkeluarkan. Keuntungan maksmum akan tercapa apabla semua faktor produks telah dalokaskan penggunaannya secara optmal dan efsen, bak efsens secara tekns, harga, dan ekonom. Artnya, peternak harus optmal ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 193

4 dalam menggunakan nput produks agar tercapa suatu produktvtas yang tngg sekalgus melakukan efsens baya. Sehngga keuntungan maksmum pada jangka pendek dapat dcapa dengan menyamakan nla produktvtas marjnal dar output dengan baya korbanan marjnalnya atau harga nput yang bersangkutan. Selan tu, upaya pencapaan efsens ekonoms produks juga dapat dlakukan peternak dengan cara memperluas skala usahanya. Perluasan skala usaha akan berdampak terhadap penurunan baya nput tetap dan total yang semakn menurun akbat kenakan jumlah output yang dhaslkan. Upaya menekan baya produks merupakan sesuatu yang sult dlaksanakan peternak karena umumnya peternak membel faktor-faktor produks dan tdak mampu mengatur harga faktor-faktor produks. Sementara, upaya perluasan skala usaha memerlukan penambahan modal relatf besar karena adanya penggunaan modal yang cukup besar pada awal usaha serta dalam kegatan operasonalnya. Kedua upaya tersebut sult drealsaskan apabla mengandalkan kemampuan peternak sendr, terutama pada peternak dengan skala usaha kecl berpenghaslan rendah dengan kepemlkan modal yang terbatas. Selan tu, para peternak d kawasan tersebut umumnya tdak tergabung sebaga anggota koperas prmer susu, sehngga tdak mendapatkan fasltas kredt lunak dan fasltas pelayanan lan. Keterbatasan-keterbatasan n menuntut para peternak d Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor dan phak-phak yang berkepentngan untuk dapat memlk pemahaman mengena pelaksanaan usaha peternakan sap secara lebh bak. Pemahaman-pemahaman tersebut fungs keuntungan, konds ekonom skala usaha, tngkat efsens, dan kemungknan penyedaan fasltas skema kredt peternakan yang sesua sehngga sangat membantu bag upaya pengembangan peternakan sap perah rakyat. Pengembangan usaha peternakan sap perah rakyat juga perlu memperhatkan konds ekonom skala usaha dan besamya usahaternak yang sebaknya dkelola. Jka keadaan ekonom skala usaha yang terbentuk adalah ekonom skala usaha dengan kenakan hasl yang bertambah (Increasng Returns to Scale - IRS), maka sebaknya besarnya usaha dperluas untuk menurunkan baya produks rata-rata sehngga dapat menakkan keuntungan. Jka keadaan ekonom skala usaha yang terbentuk adalah ekonom skala usaha dengan kenakan hasl yang tetap (Constant Returns to Scale - CRS), maka perluasan usaha tdak berpengaruh terhadap baya produks rata-rata. Sedangkan, jka keadaan ekonom skala usaha yang terbentuk adalah ekonom skala usaha dengan kenakan hasl yang berkurang (Decreasng Returns to Scale - DRS), maka besarnya usaha perlu dkurang karena perluasan usaha akan mengakbatkan naknya baya produks rata-rata. Untuk mencapa penlaan tngkat keuntungan efsens ekonom dan ekonom skala usaha usahaternak; maka dperlukan suatu alat analss berupa Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

5 sebuah fungs keuntungan. Dengan alat n, hampr semua parameter yang berkatan langsung dengan produks dapat dperoleh (Smatupang, 1988). Alasan lan penggunaan model fungs keuntungan menurut Lau and Yotopoulus (197) dalam Andr (199) adalah karena model n dnla memlk beberapa kelebhan bla dbandngkan dengan fungs produks dan program lner, dantaranya adalah: 1. Fungs penawaran output dan fungs permntaan nput dapat dduga bersama-sama tanpa harus membuat fungs produks yang eksplst.. Fungs keuntungan dapat dgunakan untuk menelaah efsens tekns, harga, dan ekonom. 3. D dalam model fungs keuntungan, peubah-peubah yang damat adalah peubah harga output dan nput. Asums-asums yang dgunakan dalam model fungs keuntungan adalah: 1. Peternak sebaga unt analss ekonom berusaha memaksmumkan keuntungan.. Peternak melakukan pembelan nput dan penjualan output dalam pasar bersang sempuma, atau peternak sebaga penerma harga (prce taker). 3. Fungs produks adalah berbentuk concave dalam nput-nput tdak tetap. Jens fungs keuntungan yang banyak dgunakan adalah fungs keuntungan Cobb-Douglas (C-D) dan fungs translog. D Indonesa, fungs keuntungan C-D telah banyak dgunakan untuk peneltan terhadap berbaga jens usaha, d antaranya oleh Andr (199) dan Hadana (1990) untuk peternakan sap perah rakyat. Usaha peternakan sap perah rakyat mempunya fungs keuntungan yang secara umum dapat djabarkan melalu proses penurunan matematka (Lau and Yotopoulus, 197 dalam Andr, 199) sebaga berkut. Msalkan sembarang fungs produks adalah: Y f X,..., 1, X,..., X m; Z1, Z Z n.(1) dmana: IT p X Z j W m 1 W. 1 X, X,..., X m; Z1, Z,... Z n p. f X.() : keuntungan jangka pendek : harga output per unt : nput tdak tetap ke- ( = 1,,...,m) : nput tetap ke-j (j = 1,,..., n), dan : harga nput tdak tetap ke- ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 195

6 Keuntungan maksmum dcapa pada nla produks marjnal sama dengan harga nput (Doll dan Orazen, 1984). Secara matemats, hal tersebut dapat dtuls sebaga berkut:. f X 1, X,..., X m ; Z1, Z,..., Z p. X n W. (3) Jka persamaan (3) dnormalkan dengan harga output, ddapat persamaan sebaga berkut: p f X, X,..., X ; Z, Z Z *. 1 m 1,..., n. W X...(4) dmana W * = W /p = harga nput ke- yang dnormalkan dengan harga output. Jka persamaan () dnormalkan dengan dengan harga output, dperoleh persamaan sebaga berkut: * X 1, X,..., X m ; Z1, Z,... Z n * * / p f W. X..(5) dmana IT* dkenal sebaga fungs keuntungan UOP atau Unt Output Prce Proft Functon. Jumlah optmal dar nput perubah X yang memberkan keuntungan maksmum jangka pendek dapat dturunkan dar persamaan (4), yatu: X * f W,..., Z.(6) 1, W,..., Wm; Z1, Z Subststus persamaan (6) kedalam persamaan () akan mendapatkan : X, X,..., X m; Z1, Z,... Z n n m 1 m * 1 W. 1 p. f X...(7) Karena X j * sebaga fungs dar W * dan J z, maka persamaan (7) dapat dtuls sebaga berkut: p,... * * * *. G W1, W,..., Wm ; Z1, Z Z n *.(8) Persamaan (8) merupakan fungs keuntungan yang memberkan nla maksmum dar keuntungan jangka pendek untuk masng-masng harga output, harga nput tdak tetap W dan tngkat nput tetap Z j. Jka persamaan (8) dnormalkan dengan harga output, maka ddapat: * * * * * / p G W1, W,..., Wm ; Z1, Z,... Z n...(9) Persamaan (9) merupakan fungs keuntungan UOP sebaga fungs dar harga nput tdak tetap yang dnormalkan dengan harga output dan sejumlah nput tetap. Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

7 Spesfkas fungs keuntungan yang dgunakan dalam peneltan n adalah fungs keuntungan Cobb-Douglas yang dturunkan dar fungs produks Cobb-Douglas. Melalu proses penurunan dar persamaan (1) sampa (9) d atas, maka dperoleh fungs keuntungan Cobb Douglas sebaga berkut: ln Keterangan: A * : Intersep ln A * 5 1.ln W * * j1.ln Z * j j. D * : Keuntungan peternak yang dnormalkan (Rp/har) W 1 * W * W 3 * : Harga konsentrat yang dnormalkan (Rp/kg) : Harga hjauan yang dnormalkan (Rp/kg). : Upah tenaga kerja yang dnormalkan (Rp/HKP). sk / sb W 4 * : Harga/nla perlengkapan kandang untuk pemelharaan yang dnormalkan (Rp/ST) W 5 * Z 1 Z * j *.D sk/sb : Harga/nla obat-obatan yang dnormalkan (Rp/ST) : Jumlah nduk produktf ( ekor) : Pengalaman beternak (tahun) : Koefsen nput tdak tetap. : Koefsen nput tetap. : : Koefsen peubah dummy skala usaha, D sb = 1 untuk skala usaha sedang, dan D sk = 0 untuk skala usaha kecl. X : Tngkat penggunaan nput tdak tetap, dmana = 1,...,5. Pembuktan apakah usaha peternakan sap perah rakyat d Kelurahan Kebon Pedes mempunya konds IRS, CRS, atau DRS dapat duj dengan menggunakan koefsen nput tetap dar fungs keuntungan Cobb Douglas (Saragh, 1980 dalam Andr, 199) dengan menggunakan perhtungan sebaga berkut : 1. Jka = 1, maka usaha peternakan sap perah rakyat mempunya konds CRS. Jka > 1, maka usaha peternakan sap perah rakyat mempunya konds IRS 3. Jka < 1, maka usaha peternakan sap perah rakyat mempunya konds DRS ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 197

8 Untuk menla efsens ekonom relatf antara usaha peternakan sap perah skala kecl dbandngkan efsens usaha peternakan skala menengah dan besar dapat duj dengan melhat apakah nla y.d skisb sama dengan nol atau tdak sama dengan nol. Kedua hal d atas dbuat dalam bentuk hpothess sebaga berkut: 1. Pengujan hpotess mengena konds skala usaha. Ho : j * = 1 Ho : j *. Pengujan hpotess mengena efsens ekonom relatf Ho : Dsb = 0 Ho : Dsb 0 Defens dan Ukuran Varabel Defns masng-masng peubah yang dgunakan dapat djelaskan sebaga berkut: 1. Keuntungan peternak (). Keuntungan usaha peternakan sap perah merupakan selsh antara penermaan dengan baya nput tdak tetap. Sumber penermaan berasal dar penjualan susu, pedet jantan atau betna, dan sap afkr atau mungkn bsa dtambahkan nla penjualan kotoran ternak. Total penermaan dhtung dalam satu har, karena yang dgunakan adalah fungs keuntungan UOP. Dalam perhtungannya, nla keuntungan dbag dengan harga output (susu), demkan juga untuk harga-harga nput tdak tetap dnormalkan dengan harga output, dan dnyatakan dalam rupah per har.. Harga konsentrat (W 1 ). Konsentrat yang dgunakan dapat berupa konsentrat jad atau dtambah dengan bahan makanan lan, sepert dedak, polard, mneral, dan bahanbahan lan (dnyatakan dalam rupah per har). 3. Harga hjauan (W ). Hjauan yang dgunakan dapat berupa rumput unggul, rumput lapangan, dan lmbah pertanan. Harga hjauan adalah harga d tngkat peternak jka hjauan tersebut dbel, atau bla hjauan tersebut berasal dar kebun rumput sendr dmana harganya dnla dar baya produksnya dan dnyatakan dalam rupah per klogram. Pendekatan lan dalam penghtungan nla/harga hjauan bsa berupa menyetarakan nla curahan jam kerja dalam mencar rumput (Swastka et at., 000). Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

9 4. Upah tenaga kerja (W 3 ). Upah tenaga kerja adalah total baya tenaga kerja dbag dengan curahan jam kerja. Satu har kerja sama dengan delapan jam kerja pra, dnyatakan dalam rupah per har. Upah tenaga kerja luar keluarga dnla dengan sejumlah nomnal uang yang besarnya tergantung kemampuan setap unt usahaternak dalam membayarnya serta kesepakatan yang terbentuk d antara pekerja dan pemlk usahaternak. Sementara, upah tenaga kerja keluarga apabla dperhtungkan maka akan menggunakan cara yang sama sepert menghtung upah untuk tenaga kerja luar keluarga. 5. Harga perlengkapan kandang untuk pemelharaan (W 4 ). Dalam hal n adalah peralatan kandang yang dpergunakan untuk pemelharaan ternak dan kegatan produks, sepert sapu, ember, gerobak, dan lan-lan. Harga peralatan kandang dnyatakan dalam rupah per satuan ternak. 6. Harga/nla obat-obatan (W 5 ). Nla obat-obatan dukur dalam rupah per satuan ternak yang merupakan total nla pengeluaran untuk obat-obatan dan vaksnas ternak atau untuk dana kesehatan ternak dan baya nsemnas buatan. 7. Jumlah sap produktf (Z 1 ). Adalah jumlah sap nduk produktf (laktas dan kerng) yang dpelhara dan dnyatakan dalam satuan ekor. 8. Pengalaman beternak (Z ). Adalah lama beternak sap perah, dnyatakan dalam tahun. Pemlhan Lokas dan Contoh Lokas peneltan dplh secara sengaja (purposve) dengan alasan bahwa Kelurahan Kebon Pedes merupakan salah satu sentra produks susu segar d wlayah Kota Bogor. Usahaternak sap perah d wlayah n menghaslkan produk susu segar mencapa 1.909,5 lter per har. Jumlah peternak yang dlbatkan dan ternak yang tercatat pada saat peneltan dlakukan adalah mencapa 31 orang dan 51 ekor ternak. Teknk penarkan contoh yang dpaka adalah teknk stratfed random samplng (penarkan contoh acak bertngkat). Pada teknk penarkan contoh n, tap unt populas pada tap tngkatan dber nomor. Kemudan, sampel yang dngnkan dtark secara acak (random), bak dengan menggunakan random numbers (nomor-nomor acak) ataupun dengan undan basa dar masng-masng tngkatan tersebut (Nazr, 1988). Perbedaan tngkatan sampel dtentukan oleh faktor kepemlkan ternak, yatu dar skala kepemlkan nduk produktf (laktas dan kerng) 1 - < 4 ekor sebaga skala kecl, 5 - < 8 sebaga skala sedang, dan > 8 sebaga skala besar. Alasan faktor kepemlkan nduk produktf dgunakan sebaga batasan karena ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 199

10 sfat nduk produktf ternak sebaga salah satu faktor produks tetap selan luasan kandang. Tdak dpergunakannya luasan kandang sebaga pembatas adalah karena konds d lapangan menunjukkan adanya pola yang tdak sesua antara kepemlkan ternak dan luasan kandang dmana luasan kandang umumnya tdak mencermnkan kepemlkan ternak. Contoh, banyak peternak skala kecl yang memlk luasan kandang yang relatf kurang proporsonal dbandngkan dengan jumlah ternak yang dmlk. Oleh karena tu, pembatasan dengan menggunakan kepemlkan nduk produktf lebh dkedepankan penggunaannya sebagamana juga dperkuat oleh Erwdodo (1993 dalam Ratnawat, 00). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterstk Usaha Peternakan Sap Perah d Kelurahan Kebon Pedes Usaha ternak d Kelurahan Kebon Pedes umumnya merupakan sumber mata pencaharan utama peternak. Sektar 90,3 persen peternak menjadkan usaha ternaknya sebaga mata pencaharan utama dan ssanya sebesar 9,68 persen sebaga mata pencaharan sampngan. Hal n dkarenakan sfat produks sap perah tdak bersfat musman tetap kontnyu sehngga dapat memberkan jamnan pendapatan yang berkesnambungan bag peternak. Input berupa pakan hjauan secara umum dbel oleh peternak karena tdak tersedanya lahan rumput d sektar lokas usaha peternakan. Untuk nput konsentrat dan nput lan sepert perlengkapan kandang dan peralatan produks dbel peternak dar KPSB (Koperas Produks Susu dan Usaha Peternakan Bogor) dan pedagang umum. Sedangkan untuk nput ternak nduk, peternak membelnya dar sesama peternak atau pasar ternak d wlayah Bogor dan sektarnya bahkan sampa mendatangkannya dar daerah Boyolal, Jawa Tengah dan Pangalengan, Jawa Barat, atau membesarkan sendr pedet sap. Jens sap yang dpelhara umumnya adalah Peranakan Fres Holland (PFH). Peternak sap perah d Kelurahan Kebon Pedes rata-rata berumur 46 tahun dengan ksaran umur antara 4-75 tahun. Sebagan besar peternak sap perah tersebut berpenddkan SD dan SLTA, masng-masng sebesar 35,48 persen. Hanya 3,3 persen peternak contoh yang tngkat penddkannya Sarjana. Tngg rendahnya tngkat penddkan akan mempengaruh kemampuan peternak dalam mengadops lmu pengetahuan dan teknk beternak yang ada. Peternak yang mempunya pengalaman beternak antara tahun memlk persentase terbesar (9,03%) dan yang terkecl adalah peternak dengan pengalaman beternak 11-0 tahun (19,36%). Pengalaman beternak berpengaruh terhadap tngkat pengetahuan dan keteramplan peternak dalam mengelola usahanya. Pengalaman dapat djadkan pedoman dalam menghadap permasalahan yang dhadap. Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

11 Peternak d Kebon Pedes memelhara semua sapnya dalam kandang atau tdak dgembalakan d tempat terbuka sepert d padang rumput. Dengan demkan, pemberan pakan dlakukan secara cut and carry. Semua sap dmasukkan ke dalam kandang yang sama, kecual pedet yang dpsahkan dar sap-sap dewasa dan muda. Hal n dmaksudkan agar pedet mendapat perawatan dan pengawasan yang bak dar peternak. Bangunan kandang umumnya merupakan bangunan permanen sederhana sampa dengan permanen berkonstruks beton. Tpe kandang yang dgunakan umumnya tpe konvesonal dua bars. Pada tpe kandang n, sap perah dtempatkan dalam satu jajaran yang masng-masng dbatas oleh suatu penyekat. Sekat n dmula dar tempat ransum sampa dengan sepanjang tempat sap berdr. Sap-sap tersebut dtempatkan dalam dua bars salng bertolak belakang dmana antara kedua bars tersebut dbuat jalur untuk jalan. Sstem pemerahan yang dlakukan umumnya mash bersfat tradsonal, yatu memerah susu secara manual menggunakan tangan. Hal n tentu saja dapat menngkatkan resko kerusakan pada produk apabla pemerahan yang dlakukan tdak sterl. Kegatan pemerahan umumnya dlakukan dua kal dalam sehar, yatu setelah ternak dber pakan konsentrat dan sebelum pemberan pakan hjauan (sektar pukul pag dan sore). Perkawnan ternak d lokas peneltan dlakukan dengan menggunakan cara Insemnas Buatan (IB) yang teknsnya dbantu oleh petugas dar Dnas Peternakan Kota Bogor. Selan menggunakan cara IB, ada pula peternak yang mengawnkan sapnya secara alamah terutama jka peternak memlk sap pejantan dar keturunan yang bagus. Penjualan susu ke loper lebh domnan dlakukan oleh peternak karena selan alasan harga yang relatf lebh bak darpada harga yang dbayar oleh KPSB, peternak juga tdak perlu bersusah payah memasarkan susunya sebab loper langsung mendatang peternak. Sehngga keuntungannya relatf lebh kecl dbandngkan peternak menjual langsung ke konsumen sekalgus bertndak sebaga loper. Analss Fungs Keuntungan Berdasarkan hasl analss ragam dengan metode OLS (Ordnary Least Square) dapat dketahu hasl-hasl sebagamana terdapat pada Tabel 1 yang penjelasannya adalah sebaga berkut: 1. Semua peubah bebas yatu harga konsentrat, harga hjauan, upah tenaga kerja, harga atau nla perlengkapan kandang untuk pemelharaan, harga atau nla obat-obatan, jumlah nduk produktf, pengalaman beternak, dan dummy skala usaha secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap keuntungan usaha ternak pada tngkat kepercayaan 99 persen. ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 01

12 Tabel 1. Hasl Parameter Penduga Fungs Keuntungan UOP Peternak Sap Perah d Kelurahan Kebon Pedes Varabel Koefsen Nla Regres t-htung Nla P-value Konstanta 1,31 0,41 0,686 Harga Pakan Konsentrat 1,1** 0,84 0,41 Harga Pakan Hjauan - 0,33-0,36 0,73 Upah Tenaga Kerja - 0,57-0,61 0,548 Harga/rrla perlengkapan kandang untuk Pemelharaan 0,138 0,35 0,77 Harga/nla obat-obatan - 0,619-0,75 0,459 Jumlah nduk produktf 0,97***,13 0,045 Pengalaman beternak - 0,058-0,8 0,785 Dummy Skala Usaha 0,457* 0,79 0,437 R-Sq = 67,% Keterangan: ***Nyata pada tngkat kepercayaan 95 persen **Nyata pada tngkat kepercayaan 60 persen *Nyata pada tngkat kepercayaan 56 persen. Nla R sebesar 67, persen dapat dkategorkan bahwa hubungan varabel tak bebas dan varabel bebas telah dmodelkan dengan bak (Ramanathan, 1998). 3. Parameter penduga harga nput tdak tetap yang bertanda negatf adalah pakan hjauan, tenaga kerja dan obat-obatan yang masng-masng bernla -0,33, -0,57 dan -0,619. Hal n berart ketga parameter tersebut sesua harapan walaupun tdak berpengaruh nyata pada tngkat kepercayaan = 0,05 dan = 0, Parameter penduga yang bernla postf adalah pakan konsentrat dan perlengkapan kandang yang masng-masng nlanya 1,1 dan 0,138 pada tngkat kepercayaan 60 persen dan 30 persen. Postfnya nla kedua parameter tersebut berart bahwa penggunaan nput pakan konsentrat dan perlengkapan kandang belum optmal dan tdak sesua harapan. 5. Penggunaan nput tetap berupa jumlah sap produktf memlk nla parameter postf sebesar 0,97 dan berpengaruh nyata pada =0,05. Hal n sesua dengan harapan yatu penngkatan jumlah kepemlkan sap produktf sebesar 10 persen akan menngkatkan keuntungan usahaternak sebesar 9,7 persen, sedangkan nput pengalaman beternak menunjukkan nla parameter negatf sebesar -0,058 dan tdak berpengaruh nyata pada = 0, Peternak sap perah skala menengah dan besar menerma keuntungan relatf lebh besar dar peternak skala usaha kecl. Hal n dtunjukkan oleh Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

13 koefsen peubah dummy skala usaha yang bertanda postf sebesar 0,457 yang berpengaruh nyata pada tngkat kepercayaan 56 persen. Analss Konds Ekonom Skala Usaha 1. Konds ekonom skala usaha adalah decreasng returns to scale dmana kenyataan n ddukung oleh nla j lebh kecl dar satu, yatu 0,869 (Tabel 1). Hal n berart bahwa setap penambahan nput tetap dalam jangka panjang selalu dkut oleh kenakan output dengan hasl yang semakn berkurang.. Jumlah nduk produktf (peubah ekonom) berpengaruh ( = 0,05) terhadap tngkat keuntungan peternak, sedangkan pengalaman beternak (peubah nonekonom) tdak nyata pengaruhnya pada tngkat keuntungan peternak pada = 0,05. Namun kecenderungan nla parameter penduga dar kedua faktor tersebut sesua harapan. Analss Efsens Ekonom Relatf 1. Nla parameter penduga untuk ntersep fungs keuntungan UOP sebesar 1,31 namun tdak nyata pada taraf = 0,05 menunjukkan bahwa bak skala usaha kecl maupun skala usaha menengah dan besar belum mencapa efsens ekonom walaupun hanya berpengaruh nyata pada tngkat kepercayaannya 31 persen. Rendahnya tngkat kepercayaan menunjukkan bahwa kemampuan usahaternak skala kecl dbandngkan usahaternak skala menengah dan besar dalam membentuk efsens tekns dan harga adalah relatf sama atau homogen.. Dengan koefsen peubah dummy skala usaha sebesar 0,457, berart ada kecenderungan usaha peternakan skala menengah dan besar relatf lebh menguntungkan darpada skala usaha kecl walaupun kedua skala tersebut sama-sama belum efsen. Analss Skema Kredt bag Usahaternak Sap Perah Jens Jamnan Kredt 1. Kesanggupan para peternak dalam menyedakan jamnan bag perolehan kredt ddomnas oleh ternak pada urutan pertama, dkut sertfkat tanah atau surat berharga pada urutan kedua, kendaraan bermotor pada urutan ketga, dan rumah tnggal pada urutan keempat. Hal tersebut cukup logs mengngat bahwa ternak sap palng tngg labltasnya dmana apabla peternak mengalam kesultan fnansal dalam membayar pokok maupun bunga kredt maka ternak sap yang dmlk akan relatf lebh mudah untuk djual. ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 03

14 Jangka Waktu Pengembalan Kredt 1. Jangka waktu yang dplh secara mayortas oleh peternak adalah antara 1-7 tahun (93,55 persen). Jangka waktu pengembalan d atas 7 tahun hanya relatf sedkt (6,45 persen). Mayortas plhan (1-7 tahun) tersebut ddasarkan pada sklus suatu usahaternak dan kengnan peternak untuk semakn cepat menkmat hasl usahaternaknya.. Analss cash flow menunjukkan bahwa payback perod yang dhaslkan adalah rata-rata enam tahun sejak pnjaman dberkan. Payback perod tersebut rnemlk kecenderungan yang semakn menurun pada konds semakn menngkatnya suku bunga pnjaman. Nla payback perod tersebut adalah berturut-turut sebaga berkut: 6,4 tahun (1 persen), 6,17 tahun (18 persen), 6,10 tahun (4 persen), dan 6,03 tahun (30 persen). Tngkat Suku Bunga Kredt 1. Secara mayortas (96,77 persen) peternak memlh tngkat suku bunga kredt maksmum sampa dengan persen per bulan. Bahkan separuh lebh (67,74%) peternak mengngnkan tngkat suku bunga kurang dar atau sama dengan 1 persen per bulan atau 1 persen per tahun. Hasl n dperkuat oleh peneltan Swastka et al. (000) dmana dnyatakan bahwa kredt dengan tngkat suku bunga yang relatf rendah sangat dbutuhkan dalam ndustr susu segar dalam neger.. Smulas cash flow usahaternak skala kecl yang dbuat menunjukkan bahwa penerapan tngkat suku bunga yang semakn tngg hanya akan menyebabkan terjadnya penurunan secara kumulatf dalam bentuk net present value maupun present value relatf dar keuntungan usahaternak pada tap tahun yang sama dar cash flow dengan tngkat suku bunga yang berbeda. Persentase penurunan keuntungan tersebut bla dbandngkan terhadap net present value pada tngkat suku bunga 1 persen adalah masng-masng 3,71 persen (suku bunga 18 persen), 7,43 persen (suku bunga 4 persen), dan 11,14 persen (suku bunga 30 persen). Penentuan Besar Nla Kredt 1. Sebaga model plhan untuk dkembangkan berdasarkan hasl pendugaan analss fungs keuntungan, efsens ekonom, dan ekonom skala usaha, maka usahaternak skala kecl pada saat n memlk konds sepert pada Lampran 1 dmana penermaan total rata-rata peternak skala usaha kecl adalah sebesar Rp per tahun atau pendapatan atas baya tuna serta pendapatan atas baya total masng-masng mencapa Rp per tahun dan Rp per tahun. Dengan R/C raso atas baya total bernla 1,11, berart bahwa untuk setap rupah yang dgunakan untuk baya total pada usahaternak sap perah tersebut akan menghaslkan penermaan sebesar Rp. 1,11. Sementara, untuk nla R/C raso atas baya Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

15 tuna sebesar,38 berart untuk setap rupah baya tuna yang dkeluarkan pada usahaternak sap perah menghaslkan penermaan sebesar Rp.,38. Berdasarkan hasl analsa awal tersebut, terlhat bahwa kemampuan usahaternak skala kecl untuk mengembalkan pnjaman cukup bak. Penambahan paket kredt ternak antara satu sampa dengan tga ekor menghaslkan nla R/C raso atas baya total maupun R/C raso atas baya tuna dar usahaternak skala kecl dengan kecenderungan yang semakn menurun (Lampran.). Namun, penurunan nla kedua ndkator tersebut mash berada d atas nla 1,00. Paket penambahan dua ekor nduk produktf merupakan paket yang relatf palng sesua bag konds usahaternak skala kecl d Kebon Pedes, dengan alasan bahwa penambahan tersebut relevan dengan ketersedaan lahan kandang dmana luasan lahan kandang rata-rata yang terssa adalah setara dengan,53 ST. 3. Smulas cash flow menunjukkan bahwa pnjaman dalam jangka waktu tujuh tahun memberkan nla bersh uang saat n atau Net Present Value (NPV) sebesar Rp pada tngkat suku bunga 1 persen dengan Net B/C sebesar,16. Berdasarkan kategor kelayakan, maka penambahan ternak dengan paket kredt sebesar Rp pada usahaternak skala kecl dengan tngkat suku bunga tersebut danggap mash layak dan mampu menghaslkan keuntungan. 4. Bla dbandngkan dengan cash flow usahaternak yang sama pada tngkat suku bunga yang berbeda, maka penngkatan suku bunga akan menyebabkan penurunan NPV dan Net B/C walaupun penurunan tersebut mash berada pada krtera layak, yatu Rp (NPV) dan,10 (Net B/C) pada tngkat suku bunga 18 persen; Rp (NPV) dan,05 (Net B/C) pada tngkat suku bunga 4 persen; serta Rp (NPV) dan,00 (Net B/C) pada tngkat suku bunga 30 persen. 5. Krtera yang lebh dngnkan terutama bag kepentngan peternak adalah krtera layak pada tngkat suku bunga 1 persen yang mencptakan payback perod kurang dar jangka waktu maksmal pnjaman selama tujuh tahun, yatu 6,4 tahun, dengan NPV lebh besar dar nol (Rp ) dan Net B/C lebh besar dar satu (,16). Krtera-krtera tersebut secara fnansal cukup relevan untuk menjad alat bantu dalam memperkuat penlaan nvestas atas kemungknan suatu skema kredt. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesmpulan Rendahnya tngkat kepercayaan pada beberapa varabel nput tdak tetap (75%) dalam model fungs keuntungan UOP menunjukkan bahwa peternak d wlayah tersebut umumnya memlk kecenderungan yang sama dalam tekns ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 05

16 produks maupun baya produks dan hanya nput tetap berupa jumlah nduk produktf yang berpengaruh nyata pada tngkat kepercayaan d atas 75 persen. Skala usaha ekonom peternakan sap perah rakyat berada pada konds decreasng returns to scale dmana penambahan nput tetap (jumlah nduk produktf dan pengalaman beternak) menyebabkan kenakan keuntungan usahaternak yang semakn menurun dalam jangka panjang. Peternakan sap perah rakyat d Kelurahan Kebon Pedes belum mencapa efsens ekonom, namun ada kecenderungan skala usaha menengah dan besar relatf lebh menguntungkan darpada skala usaha kecl. Skema kredt yang sesua dengan konds aktual dan kengnan peternak d Kelurahan Kebon Pedes adalah: (1) Ternak sap merupakan jens agunan (collateral) yang palng memungknkan untuk djadkan sebaga jamnan utama kredt; () Jangka waktu pengembalan kredt yang relevan pada usahternak sap perah adalah 7 tahun dengan tngkat suku bunga kredt antara 0-1 persen per bulan; (3) Nla pnjaman yang palng sesua bag pengembangan usahaternak skala kecl sebesar Rp Rp atau setara dengan 1- ekor nduk produktf. Implkas Kebjakan Peternak pada skala kecl dsarankan untuk memperbak komposs ternak non laktas berupa pengurangan jumlah sap jantan dewasa yang dpelhara sehngga beban usahternak yang dpkul oleh sap laktas tdak terlalu berat. Usahaternak skala kecl serta skala menengah dan besar hendaknya menngkatkan persentase replacement stock (ternak penggant) terhadap sap nduk sehngga kesnambungan usahaternak relatf terjaga karena proses regeneras yang bak. Peternak d Kelurahan Kebon Pedes harus mengoptmalkan penggunaan nput-nput tdak tetap yang saat n cenderung beriebh, sepert msalnya pakan konsentrat dan perlengkapan kandang yang akhrnya berdampak terhadap menngkatnya baya usahaternak. Pengembangan skala usaha kecl relatf lebh dperlukan darpada skala usaha menengah dan besar dengan skema kredt sebagamana dsmpulkan datas. DAFTAR PUSTAKA Andr.199. Analss Aspek Tekns, Fungs Keuntungan, dan Efsens Ekonom Relatf Usaha Peternakan Sap Perah Rakyat D Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung. Tess. Program Pasca Sarjana. Insttut Pertanan Bogor. Bogor. Hadana, M. H Pendugaan Skala Usaha, Respon Supla, dan Efsens Ekonom Relatf Peternakan Sap Perah. Tess. Fakultas Pasca Sarjana. Insttut Pertanan Bogor. Bogor. Nazr, Mohammad Metode Peneltan. Cetakan ke-3. Ghala Indonesa. Jakarta. Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

17 Ramanathan, R Introductory Econometrcs wth Applcatons. Fourth Edton. Unversty of Calforna. San Dego. Ratnawat, Novta. 00. Kajan Kelayakan Fnansal Pengembangan Usaha Peternakan Sap dan Kambng Perah d Pesantren Darul Falah, Campea, Bogor. Skrps. Jurusan Ilmu-lmu Sosal Ekonom Pertanan. Fakultas Pertanan. Insttut Pertanan Bogor. Bogor. Saragh, B Agrbsns Berbass Peternakan: Kumpulan Pemkran. USESE Foundaton dan Pusat Stud Pembangunan IPB. Bogor. Smatupang, P Penentuan Ekonom Skala Usaha dengan Fungs Keuntungan: Landasan Teorts dengan Contoh Fungs Cobb-Douglas dan Translog. J. Agro Ekonom.Vol. 7 Hal Pusat Peneltan dan Pengembangan Sosal Ekonom Pertanan. Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan. Bogor. Swastka, D. K. S. et al Dampak Krss Ekonom terhadap Prospek Pengembangan Peternakan Sap Perah. Laporan Peneltan. Pusat Peneltan Sosal Ekonom Pertanan. Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan. Bogor. ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN, EFISIENSI EKONOMI DAN KEMUNGKINAN SKEMA KREDIT BAGI PENGEM- BANGAN SKALA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT Syafrudn Mandaka dan M. Parulan Hutagaol 07

18 Lampran 1. Performa Pendapatan Usahaternak Sap Perah Skala Kecl d Kelurahan Kebon Pedes Komponen Nla (Rp) Persentase (%) 1. Penermaan tuna ,3. Penermaan yang dperhtungkan ,69 3. Total penermaan Total baya tuna ,86 5. Total baya yang dperhtungkan ,14 6. Total baya Pendapatan atas baya tuna Pendapatan atas baya total R/C Raso atas baya tuna, R/C Raso atas baya total 1,11 Lampran. Perbandngan Performa Pendapatan Usahaternak Skala Kecl Berdasarkan Penambahan Satuan Ternak Induk Produktf yang Dberkan Melalu Kredt Komponen Nla (Rp) Satu Ekor Nla (Rp) Dua Ekor Nla (Rp) Tga Ekor 1. Penermaan tuna Penermaan yang dperhtungkan Total penermaan Total baya tuna Total baya yang dperhtungkan Total baya Pendapatan atas baya tuna Pendapatan atas baya total R/C Raso atas baya tuna, , R/C Raso atas baya total 1, ,000 Jurnal Agro Ekonom, Volume 3 No., Oktober 005 :

19

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari pembangunan pertanian secara umum dan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagan yang tdak terpsahkan dar pembangunan pertanan secara umum dan bertujuan untuk menngkatkan pendapatan dan taraf hdup

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN LINTAS WAKTU

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN LINTAS WAKTU KEPUTUSA-KEPUTUSA LITAS WAKTU Dr. Mohammad Abdul Mukhy Page Modal adalah uang dan sumber daya yang dnvestaskan Bunga (nterest) adalah pengembalan atas modal atau sejumlah uang yang dterma nvestor untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO)

EFISIENSI USAHATANI MELON (Cucumis melo L.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) AGRISE Volume VIII No. 1 Bulan Januar 2008 ISSN: 1412-1425 EFISIENSI USAHATANI MEON (Cucums melo.) (STUDI KASUS DI DESA KORI KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO) THE EFFICIENCY OF MEON (Cucums melo.) FARMING

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit

III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak Kredit terhadap Kinerja Usaha Kecil. David (1999) menyatakan analisis yang paling umum dari program kredit III. KERANGKA EMIKIRAN 3.. Kerangka Teorts 3... Dampak Kredt terhadap Knerja Usaha Kecl. Davd (999) menyatakan analss yang palng umum dar program kredt adalah perbandngan dar nput-nput usaha, produks,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) ABSTRACTS ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI EKONOMI RELATIF USAHATANI KEDELAI PADA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) 1 Ttn Agustna 1 Fakultas Pertanan, Unverstas Jember ABSTRACTS Soybean

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y.

Apabila dua variabel X dan Y mempunyai hubungan, maka nilai variabel X yang sudah diketahui dapat dipergunakan untuk mempekirakan / menaksir Y. ANALISIS KORELASI (ANALISIS HUBUNGAN) Korelas Hubungan antar kejadan (varabel) yang satu dengan kejadan (varabel) lannya (dua varabel atau lebh), yang dtemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900 Apabla dua

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci