REKAYASA DAN ANALISA DINAMIKA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA DOUBLE FEEDER STATION

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKAYASA DAN ANALISA DINAMIKA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA DOUBLE FEEDER STATION"

Transkripsi

1 REKAYASA DAN ANALISA DINAMIKA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA DOUBLE FEEDER STATION FESTO MODULAR AUTOMATION PRODUCTION SYSTEM (MAPS) DENGAN PENAMBAHAN UNIT KONVEYOR SKRIPSI Diajukan ebagai alah atu yarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: DJOKO PRASETIO NIM. I JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

2 HALAMAN PERSEMBAHAN Tanpa mengurangi raa hormat Semua jerih payah ini aku perembahkan untuk: Kaih dan ayang Pengertian dan bimbingan Uluran tangan dan dukungan Kepercayaan dan keetiaan Serta keabaran dan keikhlaan Bapak dan Mama Keluargaku Sahabatku Schatziku dan diriku

3 MOTTO Intelligence plu character, that i the goal of true education (DR. Martin Lutther King JR.) Keberhailan bear bukan beraal dari permulaan yang bear, tetapi keberhailan yang bear beraal dari permulaan yang kecil dengan keteguhan hati yang bear If tomorrow never come. (Mario Teguh) Mana ada perlawanan tanpa keringat, Mana bia kemenangan tanpa emangat, Mana ada keberhailan dalam waktu ingkat, Jangan ada peringan yang gak ehat, Mana ada pertarungan untuk mengalah, Mana ada ejarah kita untuk menyerah, Rebut Jangan dibiarkan aja, Rebut Kejar dan jangan diam aja (Slank) -Peace and Love- REKAYASA DAN ANALISA DINAMIKA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA DOUBLE FEEDER STATION FESTO MODULAR AUTOMATION PRODUCTION SYSTEM (MAPS) DENGAN PENAMBAHAN UNIT KONVEYOR Diuun oleh :

4 Djoko Praetio NIM : I Doen Pembimbing I Doen Pembimbing II Purwadi Joko Widodo, ST., M.Kom Didik Djoko Suilo, ST., MT NIP NIP Telah dipertahankan di hadapan Tim Doen Penguji pada hari Selaa tanggal 23 Deember Heru Sukanto, ST., MT... NIP Lullu Lambang GH, ST., MT.... NIP Joko Triyono, ST. MT. NIP

5 Mengetahui, Ketua Juruan Teknik Mein Koordinator Tuga Akhir Dody Ariawan, ST.,MT Syamul Hadi, ST.,MT NIP NIP KATA PENGANTAR Pertama dan yang utama penuli panjatkan puji yukur ata kehadirat Tuhan Yang Maha Ea, ata limpahan rahmat dan hidayah-nya ehingga Tuga Akhir ini dapat dieleaikan, ebagai alah atu yarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Tuga Akhir kami yang berjudul Rekayaa dan analia dinamika item uplai benda kerja pada double feeder tation Feto Modular Automation Production Sytem (MAPS) dengan penambahan unit konveyor. Pengerjaan Tuga Akhir ini telah melalui proe yang panjang dengan egala pikiran dan tenaga ecara makimal kami lakukan hingga laporan Tuga Akhir ini dapat teruun dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan terima kaih kepada: 1. Bapak Dody Ariawan, ST., MT. elaku ketua Juruan Teknik Mein yang elalu tega dan koniten dengan peraturan dan kebijakan juruan. 2. Bapak Purwadi Joko Widodo, ST., M.Kom. elaku pembimbing Tuga Akhir I ata egala bantuan, maukan erta bimbingannya dalam penyeleaian Tuga Akhir ini. 3. Bapak Didik Djoko Suilo, ST., MT. elaku pembimbing Tuga Akhir II yang elalu membimbing, mengarahkan dan memberikan ide-ide yang angat bermanfaat. 4. Bapak R. Lullu Lambang GH, ST. MT., Bapak Heru Sukanto. ST. MT., Bapak Joko Triyono ST. MT. yang telah beredia menjadi penguji dalam penyeleaian Tuga Akhir ini, terima kaih ata maukannya.

6 5. Bapak Syamul Hadi ST., MT. elaku koordinator Tuga Akhir yang memberikan kelancaran adminitrai penyelenggaraan eminar. 6. Bapak Ir. Agutinu Sujono MT. elaku ketua Lab. Otomai Produki ata peminjaman laboratorium. 7. Ibu Elia Sandra A.Md elaku laboran Lab. Otomai Produki ata egala kebaikan erta tolerani peminjaman alat. 8. Para laboran dan aiten laboratorium yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyeleaian Tuga Akhir ini. 9. Kedua orang tuaku yang elalu mendoakan dan membimbing aku erta kakak dan adikku. 10. Henry, Bambang dan Huda ebagai teman eperjuangan dalam pengerjaan Tuga Akhir ini. 11. Teman-teman angkatan 2003 yang telah lulu maupun yang belum, Semangat, emangat, emangat. 12. Keluarga Bear Vender Camp. 13. My chatzy. 14. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan Tuga Akhir ini, yang tidak dapat kami ebutkan atu peratu. Kami menyadari bahwa Tuga Akhir ini maih belum empurna, oleh karena itu kami berharap aran dan kritik yang ifatnya membangun dari emua pihak guna menjadikan laporan ini lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca. Surakarta, Deember 2008 Penuli DAFTAR ISI

7 Halaman Judul... Halaman Pengeahan... Halaman Surat Penugaan... i ii iii Abtrak... iv Halaman Perembahan... Motto... Kata Pengantar... Daftar Ii... Daftar Simbol... Daftar Gambar... vi vii viii x xii xiv Daftar Tabel... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maalah Perumuan Maalah Bataan Maalah Tujuan Perancangan Sitematika Penulian... 3 BAB II DASAR TEORI Perancangan Konveyor Pada Feeder Station Sabuk pengangkut Puli Sitem Tranmii Daya Motor Penggerak Peralatan Pendukung MAPS PLC Sitem Pneumatik Senor Pemrograman Analii Dinamika BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Alat dan bahan utama Metode Perancangan BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA... 33

8 4.1. Perancangan konveyor pada feeder tation Pemilihan abuk Pemilihan puli Perencanaan motor dan Tranmii daya Pengangkutan benda kerja Pemrograman Double feeder tation rancangan Feto Feeder tation dengan konveyor Analia dinamika Feeder Dengan Konveyor Double Feeder Rancangan Feto BAB V PENUTUP Keimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR SIMBOL a percepatan (m/ 2 ) a x pai/jarak antar benda kerja (m) A lua penampang ilinder dengan batang torak (m 2 ) A lua penampang ilinder tanpa batang torak (m 2 ) D diameter piton (m) d out d p d R d T F ef F k F g F G F maju diameter luar roda gigi (m) diameter puli (m) diameter batang piton (m) diameter puncak (m) Tarikan efektif abuk pada puli penggerak (N) gaya geek kinetika gaya berat (N) gaya yang bekerja pada roda gigi (N) gaya aktual pada langkah maju (N) F mundur gaya aktual pada langkah mundur (N) F N gaya normal (N)

9 F F t F t tegangan abuk pada lack ide (N) Gaya Teoriti (N) tegangan abuk pada tight ide (N) g gaya gravitai bumi (9,8 m/ 2 ) I aru (Ampere) J momen ineria (m 4 ) L panjang abuk (m) m B1 m B2 m o m N p N t N 0 N G P P k P q Q maa pembebanan pada bagian ata konveyor (benda kerja) (kg) maa pembebanan pada bagian bawah konveyor (benda kerja) (kg) modul maa abuk (kg) kecepatan putar puli (rpm) putaran roda gigi terakhir putaran roda gigi penggerak awal putaran roda gigi (rpm) daya (Watt) Tekanan Kerja (Pa) Daya yang dihailkan abuk (Nm/Watt) maa benda kerja per panjang mein (kg/m) kapaita pengangkutan (kg/menit) r G jari-jari roda gigi (m) Rr gaya geek piton (10%) r p t T t T 0 V v W w S jari-jari puli (m) perpindahan (m) jarak antar gigi (m) Tori pada puli (Nm) Tori pada motor (Nm) tegangan (Volt) kecepatan abuk (m/) uaha (Nm,Joule) lebar abuk (m)

10 w P x P z lebar puli (m) panjang langkah piton (m) jumlah gigi µ k koefiien geek kinetika m - l koefiien geek abuk dengan permukaan luncur (lider) m - p ω koefiien geek antara abuk dengan puli kecepatan udut (rad/) t tegangan geer (N/m 2 ) q udut kontak antara abuk dengan puli (rad) DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Lebar puli... 8 Tabel 4.1. Speifikai roda gigi 49 Tabel 4.2. Hail perhitungan gaya, uaha dan daya ilinder pengumpan dengan konveyor Tabel 4.3. Hail perhitungan gaya, uaha dan daya motor pada konveyor Tabel 4.4. Hail perhitungan gaya, uaha dan daya ilinder pengumpan pada double feeder tation Tabel 4.5. Hail perhitungan gaya, uaha dan daya pada gravity feed magazine.. 84 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Letak tight ide dan lack ide 6 Gambar 2.2. Sudut kontak antar abuk... 7 Gambar 2.3. Tegangan geer pada permukaan poro... 9 Gambar 2.4. Tegangan lengkung pada puli.. 11 Gambar 2.5. Bagian-bagian roda gigi Gambar 2.6. Skema tata letak MAPS Gambar 2.7. Senor microwitch.. 17 Gambar 2.8. Skema Reed Switch Gambar 2.9. Ladder diagram dan Statement lit Gambar 3.1. Double feeder tation Gambar 3.2. Benda kerja.. 24

11 Gambar 3.3. PLC Siemen tipe S Gambar 3.4. Silinder pneumatik kerja ganda Gambar 3.5. Silinder pneumatik tanpa batang (rodle cylinder) Gambar 3.6. Solenoid valve 25 Gambar 3.7. Microwitch 26 Gambar 3.8. Reedwitch Gambar 3.9. One-way flow control.. 26 Gambar Kompreor.27 Gambar Timbangan digital.. 27 Gambar Skema rancangan konveyor Gambar Microwitch. 28 Gambar Diagram alir perancangan konveyor. 31 Gambar Diagram alir perancangan dan pemrgraman pada feeder dengan tambahan konveyor.. 31 Gambar Diagram alir perancangan dan pemrograman pada double feeder Gambar 4.1. Material abuk konveyor. 35 Gambar 4.2. Skema peletakan benda kerja Gambar 4.3. Diagram pembebanan 40 Gambar 4.4. Silinder aluminium.. 42 Gambar 4.5. Skema proe kerja double feeder tation Gambar 4.6. Skema proe kerja feeder tation dengan konveyor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang maalah Dengan maraknya pembangunan indutri-indutri bear, tentu angat membutuhkan item yang efektif untuk menunjang pelakanaan proe produki. Suatu indutri menginginkan uatu proe yang erba cepat, prakti dan efiien. Hal ini dimakudkan agar dapat menghemat waktu dan biaya produki. Penggunaan item otomai dalam indutri merupakan olui yang tepat agar tercapai efiieni yang tinggi. Sitem otomai dapat didefiniikan ebagai uatu teknologi yang berkaitan dengan aplikai mekanik, elektronik dan item yang berbai komputer (komputer, PLC atau Programmable Logic Controller). Semua aplikai bergabung menjadi atu untuk memberikan fungi terhadap manipulator (mekanik), ehingga akan memiliki fungi tertentu.

12 Modular Automation Production Sytem (MAPS) adalah alah atu contoh item otomai yang menggunakan alat pengontrol berupa Programmable Logic Controller (PLC). MAPS merupakan miniatur produki yang dipergunakan untuk tujuan penelitian, pelatihan dan pembelajaran. MAPS merupakan item yang membentuk ebuah imulai proe pada indutri. Feto MAPS ini terdiri dari 4 buah tation, yaitu double feeder tation, handling device, control tation, dan orting tation. Double feeder merupakan tation yang diletakkan paling awal, tuganya yaitu menyuplai material menuju handling device. Penyimpanan benda kerja menggunakan prinip gravitai, dimana benda kerja ditumpuk dalam tempat penyimpanan (gravity feed magazine). Double feeder tation ini terdiri dari 2 gravity feed magazine yang dapat dipindahkan poii bloknya. Bagian penyimpanan yang berbentuk peregi, dapat menyimpan benda kerja yang berbentuk kubu maupun ilinder dengan lebar/diameter 50 mm. Pada ebuah proe produki, letak dan kondii umber material angat mempengaruhi kebutuhan peralatan yang akan digunakan. Oleh karena itu pada perancangan feeder tation ini akan ditambahkan ebuah unit konveyor dengan aumi umber material jauh dari item. Unit konveyor akan menyuplai material ke dalam gravity feed magazine pada feeder tation. Tuga Akhir ini akan merancang uatu konveyor untuk digunakan pada feeder tation ebagai alat pengangkut benda kerja. Setelah rancangan telah dibuat, kemudian akan dibandingkan hail pemrograman dan analia dinamika antara double feeder rancangan Feto Modular Automation Production Sytem (MAPS) dengan feeder tation dengan tambahan konveyor Perumuan maalah Dari latar belakang di ata dapat dirumukan menjadi permaalahan, yaitu: 1. Bagaimana proe perancangan unit konveyor pada feeder tation? 2. Bagaimana pembuatan program untuk mengoperaikan double feeder tation dan feeder tation dengan tambahan konveyor? 3. Bagaimana mengkomunikaikan antara feeder tation dengan tation lain? 4. Bagaimana kinerja konveyor hail perancangan ebagai alat tambahan pada feeder tation? 5. Bagaimana analia dinamika dari double feeder dan feeder dengan tambahan konveyor? 6. Bagaimana perbandingan pemrograman dan analia dinamika antara double feeder dan feeder dengan tambahan konveyor? 1.3. Bataan maalah Untuk memberikan arah dalam perancangan, maka digunakan bataan maalah ebagai berikut:

13 1. Pembahaan hanya pada feeder tation. 2. Pengontrol item menggunakan PLC Siemen Tipe S Perancangan konveyor untuk digunakan pada feeder tation dengan aumi umber benda kerja dari luar item. 4. Konveyor memiliki kapaita angkut 2 buah benda kerja. 5. Pembuatan program pada double feeder tation dan feeder tation dengan tambahan konveyor. 6. Analia dinamika pada double feeder tation dan feeder tation dengan tambahan konveyor Tujuan perancangan Berdaarkan latar belakang dan perumuan maalah, maka tujuan utama tuga akhir ini adalah perancangan konveyor abuk untuk ditambahkan pada feeder tation dan dibandingkan item kerjanya dengan item awal yaitu double feeder. Selanjutnya dilakukan pemrograman dan analia dinamika pada kedua item Sitematika penulian Sitematika penulian Tuga Akhir ini adalah ebagai berikut: BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : Pendahuluan, menjelakan tentang latar belakang maalah, tujuan dan manfaat penelitian, perumuan maalah, bataan maalah erta itematika penulian. : Daar teori, berii tinjauan putaka yang berkaitan dengan komponen-komponen yang terdapat dalam double feeder tation, perancangan konveyor, teori tentang PLC, item pneumatik dan dinamika. : Metodologi perancangan, menjelakan peralatan yang digunakan, langkah-langkah perancangan, pemrograman dan pengambilan data. : Data dan hail perancangan, menjelakan data hail pemrograman, dan analia dinamika. : Penutup, berii tentang keimpulan dan aran. BAB II DASAR TEORI 2.1. Perancangan konveyor pada feeder tation Konveyor merupakan uatu alat tranportai yang umumnya dipakai dalam proe indutri. Konveyor dapat mengangkut bahan produki etengah jadi maupun hail produki dari atu

14 bagian ke bagian yang lain. Deain konveyor tergantung dari jeni material yang akan diangkut. Jeni-jeni konveyor yang umum digunakan adalah: a. Belt conveyor (konveyor abuk) b. Chain conveyor c. Screw conveyor d. Pneumatic conveyor Pada feeder tation Feto MAPS, konveyor abuk merupakan jeni konveyor yang tepat digunakan, mengingat bentuk benda kerja yang digunakan adalah ilinder padat dengan permukaan datar. Kapaita pemindahan material oleh konveyor abuk cukup tinggi karena material dipindahkan ecara teru-meneru dalam kecepatan yang relatif tinggi. Bagian dari konveyor abuk adalah belt (abuk pengangkut) atau ban berjalan, unit pengendali, puli, dan truktur penahan. (Rotiyanti, Suy F., 2002) Beberapa keuntungan dari penggunaan konveyor abuk antara lain: a. Kapaita tinggi. b. Kapaitanya mudah untuk dieuaikan c. Serbaguna. d. Ketinggian konveyor dapat diatur. e. Memberikan aliran barang yang kontan. f. Mudah dirawat. (Apple, Jame M.,1977) Hal-hal yang haru diperhatikan dalam merancang konveyor abuk adalah: Sabuk pengangkut Sabuk pengangkut dapat terbuat dari kain, karet, platik, kulit atau logam yang tak berujung yang bekerja menurut tenaga (dorongan). Bergerak berama pada pemindah atau peluncur untuk memindahkan barang, mengema, atau menempatkan benda langung di ata abuk. Konveyor abuk yang memiliki bentuk permukaan datar, dapat menanjak atau menurun ampai 28 derajat. Sabuk didukung oleh permukaan datar

15 digunakan ebagai pengangkut barang atau ebagai landaan jalur rakitan. (Apple, Jame M.,1977) Material abuk haru kuat, flekibel dan tahan lama erta haru mempunyai nilai koefiien geek yang bear. a. Kapaita pengangkutan Kapaita pengangkut konveyor abuk per unit waktu dapat diatur dengan kecepatan abuk, tipe pengangkutan, erta karakteritik dan bentuk material yang akan dipindah. Namun ecara umum kapaita pengangkutan dapat dihitung dengan menggunakan rumu: Q q. v (2.1) Apabila benda kerja di berikan jarak antara benda kerja atu dengan yang lainnya, maka: v Q a (2.2) dimana: Q kapaita pengangkutan (kg/menit) q maa benda kerja per panjang mein (kg/m) v kecepatan abuk (m/) a pai/jarak antar benda kerja (m) b. Gaya tarik abuk Tarikan efektif merupakan bear gaya yang dibutuhkan puli untuk menggerakkan benda kerja dan abuk. Tarikan efektif pada puli penggerak ataupun puli pengikut adalah eliih dari gaya tarik yang bekerja pada puli terebut (tight ide dengan lack ide). Pada gambar 2.1, bagian A adalah puli penggerak dan B adalah puli pengikut. Gambar 2.1. Letak tight ide dan lack ide

16 Fef Ft - F (2.3) Tarikan efektif pada abuk juga dapat dihitung dengan rumu: dimana: ( ) F g m + m + m (2.4) ef m - l. B1 B2 F ef Tarikan efektif abuk pada puli penggerak (N) F t tegangan abuk pada tight ide (N) F tegangan abuk pada lack ide (N) m - l koefiien geek abuk dengan permukaan luncur (lider) g gaya gravitai bumi (9,8 m/ 2 ) m maa abuk (kg) m B1 maa pembebanan pada bagian ata konveyor (kg) m B2 maa pembebanan pada bagian bawah konveyor (kg) c. Perbandingan gaya tarik pada abuk (Khurmi, 2002) (Siegling Belting) Tegangan abuk dikirimkan dari puli penggerak ke puli pengikut. Gaya tarik abuk pada bagian penggerak (driver pulley) biaanya lebih bear dari pada bagian pengikut (driven pulley). Perbandingan nilai kedua bagian gaya tarik terebut dapat ditentukan dengan rumu: æ F ö t 2,3log ç m- p. q è F ø (2.5) dimana: F t F p gaya tarik abuk pada tight ide (N) gaya tarik abuk pada lack ide (N) m - koefiien geek antara abuk dengan puli q udut kontak antara abuk dengan puli (rad)

17 Gambar 2.2. Sudut kontak antar abuk d. Daya pada abuk Daya yang dibutuhkan oleh abuk untuk melakukan proe pengangkutan, yaitu perkalian antara eliih gaya tarik efektif tight ide dan lack ide dengan kecepatan abuk. dimana: P F t F ( ). P F - F v (2.6) t Daya yang dihailkan abuk (Watt) gaya tarik abuk pada tight ide (N) gaya tarik abuk pada lack ide (N) (Khurmi, 2002) Puli Puli mempunyai peranan yang angat penting dalam pengoperaian item konveyor. Keruakan ebuah puli dapat menurunkan kinerja item konveyor ecara drati. a. Lebar puli (permukaan puli) Jika lebar abuk pengangkut telah diketahui, maka lebar puli atau permukaan puli dapat diambil ebear 25% lebih lebar dari lebar abuknya. w p 1,25.w (2.7) dimana w p lebar puli (m) w lebar abuk (m) Selain itu juga dapa diketahui berdaarkan Indian Standard, IS : 2122 (bagian I) 1973 (Reaffirmed 1990), lebar puli dapat ditetapkan berdaarkan tabel 2.2.

18 b. Tori Lebar abuk (mm) Tabel 2.1. Lebar puli Lebar puli (Penambahan dimeni lebar abuk) (mm) Hingga (Khurmi, 2002) Faktor utama untuk mendiain puli adalah tori yang diterima puli akibat tegangan abuk. Tori adalah putaran atau pemuntiran dari uatu gaya terhadap puli. Pada uatu puli dengan jari-jari r meter dan bekerja gaya F, maka akan timbul tori. Secara umum tori dapat diketahui dengan rumu: T F. r (2.8) Pada kau penggerak abuk, tori dapat dihitung dengan: dimana: T p Tori pada puli (Nm) ( ) T F - F r (2.9) p t p F t tegangan abuk pada tight ide (N) F tegangan abuk pada lack ide (N) r p jari-jari puli (m) Apabila uatu poro dipengaruhi oleh tori, maka diameter poro dapat ditentukan menggunakan peramaan: dimana: T Tori (Nm) J momen ineria terhadap umbu x dan y (m 4 ) t tegangan geer (N/m 2 ) r p jari-jari puli (m) T J t r Puat momen ineria dari ilinder adalah: (2.10) p

19 dimana: p J. d 32 p J puat momen ineria (m 4 ) d p diameter puli (m) 4 (2.11) Sehingga jika rumu 2.11 dimaukkan kedalam rumu 2.10, maka: dengan: T J t r p p 4. d.. p t Jt T 32 r d p p 2 p 3 T. d p. t 16 t tegangan geer material puli yang digunakan. (2.12) Gambar 2.3. Tegangan geer pada permukaan poro c. Momen lengkung Ketika poro dipengaruhi oleh momen lengkung, maka dapat dihitung dengan: dimana: M I M Momen lengkung (Nm) t r b (2.13) p

20 I momen ineria terhadap potongan melintang gari umbu (m 4 ) t b tegangan lengkung (N/m 2 ) r p jari-jari puli (m) Momen ineria dari ilinder adalah: dimana: I momen ineria (m 4 ) d p diameter puli (m) p 4 I. d (2.14) 64 p Sehingga jika rumu 2.14 dimaukkan kedalam rumu 2.13, maka: dimana: M I M M e e t b r p p 4. d.. p t It b b 64 r d p p 2 p 32 3 e. d p. t b t b tegangan lengkung material puli yang digunakan. (2.15) Gambar 2.4. Tegangan lengkung pada puli

21 d. Daya puli 2. p. N p. Tp P (2.16) 60 dimana: P Daya tranmii (Watt) N p kecepatan putar puli (rpm) T p Tori (Nm) (Khurmi, 2002) Sitem tranmii daya Tranmii gerak berputar dari uatu poro ke poro lain merupakan uatu permaalahan dalam etiap perencanaan terutama dalam hal reduki kecepatan dengan kekuatan tetap. Untuk mengatai hal ini, maka dipakai epaang ilinder bergerigi dengan gerakan menggelinding empurna yang dinamakan roda gigi. Roda gigi luru (pur gear) biaanya dipakai untuk memindahkan gerakan putar antara poro-poro ejajar yang biaanya berbentuk ilindri dan gigi-giginya adalah luru dan ejajar dengan umbu putar. Gambar 2.5. Bagian-bagian roda gigi (Khurmi, 2002) Bagian-bagian dari roda gigi antara lain: a. Modul, yaitu perbandingan antara diameter puncak dengan jumlah gigi, dirumukan : dimana: m d z T o (2.17)

22 m o modul d T diameter puncak (m) z jumlah gigi Pitch, jarak antar gigi: p. dt t p. mo (2.18) z dimana: t jarak antar gigi (m) b. Pitch Circle, yaitu lingkaran yang merupakan jalur perputaran (rotai murni) pada roda gigi. Pitch circle adalah ukuran diameter roda gigi yang biaa dinyatakan : d m z (2.19) T o. dimana: m o : modul d T : diameter puncak (m) z : jumlah gigi (Khurmi, 2002) c. Diameter luar roda gigi d out m (z + 2) (2.20) dimana: d out diameter luar roda gigi (m) d. Perbandingan putaran roda gigi Untuk memudahkan putaran roda gigi yang digerakkan dalam ebuah uunan roda gigi, digunakan rumu perbandingan eperti di bawah ini: Perkalia jumlah gigi penggerak Nt. N0 (2.21) Perkalian jumlah gigi yang digerakkan dimana, N t kecepatan putaran roda gigi terakhir (rpm) N 0 kecepatan putaran roda gigi penggerak awal (rpm) (Shigley, 1984) Raio roda gigi (raio tranmii) dari epaang roda gigi adalah raio/perbandingan antara jumlah atu putaran penuh roda gigi maukan dengan

23 jumlah atu putaran penuh roda gigi keluaran. Selama berputar, roda gigi yang lebih banyak akan membuat putaran yang lebih kecil dibandingkan dengan roda gigi yang lebih edikit. e. Pengalihan tori Pengalihan tori dapat dinyatakan dengan: T. N T. N (2.22) 0 0 dimana: T 0 Tori maukan dari motor (Nm) T t Tori keluaran (Nm) N t putaran roda gigi terakhir (rpm) N 0 putaran roda gigi penggerak awal (rpm) t t Karena raio roda gigi adalah perbandingan antara kecepatan putar maukan dengan kecepatan putar keluaran, maka: T raio roda gigi T (2.23) 0. t dimana: T 0 Tori maukan dari motor (Nm) T t Tori keluaran (Nm) (ocw.gunadarma.ac.id) Motor penggerak Motor dc adalah mein yang berfungi mengubah tenaga litrik dc menjadi tenaga mekanik dengan tenaga gerak berupa putaran dari rotor. Mencari kecepatan udut: 2. p. N g w (2.24) 60 dimana : ω kecepatan udut (rad/) N g putaran roda gigi (rpm) Sehingga kecepatan linearnya adalah: v ω. r g (2.25) dimana :

24 v kecepatan linear (m/) r g jari-jari roda gigi (m) Daya yang diperlukan untuk menggerakkan roda gigi adalah ebear: P F g. v (2.26) Daya motor dapat dicari dengan peramaan: P V x I (2.27) dimana : F g gaya yang bekerja pada roda gigi (N) P daya (Watt) V tegangan (Volt) I aru (Amphere) 2.2. Peralatan pendukung Modular Automation Production Sytem (MAPS) Feto MAPS terdiri dari 4 buah tation, yaitu double feeder tation, handling device, control tation, dan orting tation. Jika dirangkai, keeluruhan unit merupakan bagian dari item penyortiran material yang berupa pemiahan 3 jeni material, yaitu berbahan platik dengan warna hitam, platik dengan warna putih dan logam (aluminium). Material berbentuk ilinder dengan diameter 50 mm.

25 handling device control tation double feeder tation orting tation Gambar 2.6. Skema tataletak MAPS Penyuunan tation-tation haru diurutkan berdaarkan funginya maing-maing. Double feeder merupakan tation yang diletakkan paling awal, tuganya menyuplai material menuju handling device. Handling device diletakkan pada bagian tengah dari eluruh tation, karena tuganya memindahkan material euai dengan jeninya. Station elanjutnya adalah control tation ebagai proe penyortiran awal, dimana eluruh material dipiahkan dari material reject. Station terakhir adalah orting tation ebagai pemiah hail akhir dari proe penyortiran PLC (Programmable Logic Controller) Programmable Logic Controller ingkatnya PLC merupakan uatu bentuk khuu pengontrol berbai mikroproeor yang memanfaatkan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan intruki-intruki dan untuk mengimplementaikan fungi-fungi emial logika, pewaktuan (timing), pencacahan (counting), dan aritmatika guna mengontrol meinmein dan proe-proe. Umumnya ebuah item PLC memiliki 5 komponen daar. Komponen-komponen ini adalah 1. Unit proceor atau unit pengolah puat (Central Proceing Unit/CPU)

26 2. Memori 3. Unit catu daya (power upply) 4. Bagian input/output interface 5. Perangkat pemrograman. (William Bolton, 2004) Sitem Pneumatik Perkataan pneumatik beraal dari bahaa Yunani pneuma yang berarti napa atau udara. Jadi pneumatik berarti terii udara atau digerakkan oleh udara mampat. (Thoma Krit, 1993). Bagian yang digerakkan pada uatu item pneumatik diebut dengan aktuator. Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi uplai menjadi energi kerja yang dimanfaatkan. Sinyal keluaran dikontrol oleh item kontrol dan aktuator bertanggung jawab pada inyal kontrol melalui elemen kontrol terakhir. (mawie2000.file.wordpre.com) Deain dari komponen pneumatik dirancang untuk makimum operai pada tekanan 8-10 bar ( kpa), tetapi dalam praktek dianjurkan beroperai pada tekanan 5-6 bar ( kpa) untuk penggunaan yang ekonomi. Memperhatikan adanya kerugian tekanan pada item ditribui maka kompreor haru menyalurkan udara bertekanan 6,5-7 bar, ehingga pada item kontrol tekanan tetap tercapai ebear 5-6 bar. (Feto Didactic) Senor Itilah enor digunakan untuk elemen yang memproduki inyal yang berhubungan dengan kuantita objek yang diukur. Senor yang digunakan adalah jeni enor pendekatan. Alat pendekatan digunakan untuk mendeterminaikan dekatnya 1 objek relatif dengan objek yang lain, apakah lokai khuu telah dicapai, atau apakah item yang ditampilkan dalam poii khuu.(purwadi, 2006) a. Microwitch Limit witch mekanik atau ering juga diebut microwitch dapat dibedakan menurut aktifita kerja terhadap kontak elektriknya. Limit witch dapat bekerja ebagai pemutu ( normally cloed atau NC witch) dan penyambung ( normally open atau NO witch) atau bahkan dapat bekerja ecara NC maupun NO.

27 Gambar 2.7. Senor microwitch ( b. Reed Switch Reed witch ering juga diebut ebagai magnetic witch. Senor ini terdiri dari dua plat kontak yang terproteki penuh dalam ruang kaca yang mempunyai ga proteki. Senor ini bekerja apabila plat yang berada dalam tabung proteki ini tertarik oleh medan magnet. Reed witch ini cepat, lebih andal dan menghailkan penyimpangan yang lebih kecil dibandingkan dengan aklar elektromekanik konvenional. Gambar 2.8. Skema Reed Switch 2.3. Pemrograman Secara global, bahaa program yang digunakan pada PLC ada dua, yaitu bahaa kode dan bahaa gambar. Bahaa kode ering dijumpai dengan itilah Kode Mnemonic atau STL (Statement Lit). Sedangkan bahaa gambar yang ering digunakan adalah LAD (Ladder Diagram) atau diagram tangga. (Yulianto, 2006) (a) (b) Gambar 2.9. (a) Ladder diagram, (b) Statement lit

28 Diagram-diagram tangga terdiri dari dua gari vertikal yang mempreentaikan rel-rel daya. Komponen-komponen rangkaian diambungkan ebagai gari-gari horizontal, yaitu anakanak tangga, di antara kedua gari vertikal. Sebuah diagram tangga dibaca dari kiri ke kanan dan dari ata ke bawah. Tiap-tiap anak tangga haru dimulai dengan ebuah input atau ejumlah input dan haru berakhir dengan etidaknya ebuah output. Itilah input digunakan bagi ebuah langkah kontrol, dan output digunakan untuk ebuah perangkat yang terambung ke output ebuah PLC. Input dan output eluruhnya diidentifikaikan melalui alamat-alamatnya. Alamatalamat ini mengindikaikan lokai input atau output di dalam memori PLC. (William Bolton, 2004) Software yang dapat digunakan untuk pemrograman pada PLC Siemen tipe S7 300 antara lain Simatic Manager Step 7. Sehingga oftware terebut tidak dapat digunakan untuk PLC dengan tipe dan merk yang berbeda. Secara umum etiap merk PLC memiliki oftware terendiri dalam menjalankannya. Seperti contoh pada PLC dengan merk Omron menggunakan oftware CX Program, PLC merk Mitubihi menggunakan oftware GX Developer, dan PLC merk LG dengan oftware KGL_Win. Setiap oftware terdapat tipe-tipe khuu pada etiap merk PLC beerta komponen-komponen tambahan lainnya.(yulianto,2006) 2.4. Analii dinamika Studi mengenai gerak dan konep-konep gaya yang berhubungan, membentuk atu bidang yang diebut mekanika. Mekanika biaanya dibagi dua bagian: kinematik yang merupakan penjelaan mengenai benda bergerak dan dinamika yang mengalami maalah gaya dan menjelakan mengapa benda begerak edemikian rupa. a. Gaya Gaya merupakan emacam dorongan atau tarikan terhadap ebuah benda. Gaya tidak elalu menyebabkan benda bergerak. Sebuah gaya memiliki arah dan bear, ehingga merupakan ebuah vektor. Secara umum gaya dirumukan: F m. a (2.28) dimana: F gaya (N)

29 m maa (kg) a percepatan (m/ 2 ) (Giancoli, 1998) Pada item pneumatik, aat fluida mengalir melalui aluran outtroke akan menimbulkan gaya dorong ehingga piton bergerak maju, piton akan bergerak ke belakang bila fluida mengalir melalui aluran introke. Dalam perhitungan gaya dorong ini dapat ditentukan dengan dua cara yaitu gaya dorong teoriti dan gaya dorong efektif. b. Gaya piton teoriti Gaya teoriti ini bearnya dapat diketahui dari lua area penampang piton dan tekanan operai, ehingga dapat dicari dengan rumu ebagai berikut: F t A. P (2.29) dimana: F t gaya teoriti (N) P tekanan kerja (Pa) A lua penampang piton (m 2 ) c. Gaya piton efektif (aktual) Gaya aktual adalah gaya dorong piton eungguhnya yang digunakan untuk melakukan kerja. Harga dari gaya aktual akan elalu lebih rendah dari gaya teoriti, diebabkan oleh adanya gaya geek antara piton dengan dinding tabung. Gaya tarik ke dalam (introke) harganya lebih kecil dari langkah maju (outtroke) ini diebabkan adanya pengurangan lua efektif piton oleh lua penampang batang piton. Gaya efektif ama dengan gaya teoriti dikurangi gaya piton yang digunakan untuk melawan gaya geek dari gaya efektif. Gaya geek dianggap ebear 10%. Untuk ilinder gerak ganda gaya efektif dapat dihitung : o langkah maju F maju A. P Rr (π/4. D 2 ). P Rr (2.30) o langkah mundur F mundur A. P Rr

30 {π/4. (D 2 d 2 )}. P Rr (2.31) dimana: F maju F mundur gaya aktual pada langkah maju (N) gaya aktual pada langkah mundur (N) A lua penampang ilinder dengan batang torak (m 2 ) A lua penampang ilinder tanpa batang torak (m 2 ) P tekanan kerja (Pa) D diameter piton (m) d diameter batang piton (m) Rr gaya geek (10%) (Sugihartono, 1985) Pada ilinder tanpa batang (rodle cylinder), gaya piton efektif antara gerak maju dan gerak mundurnya ama. Sehingga gaya piton efektif dapat dihitung dengan menggunakan rumu (2.30). d. Gaya geekan Gaya geekan antara dua permukaan yang aling diam atu terhadap yang lain diebut gaya geekan tatik (tatic friction). Gaya geekan tatik yang makimum ama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. F µ. F N (2.32) dimana: F gaya geek tatik µ koefiien geek tatik F N gaya normal (Halliday, 1978) e. Berat dan Maa Makin bear maa yang dimiliki ebuah benda, makin ulit merubah keadaan geraknya. Perbedaan antara maa dan berat, maa adalah ifat dari benda itu endiri. Sedangkan berat adalah gaya, gaya gravitai yang bekerja pada ebuah benda. F g m. g (2.33) dimana: F g gaya berat (N) m maa benda (kg)

31 g gaya gravitai (m/ 2 ) f. Uaha Uaha didekripikan ebagai apa yang dihailkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda ementara benda terebut bergerak dalam jarak tertentu. Dalam bentuk peramaan dapat ditulikan: W F. (2.34) dimana: W uaha (Nm,Joule) F Gaya (N) perpindahan (m) g. Daya Daya adalah cepatnya uaha yang dilakukan. Dalam hal ini kecepatan haru diartikan komponen kecepatan benda dalam arah gaya yang bekerja padanya. P uaha yang dilakukan gaya F. v (2.35) waktu yang diperlukan untuk uaha dimana: P daya rata-rata (watt) BAB III METODOLOGI PERANCANGAN (Giancoli, 1998) 3.1. Alat dan bahan utama Staiun double feeder berfungi ebagai penyimpan dan pengumpan benda kerja dalam proe pemiahan. Double feeder tation ini terdiri dari 2 gravity magazine. Bagian penyimpanan yang berbentuk peregi, dapat menyimpan benda kerja yang berbentuk kubu maupun ilinder dengan lebar/diameter 50 mm.

32 Gambar 3.1. Double feeder tation Penggantian blok dilakukan oleh unit pneumatik. Pengumpanan benda kerja dikerjakan oleh ebuah ilinder kerja tunggal tandar (diameter 20 mm). Sebuah microwitch melakukan identifikai dalam pemaangan benda kerja untuk proe elanjutnya. Peralatan pendukung dalam double feeder tation yaitu: 1. Benda kerja Semua benda kerja berbentuk ilinder dengan tinggi dan diameter 50 mm. Benda kerja yang digunakan ada 3 macam, yaitu: Alumunium dengan maa 275,6 gram Platik putih dengan maa 137,5 gram Platik hitam dengan maa 137 gram 2. PLC Siemen Gambar 3.2. Benda kerja PLC Siemen yang digunakan adalah tipe S7 300.

33 Gambar 3.3. PLC Siemen tipe S Silinder pneumatik kerja ganda Silinder kerja ganda digunakan ebagai pendorong benda kerja yang akan dipindah ke unit handling device. Diameter piton 20 mm, diameter batang piton 8 mm dan panjang langkah 100 mm. Gambar 3.4. Silinder pneumatik kerja ganda 4. Silinder pneumatik tanpa batang (rodle cylinder) Rodle cylinder digunakan untuk mengganti poii gravity feed magazine ebagai tempat penampungan benda kerja. Diameter pitonnya 16 mm dan panjang langkah 100 mm. Gambar 3.5. Silinder pneumatik tanpa batang (rodle cylinder)

34 5. Solenoid valve Katup 5/2 ebagai pengontrol aliran udara yang dibutuhkan oleh ilinder pneumatik. Solenoid valve yang digunakan berjumlah 2 buah. Gambar 3.6. Solenoid valve 6. Senor Ada 2 macam enor yang digunakan, yaitu microwitch dan reedwitch. Microwitch ebagai pengidentifikai adanya benda kerja pada tempat pengumpanan. Reedwitch ebagai pengidentifikai poii batang piton pada aat maju dan mundur. Gambar 3.7. Microwitch (a) Gambar 3.8. (a) Reedwitch pada feeder (b) Reed witch pada gravity magazine 7. One-way flow control (b)

35 One-way flow control adalah alat pengatur aliran udara yang akan mauk dan keluar pada ilinder pneumatik. Alat ini dipaang pada kedua ujung ilinder. One-way flow control yang digunakan pada double feeder tation berjumlah 4 buah. Gambar 3.9. One-way flow control 8. Kompreor Kompreor yang digunakan dengan tekanan operai rata-rata 6 Bar. Gambar Kompreor 9. Timbangan digital Timbangan yang digunakan memiliki ketepatan hingga 3 angka di belakang koma dengan atuan kg.

36 Gambar Timbangan digital 3.2. Metode perancangan Tahap pertama yang dilakukan adalah merancang dan membuat unit konveyor euai dengan kebutuhan dari feeder tation pada Feto MAPS. Dari material yang diangkut pada feeder tation ini, maka deain yang paling tepat digunakan adalah konveyor abuk karena benda kerja yang diangkut permukaannya datar dan termauk ke dalam beban ringan. Hal-hal yang haru dipertimbangkan dalam merancang konveyor abuk antara lain perencanaan abuk pengangkut benda kerja, puli, item penggerak (tranmii daya) dan motor. Konveyor abuk yang akan dibuat terdiri dari 2 buah puli. Puli pertama merupakan penggerak yang terhubung dengan motor, dan puli kedua merupakan puli pengikut. Benda kerja diangkut pada bagian ata konveyor. Pengaktifan konveyor dikontrol oleh ebuah aklar yang dipaang pada tempat penampungan. Saklar yang digunakan adalah berupa ebuah microwitch. Material rangka konveyor dan tempat penampungan terbuat dari akrilik. Untuk bagian penampungan terbuat dengan ketebalan 2 mm, dan pada bagian utama konveyor dengan ketebalan 5 mm.

37 Gambar Skema rancangan konveyor Benda kerja yang dapat diangkut oleh konveyor dan jumlah benda kerja yang dapat ditumpuk pada tempat penampungan adalah 2 buah. Cara kerja dari konveyor yaitu ketika benda kerja diumpankan oleh feeder, maka jumlah tumpukan benda kerja pada tempat penampungan akan berkurang. Ketika tumpukan benda kerja berkurang, maka microwitch yang terdapat pada bagian ata penampungan akan mengaktifkan konveyor untuk mengirimkan benda kerja. Apabila penampungan penuh, microwitch akan mematikan konveyor, dan juga apabila penampungan dalam keadaan koong, maka konveyor akan mati. Konveyor dapat diaktifkan kembali apabila ada benda kerja telah diuplai di ata konveyor dengan menggunakan aklar. Gambar Microwitch Motor yang digunakan untuk menggerakkan konveyor adalah motor dc. Motor penggerak dihubungkan dengan puli penggerak dengan menggunakan item roda gigi. Kecepatan putaran motor dapat diatur dengan pemberian potenio meter ebagai pengatur tegangan motor. Potenio diletakkan pada bagian rangka meja konveyor. Setelah konveyor dibuat, maka tahap elanjutnya adalah intalai pada feeder tation Feto MAPS. Pada rancangan Feto, feeder yang digunakan adalah dengan penampungan benda kerja ganda. Sedangkan rancangan ini penampungan yang digunakan hanya 1. Tahap elanjutnya adalah perancangan program. Seluruh input dan output yang ada diuun hingga menjadi kondii-kondii yang akan dialami oleh feeder. Suunan kondii kerja digambarkan pada uatu diagram alir (flowchart), kemudian diterjemahkan kedalam bentuk program. Software yang digunakan adalah Simatic manager veri 5.3. Software ini digunakan untuk pengendalian pada PLC

38 Siemen. Bahaa program yang digunakan adalah ladder diagram. Setelah itu memaukkan program ke PLC untuk menjalankan unit feeder. MULAI Penentuan jeni konveyor yang akan dirancang Kondii penggunaan konveyor: 1. Benda kerja yang diangkut 2 buah 2. Benda kerja yang ditampung dalam gravity feed magazine ada 2 buah 3. Konveyor diaktifkan dengan microwitch Perancangan: 1. Pemilihan abuk 2. Kapaita pengangkutan 3. Pemilihan puli 4. Speifikai Motor 5. Perancangan tranmii daya Pencarian alat dan bahan Pengerjaan perancangan Perakitan konveyor Tidak Apakah konveyor bekerja dengan baik? Ya A

39 A Intalai pada feeder tation SELESAI. Gambar Diagram alir perancangan konveyor MULAI Perancangan unit konveyor Perancangan program pada feeder tation dengan tambahan unit konveyor Pemrograman Menjalankan Sitem Tidak Program Benar? Ya Analia item dan analia dinamika Keimpulan SELESAI Gambar Diagram alir perancangan dan pemrgraman pada feeder dengan tambahan konveyor MULAI Perancangan program pada double feeder rancangan Feto Pemrograman dengan

40 Gambar Diagram alir perancangan dan pemrograman pada double feeder Setelah program telah dibuat, maka program terebut di maukkan ke dalam PLC dengan menggunakan kabel data. Pada aat memaukkan program dengan kabel data, maka poii PLC haru dalam keadaan berhenti (STOP/item tidak dalam keadaan berjalan). Setelah program dimaukkan, kondii PLC diganti dalam poii RUN. Kebenaran pada pemrograman adalah apabila proe pengumpanan berlangung dengan benar. Kealahan yang ering terjadi adalah terjadinya benturan antara ilinder pengumpan dengan ilinder pembawa gravity feed magazine. Pada tahap akhir yaitu analia dinamika, variabel yang akan didapatkan adalah gaya, uaha dan daya yang dibutuhkan untuk melakukan proe pengumpanan. Secara diagramati, tahap perancangan konveyor yang dilakukan adalah eperti pada gambar Secara keeluruhan, proe perancangan dan

41 pemrogaram diberikan pada gambar 3.15 untuk feeder dengan tambahan konveyor, dan gambar 3.16 untuk double feeder Perancangan konveyor pada feeder tation BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISIS Jeni konveyor yang dirancang dan akan dibuat adalah konveyor abuk (belt conveyor). Skema perancangan konveyor adalah eperti pada gambar 3.12, dimana pengangkutan hanya pada bagian ata konveyor. Sebelum melakukan perancangan maka beberapa variabel haru diketahui dan ditentukan, yaitu: a. Perancangan konveyor ebagai alat tambahan untuk feeder tation pada Feto MAPS dengan mengaumikan benda kerja terletak jauh dari unit feeder. b. Material yang digunakan adalah ilinder dengan tinggi dan diameter 50 mm. c. Benda kerja yang dapat diangkut konveyor dalam ekali proe yaitu 2 buah. Ketentuan-ketentuan di ata merupakan penentuan awal, ehingga dapat dijadikan ebagai ebuah bataan dalam melakukan perancangan Pemilihan Sabuk a. Material abuk Sabuk pada konveyor terbuat dari bahan dengan nama paaran kain CP Taiwan. Kain ini biaa digunakan untuk penutup bagian ata (atap) pada becak. Kain ini terdiri dari 2 lapi, pada bagian ata (permukaan) adalah karet dan bagian bawahnya adalah kain. Kedua lapian bahan abuk yang digunakan dapat aling melengkapi fungi dari abuk itu endiri. Bahan kain pada ii dalam bahan dapat memperkuat abuk, edangkan bahan karet pada ii luar untuk mengurangi reiko meluncurnya benda kerja yang diangkut pada aat abuk konveyor berjalan.

42 b. Dimeni abuk Gambar 4.1. Material abuk konveyor Benda kerja yang dapat diangkut dalam konveyor dalam ekali proe dibuat tetap yaitu 2 buah. Ditentukan juga jarak antar benda kerja 70 mm dan jarak dari material ke ujung konveyor adalah 15 mm. Ilutrai dapat dilihat pada gambar 4.2, ehingga jarak anatar puli (jarak titik puat puli penggerak dengan titik puat puli pengikut) adalah: a b c d e A B x Gambar 4.2. Skema peletakan benda kerja

43 x a + b + c + d + e 15 mm + 50 mm + 20 mm + 50 mm + 15 mm 150 mm Apabila jarak antar puli dan diameter puli telah diketahui, maka panjang abuk dapat dihitung dengan: æ keliling puliö L 2. ç + 2. jarak antar puli è 2 ø æ 2 p. rp ö 2. ç + 2. x è 2 ø 2. 3, mm ( mm) 50, 24 mm+ 300 mm 350, 24 mm» 351 mm Lebar abuk didapatkan dengan menambahkan 10 mm dari lebar benda kerja ebagai tolerani pergeeran benda. Diameter benda kerja 50 mm, ehingga lebar abuk adalah 60 mm. Penyambungan abuk dilakukan dengan cara dijahit. Pada bagian ujung abuk ditambahkan dimeni ebear 10 mm untuk dilakukan proe penjahitan. Panjang abuk ebenarnya adalah 350,24 mm, ehingga dapat dibulatkan agar mempermudah dalam pengukuran, panjangnya menjadi 351 mm. Sehingga total panjang abuk yang digunakan adalah 361 mm. c. Maa abuk Untuk mencari maa abuk dapat dilakukan dengan cara menimbang langung pada alat timbang. Hail timbangan menunjukkan maa dari abuk, kemudian dapat dicari maa jeni abuk dengan membagikan dengan volume abuk. Maa abuk yang diperoleh adalah 11,96 gram Pemilihan puli a. Gaya tarik pada abuk Nilai gaya tarik pada tight ide (ii kencang) pada umumnya lebih bear dibandingkan pada lack ide (ii kendor). Aluminium memiliki maa yang paling bear diantara benda kerja yang lain, ehingga pembebanan makimum adalah pada aat konveyor mengangkut aluminium. Maa total dari benda kerja diambil dari maa aluminium, yaitu 551,2 gram. Nilai m 2 adalah 0 karena pembebanan hanya apada bagian ata konveyor.

44 Gaya geek antara abuk dan bagian lider pada konveyor, bagian yang berentuhan adalah kain dengan akrilik. Nilai koefiien geek kedua material terebut adalah 0,39, ehingga nilai gaya tarik efektif yaitu: ( ) F g m m m F ef m - l ef 0,39. 9,8 m 2. (551, 2 gram ,96 gram) 3,822 m ,16 gram 3,822 m 2. 0,563 kg 2,15 N K(1) Pada rancangan konveyor ini bagian puli pengikut koefiien geek dapat diabaikan. Bagian dari abuk yang berentuhan dengan puli adalah kain dan material puli adalah aluminium dengan kondii pengoperaian kering, ehingga koefiien geeknya adalah 0,21. Sudut kontak antara abuk dengan puli adalah 180 0, ehingga q adalah p rad. Perbandingan gaya tarik antara tight ide dan lack ide adalah: æ F ö t 2,3log ç m- p. q è F ø æ F ö m p. q t - logç è F ø 2,3 æ F ö t 0, 21. 3,14 logç 0, 29 è F ø 2,3 æ F ö t ç 1,95 ( anti log dari 0, 29) è F ø F 1,95 F K(2) t Jika hail kedua perhitungan di ata diubtituikan, maka dapat diketahuai nilai tegangan pada tight ide dan lack ide. Peramaan (1) dan (2) diubtituikan kedalam rumu (2.4), maka: F F - F ef t 2,15 N 1,95 F - F 0,95 F 2,15 N F F 2,15 N , 26 N Setelah gaya tarik pada lack ide diketahui, maka gaya tarik pada tight ide adalah:

45 b. Dimeni puli F F - F ef t 2,15 N F - 2, 26 N F t t 4, 41 N Material yang dipilih dalam pembuatan puli adalah aluminium dengan diameter 16 mm, ehingga dari hubungan tori dan diameter puli material dapat diketahui aman-tidaknya jeni material yang digunakan dengan membandingkan tegangan geer hail perhitungan dengan tegangan geer material yang dipilih. ( ) T F - F r t p 2,15 N.8 mm 17,2 Nmm 0,0172 Nm Pembebanan pada puli adalah earah horizontal, bear gaya yang dihailkan dari tarikan abuk adalah: ( ) Wc F + F t 4,41 N + 2,26 N 6,67 N Diagram pembebanan ecara horizontal dapat dilihat pada gambar 4.3 (a). Sebelum mencari nilai momen lengkung makimal, maka pertama-tama ditentukan pembebanan ecara horozontal. R + R 6,67 N AH BH Pengambilan momen di titik A: x RBH. x 6,67 N. 2 R. 87 mm 6,67 N. 43,5 mm BH R BH 3,335 N R R 3,335 N AH BH Maka nilai momen lengkung di titik A dan B adalah: M AH M 0 BH Nilai momen lengkung di titik D:

46 M R.13,5 mm DH AH 3,335 N.13,5 mm 45,02 Nmm Nilai momen lengkung di titik E: M R.13,5 mm EH BH 3,335 N.13,5 mm 45,02 Nmm Nilai momen lengkung di titik C: w M CH RAH. 43,5 mm-.15 mm 2 3,335 N. 43,5 mm- 3,335 N.15 mm 145,1 Nmm- 50, 03 Nmm 95,07 Nmm Diagram momen lengkung ditunjukkan pada gambar 4.3 (b). Setelah itu dapat diketahui nilai momen puntir ekuivalen pada poro: T T + M e 2 2 ( 17, 2) ( 95,07) , ,3 Nmm 96,61 Nmm Nmm Dengan menggunakan peramaan tori umum, maka akan didapatkan nilai tegangan geer yang dialami oleh poro. Diketahui diameter poro adalah 6 mm. p 3 Te. t. d 16 p 3 96,61 Nmm. t.( 6 mm) 16 96, 61 Nmm.16 t 3 p. 6 ( mm) 2,28 N / mm 2

47 Tegangan geer akibat dari pembebanan pada poro dengan perhitungan adalah ebear 2,28 MPa. Material puli terbuat dari bahan aluminium berbentuk ilinder, edangkan diketahui tegangan geer dari material poro yaitu aluminium adalah 30 MPa ( Tegangan geer material yang digunakan lebih bear dari tegangan geer hail perhitungan, ehingga material yang digunakan aman. T t T 87 mm 6,67 N A D C E B (a) Diagram pembebanan horizontal R AH 13,5 mm 60 mm 13,5 mm R BH 95,07 45,02 Nmm 45,02 Nmm Nmm (b) Diagram momen lengkung A D C E B Gambar 4.3. Diagram pembebanan

48 Nilai momen lengkung ekuivalen: 2 2 ( ) 1 M e M + T + M , ,2 + 95, , , ,84 Nmm 2 2 ( ( ) ( ) ) ( Nmm Nmm) Nmm Menggunakan peramaan: p 3 M e. t B. d 32 p 3 95,84 Nmm. t B.( 6 mm) 32 95,84 Nmm. 32 t B 3 p. 6 ( mm) 4,52 N / mm 2 Tegangan lengkung akibat dari pembebanan pada poro dengan perhitungan adalah ebear 4,52 MPa. Material puli terbuat dari bahan aluminium berbentuk ilinder, edangkan diketahui kekuatan tarik dari material poro yaitu aluminium adalah 90 MPa ( Kekuatan tarik material yang digunakan lebih bear dari tegangan lengkung hail perhitungan, ehingga material yang digunakan aman.

49 Gambar 4.4. Puli aluminium Perencanaan motor dan tranmii daya a. Kecepatan abuk Kecepatan konveyor dapat ditentukan dengan mengaumikan apabila proe berjalan ecara kontinu. Sehingga kecepatan konveyor dalam melakukan proe kerja adalah lamanya waktu yang dibutuhkan ilinder pneumatik pada feeder untuk mengumpan benda kerja. Diketahui kecepatan pneumatik untuk mengumpan adalah: jarak v waktu 98,5 2,24 43,97 mm 0, 0439 m Waktu yang ditempuh ilinder untuk maju dan mundur diaumikan ama yaitu 2,24 ekon, ehingga waktu total proe kerja pengumpan adalah 4,48 detik. Kecepatan pengumpanan pada konveyor dengan feeder haru ama, yaitu dalam waktu 4,48 detik. Sedangkan jarak tempuh konveyor adalah 70 mm (jarak antar benda kerja). Sehingga kecepatan konveyor adalah: v jarak waktu 70 mm 4, 48 15,63 mm

50 b. Percepatan konveyor Dalam proe pengangkutan benda kerja haru tetap berada di ata konveyor tanpa terjadi lip ketika terjadi perubahan kecepatan. Diketahui nilai koefiien geek tati dari benda kerja dengan abuk adalah 0,38 untuk aluminium dan 0,47 untuk platik (lampiran). Nilai percepatannya adalah: Benda kerja platik F F y N 0 m. g F 0,1375 kg. 9,8 m / F N N 1,35 N 2 x m. F m. a F 0 F m. a N m. FN a m 0,38.1,35 N a 0,1375 kg a 3,73 m / 2 Benda kerja aluminium F F y N 0 m. g F 0, 2756 kg. 9,8 m / N F 2,7 N N 2

51 x m. F m. a F 0 F m. a N m. FN a m 0,47. 2,7 N a 0, 2756 kg a 4,6 m / 2 Dari hail perhitungan didapatkan percepatan benda kerja adalah 3,73 m/ 2 untuk benda kerja platik dan 4,6 m/ 2 untuk aluminium, maka digunakan nilai percepatan terkecil ebagai nilai percepatan makimalnya, yaitu 3,73 m/ 2. c. Perencanaan motor Speifikai motor dicari dengan menentukan kebutuhan daya yang dibutuhkan untuk mengoperaikan konveyor. Hal yang haru diperhatikan adalah kecepatan pengoperaian dan tori yang dibutuhkan untuk menggerakkan konveyor. Hail pengukuran kecepatan putaran pada motor dengan menggunakan tachometer adalah 5837 rpm. Apabila motor dihubungkan langung dengan puli, maka kecepatan konveyor adalah: 2. p. N w p ,94 rad / Maka kecepatannya adalah: vw. r 610,94 rad /. 8 mm 4887,52 mm / Untuk mengurangi kecepatan, maka dibutuhkan pereduki kecepatan berupa roda gigi. Jika percepatan konveyor tidak boleh lebih dari 3,73 m/ 2, maka dapat diketahui nilai kecepatan konveyornya apabila jarak yang ditempuh benda kerja adalah 70 mm, adalah:

52 2 2 v v0 + a x- x0 2. ( ) ,73 m / (0,07 0) 0,522 m / 2 2 v 0,522 0, 722 m / d. Perencanaan roda gigi Raio roda gigi yang direncanakan pada perancangan ini yaitu 5 buah roda gigi. Penamaan roda gigi dimulai dari 1 adalah untuk rangka, dan roda gigi maukan adalah roda gigi 2, kemudian nomor roda gigi berikutnya adalah 3, 4, dan eterunya ampai roda gigi terakhir dari rangkaian. Maka diketahui: Roda gigi 2 Diameter luar, d out 7,5 mm Jumlah gigi, z g2 18 d m. ( z+ 2) m m out g 2 g 2 m. (18+ 2) g 2 7,5 mm 20 0,375 mm Setelah modul roda gigi telah diketahui, maka diameter puncak roda gigi adalah: dt mo z d m. z d d T g 2 g 2 T T 0, ,75 mm Roda gigi 3 Diameter luar gear 25 mm Jumlah gigi, z g3 61

53 d m. ( z+ 2) m m out g3 g3 m. (61+ 2) g3 25 mm 63 0,397 mm Setelah modul roda gigi telah diketahui, maka diameter puncak roda gigi adalah: dt mo z d m. z d d T g3 g3 T T 0, ,22 mm Roda gigi 4 Diameter luar gear 22 mm Jumlah gigi 54 Pinion 8 mm Jumlah gigi 19 d m. ( z+ 2) m m out g 4 g 4 m. (54+ 2) g 4 22 mm 56 0,393 mm Setelah modul roda gigi telah diketahui, maka diameter puncak roda gigi adalah:

REKAYASA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA FESTO MODULAR AUTOMATION PRODUCTION SYSTEM (MAPS)

REKAYASA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA FESTO MODULAR AUTOMATION PRODUCTION SYSTEM (MAPS) 183 REKAYASA SISTEM SUPLAI BENDA KERJA PADA FESTO MODULAR AUTOMATION PRODUCTION SYSTEM (MAPS) Didik Djoko Susilo 1 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS Keywords : Feeder station Conveyor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROIRO (PLTM) Fifi ety Sholihah, Ir. Joke Pratilatiaro, MT. Mahaiwa Juruan Teknik Elektro Indutri, PENS-ITS, Surabaya,Indoneia, e-mail: pipipiteru@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA

SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA SIMULASI SISTEM PEGAS MASSA TESIS Diajukan guna melengkapi tuga akhir dan memenuhi alah atu yarat untuk menyeleaikan Program Studi Magiter Matematika dan mencapai gelar Magiter Sain oleh DWI CANDRA VITALOKA

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan

DAFTAR NOTASI. tarik dan mempunyai titik pusat yang sama dengan. titik pusat tulangan tersebut, dibagi dengan Daftar Notai hatam.an. - 1 DAFTAR NOTASI.:'#, a = bentang geer, jarak antara beban terpuat dan muka dari tumpuan. a = tinggi blok peregi tegangan tekan ekivalen. A = lua efektif beton tarik di ekitar tulangan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENCETAK TABLET DENGAN APLIKASI PNEUMATIK DAN KONTROL PLC Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Mahmud

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik

TEKNOLOGI BETON Sifat Fisik dan Mekanik TEKNOLOGI BETON Sifat Fiik dan Mekanik Beton, ejak dulu dikenal ebagai material dengan kekuatan tekan yang memadai, mudah dibentuk, mudah diproduki ecara lokal, relatif kaku, dan ekonomi. Agar menghailkan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG

BAB VII PERENCANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG GROUP BAB VII PERENANAAN BALOK INDUK PORTAL MELINTANG 7. Perenanaan Balok Induk Portal Melintang Perenanaan balok induk meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan geer/ engkang, tulangan badan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI

FISIKA. Sesi GELOMBANG BUNYI A. CEPAT RAMBAT BUNYI FSKA KELAS X A - KURKULUM GABUNGAN 0 Sei NGAN GELOMBANG BUNY Bunyi merupakan gelombang longitudinal (arah rambatan dan arah getarannya ejajar) yang merambat melalui medium erta ditimbulkan oleh umber bunyi

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito

KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE. Oleh: Gondo Puspito KAJIAN TEORITIS DALAM MERANCANG TUDUNG PETROMAKS TEORETYCAL STUDY ON DESIGNING A PETROMAKS SHADE Oleh: Gondo Pupito Staf Pengajar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, PSP - IPB Abtrak Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem

Laporan Praktikum Teknik Instrumentasi dan Kendali. Permodelan Sistem Laporan Praktikum Teknik Intrumentai dan Kendali Permodelan Sitem iuun Oleh : Nama :. Yudi Irwanto 0500456. Intan Nafiah 0500436 Prodi : Elektronika Intrumentai SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BAAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini.

Fisika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fisis, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Fiika adalah ilmu yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala fii, dan kejadian-kejadian yang berlaku di alam ini. Kajian-kajian dalam bidang fiika banyak melibatkan pengukuran bearanbearan fiika.

Lebih terperinci

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa ELEKTRIKA Volume 01, Nomor 01, September 017 ISSN: 597-796 Analii Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induki 3 Faa Bambang Prio Hartono dan Eko Nurcahyo Program Teknik Litrik Diploma

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO

GERAK MELINGKAR. Disusun oleh : Ir. ARIANTO GEAK MELINGKA Diuun oleh : Ir. AIANTO DEFINISI GEAK MELINGKA PENGETIAN 1 ADIAN PEIODA DAN FEKENSI KELAJUAN ANGULE DAN KELAJUAN LINIE HUBUNGAN ANTA ODA GEAK BENDA DI LUA DINDING MELINGKA GEAK BENDA DI DALAM

Lebih terperinci

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul? SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lebar Jalan Rel Lebar jalan rel adalah jarak minimum kedua ii kepala rel yang diukur pada 0-14 mm dibawah permukaan terata rel. Berdaarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah kondii alami dengan kepadatan rendah hingga edang cenderung mengalami deformai yang bear bila dilintai beban berulang kendaraan. Untuk itu, dibutuhkan uatu truktur

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Karakteristik Sistem Orde Pertama Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya arakteritik Sitem Orde Pertama Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Materi Contoh Soal Sitem Orde Pertama arakteritik Repon Waktu Ringkaan Latihan Pada bagian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG ( TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Disusun Oleh : TRIANTO NIM I 8111039 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB 36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan

Bab 5. Migrasi Pre-Stack Domain Kedalaman. (Pre-stack Depth Migration - PSDM) Adanya struktur geologi yang kompleks, dalam hal ini perubahan kecepatan Bab 5 Migrai Pre-Stack Domain Kedalaman (Pre-tack Depth Migration - PSDM) Adanya truktur geologi yang komplek, dalam hal ini perubahan kecepatan dalam arah lateral memerlukan teknik terendiri dalam pengolahan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK JETri, Volume 4, Nomor, Februari 005, Halaman 1-16, ISSN 141-037 ERBANDINGAN ENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI ENGGERAK KOMRESOR ADA SIANG HARI DAN MALAM HARI ADA INDUSTRI ES BALOK Liem Ek Bien

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konep Daar Beton Bertulang Beton bertulang adalah beton ang ditulangi dengan lua dan jumlah tulangan ang tidak kurang dari nilai minimum, ang diaratkan dengan atau tanpa

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD Satrio Dewanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binu Univerity Jl.K.H.Syahdan no 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 dewanto@gmail.com

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф ) FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK

Lebih terperinci

METODE ROOT LOCUS UNTUK MENCARI PARAMETER PID DALAM PENGENDALIAN POSISI STAMPING ROD BERBASIS PNEUMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

METODE ROOT LOCUS UNTUK MENCARI PARAMETER PID DALAM PENGENDALIAN POSISI STAMPING ROD BERBASIS PNEUMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO UNO METODE ROOT LOCUS UNTUK MENCARI PARAMETER PID DALAM PENGENDALIAN POSISI STAMPING ROD BERBASIS PNEUMATIC MENGGUNAKAN ARDUINO UNO Ade Amruchly Yana, M. Azi Mulim, Erni Yudaningtya Teknik Elektro Univerita

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd

Bahan Ajar Fisika Momentum, Impuls dan Tumbukan SMK Negeri 1 Rangkasbitung Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd ahan jar Fiika Momentum, Imul dan Tumbukan SMK Negeri Rangkabitung PEMERINTH KUPTEN LEK DINS PENDIDIKN & KEUDYN SMK NEGERI RNGKSITUNG Jl. Dewi Sartika No 6L. Tel (05 0895 05349 Rangkabitung 434 MOMENTUM,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN BANTUAN METODE SIMULASI SOFTWARE MATLAB Jurnal Reaki (Journal of Science and Technology) Juruan Teknik imia oliteknik Negeri Lhokeumawe Vol.6 No.11, Juni 008 SSN 1693-48X ERANCANGAN SSTEM ENGENDAL D DENGAN BANTUAN METODE SMULAS SOFTWARE MATLAB

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG

PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Persero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG PERANCANGAN APLIKASI PENCAIRAN BIAYA BERBASIS WEB PADA PT PEGADAIN (Perero) KANTOR WILAYAH X BANDUNG Heri Purwanto, M.M., M.T 1, Intan Nurlaily, Amd 2 1 Program Studi Manajemen Informatika, STMIK LPKIA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

APLIKASI PLC OMRON CPM 1A 30 I/O UNTUK PROSES PENGEPAKAN BOTOL SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK

APLIKASI PLC OMRON CPM 1A 30 I/O UNTUK PROSES PENGEPAKAN BOTOL SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK APLIKASI PLC OMRON CPM 1A 30 I/O UNTUK PROSES PENGEPAKAN BOTOL SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PNEUMATIK Dwi Aji Sulistyanto PSD III Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci