UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA ahan Ajar 4: Kemagnetan (Mnggu ke 6 dan 7) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012 Oleh Muhammad Farchan Rosyd Dengan dana OPTN P3-UGM tahun anggaran 2013 Nopember 2013

2 A 4: KEMAGNETAN 1. Medan Magnetk dan Kemagnetan Medan merupakan metode yang dgunakan fskawan untuk menjelaskan cara bendabenda yang ada salng bernteraks dan memengaruh. Msalnya, sepert yang telah kta pelajar pada beberapa bagan yang lalu, yakn medan lstrk. Sebuah benda bermuatan mempengaruh ruangan d sektarnya dengan medan lstrk, sehngga bla ada muatan lan berada d sektar benda bermuatan tu, maka keduanya akan bernteraks (salng menark atau salng menolak). Dapat pula dpaham bahwa benda bermuatan merupakan sumber adanya medan lstrk d ruangan sehngga apabla ada benda lan yang juga bermuatan d ruangan tu, maka benda bermuatan terakhr n akan merasakan gaya lstrk. Jad, muatan lstrk adalah sumber medan lstrk dan sekalgus penyebab sebuah benda dpengaruh oleh medan lstrk. Sebuah benda bermassa menebar medan gravtas d sektarnya, sehngga bla ada benda bermassa lan berada dalam ruangan tu, maka benda kedua n akan mengalam gaya tark ke arah benda pertama. Massa adalah sumber adanya medan gravtas sekalgus penyebab terjadnya tarkan gravtas oleh medan gravtas. Mrp dengan nteraks lstrk dan gravtas adalah nteraks magnetk yang dtebar oleh arus lstrk. Alran muatan atau arus merupakan sumber medan magnetk. enda berarus menebar medan magnetk d sektarnya. la d dalam medan magnetk tu ada benda lan yang juga mengandung arus lstrk, maka benda kedua n akan menderta gaya magnet. Kuat arus yang melalu suatu ttk ddefnskan sebaga jumlah muatan yang melalu ttk tu tap satu satuan waktu Medan magnet d sektar arus lstrk aru saja dsebutkan bahwa medan magnetk dsebabkan oleh arus lstrk yang mengalr dalam sebuah penghantar. Alran arus n akan mengakbatkan tmbulnya medan magnetk d sektar penghantar tersebut, sama sepert ketka kta mendefnskan wlayah d dekat sebuah tongkat bermuatan sebaga medan lstrk. Fakta n pertama kal damat oleh Oersted ( ). Anda dapat memaham apa yang pernah dnyatakan oleh Oersted dengan percobaan sederhana berkut. Gambar 4.1 Pengaruh arus lstrk pada jarum kompas : (a) jarum kompas d sektar kawat tanpa arus, (b) jarum-jarum kompas d sektar kawat berarus Pada Gambar 4.1 d atas terlhat bahwa jarum kompas tdak mengalam penympangan ketka kawat penghantar belum dalr arus lstrk Seluruh jarum kompas menunjuk ke arah yang sama yatu ke arah utara.. Setelah kawat dalr arus lstrk, terlhat bahwa jarum kompas

3 mengalam penympangan. Inlah bukt sederhana bahwa ternyata arus lstrk dapat menmbulkan medan gaya (magnet) d ruang sektarnya. Jka memang ada medan magnetk d sektar penghantar berarus, maka seberapa besar kuat medan magnet tu dan ke mana arahnya? Sebagamana dalam teor kelstrkan, besar keclnya medan magnet dgambarkan dengan gars-gars gaya. Gars-gars gaya n sebenarnya hanya merupakan gars-gars khayal namun sangat bermanfaat sebaga jembatan kta dalam memaham medan magnet. Dengan mengandakan bahwa medan magnet terdr dar gars-gars gaya magnet, maka semakn kuat medan magnet tentu semakn banyak gars-gars gaya d wlayah tersebut. anyaknya garsgars gaya n dsebut dengan fluks magnet yang mempunya satuan Weber (Wb) dan dlambangkan dengan. Jumlah gars-gars gaya yang menembus tegak lurus bdang seluas 1 m 2 dsebut rapat fluks magnet (). Dengan demkan rapat fluks magnet n dapat kta tuls sebaga d da. (4.1) Satuan untuk rapat fluks magnet berdasarkan persamaan (4.47) d atas adalah Wb/m 2. Nla satuan n setara dengan satuan tesla (T). D dalam sebuah bdang ada banyak sekal ttk-ttk dan setap ttk tersebut mempunya rapat fluks yang belum tentu sama. Rapat fluks magnet d suatu ttk dsebut sebaga nduks magnetk. Induks magnetk d suatu ttk d udara sama dengan kuat medan magnet d ttk tu, atau H, (4.2) dengan H adalah kuat medan magnet. Sedangkan bla nduks magnetk terjad tdak d udara melankan d dalam suatu zat, maka dengan merupakan lambang untuk permeabltas zat. Lalu bagamana dengan arah dar gars gaya magnet? Kta dapat menggambarkan arah gars gaya dengan menggunakan kadah penark gabus dan kadah tangan kanan. Kadah penark gabus : Dalam kadah n, apabla arah gerak penark gabus menggambarkan arah arus lstrk, maka arah putaran penark gabus menunjukkan arah gars gaya atau arah nduksnya. Kadah tangan kanan : Arah bu jar menggambarkan arah arus lstrk dan arah lpatan keempat jar menunjukkan arah gars gaya magnet atau arah nduksnya. H (4.3) esar kuat medan magnet sangat dpengaruh oleh besar keclnya arus lstrk yang menmbulkan, jarak terhadap kawat dan bentuk kawatnya. 1.2 Hukum ot-savart Gambar 4.2 Menentukan arah gars-gars gaya Secara teorts Laplace menyatakan bahwa besar kuat medan magnet atau nduks magnetk d sektar arus lstrk adalah:

4 (a) berbandng lurus dengan kuat arus lstrk (), (b) berbandng lurus dengan panjang kawat ( ), (c) berbandng terbalk dengan kuadrat jarak ttk yang damat ke kawat (r), dan (d) arah nduks magnetnya tegak lurus terhadap bdang yang melalu elemen arus. Pada tahun 1820 ot-savart mengemukakan perhtungan lebh lanjut berkatan dengan nduks magnetk oleh unsur (elemen) arus. Da menyatakan bahwa nduks magnetk yang dhaslkan oleh sebuah elemen kecl kawat penghantar l. yang membawa arus lstrk dberkan oleh r Gambar 4.3 P l sn, (4.4) 2 4 r dengan l adalah besarnya vektor l. Arah dtunjukkan oleh Gambar 4.3. D sn adalah sudut antara vektor unsur arus l dan vektor poss r. Perhatkan arah arus dan arah vektor unsur arus l. Lambang merupakan tetapan yang dsebut permeabltas medum/zat. Dalam hampa udara, permeabltas n dlambangkan dengan 0 dan bernla Wb/A.m (4.5) Arah dtentukan oleh kadah tangan kanan dengan memutar vektor l menuju r dan bu jar menunjuk. ot-savart menyatakan bahwa arus yang dbawa elemen kawat l menghaslkan sejumlah kecl nduks magnetk d ttk P. Tetap kawat penghantar keseluruhan dapat dpotong-potong menjad banyak l dan masng-masng memberkan sumbangan terhadap nduks magnetk total d P. Karena tu, nduks magnetk total d ttk P merupakan jumlahan seluruh vektor dar masng-masng elemen arus, sehngga =. (4.6) Ungkapan d atas juga dkenal sebaga hukum ot-savart. Jka l dbuat sangat kecl sehngga menuju nol, maka dl dan = d.

5 Perhtungan ntegral n umumnya sangat sult untuk dlakukan kecual pada beberapa kasus khusus. Tetap kta akan terbantu oleh adanya teorema yang mrp dengan hukum Gauss pada kelstrkan. Untuk perhtungan nduks magnetk, selan menggunakan hukum ot-savart, kta juga bsa menggunakan teknk yang lan yakn Hukum srkut Ampere. Hukum n menyatakan bahwa sepanjang sembarang lntasan melngkar d sektar arus, jumlahan hasl perkalan antara komponen medan magnetk yang sejajar lntasan dengan elemen lntasan sepanjang l dar lntasan melngkar tersebut adalah sama, yakn permeabltas 0 dkalkan dengan arus. Secara sederhana, dapat dtulskan sebaga l = l cos = = l = 0 ( 4.7) Catatan: Hukum Ampere n merupakan hukum fundamental yang ddasarkan pada hasl ekspermen dan tdak dapat dturunkan. Gambar Induks magnetk d sektar kawat lurus panjang erdasarkan hukum d atas, untuk menghtung medan magnetk d sektar kawat lurus sangat panjang yang mengandung arus seragam, anda dapat memperhatkan Gambar Komponen medan magnetk yang sejajar dengan lntasan mempunya nla sebesar = cos, dengan adalah sudut antara vektor dan vektor l. Karena medan magnetk yang tmbul d sektar kawat lurus berarus adalah melngkar, maka vektor dan vektor l. sejajar pada setap ttk sepanjang lntasan lngkaran sehngga sudut sama dengan nol. Perhtungan-perhtungan n mengakbatkan hukum srkut Ampere menjad l l cos 0 l 0 l 0 cos l 0 (4.8)

6 entuk medan magnetk yang berupa lngkaran mengngatkan kta bahwa penjumlahan seluruh l (yakn l) sebenarnya merupakan kellng lngkaran tersebut, sehngga l = 2r. Oleh karena tu, persamaan (4.8) dapat kta tuls ulang menjad 0 ( 2 r) atau 0 2 r (4.9) Persamaan terakhr merupakan persamaan yang mengungkapkan berapa besar nduks magnetk d sektar kawat lurus yang panjang. Terlhat bahwa nduks magnetk d sektar kawat apnajng berarus berbandng terbalk dengan jarak ttk pengamatan dar kawat. 1.4 Induks magnetk oleh kawat melngkar Andakan sebuah kawat berbentuk lngkaran dengan jar-jar R dalr dengan arus lstrk seragam. Untuk menentukan medan magnetk d pusat kawat tu, kta tetap akan menggunakan hukum ot-savart. Agar lebh jelas perhatkanlah gambar 4.5. Masng-masng elemen kecl sepanjang l dar kawat menghaslkan sebuah elemen medan magnetk pada pusat kawat penghantar (ttk O). Sesua hukum ot-savart, vektor d pusat lngkaran selalu berarah masuk (searah dar mata ke buku). Dengan demkan medan magnetk total, yang merupakan jumlahan seluruh juga berarah masuk. Jad, medan l l l R O magnetk pada pusat lngkaran tegak lurus terhadap bdang yang dbentuk oleh kawat melngkar dan berarah masuk. Gambar 4.5 Tetap berapa besarnya? Sudut, yakn sudut yang dbentuk oleh vektor poss unsur arus dan vektor l, merupakan sudut sku-sku atau 90. Sehngga besar vektor sebagamana dungkap oleh persamaan (4.4) dberkan oleh 0l. 2 4 R ( 4.10) Dar persamaan d atas kta dapat menghtung besar vektor yatu R Karena kawat berbentuk lngkaran dengan jejar R dan faktor 0 /4 juga merupakan tetapan, maka persamaan d atas dapat kta sederhanakan lag menjad l R l.

7 entuk kawat yang melngkar menngsyaratkan bahwa penjumlahan elemen-elemen l d seluruh lntasan lngkaran sebenarnya merupakan kellng lngkaran tu sendr, sehngga persamaan terakhr menjad 0. (2R). 2 4 R Tentu saja, kta mash bsa menyederhanakan persamaan tersebut sepert berkut 0 2 R. (4.11) Persamaan (4.11) menyajkan besar medan magnet d pusat kawat berarus yang melngkar. Kta melhat bahwa medan magnet d pusat kawat berbandng lurus dengan kuat arus tu sendr (yakn ). Artnya semakn besar arus, maka semakn besar medan magnetknya. Jka kawatkawat melngkar tu terdr dar N lngkaran kawat, medan magnetk d pusat akan menjad (mengapa?) 0 N 2 R 1.5 Induks magnetk oleh dwkutub magnetk. (4.12) Kawat melngkar berarus, ccn berarus atau secara umum arus yang mengalr sepanjang kurva tertutup merupakan dwkutub magnetk (magnetc dpole). Momen dwkutub magnetk merupakan besaran vektor dan dtuls sebaga. esarnya momen dwkutub magnetk merupakan hasl kal antara kuat arus yang melalu kurva tertutup tu dengan luas wlayah yang dbatasnya. Jad, untuk kawat melngkar dengan jejar R yang dalr arus besarnya momen dwkutub adalah = R 2. Arah momen dwkutub magnetk dtentukan dengan kadah tangan kanan : arah arus adalah arah keempat jar melngkar dan arah kuat dwkutub adalah arah bu jar (lhat gambar 4.6). Dengan demkan, nduks magnetk d pusat kawat melngkar tu dapat dtuls sebaga R r Gambar 4.6 r Secara umum, dar perhtungan yang agak rumt, bla sebuah dwkutub magnetk dengan momen dwkutub berada d pusat koordnat (ttk O), maka d suatu ttk P dengan vektor poss r (lhat gambar 4.6) terdapat nduks magnetk senla cos sn, (4.13) 3 4 r

8 dengan sudut yang dbentuk oleh vektor poss r dengan vektor (lhat gambar 4.6). Arah vektor d tentukan dar komponen vektor yang sejajar dengan vektor r, yatu 0 r 2cos, 3 4 r U dan komponen vektor yang tegak lurus pada vektor r, yatu 0 r sn. 3 4 r Gambar 4.7 menggambarkan gars-gars gaya magnet pada dwkutub magnetk dengan momen dwkutub. Tempat keluarnya gars-gars gaya basa dsebut kutub utara dwkutub tu sedangkan tempat masuknya garsgars gaya basa dsebut kutub selatan dwkutub. la sebuah benda ttk bergerak melngkar dengan jar-jar R dan kecepatan sudut, maka besarnya momentum sudut benda tu dberken oleh S Gambar 4.7 L = mr 2, dengan m massa benda tu. Persamaan terakhr n dapat dtulskan sebaga L = m 2 T Dengan T perode benda, artnya waktu tempuh satu kal putaran. Andakan benda tu bermuatan senla q. Selanjutnya, bla kedua ruas persamaan terakhr dkalkan q, ddapat ql = 2m q T R 2, R 2 = 2m dengan A = R 2 luas lngkaran tempat benda tu bergerak. esaran q/t adalah besarnya muatan yang melalu suatu ttk pada lngkaran tu tap satu satuan waktu. Jad, besaran n dalah kuat arus. Oleh karena tu, q T adalah besarnya momen dwkutub magnetk. Momen dwkutub n selanjutnya kta ber lambang L. Oleh karena tu Dar persamaan n kta dapatkan A ql = 2mL. L = q 2m Persamaan n menyatakan hubungan antara momentum sudut benda bermuatan dengan momen dwkutub yang dtmbulkannya. Pada glrannya benda bermuatan yang bergerak melngkar menmbulkan medan magnetk d sektarnya sebagamana sebuah momen dwkutub magnetk. L. q T A,

9 Elektron-elektron dalam atom selan berputar mengellng nt atom juga memlk putaran nternal yang terkat dengan spn. Keduanya mengakbatkan elektron-elektron dalam atom membangktkan momen dwkutub magentk atom tu. Jad, sebuah atom dapat berperlaku sebaga dwkutub U magnetk. Inlah yang dsebut dwkutub magnetk elementer atau magnet elementer. Yang keseharan dsebut magnet sesungguhnya adalah bahan-bahan yang memlk magnet-magnet elementer yang relatf searah (gambar 4.8) sehngga salng menguatkan. Sebalknya bla magnet-magnet elementer tu kacau arahnya, maka resultannya tentu nol. ahan yang bersangkutan bukan magnet. 1.6 Induks magnetk oleh kumparan panjang (solenoda) Solenoda merupakan kumparan kawat yang terllt pada sebuah bangun berbentuk slnder. angun slnder n bsa benar-benar sebuah benda yang berbentuk slnder atau hanya ruang kosong saja. Cr sebuah solenoda adalah panjang kumparan selalu melebh gars tengah panjang kumparan S Gambar 4.8 A gars tengah kumparan AD A C kumparan (atau tngg slnder selalu lebh besar dar gars tengah alas slnder). Medan magnet yang tercpta dalam solenoda bersfat seragam dan terasa kuat d dalam solenoda namun akan melemah d luarnya. Jka dbandngkan dengan medan magnet d dalam kumparan, nla medan magnet d luar kumparan dapat dkatakan sama dengan nol. Medan magnet d dalam solenoda berarah sejajar dengan sumbu kumparan (searah gars A). Nla medan magnet d dalam solenoda dapat kta htung dengan menggunakan hukum srkut Ampere dalam persamaan ( 4.53) dengan menambahkan nla lcos sepanjang perseg panjang ACD dalam gambar Hasl dar penghtungan n menunjukkan bahwa atau D CD Gambar 4.9 Medan magnet pada sebuah solenoda l cos 0 C

10 A cos 1 C cos 2 CD cos 3 DA cos 4 0 total ( 4.13) Namun karena nla medan magnet d luar solenoda mendekat nol, maka suku yang terkat dengan medan magnet d ss CD bernla nol. Selan tu, karena ss C dan DA tegak lurus terhadap arah medan magnet atau bersudut 90, maka nla medan magnet pada ss tersebut juga nol sebab cos 90 = 0. Satu-satunya suku dalam persamaan d atas yang tdak lenyap adalah suku medan magnet pada ss A sebab membentuk sudut 0 atau berarah sejajar dengan medan magnet (cos 0 = 1). Dengan demkan, persamaan (4.13) hanya menysakan A 0 total (4.14) Lambang total dalam persamaan d atas merupakan jumlah seluruh arus yang mengalr dalam lntasan ACD. Setap lltan kawat yang membentuk solenoda mengalrkan arus, dan karena ada sebanyak N lltan kawat dalam solenoda maka arus total yang mengalr dalam lntasan adalah total N (4.15) Dem kenyamanan kta dalam perhtungan, maka kta akan menggant N dengan jumlah lambang n yang mewakl jumlah lltan per satuan panjang. Karena kumparan mempunya panjang A, maka jumlah total lltan N dapat dnyatakan sebaga N n A. (4.16) Sampa d sn kta bsa menggabungkan persamaan-persamaan (4.14), (4.15) dan (4.16) menjad satu yang akan menghaslkan A 0 total 0 N 0 Dengan mudah sekal kta bsa menyederhanakan bahwa besar nduks magnetk d dalam solenoda menjad n A. n 0. (4.17) Perhatkan, persamaan d atas mengsyaratkan bahwa kta bsa menngkatkan nduks magnetk d dalam solenoda dengan menngkatkan arus yang mengalr dalam kawat penghantar dan atau dengan menngkatkan jumlah lltan kawat penghantar per satuan panjang. Arah nduks magnetk dtentukan dengan kadah tangan kanan. 2. Gaya Lorentz Pada bagan n kta akan membahas perlaku muatan lstrk yang bergerak d dalam medan magnetk. Sebagamana benda-benda bermassa yang jka berada dalam medan gravtas akan mengalam gaya gravtas, muatan lstrk yang bergerak dalam nduks magnetk juga akan mengalam suatu gaya yang dsebut gaya Lorentz. Gaya Lorentz tmbul sebaga akbat adanya

11 nteraks muatan lstrk tersebut dengan nduks magnetk yang ada d sektarnya. esar gaya Lorentz yang dalam oleh kawat berarus ddefnskan oleh persamaan F sn. (4.18) dengan F merupakan gaya Lorentz, arus lstrk, panjang kawat dan adalah sudut yang dbentuk oleh kawat dengan arah medan magnet. Sedangkan besar gaya Lorentz yang dalam oleh muatan lstrk yang bergerak relatf terhadap medan magnetk adalah Gambar 4.10 F qvsn, (4.19) dengan v kecepatan gerak muatan. Arah gaya Lorentz yang dtmbulkan dapat dtentukan dengan menggunakan kadah tangan kanan. Caranya yatu telapak tangan dbuka, jar-jar drapatkan dan bu jar dbuka. Tegak lurus keluar telapak tangan menunjukkan arah gaya Lorentz, arah menunjuknya empat jar-jar menunjukkan arah nduks magnetk dan bu jar menunjukkan arah arus lstrk. Akbat adanya gaya Lorentz, apabla arah gerak muatan lstrk tegak lurus terhadap arah medan magnetk homogen, maka muatan lstrk tersebut akan dbelokkan sehngga lntasannya akan membentuk lngkaran. Lntasan yang berupa lngkaran n menandakan bahwa benda bermuatan lstrk tu mengalam percepatan sentrpetal sebesar mv 2 R, dengan R jar-jar lngkaran dan m massa muatan. erdasarkan hukum Newton, resultan gaya yang bekerja pada benda tu memenuh F 2 mv. (4.20) R Karena gaya yang bekerja pada benda bermuatan tu dasumskan hanya gaya Lorentz, maka gaya sentrpetal n tdak lan adalah juga gaya Lorentz yang dalam oleh muatan lstrk tersebut. Jad, gaya F pada persamaan (4.20) sama dengan F pada persamaan (4.19). Dar kedua persamaan tu dperoleh mv R. (4.21) q

12 q v Gambar 4.11 Arah gerak muatan lstrk dalam medan magnetk 2.1 Gaya Lorentz oleh dua kawat sejajar berarus lstrk Dua kawat sejajar berarus lstrk yang dletakkan salng berdekatan akan salng bernteraks. la arah arus lstrk kedua kawat tersebut searah, maka kawat akan melengkung salng mendekat artnya kedua kawat tu salng tark menark. Sedangkan bla arah arus lstrk kedua kawat tu salng berlawanan, maka kedua kawat akan melengkung menjauh atau salng tolak menolak. Gejala yang dtunjukkan oleh perlaku kedua kawat tersebut memperlhatkan adanya gaya Lorentz yang bekerja d antara kedua kawat. Kta akan menghtung besar gaya Lorentz n dengan bantuan gambar Kedua kawat dpsahkan dengan jarak a, dan masng-masng dalr arus sebesar 1 a 2 1 dan 2. Seandanya arah arus 1 ke atas, maka kawat 1 akan menebarkan medan magnetk d lngkungan sektarnya. Kawat 2 yang berjarak a dar kawat 1 menerma medan magnetk tersebut dan arah dar medan tersebut masuk ke dalam kertas (gunakan kadah tangan kanan). esar medan magnetk d tempat kawat kedua berada alah a. F Dengan cara pandang n, kawat yang lan yakn kawat yang mengangkut arus 2 merupakan kawat yang dcelupkan d dalam medan magnetk luar 1. Panjang dar kawat n akan mengalam gaya magnet yang berarah ke sampng sebesar Gambar Dua kawat berarus 1 dan 2 yang berjarak a F (4.22) 2 a

13 3. Imbasan Elektromagnetk Dalam pembahasan sebelum-nya kta telah mengetahu bahwa arus lstrk yang mengalr dalam sebuah kawat akan menebarkan medan megnetk d sektar kawat tersebut. Mchael Faraday dan Yoseph Henry membuktkan bahwa proses yang sebalknya juga bsa terjad. Artnya arus lstrk dapat dhadrkan dengan medan magnet. Gejala yang menjelaskan hal n dkenal dengan nama mbasan elektromagnetk atau nduks elektromagnetk. Galvanometer kumparan Anda dapat mengulang kembal bagamana Faraday dan Henry menemukan gejala mbasan elektromagnetk n dengan menyusun alat-alat sepert terlhat dalam gambar Dengan menggerakkan magnet batang maju mundur kta akan mendapat sesuatu yang menakjubkan. Ketka magnet sedang bergerak, galvanometer menunjukkan penympangan. Tentu saja n bsa kta makna bahwa ada arus yang tad dalrkan oleh kumparan. Setelah dgerakkan dan kemudan magnet kta damkan saja, maka penympangan galvanometer tdak akan terjad lag. egtu kta menggerakkan lag magnet batang, seketka tu pula jarum galvanometer menympang. Anda boleh menduga bahwa perstwa tersebut mungkn dpengaruh oleh salah satu kutub magnet batang, katakan saja kutub U. untuk membuktkan anggapan n anda bsa membalk arah magnet batang. Apa yang terjad? Ternyata penympangan galvanometer tetap terjad selama magnet batang terus dgerak-gerakkan. Nyatalah d sn apa yang pentng dalam perstwa n. Pembalkan kutub-kutub magnet batang menunjukkan bahwa yang harus kta perhatkan alah gerakan relatf antara kumparan dan magnet. Tdak ada beda apakah kta menjauhkan magnet atau mendekatkan magnet. Arus lstrk yang dhadrkan melalu perstwa sepert n dsebut sebaga arus mbas (arus nduks). 3.1 Fluks Magnetk atang magnet Gambar 4.13 Model konseptual yang menjelaskan perstwa nduks elektromagnetk d atas dsajkan oleh Faraday. Dalam model tu, Faraday menyarankan sebuah model dengan bantuan gars-gars X Y Gambar 4.14

14 gaya medan magnetk. D sn kta akan menggambarkan konsep tersebut dengan cara yang lebh sederhana. x x Dalam gambar 4.14, jka kumparan bergerak dar arah X ke Y, jumlah gars-gars menngkat dar 3 menjad 5. In dapat dmakna bahwa semakn dekat kumparan dengan batang magnet maka gars-gars gaya medan magnet yang dterma juga akan semakn banyak. Hal n juga berlaku sebalknya. Dengan demkan, dalam arah Gambar 4.15 tegak lurus suatu luasan daerah tertentu akan dlngkup oleh gars-gars gaya medan magnet. Dalam ungkapan matemats, banyaknya garsgars gaya magnet yang dlngkup oleh luas daerah tertentu dalam arah tegak lurus n dsebut sebaga fluks magnet, lambangnya adalah, = A, (4.23) dengan satuan fluks magnet Weber dan merupakan kerapatan gars gaya magnet atau nduks magnetk serta A luas daerah (dalam m 2 ) yang melngkup. Dalam persamaan (4.23) d atas telah jelas dnyatakan bahwa besar fluks magnet sebandng dengan luas wlayah yang dtembus oleh gars-gars gaya magnet. Lebh lanjut, Faraday juga mengemukakan jalnan hubungan antara fluks magnet dengan waktu. Pernyataan Faraday n dkenal sebaga hukum nduks Faraday. Anda dapat mempelajar gambar 4.15 untuk memperjelas gambaran mengena hukum n. Gambar 4.15 menunjukkan adanya medan magnetk yang berarah masuk ke dalam kertas, arus dalam kawat penghantar sepanjang dan jarak kawat sejauh x dar tep. Kawat penghantar dgerakkan ke kanan sesua arah panah. Kawat yang bergerak dalam medan magnetk n akan mengalam gaya Lorentz sebesar Kemudan, usaha untuk memndahkan kawat tersebut adalah sebesar F (4.24) W F x. (4.25) Sesua dengan hukum kelestaran energ, maka usaha Fx akan berubah menjad energ lstrk senla W t (4.26) Ketga persamaan d atas dapat dgabungkan menjad satu persamaan yang jauh lebh sederhana. Hasl akhr perhtungan menunjukkan bahwa besar ggl nduks pada suatu kawat penghantar yang panjangnya dan bergerak d dalam medan magnet dengan kecepatan v dapat dtentukan melalu persamaan v (4.27)

15 dengan ggl nduks, nduks magnet, panjang kawat dan v kecepatan gerak kawat. Persamaan (4.23) juga dapat kta ubah menjad bentuk yang lan. Dengan mengngat bahwa luasan daerah yang melngkup medan magnet dlambangkan dengan A, maka kawat dengan panjang dan dan jarak ke tep dalam gambar 4.15 adalah sejauh x akan mempunya luasan A = x. Oleh karenanya, persamaan (4.17) dapat dtuls ulang menjad x ( 4.28) t t Inlah persamaan yang juga dnama hukum nduks Faraday d atas. Dalam ungkapan sederhana, kta dapat menyatakan hukum nduks Faraday sebaga: tegangan gerak elektrk mbas (ggl nduks) dalam sebuah rangkaan sama dengan kecepatan perubahan fluks yang melalu rangkaan tersebut. Ggl nduks sesaat dapat drumuskan berdasarkan persamaan (4.28)., yatu d dt ( 4.29) Jka kumparan terdr dar N lltan maka ggl nduks akan muncul d setap lltan dan seluruh ggl nduks n harus djumlahkan. Seandanya kumparan n dllt dengan begtu eratnya sedemkan rupa sehngga setap lltan dapat dkatakan menempat daerah yang sama dar ruang, maka fluks yang melalu setap lltan akan sama besarnya. Ggl nduks n dberkan oleh persamaan d d( N) N ( 4.30) dt dt U S Gambar Hukum Lenz Hukum nduks Faraday menyatakan tentang besar ggl nduks. Lalu bagamana dengan arah ggl nduks tersebut? Jawaban pertanyaan n djawab oleh Lenz pada tahun Ungkapan Lenz yang menyatakan tentang arah ggl nduks n kemudan dkenal sebaga hukum Lenz. uny dar hukum n adalah: arus nduks mempunya arah yang melawan perubahan gars gaya yang menmbulkannya. Tanda negatf dalam hukum nduks Faraday menunjukkan penentangan arah n.

16 Gambar 3.16 menjelaskan kepada kta tentang hukum Lenz n. Gambar menunjukkan kutub utara sepotong magnet ddekatkan ke arah kawat penghantar. Ketka kta mendorong magnet menuju kawat tersebut (atau menggerakkan kawat menuju magnet) maka arus nduks akan akan terbentuk dalam kawat tersebut. Pada glrannya kawat yang berarus n akan menebarkan medan megnetk d sektarnya yang arahnya melawan gerakan magnet batang magnet. 3.3 Induktor dan Induktans Kalau kapastor yang telah kta bcarakan pada bagan awal bab n dapat dgunakan untuk menghaslkan medan lstrk, maka nduktor yang akan dbahas pada bagan n adalah perant yang drancang dapat menmbulkan medan magnet sesua kehendak kta. Solenoda panjang merupakan contoh nduktor palng dkenal. la suatu nduktor menghaslkan medan magnet sedemkan rupa sehngga fluks magnetk yang dcakup oleh setap lltannya sebesar, maka nduktans (L) nduktor tu adalah L = N, (3.31) dengan N jumlah lltan dan arus yang dalrkan melalu nduktor tu. Jad, nduktans adalah ukuran seberapa besar fluks magnetk yang dcakup oleh nduktor tap satu satuan kuat arus yang dalrkan melalu nduktor tu. Satuan untuk nduktans adalah henry atau H, dengan 1 henry = 1 H = 1 Tm 2 /A. 3.4 Imbasan Dr Sekarang perhatkanlah rangkaan yang dperlhatkan oleh R gambar Pada gambar tu tampak sebuah nduktor dengan nduktas L dhubungkan dengan batere dan resstor geser yang nla tahanannya dapat dubah-ubah. la resstor pada rangkaan tersebut dgeser-geser, maka arus yang mengalr pada rangkaan tupun berubah-ubah. Perubahan arus n mengakbatkan perubahan medan lstrk yang dhaslkan nduktor tu. Akbatnya, fluks magnetk yang L dcakup oleh nduktor tu dan dhaslkannya sendr juga berubah-ubah. Karena ada perubahan fluks magnetk yang dcakup oleh nduktor, maka akan terdapat ggl nduks pada rangkaan tu. Perstwa n dsebut mbasan dr. Ggl nduks Gambar 4.17 n dsebut ggl termbas sendr dan dber lambang L. erdasarkan hukum Faraday dan persamaan (3.79), ggl termbas sendr bernla d( N ) d( L) L = dt dt L d dt. (3.32) Jad, pada rangkaan-rangkaan yang melbatkan nduktor (solenoda, toroda, kawat melngkar, dll.) akan muncul ggl mbasan dr manakala arus yang mengalr melalu rangkaan tu berubahubah. Arah ggl termbas sendr n dtentukan dengan hukum Lenz. Perhatkan Gambar 4.18

17 (a). la arah arus sepert pada gambar, maka medan magnet yang dhaslkan oleh arus tu berarah ke bawah. Jad, kalau arus tu bertambah besar, maka nduks magnetk dalam nduktor tupun bertambah. Maka ggl nduks melawan pertambahan nduks magnetk n dengan jalan menmbulkan nduks magnetk yang berlawanan arah dengan nduks magnetk yang dtmbulkan oleh arus prmer. In hanya terjad kalau arah arus (arah) ggl nduks berlawanan dengan arah arus prmer. Sebalknya (lhat gambar 4.18 (b)), bla arus berkurang (arahnya tetap), maka nduks magnetk yang dhaslkannya pun berkurang (walaupun arahnya tetap). Ggl termbas sendr tmbul melawan berkurangnya nduks magnetk dengan jalan menmbulkan nduks magnetk yang searah dengan nduks magnetk prmer. Hal n hanya terjad kalau arauh ggl termbas sendr searah dengan arah arus prmer. (bertambah) (berkurang) L L (a) Gambar 4.18 (b) Daftar Pustaka 1. latt, F.D., 1983, Prncples of Physcs, second edton, Allyn and acon Inc., oston. 2. Duncan, T., 1987, Advanced Physcs. Felds, Waves and Atoms, eds ketga, John Murray, Hongkong. 3. Hallday, D., Resnck, R., & Walker, J., 1997, Fundamental of Physcs, ffth edton, John Wley & Sons, Inc., New York. 4. Hewtt, P.G., 2002, Conceptual Physcs, nnth edton, Addson Wesley, New York. 5. Serway, R. A. dan echner, R.J., 2000, Physcs for Scentsts and Engneers wth Modern Physcs, Saunders College Publshng, New York. 6. Vanderlnde, J., 1993, Classcal Electromagnetc Theory, John Wley & Sons, Canada. 7. Wangness, R. K.,1986, Electromagnetcs Felds, eds kedua, John Wley & Sons, New York.

Medan Elektromagnetik

Medan Elektromagnetik Medan Elektromagnetk Kulah 1 Medan Magnet 19 Me 009 Dr. r Poernomo ar, T, MT 1. Medan magnet d sektar arus lstrk Oersted menentukan adanya medan magnet d sektar kawat yang berarus lstrk. Percobaan Oersted

Lebih terperinci

MAGNET DAN ELEKTROMAGNETIK

MAGNET DAN ELEKTROMAGNETIK MAGET DA ELEKTROMAGETIK Standar kompetens : Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet Maglev tran dapat melayang setngg beberapa centmeter d atas rel. Mengapa kereta ap tersebut tdak bersentuhan dengan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB XII LISTRIK MAGNET Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GAYA GERAK LISTRIK HUKUM LENZ HUKUM FARADAY TRANSFORMATOR TRANSFORMATOR IDEAL TRANSFORMATOR TIDAK IDEAL GGL INDUKSI ADA KUMARAN INDUKTANSI DIRI GENERATOR ERSAMAAN INDUKTANSI DIRI INDUKTANSI ADA TOROIDA

Lebih terperinci

l = panjang lingkaran arus (m)

l = panjang lingkaran arus (m) Medan Magnet dan Induks Elektromagnet by Nurbat, S.d MEDAN MAGNET DAN INDUKSI a jarak dar lngkaran arus ke ttk yang dtnjau ELEKTROMAGNETIK l panjang lngkaran arus (m) MEDAN MAGNET. Terjadnya medan magnet

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 14 MATERI POKOK : MAGNET DAN ELEKTROMAGNET

Kegiatan Belajar 14 MATERI POKOK : MAGNET DAN ELEKTROMAGNET Kegatan Belajar 14 MATERI POKOK : MAGNET DAN ELEKTROMAGNET A. URAIAN MATERI 1. Prnsp Kemagnetan Magnet memlk dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Magnet memlk sfat pada kutub berbeda saat ddekatkan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss

Teorema Gauss. Garis Gaya Listrik Konsep fluks. Penggunaan Teorema Gauss Teorema Gauss Gars Gaya Lstrk Konsep fluks Teorema Gauss Penggunaan Teorema Gauss Medan oleh muatan ttk Medan oleh kawat panjang tak berhngga Medan lstrk oleh plat luas tak berhngga Medan lstrk oleh bola

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA 1. RESISTOR serng dsebut werstan, pelawan atau penghambat. suatu komponen elektronk yang dapat menghambat gerak lajunya arus lstrk/m /membatas jumlah arus yang mengalr dalam

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GBPP Fska Dasar II PAF 121 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Matakulah : FISIKA DASAR II Kode Matakulah, SKS/Smt : PAF 121, 4 / II Deskrps sngkat : Matakulah Fska Dasar II membahas tentang Muatan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 18. ARUS LISTRIK

BAB 18. ARUS LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI...1 BB 18. RUS LISTRIK... 18.1 Sumber-Sumber rus Lstrk... 18. Hukum Ohm...4 18. Hambatan Jens Bahan...5 18.4 Daya Lstrk...6 18.5 rus Bolak-Balk...7 18.6 Qus 18...8 1 BB 18. RUS LISTRIK

Lebih terperinci

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010

Komang Suardika; ;Undiksha; 2010 Komang Suardka;09004;Undksha; 00 PERCOBAAN PESAWAT ATWOOD. Tujuan Percobaan Tujuan dar dlakukannya percobaan n adalah untuk memperlhatkan berlakunya hukum Newton dan menghtung momen nersa katrol.. Landasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN

BAB III HUKUM HUKUM RANGKAIAN angkaan strk BAB III HUKUM HUKUM ANGKAIAN Hukum Ohm Jka sebuah penghantar atau resstans atau hantaran dlewat oleh sebuah arus maka pada kedua ujung penghantar tersebut akan muncul beda potensal, atau Hukum

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadllah Cjantung Jakarta Tmur Telp. 80078, Fax 877978 REMEDIAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER

AMPERMETER-VOLTMETER-AVOMETER mpermeter, oltmeter dan vometer KEGITN BELJ 1. LNDSN TEOI MPEMETE-OLTMETE-OMETE Dalam Fska Dasar II pada pokok bahasan gaya magnetk dan momen gaya magnetk, telah dbahas mengena bagamana kumparan berarus

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan. BAB III PEMBAHASAN Pada bab n akan dbahas mengena rng embeddng dan faktorsas tunggal pada rng komutatf tanpa elemen kesatuan. A. Rng Embeddng Defns 3.1 (Malk et al. 1997: 318 Suatu rng R dkatakan embedded

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd

Pertemuan Ke-6 DC Biasing Pada BJT. ALFITH, S.Pd,M.Pd Pertemuan Ke-6 D asng Pada J ALFH, S.Pd,M.Pd Pemran bas pada rangkaan J Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung, dpredks dan tdak senstf terhadap perubahan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER a. Ketdakpastan Hesenberg a) Rumusan Umum Ketdakpastan Hesenberg Kenyataan bahwa sebuah partkel bergerak harus dpandang sebaga group gelombang de

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

ARUS BOLAK BALIK V R. i m

ARUS BOLAK BALIK V R. i m Modul 9 Elektroagnet KEGIATAN BEAJA A. ANDASAN TEOI AUS BOAK BAIK Arus dan tegangan lstrk bolak balk adalah arus dan tegangan lstrk yang berubah terhadap waktu atau erupakan fungs waktu. Yang berubah adalah

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

Energiada adadi disekitar sekitarkita

Energiada adadi disekitar sekitarkita Kerja dan Energ APA ITU ENERGI? Energada adad dsektar sektarkta Kerja dan Energ Energd dalam Dapat dperbaharu Tdak dapat dperbaharu Radas Panas Kerja dan Energ BentukEnerg Lstrk Kma Mekank Nuklr Suara

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

9/17/2012 B E S A R A N. Besaran Fisika. massa, waktu, suhu, kecepatan, percepatan, panjang, luas, gaya, momentum, medan

9/17/2012 B E S A R A N. Besaran Fisika. massa, waktu, suhu, kecepatan, percepatan, panjang, luas, gaya, momentum, medan Konseptual esaran Pokok : besaran yang dtetapkan dengan suatu standar ukuran esaran Fska esaran Turunan : esaran yang drumuskan dar besaran-besaran pokok esaran Skalar Matemats esaran Vektor E S R N Skalar

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 KUT US LISTIK HUKUM OHM ESISTO/HMBTN NGKIN ESISTO SEI NGKIN ESISTO PEL NGKIN ESISTO SEGITIG-BINTNG LT UKU JEMBTN WHETSTONE LT UKU GLVNOMETE LT UKU VOLTMETE ENEGI LISTIK DY LISTIK GY GEK LISTIK (GGL) NGKIN

Lebih terperinci

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT)

MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN. (Nuryanto, ST., MT) MATERI KULIAH STATISTIKA I UKURAN (Nuryanto, ST., MT) Ukuran Statstk Ukuran Statstk : 1. Ukuran Pemusatan Bagamana, d mana data berpusat? Rata-Rata Htung = Arthmetc Mean Medan Modus Kuartl, Desl, Persentl.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK Jurusan Teknk Spl dan Lngkungan FT UGM U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK SABTU, JULI OPEN BOOK WAKTU MENIT PETUNJUK ) Saudara bole menggunakan komputer untuk mengerjakan soal- soal ujan n. Tabel

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro, Blangan Ramsey Ss BILANGAN RAMSY SISI DARI r ( P, ) (Ramsey Number from the Sde r ( P, ) ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro Jurusan Matemátca, FMIPA ITS Surabaya mron-ts@matematka.ts.ac.d

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : JURNA MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN : 1410-8518 MASAAH RUTE TERPENDEK PADA JARINGAN JAAN MENGGUNAKAN AMPU AU-INTAS Stud Kasus: Rute Peralanan Ngesrep Smpang ma Eko Bud

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci