Bab 2. Magnetohidrodinamika. 2.1 Persamaan Gerak Plasma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Magnetohidrodinamika. 2.1 Persamaan Gerak Plasma"

Transkripsi

1 Bab 2 Magnetohidrodinamika Pada bab ini akan dibahas secara umum persamaan gerak dari plasma yang dinyatakan oleh persamaan momen dan secara singkat tentang quark dan plasma quark-gluon. 2.1 Persamaan Gerak Plasma Plasma didefinisikan sebagai gas yang terdiri dari partikel-partikel bermuatan listrik yang bergerak bebas yaitu elektron dan ion. Plasma terbentuk pada temperatur tinggi ketika elektron-elektron terpisah dari atom netral. Plasma merupakan fase keempat dari materi karena memiliki sifat yang berbeda dengan zat padat, dan fluida ( zat cair dan gas ). Magnetohidrodinamika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari interaksi antara plasma dengan medan elektromagnetik. Persamaan magnetohidrodinamika dinyatakan dengan persamaan momen yang diturunkan dari persamaan Boltzmann-Vlasov [10]. Untuk plasma yang terdiri dari satu spesies persamaan momennya didefinisikan : n t + ( un) = 0 (2.1) dan ( ) u ρ + ( u ) u = ρ qe + j B t 3 j=1 p ij x j (2.2) dimana n, ρ, dan ρ q adalah rapat partikel, rapat massa, dan rapat muatan. u adalah kecepatan fluida rata-rata dan j adalah rapat arus. E dan B adalah medan elektromagnetik total yaitu dari sumber luar dan dari sumber ρ q dan 4

2 j. Suku terakhir pada persamaan kedua adalah tensor gradien tekanan, dimana untuk kasus fluida homogen dan isotropik [9] berbentuk : 3 j=1 p ij = p + η u + η 2 u i (2.3) x j x i 3 i dimana p adalah tekanan skalar, u adalah kecepatan medan dan η adalah koefisien viskositas. Dengan menganggap fluida inkompresibel maka u = 0 sehingga persamaan gerak fluidanya menjadi : u t + ( u ) u = 1 ( ρ qe + j B ρ ) p η 2 u (2.4) Untuk plasma yang terdiri dari dua spesies, misalkan ion dan elektron maka persamaan momen dinyatakan dengan : n e t + (n e u e ) = 0 (2.5) n I t + (n I u I ) = 0 (2.6) yang merupakan persamaan kekekalan jumlah partikel, dimana elektron bermuatan -q bermassa m dan ion bermuatan q bermassa M. Dengan mengabaikan koefisien viskositas maka persamaan gerak masing-masing fluida dapat dituliskan : u e t + ( u e ) u e = 1 mn e ( qn e E qne u e B p e ) u I t + ( u I ) u I = 1 Mn I ( qn I E + qni u I B p I ) (2.7) (2.8) medan elektromagnetik E dan B ditentukan dari persamaan maxwell dengan rapat muatan ρ q dan rapat arus j diyatakan dengan : ρ q = q(n I n e ) (2.9) j = q(n I u I n e u e ) (2.10) 2.2 Quark dan Plasma Quark-Gluon Quark Quark merupakan partikel fundamental penyusun materi. Di alam, quark tidak 5

3 pernah teramati sebagai partikel bebas tetapi selalu terikat bersama dengan quark yang lain atau dengan antiquark melalui suatu potensial pengikat membentuk suatu materi yang disebut Hadron. Terdapat dua kombinasi quark yaitu Baryon dengan kombinasi 3 quark QQQ yaitu proton, netron dan Meson dengan kombinasi Q Q yaitu meson. Terdapat 6 jenis quark yaitu u (up), d (down), c (charm), s (strange), t (top), dan b (bottom). Untuk mematuhi larangan pauli [3], maka harus terdapat bilangan kuantum tambahan yaitu warna. Muatan warna pada quark dibedakan menjadi 3 yaitu, r (red), g (green), dan b (blue), sedangkan anti-quark membawa anti-warna. Seperti halnya interaksi elektromagnetik, interaksi kuat antar quark juga dimediasi oleh suatu partikel boson, partikel ini disebut gluon yang masing-masing memiliki warna dan anti-warna. State yang mungkin dari gluon adalah : r b, rḡ, bḡ, b r, g r, g b, 1 2 (r r b b), 1 6 (r r + b b 2gḡ), 1 3 (r r + gḡ + b b) Berbeda dengan foton yang tidak memiliki muatan, gluon memiliki muatan warna sehingga dapat berinteraksi secara kuat dengan sesama gluon. Karena adanya interaksi kuat antar gluon ini maka seperti halnya kombinasi quark pada hadron, gluon dapat juga membentuk kombinasi colour singlet, GG dan GGG. Gluon dalam kondisi ini disebut Glueball. Plasma Quark-Gluon Plasma quark-gluon terbentuk pada tumbukan ultrarelativistik antar ion berat seperti ion Au atau ion Sn dalam relativistic heavy ion collider di Brokhave national laboratory. Plasma quark-gluon adalah fase dari Quantum Cromodynamics (QCD) yang muncul pada suhu dan kerapatan yang sangat tinggi (dalam orde T c = 170 MeV, atau sekitar K). Plasma quark-gluon terdiri dari quark dan gluon seperti halnya pada hadron. Perbedaan kedua fase QCD ini adalah sebagai berikut : pada hadron setiap quark dalam keadaan terikat dengan quark lain atau dengan anti-quark (confined). Sedangkan pada plasma quark-gluon quark dan anti quark tidak terikat membentuk hadron (de-confined) dan bergerak bebas pada suatu volume bersuhu tinggi yang disebut fireball. Kenapa disebut plasma? Telah dijelaskan sebelumnya bahwa plasma adalah fluida yang terdiri dari partikelpartikel bermuatan listrik yang saling berinteraksi satu sama lain dan bergerak 6

4 bebas di seluruh volume fluida. Pada plasma quark-gluon, quark dan gluon memiliki muatan yaitu warna, dan dapat bergerak bebas di seluruh volume fireball. Perbedaan keduanya adalah muatan quark merupakan muatan non-abelian sedangkan muatan listrik merupakan muatan abelian. 7

5 Gambar 2.1: Quark dan Gluon pada Hadron. Quark terikat bersama dengan quark lainnya (confined) dengan kondisi colour-netral membentuk hadron Gambar 2.2: Quark dan Gluon pada plasma Quark-Gluon. Quark tidak berikatan membentuk hadron tetapi bergerak bebas pada fireball (deconfined). Fireball terbentuk pada temperatur diatas 100 MeV, atau sekitar K. 8

6 Bab 3 Unifikasi Magnetofluida dengan prinsip Gauge Pada bab ini dijelaskan unifikasi antara medan fluida dan elektromagnetik untuk kasus Abelian dan non-abelian dengan menggunakan teori gauge. Dari unifikasi ini kita akan menurunkan persamaan gerak medan fluida yang berinteraksi dengan materi dan medan elektromagnetik dalam limit non-relativistik seperti persamaan gerak pada plasma. Unifikasi dilakukan pada medan fluida Abelian dan diperluas untuk medan fluida non-abelian. Prosedur yang dilakukan untuk menyatukan kedua interaksi adalah dengan mengerjakan simetri grup U(1) FD U(1) G dan G(n) FD G(n) G pada medan materi (boson dan fermion). 3.1 Unifikasi Magnetofluida dengan TeoriGauge Abelian Pada fisika partikel teori unifikasi dilakukan dengan menggunakan prinsip pertama ( first principle) yaitu dengan menggunakan pendekatan Lagrangian. Prosedurnya adalah melakukan transformasi oleh grup tertentu pada medan materi. Lagrangian dari materi harus invarian terhadap transformasi ini, sebagai konsekuensinya maka pada lagrangian akan muncul suku-suku baru yang menunjukkan interaksi antara materi dengan medan gauge atau interaksi antara sesama medan gauge. 9

7 Lagrangian density Medan boson Lagrangian density untuk medan boson dinyatakan dengan : L = µ Φ µ Φ m 2 Φ Φ (3.1) Untuk mengunifikasi medan materi dan medan gauge maka dikerjakan transformasi gauge lokal : U(1) FD U(1) G : pada medan materi. Lagrangian materi harus invarian terhadap transformasi ini : Φ (x) U (x) F Φ (x) Φ (x) U (x) EM Φ (x) dimana : U (x) F = e iα(x) U (x) EM = e iβ(x) dengan α (x) dan β (x) merupakan sembarang fungsi real. Untuk kasus infinitesimal transformation e iα(x) (1 iα (x)). Pada kasus transformasi gauge global µ Φ (x) ditransformasikan seperti Φ (x), tetapi bila dikerjakan transformasi gauge lokal maka akan terdapat suku-suku tambahan : δφ = i (α + β)φ (3.2) δφ = i (α + β)φ (3.3) δ µ Φ = i µ αφ i µ βφ i (α + β) µ Φ (3.4) δ µ Φ = i µ αφ + i µ βφ + i (α + β) µ Φ (3.5) Karena terdapat suku tambahan pada bentuk derivatif maka lagrangian L (Φ, µ Φ) menjadi tidak invarian terhadap transformasi gauge lokal. Untuk mengatasi hal ini kita harus menyusun bentuk derivatif yang memiliki sifat transformasi seperti Φ(x). δl = L L δφ + + Φ Φ δφ L ( µ Φ) δ ( µφ) + L ( µ Φ ) δ ( µ Φ ) (3.6) δl = ( µ α + µ β)i(φ µ Φ Φ µ Φ ) (3.7) δl = ( µ α + µ β)j µ (3.8) 10

8 dimana J µ adalah vektor arus empat materi. Untuk membuat lagrangian invarian terhadap transformasi gauge, maka kita harus menambah beberapa suku pada lagrangian density. L 1 = (ea µ + gb µ ) J µ dimana A µ dan B µ merupakan medan gauge ( medan elektromagnetik dan medan fluida ) yang ditransformasikan oleh transformasi gauge sebagai : A µ (x) A µ (x) + 1 e µα B µ (x) B µ (x) + 1 g µβ dengan e dan g merupakan konstanta kopling yang menentukan kekuatan interaksi antara medan materi dengan medan gauge. Dengan tambahan suku ini maka akan didapatkan : δl 1 = ( µ α + µ β)j µ (ea µ + gb µ )δj µ δl + δl 1 = (ea µ + gb µ )δj µ (3.9) δj µ = 2Φ Φ ( µ α + µ β) δl + δl 1 = 2Φ Φ (ea µ µ α + ea µ µ β + gb µ µ α + gb µ µ β) Suku kedua yang harus ditambahkan adalah : L 2 = (e 2 A µ A µ + g 2 B µ B µ + 2egA µ B µ ) Φ Φ δl 2 = (2eA µ µ + 2gB µ µ + 2gB µ µ + 2eA µ µ ) Φ Φ (3.10) Jadi kita dapatkan : δl + δl 1 + δl 2 = 0 L = µ Φ µ Φ m 2 Φ Φ (ea µ + gb µ ) J µ + ( e 2 A µ A µ + g 2 B µ B µ + 2egA µ B µ) Φ Φ agar memiliki arti fisis maka harus ditambahkan bentuk yang mengandung kuadratik dari ν A µ dan ν B µ sebagai suku kinetik dari medan gauge. Bentuk skalar 11

9 yang memenuhi dan invarian terhadap transformasi gauge ataupun Lorentz adalah sebanding dengan F µν F µν dan S µν S µν. Dengan : F µν (x) = µ A ν ν A µ (3.11) S µν (x) = µ B ν ν B µ (3.12) merupakan tensor kuat medan (field strength tensor). Kita telah mendapatkan Lagrangian density total yang invarian terhadap transformasi gauge lokal : L total = µ Φ µ Φ m 2 Φ Φ (ea µ + gb µ )J µ + ( e 2 A µ A µ + g 2 B µ B µ + 2egA µ B µ) Φ Φ 1 4 F µν F µν 1 4 Sµν S µν (3.13) Suku-suku pada lagrangian ini menyatakan interaksi dari masing-masing medan. Untuk mendapatkan bentuk derivatif yang kovarian terhadap transformasi maka kita definisikan derivatif kovarian : D µ Φ = µ Φ + iea µ Φ + igb µ Φ (3.14) sehingga : D µ Φ (x) U (x) D µ Φ (x) dengan derivatif kovarian maka Lagrangian density total dapat dituliskan : L total = D µ ΦD µ Φ m 2 Φ Φ 1 4 F µν F µν 1 4 Sµν S µν (3.15) Persamaan Gerak Berdasarkan prinsip aksi minimum δs = 0, dengan S = d 4 xl dapat diperoleh persamaan Euler - Lagrange : µ L ( µ Φ) L Φ = 0 (3.16) dengan Φ adalah sembarang medan. Persamaan Gerak Medan Boson dengan subtitusi Lagrangian density total ke persamaan ( 3.16 ) dan Φ = Φ maka akan didapat persamaan gerak : ( µ µ + 2ieA µ µ + 2igB µ µ + ie µ A µ + ig µ B µ + m 2) Φ ( e 2 A µ A µ + g 2 B µ B µ + 2egA µ B µ) Φ = 0 (3.17) 12

10 Persamaan Gerak Medan Elektromagnetik Persamaan gerak Medan elektromagnetik didapatkan dengan mensubtitusi persamaan ( 3.13 ) ke dalam persamaan ( 3.16 ) dengan Φ = A ν, maka akan didapatkan : µ F µν = ie (Φ ν Φ ν Φ ) ( 2e 2 A ν + 2egB ν) Φ Φ Dengan menggunakan derivatif kovarian maka bentuk di atas dapat dituliskan : µ F µν = ej ν (3.18) dengan : J = i (Φ D ν Φ ΦD ν Φ ) Persamaan di atas analog dengan persamaan Maxwell inhomogen pada elektrodinamika klasik. Persamaan diatas juga menjelaskan bahwa medan elektromagnetik digenerasi oleh interaksi kedua partikel yang memiliki muatan e, tanpa kehadiran partikel maka medan elektromagnetik tidak akan muncul. Karena sifat F µν yang antisimetrik maka akan diperoleh : µ J µ = 0 (3.19) yang berarti J merupakan besaran yang kekal bila terdapat medan elektromagnetik. Persamaan Gerak Medan Fluida Dengan cara yang sama kita dapat menurunkan persamaan gerak fluida yang analog dengan persamaan skalar Maxwell. µ S µν = gj ν (3.20) dan J = (ρ, J) Vektor-vektor yang ekuivalen dengan medan listrik dan medan magnetik adalah vektor R dan vektor Q. S io = Q i (3.21) S ij = ε ijk R k (3.22) dan : ( ) B Q = t + Bo (3.23) R = B (3.24) 13

11 Lagrangian density Medan Fermion Lagrangian untuk medan fermion adalah : L = i µ ψγ µ ψ m ψψ (3.25) dimana ψ adalah vektor 4 1 γ µ adalah matrix 4 4, γ µ = (β, β α), matrix α dan β didefinisikan : α = ( 0 σ σ 0 ) (, β I 0 = 0 I ) (3.26) I adalah matrix satuan 2 2 dan σ adalah matriks Pauli : ( ) ( ) ( i 1 0 σ 1 =, σ =, σ i 0 3 = 0 1 ) (3.27) Prosedur yang sama kita lakukan seperti pada materi boson yaitu mengerjakan transformasi gauge lokal pada lagrangian density, maka kita akan memperoleh: δψ = i (α + β) δ ψ = i (α + β) δ µ ψ = i (α + β) µ ψ + i ( µ α + µ β) δl = L L δψ + δ ψ ψ ψ + δ ( L µ ψ) ( (3.28) µ ψ) Lagrangian ini tidak invarian terhadap transformasi gauge lokal karena ada tambahan suku δl = ( µ α + µ β)j µ dimana J µ = ψγ µ ψ merupakan vektor arus empat untuk medan fermion. Untuk itu harus ditambahkan suku : L 1 = (ea µ + gb µ ) J µ δl 1 = ( µ α + µ β)j µ (ea µ + gb µ )δj µ δl + δl 1 = (ea µ + gb µ )δj µ (3.29) Karena pada vektor arus empatnya tidak mengandung bentuk derifatif maka vektor arus empat ini invarian terhadap transformasi gauge lokal, atau δj µ = 0. 14

12 Dengan penambahan suku kinetik dari kedua medan gauge maka akan didapatkan lagrangian density total untuk medan fermion : L = i µ ψγ µ ψ m ψψ (ea µ + gb µ ) ψγ µ ψ 1 4 F µν F µν 1 4 Sµν S µν (3.30) Derifatif kovariannya dituliskan : D µ ψ = ( µ + iea µ + igb µ )ψ (3.31) dalam bentuk derifatif kovarian lagrangian totalnya dapat dituliskan : L = id µ ψγ µ ψ m ψψ 1 4 F µνf µν 1 4 Sµν S µν (3.32) perbedaan utama dengan lagrangian density medan boson adalah tidak adanya suku interaksi antara medan elektromagnetik dengan medan fluida. Persamaan Gerak Dengan mensubtitusi Lagrangian ke persamaan Euler-Lagrange maka kita akan memperoleh persamaan gerak untuk masing-masing medan adalah: [i / (ea/ + gb/) m]ψ = 0 (3.33) µ F µν = ej ν (3.34) µ S µν = gj ν (3.35) 3.2 Persamaan Maxwell Magnetofluida Dari persamaan ( 3.23 ) dan ( 3.24 ) didapatkan :.R = 0 (3.36) Q = R t (3.37) dari persamaan arus kovarian, j ν = gj ν dan persamaan gerak magnetofluidanya ambil ν = 0 akan didapatkan : 1 S S S 30 = ρ sehingga :.Q = ρ (3.38) 15

13 bila kita ambil ν = 1 : 0 S S S 31 = j 1 Q1 t + R3 x 2 R2 x 3 = j 1 Persamaan Maxwell yang keempat adalah : R Q t = j (3.39) 3.3 Persamaan Gerak Magnetofluida untuk limit non-relativistik Dari persamaan gerak untuk magnetofluida µ S µν = gj ν dengan arus kovarian : J ν = i (Φ D ν Φ ΦD ν Φ ) untuk materi boson dan J ν = ψγ µ ψ untuk fermion, akan didapatkan : untuk ν = j akan diperoleh : o S oν + i S iν = gj ν o S oj + i S ij = gj j o S oj + i ( i B j j B i) = gj j medan fluida yang digunakan berbentuk : B i = φu i (3.40) φ adalah besaran pelengkap dimensi yang merepresentasikan distribusi fluida pada sistem dan hanya bergantung oleh temperature, S oj = Q j = + ) φγ T ( φ U t dan U i = γv i. Dimana untuk plasma relativistik : φ [5]. Nilai γ : 2 m γ 1 + v2. Dalam bentuk vektor persamaan diatas dapat dituliskan : 2 oq 2 B + (. B ) = gj ( ) ( ) Dengan menggunakan identitas vektor : B =. B 2 B oq + ( B ) = gj ( δ ) U + φγ + R t t = gj ( ) φ U t t + φγ = gj R 16

14 Untuk kasus non-relativistik nilai γ 1 dan φ 1, kecuali pada suku φγ., kita akan dapatkan : [ v 2 φγ = ] T 2 m [ [ v v 2 t t ]] T = gj 2 m ω dengan ω = v adalah vortisitas. [ ] v t t + v T 2 m v t + v T 2 m = = g J ω ( g J ω) dt 1 dengan menggunakan identitas vektor : 2 v2 = ( v. ) + v ( v) kita akan mendapatkan : v t + ( v. ) v + v ω + 5 T ( 2 m = gj ω) dt (3.41) untuk kasus fluida irotasional v = 0 maka akan diperoleh : dengan : J = Jdt v t + ( v. ) v + 5 T 2 m = g J (3.42) Bila dianggap T tetap, maka kita akan mendapatkan 2 persamaan gerak magnetofluida yang ekuivalen dengan persamaan gerak plasma pada persamaan (2.1) dan (2.2) : v t J o + J t = 0 (3.43) + ( v. ) v = g J (3.44) 3.4 Model Magnetofluida dengan medan gauge non-abelian Secara umum lagrangian density dari materi dapat dinyatakan dengan : L = ( µ Φ) µ Φ m ΦΦ Φ + i ψ (γ µ µ m ψ )ψ + V (Φ) (3.45) dengan V (Φ) adalah potensial, misalkan pada teori Φ 4, V (Φ) = 1 4 λ ( Φ Φ )2 dan γ µ adalah matriks Dirac. 17

15 Interaksi antara fluida non-abelian dengan medan gauge non-abelian dinyatakan dengan transformasi gauge lokal : G (n) F G (n) G. Maka medan materi akan ditransformasikan sebagai : Φ Φ = exp [ i (α + β)] Φ (3.46) ψ ψ = exp [ i (α + β)] ψ (3.47) dengan : α = α a T a dan β = β a T a. Medan materi merupakan multiplet n 1 dengan jumlah elemen n untuk grup Lie dengan dimensi n seperti SU(n), O(n+1) dll. T a adalah generator dari grup Lie yang merupakan matriks Hermitian dan traceless T a = T a dan TrT a = 0. Generator-generator ini memenuhi relasi komutasi tertutup : [T a, T b ] = ic abc T c (3.48) dengan C abc adalah konstanta struktur antisimetrik dengan C abc = C bac. Jumlah generator dan medan gauge ditentukan oleh dimensi dari grup. Untuk grup SU(n) atau O(n + 1) memiliki generator sebanyak n 2 1 dan index a = 1, 2,...n 2 1. Lagrangian yang invarian terhadap transformasi gauge lokal diatas dapat diperoleh dengan memasukkan suku yang mengandung medan gauge A µa dan medan fluida non-abelian B µa dengan sifat transformasi : A µa A µa A µa + 1 µ α a + C abc α b A µc g G (3.49) B µa B µa B µa + 1 µ β a + C abc β b B µc g F (3.50) dengan g F adalah muatan untuk fluida dan g G adalah muatan gauge. Secara umum lagrangian density materi yang invarian terhadap simetri gauge adalah : dengan : L = L materi + L kinetik + L interaksi (3.51) L kinetik = 1 4 S µνas a µν 1 4 F µνaf a µν S µν a F µν a = µ B ν a ν B µ a + g FC abc B µ b Bν c = µ A ν a ν A µ a + g GC abc A µ b Aν c Sedangkan suku-suku interaksi pada Lagrangian density nya adalah : 18

16 untuk Boson : L int = g F B µa J µ af g GA µa J µ ag + g2 GA µ aa µb Φ T ag T bg Φ + g 2 FB µ ab µb Φ T af T bf Φ + g F g G A µ ab µb Φ (T ag T bf + T bf T ag )Φ untuk fermion : L int = g F B µa J µ af g GA µa J µ ag (3.52) dengan J µ a adalah arus materi untuk materi boson dan fermion. dimana untuk boson dan fermion : J µ aboson = i ( µ Φ T ax Φ Φ T ax µ Φ ) J µ afermion = ψγ µ T ax ψ dengan : X = F, G dan ψ = ψ γ o. Untuk kasus simetri SU F (n) SU G (n) atau O F (n + 1) O G (n + 1), maka T Fa = T Ga contohnya untuk kasus SU(2) SU(2) maka : T Fa = T Ga = τa 2 dimana τ a adalah matriks pauli, untuk kasus SU(n) F U(1) G generator kedua grup adalah : T ag = 1, T af = τa 2 dengan τ a adalah matriks pauli dan a = 1, 2, 3 untuk n = 2 atau untuk n = 3, T af = λa 2 dengan λ a adalah matriks Gellman dan a = 1, Lagrangian density untuk materi dapat juga ditulis dalam bentuk derifatif kovarian sebagai : L = (D µ Φ) D µ Φ + ψ (iγ µ D µ m) ψ 1 4 S µνas µν a 1 4 F µνaf µν a + V (Φ) (3.53) derifatif kovariannya adalah : D µ Φ = µ Φ + ig G A µb T bg Φ + ig F B µb T bf Φ (3.54) Dengan Lagrangian density total ini maka kita akan dapat mempelajari dinamika fluida non-abelian beserta interaksinya dengan medan gauge non-abelian. Persamaan Gerak Magnetofluida Persamaan gerak medan magnetofluida dapat diperoleh dari persamaan Euler- Lagrange dalam bentuk medan B νa : µ L ( µ B νa ) L = 0 B νa 19

17 Dengan mensubtitusi Lagrangian density total ke persamaan Euler-Lagrange di atas maka akan didapatkan persamaan gerak : dengan : S µν = S µν a T a dan J ν F = J ν F T a D µ S µν = g F J ν F (3.55) D µ adalah derifatif kovarian non-abelian diperumum yang dapat dinyatakan dengan representasi adjoint : D µ = µ + ig G [A µ,..] + ig F [B µ,..] (3.56) Arus kovarian dari materi boson dan fermion didefinisikan sebagai : J ν a = i[(d ν Φ) T af Φ Φ T af D ν Φ] (3.57) J ν a = ψγ ν T af ψ (3.58) 3.5 Persamaan Gerak Magnetofluida non-abelian untuk limit non-relatisvistik Dari persamaan (3.55) dan dengan menggunakan kovarian derifatif (3.56), dan untuk ν = j maka akan didapatkan : µ S a µν g G C abc A µb S c µν g F C abc B µb S c µν = g F Ja ν (3.59) ( o Sa oj + i Sa ij = g F Ja j + C abc B ob Sc oj + C abc B ib Sa ij + g G C abc A ob Sc oj + g ) G C abc A ib Sc ij g F g F didefinisikan medan Q a dan R a : dalam bentuk B µ = ( B o, B ) : Q k = S ko (3.60) R k = 1 2 εkij S ij (3.61) S ij = ε ijk R k (3.62) Q a = Ba o B a g F C abcbb Bc o (3.63) t R a = B a g FC abcbb B c (3.64) 20

18 medan fluida didefinisikan sebagai : B µ a = ( φγ a, φ U a ) (3.65) U i a adalah kecepatan relativistik dari medan fluida (Ui a = γ av i a ) dan γ a (1 v 2 a ) 1 2 adalah faktor relativistik, sedangkan v a adalah kecepatan spasial. Besaran φ adalah medan tambahan berdimensi 1 yang ditambahkan untuk melengkapi dimensi dan merepresentasikan distribusi dari fluida pada sistem, dan hanya bergantung pada temperatur [5]. Indeks a,b,c menunjukkan aliran fluida pada ruang internal. Model fluida yang dibuat dinyatakan oleh suku kinematik dan fungsi distribusi yang terpisah. dalam bentuk vektor persamaan geraknya dapat dituliskan : Q a t + R a = g F ( J a C abc B ob Qc +C abc Bb R c g G g F C abc A ob Qc + g G g F C abc Ab R c ) dengan mensubtitusi medan Q dan R : t ( B a t + B o a + g FC abc Bb B o c ) + ( B a g FC abc Bb B c ) = (3.66) g F ( J a + C abc B ob ( B o c + B c t + g FC clm Bl B o m ) + C abc Bb ( B c g FC clm Bl B m ) + g G g F C abc A ob ( B o c + B c t + g F C clm Bl B o m ) + g G g F C abc Ab ( B c g FC clm Bl B m )) Dengan mensubtitusi medan fluida pada ( 3.65 ) dan pada limit non-relativistik nilai γ 1, φ 1, kecuali pada suku : φγ a = [ v 2 a 2 + φ ] maka kita akan dapatkan bentuk vektor dari persamaan gerak non-relativistik Magnetofluida non- Abelian : t ( va t + v2 a 2 + φ + g FC abc v b ) + ( v a g FC abc v b v c ) = g F ( J a + C abc ( v2 c 2 + φ + v c t + g FC clm v l ) + C abc v b ( v c g FC clm v l v m ) + g G C abc A ob ( v2 c g F 2 + φ + v c t + g FC clm v l ) + g G C abcab ( v c + 1 g F 2 g FC clm v l v m )) 21

19 : dengan identitas vector : 1 2 v2 a = ( v a. ) v a + v a ( v a ) kita akan dapatkan ( ) va t t + ( v a ) v a + v a ω a + φ + g F C abc v b + (3.67) [ ω a = g Ja F + F ] a dengan vektor F a adalah : F a = C abc [(( v c ) v c + v c ω c + φ + v c t g FC clm v l ) + v b ( ω c g FC clm v l v m ) + g G A ob (( v c ) v c + v c ω c + φ + v c g F t + g F C clm v l ) + g G g F Ab ( ω c g FC clm v l v m 1 2 ( v b vc))] dimana : ω a = v a adalah vortisitas. Untuk fluida irotasional ω a = 0, ω c = 0, sehingga persamaan gerak magnetofluida non-abelian menjadi : v [ ] a t + ( v a ) v a + φ + g F C abc v b = g F dt J + Fa irotasional (3.68) Persamaan (3.68) yang telah kita dapatkan adalah persamaan umum untuk fluida relativistik tak berotasi. Arus J a muncul akibat adanya materi yang dikelilingi dan berinteraksi dengan fluida, sedangkan F a merupakan kontribusi dari interaksi antar medan fluida atau interaksi medan fluida dengan medan gauge (A µa ). Jadi lagrangian pada persamaan (3.53) dengan medan fluida yang memiliki bentuk seperti persamaan (3.65) dapat mendeskripsikan sistem umum yang terdiri dari fluida relativistik yang berinteraksi dengan medan gauge dan materi. Untuk kasus non-abelian maka semua konstanta struktur bernilai nol, dan indeks internal a,b,c dapat dihilangkan. Sehingga untuk kasus non-abelian nilai F a = 0 dan persamaan geraknya menjadi : v t + ( v. ) v + φ = g F dtj (3.69) seperti pada persamaan (3.42) yang telah kita dapatkan. 3.6 Aplikasi Unifikasi Magnetofluida non-abelian pada Plasma Quark-Gluon Plasma quark-gluon terdiri dari quark-dan anti quark yang berinteraksi dengan gluon-gluon dan medan elektromagnetik. Lagrangian sistem ini dinyatakan de- 22

20 ngan simetri gauge SU(3) F U(1) G : L = i Q f /Q f m f Qf Q f 1 4 Sµν a S µνa 1 4 F µν F µν g F J µaq B µ a qj µa µ (3.70) dimana g G diganti dengan q yang merupakan muatan quark. indeks f menunjukkan index flavor dari quark yaitu u,d,c,s,t,b. Generator T Fa merupakan matriks Gell-Mann yang dinyatakan dengan representasi fundamental λa 2 dengan normalisasi : (a = 1, 2, 3...8) Tr(λ a λ b ) = 2δ ab (3.71) Persamaan gerak yang diperoleh dari lagrangian QCD di atas adalah : D µ F µν = g F J µ Q (3.72) atau dapat dituliskan : µf µν a = g F J µ aq + g FJ µ ag (3.73) dengan J µ µ λa aq = Qγ Q merupakan matrix arus dari materi quark, sedangkan 2 Jµ ag adalah arus dari gluon. J µ ag = C abcb µb S µν c (3.74) dengan J µ µ λa Fa = Qγ Q dan 2 Jµ G = Qγ µ Q. Bentuk non-linier pada (3.74) dalam persamaan (3.73) menunjukkan bahwa medan gluon bertindak sebagai sumber, atau dengan kata lain quanta dari medan gluon membawa muatan warna tersendiri sehingga tanpa adanya materi dapat menjadi sumber bagi medannya sendiri. Secara makroskopik model ini menggambarkan sistem yang terdiri dari fluida non-abelian yang disusun oleh sekumpulan gluon ( gluon cloud ) dengan kerapatan yang besar dan mengelilingi materi ( quark dan anti-quark ) dalam medan elektromagnetik. Model ini menjelaskan hasil eksperimen dari PHENIX collaboration pada BNL menggunakan RHIC yang menyatakan quark-gluon pada fireball bersifat seperti fluida. Model ini sangat berbeda dengan model hybridmagnetofluid [2, 5] yang memodelkan QGP sebagai aliran fluida yang disusun oleh quark dan anti-quark yang berinteraksi dengan medan gluon. Komponen spasial arus fermion adalah : Ja λa = Q γ Q. Dengan persamaan ( ) persamaan gerak relativistik QGP adalah : (φγ a v a ) + (φγ a ) + g F C abc φ 2 γ b γ c v b = g F dt[ J t + F a ] (3.75) 23

21 Nilai g F ditentukan oleh nilai fine structure dari interaksi kuat g 2 F = 4πα s, dimana nilai α s bergantung dengan skala energi yang dipakai, contohnya pada T= 200 MeV maka nilai α s diantara 0,2 dan 0,5 dengan g F = 1, 5 2, 5. Berdasarkan hasil eksperimen QGP memiliki kerapatan besar dan viskositas kecil seperti fluida ideal ( ω a = 0 ). Jika kita lihat pada lagrangian QGP, fluida yang disusun oleh gluon tidak berinteraksi dengan medan elektromagnetik, tetapi quark dan antiquark berinteraksi dengan medan elektromagnetik dinyatakan oleh suku terakhir pada lagrangian. Pada persamaan gerak ( 3.75 ), kontribusi medan elektromagnetik terdapat pada q F a yang dinyatakan dengan faktor g F α α s O(10 1 ), dimana nilai muatan quark ekuivalen dengan muatan listrik e = α. Jadi dapat disimpulkan 4π kontribusi gaya elektromagnetik sangat kecil sehingga dapat diabaikan. 24

22 Bab 4 Perhitungan Energi Magnetofluida berbasis Teori Gauge Pada bab ini kita akan menurunkan tensor energi-momentum untuk kasus umum yaitu dari lagrangian dengan medan non-abelian. Dengan tensor energi-momentum tersebut kita dapat memperoleh energi total dan momentum dari sistem magnetofluida. Tensor energi-momentum dapat diperoleh dari prinsip variasi, yaitu dari variasi aksi : δs = R [ L Φ L µ[ ( µ Φ) ]]δφd4 x + L [ ( µ Φ) [δφ + [ ν]δx v ] L [ ( µ Φ) ν δ ν µ Lδxν ]] Suku pertama pada suku integral permukaan merupakan variasi total dari Φ (δφ), sedangkan suku kedua didefinisikan sebagai tensor energi-momentum θ µ ν : atau : θ µ ν = θ µν = 4.1 Energi Plasma non-abelian Materi boson R L ( µ Φ) νφ δ µ ν L (4.1) L ( µ Φ) ν Φ g µν L (4.2) Lagrangian umum dari materi boson dengan interaksi medan gauge dan medan 25

23 fluida non-abelian adalah : L = (D µ Φ) D µ Φ 1 4 S αβas αβ a dengan mensubtitusi lagrangian ini ke (4.2) akan didapatkan : 1 4 F αβaf αβ a V (Φ) (4.3) θ µν = ( µ Φ) ν Φ + ( ν Φ) µ Φ g F B µ aj ν af (4.4) g G A µ aj µ ag So ak o B k a F µ ak ν A k a g µν L Energi dari sistem adalah komponen ke-00 : sehingga : θ oo = ( o Φ) o Φ + ( o Φ) o Φ g F B o a Jo af g GA o a Jo ag S o ak o B k a F o ak o A k a L θ oo = ( o Φ) o Φ + ig F B o a ( o Φ T a Φ Φ T a o Φ) + ig G A o a ( o Φ T a Φ Φ T a o Φ) + g G A oa J o a + g FB oa J o a g2 G Ao a A obφ T a T b Φ g 2 F Bo a B obφ T a T b Φ g F g G Aa o B ob Φ (T a T b + T b T a )Φ + (D i Φ) (D i Φ) + V (Φ) Fi o o A i a So i o Ba i F αβafa αβ S αβasa αβ dengan : D i = i ig G A i a T ag ig F B i a T af (4.5) bila suku-sukunya dipisahkan : θ oo materi+interaksi = ( o Φ) o Φ + ig G A o a o Φ T a Φ ig G A o aφ T a o Φ ig G A oa o Φ T a Φ + ig G A oa Φ T a o Φ + ig F B o a o Φ T a Φ ig F B o aφ T a o Φ ig F B oa o Φ T a Φ + ig F B oa Φ T a o Φ g 2 GA o aa ob Φ T a T b Φ g 2 FB o ab ob Φ T a T b Φ g F g G A o a B obφ (T a T b + T b T a )Φ + (D i Φ) (D i Φ) + V (Φ) dengan menambahkan suku-suku berikut pada persamaan diatas maka bentuk diatas dapat dituliskan dalam bentuk kovarian derifatif : g 2 G Ao a A obφ T a T b Φ g 2 G Ao a A obφ T a T b Φ + g 2 F Bo a B obφ T a T b Φ g 2 F Bo a B obφ T a T b Φ + g F g G A o ab ob Φ (T a T b + T b T a )Φ g F g G A o ab ob Φ (T a T b + T b T a )Φ 26

24 maka suku θ oo materi+interaksi atau : dapat dituliskan sebagai : θ oo materi+interaksi = D o Φ D o Φ + ig G A oa ( Φ T a D o Φ D o Φ T a Φ ) + ig F B oa ( Φ T a D o Φ D o Φ T a Φ ) + (D i Φ) (D i Φ) θ oo materi+interaksi = Do Φ D o Φ + g G A oa J o a + g FB oa J o a + (D iφ) (D i Φ) (4.6) suku untuk medan gauge dan fluidanya adalah : = E a A a t θ gauge+fluida = Fi o o A i a F αβafa αβ Si o o Ba i S αβasa αβ + 1 (B a B a E 2 a E ) a Q a B a + 1 (R a R a Q t 2 a Q ) a dengan B a adalah medan magnet non-abelian. dari persamaan (3.63) : Q a B a = Q t ( ) a Q a + Ba o + g F C abcbb Bc o = Q a Q ( ) a + Qa Ba o ( Q ( a )B oa + g FC Qa abc B ) b Bc o komponen-00 dari tensor energi-momentum dapat dinyatakan : ( ) ( ) θ oo = (D o Φ) D o Φ + DΦ DΦ + 1 (B a B a + E 2 a E ) a + (4.7) 1 (R a R a + Q 2 a Q ) a + V (Φ) + X dengan : X = ( E a A o a ) ( E a )A o a + g GC abc ( E a A b )A o c + ( Q a B o a ) dari persamaan gerak : ( Q a )B o a + g FC abc ( Q a B b )B o c + g GA oa J o a + g FB oa J o a E a + g G C abc Ab E c = g G J o a (4.8) Q a + g F C abc Bb Q c = g F J o a (4.9) bila kita subtitusi ke dalam X maka suku-sukunya saling meniadakan kecuali suku berikut : X = ( ) Ea A o a + 27 ( ) Qa Ba o

25 Dengan memilih gauge yang menyatakan A o a = 0 dan B o a = 0 ketika tidak ada medan materi, maka integral X terhadap seluruh ruang dapat diabaikan, sehingga kita akan mendapatkan hamiltonian density yang invarian terhadap transformasi gauge lokal : dimana : H = dv H H = (D o Φ) D o Φ + ( DΦ) ( DΦ) (B a B a + E a E a ) + (4.10) Dengan : D = igg Aa T ag ig F Ba T af 1 2 ( R a R a + Q a Q a ) + V (Φ) Materi Fermion Lagrangian density untuk fermion yang berinteraksi dengan medan fluida dan medan gauge non-abelian secara umum dapat dinyatakan sebagai : L = i ψγ µ D µ ψ m ψψ 1 4 F a αβ F aαβ 1 4 S αβasa αβ (4.11) Energi-momentum tensornya berbentuk : θ µν = i ψγ µ ν ψ F µ ak ν A k a Sµ ak ν B k a gµν L (4.12) komponen ke-00 merupakan Hamiltonian dari sistem dapat dihitung dengan cara yang sama seperti kasus pada boson, kita akan dapatkan : H = i ψβ α Dψ + m ψψ (B a B a + E a E a ) ( R a R a + Q a Q a ) (4.13) 4.2 Energi density QGP Sistem magnetofluida quark-gluon terdiri dari quark dan anti-quark yang berinteraksi dengan gluon. Secara umum rapat energinya dinyatakan dengan : dimana energi quark dinyatakan dengan : H = H quark + H interaksi + H gluon (4.14) H quark = i Qβ α Q + m Q QQ 28

26 Suku energi interaksi dan energi gluon tergantung oleh kecepatan gluon. Pada kecepatan gluon yang tinggi suku energi quark memiliki kontribusi yang kecil pada energi sistem sehingga dapat diabaikan. Pada kecepatan gluon yang tinggi akan terbentuk QGP, sehingga rapat energi sistem QGP adalah : H = g F J a µ B µa ( R a R a + Q a Q a ) (4.15) Energi total QGP adalah H = dv H, dimana V adalah volume dari fireball. dengan kondisi ω a = 0, maka R a dan Q a didefinisikan : R a Q a = 1 2 g FC abc φ 2 γ b γ c v b v c = (φγ a ) φγ a v a t g FC abc φ 2 γ b γ c v b suku pertama merupakan energi interaksi antara quark dan gluon sedangkan suku kedua merupakan energi dari gluon. J µ a adalah arus empat non-abelian materi yang dapat dinyatakan dengan : J µ a = Qγ µλ a 2 Q (4.16) sehingga : H = g F φ(ρ q v a J a ) ( R a R a + Q a Q a ) (4.17) dengan a = 1,...8. Kita asumsikan quark dan gluon mengalir hanya pada sumbu z dengan kecepatan konstan pada fireball, v a = (0, 0, v a ) dan J a = (0, 0, J a ). Dengan asumsi ini, nilai R a, suku pertama, dan suku kedua dari Q a pada suku energi gluon dapat diabaikan. 29

Dinamika Magnetofluida Abelian dan non-abelian dengan Lagrangian Gauge

Dinamika Magnetofluida Abelian dan non-abelian dengan Lagrangian Gauge Dinamika Magnetofluida Abelian dan non-abelian dengan Lagrangian Gauge Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Andrias Fajarudin 0304027021 Departemen Fisika Fakultas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA VISKOSITAS MATERI QUARK-GLUON PLASMA DISERTASI

UNIVERSITAS INDONESIA VISKOSITAS MATERI QUARK-GLUON PLASMA DISERTASI UNIVERSITAS INDONESIA VISKOSITAS MATERI QUARK-GLUON PLASMA DISERTASI TJONG PO DJUN 1206327922 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI MATERIAL SAINS DEPOK 2015 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 7, 2010 Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus Quiz 1 Tuliskan perumusan kelestarian jumlah partikel dengan memakai vektor-4 fluks jumlah partikel. 2 Tuliskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

QGP BERVISKOSITAS DALAM FLUIDA QCD DENGAN PERUSAKAN SIMETRI GAUGE

QGP BERVISKOSITAS DALAM FLUIDA QCD DENGAN PERUSAKAN SIMETRI GAUGE UNIVERSITAS INDONESIA QGP BERVISKOSITAS DALAM FLUIDA QCD DENGAN PERUSAKAN SIMETRI GAUGE EUNIKE FERA 0706262325 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK OKTOBER 2011 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Analisis Elektrohidrodinamik Analisis elektrohidrodinamik dimulai dengan mengevaluasi medan listrik dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD.

BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET. Hani Nurbiantoro Santosa, PhD. BINOVATIF LISTRIK DAN MAGNET Hani Nurbiantoro Santosa, PhD hanisantosa@gmail.com 2 BAB 1 PENDAHULUAN Atom, Interaksi Fundamental, Syarat Matematika, Syarat Fisika, Muatan Listrik, Gaya Listrik, Pengertian

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum LAMPIRAN A Ringkasan Relativitas Umum Besaran fisika harus invarian terhadap semua kerangka acuan. Kalimat tersebut merupakan prinsip relativitas khusus yang pertama. Salah satu besaran yang harus invarian

Lebih terperinci

Peluruhan Pion Berdasarkan Teori Perturbasi Chiral

Peluruhan Pion Berdasarkan Teori Perturbasi Chiral Peluruhan Pion Berdasarkan Teori Perturbasi Chiral Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Nofirwan 039800493 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem inti dapat dipelajari melalui kesatuan sistem penyusun inti sebagai akibat dari interaksi di antara penyusun inti tersebut. Penyusun inti meliputi proton

Lebih terperinci

KUANTISASI DIRAC PADA SISTEM KUANTUM TERKONSTRAIN

KUANTISASI DIRAC PADA SISTEM KUANTUM TERKONSTRAIN UNIVERSITAS INDONESIA KUANTISASI DIRAC PADA SISTEM KUANTUM TERKONSTRAIN SYAEFUDIN JAELANI 07066810 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK MEI 011 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas Teori Relativitas Mirza Satriawan December 23, 2010 Pengantar Kelengkungan Quiz 1 Apakah basis vektor dalam sistem koordinat melengkung selalu konstan? 2 Dalam sistem koordinat apakah basis vektornya selalu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron PENDAHUUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Gas elektron bebas yang mencakup: Elektron bebas dalam satu dimensi dan elektron bebas dalam tiga dimensi. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON

EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON DOI: doi.org/10.21009/0305020501 EFEK MESON σ PADA PERSAMAAN KEADAAN BINTANG NEUTRON Alrizal 1), A. Sulaksono 2) 1,2 Departemen Fisika FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 1) alrizal91@gmail.com, 2) anto.sulaksono@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

PERSAMAAN KEADAAN FASE QGP PADA AWAL ALAM SEMESTA DALAM MODEL FLUIDA RELATIVISTIK

PERSAMAAN KEADAAN FASE QGP PADA AWAL ALAM SEMESTA DALAM MODEL FLUIDA RELATIVISTIK UNIVERSITAS INDONESIA PERSAMAAN KEADAAN FASE QGP PADA AWAL ALAM SEMESTA DALAM MODEL FLUIDA RELATIVISTIK RADITYA UTAMA 0706163193 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.

Lebih terperinci

APLIKASI LAGRANGIAN NAVIER-STOKES PADA KRISTAL

APLIKASI LAGRANGIAN NAVIER-STOKES PADA KRISTAL APLIKASI LAGRANGIAN NAVIER-STOKES PADA KRISTAL Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains FAHD G07400033 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein BAB II DASAR TEORI Sebagaimana telah diketahui dalam kinematika relativistik, persamaanpersamaannya diturunkan dari dua postulat relativitas. Dua kerangka inersia yang bergerak relatif satu dengan yang

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

BAB 16. MEDAN LISTRIK

BAB 16. MEDAN LISTRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI... BAB 6. MEDAN LISTRIK... 6. Muatan Listrik... 6. Muatan Listrik dalam Atom... 6.3 Isolator dan Konduktor...3 6.4 Hukum Coulomb...3 6.5 Medan Listrik dan Kondusi Listrik...5 6.6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

Perhitungan Dinamika Fluida Berbasis Teori Medan dengan Lattice Gauge Theory

Perhitungan Dinamika Fluida Berbasis Teori Medan dengan Lattice Gauge Theory Perhitungan Dinamika Fluida Berbasis Teori Medan dengan Lattice Gauge Theory Tugas Akhir Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains Heribertus Bayu Hartanto 0302027016 Departemen

Lebih terperinci

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal) SNF016 http://snf-unj.ac.id/kumpulan-prosiding/snf016/ VOLUME V, OKTOBER 016 p-issn: 339-0654 e-issn: 476-9398 DOI: doi.org/10.1009/030500505 KOMPAKTIFIKASI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA MODEL POINT-KOPLING DENGAN KONSTANTA KOPLING BERGANTUNG DENSITAS TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA MODEL POINT-KOPLING DENGAN KONSTANTA KOPLING BERGANTUNG DENSITAS TESIS UNIVERSITAS INDONESIA MODEL POINT-KOPLING DENGAN KONSTANTA KOPLING BERGANTUNG DENSITAS TESIS SYAEFUDIN JAELANI 1206306312 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCASARJANA FISIKA MURNI

Lebih terperinci

Aplikasi Lagrangian Navier-Stokes pada Turbulensi. Jani Suhamjani G

Aplikasi Lagrangian Navier-Stokes pada Turbulensi. Jani Suhamjani G Aplikasi Lagrangian Navier-Stokes pada Turbulensi Jani Suhamjani G7101013 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Bogor 2005 Ringkasan Telah diketahui Lagrangian

Lebih terperinci

MASSA NEUTRINO SETELAH PERUSAKAN SIMETRI GUT SU(6) DIMENSI-5

MASSA NEUTRINO SETELAH PERUSAKAN SIMETRI GUT SU(6) DIMENSI-5 UNIVESITAS INDONESIA MASSA NEUTINO SETEAH PEUSAKAN SIMETI GUT SU6 DIMENSI-5 BUNDI EKO WIJAYA 7663 FAKUTAS MATEMATIKA DAN IMU PENGETAHUAN AAM POGAM STUDI FISIKA DEPOK JUNI UNIVESITAS INDONESIA MASSA NEUTINO

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SYMMETRIC NUCLEAR MATTER PADA TEMPERATUR NOL

KARAKTERISTIK SYMMETRIC NUCLEAR MATTER PADA TEMPERATUR NOL KARAKTERISTIK SYMMETRIC NUCLEAR MATTER PADA TEMPERATUR NOL Annisa Fitri 1, Anto Sulaksono 2 1,2 Departemen Fisika FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424 1 annisa.fitri11@sci.ui.ac.id 2 anto.sulaksono@sci.ui.ac.id

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)

PEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30) 5 η = η di z = η (9) z x x z x x Dalam (Grosen 99) kondisi kinematik (9) kondisi dinamik () dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian : δ H t = () δη δ H ηt = δ Dengan mengenalkan variabel baru u = x maka

Lebih terperinci

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

Teori Dasar Gelombang Gravitasi Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab

Lebih terperinci

FI-5002 Mekanika Statistik SEMESTER/ Sem /2017 PR#1 : Review of Thermo & Microcanonical Ensemble Dikumpulkan :

FI-5002 Mekanika Statistik SEMESTER/ Sem /2017 PR#1 : Review of Thermo & Microcanonical Ensemble Dikumpulkan : ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanika Statistik SEMESTER/ Sem. - 016/017 PR#1 : Review of Thermo & Microcanonical Ensemble Dikumpulkan :

Lebih terperinci

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l'

Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di. dapat dihitung sebagai beriktut: h δl l' Rangkuman: bawah ini! Setelah Anda mempelajari KB-1 di atas, simaklah dan hafalkan beberapa hal penting di 1. Elemen-elemen matrik L lm,l'm' = h l ( l +1) δ ll' L l m, l 'm' dapat dihitung sebagai beriktut:

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2.

BAB II DASAR TEORI. A. Kemagnetan Bahan. Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet. seperti terlihat pada Gambar 2. BAB II DASAR TEORI A. Kemagnetan Bahan Secara garis besar, semua bahan dapat dikelompokkan ke dalam bahan magnet seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 2: Diagram pengelompokan bahan magnet (Stancil &

Lebih terperinci

Menuju Mekanika Kuantum Relativistik Melalui Aljabar Clifford

Menuju Mekanika Kuantum Relativistik Melalui Aljabar Clifford Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 Intisari Menuju Mekanika Kuantum Relativistik Melalui Aljabar Clifford Romy

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

Fisika Partikel: Tinjauan Kualitatif

Fisika Partikel: Tinjauan Kualitatif 2 Fisika Partikel: Tinjauan Kualitatif Tujuan Perkuliahan: Setelah mempelajari bab 2 ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui nama, sifat dan massa dari partikel-partikel elementer 2. Mengerti proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ALJABAR TRILINIER UMUM OPERATOR KREASI DAN ANIHILASI DENGAN TIPE SIMETRI KEADAAN KUANTUM MULTIPARTIKEL IDENTIK TAK TERBEDAKAN

HUBUNGAN ALJABAR TRILINIER UMUM OPERATOR KREASI DAN ANIHILASI DENGAN TIPE SIMETRI KEADAAN KUANTUM MULTIPARTIKEL IDENTIK TAK TERBEDAKAN SKRIPSI HUBUNGAN ALJABAR TRILINIER UMUM OPERATOR KREASI DAN ANIHILASI DENGAN TIPE SIMETRI KEADAAN KUANTUM MULTIPARTIKEL IDENTIK TAK TERBEDAKAN Didik Pramono 01/147265/PA/08580 Departemen Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Skyrmion, Soliton, Baryon, Pemetaan Harmonik dan Teori Medan

Skyrmion, Soliton, Baryon, Pemetaan Harmonik dan Teori Medan Skyrmion, Soliton, Baryon, Pemetaan Harmonik dan Teori Medan Miftachul Hadi 1, Hans J. Wospakrik 2 1 Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI Puspiptek, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

DISTRIBUSI MATERI PLASMA DALAM BINTANG KOMPAK

DISTRIBUSI MATERI PLASMA DALAM BINTANG KOMPAK UNIVERSITAS INDONESIA DISTRIBUSI MATERI PLASMA DALAM BINTANG KOMPAK CHRISNA SETYO NUGROHO 0606068133 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FISIKA DEPOK JUNI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensial Coulomb untuk Partikel yang Bergerak Dalam bab ini, akan dikemukakan teori-teori yang mendukung penyelesaian pembahasan pengaruh koreksi relativistik potensial Coulomb

Lebih terperinci

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis IV. Arus Listrik Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis listrik alam kilat Pada tahun 1800: Alessandro Volta menemukan baterai listrik

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Sifat-sifat Zat Padat Gas Cair Plasma

Fisika Umum (MA-301) Sifat-sifat Zat Padat Gas Cair Plasma Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini (minggu 4) Sifat-sifat Zat Padat Gas Cair Plasma Sifat Atomik Zat Molekul Atom Inti Atom Proton dan neutron Quarks: up, down, strange, charmed, bottom, and top Antimateri

Lebih terperinci

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan

Lebih terperinci

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu:

KB.2 Fisika Molekul. Hal ini berarti bahwa rapat peluang untuk menemukan kedua konfigurasi tersebut di atas adalah sama, yaitu: KB.2 Fisika Molekul 2.1 Prinsip Pauli. Konsep fungsi gelombang-fungsi gelombang simetri dan antisimetri berlaku untuk sistem yang mengandung partikel-partikel identik. Ada perbedaan yang fundamental antara

Lebih terperinci

Chap 7. Gas Fermi Ideal

Chap 7. Gas Fermi Ideal Chap 7. Gas Fermi Ideal Gas Fermi pada Ground State Distribusi Fermi Dirac pada kondisi Ground State (T 0) memiliki perilaku: n p = e β ε p μ +1 1 ε p < μ 1 0 jika ε p > μ Hasil ini berarti: Seluruh level

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Medan Bila bicara tentang partikel-partikel, maka akan selalu terkait dengan apa yang disebut dengan medan. Medan adalah sesuatu yang muncul merambah ruang waktu, tidak

Lebih terperinci

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1) PLATIHAN OSN JAKATA 2016 LISTIK MAGNT (AGIAN 1) 1. Partikel deuterium (1 proton, 1 neutron) dan partikel alpha (2 proton, 2 neutron) saling mendekat dari jarak yang sangat jauh dengan energi kinetik masing-masing

Lebih terperinci

EFEK SEBARAN BOSON INHOMOGEN PADA BINTANG BOSON

EFEK SEBARAN BOSON INHOMOGEN PADA BINTANG BOSON EFEK SEBARAN BOSON INHOMOGEN PADA BINTANG BOSON M. Fitrah Alfian R. S. *), Anto Sulaksono Departemen Fisika FMIPA UI, Kampus UI Depok, 1644 *) fitrahalfian@sci.ui.ac.id Abstrak Bintang boson statis dengan

Lebih terperinci

AWAL ALAM SEMESTA DALAM KERANGKA FLUIDA QCD

AWAL ALAM SEMESTA DALAM KERANGKA FLUIDA QCD UNIVERSITAS INDONESIA AWAL ALAM SEMESTA DALAM KERANGKA FLUIDA QCD M. KHALID NURDIN P. 0606068386 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA DEPOK JUNI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan Pada Bab III, telah diperoleh sebuah deskripsi teori efektif 4-dimensi dari teori 5- dimensi dengan cara mengkompaktifikasi pada orbifold dalam kerangka kerja

Lebih terperinci

Bab 1. Muatan dan Materi. 1.1 Teori Elektromagnetisme Muatan listrik. (ref: Bab 23)

Bab 1. Muatan dan Materi. 1.1 Teori Elektromagnetisme Muatan listrik. (ref: Bab 23) Bab 1 Muatan dan Materi (ref: Bab 23) 1.1 Teori Elektromagnetisme Muatan listrik Konduktor, isolator, dan semikonduktor Coulomb dan ampere Hukum Coulomb Superposisi untuk banyak muatan titik Muatan itu

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam

Lebih terperinci

Chap. 8 Gas Bose Ideal

Chap. 8 Gas Bose Ideal Chap. 8 Gas Bose Ideal Model: Gas Foton Foton adalah Boson yg tunduk kepada distribusi BE. Model: Foton memiliki frekuensi ω, rest mass=0, spin 1ħ Energi E=ħω dan potensial kimia =0 Momentum p = ħ k, dengan

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Hukum gravitasi Newton mampu menerangkan fenomena benda-benda langit yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi antar benda. Namun, hukum gravitasi Newton ini tidak sesuai dengan teori

Lebih terperinci

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Perkuliahan PLPG Fisika tahun 2009 Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1 Muatan Listrik Dua jenis muatan listrik: positif dan negatif Satuan muatan adalah coulomb [C] Muatan elektron (negatif) atau proton (positif)

Lebih terperinci

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton III.1 Stress dan Strain Salah satu hal yang penting dalam pengkonstruksian model proses deformasi suatu fluida adalah

Lebih terperinci

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-1

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-1 Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum Part-1 Latar Belakang Untuk system yang distinguishable maka teori ensemble mekanika statistic klasik dapat dipergunakan. Tetapi bilamana system partikel bersifat

Lebih terperinci

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Pendahuluan Dalam bagian ini kita mengkhususkan diri pada materi

Lebih terperinci

2.7 Ensambel Makrokanonik

2.7 Ensambel Makrokanonik 22 BAB 2. TEORI ENSAMBEL 2.7 Ensambel Makrokanonik Dalam bagian ini kita akan menjabarkan rapat ruang fase untuk sistem terbuka, sistem yang berada dalam keadaan kesetimbangan termal dengan lingkungan

Lebih terperinci

Perspektif Baru Fisika Partikel

Perspektif Baru Fisika Partikel 8 Perspektif Baru Fisika Partikel Tujuan Perkuliahan: Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui perkembangan terbaru dari fisika partikel. 2. Mengetahui kelemahan-kelemahan

Lebih terperinci

Chap 7a Aplikasi Distribusi. Fermi Dirac (part-1)

Chap 7a Aplikasi Distribusi. Fermi Dirac (part-1) Chap 7a Aplikasi Distribusi Fermi Dirac (part-1) Teori Bintang Katai Putih Apakah bintang Katai Putih Bintang yg warnanya pudar/pucat krn hanya memancarkan sedikit cahaya krn supply hidrogennya sudah tinggal

Lebih terperinci

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015

PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 PETA MATERI FISIKA SMA UN 2015 Drs. Setyo Warjanto setyowarjanto@yahoo.co.id 081218074405 SK 1 Ind 1 Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel

2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel 2.11. PENGHITUNGAN OBSERVABEL SEBAGAI RERATA ENSAMBEL33 2.11 Penghitungan Observabel Sebagai Rerata Ensambel Dalam pendahuluan ke teori ensambel, kita mengasumsikan bahwa semua observabel dapat dituliskan

Lebih terperinci

4.1 Sistem kuasi-linear hiperbolik. Sistem (hukum kekekalan) kuasi-linear mempunyai bentuk umum. t u + A α (u) xα u = b(u) (4.1.

4.1 Sistem kuasi-linear hiperbolik. Sistem (hukum kekekalan) kuasi-linear mempunyai bentuk umum. t u + A α (u) xα u = b(u) (4.1. Bab 4 SISTEM KUASI-LINEAR 4. Sistem kuasi-linear hiperbolik Sistem (hukum kekekalan) kuasi-linear mempunyai bentuk umum t u + A α (u) xα u = b(u) (4..) α= u(x, 0) = u 0 (x) Jika u 0 adalah fungsi konstan,

Lebih terperinci

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Bab 2 Persamaan Einstein dan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Sebuah himpunan M disebut sebagai manifold jika tiap titik Q dalam M memiliki lingkungan terbuka S yang dapat dipetakan 1-1 melalui sebuah pemetaan

Lebih terperinci

Statistik + konsep mekanika. Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:

Statistik + konsep mekanika. Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah: Bab 4 Deskripsi Statistik Sistem Partikel Bagaimana gambaran secara statistik dari sistem partikel? Statistik + konsep mekanika Hal-hal yang diperlukan dalam menggambarkan keadaan sistem partikel adalah:

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion)

ARUS LISTRIK. Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) ARUS LISTRIK Di dalam konduktor / penghantar terdapat elektron bebas (muatan negatif) yang bergerak dalam arah sembarang (random motion) Konduktor terisolasi Elektron-elektron tersebut tidak mempunyai

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI Teori Medan Klasik L. D. Landau 1, E. M. Lifshitz 2 1,2 Institute of Physical Problems USSR Academy of Sciences Miftachul Hadi Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI Puspiptek,

Lebih terperinci

FENOMENA HALO BERDASARKAN MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF)

FENOMENA HALO BERDASARKAN MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF) FENOMENA HALO BERDASARKAN MODEL RELATIVISTIC MEAN FIELD (RMF) A. M. Nugraha 1*), J. P. Diningrum 1 ), N. Liliani 1 ), T. Sumaryada 2 ), A. Sulaksono 1 ) 1 Departemen Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA & FISIKA STATISTIK (Tes 3)

TERMODINAMIKA & FISIKA STATISTIK (Tes 3) OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) Bidang Fisika: TERMODINAMIKA & FISIKA STATISTIK (Tes 3) 16 Mei 2017 Waktu: 120 menit KETENTUAN UMUM Petunjuk Pengerjaan

Lebih terperinci

MEKANISME PERUSAKAN SIMETRI DENGAN DIMENSI EKSTRA

MEKANISME PERUSAKAN SIMETRI DENGAN DIMENSI EKSTRA MEKANISME PERUSAKAN SIMETRI DENGAN DIMENSI EKSTRA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Fisika Muhandis Shiddiq 0305027041 Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Listrik Statik. Agus Suroso

Listrik Statik. Agus Suroso Listrik Statik Agus Suroso Muatan Listrik Ada dua macam: positif dan negatif. Sejenis tolak menolak, beda jenis tarik menarik. Muatan fundamental e =, 60 0 9 Coulomb. Atau, C = 6,5 0 8 e. Atom = proton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Fisika partikel dibangun dari mekanika kuantum relativistik yang kemudian dikembangkan menjadi teori medan kuantum (Quantum Field Theory) disertai

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT

BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT 1.1. Partikel bermuatan BAGIAN 1 PITA ENERGI DALAM ZAT PADAT - Muatan elektron : -1,6 x 10-19 C - Massa elektron : 9,11 x 10-31 kg - Jumlah elektron dalam setiap Coulomb sekitar 6 x 10 18 buah (resiprokal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: kristal semikonduktor intrinsik dan kristal semikonduktor ekstrinsik. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

Listrik Statik. Agus Suroso

Listrik Statik. Agus Suroso Listrik Statik Agus Suroso Muatan Listrik Ada dua macam: positif dan negatif. Sejenis tolak menolak, beda jenis tarik menarik. Muatan fundamental e =, 60 0 9 Coulomb. Atau, C = 6,5 0 8 e. Atom = proton

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A = Bab 2 cakul fi080 by khbasar; sem1 2010-2011 Matriks Dalam BAB ini akan dibahas mengenai matriks, sifat-sifatnya serta penggunaannya dalam penyelesaian persamaan linier. Matriks merupakan representasi

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

DINAMIKA. Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman).

DINAMIKA. Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman). DINAMIKA Konsep Gaya dan Massa Massa adalah materi yang terkandung dalam suatu zat dan dapat dikatakan sebagai ukuran dari inersia(kelembaman). Gaya adalah penyebab terjadi gerakan pada benda. Konsep Gaya

Lebih terperinci

ENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si.

ENERGETIKA KESTABILAN INTI. Sulistyani, M.Si. ENERGETIKA KESTABILAN INTI Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id PENDAHULUAN Apakah inti yang stabil itu? Apakah inti yang tidak stabil? Bagaimana menyatakan kestabilan U-238 berdasarkan reaksi

Lebih terperinci

VI. Teori Kinetika Gas

VI. Teori Kinetika Gas VI. Teori Kinetika Gas 6.1. Pendahuluan dan Asumsi Dasar Subyek termodinamika berkaitan dengan kesimpulan yang dapat ditarik dari hukum-hukum eksperimen tertentu, dan memanfaatkan kesimpulan ini untuk

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha 1. Pulsar, Bintang Netron, Bintang dan Keruntuhan Gravitasi 1A. Pulsar Pulsar atau Pulsating Radio Sources pertama kali diamati

Lebih terperinci

KETENTUAN AGUNG ( THE GOLDEN RULE ) Suparno Satira

KETENTUAN AGUNG ( THE GOLDEN RULE ) Suparno Satira KETENTUAN AGUNG ( THE GOLDEN RULE ) Suparn Satira Suparn_satira@yah.cm 1 JENJANG / HIRARKI Falsafah Visi Idelgi / Dktrin Misi Aturan / Knsep Dasar Anggaran Dasar / ART Perumusan dinamika / Gejala Peraturan

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci