DISTRIBUSI NILAI TAMBAH PADA RANTAI NILAI MEBEL MAHONI JEPARA 1 (Value Added Distribution Along The Value Chain of Jepara Mahogany Furniture)
|
|
- Ivan Sudirman
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DISTRIBUSI NILAI TAMBAH PADA RANTAI NILAI MEBEL MAHONI JEPARA 1 (Value Added Distribution Along The Value Chain of Jeara Mahogany Furniture),4 Oleh/ By : Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Jl. Gunung Batu No.5, Bogor Fakultas Kehutanan-Institut Pertanian Bogor, Kamus IPB Dramaga Bogor narlinah@gmail.com ABSTRACT Furniture industry had an imortant role in foreign exchange revenue in Jeara district. This study roosed to determine the olicy scenarios that could encourage the sustainability of furniture industry in Jeara by alying dynamic models. The research was conducted in Jeara District, Sumedang District and KPH Pati on June to November This study utilized secondary and rimary data. The rimary data were collected through an interview using a structured questionnaire. The analyses of data involved identification of actors, value chain maing and distribution of value added. The software, i.e. Stella 8 is alied in modeling and simulation rocesses. The results showed that there was imbalance of value added distribution er m raw material along the value chain. There are three scenarios which are ossible to be alied, i.e. (1) efficiency in furniture roduction followed by imroving caacity building on the marketing system; (2) the increase of the lantation investment in Perhutani area combined with reducing of forest ressurse and incentive olicies on community forest; and () fair trade scenario through collective action. Keyword: Value chain, mahogany furniture, Jeara, value added, ABSTRAK Industri Furniture memiliki eran enting dalam enerimaan devisa terutama di Kabuaten Jeara. Tujuan dari enelitian ini adalah mengetahui distribusi nilai tambah seanjang value chain mebel mahoni dan menentukan skenario kebijakan yang daat mendorong keberlanjutan industri mebel di Jeara dengan menerakan model dinamis. Penelitian dilakukan di Kabuaten Jeara, Kabuaten Sumedang dan KPH Pati ada bulan Juni Noember Data yang digunakan dalam enelitian berua data sekunder dan data rimer. Data rimer dieroleh dengan cara wawancara menggunakan kuisioner. Analisis data meliuti identifikasi elaku, emetaan rantai nilai dan distribusi nilai tambah. Software Stella 8 digunakan dalam roses emodelan dan simulasi. Hasil enelitian menunjukkan bahwa terdaat ketidakseimbangan distribusi nilai tambah er m bahan baku seanjang rantai nilai. Terdaat tiga skenario yang daat diterakan, yaitu (1) efisiensi dalam roduksi mebel diikuti dengan eningkatan kaasitas engrajin dalam emasaran; (2) eningkatan enanaman mahoni di areal Perhutani yang dikombinasikan dengan kebijakan engelolaan yang teat untuk mengurangi tekanan terhada hutan dan kebijakan yang bersifat insentif ada hutan rakyat, dan () skenario erdagangan yang adil melalui tindakan kolektif. Kata kunci: Rantai nilai, mebel mahoni, Jeara, nilai tambah, 1 Tulisan ini didasarkan ada tesis yang berjudul Nilai Tambah (Value Chain) Mebel Kayu Mahoni Jeara dengan dukungan endanaan dari Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) Project No. FST/2007/119 Mahogany and teak furniture: action research to imrove value chain efficiency and enhance livelihoods. Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 9
2 I. PENDAHULUAN Penerimaan negara yang berasal dari eksor mebel terus mengalami eningkatan selama tahun yaitu sebesar 17% (selama eriode tersebut) dengan jumlah eksor mencaai US$ 1,78 milyar ada tahun 2005 (USAID-SENADA, 2007), dimana 75 ersennya meruakan mebel kayu (ASMINDO Komda Jeara, 2008). Dalam erdagangan global, mebel Indonesia selama tahun hanya menguasai 2,5% dari angsa asar dunia (USAID - SENADA, 2007), sementara erkembangan angsa asar China meningkat dari % ada tahun 1995 menjadi 17% di tahun 2005 (ITTO 2006). Pesatnya erkembangan mebel China tersebut akan berengaruh terhada enurunan angsa asar mebel Indonesia. Selain mendatangkan devisa, keuntungan lain yang dieroleh dari bisnis mebel adalah encitaan laangan kerja, hal ini daat dilihat dari banyaknya unit industri dan tenaga kerja yang terlibat. Sebagai contoh, ada tahun 2005 jumlah industri mebel di Jeara, sebagai sentra industri mebel, mencaai unit dengan jumlah tenaga kerja orang (Roda et. al, 2007). Sektor ini memberikan kontribusi yang tinggi ada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabuaten Jeara. Pada tahun 2006, kontribusi dari sektor industri engolahan adalah sebesar 27%, dimana 84,8% dari sektor tersebut berasal dari industri kayu dan hasil hutan lainnya (BAPPEDA dan BPS Kabuaten Jeara, 2007). Banyaknya industri mebel di Jeara telah mengakibatkan terjadinya ersaingan antar elaku dalam bisnis mebel termasuk dalam memeroleh bahan baku. Menurut Roda et al. (2007) konsumsi kayu di Jeara mencaai 1,5-2,2 juta m³ er tahun dengan jenis-jenis kayu yang digunakan antara lain meliuti kayu jati, mahoni, akasia dan kayu dari hutan alam. Selain adanya tantangan berua turunnya ketersediaan kayu yang berkualitas serta mekanisme distribusi dan emasaran kayu (Ewasechko, 2005), distribusi endaatan yang tidak seimbang dan tekanan ada kelestarian tanaman juga meruakan tantangan tersendiri (Purnomo, 2006). Adanya hubungan kerjasama antara rincial (emberi keercayaan) dan agent (enerima keercayaan) yang terjadi antar aktor di dalam rantai juga menentukan besarnya distribusi keuntungan yang dieroleh masing-masing elaku. Menurut ITTO (2006), erkembangan ermintaan mebel dierkirakan meningkat sebesar lebih dari % di beberaa negara. Di lain ihak, semua jenis mahoni yaitu Switenia macrohylla, S. mahagoni dan S. humilis masuk dalam Aendix CITES II yang berimlikasi ada erlunya ijin eksor dari negara asal kayu dan erlunya ijin imor di beberaa negara tujuan (CITES 2007). Kondisi ini menjadi eluang bagi Indonesia untuk meningkatkan roduksi mebel mahoni dalam rangka memenuhi asar, karena emanenan kayu mahoni di temat tumbuh aslinya yaitu Benua Amerika dibatasi. Peluang Indonesia tersebut didukung dengan besarnya otensi roduksi mahoni yang ada. Melihat banyaknya elaku yang terlibat di seanjang value chain mebel, banyaknya tenaga kerja yang kehiduannya tergantung dari keberlangsungan asokan bahan baku serta eluang asar yang ada, maka tujuan dari tulisan ini adalah mengetahui distribusi nilai tambah seanjang value chain mebel mahoni serta mencari skenario kebijakan yang daat mendorong kelangsungan industri mebel melalui endekatan sistim dinamik. 94 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
3 II. METODE PENELITIAN Rantai nilai mebel daat digolongkan sebagai buyer driven yaitu rantai nilai dimana engecer atau edagang besar mendominasi aturan-aturan dalam sistem roduksi. Sistem roduksi yang dikendalikan antara lain model dan sesifikasi roduk yang akan dibuat. Karakteristik lain dari rantai nilai mebel adalah banyaknya elaku yang terlibat yang saling berhubungan sehingga membentuk jaringan yang komleks. Setia elaku di seanjang rantai nilai melakukan berbagai kegiatan yang daat memberikan nilai tambah ada setia rosesnya. Besarnya distribusi nilai tambah yang diterima masing-masing elaku tersebut daat berengaruh terhada kelestarian usaha mebel. Dengan melihat adanya keterkaitan berbagai faktor yang memengaruhi kelangsungan industri mebel, maka dikembangkan model dinamik dari luas tanaman mahoni dan roduksi kayu mahoni sebagai sumber bahan baku, erdagangan kayu dan distribusi nilai tambah. Secara ringkas kerangka emikiran dari enelitian rantai nilai mebel mahoni seerti terlihat ada Gambar 1. Karakteristik Rantai nilai mebel Identifikasi aktor Pemetaan aktor dalam rantai nilai mebel Analisis distribusi nilai tambah Distribusi nilai tambah ya Distribusi nilai tambah seimbang tidak Industri mebel dan hutan lestari Industri mebel dan hutan tidak lestari Analisis sistem (emodelan) Diertahankan Skenario Kebijakan Gambar 1. Kerangka emikiran enelitian. Figure 1. Research framework Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 95
4 A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi enelitian dilaksanakan di Kabuaten Jeara - Proinsi Jawa Tengah, Kabuaten Sumedang - Proinsi Jawa Barat, dan KPH Pati - Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Waktu enelitian dilaksanakan ada bulan Juni samai bulan Noember B. Pengumulan Data Data yang dikumulkan dalam enelitian ini meliuti data rimer dan data sekunder. Data rimer dieroleh melalui wawancara dengan resonden dengan menggunakan kuisioner. Menurut Kalinsky dan Morris (2000); Kalinsky et al. (200), rantai nilai untuk industri mebel termasuk dalam kategori buyer driven. Dengan asumsi ini, maka enelitian dilakukan dengan cara backward yaitu melihat keterkaitannya ke belakang. Pengambilan samel dilakukan dengan metode snowball (tidak termasuk KPH Pati dan etani), dimana aktor-aktor yang menjadi resonden dalam enelitian ini adalah: (a) eksortir ( finishing), (b) engecer/toko domestik ( finishing), (c) erusahaan jasa finishing, (d) engrajin mebel yang terbagi menjadi 2 kelomok yaitu engrajin yang memroduksi mebel untuk asar domestik dan engrajin yang memroduksi mebel untuk asar eksor, (e) erusahaan jasa enggergajian, (f) edagang kayu di Jeara dan di Sumedang, (g) etani di Kabuaten Sumedang, dan (h) Perhutani KPH Pati. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam enelitian antara lain meliuti: (a) data volume dan nilai enjualan mebel di Kabuaten Jeara; (b) data tujuan enjualan mebel dari Kabuaten Jeara; (c) data otensi tegakan mahoni Perhutani KPH Pati; (d) data otensi tegakan mahoni yang berasal dari rakyat di Kabuaten Sumedang. Data sekunder tersebut berasal dari instansi terkait antara lain Dinas Perindustrian Perdagangan, Koerasi dan Penanaman Modal Kabuaten Jeara, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabuaten Jeara, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabuaten Jeara, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Perhutani KPH Pati, Dinas Kehutanan Sumberdaya Mineral dan Energi Kabuaten Sumedang, dan BPS Kabuaten Sumedang. C. Analisis Data Untuk memahami dinamika rantai nilai dari mebel kayu mahoni Jeara dilakukan identifikasi ara elaku yang terlibat serta menganalisis distribusi nilai tambah. Dari hasil analisis tersebut selanjutnya dibangun berbagai skenario kebijakan dengan menggunakan model dinamik ( dynamic modelling). 1. Identifikasi ara elaku (aktor) Identifikasi aktor seanjang rantai nilai mebel dilakukan melalui enelusuran dan keterkaitan ke belakang dimulai dari eksortir dan engecer/toko domestik samai ke enanam mahoni yaitu etani dan Perhutani. Selanjutnya memetakan hubungan antar aktor yang terlibat dalam sebuah diagram. 2. Analisis distribusi nilai tambah Distribusi nilai tambah untuk masing-masing elaku seanjang rantai nilai mebel mahoni Jeara dieroleh melalui analisis yang dilakukan dengan tahaan sebagai berikut: a. Analisis aliran roduk di setia elaku antara lain meliuti: a) nilai outut kotor, b) nilai outut bersih, c) aliran fisik barang, dan d) tujuan emasaraan. b. Langkah berikutnya adalah analisis nilai tambah dan distribusi nilai tambah. Margin 96 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
5 keuntungan yang diterima oleh masing-masing aktor (lembaga emasaran) dirumuskan sebagai berikut: π = Ps-Pb-C Dimana: π = Keuntungan yang diterima oleh setia elaku (aktor) P s = Harga jual roduk di setia elaku P b = Harga beli bahan baku di setia elaku C = Biaya roduksi dan emasaran ada setia elaku Distribusi margin keuntungan dihitung berdasarkan ersentase keuntungan masingmasing lembaga emasaran terhada keuntungan total seluruh lembaga emasaran. Analisis sistem (emodelan) Untuk mengetahui dinamika dari rantai nilai mebel mahoni Jeara, taha analisis berikutnya adalah analisis sistem dan simulasi dengan menggunakan erangkat lunak Stella 8. Adaun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis sistem adalah (Purnomo 2005, 2006; Grant et al. 1997): Identifikasi isu, tujuan dan batasan Tujuan dari taha ini adalah mengidentifikasi isu-isu ermasalahan serta menentukan tujuan dari emodelan yang dikembangkan. Sesuai dengan ermasalahan dan tujuan dari enelitian, maka enyusunan model ditujukan untuk mendorong uaya memertahankan kelangsungan industri mebel. Perumusan model konsetual dan sesifikasi model kuantitatif Tahaan ini bertujuan untuk membangun emahaman terhada sistem yang diamati, kemudian dituangkan dalam sebuah konse untuk mendaatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang dibuat. Taha selanjutnya adalah membentuk model kuantitatif dari konse model yang telah ditetakan, yang terbagi menjadi beberaa sub model Luas hutan mahoni: Analisis luas tanaman mahoni Perhutani diroyeksikan sebagai berikut: A,t1 =A,t R O M -L -Ia Dimana: A,t1 = Luas areal ada masing-masing kelas umur setelah t1 di Perhutani A,t = Luas areal ada masing-masing kelas umur ada tahun ke t di Perhutani R = Luas areal yang masuk ke dalam kelas umur tertentu (karena adanya enanaman) di Perhutani O = Luas areal yang indah dari kelas umur tertentu ke kelas umur yang lebih besar karena adanya ertumbuhan di Perhutani M = Luas areal yang keluar dari kelas umur tertentu dimana tegakannya mati karena kebakaran dan bencana alam di Perhutani L = Luas areal yang dianen di Perhutani IA = Luas areal yang mengalami gangguan seerti kegiatan enebangan ilegal, enyerobotan lahan, enggembalaan liar di Perhutani Sedangkan royeksi luas tanaman mahoni rakyat adalah sebagai berikut: A r,t1 =A r,t R-L r r Dimana: A = Luas areal tanaman mahoni setelah t1 di hutan rakyat (ha) r,t1 Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 97
6 A r,t = Luas areal tanaman mahoni ada tahun ke t di hutan rakyat (ha) R r = Penambahan luas areal tanaman mahoni er tahun di hutan rakyat (ha/tahun) L r = Luas areal tanaman mahoni yang di anen di hutan rakyat (ha/tahun) Struktur tegakan: Dinamika struktur tegakan ditujukan untuk menggambarkan banyaknya ohon mahoni yang berasal dari Perhutani ada setia kelas umur. = IAP P,t1 P,t RP OP MP LP Dimana: P,t1 = Jumlah ohon ada masing-masing kelas umur setelah t1 di Perhutani P,t = Jumlah ohon ada masing-masing kelas umur ada tahun ke t di Perhutani RP = Jumlah ohon yang masuk ke dalam kelas umur tertentu (karena adanya enanaman) di Perhutani OP = Jumlah ohon yang indah dari kelas umur tertentu ke kelas umur yang lebih besar karena adanya ertumbuhan di Perhutani MP = jumlah ohon yang keluar dari kelas umur tertentu dimana tegakannya mati karena kebakaran dan bencana alam di Perhutani LP = Jumlah ohon yang dianen di Perhutani IAP = Jumlah ohon yang mengalami gangguan seerti kegiatan enebangan ilegal, enyerobotan lahan, enggembalaan liar di Perhutani Pengaturan hasil (roduksi): Perhitungan royeksi luas tebangan (etat luas) yang dilakukan dalam enelitian ini menggunakan Metode Burn. Sedangkan royeksi roduksi er tahun meruakan hasil dari etat luas dikalikan dengan otensi volume tebang kayu aktual Etat luas : El L D Dimana : El = Etat luas (ha/tahun) L = Luas areal roduktif (ha) D = Daur (tahun) Sedangkan royeksi roduksi kayu mahoni yang berasal dari hutan rakyat dihitung sebagai berikut: V r,t1= V r, t (VPr x L r) Dimana : V r,t1 = Volume roduksi kayu mahoni rakyat setelah t1 (m ) V r, t = Volume roduksi kayu mahoni rakyat ada tahun ke-t (m ) VP r = Potensi roduksi kayu mahoni rakyat (m /ha/tahun) L = Luas areal tanaman mahoni yang di anen di hutan rakyat (ha/tahun) r Aliran fisik dari kayu (erdagangan kayu dan mebel mahoni) adalah: V ind,t1 = V ind,t Vi - ((1- RD) x V) i Dimana: V ind,t1 = Volume kayu setia taha roduksi setelah t1 (m ) V = Volume kayu setia taha roduksi ada tahun ke-t (m ) ind,t 98 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
7 V i = Volume kayu yang masuk ke setia taha roduksi (m ) RD = Rendemen di setia taha roduksi Evaluasi model Tujuan dari taha ini adalah mengetahui keterandalan model yang dibuat dalam menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Proses engujian dilakukan dengan mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal yang serua. Penggunaan model Kegiatan ertama yang dilakukan adalah membuat daftar semua alternatif (skenario) dari model yang telah dikembangkan. Berdasarkan hasil yang dieroleh, selanjutnya menganalisis skenario dan membuat urutan rioritas dari skenario yang terilih. Taha akhir adalah merumuskan skenario tersebut menjadi sebuah alternatif atau ilihan kebijakan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Aktor Para elaku yang terlibat dalam usaha mebel kayu mahoni Jeara antara lain etani enanam kayu, Perhutani, edagang kayu di Jeara dan luar Jeara, emilik enggergajian, engrajin, emilik jasa finishing, engecer atau toko domestik, eksortir dan embeli global. Selain membeli mebel setengah jadi dari engrajin, beberaa eksortir dan toko domestik juga melakukan kegiatan finishing mebel sendiri sebelum dijual kembali. Berdasarkan aliran informasi emesanan mebel, roses roduksi mebel daat dikategorikan menjadi (1) roduksi mebel berdasarkan esanan embeli dan (2) roduksi mebel tidak berdasarkan esanan. Dari kedua kategori tersebut, yang banyak terjadi di Jeara adalah roduksi mebel berdasarkan esanan. Pada roduksi mebel berdasarkan esanan, aliran informasi emesanan daat berasal dari embeli luar negeri dan embeli dalam negeri (Gambar 2 dan ). Desain dan sesifikasi dari mebel dibuat sesuai dengan keinginan embeli (bersifat buyer driven). Pembeli luar negeri umumnya memesan mebel ke eksortir, yang selanjutnya esanan tersebut disubkontrakkan kembali ke engrajin. Sedangkan roduksi mebel yang tidak berdasarkan esanan, ara engrajin membuat mebel dengan desain yang sudah umum untuk memudahkan dalam enjualan (Gambar 4). B. Distribusi Nilai Tambah Aliran roduk mebel terbagi menjadi aliran roduk untuk asar domestik dan aliran roduk untuk asar eksor. Mebel yang diroduksi untuk kedua asar tersebut umumnya memiliki grade yang berbeda dimana erbedaan kualitas terjadi mulai dari awal embuatan mebel, sehingga ukuran dan kualitas bahan baku yang digunakan juga berbeda. Mebel untuk asar domestik biasanya memiliki grade yang lebih rendah dibandingkan mebel untuk asar eksor. Hasil enelitian menunjukkan bahwa besarnya ertambahan nilai total er m bahan baku ada asar domestik adalah R yang terdistribusi secara tidak merata seerti yang tersaji ada Tabel 1. Pelaku yang banyak memeroleh nilai tambah adalah retailer yang sekaligus melakukan finishing sendiri. Sedangkan yang aling kecil memeroleh nilai tambah Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 99
8 adalah enggergajian. Tingginya nilai tambah yang dieroleh engecer domestik selain berasal dari roses emasaran dan enguasaan informasi asar, juga berasal dari keuntungan yang dieroleh ada roses finishing. Besarnya ertambahan nilai total er m bahan baku untuk asar eksor dengan bahan baku berasal dari kayu rakyat adalah R , dan sebesar R untuk bahan baku yang berasal dari Perhutani. Dari kedua sumber bahan baku tersebut, nilai tambah terbesar dieroleh eksortir dan yang terkecil dieroleh enggergajian (Tabel 2 dan ). Proses finishing ada asar eksor umumnya dikerjakan oleh ara eksortir. Penguasaan informasi tentang embeli dan keuntungan yang dieroleh ada roses finishing, membuat bagian keuntungan yang dieroleh eksortir lebih tinggi dibanding aktor yang lain. Pasar luar negeri Pembeli global/imortir Eksortir ( finishing) Pengrajin Pedagang kayu di Jeara Penggergajian Pedagang kayu Hutan Perhutani Hutan rakyat Aliran informasi esanan Aliran roses roduksi Gambar 2. Produksi mebel esanan untuk asar luar negeri. Figure 2. Production of furniture ordered for foreign markets 100 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
9 Pasar dalam negeri/konsumen Pengecer/ toko Pengecer/toko (finishing) Finishing Pengrajin Penggergajian Pedagang kayu di Jeara Pedagang kayu Hutan Perhutani Hutan rakyat Aliran informasi esanan Aliran roses roduksi Gambar. Produksi mebel esanan untuk asar dalam negeri. Figure. Production of furniture ordered for domestic markets C. Analisis Sistem dan Skenario Kebijakan Bisnis di bidang mebel meruakan bisnis yang besar dan melibatkan banyak ekerja seerti tersaji ada Gambar 5. Tujuan embuatan skenario dimaksudkan untuk memertahankan kelangsungan industri mebel. Untuk mengelola kelangsungan bisnis mebel, aling tidak terdaat dua langkah yang dierlukan yaitu (1) memberikan nilai tambah yang lebih tinggi keada enanam kayu dan industri mebel skala kecil dan menengah, serta (2) melakukan investasi enanaman ohon (Purnomo, 2006). Sedangkan menurut Kalinsky dan Readman (2001); Kalinsky Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 101
10 Pasar dalam negeri/konsumen Pengecer/ toko Finishing Pengumul Pengrajin Penggergajian Pedagang kayu di Jeara Pedagang kayu Hutan Perhutani Hutan rakyat Aliran roses roduksi Gambar 4. Produksi mebel dengan desain umum. Figure 4. Production of furniture with common design. dan Morris (2000), untuk memertahankan kelangsungan endaatan terletak ada kemamuan ugrading roses (meningkatkan efisiensi dalam roses internal), ugrading roduk (mengenalkan roduk baru atau meningkatkan roduk lama lebih baik), ugrading fungsi (mengubah kegiatan yang dikerjakan dalam erusahaan) dan ugrading rantai ( chain) dengan berindah dari satu rantai nilai ke rantai nilai yang lain. Dalam enelitian ini, beberaa skenario yang dibuat adalah: 1. eningkatan efisiensi roduksi ada roses enggergajian dan roses embuatan mebel di tingkat engrajin 102 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
11 2. eningkatan volume tebang kayu Perhutani melalui enanaman lahan kosong milik Perhutani. eneraan fair trade melalui engurangan biaya transaksi Tabel 1. Distribusi nilai tambah kayu mahoni untuk asar domestik Table 1. Value added distribution of mahogany for domestic market Aktor Actor Petani ky Sumedang Farmer in Sumedang Pedagang Sumedang Log trader in Sumedang Pedagang ky Jeara Log trader in Jeara Penggergajian Sawmill owners Pengrajin sr dmstk Domestic furniture roducers Retlr dmstk finishing Domestic retailer finishing Rendemen Product flow efficiency (%) Produk tinggal Remaining roduct (m ) Biaya inut Nilai Outut Inut cost Outut value (R x 1000) (R x 1000) Distribusi nilai tambah er m bahan baku Value added distribution er m raw material Distribusi nilai tambah er m roduk Value added distribution er m roduct R (x 1000) % R (x 1000) % 100 1, , , , , , , ,21 16,4 58 0, ,2 57 1,4 57 0, , , , , ,84 Total , ,0 0 Tabel 2. Distribusi nilai tambah kayu mahoni untuk asar eksor dari kayu rakyat Table 2. Value added distribution of mahogany from community forest for exort market Aktor Actor Petani ky Sumedang Farmer in Sumedang Pedagang Sumedang Log trader in Sumedang Pedagang ky Jeara Log trader in Jeara Penggergajian Sawmill owners Pengrajin sr eks Exort furniture roducers Eksortir finishing Exorter finishing Rendemen Product flow efficiency (%) Produk tinggal Remaining roduct (m ) Biaya inut Nilai Outut Inut cost Outut value (R x 1000) (R x 1000) Distribusi nilai tambah er m bahan baku Value added distribution er m raw material Distribusi nilai tambah er m roduk Value added distribution er m roduct R (x 1000) % R (x 1000) % 100 1, , , , , , , ,67 2 6, , , , , , , , , ,25 Total , ,0 0 Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 10
12 Tabel. Distribusi nilai tambah kayu mahoni untuk asar eksor dari kayu Perhutani Table. Value added distribution of mahogany from Perhutani for exort market Aktor Actor Perhutani Perhutani Pedagang ky Jeara Log trader in Jeara Penggergajian Sawmill owners Pengrajin sr eks Exort furniture roducers Eksortir finishing Exorter finishing Rendemen Product flow efficiency (%) Produk tinggal Remaining roduct (m ) Biaya inut Nilai Outut Inut cost Outut value (R x 1000) (R x 1000) Distribusi nilai tambah er m bahan baku Value added distribution er m raw material Distribusi nilai tambah er m roduk Value added distribution er m roduct R(x 1000) % R(x 1000) % 100 1, , , , ,8 64 7,2 58 0, ,4 57 1,1 57 0, , , , , ,71 Total , ,0 0 Tanam Perhutani Kegiatan illegal Tanam rakyat - Pertumbuhan Mahoni Perhutani - Perhutani Pemanenan Perhutani Log mahoni Perhutani Panen rakyat Log mahoni rakyat -Mahoni rakyat Pertumbuhan rakyat Pedagang kayu asal Pedagang kayu Jeara enggergajian Eksortirfinishing Global buyer Pasar luar negri Pengrajin mebel Finishing Retailer domestik Pasar domestik Pasar Gambar 5. Diagram sebab akibat usaha mebel kayu mahoni Figure 5. Causal loo diagram of mahogany furniture business 104 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
13 Gambar 7. Dinamika distribusi nilai tambah asar domestik (a) simulasi dasar, (b) skenario efisiensi roduksi, (c) skenario fair trade Figure 7. Dynamics of value added distribution for domestic market: (a) basic simulation, (b) roduction efficiency scenario, (c) fair trade scenario Hasil simulasi dasar serta simulasi dari ketiga skenario tersebut seerti tersaji dalam Gambar 6 dan 7. Peningkatan efisiensi roduksi Skenario eningkatan efisiensi roduksi dilakukan ada roses enggergajian sebesar 70% dan roses embuatan mebel di tingkat engrajin sebesar 70%. Selama tahun simulasi menunjukkan terjadinya eningkatan ertambahan nilai baik ada asar eksor mauun ada asar domestik (Gambar 6 dan 7). Pertambahan nilai ada asar domestik untuk enggergajian meningkat 4,1% dibanding ada simulasi dasar (meningkat sebesar R 9,57 juta). Peningkatan ertambahan nilai di tingkat engrajin sebesar 148,20% dari simulasi dasar, dengan nilai tambah ada akhir simulasi sebesar R. 2,76 milyar. Pada asar eksor, nilai tambah kumulatif di akhir simulasi skenario efisiensi mengalami eningkatan sebesar 52,15% dibandingkan dengan simulasi dasar. Nilai tambah kumulatif akhir tahun simulasi skenario efisiensi ini sebesar R 7,21 milyar. Namun aabila dibandingkan dengan awal tahun simulasi, ada skenario ini masih terjadi enurunan nilai tambah hamir di seluruh elaku kecuali etani dan edagang kayu di Sumedang. Peningkatan volume roduksi dengan enanaman lahan kosong Skenario kedua meruakan uaya eningkatan volume kayu yang ditebang melalui enanaman lahan kosong di areal Perhutani KPH Pati sebesar 25% dari lahan kosong yang 106 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
14 dieruntukkan untuk tanaman mahoni. Sedangkan simulasi enanaman lahan kosong di hutan rakyat tidak dilakukan karena roduksi kayu dari hutan rakyat selama ini sudah meningkat. Nilai tambah kumulatif ada akhir simulasi yang diterima ara elaku asar eksor meningkat dari R 49,01 milyar ada simulasi dasar menjadi R 81,20 milyar. Adaun besarnya distribusi nilai tambah ara elaku ada akhir tahun simulasi adalah 2,44% eksortir, 25,11% engrajin, 22,58% Perhutani, 15,15% edagang kayu Jeara, 2,20% etani, 1,52% industri enggergajian dan 0,99% edagang kayu Sumedang. Peneraan fair trade melalui engurangan biaya transaksi Skenario ketiga yaitu fair trade melalui engurangan (menghilangkan) biaya transaksi. Adaun biaya transaksi yang daat teridentifikasi di edagang kayu Sumedang rata-rata R er m, edagang kayu Jeara rata-rata R er m, engrajin rata-rata R er m, engecer (toko) rata-rata R 5.00 er m dan eksortir rata-rata R er m. Biaya transaksi tersebut daat dikategorikan dalam dua kelomok yaitu yang bersifat teta seerti yang terjadi di tingkat edagang kayu dan yang bersifat biaya variabel (tergantung dari jumlah unit yang diertukarkan) seerti yang terjadi di tingkat engrajin. Pada asar domestik, terjadi eningkatan nilai tambah di akhir tahun simulasi masingmasing sebesar 12,21% untuk edagang kayu di Sumedang, 0,56% edagang kayu di Jeara, 4,91% engrajin asar domestik, dan 7,24% engecer/toko. Peningkatkan nilai tambah kumulatif untuk asar domestik ada akhir simulasi sebesar 5,47% dengan nilai tambah yang diterima menjadi R 4,25 milyar. Untuk asar eksor, eningkatan nilai tambah yang diterima oleh edagang kayu di Sumedang, edagang kayu di Jeara, engrajin untuk asar eksor dan eksortir ada akhir tahun simulasi masing-masing sebesar 12,21%, 0,46%, 2,85% dan 2,40%. Besarnya eningkatan nilai tambah total ada skenario ini adalah 1,81% dibandingkan dengan simulasi dasar dengan nilai tambah total yang diterima menjadi R 48,98 milyar. Dari ketiga skenario di atas, skenario yang aling besar memberikan nilai tambah ada akhir tahun simulasi untuk asar domestik adalah meningkatkan efisiensi roduksi, diikuti dengan fair trade. Sedangkan untuk asar eksor, skenario yang aling besar memberikan nilai tambah ada akhir tahun simulasi secara berturut-turut adalah enanaman lahan kosong di areal Perhutani, eningkatan efisiensi dan fair trade (Tabel 4). Tabel 4. Nilai tambah ada akhir tahun simulasi dengan berbagai skenario (x RP 1 Juta) Table 4. Value added at the end of the simulation with different scenarios (x million IDR) NT total domestik NT total eksor Skenario (Total value added in (Total value added in (Scenario ) domestic marke ) exort market ) Simulasi dasar Basic simulation 4.07, ,691 Peningkatan efisiensi roduksi Production efficiency scenario 6.697, ,057 Penanaman lahan kosong Land investment scenario 4.07, ,522 Fair trade dengan enghilangan biaya transaksi Fair trade through the reduction of transaction cost 4.258, ,407 Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 107
15 Untuk mengimlementasikan berbagai alternatif skenario di atas, beberaa hal yang harus dierhatikan adalah. (1) Skenario ertama: Tingkat efisiensi enggergajian antara lain tergantung dari kualitas log, ukuran kayu gergajian yang diinginkan serta kualitas dari mesin gergajinya sendiri. Efisiensi dari roses embuatan mebel daat ditemuh melalui diversifikasi roduk dalam satu unit manajemen baik dari segi desain mauun kualitas mebel yang disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku yang ada. Tantangan yang dihadai adalah erlunya mencari eluang asar baru selain asar yang sudah ada (fokus strategi diversifikasi (Barclay et al. 2000)), diimbangi dengan eningkatan kemamuan engrajin di bidang emasaran. (2) Skenario kedua: Hasil simulasi ada skenario enanaman lahan kosong di Perhutani KPH Pati masih menunjukkan kecenderungan turunnya volume roduksi kayu mahoni. Agar eneraan skenario ini daat berhasil, maka erlu adanya dukungan dana yang lebih besar untuk enanaman, dan hal terenting adalah eneraan kebijakan yang teat untuk engelolaan hutan Perhutani sehingga tekanan terhada kelestarian hutan daat dikurangi. Untuk usaha hutan rakyat, erlu kebijakan yang bersifat insentif serta daat meningkatkan faktor endowment berua eningkatan kaasitas menahan stock () Skenario ketiga: Tantangan yang dihadai dalam imlementasinya adalah membangun keseahaman melalui aksi kolektif ( collective action) dan aturan main yang daat menekan adanya biaya transaksi. Aksi kolektif ini antara lain daat diterakan dalam memanfaatkan asar mebel yang memberikan harga remium. Aksi kolektif juga daat diterakan untuk memerkuat osisi jual engrajin melalui enguatan eran asosiasi engrajin yang sudah terbentuk. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Bisnis di bidang engusahaan mebel mahoni baik asar domestik mauun asar eksor melibatkan banyak elaku mulai dari enanam kayu samai keada retailer. Dalam bisnis tersebut setia elaku memeroleh nilai tambah, dimana nilai tambah tersebut tidak terdistribusi secara merata. Pelaku yang aling banyak memeroleh nilai tambah er m bahan baku ada asar domestik adalah engecer ( fiishing) 49,8%, ada asar eksor untuk bahan baku yang berasal dari kayu rakyat dan Perhutani adalah eksortir ( finishing) masing-masing sebesar 6,79% dan 1%. Pada kedua asar tersebut, yang aling sedikit memeroleh nilai tambah adalah emberi jasa enggergajian. Simulasi dasar terhada model menunjukkan bahwa nilai tambah total ada asar domestik mengalami eningkatan, sementara nilai tambah total ada asar eksor mengalami enurunan. Beberaa skenario kebijakan yang daat diterakan adalah: (1) Efisiensi ada roses embuatan mebel melalui diversifikasi roduk dan erlunya mencari eluang asar baru disertai dengan eningkatan kemamuan engrajin di bidang emasaran. (2) Peningkatan volume roduksi kayu melalui enanaman lahan kosong di Perhutani disertai dengan eneraan kebijakan engelolaan yang teat untuk mengurangi tekanan terhada hutan daat dikurangi. Kebijakan yang bersifat insentif untuk usaha hutan rakyat antara lain kebijakan kredit tunda tebang. () Peneraan fair trade melalui aksi kolektif dan kerjasama diantara ara elaku. Aksi kolektif untuk memerkuat osisi jual engrajin antara lain melalui engendalian harga jual mebel 108 JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 8 No. 2 Juni 2011, Hal
16 oleh asosiasi engrajin yang telah terbentuk, sehingga daat memeroleh bagian keuntungan yang lebih baik. Peningkatkan osisi jual engrajin juga daat ditemuh melalui enguatan modal, sehingga kaasitas menahan stock meningkat. Peranan yang intensif dari emerintah sangat dierlukan karena aksi kolektif sangat rentan terhada erilaku oortunis. DAFTAR PUSTAKA Asmindo Komda Jeara Menuju Tata Niaga Industri Furniture Berdaya Saing Global (5 Tahun Membangun Industri Furniture Jeara). Asmindo komda jeara Jeara. BAPPEDA dan BPS Kabuaten Jeara Produk Domestik Regional Bruto Kabuaten Jeara Badan Pusat Statistik Kabuaten Jeara. Jeara. Barclay I, Dann Z, Holroyd P New Product Develoment: A Practical Workbook for Imroving Performance. Butterworth - Heinemann: Oxford. CITES Aendices I, II and III valid from May htt:// [21 Juni 2007] Ewasechko AC Ugrading the Central Java Wood Furniture Industry: A Value Chain Aroach. International Labour Organization. Philiines. Grant E, Ellen KP, Sandra SL Ecology and Natural Resource Management, System Analysis and Simulation. Toronto: John Willey & Son, Inc. [ITTO] International Troical Timber Organization Troical Timber Market Reort 11 (15). ITTO. Yokohama. Kalinsky R dan Morris M A Handbook for Value Chain Research. htt:// [ Setember 2007] Kalinsky R, Memedovic O, Morris M, Readman J The Global Wood Furniture Value Chain: What Prosects for Ugrading by Develoing Countries. United Nations Industrial Develoment Organization. Viena. Kalinsky R, Readman J Integrating SMEs in Global Value Chains towards Partnershi for Develoment. United Nations Industrial Develoment Organization. Viena. Purnomo H Teak furniture and business resonsibility: A global value chain dynamics aroach. Economics and Finance in Indonesia 54 (): Purnomo H Teori sistem komleks, emodelan dan manajemen sumberdaya adatif. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Tidak Diterbitkan. Bogor Roda JM, Cadène P, Guizol P, Santoso L, dan Fauzan AU Atlas Industri Mebel Kayu di Jeara, Indonesia. CIRAD dan CIFOR. Bogor. USAID-SENADA Tinjauan Rantai Nilai Industri (RNI) Mebel: Mekanisme Oerasi dan Antarhubungan Perusahaan dalam RNI Mebel. USAID - SENADA. Distribusi nilai tambah ada rantai... (Nunung Parlinah, Herry Purnomo and Bramasto Nugroho) 109
RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MEBEL KAYU MAHONI JEPARA NUNUNG PARLINAH
RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MEBEL KAYU MAHONI JEPARA NUNUNG PARLINAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa
Lebih terperinciRANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MEBEL KAYU MAHONI JEPARA NUNUNG PARLINAH
RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MEBEL KAYU MAHONI JEPARA NUNUNG PARLINAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri mebel merupakan hal yang penting bagi Indonesia karena selain memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa, juga menciptakan lapangan
Lebih terperinciPEMASARAN KETELA POHON DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI
PEMASARAN KETELA POHON DI KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI Any Suryantini, Revrisond Baswir, Dumairy, dan Agus Dwi Nugroho Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan Universitas Gadjah Mada agusdwinugroho@yahoo.com/8562674433
Lebih terperinciAPLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER
Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -
Lebih terperinciJenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi.
Deskrisi Rinci Rona Lingkungan Hidu Awal dengan nelayan juragan dan buruh nelayan (10,06%) juga termasuk ke dalam jenis mata encaharian yang akan terkena damak langsung dari adanya rencana usaha dan/atau
Lebih terperinciRANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MEBEL KAYU MAHONI JEPARA NUNUNG PARLINAH
RANTAI NILAI (VALUE CHAIN) MEBEL KAYU MAHONI JEPARA NUNUNG PARLINAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa
Lebih terperinciANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GULA KRISTAL PUTIH DENGAN METODE SEVEN TOOLS Lailatus Sholiha, Achmad Syaichu 6
ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GULA KRISTAL PUTIH DENGAN METODE SEVEN TOOLS Lailatus Sholiha, Achmad Syaichu 6 Abstrak: Adanya MEA dan rencana swasembada gula nasional tahun 019 yang mengharuskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha furniture sudah lama dikenal masyarakat Indonesia, bahkan dibeberapa daerah tertentu sudah menjadi budaya turun temurun. Sentra-sentra industri furniture berkembang
Lebih terperinciBAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR
BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR Berdasarkan ada bab sebelumnya, ada bab ini akan dijelaskan enetaan atribut-atribut (keseakatan istilah) yang akan digunakan, serta langkah-langkah
Lebih terperinciPutusan Nomor : Put-70120/PP/M.XVA/16/2016. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2010
Putusan Nomor : Put-70120/PP/M.XVA/16/2016 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi nilai sengketa dalam sengketa banding ini adalah koreksi Jumlah Pajak yang daat dierhitungkan
Lebih terperinciKERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan
III. KERANGKA TEORITIS Berdasarkan tinjauan ustaka yang telah dikemukakan maka disimulkan bahwa antara komonen enawaran, ermintaan, harga, endaatan etani, marjin emasaran, stok, imor dan eksor beras Indonesia
Lebih terperinciBiaya Modal (Cost of Capital)
Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK AKHIR PABRIK KAYU DI PT. HADINATA BROTHER S & CO
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK AKHIR PABRIK KAYU DI PT. HADINATA BROTHER S & CO HARI MOEKTIWIBOWO DAN ADE KRISNADI Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRACT PT. Hadinata
Lebih terperinciAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Martabak Mercon
1 Analisis aktor-aktor yang Memengaruhi Keuasan Pelanggan Martabak Mercon Billy Tri Budiartha, Kresnayana Yahya Jurusan Statistika, akultas MIPA, Institut Teknologi Seuluh Noember (ITS) Jalan Arief Rahman
Lebih terperinciANALISA PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI SNACK MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Robertus Sidartawan¹ ABSTRACT
ANALISA PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI SNAK MENGGUNAKAN METODE STATISTIAL PROESS ONTROL (SP) Robertus Sidartawan¹ ¹ Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas JemberJl. Kalimantan 37
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN MODUL PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM. Edisi/Revisi A/ Tanggal Juli Halaman dari A. Kometensi Inti KI : Memahami, menerakan, menganalisis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1997 negara-negara di Kawasan Asia mengalami krisis ekonomi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 997 negara-negara di Kawasan Asia mengalami krisis ekonomi, seerti Korea Selatan, Thailand, Filiina, Malaysia, Singaura, Indonesia. Penyebaran krisis di kawasan
Lebih terperinciKata Kunci: Sistem Informasi, Pengukuran Kinerja Sistem, TRADE, Prototyping, TUKAB
ANALISA KINERJA SISTEM INFORMASI TUKAR UANG KARTAL ANTAR BANK (TUKAB) PADA KANTOR PELAYANAN KAS BRI PATTIMURA SEMARANG Dhany Andhyka 1, Wellia Shinta Sari 2 1,2 Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komuter,
Lebih terperinciBAB III PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
ADENDUM ANDAL DAN RKL RPL Kegiatan Pembangunan dan Oerasional PLTU Kaasitas 1x1.1000 MW Cirebon Kecamatan Astanajaura dan Kecamatan Mundu Daerah Kabuaten Cirebon Oleh PT Cirebon Energi Prasarana BAB III
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada
Lebih terperinciS U T A R T O NIM : Program Studi Teknik dan Manajemen industri
PENGEMBANGAN MODEL KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA (KBLI 321) DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Perusahaan Mebel Ekspor dengan Benchmarking Rantai Nilai (Studi Kasus PT. X dan PT. Y)
Petunjuk Sitasi: Putri, L. K., Liquiddanu, E., & Suletra, I. W. (2017). Peningkatan Daya Saing Perusahaan Mebel Ekspor dengan Benchmarking Rantai Nilai. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F104-110).
Lebih terperinciHUBUNGAN BAURAN PEMASARAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH BEROBAT DI POLIKLINIK AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Delsa Dezolla *
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN BAURAN PEMASARAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH BEROBAT DI POLIKLINIK AMBUN PAGI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Delsa Dezolla * ABSTRAK Bauran emasaran adalah seerangkat alat
Lebih terperinciABSTRACT. : Unmet need, Family Planning
HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN UNMET NEED KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA PENUNGKULAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2016 Sulikhah, Djoko Nugroho, Yudhy Dharmawan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Furniture merupakan salah satu komoditi yang diproduksi dan diperdagangkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Mebel
TINJAUAN PUSTAKA Mebel Mebel merupakan salah satu komoditi yang diproduksi dan diperdagangkan secara global. Menurut ITTO (2006), nilai produksi mebel dunia pada tahun 2005 berdasarkan pada data statistik
Lebih terperinciPEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING
PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING Dian Permata Sari, Sri Setyaningsih, dan Fitria Virgantari. Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI 3.0 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING... 3-1 3.1 TAHAP PRA KONSTRUKSI... 3-3 3.1.1 Pengadaan Lahan... 3-3 3.1.2 Penerimaan Tenaga Kerja untuk Taha Konstruksi... 3-13 3.2 TAHAP KONSTRUKSI... 3-18 3.2.1
Lebih terperinciPROGRAM SIMULASI PERENCANAAN USAHA PADA KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH)
PROGRAM SIMULASI PERENCANAAN USAHA PADA KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) Oleh: Agus Sumadi dan Hengki Siahaan Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang Jln. Kol.H. Burlian Km. 6,5. Punti Kayu, Palembang.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA
HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA Umiati a, Badar Kirwono b, Dwi Astuti a a Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ
Yogyakarta, 27 Agustus 2008 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Legalitas Kayu/Startegy Timber Legality and Assurance System
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Jaminan Legalitas Kayu/Startegy Timber Legality and Assurance System (TLAS) atau di dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin
Lebih terperinciDika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:
Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGUKURAN KINERJA PEMASARAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD STUDI KASUS PT.
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGUKURAN KINERJA PEMASARAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK Yudi Hardiyanto -- Achmad Holil Noor Ali -- Her Arsa Pambudi Program
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI 3.0 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING... 3-1 3.1 TAHAP PRA KONSTRUKSI... 3-3 3.1.1 Pengadaan Lahan... 3-3 3.1.2 Penerimaan Tenaga Kerja untuk Taha Konstruksi... 3-13 3.2 TAHAP KONSTRUKSI... 3-18 3.2.1
Lebih terperinciANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER
ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER Yonathan Mozes Mandagi 1, Paramashanti 2 1 Program Studi Teknik Kelautan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permintaan domestik dan internasional akan kayu jati untuk industri
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permintaan domestik dan internasional akan kayu jati untuk industri furniture dari Indonesia mencapai 70 juta m 3 per tahun dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN
SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk
Lebih terperinciPengaruh Riwayat Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta
Pengaruh Riwayat Terhada Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kristen Imanuel Surakarta 1 2 srilestarijs@yahoo.com 1 2 AKPER Insan Husada Surakarta Breast milk is the most erfect food for baby. Giving
Lebih terperinciRantai Perdagangan Kehutanan
Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email:
Lebih terperinciOPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING
Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 2006 OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING Nico Gunawan* dan Abdullah Shahab**
Lebih terperinciDAMPAK KEBIJAKAN LARANGAN EKSPOR KAYU BULAT TERHADAP SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA. Oleh: E.G. Togu Manurung, Ph.D.
DAMPAK KEBIJAKAN LARANGAN EKSPOR KAYU BULAT TERHADAP SEKTOR KEHUTANAN INDONESIA Oleh: E.G. Togu Manurung, Ph.D. Sehubungan dengan rencana Departemen Kehutanan untuk membuka keran ekspor kayu bulat di tengah
Lebih terperinciBAB 4 TOP-DOWN APPROACH DAN ANALISIS VALUASI
BAB 4 TOP-DOWN APPROACH DAN ANALISIS VALUASI Tahaan awal sebelum melakukan valuasi terhada erusahaan adalah menentukan asumsi yang akan digunakan dalam erhitungan valuasi. Salah satu cara yang digunakan
Lebih terperinciDISTRIBUSI NILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DARI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH,
DISTRIBUSI NILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DARI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH, INDONESIA ( Added Value Distribution in Timber Value Chain of Sengon/ Paraserianthes
Lebih terperinciAnalisis Kapabilitas Proses Produksi Monosodium Glutamat (MSG) di PT. Ajinomoto Indonesia
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol., No., (03) 337-350 (30-98X Print) D-5 Analisis Kaabilitas Proses Produksi Monosodium Glutamat (MSG) di PT. Ajinomoto Indonesia Junta Dwi Kurnia, Sri Mumuni Retnaningsih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya dan ekonomi. Fungsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gunungkidul tepatnya pada sentra IKM mebel kayu di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Sedangkan
Lebih terperinci46 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN
ANALISIS PENCAPAIAN PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DI KECAMATAN PANCURBATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Zuraidah (Prodi Kebidanan Pematangsiantar, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan) ABSTRACT Introduction:
Lebih terperinciAnalisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
ARTIKEL PENELITIAN Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keuasan Pasien di Dr. R. D. Analysis of Factors Correlated with Patient Satisfaction in The inatient Installation Anggrek of General Hosital
Lebih terperinciDAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN
Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Karmini 1 1 Dosen Jurusan Agribisnis,
Lebih terperinciIDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO
RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT Rachmawati Rachim 1, Abd. Rahman Kadir 2, Werna Nontji 3 1 Jurusan Keerawatan Poltekkes Kemenkes Mamuju, 2 Fakultas
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BUAH KAKAO
ISSN: 978-5 Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo (JTPG) 95 RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BUAH KAKAO aisal Rahman ), arid Darise ), YunitaDjamalu ) ) Mahasiswa Politeknik Gorontalo, Kamus Puncak Desa Panggulo
Lebih terperinciPEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN
M-20 PEMODELAN KETERTINGGALAN DAERAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN ANALISIS DISKRIMINAN Titi Purwandari, Yuyun Hidayat 2,2) Deartemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran, email : titiurwandari@yahoo.com,
Lebih terperinciKeywords : Bank Waste, Community Participation, Characteristics, Enabling Supporting
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANK SAMPAH DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2013 Sarah Patumona Manalu 1, Indra Chahaya 2 dan Irnawati
Lebih terperinciBAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA
BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN 005 Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii
Lebih terperinciJurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN
Perbandingan Metode Klasifikasi Regresi Logistik Dengan Jaringan Saraf Tiruan (Studi Kasus: Pemilihan Jurusan Bahasa dan IPS ada SMAN 2 Samarinda Tahun Ajaran 2011/2012) Comarison of Classification Methods
Lebih terperinciIntegrasi Vertikal Pasar Produsen Gabah dengan Pasar Ritel Beras di Indonesia
Volume 11 Number 2 2012 Integrasi Vertikal Pasar Produsen Gabah dengan Pasar Ritel Beras di Indonesia Desi Aryani Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah
Lebih terperinciSUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013
SUMMARY HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DAN LINGKUNGAN LUAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KAIDUNDU KECAMATAN BULAWA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2013 Ariyanto Pakaya NIM 811409138 Program study Kesehatan
Lebih terperinciPROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT
KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT Oleh: Ridwan A. Pasaribu & Han Roliadi 1) ABSTRAK Departemen Kehutanan telah menetapkan salah satu kebijakan yaitu
Lebih terperinciAPLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENDUGAAN MUTU. Sandra 1)
Alikasi Jaringan Syaraf Tiruan (Sandra) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENDUGAAN MUTU MANGGA SEGAR SECARA NON-DESTRUKTIF Sandra 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Andalas Padang
Lebih terperinciDwi Rohmadi Mustofa, Ide Lia Marzuki,Ihsan Mustofa Jl. Raya Wonokriyo Gadingrejo Pringsewu Abstract.
PENINGKATAN KINERJA GURU MELALUI SUPERVISI PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS PADA SMA MA ARIF NU 5 PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR) Dwi Rohmadi Mustofa, Ide Lia
Lebih terperincipada Fakultas Hukum (FH) Universitas Panji Sakti (Unipas) Singaraja.
KOEFISIEN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG TERDIRI ATAS CAMPURAN BUTIR TES PILIHAN GANDA DAN ESAI Oleh Drs. I Nyoman Lemes, S.H., M.H. dan Ketut Wetan Sastrawan, S.H., M.H. 13 Abstrak: Tes
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA KASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF
IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA ASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF Husnul Hakim Ahmad Saikhu, S.Si, MT Jurusan Teknik Informatika ITS, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Seuluh
Lebih terperinciANALISIS KETERKAITAN EKSPOR KE SINGAPURA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA M.Nasir Universitas Negeri Medan
Vol. 4 N.1 Juni 212 ANALISIS KETERKAITAN EKSPOR KE SINGAPURA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA M.Nasir Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini menginvestigasi keterkaitan eksor Sumatra
Lebih terperinciPETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS
PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS Adative R Control Chart as Alternative Shewhart R Control Chart in Detecting Small Shifts
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL
PM-32 ANALISI KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Sumargiyani 1), Muhammad Iqna Hibatallah 2), Universitas Ahmad Dahlan 1),2) sumargiyani04@yahoo.om, iqnaunyu@gmail.om
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciPROSIDING ISSN: PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL
PM-20 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Sumargiyani 1) Muhammad Iqna Hibatallah 2) Universitas Ahmad Dahlan 1)2) sumargiyani04@yahoo.om iqnaunyu@gmail.om Abstrak
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016
ANALISIS FAKT RISIKO KEJADIAN BBLR DI RSKDIA SITI FATIMAH MAKASSAR 2016 Rahmawati STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat koresondensi: Rahmaq320@gmail.com/085395118181 ABSTRAK BBLR adalah bayi dengan berat
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra
ABSTRACT Mega Artha Ilahude "614409029", 2013. Copra Marketing Systems Analysis in Gorontalo regency (A Study in District Limboto). Department of Agribusiness Faculty of Agricultural Sciences, State University
Lebih terperinciUSAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI
LESTARI BRIEF LESTARI Brief No. 02 I 27 Mei 2016 USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI Penulis: Suhardi Suryadi Editor:
Lebih terperinciAnalisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Pelayanan Perpustakaan ITS
D7 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (6) 75 (-98X Print) Analisis Keuasan Pengunjung Terhada Pelayanan Perustakaan ITS Sandra Yuni Wulandari dan Wahyu Wibowo Jurusan, Fakultas MIPA, Institut Teknologi
Lebih terperinciIV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PELAKSANAAN MAGANG
IV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai Februari 2011 samai dengan Juli 2011 di PT. United Tractors Pandu Engineering yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian, batasan masalah dalam penelitian, serta pada bagian akhir sub bab juga terdapat sistematika penulisan
Lebih terperinciKONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR
KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh: HEPILIA KORNILASARI L2D 004 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciPROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR
POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Achmad Supriadi 1) ABSTRAK Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu
Lebih terperinciAnalisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Jalan Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
ARTIKEL PENELITIAN Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keuasan Pasien di Dr. R. D. Analysis of Factors Correlated with Patient Satisfaction in The Outatient Installation of Surgery General Hosital
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN
E- E-5 E-6 V- I- E-4 E- P IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN Asriyadi Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengimlementasikan kontroler PID ada sebuah simulator kontrol aliran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai
Lebih terperinciAnalisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
ARTIKEL PENELITIAN Analisis Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Keuasan Pasien di Instalasi Rawat Manado Analysis of Factors Correlated with Patient Satisfaction in The Hosital Inatient F General Hosital
Lebih terperinciAnalisis Faktor Faktor Yang Berpengaruh Pada Loyalitas Pelanggan Dengan Mengunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Untuk Pengambilan Keputusan Hotel XYZ
59 Analisis Faktor Faktor Yang Berengaruh Pada Loyalitas Pelanggan Dengan Mengunakan Metode Jaringan Saraf Tiruan Untuk Pengambilan Keutusan Hotel XYZ Wiwik Anggraeni, Jurusan Sistem Informasi ITS, Surabaya,
Lebih terperinciKompleksitas Algoritma Quick Sort
Komleksitas Algoritma Quick Sort Fachrie Lantera NIM: 130099 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha 10, Bandung E-mail : if099@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciStudi Geografis Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Studi Geograis Industri Batu Gaming Di Desa Dan Desa Kecamatan Puger Kabuaten Jember Studi Geograis Industri Batu Gaming Di Desa Dan Desa Kecamatan Puger Kabuaten Jember Ari Dio Esa P Mahasiswa S Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR
EFEKTIVITAS ORGANISASI PELAYANAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KOMUNIKASI, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, SOSIALISASI KARIR, DAN JENJANG KARIR Ridwan 1,2*, Dewi Irawaty 3, Sutanto P. Hastono 4 1. Akademik Keerawatan
Lebih terperinciBAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM
BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema
Lebih terperinciBab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS
Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS 4. Fase-fase Pemodelan Dalam bab ini kita akan mendiskusikan bagaimana membangun model model matematika system dinamis. Kita akan memerhatikan masalah bagaimana mencaai
Lebih terperinciPERBAIKAN PERAPEN PERAJIN GAMELAN DESA TIHINGAN KLUNGKUNG BALI DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN
PERBAIKAN PERAPEN PERAJIN GAMELAN DESA TIHINGAN KLUNGKUNG BALI DAPAT MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PERAJIN I Ketut Gde Juli Suarbawa I Ketut Bangse Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bali
Lebih terperinciSTRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri
STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown
Lebih terperinciAnalisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
ARTIKEL PENELITIAN Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Keuasan Pasien di Instalasi Rawat Ina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Analysis of Factors Correlated with Patient Satisfaction in The Inatient
Lebih terperinciJulia Alistawaty Purba 1, Erna Mutiara 2, Heru Santosa 2 ABSTRACT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMENUHAN HAK-HAK REPRODUKSI DALAM BER-KELUARGA BERENCANA PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR YANG BEKERJA DI RUMAH SAKIT UMUM MATERNA MEDAN TAHUN 2013 Julia Alistawaty Purba
Lebih terperinci