PROGRAM SIMULASI PERENCANAAN USAHA PADA KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM SIMULASI PERENCANAAN USAHA PADA KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH)"

Transkripsi

1 PROGRAM SIMULASI PERENCANAAN USAHA PADA KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) Oleh: Agus Sumadi dan Hengki Siahaan Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang Jln. Kol.H. Burlian Km. 6,5. Punti Kayu, Palembang. Sumatera Selatan- Telp/Fax.(0711) ; bpk-palembang.org ABSTRAK Salah satu tugas KPH berupa pengelolaan wilayah tertentu menjadi unit usaha. Pengelolaan wilayah tertentu membutuhkan perencanaan dan proyeksi usaha yang akan dikembangkannya. Balai Penelitian Kehutanan Palembang telah melakukan penelitian terhadap jenis-jenis pohon yang memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan menjadi unit usaha KPH. Untuk memudahkan memproyeksikan perencanaa usaha KPH disusunlah suatu pemodelan sistem dinamis dengan menggunakan perangkat komputer berupa program stella. Program ini dapat mensimulasikan berbagai unit usaha yang akan dikembangkan oleh KPH dengan mudah dan simpel. Program yang terbentuk dapat memproyeksikan kebutuhan biaya dan pendapatan yang akan diperoleh oleh KPH dalam merencanakan usahanya. Kata kunci : KPH, unit usaha, perencanaan, simulasi I. PENDAHULUAN Organisasi KPH memiliki tugas dan fungsi menyelenggarakan pengelolaan hutan berupa tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan di wilayah tertentu. KPH dapat merencanakan usaha dalam rangka memanfaatkan wilayah hutan. Balai Penelitian Kehutanan Palembang telah melakukan penelitian terhadap jenis-jenis pohon yang memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan dalam unit usaha KPH. Dalam rangka memudahkan perencanaan pengusahaan KPH serta memproyeksikan hasil usaha dari pemanfaatan lahan maka Balai Penelitian Kehutanan Palembang menyusun tool/program komputer yang simpel, mudah dan aplikatif yang dapat memproyeksikan rencana usaha yang akan dikembangkan oleh KPH. Program ini diharapkan dapat membantu pengelola KPH dalam mengambil keputusan dalam pengembangan usaha yang akan dijalankan. 1

2 Program simulasi dibangun dengan menggunakan program Stella berisi tentang biaya-biaya yang dikeluarkan oleh KPH baik meliputi biaya tetap yang terdiri dari biaya bangunan, infrastruktur, kendaraan, gaji dan biaya operasional KPH tiap tahunnya. Selain biaya tetap juga terdapat biaya pembangunan unit usaha, biaya meliputi semua biaya yang diperlukan untuk membudidayakan suatu tegakan dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Dalam model simulasi juga memberikan prediksi hasil yang akan diperoleh berdasarkan data-data hasil penelitian serta perhitungan kelayakan usahanya. II. PEMODELAN SISTEM Menurut Manestsch dan Park (1979) dalam Eriyatno (1999) sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan. Dalam penyusunan sistem terdiri dari subsistem-subsistem penyusun sistem. Menurut Eriyatno (1999) subsistem merupakan suatu unsur atau komponen fungsional dari suatu sistem, yang berperan dalam pengoperasian sistem tersebut. Analisis sistem didefinisikan sebagai aplikasi yang bersifat paling langsung dari metode ilmiah untuk suatu masalah yang mencakup sistem yang kompleks, analisis sistem merupakan kesatuan dari teori-teori dan teknik untuk mempelajari, menggambarkan, dan membuat prediksi tentang sesuatu yang kompleks yang besarnya dicirikan dengan penggunaan prosedur-prosedur matematis dan statistik tingkat tinggi serta penggunaan komputer (Grant et al., 1997). Lebih lanjut Grant et al. (1997) mengemukakan analisis sistem merupakan pendekatan filosofis sekaligus kumpulan teknik termasuk simulasi. Analisis sistem menekankan pendekatan holistik pada pemecahan masalah dan penggunaan model matematis untuk mengidentifikasi dan mensimulasikan karakter-karakter dalam sistem yang kompleks. Simulasi menurut Patten (1971) dalam Grant et al. (1997) adalah suatu proses penggunaan model untuk meniru atau mengambarkan secara bertahap perilaku sistem yang dipelajari. Model simulasi terbentuk dari susunan operasi matematik dan logika yang bersama-sama mewakili struktur keadaan dan perilaku perubahan keadaan dari ruang lingkup sistem. 2

3 Model dinamik memerlukan diagram yang menggambarkan saling keterkaitan antar variabel yang merupakan komunikasi sifat dasar model. Terdapat beberapa simbol standar yang digunakan untuk diagram alir model dinamik (Sushil 1993), adalah sebagai berikut. Level. Level adalah suatu besaran (quantity) yang berakumulasi terhadap waktu. Level menyatakan kondisi sistem pada setiap saat. Level ditunjukkan dengan simbol segi empat, seperti terlihat pada gambar 1. Kepala panah menunjukkan arah aliran ke dan dari level. LEVEL Gambar 1. Simbol level Rate. Rate adalah suatu aktivitas, atau pergerakan (movement), atau aliran yang berkontribusi terhadap perubahan per satuan waktu dalam suatu level dan juga menunjukkan aliran yang dikendalikan dan input informasi (hanya informasi yang berperan penting ke dalam fungsi keputusan atau persamaan rate) yang menentukan aliran rate. Rate berfungsi sebagai katup dalam saluran aliran seperti pada gambar 2. Gambar 2. Simbol Rate Auxilliary. Auxilliary Merupakan konsep yang membagi-bagi fungsi keputusan dan berfungsi menyederhanakan hubungan informasi antara variabel level dan variabel rate. Variabel auxiliary terlihat pada gambar 3. Gambar 3. Variabel auxilliary Constant. Constant digambarkan dengan simbol dengan suatu titik awal informasi, seperti terlihat pada gambar 4. Gambar 4. Konstanta dalam sistem 3

4 Source/Sink (sumber/endapan). Sumber/endapan menyatakan sesuatu diluar sistem yang sifatnya tidak terbatas/tidak pernah habis, bila tujuan/asal aliran tidak mempengaruhi sistem, maka aliran dapat digambarkan menuju suatu endapan atau berasal dari suatu sumber seperti terlihat pada Gambar 5 Sumber Endapan Gambar 5. Sumber/endapan III. GAMBARAN DAN TAMPILAN PROGRAM 1. Menu Utama Tampilan program ini terdapat delapan menu meliputi menu unit usaha karet, unit usaha gaharu, unit usaha bambang, unit usaha kayu bawang, unit usaha jabon, biaya KPH, proyeksi biaya dan pendapatan KPH dan menu analisis finansial KPH (gambar 6). Gambar 6. Menu utama program simulasi perencanaan usaha KPH 2. Menu Unit Usaha Karet Menu ini berisi input data biaya budidaya karet mulai dari harga bibit, biaya pembukaan lahan dan tanam, biaya pemeliharaan, biaya peremajaan, harga karet kering, biaya tebang, dan harga log kayu karet. Pada menu ini terdapat target luasan penanaman karet tiap tahunnya serta besarnya bagi hasil karet bagi masyarakat (gambar 7). Unit usaha karet sangat cocok dikembangkan pada 4

5 wilayah yang dekat masyarakat dengan pola kemitraan/bagi hasil dalam rangka mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Gambar 7. Menu unit usaha budidaya karet Pada menu unit usaha karet memberikan informasi produksi karet kering dan informasi biaya serta pendapatan usaha karet yang akan diperoleh oleh KPH sesuai dengan input yang dimasukkan pada menu sebelumnya (gambar 8). Pada menu ini juga memberikan informasi besarnya bagi hasil pengusahaan karet kepada masyarakat sekitar hutan serta informasi jumlah KK yang dapat terlibat dalam pengelolaan unit usaha karet ini (gambar 9). Gambar 8. Menu proyeksi produksi usaha karet kering 5

6 Gambar 9. Menu proyeksi biaya dan pendapatan unit usaha karet 3. Menu Unit Usaha Gaharu Menu ini berisi input data tentang komponen budidaya gaharu yang meliputi harga bibit gaharu, biaya buka lahan dan tanam, biaya pemeliharan, biaya inokulasi, biaya tebang dan carving, biaya peremajaan, harga gubal, harga kemedangan, hasil gubal dan kemedangan pada umur tertentu, prosentase keberhasilan inokulasi serta target luasan penanaman gaharu sesuai dengan kemampuan KPH tiap tahunnya (gambar 10). Pada menu ini juga terdapat pilihan rencana umur pemanenan gubal gaharu yang akan dilakukan. Gambar 10. Menu unit usaha budidaya gaharu 6

7 Pada menu unit usaha gaharu memberikan informasi produksi gubal dan kemedangan sesuai input data yang dilakukan pada menu ini. Gambaran produksi gubal dan kemedangan seperti pada gambar 11. Gambar 11. Menu proyeksi produksi hasil usaha gaharu Menu unit usaha gaharu juga memberikan informasi pekembangan biaya dan pendapatan dari unit usaha ini tiap tahunnya. Proyeksi biaya dan pendapatan usaha gaharu sesuai dengan input data yang ada pada menu gambar 12. Gambar 12. Menu proyeksi biaya dan pendapatan unit usaha gaharu 4. Menu Usaha Bambang Lanang Bambang lanang merupakan jenis lokal Sumatera Selatan dan telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Pada menu ini berisi input data berkaitan dengan budidaya bambang lanang dari penanaman sampai dengan pemanenan. Pada menu 7

8 ini terdapat pilihan daur bambang yang dapat diterapkan dalam budidaya bambang lanang (gambar 13). Gambar 13. Menu unit usaha budidaya kayu bambang lanang Pada menu gambar 14 terdapat informasi karakteristik lahan yang dapat diisi sesuai dengan kondisi lahan yang akan dikembangkan jenis ini. Menu ini memberikan informasi potensi dan volume tebang serta biaya dan pendapatan hasil budidaya bambang sesuai dengan input yang dimasukkan pada menu ini (gambar 15). 8

9 Gambar 14. Menu informasi karakteristik lahan dan potensi produksi Gambar 15. Menu proyeksi biaya dan pendapatan usaha bambang 5. Menu Usaha Kayu Bawang Kayu bawang merupakan jenis lokal yang ada di wilayah Bengkulu dan telah dikembangkan secara luas oleh masyarakat. Pada menu ini berisi input data dalam budidaya jenis kayu bawang serta pemilihan daur tebang (gambar 16). 9

10 Gambar 16. Menu unit usaha kayu bawang Pada menu selanjutnya (gambar 17) memberikan informasi perkembangan potensi dan volume tebang serta informasi biaya dan pendapatan dari unit usaha jenis kayu bawang sesuai dengan input dimasukkan pada menu ini. Gambar 17. Menu proyeksi produksi, biaya dan pendapatan usaha kayu bawang 10

11 6. Menu Unit Usaha Jabon Menu unit usaha jabon (gambar 18) berisi tentang input yang berkaitan dengan budidaya jabon dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai dengan pemanenan serta pemilihan daur tebang. Gambar 18. Menu unit usaha jabon Menu unit usaha jabon dapat memberikan informasi potensi kayu hasil budidaya jabon yang akan dikembangkan oleh KPH serta informasi volume kayu yang dapat dipanen sesuai dengan input data pada menu ini. Pada menu ini juga memberikan informasi biaya dan pendapatan dari unit usaha Jabon (gambar 19). 11

12 Gambar 19. Menu proyeksi produksi, biaya dan pendapatan usaha jabon 7. Menu biaya KPH Menu ini berisi informasi biaya KPH diluar biaya budiaya pohon pada menu-menu sebelumnya. Biaya yang dimaksud meliputi biaya operasional kantor, biaya pembangunan infrastruktur, biaya pengadaan kendaraan serta biaya gaji (gambar 20). Gambar 20. Menu biaya KPH 8. Menu Biaya dan Pendapatan KPH Menu ini berisi informasi biaya dan pendapatan KPH sesuai yang di inputkan pada menu-menu sebelumnya baik pada menu unit usaha dan menu biaya KPH (gambar 21). 12

13 Gambar 21. Menu proyeksi biaya dan pendapatan KPH 9. Menu Analisis Finansial KPH Menu gambar 22 memberikan informasi analisis finansial KPH berdasarkan unit usaha yang akan dikembangkan serta biaya yang dikeluarkan KPH. Pada menu ini suku bunga untuk mendiskonto biaya dan pendapatan KPH dapat dilakukan perubahan dengan memasukkan input nilai suku bunga pada menu ini. Gambar 22. Menu analisis finansial usaha KPH 13

14 KESIMPULAN Program simulasi perencanaan usaha merupakan program komputer yang dapat digunakan oleh KPH dalam merencanakan unit usaha di wilayah tertentu. Program ini berguna dalam memproyeksikan biaya dan pendapatan yang akan diperoleh KPH dalam menjalankan unit usahanya. Program simulasi untuk sementara terbangun untuk mensimulasikan usaha budidaya 5 jenis tanaman. Program ini juga dapat malakukan analisis finansial usaha KPH berupa nilai NPV dan BCR. DAFTAR PUSTAKA Eriyatno Ilmu Sistem Maningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press. Bogor. Grant, E., K. P. Ellen and S. L. Sandra Ecology and Natural Resource Management, System Analysis and Simulation. John Willley & Son, Inc. Toronto. Sushil System Dynamics: A Practical Approach for Managerial Problems. New Delhi : Willey Eastern Ltd. 14

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama satu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Multisistem.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Multisistem. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Policy ISSN : 2085-787X Volume 4 No. 4 Tahun 2010 Daftar Isi Ringkasan 1 Latar

Lebih terperinci

PENYEMPURNAAN SISTEM SILVIKULTUR MENJADIKAN HUTAN LEBIH BAIK

PENYEMPURNAAN SISTEM SILVIKULTUR MENJADIKAN HUTAN LEBIH BAIK PENYEMPURNAAN SISTEM SILVIKULTUR MENJADIKAN HUTAN LEBIH BAIK MULTISISTEM SILVIKULTUR Menjadikan Pemanfaatan Hutan Produksi Lebih Baik 31 33 MENYELAMATKAN RAMIN Melalui Perbanyakan Bibit dengan Teknik Vegetatif

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten

Lebih terperinci

Model Periode Pemanenan Optimal dalam Kaitannya dengan Faktor Pencurian Kayu Jati di KPH Ngawi

Model Periode Pemanenan Optimal dalam Kaitannya dengan Faktor Pencurian Kayu Jati di KPH Ngawi Model Periode Pemanenan Optimal dalam Kaitannya dengan Faktor Pencurian Kayu Jati di KPH Ngawi Aris Alfan 1a, Nuning Nuraini 1b 1 Prodi Magister Matematika Institut Teknologi Bandung 2 KK Matematika Industri

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU

MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU 1 MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU Ika Lestari Hutasuhut E151160111 Departemen Ilmu Pengelolaan Hutan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Jalan

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator : Prof. Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Kuantitatif Pertumbuhan

Lebih terperinci

ASPEK GROWTH AND YIELD

ASPEK GROWTH AND YIELD ASPEK GROWTH AND YIELD JENIS: TEMBESU BAMBANG LANANG KAYU BAWANG GELAM 56 Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR Oleh: Mamat Rahmat dan Bastoni 1) 2) ABSTRAK Sonor adalah pola penanaman padi pada lahan gambut yang sudah terbakar. Persiapan lahan sonor dilakukan dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sarnpai bulan Juni 200 1. Lokasi penelit~an berlokasi di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang

Lebih terperinci

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11 MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis (07.00-10.00) Kelompok : 11 MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT NYAMPLUNG DENGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL Disusun

Lebih terperinci

ARTIKEL.

ARTIKEL. ARTIKEL tati@ut.ac.id Kelapa merupakan komoditi andalan di Kota Pariaman, menurut data Dinas Pertanian Kota Pariaman luas lahan perkebunan kelapa saat ini mencapai 4.000 hektar. Namun di lapangan terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas kawasan hutan di Pulau Jawa berdasarkan catatan BKPH Wilayah IX Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai 129.600,71 km 2. Hutan tersebut dikelilingi ±6.807 desa dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Suryanto 1, Dodik Ridho Nurrochmat 2, Herry Priyono 3, Ayi Suyana 4 dan Ahmad Budiaman 5. Daftar Isi: -1- Abstrak 1.

ABSTRAK. Suryanto 1, Dodik Ridho Nurrochmat 2, Herry Priyono 3, Ayi Suyana 4 dan Ahmad Budiaman 5. Daftar Isi: -1- Abstrak 1. Suryanto 1, Dodik Ridho Nurrochmat 2, Herry Priyono 3, Ayi Suyana 4 dan Ahmad Budiaman 5 Daftar Isi: Abstrak 1 Rekomendasi 2 Isu Penting 3 Kebijakan yang diperlukan 3 Tentang Model a, Jenis data input

Lebih terperinci

Model System Dinamics

Model System Dinamics System Thinking / System Dinamics (Perbedaan SD dan MP, Causal Loop, Konsep Stok dan Flow) Perbedaan system dinamics (SD) dan mathematical programming (MP) Perbedaan MP dan SD berdasarkan : 1. Tujuan :

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 DAFTAR ISI HALAMAN COVER i HALAMAN JUDUL ii HALAMAN PENGESAHAN.. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv KATA PENGANTAR. v DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL. viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x INTISARI.. xi ABSTRACT..

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Petani yang mengikuti program Koperasi Hutan Jaya Lestari di Desa Lambakara ini berjumlah 579 orang. Untuk pengambilan sampel digunakan statistik

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU Dusun PENGENALAN TEMPAT Desa Kecamatan Kabupaten Provinsi Sumatera Utara No urut sampel PETUGAS

Lebih terperinci

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4 PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4 Dinda Wahyuni Venza Rhoma S Meiliana Larasati Rinaldo Pratama

Lebih terperinci

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI

OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI OLEH DR. DARSIHARJO, M.S. JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FPIPS - UPI SISTEM ANALISIS SISTEM MODEL PEMODELAN SIMULASI GEOGRAFI SISTEM 1. Proses yang rumit yang ditandai dengan banyak lintasan sebab akibat

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU SKRIPSI. Nur Ahmad Fadly Nasution

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU SKRIPSI. Nur Ahmad Fadly Nasution ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU SKRIPSI Nur Ahmad Fadly Nasution 091201019 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013 ABSTRAK NUR AHMAD

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran pengaturan hasil dalam pengelolaan hutan alam dapat dilihat pada Gambar 3. Kelestarian hasil, baik pengusahaan hutan seumur maupun

Lebih terperinci

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Pola agroforestry hutan rakyat penghasil kayu pertukangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Melalui

Lebih terperinci

KAJIAN SOSIAL, EKONOMI DAN KEBIJAKAN DALAM BUDIDAYA KAYU PERTUKANGAN LOKAL : PEMBELAJARAN DARI MASYARAKAT DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN BENGKULU

KAJIAN SOSIAL, EKONOMI DAN KEBIJAKAN DALAM BUDIDAYA KAYU PERTUKANGAN LOKAL : PEMBELAJARAN DARI MASYARAKAT DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN BENGKULU KAJIAN SOSIAL, EKONOMI DAN KEBIJAKAN DALAM BUDIDAYA KAYU PERTUKANGAN LOKAL : PEMBELAJARAN DARI MASYARAKAT DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN BENGKULU Oleh : Nur Arifatul Ulya Balai Penelitian Kehutanan (BPK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN Tujuan Menyediakan IPTEK peningkatan produktivitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan, kayu pulp dan kayu energi dalam mendukung kemandirian KPH Sasaran Tersedianya

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (KULIAH 1)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (KULIAH 1) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (KULIAH 1) Departemen/PS : Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan/ Ekonomi Pertanian, Sumberdaya dan Lingkungan Nama/Kode/sks : Ekonomi Kehutanan/ESL 325/3(3-0) Jumlah Pertemuan Capaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL VI. PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket perangkat lunak ng diberi nama mangosteen

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Karlie A. wurangian & Erwin Hardika Putra. Karlie A. Wurangian dan Erwin Hardika Putra

Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Karlie A. wurangian & Erwin Hardika Putra. Karlie A. Wurangian dan Erwin Hardika Putra Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Karlie A. wurangian & Erwin Hardika Putra ANALISIS KELAYAKAN USAHA HUTAN RAKYAT DENGAN SKEMA KEBUN BIBIT RAKYAT DI SULAWESI UTARA The Feasibility Study of Community

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN

PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN KEMENTERIAN KEHUTANAN PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN J a k a r t a PERATURAN KEPALA PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN NOMOR : P. 01 /P2H-2/2012 TENTANG PEDOMAN PERMOHONAN PINJAMAN UNTUK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 40 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di hutan alam produksi lestari dan hutan alam produksi tidak lestari di wilayah Kalimantan. Pendekatan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa

BAB I PENDAHULUAN. hutan negara, dimana kawasannya sudah dikepung kurang lebih 6000 desa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat perkembangan penduduk di Indonesia khususnya di Pulau Jawa terus meningkat dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 9941 jiwa/km 2 (BPS, 2010) selalu dihadapkan

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR Erma Suryani Program Studi Sistem Infomasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Jl. Raya

Lebih terperinci

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tropis merupakan sumber utama kayu dan gudang dari sejumlah besar keanekaragaman hayati dan karbon yang diakui secara global, meskupun demikian tingginya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan...

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Ruang Lingkup Penelitian Data yang Diperlukan... 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii LEMBAR PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehutanan menurut pasal 1 Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan dengan luas sekitar 1.919.440 km 2 serta terdiri dari 13.487 buah pulau dan memiliki hamparan hutan yang luas. Dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari penelitian Rancang Bangun Model Dinamis Pengelolaan Agroindustri Perikanan Lele Lahan Kering didapatkan kesimpulan, bahwa: 1. Penelitian ini telah menghasilkan

Lebih terperinci

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN Jenis Bambang Lanang Studi Pertumbuhan dan Hasil (Growth and Yield) Pembangunan Database Growth and Yield Kuantifikasi Kualitas Tempat Tumbuh Jenis Kayu bawang Studi Pertumbuhan

Lebih terperinci

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 119 6 MODEL PENGEMBANGAN PESISIR BERBASIS BUDIDAYA PERIKANAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Skenario pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya perikanan berwawasan lingkungan, dibangun melalui simulasi model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126 Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 dan bertempat di KPH Madiun Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan lestari perlu dilaksanakan agar perubahan hutan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dan persekutuan alam lingkungan. Hutan sebagai

Lebih terperinci

SILABUS KRITERIA PENILAIAN U KE- YANG DIHARAPKAN. NILAI (%) Mampu menjelaskan jenis dan karakteristik hutan

SILABUS KRITERIA PENILAIAN U KE- YANG DIHARAPKAN. NILAI (%) Mampu menjelaskan jenis dan karakteristik hutan Mata Kuliah : Ekonomi Kehutanan SILABUS Kode Matakuliah/sks : ESL325/ 3(3-0) Semester : 6 (enam) Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini membahas dasar-dasar analisa penggunaan optimal sumberdaya alam hutan.

Lebih terperinci

BAB VIII PEMODELAN DALAM PERENCANAAN

BAB VIII PEMODELAN DALAM PERENCANAAN TEORI PERENCANAAN Materi XI : TKW 407-3 SKS Oleh : DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB VIII PEMODELAN DALAM PERENCANAAN 8.1 Pemodelan dalam Perencanaan Menurut ruang lingkupnya model yang diperlukan untuk perencanaan

Lebih terperinci

SISTEM DAN MODEL Tujuan Instruksional Khusus:

SISTEM DAN MODEL Tujuan Instruksional Khusus: SISTEM DAN MODEL Tujuan Instruksional Khusus: Peserta pelatihan dapat: menjelaskan pengertian sistem dan model, menentukan jenis dan klasifikasi model, menjelaskan tahapan permodelan Apa itu sistem? himpunan

Lebih terperinci

MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU

MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc Asti Istiqomah, SP EKONOMI KEHUTANAN ESL 325 (3-0) PENGERTIAN DAUR DAUR: Jangka waktu yang diperlukan oleh

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

Pengambilan Sampel Pola Agroforestri Pengambilan Sampel Petani Penggarap Lahan Agroforestri Metode Analisis...

Pengambilan Sampel Pola Agroforestri Pengambilan Sampel Petani Penggarap Lahan Agroforestri Metode Analisis... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM SISTEM PRODUKSI DAN PERTUMBUHAN PASAR Erma Suryani Program Studi Sistem Infomasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Jl. Raya

Lebih terperinci

3. Perkembangan Sinergi Koordinasi B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

3. Perkembangan Sinergi Koordinasi B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Pokok Permasalahan... 4 C. Maksud dan Tujuan Kegiatan... 6 D. Metodologi Pelaksanaan...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group.

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 2 : (2005)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 2 : (2005) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 2 : 42-54 (2005) Artikel (Article) PENGEMBALIAN EKONOMI DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI: SUATU PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM Economic Return on Production

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 ISSN: 25796429 Surakarta, 89 Mei 2017 Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik Wiwik Budiawan *1), Ary Arvianto

Lebih terperinci

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN Laboratorium Silvikultur &Agroforestry Jurusan Budidaya Hutan FakultasKehutanan, UGM PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN SILVIKULTUR Metode Permudaan Metode permudaan merupakan suatu prosedur dimana suatu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG PRESENTASI TESIS 1 PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG M. AGUS RAMDHAN (3310202701) PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN TEKNIK PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan hutan terutama pemanenan kayu sebagai bahan baku industri mengakibatkan perlunya pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang lestari. Kurangnya pasokan bahan baku

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mencakup wilayah kawasan hutan dimana akan dilakukan kegiatan penambangan batu kapur dan lempung oleh PT Tambang Semen Sukabumi (PT

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR DAN LAUTAN

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR DAN LAUTAN Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN : 1907-9931 PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN RUANG PESISIR DAN LAUTAN Mahfud Effendy Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PERAN HUTAN RAKYAT DALAM PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat)

PERAN HUTAN RAKYAT DALAM PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat) PERAN HUTAN RAKYAT DALAM PEREKONOMIAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat) PURNAMA INTAN MEGALINA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET Faktor pendukung dan penghambat merupakan elemen yang diidentifikasi untuk menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pengembangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN PERENCANAAN PRODUKSI HUTAN ALAM YANG LESTARI MUHDI Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pengertian Hutan Alam Produksi Dalam pengusahaan hutan produksi perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal tidak berhutan.

Lebih terperinci

Diagnosa dan Rencana Aksi Restorasi Kesatuan Pengelolaan Hutan

Diagnosa dan Rencana Aksi Restorasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Diagnosa dan Rencana Aksi Restorasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VI Lakitan Peta rencana Restorasi KPHP LAKITAn Sumatera selatan PETA POTENSI RESTORASI KPHP LAKITAN SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU no.41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati, yang didominasi pepohonan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Bela kang. Hutan sebagai sumber kekayaan alam merupakan suatu modal dasar

PENDAHULUAN. Latar Bela kang. Hutan sebagai sumber kekayaan alam merupakan suatu modal dasar PENDAHULUAN Latar Bela kang Hutan sebagai sumber kekayaan alam merupakan suatu modal dasar pembangunan nasionai yang perju dimanfaatkan secara maksimal dan lestan untuk kesejahteraan rakyat, baik materia1

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN GAHARU

STUDI KELAYAKAN INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN GAHARU STUDI KELAYAKAN INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DENGAN GAHARU (Aquilaria malaccensis Lamk) DALAM PEMANFAATAN LAHAN SAWIT DI DESA KEMBANG DAMAI, KECAMATAN PAGARAN TAPAH DARUSSALAM, KABUPATEN ROKAN HULU Ahmad

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG Nanang Herdiana, E. Martin, B. Winarno, A. Nurlia dan

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 105 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan Penelitian ini memfokuskan kepada upaya untuk memahami persepsi dan strategi petani di dalam menjalankan usaha tanaman kayu rakyat. Pemahaman terhadap aspek-aspek

Lebih terperinci

Model Simulasi Quasi-Dynamic Beberapa Kebutuhan Dasar Masyarakat Kota Depok

Model Simulasi Quasi-Dynamic Beberapa Kebutuhan Dasar Masyarakat Kota Depok 1 Model Simulasi Quasi-Dynamic Beberapa Kebutuhan Dasar Masyarakat Kota Depok Riadi Budiman Prodi Teknik Industri, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura e-mail: riadibudiman@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN CAMPURAN DI HINAS KIRI KALIMANTAN SELATAN. Mixed Forest Plantation in Hinas Kiri South Kalimantan)

ANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN CAMPURAN DI HINAS KIRI KALIMANTAN SELATAN. Mixed Forest Plantation in Hinas Kiri South Kalimantan) ANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN CAMPURAN MERANTI MERAH ( Shorea spp.) DAN KARET RAKYAT ( Hevea brasiliensis) DI HINAS KIRI KALIMANTAN SELATAN (Financial Analysis of Red Meranti ( Shorea spp.) and Rubber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jati (Tectona grandis L.f) tumbuh secara alami di seluruh Asia Tenggara dan merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar internasional.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Dinamik

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Dinamik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Dinamik Sistem dinamik didefinisikan sebagai sebuah bidang untuk memahami bagaimana sesuatu berubah menurut waktu (Forester, 1999 dalam Purnomo 2005). Sistem dinamik merupakan

Lebih terperinci

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc. Judul Kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Lindung Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan

Lebih terperinci

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN VII. HASIL DAN PEMBAHASAN 7.1 PROGRAM UTAMA mangosteen 1.0 Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pengembangan Agroindustri Manggis dirancang dalam sebuah paket program bernaman mangosteen 1.0. Model mangosteen

Lebih terperinci

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS

BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS BAB IV KONSEPTUALISASI DAN METODE SYSTEM DYNAMICS IV.1 Pendekatan System Dynamics Saswinadi Sasmojo menyatakan bahwa yang dimaksud dengan suatu sistem adalah fenomena yang telah terdefinisi strukturnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Putra,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaturan hasil saat ini yang berlaku pada pengelolaan hutan alam produksi di Indonesia menggunakan sistem silvikultur yang diterapkan pada IUPHHK Hutan Produksi dalam P.11/Menhut-II/2009.

Lebih terperinci

MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia mangium Sp.

MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia mangium Sp. MODEL KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia mangium Sp. Kelompok 7 1. Putri Septiani E14100032 2. Dyah Ayu Putri E14100056 3. Harlyn Harlynda E14100070 4. Shema Mukti Anggraeni E14100072

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000) Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000) Artikel (Article) PENDUGAAN BIOMASSA POHON BERDASARKAN MODEL FRACTAL BRANCHING PADA HUTAN SEKUNDER DI RANTAU PANDAN, JAMBI Fractal Branching Model

Lebih terperinci