UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARVEL, S. Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker MARVEL, S. Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia, serta bantuan dan pertolongan yang telah diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma Slipi no.96 yang dimulai pada tanggal 13 Februari hingga 22 Maret 2012 dan menyelesaikan laporan ini. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan ini merupakan bagian dari Program Pendidikan Profesi Apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan calon Apoteker mengenai dunia kerjanya. Dengan mengikuti kegiatan PKPA ini, nantinya Apoteker diharapkan akan langsung dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya saat memasuki dunia kerja. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Limaran Sianturi, Apt. selaku pembimbing dari Apotek Kimia Farma No. 96 yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKPA. 2. Drs. Jahja Atmadja, Apt. sebagai pembimbing dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan. 3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 4. Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 5. Seluruh staf pengajar tutorial PKPA di PT Kimia Farma Apotek. 6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 96 atas segala keramahan, pengarahan, bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan kepada kami selama pelaksanaan PKPA. 7. Seluruh staf pengajar program profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 8. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar. iv

5 9. Semua teman-teman Apoteker angkatan 74 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Penulis 2012 v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Landasan Hukum Persyaratan Apotek Sarana dan Prasarana Personalia Apotek Perbekalan Farmasi atau Komoditi Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pengelolaan Apotek Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (Home Care) Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelaporan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Obat Generik Obat Wajib Apotek Swamedikasi.. 19 BAB 3 TINJAUAN UMUM Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Bidang Usaha Industri Farmasi dan Pertambangan Bidang Usaha Apotek PT. Kimia Farma Apotek Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Bisnis Manajer Jaya I 27 vi

7 3.4.1 Manajer Bisnis Bagian Pengadaan/Pembelian Bagian Akuntansi dan Keuangan Bagian Administrasi. 29 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Apotek Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Supervisor Asisten Apoteker Juru Resep Kasir Administrasi Keuangan Kegiatan Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengelolaan Narkotik Pengelolaan Psikotropika Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan Keuangan.. 47 BAB 5 PEMBAHASAN.. 48 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 52 DAFTAR REFERENSI.. 53 LAMPIRAN. 54 vii

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Lampiran 2. Struktur Organisasi Bisnis Manajer Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 4. Peta Lokasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 5. Alur Pengadaan Lampiran 6. Alur Pelayanan Resep Tunai dan Kredit Lampiran 7. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) Lampiran 8. Formulir Dropping Barang Lampiran 9. Format Surat Pesanan Narkotika Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 11. Laporan Penggunaan Narkotika Lampiran 12. Laporan Penggunaan Morfin dan Pethidin Lampiran 13. Laporan Penggunaan Psikotropika Lampiran 14. Berita Acara Pemusnahan Narkotika Lampiran 15. Daftar dan Jumlah Pemusnahan Narkotika Lampiran 16. Berita Acara Pemusnahan Resep Lampiran 17. Formulir Penerimaan Barang Lampiran 18. Bon Pembayaran Resep Tunai dan UPDS Lampiran 19. Tanda Terima Resep Kredit Lampiran 20. Kartu Stok Lampiran 21. Copy Resep Lampiran 22. Kuitansi Pembayaran Lampiran 23. Etiket dan Label Lampiran 24. Kemasan Obat dan Puyer Lampiran 25. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) viii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana kesehatan tempat terselenggaranya upaya kesehatan bagi masyarakat. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP No. 51 tahun 2009). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat menjadi pelayanan pasien yang mengacu pada pelayanan kefarmasian. Adanya perubahan orientasi ini telah menuntut apoteker untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Seorang apoteker harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai mengenai pelayanan kefarmasian, juga mengenai manajemen dan komunikasi sebagai dasar untuk mengelola apotek. Pada pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek, peranan apoteker menjadi perhatian utama karena apoteker merupakan penanggung jawab dalam praktek pelayanan kefarmasian di apotek. Tugas apoteker bukanlah sekedar meracik obat, tetapi juga memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi obat kepada pasien dalam bentuk konseling. Seorang apoteker juga diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional. Selain harus menguasai kegiatan teknis yang berkaitan dengan kefarmasian, seorang apoteker juga harus memiliki kemampuan lain seperti keahlian manajemen, khususnya manajemen apotek. Dengan demikian dibutuhkan seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan kemampuan mengenai bidang kefarmasian juga kemampuan dalam bidang manajemen serta mampu berkomunikasi dengan para karyawan, pasien, dokter dan relasi lainnya. Mahasiswa calon apoteker perlu dibekali pengetahuan dan pemahaman dalam penerapan peran profesinya di apotek. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA bekerja sama dengan PT. Kimia Farma 1

10 2 Apotek dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Praktek Kerja Profesi Apoteker tersebut dilaksanakan pada periode 13 Februari sampai 22 Maret 2012 di Apotek Kimia Farma No. 96, agar mahasiswa calon apoteker memperoleh manfaat yang berguna bagi kompetensi profesinya dan mahasiswa calon apoteker dapat memahami kegiatan rutin di apotek, struktur organisasi apotek, manajemen apotek dan pelayanan kesehatan secara langsung serta mampu menghayati peran dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh Program Apoteker Departemen Farmasi FMIPA yang bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan untuk : a. Memberikan pemahaman akan fungsi dan peranan apoteker dalam mengelola apotek secara profesional. b. Menambah dan memperluas pengetahuan serta wawasan calon apoteker agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan mengamati secara langsung kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek.

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi, pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi, distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan sediaan farmasi. 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah RI No.25 Tahun 1980, tugas dan fungsi Apotek adalah sebagai berikut : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 3

12 4 2.3 Landasan Hukum Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian c. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika d. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek f. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/Per/II/1998 g. Keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek h. Keputusan Menkes RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek 2.4 Persyaratan Apotek Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa: a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.

13 5 b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin Sarana dan Prasarana Ruangan atau fasilitas yang harus memiliki oleh apotek, antara lain (Kepmenkes No. 1027, 2004): a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia baik untuk staf maupun untuk pasien. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan Personalia Apotek a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA).

14 6 b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek. c. Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasrkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru Resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek Perbekalan Farmasi atau Komoditi Sesuai paket deregulasi 23 Oktober 1993, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar perbekalan farmasi. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Selanjutnya Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut :

15 7 a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima permohonan dapat menerima bantuan teknis kepada Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil pemerisaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemerikasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal pemeriksaan Tim Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas hari kerja) mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagai mana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotik dan atau persyaratan apotek, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua

16 8 belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya, dengan mempergunakan contoh formulir APT-7. Apabila apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerjasama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut : a. Penggunaan sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pamilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud, harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. 2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek Apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undanagn yang berlaku. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau, b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan (pasal 12) dan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten (pasal 15 ayat 2) dan atau, Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus dan atau, c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 22 tahun 1997 Tentang Narkotika, Undang-Undang No. 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika serta ketentuan peraturan tentang perundang-undangan lainnya. d. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek tersebut dicabut dan atau, e. Pemilik sarana apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat dan,

17 9 f. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut atau dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan. Pembekuan izin apotek ditetapkan untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan apotek. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Dinas Kesehatan Kabupten atau Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. 2.7 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta ketrampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan.

18 10 Sesuai dengan Permenkes RI No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar; Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek. Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omzet, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan atau teknis kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses, seorang APA harus melakukan kegiatan sebagai berikut : a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan. b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga terkesan bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap. c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing. d. Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya. e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.

19 11 f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat, nyaman dan ekonomis. Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi : a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan. b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan. c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan. d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.8 Pengelolaan Apotek Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi Pengelolaan Teknis Kefarmasian a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen.

20 12 Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. 2.9 Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 meliputi : Pelayanan Resep Skrining Resep a. Persyaratan administratif, seperti nama, SIK, alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya. b. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain) Penyiapan Obat. a. Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah.

21 13 b. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c. Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga kualitasnya. d. Penyerahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. e. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f. Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, TBC, asma dan lain-lain). g. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya Promosi dan Edukasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan ramah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record).

22 Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu : a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Papaver somniferum L dan semua bagian-bagiannya, termasuk buah dan jeraminya (kecuali bijinya), kokain, tanaman koka, ganja, heroin, amfetamin, dan sebagainya. b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : metadona, morfina, petidina, tebaina, tebakon, dan sebagainya. c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodeina, etilmorfina, dihidrokodeina, polkodina, propiram, dan sebagainya. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. merupakan satu-satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah untuk mengimpor, memproduksi dan mendistribusikan narkotika di wilayah Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan oleh pemerintah, karena sifat negatifnya yang dapat menyebabkan ketergantungan yang sangat merugikan. Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan-kegiatan:

23 Pemesanan Narkotika Undang-undang No 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut narkotika untuk kepentingan pengobatan. Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat untuk memesan satu jenis obat narkotika Penyimpanan Narkotika Narkotika yang ada di apotek harus disimpan sesuai ketentuan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (pasal 16 Undang-undang No 9 tahun 1976). Sebagai pelaksanaan pasal tersebut telah diterbitkan Permenkes RI No 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika, yaitu pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa apotek harus mempuyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Lemari dibagi dua, masing-masing dengan kunci berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya, serta persediaan narkotika. Bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Pada pasal 6 Permenkes RI No 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika, dinyatakan sebagai berikut : a. Apotek dan rumah sakit, harus menyimpan narkotika pada tempat khusus sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5 dan harus dikunci dengan baik.

24 16 b. Lemari khusus, tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. c. Anak kunci lemari khusus, harus dikuasai oleh penanggung jawab atau asisten kepala atau pegawai lain yang dikuasakan. d. Lemari khusus, harus ditaruh pada tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan narkotika setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian atau pemasukkan dan penjualan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya dan ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai Besar POM Propinsi. Laporan penggunaan narkotika tersebut terdiri dari laporan pemakaian bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, laporan khusus penggunaan morfin dan petidin, pelayanan resep yang mengandung narkotika. Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang narkotika disebutkan : a. Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Untuk salinan resep yang mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, berdasarkan surat edaran Badan Pengawas Obat dan Makanan No 366/E/SE/1977 antara lain disebutkan : a. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) undang-undang No 9 tahun 1976 tentang narkotika, maka apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.

25 17 b. Untuk salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika. c. Pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Pada Pasal 9, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28/MENKES/PER/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, yang rusak atau tidak memenuhi syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat : a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. b. Nama Apoteker Pengelola Apotek. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai Besar POM Propinsi Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan : a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah lisergida dan meskalina. b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

26 18 mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah amobarbital, pentobarbital dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah barbital, alprazolam dan diazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu : a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. c. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di apotek meliputi kegiatan-kegiatan : a. Pemesanan Psikotropika Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap dua dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. b. Penyimpanan Psikotropika Obat golongan psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukkan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika. c. Penyerahan Psikotropika Obat golongan psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada pengguna atau pasien berdasarkan resep dokter.

27 19 d. Pelaporan Psikotropika Pelaporan psikotropika dilakukan setahun sekali dengan ditandatangani oleh APA dilakukan secara berkala yaitu setiap tahun kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat dan Badan Pengawas Obat dan Makanan Obat Generik Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan Non Proprietary Name (INN) WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Kewajiban menuliskan resep atau menggunakan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 085/Menkes/Per/I/1989 pada pasal 7 ayat (1) dan (3) Obat Wajib Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa resep dokter dengan mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia dua tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberi resiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri Swamedikasi (Kementerian Kesehatan, 2006) Swamedikasi atau pengobatan sendiri (self-medication) merupakan suatu proses di mana seseorang dapat bermanfaat secara efektif terhadap dirinya dalam hal pengambilan keputusan pada pencegahan, deteksi dan pengobatan penyakit yang diderita.

28 20 Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat melakukannya secara bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan : a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit. b. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis). c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter. Informasi tentang obat dan penggunaannya perlu diberikan pada pasien saat konseling untuk swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien.

29 21 Informasi yang perlu disampaikan oleh Apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain: a. Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien. b. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud. c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. d. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus atau cara lain. e. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. f. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur. g. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter. h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat. j. Cara penyimpanan obat yang baik. k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa. l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak. Di samping itu, Apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini

30 22 penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien. Di samping konseling dalam farmakoterapi, Apoteker juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut : a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk swamedikasi. b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi. c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang dan untuk menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi. d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas. Selain melayani konsumen secara bertatap muka di apotek, Apoteker juga dapat melayani konsumen jarak jauh yang ingin mendapatkan informasi atau berkonsultasi mengenai pengobatan sendiri. Suatu cara yang paling praktis dan mengikuti kemajuan zaman adalah dengan membuka layanan informasi obat melalui internet atau melalui telepon. Slogan Kenali Obat Anda. Tanyakan Kepada Apoteker kini semakin memasyarakat. Para Apoteker sudah semestinya memberikan respons yang baik dan memuaskan dengan memberikan pelayanan kefarmasian yang profesional dan berkualitas.

31 BAB 3 TINJAUAN UMUM 3.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan status Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) dan berada di bawah lingkup Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut sejarah perkembangannya, PT. Kimia Farma Tbk. berawal dari beberapa perusahaan milik Belanda, yaitu: Bidang Usaha Industri Farmasi dan Pertambangan a. N. V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. b. N. V. Pharmaceutische Hendel Svereneging, J. Van Gorkom & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. c. N. V. Pharmaceutische Hendel Svereneging, De Gedeh, bergerak di bidang farmasi, alat kesehatan dan apotek, Jakarta. d. N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek (pabrik kina) di Bandung. e. N.V. Insonesiche Combinatie Voor Chemicals Industries, di Bandung. f. N. V. Jodium Ondememing Watoekadon (pabrik jodium), di Watudakon, Mojokerto. g. N.V. Verband Stoffen Fabriek (pabrik kain kasa), di Surabaya. h. Drogistery Ballem, di Surabaya Bidang Usaha Apotek a. N.V. Bavosta Bataviasche volks stads apotheek, b. Multi Pharma, Jln. Menteng Raya No.23. c. N.V. Nederlandsche Apotheek, di Jakarta. d. N.V. Apotheek Jakarta, di Jakarta. e. N.V. Apotheek De Vos, di Jakarta. f. N.V. Apotheek Vij Zel, di Jakarta. 23

32 24 g. N.V. Buiten Zorgsche apotheek, di Bogor. h. N.V. Apotheek, De Gedeh, di Sukabumi. i. Apotheek Pharmacon, di Bandung. j. C.V. Apotheek Malang, di Malang. Pada masa pembebasan wilayah Irian Barat, Penguasa perang saat itu dengan berdasarkan kepada Undang-undang No. 74/1957, mengambil alih dan menguasai semua perusahaan swasta Belanda yang beroperasional di seluruh wilayah Republik Indonesia termasuk perusahaan-perusahaan tersebut di atas. Pada Tahun 1958, perusahaan-perusahaan tersebut mengalami proses nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Pharmasi Belanda). Bapphar kemudian digabung dengan beberapa perusahaan dari Bappit (Badan Pusat Penguasaan Industri dan Tambang). Berdasarkan UU no. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma (Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada (Yogyakarta) dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma, PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kina Farma digabungkan dan dilebur menjadi perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT. Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan terbuka (Tbk.) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia Farma. Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 di ASEAN, bersamaan dengan adanya pergantian kepala pemerintahan (reformasi) terjadi defisit anggaran dan hutang negara yang besar. Untuk mengurangi beban hutang tersebut Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/ M-PM. BUMN/2000

33 25 tanggal 7 Maret 2000, PT Kimia Farma diprivatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002, Direksi PT. Kimia Farma Tbk mendirikan dua anak perusahaan yaitu: PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. Hal ini bertujuan untuk dapat mengelola perusahaan sehingga lebih terarah dan berkembang dengan cepat. 3.2 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Pada saat ini, unit Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan, merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani

34 26 administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada dibawahnya, administrasi pembelian/pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya. 3.3 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi Direktur Operasional serta Direktur Pengembangan yang masingmasing membawahi fungsi departemen. Direktur Operasional membawahi Manager Operasional, Manager Layanan dan Logistik, serta Manager Bisnis, sedangkan Direktur Pengembangan membawahi Manager Pengembangan Pasar. Selain itu, terdapat juga Manager SDM dan Umum, Manager Keuangan dan Akuntasi serta Manager Informasi dan Teknologi yang langsung berada di bawah Direktur Utama. Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh

35 27 sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Saat ini terdapat 34 Bisnis Unit di seluruh Indonesia, dibagi dalam tiga strata berdasarkan besar kecilnya omzet, yaitu: a. Strata A, meliputi Jaya I, Jaya II, rumah sakit Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Denpasar. b. Strata B meliputi Balik Papan, Samarinda, Banjarmasin, Bogor, Tangerang, Manado, dan lain-lain. c. Strata C, meliputi Kendari, Lampung, Jaya Pura, dan lain-lain. Unit bisnis DKI Jakarta terdapat lima bisnis manajer yaitu : a. BM Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisnis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman. c. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. d. BM Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Manager Bisnis secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan. Selain itu, Manager Bisnis juga membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masingmasing. 3.4 Bisnis Manajer Jaya I Bisnis Manajer (BM) bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan serta supervisor administrasi dan keuangan. Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yang ada dalam Bisnis Manajer adalah sebagai berikut:

36 Manajer Bisnis Manajer Bisnis dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab langsung pada Direktur Operasional. Tugas dan fungsi dari Manajer Bisnis adalah sebagai berikut: a. Memimpin bisnis apotek di daerahnya yang menjadi tanggung jawabnya untuk mencapai kinerja (hasil usaha) secara efektif dan efisien, sesuai dengan sasaran dan kebijakan yang digariskan Direksi PT Kimia Farma Apotek. b. Mengkoordinir, merencanakan, membina, serta mengendalikan pengelolaan apotek pelayanan dalam grupnya, untuk mencapai kinerja masing-masing apotek, secara efektif dan efisien. c. Melaksanakan pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha Bagian Pengadaan/Pembelian Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggung jawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Tugas dan fungsi dari bagian pembelian adalah: a. Mendata kebutuhan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang dibuat oleh masing-masing apotek pelayanan dan mengelompokkan berdasarkan distributornya. b. Merencanakan dan membuat Surat Pesanan barang ke distributor yang bersangkutan sesuai dengan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan. c. Memilih distributor yang telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan, serta memperhatikan mutu barang, pelayanan tepat waktu, harga bersaing dan pembayaran lunak. d. Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan distributor. e. Memeriksa kembali harga dan diskon yang telah disepakati dengan distributor. f. Mengkonfirmasikan kembali ke distributor apabila barang yang dipesan belum datang.

37 29 Adapun tanggung jawab dari bagian pembelian, yaitu: a. Menentukan keputusan pembelian terhadap permintaan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan, dengan memperhatikan anggaran, harga barang dan jenis barang yang diminta (fast moving/slow moving). b. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli. c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang Bagian Akuntansi dan Keuangan Bagian keuangan dijalankan oleh petugas kasir besar yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manager. Tugas kasir besar adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan. d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit BM seperti: uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank. Adapun tanggung jawab dari kasir besar, yaitu: a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA. b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga). c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan Bagian Administrasi Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek.

38 30 Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada di bawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum Administrasi Hutang Dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: a. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor sebagai hutang dagang. b. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo pembayaran. c. Mencocokan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh tempo. d. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti pengeluaran kas. e. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar. f. Membuat laporan hutang dagang. g. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang Administrasi Piutang Dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi: a. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan, copy resep dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masing-masing debitur. b. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur.

39 31 c. Membuat kuitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5 rangkap yaitu 1 untuk bagian administrsi Inkaso, 1 lembar untuk bagian administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur). d. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di komputer. e. Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang. f. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan Administrasi Kas Bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap Administrasi Pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor. a. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai). b. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 21. c. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 22. d. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal Administrasi Inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi: a. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit. b. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kuitansi dari debitur. c. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba.

40 32 d. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar. e. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagai bukti pelunasan piutang. f. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya Administrasi Umum Administrasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian umum; bagian sumber daya manusia/kepegawaian; serta bagian teknologi informasi. Setiap bagian tersebut mempunyai tugas tersendiri. Adapun tugas dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut. a. Bagian umum Tugas bagian umum yaitu menyiapkan bahan-bahan rapat, melakukan kegiatan surat menyurat, dan bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan. b. Bagian SDM Tugas bagian SDM yaitu membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial Pensiun), Iuran Jamsostek. Mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat bagi pegawai. c. Bagian Teknologi Informasi Bagian Teknologi informasi (IT) bertanggung jawab atas kelancaran sistem yang digunakan di Bisnis Manajer Jaya I, wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat baik software maupun hardware.

41 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS 4.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 96 merupakan salah satu apotek pelayanan yang tergabung dalam unit Bisnis Manajer Jaya I yang membawahi apotek di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. Apotek Kimia Farma No. 96 terletak di Jalan Letjen S. Parman Kav. G/12 A Slipi, Jakarta Barat. Lokasi apotek ini sangat strategis karena dekat dengan RSAB Harapan Kita, RS Jantung Nasional Harapan Kita dan RS Kanker Dharmais, perumahan, gedung perkantoran, kafe, dan bank. Berada di tepi jalan besar dua arah dengan halaman yang cukup luas, mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi dan kendaraan umum. Apotek Kimia Farma No. 96 memiliki tempat parkir yang cukup luas. Bagian luar apotek dibuat sesuai dengan standar yang dibuat oleh Kimia Farma, yaitu dengan lambang Kimia Farma berwarna biru tua dan oranye dilengkapi dengan tulisan Kimia Farma Tata Ruang Apotek Bangunan Apotek KF No. 96 terdiri dari dua lantai, dimana lantai satu digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan dan sebagai tempat praktek dokter. Sedangkan lantai dua digunakan untuk ruang Apoteker Pengelola Apotek, administrasi keuangan, mushola, dan tempat praktek dokter gigi. Ruangan ditata sedemikian rupa untuk memudahkan pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek serta memberikan kenyamanan, baik bagi pasien maupun pegawai apotek. Adapun pembagian ruangannya yaitu sebagai berikut Tempat penerimaan resep dan penyerahaan obat Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan penerimaan resep dan penyerahan obat. 33

42 Tempat penyiapan dan peracikan obat Ruang peracikan merupakan ruangan untuk penyiapan obat racikan. Rungan ini terletak di bagian belakang dari tempat penerimaan resep dan penyerahan obat. Pada ruang peracikan terdapat meja racik serta perlengkapan lainnya, seperti etiket, alat tulis, kemasan plastik, lembar copy resep, dan kuitansi. Selain itu, ruang peracikan juga dengan peralatan untuk meracik, seperti blender kecil, lumpang, alu, kertas perkamen, alat pembungkus puyer, dan timbangan Ruang tunggu Ruang tunggu apotek dilengkapi dengan sejumlah kursi sebagai tempat menunggu bagi pasien selama proses pelayanan resep. Ruang tunggu dilengkapi dengan televisi, AC, beberapa buku untuk menunjang kenyamanan pasien Ruang supervisor dan penerimaan barang Ruang supervisor berada di sebelah ruang peracikan. Ruangan ini dilengkapi dengan 2 buah telepon, 1 buah mesin fax, 1 unit komputer dan 1 buah printer yang digunakan untuk menunjang kegiatan operasional apotek. Ruang supervisor ini juga berfungsi sebagai tempat penerimaan barang datang Tempat penyimpanan obat Tempat penyimpanan obat terbagi menjadi tiga yaitu sediaan termostabil, sediaan non termostabil, serta sediaan narkotika dan psikotropika. Sediaan yang termostabil (tablet, kapsul, salep, krim, gel, infus, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga, dan inhaler) disimpan di dalam lemari yang terletak di belakang kasir. Sedangkan sediaan non termostabil (seperti injeksi, vaksin, supposotoria, dan lainnya) disimpan dalam lemari pendingin yang terletak di sebelah ruang peracikan. Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari berpintu ganda dan dilengkapi dengan kunci Swalayan farmasi Swalayan farmasi terletak dekat pintu masuk dan dapat terlihat dari ruang tunggu pasien. Swalayan farmasi menyediakan berbagai jenis makanan, minuman,

43 35 kosmetika, suplemen makanan, dan perbekalan kesehatan lainnya yang dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter Praktek dokter Apotek KF No. 96 juga terdapat tempat praktek dokter, antara lain dokter anak, dokter spesialis kandungan, serta dokter gigi. Apotek KF No. 96 berencana akan menambah satu praktek dokter, yaitu praktek dokter umum. 4.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi yang baik diperlukan agar pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab menjadi jelas sehingga tidak terjadi kesalahpamahan dalam pekerjaan, serta memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban. Apotek KF No. 96 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung supervisor yang terdapat di apotek tersebut. Di bawah supervisor terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab terhadap persediaan obat, menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, serta menangani penjualan resep kredit ataupun tender dengan perusahaan atau instansi Apoteker Pengelola Apotek Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah sebagai berikut : a. Memimpin, menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian apotek sesuai dengan undang-undang yang berlaku. b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan antara lain dalam menentukan target yang dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan anggaran dana yang dibutuhkan. c. Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

44 36 d. Memberi pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, dokter dan tenaga kesehatan lainnya. e. Melaksanakan kegiatan yang bertujuan untuk perkembangan apotek seperti menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan pelanggan serta mencari pelanggan baru sehingga apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil seoptimal mungkin sesuai dengan rencana. f. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika. g. Memberikan laporan berkala secara keseluruhan tentang kegiatan apotek kepada Bisnis Manajer. h. Melakukan validasi penjualan dan stok opname untuk memastikan Sistem Informasi berjalan dengan baik Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat. Apotek Kimia Farma No. 96 mempunyai seorang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Supervisor Supervisor adalah seorang asisten apoteker senior yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek. Apoteker No. 96 memiliki seorang supervisor dengan tugas sebagai berikut. a. Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan pengawasan pelayanan kepada pasien. b. Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan mengawasi kelancaran arus barang yang masuk dan keluar, serta pengadaan barang untuk apotek, kelancaran resep, penjualan bebas, dan penjualan alat kesehatan. c. Mengatur jadwal masuk kerja serta pergantian jadwal masuk kerja para petugas apotek.

45 Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada supervisor pelayanan. Apotek KF No. 96 memiliki sebanyak 4 orang asisten apoteker. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut. a. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. b. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian. c. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. d. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk. e. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan memberikan etiket. f. Membuat kwintansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep, dan cara pemakaian. h. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. i. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. j. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. k. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan Juru Resep Apotek KF No. 96 memiliki juru resep sebanyak 5 orang. Tugas juru resep adalah sebagai berikut.

46 38 a. Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta mengerjakan obat-obatan racikan sesuai dengan sediaan yang diminta dibawah pengawasan asisten apoteker. b. Membuat obat-obat racikan standar (anmaak) di bawah pengawasan asisten apoteker. c. Menjaga kebersihan ruangan apotek. d. Mengantarkan resep atau obat Kasir Apotek KF No. 96 memiliki 2 orang pegawai kasir. Kasir mempunyai tugas sebagai berikut. a. Menerima uang dari hasil transaksi tunai dengan teliti b. Mencatat semua hasil penjualan tunai dengan cara memasukkan barang secara benar di komputer mengenai harga dan jumlahnya. c. Mencatat semua hasil penjualan harian, baik tunai maupun kredit Administrasi Keuangan Apotek KF No. 96 memiliki seorang pegawai administrasi keuangan yang bertugas membuat Laporan Ikthisar Penjualan Harian (LIPH) berdasarkan laporan hasil penjualan dari kasir, serta menyerahkan LIPH dan Bukti Setoran Kasir (BSK) kepada kasir besar di BM. 4.3 Kegiatan Apotek Apotek Kimia Farma merupakan apotek 24 jam. Kegiatan apotek KF No. 96 dibagi dalam 3 shift, yaitu shift pagi pukul sampai pukul 15.00, shift sore pukul sampai pukul 22.00, dan shift malam pukul sampai pukul Kegiatan utama yang dilakukan, meliputi kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian.

47 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pemesanan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya, peracikan obat, serta pengelolaan psikotropika dan narkotika. a. Pemesanan barang Pengadaan barang dilakukan berdasarkan buku defekta yang berisikan data persediaan barang kosong dan stok menipis. Bagian pembelian atau pengadaan (supervisor) melakukan pemeriksaan kembali terhadap kesesuaian antara data pada buku defekta dengan persediaan barang yang ada untuk menentukan jumlah barang yang akan dipesan. Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 96 dilakukan melalui BM Jaya I dengan sistem Distribution Center online (DC). Dengan sistem DC ini kita dapat mengetahui kebutuhan apotek, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan apotek. Pemesanan ditujukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan barang yang dipesan dikirim ke gudang BM kemudian didistribusikan ke masing-masing apotek berdasarkan dengan kebutuhan apotek tersebut. Selain itu, apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan di gudang BM. Pemesanan dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pesanan khusus. Pemilihan PBF atau distributor berdasarkan pada ketersediaan barang, kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan, besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan, kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu, serta cara pembayaran. b. Penerimaan barang Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke Apotek Kimia Farma No. 96 disertai faktur. Petugas pembelian akan mengecek kesesuaian terhadap barang yang diterima dengan BPBA/SP dan faktur. Jika barang telah sesuai maka faktur diberi nomor unit penerimaan, ditandatangani oleh penerima, diberi stempel apotek, dan kemudian didokumentasikan ke dalam buku

48 40 penerimaan barang. Jika barang tidak sesuai dengan BPBA/SP atau terdapat kerusakan fisik, maka petugas pembelian akan membuat nota pembelian barang/retur dan mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk ditukar dengan barang yang sesuai. c. Penyimpanan barang Apotek Kimia Farma No. 96 melakukan penyimpanan barang di ruang peracikan dan di swalayan farmasi. Penyimpanan di ruang peracikan disimpan berdasarkan kestabilan sediaan (termostabil dan non termostabil); bentuk sediaan (sediaan padat, setengah padat, dan cair); farmakologi; serta kelompok obat tertentu (misalnya obat generik, narkotika dan psikotropika), kemudian obat disusun secara alfabetis. Sediaan yang termostabil (tablet, kapsul, salep, krim, gel, infus, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga, dan inhaler) disimpan di dalam lemari yang terletak di belakang kasir. Sedangkan sediaan non termostabil (seperti injeksi, serum, vaksin, supposotoria, dan lainnya) disimpan dalam lemari pendingin. Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari berpintu ganda dan dilengkapi dengan kunci. Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di ruang peracikan dilakukan oleh asisten apoteker. Pemasukan dan penggunaan obat/barang harus di-input ke dalam komputer dan untuk ketelitian dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan di masing-masing obat/barang. Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan dan stok barang yang ada di lemari. Penyimpanan obat bebas dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli secara bebas disimpan di rak-rak penjualan obat bebas swalayan farmasi dekat dengan ruang tunggu pasien dan ruang peracikan obat. Pengaturan penyimpanannya didasarkan pada bentuk dan jenis sediaan, serta kegunaannya agar memudahkan pembeli untuk melihat dan memudahkan petugas dalam mengambil obat/barang yang diinginkan oleh pembeli.

49 41 d. Penjualan obat dan perbekalan farmasi Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No. 96 meliputi penjualan tunai obat dengan resep dokter, penjualan kredit obat dengan resep dokter, dan Pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Prosedur penjualan tunai obat dengan resep dokter adalah sebagai berikut. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut dan disatukan dengan resep aslinya. Informasi pasien akan dicatat di medical record pasien. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kwintansi dapat pula dibuatkan kwintansi dan salinan resep di belakang kwintansi tersebut. Namun, bila obat dalam resep tidak tersedia/stok kosong, AA memberikan informasi mengenai ketersediaan obat tersebut serta pasien diberikan informasi bahwa yang tersedia adalah obat dengan merk lain tetapi memiliki kandungan obat dan indikasi yang sama. Selanjutnya obat disiapkan, diberi etiket, dan dikemas. Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan terhadap salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kwintansi. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang nama obat, jumlah obat, indikasi obat, cara pemakaian obat, dan informasi lain yang diperlukan pasien. Lembaran resep asli didokumantasikan berdasarkan nomor urut dan tanggal resep, serta disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan kredit obat dengan resep dokter berdasarkan pada perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada

50 42 perusahaan tersebut secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan sebagai berikut. Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya, maka tidak dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien, tetapi obat langsung disiapkan oleh petugas apotek sesuai dengan Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) masing-masing perusahaan/instansi. Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan diberi harga berdasarkan masing-masing perusahaan/instansi untuk selanjutnya dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. Pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS) adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter, seperti OTC (over the counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas maupun perbekalan farmasi lainnya. Adapun obat keras yang boleh diberikan kepada pasien yang ingin melakukan pengobatan sendiri (tanpa resep dokter), yaitu obatobatan yang tertera dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Prosedur pelayanan UPDS yang dilakukan adalah sebagai berikut. Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar sejumlah uang ke kasir. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 96 meliputi pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan.

51 Pemesanan Narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setiap lembar surat pesanan narkotika hanya boleh berisikan 1 jenis narkotika. Kemudian surat pesanan narkotika yang sudah ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dikirim ke BM. Pemesanan dilakukan ke PBF KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 lembar kopi SP) dan satu lembar berwarna merah sebagai arsip di apotek Penerimaan Narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh Apoteker Pengelola Apotek. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah serta tanggal kadaluarsa narkotika yang dipesan Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 96 disimpan dalam lemari khusus dengan dua pintu yang terkunci dan dilengkapi dengan kartu stok Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No. 96 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 96 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Setiap resep narkotika yang dilayani harus jelas nama pasien, nomor telepon, dan dilengkapi dengan tanda pengenal pasien (KTP) Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 96 dibuat setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan

52 44 penggunaan bahan baku narkotika. Khusus untuk laporan penggunaan morfin dan pethidin dibuat terpisah dari laporan penggunaan narkotika lainnya. Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Madya Jakarta Barat (lembar asli) dan Kepala Balai Besar POM Kota/Kabupaten (DKI Jakarta) Pemusnahan narkotika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut. a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan atau tidak memenuhi syarat. b. Surat permohonan yag telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai POM Jakarta. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Jakarta. d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) yang berisi: 1) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan 2) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan 3) Cara pemusnahan 4) Petugas yang melakukan pemusnahan 5) Nama dan tanda tangan APA e. Kemudian BAP tersebut dikirimkan kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) DKI Jakarta dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Propinsi, kemudian disimpan sebagai arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 96, meliputi pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan.

53 Pemesanan Psikotropika Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika. Setiap lembar SP psikotropika boleh berisikan lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 3, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli dan salinan) dan 1 lembar berwarna kuning sebagai arsip di apotek Penyimpanan Psikotropika Obat-obat yang termasuk golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 96 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci dan dilengkapi dengan kartu stok Pelayanan Psikotropika Pelayanan resep psikotropika tidak berbeda dengan pelayanan resep narkotika. Apotek Kimia Farma No. 96 hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 96 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Setiap resep psikotropika yang dilayani harus jelas nama pasien, nomor telepon, dan dilengkapi dengan tanda pengenal pasien (KTP) Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan setiap 1 bulan. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distibutor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor SIK, serta stempel apotek dengan tembusan kepada: a. Kepala Balai Besar POM Propinsi b. Dinas Kesehatan Propinsi. c. Arsip apotek.

54 Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 96 hanya berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian (LIPH) baik penjualan tunai maupun kredit, serta memasukan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan di BM. Kegiatan pencatatan yang dilakukan, meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf administrasi dan keuangan yang bertanggungjawab kepada supervisor administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar bertanggungjawab langsung kepada pimpinan apotek BM Kegiatan Administrasi Karena pembelian hanya dilakukan oleh apotek BM, maka dokumen dari bagian pembelian dibukukan oleh tata usaha di kartu utang sebagai utang apotek. Untuk penjualan tunai maupun kredit, hasil penjualan tunai dan kasir kecil masing-masing apotek pelayanan diserahkan ke kasir besar di BM untuk dibukukan pada buku kas. Sedangkan untuk penjualan kredit, dari masing-masing Apotek Pelayanan hanya menyerahkan kopi kuitansi kepada bagian administrasi dan dibukukan di kartu piutang. Dalam melaksanakan tugasnya, Supervisor administrasi dan keuangan dibantu oleh beberapa staf. a. Bagian Administrasi Pembelian Setiap transaksi pembelian baik tunai maupun kredit akan dicatat oleh bagian administrasi pembelian kedalam buku pembelian apotek setiap hari, yang kemudian di-entry datanya ke komputer. Dalam pencatatan dicantumkan nama

55 47 distributor, nama faktur, nama dan jumlah barang, harga barang, tanggal pembelian dan besarnya potongan harga. b. Bagian Administrasi Penjualan Setiap penjualan baik tunai maupun kredit dicatat oleh bagian administrasi penjualan setiap hari berdasarkan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Penjualan tunai dicatat ke dalam buku kas (jurnal umum), sedangkan penjualan kredit dicatat kedalam laporan piutang dagang. c. Bagian Piutang Administrasi piutang adalah bagian yang bertugas untuk menagih pembayaran resep kredit yang berasal perusahaan yang memiliki perjanjian kerjasama dengan apotek. Hasil penagihan diserahkan kepada Kasir Besar disertai dengan bukti penerimaan kas. d. Administrasi Personalia/Sumber Daya Manusia Administrasi personalia/umum mencatat semua data tentang pegawai, menyiapkan usulan perubahan status pegawai yang berhak mendapatkan kenaikan pangkat dan membuat laporan absensi pegawai Kegiatan Keuangan Kegiatan keuangan ditangani oleh seorang kasir besar yang bertanggungjawab langsung setiap hari, termasuk penerimaan dan pengeluaran uang. Kasir besar bekerjasama dengan bagian Tata Usaha dalam hal administrasi, pembukuan dan laporan.

56 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma No. 96 merupakan salah satu dari sekian banyak apotek pelayanan Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Apotek ini terletak di Jl S. Parman Kav. G/12A Palmerah Jakarta Barat. Apotek ini mudah dijangkau oleh sarana transportasi umum, dan banyak warga yang melintasi kawasan ini karena terletak di area perkantoran dan juga dekat dengan pemukiman penduduk. Di seberang jalan Apotek juga terdapat dua rumah sakit besar yaitu Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Kanker Dharmais. Apotek ini beroperasi setiap hari selama 24 jam, tanpa terkecuali pada hari libur. Berbagai fasilitas juga disediakan di Apotek ini di antaranya praktek dokter gigi, dokter spesialis anak dan kandungan. Selain itu juga dilengkapi dengan area bermain anak dan ruang tunggu yang nyaman serta buku bacaan atau majalah bagi para pelanggan yang sedang menunggu. Berbagai jenis perbekalan farmasi juga disediakan di Apotek ini di antaranya berbagai kategori obat untuk resep dan Over The Counter (OTC). Kategori OTC seperti vitamin, perawatan tubuh, perawatan rambut dan perawatan anak, ditata dengan desain swalayan, sehingga pelanggan dapat bebas memilih produk yang mereka butuhkan. Tidak hanya itu, untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan yang menunggu, apotek juga dilengkapi dengan aneka jenis makanan dan minuman ringan. Apotek Kimia Farma No. 96 merupakan unit bisnis apotek pelayanan yang berada di bawah koordinasi Bisnis Manajer Jaya I. BM berfungsi untuk membuat perencanaan, pengadaan, penyimpanan barang untuk apotek-apotek pelayanan yang berada dalam tanggung jawabnya. Pembelian barang dilakukan secara terpusat oleh BM Jaya I. Pembelian secara terpusat memberikan keuntungan, yaitu pembelian dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga atau diskon yang diperoleh dari distributor lebih besar, serta efisiensi modal kerja terutama untuk Apotek Kimia Farma lainnya yang ada di wilayah BM Jaya I. Pengadaan narkotika dan psikotropika dilakukan sendiri oleh Apotek Kimia Farma No. 96 yaitu dengan cara Apotek Kimia Farma No. 96 mengirimkan 48

57 49 surat pesanan (SP) narkotika dan psikotropika yang ditandatangani oleh Apoteker ke distributor bukan kepada BM Jaya I. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan tertibnya administrasi dalam pengadaan narkotika dan psikotropika serta mengikuti peraturan perundangan yang berlaku tentang pengadaan dan penyimpanan narkotika dan psikotropika di apotek. Penyimpanan barang di Apotek Kimia Farma No. 96 tidak menggunakan sistem gudang, tetapi barang pesanan yang datang akan disimpan sesuai dengan tempat penyimpanannya. Barang yang datang dari BM Jaya I akan langsung diletakkan pada masing-masing tempat (lemari, box, atau rak display) yang telah diatur sedemikian rupa. Penyimpanan di Apotek Kimia Farma No. 96 menggunakan sistem FIFO (First In First Out) maupun FEFO (First Expired First Out). Setiap petugas memiliki tanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat untuk memantau ketersediaan obat melalui pencatatan barang masuk dan barang keluar pada kartu stok. Kondisi barang dicek dengan menulis lembar kartu stok. Setiap petugas diberikan tanggung jawab terhadap lemari obat yang telah ditentukan dan disepakati, serta bertanggung jawab melakukan pemantauan yang dilakukan setiap hari minimal 10 item yang disebut dengan istilah uji petik. Sedangkan stock opname idealnya dilakukan setiap sebulan sekali, tetapi karena kurangnya personel dan sibuknya kegiatan jual beli di apotek kadang kala stock opname dilakukan setiap 3 bulan sekali. Hal ini yang menjadi penyebab terjadinya ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dengan jumlah barang yang terdapat dalam data komputer. Penyimpanan obat-obatan baik itu obat keras, maupun obat bebas terbatas dalam bentuk tablet, kaplet atau kapsul disimpan dalam lemari obat sesuai dengan kelompok farmakologinya dan disimpan dalam box berurutan sesuai dengan abjad. Kelompok obat ini dipisah antara obat paten dengan obat generik. Obat generik dan obat askes disimpan dalam rak lemari tersendiri, penyimpanan obat generik dan obat askes tidak berdasarkan kelompok farmakologinya, tetapi hanya disimpan berurutan sesuai dengan abjad. Sedangkan penyimpanan obat paten dilakukan sesuai dengan kelompok farmakologinya di antaranya kelompok obat antibiotik, kelompok obat hormon, kelompok obat untuk pernafasan, kelompok

58 50 obat sistem pencernaan, kelompok obat antihipertensi dan jantung, kelompok obat diabetes, dan kelompok obat suplemen dan multivitamin dengan resep dokter. Setiap obat-obatan yang disebutkan di atas memiliki kartu kontrol stok masingmasing dan setiap obat yang masuk maupun obat keluar harus dicatat pada kartu kontrol. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Obat-obatan dalam bentuk cair seperti sirup, suspensi dan eliksir disimpan dalam rak terpisah, dan disimpan sesuai abjad. Obat-obatan dalam bentuk cair golongan antibiotik disimpan pada rak terpisah dari obat golongan lain. Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan dua pintu dan dikunci. Obat-obatan sediaan salep, krim dan tetes mata disimpan sesuai dengan abjad pada rak khusus penyimpanan salep, krim dan tetes mata. Obat-obatan yang memerlukan tempat penyimpanan khusus dilakukan sesuai dengan petunjuk penyimpanannya, seperti insulin dan suppositoria yang disimpan dalam lemari es. Alat suntik dan cairan infus disimpan dalam rak terpisah. Produk susu, alat kesehatan yang berukuran kecil dan mahal seperti termometer, alat tes kehamilan, alat tes kolesterol dan gula darah, serta suplemen dan multivitamin yang rata-rata berharga mahal disimpan dalam lemari khusus yang berbentuk display kaca. Lemari ini menghadap ke arah swalayan agar konsumen dapat melihat dengan jelas produk-produk yang tersedia dan diharapkan konsumen tertarik dan akan membeli produk tersebut. Barang dan obat-obatan OTC diletakkan pada lemari OTC atau swalayan sehingga pasien dapat memilih dengan leluasa barang dan obat-obatan OTC yang dibutuhkan. Lemari swalayan terletak di depan dan menghadap ke kasir, hal ini bertujuan untuk memudahkan pemantauan barang-barang yang diletakkan dalam lemari swalayan agar tidak terjadi kehilangan. Selain obat OTC, di lemari swalayan tersebut tersedia kasa, pasta gigi, cairan pembersih luka, sabun pembersih muka, shampoo, kosmetika dan barang-barang kesehatan lainnya. Sedangkan di bagian paling depan swalayan apotek yang berdekatan dengan pintu masuk diletakkan alat-alat kesehatan seperti kursi roda, tongkat, pembalut, dan

59 51 popok, serta alat kesehatan yang berhubungan dengan bayi seperti shampo dan sabun bayi, minyak telon, botol susu bayi, dan lain-lain. Pada prinsipnya Apoteker sebagai manajer apotek harus mengelola administrasi dan keuangan secara mandiri, namun di Apotek Kimia Farma, adminsitrasi dan keuangan dilakukan secara terpusat yang dikoordinir oleh Bisnis Manajer. Sehingga diharapkan akan terjadi efektivitas dan efisiensi dalam pekerjaan dan Apoteker di apotek fokus terhadap pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Bisnis Manajer membawahi supervisor administrasi dan keuangan yang mengkoordinir bagian administrasi piutang dagang, hutang dagang, kas bank, inkaso dan umum. Kimia Farma Informasi Sistem (KIS) dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Adanya KIS telah membuat kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Administrasi keuangan di Apotek Kimia Farma wilayah BM Jaya I dikoordinir oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Ada dua prosedur pembayaran di Apotek Kimia Farma yaitu pembayaran tunai dan pembayaran kredit. Pembayaran tunai yang dimaksud adalah pembayaran yang dilakukan oleh pasien langsung setelah menerima obat, sedangkan pembayaran kredit adalah pembayaran yang dilakukan oleh instansi yang bekerjasama dengan Apotek Kimia Farma, dan pembayaran dilakukan tidak langsung tetapi dilakukan pada awal bulan sesuai dengan kesepakatan antara instansi tersebut dengan Apotek Kimia Farma. Adminsitrasi untuk penyimpanan resep telah dilakukan dengan baik, sesuai dengan KepMenKes RI No.280/MenKes/V/1981 pada pasal 7 menjelaskan tetntang penyimpanan resep, di mana Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun. Penyimpanan resep obat narkotik dan psikotropik juga telah dilakukan dengan baik dan benar. Resep yang disimpan merupakan dokumentasi yang penting dan telah diatur oleh KepMenkes RI, maka sebaiknya tersimpan pada tempat yang baik, aman dan bersih.

60 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek, disamping melaksanakan fungsinya sebagai seorang apoteker untuk menjamin penggunaan obat yang rasional. b. Pengelolaan apotek mencakup administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan. 6.2 Saran a. Perlu ditingkatkannya ketelitian, kedisiplinan dan tindakan tegas dalam penulisan stok barang di kartu stok, sehingga tidak terjadi kekurangan obat atau kehilangan obat. b. Perlu ditingkatkan sistem komputerisasi dalam hal stok barang sehingga pada saat pembeli datang tidak perlu dilakukan pengecekan ulang terhadap stok barang. c. Perlu adanya data harga-harga produk farmasi maupun non-farmasi dalam bentuk buku atau label harga pada produk untuk memudahkan pelayanan bagi pasien dan mengefisiensikan waktu pelayanan. 52

61 DAFTAR REFERENSI Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/Per/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek (Pasal 1 dan 2). Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Kementerian Kesehatan. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta : Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. (2000). Profil Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., Jakarta. 53

62 LAMPIRAN 54

63 54 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Direktur Utama Direktur Operasional Direktur Pengembangan Manajer Operasional Manajer layanan dan logistik Manajer Bisnis Manajer Pengembangan pasar Manajer SDM dan Umum Manajer keuangan dan Akuntansi Manajer IT 54

64 55 Lampiran 2. Struktur Organisasi Bisnis Manajer Bisnis Manajer Supervisor Pengadaan Supervisor Administrasi / Ketataushaan Manajer Apotek Pelayanan Pembelian Supervisor Akutansi dan Keuangan Gudang Pengelola Administrasi Pembelian / Hutang Dagang Pengelola Administrasi Penjualan/ piutang Dagang Petugas Inkaso Pengelola Administrasi Kas / Bank Pengelola Administrasi Pajak Pengelola SDM dan Umum Pengelola Penagihan

65 56 Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 96 Manager Apotek Pelayanan Apoteker Pendamping Supervisor Layanan Asisten Apoteker Pelayanan OTC SPG Juru Resep Kasir Kecil

66 57 Lampiran 4. Peta Lokasi Apotek Kimia Farma No. 96 Apotek KF No.96, Slipi Jakarta Barat

67 58 Lampiran 5. Alur Pengadaan 1) BPBA BM JAYA I DROPPING GUDANG PENGADAAN SP FAKTUR Defecta DISTRIBUTOR APOTEK KF NO.48 3) 2) BPBA DROPPING PEMBERLIAN MENDESAK PBF langsung Apotek Selain KF 4) APOTEK KF Yang Lain SP. NARKOTIKA FAKTUR PBF KIMIA FARMA

68 59 Lampiran 6. Alur Pelayanan Resep Tunai dan Kredit Penerimaan Resep Resep Kredit Resep Tunai Pemeriksaan kelengkapan resep & administrasi Pemberian Nomor urut resep Pemeriksaan kelengkapan resep Pemberian Harga Resep Pasien membayar sejumlah uang di Kasir Pemberian nomor urut resep Bagian Peracikan Penyiapan Obat Jadi Obat Racikan Pemberian Etiket Pemeriksaan Kesesuaian Obat Penyerahan obat (disertai informasi obat) Obat diterima oleh pasien/pelanggan Resep diberi harga & disimpan oleh petugas Resep disimpan oleh petugas Resep dibayar dengan syarat sesuai perjanjian kerja sama

69 60 Lampiran 7. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) Apotek Jl. S. Parman Kav. G/12, Slipi Jakarta Barat Telp. (021) , Fax. (021) FAPT06-41/110 BON PERMINTAAN BARANG APOTEK TANGGAL Untuk NO. NAMA BARANG SATUAN JUMLAH YANG DIMINTA JUMLAH YANG DIBERIKAN SISA PERSEDIAAN GUDANG KET. PJ GUDANG PENERIMA BARANG PJ PEMBELIAN PJ PELAKSANAAN

70 61 Lampiran 8. Formulir Dropping Barang BISNIS MANAGER JAYA 1 Jl. ST. HASANUDDIN NO. 1 JAKARTA DROPPING KE : Tahun Dropping : Tahun BPBA : Nomor Dropping : Nomor BPBA : Tanggal Dropping : No Nama Jumlah Drop Bonus Kemasan Harga Satuan Harga Utuh Discount 1 Discount 2 Total harga PJ GUDANG PENERIMA BARANG PJ PEMBELIAN PJ PELAKSANAAN

71 62 Lampiran 9. Format Surat Pesanan Narkotika Rayon : Model N.9 Np. S.P : Lembar ke 1 / 2 / 3 / 4 SURAT PESANAN NARKOTIKA Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :... Jabatan :... Alamat Rumah :... Mengajukan pesanan NARKOTIKA kepada : Nama Distributor :... Alamat & No. Telepon :... sebagai berikut NARKOTIKA tersebut akan dipergunakan untuk keperluan Apotik Lembaga :... STOK AKHIR : PEMESAN, (... ) No. S.I.K.

72 63 Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika Nomor :... SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Alamat : Jabatan : Mengajukan Permohonan kepada : Nama Perusahaan : Alamat : Jenis PSIKOTROPIKA sebagai berikut : Untuk keperluan pedagang besar farmasi/apotek/rumah Sakit/Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah/Lembaga penelitian dan / atau Lembaga Pendidikan *) Nama : Alamat : Jakarta,... Penanggung jawab SIP / SIK Catatan: *) coret yang tidak perlu

73 64 Lampiran 11. Laporan Penggunaan Narkotika LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN JADI NARKOTIKA Nama Apotek : Kimia Farma Slipi No. 96 No. SIA : Alamat & No. Telepon : Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Kab./Kodya : Jakarta Barat Bulan : Tahun : Nama Stok Penerimaan Pengeluaran Stok No. Bahan Jadi Satuan Awal Bulan Dari Jumlah Dari Jumlah Akhir Bulan Ket. Pembuat Daftar, Jakarta,... ( ) Penanggung Jawab Apotek Pemeriksa (.) (.)

74 65 Lampiran 12. Laporan Penggunaan Morfin dan Pethidin LAPORAN PENGGUNAAN MORFIN DAN PETHIDIN Nama Apotek : Kimia Farma Slipi No. 96 No. SIA : Alamat & No. Telepon : Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Kab./Kodya : Jakarta Barat Bulan : Tahun : Nama Stok Penerimaan Pengeluaran Stok No. Bahan Jadi Satuan Awal Bulan Dari Jumlah Dari Jumlah Akhir Bulan Ket. Pembuat Daftar, Jakarta,... ( ) Penanggung Jawab Apotek Pemeriksa (.) (.)

75 66 Lampiran 13. Laporan Penggunaan Psikotropika LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA Nama Apotek : Kimia Farma Slipi No. 96 No. SIA : Alamat & No. Telepon : Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Kab./Kodya : Jakarta Barat Bulan : Tahun : Nama Stok Penerimaan Pengeluaran Stok No. Bahan Jadi Satuan Awal Bulan Dari Jumlah Dari Jumlah Akhir Bulan Ket. Pembuat Daftar, Jakarta,... ( ) Penanggung Jawab Apotek Pemeriksa (.) (.)

76 67 Lampiran 14. Berita Acara Pemusnahan Narkotika

77 68 Lampiran 15. Daftar dan Jumlah Pemusnahan Narkotika

78 69 Lampiran 16. Berita Acara Pemusnahan Resep

79 70 Lampiran 17. Formulir Penerimaan Barang APOTEK KIMIA FARMA Kreditur : Jl. S. Parman KAV G/12 A. Slipi No. Faktur : JAKARTA No. Terima : Tanggal Terima : No. SPB: Nama No. Obat PENERIMAAN BARANG Harga Potongan Jumlah Kemasan Satuan Rupiah Jumlah DPP PPN TOTAL Pengentri Pemeriksa Validasi ( ) (...) ( ) Bagian pembelian Apoteker

80 71 Lampiran 18. Bon Pembayaran Resep Tunai dan UPDS

81 72 Lampiran 19. Tanda Terima Resep Kredit

82 73 Lampiran 20. Kartu Stok KARTU BARANG PERACIKAN/ PENJUALAN BEBAS Nama Barang : Pabrik : Kemasan : Tgl No. Dokumen + Sisa Paraf ED No. Batch

83 74 Lampiran 21. Copy Resep Apotek Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Jakarta Barat Telp. (021) , Fax. (021) Apoteker: Drs. Limaran S. SIK : 3902 / B COPY RESEP Salinan resep no. Tanggal Dari dr. Dibuat tanggal Untuk R/ pcc Apotek Kimia Farma

84 75 Lampiran 22. Kuitansi Pembayaran KUITANSI PEMBAYARAN RESEP/TUNAI Tanggal : No. : Apotek Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Jakarta Barat Telp. (021) , Fax. (021) Sudah diterima dari : Banyaknya Uang : Untuk pembayaran resep-resep : Tgl. No. Harga Rp. Yang Sakit Dokter Tgl. No. Harga Rp. Yang Sakit Dokter Tgl. No. Harga Rp. Yang Sakit Dokter Tgl. No. Harga Rp. Yang Sakit Dokter Tgl. No. Harga Rp. Yang Sakit Dokter Jumlah Rp. Jakarta,

85 76 Lampiran 23. Etiket dan Label Apotek Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Jakarta Barat Telp. (021) , Fax. (021) Apoteker: Drs. Limaran S. SIK : 3902 / B Apotek Jl. S. Parman Kav. G/12 A, Slipi Jakarta Barat Telp. (021) , Fax. (021) Apoteker: Drs. Limaran S. SIK : 3902 / B No. : Tanggal : Nama : Cap / Tab... x sehari... Bungkus Sendok makan / Teh Sebelum / Sesudah Makan No. : Tanggal : Nama : Cap / Tab... x sehari... Bungkus Sendok makan / Teh Sebelum / Sesudah Makan Etiket Dalam Etiket Luar KOCOK DULU ANTIBIOTIK PASTIKAN OBAT DIMINUM SAMPAI HABIS DALAM WAKTU YANG SAMA DAN TERBAGI RATA OBAT LUAR JANGAN DIMINUM JANGAN DITELAN Hindarkan mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin, serta jauhi alkohol selama menggunankan obat ini Obat ini diminum saat perut kosong (1jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan) Obat ini diminum secara teratur, jangan hentikan tanpa konsultasi dokter Label Obat

86 77 Lampiran 24. Kemasan Obat dan Puyer Kemasan Obat Kemasan Puyer

87 78 Lampiran 25. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)

88 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 ANALISIS RESEP DEPRESI MARVEL, S.Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

89 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL.. iv DAFTAR LAMPIRAN..... v BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Depresi Tanda-Tanda dan Gejala Klinis Klasifikasi Depresi Kelainan Depresi Mayor Kelainan Distimik Teori Patofisiologi Depresi Hipotesis Amina Biogenik Perubahan Post-Sinaptik Pada Sensitivitas Reseptor Hipotesis Permisif Hipotesis Deregulasi Peranan Dopamin (DA) Terapi Farmakologi Inhibitor Reuptake Serotonin yang Selektif (SSRI) Penghambat Ambilan Serotonin/Norepinefrin Aminoketon Triazolopiridin Tetrasiklik Antidepresan Trisiklik Dibenzoksazepin Penghambat MAO Penatalaksanaan BAB 3. ANALISIS RESEP DEPRESI Resep Penyakit Depresi Monografi Komposisi Resep Kalxetin Abilify Folic Acid BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran ii

90 DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN iii

91 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Klasifikasi Obat Antidepresan Tabel 2.2. Algoritma Penatalaksanaan Penyakit Depresi Tabel 3.1. Contoh Resep Untuk Pasien Depresi iv

92 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Resep Untuk Pasien Depresi. 24 v

93 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan depresi adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3 8 % dengan 50 % kasus terjadi pada usia produktif yaitu tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Gangguan depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% lakilaki pada suatu waktu dalam kehidupan. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Depresi menurut World Health Organization adalah gangguan mood (suasana hati) yang ditunjukkan dengan kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, keadaan tidur dan nafsu makan yang terganggu, kehilangan energi dan berkurangnya konsentrasi. Depresi dapat menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar dalam kemampuan individu untuk mengurus tanggung jawab dirinya sehari-hari. Hal terburuk dari depresi ialah dapat menyebabkan bunuh diri (World Health Organization, 2011). Depresi yang terjadi pada seseorang dapat dipicu adanya interaksi antara tekanan, dan daya tahan mental diri terhadap lingkungan. Pada dasarnya inti dari gangguan depresi adalah kehilangan obyek cinta misalnya kematian anggota keluarga atau orang yang sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, kesulitan keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak sempurna, penyakit, kehamilan dan bertambahnya usia. Selain itu, gangguan depresi juga dipengaruhi faktor genetik dan faktor biologis berupa gangguan neurotransmitter di otak. Beberapa gejala fisik gangguan depresi seperti keletihan, kesakitan (terutama sakit kepala), gangguan tidur, gangguan pada nafsu makan (menurun atau meningkat), kehilangan minat seksual, dan keluhan mengenai saluran cerna dan kardiovaskuler (terutama palpitasi). Selain itu juga ada gejala emosional seperti berkurangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan, kesedihan, 1

94 2 kelihatan pesimis, sering mengis, putus harapan dan tanda-tanda psikosis (halusinasi). Penderita juga mengalami distorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga dan putus asa (Dipiro, et al. 2005). Gangguan depresi merupakan gangguan yang dapat menganggu kehidupan dan dapat diderita tanpa memandang usia, status sosial, latar belakang maupun jenis kelamin. Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan melalui konseling/psikoterapi dan beberapa diantaranya memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi keduanya. Karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi untuk timbulnya gangguan depresif, penatalaksanaan yang komprehensif sangat diperlukan. Jenis terapi bergantung dari diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon terhadap terapi sebelumnya. Gangguan depresif dapat terjadi tanpa disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani sehingga dapat menimbulkan penderitaan yang berat seperti bunuh diri. Mengingat dampak penyakit ini terhadap pasien, upaya pengobatan terhadap depresi menjadi perhatian utama. Dilihat dari tingginya angka penderita dan akibat dari gangguan depresi maka gangguan ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Terapi gangguan depresi memerlukan peran serta individu yang bersangkutan, keluarga maupun praktisi medis dan paramedis yang profesional. Apoteker dengan pelayanan kefarmasiannya dapat berperan serta untuk memberikan konseling yang berkaitan dengan terapi obat yang digunakan, serta monitoring efek samping obat yang dikonsumsi penderita. 1.2 Tujuan Memahami tentang penyakit depresi, penyebab dan pengobatan yang diberikan, agar dapat memberikan informasi dan edukasi yang tepat bagi pasien.

95 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Depresi Gangguan depresif adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya, merupakan suatu perasaan sedih dan putus asa yang menetap atau kehilangan rasa senang. Kadang-kadang hal ini merupakan kelanjutan dari suatu peristiwa yang membuat trauma atau sangat menyedihkan, tapi bisa juga tanpa ada alasan yang jelas (Irawati, R. dan Siste, K. 2010). Gangguan depresif merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresif masuk dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia (kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007). 2.2 Tanda - Tanda dan Gejala Klinis Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun, seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbedabeda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali tidak disadari juga oleh dokter. Tanda gangguan depresif itu adalah : a. Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan mimpi buruk b. Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari 3

96 4 c. Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas d. Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan e. Perasaan malas saat bangun tidur Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran. Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya. Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan. Mereka yang mengalami gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Tanpa terapi tanda dan gejala tak akan membaik selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun. Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya, dipengaruhi juga oleh beratnya gejala. Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan dan perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan. Kebanyakan gejala dikarenakan mereka mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait dengan gangguan depresifnya. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2007). Manifestasi klinis depresi antara lain (Prof.Dr Elin Yulinah Sukandar, Apt., Dr Retnosari Andradjati., dkk, 2008) : a. Gejala emosional meliputi berkurangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan, kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasa dilakukan, kesedihan, kelihatan pesimis, sering menangis, putus harapan, ansietas (dijumpai pada hampir 90 % pasien depresi rawat jalan), perasaan bersalah, dan tanda-tanda psikosis (misalnya : halusinasi mendengar sesuatu, delusi). b. Gejala fisik meliputi keletihan, kesakitan (terutama sakit kepala), gangguan tidur, gangguan nafsu makan (menurun atau meningkat), kehilangan minat sexual, keluhan mengenai saluran cerna dan kardiovaskular (terutama palpitasi).

97 5 c. Gejala intelektual atau kognitif meliputi penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi atau keterlambatan proses berfikir, ingatan yang lemah terhadap kejadian yang baru terjadi, kebingungan dan ketidakyakinan. d. Gangguan psikomotor meliputi : retardasi psikomotor (perlambatan gerakan fisik, proses berpikir, dan berbicara) atau agitasi psikomotor. 2.3 Klasifikasi Depresi Klasifikasi sederhana depresi adalah sebagai berikut (Bagian Farmakologi FKUI, 1995) : a. Depresi reaktif/ sekunder Paling umum dijumpai sebagai respon terhadap penyebab nyata, misalnya : penyakit dan kesedihan. Dulu dikenal sebagai depresi eksogen. b. Depresi endogen Merupakan gangguan biokimia yang ditentukan secara genetic, bermanifestasi sebagai ketidakmampuan untuk mengatasi stress yang biasa. c. Depresi yang berhubungan dengan gangguan efektif bipolar Depresi dan mania yang terjadi secara bergantian. Terdapat dua kelainan pada depresi Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4 th ed., text revision (DSM-IV-TR) yaitu kelainan depresi mayor dan kelainan distimik ( Katzung, 1998 ) Kelainan Depresi Mayor Kelainan depresi mayor adalah gangguan perasaan hati yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih gejala episode gangguan depresi seperti perasaan tertekan, kehilangan ketertarikan atau kenyamanan, insomnia, agitasi psikomotor, fatigue, dan kehilangan konsentrasi untuk berfikir tanpa riwayat mania, gabungan depresi-mania, atau hipomania. Jika terjadi dalam tempo waktu yang lama depresi mayor dapat berlanjut hingga mengganggu fungsi sosial dan kehidupan sehari-hari pasien.

98 Kelainan Distimik Kelainan distimik adalah gangguan suasana hati (mood) kronis yang melibatkan depresi suasana hati dan sekurangnya dua gejala yang lain, dan kelainan ini pada umumnya lebih ringan di bandingkan kelainan depresi mayor. Kelainan distimik ditandai dengan perasaan tertekan, ketiadaan kesenangan atau kenikmatan hidup yang berlangsung terus menerus. 2.4 Teori Patofisiologi Depresi : 1998) : Patofisiologi depresi dapat dijelaskan dalam beberapa teori ( Katzung, Hipotesis amina biogenik Patofisiologi depresi dapat dijelaskan dalam beberapa teori. Teori amina biogenik menyatakan bahwa depresi disebabkan karena penurunan jumlah neurotransmitter norepinefrin (NE), serotonin (5-HT), dan dopamine (DA) dalam otak. Oleh karena itu, depresi dapat dikurangi oleh obat yang dapat meningkatkan kesediaan serotonin dan noradrenalin misalnya MAO inhibitor atau antidepresan trisiklik. Namun teori ini tidak dapat menjelaskan fakta mengapa onset obat-obat antidepresan umumnya lama (lebih dari empat minggu setelah pemberian dosis), padahal obat-obat tadi bisa meningkatkan ketersediaan neurotransmiter secara cepat. Kemudian munculah hipotesis sensitivitas reseptor Perubahan post-sinaptik pada sensitivitas reseptor Hipotesis sensitivitas reseptor menjelaskan bahwa depresi merupakan hasil perubahan perubahan sensitivitas reseptor norepinefrin (NE) dan serotonin (5- HT2) yang diakibatkan oleh terlalu kecilnya stimulasi oleh monoamin. Syaraf post-sinapsis akan berespon sebagai kompensasi terhadap besar kecilnya stimulasi oleh neurotransmiter. Jika stimulasi terlalu kecil maka saraf akan menjadi lebih sensitif (supersensitivity) atau jumlah reseptor akan meningkat (upregultion). Jika terjadi stimulasi yang berlebihan saraf akan menjadi kurang sensitif (desentivity) atau jumlah reseptor akan berkurang (downregulation). Obat-obat antidepresan umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter sehingga meningkatkan

99 7 stimulasi saraf dan menormalkan kembali saraf yang supersensitif. Proses ini membutuhkan waktu sehingga hal ini dapat menjelaskan mengapa aksi obat antidepresan tidak terjadi secara segera Hipotesis permisif Hipotesis permisif memberikan gambaran bahwa kontrol emosi diperoleh dari keseimbangan antara serotonin (5-HT) dan norepinefrin (NE). Serotonin (5- HT) mempunyai fungsi regulasi terhadap norepinefrin (NE) sehingga dapat menentukan kondisi emosi apakah terjadi depresi atau manik. Teori ini mempostulatkan bahwa serotonin (5-HT) yang rendah dapat menyebabkan kadar norepinefrin (NE) menjadi tidak normal yang dapat menyebabkan gangguan mood. Jika kadar norepinefrin (NE) rendah akan terjadi depresi, dan jika kadarnya tinggi akan terjadi mania. Menurut hipotesis ini, meningkatkan kadar serotonin (5- HT) akan memperbaiki kondisi sehingga tidak muncul bakat gangguan mood Hipotesis deregulasi Hipotesis deregulasi menjelaskan bahwa gangguan depresi dan psikriatik disebabkan oleh ketidakteraturan neurotransmiter, yaitu kegagalan regulasi homeostatik pada sistem neurotransmitter, dibandingkan peningkatan atau penurunan absolute aktivitas neurotransmitter itu sendiri Peranan dopamin Peningkatan neurotransmisi DA dalam nucleus accumbens kemungkinan terkait dengan mekanisme antidepresan. 2.5 Terapi Farmakologi Obat anti depresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan fisik (WHO, 2011). Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktivitas pasien. Pada keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh

100 8 diri, suatu kejadian fatal yang dewasa ini semakin sering terjadi. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan, bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan berkurangnya keinginan untuk bunuh diri. Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif : a. Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala b. Fase kelanjutan untuk mencegah relaps c. Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren Di pelayanan kesehatan primer, obat anti depresan yang tersedia biasanya golongan trisiklik. Meskipun antidepresan trisiklik sampai saat ini merupakan obat antidepresan yang paling banyak digunakan, tetapi penggunaannya masih belum optimal karena kemampuan diagnostik dari pelayanan kesehatan primer belum ditingkatkan juga belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil penelitian ternyata dosis yang digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya, efek terapi yang ingin dihasilkan tidak tercapai. Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam mengobati depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada malam hari, dan melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping yang mengganggu sedikit banyak akan dapat diatasi. Penggolongan Obat Antidepresi sebagai berikut: a. Golongan trisiklik: imipramin, amitriptilin b. Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga): amoksapin, maprotilin, trazodon, bupropion, venlafaksin, mirtazapin, nefazodon c. Golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRIs): Fluoksetin, paroksetin, setralin, fluvoksamin, sitalopram d. Penghambat MAO: Isokarboksazid, fenelzin e. Golongan serotonin norepinephrin reuptake inhibitor (SNRI): Venlafaksin

101 Inhibitor reuptake serotonin yang selektif (SSRI) Selectif Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) merupakan golongan obat yang secara spesifik menghambat ambilan kembali 5-HT oleh neuron presinaptik. SSRI dapat diberikan kepada pasien depresi yang tidak berespon terhadap Antidepresan trisiklik, dan juga sebaliknya. Kejadian efek samping kardiovaskuler, sedasi dan antikolinergik pada pemberian SSRI dilaporkan lebih sedikit dibandingkan anti depresan trisiklik, selain itu SSRI tidak terkait dengan penambahan berat badan. Efek samping utama dari SSRI ialah mual, muntah, diare, dan disfungsi seksual. Sakit kepala, insomnia dan keletihan juga seringkali dilaporkan. SSRI seringkali dijadikan pilihan pertama antidepresan untuk pasien usia lanjut. Hal ini memungkinkan pasien untuk terhindar dari efek samping yang umum terjadi dengan pemberian antidepresan trisiklik ( Katzung, 1998 ) Penghambat ambilan serotonin/norepinefrin Antidepresan golongan Serotonin/Norepinefrin Reuptake Inhibitor (SNRI) merupakan penghambat ambilan NE yang poten dan penghambat ambilan DA yang lemah, tidak menimbulkan efek konduksi jantung sebagaimana yang ditimbulkan oleh antidepresan trisiklik. Aksi ganda antidepresan ini mempunyai efikasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan SSRI dan TCA dalam mengatasi remisi pada depresi yang parah. Beberapa efek samping yang umum terjadi karena pemakaian obat jenis ini adalah kenaikan berat badan, mulut kering dan konstipasi ( Katzung, 1998 ) Aminoketon Antidepresan golongan aminoketon tidak memiliki efek yang cukup besar dalam reuptake norepinefrin dan serotonin. Satu-satunya antidepresan aminoketon yang dipasarkan adalah bupropion, mempunyai mekanisme aksi obat yang unik. Bupropion tidak memiliki efek yang cukup besar dalam reuptake norepinefrin dan serotonin. Bupropion diduga bekerja pengeblokan ambilan dopamine. Bupoprion juga mengeblok norepinefrin, namun efek pengeblokan ini lebih poten pada reuptake dopamin. Bupropion digunakan sebagai terapi alternatif atau sebagai terapi tambahan pada pasien yang tidak berespon terhadap SSRI. Kejadian kejang

102 10 pada pemberian buprion tergantung pada dosis, dan dapat meningkat dengan adanya faktor pendukung seperti riwayat trauma kepala atau tumor pada sistem saraf pusat ( Katzung, 1998 ) Triazolopiridin Antidepresan triazolopiridin, contohnya trazodon dan nefazodon mempunyai aksi ganda terhadap saraf-saraf serotonergik yaitu sebagai antagonis 5-HT2 dan sebagai penghambat ambilan kembali 5-HT. Trazodon digunakan sebagai antidepresan yang dipakai untuk efek samping sekunder (misalnya, pusing dan sedasi) dan peningkatan availabilitas alternatif yang lebih ditoleransi. Efek samping terkait dosis yang sering terjadi dari obat golongan ini ialah sedasi, pusing, dan hipotensi ortostatik. Trazodon dan nefazodon menyebabkan efek antikolinergik dan gastrointestinal yang minimal. Nefazodon sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang menderita penyakit hati yang aktif atau pada pasien dengan peningkatan serum transaminase dari nilai awal (baseline) ( Katzung, 1998 ) Tetrasiklik Antidepresan golongan tetrasiklik contohnya mirtazapin dan maprotilin. Mirtazapin bekerja dengan meningkatkan aktivitas noradrenergik dan serotonergik sentral melalui efek antagonis terhadap autoreseptor dan heteroreseptor adrenergic α 2 presinaptik sentral. Maprotilin bekerja sebagai inhibitor reuptake norepinefrin dengan efek penghambatan yang lemah terhadap reuptake serotonin. Gabungan efek antidepresan dan antipsikosis membuat obat ini cocok bagi pasien psikosis dengan depresi. Obat ini juga menunjukkan efek sedasi dan antimuskarinik seperti antidepresan trisiklik. Maprotilin dapat menyebabkan kejang dengan angka kejadian yang lebih tinggi dibandingkan antidepresan trisiklik pada umumnya dan dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat kejang ( Katzung, 1998 ).

103 Antidepresan trisiklik Antidepresan trisiklik bekerja dengan menghambat ambilan kembali 5- HT/NE secara tidak selektif. Antidepresan ini efektif dalam mengatasi semua sub tipe depresi, terutama sub tipe melankolik berat. Efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh antidepresan trisiklik yaitu sedasi, mulut kering, konstipasi, pandangan buram, retensi urin, takikardi, gangguan memori. Hipotensi ortostatik dan sinkop merupakan efek samping yang serius dan umum terjadi sebagai akibat efek antagonis pada α 1 -adrenergik. Efek samping lain meliputi keterlambatan konduksi jantung dan blok jantung, terutama pada pasien dengan riwayat gangguan konduksi, peningkatan berat badan, keringat berlebihan dan disfungsi seksual. Penghentian antidepresan trisiklik, terutama dengan dosis tinggi secara mendadak dapat mengakibatkan kemunculan kembali gejala kolinergik seperti pusing, mual, diare, insomnia (Dipiro, et al. 2005) Dibenzoksazepin Antidepresan dibenzoksazepin contohnya amoxapin bekerja dengan menghambat ambilan NE dengan efek yang lebih kecil terhadap ambilan 5 HT. Amoxapin merupakan metabolit hasil demetilasi dari loksapin, dan pemberiannya dapat terkait dengan efek samping ekstrapiramidal sebagai akibat efek pengeblokan reseptor DA post sinaptik ( Dipiro, et al, 2005 ) Penghambat MAO Penghambat MAO bekerja dengan meningkatkan konsentrasi NE, 5-HT, dan DA dalam sinaps neuron melalui penghambatan system enzim monoamine oksidase. Mono Amine Oxidase Inhibitor (MAOI) merupakan suatu sistem enzim kompleks yang terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. Efek samping dari golongan MAO Inhibitor yang sering muncul yaitu hipotensi postural. Efek samping ini lebih sering muncul pada penggunaan fenelzin dan tranilsipromin. Hipotensi ini dapat diminimalisir dengan pemberian dosis terbagi. Efek antikolinergik berupa mulut kering dan konstipasi, efek samping ini sering terjadi

104 12 namun lebih ringan daripada yang disebabkan oleh antidepresan trisiklik (Katzung, 1998). Secara umum MAOI dibatasi penggunaannya bagi pasien yang tidak memberikan respon pada pengobatan antidepresan lainnya karena MAOI berpotensi menimbulkan efek samping yang serius dan penggunaannya membutuhkan pembatasan konsumsi makanan tertentu. Pada penggunaan MAOI bersamaan dengan makanan, perlu diperhatikan pola makan pasien. Pasien diperingatkan untuk tidak memakan makanan dengan kandungan tiramin tinggi karena dapat terjadi krisis hipertensi. Contoh makanan dengan kandungan tiramin tinggi yaitu keju, yogurt, hati sapi atau ayam, anggur merah, buah seperti pisang, alpukat, coklat, ginseng, kafein ( Katzung, 1998 ). Selain itu pada penggunaan MAOI jangan diberikan bersamaa dengan obat-obat seperti fenilpropanolamin, amfetamin, norepinefrin, dopamine, obat antihipertensi dan levodopa ( Bagian Farmakologi FKUI, 1995 ). 2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pasien gangguan mood harus diarahkan kepada beberapa tujuan. Pertama, keselamatan pasien harus terjamin. Kedua, kelengkapan evaluasi diagnostic pasien harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien kedepan juga harus diperhatikan. Walaupun penatalaksanaan farmakoterapi dan psikoterapi harus dipikirkan untuk pasien, peristiwa kehidupan yang penuh ketegangan dapat meningkatkan angka kekambuhan pasien dengan gangguan mood. Selanjutnya melalui terapi harus dapat menurunkan banyaknya stressor berat dalam kehidupan pasien. Remisi penuh akan dialami pasien dalam waktu 4 bulan dengan pengobatan yang adekuat. Rawat inap dibutuhkan untuk prosedur diagnostik, mencegah risiko bunuh diri dan melakukan pembunuhan, dan untuk membantu mencukupi asupan makanan dan tempat perlindungan. Riwayat gejala berulang dan hilangnya sistem dukungan kepada pasien juga merupakan indikasi rawat inap. Terapi keluarga walaupun tidak umum digunakan sebagai terapi primer tetapi secara klinis terbukti membantu pasien gangguan mood untuk menghadapi stres dan mengurangi adanya kekambuhan. Terapi keluarga diindikasikan untuk

105 13 gangguan yang membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan mood didasari atau dapat ditangani oleh situasi keluarga. Pasien dengan gangguan depresi mempunyai angka yang tinggi untuk perceraian, dan sekitar 50 persen pasangan dilaporkan tidak akan menikah atau punya anak jika mereka tahu pasien mempunyai gangguan mood (Irawati, R. dan Siste, K. 2010). Tabel 2.1 Klasifikasi obat antidepresan Golongan Nama Generik Rentang Dosis Lazim Nama Dewasa (mg/hari) Dagang Selectif Serotonin Sitalopram Reuptake Inhibitor (SSRI) Escitalopram Cipralex Fluoksetin Ansi, Antiprestin Courage zactin Fluvoksamin Luvox Paroksetin Seroxat Sertralin Antipres Zoloft zerlin Penghambat ambilan Venlafaksin Efexor XR serotonin/norepinefrin Aminoketon Buprion Triazolopiridin Nefazodon Trazodon Trazone Tetrasiklik Maprotilin Ludimoil Mirtazapin Remeron Trisiklik Amitriptilin Trilin Klomipramin Anafranil Doksepin Imipramin Tofranil

106 14 Tabel 2.1 Klasifikasi obat antidepresan (lanjutan) Trimipramin Desipramin Nortriptilin Pamelor Protriptilin Dibenzoksazepin Amoksapin Asendin Penghambat MAOI Fenelzin Tranilsipromin Tabel 2.2. Algoritma penatalaksanaan penyakit depresi (Dipiro, et al. 2005)

107 15 BAB 3 ANALISIS RESEP DEPRESI 3.1 Resep Penyakit Depresi Tabel 3.1 Contoh resep untuk pasien depresi Dokter : dr. Lenny Ergina Gustaman, Sp.KJ R/ Kalxetin 20 mg Tanggal : 21 Desember 2011 Abilify Folic acid 2 mg 5 mg mf. da in caps dtd no. XIV S Pro : Aditya Putra / 16 thn Keterangan: Tabel 3.1 merupakan salinan dari resep asli yang dapat dilihat pada lampiran Monografi Komposisi Resep Kalxetin a. Komposisi Fluoxetine HCI b. Golongan Antidepresan, Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) c. Mekanisme kerja Menghambat ambilan kembali (reuptake) 5-HT/serotonin yang sangat efektif dan poten. d. Indikasi Pengobatan depresi atau gangguan depresi mayor, gangguan obsesifkompulsif / obsessive-compulsive disorders (OCD), bulimia nervosa (BN), gangguan dysphoric pramenstruasi / premenstrual dysphoric disorders (PMDD). 15

108 16 e. Dosis Dosis awal: mg per hari. Rentang dosis lazim mg per-hari. Dosis diatas 20 mg harus diberikan secara terpisah, dua kali sehari. f. Kontra indikasi Penggunaan bersama obat MAOI (Mono-Amin Oksidase Inhibitor), gagal ginjal berat, epilepsi tidak stabil. g. Interaksi Obat Fluoxetine-MAOI: dapat terjadi sindrom serotonin, termasuk rangsangan terhadap SSP, peningkatan tonus otot, menggigil, mioklonus dan kesadaran yang berubah. Fluoxetine-diazepam: meningkatkan efek farmakologi benzodiazepine. Fluoxetine-triptofan: toksisitas pada SSP dan perifer. Fluoxetine-fenitoin: Kadar plasma fenitoin ditingkatkan oleh fluoxetine. Fluoxetine Propranolol: dapat memperparah terjadinya bradikaria apabila digunakan bersamaan. (Drug interaction facts, Tatro. David S, 2000) h. Efek Samping Kecemasan, kegelisahan, insomnia, mengantuk & kelelahan atau asthenia, tremor, berkeringat, anoreksia, mual, diare, pusing atau ringan, menggigil, peningkatan nafsu makan, kehilangan berat, mimpi abnormal & agitasi, bronkitis, rinitis. i. Perhatian Penderita epilepsi terkontrol, infarkd miokard, dan gangguan fungsi ginjal dan hati Abilify a. Komposisi Tiap tablet mengandung Aripiprazole 10 mg atau 15 mg. b. Golongan Atypical antipsychotic. c. Indikasi Skizofrenia akut dan gangguan bipolar. Pemeliharaan untuk skizofrenia akut dan gangguan bipolar untuk anak-anak, remaja dan dewasa. Ajuvan terapi untuk gangguan depresi berat.

109 17 d. Dosis Dosis pemeliharaan untuk skizofrenia akut dan gangguan bipolar adalah 10 atau 15 mg sekali sehari. Maksimum 30 mg per-hari. Ajuvan terapi untuk gangguan depresi berat, dosis awal: 2-5 mg per-hari. Maksimum 15 mg perhari. e. Kontra indikasi Hipersensitif terhadap Aripiprazole. f. Interaksi Obat Aripiprazole-Carbamazepine: Peningkatan clearance dan penurunan kadar Aripiprazole dalam darah yang diinduksi oleh enzim CYP3A4. Menghambat eliminasi dan peningkatan kadar Aripiprazole darah yang diinduksi oleh CYP3A4 inhibitor misalnya ketokonazol & CYP2D6 inhibitor misalnya quinidine, fluoxetine atau paroxetine. Fenitoin mungkin dapat menurunkan kadar plasma Aripiprazole. g. Efek Samping Sakit kepala, mual, muntah, konstipasi, ansietas, insomnia, kepala terasa ringan, somnolen, akatisia. h. Perhatian Kurangi dosis atau hentikan terapi jika terjadi gejala diskinesia tardiv. Hentikan terapi jika sindroma neuroleptik maligna. Riwayat kejang. Hamil dan laktasi. Jangan mengemudi atau menjalankan mesin Folic Acid a. Komposisi Tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung Asam Folat 1mg, 4 mg, 5 mg, 10 mg dan 20 mg. b. Indikasi Untuk pengobatan defisiensi Asam Folat. c. Dosis Terapi awal pada defisiensi folat tanpa komplikasi dimulai dengan 0,5 mg-1 mg per-hari secara oral selama 10 hari. Dosis pemeliharaan 0,1 0,5 mg sehari.

110 18 d. Kontra indikasi Pengobatan anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya dimana vitamin B12 tidak efektif. e. Interaksi Obat Asam aminosalisilat: penurunan kadar folat serum dapat terjadi selama penggunaan secara bersamaan. Kontrasepsi oral: dapat mempengaruhi metabolism folat dan menyebabkan kekurangan folat, tetapi efeknya ringan dan tidak menyebabkan anemia atau perubahan megaloblastik. Dihydrofolate reductase inhibitor (contoh: metotreksat, trimetoprim) dapat mempengaruhi absorbsi dan penyimpanan folat. Sulfasalazin: terjadi tanda-tanda defisiensi folat. Fenitoin: menurunkan kadar folat dalam serum. f. Efek Samping Asam folat relative tidak toksik terhadap manusia. Efek samping yang umum terjadi adalah perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, aktivitas berlebih, depresi mental, anoreksia, mual-mual, distensi abdominal, dan flatulensi. g. Perhatian Jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa Addison dan penyakit defisiensi vitamin B12 lainnya karena dapat menimbulkan degenerasi majemuk dari medulla spinalis. Jangan digunakan untuk penyakit ganas kecuali anemia megaloblastik karena defisiensi folat merupakan komplikasi penting.

111 19 BAB 4 PEMBAHASAN Resep atau instruksi pengobatan yang jelas merupakan faktor sangat penting dalam keberhasilan terapi bagi pasien. Menurut keputusan Menteri Kesehatan No /MENKES/SK/IX/2004, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep. Dalam resep harus memuat : 1). Nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, dokter gigi dan dokter hewan, 2). Tanggal penulisan resep (inscriptio), 3). Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Namun setiap obat atau komposisi obat (invocatio), 4). Aturan pemakaian obat yang tertulis (signature), 5). Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang - undangan yang berlaku (subscriptio), 6). Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan, 7). Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal. Apoteker wajib melakukan screening resep terlebih dahulu, sebelum melakukan peracikan dan dispensing obat kepada pasien. Resep yang dikaji oleh penulis merupakan resep yang berasal dari dokter spesialis kejiwaan. Contoh resep dapat dilihat pada lampiran 1. Setelah melakukan pengkajian resep dan menemukan bahwa resep tersebut lengkap dan ditulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh resep dapat dilihat pada lampiran. Namun ada suatu kejanggalan dalam hal penulisan resep tersebut, yaitu aturan pemakaian obat atau signature. Pada aturan pemakaian atau signature, penulis resep tidak menulisnya dengan kaidah-kaidah penulisan resep yang baku, tetapi menulis signature mungkin dengan kaidah kesepakatan yang telah berlaku lama di komunitas kedokteran. Namun dalam hal ini farmasis atau apoteker telah mengerti petunjuk yang telah dokter berikan. Penulisan signature yang dimaksud dalam resep ini adalah S yang berarti obat diminum satu kali sehari pada malam hari. 19

112 20 Resep tersebut mengandung tiga komposisi obat yang digabung dan digerus menjadi satu kemudian dimasukkan ke dalam kapsul. Perintah dokter tersebut yaitu mf.da in caps dtd no. XIV, yang berarti seluruh komposisi obat dicampur dan dibuatkan sebanyak 14 kapsul. Masing-masing kapsul berisi Kalxetin 20 mg, Abilify 2 mg, dan Folic Acid 5 mg. Sehingga perhitungan untuk meracik obat tersebut dibutuhkan 14 kapsul Kalxetin sediaan 20 mg, 28 mg Abilify atau kurang lebih 1+3/4 tablet Abilify sediaan 15 mg per-tablet, dan 14 tablet Folic Acid dalam bentuk sediaan 5 mg per-tablet. Obat tersebut digerus secara bersama-sama kemudian dibagi dan dimasukkan ke dalam 14 kapsul. Komposisi pertama adalah Kalxetin yang berisi zat aktif Fluoxetine HCl. Fluoxetine HCl merupakan obat antidepresan golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI). Fluoxetine merupakan satu-satunya obat antidepresan yang disetujui oleh FDA untuk terapi depresi pada pasien usia kurang dari 18 tahun. Pemilihan Fluoxetine sangat tepat pada pasien ini, karena pasien tersebut masih berumur 16 tahun. Komposisi kedua adalah Abilify yang berisi zat aktif Aripiprazole. Penambahan obat ini merupakan terapi Ajuvan untuk pasien yang menderita depresi berat. Namun dosis yang diberikan masih dalam batas terapi yang wajar, karena dosis awal yang dianjurkan adalah 2-5 mg per-hari. Pemberian Aripiprazole secara bersamaan dengan fluoxetine dapat menyebabkan terjadinya interaksi obat. Hal ini dapat menghambat eliminasi dan peningkatan kadar Aripiprazole darah yang diinduksi oleh CYP2D6 inhibitor yaitu Fluoxetine. Bila terjadi penghambatan eliminasi dan peningkatan kadar Aripiprazole dalam darah, akan menyebabkan toksisitas dan peningkatan efek samping Aripiprazole. Bila diteliti lebih dalam, dokter memberikan dosis terendah yaitu sebesar 2 mg, untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar Aripiprazole dalam darah, sehingga efek samping yang timbul tidak meningkat secara signifikan. Komposisi ketiga adalah asam folat, dimana asam folat diberikan secara bersamaan Fluoxetine dalam satu racikan yang dimasukkan ke dalam kapsul. Telah diketahui sebelumnya bahwa rendahnya kadar asam folat dalam tubuh menyebabkan respon Fluoxetine yang tidak adekuat dalam pengobatan depresi. Pemberian asam folat bersamaan dengan Fluoxetine bertujuan untuk meningkatkan potensi aktivitas Fluoxetine dalam pengobatan depresi agar pengobatan dapat dilakukan secara efektif.

113 21 Seorang apoteker harus memberikan informasi obat yang jelas dan dapat dimengerti oleh pasien. Bila dilihat dari resep tersebut, pasien tersebut memiliki penyakit depresi yang berat. Apoteker harus memberikan informasi tentang pengobatan terhadap penyakit pasien tersebut secara jelas agar pengobatan penyakit pasien tersebut dapat dilakukan secara efektif. Pengobatan untuk penyakit depresi merupakan pengobatan yang berkelanjutan dan tidak boleh dihentikan kecuali atas petunjuk dokter. Pemberian informasi atau konseling ini dapat dilakukan kepada keluarga yang merawat pasien, agar informasi yang diberikan dapat diterima secara utuh untuk kesembuhan pasien. Karena pasien dengan penyakit depresi umumnya mengalami gangguan konsentrasi dalam menerima informasi. Secara umum terapi dengan obat-obatan dapat membantu kesembuhan pasien depresi. Tetapi hal yang sangat penting untuk dilakukan untuk kesembuhan pasien adalah dukungan dan motivasi dari keluarga terhadap pasien depresi. Informasi obat yang dapat disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien diantaranya adalah obat tersebut diminum satu kali sehari satu kapsul pada malam hari, obat harus dihabiskan, obat ini digunakan untuk empat belas hari. Jangan berhenti minum obat kecuali bila dianjurkan oleh dokter. Setelah obat habis segera mengunjungi dokter yang merawat untuk mengetahui perkembangan dari pengobatan yang telah dilakukan. Beberapa efek samping yang terjadi pada pasien adalah sakit kepala, mual, dan sulit tidur. Namun ada juga pasien yang mengalami efek samping mengantuk atau pusing. Bila mengantuk atau pusing sebaiknya jangan mengemudikan kendaraan dan menjalankan mesin. Efek samping yang sangat jarang terjadi adalah timbulnya kemerahan pada kulit. Bila mengalami efek samping ini sebaiknya menghubungi dokter. Beberapa obat dapat bereaksi dengan obat ini, dan apabila pasien ingin membeli dan mngkonsumsi obat lain seperti suplemen atau obat bebas/otc sebaiknya berkonsultasi dengan apoteker atau dokter.

114 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Pengobatan yang diberikan kepada pasien tersebut sudah tepat dengan meresepkan Kalxetin (Fluoxetine HCl) 20 mg, Abilify (Aripiprazole) 2 mg, dan Folic Acid 5 mg. b. Kombinasi antara Kalxetin (Fluoxetine HCl) 20 mg, Abilify (Aripiprazole) 2 mg mungkin terdapat Drug Related Problem (DRP) yaitu berpotensi meningkatkan toksisitas dari Aripiprazole. Tetapi dokter memberikan Aripiprazole dengan dosis terendah untuk mencegah terjadinya interaksi obat yang merugikan pasien. Namun harus dilakukan pemantauan pengobatan yang diberikan kepada pasien untuk mencegah efek samping yang lebih berat. 5.2 Saran Apoteker harus memberikan informasi dan konseling yang jelas tentang pengobatan yang diterima oleh pasien. Apoteker dapat memberikan konseling kepada pasien atau keluarga pasien yang merawatnya. Apoteker memberikan penjelasan terhadap pentingnya peran keluarga dalam memotivasi pasien untuk kesembuhan penyakit depresi yang diderita pasien. 22

115 DAFTAR REFERENSI Adnyana, Ketut., et al ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan. Abou-Saleh MT, Coppen A Folic Acid and The Treatment of Depression. Bagian Farmakologi FKUI Farmakologi dan Terapi (Edisi 4). Jakarta : Gaya Baru. Dipiro, et al Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc. Drug Interaction Facts San Carlos: Wolters Kluwer. Drug Facts and Comparison St. Louis: Wolters Kluwer. Irawati, R. dan Siste, K Buku ajar psikiatri: Gangguan Depresi. Falkutas Kedokteran : Jakarta. Katzung, B. G Farmakologi Dasar dan Klinik (Edisi 6.). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pharmaceutical Care untu Penderita Gangguan Depresi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktur Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Mental Health : Depression. 20 September World Health Organization., Mischoulon D, Raab MF The Role of Folate in Depression and Dementia. 23

116 LAMPIRAN

117 Lampiran 1. Contoh Resep Untuk Pasien Depresi 24

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. APOTEK Apotek adalah tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 03 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO.2 DEPOK PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 KEJAYAAN DEPOK JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK PERIODE 3-30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO. 1 JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO. 1 JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO. 1 JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker (Presiden RI, 2009). Praktik kefarmasian meliputi pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan FARMASI PERAPOTIKAN syofyan Kronologis Pengaturan apotik telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda berdasarkan Het Reglement op de Dienst der Volksgezoindheid disingkat Reglement DVG (Stbld. 1882 No.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA PELENGKAP NO. 1 RSCM JL. DIPONEGORO NO. 71, JAKARTA PUSAT, DKI JAKARTA PERIODE 1 MEI - 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI 2015 24 AGUSTUS 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEFRI PRASETYO, S.Farm. 2448715123 PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci