UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm ( ) ANGKATAN LXXII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI - PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2011

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker NUR HASMAWATI, S.Farm ( ) ANGKATAN LXXII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI - PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2011

3 ii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha esa, atas karunia a-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh gelar Apoteker di Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Azizahwati, M. S., Apt., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA dan memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama PKPA dan penyusunan laporan PKPA ini. 2. Ibu Dr. Nelly D Leswara, MSc, Apt., selaku pembimbing II, dari Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta nasehat selama PKPA dan penyusunan laporan ini. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. S., Apt., selaku ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan dan nasihat kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi FMIPA UI. 5. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah memberikan ilmu yang berharga dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis. 6. Karyawan dan karyawati Apotek Keselamatan yang telah memberikan bantuan dan perhatian serta kerjasamanya selama PKPA. 7. Keluarga yang telah memberikan doa dan bantuan moril serta materil sehingga pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dapat berjalan lancar. iv

5 8. Semua rekan-rekan Apoteker angkatan 72 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. 9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2011 v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN... ierror! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Pendirian Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) Sediaan Farmasi Pengelolan Psikotropika Pengelolaan Narkotika Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotik Pencabutan Surat Izin Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Sejarah Apotek Keselamatan Lokasi Tata Ruang Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pelayanan Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Kegiatan administrasi dan Keuangan BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vi

7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Formulir APT-1 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-2 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-3 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemeriksaan Apotek Formulir APT-4 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-5 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-6 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-7 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-8 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Formulir APT-13 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Denah Apotek Keselamatan Surat Pesanan Narkotika Surat Pesanan Psikotropika Surat Pesanan Kartu Stok Barang Salinan Resep Apotek Keselamatan Kwitansi Apotek Keselamatan Etiket Obat Tanda Terima Tukar Faktur vii

8 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai visi Indonesia Sehat 2010, salah satu visinya adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk itu diperlukan perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kefarmasian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, salah satu tempat pelayanan kefarmasian profesi apoteker adalah apotik. Apotek merupakan tempat tertentu, yaitu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Depkes RI, 2004). Apotek sebagai sebuah sarana pelayanan kesehatan berperan menyediakan obat yang bermutu tinggi dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, Apoteker di apotek juga menyediakan pelayanan kefarmasian, yang saat ini telah mengalami perubahan dari yang berorientasi pada obat (product oriented) menjadi berorientasi pasien (patient oriented). Hal ini menuntut Apoteker untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien di apotek, misalnya dengan melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pasien di apotek,seorang Apoteker tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja, tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen karena mengelola sebuah apotek sama halnya dengan mengelola sebuah perusahaan. APA dituntut pengetahuannya untuk dapat menguasai produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja operasional. Apoteker Pengelola Apotek (APA) mempunyai tanggung jawab untuk menyeimbangkan dua fungsi tersebut demi terpeliharanya martabat dan tradisi luhur profesi farmasi. Oleh karena itu, para calon Apoteker perlu memahami tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker di apotek melalui pengalaman bekerja praktek. Selain untuk mengamati langsung keadaan farmasi komunitas/apotek dan membandingkan teori-teori mengenai farmasi komunitas dengan kenyataan yang ada di apotek, calon Apoteker juga perlu 1

9 mengalami kerja praktek di apotek agar ia dapat menemukan pengalaman-pengalaman yang dibutuhkan untuk mampu mengelola perbekalan farmasi komunitas dan menjalankan peranannya sebagai Apoteker yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan suatu apotek Atas dasar pemikiran tersebut, maka Departemen Farmasi UI mewajibkan semua calon Apoteker yang sedang menempuh Program Pendidikan Profesi Apoteker untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. Salah satu apotek yang menjadi tempat pelaksanaan PKPA tersebut ialah Apotek Keselamatan yang beralamat di jalan keselamatan no. 27, Manggarai Jakarta Selatan. Melalui PKPA di Apotek Keselamatan tersebut diharapkan calon Apoteker akan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang farmasi komunitas. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan bertujuan agar calon Apoteker: a. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker di apotek. b. Mempelajari cara pengelolaan apotek dalam kegiatan administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan, dan pelayanan dalam memberikan pelayanan kesehatan di apotek. c. Mempraktekkan pelayanan kefarmasian di apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. 1

10 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1. Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Kepmenkes No.1027 tahun 2004, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pekerjaan kefarmasian yang dimaksud di atas adalah pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat; pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya dan pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi. Apotek dapat diselenggarakan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA), yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, apotek perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin (Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Farmasi) Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. 3

11 4 b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata Persyaratan Pendirian Apotek (Kepmenkes RI, No.1332, 2002) Untuk mengajukan permohonan izin pendirian Apotek perlu dipenuhi dua macam persyaratan, yaitu persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan persyaratan Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (Permenkes No 922, 1993) Berdasarkan Permenkes Nomor 922 Tahun 1993 Pasal 5 untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai Apoteker. c. Memiliki Surat izin Kerja dari Menteri. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya, sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu Perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain Persyaratan Apotek (Permenkes No 922, 1993) Berdasarkan Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Farmasi, persyaratan Apotek adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

12 5 2. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar sediaan farmasi Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah Apotek: 1. Lokasi dan Tempat Jarak antar apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk dan kemampuan daya beli penduduk disekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan serta mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan umum maupun pribadi. 2. Bangunan Persyaratan yang harus dipenuhi adalah bangunan apotek dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta menjaga mutu perbekalan farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang APA, ruang penyimpanan obat, tempat pencucian alat dan jamban (WC). Bangunan Apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup untuk menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek dengan baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik, papan nama apotek. Berdasarkan Kepmenkes No tahun 2002 disebutkan bahwa papan nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, tebal 5 cm. Selain itu, menurut Kepmenkes No. 278 tahun 1981 tentang persyaratan apotek, disebutkan bahwa papan nama harus memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat dan nomor telepon apotek. 3. Perlengkapan Apotek Perlengkapan yang harus tersedia di Apotek adalah :

13 6 a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, dan gelas ukur, Erlenmeyer, dan beaker. b. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. c. Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas. d. Tempat penyimpanan khusus Narkotika, Psikotropika, obat keras, dan obat OTC (Over the Counter). e. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, faktur, kwitansi, dan salinan resep. f. Kumpulan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. g. Buku standar Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat (ISO) dan lain-lain Tata Cara Perizinan Apotek (Permenkes RI No. 922, 1993 dan Kepmenkes RI, No.1332, 2002) Izin apotek pada tempat tertentu diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA). Izin Apotek berlaku untuk seterusnya selama Apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan. Ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek adalah sebagai berikut: 1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1 yang dapat dilihat pada lampiran Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apoteker melakukan kegiatan. Formulir APT-2 dapat dilihat pada lampiran Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

14 7 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3 yang dapat dilihat pada lampiran Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan formulir APT-4 yang dapat dilihat pada lampiran Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagimana di maksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan formulir APT-5 yang dapat dilihat pada lampiran Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terdapat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan surat penundaan dengan menggunakan formulir APT-6 yang dapat dilihat pada lampiran Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 (enam), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan. 8. Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib di dasarkan atas perjanjian kerjasama antara Apoteker dan Pemilik Sarana. 9. Pemilik Sarana yang dimaksud (8) harus memenuhi persyaratan tak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. 10. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT-7 yang dapat dilihat pada lampiran 7.

15 8 Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA), maka: 1. Pengguna sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik Sarana Apotek (PSA). 2. Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 3. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan persyaratan apotek atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan maka Dinas Kesehatan dalam jangka waktu 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya Pengelolaan Apotek Segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memenuhi tugas dan fungsi pelayanan Apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi yang meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang meterial dan bidang lain yang berhubungan dengan Apotek. Pengelolaan Apotek meliputi : 1. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi : a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lain dan kepada masyarakat. b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.

16 Pelayanan Apotek (Permenkes RI No. 922, 1993) Menurut Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993, pelayanan Apotek meliputi : 1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya dilakukan atas tanggung-jawab APA sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. 2. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. 3. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. 4. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dan membuat berita acara. Pemusnahan yang dilakukan dengan cara lain, ditetapkan Kepala Badan POM. 5. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang tepat. 6. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat. 7. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan di atas resep. 8. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker 9. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun. 10. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lainnya yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

17 APA, Apoteker pendamping atau Apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep dokter yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib apotek (DOWA), yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 12. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). 13. AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan resep, promosi dan edukasi, dan pelayanan residensial (home care) merupakan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Pelayanan Resep Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi : a. Persyaratan administrasi meliputi nama, SIP, dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, dosis, jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi lainnya b. Kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian. c. Pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan Penyiapan obat, meliputi: a. Peracikan Kegiatan ini berupa penyiapan, penimbangan, pencampuran, pengemasan dan pemberian etiket pada wadah, yang dalam pelaksanaannya harus

18 11 dibuat prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. b. Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c. Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapih dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. d. Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. e. Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f. Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. g. Monitoring penggunaan obat Setelah dilakukan penyerahan obat, pemberian informasi obat, dan konseling kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

19 Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain Pelayanan Residensial (home care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA) Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di Apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

20 13 Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di Apotek diwajibkan untuk: a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien Sediaan Farmasi Berdasarkan keamanannya, obat dapat digolongkan menjadi : Obat Bebas Obat golongan bebas adalah obat yang penggunaannya dapat ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak membahayakan. Tanda khusus lingkaran hijau dengan garis tepi hitam yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Contoh obat bebas, misalnya Vit C IPI, Vitacimin. Gambar 1. Penandaan obat bebas Obat Bebas Terbatas Obat golongan bebas terbatas adalah obat keras yang boleh dijual dalam bungkus aslinya dan batas-batas tertentu sesuai dengan surat keputusan Menteri Kesehatan disertai peringatan dan tanda khusus. Tanda khusus lingkaran biru dengan garis tepi hitam yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Gambar 2. Penandaan obat bebas terbatas Selain terdapat tanda khusus, pada kemasan obat bebas terbatas juga terdapat tanda peringatan berbentuk kotak persegi panjang dengan latar belakang berwarna hitam yang berisi peringatan sesuai dengan aturan pemakaian dari masing-masing obat. Contoh obat bebas terbatas, misalnya Neozep (P.No.1),

21 14 Betadin obat kumur (P.No.2), Daktarin (P.No.3), dan Dulcolax suppositoria (P. No.6). P.No.1 Awas! Obat Keras Bacalah Aturan Memakainya P.No.3 Awas! Obat Keras Hanya Untuk Bagian Luar Badan P.No.5 Awas! Obat Keras Tidak Boleh Ditelan P.No.2 Awas! Obat Keras Hanya Untuk Kumur, Jangan Ditelan P.No.4 Awas! Obat Keras Hanya Untuk Dibakar P.No.6 Awas! Obat Keras Obat Wasir, Jangan Ditelan Gambar 3. Berbagai macam tanda peringatan pada obat bebas terbatas Obat Keras Obat golongan keras adalah obat-obatan yang tidak digunakan untuk keperluan teknis, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yg menyentuh garis tepi yang ditulis pada etiket dan bungkus luar. Psikotropik, antibiotik dan obat-obat parenteral termasuk dalam golongan obat keras. Gambar 4. Penandaan obat keras Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

22 15 Berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 1997 tantang psikotropika, psikotropika dibedakan dalam empat golongan yaitu: a. Psikotropika golongan I, adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: DMA ((±)-2,5-dimethoxy-alpha-methylphenethylamine), DMT (3-[2-(dimethylamino)ethyl]indole), DET (3-[2-(diethylamino)ethyl]indole), PMA (p-methoxy-alpha-methylphenethylamine). b. Psikotropika golongan II, adalah psikotropika yang berkasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: Amfetamin, Metamfetamin. c. Psikotropika golongan III, adalah psikotropika yang berkasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: Pentobarbital, Amobarbital. d. Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya: Diazepam, Alprazolam Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Gambar 5. Penandaan obat narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika, narkotika dibedakan dalam tiga golongan yaitu:

23 16 a. Narkotika golongan I, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya: Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, Cannabis sativa. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya: Morfin, Petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya: Kodein Pengelolaan Psikotropika Secara garis besar pengelolaan psikotropik meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus Psikotropika terdiri dari 3 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan Psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan pasien dengan resep dokter.

24 Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan agar obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib memuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan setiap bulannya kepada Kadinkes Kab/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai POM setempat Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika dilakukan apabila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk gunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan Psikotropika wajib dibuat berita acara pemusnahan dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kepastian Pengelolaan Narkotika Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan Menkes. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri dari

25 18 4 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu Surat Pesanan (SP) hanya boleh memesan satu jenis narkotika Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk Narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan Narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Harus memenuhi seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat b. Harus mempunyai kunci yang kuat c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan Morfin, Petidin, dan garam-garamnya serta persediaan Narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan Narkotika untuk dipakai sehari-hari d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang narkotika disebutkan bahwa : a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter.

26 Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat (2) menyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku Narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi Narkotika dan laporan khusus menggunakan Morfin, Petidin dan derivatnya. Laporan dikirim ke Kadinkes Kab/Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan sebagai arsip Pemusnahan Narkotika APA dapat melakukan pemusnahan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. APA harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat: a. Nama, jenis, sifat dan jumlah narkotika yang dimusnahkan b. Keterangan tempat, jam, hari, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan c. Tandatangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Dinas Kesehatan RI serta Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan propinsi setempat Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek Ketentuan pengalihan tanggung jawab pengelolaan Apotek menurut Permenkes No. 1332/Menkes/Per/X/2002, meliputi:

27 20 a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA dapat menunjuk Apoteker pendamping. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotik disamping Apoteker Pengelola Apotik dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotik b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker pengganti dan harus dilaporkan pada Kadinkes Kab/Kota dengan tembusan kepada Kadinkes propinsi dan Balai POM setempat. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotik selama Apoteker Pengelola Apotik tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain. c. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. d. APA turut bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker pendamping, Apoteker pengganti di dalam pengelolaan Apotek. e. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. f. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. g. Pada serah terima yang dimaksud diatas, wajib dibuat Berita Acara Serah Terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang telah melakukan serah terima. h. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kadinkes Kabupaten/Kota. i. Apabila pada Apotik tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka pada pelaporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika. obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

28 21 j. Pada penyerahan tersebut, dibuat Berita Acara Serah Terima dengan Kadinkes Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan Kepala Balai POM setempat Pencabutan Surat Izin Apotek Kepala kantor Wilyah Depkes Republik Indonesia dapat mencabut Surat Izin Apotek (SIA) apabila (Himpunan Peraturan dan Perundang-undangan Farmasi): a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian dan atau c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek (APA) tersebut dicabut. f. PSA terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek di lakukan setelah di keluarkan: a. Surat peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12 yang dapat dilihat pada lampiran 8. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13 yang dapat dilihat pada lampiran 9. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau apoteker pegganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya.

29 22 Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan Narkotik, obat keras tertentu dan obat-obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. b. Narkotika, Psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud.

30 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESELAMATAN 3.1. Sejarah Apotek Keselamatan Apotek Keselamatan didirikan pada bulan April Apotek ini dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang juga berperan sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yaitu Ibu Dra. Azizahwati, Apt., MS dengan SIK NO. 2621/B dan SIA No. 87.SIA.0/04./YANKES/04. Pada awal pendiriannya, apotek ini masih dalam tahap penyesuaian, namun memasuki bulan Juni 2004 Apotek Keselamatan sudah mulai berfungsi melayani kebutuhan masyarakat sekitar dalam pelayanan kesehatan Lokasi dan Tata Ruang Lokasi Apotek Keselamatan terletak di Jalan Keselamatan No. 27 Jakarta Selatan. Apotek ini berada di daerah pemukiman padat penduduk, yang berjarak kurang lebih 100 meter dari jalan raya. Apotek Keselamatan menyediakan pelayanan kesehatan lainnya yaitu penyediaan tempat praktek dokter umum. Di sekitar lingkungan apotek juga terdapat klinik, yang dapat menunjang peningkatan jumlah resep di Apotek Keselamatan Tata Ruang Bangunan Apotek Keselamatan terdiri dari halaman parkir, ruang tunggu, dan ruang-ruang untuk kasir, tempat penerimaan resep dan peracikan. Disamping itu ada ruang kerja apoteker, ruang praktek dokter dan tempat pencucian atau wastafel. Denah Apotek Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran

31 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Suatu organisasi harus memiliki struktur organisasi yang baik agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat terlaksana dengan baik. Agar manajemen apotek dapat berjalan dengan baik, maka apotek harus memiliki struktur organisasi yang disusun dengan seksama meliputi pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Apotek Keselamatan mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian sebagai berikut: a. 1 orang Apoteker Pengelola Apotek (APA) sekaligus berperan sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) b. 1 orang asisten apoteker (AA) c. 2 orang juru resep d. 1 orang tenaga pembantu 3.4. Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek tempat pengabdian profesi) dan memenuhi perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku. b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja dan tanggung jawab masingmasing karyawan. c. Secara aktif berusaha untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan usul-usul dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek.

32 24 d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat. e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis dan bijaksana serta terkini. f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi. g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan. h. Membuat salinan resep dan kuitansi bila diperlukan. i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian Asisten Apoteker (AA) Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut: a. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan b. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat c. Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep d. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan e. Mencatat keluar masuk barang f. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa

33 25 g. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya h. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk Juru Resep Juru resep adalah tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek. Tugas dan kewajiban juru resep adalah: a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan/ pembuatan obat jadi maupun obat racikan b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker d. Menjaga kebersihan Apotek 3.5. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dari pengadaan, penyimpanan dan dispensing perbekalan farmasi Pengadaan Perbekalan Farmasi Satu diantara tugas dan wewenang APA adalah pengadaan perbekalan farmasi. Untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan barang, Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang diparaf oleh Asisten Apoteker. Prinsip pengadaan barang di Apotek Keselamatan, yaitu: a. Berasal dari sumber yang jelas b. Macam dan jumlah di sesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau slow moving c. Berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien dan produk-produk brand name yang sedang digemari oleh masyarakat

34 26 d. Kondisi yang paling menguntungkan yaitu dengan mempertimbangkan harga, diskon, syarat pembayaran dan ketepatan barang datang Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, cash order delivery (COD) atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang tersebut bisa dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek yang sedang dalam promosi, pembayaran dilakukan hanya terhadap barang yang terjual. COD adalah pembelian barang dimana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh tempo. Pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pembelian secara terbatas, spekulasi dan berencana. Dari ke tiga cara tersebut, Apotek Keselamatan menggunakan pembelian secara terbatas, hal ini untuk menghindari penumpukan barang yang menyebabkan modal terhenti. Langkah-langkah pengadaan barang di Apotek Keselamatan adalah: 1) Pemeriksaan dan pencatatan barang Setiap hari dilakukan pemeriksaan barang, kemudian barang yang habis dicatat pada buku defecta untuk dilakukan pemesanan, selain itu juga di tulis obat-obat yang belum tersedia di Apotek tapi sudah mulai diresepkan dan banyaknya permintaan pelanggan. 2) Pemesanan barang Pemesanan dilakukan berdasarkan pencatatan di buku defecta kepada PBF dan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah: a. Ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan b. Bertanggung jawab terhadap barang pesanan apabila terjadi kerusakan c. Memberikan jaminan terhadap barang pesanan d. Ada kepastian memperoleh barang yang dipesan e. Diskon yang diberikan

35 27 3) Penerimaan barang Barang yang datang diterima oleh Asisten Apoteker dari PBF disertai dengan faktur pembelian serta surat pesanan dari apotek, kemudian dilakukan pengecekan kesesuaian terhadap jumlah, jenis, bentuk, tanggal kadaluarsa, serta kondisi fisik barang dengan SP dan buku pemesanan barang. Apabila barang sesuai, maka faktur tersebut ditandatangani oleh Asisten Apoteker yang menerima barang disertai dengan nama terang, tanggal dan cap apotek. Apotek menerima dua lembar faktur sebagai arsip. Barang yang baru datang tersebut kemudian di beri harga sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh apotek Penyimpanan Perbekalan Farmasi Barang yang baru datang dari PBF diberi harga terlebih dahulu dan kemudian di tempatkan di etalase serta dilakukan pencatatan di kartu stok dengan menuliskan jumlah barang yang masuk dan asal distributornya. Penempatan barang tersebut dapat menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Pada sistem FIFO, barang yang keluar lebih dahulu adalah barang yang lebih dahulu masuk, sedangkan pada sistem FEFO, barang yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih cepat maka obat tersebut yang paling pertama keluar. Pada sistem FIFO, jika pengambilan barang dari belakang etalase maka barang yang baru datang ditempatkan di depan barang yang lama, sementara jika pengambilan barang dari depan etalase maka barang yang baru datang di tempatkan di belakang barang yang lama, sehingga dapat mencegah obat melewati tanggal kadaluarsa. Sistem FEFO dapat terjadi bila suatu produk yang telah hampir kosong pabrik. Sistem FEFO dapat terjadi bila suatu produk memiliki tanggal kadaluarsa yang cepat, maka penyusunannya akan berdasarkan pada lamanya tanggal kadaluarsa produk tersebut. Penyimpanan obat di Apotek Keselamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan golongan obat 2. Obat-obat ethical disusun secara alfabetis untuk mempermudah dalam pencarian atau pengambilan

36 28 3. Obat-obat bebas disusun berdasarkan farmakologi dan estetika warna 4. Narkotika di simpan dalam lemari narkotika 5. Psikotropika di simpan dalam lemari psikotropika 6. Obat-obat yang dipersyaratkan di simpan pada suhu dingin di simpan dalam lemari pendingin (suppositoria, ovula) Dispensing Perbekalan Farmasi Obat-obatan yang boleh diberikan tanpa resep dokter adalah obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Penjualan obat-obatan ini disertai dengan informasi yang dibutuhkan oleh pasien Pelayanan Apotek Pelayanan obat yang dilakukan di Apotek Keselamatan oleh AA maupun APA adalah sebagai berikut: Pelayanan Obat dengan Resep Pelayanan atau penjualan dengan resep di berikan kepada pasien yang membeli obat dengan resep dokter secara tunai. Proses pelayanan resepnya adalah sebagai berikut: a. Apoteker atau AA menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat di Apotek, kelengkapan resepnya, dan selanjutnya di beri harga b. Setelah pasien setuju terhadap harga yang ditawarkan, pasien dapat langsung membayar pada kasir c. Resep di bawa ke bagian peracikan untuk di kerjakan oleh AA yang dibantu oleh juru resep. Obat yang telah selesai dibuat, kemudian diberi etiket dan diperiksa oleh Apoteker atau AA meliputi pemeriksaan nama pasien, etiket dan jumlah obat

37 29 d. Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pemberian informasi kemudian dicatat alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku resep e. Pada pelayanan resep yang mengandung narkotika, tidak diperbolehkan menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter dan resep tersebut disimpan terpisah dengan resep obat non narkotika Pelayanan Obat Bebas Pelayanan ini berupa pelayanan obat kepada pelanggan tanpa resep dokter. Obat-obat yang dapat di jual bebas adalah obat yang termasuk dalam daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika dan alat kesehatan tertentu. Pembayaran dilakukan di kasir, setelah lunas obat diserahkan kepada pelanggan Pelayanan Obat Wajib Apotek Pelayanan ini berupa pelayanan obat-obat keras yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) oleh apoteker yang dapat diberikan kepada pasien tanpa menggunakan resep dokter Pelayanan Informasi Obat dan Monitoring Penggunaan Obat Satu diantara kewajiban seorang apoteker sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993, yaitu apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien, penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional atas permintaan pasien. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan yang salah

38 30 sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan dan melakukan pemantauan penggunaan obat setelah diserahkan kepada pasien. Perilaku penggunaan obat oleh pasien dapat dipengaruhi antara lain oleh tingkat pengetahuan pasien dan efektifitas informasi yang diterima pasien mengenai obat yang digunakannya. Pemberian informasi obat kepada pasien bertujuan antara lain agar pasien mengerti tentang penggunaan obat yang diterimanya. Materi informasi yang diberikan antara lain mengenai nama obat, indikasi, dosis, cara penggunaan, kemungkinan interaksi dengan obat lain atau makanan, anjuran-anjuran khusus pada pemakaian obat, efek samping dan penanggulangannya, kontra indikasi dari obat yang diberikan, tindakan yang dilakukan bila lupa minum obat, cara penyimpanan dan cara mengulangi atau memperoleh kembali. Untuk memberikan informasi tersebut diperlukan penguasaan teknik komunikasi yang berkaitan dengan pemahaman mengenai latar belakang sosial dan ekonomi penerima informasi disamping mengetahui dan memahami tentang obat dan pengobatan. Informasi yang diberikan tidak harus ilmiah, yang penting penerima mudah mengerti, memahami dan mencerna informasi yang dibutuhkan. Informasi disampaikan secara singkat, jelas, terbuka dan menghindari sikap menggurui, memaksa dan menyalahkan. Komunikasi harus dilakukan sedemikian rupa agar terjadi komunikasi yang interaktif Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika di Apotek Keselamatan yang meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan dan pelaporan narkotika, telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

39 Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Keselamatan yang meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan dan pelaporan psikotropika, telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku Kegiatan Administrasi dan Keuangan Kegiatan Administrasi Administrasi di apotek berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Keselamatan meliputi: 1) Administrasi Penjualan Kegiatan ini meliputi pencatatan obat-obat yang terjual (obat ethical dan obat bebas). 2) Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang Apotek Keselamatan melakukan pembelian dengan cara kredit dan kontan. Setiap Pedagang Besar Farmasi memberikan kebijaksanaan harga obat maupun diskon yang berbeda-beda. Pencatatan pembelian kredit di buat berdasarkan faktur hutang yang masuk ke apotek dan di buat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasannya. 3) Administrasi Pembukuan Kegiatan ini diperlukan untuk mencatat transaksi yang telah dilaksanakan Sistem Administrasi Kegiatan administrasi di Apotek Keselamatan dimulai dari perencanaan barang, pengadaan barang, pengelolaan dan pelaporan barang yang masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh AA yang dibantu oleh karyawan non AA. Administrasi tersebut meliputi: a. Buku Defecta Buku ini digunakan untuk pencatatan nama obat/ barang yang habis atau yang harus segera dipesan untuk memenuhi kebutuhan di Apotek. Buku ini memiliki keuntungan yaitu dapat mengecek barang sekaligus stok barang,

40 32 menghindari terjadinya kekeliruan pemesanan kembali dan mempercepat proses pemesanan sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin. b. Surat Pesanan (SP) Surat ini terdiri dari 2 lembar yang harus ditandatangani oleh AA apabila akan melakukan pemesanan, dimana 1 lembar pertama untuk PBF dan lembar terakhir untuk arsip apotek. Dalam surat pesanan tercantum tanggal pemesanan, nama PBF yang dituju, nomor dan nama barang, jenis kemasan yang dipesan, jumlah, tanda tangan pemesanan dan cap/stempel apotek. Surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 13. c. Buku Pemesanan Barang Buku ini digunakan untuk mencatat barang-barang yang akan dipesan kepada PBF. Buku pemesanan barang ini juga digunakan untuk memeriksa kesamaan barang yang dipesan dengan barang yang datang pada saat penerimaan barang dari PBF. d. Buku Daftar Harga Buku ini berfungsi untuk mencatat Harga Netto Apotek (HNA) maupun harga eceran tertinggi (HET), pada buku ini tercantum nama obat dengan merek dagang, generik, maupun bahan baku, penyusunan nama obat berdasarkan abjad yang dibedakan antara obat bebas dan obat ethical. e. Buku Pembelian Buku ini berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor bets, tanggal kadaluarsa, nama barang, jumlah, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat barang datang berdasarkan faktur pengiriman barang dari PBF. f. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat narkotika dan psikotropika. Dalam buku ini tercantum nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada.

41 Kegiatan Keuangan Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang mencakup arus uang masuk dan uang keluar. Arus uang masuk berasal dari setiap transaksi penjualan yang terjadi di apotek, sedang arus keluar berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan hutang dagang. Keluar masuknya uang dicatat dalam buku-buku harian, yaitu: a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas b. Buku pembelian untuk mencatat semua transaksi pembelian barang dagangan c. Buku penjualan untuk mencatat hasil penjualan barang dagangan

42 BAB IV PEMBAHASAN Pada perkembangannya, apotek tidak terlepas dari adanya persaingan yang semakin keras dan global. Ketatnya persaingan tersebut ditandai dengan banyaknya apotek baru bermunculan baik domestik maupun asing di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan strategi manajemen yang baik agar apotek tetap eksis dan berkembang. Selain memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa pelayanan pendistribusian dan informasi obat perbekalan kesehatan, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya. Dengan kata lain, seorang APA dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja, melainkan juga harus dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis seperti halnya seorang pengusaha. Apotek Keselamatan dalam hal ini merupakan apotek profesi yang didirikan dan dikelola oleh Ibu Dra. Azizahwati, Apt., MS yang bertindak sebagai APA disamping Pemilik Sarana Apotek (PSA). Terdapat beberapa faktor yang berperan terhadap keberhasilan suatu apotek seperti lokasi, rancangan eksterior dan interior, manajemen persediaan termasuk perencanaan dan pengadaan, manajemen pemasaran dan peran menjalankan fungsi profesional berupa pharmaceutical care kepada pasien dari apoteker itu sendiri. Apotek Keselamatan bertempat di Jl. Keselamatan No. 27 Jakarta Selatan. Sebelumnya, penentuan lokasi apotek merupakan pertimbangan utama yang paling penting dan paling menentukan bagi kelangsungan hidup apotek. Untuk dapat hidup berkesinambungan, suatu apotek harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan setidaknya memiliki langganan yang tetap. Oleh karena itu pemilihan lokasi harus benar-benar diperhitungkan sebelum mendirikan apotek. Dengan kata lain, lokasi apotek harus strategis sehingga menjadi pilihan konsumen. Walaupun lokasi apotek Keselamatan tidak berada di sisi jalan raya, akan tetapi cukup strategis karena terletak di pertigaan jalan yang banyak dilalui kendaraan. Jalan ini juga merupakan alternatif bagi pengendara yang hendak menghindari kemacetan di jalan utama, yaitu di Jalan Dr. Saharjo dan Jalan KH. Abdullah Syafi i. Letak apotek ini juga berada di antara perumahan yang padat akan penduduk. 35

43 36 Apotek Keselamatan juga dilengkapi oleh adanya praktek dokter umum terutama kaitannya dalam hal pelayanan resep dokter. Selain itu terdapat beberapa fasilitas-fasilitas kesehatan lain yang berada tidak jauh dari Apotek Keselamatan, antara lain Klinik Yakin, Puskesmas binaan kecamatan, praktek dokter, dan praktek bidan. Akan tetapi di sekitar apotek juga terdapat beberapa apotek pesaing, yaitu Apotek LaRose, Apotek Amani, dan yang terdekat yaitu Apotek Barkah, sehingga resep-resep obat dari berbagai fasilitas kesehatan tersebut terbagi ke berbagai apotek pesaing ini. Secara umum, letak ruang Apotek Keselamatan sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman untuk pasien, ruang racikan, keranjang sampah, dan tempat mendisplai informasi. Selain itu, di Apotek Keselamatan juga terdapat tempat kasir, kamar mandi, ruang shalat, ruang istirahat karyawan, ruang praktek dokter yang terpisah, ruang apoteker, dan tempat pencucian atau wastafel serta halaman parkir. Denah Apotek Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran 10. Apotek Keselamatan memiliki disain eksterior yang sederhana tetapi menarik. Bangunan apotek yang dibuat sederhana bertujuan agar pengunjung yang datang tidak memiliki sugesti bahwa obat yang dijual oleh Apotek Keselamatan harganya mahal, mengingat sebagian penduduk yang tinggal di sekitar apotek merupakan kalangan menegah ke bawah. Disainnya menggambarkan kondisi apotek yang rapi, bersih, dan memiliki obat yang lengkap yang dapat terlihat jelas oleh calon drop in customer. Hal ini disebabkan tidak adanya pembatas atau penghalang pada bagian depan apotek. Sehingga pengunjung dari luar mampu melihat kondisi interior apotek yang lengkap dengan obat OTC nya sekaligus ruang tunggu yang nyaman. Keadaan ruang tunggu yang tanpa ada penghalang pemandangan keluar, menjadi lebih nyaman dan sejuk dengan adanya tanaman-tanaman hijau yang ada dihalaman apotek. Kenyamanan ini ditambah lagi dengan adanya pencahayaan yang cukup baik serta tersedianya kipas angin. Selain itu dalam apotek juga terdapat televisi dan beberapa majalah agar pengunjung tidak bosan menunggu. Apotek dilengkapi dengan tempat parkir yang cukup luas sehingga pelanggan dapat memarkir kendaraannya dengan mudah dan tidak dipungut biaya. Area sekitar tempat parkir kendaraan memiliki atap, sehingga kendaraan yang parkir disekitar pelataran apotek tidak

44 37 kehujanan ataupun kepanasan, selain bisa digunakan juga sebagai tempat orang berteduh ketika hujan, dimana secara tidak langsung bisa menjadi konsumen apotek. Apotek memiliki 2 (dua) papan nama Apotek dimana papan yang pertama diletakkan di sisi jalan dan yang kedua yang lebih besar diletakkan tepat di depan apotek, sehingga nama apotek dapat terlihat oleh pengunjung dari arah depan ataupun arah samping. Kedua papan ini terbuat dari neon box sehingga dapat terlihat jelas pada malam hari dan dapat menarik perhatian pelanggan. Selain desain eksterior, desain interior apotek turut mendukung kesan dari apotek yang rapi, bersih, dan lengkap obatnya. Untuk desain interior apotek dilakukan dengan cara tata desain lay out obat yang rapi, lengkap dan penuh. Penyimpanan obat di Apotek Keselamatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu penyimpanan obat luar dan penyimpanan obat dalam. Obat luar yang dimaksud adalah obat yang diletakkan di counter depan apotek (OTC). Obat luar ini termasuk juga kedalamnya adalah berupa sediaan padat, cair seperti sirup untuk vitamin dan obat batuk, serta sediaan semi solid yang banyak dicari oleh masyarakat. Rata-rata obat OTC ini diberikan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi, sehingga permintaan dilayani bukan melalui resep. Istilah obat dalam adalah obat keras, psikotropika, dan narkotika yang biasanya diresepkan oleh dokter. Selanjutnya, penyimpanan obat-obatan di Apotek Keselamatan ditempatkan berdasarkan bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabetis untuk ethical dan farmakologis untuk OTC. Obat disimpan sesuai dengan persyaratan penyimpanannya, contohnya untuk obat-obatan yang harus disimpan pada kondisi dingin maka disimpan di lemari pendingin dengan suhu tertentu, contohnya suppositoria. Penyimpanan obat bebas (OTC) diletakkan di etalase paling depan bersama dengan alatalat kesehatan, produk bayi dan kosmetika. Obat OTC untuk jenis sediaan cair diletakkan di rak atas tanpa tertutup oleh kaca dan disusun berdasarkan efek farmakologinya. Sedangkan untuk obat OTC jenis sediaan padat dan semisolid diletakkan terpisah di dalam lemari kaca tapi tetap mengikuti efek farmakologinya. Untuk obat OTC dalam bentuk sediaan cair, penyusunan di raknya diatur sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika warna dari kemasan luar sehingga terlihat menarik untuk dipandang (eye catching), selain itu peletakannya dibuat padat sehingga tidak ada ruang kosong di antara obat-obat tersebut dan akan mengesankan obat yang dijual lengkap. Untuk menghindari kesan yang berantakan dan tidak rapih, khusus kartu stok sediaan OTC disimpan terpisah. Kartu stok untuk obat OTC dan perlengkapan kesehatan disimpan dalam

45 38 suatu wadah dan disusun berdasarkan kesesuaian urutan penyimpanan obat dan perlengkapan kesehatan tersebut. Dalam hal penyusunan obat OTC di etalase depan didasarkan pada jenis golongan dan juga untuk jenis merek yang sedang gencar dipromosikan sehingga produknya banyak digemari oleh masyarakat. Untuk penyimpanan obat ethical diletakkan pada rak di ruang bagian dalam dan dibedakan berdasarkan obat generik dan non generik, jenis sediaan, dan disusun alfabetis. Obat yang tergolong semisolid diletakkan terpisah di dalam lemari kaca. Kartu stok untuk obat ethical diletakkan disebelah kiri sediaan. Ini bertujuan untuk mempermudah pengambilan kartu stok, sehingga sediaan yang terjual dapat segera tercatat pengeluarannya. Kartu stok di Apotek Keselamatan dapat dilihat pada lampiran14. Obat narkotika dan psikotropika penyimpanannya dipisahkan dari rak obat ethical, yaitu di dalam lemari yang terkunci. Lemari narkotika terdiri dari dua lemari pintu yang terpisah yang dibedakan untuk persediaan dan kebutuhan sehari-hari. Obat psikotropika juga terletak di lemari yang terpisah dan terkunci agar memberikan perhatian bagi petugas apotek, bahwa golongan obat ini berbeda dari obat ethical lainnya, sehingga meningkatkan kewaspadaan mereka agar berhati-hati dalam memberi atau memilihkan obat tersebut. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, yakni Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, sebuah apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai menempatkan pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan member peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi-fungsi manajemen dalam menyusun rencana yang dalam pelaksanaannya harus mampu mengorganisir beberapa SDM dengan tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya masing-masing. Dalam kemajuan suatu apotek, juga diperlukan tenaga kerja yang profesional, terampil, dan dapat dipercaya. APA Apotek Keselamatan dalam menjalankan kegiatannya dibantu oleh empat orang karyawan, yang terdiri dari satu orang asisten apoteker, satu administrator apotek,

46 39 satu orang juru resep, dan satu orang tenaga pembantu, yang memiliki fungsi dan peranan sendiri-sendiri, sehingga dalam hal ini APA harus memiliki kemampuan untuk dapat mendistribusikan pekerjaannya dan membagi-bagi sesuai dengan kewenangan profesi dan keahlian masing-masing pegawai. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, APA dibantu oleh Asisten Apoteker dan juru resep. Untuk masalah pengadaan, pemesanan, penerimaan dan pelaporan keuangan serta pembukuan, APA dibantu oleh Asisten Apoteker. Kesemuanya saling bekerja sama sehingga manajemen pengadaan barang di apotek dan perputaran modal mampu berjalan dengan baik dan efektif. APA Apotek Keselamatan menganggap bahwa karyawannya adalah pelanggan domestik yang merupakan asset sumber daya yang berharga sehingga harus dijaga kenyamanan mereka untuk bekerja. Berkat hal ini, rasa kekeluargaan dan kebersamaan sangat terasa di Apotek ini terutama terhadap hubungannya antara Apoteker dengan pegawainya juga antara sesama pegawai. Administrasi pengelolaan barang di Apotek Keselamatan sudah berjalan dengan baik dan teratur. Pengawasan terhadap barang yang habis atau hampir habis, laku atau kurang laku dilakukan dengan menggunakan buku defekta. Pemesanan obat dilakukan sesuai dengan yang tertulis di buku defekta. Jenis dan jumlah obat yang terjual setiap harinya dicatat di buku penjualan dan dibedakan antara obat OTC dan obat ethical atau resep. Sedangkan untuk obatobat baru yang tidak terdapat di apotek juga dicatat dan dievaluasi oleh APA apakah perlu dibuat pemesanan obat baru tersebut. Selain melakukan pengawasan terhadap keuangan apotek, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan pada seluruh kegiatan dan persediaan di apotek. Pencocokkan jumlah barang yang terdapat dalam kartu stok dengan jumlah fisik barang dilakukan pada saat mengambil atau mengeluarkan obat, atau ketika menghitung jumlah pemasukan dan persediaan obat pada saat akhir shift atau pergantian shift. Kegiatan rutin mencocokkan obat juga dilakukan pada akhir tahun (stock opname) dan juga dilakukan analisa terhadap barang yang termasuk slow moving dan fast moving. Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara mengelompokkan resep tiap bulan berdasarkan bulan penerimaan resep dan di urutkan sesuai dengan nomor, serta harga dari resep juga dicatat. Nomor resep yang mengandung obat narkotika dan psikotropika

47 40 dipisahkan untuk penyusunan laporan ke suku dinas kesehatan. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang harus diserahkan pada suku Dinas Kesehatan kabupaten/kota setempat dicatat rinciannya oleh asisten apoteker, dan diperiksa serta ditandatangani oleh APA. Apotek dengan ketersediaan obat yang lengkap tentu mempunyai citra yang baik, tetapi diperlukan modal yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan manajemen persediaan barang yang baik dengan modal terbatas. Pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya pada Apotek Keselamatan dilakukan atas dasar pertimbangan anggaran yang tersedia, harga, pola konsumsi masyarakat, pola penyakit, pola penulisan resep dokter dan stok persediaan barang. Pemesanan obat di Apotek Keselamatan biasanya dilakukan sebanyak dua kali seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis, yang dapat dilakukan secara langsung ketika pegawai Pedagang Besar Farmasi (PBF) datang ke apotek ataupun melalui telepon. Frekuensi pemesanan ini menyebabkan pemesanan barang yang dilakukan Apotek Keselamatan biasanya tidak dalam jumlah yang besar, hanya untuk memenuhi kebutuhan permintaan obat dalam jangka waktu yang tidak lama. Hal ini dilakukan karena apotek tidak mempunyai gudang untuk menyimpan barang, selain itu juga untuk menghindari obat kadaluarsa jika obat terlalu lama disimpan. Barang yang sudah dipesan biasanya akan dikirim oleh PBF pada hari yang sama ketika obat tersebut dipesan atau akan dikirim beberapa hari kemudian tergantung kebijakan masingmasing PBF, sehingga karyawan apotek harus dapat memperkirakan waktu tunggu agar stok kosong barang dapat dihindari. Untuk barang pesanan yang datang akan dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan antara barang yang datang dengan daftar barang yang dipesan di buku pemesanan dan pemeriksaan barang yang datang dengan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merek, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur, dan tanggal kadaluarsa. Jika obat sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek, dan obat akan diberi harga serta dilakukan pencatatan di buku rincian faktur pembelian dan kartu stok kemudian diletakkan pada etalase atau lemari obat sesuai dengan jenis obatnya, selain itu juga dibuat arsip faktur barang berdasarkan nama PBF. Apotek Keselamatan sebagai institusi penyedia obat yang berhubungan langsung dengan pasien tentu harus menitikberatkan pelayanannya pada pharmaceutical care (pelayanan kefarmasian). Pelayanan yang dilakukan di Apotek Keselamatan selain pelayanan resep, juga

48 41 memberikan swamedikasi. Saat memberikan pelayanan resep biasanya obat tidak langsung disiapkan, tetapi diperiksa dahulu ketersediaan obatnya di apotek kemudian dilakukan perhitungan harga. Jika obat yang diminta tidak ada tetapi apotek mempunyai jenis obat yang sama, yaitu komposisi obat sama dengan merek yang berbeda, apotek akan menawarkan kepada pasiennya. Apabila pasien setuju dengan harga dan jenis obat yang ditawarkan, maka obat tersebut disiapkan. Pada saat penyerahan obat, pegawai Apotek Keselamatan baik APA maupun AA sudah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan cukup baik, yaitu dengan memberikan informasi mengenai indikasi dan efek samping obat, cara penggunaan obat, jangka waktu pemakaian, makanan dan minuman yang dianjurkan atau dihindari untuk mendukung penyembuhan penyakit pasien. Hal ini dilakukan karena umumnya perilaku penggunaan obat oleh pasien sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pasien dan informasi yang diperoleh pasien mengenai obat yang di terima sehingga dengan diberikan pengetahuan dan informasi yang cukup diharapkan dapat meminimalkan penyalahgunaan obat atau penggunaan obat yang salah oleh pasien. Pegawai Apotek Keselamatan juga mencatat alamat dan nomor telepon pasien yang menebus obat dengan resep dokter. Hal ini bertujuan untuk mempermudah apotek melakukan pemantauan jika ada obat yang salah atau untuk mengingatkan pasien yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama sehingga pengobatan pasien tidak teputus karena lupa. Data pasien tersebut dibuat sebagai arsip apotek. Kemampuan APA dalam memanajemen pelanggan dalam mempertahankan pelanggan lama terlihat dengan cukup banyaknya pasien datang kepada APA Apotek Keselamatan hanya untuk dipilihkan dan direkomendasikan jenis obat yang cocok untuk penyakitnya tanpa bermaksud untuk pergi ke dokter (swamedikasi). Dan tidak jarang banyak pasien yang datang ke apotek berasal dari daerah yang letaknya jauh dari apotek. Hal ini menunjukkan manajemen pelanggan yang baik akan menumbuhkan kepercayaan pada pasien, sehingga tidak menutup kemungkinan pelanggan tersebut akan menginformasikan kepada kerabat atau kenalannya untuk membeli obat di Apotek Keselamatan. Berdasarkan pembahasan tersebut menunjukkan bahwa Apotek Keselamatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian telah melaksanakan fungsi apoteknya sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker, seperti pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,

49 42 pengelolaan obat, dan pelayanan obat atas resep dokter serta memberikan pelayanan informasi obat. Dengan demikian, Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan telah memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang pengelolaan kegiatan kefarmasian dari segi pelayanan dan manajerial secara komprehensif di suatu apotek.

50 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Peran dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Keselamatan yang juga bertindak sebagai Pemilik Saran Apotek (PSA) sangat penting, karena selain sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian, juga harus dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis seperti layaknya seorang pengusaha. b. Pengelolaan apotek di Apotek Keselamatan mencakup administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. 5.2 Saran a. Perlu dilakukan penambahan jenis obat baru dan jenis komoditi lainnya untuk meningkatkan kelengkapan barang di apotek sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan b. Perlu dibuat tempat khusus untuk pelayanan informasi dan tempat para pasien berkonsultasi/konseling dengan APA untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. 43

51 DAFTAR ACUAN Menteri Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan RI no.922/per/x/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/XI/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian Jakarta 43

52 45 Lampiran 1. Formulir APT-1 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN PERATURAN MENTERIKESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTEK Nomor :.. Lampiran : Kepada Yth. Perihal : Permohonan Izin Apotek Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.. Di Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Apotik dengan data-data sebagai berikut: 1. Pemohon Nama Pemohon : Nomor Surat Izin Kerja : Nomor Kartu Tanda Penduduk : Alamat dan nomor Telepon : Pekerjaan Sekarang : Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : 2. Apotik Nama Apotik : Alamat : Nomor Telepon : Kecamatan : Propinsi : 3. Dengan menggunakan Sarana : Milik sendiri/milik pihak lain Nama Pemilik Sarana : Alamat : Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : Bersama Permohonan ini kami lampirkan: 1. Salinan / Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker 2. Salinan / Foto copy Kartu Tanda Penduduk 3. Salinan / Foto copy denah bangunan 4. Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akta hak milik/sewa/kontrak 5. Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan nomor SIK 6. Asli dan salinan / foto copy daftar terperinci alat perlengkapan Apotik 7. Surat pernyatan dari Apoteker Pengelola Apotik bahwa tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotik di Apotik lain 8. Asli dan salinan/foto copy surat izin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri, Anggota ABRI, dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya 9. Akte perjanjian kerja sama Apoteker Pengelola Apotik dengan Pemilik sarana Apotik 10. Surat Pernyataan Pemilik Sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang obat Demikianlah permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih. Oktober 2010.

53 46 Lampiran 2. Formulir APT-2 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Nomor :.. Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Apotek Kepada Yth. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.. Di Berhubungan dengan surat permohonan dari Apoteker... Nomor Tanggal perihal permohonan izin Apotik, maka dengan ini kami tugaskan segera melaksanakan pemeriksaan terhadap permohonan Apotik. di alamat hasil pelaksanaan tersebut supaya disampaikan kepada kami dalam bentuk Berita Acara ( Form APT-3) selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak surat ini diterima. Demikianlah untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota Tembusan Kepada Yth: 1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Arsip. NIP..

54 47 Lampiran 3. Formulir APT-3 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemeriksaan Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMERIKSAAN APOTIK BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTIK Pada hari ini. tanggal Bulan.. tahun. kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Pangkat : Jabatan : NIP : 2. Nama : Pangkat : Jabatan : NIP : Berdasarkan surat tugas daru Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota Nomor.. tanggal.. tahun telah melakukan pemeriksaan setempat terhadap: Nama Apotik Alamat Kecamatan Kabupaten/Kotamadya Propinsi :.. :.. :.. :.. :..

55 48 HASIL PEMERIKSAAN NO PERINCIAN PERSYARATAN KENYATAAN I BANGUNAN PENILAIAN TMS MS 1. Sarana Apotik Sarana Apotik dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. 2. Bangunan Apotik sekurang-kurangnya memiliki ruangan khusus untuk: a. Ruangan peracikan - ada sesuai kebutuhan dan penyerahan resep b. Ruangan - ada sesuai kebutuhan Administrasi dan kamar kerja Apoteker c. WC - ada sesuai kebutuhan 3. Kelengkapan bangunan calon Apotik: a. Sumber air harus memenuhi persyaratan kesehatan b. Penerangan Harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotik c. Alat Pemadam Kebakaran Harus berfungsi dengan baik sekurang kurangnya dua buah d. Ventilasi Yang baik serta Memenuhi persyaratan hygiene lainnya e. Sanitasi Harus baik serta Memenuhi persyaratan hygiene lainnya 4. Papan Nama Berukuran minimal: Panjang: 60 cm Lebar : 40 cm -Sumur/PAM/ sumur pompa, dll -PLN / generator -Petromak, dll... buah dengan ukuran.. Lb.. Lb - Jendela bh - Ventilasi bh - Saluran Pembuangan limbah: ada/tidak - Bakbak/ Tempat pembuangan sampah ada/tidak Berukuran: Panjang.. cm Lebar. Cm II PERLENGKAPAN Dengan tulisan: - Hitam diatas dasar putih - Tinggi huruf minimal:5 cm - Tebal: 5 cm Dengan tulisan 1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan.

56 49 a. Gelas ukur, 10 ml, 100 ml, 250 ml. b. Labu erlenmeyer 100 ml, 250 ml, 1 liter. c. Gelas piala 100 ml, 500 ml, 1 liter ml minimal 1 buah ml minimal 1 buah ml minimal 1 buah ml minimal 1 buah ml minimal 1 buah ml minimal 1 buah - 1 liter minimal 1 buah d. Panci pengukur 1 -minimal 1 buah liter e. Corong berbagai -minimal 3 buah ukuran f. Timbangan miligram - minimal 1set dengan anak timbangan yang sudah ditara g. Timbangan gram - minimal 1set dengan anak timbangan yang sudah ditara h. Thermometer berkala -minimal 1 buah 100 o C i. Mortir garis tengah 5-10 cm dan cm Ø 5-10 cm 1 bh beserta alu Ø cm 1 bh j. Spatel - minimal masing-masing 1 logam/tanduk/plastik buah dan porselen k. Cawan penguap - minimal 1 bh porselen, garis tengah 5-15 cm l. Batang pengaduk - minimal 1 bh m. Pemanas air - minimal 1 bh n. Kompor atau alat - minimal 1 bh pemanas yang sesuai o. Panci - ada sesuai dengan kebutuhan p. Rak tempat - minimal 1 bh pengeringan alat 2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi: a. Botol - ada dengan ukuran dan jenis sesuai dengan kebutuhan b. Lemari dan rak untuk - ada sesuai dengan menyimpan obat Kebutuhan c. Lemari pendingin - minimal 1 bh d. Lemari untuk - ada sesuai dengan penyimpanan racun, kebutuhan narkotika dan bahan obat berbahaya lainnya 3. Wadah pengemas dan pembungkus: a. Etiket - ada dengan kuran jenis dan jumlah sesuai dengan b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk kebutuhan - ada dengan jenis dan ukuran yang sesuai

57 50 III penyerahan obat 4. Alat administrasi: a. Blangko pesanan obat ada dengan jumlah sesuai kebutuhan b. Blangko kartu stok ada dengan jumlah sesuai obat kebutuhan c. Blangko salinan ada dengan jumlah sesuai resep kebutuhan d. Blangko faktur dan ada dengan jumlah sesuai blangko nota penjualan kebutuhan e. Buku pembelian ada dengan jumlah sesuai kebutuhan f. Buku penerimaan ada dengan jumlah sesuai kebutuhan g. Buku penjualan ada dengan jumlah sesuai kebutuhan i. Buku pembukuan ada dengan jumlah sesuai keuangan j. Buku pencatatan narkotika dan psikotropika k. Buku pesanan narkotika dan psikotropika l. Form laporan obat narkotika m. Form laporan obat psikotropika 5. Referensi / Literatur 1. Buku Standar yang diwajibkan 2. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan Apotik TENAGA KESEHATAN 1. Apoteker Pengelola Apotik kebutuhan ada dengan jumlah sesuai kebutuhan ada dengan jumlah sesuai kebutuhan ada dengan jumlah sesuai kebutuhan ada dengan jumlah sesuai kebutuhan Farmakope Indonesia Edisi terbaru 1 buah Ada dengan jumlah Sesuai kebutuhan Ada - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak buah - ada / tidak - ada / tidak orang 2. Apoteker Ada orang Pendamping 3. Asisten Apoteker Ada orang Demikianlah Berita Acara kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab Berita Acara dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dan dikirim kepada: 1. Kepada Dinas Kesehatan Propinsi 2. Pemohon satu rangkap 3. Satu rangkap arsip Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Yang membuat berita acara,. NIP.. NIP.

58 51 Lampiran 4. Formulir APT-4 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR TENTANG : 1332/MENKES/SK/X/2002 : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK Nomor :.. Lampiran : Perihal : Pernyataan siap melakukan kegiatan Kepada Yth: Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.. Di Menunjuk Surat Permohonan kami Nomor:.tanggal dan menunjuk ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 7 ayat (4) dan (5), dengan ini kami laporkan bahwa Apotik yang beralamat di jalan. Kecamatan Kabupaten telah siap untuk melaksanakan kegiatan. Demikianlah untuk diketahui dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Apoteker Pengelola Apotik, Tembusan Kepada Yth:. SIK.. 1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

59 52 Lampiran 5. Formulir APT-5 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR TENTANG : 1332/MENKES/SK/X/2002 : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK SURAT IZIN APOTIK Nomor.. MEMBACA MENIMBANG : Surat Permohonan..tanggal.. tentang permohonan untuk memperoleh izin Apotik : bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan permohonan dapat disetujui oleh karena itu menganggap perlu menetapkan dengan suatu Surat Keputusan MENGINGAT : 1. Undang-undang Obat Keras (St No. 541); 2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No. 100, Tambahan Lembaran Negara No. 3495); 3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Tahun 1997 No. 10, Tambahan Lembaran Negara No. 3671); 4. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1997 No. 67, Tambahan Lembaran Negara No. 3698); 5. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 No. 60, Tambahan Lembaran Negara No. 378); 6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1980 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3169); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 49 tahun 1996 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 138 tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Nomor 54 tahun 2000 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952 tahun 2000); 11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik, Jo. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/ Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik

60 53 Lampiran 5 (lanjutan). Formulir APT-5 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek MEMUTUSKAN Menetapkan : Pertama : Memberi Izin Apotik Kepada: Nama Alamat Surat Ijin Kerja Nomor Nama Apotik Alamat Apotik Kecamatan Kabupaten/Kotamadya Propinsi Dengan Menggunakan Sarana Nama pemilik Sarana Akte Perjanjian Kerja Sama Nomor Tanggal Yang dibuat dihadapan Notaris Di : : : : : : : :.. : Milik Sendiri/ Milik Pihak Lain : : : : : : Dengan Ketentuan Sebagai Berikut: 1. Izin Apotik ini berlaku untuk Apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotik, di lokasi dan sarana sebagaimana tersebut diatas. 2. Penyelenggaraan Apotik harus selalu mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua : Surat Keputusan ini dicabut kembali apabila terjadi hal-hal dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara Pemberian Izin Apotik Ditetapkan di :.. Pada Tanggal :.. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.. Tembusan Kepada Yth: 1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

61 54 Lampiran 6. Formulir APT-6 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA.... Nomor :.. Lampiran : Perihal : Penundaan Pemberian Izin Apotek Kepada Yth: Apoteker.. Di Sehubungan dengan surat Saudara Nomor tanggal..perihal Permohonan Izin Apotik, maka dengan ini kami beritahukan bahwa kami belum dapat menyetujui permohonan izin tersebut karena: Selanjutnya kepada Saudara kami minta melengkapi kekurangan tersebut selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat ini diterima. Demikianlah untuk dimaklumi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.. Tembusan Kepada Yth: Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

62 55 Lampiran 7. Formulir APT-7 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK. Nomor :.. Lampiran : Perihal : Penolakan Izin Apotek Kepada Yth: Apoteker Pengelola Apotik Di Sehubungan dengan surat Saudara Nomor tanggal..perihal Permohonan Izin Apotik, maka dengan ini kami beritahukan bahwa kami tidak dapat menyetujui permohonan izin tersebut karena: Demikian untuk diketahui. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.. Tembusan Kepada Yth: 1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi...

63 56 Lampiran 8. Formulir APT-8 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA. Nomor :.. Lampiran : Perihal : Peringatan ke Tentang Pelaksanaan Ketentuan Perizinan Apotik Kepada Yth: Apoteker Pengelola Apotik. Di Sesuai dengan izin Apotik Nomor... tanggal...atas nama...dengan lokasi... setelah kami mengadakan pemeriksaan ternyata Apotik saudara tidak memenuhi ketentuan perizinan yang berlaku, antara lain: Demikianlah untuk kiranya menjadi perhatian saudara. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tembusan Kepada Yth: 1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

64 57 Lampiran 9. Formulir APT-13 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR TENTANG : 1332/MENKES/SK/X/2002 : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK Nomor.. SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Membaca : Surat Peringatan tertulis Dinas Kabupaten/Kota Nomor...tanggal... Perihal pengaturan ke 3 pelaksanaan ketentuan perizinan Apotik atas nama... Menimbang : Bahwa Apotik... telah melakukan pelanggaranpelanggaran : Mengingat : 1. Undang-undang Obat Keras ( St.1937 No.541 ); 2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992 No. 100, Tambahan Lembaran Negara No ) 3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika ( Lembaran Negara Tahun 1997 No. 10, tambahan Lembaran Negra No ); 4. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika ( Lembaran Negara Tahun 1997 No.67, tambahan Lembaran Negara No ); 5. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999 No.60, tambahan Lembaran Negara No. 378 ); 6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor.72 tahun 1999 tambahan Lembaran Negara No ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor. 26 tahun 1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor. 40, Tambahan Lembaran Negara nomor. 3169); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 49 tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara nomor. 3637); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengaman Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 138 tahun 1998 Tambahan Lembaran Negara nomor. 3781); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi; (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 54 tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara nomor tahun 2000); 11. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indnesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentan perubahan atas Peraturan Mentri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan tata cara Pemberian izin apotik, jo. Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izin Apotik.

65 58 MEMUTUSKAN MENETAPKAN : Pertama : Mencabut kembali Surat Keputusan Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota...Nomor... Tanggal...tentang pembekuan Izin Apotik. Kedua : Surat Keputasan ini berlaku Sejak tanggal ditetapkan. Ketiga : Pencairan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimaksudkan dalam diktum Pertama akan dilakukan dengan penerbitan Surat Keputusan Kepala Kantor Dinas Kesehatan apabila apotik telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Keempat : Pencabutan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diamaksudkan dalam Diktum Pertama akan dilakukan bila setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal ditetapkannya Surat Keputusan ini Apotik masih belum memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ditetapkan di :... Pada tanggal :... Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota... Tembusan Kepada Yth: 1. Menteri Kesehatan RI di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

66 59 Lampiran 10. Denah Apotek Keselamatan Keterangan: A1 = etalase OTC tablet I1 = lemari obat paten A2 = etalase tablet supplemen + balsem I2 = lemari obat generik dan antibiotik B = rak pajangan I3 = lemari narkotika dan psikotropika C = etalase kasir J = lemari sediaan obat topikal D = meja tv K = meja racik E = etalase produk personal care L = meja apoteker F = lemari OTC sirup M = kulkas G = etalase stok barang N = ruang dokter H = lemari sediaan sirup dan dokumen faktur

67 60 Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika

68 61 Lampiran 12. Surat Pesanan Psikotropika

69 62 Lampiran 13. Surat Pesanan

70 63 Lampiran 14. Kartu Stok Barang

71 64 Lampiran 15. Salinan Resep Apotek Keselamatan

72 65 Lampiran 16. Kwitansi Apotek Keselamatan

73 66 Lampiran 17. Etiket Obat

74 67 Lampiran 18. Tanda Terima Tukar Faktur

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL

BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL BAB 4 ANALISA PROSES BISNIS AWAL Bab keempat ini akan berisi data-data yang dibutuhkan dalam pengerjaan sistem serta pembahasan mengenai pemetaan proses bisnis. Pemetaan proses bisnis merupakan penjabaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF

SOP PEMESANAN OBAT. Prosedur SOP Penerimaan Barang Dari PBF SOP PEMESANAN OBAT a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS APOTEK KITA FARMA BINJAI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS DI APOTEK KITA FARMA BINJAI Disusun Oleh: Juliyanti, S. Farm NIM 073202046 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat Resep Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal Kewenangan bidan dalam pemberian obat selama memberikan pelayanan kebidanan pada masa kehamilan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan

FARMASI PERAPOTIKAN. syofyan FARMASI PERAPOTIKAN syofyan Kronologis Pengaturan apotik telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda berdasarkan Het Reglement op de Dienst der Volksgezoindheid disingkat Reglement DVG (Stbld. 1882 No.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, berkembang pula akan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Sistem Sistem dapat diartikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

MAKALAH. Dosen Pembimbing : Yuni Retnaningtyas, S.Si., M.Si., Apt. Oleh: Kelompok 6

MAKALAH. Dosen Pembimbing : Yuni Retnaningtyas, S.Si., M.Si., Apt. Oleh: Kelompok 6 PENJAMINAN MUTU LAYANAN FARMASI DI APOTEK MAKALAH Dosen Pembimbing : Yuni Retnaningtyas, S.Si., M.Si., Apt. Oleh: Kelompok 6 Dhita Oktavia W. 122210101092 Angela Merici Ayu P. 132210101001 Marsalita Irine

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci