UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GEBRIELA TASYA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker GEBRIELA TASYA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

3 c

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, taufik, dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.278 Ruko Versailles FB No.15 Sektor 1.6 BSD Serpong, yang dimulai pada tanggal 3-30 April Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan serta pengarahan baik secara moril maupun materil dari semua pihak. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan dan kesungguhan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Aria Y. Armoko, S.Si, Apt. selaku Manager Apotek Pelayanan sekaligus Apoteker Pengelola Apotek serta pembimbing PKPA di Apotek Kimia Farma No. 278 yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKPA. 2. Ibu Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc., Apt. selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi. 4. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. 5. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 278 atas segala keramahan, pengarahan, bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA. 6. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. 7. Orang tua, kakak dan adik-adikku yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan menjadi lancar. iv

5 8. Rekan-rekan sejawat, mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan 76 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Gebriela Tasya, S.Farm NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royati Non-ekslusif (Non-exclusive Roylty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.278 Ruko Versailles Fb No.15 Sektor 1.6 BSD Serpong Periode 3-30 April 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal: 30 Juli 2013 Yang menyatakan, (Gebriela Tasya, S.Farm)

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv vi viii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Apoteker Pengelola Apotek Tempat/ Lokasi Bangunan Sumber Daya Manusia Perlengkapan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Promosi dan Edukasi Pelayanan Residental Pemberian Informasi Obat (PIO) di Apotek Pencabutan Izin Apotek Kriteria Pencabutan Izin Apotek Ketentuan Pencabutan Izin Apotek Kewajiban Apoteker Pengelola Apotek setelah Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyerahan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika TINJAUAN UMUM vi

8 3.1 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Visi dan Misi Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Lokasi dan tata ruang Lokasi Tata Ruang Struktur Organisasi dan Personalia Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker Pendamping Supervisor Layanan Farmasi Asisten Apoteker Karyawan Non AA Kegiatan Apotek Kimia Farma No Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan Non Teknis Kefarmasian PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek Lampiran 2 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 3 Salinan Resep Lampiran 4 Etiket Obat Lampiran 5 Kartu Stok Lampiran 6 Kuitansi Pembayaran Lampiran 7 Surat Pesanan Narkotika Lampiran 8 Surat Pesanan Psikotropika viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan secara pribadi maupun bersama-sama untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004a). Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh di setiap lapisan masyarakat, termasuk dalam hal penggunaan dan pendistribusian obat. Apotek sebagai salah satu sarana penyaluran obat dan perbekalan farmasi, mempunyai peran dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk memperoleh perbekalan farmasi yang bermutu dan terjamin serta terjangkau harganya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, definisi apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Perbekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), alat kesehatan, dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana penyalur perbekalan farmasi yang berhubungan langsung dengan masyarakat, dituntut untuk dapat memberikan pelayanan terbaik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat dan alat kesehatan. Terlebih lagi, pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami pergeseran orientasi, yang semula berorientasi pada pengelolaan obat (drug oriented) sebagai komoditi, telah beralih menjadi berorientasi pada pasien, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (patient oriented). Oleh karena itu, Apoteker Pengelola Apotek harus memiliki pengetahuan dan 1

11 2 kompetensi yang baik (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004b). Selain ilmu kefarmasian, seorang Apoteker Pengelola Apotek juga dituntut untuk dapat menguasai ilmu-ilmu ekonomi, seperti ilmu manajemen dan ilmu akuntansi, sehingga seluruh kegiatan di apotek dapat memberikan keuntungan yang optimal tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat. Oleh karena itu, program profesi apoteker bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 4 minggu sejak tanggal 3 30 April PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar calon apoteker dapat mengembangkan teori yang diperoleh selama perkuliahan Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma bagi para calon apoteker bertujuan untuk: Mengetahui dan memahami peran apoteker di apotek dalam bidang manajemen apotek maupun pelayanan kefarmasian Mengetahui dan memahami kegiatan kefarmasian baik secara teknis maupun non teknis yang dilakukan di apotek.

12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, disebutkan bahwa apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang apotek dan kegiatannya adalah : a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. c. Undang-undang Republik Indonesia No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/ MENKES/ SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. f. Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 3

13 4 g. Peraturan Menteri Kesehatan No.688/MENKES/PER/VII/1997 tentang Psikotropika. h. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tanggal 14 Juli 1980 sebagai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. i. Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/PER/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, apotek mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. c. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. d. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.4 Persyaratan Apotek Apotek baru yang akan beroperasi harus mempunyai Surat Izin Apotek (SIA), yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan kegiatan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Persyaratan pendirian sebuah apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek yaitu : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan

14 5 tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993) : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, seorang apoteker sebelum menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Seorang apoteker harus memenuhi beberapa persyaratan untuk memperoleh STRA, seperti: a. Memiliki ijazah apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker. d. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

15 6 Apoteker yang telah memenuhi syarat untuk memperoleh STRA, selanjutnya dapat mengajukan permohonan kepada KFN (Komite Farmasi Nasional) dengan membuat surat permohonan STRA yang harus melampirkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) : a. Fotokopi ijazah apoteker. b. Fotokopi surat sumpah/janji apoteker. c. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku. d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin sebagaimana dimaksud berupa SIPA bagi apoteker penanggung jawab dan apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.; sedangkan SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian tersebut dilakukan. Untuk memperoleh SIPA, apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN. b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran. c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar.

16 Tempat/ Lokasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang bersih dan faktor-faktor lainnya juga harus diperhatikan Bangunan Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MENKES/PER/X/1993, luas apotek tidak diatur lagi, namun harus memenuhi persyaratan teknis sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES /SK/IX/2004, bangunan apotek berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh masyarakat. Bangunan di apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Suatu apotek paling sedikit memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja Apoteker, tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan sehingga dapat memberikan penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik, papan nama apotek beserta keterangan nama Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terdapat di apotek antara lain Apoteker Pengelola Apotek, yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA); Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek; Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan

17 8 perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker; personalia lain yang membantu kegiatan di apotek, antara lain juru resep yang membantu asisten apoteker dalam menyiapkan obatobat untuk diracik, pemegang kas/kasir dan petugas kebersihan Perlengkapan Apotek Perlengkapan yang harus ada di apotek adalah peralatan untuk membuat, mengolah dan meracik obat seperti timbangan, mortir dan stamfer, gelas ukur dan lain-lain; tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari dan rak untuk menyimpan obat, lemari pendingin, lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika; wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket obat; peralatan administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep dan kartu stok; dan buku standar yang diwajibkan serta kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) Izin apotek diberikan oleh Menteri Kesehatan yang wewenangnya kemudian dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Tata cara pengurusan izin apotek adalah : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

18 9 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan dan pelaporan oleh Balai POM tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan oleh Balai POM, atau pernyataan dari pemohon untuk siap melakukan kegiatan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Jika permohonan izin apotek tidak memenuhi persyaratan atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya dengan menggunakan contoh formulir model APT Pengelolaan Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Pengelolaan apotek meliputi : a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya.

19 10 c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan, baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat dan pengamatan serta pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. Dalam mengelola apotek, seorang apoteker wajib menyediakan, meyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan, maka harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti yang dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang karyawan apotek. Pada saat pemusnahan, dibuat berita acara pemusnahan dengan menggunakan contoh formulir model APT-8. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat dibantu oleh Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah pengawasan apoteker. Tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dialihkan oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan ketentuan : a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian Apoteker Pengelola Apotek kepada Apoteker Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada saat serah terima, wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang melakukan serah terima dengan menggunakan contoh formulir model APT-10. b. Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila di apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika,

20 11 obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada saat penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Kantor Wilayah atau petugas yang diberi wewenang selaku pihak yang menerima dengan menggunakan contoh formulir model APT Pelayanan Apotek Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek disebutkan mengenai beberapa ketentuan umum dalam pelayanan apotek, antara lain : a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan yang sepenuhnya berada dalam tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. c. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang tertulis di dalam resep dengan obat paten. d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan mengenai penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, maka apoteker harus memberitahukan dokter yang menulis resep tersebut. Apabila dokter tetap dengan pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan di atas resep. f. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. g. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. h. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter

21 12 penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. i. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan untuk menjual obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek tanpa resep yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. j. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek. k. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. l. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena halhal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh formulir model APT-9. m. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 bulan terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. n. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, maka Surat Izin Apotek atas nama apoteker yang bersangkutan dicabut. Pelayanan yang dilakukan di apotek harus menerapkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian, farmasis harus menerapkan standar pelayanan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada

22 13 pelanggan, yang meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, dan pelayanan residential (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004b) Pelayanan Resep (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004b) a. Skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, Surat Izin Praktek dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), dan pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat meliputi peracikan (menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah), penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca, kemasan obat harus cocok dan rapi sehingga terjaga kualitasnya, penyerahan obat oleh apoteker dengan melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep, dan pemberian informasi serta konseling kepada pasien. Informasi obat yang diberikan kepada pasien harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi ini sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan monitoring penggunaan obat, terutama untuk pasien kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis, asma dan penyakit kronis lainnya. c. Konseling didefinisikan sebagai proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.

23 Promosi dan Edukasi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004b) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi kepada pasien. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lainnya Pelayanan Residensial (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004b) Pelayanan residensial adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk itu apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record). 2.8 Pemberian Informasi Obat (PIO) di Apotek Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciriciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif. b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan d. Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

24 15 e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu, peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting. 2.9 Pencabutan Izin Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) Kriteria Pencabutan Izin Apotek Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pencabutan Surat Izin Apotek (SIA) apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang tercantum dalam persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban sebagai Apoteker Pengelola Apotek. c. Apoteker Pengelola Apotek tidak melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan di apotek. e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan, baik dalam hal tempat atau lokasi, perlengkapan, serta kegiatan pelayanan di apotek Ketentuan Pencabutan Izin Apotek Ketentuan mengenai pencabutan izin apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah : a. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua)

25 16 bulan dengan menggunakan formulir model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13. b. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dengan menggunakan contoh formulir model APT-14. c. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. d. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada apotek yang bersangkutan dengan menggunakan contoh formulir model APT-15 dan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat Kewajiban Apoteker Pengelola Apotek setelah Pencabutan Surat Izin Apotek Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan dilakukan dengan mengikuti tata cara sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi seluruh perbekalan farmasi di apotek.

26 Pengelolaan Narkotika (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan dalam tiga golongan yaitu: a. Narkotika golongan I, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya tanaman Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, dan Cannabis sativa. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, contohnya yaitu Codein. Tujuan dari undang-undang tentang narkotika yaitu : a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika. c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika. Kegiatan pengelolaan narkotika yang dilakukan di apotek meliputi pemesanan narkotika, penyimpanan narkotika, pelayanan resep yang mengandung narkotika, pelaporan narkotika dan pemusnahan narkotika.

27 Pemesanan Narkotika Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pemesanan tertulis melalui Surat Pesanan (SP) narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan narkotika terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika. Lemari khusus yang digunakan untuk menyimpan narkotika tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika dan anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang ditunjuk. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Persyaratan untuk lemari atau tempat khusus penyimpanan narkotika harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta bagian kedua untuk persediaan narkotika lainnya yang dipakai seharihari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan serta dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Penyerahan narkotika dari apotek kepada pasien hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dari dokter (Undang-Undang Nomor 35

28 19 Tahun 2009). Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep, tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Dit jen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Namun, penerapan undang-undang ini belum dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia Pemusnahan Narkotika Pemusnahan narkotika dilakukan terhadap narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat lagi. Pemusnahan tersebut harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apoteker Pengelola Apotek membuat berita acara pemusnahan paling sedikit rangkap 3 (tiga) yang memuat : a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah b. Keterangan mengenai tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan

29 20 pemusnahan c. Keterangan mengenai pemilik, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika d. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat atau pihak terkait lainnya yang menyaksikan pemusnahan (saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut). Berita acara pemusnahan narkotika harus dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Besar POM setempat, dan satu disimpan untuk arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika. Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan : a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi. b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah fenobarbital.

30 21 d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contohnya adalah diazepam dan nitrazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang-Undang No.5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang mengakibatkan ketergantungan Pemesanan Psikotropika (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997) Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIA dan SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga dan setiap surat pesanan dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997) Penyimpanan obat psikotropika sampai dengan saat ini belum diatur dengan peraturan perundang-undangan. Namun untuk mencegah penyalahgunaan obat-obat psikotropika, maka sebaiknya obat-obat tersebut disimpan di dalam rak atau lemari yang terpisah dengan obat lain Penyerahan Psikotropika (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997) a. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada apotek lainnya diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. b. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada rumah sakit diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit. c. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada puskesmas diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis dari kepala puskesmas. d. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada balai pengobatan diberikan berdasarkan surat permintaan tertulis dari dokter penanggung jawab balai pengobatan.

31 22 e. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada dokter diberikan berdasarkan resep dokter. f. Penyerahan psikotropika dari apotek kepada pasien diberikan berdasarkan resep dokter Pelaporan Psikotropika (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997) Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika Pemusnahan Psikotropika (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997) Pemusnahan psikotropika dilakukan dengan membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk. Pemusnahan psikotropika tersebut dilakukan apabila kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan, atau berkaitan dengan tindak pidana.

32 BAB 3 TINJAUAN UMUM 3.1 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah Singkat PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Sejarah PT. Kimia Farma tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah bangsa, dan khususnya perkembangan dunia kefarmasian di Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda masih beroperasi di wilayah Republik Indonesia. Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai pada saat pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Perusahaan-perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain N.V. Pharmaceutische Hendel vereneging J. Van Gorkom (Jakarta), N.V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co., (Jakarta), N.V. Bavosta (Jakarta), N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek (Bandung) dan N.V Jodium OndernemingWatoedakon (Mojokerto). Setelah nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana, Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Berdasarkan SK Penguasa Perang Pusat No. Kpb/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No /Kab/1958, terbentuklah Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda). Selain itu, Bapit (Badan Pusat Penguasaan Industri dan Tambang-Departemen perindustrian) juga turut menerima penyerahan beberapa perusahaan Belanda. Berdasarkan Undang-undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi, yaitu PN Farmasi dan alat kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nurani Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kimia Farma (Bandung) dan PNF Sari 23

33 24 Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969 perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhinneka Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek saat ini memilki 36 unit bisnis dan 412 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan PT. Kimia Farma Trading &Distribution memiliki 2 wilayah pasar, dan 35 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi) Visi dan Misi a. Visi : Visi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. adalah menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis. b. Misi : Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. adalah menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang: 1) Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.

34 25 2) Perdagangan dan jaringan distribusi. 3) Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya. 4) Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi tiga Direktur, yaitu Direktur Operasional, Direktur Keuangan, dan Direktur SDM dan Umum. Dalam upaya perluasan, penyebaran, pemerataan dan pendekatan pelayanan kefarmasian pada masyarakat, PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. telah membentuk suatu jaringan distribusi yang terorganisir. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. mempunyai 2 (dua) anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma Trading & Distribution dan PT. Kimia Farma Apotek yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui Apotek. PT. Kimia Farma Trading & Distribution (T&D) membawahi PBF-PBF yang tersebar di seluruh Indonesia. Wilayah usaha PT. Kimia Farma T&D dibagi menjadi 2 (dua) wilayah yang keseluruhannya membawahi 35 PBF di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik yang berasal dari PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. maupun dari produsen-produsen yang lain ke Apotek- Apotek, toko obat dan institusi pemerintahan maupun swasta. PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF) yang wilayah usahanya terbagi menjadi 36 wilayah Unit Bisnis yang menaungi kurang lebih 412 Apotek di seluruh Indonesia. Tiap-tiap unit bisnis (Bussiness Manager) membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi lima Unit Bisnis, yaitu:

35 26 1. Bisnis Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisnis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. 2. Bisnis Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Bekasi, dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman. 3. Bisnis Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok, dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. 4. Bisnis Manager Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 95, Tangerang. 5. Bisnis Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Bisnis Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan dan membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsifungsi yang menjalankan perannya masing-masing. 3.2 PT. Kimia Farma Apotek PT Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang dibentuk oleh PT Kimia Farma Tbk., untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada. PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan maka PT Kimia Farma Apotek hingga April 2013 telah mengelola sebanyak 412 apotek yang tersebar diseluruh tanah air. Penambahan jumlah apotek yang terus dikembangkan merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas, dimana pihak yang memiliki

36 27 jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani beberapa jenis pelayanan, yaitu penjualan langsung, pelayanan resep dokter, penyediaan, pelayanan praktek dokter, optik, dan pelayanan swalayan farmasi, serta pusat pelayanan informasi obat. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari Apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap Apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Saat ini, unit Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi pembelian/ pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari Apotek Pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya.

37 Logo PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Logo PT. Kimia Farma Apotek Pengertian Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. d. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi.

38 Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan citra yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada Sifat huruf a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam konsep apotek jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 14 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : 1. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya 2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal 3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee- Based Income).

39 Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek PT Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang Direktur Utama yang membawahi tiga direktur yaitu Direktur Operasional, Direktur Keuangan, serta Direktur Umum & SDM, serta membawahi langsung Manajer Pengembangan Bisnis. Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yangsekarang disebut Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan (APP). BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manajer bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan penawaran dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah.

40 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMA FARMA NO.278 Apotek Kimia Farma No.278 merupakan salah satu apotek pelayanan yang tergabung dalam unit Business Manager (BM) Tangerang. BM Tangerang membawahi 10 Apotek Kimia Farma yang berada di wilayah Provinsi Banten. 4.1 Lokasi dan Tata Ruang Lokasi Apotek Kimia Farma No. 278 berlokasi di Ruko Versailes Blok FB No. 15 sektor 1.6 BSD, Tangerang. Ditinjau dari lokasinya, apotek ini cukup strategis karena berada di tepi jalan besar dua arah yang cukup ramai dan banyak dilalui oleh kendaraan pribadi, dan beberapa kendaraan umum. Pada bagian depan apotek tersedia area parkir yang memadai dan disekitar apotek terdapat gedung pertokoan, praktek dokter, rumah makan, dan pemukiman penduduk Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.278 merupakan sebuah ruko yang terdiri dari 2 Lantai. Lantai 1 merupakan Apotek Pelayanan sedangkan Lantai 2 merupakan ruang praktek dokter yang bekerjasama dengan apotek. Tata ruang Apotek Kimia Farma No.278 memiliki konsep semi terbuka sehingga pasien dapat melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh pegawai apotek, kecuali ruangan peracikan dan administrasi. Desain bangunan apotek yang menggunakan kaca di bagian depan apotik dimaksudkan agar menarik perhatian pengguna jalan yang melewati apotek untuk berkunjung. Selain itu, bertujuan agar mempermudah masyarakat untuk melihat kondisi di dalam apotek. Pembagian ruangan yang terdapat di dalam apotek Kimia Farma no.278 antara lain: Swalayan Farmasi Ruangan ini berada di bagian depan apotek. Swalayan berada di dekat ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pengunjung, baik pengunjung yang 31

41 32 bertujuan langsung membeli obat swalayan, maupun pengunjung yang sedang menunggu pelayanan resep. Ruangan ini terdiri atas dua gondola, satu wall, dan satu lemari kaca. Pengelompokkan produk disusun berdasarkan fungsi / kategori yang berhubungan. Penyusunan barang di rak memperhatikan kemasan, ukuran serta bentuk sediaan. Kemasan botol ditata dari kemasan besar ke kecil dari kiri ke kanan. Sediaan sirup dan tablet/kapsul serta sediaan salep/cream ditempatkan pada rak yang terpisah. Pemajangan produk di swalayan Apotek Kimia Farma No. 278 adalah sebagai berikut : a. Gondola 1, produk yang dipajang berdasarkan kategori Medicine (tablet dan sirup), Suplemen, Vitamin dan Mineral. b. Gondola 2, produk yang dipajang berdasarkan kategori Personal Care, Baby & Child Care, First Aid & Topical c. Wall, pada wall, diletakkan merapat pada dinding, diisi oleh produk dengan kategori Food suplement, Vitamin, Beauty Care, Skin Care, dll. d. Lemari Kaca, terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama dipajang alat kesehatan dan First Aid. Bagian kedua produk salep dan tetes mata. Bagian ketiga dipajang produk-produk susu Ruang Tunggu Ruang tunggu di Apotek Kimia Farma No. 278 terdapat di sebelah kanan arah masuk pintu. Ruang tunggu dilengkapi koran, brosur, tabloid dan majalah kesehatan yang disediakan oleh apotek yang dapat dibaca oleh pasien/pelanggan ketika menunggu penyerahan obat. Selain bahan bacaan, terdapat juga televisi dan lemari pendingin berisi minuman ringan yang dapat dibeli oleh pelanggan. Hal ini memberikan kenyamanan bagi pasien karena waktu yang dibutuhkan untuk menunggu menjadi terasa lebih singkat Area Pelayanan Area pelayanan terdiri dari tempat penerimaan resep sekaligus kasir, tempat penyiapan obat, tempat penyerahan obat, dan tempat pembelian HV (hand verkoop) atau obat-obat OTC (over the counter). Antara pelanggan dengan bagian dalam area pelayanan dibatasi oleh meja berbentuk huruf L dengan tinggi setara

42 33 dada orang dewasa. Terdapat 2 counter untuk penerimaan resep maupun pelanggan yang membeli obat-obat OTC, masing-masing counter memiliki komputer yang berfungsi untuk memeriksa ketersediaan barang dan menginformasikan harga obat kepada pasien sehingga memudahkan pelayanan dan menghindari antrian yang panjang Tempat Penyimpanan dan Peracikan Obat Di bagian dalam area pelayanan apotek terdapat lemari obat sebagai tempat penyimpanan obat yang disusun di rak obat. Di ruangan ini dilakukan proses pembacaan resep, penyiapan obat, dan pembuatan etiket. Ruangan ini dilengkapi dengan lemari obat obat ethical, meja serta kursi untuk menulis, etiket, kemasan, label, lembar copy resep, kuitansi, dan buku buku panduan yang diperlukan seperti ISO, MIMS, dan buku yang berisi daftar obat untuk resep resep kredit. Penempatan obat di rak disusun berdasarkan abjad, antibiotik, bentuk sediaan, dan stabilitasnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah saat pengambilan obat. Untuk obat-obat yang tidak stabil pada suhu ruangan, penyimpanannya diletakkan di dalam lemari pendingin yang memiliki pengatur suhu. Lemari pendingin tersebut terletak di ruang peracikan. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan terpisah pada lemari yang tidak dapat digeser, tertempel di lantai dan dinding, terbuat dari kayu, memiliki dua bagian, masing-masing memiliki kunci yang berbeda. Sebagian obat obat psikotropika disimpan di lemari/rak terpisah yang tidak terkunci dan letaknya tidak terlihat oleh umum. Tempat peracikan obat berada di bagian belakang. Di dalam ruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, dan pengemasan obat obat racikan. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, lumpang dan alu, bahan baku, cangkang kapsul, kertas puyer berlogo, kertas perkamen, mesin press untuk kertas puyer, dan mesin penggerus (pulverizer).

43 Ruang Apoteker Pengelola Apotek Ruangan ini digunakan oleh Apoteker Pengelola Apotek untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya, baik dalam hal teknis kefarmasian (fungsi kontrol) dan nonteknis kefarmasian. Ruangan ini terletak di belakang dan bersebelahan dengan ruang peracikan. Terdapat satu perangkat komputer yang terletak di meja Apoteker. Ruangan ini juga digunakan untuk keperluan administrasi apotek. 4.2 Struktur Organisasi dan Personalia Apotek Kimia Farma No.278 dipimpin oleh seorang APA yang juga merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan. APA membawahi 1 orang Apoteker Pendamping, 5 orang Asisten Apoteker (AA) dan 1 orang karyawan non AA yang bertugas untuk membantu pelayanan kefarmasian di apotek. Masingmasing asisten apoteker memiliki tanggung jawab pada rak-rak obat tertentu. 4.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) APA bertindak sebagai manajer apotek pelayanan yang memiliki kemampuan dalam perencanaan, organisasi, dan pengawasan seluruh kegiatan yang ada di apotek. Tugas dan fungsi APA: a. Melaksanakan visi dan misi apotek. b. Melaksanakan bussiness plan dan strategic plan. c. Melaksanakan sistem/peraturan pada setiap kegiatan. d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja pada setiap fungsi kegiatan yang ada di apotek. Wewenang dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek: a. Menentukan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan yang ada di apotek. b. Menentukan sistem operasional prosedur seluruh kegiatan yang ada di apotek. c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan yang ada di apotek.

44 Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah apoteker yang bertugas memberikan pelayanan farmasi pada saat APA tidak berada di apotek. Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping adalah penyerahan obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, pemberian informasi obat, dan konseling Supervisor Layanan Farmasi Supervisor adalah seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek. Tugas supervisor di Apotek Kimia Farma No.278 adalah sebagai berikut: a. Membantu APA dalam melakukan pengawasan pelayanan kepada pasien. b. Membantu APA dalam melakukan pengawasan pengadaan barang dan kelancaran arus barang masuk dan keluar. c. Mengatur jadwal jam kerja karyawan apotek Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada pimpinan Apotek dalam menjalankan tugasnya. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut: a. Mengatur, mengontrol, dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan penyusunan yang telah ditetapkan. b. Menerima resep, memeriksa keabsahan resep, dan memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya. c. Memberikan harga pada setiap resep, obat, atau perbekalan farmasi lainnya. d. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep yang ada. e. Membuat kuitansi dan salinan resep. f. Memeriksa kebenaran obat yang akan diberikan kepada pasien dan pemerian etiket obat. g. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang.

45 Karyawan Non AA Karyawan Non AA bertugas membantu asisten apoteker untuk melakukan layanan pengantaran obat (delivery order) ke rumah pasien dan menjaga kebersihan apotek. 4.4 Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 278 Apotek Kimia Farma No. 278 melaksanakan kegiatan pelayanan yang terbagi dalam 2 shift yaitu shift pagi pukul ( WIB) dan shift siang pukul ( WIB). Kegiatan utama yang dilakukan Apotek Kimia Farma No. 278 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan nonteknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropika Pengadaan barang Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 278 dilakukan melalui BM dengan sistem DC melalui sistem online. Dengan sistem DC ini kita dapat mengetahui kebutuhan tiap-tiap apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah BM, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan masing-masing apotek. Supervisor pengadaan melakukan pemesanan barang kepada PBF yang resmi dengan menerbitkan Surat Pesanan Barang/SPB. Barang yang dipesan akan dikirim ke gudang pusat dan selanjutnya didistribusikan ke masing-masing apotek beserta dokumen droping dan formulir serah terima barang DC melalui jasa ekspedisi. Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi persediaan tidak ada. Permintaan dapat dilakukan menggunakan BPBA yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pengadaan dilakukan

46 37 oleh masing-masing apotek pelayanan melalui SP khusus narkotika dan psikotropika dan diantar langsung ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut: a. Ketersediaan barang b. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan c. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan d. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu e. Cara pembayaran Penyimpanan barang Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada tempat yang aman dan dapat menjamin mutunya (Depkes RI, 2008). Apotek Kimia Farma No. 278 memiliki ruang penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya pada sarana swalayan farmasi dan ruang peracikan. Swalayan farmasi menyediakan tempat untuk obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur/leaflet. Penyimpanan obat ethical dikelompokkan berurutan sesuai dengan abjad, golongan antibiotik dikelompokkan terpisah, obat-obat generik dikelompokkan terpisah. Penyimpanan juga dibedakan sesuai bentuk sediaan obat (padat, semisolid, cairan, obat tetes telinga dan obat tetes mata) dan terdapat tempat khusus lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu 2 8 C seperti suppositoria, ovula dan insulin, sedangkan vaksin disimpan dalam freezer dengan suhu -20 C (-10) C. Selain itu penyimpanan obat narkotika dan psikotropika di dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu dan masing-masing mempunyai kunci yang berbeda. Setiap pengeluaran dan pemasukan barang dicatat dalam kartu stok yang diletakkan di dalam kotak masing-masing obat. Untuk mencegah obat kadaluarsa yang tidak terkontrol, selain diterapkan sistem FEFO, di apotek Kimia Farma No.

47 juga dibuat stiker kertas berwarna yang ditempelkan di kotak obat yang menandakan tahun kadaluarsa obat Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 278 meliputi penjualan tunai dan kredit obat dengan resep dokter, serta pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Penjualan tunai obat dengan resep dokter mengikuti alur sebagai berikut: a. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. b. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. c. Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut dan disatukan dengan resep aslinya. Informasi pasien akan dicatat di Catatan Pengobatan Pasien/Patient Medication Records. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep/copy resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep dibelakang kuitansi tersebut. d. Obat disiapkan e. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket, label bila perlu dan dikemas dengan kemasan yang sesuai. f. Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah, dan etiketnya, juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai dengan resep aslinya serta kebenaran kuitansi. g. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang

48 39 diperlukan pasien. Konseling dapat dilakukan bersamaan pada saat pemberian informasi obat atas permintaan pasien. h. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: a. Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. b. Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh instansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai. c. Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep dengan pembelian tunai. d. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masingmasing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. Pelayanan UPDS adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Pelayanan UPDS mengikuti alur sebagai berikut: a. Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat. b. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir c. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas d. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien.

49 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 278 meliputi : 1. Pemesanan narkotika. Pemesanan sediaan narkotika dilakukan oleh apotek Kimia Farma No. 278 yang dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan (Surat Pesanan asli dan 2 Lembar copy Surat Pesanan), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. 2. Penerimaan narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh Manager Apotek Pelayanan atau dilakukan dengan sepengetahuan Manager Apotek pelayanan. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. 3. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 278 disimpan dalam lemari yang terbuat dari kayu yang kuat dan mempunyai kunci yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh Apoteker. 4. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No.278 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat sendiri oleh apotek tersebut yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.

50 41 5. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 278 dibuat setiap bulan dan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Laporan dibuat rangkap empat dan ditandatangani oleh Manajer Apotek Pelayanan dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dengan tembusan kepada: a. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan kota Serang. b. Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang. c. Penanggung Jawab Narkotika PT. Kimia Farma. d. Arsip apotek 6. Pemusnahan narkotika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : a. Manager Apotek Pelayanan membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain, jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh Manager Apotek Pelayanan dikirimkan ke Balai Pengawas Obat dan Makanan di Serang. Balai Pengawas Obat dan Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Manajer Apotek pelayanan, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Depkes Kota Madya Jakarta Pusat. d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi: (1) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan. (2) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. (3) Cara pemusnahan. (4) Petugas yang melakukan pemusnahan. (5) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek

51 42 Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan : (1) Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. (2) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta. (3) Arsip apotek Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di apotek Kimia Farma No. 278 meliputi : 1. Penyimpanan psikotropika Penyimpanan obat psikotropika diletakkan di lemari yang terbuat dari kayu yang kuat, terkunci, dan letaknya tidak terlihat oleh umum. Lemari tersebut mempunyai kunci yang dipegang oleh Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh Apoteker. 2. Pelayanan psikotropika Apotek Kimia Farma No. 278 hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat sendiri oleh Apotek Kimia Farma No. 278 yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. 3. Pelaporan psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan setempat setiap satu tahun sekali. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek, dilengkapi dengan nama dan nomor Surat Ijin Praktek, serta stempel apotek dengan tembusan kepada: a) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan kota Serang. b) Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang. c) Penanggung Jawab Psikotropika PT. Kimia Farma. d) Arsip apotek.

52 43 4. Pemusnahan psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika Pemusnahan Resep Tata cara pemusnahan resep telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 280/MenKes/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotek pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5) disebutkan tentang resep sebagai berikut : 1. Apoteker Pengelola Apotek mengatur resep menurut urutan tanggal dan nomor urutan penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun. 2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 3 tahun dapat dimusnahkan. 3. Pemusnahan resep dapat dilakukan dengan cara dibakar atau cara lain oleh Apoteker Pengelola Apotek bersama-sama dengan sekurang-kurangnya petugas apotek. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Serang dan arsip Apotek Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan Apotek Kimia Farma No.278 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) baik tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit.

53 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma No. 278 merupakan apotek pelayanan yang berada di bawah koordinasi Unit Business Manager (BM) Tangerang. Unit Business Manager Tangerang juga membawahi beberapa apotek pelayanan lainnya. BM bertanggung jawab dalam menangani kegiatan pembelian, penjualan, keuangan, administrasi, dan gudang dari apotek pelayanan yang berada di bawah binaannya. Sistem jaringan yang diberlakukan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam kinerja maupun sumber daya manusia. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 278 terletak di Ruko Versailes Blok FB No. 15 sektor 1.6 BSD, Tangerang. Apotek Kimia Farma No. 278 ini cukup strategis karena terletak di tepi jalan dua arah yang cukup ramai dan banyak dilalui oleh kendaraan pribadi dan beberapa kendaraan umum. Posisi apotek menghadap ke jalan sehingga akan terlihat pada saat melintasi jalan tersebut. Kemudahan akses menuju apotek merupakan faktor penting sehingga pelanggan tidak enggan untuk datang ke apotek. Di sekitar apotek terdapat gedung pertokoan, rumah makan, dan pemukiman penduduk. Selain itu, apotek Kimia Farma No. 278 juga dilengkapi dengan ruang praktik dokter. Hal tersebut dapat menambah pendapatan apotek dari sektor obat ethical. Gedung Apotek Kimia Farma No. 278 terdiri dari dua lantai. Pada lantai 1 terdapat ruang tunggu pasien, swalayan farmasi, counter penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang peracikan dan toilet, sedangkan pada lantai 2 terdapat 3 ruang praktek dokter, mushola, dan toilet. Gedung Apotek Kimia Farma No. 278 disertai dengan papan nama apotek dan papan nama yang diperuntukkan bagi praktik dokter yang melakukan kerja sama dengan pihak apotek. Adanya papan nama yang jelas penting untuk mengidentifikasi keberadaan Apotek Kimia Farma karena menjadikan apotek mudah dikenali dan menarik pasien khususnya yang telah mengenal reputasi atau menjadi pelanggan. Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma No. 278 sudah sesuai dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, yaitu bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang penyerahan obat, dan 44

54 45 toilet. Apotek juga dilengkapi dengan papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat dan nomor telepon apotek. Selain bangunan yang memenuhi syarat, apotek juga harus memiliki perlengkapan antara lain alat pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur, perlengkapan penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin, tempat penyimpanan khusus narkotika, buku standar yang berhubungan dengan apotek seperti ISO, MIMS, dll, serta alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, dan salinan resep. Apotek Kimia Farma No. 278 telah memiliki banyak fasilitas sehingga dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pasien, yaitu ruang tunggu yang dilengkapi AC, televisi, brosur atau leaflet, dan majalah kesehatan. Swalayan farmasi di dekat ruang tunggu memberikan kemudahan bagi pasien untuk melihat, memilih, dan membeli obat-obat bebas serta kebutuhan kesehatan lainnya seperti personal care, sanitary, susu, food suplement, alat kesehatan, dan lain-lain. Barang-barang tersebut tersusun rapi pada etalase berdasarkan farmakologi obat dan bentuk sediaan obat sehingga memudahkan pelanggan untuk melihat dan memilihnya sesuai dengan kebutuhan. Sarana yang belum dimiliki oleh Apotek Kimia Farma No. 278 adalah tempat khusus untuk kegiatan konseling oleh Apoteker bagi pasien. Tempat untuk konseling merupakan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian yang optimal. Pelayanan Apotek Kimia Farma No. 278 dilakukan setiap hari mulai pukul WIB, yang terbagi dalam dua shift, yaitu shift pagi (pukul ) dan shift sore (pukul ). Apotek ini dipimpin oleh seorang Manager Apotek Pelayanan yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). Manager Apotek Pelayanan membawahi 5 orang Asisten Apoteker, 1 orang non Asisten Apoteker, dan 1 orang Apoteker Pendamping. Pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam pengelolaan apotek telah dilakukan Apotek Kimia Farma No Sistem pengadaan di Apotek Kimia Farma No. 278 menggunakan sistem Distribution Centre yang membawahi beberapa apotek pelayanan di wilayah Tangerang dengan koordinasi Bisnis Manager yang berpusat di apotek Kimia

55 46 Farma No. 95. Adapun keuntungan dan kelemahan sistem Distribution Centre adalah sebagai berikut : 1. Keuntungan sistem Distribution Centre antara lain : a. Apotek pelayanan menjadi lebih fokus pada kegiatan pelayanan dan penjualan terhadap konsumen serta menyederhanakan pekerjaan di apotek dimana apotek pelayanan tidak perlu menyediakan tenaga kerja untuk mengatur kegiatan perencanaan dan pembelian barang, keuangan serta administrasi barang. Hal ini dapat meningkatkan mutu pelayanan di apotek dan dapat terbina hubungan yang baik dengan konsumen. b. Peluang mendapatkan potongan harga lebih besar karena pembelian barang dilakukan dalam jumlah banyak. c. Kesalahan apotek pelayanan dalam meng-entry faktur barang dapat diminimalisir. d. Pengadaan dengan sistem Bisnis Manager dan dropping diharapkan dapat mencegah terjadinya barang sisa, menghindari terjadinya barang kadaluarsa dan mempercepat proses pengadaan sehingga kasus penolakan resep dapat diperkecil. e. Mencegah masuknya barang palsu atau tidak layak ke dalam apotek karena barang sudah diseleksi terlebih dahulu. 2. Kelemahan sistem Distribution Centre antara lain : a. Perencanaan pengadaan barang dilakukan berdasarkan history penjualan bulan lalu sehingga tidak bisa secara otomatis mengganti jumlah dan jenis barang yang dibutuhkan apabila terdapat penggunaan barang yang melonjak pada bulan tertentu. b. Memerlukan biaya operasional yaitu kendaraan untuk mendistribusikan barang dari gudang BM ke masing-masing apotek pelayanan, terutama untuk apotek pelayanan yang letaknya jauh dari BM. c. Diperlukan penanggung jawab yang khusus menangani persediaan agar tidak terjadi pemesanan yang berulang dan tidak ada stok yang menumpuk.

56 47 Untuk menanggulangi kelemahan sistem Distribution Centre, perencanaan pengadaan barang dibuat tidak hanya berdasarkan history tetapi juga menggunakan sistem permintaan manual yang dibuat oleh masing-masing apotek sesuai dengan kebutuhan apotek. Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 278 dilakukan empat kali dalam sebulan, yaitu dua kali dengan menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang dibuat oleh petugas apotek dan dua kali dilakukan secara otomatis. Barang-barang yang dibutuhkan oleh apotek dicatat dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Selanjutnya bagian gudang BM Tangerang akan memeriksa persediaan barang. Jika barang yang dipesan oleh apotek pelayanan tersedia di gudang BM, akan dilakukan dropping barang tersebut oleh BM ke apotek. Jika barang yang dibutuhkan oleh apotek tidak tersedia di gudang, bagian pembelian BM akan melakukan pemesanan ke distributor. Apabila terdapat kebutuhan barang dalam jumlah kecil dan bersifat mendesak, apotek dapat meminta atau meminjam barang tersebut dari Apotek Pelayanan Kimia Farma lainnya melalui media telepon atau fax. Dengan adanya koordinasi antar Apotek Pelayanan Kimia Farma, maka jumlah penolakan resep pasien karena tidak tersedianya obat dapat diminimalisir. Pemesanan obat narkotika dilakukan langsung oleh apotek dengan mengirimkan Surat Pemesanan (SP) khusus rangkap 4 kepada distributor tunggal yakni Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma melalui BM. Pengadaan barang secara otomatis dilakukan oleh petugas gudang berdasarkan analisa pareto sehingga dapat diketahui jenis obat yang bersifat slow moving, moderate moving, atau fast moving di apotek sehingga pembelian barang menjadi lebih efektif dan target penjualan di apotek dapat tercapai. Analisa pareto dilakukan berdasarkan data penjualan apotek pelayanan 3 bulan berturut-turut sebelumnya. Sistem pareto tidak hanya dilihat dari kuantitas barang dan nominal rupiah tetapi dilihat juga dari frekuensi penjualan obat-obat tersebut setiap bulannya. Selain itu, diperhitungkan pula buffer stock atau stok cadangan apotek sehingga akan meminimalisir kekosongan barang. Setelah dilakukan pemesanan, barang dikirimkan ke gudang BM yang terletak di apotek Kimia Farma No.95.

57 48 Setelah barang tersedia, selanjutnya dilakukan dropping ke masing-masing apotek pelayanan disertai dengan faktur. Pada saat barang datang ke apotek, dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk menjamin kesesuaian antara barang yang dikirimkan dengan yang dipesan, yaitu kesesuaian barang dengan yang tertulis di BPBA, lembar dropping (jika barang dikirim dari BM Tangerang). Pemeriksaan yang dilakukan terhadap barang yang datang meliputi jenis barang, merek, ukuran sediaan, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, jumlah barang, kondisi fisik barang, nomor batch, dan tanggal daluarsa. Jika ada barang yang tidak sesuai dengan faktur, terdapat kecacatan fisik barang, atau barang mendekati tanggal daluarsa, dilakukan retur atau pengembalian untuk digantikan dengan barang yang sesuai. Jika sudah sesuai, faktur ditandatangani oleh petugas apotek yang menerima barang dan diberi stempel. Obat-obat yang telah sesuai selanjutnya akan dicatat pada kartu stok dan disimpan dalam masing-masing kotak penyimpanan obat yang telah disediakan. Manajemen pendistribusian barang dilaksanakan dengan pencatatan pada kartu stok untuk setiap pemasukan dan pengeluaran barang. Setiap lemari penyimpanan obat dan gudang memiliki satu orang penanggung jawab yang akan memantau ketersediaan obat agar tidak terjadi kekosongan stok, dan juga bertugas memantau kesesuaian obat yang tersedia secara fisik dengan data stok dalam sistem komputer. Sistem penyimpanan barang dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out) untuk mencegah barang kadaluarsa sebelum terjual. Pencatatan tanggal kadaluarsa obat (Expire Date) dicatat setiap kali barang datang. Apotek Kimia Farma No. 278 melakukan pengontrolan terhadap tanggal kadaluarsa obat dengan menempelkan stiker berwarna sesuai dengan tahun kadaluarsa pada kotak penyimpanan obat sehingga mempermudah pengontrolan terhadap obat yang telah mendekati tanggal kadaluarsa. Obat yang telah mendekati tanggal kadaluarsa diberi stiker berwarna merah, sedangkan obat yang tanggal kadaluarsanya masih lama diberi stiker yang berwarna kuning. Dalam rangka pengawasan terhadap mutu dan kadaluarsa barang dalam penyimpanan, maka apotek melakukan stock opname setiap 3 bulan sekali.

58 49 Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma No.278 disusun rapi dalam rak berdasarkan bentuk sediaannya dan disusun secara alfabetis, baik sediaan padat maupun sediaan cair, sedangkan sediaan semi padat yang termolabil (suppositoria dan ovula) disimpan di lemari pendingin sehingga memudahkan pencarian obat yang dibutuhkan. Obat-obat antibiotik oral dan obat-obat generik ditempatkan tersendiri untuk memudahkan pengambilannya. Obat antibiotik diletakkan di wadah/kotak berwarna merah, sedangkan obat generik diletakkan di wadah/kotak berwarna kuning. Obat narkotika ditempatkan di lemari khusus yang terbuat dari kayu dan memiliki kunci ganda (double lock). Obat psikotropika tidak diletakkan di lemari narkotik melainkan di lemari obat biasa namun ditempatkan tersendiri dan diletakkan di wadah/kotak berwarna merah muda. Tempat penyimpanan untuk tiap jenis barang disertai dengan kartu stok, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengatur pemasukan dan pengeluaran barang. Akan tetapi, apotek Kimia Farma No. 278 tidak memiliki ruang inventory atau gudang. Hal ini dapat menyebabkan penyimpanan obat menjadi kurang teratur khususnya setelah barang datang dari BM. Untuk mengatasinya, sebaiknya disediakan ruang inventory kecil untuk menyimpan persediaan obat terutama obat-obat yang baru datang dari BM. Pelayanan yang dilakukan oleh apotek Kimia Farma No. 278 meliputi pelayanan dengan resep dokter dan non resep dokter. Penjualan obat dengan resep dokter dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dengan pembayarannya secara tunai atau kredit. Pada penjualan resep tunai terdapat standar mutu pelayanan, sudah ada ketentuan tidak melebihi 15 menit untuk pelayanan resep obat jadi dan tidak melebihi 30 menit untuk resep racikan dengan pembayaran tunai. Hal ini telah diterapkan oleh Apotek Kimia Farma No. 278 BSD. Selain melakukan pelayanan resep tunai, Apotek Kimia Farma No. 278 juga melakukan pelayanan resep kredit. Pelayanan resep kredit merupakan pelayanan yang dilakukan apotek pada pasien yang berasal dari instansi-instansi yang sebelumnya telah bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek dan telah ada kesepakatan bersama mengenai obat-obat apa saja yang biayanya akan ditanggung oleh instansi-instansi tersebut. Untuk pelayanan resep dengan

59 50 pembayaran kredit di Apotek Kimia Farma No. 278 tidak diinformasikan mengenai harga kepada pasien. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang meminta kuitansi maka petugas apotek membuat kuitansi beserta salinan resep di belakang kuitansi tersebut. Prosedur pelayanan resep dilakukan secara bertahap, yaitu petugas menerima resep dari pasien lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. Kemudian petugas apotek akan memeriksa persediaan obat yang diminta, bila obat yang diperlukan tersedia maka dilakukan pemberian harga dan harga tersebut diinformasikan kepada pasien. Setelah pasien menyetujuinya, maka segera dilakukan pembayaran obat tersebut di bagian kasir. Setelah obat selesai dikerjakan oleh petugas apotek maka dilakukan pemberian etiket yang jelas dan obat dikemas. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, dilakukan pengecekan kembali meliputi nomor resep, nama pasien, nama obat, jumlah obat serta aturan pakai obat. Kemudian petugas apotek memberikan informasi yang diperlukan mengenai obat yang akan digunakan oleh pasien. Untuk resep narkotika, Apotek Kimia Farma No. 278 hanya melayani resep asli dan salinan resep dari Apotek Kimia Farma No. 278 sendiri yang belum dilayani sama sekali atau baru dilayani sebagian. Sedangkan salinan resep narkotika yang terdapat tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Untuk obat-obat yang memiliki efek samping yang memabukkan, apotek hanya melayani dengan resep, obat-obat ini tidak dijual bebas, dan karyawan apotek selalu mencatat identitas lengkap pasien. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan obat. Penolakan resep di Apotek Kimia Farma No. 278 umumnya terjadi karena tidak semua obat dilengkapi stoknya atau obat yang diinginkan tidak tersedia di apotek. Untuk alasan stok obat kosong, biasanya karyawan apotek menghubungi apotek Kimia Farma lain untuk menanyakan ketersediaan obat tersebut. Untuk mengatasi penolakan resep akibat stok obat kosong atau tidak memenuhi permintaan, pencatatan barang di buku defecta dilakukan untuk barang-barang yang hampir habis dan secara rutin (setiap hari), kemudian diperlukan suatu sistem teknologi informasi yang dapat mengintegrasikan seluruh data di apotek

60 51 yang tergabung dalam BM sehingga data ketersediaan obat di apotek dapat terpantau dan dilakukannya perencanaan pengadaan barang yang lebih baik. Apotek Kimia Farma No. 278 juga melayani permintaan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Pada layanan ini, apotek menjual obat-obatan yang diizinkan oleh pemerintah (Obat Wajib Apotek) untuk digunakan oleh pasien yang telah mengetahui khasiat dan cara penggunaan obat tersebut untuk pengobatan dirinya sendiri (swamedikasi). Oleh karena itu, dalam hal ini dituntut peran apoteker untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh masyarakat baik untuk pelayanan resep dokter maupun pelayanan informasi obat serta konsultasi kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini perlu didukung oleh adanya kegiatan Pharmaceutical Care dengan cara memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang baik. Kegiatan pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling di Apotek Kimia Farma No. 278 oleh Apoteker belum dilaksanakan secara maksimal. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan tenaga dan waktu Apoteker, serta belum adanya tempat khusus untuk konseling. Di Apotek Kimia Farma No. 278 kegiatan PIO dilakukan oleh asisten Apoteker ketika menyerahkan obat kepada pasien dan menjawab pertanyaan dari pasien tentang obat yang digunakan. Pengarsipan resep dan salinan resep dilakukan menurut aturan yang berlaku. Untuk resep narkotika, penandaannya diberi garis merah pada resepnya serta penyimpanannya dipisahkan dengan resep lain agar penelusuran resep-resep narkotika tersebut menjadi lebih mudah. Setiap resep masuk yang mengandung obat golongan narkotika dicatat di buku penggunaan narkotika harian dan setiap bulan dibuat laporan penggunaan narkotika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Sedangkan untuk obat psikotropika dibuat laporan penggunaan psikotropika setiap tiga bulan sekali yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pasien yang membeli sebagian besar adalah pasien yang berdomisili di area perumahan BSD. Walaupun dari segi pembeli apotek ini tidak termasuk kategori ramai namun apotek Kimia Farma No. 95 memiliki kelebihan tersendiri, yakni adanya layanan delivery order dan waktu operasional yang konsisten sehingga apotek memiliki pelanggan tetap yang sebagian besar merupakan

61 52 masyarakat sekitar perumahan BSD yang memiliki kesibukan yang padat sehingga layanan delivery order merupakan salah satu potensi apotek yang harus dipertahankan.

62 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Peranan Apoteker di Apotek adalah sebagai retailer yang mampu memberikan hasil seoptimal mungkin bagi kelangsungan hidup apotek, sebagai manager yaitu mampu mengelola kegiatan mulai dari pengadaan barang, pembelian, penyimpanan, penjualan, administrasi dan pelayanan, serta professional yaitu mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi ke pasien sesuai dengan profesinya, seperti melakukan pelayanan informasi obat dan konseling Struktur organisasi pada Apotek Kimia Farma No. 278 telah mencerminkan pembagian tugas dan wewenang yang jelas kepada seluruh karyawan sehingga dapat terjadi kerja sama yang baik antara semua bagian dan menciptakan kelancaran kerja serta mendukung tercapainya tujuan apotek Apotek Kimia Farma No. 278 dalam melaksanakan kegiatan telah mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, antara lain : a. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker dalam memberikan pelayanan dan informasi obat kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat. b. Tempat melaksanakan pekerjaan kefarmasian, sarana perbekalan farmasi serta tempat penyaluran obat yang diperlukan untuk masyarakat luas. 53

63 Saran Untuk meningkatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat luas dan meningkatkan peran apoteker, apoteker sebaiknya mengoptimalkan pelayanan dengan menerapkan paradigma pharmaceutical care mengingat makin tingginya jumlah masyarakat yang melaksanakan swamedikasi Perlu ditambahkan space atau meja konsultasi untuk melakukan pelayanan Pharmaceutical care agar pemberian konseling obat kepada pasien lebih efektif dan optimal Kondisi tempat penyimpanan obat-obatan perlu diperhatikan kerapihan dan keteraturannya agar memudahkan dalam mencari obat yang dibutuhkan.

64 DAFTAR ACUAN Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004a). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004b). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2011). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 88/ MENKES/PER/X/2011 tentang Registrasi Izin Prakik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta. 55

65 LAMPIRAN

66 56 Lampiran 1. Struktur organisasi PT Kimia Farma Apotek

67 57 Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.278 MAP (Manager Apotek Pelayanan) / APA (Apoteker Pengelola Apotik) Supervisor Pelayanan (asisten apoteker) Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker Asisten Apoteker Karyawan Non AA

68 58 Lampiran 3. Salinan Resep

69 59 Lampiran 4. Etiket Obat

70 60 Lampiran 5. Kartu Stok

71 61 Lampiran 6. Kuitansi Pembayaran

72 62 Lampiran 7. Surat Pesanan Narkotika

73 63 Lampiran 8. Surat Pesanan Psikotropika

74 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 03 APRIL - 30 APRIL 2013 PENGGUNAAN KINA DAN PRIMAKUIN SEBAGAI OBAT ANTIMALARIA GEBRIELA TASYA, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Epidemiologi Malaria Etiologi Malaria Manifestasi Klinis Diagnosis Malaria Kina Primakuin BAB 3. PEMBAHASAN Pengobatan Malaria Penggunaan Kina dan Primakuin Pemantauan Respon Pengobatan Kriteria Keberhasilan Pengobatan Resistensi Obat Antimalaria BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

76 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1. Penyebaran malaria di dunia pada tahun Gambar 2.2. Penyebaran malaria di Indonesia tahun Gambar 2.3. Siklus hidup Plasmodium... 7 iii

77 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 2.1. Masa Inkubasi Penyakit Malaria... 8 iv

78 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Alur Penemuan Penderita Malaria Lampiran 2. Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi Lampiran 3. Penatalaksanaan Malaria Berat v

79 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, yaitu bayi, balita, dan ibu hamil. Prevalensi nasional malaria berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 adalah 0,6%. Tingkat prevalensi tertinggi ditemukan di wilayah Timur Indonesia, yaitu di Papua Barat (10,6%), Papua (10,1%), dan Nusa Tenggara Timur (4,4%). Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, serta mencegah KLB. Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor dalam hal pendidikan masyarakat, dan pengertian tentang kesehatan lingkungan yang semuanya ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria. Untuk mencapai hasil yang optimal dan berkualitas, upaya tersebut harus dilakukan secara terintegrasi dengan layanan kesehatan dasar dan program lainnya. Penggunaan obat antimalaria yang tidak tepat atau tidak rasional dapat menyebabkan penurunan efikasi pada beberapa obat antimalaria, bahkan terdapat resistensi terhadap obat antimalaria. Kasus resistensi di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1973 di Kalimantan Timur, yaitu resistensi P. falciparum terhadap klorokuin. Sejak itu kasus resistensi dilaporkan semakin meluas. Untuk menghindari hal tersebut pada tugas khusus ini akan dibahas mengenai penggunaan obat antimalaria yaitu Kina dan Primakuin. Penggunaan Kina dan Primakuin yang tepat, rasional, dan sesuai indikasi diharapkan dapat mencegah resistensi dan meningkatkan mutu pengobatan malaria. 1

80 Tujuan Tujuan dari pembuatan tugas khusus ini adalah: 1. Mengetahui epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, dan diagnosis penyakit malaria. 2. Mengetahui tentang penggunaan Kina dan Primakuin yang digunakan sebagai obat antimalaria.

81 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali dan anemia. Plasmodium hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. 2.1 Epidemiologi Malaria Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa (Gambar 2.1). Di Indonesia, sampai tahun 2009, sekitar 80% Kabupaten/Kota masih termasuk kategori endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria (Gambar 2.2). Sementara jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak orang. Jumlah ini mungkin lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah. Data WHO menyebutkan pada tahun 2010 terdapat kasus malaria positif di Indonesia, sedangkan pada tahun 2009 terdapat kasus malaria klinis, dan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi kasus malaria klinis ( Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI diperoleh data tiga daerah dengan kasus baru malaria tertinggi di Indonesia. Ketiga daerah tersebut antara lain Papua, Papua Barat, dan NTT. Hasil riset ini juga hampir sama dengan hasil Riskesdas 2007 yang menempatkan ketiga provinsi ini sebagai daerah tertinggi kasus baru malaria ( 3

82 4 Gambar 2.1. Penyebaran malaria di dunia pada tahun 2010 (Sumber: Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium malariae dijumpai di Indonesia bagian timur, Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur.

83 5 Gambar 2.2. Penyebaran malaria di Indonesia tahun 2011 (Sumber: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, 2012) 2.2 Etiologi Malaria Ada 5 jenis plasmodium pada manusia yang dapat menyebabkan malaria yaitu : 1. Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut sebagai malaria tertiana berat dengan gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. 2. Plasmodium vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria tertiana dengan gejala demam berulang dan memiliki interval bebas demam selama 2 hari. 3. Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malari vivax. Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri. 4. Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat.

84 6 5. Plasmodium knowlesi, menyebabkan malaria knowlesi dengan gejala mirip malaria falciparum. Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk Anopheles betina (Gambar 2.3): 1. Siklus pada manusia Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer. Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu dan jenis pengobatan untuk eradikasi. Siklus P. knowlesi pada manusia masih dalam penelitian. Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp). Kera ekor panjang ini banyak ditemukan di hutan-hutan Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan mengenai siklus parasit tersebut lebih banyak dipahami pada kera dibanding manusia.

85 7 2. Siklus pada nyamuk Anopheles betina Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. Gambar 2.3. Siklus hidup Plasmodium (Sumber: Penyakit malaria yang tinggal di dalam sel darah merah dapat ditularkan melalui transfusi darah, jarum suntik yang telah terkontaminasi, atau transplantasi organ. Penyakit malaria juga dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayinya. Dari seluruh jenis plasmodium yang menyerang manusia, Plasmodium vivax paling sering ditemukan dalam kasus penyakit malaria di seluruh dunia, sementara Plasmodium falciparum paling sering menyebabkan terjadinya malaria dengan

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 03 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JL. LETJEN S. PARMAN KAV. G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO.2 DEPOK PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NOMOR 143 JALAN MARGONDA RAYA NOMOR 154 A DEPOK PERIODE 4-29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FADILATUL

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 KEJAYAAN DEPOK JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK PERIODE 3-30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci