UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker DEVINA LIRETHA, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014

3

4 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Devina Liretha, S.Farm NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 11 Januari 2014

5 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Endeh pada periode 18 Februari 28 Maret Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek kerja profesi apoteker ini. 2. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI dan pembimbing dari Fakultas Farmasi UI atas arahannya. 3. Drs. Arel ST.S. Iskandar MM., M.Si., Apt. selaku pembimbing PKPA di Apotek Endeh atas semua bantuan, bimbingan, dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis. 4. Ibu Dra. Arlina Adisasmita, Apt., MSc., selaku Apoteker Pengelola Apotek Endeh yang telah memberikan kesempatan, sarana, dan fasilitas yang diberikan selama PKPA. 5. Seluruh karyawan Apotek Endeh (Bapak Yadi, Bapak Iwan, Mbak Yayuk, dan Irul) atas segala keramahan, pengarahan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA. 6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Seluruh keluarga Papa, Mama, abang dan adik-adik atas kesabarannya, kasih sayang, dukungan, perhatian, dan doanya untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin. 8. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker angkatan LXXVII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan. iv

6 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca yang ingin mengetahui dan mengkaji lebih dalam tentang industri farmasi. Penulis 2013 v

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Devina Liretha, S.Farm NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas Jenis karya : Farmasi : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 11 Januari 2014 Yang menyatakan (Devina Liretha, S.Farm.)

8 ABSTRAK Nama : Devina Liretha, S. Farm NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Endeh Periode 15 Juli 31 Agustus 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Endeh bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul rancangan pelayanan informasi obat swamedikasi diare di Apotek Endeh. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk memberikan pelayanan informasi obat bagi pasien yang melakukan swamedikasi untuk penyakit diare agar dapat menangani penyakit dengan benar dan memperoleh terapi yang optimal. Kata kunci : Apotek Endeh, Apotek, Swamedikasi Diare Tugas umum : ix + 65 halaman; 14 lampiran Tugas khusus : iv + 26 halaman; 3 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 10 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 18 ( )

9 ABSTRACT Name : Devina Liretha, S. Farm NPM : Program Study : Apothecary profession Title : Pharmacist Internship Program at Apotek Endeh Period July 15 th - August 31 st 2013 Pharmacists Professional Practice at Apotek Endeh aims to understand the duties and functions of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity. Given a special assignment titled design of drug information service for diarrhea self medication at Apotek Endeh. The purpose of this special task is to provide drug information service for patients who do swamedikasi for diarrheal diseases in order to deal with the disease correctly and obtain the optimal therapy. Keywords : Apotek Endeh, Pharmacy, Diarrhea Self Medication General Assignment : ix + 65 pages; 14 appendices Specific Assignment : iv + 26 pages; 3 appendices Bibliography of General Assignment: 10 ( ) Bibliography of Specific Assignment: 18 ( )

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Personalia Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Obat Wajib Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Pelayanan Swamedikasi BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ENDEH Sejarah Singkat Apotek Endeh Lokasi Bangunan dan Tata Ruang Struktur Organisasi Kegiatan-Kegiatan di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika BAB 4. PEMBAHASAN Aspek Pelayanan Kefarmasian vi

11 4.2 Aspek Manajerial Aspek Administratif BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Logo Obat Bebas Gambar 2.2 Logo Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.4 Logo Obat Keras Gambar 2.5 Logo Obat Narkotika viii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Denah Apotek Endeh Lampiran 2 Struktur Organisasi Apotek Endeh Lampiran 3 Alur Pengelolaan Barang di Apotek Lampiran 4 Blanko Pemesanan Obat Lampiran 5 Lembar Stok Opname Lampiran 6 Diagram Alur Pelayanan Resep di Apotek Endeh Lampiran 7 Etiket Obat Lampiran 8 Blanko Salinan Resep Lampiran 9 Blanko Kwitansi Lampiran 10 Tanda Terima Faktur Lampiran 11 Surat Pemesanan Narkotika Lampiran 12 Laporan Penggunaan Narkotika Lampiran 13 Surat Pemesanan Psikotropika Lampiran 14 Laporan Penggunaan Psikotropika ix

14 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Apotek sebagai tempat distribusi terakhir kepada penderita atau konsumen, selain menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan farmasi, apotek juga merupakan sarana penyampaian informasi mengenai obat atau persediaan farmasi secara baik dan tepat, guna membantu masyarakat yang masih awam dalam mengatasi masalah kesehatan dan menunjang kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pengobatan mandiri, sehingga pada akhirnya dapat mendorong tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini talah mengacu pada pelayanan yang semula hanya berfokus kepada pengolahan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif (product oriented ke patient oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan yang diberikan oleh farmasis kepada pasien sebagai tanggung jawab dan komitmen untuk membantu kesejahteraan pasien dalam pengobatan, sehingga apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan secara terus menerus sesuai perkembangan yang ada, yang merupakan salah satu filosofi dari Seven Stars Of Pharmacist agar mampu memberikan pelayanan kefarmasian secara optimal kepada pasien (Kemenkes RI, 2004). 1

15 2 Apotek tidak hanya sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat tetapi juga dipandang sebagai suatu bentuk badan usaha sehingga tidak hanya kemampuan teknis kefarmasian yang diperlukan oleh Apoteker tetapi juga kemampuan manajemen dan human skill yang baik. Sebagai pengelola apotek, apoteker bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apoteknya. Seorang apoteker harus dapat mengelola apoteknya sesuai dengan etika profesi dan fungsi sosial, namun juga bisa mendapatkan keuntungan dari usaha apoteknya sehingga apoteknya dapat terus berjalan dan mampu mengembangkan diri lebih baik. Apoteker dituntut untuk dapat memahami segala permasalahan yang terjadi di apoteknya, mengetahui bagaimana cara menyelesaikannya dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah itu. Untuk memperkenalkan secara langsung kegiatan pelayanan kefarmasian ini, diperlukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek untuk para calon Apoteker. Praktek kerja di Apotek dapat dipakai sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah serta sebagai tempat yang memberikan perbekalan bagi para calon Apoteker untuk dapat menjadi Apoteker profesional. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, maka diadakan kerjasama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dengan Apotek Endeh yang dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 31 Agustus Hal ini memberikan kesempatan kepada para calon apoteker melakukan Latihan Kerja Profesi Apoteker di apotek guna lebih memahami dan mendalami materi perkuliahan disesuaikan dengan keadaan di lapangan. 1.2 Tujuan a. Memahami peran Apoteker dalam kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek. b. Memahami peranan Apoteker dalam kegiatan managerial dan administrasi di apotek.

16 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, serta alat kesehatan dan kosmetika berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang berlandaskan pada: a. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Undang-Undang Obat Keras (St 1937 No. 541). e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. f. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan Izin kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/1995. g. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/ X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3

17 4 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 pasal 2, tugas dan fungsi Apotek adalah: a. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. b. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. c. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional Tata Cara Perizinan Apotek Apotek baru yang akan beroperasi harus mempunyai surat izin apotek (SIA). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002, SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana apotek (PSA) untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9, tata cara pemberian izin Apotek dinyatakan sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.

18 5 b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.

19 6 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah Apotek adalah: a. Tempat/Lokasi Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, sehingga tempat atau lokasi dapat dipilih dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, jumlah praktik dokter atau pelayanan kesehatan, kemudahan untuk mencapai apotek, dan faktor lainnya. b. Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek. c. Perlengkapan apotek Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain: 1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, alu, dan lain-lain. 2. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. 3. Wadah pengemas dan pembungkus. 4. Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, dan kuitansi. 5. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan Apotek. 2.5 Personalia Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/Menkes/Per/V/2011 tenaga kefarmasian adalah yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker, tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan

20 7 sumpah jabatan apoteker. Sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker pendamping ini hanya dapat melaksanakan praktik paling banyak di 3 (tiga) apotek, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab pengelola apotek, diantaranya : a. Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat ijin kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT-9. d. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e. Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, surat izin apoteker atas nama apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Pada Permenkes 889/Menkes/Per/V/2011 mengenai registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian istilah apoteker pengelola apotek tidak ada, akan tetapi ada istilah apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan. Pengelolaan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung

21 8 jawab kegiatan pelayanan kefarmasian dengan maksud agar praktek kerja kefarmasian dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu ruang lingkup apoteker penanggung jawab apotek, lebih luas daripada apoteker pengelola apotek. Apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker pengelola apotek, dapat disingkat menjadi APA. Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti asisten apoteker, juru resep, kasir dan pegawai tata usaha. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. Kasir adalah orang yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kwitansi dan nota. Sedangkan pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, dan keuangan apotek. APA bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apoteker pendamping bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Berdasarkan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 Pasal 24, dijelaskan apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2x24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat berita acara serah terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT.11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat.

22 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja, tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda registrasi apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker yang telah diregistrasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian, tata cara memperoleh STRA yang disebutkan dalam pasal 12 dinyatakan sebagai berikut: a. Untuk memperoleh STRA, apoteker mengajukan permohonan kepada Komite Farmasi Nasional (KFN). b. Surat permohonan STRA harus melampirkan: 1) Fotokopi ijazah apoteker. 2) Fotokopi surat sumpah/janji apoteker. 3) Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku. 4) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. 5) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. 6) Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. c. Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi informatika atau secara online melalui website KFN. d. KFN harus menerbitkan STRA paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 pasal 17 dinyatakan bahwa setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat tersebut berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) yang merupakan surat izin yang diberikan kepada apoteker.

23 10 Untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian dan Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) adalah surat izin praktek yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 pasal 21, untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN. b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran. c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 3 (tiga) lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. 2.7 Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apoteker pengelola apotek, dan atau b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten, dan atau c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus, dan atau

24 11 d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras Nomor.St No. 541, Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undangundang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundangundangan lain yang berlaku, dan atau e. Surat izin kerja APA dicabut dan atau f. Pemilik Sarana Apotek (PSA) terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang- undangan di bidang obat, dan atau g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan izin Apotek harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 26, pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13. Pembekuan Surat Izin Apotek (SIA) dapat dicairkan kembali apabila apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan dengan menggunakan formulir model APT-14. Pencairan izin apotik ini dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 27, keputusan pencabutan surat izin apotik oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan menggunakan contoh formulir model APT-15 dengan tembusan kepada Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai POM setempat. Ketika terjadi pencabutan izin apotek, APA atau apoteker pengganti, wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut (Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002

25 12 Pasal 29) : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotik; b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci; c. Apoteker pengelola apotik wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang telah dilakukan di atas. 2.8 Sediaan Farmasi Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi : Obat Bebas Obat golongan ini adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna hijau disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama pabrik, dan alamat serta cara penyimpanannya. Gambar 2.1. Logo Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.

26 13 Gambar 2.2. Logo Obat Bebas Terbatas Di samping itu ada tanda peringatan P No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat dengan dasar hitam dan tulisan putih. Gambar 2.3. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas Obat Keras Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi, dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya. Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras. Gambar 2.4. Logo Obat Keras

27 Narkotika Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Obat golongan narkotika ditandai dengan palang medali berwarna merah. Gambar 2.5. Logo Obat Narkotika Narkotika dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu : a. Narkotika golongan I, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh tanaman Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, dan Cannabis sativa, heroina, desmorfina, tiofentanil, dan lainnya. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah fentanil, metadona, morfin, petidin, tebain dan lainnya. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya yaitu kodein, etilmorfin, norkodein dan lainnya Psikotropika Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sasaran saraf pusat yang

28 15 menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunaka untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, lisergida, dan meskalina. b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital, dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: barbital, alprazolam, dan diazepam. Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I. Oleh sebab itu, Lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. 2.9 Obat Wajib Apotek Obat wajib apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek). Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.

29 16 c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk pengobatan sendiri. Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek diwajibkan untuk: a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan. b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien Pengelolaan Narkotika Narkotika merupakan obat yang dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Di Indonesia, pengendalian dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Pengelolaan narkotika yang dilakukan di Apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan Pemesanan narkotika Undang-undang No. 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada Apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut narkotika untuk

30 17 kepentingan pengobatan. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, jabatan, alamat rumah, nama distributor, alamat dan nomor telepon distributor, jenis dan jumlah narkotika yang dipesan, tujuan penggunaan narkotika, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel apotek. SP terdiri dari rangkap empat, tiga lembar diserahkan kepada PBF, sedangkan satu lembar salinan disimpan sebagai arsip Apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika Penyimpanan narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor surat izin apotek, dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dilekatkan pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. g. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

31 Pelayanan resep narkotika Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Selain itu berdasarkan atas surat edaran Direktorat Jenderal POM RI (sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan : a. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. b. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika Pelaporan narkotika Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Setiap bulannya, apotek wajib membuat laporan mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika dengan ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Laporan tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan Kota setempat selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM dan Dinas Kesehatan Provinsi. Untuk apotek yang bertempat di DKI Jakarta, laporan dikirim ke Suku Dinas Kesehatan (Kota/Kabupaten) setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan arsip. Untuk mempermudah pelaporan narkotika, saat ini telah dibuat sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan (puskesmas, rumah sakit, dan apotek) ke Dinas Kesehatan

32 19 Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinas kesehatan Propinsi dan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pemusnahan narkotika Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/MENKES/ PER/1978 pasal 9, disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan penelitian. Untuk pemusnahan narkotika di apotek, apoteker pengelola apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika, yang sekurang-kurangnya memuat : a. Nama, jenis dan jumlah. b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan pemusnahan. c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan. d. Berita acara pemusnahan narkotika dikirim kepada suku dinas pelayanan kesehatan dengan tembusan kepada Balai Besar POM Pengelolaan Psikotropika Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU Nomor 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu: a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. c. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi narkotika golongan I sehingga lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada

33 20 UU Nomor 5 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalah gunakan maka disarankan agar psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 Ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan psikotropika. Pelaporan dikirim setahun sekali ke Suku Dinas Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 tahun berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM. Untuk mempermudah pelaporan, sekarang ini apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan penggunaan psikotropika melalui

34 21 perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) setiap satu bulan sekali. SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan (puskesmas, rumah Sakit dan apotek) ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik. Selanjutnya Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dalam waktu tujuh hari setelah mendapatkan kepastian Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf. b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan. d. Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi

35 22 yang dapat dipercaya. e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting Pelayanan Swamedikasi Berdasarkan Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas terbatas tahun 2006, pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional, terutama dalam hal: a. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit b. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Satu hal yang sangat penting dalam swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu apoteker juga

36 23 diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter. Informasi tentang obat dan penggunaannya pada pasien saat swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang perlu antara lain: a. Khasiat obat. Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien. b. Kontra indikasi. Pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud. c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada). Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. d. Cara pemakaian. Kepada pasien harus diberikan informasi yang jelas cara pemakaian obat, untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain. e. Dosis. Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain Sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, f. Waktu pemakaian. Harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, kapan waktunya pemakaian obat, misalnya sebelum atau sesudah makan, saat akan tidur dan atau bersamaan makanan. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. g. Lama penggunaan. Kepada pasien harus diinformasikan berapa lama obat tersebut dugunakan,

37 24 agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan. h. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat i. Cara penyimpanan obat yang baik. j. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa. k. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak Di samping itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek farmakoekonomi dan hak pasien. Disamping konseling dalam farmakoterapi, apoteker juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut : a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk swamedikasi. b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi. c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi. d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas. Selain melayani konsumen secara bertatap muka di apotek, apoteker juga dapat melayani konsumen jarak jauh yang ingin mendapatkan informasi atau berkonsultasi mengenai pengobatan sendiri.

38 25 Suatu cara yang paling praktis dan mengikuti kemajuan zaman adalah dengan membuka layanan informasi obat melalui internet atau melalui telepon. Slogan kenali obat anda, tanyakan kepada apoteker kini semakin memasyarakat. Para apoteker sudah semestinya memberikan respons yang baik dan memuaskan dengan memberikan pelayanan kefarmasian yang profesional dan berkualitas.

39 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ENDEH 3.1 Sejarah singkat Apotek Endeh Apotek Endeh merupakan salah satu bidang usaha dari PT. Cucu Nini Sejahtera. Didirikan pada tanggal 04 Februari tahun 2001, oleh Dra. Arlina Ardisasmita, M.Sc, Apt. sekaligus sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan nomor SIK 0431/SIK/DKI/1991. Nama Apotek ini berasal dari nama ibunda Dra. Arlina Ardisasmita, M.Sc, Apt. yang cukup dikenal oleh masyarakat sekitar. 3.2 Lokasi Apotek Endeh terletak di Jl. Pancoran Timur No. 37, Pengadegan, Jakarta Selatan. Lokasi tersebut strategis karena berada pada jalan dua arah dengan akses jalan utama yang ramai dilalui kendaraan terutama kendaraan umum sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Apotek Endeh berada pada kawasan pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik dan praktek Dokter; perkantoran; swalayan; rumah makan; kost karyawan serta sekolah, memberikan keuntungan terhadap Apotek yaitu dekat kepada calon pembeli, serta memiliki halaman parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi Apotek Endeh dapat dilihat pada Lampiran Bangunan dan Tata Ruang Bangunan Apotek Endeh yang berwarna cerah dan dilengkapi dengan papan nama Apotek berupa neon box membuat Apotek Endeh mudah terlihat baik pada siang hari. Namun, lampu neon box tidak berfungsi, sehingga pada malam hari papan nama apotek tidak terlihat. Luas bangunan Apotek Endeh adalah sekitar 65m2. Area tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruang racik, ruang etalase obat, ruang tunggu dan ruang penyimpanan dokumen Ruang Peracikan Antara ruang peracikan dan ruang tunggu dibatasi dengan kaca sehingga dapat tembus pandang langsung dengan konsumen, yang memungkinkan karyawan tetap bisa melihat kebagian depan (ruang etalase obat). Ruang ini cukup 26

40 27 luas dan dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk menyimpan dan menjaga semua obat di Apotek Endeh dan menjaga kenyamanan para karyawan. Di ruang peracikan terdapat peralatan peracikan yang lengkap, timbangan, mortir plus stamper, etiket luar dan dalam, perkamen, sudip, kapsul, gelas ukur,beaker glas dan lain yang dibutukkan dalam peracikan. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun berdasarkan abjad dan jenis sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat tetes, obat suntik, dan infus) di rak dan etalase untuk memudahkan pengambilan obat. Obat-obat yang harganya relatif mahal diletakkan secara terpisah pada lemari tersendiri dekat meja pemberian etiket. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari kayu yang menempel di dinding dan senantiasa dikunci. Sedangkan sediaan psikotropika dipisahkan penyimpanannya pada suatu lemari tersendiri Ruang Etalase Obat Ruang etalase obat terletak di depan ruang racik. Ruang ini dilengkapi dengan lemari kaca dan rak kaca untuk memajang obat yang dijual. Terdapat 6 (enam) lemari kaca dan dua rak kaca yang masing-masing digunakan untuk menyimpan dan memajang obat OTC, obat oral generik, obat tradisional, kosmetik, dan alat kesehatan. Ruang ini digunakan untuk melayani pembelian obat, penyerahan resep, konsultasi dengan Apoteker, pembayaran obat dan untuk penerimaan obat dari distributor. Ruang etalase ini juga digunakan untuk promosi obat bebas berupa poster, dan penyusunan kotak promo obat. Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di ruang etalase yaitu penerimaan dan pemeriksaan kesesuaian barang dari PBF, pembuatan surat pesanan, penentuan harga barang, penyimpanan obat, pelayanan swamedikasi serta pelayanan pembelian obat Ruang Tunggu Ruangan ini dilengkapi bangku panjang, televisi, AC, tempat surat kabar dan majalah. Selain itu terdapat papan madding untuk memajang artikel tentang obat dan poster obat. Pada ruang tunggu juga disediakan leaflet obat yang boleh diambil oleh pasien. Berdasarkan pengamatan, pasien yang sedang menunggu obatnya diracik biasanya membaca leaflet/majalah yang tersedia sehingga pasien merasa nyaman.

41 Ruang Administrasi dan Pembelian Seluruh kegiatan kepegawaian dan administrasi perusahaan dilakukan di ruangan ini, seperti pembelian dan pemesanan obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu, ada juga ruang OTC terdapat meja untuk melaksanakan transaksi pemesanan obat dan penukaran faktur, serta penyerahan giro saat waktu pembayaran tiba. Di ruang ini juga terdapat meja untuk APA dalam melakukan kegiatan administrasi Ruang Sholat Pintu keluar ke belakang menuju ruang praktek Dokter, di sampingnya ada ruang sholat dijadikan satu dengan ruang penyimpanan faktur. 3.4 Struktur Organisasi Apotek Endeh dikepalai oleh seorang pimpinan sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) sekaligus sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memimpin Apotek secara keseluruhan. APA dibantu oleh apoteker pendamping yang membantu jalannya kegiatan di apotek. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh asisten Apoteker, juru resep, dan kasir. Sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian seperti piutang dagang, hutang dagang, pajak, dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Adapun rincian karyawan yang ada di Apotek Endeh adalah sebagai berikut: 1 orang pimpinan sekaligus APA, 1 orang Apoteker Pendamping, 1 orang asisten Apoteker, 2 orang juru resep merangkap kasir dan pembukuan pada shif pagi dan malam, serta 1 orang administrasi. Struktur organisasi Apotek Endeh selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan di Apotek Endeh dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan dibidang teknis kefarmasian dan non kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,

42 29 pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek Endeh meliputi pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pelayanan obat atas ressep dokter, pendistribusian obat ke pasien (penjualan), serta pelayanan informasi obat Pengadaan Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau Asisten Apoteker (AA) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit. Perbekalan farmasi yang akan dibeli atau disediakan ditentukan dari hasil catatan barang-barang yang telah habis atau mendekati stok minimum serta barang-barang yang bersifat fast moving walaupun stok belum mencapai minimum pada buku defekta yang ditulis oleh petugas apotek. APA atau asistem Apoteker akan mengelompokkan obat/barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat Pesanan (SP) yang telah ditandatangani oleh APA akan diambil langsung oleh salesman dari distributor yang bersangkutan pada pagi dan/atau sore hari, untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Barang-barang yang dipesan pada pagi hari akan diantarkan pada sore hari di hari yang sama dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas apotek bagian penerimaan barang memeriksa keadaaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis, dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Jika barang yang diterima telah sesuai dengan pesanan, maka petugas akan menandatangani dan menberikan stempel apotek pada faktur asli dan 3 lembar faktur kopi. Faktur asli dan 1 lembar faktur kopi diberikan kepada distributor dan 2 lembar faktur kopi diberikan kepada AA yang bertugas. Alur pengelolaan barang di apotek dan contoh surat pesanan dan dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

43 Penyimpanan Barang Perbekalan farmasi yang teah diterima dari distributor dan telah diperiksa, kemudian akan dibuat aplikasi harga sesuai dengan komitmen apotek. Untuk obat OTC dan ethical memiliki perhitungan harga yang berbeda. Setelah perbekalan farmasi tersebut dihitung dan diberi harga, kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dingan system FIFO (First In First Out). Untuk obat bebas disimpan langsung di etalase ruang depan pada bagian OTC dan untuk obat generik, diletakkan di etalase obat generik. Obat keras diletakkan pada etalase khusus obat keras, sedangkan obat-obat yang bersifat narkotika dan psikotropik diletakkan didalam lemari khusus yang terkunci pada ruang belakang, serta untuk obat-obat yang bersifat enzimatik dan yang berbentuk suppositoria atau obat-obat yang tidak stabil pada suhu ruang diletakkan di dalam lemari pendingin. Setiap obat masuk dan keluar didokumentasikan pada lembar stok opname yang dapat dilihat pada Lampiran Penjualan Kegiatan penjualan pada Apotek Endeh antara lain melayani penjualan resep tunai dan penjulan OTC. a. Penjualan Resep Tunai Penjualan resep tunai di Apotek Endeh yaitu penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai. Alur pelayanan resep tunai dapat dilihat pada Lampiran 6. Untuk penyerahan obat resep, pemberian etiket menjadi hal yang harus diperhatikan. Etiket harus ditulis jelas dan mudah dibaca oleh pasien. Bila obat resep yang dibutuhkan tidak tersedia, maka petugas apotek menuliskan salinan resep yang berisi obat yang telah diserahkan dan obat yang belum diserahkan. Contoh etiket obat dan blanko salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. b. Penjualan Bebas (OTC) Penjualan obat bebas meliputi penjualan obat wajib apotek, obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Khusus untuk obat wajib apotek hanya dapat dilakukan oleh Apoteker dengan ketentuan yang berlaku.

44 Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat yang dilakukan di Apotek Endeh, diberikan oleh Apoteker Pemilik Apotek (APA) dan/atau Asisten Apoteker (AA) yang sedang bertugas. Informasi obat yang diberikan kepada pasien meliputi aturan pemakaian obat, tanggal kadaluarsa, efek samping obat, kandungan zat aktif obat, dan cara penggunaan obat atau alat kesehatan yang disediakan apotek. Selain pelayanan informasi obat, dilakukan pula pelayanan swamedikasi yang dilakukan oleh APA dan/atau AA yang sedang bertugas Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Kegiatan teknis non kefarmasian di Apotek Endeh berupa kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan Administrasi Pembelian Kegiatan administrasi pembelian disebut juga administrasi hutang dagang. Kegiatan ini meliputi : a. Transaksi pembelian dicatat dalam buku pembelian oleh Asisten Apoteker berdasarkan pesanan. Kwitansi khusus Apotek Endeh juga disediakan bagi para pembeli yang menginginkan bukti kwitansi. Blanko kwitansi dapat dilihat pada Lampiran 9. b. Penukaran faktur dilakukan setiap 2 minggu sebelum jatuh tempo. Distributor menyerahkan faktur-faktur asli penjualan beserta total harga yang harus dibayar oleh Apotek. Selanjutnya petugas yang bersangkutan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah diinput dalam buku pembelian. Jika sudah sesuai maka petugas tersebut akan membuat tanda terima faktur yang berfungsi untuk pengambilan faktur asli. Tanda terima faktur ini akan diambil langsung oleh distributor, Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 10. c. Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam faktur pembelian. d. Laporan pembayaran dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada Pimpinan Apotek.

45 Administrasi Penjualan Pemberian harga resep, OTC, DOWA dilakukan melalui bagian kasir di Apotek Endeh. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan harian yang telah diprint. Setiap hari pada pukul dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya Administrasi Pajak Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayar oleh Apotek Administrasi Personalia Bagian personalia bertanggung jawab dalam mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian dengan persetujuan Direktur. 3.6 Pengelolaan Narkotika Pembelian dan Pengadaan Narkotika Narkotika yang terdapat di Apotek Endeh, dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus ke PBF Kimia Farma. Satu surat pesanan hanya berisi satu jenis narkotika, yang telah ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, jabatan, alamat rumah, nama distributor, alamat dan no. telepon distributor, jenis dan jumlah narkotika yang dipesan, tujuan penggunaan narkotika, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel Apotek. SP terdiri dari rangkap 4, tiga lembar diserahkan kepada PBF, sedangkan satu lembar salinan disimpan sebagai arsip apotek. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Narkotika Narkotika pesanan diterima oleh APA yang dapat diwakilkan olehasisten Apoteker (AA) dengan mencantumkan nama jelas, No. SIK, tanda tangan, dan stempel Apotek. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan

46 33 pencocokkan dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. Narkotika pesanan tersebut disimpan dalam lemari kayu yang menempel di dinding. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak di ketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh AA yang bertugas dan penaggung jawab narkotika. Setiap obat narkotika dilengkapi kartu stok yang diletakan dalam lemari, dan dicantumkan tanggal kadaluarsanya Penjualan Narkotika Apotek Endeh melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Endeh dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas Pelaporan Narkotika Di Apotek Endeh, pelaporan narkotika masih secara manual dengan melaporkan secara tertulis mengenai pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tersedia di Apotek. Laporan dibuat setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan ditandatangani APA dan mencantumkan nama jelas, no. SIK, alamat apotek, jumlah pemasukan dan pengeluaran narkotika dalam satu bulan serta stempel apotek. Laporan ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Jakarta dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran Pengelolaan Psikotropika Obat-obatan psikotropika di Apotek Endeh dipesan ke PBF sama halnya seperti memesan obat-obat lainnya, dengan memakai Surat Pesanan Psikotropika rangkap 2. Satu lembar surat pesanan dapat berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pesanan psikotropika memuat nama APA, alamat rumah, jabatan, nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah psikotropika yang dipesan, nama apotek, alamat apotek, tanda tangan APA, no.sik APA, dan stempel apotek. Obat-obatan psikotropika ini disimpan di dalam lemari khusus terpisah dengan obat keras lainnya. Obat-obat ini diserahkan kepada pasien berdasarkan resep Dokter atau salinan resep. Di Apotek Endeh, pelaporan psikotropika masih secara

47 34 manual dengan melaporkan secara tertulis mengenai pemasukan dan pengeluaran psikotropika yang tersedia di Apotek. Laporan pelaporan psikotropika dilakukan setahun sekali (paling lambat tanggal 10 pada bulan Januari tahun berikutnya) dengan ditandatangani oleh APA dan dilaporkan ke Kepala Badan POM dengan tembusan Kepala Balai Besar POM Jakarta, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, dan sebagai arsip di Apotek. Laporan penggunaan psikotropika memuat jumlah persediaan awal tahun, pemasukan dan pengeluaran psikotropika selama satu tahun serta total persediaan akhir tahun. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dan laporan pemasukan dan pengeluaran psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.

48 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek juga merupakan sarana pengabdian profesi apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan atas pengelolaan apotek. Oleh karena itu, seorang APA harus mempunyai kemampuan baik dari segi kefarmasian maupun dari segi manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelayanan dan pengawasan. Hal tersebut diperlukan karena usaha perapotekan selain mempunyai fungsi pelayanan kepada masyarakat juga mempunyai fungsi bisnis demi kelangsungan hidup apotek maupun kesejahteraan karyawannya. Terdapat beberapa faktor yang berperan terhadap keberhasilan suatu apotek seperti lokasi, rancangan eksterior dan interior, manajemen persediaan termasuk perencanaan dan pengadaan, manajemen pemasaran dan peran menjalankan fungsi professional berupa pharmaceutical care kepada pasien dari apoteker itu sendiri. Penentuan lokasi apotek merupakan pertimbangan utama yang paling penting dan paling menentukan bagi kelangsungan hidup apotek. Untuk dapat hidup berkesinambungan, suatu apotek harus mudah dijangkau oleh masyarakat dan setidaknya memiliki langganan yang tetap. Pada praktek kerja profesi kali ini, penulis melaksanakan praktek di Apotek Endeh yang bertempat di Jl. Pancoran Timur No.37, pengadegan Jakarta Selatan. Lokasi ini merupakan lokasi yang strategis dan mudah diakses oleh masyarakat. Apotek Endeh juga dilengkapi oleh adanya praktek dokter umum yang terletak disebelah apotek. Lokasinya berada di daerah padat penduduk dan jalan dua arah yang ramai lalu lintas kendaraan bermotor. Lokasi tersebut cukup strategis karena berada di kompleks perumahan, yaitu Kompleks Polri Pengadegan, Kompleks Liga Mas dan Kompleks Perumahan anggota DPR Kalibata. Selain itu, lokasi Apotek Endeh juga dekat dengan beberapa perkantoran, swalayan, rumah makan, kost karyawan, sekolah dan sarana kesehatan. Sarana kesehatan tersebut yaitu Rumah Sakit Tria Dipa, Rumah Bersalin Seruni, Klinik Dokter Gigi, Dokter Spesialis 35

49 36 Anak, dan Praktek Dokter, membuat Apotek Endeh memiliki banyak potensial pembeli dan pelanggan tetap. Tetapi bila jumlah dan jenis item obat tidak diperhatikan, maka kekuatan ini menjadi sia-sia. Secara umum, letak ruang Apotek Endeh sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu apotek harus memiliki ruang tunggu yang nyaman untuk pasien, ruang racikan, keranjang sampah, dan tempat mendisplai informasi. Selain itu, di Apotek Endeh juga terdapat tempat kasir, ruang shalat, ruang istirahat karyawan, ruang praktek dokter yang terpisah, ruang apoteker, dan tempat pencucian atau wastafel serta halaman parkir yang luas. Apotek Endeh memiliki desain eksterior yang sederhana tetapi menarik. Bangunan apotek yang dibuat sederhana bertujuan agar pengunjung yang datang tidak memiliki sugesti bahwa obat yang dijual oleh Apotek Endeh harganya mahal, sebab apotek ini ingin menjaring klien dari yang berpendidikan rendah sampai tinggi. Apotek ini memiliki tempat parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien untuk memarkir kendaraannya dan tidak dipungut biaya. Adanya satpam yang menjaga keamanan di area luar Apotek, menambah rasa aman pasien selama membeli obat di Apotek ini. Selain itu di bagian halaman depan Apotek, banyak terdapat penjual makanan dan minuman sehingga pasien dapat membeli makanan atau minuman untuk mengisi waktu selama menunggu obat. Di sekitar Apotek ini terdapat pula fasilitas ATM yang lengkap yang dapat memudahkan pasien untuk mengambil uang untuk pembayaran obat yang mereka beli. Selain itu, pada bangunan dan halaman Apotek terdapat papan nama yang dengan jelas tertulis kata APOTEK ENDEH, dengan lampu neon. Papan nama ini terlihat jelas dari segala arah dan terang pada malam hari sehingga menjadikan Apotek ini dapat dengan mudah dikenali. Tata ruangan di apotik Endeh didesain secara apik dan efektif. Apotek ini terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan sekaligus sebagai ruang administrasi, ruang keuangan, ruang pimpinan, ruang sholat dan toilet. Ruang tunggu Apotek ini cukup luas dan dilengkapi dengan kursi- kursi panjang, pendingin ruangan, dan ditambah dengan adanya televisi sehingga

50 37 pasien dapat merasa nyaman selama menunggu obat yang memerlukankan waktu penyiapan atau peracikan yang cukup lama. Selain desain eksterior, desain interior apotek turut mendukung kesan dari apotek yang rapi, bersih, dan cukup lengkap obatnya. Untuk desain interior apotek dilakukan dengan cara tata desain lay out obat yang rapi, lengkap dan penuh. Tata letak obat di Apotek Endeh dibedakan antara obat-obat OTC dengan obat-obat ethical. Obat-obat OTC diletakkan di counter / etalase depan apotek, yang langsung terlihat oleh konsumen, baik berupa sediaan padat, cair seperti sirup untuk vitamin dan obat batuk, serta sediaan semi solid. Penataan obat-obat OTC ini disusun secara eye catching yaitu nama obat dan disainnya menghadap ke konsumen. Hal ini memudahkan konsumen untuk mencari produk yang diinginkannya. Rata-rata obat OTC ini diberikan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi, sehingga permintaan dilayani bukan melalui resep. Sedangkan obat-obat ethical diletakkan dibagian dalam yang tidak terlihat langsung oleh konsumen, terdiri dari obat keras, psikotropika, dan narkotika yang biasanya diresepkan oleh dokter. Selanjutnya, penyimpanan obat-obatan di Apotek Endeh ditempatkan berdasarkan bentuk sediaan yang kemudian disusun secara alfabetis untuk ethical dan farmakologis untuk OTC. Obat disimpan sesuai dengan persyaratan penyimpanannya, contohnya untuk obat-obatan yang harus disimpan pada kondisi dingin maka disimpan di lemari pendingin dengan suhu tertentu, contohnya sediaan suppositoria. 4.1 Aspek Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan

51 38 akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Kegiatan pelayanan di Apotek Endeh terdiri atas pelayanan resep dan non- resep. Pelayanan non resep terdiri dari pelayanan obat-obat bebas, bebas terbatas, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga seperti perlengkapan bayi, sabun, pasta gigi, dan kosmetika serta pelayanan informasi obat, dan penyerahan obat. Pelayanan non resep dilakukan di depan ruang tunggu pasien yang dibatasi dengan etalase yang berisi produk-produk Over The Counter (OTC). Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan non resep di Apotek Endeh juga meliputi swamedikasi yang dilakukan oleh pasien. Di Apotek Endeh, pasien yang melakukan swamedikasi sering dijumpai dengan beragam penyakit dan keluhan. Pasien yang melakukan swamedikasi di Apotek Endeh biasanya datang dengan menyebutkan merk obat yang diinginkan. Tapi, tidak jarang juga pasien datang dengan menyebutkan keluhan yang dia rasakan dan meminta saran kepada apoteker mengenai obat yang cocok dengan kondisinya. Namun, informasi yang mampu mendukung pelayanan swamedikasi di Apotek Endeh masih belum cukup. Karena apoteker tidak selalu berada di tempat asisten apoteker tidak memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan informasi, sehingga pelayanan informasi obat untuk swamedikasi masih dinilai kurang baik di Apotek Endeh. Untuk itu, ketersediaan media untuk informasi obat, seperti brosur atau poster, mungkin dibutuhkan untuk mendukung pelayanan informasi obat bagi pasien yang melakukan swamedikasi. Pada bagian pelayanan resep terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian penerimaan resep dan penyiapan obat. Penerimaan resep dimulai dengan melakukan skrining resep yang terbagi atas 3 yaitu kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Apoteker di apotek ini memeriksa kelengkapan administratif pada resep dengan melihat ada tidaknya

52 39 nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal dibuatnya resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien, serta cara pemakaian. Selanjutnya memeriksa kesesuaian farmasetik dari resep diantaranya bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. Pertimbangan klinis untuk melihat ada tidaknya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya. Tahapan pelayanan resep di Apotek Endeh berjalan secara sistematis, yaitu dimulai dengan penerimaan resep dari pasien atau pelanggan. Kemudian dilakukan skrining resep, diperiksa kelengkapan resepnya dan ketersediaan obatnya. Kemudian dilakukan perhitungan harga atau biaya yang harus dibayar oleh konsumen. Setelah konsumen setuju dengan biaya yang harus dibayarnya, dilakukan transaksi pembayaran di kasir secara tunai. Kasir akan mencatat nomor resep di resep yang akan disiapkan dan struk pembayaran diserahkan kepada konsumen sebagai bukti pembayaran dan pengambilan obat. Resep yang telah dibayar dapat langsung disiapkan atau diracik sesuai resep dan diberi etiket. Pada etiket harus ditulis lengkap nomor resep, tanggal penyiapan, nama dan usia pasien, serta aturan pakainya. Etiket harus ditulis dengan jelas agar tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi pasien (lampiran 6). Copy resep dan kwitansi pembelian diberikan jika diperlukan oleh pasien. Pada saat penyerahan obat, dilakukan pemberian informasi tentang obat yang diserahkan, baik aturan pakainya atau kegunaan obat-obat tersebut. Misalnya obat yang berfungsi sebagai antibiotik harus dihabiskan. Pemberian informasi yang diberikan kepada pasien, belum dapat dilakukan secara maksimal, karena ada beberapa pasien yang merasa tidak perlu mendapatkan informasi tersebut. Hal ini disebabkan karena pasien sudah berungkali memperoleh obat yang sama atau sudah biasa dengan pengobatannya dan pasien tersebut sedang dalam keadaan terburu-buru. Pasien akan diminta alamat dan nomor telepon pada saat penyerahan obat sebagai data apotek untuk mengantisipasi jika terjadi kesalahan pada saat penyiapan atau penyerahan obat sehingga pasien yang bersangkutan dapat segera di informasikan.

53 40 Resep-resep yang masuk di Apotek Endeh dapat dilayani langsung dan ada juga yang ditolak karena tidak tersedianya obat yang tercantum pada resep tersebut dan pasien tidak bersedia melakukan pergantian obat atas saran dari apoteker (bila yang tersedia di apotek merupakan obat merek lain yang memiliki kandungan zat aktif yang sama dengan obat yang terdapat pada resep atau obat generik). Beberapa pasien tidak bersedia mengganti obat yang dituliskan didalam resep tersebut dikarenakan beberapa hal seperti orang yang datang ke apotek bukanlah pasien itu sendiri melainkan melalui orang lain (misalnya sopir, pembantu, atau saudaranya), pasien menebus sendiri resep namun lebih mempercayai dokter dibandingkan apoteker, pasien tersebut tidak mengenal apoteker sebagai profesi yang bertanggung jawab menyampaikan informasi mengenai obat di apotek. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan peran apoteker itu sendiri dalam memperkenalkan profesi apoteker kepada masyarakat awam dengan cara mengedukasi, memberikan informasi serta konseling mengenai obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien sehingga pasien tidak hanya mengenal dokter namun juga apoteker sebagai tenaga kesehatan yang dapat memberikan solusi mengenai permasalahan obat-obatan. Sedangkan, untuk resep yang ditolak karena ketidaktersediaan obat di apotek, dilakukan pencatatan sehingga dapat dijadikan pertimbangan oleh Apoteker untuk pengadaan obat tersebut. Kegiatan peracikan yang dilakukan oleh Apotek Endeh yaitu peracikan sediaan puyer, kapsul, krim, salep, dan sediaan cair. Tempat peracikan krim, salep, dan sediaan cair berada di tempat yang sama dengan meja peracikan puyer dan kapsul. Untuk pembuatan puyer itu sendiri, di apotek endeh masih menggunakan cara manual, pertama obat-obat yang ada di dalam resep ditimbang sesuai dengan jumlah yang disebutkan, kemudian digerus dalam lumpang hingga homogen. Setelah homogen, obat dibagi secara rata ke dalam kertas perkamen sesuai dengan jumlah obat yang diminta di dalam resep. Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengemasan puyer ke dalam kertas perkamen adalah puyer berada pada sisi kertas perkamen yang kasar sedangkan bagian yang halus berada disisi luar untuk menghindari obat agar tidak lembab atau basah akibat kontak

54 41 dengan udara luar sehingga puyer tetap stabil. Khusus untuk resep puyer antibiotik maksimum digunakan selama tiga hari karena expired date dari puyer lebih singkat dibandingkan dengan obat dalam bentuk tunggal seperti tablet, kapsul, kaplet. Sedangkan untuk obat puyer selain antibiotik dibuat untuk dapat digunakan maksimal dua minggu. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika ditangani langsung oleh Apoteker Pengelola Apotek. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropik disimpan secara terpisah dengan obat lainnya pada lemari khusus dan terkunci. Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Laporan tersebut dibuat empat rangkap yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan DKI Jakarta Selatan, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu rangkap sebagai arsip Apotek Endeh. Kegiatan kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Endeh dijalankan oleh 4 karyawan yang dibagi menjadi menjadi dua shift yaitu pagi sampai sore, mulai pukul WIB sampai pukul WIB dan sore sampai malam, mulai pukul WIB sampai WIB. Masing-masing karyawan memiliki tugas dan tanggungjawab sendiri (job description). Dengan adanya hal tersebut, karyawan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga mereka bekerja secara professional untuk tujuan menghindari terjadinya kesalahan. Apotek Endeh melaksanakan pelayanan kefarmasian baik pelayanan resep, dan swamedikasi dari OWA, OTC, jamu, kosmetik serta vitamin dan suplemen selama dua belas jam setiap harinya. Apotek ini juga melayani pengantaran obat berdasarkan resep ke rumah pasien untuk daerah Pancoran Timur dan sekitarnya. Tercapainya kepuasan pelanggan dalam pelayanan obat di Apotek Endeh menjadi prioritas penting yang harus terus dijaga, selain itu juga melalui pelayanan informasi obat kepada pelanggan sangat membuka peluang kepercayaan masyarakat lebih meningkat sehingga dapat mempertahankan pelanggan yang lama dan menarik pelanggan yang baru. Dengan demikian, dapat terwujud pula fungsi Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan yang dapat membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan pasien yang optimal.

55 Aspek Managerial Kegiatan manajemen yang terjadi di Apotek Endeh meliputi proses kegiatan pengadaan, pembelian, dan pendistribusian. Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana kebutuhan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama serta untuk meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi secara efektif dan efisien. Pengadaan barang merupakan suatu hal yang sangat penting karena apabila tidak dikelola dengan baik dapat merugikan apotek, sebaliknya apabila dikelola dengan baik dan efektif akan menguntungkan. Pengadaan obat-obatan di Apotek Endeh dilakukan oleh bagian pembelian yaitu Apoteker dengan memperhitungkan riwayat penjualan tiap hari dan hasil data sisa stok serta stok minimum obat setiap hari. Stok minimum ditentukan berdasarkan tren penjualan tiap hari yang direkapitulasi secara defekta. Kemudian riwayat penjualan ini dibandingkan dari minggu ke minggu untuk melihat kestabilan penjualan obat tersebut. Selanjutnya ditentukan obat-obat yang perlu dibeli dengan membandingkan stok yang ada dengan stok minimum, yang dapat dilihat pada buku defekta. Pemesanan dimulai dengan mencatat jenis dan jumlah barang yang akan atau sudah habis persediaannya. Pencatatan terhadap tiap barang yang akan dipesan dilakukan dalam sebuah buku yang disebut buku defekta. Pencatatan ini dapat dilakukan setiap saat yaitu setiap kali diketahui adanya barang yang sudah atau akan habis. Petugas di apotek kemudian akan melakukan rekapitulasi jumlah dan jenis barang yang tercatat dalam buku dan melaporkan data tersebut kepada apoteker. Pemesanan dilakukan setiap hari Senin, Rabu dan Jumat dengan menghubungi PBF (Pedagang Besar Farmasi) pada pagi hari dan kemudian PBF akan mengirimkannya pada sore hari. Untuk beberapa obat pembelian dilakukan untuk stok selama dua minggu atau satu bulan. Misalnya untuk obat yang perputarannya cepat dan mendapatkan potongan harga jika membeli dalam jumlah yang besar, namun pembelian untuk obat-obat yang slow moving tetap dilakukan berdasarkan stok minimum. Sistem seperti ini memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah apotek menghindari penumpukan barang di apotek, mencegah terjadinya penumpukan obat yang akan menyebabkan kerugian bagi Apotek akibat banyaknya obat yang

56 43 hilang, rusak, dan kadaluwarsa, karena system pengendalian barang di apotek endeh masih manual, transaksi sekali pembelian obat di apotek endeh tidak besar karena membeli dalam jumlah sedikit. Kerugiannya adalah dapat terjadi kekosongan obat, pembelian menjadi lebih sering, perkiraan waktu tunggu perlu diperhitungkan dengan seksama untuk mencegah terjadinya kekosongan stok dan stok barang harus diperhatikan setiap hari. Pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) yang ditandatangai APA. Untuk pemesanan obat keras, OTC, vitamin dan suplemen, kosmetik, alat kesehatan serta produk lain SP-nya dua rangkap, satu yang asli untuk supplier dan satu untuk Apotek. Untuk narkotika, menggunakan surat pesanan khusus, yang setiap satu surat hanya tertera satu jenis narkotika yang ditanda tangani APA. SP-nya sebanyak empat rangkap, satu rangkap disimpan oleh Apotek sebagai arsip dan sisanya diserahkan kepada pihak distributor PBF Kimia Farma. Untuk psikotropika SP terdiri dari dua rangkap dimana dalam satu SP dapat terdiri beberapa jenis obat, SP aslinya diberikan pada distributor dan salinannya untuk Apotek sebagai arsip. Untuk narkotika pembayaran obat harus dilakukan saat penyerahan obat (cash and carry), sedangkan untuk psikotropika boleh secara kredit. Pemilihan distributor didasari oleh pertimbangan lokasi, kualitas barang yang dikirim, ketepatan dan kecepatan waktu pengiriman, adanya diskon, dan kemudahan dalam pengembalian obat yang rusak dan kadaluwarsa. Dalam mendukung tersedianya perbekalan farmasi maka harus dipilih distributor yang telah terbukti yakni distributor resmi yang sudah bekerjasama dengan baik, memberikan pelayanan yang cepat, diskon yang besar, kualitas barang terjamin dan pembayaran barang secara kredit. Proses penerimaan barang yang datang dari distributor dilakukan setiap hari. Barang yang diantar harus disertai faktur dua rangkap untuk arsip Apotek dan distributor. Barang yang datang harus diperiksa kesesuaiannya dengan faktur oleh Asisten Apoteker (AA). Pemeriksaan meliputi jumlah barang, pemeriksaan fisik, dan tanggal kadaluwarsa. Kemudian faktur tersebut akan ditandatangani oleh AA yang menerima dan distempel cap Apotek. Setelah barang diterima dilakukan perhitungan harga untuk tiap tiap barang sesuai harga di faktur dengan

57 44 sistem harga jual Apotek, kemudian barang disusun berdasarkan tempatnya sesuai abjad. Untuk barang yang datang tidak sesuai dengan pesanan dilakukan pengembalian. Ketentuan pengembalian obat-obat kepada distributor (retur) telah disepakati antara Apotek dengan distributor. Retur barang dapat berupa penggantian barang, uang, atau pemotongan tagihan. Selain itu, sistem pembayaran distributor dapat dilakukan secara kredit. Pembayaran kepada masing-masing distributor dilakukan berdasarkan tanggal kesepakatan yang telah ditetapkan. Lemari penyimpanan obat tertata cukup rapi. Penyimpanan obat disusun berdasarkan golongan obat, stabilitas sediaan, bentuk sediaan, farmakologi, dan abjad. Rak-rak khusus disediakan untuk menyimpan obat bentuk sediaan drop, generik, sirup dan cream, salep, tetes mata, jamu dan alat kesehatan. Obat- obatan keras berbentuk tablet, salep dan tetes mata disimpan di lemari di ruang racik, sedangkan sisanya disimpan di etalase depan. Obat-obat golongan psikotropik dan narkotik sesuai dengan peraturan yang berlaku, penyimpanan dilakukan dalam sebuah lemari khusus yang terletak di dekat meja peracikan dan kondisi penyimpanannya sudah memenuhi persyaratan, dimana seluruhnya terbuat dari kayu dan terkunci. Selain itu penyimpanan khusus juga dilakukan terhadap sediaan yang bersifat termolabil seperti Lacto-B, Suppositoria, dan Ovula yang disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2 8 C. Kartu atau buku stok menjadi gambaran dari stok fisik barang sehingga kita dapat mengetahui jumlah stok untuk melakukan pemesanan barang atau penjualan ke pasien. Namun seringkali petugas tidak mencatat keluar masuknya obat dalam kartu stok ini. Hal ini disebabkan karena pengisian kartu stok sering dilupakan pada jam-jam sibuk apotek. Contoh kartu stok opname dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada saat ini pencatatan stok obat yang disimpan di Apotek Endeh dicatat secara langsung pada buku defekta oleh karyawan petugas sore untuk barang yang kosong. Hal ini sangat membantu dalam memantau stok obat yang terdiri dari berbagai jenis item. 4.3 Aspek Administratif Kelancaran operasional suatu organisasi akan ditunjang oleh kelancaran

58 45 administrasi organisasi tersebut. Secara umum, aspek administratif di Apotek Endeh meliputi administrasi pembelian, administrasi penjualan, administrasi pajak, administrasi personalia, serta laporan keuangan. Perbekalan farmasi yang akan dipesan ditulis pada buku defekta. Buku defekta adalah buku yang berisi keperluan barang yang telah mencapai stok minimal selama pelayanan proses pengadaan barang di Apotek Endeh dilakukan melalui pembelian secara kredit dengan memperhatikan stok barang dan arus uang. Pemesanan obat dilakukan setiap hari Senin, Rabu dan Jum at, baik melalui telepon maupun melalui sales yang datang ke apotek. Administrasi pembelian dalam hal pembayaran terhadap sediaan atau perbekalan farmasi yang dipesan dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) juga sudah terencana dan terlaksana dengan baik. Pembayaran diatur pada hari Senin minggu kedua setelah tanggal tukar faktur sehingga apotek tidak harus membayar setiap hari dan tidak terbebani dengan tanggal pembayaran yang tidak teratur. Tiap faktur yang datang direkapitulasi dan diurutkan sesuai tanggal pemesanan serta abjad nama PBF. Laporan pembayaran dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada Pimpinan Apotek. Faktur-faktur tersebut disimpan selama 10 tahun. Sebelum waktu jatuh tempo PBF akan melakukan tukar faktur dimana faktur asli akan diberikan kepada Apotek. Hal ini sekaligus juga sebagai bentuk penagihan yang dilakukan oleh PBF. Apotek Endeh membuat kebijakan, bahwa penukaran faktur minimal dilakukan dua minggu sebelum waktu jatuh tempo. Jika penukaran faktur ini terlambat dilakukan, pembayaran tagihan akan maju dihitung dua minggu setelah penukaran faktur. Pembayaran dilakukan 2 minggu setelah tukar faktur dan dilakukan setiap hari senin. Barang pesanan selalu diantar dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 hari (24 jam), sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak PBF. Ketika perbekalan farmasi diantar ke apotek, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan apakah faktur dan barang pesanan (jenis dan jumlah barang) telah sesuai dengan surat pesanan barang. Jika sesuai, maka akan ditandatangani dan diberi cap apotek oleh Asisten Apoteker. Perbekalan farmasi yang sudah diterima kemudian diperiksa nomor bets dan tanggal kadaluarsanya, lalu dicatat pada faktur untuk menghindari kemungkinan diterimanya obat yang sudah kadaluarsa

59 46 atau mendekati kadaluarsa dan juga diperiksa kondisi fisik barang. Selanjutnya dilakukan penentuan harga sesuai dengan komitmen Apotek, untuk obat OTC dan ethical berbeda cara perhitungan harganya. Setelah semua perbekalan farmasi yang datang telah ditentukan harganya, kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistem FIFO (First In First Out). Untuk obat bebas disimpan langsung di etalase ruang depan pada bagian OTC dan untuk obat generik diletakkan di etalase khusus obat generik. Penyimpanan obat tidak dilakukan di gudang hanya disusun berdasarkan abjad dan bentuk sediaannya. Obat yang baru dating dari distributor tidak diterima di ruang khusus, namun diterima di bagian penyerahan obat. Penyimpanan dan pengeluaran obat mengikuti system FIFO (First In First Out) karena perputaran obat di Apotek ini cepat. Akan tetapi, petugas tetap memperhatikan kadaluwarsa obat terutama obat-obat mahal, obat tetes mata, hidung dan telinga. Selain itu, tanggal kadaluwarsa obat dengan harga mahal harus diawasi secara ketat karena perputaran penjualannya yang lambat. Penyimpanan obat dilakukan dengan sistem alfabetis, bentuk sediaan dan farmakologi. Sehingga bentuk sediaan cair untuk batuk pilek terpisah dengan bentuk sediaan tablet untuk indikasi yang sama. Pengelolaan resep di Apotek Endeh juga sudah dilakukan dengan baik. Semua resep yang sudah dibuat, disimpan per hari berdasarkan nomor urut resep. Setelah satu bulan, seluruh resep dikumpulkan dan dibundel menjadi satu serta diberi label sesuai bulan dan tahun resep dibuat. Resep-resep tersebut disimpan selama 3 tahun. Setelah itu, dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita acara yang selanjutnya dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan. Penyimpanan resep yang mengandung narkotika dengan resep obat non narkotika dipisahkan dan diberi label yang berbeda. Kegiatan administrasi pajak di apotek Endeh dilakukan oleh satu orang yang bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayar oleh Apotek. Selain itu, bagian administrasi pajak juga bertanggung jawab dalam menangani laporan keuangan, yang di laporkan kepada Pemilik Sarana Apotek sekaligus Apoteker Pengelola Apotek.

60 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya : a. Peranan Apoteker untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Apotek tidaklah sesederhana seperti yang disangka orang. Dalam melayani pasien, Apoteker harus luwes, ramah, sabar terutama dalam kepada pasien yang awam dan memahami product knowledge (pengetahuan produk) dan spesialistik obat. Untuk memperoleh keterampilan tersebut, maka Apoteker harus melakukan tugas tersebut secara terus-menerus dan berkesinambungan. b. Pekerjaan manajerial di Apotek dapat dimulai dengan cara-cara sederhana, seperti menata pembukuan, membuat daftar harga obat, menata faktur penjualan dan pembayaran, merencanakan pengadaan obat dengan defecta, membuat laporan dll, sehingga ketika Apotek mulai berkembang, pekerjaanpekerjaan dapat didelegasikan pada SDM yang ada, sehingga dalam pekerjaan manajerial, Apoteker dapat lebih fokus dalam mengendalikan sumber daya nya. 5.2 Saran a. Ruang racik di Apotek Endeh sebaiknya lebih ditata kembali yaitu dengan menambah meja khusus untuk peracikan resep obat. b. Pelayanan informasi obat dan konseling di Apotek Endeh perlu ditingkatkan agar pasien lebih mengerti dan meminimalkan terjadinya kesalahan (medication error) dalam penggunaan obat sehingga terlaksananya pengobatan yang rasional. c. Perlu ditingkatkannya kecepatan pelayanan dan keramahan karyawan apotek untuk mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang optimal. 47

61 DAFTAR ACUAN Menteri Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta Menteri Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. (1990). Jakarta Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta Menteri Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta Menteri Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. (2006). Jakarta Menteri Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (2000) Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta 48

62 LAMPIRAN

63 49 Lampiran 1. Denah Apotek Endeh

64 50 Lampiran 1. (lanjutan) Keterangan Gambar: 1. Area parkir 2. Pintu depan 3. Ruang tunggu 4. Kursi 5. Etalase obat bebas dan health care product 6. Kasir 7. Pintu etalase 8. Televisi 9. Rak obat bebas 10. Meja apoteker dan computer 11. Wadah obat fast moving 12. Rak obat generik 13. Rak alat-alat gelas 14. Dispenser 15. Lemari pendingin 16. Rak obat keras 17. Rak obat keras sediaan semisolid (penggunaan topikal) 18. Rak obat generik (cair) 19. Rak bahan baku 20. Lemari narkotik 21. Lemari psikotropik 22. Meja racik, lemari alat gelas dan wadah pengemas 23. Timbangan 24. Wastafel 25. Lemari arsip 26. Rak obat keras (cair) 27. Telepon 28. Rak obat keras (mata) 29. Meja administrasi 30. Pintu belakang

65 51 Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Endeh Apoteker Pendamping Apoteker Penanggung Jawab ApotEK Asisten Apoteker Teknisi Farmasi Administrasi Catatan : pembagian kerja berdasarkan shift pagi dan malam

66 52 Lampiran 3. Alur Pengelolaan Barang di Apotek Perencanaan Defecta Cek Barang Surat Pemesanan PBF Hitung Jumlah Barang Terima Barang Simpan di Etalase Terima faktur terima barang (faktur asli + copy) Faktur Asli Jual Faktur copy disimpan dalam berkas berdasarkan nama PBF secara alfabetis 2 minggu sebelum jatuh tempo dilakukan tukar faktur Tanda terima tukar faktur diurutkan berdasarkan minggu pembayaran Jatuh Tempo bayar Terima faktur asli Simpan sebagai arsip

67 53 Lampiran 4. Blangko Pemesanan Obat

68 54 Lampiran 5. Lembar Stok Opname

69 55 Lampiran 6. Diagram Alur Pelayanan Resep di Apotek Endeh Pasien datang ke Apotek dengan membawa resep Harga diberitahukan Resep diterima Apoteker / Asisten Apoteker / Karyawan Apotek Resep di skrining dan diberi harga Kasir Menerima uang dan memberi nomor resep Resep diserahkan kepada Apoteker/ Asisten Apoteker : Resep dikerjakan Diberi etiket Obat di periksa lagi Obat siap diserahkan Resep diserahkan kepada pasien dengan memberikan informasi mengenai obat (indikasi, cara penggunaan, waktu penggunaan, dosis, efek samping dll)

70 56 Lampiran 7. Etiket Obat Etiket Obat Dalam Etiket Obat Luar

71 57 Lampiran 8. Blanko Salinan Resep

72 58 Lampiran 9. Blanko Kwitansi

73 59 Lampiran 10. Tanda Terima Faktur

74 60 Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika

75 61 Lampiran 12. Laporan Penggunaan Narkotika

76 62 Lampiran 12. (lanjutan)

77 63 Lampiran 13. Surat Pesanan Psikotropika

78 64 Lampiran 14. Laporan Penggunaan Psikotropika

79 65 Lampiran 14. (lanjutan) NAMA APOTEK : APOTEK ENDEH No. SIA : /Kanwil/SIA/0110 ALAMAT : Jalan Pancoran Timur No. 37 KAB/KOTA : Jakarta Selatan No. NAMA BARANG SEDIAAN SATUAN 1. Ampisiline Tablet 2. Analsik Tablet 3. Ativan 0,5 mg Tablet 4. Broxidin Tablet 5. Citalgin Tablet 6. Clobazam Tablet 7. Danalgin Tablet 8. Deparon Tablet 9. Diazepam 2 mg Tablet 10. Elsigan 2 mg Tablet 11. Haloperidol Tablet 12. Frisium Tablet 13. Librax Tablet 14. Mentaluim 5 mg Tablet 15. Metaneuron Tablet 16. Neuradial Tablet 17. Phenobarbital Tablet 30 mg 18. Sanmag Tablet 19. Spasmum Tablet 20. Teroneo Tablet 21. Valium 2mg Tablet 22. Valium 5 mg Tablet 23. Zyorax 1 mg Tablet 24 Sanac 0,25 mg Tablet STOK AWAL PENERIMAAN PENGELUARAN STOK AKHIR DARI JUMLAH DARI JUMLAH

80 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 RANCANGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT SWAMEDIKASI DIARE DI APOTEK ENDEH DEVINA LIRETHA, S. Farm ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2013

81 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Swamedikasi Peran Apoteker dalam Swamedikasi Informasi Obat dalam Swamedikasi Swamedikasi Diare BAB 3. METODE PELAKSANAAN Lokasi dan Waktu Metode Pelaksanaan BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

82 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Aturan pemberian oralit untuk diare iii

83 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Contoh Brosur (Tampak Depan) Lampiran 2 Contoh Brosur (Tampak Belakang) Lampiran 3 Contoh Poster iv

84 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara sosial dan ekonomi (UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan yang dimaksud sehat menurut WHO adalah sehat baik secara fisik, mental, maupun sosial ekonomi (Aulton, 1996). Dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pengobatan sendiri merupakan upaya pertama dan yang terbanyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan kesehatannya sehingga peranannya tidak dapat diabaikan begitu saja (Suryawati, 1997). Pengobatan sendiri dilakukan masyarakat untuk mengatasi gangguan kesehatan ringan misalnya sakit kepala, diare, batuk, dan sebagainya. Beberapa faktor yang berperan pada perilaku pengobatan sendiri antara lain adalah persepsi tentang sakit, ketersediaan obat yang dijual bebas, serta ketersediaan informasi yang benar mengenai penggunaan obat tersebut (Sukasediati, 2000). Persepsi seseorang tentang sakit sangat menentukan kapan dan bagaimana seseorang tersebut mengambil tindakan pengobatan sendiri. Ketersediaan obat yang dijual bebas memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan dan menggunakan obat tersebut dengan mudah. Sedangkan ketersediaan informasi mengenai obat dapat menentukan pemilihan dan penggunaan obat tersebut. Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO,1998). Sedangkan menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP) yang dimaksud dari swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat non resep oleh seseorang atas inisiatif sendiri (FIP,1999). Swamedikasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan secara rasional. Namun bila tidak dilakukan secara benar justru menimbulkan bencana yaitu tidak sembuhnya penyakit atau munculnya penyakit baru karena 1

85 2 obat dengan segala konsekuensinya. Untuk melakukan swamedikasi secara aman, efektif dan terjangkau, masyarakat perlu melakukan bekal pengetahuan dan ketrampilan. Masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas dan terpecaya agar penentuan kebutuhan jenis atau jumlah obat dapat diambil berdasarkan alasan yang rasional (Suryawati,1997). Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan tanggungjawab yang besar pada swamedikasi. Peran dan tanggungjawab apoteker ini didasarkan pada filosofi Pharmaceutical Care, dimana kegiatan apoteker yang sebelumnya berorientasi pada obat menjadi berorientasi pada pasien. Menurut International pharmaceutical Federation (IPF), Pharmaceutical Care adalah tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai keluaran yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan obat (drug-reated problems), sehingga dapat memberikan hasil terapi yang optimal. Tanggung jawab ini tidak hanya muncul pada pelayanan resep namun juga pada swamedikasi (Newton, 2000). Bentuk peran apoteker dalam swamedikasi salah satunya adalah pelayanan informasi obat (PIO). Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi (Depkes RI, 2006). Dalam swamedikasi, apoteker berperan aktif memberikan edukasi kepada pasien mengenai pemilihan obat yang sesuai. Bentuk edukasi tersebut dapat berupa pemberian informasi melalui poster, leaflet, penyuluhan, dll. Salah satu penyakit yang sering dilakukan swamedikasi oleh pasien adalah penyakit diare. Diare merupakan suatu kondisi terjadi peningkatan frekuensi buang air besar sampai lebih dari tiga kali sehari disertai dengan penurunan konsistensi tinja sampai ke bentuk cairan. Walaupun diare sering dianggap sebagai gangguan yang umum terjadi, tetapi diare dapat berbahaya, karena jika

86 3 dibiarkan, penderita diare akan mengalami dehidrasi (Djunarko, 2011). Untuk itu perlu diberikan informasi oleh apoteker kepada pasien yang melakukan swamedikasi untuk penyakit diare agar penyakit dapat ditangani dengan benar. 1.2 Tujuan Memberikan pelayanan informasi obat bagi pasien yang melakukan swamedikasi untuk penyakit diare agar dapat menangani penyakit dengan benar dan memperoleh terapi yang optimal.

87 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Swamedikasi Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab/rasional. Makna swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko, 2011). Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat baik obat modern maupun obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejalanya (WHO,1998). Sedangkan menurut The International Pharmaceutical Federation (FIP) yang dimaksud dari swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat non resep oleh seseorang atas inisiatif sendiri (FIP,1999). Swamedikasi dilakukan oleh pasien, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti (Djunarko, 2011): a. Kondisi ekonomi. Mahal dan tidak terjangkaunya pelayanan kesehatan oleh rumah sakit, klinik, dokter, dan dokter gigi merupakan salah satu penyebab masyarakat berusaha mencari pengobatan yang lebih murah untuk penyakitpenyakit yang relatif ringan dengan beralih ke swamedikasi. b. Berkembangnya kesadarran akan arti penting kesehatan bagi masyarakat karena meningkatnya sistem informasi, pendidikan, dan kehidupan sosial ekonomi sehingga meningkatkan pengetahuan untuk melakukan swamedikasi. c. Promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar dari pihak produsen baik melalui media cetak maupun elektronik, bahkan sampai beredar ke pelosok-pelosok desa. d. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui Puskesmas dan warung obat desa yang berperan dalam peningkatan pengenalan dan penggunaan obat, terutama OTR dalam sistem swamedikasi. e. Kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat mendukung perkembangan farmasi komunitas. f. Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras dan harus diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu kefarmasian yang ditinjau dari khasiat dan 4

88 5 keamanan obat diubah menjadi OTR (OWA, obat bebas terbatas, dan obat bebas) sehingga memperkaya pilihan masyarakat terhadap obat. Obat yang digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep (OTR). Di Indonesia, yang termasuk OTR meliputi obat wajib apotek (OWA), yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter; obat terbatas, yaitu obat yang akan aman dan manjur apabila digunakan sesuai petunjuk penggunaan dan peringatan yang terdapat pada label; dan obat bebas, yaitu obat yang relatif aman digunakan tanpa pengawasan (Djunarko, 2011). Pada swamedikasi dengan obat bebas dan obat bebas terbatas, penderita bebas mendiagnosis penyakitnya sendiri dan memilih sendiri produk obat yang akan digunakan, maka penderita sendirilah yang bertanggung jawab atas kerasionalan dalam pemakaian obat tersebut. Penggunaan OTR untuk swamedikasi biasanya pada kondisi dan kasus seperti; perawatan simptomatik minor, misalnya rasa tidak enak badan, cedera ringan, sakit kepala, sakit gigi, dan batuk; penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan bertambahnya daya tahan tubuh; profilaksis dan penyembuhan penyakit ringan, misalnya mabuk perjalanan dan kutu air; penyakit kronis yang sebelumnya sudah pernah didiagnosis dokter atau tenaga medis profesional lainnya, misalnya asma dan artritis; dan keadaan yang mengancam jiwa dan perlu penanganan segera, seperti diare (Djunarko, 2011; Edwards & Stillman, 2000). Menurut Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993 Pasal 2, kriteria OTR yang digunakan dalam swamedikasi adalah sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah umur dua tahun, dan orang berusia di atas 65 tahun. b. Swamedikasi dengan obat tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksudkan memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk swamedikasi.

89 6 Saat ini telah banyak masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri untuk mengatasi masalah kesehatannya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penggunaan vitamin, herbal, suplemen dan obat-obat OTC, tanpa saran dan pengawasan dari tenaga kesehatan. Tindakan tersebut dilakukan dengan alasan bahwa hal tersebut lebih mudah dilakukan, menghemat waktu dan biaya atau konsultasi dengan dokter dianggap masih belum perlu dilakukan (Djunarko, 2011). Swamedikasi memiliki keuntungan baik bagi individu maupun bagi sistem kesehatan. Dalam mengatasi gejala-gejala penyakit yang ringan, pasien dapat dengan yakin dan siap mengobati diri mereka sendiri tanpa perlu saran maupun tenaga kesehatan, biaya yang dikeluarkan pasien pun menjadi lebih murah. Swamedikasi juga mengurangi penuhnya pusat-pusat kesehatan oleh pasien (Yardi, 2007). Obat-obat non resep telah dianggap relatif aman untuk digunakan tanpa pengawasan tenaga kesehatan sepanjang petunjuk pada label obat diikuti. Akan tetapi permasalahan yang potensial dapat saja timbul jika swamedikasi tidak dilakukan dengan benar antara lain reaksi alergi obat, reaksi obat yang tidak diinginkan, penggunaan obat dengan dosis yang berlebihan, interaksi obat non resep dengan obat resep atau non resep yang digunakan, pengaruh pada kehamilan, keterlambatan dalam mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan terhadap penyakit yang serius. Dengan demikian, konsumen memerlukan bantuan agar dapat memilih dan menggunakan obat non resep secara rasional dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, diperlukan peran apoteker untuk memberikan informasi dalam membantu konsumen menentukan obat yang aman dan efektif untuk swamedikasi. 2.2 Peran Apoteker dalam Swamedikasi Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien (Depkes RI, 2006).

90 7 Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan tanggungjawab yang besar pada swamedikasi. Peran dan tanggungjawab apoteker ini didasarkan pada filosofi Pharmaceutical Care, dimana kegiatan apoteker yang sebelumnya berorientasi pada obat menjadi berorientasi pada pasien. Pharmaceutical care disini artinya apoteker memiliki tanggungjawab dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai keluaran yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (FIP, 1999). Selain itu, sebagai profesional apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Didasarkan pada filosofi ini, maka tanggungjawab apoteker adalah mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dengan obat (drug related problems), sehingga dapat tercapai keluaran terapi yang optimal. Tanggungjawab ini tidak hanya muncul pada pelayanan resep namun juga pada swamedikasi (Newton, 2000). Secara lebih spesifik, tanggungjawab apoteker terhadap perilaku swamedikasi masyarakat telah dirumuskan oleh FIP (The International Pharmaceutical Federation) dan WSMI (The World Self Medication Industry) dalam suatu kesepakatan bersama. Dalam kesepakatan tersebut dikatakan bahwa tanggung jawab apoteker dalam swamedikasi adalah memberikan saran dan mendampingi pasien dalam pemilihan obat, menginformasikan efek samping yang muncul kepada industri farmasi, menyarankan rujukan kepada dokter, dan memberitahukan cara penyimpanan obat yang benar (FIP, 1999). Sedangkan menurut WHO, fungsi atau tanggung jawab apoteker dalam swamedikasi adalah: a. Sebagai komunikator (communicator) Apoteker harus mempunyai inisiatif untuk berdialog dengan pasien (dan dokter, jika dibutuhkan) untuk menggali tentang riwayat kesehatan pasien. Untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kondisi pasien, apoteker mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien misalnya mengenai keluhan atau pengobatan yang pernah dilakukan pasien. Dalam hal ini apoteker harus mampu mengenali gejala penyakit tanpa melangkahi wewenang dokter.

91 8 Apoteker harus memberikan informasi yang objektif yang diperlukan pasien misalnya mengenai cara penggunaan obat atau cara penyimpanan obat. Untuk itu farmasis harus dapat memenuhi kebutuhan klien sebagai sumber informasi tentang obat, mendampingi dan membantu klien untuk melakukan swamedikasi yang bertanggung jawab atau bila perlu memberikan referensi kepada pasien untuk melakukan rujukan kepada dokter. b. Penyedia obat yang berkualitas (quality drug supplier) Seseorang apoteker harus menjamin bahwa obat yang disediakan dalam swamedikasi berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan berkualitas bagus. Selain itu farmasis juga harus menjamin bahwa obat obat tersebut disimpan dengan baik. c. Pengawas dan pelatih (trainer and supervisor) Untuk menjamin bahwa pelayanan yang diberikan berkualitas, maka apoteker harus selalu membekali diri dengan ilmu ilmu terbaru untuk meningkatkan kemampuan profesional seperti mengikuti pendidikan berkelanjutan. Apoteker harus menjamin bahwa pelayanan yang dilakukan oleh staf staf yang bukan apoteker memiliki kualitas yang sama. Karena itu, apoteker harus membuat protokol sebagai referensi bagi apoteker dan juga protokol bagi pekerja kesehatan masyarakat yang terlibat dengan penyimpanan dan distribusi obat. Apoteker juga harus menyediakan pelatihan dan menjadi pengawas bagi staf-staf yang bukan apoteker. d. Kolaborator (collaborator) Apoteker harus membangun hubungan profesional yang baik dengan profesional kesehatan yang lain, asosiasi profesi nasional, industri farmasi, pemerintah ( Lokal/Nasional ), klien dan masyarakat umum. Pada akhirnya hubungan yang baik ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dalam swamedikasi. e. Promotor kesehatan (health promoter) Sebagai bagian dari kesehatan, apoteker harus berpartisipasi dalam mengidentifikasi masalah kesehatan dan resikonya bagi masyarakat, berpartisipasi dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan

92 9 memberikan saran secara individual untuk membantu dalam menentukan pilihan informasi tentang kesehatan. Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional, terutama dalam hal (Depkes RI, 2006): a. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit b. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Satu hal yang sangat penting dalam swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter. Untuk melayani keperluan swamedikasi, apoteker harus memiliki keterampilan dalam menanggapi gejala yang dikeluhkan pasien. Diantaranya adalah kemampuan untuk mendengarkan (listening skills) dan bertanya (questioning skills). Kemampuan mendengarkan membantu apoteker untuk mendapatkan informasi dan membuat keputusan untuk rekomendasi terapi. Proses ini dimulai dengan suatu pertanyaan pembuka dan penjelasan kepada klien kemungkinan diajukannya pertanyaan yang bersifat lebih pribadi. Hal ini diperlukan agar farmasis dapat mengenali gejala lebih jauh, sehingga dapat merekomendasikan terapi yg benar. Kemampuan bertanya membantu apoteker untuk memperoleh informasi tentang pasien. Ada banyak metode pertanyaan yang sudah dikembangkan, diantaranya adalah metode WWHAM. Pertanyaan yang dapat digunakan menggunakan metode WWHAM yaitu (Blenkinsopp & Paxton, 2002): a. Who is it for? (Untuk siapa obat tersebut?) b. What are the symptoms? (Apa gejala yang dialami?)

93 10 c. How long has the symptoms occurred? (Berapa lama gejala tersebut berlangsung?) d. Action being taken already? (Apa yang sudah dilakukan terhadap gejala penyakit tersebut?) e. Medicines for other conditions? (Obat lain apa yang sedang digunakan?) Apoteker berperan dalam menentukan apakah gejala yang dikeluhkan yang kemudian akan merujuk untuk ke dokter atau cukup dengan rekomendasi produk obat non resep (Yardi, 2007) Informasi Obat dalam Swamedikasi Salah satu faktor penentu yang berperan dalam tindakan pengobatan sendiri atau self medication yaitu tersedianya sumber informasi tentang obat dan pengobatan. Ketersedianya sumber informasi tentang obat dapat menentukan keputusan dalam pemilihan obat (Dianawati, 2008). Informasi obat disini merupakan tanggungjawab farmasis dan merupakan bagian dari konsep pharmaceutical Care. Informasi yang seharusnya diberikan oleh apoteker meliputi (WHO, 1998; Yunita, 2008): a. Nama obat dan kekuatannya Apoteker harus menjelaskan kesamaan penggunaan obat paten dan obat generik, apabila suatu saat terjadi penggantian obat. b. Indikasi dan aturan pakai Hal ini merupakan faktor penting yang harus di ketahui pasien saat menerima obat. Sehingga, pasien benar-benar mengerti tentang waktu penggunaan obat dan instruksi khusus yang harus di perhatikan oleh klien, misalnya kocok dahulu atau harus diminum saat lambung kosong. c. Mekanisme kerja obat Apoteker harus menjelaskan kerja obat sesuai dengan gejala yang diderita pasien, karena beberapa obat memiliki mekanisme kerja yang berbeda, sesuai dengan indikasi terapinya. d. Efek pada gaya hidup Beberapa terapi dapat menimbulkan perubahan pada gaya hidup pasien misalnya mengurangi mengkonsumsi alkohol, merokok, mengurangi olah raga berlebihan.

94 11 e. Penyimpanan obat Informasi tentang cara penyimpanan obat sangat penting terutama untuk obatobat yang memiliki aturan penyimpanan tertentu, misalnya harus disimpan di lemari es, harus disimpan terlindung dari cahaya atau dijauhkan dari jangkauan anak-anak. f. Efek samping potensial Pasien harus diinformasikan tentang efek samping yang mungkin timbul dalam penggunaan obat. Efek samping tersebut dapat berupa efek samping ringan yang dapat di prediksi seperti perubahan warna urin, sedasi, bibir kering, dan efek samping yang perlu perhatian medis seperti reaksi alergi, nausea, vomiting dan impotensi. g. Interaksi antar obat dan makan Apoteker harus memberikan informasi tentang kemungkinan adanya interaksi antar obat yang digunakan ataupun dengan makan yang di konsumsi oleh klien, sehingga pasien dapat mengetahui aturan pakai yang benar dari masingmasing obat. Contohnya pemberian antikoagolan berinteraksi dengan pemberian aspirin. Informasi tambahan lainya yaitu pembuangan obat yang telah kadaluarsa dan kapan saatnya berkonsultasi ke dokter. Dalam swamedikasi, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya (Depkes RI, 2006). 2.4 Swamedikasi Diare Diare adalah suatu kondisi terjadi peningkatan frekuensi buang air besar sampai lebih dari tiga kali sehari disertai dengan penurunan konsistensi tinja sampai ke bentuk cairan. Walaupun diare sering dianggap sebagai gangguan yang umum terjadi, tetapi diare dapat berbahaya karena jika dibiarkan, penderita diare akan mengalami dehidrasi (Djunarko, 2011).

95 12 Jenis-jenis diare antara lain (Depkes RI, 2006): a. Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu atau penyakit lain. Gejala diare akut adalah tinja cair, terjadi mendadak, badan lemas kadang demam dan muntah, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. b. Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu lama, berlangsung selama 2 minggu atau lebih. c. Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lendir. Diare yang hanya sekali-sekali tidak berbahaya dan biasanya sembuh sendiri. Tetapi diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa. Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan tubuh yang dapat berakibat kematian, terutama pada anak/bayi jika tidak segera diatasi. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak di bawah umur lima tahun. Pada kasus yang jarang, diare yang terus-menerus mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, cholera atau kanker usus. Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas, yaitu: a. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium. b. Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. c. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.

96 13 d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat bakteri enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin (Tan, 1993). Gejala diare dapat ditandai dengan frekuensi buang air besar melebihi normal, feses encer/cair, sakit/kejang perut pada beberapa kasus, demam dan muntah pada beberapa kasus. Pada kasus anak-anak diare dapat ditandai dengan dehidrasi ringan atau sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat haus, kulit kering dan dehidrasi berat; lesu, tak sadar, mata cekung, malas atau tidak bisa minum, dan kulit sangat kering (Depkes RI, 2006). Apabila seseorang mengalami diare, berarti jumlah cairan yang diserap oleh tubuhnya sangat sedikit. Hal ini menimbulkan kondisi kekurangan cairan atau dehidrasi. Maka, pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah menggantikan cairan tubuh yang hilang, antara lain dengan banyak minum dan minum oralit. Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain (Djunarko, 2011): a. Makan sup bening. Hindari kopi, teh, dan susu. Pada bayi, ASI boleh tetap diberikan, tetapi untuk susu formula harus dibuat lebih encer sampai dua kali lipat. Hindari makanan padat, ganti dengan bubur, roti, atau pisang. b. Memeriksa penyebab diare, apakah makanan, obat, susu, atau lainnya sehingga dapat mencegah terulangnya diare. c. Memeriksa feses, apakah terdapat lendir atau darah atau tidak. d. Cuci tangan setiap selesai buang air untuk mencegah penularan (diare karena parasit, bakteri, atau virus sering kali menular). e. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

97 14 f. Memeriksa tanda-tanda dehidrasi ringan sampai berat, antara lain haus, mulut kering, lesu, mengantuk, pucat, mata cekung, elastisitas kulit menurun (saat dicubit tidak langsung kembali seperti semula), dan urine sedikit serta pekat Obat yang Digunakan untuk Swamedikasi Diare Ada beberapa golongan obat-obatan yang dapat diberikan untuk swamedikasi diare, yaitu (Depkes RI, 2006): a. Oralit Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses. Untuk anak usia kurang dari 2 tahun, berikan oralit dengan sendok, apabila anak muntah, tunggu sebentar kemudian lanjutkan pemberian sedikit demi sedikit sampai habis. Keadaan Diare Tidak ada dehidrasi (mencegah dehidrasi) Dengan dehidrasi (mengatasi dehidrasi) Tabel 2.1 Aturan pemberian oralit uuntuk diare Umur < 1 tahun 1-4 tahun 5-12 tahun dewasa Setiap kali BAB berikan oralit 100 ml 200 ml 300 ml 400 ml 3 jam pertama berikan oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml Setiap kali BAB berikan oralit 100 ml 200 ml 300 ml 400 ml b. Adsorben dan obat pembentuk masa Obat-obatan ini bekerja untuk menyerap racun, mengurangi frekuensi buang air besar, dan memadatkan massa feses. Golongan obat ini yaitu, norit (karboadsorben), kombinasi kalin-pektin, dan attapulgite. Selama minum obat ini, oralit tetap diberikan. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak dibawah umur 5 tahun. Bentuk sediaan yang beredar adalah tablet norit 250 mg (Bekarbon ); kombinasi kaolin-pektin dan attapulgite (Biodiar, Neo entrostop, New Diatabs ). Aturan pakai untuk obat ini adalah 1) Tablet Norit 250 mg Dewasa : 3-4 tablet ( mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam)

98 15 2) Kombinasi Kaolin-Pektin dan Attapulgit (Setiap tablet mengandung 600 mg atapulgit) Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 12 tablet selama 24 jam. Anak-anak 6-12 tahun : 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 6 tablet selama 24 jam. Selain obat-obatan diatas, masih terdapat beberapa macam obat yang dapat digunakan untuk mengatasi diare, tetapi untuk alasan keamanan obat tersebut tidak dianjurkan digunakan tanpa petunjuk dokter. Contohnya, obat antimotilitas seperti loperamide. Obat ini mengatasi diare dengan mengurangi gerakan usus sehingga diharapkan memperpanjang waktu kontak untuk penyerapan di usus. Obat ini biasanya digunakan jika diare berlangsung terus menerus lebih dari 24 jam. Namun, perlu diingat bahwa diare merupakan salah satu bentuk usaha tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (racun, bakteri, atau parasit), maka pada kasus ini, obat antimotilitas tidak boleh digunakan karena akan memperpanjang waktu kontaminan tersebut berada di dalam tubuh. Selain itu, dikhawatirkan pemakaian loperamide yang tidak hati-hati dapat menyebabkan efek samping seperti usus yang mendadak berhenti bekerja sehingga obat ini digolongkan ke dalam golongan obat keras (Djunarko, 2011). Untuk kasus tertentu, penderita disarankan ke dokter apabila diare terjadi terus menerus selama 48 jam, terdapat lendir atau darah pada feses. Diare disertai demam, muntah-muntah, dan rasa sakit yang tidak tertahankan pada bagian perut, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat, seperti kulit yang tidak kembali dalam dua detik setelah dicubit, terus mengantuk, mata cekung, pucat, kehilangan nafsu makan dan minum, atau pingsan. Selain itu, diare yang terjadi pada wanita hamil disarankan untuk tidak ditangani dengan swamedikasi.

99 3.1 Lokasi dan Waktu BAB 3 METODE PELAKSANAAN Pengamatan dilakukan di Apotek Endeh selama PKPA berlangsung dari tanggal 15 Juli - 31 Agustus Metode Pelaksanaan Mengamati pelaksanaan pelayanan informasi obat untuk pasien yang melakukan swamedikasi penyakit diare, kemudian dibuat rancangan media yang dapat membantu pelayanan informasi obat bagi pasien yang melakukan swamedikasi diare di Apotek Endeh agar memperoleh terapi yang optimal. 16

100 BAB 4 PEMBAHASAN Pemberian informasi obat di apotek, baik dalam pelayanan resep maupun pelayanan swamedikasi, adalah hal yang sangat penting untuk memastikan pasien menggunakan obat dengan benar sehingga tujuan pengobatan yaitu kesembuhan pasien dapat tercapai. Pada pelayanan swamedikasi, tanggung jawab pemberian informasi ini menjadi bertambah karena pasien melakukan pengobatan tanpa intervensi tenaga medis atau dokter. Untuk memastikan pasien melakukan swamedikasi dengan benar, apoteker berperan penting dalam memberikan informasi obat terkait penyakit yang diswamedikasi. Informasi obat yang diberikan oleh apoteker harus akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana. Informasi yang akurat dan mudah dimengerti oleh pasien dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pasien tentang pengobatan dan kondisi kesehatan agar terjadi perubahan sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengobatan dan kondisi tersebut (Rantucci, 2009). Di Apotek Endeh, pasien yang melakukan swamedikasi sering dijumpai dengan beragam penyakit dan keluhan. Apotek Endeh yang terletak di kawasan perumahan Perdatam dan lingkungan menengah ke atas memiliki konsumen/pasien yang pada umumnya juga berasal dari kalangan menengah ke atas dengan tingkat pendidikan rata-rata yang juga tinggi. Tingkat pendidikan dan faktor ekonomi dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan swamedikasi. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Pan American Health Organization (PAHO) tentang Drug Classification: Prescription and OTC (Over The Counter) Drugs, terdapat hasil survei yang dilakukan oleh The World Self Medication Industry (WSMI) di 14 negara. Survei tersebut menunjukkan bahwa swamedikasi meningkat jumlahnya pada populasi penduduk yang tingkat pendidikannya lebih tinggi. Pengetahuan yang lebih tentang obat dan pengobatan juga membuat kelompok penduduk tersebut tidak terlalu terpengaruh pada iklan dan promosi obat. Studi lain tentang swamedikasi dan kapabilitas konsumen yang dilakukan oleh The Latin American Industry for Responsible Self-medication (ILAR) pada tahun 2004, menunjukkan hasil yang serupa (PAHO, 2004). Faktor-faktor seperti 17

101 18 sosioekonomi, kemudahan akses pada produk obat, manajemen penyakit dan rehabilitasi, demografi dan epidemiologi, reformasi pada sektor kesehatan dan juga ketersediaan produk-produk baru yang mudah digunakan turut berperan meningkatkan perilaku swamedikasi (WHO, 1998). Dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mendasari swamedikasi pada ibu rumah tangga terdapat beberapa faktor lain yang tercetus, yaitu kemudahan mendapatkan produk obat, dan juga efisiensi biaya dan waktu (Nuralia, 2004). Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi kebutuhan pasien akan informasi obat untuk swamedikasi. Beda latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sebagainya berbeda pula informasi yang dibutuhkan oleh pasien. Hal ini mempengaruhi metoda dan media penyampaian informasi obat oleh apoteker kepada pasien. Metode pemberian informasi obat yang dimaksud berkaitan dengan penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, cara penyampaian yang baik, dan informasi yang akurat dan dibutuhkan oleh pasien. Penggunaan media dalam menyampaikan informasi obat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam memahami informasi yang diberikan. Media seperti brosur atau leaflet dapat membantu mengingatkan pasien tentang informasi obat yang sudah disampaikan ketika tiba dirumah. Media ini mungkin tidak efektif bagi semua tipe pasien, namun akan efektif bagi pasien yang memiliki sedikit waktu berbicara dengan apoteker, atau pasien yang memiliki daya ingat yang rendah, ataupun pasien lain yang membutuhkan informasi. Brosur atau leaflet yang memuat gambar yang relevan dan menjelaskan isi tulisan juga akan berguna bagi pasien yang memiliki penglihatan kabur atau buta aksara. Dengan adanya gambar-gambar yang mudah dipahami dan menjelaskan informasi obat dan pengobatan suatu penyakit dengan swamedikasi, akan membantu pasien memahami cara swamedikasi yang benar. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering diswamedikasi oleh pasien yang datang ke Apotek Endeh. Pasien yang melakukan swamedikasi di Apotek Endeh biasanya datang dengan menyebutkan merk obat yang diinginkan. Tapi, tidak jarang juga pasien datang dengan menyebutkan keluhan yang dia rasakan dan meminta saran kepada apoteker mengenai obat yang cocok dengan kondisinya. Sehingga, apoteker harus memiliki kemampuan untuk bertanya dan mendengarkan agar dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan

102 19 dari pasien untuk membantu pemilihan terapi. Kemampuan bertanya yang baik dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari pasien mengenai riwayat pengobatan pasien dan hal-hal yang diketahui mengenai swamedikasi yang dilakukan. Dengan kemampuan mendengarkan yang baik, pasien akan merasa nyaman dalam menceritakan kondisinya sehingga informasi yang diperoleh juga cukup untuk membantu memilihkan terapi yang cocok bagi pasien. Informasi tertulis sangat berguna sebagai tambahan pada metode dialog dan diskusi atau konseling. Bila dilakukan bersama-sama, informasi tertulis dan dialog akan lebih efektif dibandingkan metode lisan saja. Diskusi memberikan kesempatan bagi apoteker untuk menjelaskan informasi tertulis dan mendapatkan respons balik dari pasien sesuai dengan tingkat pemahaman pasien. Informasi tertulis selanjutnya dapat dibawa pulang oleh pasien dan dibaca saat pasien memiliki waktu luang. Di apotek, pasien sering terburu-buru atau dibebani oleh informasi dan emosi yang terlalu banyak. Manula, khususnya, sering merasa memerlukan waktu lebih lama untuk menyerap informasi yang diberikan oleh apoteker. Hal ini juga sering terjadi di Apotek Endeh ketika pasien datang melakukan swamedikasi. Hanya saja, di Apotek Endeh informasi tertulis seperti brosur, leaflet, dan poster mengenai swamedikasi diare belum tersedia. Jadi, ketika pasien datang melakukan swamedikasi apoteker hanya memberikan informasi secara lisan kepada pasien. Terkadang karena jumlah pasien yang datang cukup banyak membuat informasi yang diberikan kepada pasien seringkali kurang mencukupi. Atau ketika apoteker tidak di tempat, asisten apoteker kurang mampu menangani pertanyaan pasien yang beragam sehingga informasi yang disampaikan juga kurang memadai. Untuk itu, informasi tertulis terkait swamedikasi yang sering dilakukan oleh pasien hendaklah tersedia untuk membantu apoteker memberikan informasi kepada pasien dan membantu pasien untuk memahami swamedikasi yang dilakukan, seperti swamedikasi untuk diare. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien lebih menyukai gabungan informasi tertulis dan lisan, namun hal ini merupakan keputusan masing-masing orang (Rantucii, 2009). Menurut Rantucci, 45% pasien memilih menerima lembar informasi sekaligus mendapatkan konseling dari apoteker,

103 20 namun 30% pasien memilih mendapat konseling saja, dan 20% memilih mendapatkan informasi tertulis saja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pelayanan informasi obat untuk swamedikasi diare di Apotek Endeh akan lebih efektif jika disertai dengan informasi tertulis. Informasi tertulis berupa brosur dan leaflet akan membantu pasien dalam mengingat informasi yang sudah diberikan di apotek, sedangkan poster dapat dipajang di apotek sebagai media edukasi dan informasi bagi pasien yang melakukan swamedikasi diare. Sembari menunggu atau mengantri giliran ketika banyak pasien yang datang ke apotek, pasien bisa membaca poster untuk memberi pengetahuan kepada pasien. Informasi tertulis ini harus berisi informasi yang sesuai. Informasi tersebut harus menggambarkan dan menegaskan informasi yang diberikan secara lisan. Kualitas dan kuantitas informasi tertulis harus dinilai dengan mempertimbangkan tingkat melek aksara dan bahasa, tata letak, dan ukuran cetakan. Materi tertulis disarankan memiliki tingkat keterbacaan yang baik agar informasi dapat tersampaikan. Pelayanan informasi obat yang baik dan maksimal dapat memberikan keuntungan bagi pasien dan apoteker. Keuntungan bagi pasien sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dapat memberikan pengetahuan dan edukasi bagi pasien dalam menjalankan swamedikasi sehingga akan menurunkan kemungkinan kesalahan penggunaan obat. Bagi apoteker sendiri, pelayanan informasi obat ini selain menjadi kepuasan dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, dapat meningkatkan citra apoteker di mata pasien. Pelayanan informasi obat yang optimal dapat meningkatkan kepercayaan pasien kepada apoteker dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan apotek. Namun, yang paling penting adalah tercapainya tujuan terapi yang optimal dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, sesuai dengan filosofi Pharmaceutical Care.

104 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pelayanan informasi obat bagi pasien yang melakukan swamedikasi diare dapat diberikan dengan menggunakan media seperti brosur atau poster untuk menghasilkan pelayanan informasi obat yang optimal Saran Perlu disediakan media tertulis pelayanan informasi obat untuk swamedikasi oleh pasien. Tidak hanya untuk penyakit diare, tetapi juga penyakitpenyakit lain yang sering dilakukan swamedikasi oleh pasien. Disarankan juga bagi apoteker untuk melakukan pelayanan informasi obat dengan baik, selain memberikan informasi tertulis hendaknya juga diberikan informasi lisan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. 21

105 DAFTAR ACUAN Aulton M.E, Collet D.M. (1990). Pharmaceutical Practice. Edinburg: London, Melbourne & New York. Blekinsopp, A., Paul Paxton. (2002). Symptoms In the Pharmacy. United Kingdom: Blackwell Publishing. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Author. Standar Pelayanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: Author. Dianawati, O., Fasich, Umi Athijah. (2008). Hubungan Persepsi Terhadap Iklan Di Televisi Dengan Perilaku Swamedikasi Pelajar SMU Negeri Di Surabaya. Majalah Farmasi Airlangga, 6, Djunarko, I., Y. Dian Hendrawati. (2011). Swamedikasi yang Baik dan Benar. Jakarta: Citra Adi Pratama. FIP. (1999). Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation and The World Self-Medication Industry: Responsible Self-Medication. FIP & WSMI, p.1-2. Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 919/Menkes/Per/X/1993 Pasal 2 Tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Author. Newton, G. D., (2000). Ambulatory Patient Care. In: A.R. Gennaro (Ed.). Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th Ed., Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Nita, Y., et al., (2008). Kinerja Apotek dan Harapan Pasien terhadap Pemberian Informasi Obat pada Pelayanan Swamedikasi di beberapa Apotek di Surabaya. Majalah Farmasi Airlangga, 6, Nuralia, A.U., (2004). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Swamedikasi Ibu Rumah Tangga (Studi pada Kasus Selesma/Common Cold di Wilayah Kelurahan Semolowaru Surabaya). Skripsi, Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. 22

106 23 PAHO, (2004). Drug Classification: Prescription and OTC Drugs. PAHO, p.1-2 Presiden Republik Indonesia. (1992). Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta: Author. Rantucci, MJ., (2007). Komunikasi apoteker-pasien (Edisi 2). Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC. Suryawati, S. (1997). Menuju Swamedikasi yang Rasional. Pusat Studi Farmakologi Klinik Dan Kebijakan Obat Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Sukasediati, N. (2000). Peningkatan Mutu Pengobatan Sendiri Menuju Kesehatan untuk Semua. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes. WHO. (1998). The Role of The Pharmacist in Self-Care and Self-Medication. The Hague, The Netherlands: WHO, p Yardi. (2007). Self Care dan Self Medication. Jakarta.

107 LAMPIRAN

108 24 26 Lampiran 1. Contoh Brosur (Tampak Depan)

109 25 Lampiran 2. Contoh Brosur (Tampak Belakang)

110 24 26 Lampiran 3. Contoh Poster

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JALAN PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI - 12 JULI, 29 JULI - I2 AGUSTUS, DAN 19-23 AGUSTUS 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 12 JULI;29 JULI 2 AGUSTUS;19-23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OGI ANDYKA PUTRA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FAUZIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER i UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SHEILA NOOR AISYAH, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SITI NURROCHMAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RISKA EKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

PEKERJAAN KEFARMASIAN

PEKERJAAN KEFARMASIAN PEKERJAAN KEFARMASIAN Makalh ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-undang dan Etika Farmasi Di Susun Oleh : Kelompok VII A Finti Muliati : 14340104 Yolanta Mogi Rema : 14340105 Nora Novita

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

PERMENKES No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN 4/1/2013 1

PERMENKES No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN 4/1/2013 1 PERMENKES No. 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN 4/1/2013 1 PENDAHULUAN Bab I. Ketentuan Umum Bab II. Registrasi Bab III. Izin Praktik dan Izin Kerja

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NATALIA CHRISTY,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci