UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PRADITA WINDY HATAFI, S.Farm ANGKATAN LXXV PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK DESEMBER 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker PRADITA WINDY HATAFI, S.Farm ANGKATAN LXXV PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK DESEMBER 2012 ii

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Pradita Windy Hatafi NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 03 Januari 2013

4

5 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.5 pada periode 3 September 6 Oktober Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Pelaksanaan PKPA ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu, antara lain: 1. Bapak Zul Ikhwan, S.Si., Apt sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan PKPA. 2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. Si, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 3. Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 4. Ibu Nadia Farhanah Syafhan, S.Farm.,M.Si.,Apt sebagai dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya selama melaksanakan PKPA. 5. Seluruh karyawan Apotek Kimia Farma No. 5, atas segala keramahan, pengarahan, dan bantuannya selama penulis melaksanakan PKPA. 6. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 7. Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan, doa, semangat dan kasih sayang yang tiada henti.

6 8. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 75 yang telah mendukung dan bekerja sama selama perkuliahan dan pelaksanaan PKPA. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2012

7

8 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Pradita Windy Hatafi NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 5 Jl. Cikini Raya No. 121, Jakarta Pusat Periode 3 September - 6 Oktober beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 03 Januari 2013 Yang menyatakan, (Pradita Windy Hatafi) Universitas Indonesia

9 ABSTRAK Nama Program Studi : Pradita Windy Hatafi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.5 Periode 3 September 6 Oktober 2012 Praktek Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No.5 bertujuan mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab seorang apoteker di Apotek Kimia Farma. Kegiatan ini dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 5 Cikini Jakarta Pusat. Dalam hal ini, diharapkan apoteker dapat mengetahui dan memahami cara pengelolaan apotek dalam kegiatan administrasi, manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, dan penjualan perbekalan farmasi serta mempraktekkan pelayanan kefarmasian di apotek sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kefarmasian di Indonesia. Tugas khusus yang diberikan berjudul Studi Literatur Penatalaksanaan Penyakit Parkinson. Tugas khusus ini bertujuan untuk memahami tentang definisi dan penyebab Parkinson, mengetahui tentang obat yang digunakan, dapat memberikan informasi dan edukasi yang tepat bagi pasien penyakit Parkinson, serta meningkatkan pemahaman tentang pelayanan kefarmasian untuk penyakit Parkinson. Penatalaksanaan penyakit Parkinson meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Penatalaksanaan penyakit Parkinson mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan hidup pasien. Kata Kunci Tugas Umum Tugas Khusus : Apotek Kimia Farma, Parkinson, informasi dan edukasi : vi + 60 halaman; 17 lampiran : ii + 24 halaman Daftar Acuan Tugas Umum : 16 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 13 ( )

10 ABSTRACT Name : Pradita Windy Hatafi Program Study : Apothecary Profession Title : Apothecary Internship Report at Apotek Kimia Farma No.5 period September 3 rd - Oktober 6 th 2012 Apothecary Internship at Apotek Kimia Farma No.5 aims to know and understand the roles and responsibilities of a pharmacist in the pharmacy Kimia Farma. This activity is conducted in Pharmacies No. Kimia Farma. 5 Cikini in Central Jakarta. In this case, pharmacists are expected to know and understand how to manage a pharmacy in administration, financial management, procurement, storage, and sale of pharmaceuticals and pharmacy services in pharmacy practice in accordance with the laws and ethics in the pharmaceutical care system in Indonesia. Given a special assignment titled Literature Management Parkinson's Disease. Special task aims to understand the definition and causes of Parkinson's, knew about the drugs used, can provide appropriate information and education for patients with Parkinson's disease, and to improve understanding of pharmaceutical care for Parkinson's disease. Management of Parkinson's disease include non-pharmacological therapy and pharmacological therapy. Management of Parkinson's disease have the ultimate goal of improving patients' lives. Keywords : Apotek Kimia Farma, Parkinson s, Information and Education General Assignment : vi + 60 pages; 17 appendices Special Assignment : ii + 24 pages Bibliography of general assignment : 16 ( ) Bibliography of general assignment : 13 ( )

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pendirian Apotek Tenaga Kerja Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pengelolaan Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan Pengadaan Penyimpanan Pengelolaan Keuangan Laporan Rugi-Laba Neraca Laporan Utang-Piutang Administrasi Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyerahan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan Resep Skrining Resep Penyiapan Obat vi

12 Penyerahan dan Informasi Obat Konseling Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan Informasi Obat Pencabutan Surat Izin Apotek BAB 3 TINJAUAN UMUM Sejarah PT Kimia Farma (Persero), Tbk Visi dan Misi PT Kimia Farma (Persero) Visi Misi Struktur Organisasi Perusahaan PT Kimia Farma Trading & Distribution (T&D) PT Kima Farma Apotek PT Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT Kimia Farma Apotek Visi Misi Logo PT Kimia Farma Apotek Simbol Matahari Sifat Huruf BAB 4 TINJAUAN KHUSUS Apotek Kimia Farma No Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi Tugas dan Tanggung jawab Personalia Apotek Kimia Farma Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Juru Resep Penanggung jawab Hand Verkoop (HV) Kegiatan Apotek Kimia Farma No Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengadaan Barang Penerimaan Barang Penyimpanan Barang Pembuatan Obat Anmak Penjualan Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan Administrasi Stock Opname Kegiatan Keuangan Pengelolaan Narkotika vii

13 4.6.1 Pemesanan Narkotika Penerimaan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelayanan Narkotika Pelaporan Narkotika Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Psikotopik Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Pelayanan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN viii

14 DAFTAR GAMBAR Tabel 3.1. Logo PT Kimia Farma Apotek ix

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotik...63 Lampiran 2 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No Lampiran 3 Alur pelayanan resep...65 Lampiran 4 Denah Apotek Kimia Farma No Lampiran 5 Lay out Apotek Kimia Farma No Lampiran 6 Berita Acara Pemusnahan Resep...68 Lampiran 7 Bon Permintaan Barang Apotek Kimia Farma No Lampiran 8 Kartu Stok Kimia Farma No Lampiran 9 Kwitansi Pembayaran Resep Tunai...71 Lampiran 10 Etiket Kimia Farma no Lampiran 11 Copy Resep Kimia Farma No Lampiran 12 Kartu Nomor Resep Lampiran 13 Surat Pesanan Narkotik...76 Lampiran 14 Surat Pemesanan Psikotropik...77 Lampiran 15 Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika...78 Lampiran 16 Tabel dan Grafik 5 Rumah Sakit dengan Peresepan Terbanyak di Apotek Kimia Farma No Lampiran 17 Tabel dan Grafik Transaksi Penjualan di Apotek Kimia Farma Bulan Agustus-Oktober...82 x

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu faktor penting dalam pelayanan kesehatan. Obat saat ini diberikan dengan tujuan memperoleh hasil yang pasti yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien. Hasil yang diinginkan adalah menyembuhkan penyakit, mengurangi atau menghilangkan gejala, menghambat atau memperlambat bertambah beratnya penyakit, dan mencegah timbulnya penyakit atau gejala (Hepler, C.D. & Linda, M.S. 1990). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian merupakan pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama (Departemen Kesehatan RI, 2009a) Kesadaran masyarakat akan kesehatan menyebabkan makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, oleh karena itu peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus diupayakan. Pelayanan kefarmasian kepada masyarakat dapat berlangsung salah satunya di apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 disebutkan bahwa apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan 1 Universitas Indonesia

17 2 kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002). Peran apotek dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu aspek pelayanan kefarmasian dan aspek manajerial apotek. Aspek pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan perbekalan farmasi, antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, dan sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2004). Apotek berdasarkan aspek manajerial merupakan unit usaha yang didalamnya terdapat proses jual beli perbekalan farmasi dan pemberian jasa (komunikasi, informasi, dan edukasi) oleh apoteker, yang membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang baik agar dapat tumbuh dan berkembang serta dapat memberikan kesejahteraan bagi setiap orang yang terlibat didalamnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/IX/2004, Apoteker merupakan sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Untuk dapat mengelola sebuah bisnis apotek, seorang APA (Apoteker Pengelola Apotek) tidak cukup hanya dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja karena mengelola sebuah apotek sama halnya dengan mengelola sebuah perusahaan. APA dituntut pengetahuannya untuk dapat menguasai produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian serta harus dapat merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja operasional suatu apotek (Departemen Kesehatan RI, 2004) Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek. Penulis dalam hal ini melaksanakan praktek kerja profesi apoteker di Apotek Kimia Farma No. 5 yang berada di Jl. Cikini Raya No. 121 Jakarta Pusat. Praktek kerja dilakukan selama 5 minggu yaitu sejak tanggal 3 September 2012 hingga 6 Oktober Universitas Indonesia

18 3 1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma, adalah : Memahami tentang fungsi dan peranan apoteker pengelola apotek (APA) di apotek Memahami penerapan aspek manajemen pengelolaan apotek dan aspek pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 5. Universitas Indonesia

19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam ketentuan umum, dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2009a). Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Pekerjaan Kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh Apoteker, yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari Dinas Kesehatan setempat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009a) Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 4 Univesitas Indonesia

20 5 b. Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/MENKES/PER/2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker. g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980) : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Universitas Indonesia

21 6 d. Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyrakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Tata Cara Pendirian Apotek Apotek agar dapat melakukan pelayanan kefarmasian harus memiliki izin yang berupa Surat Izin Apotek (SIA). Pengertian SIA adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Untuk mengajukan permohonan izin pendirian apotek perlu dipenuhi dua macam persyaratan, yaitu persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan persyaratan apotek. Persyaratan APA (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011) adalah sebagai berikut: a. Ijazahnya telah terdaftar di Kementerian Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai seorang apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK). d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi APA di apotek lain. Dengan adanya peraturan yang baru, persyaratan APA tidak lagi menggunakan SIK tetapi untuk menjadi APA harus memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker). Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka ia dapat menunjuk Apoteker Pendamping, dan apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, SIA atas nama apoteker Universitas Indonesia

22 7 yang bersangkutan dapat dicabut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993b): a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi, dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004): a. Lokasi dan Tempat Lokasi usaha apotek pada umumnya adalah mudah diakses oleh masyarakat, dan lingkungannya aman. Hal lain yang perlu dipertimbangkan terkait dengan letak apotek adalah ada atau tidaknya apotek lain, kemudahan untuk memarkir kendaraan, jumlah penduduk, jumlah pelayanan kesehatan di sekitar apotek, dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat. b. Bangunan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang Universitas Indonesia

23 8 penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik. c. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah: 1. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan, seperti timbangan, mortar, dan gelas ukur. 2. Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3. Wadah pengemas dan pembungkus seperti plastik pengemas dan kertas perkamen. 4. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik, dan bahan beracun. 5. Alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, kartu stok, dan salinan resep. 6. Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/MENKES/PER/V/2011, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan Universitas Indonesia

24 9 kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga teknis kefarmasian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/2002 terdapat beberapa definisi diantaranya: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek. b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker. Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di apotek yaitu (Umar, 2011): a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan, dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek. 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia

25 10 a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Universitas Indonesia

26 11 Apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT Pengelolaan Apotek Seluruh kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) : a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya, dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya. b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Universitas Indonesia

27 12 Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut: Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan Kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat merupakan kegiatan perencanaan. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obat dan alat kesehatan perlu dilakukan pengumpulan data obat-obat yang akan dipesan. Data obat-obat tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan murah, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan besar, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obat yang hampir kadaluwarsa. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) : a. Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut. b. Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obat. c. Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obat khususnya obat-obat tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka Universitas Indonesia

28 13 apotek perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 918/Menkes/Per/X/1993 tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993b). Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barangbarang yang akan dipesan dari buku defekta. b. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain (Anif, 2001): a. Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan. b. Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya, dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan. c. Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan Universitas Indonesia

29 14 terjadi peningkatan permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluwarsa Penyimpanan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) Tata cara penyimpanan obat sebaiknya digolongkan berdasarkan bentuk sediaan, seperti sediaan padat dipisahkan dari sediaan cair atau setengah padat. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengeluaran barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah (Umar, 2011): Laporan Rugi-Laba Laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu dikenal sebagai laporan rugi-laba. Laporan ini biasanya berisi hasil penjualan, HPP (Harga Pokok Penjualan), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha dan pajak Neraca Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada waktu tertentu disebut neraca. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang disebut pasiva. atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah Universitas Indonesia

30 15 aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal Laporan Utang-Piutang Laporan utang adalah laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu dalam satu tahun, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek Administrasi Administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi (Anif, 2001): a. Administrasi umum meliputi membuat agenda atau mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, dan laporan pendapatan. b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-bukti pengeluaran dan pemasukan. c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau kredit. d. Administrasi pergudangan meliputi pencatatan penerimaan barang, masing-masing barang diberi kartu stok dan membuat defekta. e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek. f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang dan penagihan sisa piutang. g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji dan pendapatan lainnya dari karyawan. Universitas Indonesia

31 Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-Undang No 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Departemen Kesehatan, 2009c): a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Contoh : opium, heroin dan kokain. b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein dan dionin. Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika di Indonesia merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan, dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Umar, 2007). Universitas Indonesia

32 Pemesanan narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 4 serta satu SP untuk satu jenis obat narkotik (Umar, 2007) Penyimpanan narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1978): a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung narkotika antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2009): a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu pengetahuan. Universitas Indonesia

33 18 b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter. d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali. e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban membuat dan mengirimkan laporan mutasi narkotika berdasarkan penerimaan dan pengeluarannya sebelum tanggal 10 setiap bulan. Laporan narkotika ditandatangani oleh APA, dibuat rangkap empat, ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota setempat dengan tembusan kepada kepala Balai Besar POM setempat dan arsip apotek Pemusnahan Narkotika Pada Pasal 9, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28/MENKES/PER/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahakan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, yang rusak atau tidak memenuhi syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat : a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. b. Nama Apoteker Pengelola Apotek. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. Universitas Indonesia

34 19 e. Cara pemusnahan. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat, dengan tembusan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Besar POM setempat, dan untuk arsip apotek. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No.5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku (Departemen Kesehatan, 1997). Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan : a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : lisergida dan meskalina b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : amfetamin dan metamfetamin c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh : amobarbital, pentobarbital dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan Universitas Indonesia

35 20 mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : barbital, alprazolam dan diazepam. Pengelolaan psikotropika di apotek meliputi kegiatan - kegiatan : Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat psikotropika. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 2, serta satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropika Penyimpanan Psikotropika Obat golongan psikotropika disimpan terpisah dengan obatobat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukkan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika Penyerahan Psikotropika Obat golongan psikotropika diserahkan oleh apotek, hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada pengguna atau pasien berdasarkan resep dokter Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap bulan. Laporan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat dan 1 salinan untuk arsip apotek Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak Universitas Indonesia

36 21 memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. 2.8 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di apotek meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2004): Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi, persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan atau paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Universitas Indonesia

37 Penyiapan Obat Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan (kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep Penyerahan dan Informasi Obat Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Konseling Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya, penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilih obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet atau brosur, poster, serta memberikan penyuluhan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) Universitas Indonesia

38 23 Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan inspirasi kepada masyarakat sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri (Departemen Kesehatan RI, 2008). Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 2008) Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatri dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan. 2.9 Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat adalah kegiatan pelayanan yang harus dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias, faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Adapun prosedur tetap pelayanan informasi obat (Departemen Kesehatan RI, 2008) : a. Memberikan informasi obat kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tertulis. b. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk memberikan informasi. c. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak Universitas Indonesia

39 24 bias, etis dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis. d. Mendisplai brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan untuk informasi pasien. e. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi 2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dapat mencabut Surat Izin Apotek, apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Narkotika, Undang- Undang Psikotropika, Undang-Undang Kesehatan dan ketentuan perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Kerja (SIK) APA tersebut dicabut. f. Pemilik sarana apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Sebelum pencabutan izin apotek dilakukan, terlebih dahulu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) : a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-13. Pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan mengeluarkan surat keputusan Universitas Indonesia

40 25 yang ditujukan kepada APA, menggunakan contoh formulir model APT-15, dengan tembusan yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta Kepala Balai POM setempat. Apabila surat izin apotek dicabut, Universitas Indonesia

41 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk. 3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Di Indonesia Kimia Farma termasuk perintis dibidang industri farmasi. Menurut sejarah perkembangan industri farmasi di Indonesia, perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Setelah nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana, Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Berdasarkan SK penguasa Perang Pusat No. Kpts/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No.58041/Kab/1958 dibentuk Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan Farmasi Belanda ). Berdasarkan Undang-undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi, yaitu PN Farmasi dan alat kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nurani Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung) dan PNF Sari Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Pada tahun 1967 sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, bahwa PNF Nurani Farma, PNF Bio Farma, PNF Radja Farma, PN Sari Husada, PN Bhineka Kina Farma dan PNF Nakula Farma dilebur menjadi PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971 tanggal 16 Agustus 1971 yang berlaku sejak tanggal 19 Maret 1971 ditetapkan pengalihan bentuk PN 26 Universitas Indonesia

42 27 Farmasi Kimia Farma menjadi PT (Persero) Kimia Farma. Pengalihan tersebut telah melalui proses audit dan dinyatakan lulus untuk menjadi Persero Terbatas (PT) yang disahkan pada tanggal 16 agustus 1971 sebagai PT. Kimia Farma (persero) dengan akta Notaris dan di umumkan dalam berita negara. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT Kimia Farma Trading dan Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat. Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek. Secara keseluruhan saat ini berjumlah ± 400 apotek. Sebagai tahap awal franchise, Kimia Farma Apotek berhasil membuka 9 apotek franchise. 3.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Visi Visi dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidangbidang : a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. b. Perdagangan dan jaringan distribusi. c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan Universitas Indonesia

43 28 pelayanan kesehatan lainnya. d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan. 3.3 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi empat Direktorat, yaitu Direktorat Pemasaran, Direktorat Produksi, Direktorat Keuangan dan Direktorat Umum dan Personalia. Dalam upaya perluasan, penyebaran, pemerataan, dan pendekatan pelayanan kefarmasian pada masyarakat, PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. telah membentuk suatu jaringan distribusi yang terorganisir. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan, yaitu PT. Kimia Farma Trading & Distribution dan PT. Kimia Farma Apotek yang masing-masing berperan dalam penyaluran sediaan farmasi, baik distribusi melalui PBF maupun pelayanan kefarmasian melalui apotek : PT. Kimia Farma Trading & Distribution (T & D) PT. Kimia Farma Trading & Distribution (T & D) membawahi PBF-PBF yang tersebar di seluruh Indonesia. Wilayah usaha PT. Kimia Farma T & D dibagi menjadi 3 wilayah yang keseluruhannya membawahi 34 PBF di seluruh Indonesia. PBF mendistribusikan produk-produk baik yang berasal dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. maupun dari produsen-produsen yang lain ke apotekapotek, toko obat dan institusi pemerintahan maupun swasta PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Kimia Farma (KF) wilayah usahanya terbagi menjadi 33 wilayah Unit Bisnis yang menaungi sejumlah ±400 Apotek di seluruh Indonesia. Tiap-tiap Unit Bisnis (Business Manager) membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam Universitas Indonesia

44 29 satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat. Untuk wilayah Jabotabek dibagi menjadi lima Unit Bisnis, yaitu : a. BM Jaya I yang membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman. c. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. d. BM Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Produk-produk yang merupakan andalan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. antara lain : a. Produk ethical yang penjualannya melalui Apotek dan Rumah Sakit. b. Produk Over The Counter (OTC) yang dijual secara bebas di toko obat, supermarket dan lain-lain. c. Produk generik berlogo yang pada saat ini sedang digalakkan penggunaannya oleh pemerintah. d. Produk bahan baku, misalnya minyak jarak, kalium klorida, sulfat ferosus, kalium iodat, kina dan derivatnya serta bahan baku antibiotik rifampisin. e. Produk kontrasepsi keluarga berencana : alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). f. Produk obat tradisional, yaitu Batungin elixir, Enkasari cair, Fitolab. g. Produk obat-obat narkotika dan psikotropika. Universitas Indonesia

45 PT. Kimia Farma Apotek Dahulu PT. Kimia Farma Apotek terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD). Kemudian mulai bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. PT Kimia Farma Apotek dalam melakukan kegiatannya selain melayani resep dokter juga melengkapinya dengan : a. Swalayan farmasi atau Hand Verkoop (HV) yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari b. Tempat praktek dokter dan laboratorium klinik adalah upaya mendekatkan pelayanan kepada pasien c. Pelayanan kacamata (optik) yang didukung peralatan modern untuk pembuatan kacamata Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya. Universitas Indonesia

46 Visi dan Misi Kimia Farma Apotek Visi Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui : a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal. c. Pengambangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee- Based Income). 3.6 Logo PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic. Gambar 3.5. Logo PT. Kimia Farma Apotek Simbol Matahari Pengertian dari simbol matahari yaitu : a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan Universitas Indonesia

47 32 konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. d. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. f. Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada Sifat Huruf Sifat dari huruf mempunyai maksud yaitu: a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam Konsep Apotek Jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 7 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa Apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat. Universitas Indonesia

48 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Apotek Kimia Farma No. 5 Apotek Kimia Farma No.5 merupakan salah satu Apotek Pelayanan dari PT. Kimia Farma Apotek yang tergabung dalam Unit BM Jaya II. Apotek Kimia Farma No. 5 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA atau MAP) dan didampingi oleh seorang Apoteker Pendamping (struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 2) Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi dan tata ruang merupakan unsur yang sangat mendukung kegiatan pelayanan apotek. Letak yang strategis, tata ruang yang baik, rapi, bersih, dan nyaman akan menjadi nilai tambah dan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Layout Apotek Kimia Farma No.5 dapat dilihat pada lampiran Lokasi Apotek Kimia Farma No.5 terletak di Jl. Cikini Raya No. 121 Jakarta Pusat. Lokasi apotek ini berada di sekitar keramaian diantaranya bersebrangan dengan Stasiun Cikini, dekat dengan pusat perbelanjaan, restoran dan tempat makan, serta berdekatan dengan beberapa rumah sakit dan pusat kesehatan, yaitu diantaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Cikini Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto, dan Puskesmas Menteng. Selain terletak di kawasan rumah sakit, apotek ini juga terletak di sekitar pertokoan, pusat usaha, atau perkantoran Tata Ruang Apotek Tata ruang Apotek Kimia Farma No. 5 dibuat sedemikian rupa untuk menjamin kelancaran pelayanan serta pengawasan kegiatan di apotek. Bangunan Apotek Kimia Farma No.5 terdiri dari dua lantai dan memiliki lahan parkir yang cukup luas. Lantai pertama terdiri dari apotek dengan ruang tunggu bagi pengunjung, tempat penjualan obat bebas (OTC), pelayanan obat (kasir, 33 Universitas Indonesia

49 34 penerimaan resep dan penyerahan obat), tempat penyiapan obat, ruang peracikan, ruang konsultasi atau PIO (Pelayanan Informasi Obat), dapur dan ruang pantry. Di lantai kedua, terdapat ruang praktek dokter, praktek akupunktur, dan mushola. Untuk tata ruang di apotek, Ruang operasional Apotek Kimia Farma No. 5 terbagi atas ruang tunggu, swalayan farmasi, ruang transaksi, ruang peracikan dan penyimpanan obat, ruang dapur dan mencuci alat serta ruang kerja Apoteker. Ruang operasional apotek dilengkapi dengan penerangan, AC, ventilasi dan peralatan penunjang lainnya. Ruang tunggu pasien terdapat di bagian depan apotek dan dilengkapi dengan pendingin udara (Air Conditioner), dengan susunan yang cukup rapi dan ruang gerak yang cukup luas. Di bagian sebelah kiri terdapat tempat penjualan HV atau obat bebas yang dapat diamati langsung oleh petugas HV atau petugas yang menangani produk-produk swalayan farmasi. Swalayan farmasi selain menjual obat bebas juga menjual kosmetika dan alat-alat kesehatan. Dan di tengah sebelah kanan, terdapat terdapat pelayanan informasi obat, penerimaan resep, dan penyerahan obat yang memiliki letak bersampingan dengan kasir. Kasir dimana dilengkapi dengan komputer dan sebuah meja tempat dilaksanakannya transaksi dengan pembeli. Ruang peracikan terletak dibelakang ruang pelayanan resep dan informasi obat serta kasir. Ruang ini tidak memiliki sekat sehingga pengunjung (customer) dapat melihat langsung peracikan dan penyiapan obat yang dilakukan oleh petugas apotek. Di dalam ruang peracikan terdapat lemari penyimpanan obat yang terdiri dari sekat-sekat dimana obat-obat disusun secara alfabetis, dan dikelompokkan berdasarkan fungsi farmakologis dan bentuk sediaannya. Penyimpanan obat berdasarkan fungsi farmakologis terdiri dari kelompok Kontrasepsi Oral, Hormon, Otot dan Sendi (Muskuloskeletal), Sistem Saraf Pusat, Analgetik Antiinflamasi Non Steroid (AINS), Saluran Cerna (Gastro Intestinal), Kemih dan Kelamin, Endokrin, Antidiabetes, Alergi dan Sistem Imun, Pernafasan, Vitamin-Mineral dan Nutrisi, Kolesterol, Kardiovaskular, Antiinfeksi, Obat tetes dan Salep Mata, Obat Tetes Telinga, Inhalasi, Obat Injeksi, Obat Semisolid (Krim dan Salep), dan Sediaan Cair (Sirup, Larutan, Suspensi, Eliksir, dan Drop).Selain itu obat yang memiliki tempat penyimpanan sendiri yaitu Universitas Indonesia

50 35 narkotik dan psikotropik serta obat yang memerlukan suhu penyimpanan khusus (2-8 C). Ruang praktek dokter terdiri dari 2 kamar dokter yaitu satu kamar dokter umum dan satu kamar dokter gigi, dan juga terdapat satu kamar praktek akupunktur yang memiliki ruang tunggu pasien yang terpisah dari ruang tunggu apotek. 4.3 Struktur Organisasi Struktur organisasi apotek menggambarkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat memudahkan pengawasan, koordinasi, dan pertanggungjawaban tugas. Struktur organisasi Apotek Kimia Farma No. 5 berpedoman pada struktur organisasi yang telah ditetapkan oleh Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang disesuaikan dengan kondisi dan sarana yang tersedia. Setiap kegiatan pelayanan di Apotek KF No. 5 dan apotek lainnya di wilayah Jaya II dilaporkan ke Manager Bisnis Jaya II. Apotek Kimia Farma No. 5 sebagai Apotek Pelayanan (APP) dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang menjabat sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) dan didampingi Apoteker Pendamping. Apotek Kimia Farma No. 5 mempunyai struktur organisasi tersendiri yang terdiri dari APA yang dibantu oleh apoteker pendamping, Asisten Apoteker (AA), Penanggungjawab Hand Verkoop (HV), juru resep, dan Office Boy (OB). 4.4 Tugas dan Tanggung jawab Personalia Apotek Kimia Farma No Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma No. 5 adalah seorang Apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). Tugas dan tanggung jawab seorang APA: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Mengusahakan agar kebijakan dan strategi perusahaan termasuk program kerja dan anggaran belanja Universitas Indonesia

51 36 c. Membuat laporan pertanggungjawaban tentang perkembangan apotek kepada Manager Bisnis Jaya II secara berkala. d. Mengawasi pelayanan resep, mutu obat yang dijual, dan pelaksanaan administrasi. e. Mengelola Sumber Daya Manusia dan seluruh aset apotek untuk mencapai target perusahaan secara maksimal Apoteker Pendamping Dalam pekerjaan dan pelayanan kefarmasian, seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dibantu oleh seorang apoteker pendamping yang dimana wajib berada di apotek saat APA tidak berada di apotek. Adapun tugas dan fungsi dari seorang apoteker pendamping adalah: a. Melakukan profesi kefarmasian di Apotek (Pharmaceutical Care) b. Memeriksa kembali resep-resep yang telah dilayani. c. Memberikan bimbingan bagi seluruh sumber daya sesuai dengan profesinya. d. Mengelola dan mengawasi kegiatan operasional layanan kefarmasian di apotek (pelayanan dan pengadaan) untuk memastikan pencapaian kinerja apotek yang optimal. e. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan pemberian layanan swamedikasi sesuai dengan profesinya untuk mempertahankan citra baik perusahaan dan loyalitas pelanggan Asisten Apoteker Dalam melaksanakan kegiatan di apotek, Asisten Apoteker (AA) bertanggung jawab langsung kepada Manager Apotek Pelayanan (MAP)/APA, maupun kepada apoteker pendamping. Tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker : a. Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya di ruang peracikan serta mencatat keluar masuknya barang di kartu stok. b. Membuat faktur penjualan resep tunai dan resep kredit, serta mencatat obat janji untuk obat resep kredit yang belum ada dan akan dikirim ke instansi terkait. Universitas Indonesia

52 37 c. Menerima, memeriksa keabsahan dan kelengkapan, serta memberi harga resep, selanjutnya obat diserahkan ke pasien d. Melakukan defekta satu kali seminggu untuk mengontrol persediaan obat, kemudian mengisi BPBA yang dibutuhkan. e. Menghitung bon penjualan kredit untuk resep kredit dari perusahaan atau instansi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati Juru resep Juru resep bertugas membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan Asisten Apoteker. Tugas juru resep meliputi : a. Membantu menyiapkan dan meracik obat baik obat racikan maupun obat jadi, kemudian menyerahkan hasil racik ke Asisten Apoteker. b. Membuat obat anmaak (obat yang diproduksi oleh Apotek Kimia Farma) yang telah disiapkan, misalnya Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ). c. Mengarsipkan resep sesuai nomor urut, tanggal, dan penyerahan kepada petugas administrasi penjualan di apotek Penanggungjawab Hand Verkoop (HV) Tugas dan fungsi dari penanggungjawab HV adalah: a. Sebagai front liner dalam pelayanan swalayan farmasi b. Mengontrol stok obat dan prosuk di swalayan farmasi c. Pengadaan obat-obat yang terdapat pada gondola di swalayan farmasi dan mengatur penempatannya agar lebih menarik agar terlihat lebih menarik. d. Mengontrol price card (label harga) obat-obat di swalayan farmasi. 4.5 Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 5 Sebagai APP maka kegiatan utama yang dilakukan di Apotek Kimia farma No. 5 ini adalah kegiatan pelayanan farmasi. Kegiatan Apotek Kimia Farmasi No. 5 dibagi menjadi 3 shift yaitu shift 1 (pagi) mulai pukul WIB, shift 2 (siang) pukul WIB dan shift 3 (malam) mulai pukul WIB. Kegiatan praktek kerja kefarmasian di Apotek KF No.5 meliputi kegiatan Universitas Indonesia

53 38 teknis kefarmasian dan kegiatan non teknis kefarmasian. Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma No. 5 dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengadaan Barang Bagian pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 5 ditangani oleh seorang AA bertanggung jawab langsung kepada APA atas pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasi lainnya. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data KIS (Kimia Farma Information System) yang tercatat pada buku defekta serta melakukan pertimbangan faktor-faktor ekonomi dan kebutuhan dari konsumen yang sebelumnya harus mendapat persetujuan dari Manager Apotek Pelayanan. Kebutuhan tersebut selanjutnya ditulis pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Prosedur dan administrasi pengadaan barang dilakukan sebagai berikut: a. Bagian pengadaan di APP memesan barang kepada bagian pembelian di Unit Bisnis jaya II dengan membuat daftar kebutuhan barang dalam bentuk BPBA yang diakses melalui Kimia Farma Information System (KIS) berdasarkan buku defekta. b. Bagian pembelian di Unit Bisnis jaya II mengirimkan BPBA ke bagian gudang untuk mengecek ketersediaan barang yang tersedia di gudang, kemudian disiapkan untuk dibawa oleh petugas APP. c. Untuk barang yang tidak tersedia di gudang, Bagian pembelian di Unit Bisnis jaya II melakukan pemesanan menggunakan SP dan mengirimkannya kepada distributor atau PBF. Surat pesanan berisi tanggal pemesanan, nama distributor, nama, kemasan, dan jumlah barang, serta diskon bila ada, kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian. Setelah barang sampai di gudang, barang langsung dikirim ke APP. d. Khusus untuk pengadaan narkotika, pemesanan dilakukan oleh masingmasing Apotek Pelayanan melalui Surat Pesanan yang ditandatangani oleh APA. e. Apotek Pelayanan (APP) dapat melakukan pembelian mendesak (by pass atau CITO) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan dibutuhkan segera tetapi hanya untuk kebutuhan langsung bukan untuk persediaan, akan Universitas Indonesia

54 39 tetapi hal ini harus dikomunikasikan dengan bagian pengadaan di Unit Bisnis jaya II Penerimaan Barang Pada saat barang datang, dilakukan penerimaan dan pemeriksaan barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemeriksaan nama, kemasan, jumlah, tanggal kadaluarsa dan kondisi barang, serta dilakukan pencocokan sesuai dengan tanda terima dropping. Apabila ada kesalahan dalam pengiriman barang (salah barang, jumlah lebih/kurang) pihak APP harus segera melaporkan ke gudang. Kemudian barang yang datang tersebut disimpan dan dicatat dalam kartu stock Penyimpanan Barang Barang yang datang setelah diperiksa kelengkapannya langsung disimpan di ruang peracikan dan di swalayan farmasi. Penyimpanan dilakukan dalam skala kecil untuk keperluan peracikan dan pelayanan resep. Jika jumlah barang berlebih,maka sebagian diletakkan di dalam lemari obat dalam ruang peracikan yang dijadikan sebagai gudang. Sistem penyimpanan yang digunakan adalah sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out). Untuk melakukan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang maka tiap 3 bulan sekali dilakukan stok opname yaitu menyesuaikan catatan pada kartu stok dengan jumlah barang yang ada (contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 8 ). a. Penyimpanan Barang di Ruang Peracikan Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di ruang penyiapan atau peracikan obat dilakukan oleh Asisten Apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang harus diinput ke dalam komputer dan dicatat pada kartu stock yang meliputi tanggal, penambahan, pengurangan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang. Kartu stok ini diletakkan di masing-masing obat atau barang. Setiap Asisten Apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang tersedia di lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan farmakologi, jenis sediaan, bentuk sediaan dan abjad. Penyimpanan obat atau barang di ruang penyiapan atau peracikan obat disusun sebagai berikut : Universitas Indonesia

55 40 1. Lemari penyimpanan obat Sistem Saraf Pusat, kontrasepsi oral, hormon, Otot dan Sendi (Muskuloskeletal), dan Analgetik Antiinflamasi Non Steroid (AINS). 2. Lemari penyimpanan obat Saluran Cerna (Gastro Intestinal), Antidiabetes, Kemih dan Kelamin, Endokrin, dan Alergi dan Sistem Imun. 3. Lemari penyimpanan obat Pernafasan oral, dan Vitamin-Mineral dan Nutrisi. 4. Lemari penyimpanan obat Kolesterol dan Kardiovaskular. 5. Lemari penyimpanan obat Antiinfeksi. 6. Lemari penyimpanan obat tetes dan Salep Mata, Obat Tetes Telinga, Inhalasi, dan injeksi. 7. Lemari penyimpanan salep dan krim kulit. 8. Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi, dan drop. 9. Narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. 10. Lemari penyimpanan obat dalam kemasan botolan. 11. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, ovula, serum, vaksin, dan lain-lain. b. Penyimpanan Barang di Swalayan Farmasi Obat atau barang yang dijual di ruang penjualan obat bebas (swalayan farmasi) diletakkan pada rak yang diatur sesuai dengan kategori terapi. Obat atau barang yang dijual diantaranya adalah obat bebas terbatas, obat bebas, alat kesehatan, vitamin, susu, produk bayi, kosmetika, jamu serta makanan dan minuman kesehatan. Setiap obat atau barang yang masuk atau keluar dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang penyiapan atau peracikan obat Pembuatan Obat Anmaak Anmaak merupakan obat-obat yang diproduksi sendiri berdasarkan resep standar maupun bahan-bahan yang dikemas ulang dalam takaran kecil untuk dijual berdasarkan HV maupun resep dokter. Proses pembuatan dilakukan oleh Asisten Apoteker dan dibantu oleh juru resep dibawah pengawasan Apoteker. Contoh obat anmaak di Apotik Kimia Farma No.5 adalah obat batuk hitam (OBH), dan H 2 O 2. Namun pembuatan obat ini dilakukan hanya berdasarkan resep atau permintaan poliklinik atau instansi tertentu saja. Universitas Indonesia

56 Penjualan Pelayanan penjualan di Apotek Kimia Farma No.5 meliputi penjualan obat bebas (OTC), Obat Wajib Apotek (OWA), dan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri), pelayanan resep dokter secara tunai, resep kredit dan penjualan Engro. a. Penjualan Obat Bebas atau Swalayan Farmasi Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan Hand Verkoop (HV). Prosedur pelayanan penjualan obat bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Petugas swalayan farmasi menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan harga. 2. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti (struk) penjualan bebas. 4. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien. 5. Bukti penyerahan OTC dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor urut, kemudian dicatat pada laporan penjualan harian. b. Penjualan Obat Wajib Apotek melalui Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) Obat Wajib Apotek merupakan golongan obat keras tertentu yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien tanpa resep dokter sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pasien yang membeli obat wajib apotek digolongkan sebagai pasien golongan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Prosedur pelayanan obat wajib apotek adalah sebagai berikut: 1. Pasien menyebutkan nama obat wajib apotek yang dibutuhkan kepada petugas apotek. 2. Petugas apotek akan memeriksa apakah obat yang diminta pasien tercantum dalam DOWA atau tidak. 3. Petugas apotek mencatat nama, nomor telepon, atau alamat pasien beserta obat yang diminta dilembar Bon DOWA. Pada kolom nama dokter dituliskan UPDS. Kemudian Apoteker Pengelola Apotek akan menandatangainya. Universitas Indonesia

57 42 4. Pasien membayar harga obat dikasir, kemudian petugas apotek menyiapkan obat dan memberikan informasi bila dibutuhkan. 5. Setiap penjualan dicatat dalam laporan penjualan harian. Pelayanan UPDS dilakukan untuk penjualan obat-obat ethical tanpa resep dokter tetapi pasien sudah pernah atau sering menggunakan obat tersebut atas saran dari dokter. Pelayanan ini dapat dilakukan sepanjang obat-obatan yang diminta oleh pasien tercantum dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Untuk data administrasi di apotek, pasien yang membeli Obat Wajib Apotek melalui UPDS harus memberikan data lengkap seperti nama pasien, alamat lengkap, dan nomor telepon pasien. c. Penjualan Resep Tunai Penjualan tunai dilakukan terhadap pasien atau pembeli yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan pembayaran dilakukan secara tunai. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib menulis paraf atas kegiatan yang dikerjakan pada resep tersebut, untuk menelusuri apabila ada kesalahan yang terjadi. Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut : 1. Asisten Apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien. Setiap pasien yang datang dicatat nama, alamat, dan nomor telepon pasien di komputer. Resep yang diterima diperiksa kelengkapan dan keabsahan resep (nama, alamat No. Surat Izin Praktek (SIP), tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama obat, dosis, jumlah, aturan pakai, nama, umur, berat badan (jika ada), alamat, dan nomor telepon pasien). 2. Asisten apoteker akan memeriksa ketersediaan obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, dilakukan pemberian harga dan diberitahu kepada pasien. Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran pada bagian kasir. Setiap pasien yang melakukan transaksi pembelian dicatat nama, alamat, dan nomor telepon pasien di komputer. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kwitansi, dibuat kwitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut (Contoh Kwitansi pembayaran resep/tunai terlampir pada lampiran 9). Universitas Indonesia

58 43 3. Resep diberi nomor urut resep, kemudian AA akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep. 4. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. 5. Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali (nomor resep, nama pasien, umur, alamat, nomor telepon pasien, tanggal resep, kebenaran dan kelengkapan nama obat, jumlah, bentuk dan jenis sediaan, dosis, etiket, tanggal kadaluarsa, serta aturan pakai). Salinan resep juga dilakukan pemeriksaan sesuai resep aslinya serta kebenaran pada kwitansi. 6. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep, kemudian pasien diberikan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. 7. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun. Etiket dan Copy Resep dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. d. Penjualan Resep Kredit Resep kredit adalah resep yang ditulis Dokter yang bertugas pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS). Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Pelayanan resep kredit dapat diajukan melalui faksimile, dan telepon, selanjutnya Asisten Apoteker akan membuat salinan resep atau pasien datang sendiri membawa resep yang telah diberikan oleh dokter perusahaan. Resep-resep kredit yang khusus datang ke Apotek Kimia Farma No.5 diantaranya adalah PT. KPB Nusantara, PT. Mega Eltra, poli wapres, dan instansi lainnya. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya terdapat beberapa perbedaan pada pelayanan resep kredit seperti: 1. Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya resep langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2. Resep diberi nomor resep (Contoh terdapat pada lampiran 12) dan dicatat pada buku resep kredit dan di entry di komputer pada hari yang sama. 3. Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tandatangan pasien pada bukti penerimaan obat. Universitas Indonesia

59 44 4. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. e. Penjualan Engro Penjualan dalam jumlah besar kepada rumah sakit, poliklinik, dokter maupun balai pengobatan disebut penjualan Engro yang diberikan berdasarkan Surat Pesanan. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau kredit. Penjualan Engross yang dilakukan oelh Apotek Kimia Farma No. 5 Adalah Perpustakaan Nasional RI, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), kantor Pajak, dan lain-lain. Prosedur engro adalah sebagai berikut : 1. Pelanggan memberikan Surat Pesanan (SP) barang ke bagian penjualan 2. Bagian penjualan memeriksa stok barang di lemari obat kemudian membuat BPBA. 3. Bagian penjualan menyiapkan barang sesuai dengan SP barang disertai BPBA. 4. Sementara bagian penjualan menyiapkan barang, bagian tata usaha menyiapkan faktur penjualan engro sesuai SP. 5. Setelah semua lengkap, barang dan faktur penjualan siap diantar ke pelanggan Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan administrasi dan pengawasan merupakan bagian dari kegiatan non teknis kefarmasian. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang kelancaran usaha suatu apotek dan sebagai alat control dalam pengelolaan apotek Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi Apotek Pelayanan termasuk Apotek Kimia Farma No.5 ditangani oleh BM Jaya II. Sistem administrasi penjualan sehari-hari di apotek ini dilakukan sistem komputer dengan menggunakan program KIS (Kimia Farma Information System), misalnya rekap penjualan resep, HV maupun UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri), serta pengentrian jumlah barang yang masuk Universitas Indonesia

60 45 dan keluar dari apotek (berdasarkan faktur pembelian dan dropping barang) sehingga diketahui stok barang di apotek Stock Opname Kegiatan stock opname dilakukan oleh semua pegawai yang berada di apotek. Kegiatan ini dilakukan setiap tiga bulan sekali. Fungsi dari stock opname yaitu mengetahui nilai persediaan apotek pada titik tertentu atau kekayaan apotek pada saat tertentu, menjalankan fungsi kontrol terhadap semua barang yang tersedia dengan mengecek keadaan barang baik secara kualitas maupun kuantitas, menjalankan fungsi pengadaan apotek, menganalisa jika ada kemungkinan terjadinya kehilangan barang. Hal-hal yang dilakukan dalam stock opname adalah melakukan pemeriksaan fisik terhadap seluruh perbekalan farmasi di apotek yang akan dijual. Hasil dari stock opname ini kemudian dicatat di buku besar. Kemudian kebenaran hasilnya diteliti kembali dan selanjutnya dilaporkan kepada APA. Data stock opname yang dilaporkan berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi dan nilai barang stock opname tersebut, memberikan usulan alternatif penyelesaian masalah dan melakukan upaya pemecahan masalah penumpukan stok barang yang kurang dan tidak laku, serta meminimalkan barang kadaluarsa Kegiatan keuangan Kegiatan keuangan ditangani oleh petugas kasir. Kegiatan keuangan termasuk penerimaan, pengeluaran uang, dan surat berharga. 4.6 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Apoteker Pengelola Apotek bertanggungjawab terhadap pengelolaan narkotika di apotek. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek KF No. 5 meliputi : Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan sendiri oleh Apotek Kimia Farma No.5 dan harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemesanan dan pembayaran dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek yang Universitas Indonesia

61 46 ditujukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan membuat SP (Surat Pesanan) khusus narkotika yang dibuat rangkap 4, yaitu 3 lembar Surat Pesanan asli dikirim ke PBF yang bersangkutan dan 1 lembar sebagai arsip apotek. Surat Pesanan narkotika harus mencantumkan nama, alamat apotek, nama dan tanda tangan APA, nomor SIK, nomor SIA, serta nama dan alamat distributor. Satu lembar Surat Pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika. Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran Penerimaan narkotika Penerimaan narkotik dari PBF wajib dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau dengan Asisten Apoteker yang ditunjuk atau atas persetujuan APA. Kemudian APA akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotik yang dipesan beserta tanggal kadaluarsanya Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotik disimpan dalam lemari khusus yang terkunci dengan baik. Lemari khusus yang digunakan terbuat dari bahan dasar kayu. Lemari khusus tersebut mempunyai kunci ganda yang dipegang oleh asisten apoteker yang telah diberi kuasa. Setiap obat narkotik yang disimpan dalam lemari tersebut dilengkapi dengan kartu stok yang diletakkan di dalam lemari. Lemari khusus tersebut ditempatkan di tempat yang aman dan tidak digunakan untuk menyimpan sediaan lain selain narkotik Pelayanan Narkotika Apotek KF No. 5 melayani resep narkotika sesuai ketentuan yang berlaku yaitu hanya melayani resep narkotika dari resep asli dokter atau salinan resep dari resep asli yang masih disimpan di Apotek KF No.5. Untuk resep asli dari dokter, juga harus diperiksa identitas jelas dari dokter penulis resep yaitu nama dokter, nomor izin praktek, alamat, dan nomor telepon. Resep yang ada tulisan iter tidak boleh dilayani. Universitas Indonesia

62 Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek KF No. 5 dibuat setiap bulan dan selambat-lambatnya tanggal 10 pada bulan berikutnya. Laporan tersebut harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Laporan dibuat rangkap 4 dengan mencantumkan nama jelas, alamat, dan stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dengan tembusan kepada : a. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta b. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta c. Penanggung jawab obat narkotika PT. Kimia Farma Tbk. d. Arsip apotek. Laporan penggunaan narkotika per bulan dapat dilihat pada Lampiran Pemusnahan narkotika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : a. Apoteker Pengelola Apotek membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dan dikirim ke Balai Pengawas Obat dan Makanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Balai POM yang akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. c. Setelah izin pemusnahan keluar, kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, dan Petugas Balai POM DKI Jakarta. d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) yang berisi : 1. Hari, tanggal, bulan, tahun, alasan, dan tempat dilakukan pemusnahan. 2. Identitas lengkap APA. 3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek. 4. Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. Universitas Indonesia

63 48 5. Cara pemusnahan. 6. Nama dan tanda tangan APA dan saksi. Selanjutnya berita acara tersebut dikirim kepada Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Pusat dengan tembusan kepada : a. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. b. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta c. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 4.7 Pengelolaan Psikotropik Pemesanan psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan ke PBF Kimia Farma atau PBF lain dengan menggunakan SP psikotropika yang telah ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, dan stempel apotek. Setiap SP dapat berlaku untuk lebih dari 1 item psikotropika dan dibuat 2 rangkap untuk PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip apotek. Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan psikotropika Seperti halnya narkotik, obat golongan psikotropika juga disimpan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain. Pada apotek Kimia Farma No.5 memiliki lemari khusus untuk menyimpan obat-obat golongan psikotropik Pelayanan psikotropika Apotek KF No.5 melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep. Berbeda dengan resep narkotika, resep psikotropika yang ada tulisan iter boleh dilayani dengan syarat copy resep harus jelas Pelaporan psikotropika Tata cara pelaporan penggunaan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika yaitu dilakukan setiap sebulan sekali. Contoh formulir pelaporan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 15. Universitas Indonesia

64 Pemusnahan psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Pelaksanaan pemusnahan psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika dan wajib membuat berita acara dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk. Universitas Indonesia

65 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan atas pengelolaan apotek. Oleh karena itu, seorang apoteker selain mampu menjalankan tugas kefarmasian secara profesional dalam menjalankan praktik kefarmasian dengan baik juga harus memiliki kemampuan manajerial yang baik. Pergeseran paradigma baru dalam kefarmasian dari drugs oriented menjadi patient oriented yang mengacu pada Pharmaceutical Care dapat diterapkan sebagai peranan apoteker dalam memberikan informasi kepada pasien,namun dapat juga dimanfaatkan sebagai strategi untuk meningkatkan pelayanandan penjualan obat di apotek. Pelayanan merupakan kunci sukses sebuah apotek,oleh karena itu kualitas pelayanan harus menjadi fokus perhatian manajemenperusahaan dalam menjalankan usaha. Manajemen Apotek Kimia Farma terdiri dari Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan dan efisiensi sumber daya manusia. Mutu pelayanan diapotek dapat meningkat bila dengan memperhatikan faktorfaktor ekonomis yang mempengaruhi perkembangan apotek, diantaranya adalah lokasi, jumlah penduduk dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, jumlah 50 Universitas Indonesia

66 51 dokter praktek, keamanan dan kemudahan untuk dijangkau oleh masyarakat, dan pola penyakit. Lokasi apotek Kimia Farma No 5 berdekatan dengan pusat pelayanan kesehatan, namun akses lalu lintas menuju apotek hanya satu arah. Sumber resep Apotek Kimia Farma No 5 tidak hanya berasal dari pusat pelayanan kesehatan yang berdekatan dengan apotek, tetapi sumber resep tersebar dari pusat pelayanan kesehatan lainnya. Dilihat dari data peresepan Rumah Sakit dari bulan Juni sampai Agustus 2012, sebagai contoh resep dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit PGI Cikini mengalami penurunan yang cukup tajam. Sedangkan rumah sakit lain seperti RSPAD Gatot Soebroto mengalami peningkatan yang cukup signifikan serta RSIA Bunda Jakarta dan RS Budi Kemuliaan mengalami sedikit peningkatan (grafik peresepan dapat dilihat pada lampiran 16). Hal ini dapat menunjukkan bahwa peresepan dari rumah sakit yang masuk ke Apotek Kimia Farma No.5 tersebar, tidak hanya dari rumah sakit yang berada dekat dengan apotik saja. Berdasarkan dari grafik transaksi penjualan bulan Agustus sampai Oktober 2012, untuk resep cenderung stagnan (konstan) sedangkan pada UPDS dan HV terjadi peningkatan yang cukup tajam (grafik dapat dilihat pada lampiran 17). Hal ini menunjukkan Apotek Kimia Farma No 5 tidak hanya mengandalkan resep tetapi juga dari segi UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) dan HV (Hand Verkoop). Desain interior dan eksterior merupakan salah satu penunjang dalam memberikan kenyamanan dalam pelayanan pelanggan. Daya tarik yang timbul dari penataan interior dan eksterior dari suatu apotek akan menimbulkan rasa nyaman yang dapat meningkatkan loyalitas dari pelanggan yang datang ke apotek. Loyalitas pelanggan memiliki korelasi yang positif dengan peforma bisnis. Loyalitas pelanggan tidak hanya meningkatkan nilai dalam bisnis, tetapi juga dapat menarik pelanggan baru. Kepuasan pelanggan merupakan kunci dalam menciptakan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan. Kualitas layanan juga dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan secara langsung dan mempengaruhi loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan. Pelayanan prima merupakan suatu sistem peningkatan kualitas layanan yang bertujuan untuk menyenangkan dan memuaskan pelanggan. Faktor faktor dalam pelayanan prima yang dapat meningkatkan loyalitas pelanggan adalah: Universitas Indonesia

67 52 a. Kecepatan Kecepatan dalam melayani konsumen dan mengatasi kebutuhan, serta menimbulkan kesan profesional para karyawan dan kecepatan karyawan dalam menanggapi keluhan serta tanggap dalam melayani resep dari pelanggan. Di Apotek Kimia Farma khususnya Apotek Kimia Farma No.5 menerapkan sistem pemberian diskon 5% apabila pelayanan resep (untuk resep non racikan) lebih dari 15 menit. Hal ini menjadi bukti kecepatan pelayanan dari Apotek Kimia Farma No.5 sudah baik. b. Ketepatan Ketepatan dalam melayani kebutuhan konsumen dan mengatasi permasalahan yang didapat konsumen, ketepatan karyawan dalam membaca resep dokter, memberikan obat dalam jumlah yang sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter. Hal ini juga ditunjukkan oleh karyawan Apotek Kimia Farma No.5 yang memiliki ilmu pengetahuan yang sesuai di bidangnya, sehingga dapat memberikan obat dan meracik obat dengan tepat. c. Keramahan Keramahan sikap yang diberikan karyawan dalam melayani kebutuhan dan hambatan yang dialami konsumen yang dimana pada Apotek Kimia Farma No.5 karyawannya selalu memberikan salam sapa (greeting) kepada setiap pembeli yang masuk kedalam apotek dan membantu mereka untuk mendapatkan obat/produk yang mereka cari. d. Kenyamanan Sesuatu yang diberikan dapat meningkatkan loyalitas para pelanggan dan memuaskan pelanggan, terutama mengenai sarana dan prasarana. Tersedianya ruang tunggu yang nyaman dan dilengkapi pendingin ruangan, penataan interior dan eksterior yang telah sesuai, serta lahan parkir yang cukup luas merupakan salah satu bentuk pemberian fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan konsumen yang datang ke Apotek Kimia Farma No.5. Apotek Kimia Farma No. 5 merupakan Apotek Pelayanan yang memiliki waktu beroperasi selama 24 jam tidak terkecuali dihari besar maupun hari libur dengan waktu kerja karyawan menjadi tiga shift, yaitu shift pagi pukul , shift sore pukul , shift malam pukul Kegiatan pelayanan farmasi terlihat Universitas Indonesia

68 53 transparan, pasien dapat melihat secara langsung kegiatan pelayanan sehingga dapat meningkatkan keyakinan pasien terhadap obat yang diracik serta dapat meningkatkan kedisiplinan dan kebersihan petugas dalam meracik obat. Desain apotek Kimia Farma No. 5 dibagi menjadi dua bagian yaitu obat over the counter (OTC) dan swalayan di bagian depan, dan obat resep dibagian dalam. Pada bagian obat OTC dan swalayan pasien dapat memilih dan mengambil sendiri obat yang diperlukan, hal ini akan mempermudah petugas apotek dan meningkatkan kenyamanan pasien karena pasien dapat dengan leluasa melihat dan menentukan obatnya sendiri. Obat OTC dan swalayan disusun berdasarkan kelompok-kelompok obat agar pasien lebih mudah dalam pencariannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan, kegunaan dan urutan alfabetis. Pada pelayanan swalayan, terdapat beberapa produk keterangan harga tidak dicantumkan atau penempatan keterangan harga tidak sesuai dengan produk sehingga dapat mempersulitkonsumen ketika ingin membeli suatu barang. Jika konsumen ingin membeli sesuatu harus bertanya terlebih dahulu kepada kasir sehingga menjadi tidak efisien, terlebih lagi jika apotek sedang ramai. Di apotek Kimia Farma No.5 terdapat fasilitas praktek dokter umum, dokter gigi dan juga praktek akupuntur. Adanya praktek dokter ini dapat memberikan kontribusi kepada apotek berupa pemasukan resep yang berasal dari dokter praktek tersebut sehingga dapat meningkatkan omzet untuk apotek. Namun karena kedatang dokter yang terkadang tidak sesuai jadwal yang tertera dan tidak begitu banyaknya pasien yang ke praktek dokter tersebut membuat pemasukan resep yang berasal dari dokter praktek tersebut tidak terlalu banyak. Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi yang dilakukan di apotek Kimia Farma No.5 adalah pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan dispensing. Pengadaan sediaan farmasi ataupun produk lain di apotek harus direncanakan sedemikian rupa agar kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu perlu perencanaan pengadaan barang dengan baik. Perencanaan pengadaan barang dapat dilihat dari pola penyakit pasien yang ada disekitar lokasi, kemampuan masyarakat, budaya mas,yarakat, yang dapat diketahui dari kartu stok dengan melihat obat apa yang paling sering keluar. Perencanaan pengadaan di apotek Kimia Farma No. 5 masih belum maksimal, dapat terlihat dengan terjadinya penolakan resep atau janji pengadaan obat disebabkan tidak Universitas Indonesia

69 54 tersedianya obat yang diresepkan. Faktor penolakan resep salah satunya tidak tersedianya obat baru yang belum tersedia di apotek. Oleh karena itu, apotek harus dapat memprediksi jumlah obat yang harus disediakan ditambah dengan stok pengaman dalam suatu periode untuk menghindari adanya penolakan resep karena ketidaksediaan obat di apotek. Dengan perencanaan pengadaan yang tepat baik jumlah, waktu dan jenisnya, maka apotek dapat memenuhi kebutuhan/permintaan konsumen dengan baik. Dalam hal pengadaan dan persediaan obat, Apotek Kimia Farma No.5 tidak memiliki tempat gudang khusus, karena sistem pengadaan dan pembelian barang dipusatkan serta dikoordinasi oleh BM Jaya II. Pengadaan barang dimulai dari permintaan barang berdasarkan defekta yang kemudian dibuat BPBA (Bukti Permintaan Barang Apotek) lalu dimasukkan ke komputer dan ditransfer datanya ke bagian pengadaan di BM Jaya II dimana BPBA dibuat setiap seminggu sekali kemudian di ke BM Jaya II. BM Jaya II akan menyiapkan barang sesuai dengan BPBA Apotek Pelayanan dengan cara melihat persediaan barang digudang, apabila barangnya tersedia di gudang, maka BM akan langsung mendistribusikan ke masing-masing apotek sesuai permintaan apotek. Apabila barang sedang kosong atau habis, maka bagian pengadaan BM akan memesan ke pedagang besar farmasi (PBF) sesuai dengan kebutuhan yang dilihat dari jumlah total BPBA Apotek Pelayanan yang dibawahinya. Diharapkan dengan adanya sistem pengadaan ini, pembelian barang kepada distributor dapat dilakukan dalam jumlah yang besar, dengan demikian harga barang yang harus dibayar dapat ditekan karena adanya potongan harga atau bonus. Pengadaan dengan sistem ini dikenal dengan nama Polling System atau Polling Pemberian, yang dilakukan secara terpusat oleh BM Jaya II. Barang yang sudah dipesan kemudian disalurkan ke Apotek Pelayanan yang termasuk dalam lingkupnya. Keuntungan sistem ini disamping mendapat diskon besar adalah efisiensi tempat (karena Apotek Pelayanan tidak memerlukan gudang), efisiensi sumber daya manusia (karena Apotek Pelayanan tidak memerlukan tenaga kerja untuk mengatur kegiatan pembelian, penerimaan, penyimpanan, keuangan dan administrasi karena semua kegiatan tersebut dilakukan oleh BM). Namun, terdapat kekurangan dalam sistem ini, antara lain adanya kekosongan barang di apotek akibat pengiriman barang yang terlambat oleh BM, sehingga apotek harus berupaya mencari barang untuk Universitas Indonesia

70 55 memenuhi kebutuhan pasien pada Apotek Pelayanan Kimia Farma yang lain. Keadaan ini membuat pelayanan resep menjadi sedikit terhambat. Untuk obat narkotik pemesanan dilakukan sendiri oleh APP yang Surat Pesanannya (SP) ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Jadi BPBA dan SP dibuat sendiri oleh APP untuk memesan langsung ke PBF (PT. Kimia Farma Trading & Distribution), tetapi tetap mengirim BPBA ke BM untuk dimasukkan datanya ke komputer. Apotek merencanakan pembelian berdasarkan pola penyakit yang sering terjadi di daerah tersebut, obatyang paling sering diresepkan oleh dokter, dan obat-obatan yang perputarannya fast moving berdasarkan pada buku defecta dan sistem pareto yang telah adaprogramnya di komputer. Buku defecta yaitu buku yang berisi mengenai obat-obat yang akan dibeli. Buku defecta ini diisi oleh petugas yang bertanggungjawab terhadap masing-masing lemari setiap harinya ketika persediaan barang telah habis dimana data persediaan obat dapat dilihat pada catatan jumlah obat di kartustok. Dari buku defecta kemudian membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang akan dikirim secara on-line ke gudang Bisnis Manager. Setelah barang-barang yang dipesan sampai maka barang-barang tersebut disimpan dalam tempat penyimpanan obat yang tersedia. Tempat penyimpanan obat di apotek Kimia Farma No. 5 terdapat di bagian belakang counter penerimaan resep dan penyerahan obat. Dalam ruangan ini obat-obat disusunberdasarkan efek farmakologis diantaranya terdapat kelompok Kontrasepsi Oral, Hormon, Otot dan Sendi (Muskuloskeletal), Sistem Saraf Pusat, Analgetik Antiinflamasi Non Steroid (AINS), Saluran Cerna (Gastro Intestinal), Kemih dan Kelamin, Endokrin, Antidiabetes, Alergi dan Sistem Imun, Pernafasan, Vitamin-Mineral dan Nutrisi, Kolesterol, Kardiovaskular, Antiinfeksi, Obat tetes dan Salep Mata, Obat Tetes Telinga, Inhalasi, Obat Injeksi, Obat Semisolid (Krim dan Salep), dan Sediaan Cair (Sirup, Larutan, Suspensi, Eliksir, dan Drop). Selain itu obat yang memiliki tempat penyimpanan sendiri obat yang memerlukan suhu penyimpanan khusus (2-8 C) seperti suppositoria, ovula, vaksin, dan lain-lain. Untuk narkotika dan psikotropika diletakkan pada tempat yang berbeda, untuk narkotika dan psikotropik masing-masing diletakkan dalam lemari dari kayu satu pintu yang diberi sekat horizontal dengan masing-masing lemari memiliki kunci berbeda. Universitas Indonesia

71 56 Pada bagian atas digunakan untuk pemakaian sehari-hari dan bagian bawah digunakan untuk penyimpanan. Pada setiap wadah obat terdapat kartu stok yang berguna untuk mendata obat yang masuk dan keluar supaya sama dengan yang ada di tempat penyimpanan. Stok obat ini juga tercatat secara komputerisasi. Sistem penyimpanan barang di Apotek Kimia Farma No.5 berdasarkan First in First Out (FIFO) artinya barang yang pertama kali masuk, maka akan pertama kali dikeluarkan dan berdasarkan First Expired First Out (FEFO) artinya barang yang kadaluarsanya lebih cepat, maka akan dikeluarkan lebih dahulu, sehingga mencegah obat rusak atau kadaluarsa. Apotek menyediakan kartu stok untuk masing-masing obat. Setiap barang yang masuk dan keluar harus dicatat pada kartu stok untuk pengendalian barang. Stock opname dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan menghitung seluruh jumlah fisik obat untuk masing-masing item, kemudian dicek kesesuaiannya dengan data yang ada. Dengan pengontrolan berkala, maka pengendalian barang akan lebih terkontrol, baik kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving, demikian juga barang yang tidak laku. Penulisan dalam kartu stok tidak selalu sesuai dengan data di sistem komputer, hal ini dapat disebabkan karena banyaknya pasien di apotek sehingga dapat menyebabkan petugas lupa atau tidak ada kesempatan untuk mengisi kartu stok. Namun, penggunaan sistem komputerisasi dalam pencatatan stok dapat mengefisiensi sistem pencatatan manual sehingga kehilangan atau kekurangan barang dapat dihindari. Pencatatan untuk obat-obat khusus, seperti narkotika dan psikotropika diwajibkan menggunakan sistem manual dan komputerisasi. Apotek Kimia Farma No. 5 memberikan pelayanan resep yang terdiri dari pelayanan resep tunai dan kredit, UPDS (upaya pelayanan diri sendiri), dan barang swalayan. Pelayanan tunai meliputi pelayanan resep tunai, UPDS, OTC, dan barang swalayan. Proses pelayanan resep tunai yang dilakukan meliputi skrining resep, bagian yang diskrining terdiri dari tiga bagian yaitu persyaratan administratif seperti nama dokter, SIK dokter, alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama pasien, selain itu yang diskrining adalah kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, cara dan lama pemakaian, terakhir yang perlu diskrining adalah pertimbangan klinis seperti adanya Universitas Indonesia

72 57 alergi, efek samping dan interaksi antar obat. Setelah dilakukan skrining, dilakukan pengecek dahulu ada atau tidaknya persediaan obat. Setelah itu meneliti keabsahan resep yang dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker, kemudian diberi harga. Resep yang telah diberi harga ini, diserahkan kepada pasien untuk diminta persetujuannya tentang kesanggupan pasien membayar resep. Sesudah pasien membayar sesuai harga, selanjutnya obat disiapkan atau diracik sesuai resep, diberi etiket dan diperiksa kembali oleh asisten apoteker atau apoteker. Khusus obat racikan setelah ditentukan harganya dan dibayar oleh pasien, perhitungan kembali dilakukan saat obat akan diracik dan setelah peracikan selesai untuk pemeriksaan. Adanya perhitungan yang berulang ini tentunya akan menyebabkan penambahan waktu dalam penyiapan obat racikan. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam pemberian obat kepada pelanggan. Sebelum penyerahan obat kepada pasien, harus dilakukan pengontrolan melalui pemeriksaan kesesuaian obat jadi dan obat racikan dengan resep, kesesuaian salinan resep dengan resep asli dan kebenaran kuitansi. Proses pengerjaan resep dipantau dengan lembar HTKP (Harga Timbang Kemas Penyerahan). Lembar ini memuat paraf asisten apoteker yang mengerjakan tahap demi tahap pembuatan obat dalam resep, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dan mempermudah pengawasan. Sebelum obat diserahkan kepada pasien obat yang akan diberikan di cek kembali dengan orang yang berbeda untuk mengurangi kesalahan. Kegiatan pelayanan informasi obat ini bila pasien ramai maka informasi yang diberikan hanya menyangkut aturan pakai obat (pagi, siang, sore, dan malam), oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan sebaiknya informasi yang diberikan lebih banyak lagi antara lain bagaimana cara penggunaan obat, reaksi atau efek samping obat yang mungkin terjadi, stabilitas obat dalam berbagai macam kondisi, dosis, serta rute penggunaan obat. Ruangan khusus untuk konseling diperlukan supaya pasien mendapatkan informasi lebih jelas mengenai obat yang digunakan secara rinci untuk pasien dengan pengobatan tertentu seperti cara penggunaan insulin, inhaler, dan lain-lain serta untuk pasien yang mengidap penyakit kronis seperti hipertensi, stroke, diabetes mellitus, dan lain-lain. Dengan adanya ruang konseling diharapkan lebih leluasa untuk bertanya tentang obat dan penyakit dan juga tidak menganggu pasien lain. Resep yang ada pada hari tersebut kemudian dijadikan satu dan dikumpulkan per bulan. Khusus resep narkotika dan Universitas Indonesia

73 58 psikotropika dipisahkan untuk memudahkan pelaporan. Resep yang telah melewati batas penyimpanan 3 tahun akan dimusnahkan (Contoh berita acara pemusnahan resep terlampir pada lampiran 6). Pelayanan resep kredit berasal dari poliklinik/instansi/perusahaan seperti PT. Mega Eltra, PT. KPB Nusantara, Poli Teuku Umar, dan lain - lain. Perusahaan atau poliklinik ini menjalin kerjasama dengan Apotek Kimia Farma No. 5 dimana pembayarannya berdasarkan perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pada pelaksanaannya Apotek Kimia Farma No. 5 lebih banyak menerima resep kredit dibandingkan tunai, hal ini mungkin lebih banyak disebabkan lokasi apotek yang terletak bukan di daerah pemukiman penduduk, melainkan di daerah pusat perbelanjaan, sehingga lebih banyak terjadi penjualan obat bebas, kosmetik dan alat kesehatan yang ada di swalayan apotek. Apotek Kimia Farma No.5 melayani penjualan obat bebas, obat wajib apotek (OWA) dan obat-obat upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Untuk menghindari terjadinya kesalahan petugas meminta alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi pada saat awal penghargaan penjualan obat wajib apotek ataupun obat-obat UPDS. Pelayanan obat tanpa resep biasanya dilakukan untuk pengobatan swamedikasi. Upaya pengobatan diri sendiri ini dilakukan melalui penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, penjualan OWA dan UPDS yang dilayani oleh apoteker atau asisten apoteker. Dalam melayani konsumen yang memerlukan obat bebas, OWA, maupun UPDS seharusnya disertai dengan informasi dosis, aturan pakai, kontra indikasi dan efek sampingnya, namun pada pelaksanaannya sebagian besar belum dilakukan secara menyeluruh karena informasi yang diberikan hanya sebatas dosis dan aturan pakai saja. Obat yang terdapat pada swalayan farmasi diantaranya untuk indikasi penyakit ringan seperti influenza, panas, batuk, produk herbal, food suplement, vitamin serta terdapat juga perlengkapan bayi, kosmetika dan alat kesehatan sederhana seperti kasa, kapas, plester ataupun urinal. Di apotek ini tidak ada petugas khusus yang menjaga swalayan farmasi, namun ada pegawai dari suatu produk tertentu (SPG, Sales Promotion Girl) yang juga dituntut dapat memberikan informasi kepada pelanggan sekaligus melakukan pengawasan terhadap produk, sehingga apabila pasien yang datang ramai, kekurangan pegawai untuk melayani swalayan farmasi dapat tertutupi. Universitas Indonesia

74 59 Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Apotek Kimia Farma No.5 telah menyediakan fasilitas pesan antar obat (delivery service). Umumnya resep datang dari penghuni komplek perumahan yang berada di sekitar apotek. Administrasi Apotek Kimia Farma No.5 menggunakan sistem komputerisasi yaitu KIS (Kimia Farma Information System) yang bertujuan untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi dalam pelayanan. Kelemahan dari penggunaan sistem komputerisasi terjadi jika listrik mati sehingga dapat membuat pelayananagak terhambat, dikarenakan harus menunggu sambungan sistem ke BM untuk mengetahui harga obat tersebut. Universitas Indonesia

75 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Peran dan tanggung jawab APA sangat penting dalam mengelola apotek antara lain meliputi berkewajiban menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) secara efektif Apotek Kimia Farma No. 5 Cikini melakukan manajemen pengelolaan yang terdiri atas pengelolaan teknis kefarmasian yaitu melayani resep dokter, memberikan konseling, pelayanan informasi obat dan swamedikasi dan non teknis kefarmasian yaitu administrasi pembelian, administrasi penjualan dan akuntansi keuangan. 6.2 Saran Kelengkapan perbekalan farmasi di apotek perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan jadwal pembelian, sistem stok pengaman (buffer stock) yang lebih optimal, serta lebih meningkatkan kedisiplinan dalam memonitor stok obat di apotek. Hal ini untuk mencegah kekosongan barang yang meningkatkan risiko penolakan resep Lebih mengoptimalkan pelayanan informasi obat dan konseling untuk meningkatkan fungsi pelayanan kefarmasiaan dalam hal ini diperlukan peran aktif apoteker dalam pemberian informasi obat kepada pasien baik dapat secara langsung maupun tidak langsung melalui brosur atau leaflet Untuk mengetahui keinginan pelanggan terhadap pelayanan yang dapat diberikan Apotek Kimia Farma No.5, maka perlu disediakan kotak saran sehingga apotek dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. 60 Universitas Indonesia

76 DAFTAR ACUAN Anif, M. (2001). Manajemen Farmasi Cetakan Ketiga. Yogyakarta: UGM Press. Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/MenKes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.992/MenKes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1997). Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/Kep/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2009a). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2009b). Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2009c). Undang-undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/Per/V/2011 Tentang Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 61 Universitas Indonesia

77 62 Hepler CD, Linda M. Strand LM. (1990). Opportunities and responsibilities in pharmaceutical care. Am.J.Hosp.Pharm. 1990; 47: Kimia Farma Apotek. Profil Perusahaan Kimia Frma Apotek. =article&id=374&itemid=46. diakses pada 4 Oktober Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 25 tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotik PT. Kima Farma (Persero) Tbk. Profil Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., diakses pada 4 Oktober Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana. Universitas Indonesia

78 LAMPIRAN

79 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek 63

80 64 Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.5 MAP Apoteker Pendamping Koordinator Teknis (Asisten Senior) Asisten Apoteker Juru Resep Petugas Security/Kebersihan

81 65 Lampiran 3. Alur pelayanan resep Penerimaan Resep Resep Kredit Resep Tunai Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pemberian nomor urut Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep Bagian Peracikan Obat Jadi Obat Racikan Pemberian etiket Pemeriksaan kesesuaian obat Penyerahkan obat Obat diterima oleh pasien Resep disimpan petugas

82 66 Lampiran 4. Denah Apotek KimiaFarma No. 5

83 67 Lampiran 5. Lay out Apotek Kimia Farma No.5 Keterangan : 1 : Pintu masuk utama 2 : Cooler A1 : Food Suplement A2 : Food Suplement A3 : Food Suplement A4 : Baby & Child Care A5 : Baby & Child Care A6 : Milk & Nutrition A7 : Milk & Nutrition A8 : Paper Product & Feminine Care A9 : Paper Product & Feminine Care B1 : Food & Snack B2 : Medicine B3 : Medicine B4 : Skin Care B5 : House Hold B6 : First Aids 6 : Pintu Masuk Ruang Peracikan 7 : Lemari Obat Resep 8 : Lemari Penyimpanan Obat 9 : Wastafel 10 : Lemari Obat Psikotropika 11 : Lemari Obat Narkotika 12 : Lemari Pendingin B7 : Medicine B8 : Medicine B9 : Personal Care B10 : Medicine B11 : Skin Care B12 : Soap & Body Wash B13 : Topical B14 : First Aids B15 : Vitamin & Mineral B16 : Vitamin & Mineral B17 : Personal Care B18 : Personal Care B19 : Hair Care B20 : Oral Care 3 : Lemari kaca OTC 4 : Ruang Pelayanan Resep 5 : Kasi6 13 : Ruang Peracikan 14 : Ruang Tungguu 15 : Dapur 16 : Ruang Apoteker 17 : Ruang Pencucian 18 : Gudang (penyimpanan) obat OTC

84 Lampiran 6. Berita Acara Pemusnahan Resep

85 69 Lampiran 7. Bon Permintaan Barang Apotek KF No.5

86 70 Lampiran 8. Kartu Stok Kimia Farma No. 5

87 71 Lampiran 9. Kwitansi Pembayaran Resep Tunai

88 72 Lampiran 10. Etiket Apotek Kimia Farma No. 5

89 73 (Lanjutan)

90 74 Lampiran 11. Copy Resep Kimia Farma No. 5

91 75 Lampiran 12. Kartu Nomor Resep

92 76 Lampiran 13. Surat Pesanan Narkotika

93 77 Lampiran 14. Surat Pemesanan Psikotropik

94 78 Lampiran 15. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropik

95 79 Laporan Penggunaan Sediaan Narkotika (Lanjutan)

96 80 Laporan Penggunaan Sediaan Psikotropika (Lanjutan)

97 81 Lampiran 16. Tabel dan Grafik 5 Rumah Sakit dengan Peresepan Terbanyak di Apotek Kimia Farma No 5 Pada Bulan Juni Agustus No. Nama RS Juni Juli Agustus Jumlah 1 RSCM RSIA Bunda Jakarta RS. PGI Cikini RSPAD Gatot Soebroto RSIA Budi Kemuliaan Grafik RS Terbanyak Bulan Juni - Agustus 2012 Jumlah RSCM RSIA Bunda Jakarta RS. PGI Cikini RSPAD Gatot Soebroto RSIA Budi Kemuliaan Linear (RSCM) Linear (RSIA Bunda Jakarta) 0 Juni Juli Agust-12 Linear (RS. PGI Cikini)

98 82 Lampiran 17. Tabel dan Grafik Transaksi Penjualan di Apotek Kimia Farma No 5 Pada Bulan Agustus Oktober No. Transaksi Penjualan Agustus September Oktober 1 Resep UPDS Bebas Jumlah Grafik Transaksi Penjualan Bulan Agustus-September Agustus September Oktober Resep UPDS Bebas Linear (Resep) Expon. (Resep) Expon. (Resep) Linear (Resep) Linear (UPDS) Expon. (UPDS)

99 UNIVERSITAS INDONESIA STUDI LITERATUR PENYAKIT PARKINSON TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PRADITA WINDY HATAFI, S.Farm ANGKATAN LXXV FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2012

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 19 JUNI 12 JULI 2013 DAN 29 JULI 19 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6 PERIODE 8 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 10 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL 12 MEI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT Pengadaan Perbekalan Farmasi Apotek anak sehat memperoleh obat atau perbekalan farmasi berasal dari Pedagang Besar Farmasi(PBF) atau dari apotek lain. Pedagang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: FAWZIATUL KHOTIMAH, S. Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 143 JL.MARGONDA RAYA NO. 154 A, DEPOK PERIODE 2 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER FAMELLA YULISTIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAFA, JL. BUKIT DURI TANJAKAN NO. 68 TEBET, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DESY INDRIWINARNI, S.Farm. 1106046780

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV.6 KELAPA GADING, JAKARTA UTARA PERIODE 1 APRIL 4 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci