UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker MAYA MASITHA, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmatnya Penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 2 Senen, Jakarta Pusat yang dimulai dari tanggal 1 Mei hingga 8 Juni 2012 dan menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Astrid Dwiastuti, Apt., selaku pembimbing dari Apotek Kimia Farma yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran selama PKPA berlangsung. 2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing dan Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ini dan memberikan pengarahan serta petunjuk dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 4. Bapak Eddy Murianto, Adhitia Asdirman, Wahyu Dwi Purnomo, Sahat Saragi, Fanhar M Kausar, Agus Sudharto dan Ibu Hastuti, Nina Rinaya yang telah memberikan materi selama PKPA berlangsung. 5. Seluruh staf pengajar program profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma 2 yang telah banyak membantu dan membimbing selama PKPA. 7. Keluarga dan teman yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar. 8. Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat selesai. iv

5 Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan. Namun penulis berharap semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan dan semua pihak yang membutuhkan. Depok, Juni 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI.. vi DAFTAR GAMBAR..... vii DAFTAR LAMPIRAN. viii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Apotek Sediaan Farmasi di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika BAB 3.TINJAUAN KHUSUS Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma Apotek Apotek Kimia Farma No BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. 56 vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas Gambar 2.3. Tanda Peringatan Pada Kemasan Obat Bebas Terbatas.. 18 Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Gambar 2.5. Penandaan Obat Psikotropika Gambar 2.6. Penandaan Obat Narkotika vii

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Pelayanan Penerimaan Resep Lampiran 2. Surat Pemesanan Narkotika Lampiran 3. Surat Pemesanan Psikotropika Lampiran 4. Laporan Narkotika Lampiran 5. Laporan Psikotropika Lampiran 6. Plastik Klip dengan Etiket Lampiran 7. Kertas Pembungkus Puyer Lampiran 8. Etiket Obat Dalam Lampiran 9. Etiket Obat Luar Lampiran 10. Label Obat Lampiran 11. Kwitansi Pembayaran Resep Tunai Lampiran 12. Kopi Resep Lampiran 13. Kartu Stok Obat Lampiran 14. Lay Out Apotek Kimia Farma No viii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang dapat diwujudkan melalui pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan besar artinya bagi pembangunan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan memperhatikan peranan kesehatan tersebut, maka diperlukan upaya yang memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Obat sebagai salah satu zat yang digunakan dalam upaya kesehatan pada dasarnya merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh jika penggunaannya tidak dilakukan secara tepat apalagi jika disalah gunakan. Untuk itu peredaran obatobatan diatur oleh pemerintah. Pendistribusian obat dilakukan dan diawasi oleh tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya dan untuk memperolehnya, maka terdapat sarana khusus yang pendiriannya juga harus mendapat izin pemerintah. Salah satu sarana resmi yang memperoleh izin dari pemerintah untuk mendistribusikan obatobatan ke tangan masyarakat yaitu apotek. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 tahun 2009 disebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sebagai tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, dengan adanya perubahan paradigma diharapkan apotek tidak berfokus kepada pengadaan obat sebagai komoditi tetapi haruslah berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh sebab itu, apotek memiliki aturan main dan persyaratan yang lebih khusus dan lebih ketat dibandingkan bisnis lainnya, mulai dari tata cara perizinannya, pengelolaannya, sampai dengan pelaporannya. Peranan apoteker sebagai pengelola dan penanggung jawab apotek sangatlah besar mengingat apotek berjalan dengan fungsi ganda yaitu sebagai fungsi bisnis 1

10 2 dan fungsi pelayanan kefarmasian. Apoteker diharapkan mampu memberikan keputusan yang tepat untuk setiap masalah di apotek serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, misalnya dalam hal memberikan pelayanan informasi obat yang tepat, aman, dan rasional. Oleh sebab itu seorang apoteker harus terus memperluas ilmunya terutama tentang obat yang terus menerus berkembang dengan pesat, sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam memberikan pelayanan informasi obat yang saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien (patient oriented) dan mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Selain itu, seorang apoteker pengelola apotek juga harus memahami manajemen pengelolaan apotek dengan baik. Sehingga sebagai calon Apoteker tidak cukup hanya belajar dari teori akan tetapi perlu mengetahui dan memahami secara langsung. Untuk mendapatkan pengetahuan dan gambaran mengenai peran apoteker tersebut, maka diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma yang bertempat di Apotek Kimia Farma 2 Jl. Senen Raya No. 66 Jakarta Pusat. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan di Apotek Kimia Farma bertujuan untuk: a. Mengetahui fungsi, tugas, dan peranan Apoteker di apotek dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. b. Mengetahui dan memahami pengelolaan apotek sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan, meliputi kegiatan administrasi, pengadaan, penyimpanan, pelayanan, dan manajemen di Kimia Farma Apotek.

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apotek Pengertian Sarana kesehatan merupakan salah satu sumber daya kesehatan yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009). Perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, sedangkan yang dimaksud dengan sediaan farmasi antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009). Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker Tugas dan Fungsi Apotek Adapun tugas dan fungsi apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1965 tentang Apotek adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980): 3

12 4 a. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. b. Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya kegiatan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sebagai sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. d. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.184/Menkes/PER/II/1995. e. Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MenKes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. f. Peraturan Menteri Kesehatan No.149 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MenKes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MenKes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

13 Ketentuan Umum Perapotekan Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002): a. Apoteker adalah sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. b. Surat Izin Apotek (SIA) adalah Surat Izin yang diberikan olehmenteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan apotek disuatu tempat tertentu. c. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin apotek d. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. e. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telahmemiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek lain f. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan Perundang - undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. g. Resep adalah Permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, dandokter Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/PER/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

14 6 Apotek, pada pasal 6 ditetapkan persyaratan apotek yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002): a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang telah memenuhi persyaratan baik yang bekerjasama dengan pemilik sarana atau tidak, harus siap dengan tempat (lokasi dan bangunan), perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yaitu di apotek meliputi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004): a. Sumber Daya Manusia Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. b. Sarana dan Prasarana 1) Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata Apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan.

15 7 2) Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. 3) Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. 4) Apotek harus memiliki: a) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien b) Tempat untuk mendisplay informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi c) Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien d) Ruang racikan e) Tempat pencucian alat f) Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan. g) Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan-undangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Berdasarkan KepMenkes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.992/MenKes/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat Izin Kerja (SIK).

16 8 Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek berdasarkan PerMenkes RI No.184/MenKes/PER/II/1995 adalah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995: a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan (Kementerian Kesehatan) b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain. Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan apotek yang dipimpinnya. Selain APA dikenal pula Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti. Apoteker pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek dan atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek, apabila APA berhalangan karena hal-hal tertentu dalam melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker pengganti Tata Cara Perizinan Apotek Sesuai dengan KepMenkes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-1. b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-2. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan 3 tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

17 9 melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-3. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud angka 3, atau pernyataan dimaksud angka 4, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-4. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud angka 3 masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APR-5. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud ayat 6, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambatlambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi Apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dalam jangka waktu selambatlambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai alasan-alasanya dengan menggunakan contoh Formulir Model APR- 6. Selain itu, dalam mendirikan apotek seorang apoteker harus memiiki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Untuk memperoleh SIPA seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat di peroleh jika seorang apoteker harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu: 1) Memiliki Ijazah Apoteker 2) Memiliki sertifikat kompentensi apoteker 3) Surat Pernyataan telah mengucapkan sumpah dan janji apoteker

18 10 4) Surat sehat fisik dan mental dari dokter yang mempunyai surat izin praktek 5) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan etika profesi. Bila Apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Pengguna sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. 2) Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 dalam pasal 25 Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut surat izin apotek apabila: a. Apoteker yang sudah tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai apoteker pengelola apotek. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pengelolaan apotek dan pelayanan kefarmasian. c. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan, mengenai obat keras, Undang-Undang Narkotika No.35 Tahun 2009, Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No.23 tahun 1993 Tentang Kesehatan serta ketentuan Peraturan Perundangundangan lainnya yang terjadi di apotek. e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek tersebut dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan dibidang obat. g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah dikeluarkannya: a. Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan

19 11 b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek c. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini dilakukan setelah Kepala Balai PM setempat melakukan pemeriksaan. Keputusan pencabutan surat izin apotek dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan atau Kota disampaikan langsung kepada apoteker pengelola apotek dengan menggunakan contoh formulir model APR-15, tembusan kepada Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan makanan setempat. Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan tersebut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang tersisa di apotek b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci c. Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventaris yang dimaksud di atas Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi apotek. Pengelolaan apotek sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena itu apoteker harus mengelola secara efektif sehingga obat yang disalurkan kepada masyarakat akan lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena kualitas dan keamanannya selalu terjaga. Pengelolaan untuk sediaan farmasi dan perbekalan ksehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu meliputi perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).

20 12 a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan: 1) Pola penyakit 2) Kemampuan masyarakat 3) Budaya masyarakat b. Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan persediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. c. Penyimpanan 1) Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah. 2) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. 3) Wadah baru, wadah sekurang kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. 4) Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. d. Administrasi. Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi: 1) Administrasi Umum: pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Administrasi Pelayanan: pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah: 1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. 2) Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena suatu hal tidak dapat digunakan atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara

21 dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang telah ditetapkan oleh Balai POM Pelayanan Apotek Pelayanan adalah suatu upaya penjualan barang atau jasa untuk memberi dan memenuhi unsur-unsur yang menjadi harapan kepuasan konsumen. Salah satu strategi untuk meningkatkan persaingan pasar adalah dengan memberikan pelayanan prima yaitu jika perlakuan yang diterima oleh customer lebih baik dari yang diharapkan, maka hal tersebut dianggap merupakan pelayanan yang bermutu tinggi (Umar, 2009). Untuk mewujudkan pelayanan prima suatu Apotek, maka perlu ditetapkan standar pelayanan farmasi di apotek. Di mana pelayanan tersebut bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, melindungi profesi dari tuntutan masyarakat yang tidak wajar, sebagai pedoman dalam pengawasan praktek apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah KepMenkes RI Nomor 1027/MenKes/SK/2004 meliputi: a. Pelayanan resep Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1) Skrining resep a) Persyaratan administratif, seperti nama, SIK dan alamat dokter; tanggal penulisan resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya. b) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain. 2) Penyiapan obat

22 14 Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. a) Etiket harus jelas dan dapat dibaca. b) Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga kualitasnya. c) Penyerahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara jumlah obat dengan resep dan penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat kepada pasien. d) Apoteker memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah di mengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas yang harus dilakukan dan dihindari serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. e) Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes melitus, TBC, asma, dan lain-lain). f) Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat. b. Promosi dan edukasi Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain. c. Pelayanan residensial (home care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok

23 15 lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record). Berdasarkan Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.992/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pada Bab VII pasal 14 sampai 22 dijelaskan bahwa pelayanan apotek adalah sebagai berikut: 1) Pasal 14 a) Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. b) Pelayanan resep tersebut sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek. 2) Pasal 15 a) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang melandasi pada kepentingan masyarakat. b) Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. c) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. d) Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien dan juga informasi mengenai penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. 3) Pasal 16 a) Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. b) Apabila karena pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. 4) Pasal 17 a) Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.

24 16 b) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga bulan. c) Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwewenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5) Pasal 18 a) Apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan untuk menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai daftar obat wajib apotek (DOWA). b) DOWA tersebut ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 6) Pasal 19 a) Apabila apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, apoteker pengelola apotek dapat menunjuk apoteker pendamping. b) Apabila apoteker pengelola apotek dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, apoteker pengelola apotek dapat menunjuk apoteker pengganti. c) Penunjukan yang dimaksud di atas harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan formulir model ATP-9. d) Apoteker pendamping dan apoteker pengganti wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. 7) Pasal 20 Apoteker pengelola apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping dan apoteker pengganti dalam pengelolaan apotek. 8) Pasal 21 Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan apoteker pengelola apotek.

25 17 9) Pasal 22 a) Dalam melaksanakan pengelolaan apotek, apoteker pengelola apotek dapat dibantu oleh asisten apoteker. b) Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah pengawasan apoteker. 2.2 Sediaan Farmasi di Apotek Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/KEP/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan dalam 5 (lima) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Pelayanan di apotek meliputi pelayanan obat OTC (Over The Counter) dan obat Ethical. Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC. Obat OTC terdiri dari obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat ethical adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter, termasuk di dalamnya obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika Obat Bebas (Departemen Kesehatan RI, 2006) Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Contohnya adalah parasetamol.

26 18 Gambar 2.1. Penandaan obat bebas Obat Bebas Terbatas (Departemen Kesehatan RI, 2006) Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah CTM. Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1-P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas Contoh tanda peringatan Gambar 2.3. Tanda Peringatan Pada Kemasan Obat Bebas Terbatas

27 Obat Keras (Departemen Kesehatan RI, 2006) Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran berwarna merah yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung dan semua obat injeksi. Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Obat Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Berdasarkan undang-undang No. 5 Tahun 1997, Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya ekstasi, meskalin dan psilosibin. b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat.

28 20 c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan luminal. d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya derivat diazepam. Gambar 2.5. Penandaan Obat Psikotropika Obat Narkotika Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan obat narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Departemen Kesehatan RI, 2006b). Berdasarkan Undang-undang No. 35 tahun 2009, Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu

29 21 pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, misalnya kodein. Gambar 2.6. Penandaan Obat Narkotika Obat Wajib Apotek (OWA) Menurut Kepmenkes RI No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek, menerangkan bahwa obat wajib apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker kepada pasien di Apotek. Daftar obat wajib Apotek ditetapkan oleh: a. Kepmenkes No.924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib No.2 b. Kepmenkes No.925/Menkes/Per/X/1993 tentang perubahan Daftar obat golongan (OWA) No. I c. Kepmenkes No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang daftar obat wajib No.2 Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun b. Pengobatan sendiri dan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

30 Contoh obat wajib apotek (OWA) antara lain : Omeprazole, Piroxicam, Prednisolone, Scopolamin, Ibuprofen, dsb Pengelolaan Narkotika Menurut UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, maka diadakan pengawasan terhadap penggunaan narkotika yang meliputi pembelian, penyimpanan, penjualan, administrasi serta penyampaian laporannya. UU No.9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan memberikan izin kepada apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual, menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut narkotika untuk kepentingan pengobatan. Untuk mempermudah pengawasan tersebut maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan narkotika di Indonesia. Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan: 1. Pemesanan narkotika Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis menggunakan Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan satu surat pesanan hanya dapat untuk memesan satu jenis obat narkotika. 2. Penyimpanan narkotika

31 23 Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam PerMenkes RI No.28/MenKes/PER/1978 pasal 5 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat b. Harus mempunyai kunci ganda yang kuat c. Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai seharihari d. Apabila tempat tersebut berukuran lebih kecil dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai Selain itu pada pasal 6 PerMenkes No.28/MenKes/PER/I/1978 dinyatakan bahwa: a. Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 PerMenkes No.28/MenKes/PER/1978. b. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. c. Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa. d. Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum. 3. Pelayanan resep mengandung narkotika Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter sesuai dengan ketentuan surat edaran Balai POM No.336/EE/SE/1977 antara lain dinyatakan: a. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) UU No.9 tahun 1976 tentang Narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.

32 24 b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya. c. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. 4. Pelaporan narkotika Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dibawah penguasaannya. Laporan tersebut meliputi laporan pemakaian narkotika dan laporan pemakaian morfin dan petidin. Laporan harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada: a. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat b. Kepala Balai POM setempat c. Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma Tbk d. Arsip Laporan yang ditandatangani oleh APA meliputi: a. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotika b. Laporan penggunaan bahan baku narkotika c. Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. 5. Pemusnahan narkotika Pada pasal 9, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28/MenKes/PER/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, yang rusak atau tidak memenuhi syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan

33 25 Kabupaten/Kota setempat. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat: a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek atau dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek atau pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi. Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan, dengan tembusan: a. Balai Besar POM b. Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. c. Arsip. 2.4 Pengelolaan Psikotropika Psikotropika menurut UU No.5 Tahun 1997 merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropik dalam UU No. 5 Tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi yang mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika ini sama dengan narkotika, yaitu: 1. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. 2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. 3. Memberantas peredaran gelap psikotropika. Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi: 1. Pemesanan psikotropika

34 26 Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar farmasi (PBF). Pemesanan psikotropika memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No.5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan resep. Satu lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri lebih dari satu jenis obat psikotropika. 2. Penyimpanan psikotropika Penyimpanan untuk obat-obatan golongan psikotropika belum diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan psikotropika ini cenderung untuk disalahgunakan, maka disarankan agar menyimpan obatobatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu stok psikotropika. 3. Penyerahan psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien berdasarkan resep dokter. 4. Pelaporan psikotropika Berdasarkan UU No.5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara berkala. 5. Pemusnahan psikotropika Berdasarkan UU No.5 Tahun 1997 pasal 53 tentang psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses psikotropika, kadaluarsa atau tidak

35 27 memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian. Berita acara pemusnahan tersebut memuat: a. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

36 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. dimulai sekitar tahun 1957, pada saat pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No.86 tahun 1956, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi Belanda tersebut dan menurut Peraturan Pemerintah No.69 tahun 1968 statusnya diubah menjadi Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP No.3 Tahun 1969 perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Pada tahun 1998, terjadi krisis ekomi di ASEAN yang mengakibatkan APBN mengalami defisit anggaran dan hutang negara semakin besar. Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN untuk mengurangi beban hutang. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No.S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mendirikan 2 anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2003 yaitu PT. Kimia Farma Trading & Distribution dan PT. Kimia Farma Apotek agar perusahaan dapat berkembang dengan cepat dan pengelolaan perusahaan lebih terarah. PT. Kimia Farma Trading & Distribution saat ini memiliki 2 wilayah pasar dan 35 cabang PBF (Pedagang Besar Farmasi) sedangkan PT. Kimia Farma 28

37 Apotek sekarang memiliki 34 Unit Bisnis dan 400 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. dengan tujuan mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan. PT. Kimia Farma Apotek membawahi Apotek Pelayanan Kimia Farma (KF) wilayah usahanya terbagi menjadi 34 wilayah Unit Bisnis yang menaungi sejumlah 400 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Tiap-tiap Unit Bisnis (Business Manager) membawahi sejumlah apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Apotek Pelayanan Kimia Farma dalam melakukan kegiatannya selain melayani resep dokter juga melengkapinya dengan swalayan farmasi atau Hand Verkoop (HV) yang berisi obat-obatan bebas dan bahan kebutuhan sehari-hari, menyediakan tempat praktik dokter, laboratorium klinik, optik, Pusat Informasi Obat dan Public Healthcare Centre sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi PT Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan farmasi yang terkemuka di Indonesia. Misi PT Kimia Farma Apotek adalah: 1) Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa terkait serta memberikan solusi jasa layanan kefarmasian bagi pelanggan. 2) Meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG). 3) Mengembangkan kompetensi dan komitmen sumber daya manusia (SDM) yang lebih profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan SDM.

38 Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang Direktur Utama. Direktur Utama membawahi 2 direktur (Direktur Operasional dan Direktur Pengembangan), serta juga membawahi langsung 3 manager (Manager SDM dan Umum, Manager Keuangan dan Akuntansi, serta Manager IT). Direktur Operasional sendiri membawahi Manager Operasional, Manager Layanan dan Logistik dan Manager Bisnis, Sedangkan Direktur Pengembangan membawahi Manager Pengembangan Pasar Bisnis Manager (BM) Apotek pelayanan yang ada di PT. Kimia Farma Apotek dibawahi oleh Bisnis Manager (BM). BM adalah suatu Unit Bisnis yang bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Konsep BM ini diharapkan dapat menjadi pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam suatu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep BM antara lain: a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah. b. Apotek-apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada peningkatan penjualan. c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi. d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Di seluruh Indonesia terdapat 34 unit bisnis yang dibagi dalam 3 strata berdasarkan omset yang diterima, yaitu strata A yang memiliki omset paling besar, strata B yang memiliki omset di bawah strata A, dan strata C adalah unit bisnis dengan omset paling kecil dibandingkan unit bisnis strata A dan B.

39 31 Wilayah JABODETABEK memiliki 5 BM yaitu: 1. Bisnis Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat. 2. Bisnis Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Bekasi. 3. Bisnis Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi. 4. Bisnis Manager Tanggerang membawahi wilayah Provinsi Banten. 5. Bisnis Manager di Rumah Sakit Jakarta. Manager Bisnis secara struktural langsung membawahi para manager Apotek pelayanan. Manager Bisnis juga membawahi supervisor akutansi dan keuangan serta supervisor pengadaan. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya. Ada tiga fungsi yang berperan dalam melaksanakan kegiatan yang dilakukan oleh BM, yaitu fungsi pengadaan, fungsi penjualan, dan fungsi pencatatan Fungsi Pengadaan Pengadaan di BM menganut sistem Distribution Center, yaitu sistem pengadaan barang terpusat yang digunakan untuk pengadaan barang-barang yang termasuk dalam Pareto A (barang yang mewakili sekitar 80% dari total penjualan tetapi jumlahnya 20% dari seluruh jenis barang yang ada). Barang-barang ini akan dipesan oleh BM ke pemasok, dikirim pemasok ke gudang BM, barang disiapkan untuk masing-masing APP dan akan dikirim ke unit apotek pelayanan disertai daftar droping barang dari gudang BM. Adapun barang yang langsung dikirim dari pemasok ke APP untuk barang-barang yang termasuk dalam Pareto B dan C. Administrasi dan prosedur pemesanan barang oleh BM dapat diuraikan sebagai berikut: a. Bagian Pembelian dari setiap apotek pelayanan membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sesuai dengan buku defekta yang dibuat berdasarkan

40 32 persediaan obat dan barang apotek lain yang persediaannya sudah atau hampir habis lalu dikirim ke BM melalui sistem komputerisasi. b. Bagian pengadaan di BM akan menyiapkan dan menyerahkan barang yang dibutuhkan yang tersedia di gudang kemudian akan di dropping langsung ke unit apotek pelayanan sedangkan untuk barang yang tidak tersedia di gudang maka akan dibuat Surat Pesanan (SP) oleh bagian Pembelian. Untuk apotek pelayanan yang meminta barang dalam jumlah kecil, pemesanannya digabung dengan apotek pelayanan lain. c. SP yang telah disetujui oleh APA akan dikirimkan ke pemasok (Pedagang Besar Farmasi/PBF) melalui fax, internet, telepon atau diambil oleh salesman. d. Pemasok menyerahkan barang pesanan apotek disertai dengan dokumen faktur dan SP. e. Bagian gudang BM menerima (kecuali jika dikirim langsung ke unit apotek pelayanan), memeriksa fisik barang (apakah sesuai SP dan faktur, meliputi nama, kemasan, jumlah, harga barang serta nama pemasok) dan membuat tanda terima di faktur (stempel dan tanda tangan) berdasarkan fisik barang yang diterima. f. Kemudian setelah diperiksa, faktur dikirim ke bagian Tata Usaha untuk dibukukan sebagai laporan pembelian dan utang dagang Fungsi Penjualan BM akan mengelola seluruh penjualan yang dihasilkan oleh seluruh unit apotek pelayanan yang berada di dalam cakupan wilayahnya masing-masing. Hasil penjualan yang diperoleh berasal dari penerimaan resep (baik tunai maupun kredit), penjualan obat tanpa resep dan penjualan barang-barang yang ada di swalayan farmasi. Data hasil penjualan tunai dan kredit dikirimkan kepada masing-masing BM dalam waktu 1 (satu) hari kemudian (H+1).

41 Fungsi Pencatatan Kegiatan pencatatan yang dilakukan oleh Tata Usaha (TU) BM dibukukan dalam dokumen-dokumen baku maupun dokumen lainnya yang tidak baku. Dokumen baku dibuat sebagai bahan untuk menyusun Neraca Tahunan Apotek Kimia Farma dan untuk keperluan manajerial. Sedangkan dokumen lainnya seperti laporan piutang, laporan utang dan laporan prestasi kerja dibuat hanya untuk keperluan manajerial saja dan tidak digunakan untuk menyusun neraca tahunan. Dokumen-dokumen yang termasuk dalam dokumen baku tersebut antara lain: a. Buku Kas, memuat semua transaksi yang menggunakan uang tunai baik pemasukan maupun pengeluaran. b. Buku Permintaan Barang Apotek, dibuat untuk keperluan teknis apotek pelayanan sendiri. c. Buku Penjualan Apotek, memuat rekapitulasi penjualan harian oleh apotek pelayanan baik tunai maupun kredit. d. Buku Pembelian Apotek, memuat rekapitulasi pembelian harian oleh apotek pelayanan baik tunai maupun kredit. Dokumen-dokumen ini dibuat harian lalu direkapitulasi menjadi laporan bulanan, laporan triwulan, laporan semester dan laporan tahunan. Semua dokumen dan laporan tersebut dibuat rangkap 2, lembar pertama diserahkan kebagian Akuntansi Kantor Pusat PT. Kimia Farma, sedangkan lembar kedua disimpan di BM sebagai arsip. Bagian TU BM melakukan kegiatan administrasi di bawah tanggung jawab Kepala Bagian Tata Usaha. Tugas bagian TU adalah sebagai berikut: a. Membuat Laporan Gabungan apotek pelayanan (yang berada di wilayahnya) setiap bulan, triwulan dan semester untuk dikirim ke Bagian Akuntansi Kantor Pusat antara lain: Laporan Penjualan, Laporan Utang dan Laporan Piutang. b. Membuat Laporan Tahunan Tutup Buku (neraca dan laporan laba rugi).

42 34 c. Membuat Laporan Manajerial Gabungan dan meyiapkan data manajerial untuk masing-masing apotek pelayanan yang selanjutnya dianalisa oleh masing-masing Pimpinan Apotek Pelayanan. Dalam melaksanankan tugasnya, Kepala Tata Usaha BM dibantu oleh beberapa staf bagian, yaitu: a. Administrasi pembelian, mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Menerima salinan faktur pembelian yang telah diperiksa dan diparaf oleh petugas penerimaan barang dari masing-masing unit apotek pelayanan, kemudian salinan faktur tersebut dikumpulkan menurut nomor urut penerimaan barang per hari. 2) Memeriksa salinan faktur dan kebenaran harga pada faktur tersebut yang kemudian di paraf sebagai tanda bahwa faktur tersebut telah diperiksa. 3) Setiap transaksi pembelian dicatat di Buku Pembelian Apotek dan di entry datanya ke komputer berdasarkan nama distributornya. Dalam pencatatan harus tercantum nama distributor, nomor faktur, nama dan jumlah barang, harga, besarnya potongan harga dan tanggal pembelian. Setelah itu catatan diberikan kepada petugas administrasi utang dagang. Setiap akhir buku pembelian dijumlahkan total nilainya untuk mengetahui transaksi pembelian yang berlangsung pada bulan tersebut. b. Administrasi penjualan, mempunyai tugas: 1) Setiap hari menerima dan memeriksa kebenaran Laporan Penjualan Harian Apotek per tanggal yang dibuat oleh apotek pelayanan berdasarkan bukti-bukti pembayaran dari hasil penjualan tunai maupun kredit serta pemakaian obat intern. Petugas mencatat hasil penjualan total yang diperoleh. Bukti pembayaran dari penjualan tunai berupa bukti setoran kas sedangkan dari penjualan kredit berupa alat tagih, kwitansi dan tanda terima faktur. 2) Mencatat hasil penjualan kredit ke kartu piutang per pelanggan. Kartu ini berisi transaksi total penjualan kredit setiap hari dan fungsi sebagai kontrol atas penagihan bagian inkasso. Sedangkan penjualan tunai dicatat pada buku kas.

43 35 3) Setiap akhir bulan dibuat laporan peredaran kredit atau laporan sisa piutang berdasarkan nama debitur dan perincian sisa piutang untuk mengetahui berapa jumlah tagihan yang sudah dan belum dibayar. c. Administrasi penagihan/inkasso, mempunyai tugas: 1) Membuat nota inkasso dan tanda terima faktur 2) Mencatat kwitansi di buku registrasi dan menyerahkannya kepada penanggung jawab TU untuk diperiksa kemudian diteruskan ke pimpinan apotek untuk ditandatangani. 3) Menyerahkan nota inkassso dan berkas penagihan (tanda terima faktur dan lampiran resep kredit) kepada petugas penagihan. 4) Petugas penagihan melakukan penagihan ke debitur dengan membawa tanda terima faktur yang akan ditukarkan dengan uang tunai, cek atau giro. 5) Hasil penagihan yang diterima petugas penagihan kemudian diserahkan kepada kasir BM disertai dengan bukti penerimaan kas. d. Administrasi pajak, mempunyai tugas: 1) Mencatat dan menghitung pajak masukan yang dihitung berdasarkan jumlah PPN dari faktur pembelian barang. Setiap bulan PPN tersebut dijumlahkan dan dicatat pada daftar pajak masukan. 2) Mencatat dan menghitung pajak keluaran yang dihitung berdasarkan jumlah PPn dari total hasil penjualan. Penjualan resep tunai, penjualan bebas dan alkes. PPn dihitung setiap minggu dan dibuat dalam daftar pajak sederhana. Penjualan resep kredit dan jumlah PPn dibuat dalam faktur pajak standar yang harus dibayar oleh debitur. 3) Membuat daftar pajak keluaran setiap bulan yang berisi jumlah total PPn dari penjualan tunai dan kredit. 4) Menghitung jumlah pajak yang harus disetorkan kepada kas negara setiap bulan. Jumlah pajak yang harus disetorkan adalah selisih antara jumlah pajak keluaran dikurangi pajak masukan. e. Administrasi umum dan personalia, mempunyai tugas:

44 36 1) Membuat daftar gaji, uang lembur, permohonan cuti, pengusulan kenaikan pangkat dan fasilitas lain yang diberikan pada karyawan yang telah disetujui oleh Apoteker Pengelola Apotek. 2) Mendata semua pegawai secara lengkap. 3) Mendata absensi pegawai. 3.3 Apotek Kimia Farma No. 2 Apotek Kimia Farma 2 merupakan salah satu apotek pelayanan dari PT. Kimia Farma Apotek. Apotek ini terletak di Jalan Senen Raya No.66, Jakarta Pusat. Kegiatan administrasinya dilakukan oleh BM Jaya II yang bertempat di Jalan Matraman Raya No.55. Apotek Kimia Farma 2 dilengkapi dengan berbagai sarana kesehatan yaitu dengan membuka tempat praktek dokter di apotek, pelayanan informasi obat serta penjualan obat bebas untuk pengobatan diri sendiri (swamedikasi) Organisasi dan Personalia Apotek Kimia Farma 2 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker pendamping, membawahi supervisor layanan farmasi. Supervisor layanan farmasi membawahi asisten apoteker, juru resep dan kasir Personalia Agar kegiatan apotek dapat berjalan dengan baik diperlukan struktur organisasi yang baik agar pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pekerjaan serta memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban. Personalia Apotek Kimia Farma 2 dibagi menurut tugasnya adalah sebagai berikut: a) Apoteker pengelola apotek b) Apoteker pendamping c) Supervisor layanan farmasi d) Asisten apoteker e) Juru resep

45 37 f) Kasir Lokasi Apotek Kimia Farma 2 berlokasi di Jalan Senen Raya No.66, Jakarta Pusat. Ditinjau dari lokasinya, Apotek Kimia Farma 2 ini cukup strategis karena banyak dilalui kendaraan umum dan pribadi sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Di sekitar apotek terdapat pemukiman penduduk, rumah sakit, pusat perbelanjaan, pusat pertokoan dan bank Tata Ruang Tata ruang Apotek Kimia Farma 2 saat ini berkonsep terbuka sehingga pasien dapat melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh para pegawai apotek serta dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran dan ketepatan pelayanan serta pengawasan kegiatan apotek. Pembagian ruang di Apotek Kimia Farma 2 antara lain: a. Ruang tunggu Ruang tunggu terdapat pada bagian depan pada saat memasuki apotek. Ruang ini dilengkapi oleh beberapa bangku, brosur, leaflet, surat kabar, majalah kesehatan serta timbangan badan sehingga pasien merasa nyaman untuk menunggu. b. Swalayan farmasi Ruangan ini terdapat di bagian depan saat masuk apotek yang menjual berbagai macam produk baik obat bebas, kosmetik maupun alat kesehatan. Produk-produk ditata semenarik mungkin berdasarkan golongan dan jenis produk agar dapat dicari dengan mudah dan membuat pelanggan merasa nyaman. c. Tempat penerimaan resep, kasir dan penyerahan obat Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh counter yang tidak terlalu tinggi dan merupakan tempat apoteker memberikan pelayanan resep disertai dengan pemberian informasi obat. Bagian kasir juga dipisahkan oleh counter setinggi

46 38 dada yang menjadi tempat pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep. d. Tempat penyimpanan obat Tempat ini terdiri dari rak-rak kayu dan laci-laci. Penyusunan dan tata letak obat berdasarkan sifat farmakologis dan bentuk sediaan serta secara alfabetis (tablet, sirup, salep, obat tetes, suppositoria dan injeksi). Khusus untuk narkotika dan psikotropika dipisahkan, diletakkan dalam lemari yang berkunci ganda tanpa diberi tanda khusus atau label. e. Tempat peracikan Ruangan ini terletak di bagian belakang sebelah kanan dari tempat penerimaan resep dan penyerahan obat. Di ruangan ini dilakukan penimbangan, pencampuran dan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti bahan baku, timbangan, lumpang, alu, blender, mesin press dan alatalat meracik lainnya. f. Ruangan apoteker pengelola apotek Ruangan ini digunakan oleh APA untuk melaksanakan tugas kesehariannya. g. Ruang supervisor layanan farmasi Ruangan ini digunakan oleh supervisor layanan farmasi untuk melaksanakan tugas kesehariannya. h. Ruang penunjang lain Ruang penunjang lain terdiri dari ruang penyimpanan arsip resep, toilet, mushola dan dapur Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apoteker Apoteker Pengelola Apotek Apotek Kimia Farma 2 dipimpin oleh seorang apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki surat izin kerja dan telah mengucap sumpah. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan di apoteknya serta bertanggung jawab langsung kepada BM Jaya II Kimia Farma. APA harus menguasai manajemen,

47 39 yaitu perencanaan, koordinasi, kepemimpinan dan pengawasan disamping kemampuan dibidang farmasi, baik teknis maupun non teknis. Tugas dan tanggung jawab APA adalah: a. Memimpin, menentukan kebijaksanaan, melaksanakan pengawasan dan pengendalian apotek sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan antara lain menentukan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan anggaran dana yang dibutuhkan. c. Menyusun program kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. d. Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien, dokter dan tenaga kesehatan lainnya. e. Mengelola dan mengawasi persediaan perbekalan farmasi di apotek untuk memastikan ketersediaan barang atau obat sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang telah ditetapkan. f. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika. g. Memberikan laporan berkala secara keseluruhan tentang kegiatan apotek kepada BM Jaya II Apoteker Pendamping APA dibantu oleh satu orang apoteker pendamping yang melaksanakan praktek kefarmasian secara bergantian atau menggantikan APA apabila APA berhalangan dalam melakukan tugasnya pada jam buka apotek. Apoteker pendamping ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas APA. Tugas Apoteker Pendamping Apotek adalah: a. Mengawasi secara langsung pelayanan dan teknis farmasi. b. Memberikan informasi obat (praktek Pharmaceutical Care) kepada pasien, dokter dan tenaga kesehatan yang lain.

48 Supervisor Layanan Farmasi Supervisor layanan farmasi adalah seorang asisten apoteker yang langsung bertanggung jawab kepada APA. Tugas dan tanggung jawab supervisor layanan farmasi adalah: a. Mengkoordinasi dan mengawasi kerja para pegawai apotek, termasuk mengatur jadwal kerja, pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap persediaan obat. b. Bertanggung jawab atas kelancaran bagian peracikan atau penjualan pada tiap shift dinas. c. Mengatur dan mengawasi penyediaan dan pengeluaran obat-obatan. d. Membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) berdasarkan buku defekta. e. Menandatangani dan mengetahui bukti setoran kas apotek Asisten Apoteker (AA) Tugas asisten apoteker di Apotek Kimia Farma 2 adalah: a. Melayani resep tunai dan kredit serta memasukkan data pasien dan resep di komputer. b. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien. c. Menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat. d. Mengontrol persediaan obat. e. Membuat defekta barang yang habis untuk direkap menjadi BPBA. f. Mencatat keluar masuknya obat pada kartu stok obat. g. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. h. Membuat rekap penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika dan diserahkan kepada supervisor untuk dijadikan laporan narkotika dan psikotropika Juru Resep Juru resep mempunyai tugas sebagai berikut:

49 41 a. Membantu tugas asisten apoteker dalam menyiapkan atau meracik obat, yaitu dengan mengerjakan obat-obat racikan yang bahannya telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan bentuk yang diminta. b. Melaporkan sediaan obat yang sudah jadi kepada asisten apoteker Kasir Kasir merupakan seorang asisten apoteker yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk: a. Mencatat semua hasil penjualan baik tunai maupun kredit dengan cara mengentry barang secara benar di komputer mengenai harga dan jumlahnya. b. Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap hari pada penjualan harian. c. Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama bertugas pada supervisor sebagai penanggung jawab Kegiatan Operasional Kegiatan operasional di Apotek Kimia Farma 2 meliputi kegiatan teknis kefarmasian (pengadaan barang, penyimpanan, penjualan, pembuatan sediaan aanmaag dan peracikan) dan kegiatan non teknis kefarmasian (kegiatan administrasi resep dan non resep). Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, Apotek Kimia Farma 2 buka selama 24 jam setiap hari dari hari Senin-Minggu Pengadaan barang Pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasi lainnya dilakukan oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada apoteker. Sistem pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 2, yaitu dengan membuat BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek). Sistem BPBA yaitu petugas pengadaan apotek pelayanan membuat daftar permintaan barang dalam bentuk BPBA melalui program Kimia Farma Information System (KIS) berdasarkan buku defekta dan mengirimnya melalui modem ke bagian pengadaan BM Jaya II. Barang yang dipesan akan diantarkan ke apotek pelayanan.

50 42 Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak hanya berasal dari PBF Kimia Farma, tetapi juga dari PBF atau distributor lainnya. Prosedur pembelian barang tersebut adalah: 1. Bagian pengadaan di apotek pelayanan membuat daftar kebutuhan barang dalam bentuk BPBA dan mengirimya ke bagian pembelian BM melalui transfer modem. Jika barang (obat dan atau perbekalan farmasi) yang diminta tersedia di BM, maka BM akan segera langsung mengirim barang tersebut ke apotek pelayanan dengan dokumen dropping. 2. Apabila barang yang diminta oleh apotek pelayanan tidak tersedia, BM akan memesankan barang tersebut menggunakan Surat Pesanan (SP) ke PBF dan langsung dikirimkan ke BM kembali dan BM mendistribusikan ke apotek pelayanan yang bersangkutan. 3. Untuk pembelian barang psikotropika-narkotika, PBF akan menyerahkan barang secara langsung ke apotek pelayanan yang bersangkutan dengan menggunakan faktur Penyimpanan Barang Penyimpanan barang, obat atau perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang harus di input ke dalam komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang. Setiap asisten apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di rak lemari masing-masing. Penyimpanan obat ethical disusun berdasarkan indikasi dan bentuk sediaan serta secara alfabetis. Penyimpanan obat atau barang diruang peracikan disusun sebagai berikut: (1) Lemari penyimpanan obat generik sediaan tablet dan kapsul. (2) Lemari penyimpanan obat paten dan merek dagang sediaan tablet dan kapsul. (3) Lemari penyimpanan bahan baku. (4) Lemari penyimpanan sediaan cair sirup atau suspensi untuk obat generik, obat paten dan merek dagang.

51 43 Penyimpanan obat atau barang untuk Over The Counter (OTC) dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Produk yang dijual bebas diletakkan pada gondola dan lemari kaca yang disusun sedemikian rupa agar memudahkan pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan. Produk yang dijual antara lain obat bebas terbatas, obat bebas, kosmetika, jamu serta minuman kesehatan, produk tersebut disajikan dalam bentuk swalayan farmasi. Untuk memudahkan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang, maka setiap bulan dilakukan stock opname yaitu dengan mencocokkan jumlah barang dengan yang ada dicatatan kartu stok Penjualan Penjualan yang digunakan oleh Apotek Kimia Farma 2 meliputi penjualan obat dengan resep dokter tunai, penjualan obat dengan resep dokter kredit, dan penjualan bebas. Penjualan obat dengan resep dokter tunai dilakukan terhadap pasien yang datang langsung ke apotek untuk menebus obat dengan menggunakan resep dokter dengan prosedur sebagai berikut: 1. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep mengucapkan salam dan menerima resep yang diberikan oleh pasien kemudian memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. 2. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. 3. Penetapan harga obat kemudian jika pasien setuju dilakukan pembayaran oleh pasien di kasir. Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan obat. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas akan memberikan salinan resep dan penulisan kwitansi bila perlu. 4. Asisten apoteker pada bagian penyiapan obat dibantu oleh juru resep akan meracik dan/atau menyiapkan obat sesuai dengan resep kemudian diberi etiket dan dikemas. 5. Sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali meliputi nomor resep, nama pasien, nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah dan aturan

52 44 pakai. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan salinan resep sesuai dengan resep aslinya serta pemeriksaan kwitansi. 6. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep, alamat dan nomor telepon pasien dicatat. Pasien diberi informasi yang jelas mengenai aturan pakai obat, cara penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya, serta informasi lain yang diperlukan. 7. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep kemudian resep disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. Penjualan obat dengan resep kredit berdasarkan perjanjian kerja sama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan atau instansi dengan apotek, yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Penagihan dilakukan oleh BM sesuai dengan data yang diberikan oleh apotek pelayanan. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan yaitu: 1. Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. 2. Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien pada bukti penerimaan obat. 3. Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien dan nomor teleponnya pada bukti penerimaan obat. 4. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiap instansi atau perusahaan yang bersangkutan, kemudian dibuatkan lembaran atau syarat penagihan sesuai dengan format yang diminta. Penagihan dilakukan saat jatuh tempo sesuai kesepakatan bersama. Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC baik obat bebas maupun bebas terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut:

53 45 1. Pegawai apotek yang bertanggung jawab terhadap penjualan OTC menerima permintaan barang dari pembeli. 2. Setelah harga disetujui, pembeli membayar ke kasir. 3. Kasir menerima pembayaran dan mencetak struk pembayaran. 4. Barang beserta struk pembayaran diserahkan kepada pembeli 5. Bukti pembayaran untuk penjualan bebas tersebut dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor dan dicatat di laporan hasil penjualan harian Pengelolaan Narkotika di Apotek Kimia Farma 2 a. Pemesanan narkotika Apotek pelayanan melakukan pemesanan sediaan narkotika dan harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masingmasing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan dua lembar kopi SP) dan satu lembar sebagai arsip di apotek. b. Penerimaan narkotika APA diwajibkan menerima narkotika dari PBF atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. APA akan menandatangani faktur tersebut disertai dengan nomor SIK APA, setelah dilakukan kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. c. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma 2 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. Kunci lemari tersebut dipegang oleh penanggung jawab lemari narkotika atau petugas yang ditunjuk. d. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma 2 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma 2 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian dimana apotek menyimpan

54 46 resep asli. Apotek Kimia Farma 2 tidak melayani pembelian narkotika tanpa resep atau salinan resep yang ditulis oleh apotek lain. e. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma 2 dibuat setiap bulan dan selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh APA. Laporan dibuat rangkap empat dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, stempel apotek, yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat dengan tembusan kepada: 1. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) propinsi DKI Jakarta. 2. Kepala Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 3. Penanggung jawab Narkotika PT. Kimia Farma Tradding & Distribution. 4. Arsip apotek. f. Pemusnahan narkotika Pemusnahan narkotika yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 2 dilakukan sesuai dengan tata cara pemusnahan narkotika sesuai dengan undang-undang yang berlaku Pengelolaan Psikotropika di Apotek Kimia Farma 2 a. Pemesanan psikotropika Obat golongan psikotropika dipesan oleh Apotek Kimia Farma 2 melalui BPBA yang dikirimkan ke BM. Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropika. Surat pesanan dibuat rangkap dua yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek..b. Penyimpanan psikotropika

55 47 Obat golongan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terkunci dan terpisah dari sediaan lain. c. Pelayanan psikotropika Apotek Kimia Farma 2 hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma 2 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa disertai resep dokter. d. Pelaporan psikotropika Pelaporan penggunaan psikotropika di Apotek Kimia Farma 2 dibuat setiap bulan dan dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor Surat Ijin Kerja (SIK), serta stempel apotek dengan tembusan kepada: 1) Kepala Kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 2) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta. 3) Arsip apotek. e. Pemusnahan psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

56 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Yang dimaksud praktek kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Hal yang tidak kalah penting adalah bahwa apotek merupakan suatu jenis bisnis retail yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan untuk menutup beban biaya operasional dan menjaga kelangsungan bisnis apotek itu sendiri. Untuk dapat mengelola apotek, seorang apoteker tidak cukup dengan berbekal ilmu teknik kefarmasian saja, karena mengelola sebuah apotek sama saja mengelola sebuah perusahaan. Dibutuhkan kemampuan manajerial yang meliputi pengelolaan administrasi, perbekalan farmasi, sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia. Keberhasilan suatu apotek sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lokasi yang strategis, susunan tata ruang yang baik, struktur organisasi dan job description yang baik, pelayanan yang baik, dan sistem manajemen pengadaan dan penyimpanan, manajemen pemasaran, serta manajemen administrasi atau pencatatan yang baik. Disamping itu, apotek juga merupakan penyedia layanan kesehatan (health care provider) baik obat maupun non obat, dimana apotek akan menjadi tempat praktek profesi yang terlibat dalam memberikan layanan kesehatan terpadu yang dibutuhkan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka perlu peran Apoteker dari drug oriented menjadi patient oriented. Pelayanan patient oriented bertujuan memenuhi kebutuhan pasien tentang hal-hal yang berhubungan dengan obat sehingga kualitas hidup pasien dapat tercapai dan ditingkatkan. PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek menetapkan suatu sistem kebijakan berupa sistem grouping yaitu mengelompokkan tiap apotek pelayanan dalam grup-grup tertentu berdasarkan wilayahnya, dimana dalam satu grup terdapat satu sebagai Bisnis Manager dan apotek pelayanan. Apotek Kimia Farma 2 48

57 49 merupakan salah satu apotek pelayanan yang masuk ke dalam grup Bisnis Manager Jaya 2 (BM Jaya 2) yang berlokasi di Matraman. Apotek Kimia Farma 2 berada di Jalan Senen Raya No. 66 Jakarta Pusat, terletak di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau karena berada di persimpangan jalan raya yang ramai, banyak dilewati angkutan umum. Namun, karena letak apotek yang berada tepat di persimpangan jalan maka sering terlewat oleh pasien yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu, lahan parkir di depan apotek sangat terbatas. Walau terdapat lahan parkir yang terletak di belakang apotek, hal ini tidak banyak diketahui pelanggan dan dapat mempengaruhi pelanggan untuk enggan berkunjung karena merasa kesulitan parkir. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya dipasang papan atau tulisan bahwa tersedia lahan parkir yang terletak dibelakang bangunan sebagai petunjuk untuk pasien yang datang dengan membawa kendaraan. Di sekitar apotek juga terdapat rumah sakit dan praktek dokter, selain itu Apotek Kimia Farma 2 terletak dekat dengan pusat perbelanjaan yaitu Plaza Atrium. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi apotek, karena dapat menarik pelanggan dari rumah sakit, dokter praktek dan pusat perbelanjaan tersebut. Namun, apotek juga memiliki pesaing lain karena di sekitar Apotek Kimia Farma No. 2 Senen juga terdapat apotek lain seperti Apotek Century, Apotek Titi Murni, Apotek Melawai dan lain-lain. Tata ruangan Apotek Kimia Farma No. 2 Senen terdiri dari: a. Ruang tunggu pasien yang cukup bersih dan tenang dan dilengkapi dengan alat penimbang berat badan dan penyejuk ruangan. b. Ruang penerimaan resep dan kasir. c. Ruang Apoteker. d. Ruang administrasi. e. Ruang praktek dokter f. Ruang penyimpanan obat disusun berdasarkan bentuk sediaannya serta dikelompokkan menjadi beberapa kategori antara lain tablet, sirup, injeksi, salep atau krim, tetes mata, termasuk obat generik, obat askes dan obat-obat bebas dipisahkan pada rak berbeda. Obat psikotropik dan narkotik disimpan dalam lemari khusus yang memiliki dua pintu dan terkunci. Suppositoria, sirup kering, hormon, serta tablet yang tidak stabil dalam suhu ruangan disimpan dalam lemari

58 50 es. Dari masing-masing kategori tersebut disusun secara abjad dan farmakologi untuk lebih memudahkan dalam proses pencarian obat. g. Ruang peracikan Apotek Kimia Farma No. 2 Senen terletak di bagian dalam dan terhalang oleh rak-rak obat. Namun, ruang peracikan ini ukurannya tidak terlalu besar sehingga kegiatan peracikan obat seringkali terganggu saat pegawai lain mengambil obat yang disimpan di sekitar ruang peracikan. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya obat-obatan yang jarang diracik tidak disimpan di dekat ruang peracikan. h. Sarana penunjang lainnya seperti toilet, dapur, mushola dan ATM menjadi nilai tambah apotek. Apotek Kimia Farma No. 2 Senen menyediakan swalayan farmasi, dengan adanya swalayan farmasi dapat memberikan beberapa keuntungan diantaranya pelanggan dapat memilih dan mengambil sendiri obat atau barang yang mereka butuhkan dan dengan melihat obat atau barang yang dipajang diswalayan farmasi dapat menimbulkan keinginan pelanggan untuk membeli obat atau barang tersebut. Namun selain itu swalayan farmasi mempunyai beberapa kerugian diantaranya resiko kehilangan obat atau barang cukup besar dan untuk informasi harga obat atau barang tetap harus menanyakan kepada kasir. Kegiatan pengadaan barang di apotek mengikuti sistem yang telah diterapkan oleh PT. Kimia Farma. Pemesanan barang dilakukan melalui Bisnis Manajer (BM). Apotek Kimia Farma No. 2 Senen membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang kemudian dikirimkan ke BM. Jika barang tersedia di gudang BM, maka akan langsung dikirim ke apotek beserta bukti droppingnya. Apabila barang yang dipesan oleh apotek tidak ada di BM, maka BM melakukan pemesanan ke PBF. Untuk jumlah pemesanan barang dalam jumlah besar maka dari PBF akan langsung dikirim ke BM dan dari BM langsung dikirim ke apotek. Dalam dua minggu sekali, apotek hanya membuat BPBA satu kali. Namun ini tidak berarti bahwa semua kebutuhan apotek atas ketersediaan obat dapat teratasi. Jika terdapat kekosongan barang maka apotek dapat melakukan pengadaan barang dengan cara meminta barang antar apotek Kimia Farma melalui bon permintaan barang, baik dalam satu wilayah ataupun antar wilayah bisnis manager. Hal inilah yang disebut dengan dropping. Jika pada apotek Kimia Farma yang lain tidak tersedia obat yang dicari dan kondisinya sangat mendesak, maka Apotek Kimia Farma 2

59 51 Senen dapat membeli barang dari apotek lain di luar jaringan Apotek Kimia Farma tetapi jumlah obat yang dipesan hanya sebanyak permintaan saja. Dengan adanya sistem BM ini, maka apotek pelayanan dapat lebih fokus dalam memberikan pelayanan kefarmasian yang lebih berkualitas karena fungsi-fungsi administrasi seperti pembelian dan keuangan hanya dilakukan oleh BM. Selain itu, sistem BM juga meningkatkan daya tawar (bargaining power) dengan pemasok untuk memperoleh barang dagangan yang lebih murah, karena dengan pembelian barang dalam jumlah besar memungkinkan para pemasok memberikan diskon yang cukup tinggi atau memberikan bonus-bonus khusus sehingga dapat meningkatkan laba apotek. Penerimaan produk obat yang dikirimkan dari BM disesuaikan dengan BPBA kemudian diperiksa jumlah dan jenis obatnya. Produk obat yang sudah diperiksa, kemudian disimpan di kotak obat dan dicatat dikartu stok dengan menuliskan nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Produk obat yang sudah diterima, dimasukkan saldonya ke komputer, sehingga apabila terdapat ketidak sesuaian jumlah fisik dan kartu stok dapat dicek dalam komputer. Penyimpanan produk obat di apotek Kimia Farma 2 dilakukan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) artinya produk atau obat yang datang lebih dahulu, harus dikeluarkan lebih dahulu sedangkan produk atau obat yang terakhir datang diletakkan di belakang atau jika produk atau obat yang memiliki expired date paling dekat dikeluarkan terlebih dahulu, begitu seterusnya. Sistem ini dilakukan agar perputaran produk obat dapat berjalan, sehingga dapat menghindari terdapatnya produk obat yang kadaluarsa. Di apotek Kimia Farma 2 dilakukan pemeriksaan stok opname secara rutin, yaitu setiap 3 bulan sekali sehingga dengan adanya pemeriksaan stok opname ini dapat diketahui kondisi produk atau obat yang ada secara fisik disesuaikan dengan kondisi produk atau obat yang ada di komputer, jika terjadi selisih jumlah maka dapat segera dilakukan evaluasi, selain itu dapat mengetahui obat atau barang yang akan kadaluarsa sehingga dapat dilakukan penanggulangan dengan meretur kepada pemasok atau dilakukan tukar guling dengan obat atau barang yang masa expirenya lebih lama. Tempat penyimpanan obat narkotika dan psikotropika terpisah dengan obat lainnya yaitu di dalam lemari berkunci ganda. Hal ini sesuai dengan tata cara penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang tertulis dalam Permenkes RI

60 52 No.28/I/Per/Menkes/1978. Pemasukan dan pengeluaran narkotika dibuat dalam suatu laporan untuk diarsipkan dan dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. Pada setiap pemasukan dan pengeluaran obat, kartu stok harus selalu diisi sehingga dapat dikontrol persediaan obatnya. Untuk produk atau obat OTC (Over The Counter) pemasukan dan pengeluarannya dicatat dalam kartu stok dan dalam komputer. Namun pada kenyataannya, masih ada yang berbeda antara jumlah pada kartu stok dengan jumlah obat secara fisik. Hal ini dikarenakan masih kurang ketelitian dalam melakukan pencatatan di kartu stok, Sehingga terjadi kekeliruan data pada kartu stok. Hal ini dapat segera diatasi dengan melakukan cek mutasi obat dan saldo komputer. Pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 2 Senen diantaranya yaitu: a. Pelayanan resep tunai Setelah keabsahan kelengkapan resep terpenuhi, petugas akan melihat ketersediaan obat dan melakukan penetapan harga. Dalam hal penetapan harga perlu dikomunikasikan kembali dengan pasien untuk mengetahui kemungkinan obat akan ditebus semua atau sebagian karena alasan pasien tidak mampu membayar. Untuk obat yang tidak dimiliki apotek dan tidak ingin diganti maka petugas akan memberikan salinan resep. Pada saat penyerahan obat pasien diminta untuk memberikan alamat dan nomor telepon. b. Pelayanan resep kredit Resep kredit disini berasal dari beberapa instansi. Dengan adanya permintaan resep kredit yang berasal dari beberapa instansi tersebut tentunya dapat meningkatkan omset dari Apotek pelayanan. Kerjasama ini tentunya didasarkan atas kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya, dimana kesepakatan tersebut dapat dilakukan oleh seorang APA dari Apotek pelayanan sendiri ataupun diatur oleh pihak manajemen. Banyaknya permintaan kredit haruslah disesuaikan dengan jumlah jam dan tenaga kerja yang ada di Apotek dengan tetap memprioritaskan permintaan resep yang berasal dari klinik maupun pasien luar. Kelebihan dari adanya bentuk kerjasama ini biasanya terdapat pada kelonggaran waktu piutang yang ditawarkan oleh pihak Apotek pelayanan (atau Bisnis Manager) kepada pihak perusahaan yang bersangkutan. Pelayanan resep kredit tidak perlu menetapkan harga terlebih dahulu karena sifatnya piutang. Pemakaian obat untuk resep kredit

61 53 diinput dan dikirim ke instansi yang bersangkutan untuk mendapatkan pembayaran hutang. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanannya, apotek Kimia Farma 2 berusaha untuk memberikan pelayanan lebih luas kepada pelanggan, seperti : 1. Menyediakan praktek dokter untuk pasien. 2. Adanya pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) yang ditunjang dengan pemberian informasi yang benar mengenai penggunaan obat, sehingga terhindar dari efek samping obat yang merugikan. Metode yang digunakan meliputi 5 pertanyaan, yaitu untuk siapa obat yang diberikan, apa gejalanya, berapa lama gejala tersebut, tindakan yang telah dilakukan serta obat yang dipakai untuk kondisi yang lain. 3. Adanya pemisahan tempat untuk penjualan alat kesehatan, kosmetika dan obat tradisional. 4. Adanya ruang tunggu yang nyaman, dilengkapi dengan fasilitas televisi untuk mengurangi kejenuhan pasien selama menunggu obat disiapkan. 5. Adanya Delivery service, untuk pasien yang tidak memiliki banyak waktu untuk menunggu maka obat dapat diantar ke alamat pasien.

62 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma No.2, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) memiliki peran yang penting dalam pengelolaan apotek, baik dalam fungsi manajerial maupun sebagai tenaga kesehatan yang menjalankan fungsi profesi. Dalam bidang manajerial, APA berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek. Di samping itu, APA juga melaksanakan fungsi sebagai seorang apoteker dengan menjamin penggunaan obat yang efektif, aman, dan rasional melalui konseling dan pelayanan informasi obat. b. Proses pengelolaan apotek meliputi pengelolaan manajerial dan pelayanan kefarmasian. Pengelolaan manajerial meliputi pengelolaan modal dan sarana apotek, administrasi dan keuangan, serta pengelolaan sumber daya manusia. Pengelolaan di bidang pelayanan kefarmasian meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat, pendistribusian obat, serta pelayanan informasi obat. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.2 yaitu: a. Peningkatan mutu pelayanan agar kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan. b. Evaluasi tingkat kepuasan pasien/konsumen terhadap pelayanan yang diberikan oleh apotek setiap periode tertentu perlu dilakukan dengan cara menyediakan kotak keluhan, saran, dan kritik pasien. 54

63 55 c. Perlunya pelatihan mengenai Good Pharmacy Practice (GPP) bagi seluruh petugas apotek agar setiap petugas mengetahui tentang pentingnya pelaksanaan GPP di apotek. d. Sistem perencanaan pengadaan harus lebih diperhatikan agar tidak terjadi kekosongan stock dan penolakan resep e. Untuk meningkatkan keselamatan kerja pegawai apotek, sebaiknya petugas peracikan obat dihimbau untuk mengenakan alat pelindung diri (masker) ketika melaksanakan tugasnya.

64 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas PP No.26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.184/MenKes/PER/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Umar, M. (2009). Manajemen Apotik Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana 56

65 57 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

66 58 Lampiran 1. Alur Pelayanan Penerimaan Resep Penerimaan Resep Resep Kredit Resep Tunai Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pemberian harga Pemberian nomor urut Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep Bagian Penyiapan obat Obat Jadi Obat Racikan Pemberian etiket Pemeriksaan kesesuaian obat Penyerahan obat disertai pelayanan informasi obat Obat diterima oleh pasien Resep disimpan petugas

67 59 Lampiran 2. Surat Pemesanan Narkotika Lampiran 3. Surat Pemesanan Psikotropika

68 60 Lampiran 4. Laporan Narkotika

69 61 Lampiran 5. Laporan Psikotropika Lampiran 6. Plastik Klip dengan Etiket

70 62 Lampiran 7. Kertas Pembungkus Puyer Lampiran 8. Etiket Obat Dalam Lampiran 9. Etiket Obat Luar

71 63 Lampiran 10. Label Obat Lampiran 11. Kwitansi Pembayaran Resep Tunai

72 64 Lampiran 12. Kopi Resep

73 65 Lampiran 13. Kartu Stok Obat

74 68 Lampiran 14. Lay Out Apotek Kimia Farma No.2 PARKIR BELAKANG P.BELAKANG PARKIR DEPAN PINTU MASUK 14 11

75 69 KETERANGAN LAYOUT APOTEK KIMIA FARMA 2: 1. Swalayan Farmasi 2. Kasir dan Penyerahan Obat 3. Tempat Penyimpanan Obat 4. Tempat Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika 5. Ruangan Racik 6. Meja Pengecekan Resep 7. Meja Penyerahan Obat 8. Ruang Apoteker 9. Ruang Administrasi dan SPV 10. Ruang Praktek Dokter 11. Kursi Tunggu 12. ATM 13. TV dan Alkes 14. Timbangan Berat Badan 15. Dapur 16. Musholla 17. Toilet

76 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 ANALISA KINERJA KATEGORI PRODUK SWALAYAN FARMASI DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 BULAN MARET 2012 MAYA MASITHA, S.Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

77 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Sediaan Farmasi di Apotek Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Obat Psikotropik Obat Narkotika Produk di Area Swalayan Farmasi Cara Display Produk di Area Swalayan Farmasi Pengendalian Persediaan Analisis Pareto... 8 BAB 3. METODE PENGKAJIAN Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengkajian BAB 4. PEMBAHASAN Penataan Swalayan Farmasi di Apotek Kimia Farma No Analisa Kinerja Kategori Produk Swalayan Farmasi di Apotek Kimia Farma No BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

78 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Persentase Volume Rupiah dan Item Total Kelompok Pareto... 9 Tabel 4.1. Penjualan Per Kategori Produk Swalayan Farmasi v

79 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas... 3 Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas... 4 Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas... 4 Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras... 5 Gambar 2.5 Penandaan Obat Narkotika... 6 Gambar 4.1 Grafik Penjualan Produk Swalayan Farmasi v

80 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kategori Produk Suplemen Lampiran 2. Kategori Produk Medicine Lampiran 3. Kategori Produk Vitamin dan Mineral Lampiran 4. Kategori Produk Topikal Lampiran 5. Kategori Produk Alat Kesehatan Lampiran 6. Kategori Produk First Aid Lampiran 7. Kategori Produk Milk and Nutrition Lampiran 8. Kategori Produk Personal Care Lampiran 9. Kategori Produk Beauty Care Lampiran 10. Kategori Produk Drink Lampiran 11. Kategori Produk Soap and Body Wash Lampiran 12. Kategori Produk Skin Care Lampiran 13. Kategori Produk Oral Care Lampiran 14. Kategori Produk Food and Snack Lampiran 15. Kategori Produk Feminine Care Lampiran 16. Kategori Produk Baby and Childcare Lampiran 17. Kategori Produk Hair Care Lampiran 18. Kategori Produk Paper product Lampiran 19. Kategori Produk Majalah v

81 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan). Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan adalah apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006a). Perbekalan farmasi yang disediakan oleh apotek tidak terbatas pada obat-obat yang diberikan dengan resep dokter. Perbekalan farmasi seperti obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen, alat kesehatan, dan kosmetika dapat diperoleh di apotek secara bebas (tanpa resep dokter). Produk-produk tersebut banyak dibutuhkan oleh masyarakat sehingga beredar luas di pasaran. Perbekalan farmasi yang termasuk over trade counter (OTC) dapat diletakkan di bagian swalayan farmasi sehingga memudahkan konsumen dalam memilih produk yang dibutuhkannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan penjualan apotek, khususnya produk swalayan farmasi adalah dengan membuat analisa kategori produk apa yang mempunyai nilai penjualan paling tinggi. Analisa ini dapat dilakukan dengan menggunakan data pareto penjualan apotek. Dari analisa tersebut, dapat diketahui kategori produk apa yang harus disediakan dan dapat mendukung kelengkapan barang yang terdapat di apotek yang menjadi salah satu keunggulan apotek dibandingkan dengan apotek pesaing. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini, calon Apoteker memperoleh kesempatan untuk melakukan analisa terhadap penjualan produk, khususnya produk swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No.2. Analisa 1

82 2 dilakukan dengan melihat persentase penjualan dari masing-masing kategori produk swalayan farmasi dari data penjualan pareto bulan Maret Tujuan Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui kategori produk swalayan farmasi Apotek Kimia Farma No.2 yang mempunyai nilai penjualan paling tinggi.

83 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sediaan Farmasi di Apotek Sediaan farmasi di apotek terdiri dari obat, bahan obat, obat asli indonesia, alat kesehatan, dan kosmetik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Menurut undang-undang No.36 tahun 2009 obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan). Obat yang terdapat di apotek terdiri dari berbagai macam golongan obat sesuai dengan fungsi dan efek yang ditimbulkannya. Pemerintah dalam mengawasi dan mengendalikan keamanan, ketepatan penggunaan dan pendistribusian obat kepada masyarakat membagi penggolongan obat menjadi 5 (lima) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika (Umar, 2011). Pelayanan di apotek meliputi pelayanan obat Ethical dan OTC (Over The Counter). Obat-obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter adalah obat ethical, termasuk didalamnya adalah obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Obat OTC adalah obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Obat OTC terdiri dari obat bebas dan obat bebas terbatas Obat Bebas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006b). Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat bebas adalah parasetamol. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas 3

84 Obat Bebas Terbatas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006b). Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat bebas terbatas adalah CTM. Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut : Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Kemasan Obat Bebas Terbatas Obat Keras (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006b). Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran berwarna merah yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam. Contoh obat keras adalah asam mefenamat.

85 5 Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Obat Psikotropik (Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya ekstasi, meskalin, dan psilosibin. b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin, dan metilfenidat. c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan luminal. d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi

86 ringan dalam mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya derivat diazepam Obat Narkotika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan obat narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah. Gambar 2.5. Penandaan Obat Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009, narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan, yaitu: a. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, misalnya kodein.

87 7 2.2 Produk di Area Swalayan Farmasi (Waltra, 2012) Penjualan di area swalayan farmasi terdiri dari penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC baik obat bebas maupun bebas terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Penyimpanan obat atau barang OTC dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Produk yang dijual bebas diletakkan pada rak-rak dan lemari kaca yang disusun sedemikian rupa agar memudahkan pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan Cara Display Produk di Area Swalayan Farmasi 1. Susun gondola sesuai dengan gambar desain layout yang telah dibuat 2. Susun masing-masing produk sesuai dengan zona produk yang dapat dilihat dari Daftar Master Kategori Produk 3. Zona Non Medicine (Personal and Beauty) terdiri dari: a. Kategori Skin Care b. Kategori Oral Care c. Kategori Soap and Bodywash d. Kategori Hair Care e. Kategori Personal Care f. Kategori Feminine Care g. Kategori Baby and Childcare h. Kategori Milk and Nutrition i. Kategori Paper Product dan Diapers 4. Zona Household terdiri dari: a. Kategori Household b. Kategori Food and Snack c. Kategori Drink 5. Zona Medicine (Health) terdiri dari: a. Kategori Medicine b. Kategori First Aid c. Kategori Topikal d. Kategori Obat Tradisional

88 8 e. Kategori Vitamin dan Mineral f. Kategori Food Suplemen 6. Produk disusun di gondola secara alfabetis. Jika satu jenis produk memiliki 2 (dua) atau lebih ukuran kemasan maka disusun dari ukuran besar kemudian dilanjutkan ukuran kecil dimulai dari kiri ke kanan. 7. Jika satu jenis produk memiliki 2 (dua) atau lebih varian warna maka disusun dari warna gelap dan dilanjut warna terang dimulai dari kiri ke kanan. 8. Untuk produk personal & beauty dalam menyusun selain memperhatikan alfabetis juga memperhatikan bentuk kemasan. Bentuk kemasan yang sama disusun berdekatan kemudian diurut berdasarkan alfabetis (misal: kemasan tube, kemsan dus, kemasan botol, dan lain-lain) sehingga tampilan lebih rapi dan enak dilihat. 2.3 Pengendalian Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan dan akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi suatu obat atau penyediaan dalam perbekalan pengobatan. Persediaan dapat berupa bahan obat, sediaan obat jadi, atau alat-alat kesehatan. Pengendalian persediaan di apotek memerlukan strategi untuk masing-masing item yang memiliki variasi harga dan tingkat konsumsi berbeda agar tercapai pengelolaan persediaan yang efektif dan efisien. Salah satu metode pengendalian persediaan adalah analisis pareto (ABC). Analisis Pareto ABC membagi persediaan berdasarkan nominal penjualannya sehingga pengendalian persediaan lebih difokuskan pada item yang bernilai tinggi daripada yang bernilai rendah. Nilai persediaan yang dimaksud adalah volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit (Quick, 1997). Vilfredo Pareto membagi persediaan menjadi tiga klasifikasi, antara lain (Quick, 1997): a. Kelompok A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelompok A mewakili sekitar 70-80% dari total nilai persediaan (Gupta et al, 2007), meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-20% dari seluruh produk yang ada. Memiliki dampak biaya yang tinggi.

89 9 b. Kelompok B Persediaan yang memiliki volume rupiah menengah. Kelas B mewakili sekitar 15-20% dari total nilai persediaan (Gupta et al, 2007), jumlahnya sekitar 30% dari seluruh produk yang ada. c. Kelompok C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelompok C mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan (Gupta et al, 2007), jumlahnya sekitar 50% dari seluruh produk yang ada. Persentase volume rupiah dan item total kelompok Pareto selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Persentase Volume Rupiah dan Item Total Kelompok Pareto Kelompok % Volume Rupiah % dari Item Total Barang A B C [Sumber : Quick, 1997]

90 BAB 3 METODELOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 Juni hingga 8 Juni 2012 yang bertempat di Apotek Kimia Farma No.2 Jl. Senen Raya No.66 Jakarta Pusat. 3.2 Metode Pengkajian Metode yang dilakukan dalam pengkajian mengenai analisa kinerja kategori produk swalayan farmasi dilakukan dengan menggunakan data pareto penjualan produk swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No.2 pada bulan Maret Data pareto tersebut selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kategorinya yang terdiri dari: 1 Kategori Suplemen 2 Kategori Medicine 3 Kategori Vitamin and Mineral 4 Kategori Topikal 5 Kategori Alat Kesehatan 6 Kategori First Aid 7 Kategori Milk and Nutrition 8 Kategori Personal Care 9 Kategori Beauty Care 10 Kategori Drink 11 Kategori Soap and Body Wash 12 Kategori Skin Care 13 Kategori Oral Care 14 Kategori Food and Snack 15 Kategori Feminine Care 16 Kategori Baby and Childcare 17 Kategori Hair Care 18 Kategori Paper product 19 Kategori Majalah Persentase penjualan dari masing-masing kategori disajikan dalam bentuk diagram dan dilihat kategori produk yang mempunyai nilai penjualan tertinggi. 10

91 BAB 4 PEMBAHASAN Perbekalan farmasi yang terdapat di Apotek Kimia Farma No.2 terdiri dari sediaan ethical dan non-ethical. Sediaan ethical merupakan perbekalan farmasi yang diberikan menggunakan resep dokter. Obat keras, psikotropik, dan narkotik termasuk kedalam obat ethical. Namun, ada beberapa obat ethical yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. Hal ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1176/MENKES/SK/X/1999 tentang Obat Wajib Apotek. Sediaan non-ethical merupakan perbekalan farmasi yang dapat diperjualbelikan secara bebas. Produk non-ethical yang terdapat di Apotek Kimia Farma No. 2 meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen, kosmetika, alat kesehatan, makanan-minuman, sediaan herbal, dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga (misalnya antiseptik, perlengkapan mandi, produk oral care, produk personal care, dan produk baby care). Produk-produk tersebut diletakkan pada bagian swalayan farmasi sesuai dengan kategorinya dengan tujuan memudahkan konsumen dalam mengamati dan memilih produk yang dibutuhkannya. Peletakan produk-produk non-ethical pada swalayan farmasi yang terpisah dari ruang sediaan ethical membuat konsumen merasa lebih bebas dalam berbelanja. 4.1 Penataan Swalayan Farmasi di Apotek Kimia Farma No.2 Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No.2 ditata serapi dan semenarik mungkin sehingga pasien tertarik untuk melihat dan membeli produk yang disajikan. Letak swalayan farmasi terpisah dengan obat ethical yang dapat memberikan kebebasan dan kenyamanan bagi konsumen. Untuk mempermudah konsumen dalam mencari produk yang diinginkan, produk swalayan farmasi ditempatkan sesuai dengan kategorinya. Kategori produk yang terdapat di Apotek Kimia Farma No.2 antara lain adalah: 1. Kategori Produk Suplemen, terdiri dari Nature Pristine, Sea Quill, Nature Bounty, dan lain-lain. 11

92 12 2. Kategori Produk Medicine, terdiri dari obat mukolitik, ekspektoran, dekongestan, obat demam, obat sakit kepala, antasida, dan obat saluran pencernan. 3. Kategori Vitamin dan Mineral, terdiri dari anti oksidan, multivitamin, dan penambah nafsu makan. 4. Kategori Topikal, terdiri dari krim, gel, salep, dan obat tetes mata. 5. Kategori Alat Kesehatan, terdiri dari kursi roda, walking stik, dan alat pengukur glukosa darah. 6. Kategori First Aid, terdiri dari kasa, antiseptik, dan plester 7. Kategori Milk and Nutrition, terdiri dari susu bayi, susu ibu hamil, dan makanan bayi 8. Kategori Personal Care, terdiri dari parfum, roll on, dan kondom. 9. Kategori Beauty Care, terdiri dari facial wash, bedak wajah dan refill. 10. Kategori Drink, terdiri dari minuman kemasan botol, kotak, dan kaleng. 11. Kategori Soap and Body Wash terdiri dari sabun cair, sabun batang, dan scrub. 12. Kategori Skin Care, terdiri dari body lotion, pembersih wajah, dan pelembab. 13. Kategori Oral Care, terdiri dari sikat gigi, pasta gigi, dan larutan pembersih mulut. 14. Kategori Food and Snack, terdiri dari makanan ringan, permen, dan coklat. 15. Kategori Feminine Care, terdiri dari pantyliner, pembalut, dan pembersih daerah kewanitaan. 16. Kategori Baby and Childcare, terdiri dari botol susu bayi, tempat makan bayi, dan bedak bayi. 17. Kategori Hair Care, terdiri dari sampo, conditioner, dan pewarna rambut. 18. Kategori Paper product, terdiri dari tisu dan popok bayi. Swalayan farmasi di Apotek Kimia Farma No.2 telah memiliki luas ruamgan yang cukup memadai sehingga mencegah terjadinya alur yang berantakan. Swalayan farmasi dilengkapi dengan CCTV untuk mengawasi kegiatan yang ada di swalayan. Selain itu, produk-produk yang memiliki harga relatif tinggi disimpan dalam lemari yang dikunci.

93 4.2 Analisa Kinerja Kategori Produk Swalayan Farmasi di Apotek Kimia Farma No.2 Setiap bulan apotek membuat data pareto untuk melakukan pengendalian persediaan. Berdasarkan sistem tersebut, mula-mula dilakukan rekapitulasi data hasil penjualan dari sektor swalayan farmasi pada bulan sebelumnya. Produkproduk swalayan farmasi kemudian dikelompokkan secara berurutan, mulai dari produk dengan nominal penjualan terbesar hingga terkecil. Berdasarkan pengelompokan tersebut, produk-produk swalayan farmasi dapat diklasifikasikan ke dalam kelas pareto A, B, dan C dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kelas A : produk yang memiliki volume penjualan paling tinggi, mewakili sekitar 70-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 20% dari seluruh item. Pengendalian terhadap kelas A dilakukan secara intensif. 2. Kelas B : produk yang memiliki volume penjualan menengah, mewakili sekitar 15-20% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 30% dari seluruh item. Pengendalian terhadap produk kelas B dilakukan secara moderat. 3. Kelas C : produk yang memiliki volume penjualan yang rendah, mewakili sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, namun mencakup sekitar 50% dari seluruh item. Pengendalian terhadap kelas C dilakukan secara sederhana. Data pareto kelas A tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya seperti yang terdapat pada Lampiran 1 hingga 19 dan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.1. Penjualan Per Kategori Produk Swalayan Farmasi No. Kategori Produk Nilai Jual (%) 1. Kategori Suplemen Kategori Medicine Kategori Vitamin and Mineral Kategori Topikal Kategori Alat Kesehatan Kategori First Aid Kategori Milk and Nutrition Kategori Personal Care

94 14 9. Kategori Beauty Care Kategori Drink Kategori Soap and Body Wash Kategori Skin Care Kategori Oral Care Kategori Food and Snack Kategori Feminine Care Kategori Baby and Childcare Kategori Hair Care Kategori Paper product Kategori Majalah Jumlah Gambar 4.1. Grafik Penjualan Produk Swalayan Farmasi Nilai penjualan tertinggi didapatkan oleh kategori produk suplemen dengan nilai 40.57%. Hal ini disebabkan oleh: 1. Setiap produk suplemen mempunyai sales promotion girls (SPG) masingmasing yang secara aktif menawarkan produk mereka kepada setiap konsumen yang datang. 2. Banyaknya brosur dan program promosi dari produk suplemen dapat menarik pelanggan untuk membeli produk tersebut.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

U NIVERSITAS INDONESIA

U NIVERSITAS INDONESIA U NIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI APOTEK ER DI APOTEK ATRIKA JALAN KAR TINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUS AT PERIODE 4 FEBRUARI 1 MARET 2013 DAN 1 24 MEI 2013 LAPORAN PR AKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan suatu negara yang lebih baik dengan generasi yang baik adalah tujuan dibangunnya suatu negara dimana untuk memperoleh generasi yang baik perlu adanya peningkatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci