LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IDIL FARHAN, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34 K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker IDIL FARHAN, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014 ii

3 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh kepada saya. Depok, Juni 2014 Idil Farhan iii

4 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua baik yang dikutip atau dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Idil Farhan NPM : Tanda Tangan : Tanggal : Juni 2014 iii

5 iii

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama No.34 K Jakarta Selatan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Apoteker di Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi. Pada penulisan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Dr. Hayun M.Si., Apt., selaku ketua program profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Pembimbing PKPA yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.. 3. Wahyu Dwi Purnomo, S.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 4. Dr. Katrin M.S., Apt. selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 5. Seluruh Pegawai di Apotek Kimia Farma No.55 Jalan Kebayoran Lama No.34K Jakarta Selatan yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi. 7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan material kepada penulis. 8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia. iv

7 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung ataupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis 2014 v

8 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Idil Farhan NPM : Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan kerja praktek profesi Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farman no. 55 Kebayoran Lama Periode 3 April 10 Mei 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juni 2014 Yang menyatakan (Idil Farhan) vi

9 ABSTRAK Nama : Idil Farhan, S.Farm NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia FArma no. 55 Kebayoran Lama periode 3 April 10 Mei 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker yang diadakan di Apotek Kimia Farma no. 55 Kebayoraln Lama bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik kegiatan teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul pelakasanaan strategi pembelian produk, design layout dan pengelompokan produk di swalayan Apotek Kimia Farma no. 55. Kata kunci : Apotek Kimia Farma no. 55, Apotek, Self Service Tugas umum : ix + 71 halaman; 9 gambar; 21 lampiran Tugas khusus : v + 26 halaman; 8 gambar; 2 tabel; 2 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 10 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 2 ( ) vii

10 ABSTRACT Name : Idil Farhan, S.Farm NPM : Program Study : Apothecary profession Title : Report of Apothecary Profession Internship at Kimia Farma Apotek no. 55 Kebayoran Lama on April 3rd - May 10th 2014 Pharmacists Practice was being held at Kimia Farma Apotek Kebayoran Lama aims to understand the duties and functions of pharmacy manager in pharmacies and to understand the activities in both technical and non-technical pharmacist activity. Given a special assignment titled activity of product buying, layout design and produk categorize at self-service section in apotek Keywords : Kimia Farma Apotek, Pharmacy, self-service General Assignment : ix + 71 pages; 9 pictures; 21 appendices Specific Assignment : v + 26 pages; 8 pictures; 2 table; 2 appendices Bibliography of General Assignment: 10 ( ) Bibliography of Specific Assignment: 2 ( ) viii

11 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Pendirian Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengelolaan Apotek Pelayanan di Apotek Perbekalan Farmasi Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan di Apotek Pengendalian Persediaan di Apotek Strategi Pemasaran di Apotek BAB 3. TINJAUAN UMUM PT. Kimia Farma Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Budaya Perusahaan Logo PT. Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek Layanan Plus Apotek Kimia Farma BAB 4. TINJAUAN KHUSUS Legalitas Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama vi

12 4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran lama Struktur Organisasi dan Personalia di Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Kegiatan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan Non Teknis Kefarmasian BAB 5. PEMBAHASAN Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Personalia Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Kegiatan Administrasi dan Keuangan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Penandaan obat bebas Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas Gambar 2.4 Penandaan obat keras Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC Gambar 3.1 Logo Kimia Farma Gambar 5.1 Alur pelayanan resep viii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Posisi dan struktur organisasi kimia farma pusat Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi. 79 Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat Lampiran 13. Contoh copy resep Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 20. Surat pesanan narkotika Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma 88 Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) ix

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyatakan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah berbagai kegiatan, meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Salah satu sarana pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah di apotek. Apotek merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan yang turut berperan dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Apotek berfungsi sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat dan turut meningkatkan penggunaan obat yang rasional (Departemen Kesehatan RI, 2004). Selain sebagai tempat pengabdian apoteker, apotek juga berfungsi sebagai lahan bisnis. Apotek yang dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan yang cukup besar. Oleh karena itu, apoteker perlu mengetahui konsep managemen dan bisnis di apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik, maka apoteker harus memahami pengelolaan perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan kefarmasian. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker dari tanggal 3 30 April Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman 1

16 2 calon apoteker mengenai peranan apoteker, kegiatan manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek. 1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Jakarta Selatan adalah: 1. Mempelajari kegiatan teknis kefarmasian dan kegiatan non-teknis yang menjadi tanggung jawab apoteker secara langsung di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama. 2. Mempraktekkan pelayanan kefarmasian di apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. e. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 3

18 4 f. No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. g. Undang Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. i. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 2.4 Persyaratan Pendirian Apotek Persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 6 adalah sebagai berikut (Daris, 2008): a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

19 5 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027, 2004): a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga. g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002). Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Peraturan Pemerintah No.51, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002): a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

20 6 Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. j. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.

21 7 2.6 Pencabutan Surat Ijin Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, 2002) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan, seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. c. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang Undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika, Undang Undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, serta ketentuan perundang undangan lain yang berlaku. e. Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Ketentuan mengenai pencabutan izin apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1322/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah :

22 8 a. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan Formulir Model APT-12 dan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13. b. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. c. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. d. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan langsung kepada apotek yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a).

23 9 2.7 Tenaga Kerja Apotek a. Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan apoteker. Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker. b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. 2.8 Apoteker Pengelola Apotek Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menjelaskan apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker. APA adalah apoteker yang telah diberi SIA. Dalam mengajukan berkas permohonan SIA, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker untuk kemudian menjadi APA: a. Fotokopi SIPA; b. Fotokopi KTP; c. Surat pernyataan APA, tentang tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau APA di apotek lain; d. Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan ABRI); e. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir;

24 10 f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja. Surat izin bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA. Seorang apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotek, atau puskesmas atau IFRS. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55): a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas c. kesehatan yang memiliki izin; d. Rekomendasi dari organisasi profesi. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. APA memegang peranan penting dalam perkembangan apotek, berikut beberapa fungsi APA dalam beberapa aspek: a. Fungsi Pengabdian Profesi

25 11 1. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses penggunaan produk farmasi. 2. Memilih bentuk sediaan yang digunakan. 3. Memilih dan menjamin penyediaan produk. 4. Menyediakan & menyerahkan sediaan farmasi untuk penggunaan masyarakat. 5. Memonitor kepatuhan penggunaan produk. 6. Memonitor interaksi & efek samping. 7. Mengontrol bagian peracikan. 8. Menyelenggarakan informasi tentang obat. 9. Mengontrol pelayanan R/ yang telah diserahkan kepada pasien. b. Fungsi Administratif 1. Memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan apotek. 2. Membuat laporan dan surat-menyurat. 3. Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan aktiva apotek. c. Fungsi Kewirausahaan 1. Merencanakan & mengatur kebutuhan barang. 2. Mengatur & mengawasi penjualan. 3. Menentukan kebijakan harga. 4. Meningkatkan permintaan. 5. Memupuk hubungan baik dengan pelanggan. 6. Mencari pelanggan baru. 7. Mengadakan efisiensi dalam segala bidang Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di

26 12 tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. f. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut Pengelolaan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 Pasal 10 dan 11, pengelolaan apotek meliputi : a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, yang meliputi pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan, baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan, bahaya dan atau mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya Pelayanan di Apotek (Depkes RI, 2004) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,

27 13 pelayanan kefarmasian yang ada di apotek terdiri atas pelayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial: 1. Pelayanan Resep a. Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: a) Persyaratan administratif: nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; cara pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. b) Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c) Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat a) Peracikan Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. b) Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c) Kemasan obat yang diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. d) Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat

28 14 dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. e) Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f) Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. g) Monitoring penggunaan obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya. Didalam melakukan pelayanan resep, maka peran apoteker dalam hal ini adalah melakukan 3 Prime Questions kepada pasien, yaitu : a. Apa yang dokter katakan tentang obat anda? b. Apa yang dokter katakan tentang cara pakai obat anda? c. Apa yang dokter katakan tentang harapan setelah anda menggunakan obat? Dengan metode ini, maka akan memberikan arahan kepada petugas apotek dalam menyeleksi pasien yang akan diberikan informasi terkait obat dan sedalam apa informasi yang diberikan. 2. Promosi dan edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk

29 15 penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain lainnya. Metode yang digunakan dalam melakukan pelayanan swamedikasi yaitu metode WWHAM : a. Who is it for? Untuk siapa yang sakit? b. What are the symtoms? Apa gejalanya? c. How long has symtoms occures? Berapa lama gejala tersebut terjadi? d. Action being taken already? Tindakan apa yang dilakukan? Minum obat? e. Medicines for other conditions? Obat yang dipakai untuk kondisi yang lain? 3. Pelayanan residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Perbekalan Farmasi Perbekalan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan, dan kosmetika (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922, 1993). Dalam mengawasi dan mengendalikan keamanan, ketepatan penggunaan, dan pendistribusian perbekalan farmasi terutama obat maka pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan tentang tanda atau simbol untuk membedakan antara satu jenis obat dengan jenis obat lainnya yang beredar di masyarakat. Berdasarkan ketentuan pemerintah, maka obat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras daftar G, psikotropika, dan narkotika. 1. Obat Bebas (Golongan B) Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam, contoh : Parasetamol (Surat Keputusan Menteri

30 16 Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983; Depkes, 2006). [Sumber: Umar, 2012] Gambar 2.1 Penandaan obat bebas 2. Obat Bebas Terbatas (Golongan W) Obat bebas terbatas adalah obat-obatan untuk jenis penyakit yang pengobatannya dianggap dapat ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak begitu membahayakan, terlebih bila mengikuti cara pemakaiannya. Obat ini dapat dibeli di apotek dan toko obat tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam, contoh : CTM (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380, 1983). [Sumber: Umar, 2012] Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas Penyerahannya harus dalam bungkus aslinya untuk mencegah pemalsuan atau penukaran dan disertai tanda peringatan khusus (perhatian). Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu:

31 17 [Sumber: Umar, 2012] Gambar 2.3 Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1 P6) 3. Obat Keras dan Psikotropika (Golongan G) Obat keras adalah bahan-bahan yang disamping berkhasiat menyembuhkan, membunuh hama, menguatkan atau mempunyai khasiat pengobatan lainnya terhadap tubuh manusia, juga berbahaya terhadap kesehatan dan kehidupan manusia apabila digunakan tidak sesuai dengan ketentuan yang benar (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986). Obat-obat ini hanya dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat-obat yang termasuk antara lain (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986): a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pabrik disebutkan Hanya Boleh Diserahkan dengan Resep Dokter b. Semua obat yang digunakan secara parenteral c. Semua obat baru (yang belum tercantum dalam Farmakope Indonesia) d. Semua obat yang dinyatakan obat keras oleh Menteri Kesehatan. Tandanya berupa lingkaran berwarna merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi, contoh: Asam Mefenamat (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396, 1986). Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

32 18 pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh: Fenobarbital, Diazepam (Depkes RI, 2006). [Sumber: Umar, 2012] Gambar 2.4 Penandaan obat keras 4. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (hang over) (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Narkotika ditandai dengan lambang swastika, contoh : Morfin. [Sumber: Umar, 2012] Gambar 2.5 Penandaan obat narkotika 2.13 Pengelolaan Narkotika Dalam Bab III Pasal 6 Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: a. Narkotika golongan I, yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah tanaman Papaver somniferum L (kecuali bijinya), opium, tanaman koka, kokain, tanaman ganja, heroin, desmorfina, dan tiofentanil.

33 19 b. Narkotika golongan II, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadon, petidin, dan morfin. c. Narkotika golongan III, yaitu narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah kodein dan etil morfin. Di Indonesia, pengendalian, dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan. a. Pemesanan Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pemesanan tertulis melalui Surat Pesanan (SP) narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu Surat Pesanan narkotika terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis obat narkotika. b. Penerimaan dan Penyimpanan Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek, dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan

34 20 tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. 2. Harus mempunyai kunci yang kuat. 3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. 4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai. 5. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. 6. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. 7. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. c. Pelayanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien berdasarkan resep dokter (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, 2009). Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI (sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa resep yang mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, disebutkan bahwa: 1. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. 2. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. d. Pelaporan

35 21 Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Dinas Kesehatan setempat (Kota/Kabupaten) selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Propinsi setempat, PT Kimia Farma, dan arsip. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Untuk mempermudah pelaporan narkotika, saat ini telah dibuat sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, RS dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Kab/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Diten Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet (Depkes, 2010). e. Pemusnahan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/MENKES/PER/1978 pasal 9, disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pengobatan dan atau pengembangan penelitian. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, diatur sebagai berikut: a. Apotek yang berada di tingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat. b. Apotek yang berada di tingkat kabupaten/kota disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan tingkat II. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan (BAP) narkotika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat: a. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika.

36 22 c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan APA/pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan para saksi. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementerian Kesehatan dengan tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawasan Obat dan Makanan setempat, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan arsip Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika juga meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan, dan pemusnahan. a. Pemesanan Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No.5 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Dalam Pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan terdiri dari 2 rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip. b. Penyimpanan Obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu persediaan psikotropika. c. Pelayanan Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya,rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter. d. Pelaporan Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai

37 23 dengan UU No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan psikotropika. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA dan dilaporkan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Balai POM/ Balai Besar POM Propinsi setempat. e. Pemusnahan Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, yaitu: berhubungan dengan tindak pidana, obat kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Apoteker wajib membuat berita acara pemusnahan psikotropika paling sedikit rangkap tiga, yang memuat: 1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan. 2. Nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika. 3. Nama seorang saksi dari pemerintah atau seorang saksi dari apotek tersebut. 4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 5. Cara pemusnahan. 6. Tanda tangan APA dan para saksi. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Kementrian Kesehatan dengan tembusan: Kepala Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat, dan arsip Pengadaan Persediaan di Apotek Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya. b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

38 24 c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan ketentuan yang berlaku. Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick, 1997): a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya, obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang menjadi masalah utama, atau obat berharga murah yang jarang digunakan cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang relatif slow moving tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati dan obat-obatan yang harganya sangat mahal maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: d. Pembelian kontan Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual. e. Pembelian kredit Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat diterima apotek. f. Pembelian konsinyasi (titipan obat)

39 25 Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Pengendalian Persediaan di Apotek Pengendalian persediaan merupakan hal sangat penting bagi sebuah apotek. Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara efektif dan efisien. Selain itu, pengendalian persediaan obat yang tepat memliki pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek. Parameter- parameter yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan maksimum, dan perputaran persediaan. a. Konsumsi Rata-rata Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipanen. Walaupun banyaknya permintaan dapat diprediksi, barang dapat menjadi stok mati dapat terjadi apabila salah memperkirakan lead time barang tersebut. b. Lead Time Lead time merupakan waktu tenggang yang dibutuhan mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier yang telah ditentukan. Lead time ini berbeda-beda untuk setiap suplier. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada lead time adalah jarak antara suplier dengan apotek, jumlah pesanan, dan kondisi suplier (Quick, 1997). c. Buffer Stock (Safety stock) Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada

40 26 permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tibatiba (karena adanya wabah penyakit). Buffer stock dapat dihitung dengan rumus : SS = LT x CA Keterangan : SS = Safety stock LT = Lead Time CA = Konsumsi rata-rata d. Persediaan Maksimum Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika kita telah mencapai nilai persediaan maksimum ini maka kita tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinyastok mati yang dapat menyebabkan kerugian. e. Persediaan Minimum Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini, maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok kosong. f. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran persedian ini disebut juga Inventory Turnover (ITOR). ITOR mengindikasikan efisiensi persediaan yang digunakan. Rasio ini mengukur seberapa cepat barang dibeli, terjual, dan tergantikan. Dua kelebihan dari peningkatan ITOR yaitu menurunkan investasi persediaan untuk aktivitas di apotek dan mempercepat pengembalian investasi. Jika suatu barang memiliki angka perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving. Rumus untuk menghitung perputaran persediaan yaitu :

41 27 Nilai ITOR tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Nilai ITOR yang paling ideal yaitu 12. Nilai ITOR ini menunjukan bahwa pada setiap bulan terjadi pertukaran barang. Nilai ITOR yang terlalu tinggi menunjukan bahwa terlalu sering terjadi kehabisan stok. Nilai ITOR = 30 mungkin dapat diterima bila apotek dapat memesan dan menerima barang dengan cepat dari suplier dan tidak ada keluhan kekurangan barang. Nilai ITOR yang terlalu rendah menunjukan bahwa terlalu sering terjadi kehabisan stok. g. Jumlah Pesanan (Economic Order Quantity/ Economic Lot Size) Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus di bangun. Di apotek, jumlah persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal, dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan. Merancang persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality (EOQ) : h. Re Order Point (ROP/ Titik Pemesanan) Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol. Pada keadaan khusus (CITO), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antar apotek dan suplier.

42 28 Rumus perhitungan ROP: ROP = SS + LT Keterangan : ROP = Reorder point SS = Safety stock LT = Lead time [Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali] Gambar 2.6 Diagram model pengendalian persediaan Dalam penentuan prioritas persediaan, ada dua analisis yang digunakan dalam penentuan prioritas pengadaan. Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat berdasarkan nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Semua jenis obat dalam daftar obat dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: 1. V (Vital) Kelompok obat yang berpotensi untuk menyelamatkan kehidupan (life saving drugs) atau untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. Contoh: obat diabetes dan hipertensi. 2. E (Esensial) Kelompok obat yang efektif untuk obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Oleh karena itu, obat-obat golongan ini adalah obat yang fastmoving.

43 29 3. N (Non esensial) Kelompok obat yang digunakan untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan penyakit terbanyak. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain. b. Analisis PARETO (ABC) Disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC: 1. Kelas A Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya hanya sekitar % dari seluruh item. Kelas ini memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif. 2. Kelas B Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar % dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat. 3. Kelas C Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 % dari total penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana. c. Analisa VEN-ABC Mengkategorikan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan obat di mana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan. Analisis VEN-ABC mengkombinasikan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

44 30 [Sumber: Quick, 1997, telah diolah kembali] Gambar 2.7 Matriks analisis VEN-ABC Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan (Quick, 1997) Strategi Pemasaran Apotek Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli memutuskan untuk membeli di apotek. 1. Attention Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan: a. Membuat desain eksterior apotek semenarik mungkin, seperti membuat papan nama yang besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang lewat. b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek. Misalnya, jika apotek berada di lingkungan daerah menengah ke atas, maka desainnya dapat dibuat lebih mewah agar tampak meyakinkan pengunjung di lingkungan tersebut bahwa obat yang dijual lengkap dan berkualiatas. Namun sebaliknya, apabila apotek didirikan di lingkungan menengah ke bawah, maka desain yang dipilih tidak

45 31 perlu mewah agar tidak membuat pengunjung merasa enggan atau ragu untuk datang karena memiliki sugesti obat yang dijual di apotek tersebut mahal. c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior apotek dapat terlihat dari luar. 2. Interest Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk masuk ke dalam apotek, yang dapat dilakukan dengan cara menyusun obat fast moving yang dipajang di ruang tunggu agar dapat menarik pembeli sehingga dapat langsung terlihat oleh pengunjung saat memasuki apotek. Selain itu, obat dapat disusun dengan menarik yaitu dengan memperhatikan warna kemasan dan disusun berdasarkan efek farmakologis. Ruang tunggu juga dapat dibuat nyaman dan bersih sehingga meningkatkan interest. 3. Desire Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, dan m emberikan harga yang bersaing. 4. Action Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek. Pada tahap ini, pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek. Pelayanan yang dapat diberikan antara lain dengan menunjukkan kecepatan pelayanan dan pemberian informasi yang diperlukan.

46 32 BAB III TINJAUAN UMUM 3.1. PT. Kimia Farma Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Sejarah PT. Kimia Farma tidak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah bangsa, dan khususnya perkembangan dunia kefarmasian di Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945, perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda masih beroperasi di wilayah Republik Indonesia. Meskipun Undang- Undang No.74/1975 sudah dikeluarkan, tetapi proses nasionalisasi perusahaanperusahaan tersebut baru dilaksanakan pada tahun Berdasarkan SK Penguasa Perang Pusat No. Kpb/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No /Kab/1958 maka terbentuklah BAPPHAR (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan Farmasi Belanda). Selain itu, BAPPIT (Badan Pusat Penguasaan Industri dan Tambang- Departemen perindustrian) juga turut menerima penyerahan beberapa perusahaan Belanda. Proses berdirinya PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., melalui beberapa tahap sesuai fungsi dan perannya dalam mendukung perekonomian bangsa seiring dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, diantaranya: a. Periode I (Tahun ) Nasionalisasi perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda, meliputi N.V. Chemicalien Handel Rathkamp di tahun 1887, N.V. Pharmaceutische Handel Vereneging J. Van Gorkom di tahun 1865, N.V. Bavosta di tahun 1899, N.V. Bandoengschee Kinine Fabriek di tahun 1896, dan N.V Onderneming Jodium di tahun b. Periode II (tahun ) Perusahaan-perusahaan farmasi milik Belanda diubah statusnya menjadi Perusahaan-perusahaan Negara Farmasi (PNF) berdasarkan PP No. 69/1961 di bawah koordinasi Badan Pimpinan Umum (BPU). PNF yang didirikan yaitu PNF Radja Farma (eks Rathkamp) di Jakarta, PNF Nurani Farma (eks Bavosta) di 32

47 33 Jakarta, PNF Nakula Farma (eks van Gorkom) di Jakarta, PNF Bhineka Kimia Farma di Jakarta, dan PNF Sari Husada di Yogyakarta. c. Periode III (Tahun ) Departemen Kesehatan melebur perusahaan-perusahaan farmasi milik negara tersebut ke dalam Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma berdasarkan Instruksi Presiden No. 17/1971. d. Periode IV (Tahun ) Berdasarkan PP No. 16/1971 yang mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1971, PNF dan Alat Kesehatan Bhineka Kima Farma diubah menjadi BUMN dengan status sebagai perusahaan Perseroan Terbatas (PT) pada tanggal 16 Agustus Pada tanggal 14 Oktober 1971, nama Bhineka Kimia Farma diubah menjadi PT. (Persero) Kimia Farma dengan motto Tumbuh dan Berkembang Bersama Kesejahteraan Masyarakat. e. Periode V (tahun 2001 sekarang) Dalam perkembangannya, pada tanggal 1 Juni 2001, PT. (Persero) Kimia Farma diubah menjadi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yang sebagian sahamnya dimiliki oleh publik. Restrukturisasi juga dilakukan sejak tanggal 4 Januari 2003 dengan mengembangkan dua anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distributor Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk a. Visi Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang strategis. b. Misi Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang: 1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif 2. Perdagangan dan jaringan distribusi 3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan titel farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya dan

48 34 4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan Budaya Perusahaan Dalam menjalankan usaha, PT. Kimia Farma mengacu pada nilai-nilai perusahaan yaitu: a. Inovative, yaitu memiliki budaya berfikir out of the box, smart, dan kreatif untuk menghasilkan produk unggulan berkualitas. Berpikir inovatif tercermin dalam tindakan : 1. Selalu mencari ide-ide baru yang dapat di implementasikan bagi perkembangan perusahaan. 2. Melakukan perbaikan berkala dan berkelanjutan. 3. Selalu proaktif dalam memenuhi keinginan pelanggan dan memberikan solusi bagi mereka. 4. Melakukan peningkatan kompetensi, ketrampilan, dan kreatifitas berkesinambungan. 5. Mengembangkan budaya ingin mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Berani mengambil keputusan inovatif dengan mempertimbangkan resiko dan kajian yang tepat. b. Customer first, yaitu mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja/mitra. Nilai customer first tercermin pada tindakan-tindakan sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan terbaik dan konsisten kepada semua kalangan pelanggan. 2. Selalu memberikan pelayanan dengan tepat waktu, tepat isi dan tepat guna. 3. Selalu sabar dalam mendengarkan keluhan dan sedapat mungkin memberikan solusi pada saat itu juga. c. Accountabile, yaitu memegang teguh amanah perusahaan dengan bekerja profesional, memelihara integritas dan membangun kerjasama. Nilai accountability tercermin dalam tindakan sebagai berikut : 1. Menjaga perilakuk dan etika kerja untuk menjaga kestabilan suasana kerja kondusif. 2. Berani mengakui dan mempertanggungjawabkan kesalahan yang dilakukan.

49 35 3. Selalu mendahulukan kerjasama tim di atas kepentingan pribadi. 4. Bersedia melakukan tugas di luar pekerjaan utama jika dieprlukan untuk kepentingan tim kerja dan perusahaan. 5. Selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang dapat diaplikasikan ke perusahaan. 6. Mengontrol dan memastikan seluruh proses kerja maupu keputusan yang telah ditetapkan dan dijalankan sesuai dengan target dan ketentuan. d. Responsibile, yaitu bertanggungjawab bekerja tepat waktu, tepat target, dan menyerahkan hasil kerja berkualitas dengan menyertakan semangat pantang menyerah dan bijaksana saat menghadapi masalah. Nilai responsible tercermin dalam tindakan sebagai berikut : 1. Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu sesuai SOP. 2. Mengatasi masalah tanpa ditunda. 3. Berani mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi dan melakukan perbaikan. 4. Menyelesaikan target kerja sesuai KPI. 5. Berperilaku positif untuk menjaga reputasi perusahaan. e. Eco-friendly, yaitu membangun sistem dan perilaku ramah lingkungan. Nilai eco-friendly tercermin dalam tindakan sebagai berikut : 1. Bekerja dengan penuh kepedulian untuk keberlangsungan keseimbangan lingkungan. 2. Peka terhadap lingkungan sekitar dan memberikan solusi terhadap masalah lingkungan. 3. Berkerja efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya. 4. Kepedulian terhadap pengelolaan limbah dengan benar. 5. Menghasilkan output yang aman bagi kelangsungan hidup bersama Logo PT. Kimia Farma Gambar 3.1 Logo Kimia Farma

50 36 a. Simbol matahari 1. Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang lebih baik. 2. Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. 3. Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah barat secara teratur dan terus-menerus, memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. 4. Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. 5. Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. b. Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma yang disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. c. Sifat huruf 1. Kokoh, memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. 2. Dinamis, dengan jenis huruf itallic memperlihatkan kedinamisan dan optimisme. 3. Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.

51 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan dari PT. Kimia Farma Tbk yang bergerak dibidang retail farmasi. PT. Kimia Farma Apotek didirikan pada 4 Januari 2020, dengan tujuan pengelolaan apotek-apotek milik perusahaan yang ada, sebagai upaya peningkatan konstribusi penjualan untuk memperbesar penjualan konsolidasi PT. Kimia Farma (Persero). PT. Kimia Farma Apotek membawahi 37 Unit Bisnis dan 512 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Tiap-tiap Unit Bisnis membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya Visi dan Misi PT Kimia Farma Apotek a. Visi Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masayarakat di Indonesia. b. Misi Misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: 1) Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi apotek, klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. 2) Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal 3) Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee Based Income) Struktur Organisasi Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Managing Director yang membawahi dua direktur, yaitu Direktur Operasional dan Direktur Keuangan, Umum dan SDM. Direktur operasional membawahi Business Manager (BM). Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah dan bertugas melaksanakan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktifitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam satu group daerah. Selain itu, BM juga melaksanakan kegiatan pengadaan dan penyimpanan barang, pendistribusian barang serta pengumpulan data kegiatan

52 38 untuk semua apotek dalam group daerahnya. Sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan, tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang, namun barang diperoleh dari Apotek BM sehingga kegiatannya hanya terfokus pada pelayanan. Dengan adanya Business Manager (BM) maka dapat ditingkatkan efisiensi modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek pelayanan secara terpadu. Selain itu diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi tujuh Business Manager, yaitu: a. Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman. c. Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. d. Business Manager Tanggerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tanggerang. e. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. f. Business Manager Bekasi, membawahi wilayah Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 284 Jl. Siliwangi No. 86 A, Bekasi. g. Business Manager Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi dan Cianjur dengan BM di Jl Veteran II/2, Sukabumi Business Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para Pharmacy Manager (PhM), supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing Layanan Plus Apotek Kimia Farma a. Merespon perubahan yang terjadi di masyarakat, khususnya menyangkut peningkatan kesadaran kesehatan, Kimia Farma telah mencanangkan perubahan paradigma menjadi Health Care Company. Hal ini ditandai

53 39 dengan pengembangan usaha baru dilayanan laboratorium klinik dan klinik kesehatan. b. Apotek Kimia Farma yang berjumlah ± 400 Apotek Pelayanan yang berorientasi One Stop Service Provider untuk komunitas disekitarnya. Dengan demikian, apotek Kimia Farma tentunya tidak lagi sekedar menyediakan obat, tetapi juga menawarkan penunjang diagnosa dan pemeliharaan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat. c. Paradigma baru menyangkut pelayanan kesehatan itu terus dikembangkan, antara lain dengan terus meningkatkan jumlah layanan swalayan farmasi di apotek serta penambahan ruang praktek dokter dan kenyamanan.

54 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS 4.1 Legalitas Apotek Kimia Farma No. 55 Apotek Kimia Farma No. 55 merupakan satu dari 17 apotek pelayanan yang berada di bawah koordinasi unit Business Manager Jaya I. Apotek ini didirikan dengan aspek legal berupa SIPA (Surat Izin Pengelolaan Apotek) dan SIA (Surat Izin Apotek) yang dikeluarkan oleh suku dinas kesehatan Jakarta Selatan. Apotek Kimia Farma No. 55 berdiri dengan SIA 114/2013 dengan seorang APA (Apoteker Pengelola Apotek) atas nama Dewi Yuliyanti, S.Far., Apt. yang memiliki SIPA 8780/ Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No.55 terletak di Jalan Kebayoran Lama No. 34 K Jakarta Selatan. Apotek ini didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat sekitar, peserta jaminan BPJS, dan pelayanan obat bagi asuransi kesehatan karyawan seperti perusahaan Bank Mandiri dan Gramedia. Apotek berada di lokasi yang strategis dan mudah dicapai oleh masyarakat, karena apotek terletak di tepi jalan raya dua arah yang mudah dijangkau kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Selain itu, apotek ini berada di daerah yang cukup ramai dimana terdapat praktek dokter, rumah sakit, perkantoran, dan pemukiman penduduk yang dapat turut menunjang keberhasilan apotek. Desain luar apotek Kimia Farma No. 55 dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma Apotek dimana bagian depan apotek dilengkapi dengan papan nama apotek Kimia Farma dengan warna biru tua dan logo jingga dengan tulisan Kimia Farma. Hal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah untuk menemukan apotek. Selain itu, juga tersedia area parkir yang cukup luas, yang dikhususkan untuk pengunjung apotek. Bangunan apotek terdiri dari 4 lantai yang dilengkapi dengan pendingin ruangan. Lantai dasar terdiri dari apotek, swalayan farmasi, dan direncanakan akan dipersiapkan untuk klinik umum. Lantai 1 direncanakan akan dipersiapkan untuk klinik spesialis anak, spesialis kandungan, laboratorium klinik dan mushola. Lantai 40

55 41 2A direncanakan akan dipersiapkan untuk spesialis mata, spesialis THT, spesialis penyakit dalam, poli gigi dan laboratorim klinik. Lantai 2B dikhususkan untuk klinik kecantikan. Ruangan yang ada di apotek juga dilengkapi dengan pendingin udara dan penerangan yang baik sehingga memberikan kenyamanan baik bagi petugas apotek maupun pasien. 4.3 Struktur Organisasi dan Personalia Struktur organsisasi Apotek Kimia Farma berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Secara umum, struktur organisasi di semua Apotek Kimia Farma sama, namun masing-masing apoteker pengelola apotek (APA) memiliki wewenang untuk menyesuaikan struktur organisasi dengan kondisi dan sarana yang dimiliki. Apotek Kimia Farma No. 55 dipimpin oleh seorang APA yang dibantu oleh 1 orang apoteker pendamping, dan 15 orang asisten apoteker. Semua karyawan di apotek bertanggung jawab sepenuhnya kepada APA. Sedangkan APA bertanggungjawab kepada BM atas semua kegiatan kefarmasian yang dilakukan di apotek. Untuk efisiensi dan efektivitas kerja, diterapkan pembagian tugas dan tanggung jawab di setiap bagian, sebagai berikut : Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker pengelola apotek bertanggungjawab terhadap semua kegiatan yang terjadi di apotek, baik di bidang teknis kefarmasian, administrasi, maupun bidang ketenagakerjaan. Tugas dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek adalah : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek dan bertanggungjawab terhadap pengembangan serta kelangsungan hidup apotek. b. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan target yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan anggaran dana yang dibutuhkan serta mengusahakan kebijaksanaan dan strategi kerja agar program yang telah ditetapkan dapat terlaksana dengan baik. c. Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, melalui pelayanan teknis farmasi dan informasi.

56 42 d. Mengelola, melaksanakan, dan mengawasi administrasi yang meliputi administrasi-administrasi umum, kefarmasian, keuangan, dan personalia. e. Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku, seperti pelaporan bulanan narkoti ka. f. Melakukan kegiatan pengembangan dengan jalan mengikuti dan merencanakan usaha pengembangan apotek, meningkatkan pelaksanaan dan kegiatan usaha di bidang manajemen apotek. g. Membuat laporan dan memberikan data kegiatan apotek kepada BM Jaya I Apoteker Pendamping Apoteker Pendamping yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apotek ini mempunyai satu orang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Asisten Apoteker (AA) Dalam melaksanakan kegiatan di apotek AA bertanggung jawab langsung kepada APA. Tugas dan tanggung jawab dari seorang asisten apoteker meliputi: 1. Menyiapkan permintaan resep (menimbang, meracik, dan mengemas, etiket) sesuai permintaan resep. 2. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian obat. 3. Membuat kuitansi dan salinan resep (copy resep) untuk obat yang perlu diulang, obat yang baru diserahkan sebagian, obat yang belum diserahkan atau atas permintaan pasien. 4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk. 5. Mengontrol persediaan obat diruang racik. 6. Mengisi buku defekta bila persediaan obat sudah hampir habis. 7. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan informasi lain yang diperlukan. 8. Pada keadaan darurat dapat menggantikan pekerjaan kasir, melayani penjualan obat bebas dan menggantikan juru resep. 9. Mencatat barang yang masuk dan keluar berdasarkan kartu stok.

57 Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemeliharaaan dan sanitasi atau kebersihan di ruang peracikan. 4.4 Kegiatan Apotek Apotek Kimia Farma No. 55 memberikan pelayanan setiap hari selama 24 jam. Jam kerja pegawai terbagi dalam 3 shift yaitu shift pagi dimulai dari jam dan shift siang jam serta shift malam jam Sebagai apotek pelayanan, kegiatan utama yang dilakukan meliputi kegiatan kefarmasian baik yang bersifat teknis maupun non teknis Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yaitu terkait pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pemusnahan perbekalan farmasi. 1. Pengadaan Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan secara selektif menggunakan sistem pareto, yaitu sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku atau berdasarkan nilai rupiah barang. Jadi, barang dipesan berdasarkan pada kebutuhan dan seringnya barang tersebut dicari orang. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penumpukan barang yang berlebih. Keuntungan lain dari sistem pareto adalah perputaran modal menjadi cepat, menghindari kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang. Selain berdasarkan analisis pareto, pengadaan perbekalan farmasi di apotek juga di dasarkan pada musim, pola penyakit di wilayah sekitar apotek dan frekuensi permintaan dokter terhadap perbekalan farmasi tersebut. Obat, alat kesehatan, dan barang-barang HV (Handverkoop) yang tinggal sedikit atau sudah habis dicatat pada buku defekta dan statusnya tertulis pada data shaf di komputer, kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan pada data shaf. Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya. Barang-

58 44 barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya dibuat sebagai Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I). Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) melalui Kimia farma Information System (KIS). Di Apotek Kimia Farma no. 55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jum at. Jika barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan diantarkan langsung pada apotek sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan mebuat SP ke PBF yg menjual obat tersebut, barang dari PBF akan disimpan di gudang selanjutnya di drop ke apotek yang memesan, namun jika pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung mengirimkan ke apotek yang memesan. Di apotek Kimia Farma no. 55, barang dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari jum at. Namun, bila permintaan barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode pemesanan, maka dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, pemesanan dilakukan oleh apotek melalui Surat Pemesanan (SP) khusus yang harus ditandatangani oleh APA. Untuk pemesanan narkotika, satu lembar SP hanya diperbolehkan untuk memesan satu jenis produk, kemudian barang akan dikirimkan langsung oleh PBF khusus untuk narkotika yaitu Kimia Farma ke apotek. Untuk pemesanan psikotropika, satu SP boleh mencantumkan lebih dari satu jenis produk, kemudian barang dikirimkan langsung oleh PBF yang diunjuk ke apotek. Pengadaan yang dilakukan oleh apotek dapat dikelompokkan menjadi pengadaan rutin, pengadaan mendesak, pengadaan tunai, dan konsinyasi. Untuk pengadaan yang bersifat sangat mendesak, apotek juga dapat meminta langsung dari apotek Kimia Farma terdekat yang berada pada naungan BM yang sama, barang dapat diambil langsung di apotek Kimia Farma tertentu dan stok barang di masing-masing apotek kimia farma disesuaikan dengan menggunakan sistem droping. 2. Penerimaan Perbekalan Farmasi

59 45 Perbekalan farmasi yang datang dari BM akan diterima oleh petugas apotek yang ada. Hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas penerima barang adalah memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke apotek, mengecek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan nama barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya barang yang dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga dilakukan untuk pemeriksaan yang lebih lengkap. Jika sudah maka paraf ttd, nama petugas yang menerima barang, tanggal penerimaan, dan waktu kedatangan barang, untuk obat golongan psikotropika dan narkotika disertakan juga SIK APA. Setelah proses pengecekan dan penerimaan selesai, dilakukan proses Droping dengan menggunakan sistem KIS untuk memasukkan stok barang yang terkini setelah barang ditambahkan. Jika barang berasal dari PBF langsung, apabila barang yang diterima telah sesuai, faktur diberi stempel blok penerimaan barang, dan faktur diberi nomor. Faktur yang asli diserahkan ke PBF sebagai tanda terima dan akan digunakan sebagai alat tagih. Dua salinannya ditinggal di apotek untuk arsip, dan untuk diserahkan ke apotek administrator. Kemudian seluruh transaksi pembelian dimasukkan ke dalam data komputer pada kolom administrasi pembelian. Jika barang yang datang dari PBF tidak sesuai dengan surat pesanan, maka dibuat surat retur untuk kemudian barangnya dikembalikan ke distributor yang bersangkutan untuk selanjutnya ditukar. Namun, bila barang tersebut berasal dari BM maka di buat retur ke BM. 3. Penyimpanan Perbekalan Farmasi Secara garis besar apotek kimia farma No. 55 dibagi menjadi 2 Layout utama, yaitu area swalayan dan farmasi (ethical). Area swalayan terdiri dari golongan obat-obat bebas dan bebas terbatas, alat kesehatan serta produk kesehatan lainnya. Secara detail, pada area swalayan seluruh produk disusun dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah skin care, soap and body wash, hair care, oral care, personal care, traditional medicine, medicine, vitamin and mineral, topical, first aid, baby diapers, baby and child care, milk and nutrition, food supplement, adult diapers dan paper product. Kemudian pada tiap kategori tersebut, produk disusun berdasarkan abjad. Pada

60 46 swalayan farmasi ini juga menyediakan informasi bagi pasien berupa brosur/ leaflet. Sedangkan pada area farmasi terdiri dari obat-obat ethical yang terdiri dari obat golongan G, narkotika, psikotropika dan obat-obat yang membutuhkan penanganan khusus seperti sediaan supositoria dan insulin. Pada area farmasi ini obat-obat dikelompokan berdasarkan farmakologinya dan pada setiap kelompok farmakologi disusun kembali berdasarkan abjadnya. Pengelompokkan pada area farmasi ini terdiri dari vitamin, generic, antibiotik, pencernaan, hormon, antidiabetes, kolesterol, kontrasepsi, narkotika, dan psikotropika, dan in health. Sebagian obat-obat pada area ini juga disusun berdasarkan bentuk sediaannya yaitu inhaler, tetes mata, tetes hidung, sediaan semi solid, sediaan cair dan sediaan yang membutuhkan suhu lemari pendingin dalam penanganannya. Jadi, Penyimpanan sediaan farmasi di apotek kimia farma No. 55 disusun berdasarkan kelas terapi (sifat farmakologis), keamanan, bentuk sediaan, suhu stabilitas, dan disusun secara alfabetis. Di area farmasi ini juga terdapat serangkaian kegiatan yang meliputi: penerimaan, pengawasan, pengendalian persediaan, dan pengeluaran obat. Di area ini juga terdapat lemari penyimpanan sediaan farmasi yang terdiri dari: 1. Lemari penyimpanan obat ethical/ prescription drugs berdasarkan kelas terapi dan obat yang sering diresepkan dokter. 2. Lemari penyimpanan obat narkotika yang terkunci 3. Lemari penyimpanan obat psikotropika yang terkunci 4. Lemari penyimpanan obat-obat mahal yang terkunci 5. Lemari penyimpanan bahan baku obat 6. Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi 7. Lemari penyimpanan sediaan obat tetes/drops dan lotion 8. Lemari penyimpanan sediaan salep dan tetes mata 9. Lemari penyimpanan sediaan injeksi dan infus 10. Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti: suppositoria, serum, vaksin, insulin, dan tetes mata tertentu. Setiap AA bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan/stok

61 47 obat yang ada di lemarinya. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus selalu diinput ke dalam komputer dan dicatat pada kartu/ buku stok, meliputi tanggal pengisian/ pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi/ diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian/ pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi serta diletakkan di masing-masing kotak obat/ barang. 4. Penyaluran Barang Penyaluran perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 meliputi: a. Penjualan obat atas resep tunai Alur prosedur pelayanan resep tunai dimulai dengan diterimanya resep oleh petugas apotek (Asisiten Apoteker), selanjutnya dilakukan pemeriksaan kelengkapannya, kemudian diperiksa stok barangnya. Bila barang tersedia, maka petugas akan menghitung dan menginformasikan harga obat kepada pasien. Bila pasien setuju, pasien akan membayar harga obat, kemudian masing-masing resep dimasukkan ke dalam komputer, meliputi nomor urut resep, nama dokter, nama pasien, alamat pasien, harga dan jumlah obat yang dibeli. Kemudian obat disiapkan oleh bagian peracikan dan diberi etiket beserta aturan pakainya yang jelas. Setelah semuanya siap, maka dilakukan pemeriksaan ulang sebelum diserahkan kepada pasien. Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan informasi yang dibutuhkan serta salinan resep/kuitansi apabila diperlukan. Petugas yang melakukan peracikan, masing-masing harus menandatangani kolom-kolom harga, timbang/ racik, periksa, etiket, kwitansi/copy resep, ambil dan serah yang tersedia dalam print-out resep, sesuai dengan tugas yang dikerjakannya. b. Pelayanan obat tanpa resep dokter Pelayanan ini dilakukan berdasarkan permintaan langsung dari pasien. Biasanya terdiri dari obat-obat wajib apotek yang dapat diberikan tanpa resep dokter atau obat-obat Untuk Pengobatan Diri Sendiri (UPDS), asisten apoteker terlebih dahulu akan menanyakan keluhan, gejala penyakit, dan juga menanyakan nama serta alamat pasien. Pada print-out pembayarannya ditempelkan formulir UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) yang kemudian dikumpulkan dan diarsipkan setiap hari.

62 48 c. Pelayanan obat-obat narkotika dan psikotropika Pelayanan obat-obat narkotika hanya dapat dilakukan jika terdapat resep asli dari dokter. Resep yang diterima harus mencantumkan nama dokter, alamat, nomor SIP (Surat Izin Praktek), serta nama dan alamat pasien secara lengkap. Resep tersebut harus dipisahkan penyimpanannya, dan dibawah nama obatnya harus diberi tanda merah. Jika obat yang dibeli tidak seluruhnya, maka harus dibuatkan salinan resepnya dan hanya dapat ditebus kembali di apotek yang sama. Pengadaan dan penyerahan obat-obat narkotika harus dilaporkan setiap bulannya. d. Penjualan obat dengan resep kredit Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu instasi atau perusahaan untuk pasien dari instasi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS), dimana pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui faksimili, telepon, selanjutnya dibuat salinan resep atau pasien datang sendiri membawa resep yang telah diberikan oleh dokter perusahaan. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: 4. Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya maka tidak dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 5. Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai. Resep diberi nomor secara urut dalam lembar pemeriksaan proses resep. 6. Pada saat penyerahan obat, diminta tanda tangan pasien pada lembar tanda terima obat. 7. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiap instansinya dan dibuatkan lembar atau syarat penagihan sesuai dengan format yang diminta. Penagihan dilakukan saat jatuh tempo sesuai kesepakatan bersama. e. Pelayanan obat di swalayan farmasi untuk produk OTC (Over The Counter)

63 49 Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang yang dapat dibeli secara bebas namun petugas apotek memiliki kewajiban untuk tetap memberikan pengarahan, solusi terkait pemilihan serta informasi mengenai obat. Informasi yang diberikan biasanya meliputi dosis, cara, dan waktu pemberian yang benar, adanya kemungkinan efek samping, dan kontraindikasi obat bila ada. f. Pelayanan PRB (Program Rujuk Balik) Mulai bulan maret 2014, Apotek Kimia Farma No. 55 melayani resep untuk pasien peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Resep yang dilayani didasarkan pada Formularium Nasional yang diterbitkan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) tahun g. Pelayanan Delivery Order Apotek Kimia Farma No. 55 juga memiliki layanan pesan antar. Pemesanan dilakukan via telpon ke nomer Dalam sistem delivery ini ada persyaratan yang harus diperhatikan oleh pemesan adalah bahwa sistem ini hanya berlaku untuk pembeliaan obat atau produk di Apotek Kimia Farma No. 55 dengan minimal pembeliaan Rp Radius yang bisa dilayani berada dalam jarak 3 km pada jam sd Sistem pembayaran yang diberlakukan oleh sistem delivery order ini adalah COD (Cash On Delivery). 5. Standard Pelayanan Apotek Kimia Farma No.55 memiliki standard pelayanan yang telah mengakar menjadi etika dalam memperhatikan pelanggan. Standard pelayanan tersebut tercermin dalam bentuk costumer first, yaitu greeting kepada pelanggan saat pelanggan masuk dan keluar dari apotek. Begitu juga greeting saat menerima telepon dan mengakhirinya. Greeting saat pelanggan masuk ke dalam apotek Selamat datang di Kimia Farma (kedua telapak tangan dirapatkan dan diletakan di depan dada). Greeting saat pelanggan keluar apotek Terimakasih, semoga sehat selalu (tangan kanan diletakan di dada sebelah kiri). Greeting saat menerima telepon Selamat pagi/ siang/ sore/ malam.. Apotek Kimia Farma Kebayoran Lama, dengan (sebut nama). Ada yang bisa dibantu?. Greeting saat mengakhiri telepon Terimakasih (sebut nama penelpon jika mengenal) Semoga sehat selalu.

64 50 6. To Achieve GPP (Good Pharmaceutical Practice) Dalam mewujudkan apotek yang berkualitas, Apotek Kimia Farma No.55 terus senantiasa meningkatkan kualitas sarana prasarana, pelayanan dan managerialnya sesuai standard GPP yang dibuat oleh Kimia Farma Apotek. Standard GPP yang diterapkan mengacu kepada standard GPP internasional perapotekan. Tujuan dari penerapan ini adalah untuk menjadikan Apotek Kimia Farma yang memenuhi standard Apotek internasional yang baik suasananya, pelayanan dan managemennya. Aspek-aspek yang dijadikan penilaian meliputi : 1. Aspek gedung/bangunan (bangunan, ruangan, peralatan, dan alat bantu layanan). 2. Aspek tenaga kerja (ketenagaan, mutu proses, dan pembelajaran). 3. Aspek pelayanan (layanan resep, layanan UPDS, monitoring dan home care), legalitas (hokum, etika dan regulasi) dan KIE (informasi obat dan edukasi masyarakat, serta mencegah obat yang tidak rasional). Penilaian GPP ini dilakukan melalui audit internal dari pihak Apotek Kimia Farma No.55 yang independen. Hasil audit ini berupa skor 1-8. Jika skor sudah mencapai 8 maka apotek tersebut siap untuk dilakukan audit eksternal oleh pihak suku dinas kesehatan Jakarta Selatan. 7. Sistem pelaporan narkotika dan psikotropika Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yaitu program SIPNAP. Sistem pada program ini memiliki bagian-bagian yang terintegrasi, yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Program SIPNAP ini dapat diakses melalui komputer yang telah terhubung internet dengan memasuki website menggunakan username dan password yang sudah terdaftarkan. Unit pelayanan kesehatan dalam hal ini Apotek Kimia Farma No.55 mengunduh terlebih dahulu format laporan penggunaan narkotika atau

65 51 psikotropika melalui menu import narkotika atau import psikotropika setelah login. Unit pelayanan kesehatan melakukan pengisian laporan tersebut, kemudian memasukkannya ke program SIPNAP melalui menu import, submenu import narkotika atau import psikotropika. Pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota akan mendapatkan username dan password dari pusat untuk dapat login ke dalam program ini. Pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melihat datadata unit pelayanan kesehatan yang telah mendaftar pada menu data unit layanan, submenu data unit layanan. Selain itu, pada menu ini pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota juga dapat mengubah apabila ada perubahan data atau kesalahan pada data yang telah diisi oleh unit-unit tersebut pada saat mendaftar atau menghapus data-data tersebut. Pada menu import, submenu import narkotika atau import psikotropika juga dapat dilakukan pengubahan atau penghapusan data. Persetujuan registrasi/pendaftaran unit pelayanan kesehatan dapat dilakukan pada menu approval unit layanan, kemudian pilih unit layanan yang akan disetujui Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan berupa administrasi harian dalam bentuk : 1. Administrasi keuangan a. Bukti Setoran Kas (BSK) Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari APA atas hasil penjualan tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh APA. b. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan OTC, UPDS, HV, debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh APA. Khusus untuk laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta direkap tiap bulan. c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)

66 52 Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil (petty cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk pembayaran listrik, air, bensin, keamanan dan lain-lain. Laporan ini dibuat oleh bagian administrasi yang ditunjuk dan diketahui oleh APA, biasanya laporan ini divalidasi tiap 2 minggu. 2. Administrasi barang Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian (faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA), Surat Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan stock opname dan lain-lain. 3. Administrasi Sumber Daya Manusia (SDM) Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja, absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.

67 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah memenuhi syarat sebagai apoteker pengelola apotek sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek Kimia Farma no.55 merupakan apotek pelayanan di bawah Bisnis Manager wilayah Jaya 1. Apotek Kimia Farma no. 55 berlokasi di Jalan Raya Kebayoran Lama no. 34K Jakarta Selatan. Apotek ini mudah diakses karena terletak di tepi jalan dua arah dan dekat dari pusat aktivitas masyarakat seperti pasar, stasiun, Bank, dan rumah sakit sehingga lokasi apotek ini dapat dikatakan strategis. Apotek Kimia Farma no. 55 berada di sebuah ruko empat lantai, lantai dasar digunakan untuk apotek itu sendiris dan juga direncanakan untuk ruang praktik dokter umum, lantai 1 hingga lantai 2A direncanaan diperuntukkan untuk praktik dokter lainnya (dokter gigi, dokter anak, dokter THT, dokter mata, dan laboratorium klinik, dan untuk lantai 2B telah diperuntukkan untuk praktik dokter kecantikan. Untuk ruangan apoteknya sendiri dibagi menjadi dua area utama, yaitu area swalayan dan area etichal/peresepan. Pada area swalayan ini pasien dapat memilih sendiri obat atau produk lain yang dibutuhkan. Area ini menyediakan obat golongan bebas dan obat golongan bebas terbatas, alat kesehatan, dan banyak produk lainnya yang telah ditata rapi berdasarkan kelompok-kelompok tertentu seperti oral care, skin care, soap and body wash, medicine yang berisi obat-obat bebas dan bebas terbatas, tradisional medicine, vitamin dan mineral, personal care, food supplement, peralatan PPPK, baby and child care, milk and nutrition, dan produkproduk yang diproduksi oleh kimia farma (marcks, venus, fitocare, enzymfort, dasabion dan lain-lain). Area selanjutnya adalah area ethical. Area ini terdiri dari counter penerimaan resep, pelayanan transaksi (kasir), penyerahan resep, meja konsultasi, tempat peyimpanan obat, dan tempat peracikan obat. Obat yang disimpan di area ethical ini adalah obat-obat golongan keras, narkotika, psikotropika, hormon, vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam penyimpanannya 53

68 54 (misalnya di dalam lemari es). Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi (Hormon, antidiabetes, kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi, antibiotik, pernafasan, analgesik), generik, bentuk sediaan (sirup dan sirup kering antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes telinga, inhaler, nebule), obat-obat untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth) dan penyimpanan khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing obat dalam kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan warna tertentu untuk memudahkan pencarian. Ruang racik terletak dibagian dalam dari ruang ethical. Ruang racik ini tertutupi oleh lemari penyimpanan obat yang menyebabkan pasien tidak dapat melihat proses peracikan. Keuntungan dari ruang racik yang tersembunyi ini adalah petugas dapat dengan leluasa meracik tanpa khawatir diperhatikan oleh pasien yang menunggu, obat dan alat racikan pun dapat lebih terjaga kebersihannya karena dengan ruangan yang lebih tertutup dapat meminimalisir debu dan udara dari luar, namun ada juga kekurangannya yaitu pasien yang menunggu lama terkadang sering komplain karena tidak mengetahui proses peracikan. 5.2 Personalia Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Petugas di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebaoran Lama berjumlah 18 orang yang terdiri dari apoteker, apoteker pendamping, asisten apoteker (AA), dan juru racik, petugas keuangan dan juru parkir. Selain itu terdapat pihak lain yang bekerja sama dengan apotek seperti Sales Promotion Girl (SPG) produk-produk tertentu yang bekerja sama dengan Kimia Farma dan dokter beserta asistennya. Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama melayani pasien selama 24 jam dengan sistem pembagian jam kerja 3 shift, dimana shift pertama adalah pukul WIB, shift kedua pukul WIB, dan shift ketiga pukul WIB. Masing-masing petugas telah diberi peran dan fugsi masing-masing dalam menjalankan kegiatan operasional di apotek. Apoteker bertugas bertanggung jawab dalam memimpin dan mengatur seluruh kegiatan di apotek. Dalam kegiatan seharihari apoteker mengawasi kinerja petugas yang lain, mengevaluasi kinerja mereka dan menetapkan target-target yang harus dicapai oleh apotek seperti tingkat

69 55 pelayanan pasien, ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan, kebersihan apotek, omset yang harus dicapai dan mengatur hubungan apotek dengan pihak luar seperti dokter yang melakukan praktik kerja di apotek maupun petugas gudang dan logistik di BM Jaya 1. Ketika apoteker tidak ada di tempat maka posisi apoteker digantikan oleh apoteker pendamping. Apoteker pendamping dalam kesehariannya bertugas melakukan pelayanan sehari-hari di apotek seperti pelayanan resep, konseling, PIO, membantu mengkoordinasi petugas apotek lainnya serta melakukan pekerjaan lainnya seperti membuat laporan BPBA. Petugas lainnya adalah asisten apoteker (AA). AA memiliki peran yang cukup penting sebagai tenaga teknis praktek kefarmasian. Dalam kegiatan operasional di apotek, AA bertugas untuk membantu apoteker maupun apoteker pendamping untuk melayani resep, menyiapkan obat, dan penyerahan resep kepada pasien. Setiap AA juga diberikan tanggung jawab masing-masing untuk melakukan tugas-tugas tertentu, diantaranya membuat laporan psikotropik dan narkotik, pembuatan BPBA, pengarsipan piutang dan hutang, dan tugas lainnya dimana semuanya masih dalam pengawasan apoteker. Untuk mempersiapkan resep dalam bentuk racikan, AA dibantu oleh juru racik yang selain itu bertugas juga sebagai petugas yang mobile (mengantarkan pesanan obat, mengambil obat di apotek KF lainnya, mengantarkan setoran, dan lainnya). Tugas sebagai kasir baisanya dirangkap oleh apoteker pendamping maupun AA yang telah diberi pelatihan. Dalam melakukan tugasnya masing-masing anggota telah diberi pelatihan ssuai dengan masing-masing tugasnya. Pelatihan yang diberikan meliputi pelayanan resep, peracikan obat, dropping obat, pengelolaan perbekalan farmasi seperti pembuatan data shaf, laporan pareto, dan BPBA, serta pelatihan teknis meliputi pengucapan salam ketika ada pasien datang ke apotek, pasien meninggalkan apotek dan saat menerima dan mengakhiri percakapan di telpon. Saat pasien datang ke apotek setiap petugas harus memberikan salam yaitu Selamat datang di Kimia Farma, ada yang bisa dibantu sambil menangkupkan tangan di depan dada ketika pasien datang, dan ucapan Terima Kasih, semoga sehat selalu sambil menempatkan telapak tangan kanan di dada bagian kiri ketika pasien keluar dari apotek. Pada saat menerima telpon maka petugas harus mengucapkan salam Selamat pagi/siang/sore/malam, apotek kimia farma kebayoran lama dengan

70 56 (nama petugas) ada yang bisa dibantu, kemudian salam ketika mengakhiri perbincangan di telpon adalah terimaksih, semoga sehat selalu. 5.3 Kegiatan Pengelolaan Perbekalan Farmasi Kegiatan pengeloaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama meliputi kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelayanan obat dan perbekalan farmasi kepada pelanggan. 1. Kegiatan Perencanaan & Pengadaan Kegiatan perencanaan dan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma baik obat-obatan maupun alat kesehatan dilakukan secara terpusat melalui bagian pembelian Distribution Centers (DCs) di Business Manager (BM). Tujuannya adalah agar mempermudah pengadaan di apotek serta bisa mendapatkan diskon yang lebih banyak akibat dari pemesanan barang dalam jumlah yang besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pemasukan berlebih untuk apotek atau penurunan harga barang yang ditujukan untuk promosi. Pemesanan secara terpusat juga dapat menjamin bahwa barang dapat dibeli dari PBF yang dapat dipercaya, sehingga keaslian, keamanan, dan kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan Di Apotek Kimia Farma NO. 55 Kebayoran Lama, perencanaan barang dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari Jum at. Tujuan dilakukan sekali dalam seminggu adalah agar pemesanan bisa disiapkan dengan baik oleh apotek berdasarkan jumlah barang yang banyak dibeli dalam satu minggu (data pareto). Selain itu, dengan sistem tersebut akan memudahkan BM dalam mengkoordinir dan mengatur perencanaan, pengadaaan dan distribusi ke masing-masing apotek yang ada di bawah wilayahnya. BM akan menampung semua BPBA dari apotek pelayanan yang berada dalam satu wilayah, kemudian memprosesnya dan memesankan produk yang diperlukan oleh apotek pelayanan ke PBF, PBF akan mengantarkannya langsung ke gudang yang berada di BM, yang selanjutnya akan didistribusikan ke apotek pelayanan sesuai dengan jadwal. Barang akan tiba di apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama pada hari rabu dan jum at. Pembuatan BPBA didahului oleh pembuatan pareto oleh apoteker atau asisten apoteker. Dari anlisis secara pereto diperoleh data pareto A, pareto B dan pareto C. Pareto A merupakan produk yang memberikan kontribusi omset hingga

71 57 sekitar 80% walaupun jumlahnya hanya sekitar 20% dari keseluruhan jumlah produk yang berada di apotek, sedangkan pareto B merupakan barang yang ketersediannya mewakili 30% poduk yang ada di apotek dengan kontribusi omset sebesar 15 %. Pareto C merupakan produk yang memberikan kontribusi omset sekitar 5% dengan jumlah produk yang ada di apotek sekitar 50% dari total produk. Prioritas pengadaan adalah terlebih dahulu memesan produk yang termasuk dalam kategori pareto A yang kurang kemudian pareto B yang kurang dan pareto C yang kurang. Keuntungan dari sistem pareto ini adalah barang yang akan dipesan merupakan barang yang banyak dicari oleh pasien yang datang ke apotek sehingga dengan sisitem ini dapat mencegah kekosongan barang yang ada di apotek dan juga mencegah kelebihan stok barang yang kurang laku di apotek. Keuntungan lainnya yaitu perputaran barang semakin cepat sehingga aliran keuangan juga akan menjadi semakin lancar. Pemesanan barang melalui BPBA juga bisa dilakukan terhadap barang baru yang belum tersedia di apotek akan tetapi memiliki potensi untuk terjual di apotek. Barang yang dipersan bisa berupa obat-obatan, alat kesehatan, makanan, minuman, kosmetik dan barang-barang lainnya. Meskipun barang tersebut tidak ada dalam laporan pareto akan tetapi bsia dipesankan melalui sistem BPBA. Pengadaan barang diluar pareto ini dapat meningkatkan omset apotek terutama dari swalayannya. Akan tetapi pemesanan barang-barang tersebut harus diperhitungkan dengan matang baik jenis barang maupun jumlahnya sesuai dengan barang yang banyak diminati oleh konsumen. Perencanaan yang matang dapat mencegah apotek dari kerugian akibat barang yang diadakan tidak laku terjual. Untuk obat golongan psikotropika dan narkotika pengadaan tidak dilakukan dengan sistem BPBA. Pengadaannya tidak terpusat melalui BM melainkan langsung dari apotek ke PBF yang telah ditunjuk sebagai distributor obat golongan psikotropika dan narkotika, kemudian PBF pun akan langsung mengantarkan obat ke apotek yang bersangkutan. Pengadaan narkotik dan psikotropik berbeda karena kedua macam obat ini peredarannya dipantau secara ketat oleh pemerintah sehingga pengadaan dalam jumlah besar tidak diperbolehkan. Lembar surat pesanan (SP) untuk obat Narkotika dan psikotropika merupakan SP khusus yang harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek (APA). Untuk

72 58 obat psikotropika satu lembar SP boleh terdiri dari lebih dari satu jenis produk, sedangkan untuk obat narkotika, satu lembar SP hanya boleh mencantumkan satu jenis produk dengan satu satuan dosis. Hal ini dilakukan agar pendistribusian obat psikotropikadan narkotika dapat selalu terawasi dan terkendali, bukti dokumen seperti Surat Pemesanan menjadi sangat penting untuk pemerintah mengawasi pendistribusian obat narkotika dan psikotropika dari PBF ke apotek atau Rumah Sakit. Untuk pemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal. Perencanaan yang baik dapat mencegah kekosongan maupun kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di komputer (sistem informasi manajemen) diharapkan dapat sama dengan stok fisiknya. Keberhasilan fungsi pengadaan suatu apotek menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan karena fungsi pengadaan yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pengadaan adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang optimal dan jumlah penolakan resep minimal. 2. Kegiatan Penerimaan Kegiatan penerimaan barang datang di Apotek Kimia Farma dilakukan oleh petugas apotek (AA) yang sedang bertugas pada saat itu. Barang datang dapat melalui BM dari gudang, langsung dari PBF, atau dari apotek kimia farma lainnya. Pendistribusian barang dari gudang BM dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari rabu dan jumat. Barang yang datang ke apotek harus diperiksa oleh petugas penerima barang. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain adalah memeriksa jumlah koli atau banyaknya dus yang dikirim dari gudang ke apotek, setelah itu dicek kesesuaian barang yang datang dengan BPBA, mencocokkan nama barang, bentuk sediaan, volume kemasan, dosis obat, dan banyaknya barang yang dipesan, pemeriksaan tanggal kadaluarsa dan nomer batch juga dilakukan untuk pemeriksaan yang lebih lengkap. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan barang yang datang baik jenis, dosis, atau jumlahnya. Jika sudah diperiksa, maka diberikan paraf, nama petugas yang menerima barang, tanggal penerimaan, dan waktu kedatangan barang untuk mempermudah penelusuran tentang siapa yang bertanggung jawab ketika terdapat kesalahan barang yang datang.

73 59 3. Kegiatan Penyimpanan Setelah dilakukan penerimaan barang dari BM maka barang akan disusun pada tempat masing-masing. Obat-obat ethical akan ditata dan disimpan pada lemari obat-obat ethical yang terdiri dari lemari vitamin, obat generik, antibiotik, pencernaan, hipertensi, hormon, diabetes, tetes mata dan tetes hidung, tetes telinga, inhaler, BPJS, kulkas, semisolid, racikan dan lemari khusus untuk sediaan sirup. Masing-masing obat dalam lemari diurutkan berdasarkan abjad sehingga memudahkan petugas untuk mencari obat-obatan berdasarkan data farmakologis obat dan urutannya. Selain memudahkan petugas penyusunan tersebut juga berguna untuk menghindarkan petugas dari kesalahan pengambilan obat akibat nama dan bentuk yang hampir sama (LASA) serta nama obat yang sama akan tetapi dosis berbeda. Selain itu obat-obatan dalam lemari yang sama dibedakan lagi dengan menggunakan warna wadah yang berbeda. Hal ini untuk lebih memudahkan petugas membedakan golongan obat karena dalam lemari yang sama bisa saja terdapat dua jenis obat dengan fungsi farmakologi yang berbeda. Penyimpanan obat dalam kulkas hanya dikhususkan untuk sediaan yang mmerlukan kondisi penyimpanan pada suhu < 25 C seperti suppositoria, ovula, pulvis dll. Penyimpanan obat menerapkan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) yang berfungsi untuk mengontrol sediaan farmasi. Pengontrolan barang dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan kartu stok dan data yang ada pada sistem komputer. Kartu stok barang digunakan sebagai catatan manual untuk mengetahui waktu, sumber, jumlah, dan petugas yang melakukan pemasukan/pengeluaran obat. Namun dikarenakan proses transaksi yang disibukkan oleh pelayanan terhadap pasien membuat pencatatan pada buku stok menjadi jarang dilakukan, padahal hal ini cukup penting karena dapat memberikan informasi mengenai obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsanya. Begitu juga jumlah stok yang tersedia pada sistem komputer terkadang tidak sesuai dengan jumlah stok yang ada di apotek. Ketidaksamaan ini kemungkinan diakibatkan oleh jumlah barnag di sistem yang belum di update oleh petugas ataupun kesalahan yang dilakukan oleh petugas ketika menyesuaikan pilihan antara barang yang dibeli oleh pasien dengan barang jenis barang yang ada di sistem.

74 60 Untuk mencegah hal tersebut maka perlu dilakukan pembenahan pada sistem terutama pada penulisan nama dan spesifikasi barang di komputer harus sesuai dengan barang yang ada di apotek. Pemberian label warna yang menunjukkan tahun daluarsa obat pada setiap kotak obat merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dalam mengelola expired date obat. Warna label yang diberikan ada tiga macam yaitu hijau, kuning dan merah. Label warna merah menunjukan bahwa obat masih memiliki rentang waktu 3 tahun sebelum daluwarsa, warna kuning 2 tahun sebelum daluwarsa dan merah 1 tahun sebelum daluwarsa. Namun, pelaksanaan pemberian label tersebut kurang maksimal karena banyak tempat obat yang belum diberi label. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh petugas yang terlalu sibuk melayani pasien sehingga kekurangan waktu untuk mengecek pelabelan masing-masing wadah obat. Selain itu obat biasanya tersedia dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk terjual. Oleh karena itu pemberian label menjadi sangat sering dilakukan sehingga akan menambah pekerjaan bagi petugas di apotek. Namun, mengingat pemerian label ini merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencegah barang yang ada di apotek lewat dari masa daluwarsanya maka sebaiknya pelabelan harus tetap dilakukan akan tetapi hanya diberikan satu jenis label yang menandakan bahwa obat akan lewat masa daluawarsanya satu tahun lagi. Dengan demikian semua wadah tidak perlu diberi label, hanya wadah tertentu yang berisi obat yang jarang dibeli oleh pasien. Untuk perlu juga dilakukan pengecekan secara berkala tentang jumlah obat dan tanggal daluwarsanya. 4. Kegiatan Pelayanan Apotek Kegiatan pelayanan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 55 adalah melakukan pelayanan resep dokter, penjualan obat bebas dan bebas terbatas/otc (Over the Counter) dan perbekalan farmasi lainnya yang dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop), serta penjualan obat OWA (Obat Wajib Apotek) yang dikenal sebagai pelayanan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Menurut kaidah pelayanan, saat konsumen datang ke suatu apotek guna memperoleh obat. Dengan demikian, pihak apotek haruslah menjadi terminal distribusi obat bagi konsumen untuk mendapatkan obat. Jika persediaan obat di apotek sering terjadi kekosongan/tidak lengkap, maka dapat mengakibatkan

75 61 konsumen mengalami kecewaan. Hal ini tidak hanya dapat menurunkan citra apotek terhadap pandangan konsumen tersebut tetapi juga bagi orang lain yang mendapat informasi dari konsumen sebelumnya perihal kondisi apotek yang tidak lengkap. Hasil akhirnya adalah penurunan penjualan apotek karena calon konsumen berpindah ke apotek pesaing. Selama pengamatan di Apotek Kimia Farma No. 55 jarang terjadi penolakan resep karena tidak tersedianya obat. Namun jika terjadi kekosongan barang untuk memenuhi permintaan konsumen maka ditawarkan obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada sesuai dengan rekomendasi dari dokter pasien tersebut. Untuk obat yang persediaannya habis, diantisipasi dengan melakukan aktivitas pengantaran obat, segera setelah obat tersebut tiba, selain itu obat yang kurang pun akan dijanjikan untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian. Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. Petugas juga telah menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta mambantu mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus obat, maka dicarikan obat yang sama dengan harga yang lebih terjangkau. Keadaan tersebut perlu terus dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan petugas merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan minat pelanggan sehingga melaksanakan pembelian. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan komitmen setiap pagi berupa pertemuan rutin pada pagi hari yang berisi pembacaan janji petugas untuk melayani pasien dengan maksimal, pembahasan masalah yang terjadi kemarin dan ditutup dengan do a bersama. Pelayanan informasi obat untuk konsumen diberikan oleh Asisten Apoteker (AA), maupun oleh Apoteker. Selain itu disediakan juga program Upaya Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS) yang dibimbing oleh Apoteker sehingga Apoteker tidak hanya aktif melayani pasien dalam menyediakan produk obat, tetapi juga disertai dengan informasi dan penjelasan yang cukup tentang obat yang

76 62 diterima. UPDS merupakan salah satu bentuk swamedikasi dimana Apoteker berwenang memberikan obat keras dengan pertimbangan tertentu seperti pasien sudah pernah memakai obat sebelumnya atau pasien memakai obat tersebut untuk waktu yang lama. Harga obat UPDS lebih murah dari obat resep karena obat UPDS tidak dikenakan biaya servis. Oleh karena itu, copy resep dari apotek lain juga memakai harga obat UPDS sehingga menimbulkan persepsi di mata pelanggan bahwa harga obat di apotek ini lebih murah, ini merupakan salah satu strategi untuk menarik pelanggan. Swalayan farmasi juga merupakan salah satu pelayanan yang diberikan di Apotek Kimia Farma No. 55, swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan pelanggan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, perlengkapan bayi dan lain-lain. Dengan adanya swalayan ini diharapkan dapat memberikan penghasilan tambahan apotek dan dapat membantu mengalihkan perhatian pasien selama menunggu obatnya selesai disamping di sediakannya juga televisi. 5.4 Kegiatan Pengarsipan dan Pelaporan Kegiatan pengarsipan resep di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama telah dilakukan secara rutin. Resep asli dikumpulkan, diurutkan dan disimpan sesuai dengan tanggal penerimaan dan nomor urut resep. Resep dibendel sesuai dengan kelompoknya. Bendel resep ditulis keterangan kelompok resep (umum atau narkotika & psikotropika), tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah ditentukan. Penyimpanan bendel resep yang dilakukan secara berurutan dan teratur dimaksudkan untuk memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan penelusuran resep. Resep tersebut disimpan dalam lemari khusus selama 3 tahun untuk kemudian dimusnahkan sesuai dengan prosedur. Pengelolaan resep BPJS berbeda dengan resep biasa. Resep BPJS dikumpulkan, diurutkan dan disimpan sesuai dengan tanggal dan nomor urut resep. Akan tetapi resep ini tidak disimpan oleh apotek akan tetapi setiap bulan sekali disetorkan ke BPJS sebagai bukti pelayanan resep tersebut di apotek. Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan disatukan

77 63 bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika. Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan arsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker yang diberikan tanggung jawab oleh APA. Sedangkan laporan untuk barang rusak dan kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Pada laporan tersebut dirinci nama obat, jumlah, dan tanggal kadaluarsa. 5.5 Kegiatan Administrasi dan Keuangan Sebagai pengelola apotek, APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek sehingga di samping ilmu kefarmasian yang menjadi dasar di bidang pelayanan kefarmasian meliputi pengadaan, penyimpanan, pelayanan atau penjualan dan pelayanan informasi obat, diperlukan pula ilmu pengelolaan bisnis meliputi pengelolaan modal, sarana, administrasi, keuangan, ketenagakerjaan dan pemasaran agar apotek dapat memberikan keuntungan tersendiri dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap apotek tersebut. Melalui konsep Bisnis Manajer maka terjadi efisiensi pada beberapa bagian termasuk struktur organisasi seperti halnya pada bagian Administrasi dan keuangan yang tidak dimiliki lagi oleh apotek pelayanan. Semua urusan administrasi dan keuangan ditangani oleh Bisnis Manajer. Secara umum proses pelaksanaan fungsi pencatatan/administrasi di Apotek Kimia Farma No. 55 yang ditangani oleh Bisnis Manajer Jaya 1 telah berjalan dengan baik. Hal ini terutama ditunjang oleh adanya sistem informasi manajemen yang baik dan terkomputerisasi yaitu program SIMKA (Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek) yang dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan memungkinkan kontrol terhadap apotek-apotek pelayanan yang berada di wilayah BM tersebut.

78 64 Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Untuk wilayah Jaya 1, BM-nya berada di Apotek Kimia Farma No. 42. Petugas kasir kecil (kasir di apotek pelayanan) dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh petugas apotek sebelum diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dientry dan sebagainya. Karena kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank. Sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan.

79 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama meliputi pemberian informasi obat, edukasi pasien, pelayanan swamedikasi dan konseling. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan berbasis kepada pasien dengan tujuan untuk membantu pasien agar memperoleh pengobatan yang maksimal sesuai dengan standar Good Pharmaceutical Practices. Sedangkan kegiatan non-teknis kefarmasian meliputi kegiatan manajerial apotek, promosi, pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, penyerahan dan dokumentasi, pelaporan, administrasi dan keuangan. 2. Mahasiswa calon apoteker telah mempraktekkan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama dengan baik. Kegiatan kefarmasian yang dilakukan antara lain pelayanan resep yang meliputi penerimaan resep, skrining, peracikan, pembuatan copi resep, penyerahan obat serta pemberian informasi obat dan konseling, pelayanan swamedikasi, penanganan obat narkotika dan psikotropika, dan promosi kesehatan kepada masyarakat terutama pembeli yang datang ke apotek. 5.2 Saran 4. Jadwal pembelian perlu lebih diperhatikan, lebih mengoptimalkan sistem buffer stock, serta lebih meningkatkan kedisiplinan dalam monitoring stok obat di apotek, sehingga dapat menjamin kelengkapan obat dan alat kesehatan di apotek, agar setiap yang dibutuhkan pasien senantiasa tersedia. 5. Kualitas petugas apotek sebagai pemberi informasi obat perlu ditingkatkan, salah satunya melalui kegiatan pendidikan berkelanjutan yang dilakukan secara berkala sehingga pemberian informasi obat yang diberikan tidak hanya sebatas cara pakai namun juga efek samping obat dan hal-hal lain yang terkait dengan pasien. 65

80 66 6. Kebersihan apotek perlu lebih diperhatikan termasuk kebersihan lemari etalase obat maupun kebersihan toilet, dengan cara pembersihan secara periodik untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan. 7. Untuk meningkatkan kenyamanan dalam ruang tunggu sebaiknya disediakan air minum gratis, dan bacaan (koran, majalah, tabloit) agar pelanggan tidak bosan.

81 67 DAFTAR PUSTAKA Daris, Azwar. (2008). Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang undangan Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Daris, Azwar. (2008). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dalam Himpunan Peraturan dan Perundang undangan Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Daris, Azwar. (2008). Undang undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dalam Suplemen Himpunan Peraturan dan Perundang undangan Kefarmasian. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan Dinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Kimia Farma. (2013). Materi Praktek Kerja Profesi Apoteker. Jakarta: PT. Kimia Farma Apotek.

82 68 Quick, Jonathan D. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceuticals. 2nd ed. Connecticut: Kumarian Press. Hal

83 LAMPIRAN

84 70 Lampiran 1. Posisi dalam struktur organisasi kimia farma pusat Managing Director Operation Director Finance, HC & GA Director Bussiness Manager Operating & PMS Logistic & Purchasing Merchandise & Product Finance HC & GA Comm & Inf Tech Bussiness & Market Dev Unit Clinic Lampiran 2. Posisi dalam struktur organisasi Business manager PhM Logistic/Supply Chain Performance Management & Support Swalayan Farmasi Logistic Merchandise Performance Management Accounting & Finance IT

85 71 Lampiran 3. Alur proses pembelian obat narkotika dan psikotropika Bussiness Manager Apotek Pelayanan Faktur + Barang SP Narkotika SP Psikotropika Faktur Asli Barang Copy Faktur DO Distributor Keterangan : SP BPBA APP Apt. Adm. : Surat Pesanan : Bon Permintaan Barang Apotek : Apotek Pelayanan : Apotek Administrator

86 72 Lampiran 4. Alur proses pembelian obat non narkotika Apotek Pelayanan (APP) SP/BPBA Bussiness Manager Barang Faktur/DO (Gudan dan logistik) Rekap SP Distributor Faktur Asli Keterangan : SP BPBA APP Apt. Adm. : Surat Pesanan : Bon Permintaan Barang Apotek : Apotek Pelayanan : Apotek Administrator

87 73 Lampiran 5. Alur proses pembelian obat apotek berdiri sendiri Apotek Kimia Farma Berdiri Sendiri SP Obat SP Nark. SP Psiko Barang Faktur/D Faktur Asli Distributor Keterangan : SP BPBA APP Apt. Adm. : Surat Pesanan : Bon Permintaan Barang Apotek : Apotek Pelayanan : Apotek Administrator

88 74 Lampiran 6. Contoh tabel skrining resep

89 75 Lampiran 7. Dokumentasi pasien home care

90 76 Lampiran 8. Contoh catatan pengobatan pasien

91 77 Lampiran 9. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter

92 78 Lampiran 10. Contoh formulir monitoring efek samping obat

93 79 Lampiran 11. Contoh form layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi

94 80 Lampiran 12. Contoh etiket dan label obat

95 81 Lampiran 13. Contoh copy resep

96 82 Lampiran 14. Area swalayan Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

97 83 Lampiran 15. Area ethical Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

98 84 Lampiran 16. Lemari penyimpanan obat Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama

99 85 Lampiran 17. Ruang Racik Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 18. Contoh label kadaluarsa

100 86 Lampiran 19. Lemari Narkotika dan Psikotropika Apotek Kimia Farma No.55 Kebayoran Lama Lampiran 20. Surat pesanan narkotika

101 87 Lampiran 21. Surat pesanan psikotropika Lampiran 22. Daftar obat-obat golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 55 No Daftar Obat 1 Codein 10 mg 2 Codein 15 mg 3 Codein 20 mg 4 Codipront Cum Exp Tab 5 Codipront Tab 6 Codipront Cum Exp Syrup 7 Codipront Syrup 8 Coditam Tab 9 MST (Morfin Sulfat) Cont 10 mg 10 MST (Morfin Sulfat) Cont 15 mg

102 88 Lampiran 23. Daftar obat-obat golongan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.55 No Daftar Obat 1 Ativan 0,5 mg 2 Analsik 3 Anafranil 10 mg 4 Amitriptyline 25 mg 5 Alprazolam 0,5 mg 6 Alprazolam 1 mg 7 Alganax 0.25 mg 8 Alganax 0.5 mg 9 Alganax 1 mg 10 Acetram 11 Abilify 12 Ativan 1 mg 13 Ativan 2 mg 14 Braxidin 15 Cetalgin 16 Chlorpromazine 100 mg 17 Clobazam 10 mg 18 Clozaril 25 mg 19 Danalgin 20 Diazepam 2 mg 21 Esilgan 1 mg 22 Esilgan 2 mg 23 Frisium 10 mg 24 Frixitas 1 mg 25 Frixitas 0,5 mg 26 Govotil 5 mg 27 Haloperidol 5 mg 28 Haloperidol 1,5 mg 29 Haloperidol 0,5 mg 30 Hexymer 2 mg 31 Luminal 32 Librax 33 MTX 34 Neurodial 35 Neuropyron 36 Proneuron 37 Patral

103 89 38 Promactil 100 mg 39 Persidal 2 mg 40 Risperdal 2 mg 41 Risperidone 2 mg 42 Riklona 2 mg 43 Rivotril 2 mg 44 Sanmag 45 Stileran 46 Somadril Comp 47 Stelazin 5 mg 48 Stilnox 49 Sizoril 25 mg 50 Stesolid Rect 10 mg 51 Stesolid Rect 5 mg 52 Spasmium 53 Tradosik 54 Tramal 50 mg 55 Tegretol 200 mg 56 Tramal Retard 100 mg 57 Tramadol 50 mg 58 THX 2 mg 59 Ultracet 60 Valisanbe 2 mg 61 Valisanbe 5 mg 62 Xanax 0,25 mg 63 Xanax 0,5 mg 64 Xanax 1 mg 65 Zaldiar 66 Zolastin 1 mg 67 Zoloft 68 Zolmia 69 Zypraz 0,25 mg 70 Zypraz 0,5 mg 71 Zypraz 1 mg

104 90 Lampiran 24. Daftar nama PBF (Pedagang Besar Farmasi) No Nama PBF Nama Pabrik 1 Hamelin Pharma Hana Anugerah Kalalim Putera Utama Merapi Utama Pharma Abbot Panca Niaga Uni Lion Farma 2 Anugrah Arcon Medica Borwita Indah Djembatan Dua Mensa Bina Sukses Multi Husada Actavis Penta Valent Sawah Besar Farma Taner 3 Tempo Alcon 4 Anugerah Pharmindo Lestari Astellas 5 Parit Padang Astrazaneca 6 Mendjangan Baxter 7 Combi Putra Dos Ni Roha Gelora Fadjar Farma Great Mataram Bayer Guna Abut Wisesai Multi Husada Rejeki Mitra Farma 8 Bali Bima Sakti Borwita Indah Eva Surya Pratama Farmasi Djamaludin Djaja Bernofarm Gelora Fadjar Farma Kersatamna Mukti Lestari 9 Anugerah Pharmindo Lestari Biochemie 10 Tempo Wigo-Hoslab Bohringer Ingelheim 11 Kalista Bristol-Myers Squibb 12 Indomarta Prirnatama Mestika Sakti Multi Husada Farma Sawah Besar Farma Corsa

105 91 13 Wigo Distributor Farmasi Darya-Varia 14 Anugerah Argon Medica Djembatan Dua Eva Surya Pratama Dexa Medica Samgloria Tabah Delca Farma 15 Bina Putra Husada Jaya Cipta Niaga Kebayoran Pharma Optima Pharma Fahrenheit Rifanti Asti Success Pitroni 16 Muvira Mestika Sakti Nitra Font Valent Galenium Perdana Indonesia Farina Tabah Delca Farina 17 Anugerah Argon Medica Anugerah Pharmindo Lestari Glaxosmithkline 18 Kimia Farma Kimia Farma 19 Enseval Putera Mitra Gading Kalbe Farma 20 Mensa Bina Sukses Landson 21 Banyumas Berwita Indah Mestika Sakti Milenium Pharmacon Merck International Tbk Multi Husada Tempo 22 Sumber Pangan Segar Nestle 23 Anugerah Pharmindo Lestari Novell Pharma Antarmitra Senbada Banyumas Eva Surya Pratama Gafiliah Farma Galoeh Husada Farma Glorienta Panca Honna Multi Husada Farma Natsepa Murni Novartis Indonesia

106 92 Parta Karya Sumber Mutiara Unoson Utama Bina Farma 24 Merapi Utama Pharma Otsuka 25 Anugerah Argon Medica Djembatan Dua Dos Ni Roha Pfizer Samglorina Tabah Delca Farina 26 Antarmitra Sembada Banyumas Gafillah Farma Galah Djaja Farma Pharos Unoson Utama Bina Farma 27 Tempo Roche 28 Banyumas Bina Putera Husada Jaya Bina San Prima Cipta Niaga Dwiputra Medikaindo Sanbe Ladang Mitabu Matakar Pantam Optima Farina Rifanti Asti 29 Parit Padang Soho 30 Tempo Tempo Scan Pacific

107 UNIVERSITAS INDONESIA PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELIAN PRODUK, DESIGN LAYOUT DAN KATEGORI PRODUK DI SWALAYAN APOTEK KIMIA FARMA NO.55 KEBAYORAN LAMA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34 K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 IDIL FARHAN, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014

108 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Merchandising Pengertian Merchandising Point of Purchase Display Struktur Merchandising dan Penataan Produk Display Manual Desain Layout Pengelompokan Produk Pemajangan Produk Jenis-jenis Sarana Display BAB 3 METODE PELAKSANAAN Tempat dan Waktu Pelaksanaan Metode Pelaksanaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelian (Purchasing) Design Layout Kategori Produk BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii

109 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Contoh material POP... 4 Gambar 4.1 Desain Layout Apotek Kimia Farma no Gambar 3.2 Kondisi Area Swalayan Gambar 4.3 Kondisi Area Farmasi (Ethical) Gambar 4.4 Island Gondola dan End Gondola Gambar 4.5 Wall Gondola Gambar 4.6 Check out counter Gambar 4.6 Cooler iii

110 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tata cara pengelompokan produk di swalayan apotek... 9 Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan ii iv

111 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tata cara penempatan produk di gondola Lampiran 2. Jenis-jenis sarana display produk v ii

112 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam mewujudkan upaya kesehatan. Fungsinya adalah sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Apotek juga berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga mereka mendapatkan pengetahuan yang benar tentang obat-obatan sehingga akan meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Dalam menjalankan suatu apotek dibutuhkan strategi bisnis dan manajerial yang baik agar apotek dapat berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan yang diiginkan. Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia Farma TBK. Kimia Farma Apotek menggunakan sistem retailer dalam pelaksaan bisnis apoteknya. Tujuannya adalah agar mampu menjual barang atau jasa semaksimal mungkin dan mengasilkan keuntungan bagi perusahaan Salah satu area yang dapat memberikan keuntungan besar bagi apotek adalah area swalayan. Untuk memaksimalkan fungsi dari area swalayan ini maka diperlukan suatu strategi pembelian produk, penataan design layout serta pengelompokan kategori produk yang tepat sehingga diharapkan akan meningkatkan minat konsumen untuk datang dan berbelanja di apotik. 1.2 Tujuan Mengetahui cara pelaksanaan strategi pembelian produk, design layout dan kategori produk di swalayan Apotek Kimia Farma no.55 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. 1

113 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Merchandising Pengertian Merchandising Secara umum, merchandising adalah aktivitas untuk mendapatkan barang atau jasa tertentu dan menjadikannya tersedia pada waktu, tempat, harga serta jumlah yang bertujuan agar produk secara cepat sampai ke tangan konsumen. Jadi merchandising merupakan suatu kegiatan perencanaan, pelaksanaan maupun pengaturan dan penempatan produk serta promosi produk sekaligus evaluasi produk yang dijual di toko agar produk bisa cepat terjual. Ada 6 hal yang berhubungan erat dan menjadi faktor penentu keberhasilan merchandising. Faktor tersebut adalah : 1. Pembelian (Purchasing) 2. Pemberian harga (Pricing) 3. Kategori produk 4. Lay out & shelving 5. Tata letak (Display) 6. Promosi Setiap swalayan aptotek mempunyai program merchandising masingmasing. Swalayan apotek merumuskan sebuah program merchandising yang menyeluruh dan dikembangkan untuk merespons kebutuhan pelanggan dan kondisi pasar di mana apotek tersebut berada. Bagi para pengecer, merchandising berarti sebuah perencanaan untuk memasarkan produk yang tepat pada tempat, waktu, jumlah serta harga yang tepat. Merchandising yang efektif menuntut agar seorang retiler untuk dapat merencakan pembelian produk, mengelola persediaan, dan mengembangkan program merchandising yang meliputi product assortment, pricing, promotion dan display management. Bagi retail farmasi, istilah merchandising berarti sebuah kombinasi 2

114 3 teknik-teknik untuk meletakkan, menyusun, dan promosi sebuah produk di dalam sebuah swalayan apotek sedemikian rupa sehingga para pelanggan termotivasi untuk membeli setiap saat Point of Purchase Display Point of Purchase Display (POP) merupakan suatu penataan barang dalam suatu perbelanjaan dengan tujuan untuk memberikan rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. POP mempunyai jenis dan bentuk beragam antara lain adalah signage, hanging poster, shelf talker dan lain-lain. Displai POP adalah displai interior yang menyediakan informasi, tambahan untuk iklim apotek, dan menyajikan sebuah peran promosi penting kepada konsumen yang akan berdampak positif terhadap penjualan produk. POP ini digunakan untuk program penjualan rutin maupun dalam rangka mempromosikan barang dagangan. Karakteristik displai POP yang baik adalah : a. Displai harus beda dan punya nilai seni serta harus menarik perhatian dan minat pengunjung. b. Displai harus menyenangkan dan pantas. Semua elemen hendaknya sesuai sehingga pengaruh produk hanya satu dan unik. c. Displai harus sederhana. Hendaknya menyajikan sebuah pesan yang sederhana yang dapat diterima dan dipahami oleh konsumen dengan cepat. Penelitian menunjukkan secara tepat bahwa pengunjung secara khusus melewati sebuah displai dalam waktu sepuluh detik atau kurang. Contoh material POP yang terdapat dia apotek antara lain adalah hanging mobile, stopper dan wobbler. Hanging mobile merupakan material POP yang digantungkan pada langit-langit apotek. Stopper merupakan material POP yang dipasang sedemikian rupa pada rak tempat penatan berang apotek. Sedangkan wobbler merupakan contoh material POP yang ditempelkan pada rak atau lemari tempat penataan barang apotek. Contoh materila POP dapat dilihat pada Gambar 2.1.

115 4 Gambar 2.1. Contoh material POP 2.2 Struktur Merchandising dan Penataan Produk Struktur merchandise dan penataan produk merupakan suatu cara untuk menata produk sesuai standar yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk menarik minat konsumen. Pelaksanaan penataan yang bagus merupakan salah satu cara untuk memperoleh keberhasilan pelayanan dalam menjual produk. Ketentuan dalam menentukan struktur marchendise dan penataan produk-produk di apotek antara lain : a. Semua vitamin golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Health.

116 5 a. Khusus vitamin yang mengandung bahan alami/ekstrak tidak dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine tetapi masuk ke dalam kategori Vitamin & Mineral. b. Semua jenis obat kumur (bahan alami/obat/kesegaran) dimasukkan ke dalam kategori Beauty Care. c. Obat gosok yang berupa jamu seperti minyak gosok (minyak tawon, minyak kayu putih dll) tidak dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine akan tetapi masuk ke dalam kategori Medicine. d. Obat panas dalam dimasukkan ke dalam kategori Household. e. Bedak dan lotion untuk gatal atau biang keringat atau antijamur dimasukkan ke dalam kategori Baby Product. f. Shampoo antiseptik atau antijamur dimasukkan ke dalam kategori Personal & Beauty. g. Sabun kesehatan atau antiseptik dimasukkan ke dalam kategori Personal & Beauty. h. Semua produk sediaan oral yang mengandung ekstrak bahan alam yang diproduksi oleh non-perusahaan jamu maka dimasukkan ke dalam kategori Food Supplemet sedangkan apabila diproduksi oleh perusahaan jamu maka dimasukkan ke dalam kategori Traditional Medicine. i. Yang termasuk ke dalam kategori Traditional Medicine adalah sediaan oral, selain sediaan oral maka dimasukkan ke dalam kategori Medicine. j. Semua obat batuk, pilek, analgesik, dan antipiretik golongan oabt bebas (lingkaran hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Medicine sedangkan obat keras dimasukkan ke dalam kategori Prescription. k. Produk fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan alami yang telah ada uji klinis. l. Semua obat pencernaan golongan obat bebas (lingkaran hijau) dan bebas terbatas (lingkaran biru) dimasukkan ke dalam kategori Medicine sedangkan oabt keras dimasukkan ke dalam kategori Prescription. m. Produk pemutih dimasukkan ke dalam kategori Skin Helath.

117 6 n. Botol obat, pot salep, dan wadah bedak serta wadah lain dimasukkan ke dalam Prescription subkategori war material & anmak o. Semua minuman kesehatan atau minuman yang berkhasiat obat dimasukkan ke dalam kategori Household sub kategori minuman. 2.3 Display Manual Desain tata letak produk Perencanaan tata letak produk mempunyai peran yang sangat penting untuk mengembangkan kesan yang baik dan pengoperasian ritel yang efisien. Perencanaan tata letak produk setiap toko harus ditujukan untuk hal-hal berikut : a. Efektifitas dalam melayani pelanggan sehingga memudahkan pelanggan mencapai semua bagian di dalam apotek. b. Efisiensi apotek dengan meminimalkan kegiatan atau pekerjaan untuk menangani produk ke seluruh bagian apotek dengan tetap memastikan tercapainya sasaran merchandising. c. Memaksimalkan penjualan dan produktifitas apotek dengan mengoptimalkan penyajian produk kepada pelanggan. d. Membantu meningkatkan citra apotek melalui pengaturan lahan yang optimal untuk penyajian kategori yang hendak ditawarkan kepada pelanggan. e. Membantu menjaga keamanan apotek. Tahap perencanaan desain tata letak produk mencangkup desain tata letak produk dengan mempertimbangkan target pasar dan jalur yang dibutuhkan untuk berjalan sehingga dapat diperoleh area untuk berjualan, area pelayanan dan area publik. Perencanaan desain juga perlu mempertimbangkan zona terhadap area penjualan yang terdiri dari tiga zona yaitu : a. Area destination product (medicine) b. Area image product (non-medicine) c. Area impulse product

118 7 Beberapa pertimbangan dan ketentuan dalam memajang produk adalah : a. Area pelayanan resep yang tidak memerlukan pemajangan yang luas maka lahannya harus lebih kecil daripada area bukan pelayanan resep. b. Posisi area pelayanan resep berada di titik akhir (paling belakang) dari arah pintu masuk konsumen sehingga konsumen akan melalui area bukan pelayanan resep. c. Area medicine/otc diletakkan di area yang dekat dengan area pelayanan resep karena karakter produknya yang dekat dengan obat-obatan yang dapat digolongkan menjadi produk yang banyak diminati dan memudahkan pengawasan dan pelayanan oleh karyawan yang bertugas di area penjualan resep. d. Area non-medicine diletakkan di bagian terluar atau paling dekat dengan pintu/arah masuk konsumen untuk menghasilkan kesan yang seimbang atas kelengkapan apotek yang juga menyediakan produk-produk Personal & Beauty. e. Menyusun letak wall dan island gondola sesuai dengan desian tata letak barang. Sedapat mungkin susunannya adalah sebagai berikut : 1) Island gondola adalah gondola yang berada di area teangah area swalayan. 2) Island gondola disusun sejajar dengan arah konsumen memasuki area swalayan, jadi tidak bileh menimbulkan kesan menghalangi akses konsumen ke bagian dalam dan kalau bisa juga diupayakan tegak lurus terhadap counter pelayanan. 3) Jarak antar island gondola minimal 90 cm untuk memberi keleluasaan kepada konsumen saat berjalan dan melihat-lihat merchandise pada displai. 4) Penomoran pada island gondola berlaku untuk satu sisi island gondola berurutan mengikuti alur jalannya kosumen dari pintu/arah masuk menuju area swalayan. Arah selanjutnya ditunjukkan dalam setiap desain layout. 5) Dalam penyusunan tata letak produk, penomoran dilakukan terhadap setiap sisi dari island gondola mengikuti arah alur jalannya pelanggan di area swalayan dari pintu/arah masuk kosumen sehingga akan ditemukan bahwa banyaknya penomoran sisi island gondola adalah dua kali jumlah island gondola yang dipasang di ruangan.

119 8 6) Ukuran lorong/gang antar gondola minimal 90 cm agar memudahkan posisi konsumen dalam mengambil produk atau berpapasan. 7) Jarak antara counter pelayanan dengan island gondola yang terdekat minimal 150 cm atau disesuaikan dengan luas area apotek. Hal yang perlu diperhatikan adalah bisa menimbulkan suasana aman dan nyaman. 8) Wall gondola diusahakan diletakkan pada sisi yang dapat dilihat dengan mudah. 9) Posisi wall gondola diusahakan dekat dengan kasir/counter pelayanan. 10) Wall gondola nomor 1 adalah wall gondola pertama dari pintu masuk ke area swalayan. 11) Pada sisi yang berdinding kaca hanya boleh meletakkan wall gondola rendah dengan tinggi 120 cm. f. Check out counter (COC) adalah tempat di mana pelanggan akan membayar barang yang dibelinya yang merupakan titik terakhir sebelum pelanggan keluar apotek. Dalam hal ini COC di apotek adalah area seputar kasir swalayan ataupun kasir di counter perscription. g. Tiang atau unsur bagian bangunan yang tidak standar pada bangunan disiasati untuk digunakan sebagai area pemajangan produk atau informasi produk. h. Tempat duduk pasien saat menunggu diperiksa dokter atau saat menunggu obat sedapat mungkin menghadap ke area swalayan. i. Floor display untuk alat-alat kesehatan disarankan diletakkan pada dinding kaca bagian depan apotek Pengelompokan Produk Pengelompokan produk merupakan komponen yang paling penting yang akan berdampak terhadap efektifitas penyajian produk di dalam apotek. Pengelompokan produk yang tidak tepat dapat membuat pelanggan bingung atau bersusah payah untuk menemukan produk yang dicari. Pengelompokan produk di dalam apotek perlu memperhatikan hal-hal berikut : a. Arus pelanggan yang dibuat secara khusus lurus karena letak gondola yang berjajar.

120 9 b. Tipe pengelompokan produk berdasarkan fungsi produk dan tujuan untuk menimbulkan motivasi pelanggan untuk masuk dan membeli. c. Dalam penyajian atau pemajangan produk perlu diperhatikan penentuan letak pejangan masing-masing kategori produk sesuai dengan karakter produknya. Pedoman tata cara untuk pengelompokan produk di swalayan dapat dilihat pada Tabel 2.1 Kategori produk Wall Island Lainnya gondola gondola Medicine cabinet x 1 Vitamin dan mineral x 1 Food supplement 1 x Milk & nutrition 1 x Traditional medicine x 1 First aid x 1 Home diagnostics x x Lemari kaca dekat counter atau di rak belakang counter Medical supplies x x Lemari kaca floor display (walkersm wheelchairs, etc) Laboratory tools x x Lemari kaca Personal care x 1 Pembalut wanita dan adult diapers bisa digabung dengan paper product di wall Soap & body wash x 1 Skin care x 1 Hair care x 1 Oral care x 1 + perforated panel Men s grooming x 1 Cosmetics x 1 Tenant

121 10 Bath, skin and hair care 1 2 Baby diapering 1 x Pada tipe drugs store apt digabung dengan paper product, adult diapers di wall Feeding & accessories 1 2 Cleaning and freshener x 1 Food and snack (gondola COC) Drinks x 1 1 cooler Paper prducts 1 x Pembalut wanita, adult diaper, baby diaper bisa digabung dalam 1 wall dengan paper product Insectisida & veterinary x 1 Miscellaneous x 1 Keterangan : 1 = prioritas, 2 = alternatif, x = tidak diperbolehkan Tabel 2.1 Tata cara pengelompokan produk di swalayan apotek Jumlah sarana display yang digunakan pada area swalayan berbeda-beda tergantung tipe toko apotek itu sendiri. Pedoman untuk menentukan jumlah sarana displai tiap swalayan dapat dilihat pada Tabel 2.2. No Tipe toko Wall Island Floor Wall Lemari kaca Cooler display medical equipment rendah dekat floor display medical equipment 1 Mega store Superstore Community 8 8 x store 4 Drug store 4/6 4 (*) x Keterangan (*) : untuk drug store hanya produk walkers dan wheelchairs Tabel 2.2 Ketentuan jumlah wall dan island gondola untuk setiap swalayan

122 11 Apabila untuk tipe toko yang telah ditetapkan tetapi jumlah gondola tidak mencukupi, misalnya untuk community store hanya memiliki 6 wall gondola, maka semua kategori yang ditetapkan harus disusun di wall yang ada, hanya jenis itemnya yang menyesuaikan, dilihat dari pareto penjualan. Misalnya, untuk food supplement tidak terlalu banyak produk yang diminati pelanggan, maka cukup dipasang satu unit wall saja dengan satu atau dua brand yang memegang penjualan tertinggi. 2.4 Pemajangan Produk Pemajangan produk bertujuan agar produk terpajang pada tempat yang baik untuk mempermudah menemukan apa yang dibutuhkan oeh pelanggan maupun petugas. Untuk memajang suatu produk maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : a. Kebutuhan konsumen b. Ketersediaan obat c. Posisi/letak susunan barang d. Kenyamanan Pemajangan produk harus dilakukan dengan baik (contoh dapat dilihat pada Lampiran 1). Dalam memajang produk di toko/apotek seringkali ditemui masalahmasalah. Masalah tersebut antara lain adalah : a. Produk yang diminati pelanggan dipajang dalam jumlah yang terlalu sedikit. b. Produk dipajang dalam jumlah yang berlebihan. c. Produk habis dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak dipesan lagi. d. Pemajangan produk tidak beraturan dan saling tidak berhubungan. e. Produk rusak, kotor dan masa daluwarsa tidak dipantau. f. Tidak ada edukasi kepada pasien. g. Produk yang harganya mahal diletakkan di dalam godola bukan di area kasir. h. End gondola yang semestinya untuk promo, disewakan justru untuk dipakai untuk produk yang murah dan tampat obat atau vitamin. i. Produk promo tidak dipajang dengan baik, pada tempatnya dan jumlah stok yang minimum. j. Penempatan poster yang tidak sesuai.

123 12 k. Ada pembatas menuju OTC sehingga membuat pasien canggung. l. Masih ada penjualan produk-produk yang kemasannya kecil akan tetapi menghabiskan ruangan. m. Produk dipajang terlalu menjorok ke dalam dan tidak sejajar dengan garis muka shelving Jenis-jenis Sarana Display Sarana displai digunakan untuk memajang barang-barang yang terdapat pada area swalayan apotek. Jenis dan jumlah sarana displai yang dipakai pada area swalayan dipikirkan dengan baik sehingga area swalayan dapat memajang barang dalam jumlah yang banyak tanpa menggangu tata ruang apotek maupun arus pelanggan yang datang ke apotek. Jenis-jenis sarana displai (dapat dilihat pada Lampiran 1) yang digunakan di apotek antara lain adalah : a. Island gondola Island gondola merupakan area pajangan secara umum yang digunakan untuk memajang semua produk bukan resep, baik yang termasuk kategori medicine maupun non-medicine. Fungsi regular gondola adalah untuk menempatkan dan memajang semua produk yang dijual yang tidak termasuk kategori obat resep. b. End gondola Definisi dari end gondola adalah bentuk pajangan dimana gondola diletakkan di bagian ujung. End gondola ini mempunyai beberapa fungsi antara lain adalah digunakan untuk menonjolkan suatu produk tertentu atau untuk promosi, serta bisa juga digunakan sebagai sarana pajangan yang disewakan dalam periode waktu tertentu kepada pihak yang menyewa c. Floor display / offer block Definisi dari floor display / offer block adalah bentuk pemajangan produk dengan cara menata produk di atas palet dengan ukuran tinggi sekitar 15 cm yang diletakkan di area tertentu di dalam swalayan apotek. Fungsinya adalah sebagai sarana pemajangan produk promosi, terutama produk yang sedang digemari dan punya harga jual promosi khusus dan untuk pemajangan produk khusus dari pihak yang menyediakan rak khusus (kosmetik milik Kimia Farma) atau juga untuk pemajangan produk alat-alat kesehatan yang berukuran besar.

124 13 d. Slat wall Definisi slat wall adalah bentuk pajangan yang menggunakan gantungan yang diletakkan pada sarana khusus di dinding yang digunakan, misalnya kolom, dinding kosong, wall/end gondola perforate. e. Clip strip dan perforated Definisi dari clip strip adalah bentuk pajangan yang dilakukan dengan cara menggantung produk pada alat gantungan khusus yang telah disediakan. Fungsi dari clip strip adalah sebagai sarana pemajangan untuk produk kategori berlainan dengan kelompok kategori produk disekelilingnya, namun masih saling berkaitan dan melengkapi dalam penggunaanya. f. Wing display Fungsi dari wing display antara lain sebagai sarana pemajangan produk dengan kuantitas besar dan hendak ditonjolkan, namun kuantitas tidak mencukupi untuk dipajang di floor display dan tidak punya harga jual promosi. Selain itu wing display dapat berfungsi sebagai pemecah perhatian di lorong gondola dan sebagai sarana penggabung kategori produk yang berlainan tetapi masih saling terkait dan saling melengkapi dalam penggunaannya. g. Check out counter / counter prescription Definisi dari check out counter adalah counter penerimaan resep yang pada prinsipnya digunakan hanya untuk menyimpan persediaan obat resep dengan menggunakan kotak penyimpanan yang telah ditentukan (kotak mika). Bagian counter tertentu didekat meja kasir, bila dipergunakan sebagai sarana pajangan untuk produk nonresep (baik obat maupun bukan) yang mempunyai karakter sebagai produk utama.

125 BAB 3 METODE PELAKSANAAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan di Apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mulai dari tanggal 03 April 2014 sampai dengan 10 Mei Metode Pelaksanaan Pelaksanaan tugas khusus ini terfokus pada produk-produk yang dipajang di swalayan apotek Kimia Farma No. 55 Kebayoran Lama. Terdapat dua metode pengkajian yang dilakukan selama menyelesaikan proyek PKPA yaitu metode observasi langsung di lapangan dan metode diskusi. Observasi langsung di lapangan dilakukan dengan cara membandingkan ketentuan penataan dan promosi produk dari PT. Kimia Farma Apotek dengan pelaksanaan penataan dan promosi produk di swalayan apotek. Sedangkan diskusi dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung baik dengan asisten apoteker maupun apoteker mengenai permasalahan yang ditemui selama melakukan observasi. 14

126

127 15 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembelian (Purchasing) Pembelian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma dimaksudkan untuk menjamin tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan, baik untuk area swalayan maupun area farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan secara selektif dengan menggunakan sistem pareto. Sistem pareto merupakan suatu sistem yang memprioritaskan penyediaan barang-barang yang laku atau berdasarkan nilai rupiah barang. Jadi, barang dipesan berdasarkan pada kebutuhan dan seringnya barang tersebut dicari orang. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penumpukan barang yang berlebih. Keuntungan lain dari sistem pareto adalah perputaran modal menjadi cepat, menghindari kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang. Obat, alat kesehatan, dan barang-barang HV (Handverkoop) yang tinggal sedikit atau sudah habis dicatat pada buku defekta dan statusnya tertulis pada data di komputer, kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan pada data tersebut. Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya. Barang-barang yang akan dipesan serta jumlahnya selanjutnya dibuat sebagai Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Pengadaan yang efektif penting dilakukan karena dengan tersedianya produk farmasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan jumlah yang sesuai, akan timbul rasa percaya masyarakat pada apotek, sehingga akan terus mencari obat atau produk farmasi lain yang mereka butuhkan di apotek. Keuntungan lainnya adalah secara tidak langsung pasien yang sudah merasa percaya dapat merekomendasikan apotek ini ke masyarakat lainnya. Pada akhirnya jika obat atau produk farmasi yang masyarakat butuhkan selalu ada maka apotek semakin dipercaya oleh masyarakat sehingga terbentuknya kesetiaan 15

128 16 pada apotek dan penjualan apotek akan semakin sering yang menyebabkan omzet apotek dapat terus bertambah. Pengadaan barang dilakukan melalui Unit Bisnis Jaya I (BM Jaya I). Permintaan barang dilakukan dengan mentransfer Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) melalui Kimia Farma Information System (KIS). Di Apotek Kimia Farma no. 55 ini permintaan barang dilakukan setiap hari jumat. Jika barang yang dipesan oleh apotek tersedia di gudang BM Jaya I, maka akan diantarkan langsung pada apotek sesuai dengan jadwal. Jika barang tidak tersedia di gudang BM, bagian pengadaan akan mebuat Surat Pesanan (SP) ke PBF yang menjual obat tersebut, barang dari PBF akan disimpan di gudang selanjutnya di drop ke apotek yang memesan, namun jika pemesanan bersifat cito, PBF akan langsung mengirimkan ke apotek yang memesan. Di apotek Kimia Farma no. 55, barang dikirim oleh BM Jaya I pada hari rabu dan hari jum at. Namun, bila permintaan barang yang tercantum dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh BM Jaya I selama 1 periode pemesanan, maka dicantumkan kembali barang tersebut pada BPBA selanjutnya. Pengadaan barang yang dilakukan pada Apotek Kimia Farma no.55 telah dilakukan dengan cukup baik, namun adakalanya tetap terjadi kekosongan barang di apotek yang menyebabkan konsumen tidak bisa mendapatkan barang yang mereka inginkan. Hal ini terjadi keterlambatan kedatangan barang maupun kesalahan jenis barang yang tidak sesuai dengan pesanan apotik yang dikirim dari BM Jaya Design Lay Out Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif dan efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan optimal dan image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan tertarik untuk datang ke apotik tersebut. Desain layout Apotek juga harus disesuaikan dengan lokasi apotik dan tingkat ekonomi masyarakat yang menjadi target pasar dari apotek tersebut. Misalnya berada di sekitar daerah padat penduduk dan berada pada tepi jalan raya dua arah, atau berada dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar, bank, dan rumah sakit.

129 17 Desain layout Apotek Kimia Farma no. 55 dapat dilihat pada gambar 3.1. Dari gambar desain tersebut dapat kita lihat bahwa Apotek Kimia Farma no 55 telah memiliki perencanaan layout yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PT. Kimia Farma TBK. End G. End G. Wall Gondola Alur Konsumen Island Gondola Island Gondola End G. End G. End G. End G. Island Gondola Island Gondola Wall Gondola Area Swalayan End G. End G. Cooler Cooler Cooler Penyer ahan Obat Penerimaan Resep TV Konsultasi Apoteker Lemari obat Kursi Tunggu Peneri maan Obat Area Ethical Kursi admin Ruang Dokter Gambar 4.1. Desain Layout Apotek Kimia Farma no.55

130 18 Pada desain layout apotek diatas dapat kita lihat secara garis besar apotek dibagi menjadi 2 area, yaitu area swalayan dan area farmasi (ethical). Area swalayan apotek telah diatur dengan baik dan mempertimbangkan arus konsumen di dalam apotek sehingga konsumen yang datang ke apotek tidak akan merasa sesak. Pada area swalayan ini terdapat beberapa sarana displai yang digunakan sebagai tempat memajang produk swalayan. Sarana display tersebut antara lain : a. Empat buah island gondola b. Delapan buah end gondola. c. Dua belas buah wall gondola pada sisi kanan kiri apotek. d. Satu buah floor display. e. Satu buah slat wall. f. Tiga buah counter prescription. g. Tiga buah lemari pendingin (cooler). Pada masing-masing island gondola juga terdapat top shelving. Island gondola terletak di tengah-tengah area swalayan apotek dan memiliki jarak antar gondola yang cukup lebar, hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam mencari produk yang diinginkan dengan leluasa. Wall gondola terletak pada sisi kiri dan kanan apotek sehingga dapat dengan mudah terlihat oleh konsumen yang baru datang. Area swalayan dan area ethical dibatasi oleh meja kasir dan meja kosultasi apoteker. Area ini berada paling belakang dari pintu masuk apotek sehingga konsumen yang datang untuk menebus resep akan melewati area swalayan terlebih dahulu sebelum memasuk area ethical. Area ethical dibuat lebih kecil daripada area swalayan karena tidak memerlukan pemajangan yang luas. Pada area ini juga terdapat tempat peracikan obat. Pada area ini juga disediakan kursi tunggu, televisi dan majalah untuk dibaca oleh konsumen selama menunggu resep mereka disediakan oleh petugas apotek.

131 19 Gambar 4.2 Kondisi Area Swalayan Gambar 4.3 Kondisi Area Farmasi (Ethical) Secara garis besar desain layout Apotek Kimia Farma no.55 telah dibuat dengan baik. Apotek dibuat sesuai dengan konsep dari Kimia Farma Apotek, serta juga mempertimbangkan lokasi apotek yang berada di daerah padat penduduk dan berada pada tepi jalan raya dua arah, serta dekat dari tempat fasilitas umum, seperti pasar, bank, dan rumah sakit. Tata ruang apotek juga telah dibuat dengan baik dan memikirkan arus konsumen, hal ini terlihat dari apotek yang tetap terasa lapang dan nyaman walaupun ramai oleh konsumen yang datang. 4.3 Kategori Produk Pengelompokan produk merupakan hal yang penting dan harus dilakukan karena akan berdampak kepada efektifitas dan efisiensi dari apotek itu sendiri. Pengelompokan yang baik akan memudahkan petugas apotek dalam mencari obat yang

132 20 dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan kepada pasien dan meningkatkan kepuasan pasien,. Pengelompokan produk yang baik juga akan memudahkan pasien dalam mencari obat-obatan yang mereka butuhkan di area swalayan, sehingga pada akhirnya dengan adanya strategi pengelompokan produk yang baik pada area swalayan akan meningkatkan keuntungan yang didapat oleh apotek itu sendiri Area swalayan merupakan tempat dimana pasien dapat memilih sendiri obat atau produk lain yang pasien butuhkan. Pada area swalayan seluruh produk disusun dan dikelompokkan berdasarkan kategori. Kategori tersebut adalah : a. Skin care, b. Soap and body wash, c. Hair care, d. Oral care, e. Personal care, f. Traditional medicine, g. Medicine, h. Vitamin and mineral, i. Topical, j. First aid, k. Baby diapers, l. Baby and child care, m. Milk and nutrition, n. Food supplement, o. Adult diapers dan p. Paper product. Pada tiap kategori yang telah ditentukan tersebut produk juga disusun berdasarkan jenis produk dan abjad dari produk itu sendiri. Walaupun sudah diberikan tanda yang menyatakan golongan produk-produk tersebut, pasien kadang masih terlihat kebingungan dan kesulitan untuk mencari produk yang mereka perlukan. Pada area

133 21 swalayan ini juga terdapat SPG yang bertugas untuk mempromosikan produk-produk yang ada di apotek sekaligus membantu konsumen menemukan obat-obatan yang mereka butuhkan. Pada island gondola diletakan produk kategori skin care, soap and body wash, hair care, oral care, personal care, traditional medicine, medicine, vitamin and mineral, topical dan first aid. Produk-produk yang dipajang pada end gondola adalah produk-produk yang dikeluarkan oleh Kimia Farma dan juga produk yang sedang dalam masa promosi atau produk-produk yang melakukan kerja sama dengan Kimia Farma Apotek. Gambar 4.4 Island Gondola dan End Gondola Sedangkan untuk produk-produk yang dipajang pada wall gondola antara lain adalah baby diapers, baby and child care, milk and nutrition, food supplement, adult diapers dan paper product. Pada bagian atas dari wall gondola ini diletakkan duratran yang digunakan sebagai media iklan atau promosi dari produk-produk principal. Penyusunan produk pada wall gondola ini kurang tertata dengan rapi, seperti penyusunan produk yang tidak teratur, penempatan produk yang tidak sesaui dengan kategorinya dan juga penaataan produk yang tidak baik dimana masih terdapat banyak ruang kosong yang tidak terisi oleh produk. Sedangkan produk-produk yang dipajang di end gondola adalah produk-produk promosi dan juga produk-produk keluaran Kimia Farma.

134 22 Gambar 4.5 Wall Gondola Pada check out counter juga diletakkan produk-produk promosi maupun produk kimia farma, hal ini dilakukan. Check out counter merupakan tempat dimana pelanggan akan membayar barang yang dibelinya, jadi ini merupakan ttik akhir sebelum pelanggan keluar dari apotik, jadi produk-produk yang dipajang disini merupakanproduk-produk promosi atau produk yang dirasa bisa menarik hati pelanggan untuk membelinya. Gambar 4.6 Check Out Counter Pada apotek juga terdapat cooler yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan minuman, cooler yang terdapat disini ada 3 buah cooler yang berbeda dimensinya dan diletakkan disamping kursi tunggu pasien. Namun cooler yang bisa digunakan hanya dua buah karena ssalah satunya ada yang rusak.

135 23 Gambar 4.7 Cooler Jenis obat yang disimpan pada area ethical adalah obat-obat golongan keras, narkotika, psikotropika, vitamin, dan obat yang memerlukan perlakuan khusus dalam. Penyimpanan dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi (hormon, antidiabetes, kolesterol, hipertensi, pencernaan, alergi, antibiotik, pernafasan, analgesik), generik, bentuk sediaan (sirup dan sirup kering antibioti, sirup, krim dan salep, tetes mata, tetes telinga, inhaler), obat-obat untuk lembaga tertentu (misalnya ASKES/BPJS, Inhealth) dan penyimpanan khusus (di lemari es, misalnya insulin, suppositoria), masing-masing obat dalam kelompok tertentu diurutkan secara alfabetis dan diberikan label dengan warna tertentu untuk memudahkan pencarian. Jenis pengelompokan ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah memudahkan Apoteker atau AA untuk menawarkan pilihan dan merekomendasikan obat berdasarkan efek farmakologi obat tersebut dan menghindari adanya kesalahan pengambilan obat ataupun penyimpanan obat yang dikarenakan nama atau merek dagang yang hampir sama yang efeknya farmakologinya jauh berbeda. Pengelompokan produk pada Apotek Kimia Farma no.55 telah dilakukan dengan baik. Setiap produk dipajang pada sarana dislpai yang yang tepat dan sesuai dengan konsep dari Kimia Farma Apotek. Produk yang ada di apotek telah disusun berdasarkan jenis dan kategori produknya, baik itu produk obat-obatan, alat kesehatan maupun produk lainnya. Penyusunan pada tiap kategori juga telah dilakukan dengan baik seperti penyusunan produk yang diurutkan berdasarkan abjad dan bentuk sediaan.

136 24 Namun tetap saja ada kesalahan pada saat penyusunan dikarenakan banyaknyan jumlah barang yang datang ke apotek, kesibukan dari petugas apotek maupun petugas apotek yang belum memahami tata cara penyusunan barang di apotek.

137 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan a. Pengadaan perbekalan farmasi dimaksudkan untuk menjamin tersedianya perbekalan farmasi di apotek. Pengadaan perbekalan farmasi mencakup obat, bahan obat, dan alat kesehatan. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 55 dilakukan secara selektif dengan menggunakan sistem pareto b. Desain lay out suatu apotek memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu apotek. Dengan mengembangkan suatu desain lay out apotek yang efektif dan efisien, serta mempertimbangkan konsumen, maka penyajian produk akan optimal dan image apotek akan bagus sehingga menyebabkan konsumen akan tertarik untuk datang ke apotik tersebut. c. Pengelompokan produk merupakan hal yang penting dan harus dilakukan karena akan berdampak kepada efektifitas dan efisiensi dari apotek itu sendiri. Pengelompokan yang baik akan memudahkan petugas apotek dalam mencari obat yang dibutuhkan oleh pasien sehingga dapat mempercepat pelayanan kepada pasien dan meningkatkan kepuasan pasien. 4.2 Saran a. Perlu perencanaan pengadaan yang lebih baik pada apotek kimia farma no. 55 untuk mengatasi kekosongan produk yang terjadi pada apotek. b. Pengelompokan produk harus dilakukan dengan lebih baik lagi seperti dengan melakukan pelatihan kepada petugas apotek tentang tata cara pengelompokan produk yang baik dan benar. 25 Universitas indonesia

138 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Logistik & Merchandising Direktorat Operasional PT. Kimia Farma Apotek. (2010). Merchandise Structure & Display Manual, Pedoman Pengelompokan dan Penyajian Produk di Store Apotek Kimia Farma. Jakarta : PT. Kimia Farma Apotek 26

139 26

140 LAMPIRAN

141 28 Lampiran 1. Tata cara penempatan produk di gondola

142 29 Lampiran 2. Jenis-jenis sarana display produk

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER i UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SHEILA NOOR AISYAH, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 6 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ALIFANA JASMINDRIYATI,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JALAN PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI - 12 JULI, 29 JULI - I2 AGUSTUS, DAN 19-23 AGUSTUS 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci