UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm ANGKATAN LXXVI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker FURQON DWI CAHYO, S.Farm ANGKATAN LXXVI PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JUNI 2013

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini Diajukan oleh: Nama : Furqon Dwi Cahyo NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas Farmasi Judul Laporan : Apotek Kimia Farma No. 2 Jl. Senen Raya No. 66, Jakarta Pusat, Periode 3 April 30 April 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 2, Jakarta Pusat. Shalawat dan salam tidak lupa senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada: 1. Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI. 3. Ibu Astrid Dwiastuti, S.Si., Apt., selaku pembimbing di Apotek Kimia Farma No. 2 yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan pengarahan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan PKPA. 4. Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. 5. Dra. Azizahwati, M.S., Apt., selaku pembimbing apotek PKPA di Fakultas Farmasi UI. 6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 2 yang telah memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan, dan kerja sama selama pelaksanaan PKPA. 7. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi UI. 8. Rekan PKPA di Apotek Kimia Farma No Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung. iv

5 Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah banyak membantu. dan semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Furqon Dwi Cahyo NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.2 Jl. Senen Raya no. 66 Jakarta Pusat Periode 3 April 30 April 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini, berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 03 Agustus 2013 Yang menyatakan, (Furqon Dwi Cahyo)

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Landasan Hukum Apotek Persyaratan Apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Apotek Pelayanan Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika Pelanggaran Apotek Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek BAB 3 TINJAUAN UMUM Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk PT. Kimia Farma Apotek Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek BAB 4 TINJAUAN KHUSUS Apotek Kimia Farma No Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apoteker Kegiatan Operasional Pengelolaan Narkotika di Apotek Kimia Farma No Pengelolaan Psikotropika di Apotek Kimia Farma No BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan vi

8 6.2. Saran DAFTAR ACUAN vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Logo Kimia Farma Apotek viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Lampiran 2. Struktur Organisasi di Apotek Kimia Farma No Lampiran 3. Layout Apotek Kimia Farma No Lampiran 4. Contoh Lembar Copy Resep di Apotek Kimia Farma No Lampiran 5. Contoh Kartu Stok Barang di Apotek Kimia Farma No Lampiran 6. Contoh Lembar Kwitansi Pembayaran Resep di Apotek Kimia Farma No Lampiran 7. Lembar Surat Pesanan Narkotika Lampiran 8. Lembar Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 9. Contoh Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) Lampiran 10. Contoh Plastik Klip dengan Etiket Apotek Kimia Farma No Lampiran 11. Contoh Kertas Pembungkus Puyer Apotek Kimia Farma No Lampiran 12. Contoh Etiket Obat Apotek Kimia Farma No Lampiran 13. Contoh Penandaan Obat di Apotek Kimia Farma No Lampiran 14. Foto Tampilan Apotek Kimia Farma No ix

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan bagian penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan nasional. Sebagai salah satu wujud pembangunan nasional, pemerintah berupaya meningkatkan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan kesehatan ini adalah melalui pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Apotek sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian ialah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah RI, 2009). Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan dan pencampuran tetapi juga termasuk pengendalian mutu dan pengamanan sediaan farmasi, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), alat kesehatan, dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana penyalur perbekalan farmasi yang berhubungan langsung dengan masyarakat, dituntut untuk dapat memberikan pelayanan terbaik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat dan alat 1

12 2 kesehatan. Terlebih lagi, pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengalami pergeseran orientasi, yang semula berorientasi pada pengelolaan obat (drug oriented) sebagai komoditi, telah beralih berorientasi pada pasien (patient oriented), dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (pharmaceutical care). Apotek sebagai tempat pelayanan kefarmasian sekaligus badan usaha yang membutuhkan profit untuk menunjang kegiatannya harus dikelola oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik. Selain ilmu kefarmasian, seorang Apoteker Pengelola Apotek juga dituntut untuk dapat menguasai ilmu-ilmu ekonomi, seperti ilmu manajemen dan ilmu akuntansi, sehingga seluruh kegiatan di apotek dapat memberikan keuntungan yang optimal tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat. Kesiapan institusi pendidikan dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi faktor penting sehingga setiap tenaga kesehatan, termasuk apoteker, diharapkan mempunyai wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk bisa berperan dan memberikan andil dalam menjalankan profesinya di apotek. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan Apoteker di apotek Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 2 bertujuan untuk: a) Mengetahui dan memahami peran apoteker sebagai pengelola apotek dalam bidang manajemen apotek maupun pelayanan kefarmasian. b) Memahami proses pengelolaan obat dan produk kesehatan lainnya di Apotek Kimia Farma No.2

13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh seorang Apoteker. Apotek tidak hanya sebagai usaha dagang komersial, melainkan tempat memperoleh obat yang sangat dibutuhkan pasien sesuai dengan resep yang diberikan dokter. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek mencantumkan definisi apotek sebagai satu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan Apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek adalah: a) Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b) Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. 3

14 4 c) Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d) Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a) Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b) Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c) Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. d) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. e) Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. f) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Apotek tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. g) Keputusan Menkes RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek Persyaratan Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut: a) Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap

15 5 dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. c) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah : Tempat/Lokasi Saat ini, persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor lainnya Bangunan Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain : a) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, alu dan lain-lain. b) Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c) Wadah pengemas dan pembungkus. d) Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep dan kuitansi. e) Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.

16 Tenaga Kerja/ Personalia Apotek a) Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). b) Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek menggantikan APA pada hari buka Apotek. c) Asisten Apoteker (Tenaga Teknis Kefarmasian) adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten Apoteker. b) Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Pekerjaan kefarmasian seorang Apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi Apoteker, oleh karena itu Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan pada kepentingan masyarakat hal ini dikarenakan apoteker merupakan motor penggerak kemajuan suatu apotek. Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) dan Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

17 7 a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah/janji apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Di samping itu, menurut PP No. 51 Tahun 2009, seorang APA juga harus memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) yang persyaratannya antara lain: a) Memiliki ijazah apoteker b) Memiliki sertifikat kompetensi profesi c) Mempunyai surat persyaratan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker d) Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek e) Membuat persyaratan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek. Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek.

18 8 Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan dibidang pelayanan (teknis kefarmasian). Untuk dapat melaksanakan usahanya dengan sukses seorang APA harus melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan. b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan pelbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap. c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing. d. Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya. e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan. f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat nyaman dan ekonomis. Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi : a) Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan. b) Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan. c) Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan. d) Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, Apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes). Selanjutnya Kepala Dinkes wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabutan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan

19 9 RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.

20 10 j. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya Pencabutan Surat Izin Apotek Apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau, b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian dan atau, c. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus dan atau, d. Terjadi pelanggaran terhadap UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya dan atau, e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut dan atau, f. Pemilik Sarana Apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat dan atau, g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2-6 bulan sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan di apotek. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya selama masa pembekuan. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

21 11 a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Jika tidak ada Apoteker Pendamping, pada pelaporan tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropik, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropik. Ketika penyerahan berlangsung, harus dibuat berita acara serah terima kepada kepala Dinas kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM setempat Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian. a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi: 1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. 2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. 3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.

22 12 b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 992/MENKES/PER/X/1993, yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah.

23 13 c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik setelah mendapat persetujuan pasien. d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM. e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. k. APA, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun

24 14 semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu: a. Narkotika Golongan I Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Golongan ini terdiri atas 65 jenis narkotika. Contoh: kokain, ganja, heroin, opium, dan campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika. Di dalam Undang-Undang Narkotika No. 35 tahun 2009, terdapat perluasan bahan-bahan yang termasuk Narkotika Golongan I dengan adanya penambahan dari Psikotropika Golongan I (26 jenis) dan Psikotropika Golongan II (11 jenis). Beberapa bahan tersebut, antara lain katinona, lisergida (LSD), 3,4-metilendioksi- N-metilamfetamin (MDMA) atau yang dikenal dengan ekstasi, dan metamfetamina atau yang dikenal dengan shabu. b. Narkotika Golongan II Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi me ngakibatkan ketergantungan. Golongan ini terdiri atas 86 jenis narkotika. Contoh: difenoksilat, metadon, morfin, petidin, dan garam-garam dari narkotika yang terdapat pada golongan ini. c. Narkotika Golongan III Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Golongan ini terdiri atas 14 jenis narkotika. Contoh: etilmorfin, kodein, buprenorfin, dan garam-garam dari narkotika dalam golongan ini. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan satu-satunya perusahaan yang diizinkan oleh pemerintah untuk mengimpor, memproduksi, dan mendistribusi narkotika di wilayah Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

25 15 pengawasan oleh pemerintah, karena sifat negatifnya yang dapat menyebabkan ketagihan yang sangat merugikan. Pengelolaan narkotika meliputi kegiatankegiatan: a. Pemesanan narkotika Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Surat Pesanan narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA, dan stempel apotek. Satu surat pesanan terdiri dari rangkap 4 dan 1 SP hanya dapat untuk memesan satu jenis obat narkotika. b. Penyimpanan narkotika Narkotika yang ada di apotek harus disimpan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Pasal 16 Undang-undang No. 9 tahun 1976). Sebagai pelaksanaan pasal tersebut telah diterbitkan Permenkes RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika, yaitu pada pasal 5 yang menyebutkan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. 2. Harus mempunyai kunci yang kuat. 3. Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garamgaramnya, serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. 4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Pada pasal 6, dinyatakan sebagai berikut: 1. Apotek dan rumah sakit harus menyimpan narkotika pada tempat khusus sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5, dan harus dikunci dengan baik. 2. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. 3. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab/asisten kepala atau pegawai lain yang dikuasakan.

26 16 4. Lemari khusus harus ditaruh pada tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum. c. Pelaporan narkotika Pelaporan narkotika saat ini menggunakan sistem SIPNAP sebagai media pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang terhubung melalui internet kepada server di Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan. d. Pelayanan resep yang mengandung Narkotika Dalam Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika disebutkan: 1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan. 2. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Untuk salinan resep yang mengandung narkotika dan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, berdasarkan surat edaran Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 366/E/SE/1977 antara lain disebutkan: 1. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang-undang No.9 tahun 1976 tentang Narkotika, maka apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli. 2. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika. e. Pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat Pada pasal 9 Permenkes RI No. 28/MENKES/PER/1978 disebutkan bahwa APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat lagi. Pelaksanaan pemusnahan narkotika di apotek, yang rusak atau tidak memenuhi syarat harus disaksikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat: 1. Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.

27 17 2. Nama Apoteker Pengelola Apotek. 3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek tersebut. 4. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 5. Cara pemusnahan. 6. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi. Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dati II/kodya, dengan tembusan kepada Balai POM Pengelolaan Psikotropika Psikotropika menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dikategorikan ke dalam 4 golongan. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Psikotropika Golongan I, yang terdiri atas 26 jenis psikotropika, dan 11 jenis psikotropika dari Psikotropika Golongan II dimasukkan ke dalam Narkotika Golongan I. Terdapat 3 jenis psikotropika dari Psikotropika Golongan II yang tidak termasuk ke dalam Narkotika Golongan I, yaitu metamfetamina rasemat, metilfenidat, dan sekobarbital. Namun saat ini, apabila berbicara mengenai psikotropika, maka psikotropika yang dimaksud hanya Psikotropika Golongan III dan Psikotropika Golongan IV, yaitu sebagai berikut (Presiden RI, 1997) : a. Psikotropika Golongan III Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Golongan ini terdiri atas 9 jenis psikotropika. Contoh: buprenorfina, flunitrazepam, dan pentobarbital. Akan tetapi, berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, buprenorfina telah dimasukkan ke dalam Narkotika Golongan III.

28 18 b. Psikotropika Golongan IV Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Golongan ini terdiri atas 26 jenis psikotropika. Contoh: bromazepam, diazepam, dan fenobarbital. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 Tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu: a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika c. Memberantas peredaran gelap psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi kegiatan-kegiatan : Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap empat dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, Balai pengobatan dan dokter kepada pengguna/pasien berdasarkan resep dokter Pelaporan psikotropika

29 19 Pelaporan psikotropika saat ini menggunakan sistem SIPNAP sebagai media pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang terhubung melalui internet kepada server di Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Sudin Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Dati II/Kodya dengan tembusan kepada Balai POM Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) SIPNAP adalah sebuah software yang digunakan sebagai media pelaporan penggunaan narkotika serta psikotropika dan terhubung melalui internet kepada server di Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011). Hasil pelaporan dari SIPNAP ini berguna sebagai acuan bagi pihak Kementerian Kesehatan untuk menyusun Rencana Kebutuhan Tahunan Narkotika dan Psikotropika dalam rangka menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika yang diperlukan, khususnya untuk kepentingan pelayanan kesehatan, di Indonesia (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011; Presiden, 2009). Software SIPNAP ini diberikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai user akan melakukan input data unit pelayanan, seperti apotek, puskesmas, dan rumah sakit, ke dalam software SIPNAP. Software akan memberikan output berupa lembar kerja dalam format Microsoft Excel yang kemudian dibagikan kepada unit pelayanan yang ada di kabupaten/kota tersebut. Lembar kerja tersebut diisi oleh unit pelayanan melalui komputer dan selanjutnya diserahkan kembali kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk

30 20 softcopy setiap bulannya. Hasil isian lembar kerja dari unit pelayanan tersebut lalu dimasukkan ke dalam software SIPNAP oleh pihak pengelola SIPNAP di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setelah semua hasil laporan dari unit pelayanan direkapitulasi, selanjutnya data tersebut dikirimkan melalui internet ke server yang ada di Kementerian Kesehatan. Program SIPNAP ini juga dilengkapi dengan aplikasi berupa daftar dalam form Excel berisi nama-nama narkotika dan psikotropika yang dapat dilaporkan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2008). Implementasi penggunaan SIPNAP ini dilakukan melalui bimbingan teknis oleh petugas dari Kementerian Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan satu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang berada di ibukota provinsi. Pihak Kementerian Kesehatan akan memberikan user ID dan password kepada pengelola SIPNAP di Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Melalui server tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melihat hasil laporan yang telah dikirimkan ke server Kementerian Kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi bertugas untuk mengecek pengiriman laporan yang telah dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui server SIPNAP tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan Provinsi juga melakukan pembinaan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui sosialisasi dan pelatihan software SIPNAP serta memberi teguran kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang belum mengirimkan laporannya (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2011). Software SIPNAP telah disosialisasikan oleh pemerintah pusat ke provinsi sejak tahun Pada tahun 2012, software tersebut telah mengalami penyempurnaan dari versi yang terdahulu, namun sosialisasinya masih terbatas sehingga masih banyak apotek yang belum menerapkan sistem ini (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008) Pelanggaran Apotek Pelanggaran apotek dapat diktegorikan dalam dua macam, berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran tersebut. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek meliputi :

31 21 a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis kefarmasian b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpangan obat palsu atau gelap c. Pindah alamat apotek tanpa izin d. Menjual narkotika tanpa resep dokter e. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar f. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti pada waktu APA keluar daerah. Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi : a. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam buka apotek b. Mengubah denah apotek tanpa izin c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya e. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada g. Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh Apoteker h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat j. Resep narkotika tidak dipisahkan k. Buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa l. Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang diberikan menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah: a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing masing dua bulan.

32 22 b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta. c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap : a. Undang undang Obat Keras (Staatblad No.419 Tahun 1949). b. Undang undang Kesehatan No.36 Tahun c. Undang undang Narkotika No.35 Tahun d. Undang undang Psikotropika No. 5 Tahun Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf. b. Objektif c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan d. Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

33 23 e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting.

34 BAB 3 TINJAUAN UMUM 3.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Kimia Farma termasuk perintis di bidang industri farmasi di Indonesia. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh penguasa perang pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Dengan adanya nasionalisasi tersebut, maka pada tahun 1960, berdasarkan Undang-Undang No.19/PRP/ tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan PP No. 69 tahun 1961, Departemen Kesehatan mengganti Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan Farmasi Belanda) menjadi BPU (Badan Pimpinan Umum) Farmasi Negara dan membentuk PN Farmasi yaitu PNF. Radja Farma, PNF. Nurani Farma, PNF. Nakula Farma, PNF. Bhineka Kina Farma, PNF. Bio Farma, PNF. Sari Husada dan PNF. Kasa Husada. Pada tahun 1969, sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, pemerintah melebur beberapa perusahaan farmasi menjadi PN. Farmasi Bhineka Kimia Farma. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971 tanggal 16 Agustus 1971, ditetapkan pengalihan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi PT (Persero) Kimia Farma. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT Kimia Farma Trading dan Distribution. 24

35 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek mengelola kurang lebih 400 apotek yang tersebar di seluruh tanah air. PT. Kimia Farma Apotek memimpin pasar dibidang perapotekan dengan penguasaan pasar sebesar 19% dari total penjualan apotek di seluruh Indonesia. Apotek Kimia Farma melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan obat bebas atau Over the Counter (OTC) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma merupakan suatu apotek jaringan terpadu dimana kegiatan managerial beberapa apotek pelayanan dikoordinasikan terpusat pada masing-masing wilayah unit Bussiness Manager (BM). Pada saat ini, unit Bussiness Manager (BM) dan Apotek Pelayanan merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di wilayahnya, administrasi pembelian/pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah dan apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat. Hal tersebut diharapkan akan meningkatkan penjualan. Selain itu, keuntungan lainnya adalah merasionalkan jumlah sumber daya manusia terutama tenaga administrasi, sehingga menghasilkan biaya administrasi yang efisien dan meningkatkan keuntungan dalam hal pengadaan barang karena pemasok akan memberikan diskon yang lebih besar dengan pembelian dalam jumlah besar. Untuk wilayah Jabodetabek, BM dibagi menjadi lima unit bisnis yaitu : a. BM Jaya I membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM di Jalan Sultan Hasanudin No.1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

36 26 b. BM Jaya II membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dengan BM di Jalan Matraman Raya No. 55, Matraman, Jakarta Timur. c. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Jalan Ir. H. Juanda No.30, Bogor. d. BM Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Jalan A.Yani No. 135, Tangerang. e. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah Menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia Misi Upaya untuk menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan, maka PT. Kimia Farma Apotek melaksanakan kegiatan dengan misi : a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee Based Income) Logo PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic. Gambar 3.1 Logo PT. Kimia Farma Apotek

37 Pengertian Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. d. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.

38 Sifat huruf a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dengan konsep apotek jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 15 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi Direktur Operasional serta Direktur Keuangan, Umum dan Sumber Daya Manusia yang masing-masing membawahi fungsi departemen. Selain itu, Direktur Utama juga secara langsung membawahi Manajer Klinik, Manajer IT dan Manajer Pengembangan Bisnis. Direktur Operasional membawahi Manajer Controller and Compliance, Manajer Priciple and Merchandise, serta Manajer Unit Bisnis sedangkan Direktur Keuangan, Umum dan Sumber Daya Manusia membawahi Manajer Keuangan dan Akuntansi serta Manajer General Affair and Human Capital. Manajer Unit Bisnis secara struktur organisasi langsung membawahi para Manajer Apotek Pelayanan (MAP). Selain itu, Manager Bisnis juga membawahi Supervisor Keuangan dan Akuntansi serta Supervisor Pengadaan. Supervisor Keuangan dan Akuntasi membawahi bagian Administrasi Hutang Dagang,

39 29 Piutang Dagang, Sumber Daya Manusia, Perpajakan dan Kasir Besar. Masingmasing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing. Bagan struktur organisasi Kimia Farma Apotek secara jelas digambarkan pada Lampiran 1.

40 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Apotek Kimia Farma No.2 Apotek Kimia Farma No.2 merupakan salah satu apotek pelayanan dari PT. Kimia Farma Apotek. Apotek ini terletak di Jalan Senen Raya No.66, Jakarta Pusat. Apotek ini merupakan salah satu anggota unit BM Jaya II yang bertempat di Jalan Matraman Raya No.55. Apotek Kimia Farma No.2 dilengkapi dengan sarana kesehatan yaitu dengan membuka tempat praktek dokter di apotek Organisasi dan Personalia Apotek Kimia Farma No.2 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping yang membawahi Supervisor Layanan Farmasi. Supervisor Layanan Farmasi membawahi Asisten Apoteker (AA), juru resep dan kasir. Struktur organisasi yang baik diperlukan agar pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab menjadi jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pekerjaan serta memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban. Bagan struktur organisasi di Apotek Kimia Farma No.2 tertera pada Lampiran Lokasi Lokasi apotek yang baik adalah lokasi yang mudah diakses oleh calon pembeli dengan kondisi lalu lintas yang cukup ramai namun bukan daerah macet, tidak terlalu diujung sebuah jalan atau terlalu dekat dengan persimpangan maupun lampu merah, serta terletak pada jalan dua arah dan sebaiknya tidak ada pembatas jalan dua arah terebut sehingga pelanggan atau calon pembeli dari arah manapun mudah menuju apotek (Umar, 2011). Apotek Kimia Farma No.2 terletak di Jalan Senen Raya No. 66, Jakarta Pusat. Lokasi ini dekat dengan lampu merah dan tepat di ujung perempatan jalan sehingga pasien atau calon pembeli baru yang berniat ke apotek Kimia Farma No.2 berisiko terlewat. Apabila apotek terlanjur dilewati, pasien atau calon pembeli harus memutar jalan cukup jauh karena jalan yang dilewati adalah jalan 30

41 31 satu arah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemilihan lokasi tepat di ujung perempatan ini sedikit kurang strategis. Namun demikian, usia apotek yang cukup lama dan daerah sekitar apotek yang dikelilingi pemukiman penduduk membuat Apotek Kimia Farma No.2 tetap ramai dikunjungi pelanggan Tata Ruang Tata ruang Apotek Kimia Farma 2 saat ini berkonsep terbuka sehingga pasien dapat melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh para pegawai apotek serta dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran dan ketepatan pelayanan serta pengawasan kegiatan apotek. Pembagian ruang di Apotek Kimia Farma 2 antara lain: a. Ruang tunggu Ruang tunggu terdapat pada bagian depan pada saat memasuki apotek. Ruang ini dilengkapi oleh beberapa bangku, brosur, leaflet, surat kabar, majalah kesehatan serta timbangan badan sehingga pasien merasa nyaman untuk menunggu. b. Ruang swalayan farmasi Ruangan ini terdapat di bagian depan saat masuk apotek yang menjual berbagai macam produk baik obat bebas, kosmetik maupun alat kesehatan. Produkproduk ditata semenarik mungkin berdasarkan golongan dan jenis produk agar dapat dicari dengan mudah dan membuat pelanggan merasa nyaman. c. Ruang penerimaan resep, kasir dan penyerahan obat Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh meja yang tidak terlalu tinggi dan merupakan tempat apoteker memberikan pelayanan resep disertai dengan pemberian informasi obat. Bagian kasir juga dipisahkan oleh meja setinggi dada yang menjadi tempat pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun tanpa resep. d. Ruang penyimpanan obat Tempat ini terdiri dari rak-rak kayu dan laci-laci. Penyusunan dan tata letak obat dibedakan berdasarkan bentuk sediaan (tablet, sirup, salep, obat tetes, suppositoria dan injeksi), kemudian dibagi berdasarkan efek farmakologinya yang selanjutnya diurutkan secara alfabetis. Khusus untuk narkotika dan

42 32 psikotropika diletakkan dalam lemari terpisah. Lemari narkotika diletakkan dalam lemari ganda yang disimpan pada tempat tertutup dengan kunci ganda. Kunci tersebut dipegang oleh petugas apotek yang diberi wewenang. e. Ruang peracikan Ruangan ini terletak di dibelakang tempat penerimaan resep dan penyerahan obat. Di ruangan ini dilakukan penimbangan, pencampuran dan peracikan obatobat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti bahan baku, timbangan, lumpang, alu, blender, mesin press dan alat-alat meracik lainnya. f. Ruangan Apoteker Pengelola Apotek Ruangan ini digunakan oleh APA untuk melaksanakan tugas kesehariannya. g. Ruang Supervisor Layanan Farmasi Ruangan ini digunakan oleh Supervisor Layanan Farmasi dan staf administrasi kasir/keuangan untuk melaksanakan tugas kesehariannya h. Ruang penunjang lain Ruang penunjang lain terdiri dari ruang penyimpanan arsip resep, toilet, mushola dan dapur Tugas dan Tanggung Jawab Pesonalia Apoteker Apoteker Pengelola Apotek Apotek Kimia Farma dipimpin oleh seorang apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki surat izin kerja dan telah mengucap sumpah. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan di apoteknya serta bertanggung jawab langsung kepada BM Jaya II Kimia Farma. APA harus menguasai manajemen, yaitu perencanaan, koordinasi, kepemimpinan dan pengawasan disamping kemampuan dibidang farmasi, baik teknis maupun non teknis. APA mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi profesi kefarmasian di apotek dengan memberikan bimbingan bagi seluruh sumber daya sesuai dengan profesinya, untuk memastikan bahwa Apoteker Pengelola Apotek dapat bekerja mengelola apotek sesuai dengan profesinya sebagai Apoteker.

43 33 b. Mengelola dan mengawasi kegiatan operasional layanan farmasi di apotek yang menjadi tanggungjawab dalam hal pelayanan, untuk memastikan pencapaian kinerja apotek dalam hal pelayanan (tidak ada kesalahan obat dan keluhan pelanggan). c. Memberikan pengarahan dan mengidentifikasi potensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan operasional apotek di bawah tanggung jawabnya, untuk memastikan seluruh karyawan dapat bekerja secara optimal sesuai dengan potensi dan tugasnya masing-masing sehingga target apotek pelayanan tercapai. d. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan pemberian layanan swamedikasi sesuai dengan profesinya, untuk mempertahankan citra baik perusahaan dan loyalitas pelanggan. e. Memberikan pelatihan kepada seluruh SDM sesuai dengan kebutuhan di apotek, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik. f. Melakukan validasi penjualan dan stock opname untuk memastikan sistem informasi berjalan dengan baik Apoteker Pendamping APA dibantu oleh satu orang apoteker pendamping yang melaksanakan praktek kefarmasian secara bergantian atau menggantikan APA apabila APA berhalangan dalam melakukan tugasnya pada jam buka apotek. Apoteker pendamping ini bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas APA Supervisor Layanan Farmasi Supervisor layanan farmasi ialah seorang asisten apoteker yang langsung bertanggung jawab kepada APA. Tugas dan tanggung jawab supervisor layanan farmasi adalah: a. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan di apotek untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan standar dan prosedur.

44 34 b. Mengelola pembagian tugas dan menyusun jadwal tugas karyawan serta mengatur cuti karyawan untuk memastikan pengalokasian karyawan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan. c. Mengkoordinasikan pembagian tanggung jawab lemari obat serta melakukan verifikasi permintaan barang dari penanggung jawab lemari obat untuk memastikan tingkat persediaan barang yang optimal. d. Melakukan kegiatan rekapitulasi penggunaan narkotika dan psikotropik dari tiap loket sebelum dilaporkan ke Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dan Suku Dinas Kesehatan, untuk memastikan tingkat penggunaan yang sesuai dengan kebutuhan, standar, dan prosedur yang berlaku. e. Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan data penerimaan barang serta stock opname, yaitu mencocokkan barang yang ada dengan catatan pada kartu dan komputer, untuk memastikan kesesuaian data barang dalam sistem dan barang secara aktual. f. Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan resep kredit untuk mendukung kelancaran proses penagihan lebih lanjut. g. Melakukan pembatalan transaksi obat dari pelanggan, untuk memastikan pemberian layanan yang sesuai dan memenuhi standar dan prosedur yang berlaku. h. Mengelola persiapan Bon Penerimaan Barang Apotek (BPBA) dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu dan ketentuan serta prosedur yang berlaku Asisten Apoteker Asisten Apoteker bertanggung jawab kepada Supervisor Layanan Farmasi dalam menjalankan tugasnya. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut: a. Memberikan pelayanan kepada pasien, mulai dari penerimaan resep (sebelum diberikan kepada kasir), perhitungan harga resep (apabila diperlukan), pengambilan obat dari bagian persiapan, dan penyerahan obat kepada pasien Asisten Apoteker (disertai pencatatan informasi penting), untuk memastikan pelayanan terintegrasi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

45 35 b. Melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep bila ditemukan kejanggalan pada resep dan melakukan koreksi dengan persetujuan dokter penulis resep, untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam penulisan resep. c. Melakukan proses analisa resep obat racikan untuk memastikan bahwa jumlah dan dosis obat yang telah tertulis di dalam resep tepat. d. Memberikan pelayanan untuk penjualan obat bebas, untuk memastikan proses penjualan bebas dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. e. Mengecek barang yang datang, untuk mengetahui kesesuaian barang yang datang sesuai dengan barang yang dipesan. f. Memberikan informasi mengenai barang barang yang akan dibeli ke bagian pembelian, untuk mendukung proses pemesanan dan pembelian barang Juru Resep Juru resep mempunyai tugas sebagai berikut: a. Membantu tugas Asisten Apoteker untuk menyiapakan obat, yaitu dengan mengerjakan obat-obat racikan yang bahannya telah disiapkan oleh Asisten Apoteker sesuai dengan bentuk sediaan yang diminta. b. Menjaga kebersihan di lingkungan Apotek, melaporkan sediaan obat yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker Kasir Kasir bertanggung jawab kepada Supervisor Layanan Farmasi dan mempunyai tugas antara lain: a. Menerima uang pembayaran atas hasil penjualan tunai, yaitu resep tunai, penjualan bebas dan penjualan alat-alat kesehatan. b. Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap harian pada laporan penjualan harian. c. Menghitung dan menyetorkan semua hasil penjualan tunai harian selama bertugas pada kasir besar melalui supervisor peracikan sebagai penanggung jawab.

46 Kegiatan Operasional Kegiatan operasional meliputi kegiatan kefarmasian (pengadaan barang, penyimpanan, penjualan dan peracikan) dan kegiatan non teknis kefarmasian (kegiatan administrasi resep dan non resep). Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, Apotek Kimia Farma 2 buka selama 24 jam setiap hari dari hari Senin-Minggu Pengadaan barang Pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasi 1ainnya dilakukan oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada apoteker, Sistem pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 2, yaitu dengan membuat BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek). Sistem BPBA yaitu petugas pengadaan apotek pelayanan membuat daftar permintaan barang dalam bentuk BPBA melalui program Kimia Farma lnformation system (KIS) berdasarkan buku defekta dan mengirimnya ke pengadaan BM Jaya II. Barang yang dipesan akan diantarkan ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak hanya berasal dari PBF Kimia Farma, tetapi juga dari PBF atau distributor lainnya. Prosedur pembelian barang tersebut adalah a) Bagian pengadaan di apotek pelayanan membuat daftar kebutuhan barang dalam bentuk BPBA dan mengirimnya ke bagian pembelian BM. Jika barang (obat atau perbekalan farmasi) yang diminta tersedia di BM, maka BM akan segera langsung mengirim barang tersebut ke apotek pelayanan dengan dokumen dropping. b) Apabila barang yang diminta oleh apotek pelayanan tidak tersedia, BM akan memesankan barang tersebut menggunakan Surat Pesanan (SP) ke PBF dan langsung dikirimkan ke BM kembali untuk selanjutnya didistribusikan ke apotek pelayanan yang bersangkutan. c) Untuk pembelian barang psikotropika-narkotik, PBF akan menyerahkan barang secara langsung ke apotek pelayanan yang bersangkutan dengan menggunakan faktur.

47 Penyimpanan Barang Penyimpanan barang, obat atau perbekalan farmasi dilakukan oleh asisten apoteker. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau barang harus di input ke dalam komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi atau diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang. Setiap asisten apoteker bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di rak lemari rnasing-masing. Penyimpanan obat ethical disusun berdasarkan bentuk sediaan kemudian dibagi kembali berdasarkan efek farmakologi serta disusun secara alfabetis. Penyimpanan obat atau barang diruang peracikan disusun sebagai berikut: a. Lemari penyimpanan obat generik sediaan tablet dan kapsul. b. Lemari penyimpanan obat paten dan merek dagang sediaan tablet dan kapsul. c. Lemari penyimpanan bahan baku. d. Lemari penyimpanan sediaan cair sirup atau suspensi untuk obat generik, obat paten dan merek dagang. Penyimpanan obat atau barang untuk Over The Counter (OTC dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Produk yang dijual bebas diletakkan pada gondola dan lemari kaca yang disusun sedemikian rupa agar memudahkan pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan. Produk yang dijual antara lain obat bebas terbatas, obat bebas, vitamin, kosmetika, produk perawatan tubuh, jamu serta beberapa makanan dan minuman. produk tersebut disajikan dalam bentuk swalayan farmasi. Untuk memudahkan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang, maka setiap tiga bulan dilakukan stock opname yaitu dengan mencocokkan jumlah barang dengan yang ada dicatatan kartu stok Penjualan Penjualan yang digunakan oleh Apotek Kimia Farma 2 meliputi penjualan obat dengan resep dokter tunai, penjualan obat dengan resep dokter kredit, penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas secara swamedikasi serta penjualan produk OTC lainnya.

48 38 Penjualan obat dengan resep dokter tunai dilakukan terhadap pasien yang datang langsung ke apotek untuk menebus obat dengan menggunakan resep dokter dengan prosedur sebagai berikut: a. Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep mengucapkan salam dan menerima resep yang diberikan oleh pasien kemudian memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. b. Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. c. Kemudian dilakukan penetapan harga obat, jika pasien setuju maka dilakukan pembayaran oleh pasien di kasir. Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan obat. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas akan memberikan salinan resep dan penulisan kwitansi bila perlu. d. Asisten apoteker dibantu oleh juru resep akan meracik dan/atau menyiapkan obat sesuai dengan resep kemudian obat diberi etiket dan dikemas. e. Sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali oleh apoteker meliputi nomor resep, nama pasien, nama obat, bentuk sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan salinan resep sesuai dengan resep aslinya serta pemeriksaan kwitansi. f. Obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien sesuai dengan nama dan nomor resep. Pasien diberi informasi yang jelas mengenai aturan pakai obat, cara penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya, serta informasi lain yang diperlukan. g. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep kemudian resep disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun. b. Penjualan obat dengan resep kredit yaitu resep yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala berdasarkan perjanjian kerja sama yang telah disepakati oleh suatu suatu perusahaan atau instansi dengan apotek. Penagihan dilakukan oleh BM sesuai dengan data yang diberikan oleh apotek pelayanan. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan yaitu: 1. Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai.

49 39 2. Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien dan nomor teleponnya pada bukti penerimaan obat. 3. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiap instansi atau perusahaan yang bersangkutan, kemudian dibuatkan lembaran atau syarat penagihan sesuai dengan format yang diminta. Penagihan dilakukan saat jatuh tempo sesuai kesepakatan bersama. Penjualan bebas adalah penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC baik obat bebas maupun bebas terbatas. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pegawai apotek yang bertanggung jawab terhadap penjualan OTC menerima permintaan barang dan pembeli. b. Setelah harga disetujui, pembeli membayar ke kasir. c. Kasir menerima pembayaran dan mencetak struk pembayaran. d. Barang beserta struk pembayaran diserahkan kepada pembeli e. Bukti pembayaran untuk penjualan bebas tersebut dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor dan dicatat di laporan hasil penjualan harian Pengelolaan Narkotika di Apotek Kimia Farma No Pemesanan narkotika Apotek pelayanan melakukan pemesanan sediaan narkotika dan harus dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan dua lembar kopi SP) dan satu lembar sebagai arsip di apotek Penerimaan narkotika APA diwajibkan menerima narkotika dari PBF atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. APA akan menandatangani faktur tersebut disertai dengan nomor SIK APA, setelah dilakukan kesesuaian dengan surat pesanan Pada saat

50 40 diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh penanggung jawab lemari narkotika atau petugas yang ditunjuk Pelayanan narkotika Apotek melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian dimana apotek menyimpan resep asli. Apotek tidak melayani pembelian narkotika tanpa resep atau salinan resep yang ditulis oleh apotek lain Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 2 belum menggunakan sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang merupakan media pelaporan narkotika serta psikotropika dan terhubung melalui internet kepada server di Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementrian Kesehatan. Pelaporan penggunaan narkotika masih menggunakan sistem yang lama yaitu dalam bentuk laporan bulanan. Laporan dibuat setiap bulan dan selambatlambatnya tangga1 10 setiap bulannya. Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/ pemasukan dan penjualan/ pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh APA. Laporan dibuat rangkap empat dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, stempel apotek, yang kemudian dikirimkan kepada kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat dengan tembusan kepada: a. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) propinsi DKI Jakarta b. Kepala Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta Pusat.

51 41 c. Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma Tradding & Distribution d. Arsip apotek Pemusnahan narkotika Pemusnahan narkotika dilakukan sesuai dengan tata cara pemusnahan narkotika sesuai dengan undang-undang yang berlaku Pengelolaan Psikotropika di Apotek Kimia Farma Pemesanan psikotropika Obat golongan psikotropika dipesan oleh Apotek Kimia Farma 2 melalui BPBA yang dikirimkan ke BM. Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropika. Surat pesanan dibuat rangkap dua yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek Penyimpanan psikotropika Obat golongan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terkunci dan terpisah dari sediaan lain Pelayanan psikotropika Apotek melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa disertai resep dokter Pelaporan psikotropika Pelaporan penggunaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 2 belum menggunakan sistem SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang merupakan media pelaporan narkotika serta psikotropika dan terhubung melalui internet kepada server di Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementrian Kesehatan.

52 42 Pelaporan penggunaan psikotropika masih menggunakan sistem yang lama yaitu dalam bentuk laporan bulanan. Laporan dibuat setiap bulan dan dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor Surat Ijin Kerja (SIK), serta stempel apotek dengan tembusan kepada: a. Kepala Kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta. b. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta. c. Arsip apotek Pemusnahan psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.

53 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek merupakan sarana bagi seorang apoteker untuk melakukan praktek kefarmasian yang meliputi pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, serta pelayanan informasi obat. Di sisi lain, apotek juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu sebagai unit usaha yang melakukan jual-beli obat dan perbekalan farmasi lainnya untuk memberikan keuntungan dalam menunjang kegiatan operasional, peningkatan kesejahteraan karyawan, serta pengembangan apotek. Oleh karena itu, seorang apoteker pengelola apotek (APA) dituntut memiliki pengetahuan ekonomi serta kemampuan manajerial yang baik agar kedua fungsi tersebut dapat berjalan dengan selaras dan seimbang. Kemampuan berkomunikasi dengan baik juga merupakan salah satu keahlian yang harus dimiliki seorang apoteker karena dalam praktek profesinya di apotek, apoteker akan berhubungan langsung dengan pasien, rekan kerja, serta tenaga kesehatan lain seperti dokter. Mutu pelayanan kesehatan di apotek dapat ditingkatkan melalui evaluasi faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi perkembangan apotek. Salah satu faktor tersebut adalah lokasi keberadaan apotek. Lokasi apotek yang baik adalah lokasi yang mudah diakses oleh calon pembeli dengan kondisi lalu lintas yang cukup ramai namun bukan daerah macet, tidak terlalu diujung sebuah jalan atau terlalu dekat dengan persimpangan maupun lampu merah, serta terletak pada jalan dua arah dan sebaiknya tidak ada pembatas jalan dua arah terebut sehingga pelanggan atau calon pembeli dari arah manapun mudah menuju apotek (Umar, 2011). Apotek Kimia Farma No.2 terletak di Jalan Senen Raya No. 66, Jakarta Pusat. Lokasi ini dekat dengan lampu merah dan tepat di ujung perempatan jalan sehingga pasien atau calon pembeli baru yang berniat ke apotek Kimia Farma No.2 berisiko terlewat. Apabila apotek terlanjur dilewati, pasien atau calon pembeli harus memutar jalan cukup jauh karena jalan yang dilewati adalah jalan satu arah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemilihan lokasi tepat di ujung perempatan ini sedikit kurang strategis. 43

54 44 Selain kemudahan akses menuju apotek, lokasi apotek yang baik juga harus dekat dengan konsumennya, baik itu dekat dengan tempat tinggal konsumen, pusat kegiatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan seperti praktek dokter atau rumah sakit (Umar, 2011). Apotek berada tidak jauh dari RSPAD dan telah menjalin kerjasama dengan rumah sakit tersebut. Dengan demikian, apotek memiliki lokasi yang cukup baik sehingga dapat mengimbangi kekurangan apotek yang sedikit kurang strategis untuk diakses. Selain itu, Apotek Kimia Farma No.2 telah berdiri cukup lama sehingga popularitas apotek cukup tinggi di daerah Senen Raya. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan apotek adalah bangunan dan fasilitas, termasuk tata ruang atau desain apotek. Bangunan apotek harus bersih, terawat, serta dilengkapi fasilitas yang dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan Apotek bersih dan terawat karena terdapat karyawan yang bertanggung jawab memastikan apotek selalu dalam kondisi bersih dan rapi. Apotek ini juga dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir, musholla, toilet, ATM dan ruang tunggu yang nyaman. Selain itu, Apotek Kimia Farma No.2 dilengkapi dengan praktik dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis syaraf serta dokter spesialis kecantikan sebagai salah satu daya tarik bagi pelanggan dan sumber pemasukan bagi apotek karena obat yang diresepkan dokter umumnya diambil di Apotek Kimia Farma No.2. Pada apotek juga tersedia swalayan yang menyediakan obat-obat OTC,minuman dan makanan ringan serta produk-produk yang berhubungan dengan kesehatan lainnya. Hal tersebut merupakan inovasi yang dilakukan apotek dalam menghadapi persaingan dengan apotek-apotek lainnya. Tata ruang Apotek Kimia Farma No. 2 sudah cukup efisien, nyaman, dan teratur. Penataan ruang dibuat berdasarkan alur penerimaan resep hingga penyerahan obat kepada pasien untuk memaksimalkan pelayanan apotek. Secara garis besar, terdapat ruang pelayanan resep yang terdiri dari ruang penerimaan resep, pembayaran, pengembalian obat dan ruang konsultasi dengan apoteker. Selain ruang pelayanan resep, di dekat pintu masuk dan di depan ruang konsultasi dengan apoteker terdapat ruang tunggu pasien. swalayan yang berisi produk-

55 45 produk OTC, perawatan tubuh, makanan, minuman dan produk kesehatan lainnya disusun secara vertikal menghadap ruang resep sehingga mempermudah pengawasan oleh petugas apotek. Di samping ruang OTC, terdapat ruang manajerial apotek (ruang Supervisor Layanan Farmasi) dan ruang praktek dokter spesialis syaraf dan pabila pasien keluar melalui pintu belakang, disana terdapat toilet, musholla, kantin bagi karyawan, ruang praktek dokter gigi dan dokter kecantikan, ruang rapat serta tempat parkir. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan barang dan pelayanan resep obat maupun non-obat. Kegiatan pengadaan barang di apotek mengikuti sistem yang telah ditentukan oleh PT. Kimia Farma. Setiap karyawan memiliki tanggung jawab terhadap pengadaan barang di apotek. Setiap hari sabtu, masing-masing penanggung jawab barang akan melakukan pemesanan barang secara online dengan mengirimkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) kepada unit BM Jaya II yang terletak di Matraman. Jika barang tersedia di gudang unit BM, maka barang akan segera dikirim ke apotek beserta bukti ke distributor pada hari selasa. Barang-barang yang belum dipenuhi pada hari selasa selanjutnya akan dilengkapi oleh BM dalam jangka waktu 6 hari. Pemesanan barang untuk semua apotek pelayanan dilakukan oleh BM. Pengadaan barang dilakukan dengan membeli melalui PBF resmi. Adanya pemilihan distributor akan mendukung tersediaanya sediaan farmasi yang bermutu dan tepat waktu sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan. Penerimaan produk obat yang dikirim dari BM disesuaikan dengan BPBA kemudian diperiksa jumlah dan jenis obat yang diterima. Produk obat yang sudah diperiksadimasukkan saldonya ke komputer untuk memastikan jumlah fisik barang yang diterima sesuai dengan yang tertera di komputer. Selanjutnya obat disimpan di kotak obat dan dicatat dikartu stok dengan menuliskan nomor bets beserta tanggal kadaluarsanya. kartu stok harus selalu diisi berapa pengeluaran obat yang dilakukan setiap kali karyawan mengambil obat untuk mengawasi ketersediaan obat, terutama narkotika dan psikotropika. Kenyataan di lapangan karyawan sering tidak mengisi kartu stok ketika mengambil obat karena banyaknya pasien yang harus dilayani, kecuali obat-obat narkotika dan psikotropika karena regulasinya yang ketat. Hal ini dapat diatasi dengan

56 46 melakukan cek mutasi obat dan saldo komputer. Selain itu, stock opname juga selalu dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk memastikan jumlah barang yang tertera pada saldo komputer sama dengan jumlah fisik yang ada. Penyimpanan produk dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) yang berarti barang yang memiliki waktu kadaluarsa terdekat adalah barang yang diletakkan paling depan. Waktu kadaluarsa obat dapat dilihat dengan penandaan yang diberikan pada wadah obat. Penandaan terdiri dari warna merah yang berarti sudah mendekati waktu kadaluarsa, kuning yang berarti waktu kadaluarsa belum terlalu dekat, dan hijau yang berarti waktu kadaluarsa masih lama. Obat-obatan dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya dan beberapa ke dalam golongannya, yaitu sirup, drops, krim/salep/gel, suppositoria/ovula, sediaan parenteral, obat paten, generik, antibiotika, narkotika, dan psikotropika. Masing-masing disimpan dalam lemari dan kotak yang terpisah serta diberi label untuk memudahkan petugas apotek dalam mengambil obat. Obat-obat ethical dikelompokkan berdasarkan efek farmakologinya dan tiap kelompok disusun secara alfabetis. Sementara itu, obat-obatan yang tidak stabil seperti vaksin, dan sediaan parenteral disimpan dalam lemari pendingin. Barang farmasi selain obat seperti kertas perkamen, pot plastik, dan peralatan meracik lainnya diletakkan di tempat terpisah. Obat-obat OTC serta produk lainnya diletakkan di swalayan yang disusun berdasarkan kegunaan produk. Pelayanan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 2 adalah pelayanan resep tunai, resep kredit, upaya pengobatan diri sendiri (UPDS), obat bebas, alat kesehatan, dan produk lain yang dijual di swalayan farmasi. Selain itu apotek juga melayani delivery service dimana pihak apotek akan mengirimkan obat ke alamat pasien. Pelayanan resep kredit dilakukan berdasarkan kerjasama dengan beberapa instansi, termasuk instansi asuransi seperti Asuransi Kesehatan (ASKES), JAMSOSTEK, dan In Health. Pasien peserta asuransi tersebut dapat datang langsung menebus resep ke apotek secara gratis untuk obat-obat tertentu sesuai perjanjian dengan instansi yang terkait. Tagihan terhadap biaya pengobatan nantinya akan diberikan kepada instansi tersebut. Selain itu, adapula instansi yang akan mengirimkan resep dalam jumlah banyak. Obat akan disiapkan, diantar

57 47 kembali ke instansi tersebut, dan tagihan akan diberikan kepada instansi dengan cara yang sesuai kesepakatan sebelumnya. Setiap resep yang datang ke Apotek Kimia Farma No. 2 harus diperiksa terlebih dahulu kelengkapan resep dan ketersediaannya oleh petugas penerima resep di ruang pelayanan obat. Apabila kelengkapan resep terpenuhi dan obat yang diresepkan tersedia, resep akan diberi harga sesuai kesepakatan dengan pasien. Sistem komputerisasi yang ada di Apotek Kimia Farma No. 2 dapat mempercepat dan mempermudah pelayanan terutama dalam hal perhitungan harga obat, akan tetapi tetap diperlukan adanya manual book untuk mengetahui harga harga barang apabila komputer tidak dapat digunakan misalnya pada saat listrik padam, hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam menentukan harga obat. Pelayanan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi maju mundurnya suatu apotek. Pelayanan yang ramah, cepat dalam menyediakan obat dengan harga bersaing, serta ketersediaan barang merupakan salah satu keunggulan apotek sehingga mampu bersaing dengan apotek-apotek sekitarnya. Dalam hal ini, keramahan petugas Apotek Kimia Farma No. 2 sudah cukup baik, walaupun masih terdapat pasien yang mengeluhkan lamanya pelayanan dan harga yang mahal. Kecepatan pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No. 2 sekitar menit. Umumnya pelayanan yang lebih dari 20 menit karena adanya resep racikan, sistem komputer sedang ganti shift sehingga tidak dapat digunakan untuk transaksi, jumlah resep yang cukup banyak, atau banyaknya pasien yang harus dilayani sehingga terjadi antrian. Pada umumnya petugas apotek akan memberi tahu kepada pasien bahwa obat tersebut akan selesai dalam waktu sekian menit sehingga pasien akan memahami hal tersebut. Hal lain yang sering dikeluhkan pelanggan adalah mengenai ketersediaan obat di Apotek Kimia Farma No.2. Pasien sering kali harus kembali tanpa memperoleh obat yang diharapkan karena stok obat kosong. Oleh karena itu, pihak manajemen apotek sebaiknya mengevaluasi penyebab kekosongan barang yang sering terjadi agar pelayanan di Apotek Kimia Farma No.2 dapat lebih baik.

58 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Apoteker sebagai pengelola apotek berperan sebagai tenaga kesehatan profesional serta berperan dalam fungsi manajerial termasuk menghasilkan keuntungan demi berjalannya kegiatan operasional apotek dengan baik. 2. Pengelolaan obat dan produk kesehatan lainnya di Apotek Kimia Farma No.2 meliputi proses pengadaan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang, serta pelayanan produk obat dan produk kesehatan lainnya. Pelayanan yang dilakukan di apotek Kimia Farma No. 2 meliputi pelayanan resep tunai, resep kredit, upaya pengobatan diri sendiri (UPDS), obat bebas, alat kesehatan, dan produk lain yang dijual di swalayan farmasi serta delivery service Saran 1. Sebaiknya apotek Kimia Farma No.2 membuat beberapa palang petunjuk arah apotek di setiap persimpangan serta palang petunjuk tempat parkir yang besar agar tidak ada calon pelanggan yang terlewat karena posisi apotek yang tepat diujung persimpangan. 2. Apotek Kimia Farma No. 2 sebaiknya senantiasa meningkatkan kelengkapan obat agar obat yang dibutuhkan pasien selalu tersedia di apotek dengan memonitor kelengkapan obat yang tersedia di apotek. 3. Perlu dilakukan peningkatan kualitas pelayanan apotek terutama kecepatan dalam penerimaan dan pemberian harga obat resep serta pelayanan resep racikan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. 48

59 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2011). Laporan Penyelenggaraan Implementasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika di Propinsi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Training of Trainer Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem Pelaporan Dinamika Obat Pedagang Besar Farmasi. Dalam Buletin INFARKES 1, Edisi Agustus 2008, 5. Menteri Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan RI Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 199/MENKES/SK/III/1996 Tentang Penunjukan Pedagang Besar Farmasi PT.(Persero) Kimia Farma Depot Sentral Sebagai Importir Tunggal Narkotika di Indonesia. Jakarta. Menteri Kesehatan RI Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Umar, M Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana. 49

60 LAMPIRAN

61 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Direktur Utama Direktur Operasional Direktur Keuangan, Umum dan SDM Manajer Compliance & Controller Manajer Principal & Merchindise Manajer Unit Bisnis Manajer Klinik Manajer IT Manajer Business Development Manajer Akuntansi & Keuangan Manajer General Affair & Human Capital MAP MAP MAP Supervisor Pengadaan Supervisor Akuntansi & Keuangan Administrasi Hutang Dagang Piutang Dagang SDM Kasir Besar 50

62 51 Lampiran 2. Struktur organisasi di Apotek Kimia Farma No.2 Manajer Apotek Pelayanan (MAP) / APA Apoteker Pendamping Supervisor Layanan Farmasi Kasir Asisten Apoteker Juru Resep

63 52 Lampiran 3. Layout Apotek Kimia Farma No.2

64 53 Lampiran 4. Contoh Lembar Copy Resep di Apotek Kimia Farmaa No.2

65 54 Lampiran 5. Contoh Kartu Stok Barang di apotek Kimia Farma No.2

66 55 Lampiran 6. Contoh Lembar Kwitansi Pembayaran Resep di apotek Kimia Farma No.2

67 56 Lampiran 7. Lembar surat pesanan narkotika

68 57 Lampiran 8. Lembar surat pesanan psikoptropika

69 58 Lampiran 9. Contoh Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)

70 59 Lampiran 10. Contoh Plastik Klip dengan Etiket Apotek Kimia Farma No.2

71 60 Lampiran 11. Contoh Kertas pembungkus puyer di apotek Kimia Farma No.2

72 61 Lampiran 12. Contoh Etiket Obat Apotek Kimia Farma No.2

73 62 Lampiran 13. Contoh Penandaan Obat di Apotek Kimia Farma No.2

74 63 Lampiran 14. Foto tampilan Apotek Kimia Farma No. 2

75 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 KAJIAN RESEP OBAT-OBATAN ANTIDEPRESAN DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 FURQON DWI CAHYO, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2013

76 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA Definisi Depresi Klasifikasi Epidemiologi Tanda dan Gejala Depresi Faktor-faktor Pemicu Depresi Terapi Non Farmakologi Depresi Terapi Farmakologi Depresi Penggolongan Obat Antidepresan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) Interaksi Obat Antidepresan KAJIAN RESEP ANTI-DEPRESI Resep Komposisi Resep Monografi Komposisi Resep Kerasionalan Resep PEMBAHASAN Peran Apoteker dalam Terapi Depresi Kajian Resep KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN i

77 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Algoritma terapi depresi mayor...39 Lampiran 2. Resep...40 ii

78 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Depresi merupakan suatu penyakit serius berupa gangguan mood yang tidak dapat dikendalikan dan berlangsung lama sehingga menggangu fungsi sosial dan kehidupan sehari-hari penderita. Sebagian besar orang tidak sadar mengalami depresi. Gejala umum yang sering ditunjukkan adalah penyakit fisik yang terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu dan tidak bisa disembuhkan dengan obat-obatan, seperti migrain setiap hari, maag terus-menerus dan sulit tidur. Ikatan Ahli Psikiatri Amerika mengklasifikasikan depresi menjadi tiga yakni gangguan distimia, depresi mayor (klinis) dan depresi yang tidak terklasifikasi. Distimia ditandai dengan tidak adanya perasaan senang atau kenikmatan hidup yang berlangsung terus menerus selama paling sedikit dua tahun. Depresi mayor atau depresi klinik adalah keadaan perasaan sedih, melankolis, atau murung yang berlanjut hingga mengganggu fungsi sosial dan kehidupan sehari-hari pasien (Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultas Kedokteran, 2007). Berdasarkan World Health Report 2001, depresi dikategorikan sebagai penyakit keempat penyebab hilangnya waktu produktif (disability adjusted life years) tertinggi pada tahun Diperkirakan depresi naik ke peringkat kedua penyebab hilangnya waktu produktif pada tahun 2020 setelah penyakit jantung iskemik (arteri koroner). Penelitian World Health Organization (WHO) pada tahun 2005 menunjukkan sekitar 150 orang di Indonesia bunuh diri setiap hari. Sementara itu, Riset Kesehatan Dasar 2007 menyebutkan prevalensi nasional penderita gangguan mental emosional (cemas dan depresi) pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun mencapai 11,6 persen (sekitar 20 juta orang) dimana provinsi Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah penderita gangguan jiwa berat tertinggi di Indonesia dengan prevalensi mencapai 2,03 persen (sekitar orang) (Kompas, 2012). Sementara itu, penderita depresi ataupun keluarga penderita perlu diberi pemahaman bahwa depresi dapat berkurang dengan pengobatan yang tepat karena 1

79 2 sebagain besar penderita tidak pernah mencoba mengobati depresi yang dideritanya. Edukasi mengenai pencegahan dan penanganan yang tepat terhadap penyakit depresi tersebut dapat dilakukan oleh seorang Apoteker melalui konseling. Selain itu, apoteker dapat bekerja sama dengan dokter untuk menentukan pengobatan yang tepat bagi pasien depresi guna meningkatkan keberhasilan terapi. 1.2 TUJUAN Memahami tentang penyakit depresi dan pengobatannya Memahami peran apoteker dalam terapi depresi Mengkaji resep obat antidepresan di apotek Kimia Farma No.2

80 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Depresi Depresi adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Prevalensi penderita depresi pada populasi dunia adalah 3 8 % dengan 50 % kasus terjadi pada usia produktif yaitu tahun. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan ke-empat penyakit di dunia. Prevalensi di atas 100 per 1000 anggota rumah tangga dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang penting (priority public health problem). Untuk gangguan mental emosional dewasa (lebih dari 15 tahun) didapatkan angka prevalensi psikosis sebesar 3/1000; demensia 4/1000 ; retardasi mental dan gangguan jiwa lain sebesar 5/1000. Seseorang dapat terpicu menderita depresi karena adanya interaksi antara tekanan dan daya tahan mental dari lingkungan. Pada dasarnya inti dari depresi adalah kehilangan obyek cinta misalnya kematian anggota keluarga atau orang yang sangat dicintai, kehilangan pekerjaan, kesulitan keuangan, terkucil dari pergaulan sosial, kondisi fisik yang tidak sempurna, penyakit, kehamilan dan bertambahnya usia. Selain itu, depresi juga dipengaruhi faktor genetik dan faktor biologis berupa gangguan neurotransmitter di otak. Depresi adalah suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih, merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya disertai tanda tanda retardasi psikomotor atau kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat gangguan vegetatif seperti insomnia dan anoreksia (Kaplan Sadock,2003). Selain itu depresi dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (afektif mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya. depresi merupakan gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode depresi, gangguan distimik, gangguan depresi mayor dan gangguan depresi unipolar serta bipolar. 3

81 4 Secara umum, depresi merupakan gangguan medik serius menyangkut kerja otak, bukan sekedar perasaan murung atau sedih dalam beberapa hari. Gangguan ini menetap selama beberapa waktu dan mengganggu fungsi keseharian seseorang. Gangguan depresi masuk dalam kategori gangguan mood, merupakan periode terganggunya aktivitas sehari-hari, yang ditandai dengan suasana perasaan murung dan gejala lainnya termasuk perubahan pola tidur dan makan, perubahan berat badan, gangguan konsentrasi, anhedonia (kehilangan minat apapun), lelah, perasaan putus asa dan tak berdaya serta pikiran bunuh diri. Jika gangguan depresi berjalan dalam waktu yang panjang (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas, menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua aspek kehidupannya. Teori- teori yang menjelaskan terjadinya depresi cukup banyak, antara lain: a) Teori biologi yang adanya gangguan pada neurotransmiter norefinefrin, serotonin dan dopamin. Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Karena itu pada terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter norefinefrin, serotonine dan dopamin., cacat pada sistem imun, dan genetik. b) Teori psikoanalitikal yang menjelaskan depresi berasal dari respon kehilangan, kekecewaan atau kegagalan, rasa marah dipindahkan dan dikembalikan pada diri sendiri, ketidakmampuan berduka cita karena adanya kehilangan. c) Teori behavioral yang menjelaskan kegagalan untuk menerima reinforcement positif dari orang lain dan dari lingkungan merupakan predisposisi bagi sesorang untuk mengalami depresi. d) Teori kognitif yang menjelaskan konsep negatif dari diri, pengalaman, orang lain dan dunia, kepercayaan bahwa seseorang tidak dapat mengontrol situasi memberikan konstibusi terjadinya depresi.

82 5 e) Teori sosiologikal yang menjelaskan kehilangan kekuasaan, status, identitas, nilai & tujuan untuk menciptakan eksistensi yang tepet akan menyebabkan depresi. f) Teori holism yang menjelaskan depresi adalah hasil dari genetik,biologi, psikoanalisa, tingkah laku, kognitif, mental dan pengalaman sosiologis. Orang-orang dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan mengalami gangguan depresi. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresi mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresi. Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap gangguan depresi. 2.2 Klasifikasi Secara umum ada banyak klasifikasi depresi. Dalam makalah ini depresi diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi dari DSM IV TR (Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorder, Text Revision) yang diterbitkan oleh Ikatan Ahli Psikiatri Amerika. Klasifikasi depresi menurut DSM IV (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorders) yaitu : a. Gangguan depresi mayor unipolar dan bipolar b. Gangguan mood spesifik lainnya, seperti :

83 6 Gangguan distimia depresi minor Gangguan siklotimik depresi dan hipomanik saat ini atau baru saja berlalu (secara terus-menerus selama 2 tahun). Gangguan depresi atipik Depresi postpartum Depresi menurut musim c. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan gangguan depresi akibat zat. d. Gangguan penyesuaian dengan mood : depresi disebabkan oleh stresor psikososial. 2.3 Epidemiologi Gangguan depresi dapat terjadi pada semua umur, dengan riwayat keluarga mengalami gangguan depresi, biasanya dimulai pada usia 15 dan 30 tahun. Usia paling awal dikatakan 5-6 tahun sampai 50 tahun dengan rerata pada usia 30 tahun. Gangguan depresi berat rata-rata dimulai pada usia 40 tahun (20-50 tahun). Epidemiologi ini tidak tergantung ras dan tak ada korelasinya dengan sosio ekonomi. Perempuan juga dapat mengalami depresi pasca melahirkan anak. Beberapa orang mengalami gangguan depresi musiman, di negara barat biasanya pada musim dingin. Gangguan depresi ada yang merupakan bagian gangguan bipolar (dua kutub: kutub yang satu gangguan depresi, kutub lainnya mania). Gangguan depresi berat adalah suatu gangguan dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15%, pada perempuan mungkin sampai 25%. Perempuan mempunyai kecenderungan dua kali lebih besar mengalami gangguan depresi daripada lakilaki. Alasan dalam penelitian di negara barat dikatakan karena masalah hormonal, dampak melahirkan, stressor dan pola perilaku yang dipelajari. Gangguan depresi

84 7 sangat umum terjadi, setiap tahun lebih dari 17 juta orang Amerika mengalaminya. Terdapat pula orang mengalami gangguan depresi terkait dengan penggunaan obat-obatan, napza dan alkohol. substansi kimia tersebut dapat mempengaruhi fungsi otak yang akan mengalami ketidakseimbangan, sehingga mengganggu proses pikir, perasaan dan perilaku. Beberapa obat-obatan yang dapat mendorong seseorang mengalami gangguan depresi tertera pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Obat-obat yang memicu depresi Obat Kardiovaskular Obat SSP Obat Hormonal Lain-lain Β-bloker, klonidin, metildopa, prokainamid, reserpin Barbiturat, benzodiazepin, kloral hidrat, etanol, fenitoin Steroid anabolik, kortikosteroid, estrogen, progestin, tamoxifen Indometasin, interferon, narkotika 2.4 Tanda dan Gejala Depresi Tanda gangguan depresi yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun seringkali tidak dikenali. Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbedabeda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diri seseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga sering kali tidak disadari juga oleh dokter. Adapun tanda gangguan depresi secara umum adalah : Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan mimpi buruk Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas Aktivitas yang tadinya disenangi makin lama dihentikan Malas bangun tidur di pagi hari

85 8 Gejala gejala gangguan depresi dapat dibedakan berdasarkan tipe depresinya. Tipe gangguan depresi setidaknya ada dua kondisi yaitu : - Bentuk akut dan biasanya berulang, dikenal sebagai gangguan episode depresi - Bentuk kronik dan biasanya lebih ringan gejalanya, dikenal sebagai distimia. Pada episode depresi setidaknya ada dua gejala muncul dari hal-hal berikut: suasana perasaan murung atau sedih, hilangnya minat atau anhedonia, hilangnya energi yang secara umum tampak sebagai kelelahan. Gejala ini seringkali disertai dengan gejala psikologik seperti perasaan bersalah, ide bunuh diri, upaya bunuh diri dan gejala fisik seperti perlambatan gerak motorik atau sebaliknya agitasi (mengamuk) dan gangguan makan serta tidur. Pada gangguan depresi kronik atau distimia, terdapat perasaan murung selama sekurangnya dua tahun dengan masa remisi (perbaikan) tidak lebih lama dari dua bulan. Suasana perasaan murung ini diikuti dengan gejala psikologik seperti putus asa, tak berdaya, dan gejala fisik seperti gangguan tidur. Bentuk gangguan depresi berkepanjangan seperti ini sulit untuk diterapi karena penderita menganggap gejala mereka sebagai bentuk dari ciri sifat mereka. Bentuk depresi lain yang khusus disebut dengan gangguan depresi bipolar yang juga dikenal sebagai gangguan mania-depresi. Depresi tipe ini merupakan suatu bentuk gangguan depresi dengan suasana hati yang berayun dari murung (saat depresi) ke sangat gembira (saat mania) yang seringkali membawa perilaku risiko tinggi dan merusak diri. Kebanyakan individu dengan gangguan bipolar mempunyai masa episode gangguan depresi dan episode hipomania. 2.5 Faktor-faktor Pemicu Depresi Faktor yang diduga menjadi penyebab depresi secara garis besar dibedakan menjadi faktor biologis dan faktor psikososial. Faktor tersebut berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh faktor psikososial dapat mempengaruhi faktor biologis (contoh,konsentrasi neurotransmiter tertentu). Faktor biologis dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap stresor psikososial (Amir,2005). Faktor yang diduga sebagai penyebab depresi dapat saling berinteraksi adalah :

86 9 a) Faktor biologi, meliputi genetik/ keturunan dan proses penuaan, abnormalitas tidur, kerusakan syaraf atau penurunan neurotransmiter, norefeneprin, serotonin, dan dopamin; hiperaktifitas aksis sistem limbikhipotalamus-adrenal (Kaplan & Sadock, 2003). b) Faktor psikososial meliputi faktor ekstrinsik yaitu : peristiwa kehidupan yang dapat menyebabkan harga diri rendah dan tidak dapat dihadapi dengan efektif, kehilangan seseorang atau dukungan, tekanan sosial; dan faktor intrinsik meliputi sifat kepribadian yaitu narcissistic, obsessive compluse, dan dependen personality, konflik dari diri sendiri yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah, evaluasi diri yang negatif, pemikiran pesimis, kurang pertolongan, penyakit fisik serta penggunaan obat-obatan dan pendekatan/ persepsi terhadap kematian (Faisal,2007). Faktor intrinsik lainnya ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Auryn,2007). 2.6 Terapi Non-Farmakologi Depresi Terapi non obat lain yang tengah pesat berkembang belakangan ini adalah terapi ECT (Electroconvulsive Therapy). ECT merupakan suatu terapi yang aman dan efektif untuk semua subtipe gangguan depresi mayor. Terapi ini diberikan jika diharapkan respon yang cepat, terapi lain memberikan resiko yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang akan didapatkan. ECT dilaporkan memberikan respon terapetik yang cepat (10 14 hari). ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode terapi semacam ini sering digunakan pada kasus depresi berat atau mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT menjadi sangat penting karena ECT akan menurunkan risiko bunuh diri dan dengan ECT lama rawat di rumah sakit menjadi lebih pendek (Depkes RI,2007). Pada keadaan tertentu tidak dianjurkan ECT, bahkan pada beberapa kondisi tindakan ECT merupakan kontra indikasi. ECT tidak dianjurkan pada keadaan :

87 10 Usia yang masih terlalu muda ( kurang dari 15 tahun ) Masih sekolah atau kuliah Mempunyai riwayat kejang Psikosis kronik Kondisi fisik kurang baik Wanita hamil dan menyusui Selain itu, ECT dikontraindikasikan pada penderita yang menderita epilepsi, TBC milier, tekanan tinggi intrakranial dan kelainan infark jantung. Selain ECT terdapat terapi nonfarmakologi yaitu terapi perubahan perilaku. Terapi ini meliputi penghapusan perilaku yang mendorong terjadinya depresi dan pembiasaan perilaku baru yang lebih sehat. Berbagai metode dapat dilakukan seperti CBT (Cognitive Behaviour Therapy) yang biasanya dilakukan oleh konselor, psikolog dan psikiater. Terapi lain yang juga efektif dan cukup aman adalah terapi cahaya. Terapi cahaya merupakan suatu terapi psikosis dengan bantuan cahaya, pada terapi ini menggunakan cahaya dimana pasien disuruh untuk melihat kedalam suatu kotak lampu. 2.7 Terapi Farmakologi Depresi (Depkes RI, 2007) Depresi dapat diobati dengan farmakoterapi. Farmakoterapi atau terapi obat merupakan komponen penting dalam pengobatan gangguan depresi. Ada banyak faktor yang harus diperhitungkan, misalnya target simptom, kerja obat, farmakokinetik, cara pemberian, efek samping, interaksi obat,sampai pada harga obat. Algoritma terapi depresi mayor dapat dilihat pada lampiran 1. Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada pasien bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresi : Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala Fase kelanjutan untuk mencegah relaps

88 11 Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren [kupfer, 1991] Gambar 2.1 Tiga fase pengobatan depresi Pertimbangan untuk pemilihan obat ada di tangan dokter yang akan membicarakannya pada penderita. Konseling diperkuat oleh apoteker. Pertimbangan tersebut meliputi : - Efek samping dan respon tubuh terhadap obat - Penyakit dan terapi lain yang dialami penderita - Kerja obat dalam tubuh ketika dibarengi obat lain. Penderita perlu mengatakan pada dokter bahwa ia sedang menelan obat tertentu. Dokter akan memperhatikan interaksi obat yang diketahuinya. - Lanjut usia, dimana fungsi absorbsi obat melambat. - Efektivitas obat atas penderita. Seringkali pengobatan awal memberi hasil baik. Jika ini tak terjadi beritahu dokter agar dipikirkan obat lain atau kombinasi. - Obat harus dipertahankan selama 7-15 bulan atau lebih panjang untuk menghadang episode gangguan depresi berikutnya - Beberapa orang memerlukan terapi rumatan antidepresan, terutama mereka yang seringkali mengalami pengulangan gejala episode gangguan depresi atau gangguan depresi mayor Penggolongan Obat Antidepresan Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik)

89 12 Mekanisme kerja: Obat obat ini menghambat resorpsi dari serotonin dan noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf. Efek samping : - Efek jantung ; dapat menimbulkan gangguan penerusan impuls jantung dengan perubahan Elektro Cardio Graph (ECG), pada overdosis dapat terjadi aritmia berbahaya. - Efek anti kolinergik ; akibat blokade reseptor muskarin dengan menimbulkan antara lain mulut kering, obstipasi, retensi urin, tachycardia, serta gangguan potensi dan akomodasi, keringat berlebihan. - Sedasi - Hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh merupakan akibat efek antinoradrenalin, hal ini sering terjadi pada penderita lansia, mengakibatkan gangguan fungsi seksual. - Efek antiserotonin; akibat blokade reseptor 5HT postsinaptis dengan bertambahnya nafsu makan dan berat badan. - Kelainan darah; seperti agranulaktose dan leukopenia, gangguan kulit - Gejala penarikan; pada penghentian terapi dengan mendadak dapat timbul antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur, serta nyeri kepala dan otot. Obat-obat yang termasuk antidepresan klasik : Imipramin Dosis lazim : mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai maksimum mg sehari. Kontra Indikasi : Infark miokard akut Interaksi Obat : anti hipertensi, obat simpatomimetik, alkohol, dan obat penekan SSP. Perhatian : kombinasi dengan MAO, gangguan kardiovaskular, hipotensi, gangguan untuk mengemudi, ibu hamil dan menyusui.

90 13 Klomipramin Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum dosis 250 mg sehari. Kontra Indikasi : Infark miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal jantung, kerusakan hati yang berat, glaukoma sudut sempit. Interaksi Obat : dapat menurunkan efek antihipertensi penghambat neuro adrenergik, dapat meningkatkan efek kardiovaskular dari noradrenalin atau adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat penekan SSP, alkohol. Perhatian : terapi bersama dengan preparat tiroid, konstipasi kronik, kombinasi dengan beberapa obat antihipertensi, simpatomimetik, penekan SSP, antikolinergik, penghambat reseptor serotonin selektif, antikoagulan, simetidin. Monitoring penting : hitung darah dan fungsi hati, gangguan untuk mengemudi. Amitriptilin Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis maksimum mg sehari. Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresi sumsum tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO. Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan depresi SSP termasuk gangguan depresi saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek antihipertensi. Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal menurun, glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan, menyusui, epilepsi. Lithium karbonat Dosis lazim : mg dosis tunggal pada pagi hari atau sebelum tidur malam. Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung. Interaksi Obat : diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam, metildopa, tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin, indometasin.

91 14 Perhatian influenza, gastroentritis. : Monitor asupan diet dan cairan, penyakit infeksi, demam, Antidepresan Generasi ke-2 Mekanisme kerja : 1. SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ): Obat-obat ini menghambat resorpsi dari serotonin. 2. NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat ini tidak berkhasiat selektif menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif daripada SSRI. Efek samping : Efek seretogenik; berupa mual,muntah, malaise umum, nyeri kepala, gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat. Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan, lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu. Gejala ini dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol). Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang atau sama sekali tidak ada. Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2 : Fluoxetin Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi. Kontra Indikasi : hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat, penggunaan bersama MAO. Interaksi Obat : MAO, Lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP, anti depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait dengan protein plasma.

92 15 Perhatian : penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati dan ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin. Sertralin Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin. Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik. Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil, menyusui, mengurangi kemampuan mengemudi dan mengoperasikan mesin. Citalopram Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari. Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini. Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin. Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania, kecenderungan bunuh diri. Fluvoxamine Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam hari, maksimum dosis 300 mg. Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium. Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian terapi MAO, insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan epilepsi, hamil dan laktasi. Mianserin Dosis lazim : mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/ hari Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati. Interaksi Obat : mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh diberikan dengan atau dalam 2 minggu penghentian terapi. Perhatian : dapat menganggu psikomotor selama hari pertama terapi, diabetes, insufiensi hati, ginjal, jantung. Mirtazapin Dosis lazim : mg / hari menjelang tidur. Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin.

93 16 Interaksi Obat : dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari alkohol, memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO. Perhatian : pada epilepsi sindroma otak organic, insufiensi hati, ginjal, jantung, tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau gangguan psikotik lain, penghentian terapi secara mendadak, lansia, hamil, laktasi, mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Venlafaxine Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi mg 1x/hari. Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak < 18 tahun. Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain. Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan ginjal atau sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan darah jika penderita mendapat dosis harian > 200 mg Antidepresan Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor, MAOI) MAO (Monoamin Oksidase) merupakan suatu sistem enzim kompleks yang terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI menghambat sistem enzim ini, sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi amin endogen. Ada dua tipe MAO yang telah teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B. Kedua enzim ini memiliki substrat yang berbeda serta perbedaan dalam sensitivitas terhadap inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas deaminasi epinefrin, norepinefrin, dan serotonin, sedangkan MAO-B memetabolisme benzilamin dan fenetilamin. Dopamin dan tiramin dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf, sistem enzim ini mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan serotonin. MAOI hepatic menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi atau yang masuk melalui saluran cerna ke dalam sirkulasi portal (misalnya tiramin). Beberapa contoh obat golongan MAOi antara lain : MAO inhibitor non selektif

94 17 1) Hydrasin :Phenelzine dan Isocarboxazid 2) Nonhydrazine :Transylcypromine Preferential MAO-A moclobamide inhibitor (Manerix) Semua MAOI nonselektif yang digunakan sebagai antidepresan merupakan inhibitor ireversibel, sehingga dibutuhkan sampai dua minggu untuk mengembalikan metabolisme amin normal setelah penghentian obat. Hasil studi juga mengindikasikan bahwa terapi MAOI kronik menyebabkan penurunan jumlah reseptor (down regulation) adrenergik dan serotoninergik. Indikasi Depresi: Secara umum, MAOI diindikasikan pada penderita dengan depresi atipikal (eksogen) dan pada beberapa penderita yang tidak berespon terhadap terapi antidpresif lainnya. MAOI jarang dipakai sebagai obat pilihan. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap senyawa ini; feokromositoma; gagal jantung kongestif; riwayat penyakit liver atau fungsi liver abnormal; gangguan ginjal parah; gangguan serebrovaskular; penyakit kardiovaskular; hipertensi; riwayat sakit kepala; pemberian bersama dengan MAOI lainnya; senyawa yang terkait dibenzazepin termasuk antidepresan trisiklik, karbamazepin, dan siklobenzaprin; bupropion; SRRI; buspiron; simpatomimetik; meperidin; dekstrometorfan; senyawa anestetik; depresan SSP; antihipertensif; kafein; keju atau makanan lain dengan kandungan tiramin tinggi. Peringatan Memburuknya gejala klinik serta risiko bunuh diri: Penderita dengan gangguan depresi mayor, dewasa maupun anak-anak, dapat mengalami perburukan depresinya dan/atau munculnya ide atau perilaku yang mengarah pada bunuh diri (suicidality), atau perubahan perilaku yang tidak biasa, yang tidak berkaitan dengan pemakaian antidepresan, dan risiko ini dapat bertahan sampai terjadinya pengurangan jumlah obat secara signifikan. Ada kekhawatiran bahwa antidepresan berperan dalam menginduksi memburuknya depresi dan kemunculan suicidality pada penderita tertentu. Antidepresan meningkatkan risiko pemikiran dan perilaku yang mengarah

95 18 pada bunuh diri (suicidality) dalam studi jangka pendek pada anak-anak dan dewasa yang menderita gangguan depresi mayor serta gangguan psikiatrik lainnya. Krisis hipertensif: reaksi paling serius melibatkan perubahan tekanan darah; tidak dianjurkan untuk menggunakan MAOI pada penderita lanjut usia atau berkondisi lemah atau mengalami hipertensi, penyakit kardiovaskular atau serebrovaskular, atau pemberian bersama obat-obatan atau makanan tertentu. Karakteristik gejala krisis dapat berupa: sakit kepala pada daerah oksipital (belakang) yang dapat menjalar ke daerah frontal (depan), palpitasi (tidak beraturannya pulsa jantung), kekakuan/sakit leher, nausea, muntah, berkeringat (terkadang bersama demam atau kulit yang dingin), dilatasi pupil, fotofobia. Takhikardia atau bradikardia dapat terjadi dan dapat menyertai sakit dada. Pendarahan intrakranial (terkadang fatal) telah dilaporkan berkaitan dengan peningkatan tekanan darah paradoks. Harus sering diamati tekanan darah, tapi jangan bergantung sepenuhnya pada pembacaan tekanan darah, melainkan penderita harus sering pula diamati. Bila krisis hipertensi terjadi, hentikan segera penggunaan obat dan laksanakan terapi untuk menurunkan tekanan darah. Jangan menggunakan reserpin parenteral. Sakit kepala cenderung mereda sejalan dengan menurunnya tekanan darah. Berikan senyawa pemblok alfa adrenergik seperti fentolamin 5 mg i.v. perlahan untuk menghindari efek hipotensif berlebihan. Tangani demam dengan pendinginan eksternal. Peringatan kepada penderita: Peringatkan penderita agar tidak memakan makanan yang kaya tiramin, dopamine, atau triptofan selama pemakaian dan dalam waktu 2 minggu setelah penghentian MAOI. Setiap makanan kaya protein yang telah disimpan lama untuk tujuan peningkatan aroma diduga dapat menyebabkan krisis hipertensif pada penderita yang menggunakan MAOI. Juga peringatkan penderita untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol serta obat-obatan yang mengandung amin simpatomimetik selama terapi dengan MAOI. Instruksikan kepada penderita untuk tidak mengkonsumsi kafein dalam bentuk apapun secara berlebihan serta malaporkan segera adanya sakit kepala atau gejala lainnya yang tidak biasa.

96 19 Risiko bunuh diri: Pada penderita yang mempunyai kecenderungan bunuh diri, tidak ada satu bentuk penanganan pun, seperti MAOI, elektrokonvulsif, atau terapi lainnya, yang dijadikan sandaran tunggal untuk terapi. Dianjurkan untuk melakukan penanganan ketat, lebih baik dilakukan perawatan di rumah sakit. Pemberian bersamaan antidepresan: Pada penderita yang menerima suatu SRRI dalam kombinasi dengan MAOI, telah dilaporkan reaksi serius yang terkadang fatal termasuk hipertermia, kekakuan, mioklonus, instabilitas otonom disertai fluktuasi cepat pada tanda vital, dan perubahan status mental termasuk agitasi hebat, yang meningkat menjadi delirium dan koma. Reaksi ini telah terjadi pada penderita yang baru saja menghentikan SRRI dan baru mulai menggunakan MAOI. Bila terjadi pengalihan dari SRRI ke MAOI, maka harus ada selang 2 minggu diantara pergantian. Setelah penghentian fluoxetin, maka harus ada selang 1 atau 2 minggu sebelum mulai menggunakan MAOI. Jangan memberikan MAOI bersama atau segera setelah antidepresan trisiklik. Kombinasi ini menyebabkan seizure, koma, hipereksitabilitas, hipertermia, takhikardia, takhipnea, sakit kepala, midriasis, kemerahan kulit, kebingungan, koagulasi intravaskular meluas, dan kematian. Beri selang paling tidak 14 hari diantara penghentian MAOI dan mulainya antidepresan trisiklik. Pemutusan obat: Pemutusan obat dapat menyebabkan nausea, muntah, dan kelemahan. Suatu sindrom putus obat setelah pemutusan mendadak jarang terjadi. Tanda dan gejala penghentian dapat bervariasi mulai dari mimpi buruk dengan agitasi sampai psikosis yang jelas dan konvulsi. Sindrom ini umumnya dapat mereda dengan pemberian kembali MAOI dosis rendah diikuti dengan penurunan dosis perlahan dan penghentian obat. Gejala yang timbul bersamaan: Tranilsipromin dan isokarboksazid dapat memperhebat gejala yang timbul bersamaan pada depresi seperti kecemasan dan agitasi. Gangguan fungsi ginjal: Penderita harus selalu diawasi karena ada kemungkinan terjadinya efek kumulatif pada penderita yang mengalami gangguan ini.

97 20 Karsinogenesis: Fenelzin, seperti turunan hidrazin lainnya, menginduksi tumor pulmonar dan vaskular pada suatu studi tak terkontrol sepanjang hayat pada mencit. Lanjut usia: Penderita lanjut usia dapat mengalami kesakitan yang lebih parah daripada penderita usia muda selama dan setelah suatu episode hipertensi atau hipertermia malignan akibat pemakaian MAOI. Penderita lanjut usia kurang dapat mengkompensasi reaksi tak dikehendaki yang serius. Tranilsipromin harus digunakan dengan hati-hati pada penderita lanjut usia. Kehamilan: Kategori C. Keamanan penggunaan selama kehamilan belum jelas. Gunakan selama kehamilan atau pada wanita usia subur hanya bila betul-betul dibutuhkan dan bila manfaatnya lebih besar daripada bahaya yang mungkin terjadi pada janin. Menyusui: Keamanan penggunaan selama menyusui belum jelas. Tranilsipromin diekskresi dalam air susu. Karena potensial menyebabkan efek tak dikehendaki yang serius pada bayi menyusui, harus diputuskan apakah menghentikan menyusui atau pemakaian obat, dengan mempertimbangkan pentingnya obat bagi si ibu. Anak: Keamanan dan khasiat pada populasi anak-anak belum jelas. Bila dipertimbangkan penggunaan MAOI pada anak-anak atau dewasa, harus diperhatikan perimbangan risiko yang mungkin dengan kebutuhan klinik. Perhatian Hipotensi: Amati pada semua penderita adanya gejala hipotensi portural. Efek samping hipotensif terjadi pada penderita hipertensif, normal maupun hipotensif. Tekanan darah biasanya segera kembali pada kadar sebelum pengobatan bila obat dihentikan atau dosisnya dikurangi. Pada dosis lebih besar dari 30 mg/hari, hipotensi postural merupakan efek samping utama dan dapat mengakibatkan pingsan. Tingkatkan dosis dengan lebih perlahan pada penderita yang menunjukkan kecenderungan ke arah hipotensi pada permulaan terapi. Hipotensi postural dapat mereda bila penderita berbaring sampai tekanan darahnya kembali normal. Hipomania: Hipomania merupakan efek samping psikiatrik parah yang paling umum dilaporkan. Hal ini terbatas pada penderita dengan gangguan

98 21 yang ditandai oleh gejala hiperkinetik yang terjadi bersamaan dengan efek depresi, tapi dikaburkan oleh efek depresi tersebut. Hipomania biasanya muncul saat depresi membaik. Bila agitasi terjadi, gejala ini dapat ditingkatkan oleh MAOI. Hipomania dan agitasi juga terjadi pada penggunaan obat dalam jumlah yang lebih tinggi daripada dosis yang direkomendasikan atau setelah terapi jangka panjang. Obat dapat menyebabkan stimulasi berlebihan pada penderita yang teragitasi atau skizofrenik; pada keadaan mania-depresi, dapat terjadi peralihan dari fase depresi ke fase mania. Diabetes: Terdapat bukti yang bertentangan berkenaan dengan apakah MAOI mempengaruhi metabolisme glukosa atau mempotensiasi senyawa hipoglikemik. Hal ini harus dipertimbangkan dalam penggunaan MAOI untuk penderita diabetes. Epilepsi: Efek MAOI pada ambang konvulsi dapat bervariasi. Jangan menggunakan MAOI bersama metrizamid, hentikan penggunaan MAOI paling tidak 48 jam sebelum myelografi dan lanjutkan paling tidak 24 jam setelah melakukan prosedur. Hepatotoksisitas: Terdapat insidensi rendah perubahan fungsi hati atau jaundice pada penderita yang ditangani dengan isokarboksid. Lakukan uji kimia hati berkala selama terapi. Hentikan obat pada saat pertama kali adanya tanda disfungsi hati atau jaundice. Iskemia miokardial: MAOI dapat menekan nyeri angina yang justru dapat menjadi peringatan iskemia miokardial. Penderita hipertiroid: Penggunaan tranilsipromin dan isokarboksazid harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya peningkatan sensitivitas terhadap amin penekan. Mengganti MAOI: Pada beberapa laporan kasus, krisis hipertensif, pendarahan serebral, dan kematian dapat terjadi karena penggantian MAOI ke obat lain tanpa adanya periode jeda. Periode jeda selama hari dianjurkan jika mengganti suatu MAOI ke yang lainnya atau dari suatu senyawa dibenzazepin (misalnya amitriptilin,perfenazin).

99 22 Penyalahgunaan obat dan ketergantungan: Telah dilaporkan kasus ketergantungan obat pada penderita yang menggunakan tranilsipromin dan isokarboksazid dalam dosis berlebih dari rentang terapetik. Beberapa dari penderita tersebut memiliki riwayat penyalahgunaan obat. Gejala pemutusan obat berikut telah dilaporkan: resah, cemas, depresi, bingung, halusinasi, sakit kepala, lemah, diare Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) ROTD Umum Kardiovaskular : hipotensi ortostatik; pingsan; palpitasi; takhikardia. SSP: pusing; sakit kepala; hiperrefleksia; tremor; kejutan otot; mania; hipomania; bingung; gangguan memori; gangguan tidur termasuk hipersomnia dan insomnia; lemah; mengantuk; resah; overstimulasi termasuk peningkatan gejala kecemasan, agitasi, dan maniak. Saluran cerna: konstipasi; gangguan salura cerna; mual; diare; nyeri abdomen. Lain-lain: edema; mulut kering; peningkatan transaminase serum; kenaikan bobot badan; gangguan seksual; anoreksia; penglihatan kabur; impotensi; menggigil ROTD Kurang Umum SSP: gugup; euphoria; palilalia (mengulang-ulang perkataan); parestesia; menggigil; sentakan otot mioklonik; cemas; hiperaktivitas; lelah; sedasi. Genitouriner retensi/sering urinasi; impotensi. Hematologi: perubahan hematologik termasuk anemia, agranulositosis dan trombositopenia; leukopenia. Optalmik: glaukoma; nistagmus; penglihatan kabur. Lain-lain: berkeringat; ruam kulit; hipernatremia; pingsan; perasaan berat; palpitasi.

100 ROTD Jarang SSP: konvulsi; ataksia; koma mirip syok; reaksi cemas akut; serangan tibatiba skizoprenia; sakit kepala tanpa peningkatan tekanan darah; kaku otot; hentakan mioklonik; sensasi abnormal; bingung; hilang memori. Genitourinari: gangguan ekskresi air. Hati: jaundice yang reversible; hepatitis; kerusakan sel hati nekrotik. Metabolik: sindrom hipermetabolik yang meliputi, tapi tidak terbatas pada, hiperpireksia, takhikardia, takhipnea, kekakuan otot, peningkatan kadar keratin kinase, asidosis metabolik, hipoksia, dan koma yang menyerupai overdosis. Lain-lain: edema pada glottis; depresi respirasi dan kardiovaskular setelah terapi elektrokonvulsif; leukopenia; sindrom mirip lupus; demam yang terkait dengan peningkatan tonus otot; tinitus; skleroderma setempat; pemerahan akne sistik, ataksia, akinesia, disorientasi, urinasi yang sering dan mengompol, urtikaria, lipatan pada sudut mulut (tranilsipromin); ruam kulit; masalah ejakulasi; tremor Interaksi Obat Antidepresan Terapi farmakologi erat kaitannya dengan kemungkinan adnya interaksi dalam pemakainnya yang dapat berakibat buruk bagi pasien. Beberapa interaksi yang dapat muncul dari terapi antisant antara lain dapat di lihat sebagai berikut: Tabel 2.2 Farmakokinetika interaksi obat antidepresan TCA Meningkatkan Konsentrasi TCA Plasma Menurunkan Konsentrasi TCA Plasma Meningkatkan Konsentrasi Plasma dari Obat yang Berinteraksi Simetidin, diltiazem, etanol, SSRI, haloperidol, labetalol, metilfenidat, kontrasepsi oral, fenotiazin, propoksipen, quinidin, verapamil Barbiturat, carbamazepin, etanol, fenitoin Hidantoin, antikoagulan

101 24 Menurunkan Konsentrasi Plasma dari Obat yang Berinteraksi Levodopa Sementara itu, farmakodinamik interaksi obat antidepresan TCA dijelaskan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Farmakodinamik interaksi obat antidepresan TCA Alkohol Amfetamin Androgen Antikolinergik Bepredil Klonidin, guanadrel, guenitidin Insulin Disulfiram Esterogen Litium Metildopa MAOi Hipoglikemik oral Sedatif Fenitoin Simpatomimetik Hormon tiroid Meningkatkan efek depresan SSP Meningkatkan efek amfetamin Delusi Efek antikolinergik berlebihan Meningkatkan efek antiaritmia Mengurangi efikasi antihipertensi Meningkatkan efek hipotensi Sindrom acute organic brain Meningkatkan atau mengurangi respon antidepresi; meningkatkan toksisitas Efek aditif mengurangi kejang Mengurangi efikasi antihipertensi; stimulasi SSP, takikardi Meningkatkan efek terapetik dan memungkinkan efek toksisitas, krisis hipertensi, delirium, kejang, sindrom serotonin Meningkatkan efek hipoglikemik Meningkatkan efek depresan SSP Mengurangi respon antidepresan Meningkatkan efek farmakologi simpatomimetik kerja langsung; mengurangi efek farmakologi simpatomimetik kerja tidak langsung Meningkatkan efek terapetik maupun toksisitas, stimulasi SSP, takikardi

102 BAB 3 KAJIAN RESEP OBAT ANTIDEPRESAN 3.1 Resep Komposisi Resep Rumah Sakit Persekutuan Gereja-Gerejadi Indonesia Cikini Jl. Raden Saleh No.40 Jakarta Pusat Indonesia Telp. (021) Fax. (021) Jakarta, 11 Februari 2013 R/ Cipralex 10 mg XXX S1dd1 tab R/ Seroquel 100 mg XXX S 1dd1 tab Pro : Ny. A Dokter : B Monografi Komposisi Resep a. Cipralex 1) Komposisi Tiap tablet mengandung escitalopram 5 mg, 10 mg, 20 mg. 2) Golongan SSRI (Serotonin inhibitor reuptake). 3) Mekanisme Kerja Escitalopram selektif menghambat pengambilan kembali serotonin (5- HT) di SSP dan mempotensiasi aktivitas serotonergik. Obat ini memiliki efek minimal terhadap ambilan kembali norepinefrin dan dopamine. 4) Indikasi 25

103 26 Pengobatan pada episode depresi mayor, gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia. 5) Kontra Indikasi Hipersensitivitas escitalopram atau dengan eksipien lainnya. Pengobatan bersamaan dengan non selektif, MAO inhibitor. Pengobatan bersamaan dengan pimozid. 6) Perhatian Riwayat penyakit kejang, pekerjaan yang memerlukan kewaspadaan mental, gangguan ginjal dan hati, kehamilan, menyusui, kekambuhan secara bertahap. Anak-anak dan remaja <18 tahun. 7) Interaksi Obat Meningkatkan resiko perdarahan bila digunakan dengan aspirin, obat AINS atau obat yang mempengaruhi koagulasi. Kadar serum dapat dikurangi dengan penginduksi CYP2C19 (misalnya carbamazepine, rifampisin, fenitoin) atau penginduksi CYP3A4 (misalnya nafcillin, nevirapine). Kadar serum juga dapat ditingkatkan dengan penghambat CYP2C19 (misalnya flukonazol, fluvoxamine, omeprazole) atau penghambat CYP3A4 (misalnya antijamur azole, klaritromisin). Dapat meningkatkan kadar serum desipramin atau metoprolol. Meningkatkan resiko sindrom serotonin bila digunakan dengan linezolid atau sibutramin. Escitalopram dapat meningkatkan efek penenang dari alkohol. Berpotensi Fatal: Meningkatkan resiko perdarahan bila digunakan dengan aspirin, obat AINS atau obat yang mempengaruhi koagulasi. 8) Efek Samping Mual, diare meningkatnya keringat, insomnia, impotensi, gangguan ejakulasi, kelelahan, mengantuk, hipotensi postural, sinusitis, gangguan rasa. peningkatan nafsu makan dan berat badan. 9) Dosis

104 27 Episode depresi mayor sehari 1 x 10 mg. Maksimal: sehari 1 x 20 mg. Gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia; 5 mg untuk minggu pertama kemudian dapat ditingkatkan sehari 1 x s/d 10 mg. Maksimal: sehari 1 x 20 mg selama 2 minggu pertama, dapat ditingkatkan sehari 1 x s/d 10 mg. b. Seroquel (AstraZeneca) 1) Komposisi Tiap tablet mengandung kuetiapin fumarat 25 mg; 100 mg; 200 mg 2) Golongan Antipsikosis atipikal 3) Mekanisme Kerja Berinteraksi secara luas dengan reseptor neutransmiter dan memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor serotonin (5-HT(2A)) dibanding dengan reseptor dopamin di otak. 4) Indikasi Pengobatan skizofrenia, episode mania akut yang berhubungan dengan kelainan bipolar, depresi yang berkaitan dengan kelainan bipolar. 5) Kontra Indikasi hipersensitif 6) Perhatian Harus digunakan hati-hati pada penyakit kardiovaskular. 7) Interaksi Obat Obat obat: antihistamin, opioid, hipnotik-sedatif, depresan SSP lainnya. Pemberian bersama obat antihipertensi meningkatkan risiko hipotensi. Barbiturat, carbamazepin, kortikosteroid, fenitoin, rifampisin, tioridazin meningkatkan klirens dan mengurangi efikasi

105 28 seroquel. levodopa antagonis efek terapi obat. Eritromisin, flukonazol, itrakonazol, ketokonazol dan inhibitor CYP450-3A4 lainnya akan meningkatkan efek seroquel. Penggunaan alkohol saat terapi akan meningkatkan efek terhadap SSP. 8) Efek Samping Mengantuk, pusing, konstipasi, hipotensi postural, mulut kering, enzim hati tidak normal. 9) Dosis 2 x 1 tablet pada hari pertama; 2 x 2 tablet pada hari kedua; 200 mg pada hari ketiga; 300 mg pada hari keempat; setelah hari keempat dosis sesuai dengan dosis efektif mg sehari tergantung kepada respon dan toleransi pasien (Ikatan Apoteker Indonesia, 2012). 3.2 Kerasionalan Resep Berdasarkan obat yang diresepkan, pasien diduga menderita depresi episode mayor yang berkaitan dengan kelainan bipolar. Arti kelainan bipolar secara umum adalah kelainan mood yang dialami seseorang, di mana perubahan moodnya bisa berganti secara cepat. Terkadang bisa sangat bahagia tapi tiba-tiba bias drop tanpa ada alasan yang spesifik. Untuk mengobati depresi mayor, pasien diberikan terapi cipralex (escitalopram) 10 mg. Obat ini termasuk golongan SSRI (Serotonin inhibitor reuptake). Sementara untuk gangguan bipolar, diberikan terapi Seroquel (kuetiapin fumarat) 100 mg. Obat ini termasuk golongan antipsikosis atipikal. Dosis cipralex (escitalopram) 10 mg dan Seroquel (kuetiapin fumarat) 100 mg yang diberikan tidak melebihi batasan yang diperbolehkan. Namun, dosis seroquel yang diberikan 100 mg sehari tanpa peningkatan dosis hingga dosis lazimnya ( mg) dapat disebabkan karena beberapa kemungkinan, diantaranya yaitu pasien baru memulai pengobatan sehingga diberikan dosis kecil terlebih dahulu dan kemungkinan lain yaitu pasien sudah mulai sembuh sehingga dosis dikurangin atau mungkin dokter mempunyai pertimbangan lain sesuai dengan kondisi pasien.

106 BAB 4 PEMBAHASAN Dewasa ini, prevalansi penderita depresi semakin meningkat di Indonesia, terutama Jakarta sebagai ibukota negara. Depresi merupakan salah satu alasan utama penurunan produktivitas dalam bekerja serta menjadi masalah bagi pasienpasin yang menderita penyakit komplikasi, seperti diabetes, penyakit jantung, dan asma. Penyakit ini juga merupakan touchy diseases karena mendapat stigma negatif dalam masyarakat. Kebanyakan masyarakat menilai penderita depresi merupakan orang gila dan lemah sehingga kebanyakan penderita mendapat diskriminasi sosial. Padahal, depresi merupakan penyakit yang sama seperti penyakit lainnya karena merupakan gangguan fisiologis yang dapat dijelaskan dan diobati secara medis (Heisler, 2011). Depresi didefinisikan sebagai gangguan mental dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh, mengganggu aktivitas pasien, dan pada keadaan tertentu dapat mencetuskan bunuh diri (Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultas Kedokteran, 2007). Sebagian besar penderita depresi tidak berusaha mengobati penyakit yang dideritanya. Padahal, keadaan depresi ini dapat berkurang atau menjadi lebih baik ketika diberi terapi pengobatan yang tepat. Depresi dapat disebabkan oleh penurunan jumlah neurotransmiter norepinefrin (NE), serotonin (5-HT), dan dopamin (DA) dalam otak. Oleh karena itu, obat-obatan antidepresan memiliki mekanisme kerja yang bertujuan untuk mengembalikan jumlah ketiga neurotransmiter tersebut dalam batas normal. Beberapa obat antidepresan diantaranya adalah golongan antidepresan trisiklik, penghambat ambilan kembali serotonin yang selektif dan penghambat monoamin oksidase. Secara umum, obat antidepresan memiliki efikasi yang setara jika diberikan pada dosis yang sebanding. Faktor yang mempengaruhi pemilihan obat antidepresan meliputi riwayat pasien terhadap respon obat, riwayat keluarga terhadap respon obat, subtipe depresi, riwayat medis pada saat itu, potensi 29 Univesitas Indonesia

107 30 terjadinya interaksi obat, profil efek samping obat, dan biaya obat. aman dan efektif. Selain terapi farmakologi yang diberikan, terapi nonfarmakologi juga penting untuk membantu mengurangi depresi pasien.terapi nonfarmakologi meliputi terapi kognitif, terapi tingkah laku dan psikoterapi interpersonal. Selain itu terapi cahaya juga dapat digunakan untu pasien dengan gangguan afektif musiman. Terapi cahaya dilakukan dengan menyuruh pasien melihat ke dalam suatu kotak lampu 4.1 Peran Apoteker dalam Terapi Depresi Apoteker memiliki peran yang saling melengkapi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam penanganan pasien depresi. Meskipun pasien telah diberikan terapi pengobatan, kebanyakan terapi depresi masih belum memberikan hasil yang optimal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat, dosis yang inadekuat, stigma negatif tentang penyakit depresi, serta kurangnya pengetahuan pasien mengenai penyakit depresi yang dideritanya sehingga menimbulkan ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat. Keberhasilan terapi depresi dapat ditingkatkan melalui peran apoteker dalam mengedukasi pasien tentang penyakitnya sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Edukasi tentang penyakit depresi ini penting untuk meyakinkan pasien bahwa depresi merupakan penyakit akibat ketidakseimbangan neurotransmiter dalam otak sehingga dapat disembuhan dengan pengobatan dan pasien tidak perlu malu dengan keadaan yang dideritanya (Scheerder, Coster, & Audenhove, 2008). Keberhasilan terapi depresi juga ditentukan oleh pemilihan obat serta pemberian informasi mengenai obat yang diberikan dengan tepat. Instruksi pengobatan yang jelas sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat berdampak buruk pada proses pengobatan. Hal tersebut merupakan tanggung jawab seorang apoteker. Apoteker bersama dengan dokter berperan untuk menentukan obat apa yang paling tepat diberikan kepada pasien sesuai dengan kondisi pasien. Secara umum, obat golongan SSRI (Serotonine Selevtive Reuptake Inhibitor) seperti flouksetin, sitalopram, fluvoksamin, paroksetin dan setralin

108 31 merupakan obat pilihan pertama untuk pasien depresi mayor tanpa komplikasi karena memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan golongan antidepresan trisiklik. Jika pasien sembuh total maka terapi dipertahankan selama 4 6 bulan atau lebih. Apabila pasien hanya berespon sebagian maka terapi dapat ditambah dengan antipsikosis atipikal atau antidepresan trisiklik. Selain itu terapi juga dapat diganti dengan alternatif lain seperti antidepresan trsiklik. Apabila terapi menggunakan SSRI gagal, maka obat dapat diganti dengan alternatif lain seperti venlafaksin, bupropion atau mirtazapin dan bila masih gagal dapat diganti dengan nefazodon. Secara lengkap, bagan algoritma terapi dapat dilihat pada lampiran 1. Beberapa kondisi khusus yang harus menjadi pertimbangan apoteker dalam membantu menentukan pemilihan obat untuk pasien adalah pasien usia lanjut, anak dan remaja serta ibu hamil. Pasien usia lanjut lebih baik diberi obat golongan SSRI sebagai pilihan utama karena memiliki efek samping minimal. Sementara itu, obat antidepresan yang memiliki efikasi untuk anak dan remaja sangat terbatas. Fluoksetin merupakan satu-satunya obat antidepresan yang disetujui oleh FDA untuk terapi depresi pada pasien dengan usia kurang dari 18 tahun. Apabila pasien anak dan remaja diberikan antideprsean trisiklik, disarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan elektrokargiogram (EKG) sebelum memulai terapi dan pada saat konsentrasi plasma mencapai kadar tunak karena peningkatan konsentrasi plasma diatas 450 ng/ml dikaitkan dengan peningkatan efek samping yang serius Terakhir, pertimbangan obat antidepresan untuk ibu hamil. Sebaiknya ibu hamil diberikan terapi nonfarmakologi untuk menghindari risiko penggunaan obat pada janin. Monitoring keberhasilan terapi dan mengevaluasi pasien-pasien yang mengalami kekambuhan juga merupakan tanggung jawab seorang apoteker. Monitoring yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi apakah terapi yang diberikan efektif dan mengidentifikasi reaksi obat yang tidak diinginkan jika ada. Kebanyakan pasien depresi yang resisten terhadap pengobatan mendapat terapi yang tidak adekuat. Apoteker dapat menanyakan kepada pasien tentang kepatuhan pasien dan penyakit lain yang diderita pasien, berapa dosis dan bagaimana cara penggunaan obat yang telah diberikan untuk mengevaluasi apakah dosis dan

109 32 durasi pengobatan telah tepat dan apakah ada efek samping obat yang mempengaruhi pemberian dosis yanga dekuat. Setelah evaluasi dilakukan, apoteker dapat memberi saran kepada dokter agar antidepresan yang selama ini diberikan diganti dengan goongan lain atau ditambah dengan litium maupun antipsikosis atipikal. Namun perlu diingat bahwa kombinasi SSRI dan antidepresan trisiklik tidak boleh dijadikan alternatif karena tidak boleh digunakan dua jenis antidepresan secara bersamaan. Apoteker juga dapat melakukan pertimbangan farmakoekonomi untuk membantu meringankan beban pasien dan memastikan kepatuhan pasien. Hasil evaluasi yang baru menyatakan bahwa nefazodon dan fluoksetin terbukti lebih efektif dalam masalah biaya pengobatan dibandingakan dengan imipramin. Selain pertimbangan farmakoekonomi, apoteker dapat membantu mengevaluasi hasil terapi. Pasien harus dipantau terhadap efek samping obat dan perubahan fungsi sosial serta pekerjaannya. Pemantauan secara teratur harus tetap dilakukan sampai beberapa bulan setelah terapi antidepresan dihentikan. Pasien juga harus dipantau terhadap munculnya ide bunuh diri setelah pemberian obat antidepresan. Pemantauan juga harus dilakukan ketika pasien diberikan antidepresan dengan nama dagang yang berbeda dari sebelumnya. Peran lain yang dapat dilakukan apoteker adalah dengan melakukan skrining terhadap penderita depresi dalam praktik kerjanya, baik di apotek maupun rumah sakit. Sebagai contoh, apoteker dapat menggunakan kuisioner pendek yang terdiri dari 3 sampai 5 pertanyaan. Skrining tersebut merupakan bagian dari managemen terapi obat yang sangat membantu untuk mengskrining orang-orang yang kemungkinan besar menderita depresi. Biasanya penderita depresi mengalami lebih dari satu macam penyakit kronik. Setelah skrining, apoteker dapat membuat rekomendasi yang sesuai kepada dokter untuk dilakukan terapi yang sesuai (Heisler, 2011) 4.2 Kajian Resep Hal pertama yang harus dilakukan seorang apoteker ketika menerima resep adalah melakukan skrining terhadap kelengkapan administrastif resep, pertimbangan farmasetik serta pertimbangan klinis. Setelah skrining dilakukan,

110 33 apoteker dapat mengecek ketersediaan obat yang diresepkan. Setelah itu, resep diberi harga kemudian pasien diberitahu untuk menunggu proses pengambilan obat dan pemberian etiket. Setelah obat diberi etiket dan siap untuk diberikan kepada pasien, apoteker sebaiknya mengecek ulang kesesuaian obat yang diresepkan dengan obat yang akan diberikan kepada pasien untuk memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi. Saat pemberian obat, pasien diberikan informasi sekitar penyakit yang dideritanya dan bagaimana cara penggunaan obat serta informasi-informasi lain yang dibutuhkan pasien. Pasien juga dapat diberi konseling terutama pasien-pasien yang menderita penyakit yang perlu perhatian khusus seperti jantung, diabetes, maupun penyakit gangguan mental seperti depresi. Resep yang dibahas pada makalah ini diambil dari arsip resep apotek Kimia Farma No.2 pada bulan Februari Pertama-tama, dilakukan skrining kelengkapan administratif terhadap resep. Resep yang baik harus mengandung nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya. Resep yang diterima kurang memenuhi persyaratan administratif yang ditentukan di atas. Resep tidak ada paraf dokter, usia, jenis kelamin, dan berat badan pasien serta informasi penggunaan obat (sebelum atau setelah makan). Skrining yang kedua adalah melihat kesesuaian farmasetik yang meliputi kesesuaian bentuk sediaan, dosis, potensi, cara dan lama pemberian. Obat yang diresepkan terdiri dari dua jenis obat yang berbentuk tablet, yaitu cipralex dan seroquel. Cipralex merupakan antidepresan golongan SSRI (escitalopram) sementara seroquel merupakan antipsikosis atipikal (quetiepin fumarat). Kombinasi keduanya dapat digunakan untuk terapi depresi mayor. Dosis cipralex yang diresepkan juga sesuai dengan dosis lazim. Namun, dosis seroquel yang diresepkan dibawah dosis lazimnya, yaitu mg per hari setelah peningkatan dosis selama 4 hari pemakaian. Kemungkinan alasan dokter memberikan dosis seroquel yang rendah adalah pasien baru memulai pengobatan atau pasien sudah hampir sembuh sehingga dosis dikurangi. Hipotesis tersebut dapat diperkuat dengan menanyakan kepada pasien berapa lama telah menjalani

111 34 terapi pengobatan dan apakah pasien memiliki penyakit lain. Apabila pasien tidak memiliki penyakit lain, belum lama menjalani terapi dan merasa kondisinya tidak membaik apoteker dapat mengkonfirmasi kepada dokter penulis resep mengenai dosis yang diberikan untuk mengoptimalkan terapi. Skrining yang terakhir adalah pertimbangan klinis, yaitu kemungkinan adanya interaksi dan efek samping obat. Kombinasi kedua obat tersebut tidak ada interaksi yang berarti secara klinis. Hanya saja kemungkinan efek samping yang mungkn terjadi nantinya perlu diinformasikan kepada pasien, seperti mual, diare meningkatnya keringat, mengantuk, hipotensi postural, peningkatan nafsu makan dan berat berat. Setelah obat diberi harga dan diberi etiket, obat diserahkan kepada pasien dan pasien diberikan informasi sekitar obat yang diberikan, termasuk cara penggunaannya. Selain itu, pasien juga sebaiknya diberi edukasi terkait penyakitnya sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat. Apoteker yang baik akan melakukan monitoring terhadap pasien untuk memastikan hasil terapi yang optimal dan memantau adakah reaksi obat yang tidak diinginkan sehingga perlu penggantian obat atau penyesuaian dosis.

112 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Depresi merupakan gangguan mental akibat ketidakseimbangan jumlah neurotransmiter di dalam otak. Gejala depresi ditandai dengan penurunan mood, kehilangan minat atau perasaan senang, adanya perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tidur atau penurunan selera makan, sulit konsentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat menjadi kronik atau kambuh, mengganggu aktivitas pasien, dan pada keadaan tertentu dapat mencetuskan bunuh diri Peran apoteker dalam terapi depresi diantaranya adalah mengedukasi pasien, membantu dalam pemilihan obat yang efektif, melakukan monitoring keberhasilan terapi, mengidentifikasi efek samping, melakukan pertimbangan farmakoekonomi dan skrining terhadap penderita depresi. Resep yang diberikan kurang memenuhi persyaratan administratif dan dosis seroquel yang diberikan dibawah dosis lazim. 5.2 Saran Perlu dilakukan konseling terhadap pasien penderita depresi untuk mengedukasi bahwa depresi merupakan penyakit yang dapat menjadi lebih baik jika diobati sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat Sebaiknya apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter apabila terdapat resep yang kurang rasional untuk meningkatkan keefektivitasan terapi. 35

113 DAFTAR ACUAN Bennet P.N, MD FRCP and M.J Brown, MA Msc FRCP Clinical Pharmacology 9 th Ed. Newyork : Churchill Livingstone. BJ, Sadock VA Comprehensive Textbook Of Psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Williams & Wilkins Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultas Kedokteran. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru. Dipiro Joseph T, et all Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach 6 th Ed. United States of America : Mc Graw Hill. Dipiro Joseph T, et all Pharmacotheraphy Handbook 6 th Ed. United Statesof America : Mc Graw Hill Dipiro Joseph T, et all Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach 7 th Ed. United States of America : Mc Graw Hill Dipiro Joseph T, et all Pharmacotheraphy Principle and Practice. UnitedStates of America : Mc Graw Hill Factor Stewart A, DO et all Drug Induced Movement Disorders 2nd Ed.Australia : Blackwell Futura Heisler, J. (2011, Mei 15). Depression Screening: A Natural Role for Pharmacists. Retrieved from Drug Topics: Ikatan Apoteker Indonesia. (2012). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan jakarta. Kaplan, Saddock Sinopsis Psikiatry, Ilmu Pngetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara Kapplan, Sadock, BJ Comprehensive Textbook Of Psychiatry,6th Ed. USA : Lippincott. Kompas. (2012, Oktober 6). Jumlah Penduduk yang Mengalami Depresi Meningkat. Jakarta, Jakarta, Indonesia. Retrieved April 15, 2013, from health.kompas.com Linn William D, et all Pharmacotherapeutics in Primary Care. UnitedStates of America : Mc Graw Hill Lumbantobing Neurogeriatri. Jakarta:FKUI Russell J Greene and Norman D Harris Pathology and Therapeutics for Pharmacists A basis for clinical pharmacy practice 3 rd Ed. London : Pharmaceutical Press 36

114 37 Scheerder, G., Coster, I. D., & Audenhove, C. V. (2008). Pharmacists' role in Depression Care: A Survey of Attitudes, Current Practices, and Barriers. Psyciatric Services, 59 (10). Wilkins and Lippincott William Clinical Pharmacology Made Incredibly Easy! 3rd Ed.

115 LAMPIRAN

116 39 Lampiran 1. Algoritma terapi depresi mayor Pasien Rawat jalan tanpa komplikasi yang sehat secara fisik dan tidak kontraindikasi dengan obat antidepresant SSRI (Tergantung kondisi Klinisi) Respon Sebagian Sembuh Total Terapi gagal (nonrespon atau timbul efek Ganti dengan alternatif lain (SSRI lain, venlafaksin, bupropion, Pertimbangan terapi tambahan (antipsikosis atipikal, litium, hormon tiroid, SSRI plus Antidepresan trisiklik) atau ganti dengan alternatif lain (Antidepresan trisiklik atau SSRI) Pertahankan sedikitnya 4-6 bulan atau lebih (jika merupakan episode pertama) Gagal Respon Sembuh Ganti dengan alternatif lain (seperti : mirtazapin, bupropion, venlafaksin) Gagal Respon Sembuh Pertahankan selama sedikitnya 4-6 bulan atau lebih (jika merupakan episode pertama) Ganti dengan alternatif lain (seperti : mirtazapin, nefazodon, Terapi tambahan (antipsikotik atipikal, litium, hormon tiroid, SSRI plus antidepreant trisiklik) Ganti dengan alternatif lain (seperti : mirtazapin, nefazodon, bupropion venlafaksin) Pertahankan selama sedikitnya 4-6 bulan atau lebih (jika merupakan episode pertama)

117 40 Lampiran 2. Resep obat antidepresan Ny. A B

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO.2 DEPOK PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 119 JALAN RAYA DELTASARI INDAH BLOK AN 10-11, WARU SIDOARJO 12 OKTOBER - 7 NOVEMBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: FAWZIATUL KHOTIMAH, S. Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55, JAKARTA TIMUR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang tidak dapat ditunda. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

PEKERJAAN KEFARMASIAN

PEKERJAAN KEFARMASIAN PEKERJAAN KEFARMASIAN Makalh ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-undang dan Etika Farmasi Di Susun Oleh : Kelompok VII A Finti Muliati : 14340104 Yolanta Mogi Rema : 14340105 Nora Novita

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK IX NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 03 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI AGUSTUS 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 180 JL. PAHLAWAN NO. 10 SIDOARJO 22 JULI 2015 24 AGUSTUS 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEFRI PRASETYO, S.Farm. 2448715123 PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan Keputusan

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan status kesehatan yang masih tergolong rendah. Hal ini dapat disebabkan kurangnya kepedulian dan pemahaman masyrakat Indonesia akan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No.36 tahun 2009 yaitu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci