LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER INDAH PURNAMA SETIAWAN PUTRI, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker INDAH PURNAMA SETIAWAN PUTRI, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii

3 LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama : Indah Purnama Setiawan Putri, S.Farm. NPM : Program studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 298 Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41, Jakarta Pusat Periode 3 Maret 11 April 2014 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Adhitia Asdirman, S.Si., Apt. ( ) Pembimbing II : Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. ( ) Penguji I : ( ) Penguji II : ( ) Penguji III : ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : iii

4 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa laporan praktek kerja profesi apoteker ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di. Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh kepada saya. Depok, 21 Juni 2014 Indah Purnama Setiawan Putri iv

5 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITASS Laporan praktek kerja profesi apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Indah Purnama Setiawan Putri NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 21 Juni 2014 v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 298 Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41, Jakarta Pusat Periode 3 Maret 11 April Pelaksanaan PKPA di Apotek menjadi sangat penting bagi mahasiswa Profesi Apoteker agar dapat mempelajari dan memahami berbagai peran Apoteker di Apotek. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Adhitia Asdirman, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No. 298 dan pembimbing penulis, atas saran, bimbingan, serta ilmu pengetahuan yang diberikan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan PKPA. 2. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama PKPA berlangsung hingga penyusunan laporan selesai. 3. Dr. Hayun, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi UI. 4. Seluruh karyawan di Apotek Kimia Farma No. 298, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan selama pelaksanaan hingga penyusunan laporan PKPA. 5. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Farmasi UI yang turut memberikan bekal ilmu, pengalaman, dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Fakultas Farmasi UI. vi

7 6. Seluruh teman-teman Apoteker UI angkatan 78 yang telah mendukung dan bekerja sama selama perkuliahan hingga pelaksanaan PKPA. 7. Keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material yang tidak terhingga kepada penulis. 8. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan selama penulis melaksanakan PKPA dan penyusunan laporan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dan dapat memacu penulis untuk berkarya lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan bagi semua pihak. Penulis 2014 vii

8 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis Karya : Indah Purnama Setiawan Putri : : Apoteker : Farmasi : Laporan praktek kerja profesi apoteker demi pengembangann ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 298 Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41, Jakarta Pusat Periode 3 Maret 11 April 2014 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif inii berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataann ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 21 Juni 2014 Yang menyatakan (Indah Purnama Setiawan Putri) viii

9 ABSTRAK Nama Program Studi Judul Laporan : Indah Purnama Setiawan Putri : Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 298 Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41, Jakarta Pusat Periode 3 Maret 11 April 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 298 bertujuan untuk mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker dalam aspek profesional dan manajerial. Dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, mahasiswa juga diberikan tugas khusus yang berjudul Penyakit dan Pengobatan Malaria. Tujuan tugas khusus ini adalah memahami penyakit malaria yang meliputi etiologi, gejala dan diagnosis penyakit serta terapi malaria secara farmakologi dan non-farmakologi. Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), Apotek Kimia Farma No. 298, pelayanan kefarmasian, penyakit malaria Tugas umum : xv + 81 halaman; 10 gambar; 12 lampiran Tugas khusus : iv + 39 halaman; 9 gambar; 2 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 14 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 7 ( ) ix

10 ABSTRACT Name Study Program Title : Indah Purnama Setiawan Putri : Apothecary : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 298 Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41, Jakarta Pusat on March 3 rd April 11 th 2014 Apothecary Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 298 intends to describe general activities of pharmaceutical care and understand the role and function of pharmacist in professional and managerial aspects. In this Apothecary Profession Internship, student is also given a specific assignment which title is Disease and Treatment of Malaria. The purpose of this assignment is to understand disease of malaria which include etiology, symptoms and diagnosis and also understand treatment of malaria in both pharmacological and nonpharmacological. Keywords : Apothecary Profession Internship, Apotek Kimia Farma No. 298, pharmaceutical care, malaria disease General Assignment : xv + 81 pages; 10 pictures; 12 appendixes Specific Assignment : iv + 39 pages; 9 pictures; 2 appendixes References of General Assignment : 14 ( ) References of Specific Assignmen : 7 ( ) x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... v KATA PENGANTAR... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Personalia Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Apotek Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengelolaan Non-teknis Kefarmasian Pelayanan Apotek Pelayanan Resep Promosi dan Edukasi Pelayanan Residensial (Home Care) Sediaan Farmasi Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Psikotropika Narkotika Pengelolaan Narkotika Pemesanan Narkotika Penyimpanan Narkotika Pelayanan Resep Narkotika Pelaporan Narkotika xi

12 Pemusnahan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pemesanan Psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyerahan Psikotropika Pelaporan Psikotropika Pemusnahan Psikotropika Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan dan Pengadaan Persediaan Pengendalian Persediaan Apotek Konsumsi Rata-rata Lead Time Safety Stock Level Persediaan Minimum Level Persediaan Maksimum Posisi Persediaan Re Order Point (ROP / Titik Pemesanan) Rasio Perputaran Sediaan Strategi Pemasaran Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Budaya Perusahaan PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek Arti Logo Kimia Farma Jenis Huruf Logo Kimia Farma Sifat Huruf Logo Kimia Farma Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek Apotek Kimia Farma No. 298 Benhil Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Apotek Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Kegiatan Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Perbekalan farmasi Pengelolaan Resep Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Stok Opname Pelayanan Resep Penjualan Produk Over The Counter (OTC) Pelayanan Informasi Obat Swamedikasi Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian xii

13 BAB 4 PEMBAHASAN PT. Kimia Farma Apotek Apotek Kimia Farma No. 298 Benhil Lokasi dan Tata Ruang Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Perbekalan farmasi Pengelolaan Resep Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Stok Opname Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Penandaan obat bebas Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) Gambar 2.4. Penandaan obat keras Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Apotek Gambar 3.2. Swalayan farmasi Gambar 3.3. Counter pelayanan kefarmasian Gambar 3.4. Rak penyimpanan obat-obat ethical Gambar 3.5. Ruang peracikan xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kartu stok obat Lampiran 2. Form skrining resep Lampiran 3. Salinan / copy resep Lampiran 4. Label obat Lampiran 5. Etiket obat Lampiran 6. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) Lampiran 7. Bukti dropping barang Lampiran 8. Faktur pembelian barang Lampiran 9. Surat pemesanan psikotropika Lampiran 10. Surat pemesanan narkotika Lampiran 11. Rekapitulasi laporan psikotropika Lampiran 12. Rekapitulasi laporan narkotika xv

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Upaya kesehatan harus selalu ditingkatkan agar masyarakat dapat hidup sehat dan produktif secara sosial dan ekonomi. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh fasilitas dan pelayanan kesehatan yang merata. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan yang memadai agar masyarakat dapat dengan mudah memperoleh pelayanan kesehatan. Apotek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, dan prakteknya dilaksanakan oleh Apoteker (Daris, 2012; Peraturan Pemerintah, 2009). Dalam melaksanakan pekerjaan profesinya, Apoteker tidaklah hanya dituntut untuk menjamin pembuatan obat yang bermutu, aman dan berkhasiat, namun juga berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baru. Paradigma pelayanan kefarmasian yang telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented), mengharuskan Apoteker untuk selalu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar mampu berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan pasien. Untuk dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu dengan baik, maka Apoteker harus menerapkan standar yang berlaku. Di Indonesia, kegiatan pelayanan di apotek diatur oleh peraturan pemerintah dan Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) sebagai acuan (Kementrian Kesehatan, 2004). Pada pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek, peranan Apoteker menjadi perhatian utama karena Apoteker merupakan penanggung jawab dalam praktek pelayanan kefarmasian di apotek. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang Apoteker yang profesional. Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, dan pencampuran obat, tetapi juga termasuk pengendalian mutu, penyimpanan, 1

17 2 distribusi, pengelolaan, dan pelayanan obat atas resep dokter, serta pelayanan informasi obat, bahan obat dan obat tradisional. Selain pembekalan ilmu dan pengetahuan yang diberikan pada masa perkuliahan, calon Apoteker tentunya juga perlu mempelajari dan memahami penerapan teori secara langsung dalam dunia pekerjaan. Untuk itu, program Profesi Apoteker bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma No. 298 menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 3 Maret 2014 hingga 11 April Praktek kerja ini bertujuan untuk memberikan pembekalan, pengetahuan, pemahaman dan gambaran singkat mengenai peran Apoteker dalam penyelenggaraan kesehatan sebelum mengabdi pada masyarakat. Dengan adanya praktek kerja ini diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu agar nantinya dapat diterapkan secara nyata untuk kepentingan dunia kesehatan. Laporan PKPA ini dibuat sebagai hasil pembelajaran selama pelaksanaan PKPA di Apotek Kimia Farma No Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 298 bertujuan agar mahasiswa: a. Mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek. b. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek, terutama dalam aspek profesional yang mencakup ilmu kefarmasian dan pelayanan kefarmasian. c. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek terutama dalam aspek manajerial yang mencakup pengelolaan sumber daya, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan.

18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah kegiatan dari mulai pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Apotek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, dan prakteknya dilaksanakan oleh Apoteker (Peraturan Pemerintah, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat diatur dalam peraturan: a. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. b. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. c. Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika. d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang masa bakti Apoteker yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.84/MENKES/PER/II/

19 4 f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 149 tahun 1998 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/IX/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/XI/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. i. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. j. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. 2.4 Persyaratan Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut:

20 5 a. Suatu apotek dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA), yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu. b. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. c. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. d. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. 2.5 Personalia Berdasarkan PP no. 51 tahun 2009 Pasal 51, Pelayanan Kefarmasian di Apotek hanya dapat dilakukan oleh Apoteker yang wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker. Dalam melaksanakan tugas Pelayanan Kefarmasian tersebut, Apoteker dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, personalia apotek terdiri dari: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jamjam tertentu pada hari buka Apotek. c. Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.

21 6 d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasrkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari: a. Juru Resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek. 2.6 Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker, oleh karena itu Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Berdasarkan PP no. 51 tahun 2009, Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian termasuk Apotek, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian. Seorang Apoteker hanya dapat melaksanakan praktik di 1 Apotik, dan Apoteker pendamping hanya dapat melaksanakan praktik paling banyak di 3 Apotek. Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan. STRA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Sedangkan SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker

22 7 untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian. Untuk memperoleh STRA, apoteker harus memenuhi persyaratan berikut: a. Ijazah Apoteker. b. Sertifikat kompetensi profesi. c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik. e. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Selanjutnya dokumen-dokumen tersebut diajukan kepada Komite Farmasi Nasional (KFN) dan dalam waktu maksimal 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap, KFN akan menerbitkan STRA. Masa berlaku STRA adalah 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Uji kompetensi dilakukan oleh organisasi profesi melalui pembobotan Satuan Kredit Profesi (SKP). Bagi Apoteker yang baru lulus, permohonan sertifikat kompetensi diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif 1 (satu) bulan sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker baru. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh SIPA: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN. b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian. c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping, harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Selanjutnya, dokumen-dokumen tersebut diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dan dalam waktu maksimal 20

23 8 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan menerbitkan SIPA. Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA). Selain itu, apoteker juga menentukan arah terhadap seluruh kegiatan, menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan, mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan, serta bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai apoteknya. Tugas dan kewajiban apoteker di apotek antara lain: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Melakukan pengembangan usaha apotek. d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan penjualan, mengadakan pembelian yang sah dan penggunaan biaya seefisien mungkin. 2.7 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek, pengalihan tanggung jawab apoteker dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

24 9 d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. 2.8 Tata Cara Perizinan Apotek Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/SK/X/1993. Ketentuannya adalah: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan dapat menerima bantuan teknis kepada Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (Balai POM) untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota melaporkan hasil pemerisaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemerikasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas

25 10 Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal pemeriksaan Tim Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagai mana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek, atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya, dengan mempergunakan contoh formulir APT-7. Apabila apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerjasama dengan PSA, maka harus memenuhi ketentuan berikut: a. Penggunaan sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud, harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpan, dan meyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan

26 11 perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan (pasal 12) dan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten (pasal 15 ayat 2). c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Undang-Undang No. 22 tahun 1997 Tentang Narkotika, Undang-Undang No. 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika serta ketentuan peraturan tentang perundang-undangan lainnya. e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) Apoteker Pengelola Apotek tersebut dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan terkait obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain (pasal 6). Sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing masing 2 bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

27 12 Apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan wajib mengikuti tata cara berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi Pengelolaan Apotek Pengelolaan apotek oleh seorang Apoteker dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis kefarmasian Pengelolaan Teknis Kefarmasian Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993, pengelolaan teknis kefarmasian meliputi: a. Peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya; serta pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.

28 Pengelolaan Non-Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian melliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain, seperti manajemen, agar dapat mengelola apotek dengan efektif dan efisien. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai Pelayanan Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pelayanan apotek meliputi: Pelayanan Resep a. Skrining resep yang meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.

29 14 b. Penyiapan obat meliputi kegiatan peracikan yang menggunakan prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. c. Penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca. d. Pengemasan obat yang hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. e. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. f. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. g. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. h. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien dengan penyakit kronis Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.

30 Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Sediaan Farmasi Peraturan Menteri Kesehatan No 51 tahun 2009 menjelaskan bahwa sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Obat digolongkan menjadi lima golongan berdasarkan keamanan penggunaan obat yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika, dan narkotika. Tujuan penggolongann obat berdasarkan keamanan, yaitu : a. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan salah penggunaan masing-masing golongan obat. b. Memudahkan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam pengobatan sendiri dengan resiko sekecil mungkin. c. Membantu pengendalian dan pengawasan masing-masing golongan obat pada lalu lintasnya. d. Meningkatkan keamanan dan ketepatan penggunaan obat Obat Bebas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1983) Obat bebas merupakan obat yang penggunaannya dapat ditetapkan sendiri oleh masyarakat dan tidak membahayakan. Obat golongann ini dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama pabrik, dan alamat serta cara penyimpanannya. Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

31 Obat Bebas Terbatas (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1983) Obat bebas terbatas atau obat daftar W (Waarschuwing) merupakan obat keras yang boleh dijual bebas dalam bungkus aslinya dan batas-batas tertentu sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan disertai peringatan dan tanda khusus. Obat golongan ini dapat dibeli bebas tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan pada etike atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatann pada kemasan dibuat dengan dasar hitam dan tulisan putih. Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) Obat Keras (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1986) Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda

32 17 khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Gambar 2.4. Penandaan obat keras Psikotropika (Presiden Republik Indonesia, 1997) Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindrom ketergantungan digolongkan menjadi : a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh psikotropika golongan I adalah psilosibin, lisergida dan meskalina. b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh psikotropika golongan II adalah amfetamin dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuann serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh psikotropika golongan III adalah amobarbital, pentobarbital dan pentazosim. d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuann serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma

33 18 ketergantungan. Contoh psikotropika golongan IV adalah barbital, alprazolam, luminal, dan diazepam. Berdasarkan UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga Lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi Narkotika (Presiden Republik Indonesia, 2009) Menurut Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan n penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan: a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika. c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi Penyalah Guna dan pecandu Narkotika. Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Dalam Bab III Pasal 6 disebutkan bahwa narkotika dibagi menjadi 3 (tiga) golongan. a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

34 19 dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: petidin, metadon, nalokson, kokain, opium, heroin, desomorfina. b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, alfasetilmetadol, betametadol, diampromida. c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, asetildihidrokodeina, polkadina, propiram Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-undang No.22 tahun 1997, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan; mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan memberantas peredaran gelap narkotika. Pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, yaitu PT. Kimia Farma, dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri dari 4 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK, dan SIA. Satu Surat Pesanan (SP) hanya untuk memesan satu jenis narkotika.

35 Penyimpanan Narkotika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1978) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Lemari penyimpanan terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat dilengkapi dengan kunci ganda yang kuat dan berlainan. b. Lemari penyimpanan terbagi menjadi 2, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. c. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. d. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. e. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. f. Lemari harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum Pelayanan Resep Narkotika Dalam Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika disebutkan bahwa narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan atau ilmu pengetahuan. Narkotika dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan hanya berdasarkan resep dokter. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Apotek boleh membuat salinan resep apabila dalam resep terdapat narkotika yang belum atau sebagian dilayani. Salinan resep hanya boleh dilayani di Apotek yang menyimpan resep asli. Apotek tidak boleh melayani salinan resep narkotika

36 21 dengan tulisan iter. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan yang ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus menggunakan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan dikirim ke kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pemusnahan Narkotika APA dapat melakukan pemusnahan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan; nama APA; nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut; nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; serta tandatangan penanggung jawab apotek. Pemusnahan narkotika harus disaksikan oleh petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan provinsi; serta petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Provinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pengelolaan Psikotropika (Presiden Republik Indonesia, 1997) Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat

37 22 mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Apotek dapat melakukan pemesanan psikotropika dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIA. Surat pesanan tersebut dibuat rangkap tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. Satu surat pesanan psikotropika dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika. Pemesanan psikotropika dapat dilakukan melalui pedagang besar farmasi (PBF) atau apotek lain Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun untuk menghindari penyalahgunaan psikotropika maka psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci. Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika Penyerahan Psikotropika Apotek dapat menyerahkan psikotropika kepada apotek lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan pasien berdasarkan resep dokter Pelaporan Psikotropika Berdasarkan UU No. 5 tahun 1997, apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkan kepada Menteri secara berkala. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi setempat, Balai/Balai Besar POM serta sebagai arsip apotek.

38 Pemusnahan Psikotropika Berdasarkan UU No. 5 tahun 1997, setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal : a. Berhubungan dengan tindak pidana. b. Kadaluwarsa. c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika sebagaimana dimaksud : 1) Pada butir a) dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan; dan 2) Pada butir b) dan c) dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari. 3) Setiap pemusnahan psikotropika wajib dibuatkan berita acara Pengelolaan Perbekalan Farmasi Perencanaan dan Pengadaan Persediaan Pengadaan persediaan farmasi merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan adalah memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku (Quick, 1997). Pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama terhadap tersedianya obat dan total biaya kesehatan. Proses pengadaan yang efektif adalah faktor yang sangat menentukan dalam menjamin adanya ketersediaan obat yang

39 24 diperlukan dalam jumlah yang sesuai, dengan harga yang rasional dan tentunya dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang jelas. Oleh karena itu, pengadaan perbekalan farmasi harus dapat diterapkan sebaik mungkin sehingga pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu obat dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien dapat dilakukan secara efektif dan efisien sehingga pasien merasa terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan. Apotek selain sebagai pusat pelayanan obat juga merupakan tempat bisnis dan investasi. Sebagai aset bisnis apotek harus dikelola dengan manajemen yang baik. Salah satu obyek manajemen di apotek adalah manajemen pengadaan dan persediaan obat. Demi menyediakan pelayanan yang maksimal di apotek, maka harus ditunjang dengan adanya kelengkapan barang yang dijual. Hal ini juga sebagai salah satu cara memberi kepercayaan kepada pelanggan bahwa apotek yang dituju selalu akan menyediakan segala kebutuhan obat-obatannnya. Jika salah satu barang tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi akan berdampak buruk pada citra apotek dari segi kelengkapan barangnya dimata konsumen. Meskipun dampak dari keadaan tersebut tidak langsung terasa saat itu juga, namun perluasan pelanggan baru akan terhambat dan berefek pada kelambatan perkembangan apotek tersebut Pengendalian Persediaan Apotek Pengendalian persediaan sangat penting bagi apotek, baik besar maupun kecil, karena persediaan obat merupakan harta terbesar dari sebuah apotek. Pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh besar terhadap perolehan kembali investasi apotek karena jumlah yang diinvestasikan untuk persediaan obat sangatlah besar. Pengendalian yang efektif dapat memperkecil investasi dari suatu apotek. Pengendalian persediaan obat juga berdampak pada perolehan yang lebih besar atas investasi (untuk suatu laba tertentu). Bila APA dapat menurunkan jumlah persediaan dengan menjual lebih sedikit obat atau dengan menyingkirkan barang/ obat yang tidak mudah dijual, maka akan terjadi juga penurunan modal sendiri dan perolehan kembali atas modal sendiri pun akan meningkat. Sebaliknya bila investasi/ penanaman modal atas persediaan obat/ barang dagangan dinaikkan, peroleh atas modal dengan juga akan menurun.

40 25 Pengendalian persediaan obat juga penting dalam pelayanan pasien di apotek, di mana suatu apotek harus mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasien atau memenuhi kebutuhan pasien akan obat dengan baik. Apotek harus mempunyai jenis produk yang dibutuhkan pasien dalam jumlah yang dibutuhkan pasien. Bila sebuah apotek umum tidak memiliki persediaan obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka memerlukan, maka apotek tersebut akan kehilangan penjualan. Bila hal seperti ini sering terjadi, maka apotek akan kehilangan pasiennya. Oleh sebab itu, pengendalian persediaan yang efektif adalah suatu pengendalian persediaan yang dapat mengoptimalkan dua tujuan, yakni: a. Memperkecil total investasi pada persediaan obat. b. Menjual berbagai produk yang tepat untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan pasien. Tiga pertanyaan yang menjadi dasar pengendalian atau pengawasan terhadap persediaan yakni: a. Berapa banyak suatu item obat yang akan dipesan pada suatu waktu tertentu? b. Kapan dilakukan pemesanan ulang terhadap item tersebut (terkait dengan frekuensi pesanan ulang)? c. Yang mana dari item-item tersebut yang perlu dilakukan pengawasan atau pengendalian? Dalam hal ini dilakukan pengendalian jumlah stok untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang paling ekonomis. Bila stok terlalu kecil, maka: a. Permintaan pasien sering kali tidak terpenuhi sehingga pasien menjadi tidak puas, hal ini dapat menghilangkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan. b. Untuk tetap dapat memuaskan pasien akan diperlukan tambahan biaya untuk mendapatkan bahan obat dalam waktu yang cepat. Sedangkan bila stok terlalu besar, maka akan terjadi: a. Peningkatan biaya penyimpanan.

41 26 b. Kemungkinan obat menjadi rusak atau kadaluarsa. c. Ada risiko bila sewaktu-waktu harga obat atau bahan obat turun. Parameter-parameter yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan maksimum, dan perputaran persediaan (Quick, 1997) Konsumsi Rata-rata (Quick, 1997) Konsumsi rata-rata sering disebut juga permintaan (demand). Konsumsi rata-rata merupakan jumlah barang yang dipakai (dibeli) dalam satu waktu tertentu Perkiraan konsumsi rata-rata/ permintaan untuk pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan Lead Time (Quick, 1997) Lead time merupakan rentang waktu yang dibutuhan mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier tertentu. Setiap supplier akan memiliki lead time yang berbeda-beda, sehingga harus juga diperhatikan rata-rata lead time untuk masing-masing supplier berdasarkan performance supplier sebelumnya. Yang perlu diukur dalam Lead Time adalah jumlah produk yang disediakan yang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: h = (2.1) Misalnya konsumsi rata-rata Bisolvon Syrup di apotek Rini selama 1 hari yaitu sebanyak 2 botol, kemudian waktu yang dijanjikan oleh supplier yaitu 2 hari maka jumlah produk yang harus disediakan selama periode lead time yaitu 2 botol/hari x 2 hari = 4 botol Safety Stock (Quick, 1997) Safety stock merupakan obat persediaan yang dicadangkan sebagai pengaman untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk mencegah terjadinya kekurangan barang yang tersedia di apotek. Safety stock ini menjadi sangat

42 27 penting ketika lead time maupun jumlah permintaan tidak dapat diprediksi atau nilainya berubah-ubah, seperti dalam kasus keterlambatan barang pesanan atau terjadi perubahan jumlah permintaan karena terjadi suatu wabah penyakit tertentu. Untuk barang-barang yang fast moving, safety stock biasanya dihitung dari 20% dari jumlah konsumsi rata-rata, sedangkan untuk barang-barang slow moving, nilai safety stock diperoleh dari 10% dari konsumsi rata-rata Level Persediaan Minimum (Reorder level) (Quick, 1997) Merupakan jumlah sisa persediaan terendah yang masih tersedia yang merupakan penanda perlunya pemesanan ulang. Persediaan minimum ini penting ditentukan agar kontinuitas usaha (pemenuhan kebutuhan pasien akan obat) dapat tetap terjaga. Jika barang yang tersedia kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stockout (kekurangan barang yang tersedia di apotek). Reorder level ini dapat dihitung dengan mengalikan rata-rata lead time dengan rata-rata jumlah konsumsi selama waktu lead time. h = ( ) + (2.2) (keterangan : LT = Lead time, C A = Rata-rata konsumsi dalam satu waktu tertentu, SS = Safety stock). Misalnya, jumlah produk yang disediakan dalam periode lead time oleh supplier selama 2 hari yaitu 4 botol. Konsumsi rata-rata Actived Syrup di Apotek Cahya selama 1 hari yaitu 2 botol. Safety stock yang tersedia di apotek sebanyak 8 botol. Jumlah persediaan minimum dapat dihitung sebagai berikut (4 x 2) + 8 botol = 16 botol. Maka jumlah persediaan minimum Actived Syrup yang harus tersedia di apotek yaitu sebanyak 16 botol Level Persediaan Maksimum (Quick, 1997) Merupakan jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan hingga pemesanan berikutnya atau dapat juga disebut dengan target stock level. Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum ini maka tidak lagi diperlukan pemesanan (selama periode tertentu) untuk menghindari terjadinya overstock (kelebihan jumlah barang yang tersedia di apotek).

43 28 h = + ( ) (2.3) (keterangan : Smin = jumlah persediaan minimum, PP = Periode pengadaan, C A = Rata-rata konsumsi dalam satu waktu tertentu). Misalnya, jumlah persediaan minimum Actived Syrup yang disediakan di Apotek Cahya sebanyak 16 botol. Konsumsi rata-rata Actived Syrup di Apotek selama 1 hari yaitu 2 botol. Periode pengadaan sebanyak 5 kali. Jumlah persediaan minimum dapat dihitung sebagai berikut 16 + (5 x 2) = 26 botol. Maka jumlah persediaan maksimum Actived Syrup yang harus tersedia di apotek yaitu sebanyak 26 botol Posisi Persediaan (Quick, 1997) Merupakan jumlah antara persediaan yang masih tersedia dengan persediaan yang sedang dipesan, dikurangi dengan persediaan yang telah dipesan oleh fasilitas kesehatan lain atau oleh pasien. Posisi persediaan dapat terjadi overstock ataupun stockout Re Order Point (ROP / Titik pemesanan) (Quick, 1997) Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu. Reorder point ini dapat dihitung apabila lead time dan permintaan atau rata-rata konsumsi diketahui dan konstan. = ( ) + (2.4) Keterangan : ROP = Reoder point, LT = Lead Time, d = demand (konsumsi rata-rata), SS = Safety Stock.

44 29 [Sumber : Quick, 1997] Gambar 2.6. Grafik Tingkat Persediaan vs Waktu Apoteker A mencata bahwa permintaan rata-rata antibiotik A = 100 dus/bulan. Waktu yang diperlukan untuk memesan antibiotik-dari supplier XYZ 20 hari. Persediaan barang yang harus ada untuk menghadapi suatu keadaan tertentu ditafsir sebesar permintaan rata-rata untuk 10 hari. Maka reorder pointnya yaitu SS = 100 dus/bulan x 1/3 bulan = 33,33 34 dus. ROP = SS + (CA x LT) = 34 + (100 dus/bulan x 2/3 bulan) = 101 dus Jadi, apoteker A harus memesan antibiotik A saat persediaan minimumnya 101 dus Rasio Perputaran Sediaan (Quick, 1997) Rasio perputaran (turnover ratio) merupakan ukuran efisiensi suatu apotek dalam mengelola asetnya. Rasio perputaran juga disebut sebagai rasio efisiensi (efficiency ratio) atau rasio penggunaan aset (asset utilizatio ratios). Persamaan yang paling sering digunakan adalah rasio perputaran sediaan (inventory turnover ratio / ITOR) Rasio perputaran sediaan merupakan suatu ukuran yang menilai seberapa cepat sediaan suatu apotek terjual. Rumus untuk rasio perputaran sediaan adalah sebagai berikut:

45 30 = (2.5) Harga barang terjual (cost of goods sold) diperoleh dari laporan laba-rugi (income statement) dan data biaya persediaan rata-rata (average inventory at cost) didapatkan dari neraca keuangan (balance sheet). Contohnya jika harga barang terjual adalah Rp per tahun dan biaya persediaan rata-rata selama satu bulan adalah Rp , maka rasio perputaran sediaannya adalah dengan kata lain, apotek mampu menjual dan mengganti persediaannya satu bulan sekali. Rasio perputaran sediaan yang rendah (dibawah 6.0) menandakan bahwa persediaan apotek terlalu besar dibandingkan aktifitasnya dan uang tunai yang dapat dimanfaatkan terikat dalam bentuk barang. Rasio perputaraan sediaan yang tinggi biasanya diinginkan karena menandakan bahwa apotek mampu menjual dan mengganti persediaannya dengan efisiensi yang tinggi dan dengan demikian menghasilkan lebih banyak pemasukan dan keuntungan. Walaupun nilai rasio yang tinggi tersebut diinginkan, apoteker harus menjaga agar nilai ITOR tidak terlalu tinggi. Jika nilai ITOR terlalu tinggi (salah satunya akibat biaya persediaan rata-rata terlalu rendah), maka jumlah persediaan barang yang akan dijual di apotek terlalu sedikit dan berisiko terjadinya ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan pelanggan Strategi Pemasaran Apotek Pemasaran adalah proses sosial dan menajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Simamora, 2000). Sedangkan menurut American Market Association (AMA) dalam Rangkuti (2002), pemasaran merupakan suatu proses dan implementasi dari konsep, penetapan harga, promosi, dan distribusi (ide, produk, dan jasa) sehingga dapat diciptakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus. Secara sederhana pemasaran merupakan semua kegiatan usaha yang berhubungan dengan arus penyerahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen

46 31 Dalam teori AIDA menyatakan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pelanggan, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan konsumen atau pelanggan akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan konsumen atau pelanggan. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pelanggan tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang ditawarkan. a. Attractical Attention Hal pertama yang perlu di lakukan oleh pemasaran adalah meningkatkan perhatian dari konsumen. Tanpa perhatian dari konsumen, apotek tidak akan bisa menjual produk karena ketidaktahuan dari konsumen tentang produk yang ada. Desain eksterior apotek harus dibuat sedemikian rupa untuk meningkatkan ketertarikan konsumen agar datang ke apotek. Desain ini terutama sangat berpengaruh dalam menjaring drop-in konsumen. Apotek minimal harus dapat menampilkan cirinya sedemikian rupa sehingga calon pembeli tertarik pada apotek itu. b. Interest Interest adalah menciptakan dan menumbuhkan rasa tertarik pada diri calon pembeli. Desain interior apotek dapat menarik minat/ keinginan seseorang untuk membeli produk dan menjadi pelanggan di apotek kita. Oleh karena itu, perlu diperhatikan desain interior apotek. Beberapa cara yang dapatdilakukan: Bangunan depan apotek terbuat dari kaca tembus pandang sehingga terlihat produk-produk apotek dari luar yang dapat menarik minat seseorang untuk datang ke apotek. Obat harus terlihat penuh dan lengkap, penyusunan berdasarkan farmakoterapi/ indikasi, obat OTC yang banyak diminati dan sedang promosi besar di media (fast moving product), dan eye

47 32 catching diletakkan di depan dekat ruang tunggu dan terlihat oleh pengunjung apotek. Permainan warna pada penyusunan obat sehingga terlihat menarik dan memiliki nilaiestetika tinggi. c. Development Desire Berbagai upaya dari petugasa potek dapat menimbulkan minat dari calon pembeli sehingga melakukan pembelian.beberapa upaya yang dilakukan: Adanya sapaan pada tiap pelanggan yang masuk ke apotek, bila kenal panggil namanya, sikap yang ramah dan bersahabat, Tanya keperluan pelanggan, jikapelangganbertanya segera dijawab dengan benar dan cepat (mempunyai keterampilan sebagai drug informer) d. Action Seorang calon pembeli akhirnya mengambil keputusan untuk membeli suatu obat di apotek didasarkan kepada : Ketertarikan yang dibangun semenjak konsumen melihat papan nama apotek atau bagian luar apotek hingga ia berada di dalam apotek, Saat konsumen sudah tertarik maka konsumen akan melakukan action untuk membeli. Maka apotek harus dapat melakukan penyerahan yang cepat, penyerahan obat yang baik, tidak rusak atau kadaluarsa, harga bersaing, dan ruang tunggu yang menyenangkan. Informasi yang diterimanya dari orang lain bahwa apotek itu baik pelayanannya, Sudah terbiasa membeli obat di apotek. Kebiasaan ini masih terus berlangsung disebabkan dari pelayanan apotek itu tetap memuaskan. Kepercayaan yang telah diberikan oleh para pelanggan apotek hendaknya tetap dipertahankan atau lebih ditingkatkan.

48 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA 3.1 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Sejarah dan Perkembangan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Menurut sejarah perkembangan industri farmasi di Indonesia, perusahaan Kimia Farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana setelah nasionalisasi. Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Berdasarkan SK Penguasa Perang Pusat No. Kpts/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No.58041/Kab/1958, dibentuk Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan Farmasi Belanda ). Berdasarkan Undangundang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No. 69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi, yaitu PN Farmasi dan Alat Kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Farmasi dan Alat Kesehatan Nurani Farma (Jakarta), PN Farmasi dan Alat Kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung) dan PNF Sari Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan Alat Kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Tahun 1967 sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, bahwa PNF Nurani Farma, PNF Bio Farma, PNF Radja Farma, PN Sari Husada, PN Bhineka Kina Farma, dan PNF Nakula Farma dilebur menjadi PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 16 Agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara 33

49 34 dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero). Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma di privatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 Januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma Apotek yang bergerak di bidang retail farmasi dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek sampai saat ini telah memiliki 36 Business Manager dan 412 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan PT. Kimia Farma Trading & Distribution saat ini memiliki 3 wilayah pasar (Sumatra, DKI & Jawa Tengah, dan Jawa Timur & Indonesia Wilayah Timur), dan 35 kantor cabang Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. Visi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis. Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang: a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. b. Perdagangan dan jaringan distribusi. c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya. d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan.

50 Budaya Perusahaan Budaya perusahaan PRIMA yang mencakup aspek nilai diri dan nilai kerja dan telah ditetapkan sejak tahun 2004, masih tetap relevan dengan visi dan misi Perseroan saat ini. Budaya perusahan tersebut adalah: a. Profesionalisme Profesionalisme adalah kesadaran dalam berpikir, berbicara dan bertindak dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh semangat, dan berbekal pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam situasi dan kondisi apapun. b. Kerjasama Kerjasama adalah bekerja dalam kebersamaan dalam langkah dan pikiran yang tercermin dalam kerjasama tim antar karyawan yang erat dan solid untuk mendapatkan hasil terbaik bagi perusahaan. c. Integritas Integritas merupakan sikap mental yang positif yang melandasi semangat dan antusiasme dalam bekerja secara profesional. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. juga mempunyai motto perusahan yaitu I-CARE yang merupakan singkatan dari: a. Innovative (I): memiliki budaya berpikir out of the box dan membangun produk unggulan. b. Customer First (C): mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra. c. Accountability (A): bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas, dan kerjasama. d. Responsibility (R): memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran, dan dapat diandalkan. e. Eco Friendly (E): menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan.

51 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang dibentuk oleh PT. Kimia Farma Tbk., untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada. PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan, maka PT. Kimia Farma Apotek hingga April 2013 telah mengelola sebanyak 412 apotek yang tersebar diseluruh Indonesia. Penambahan jumlah apotek yang terus dikembangkan merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani beberapa jenis pelayanan, yaitu penjualan langsung, pelayanan resep dokter, penyediaan, pelayanan praktek dokter, optik, dan pelayanan swalayan farmasi, serta pusat pelayanan informasi obat. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap Apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari Apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap Apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan pelayanan yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, serta pelayanan yang cepat dan nyaman.

52 37 Saat ini, unit BM dan Apotek Pelayanan merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari Apotek Pelayanan yang berada dibawahnya, administrasi pembelian/pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari Apotek Pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saling mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya Logo PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek memiliki logo yang sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yaitu matahari dengan jenis huruf italic seperti pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Apotek Arti Logo Kimia Farma Arti dan maksud dari simbol matahari pada logo perusahaan adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi

53 38 dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. d. Sumber energi Matahari sebagai sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna jingga berarti semangat, dan warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi Jenis Huruf Logo Kimia Farma Jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan citra yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada Sifat Huruf Logo Kimia Farma Sifat huruf memiliki pengertian sebagai berikut: a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme. c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam konsep apotek jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 14 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat.

54 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: a. Jaringan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya. b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal. c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee-Based Income) Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang Direktur Utama yang membawahi dua direktur yaitu Direktur Operasional dan Direktur Keuangan, Umum & SDM, serta membawahi langsung Manajer Pengembangan Bisnis. Terdapat dua jenis Apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan. Bisnis Manajer membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manajer bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan penawaran dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah.

55 Apotek Kimia Farma No. 298 Benhil Apotek Kimia Farma No. 298 merupakan salah satu unit usaha dari PT. Kimia Farma Apotek yang khusus bersifat pelayanan kepada masyarakat, yang tergabung dalam unit Business Manager Jaya I yang terletak di Jl. St. Hasanudin No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Lokasi dan Tata Ruang Apotek Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 298 terletak di Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41 Jakarta Pusat Lokasi apotek sangat strategis dimana apotek dapat dilihat dan diakses dari segala arah. Apotek berada di pinggir jalan raya dua arah tanpa ada pembatas jalan sehingga mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Lalu lintas kendaraan di daerah tersebut cukup padat dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Apotek berada di daerah dekat perumahan penduduk, apartemen, dan perkantoran dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Banyak fasilitas umum yang ada di sekitar apotek, seperti bank, ATM, Rumah Sakit TNI Angkatan Laut, pasar, dan minimarket Tata Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari satu lantai. Pembagian ruangan terdiri dari ruang tunggu, swalayan farmasi, tempat penyerahan resep dan pengambilan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang APA, dan ruang konsultasi. a. Ruang Tunggu Apotek memiliki satu pintu utama di bagian depan apotek. Ruang tunggu terdapat di bagian depan pintu masuk. Ruangan ini dilengkapi dengan 2 baris bangku yang saling berhadapan, penerangan yang cukup, ventilasi yang memadai, serta pendingin ruangan sehingga memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. b. Swalayan Farmasi Ruangan ini berada di samping ruang tunggu sehingga sangat mudah dilihat oleh pasien. Ruangan ini terdiri atas rak-rak untuk meletakan minuman dan makanan ringan, produk herbal, obat bebas, kosmetik, susu, perlengkapan bayi, dan sediaan topikal-analgesik. Penyusunan

56 41 barang-barang di swalayan farmasi berdasarkan jenis dan kegunaan, bentuk sediaan serta tersusun secara alfabetis. Hal ini bertujuan untuk mempermudah konsumen dalam mencari obat yang diperlukan.sedikit kendala dalam swalayan farmasi adalah konsumen masih tidak dapat secara langsung melihat harga obat dan alat kesehatan karena tidak semua obat dan alat kesehatan diberi label harga layaknya swalayan kebanyakan sehingga konsumen harus bertanya terlebih dahulu kepada kasir untuk mengetahui harga dari obat atau alat kesehatan yang mereka butuhkan. Tampilan depan swalayan farmasi apotek menunjukkan etalase yang berisi alat kesehatan. Hal ini dilakukan untuk menginformasikan kepada konsumen, bahwa selain menjual obat-obatan, apotek juga menjual alat-alat kesehatan seperti kursi roda, alat timbangan, tabung oksigen, pispot. Gambar 3.2. Swalayan farmasi c. Tempat Penerimaan Resep dan Penyerahan Obat Di Apotek Kimia Farma No. 298, tempat pelayanan resep maupun nonresep serta tempat pembayaran dilakukan di satu counter yang dibatasi

57 42 oleh sebuah meja kasir dengan tinggi sebatas pinggang dan 1 meja yang lebih rendah di samping meja kasir. Proses pembayaran dilengkapi dengan 3 komputer yang diletakkan di masing-masing meja. Gambar 3.3. Counter pelayanan kefarmasian d. Tempat Penyimpanan Obat Ruangan ini terdiri atas rak-rak berwarna cokelat untuk penyimpanan obat-obat dan alat kesehatan. Tata letak obat disusun berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, kelas pareto, serta tersusun secara alfabetis. Selain itu, terdapat juga tempat penyimpanan khusus seperti lemari es, tempat penyimpanan obat-obat psikotropika dan tempat penyimpanan narkotika dalam lemari terkunci dan tersembunyi. Gambar 3.4. Rak penyimpanan obat-obat ethical

58 43 e. Ruang Peracikan Ruangan ini terletak di bagian belakang dekat dengan ruang APA dan konsultasi. Di ruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, pencampuran dan pengemasan obat-obat resep dokter. Ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas dan bahan peracikan seperti timbangan, lumpang alu, kertas perkamen, wadah piring, sudip dan alat-alat untuk meracik sediaan pulveres, kapsul, sediaan cair dan semi solid lainnya. Gambar 3.5. Ruang peracikan f. Ruang APA dan Ruang Konseling Di Apotek Kimia Farma No. 298, terdapat ruang APA yang juga dijadikan sebagai ruang konseling pasien. Ruangan tersebut tertutup dan dilengkapi dengan meja dan kursi, peramgkat komputer, buku-buku referensi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien dan dokumen-dokumen penting. Ruang apoteker mempunyai akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi pasien yang ingin mendapatkan pelayanan informasi dan konseling.

59 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia di Apotek Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Seorang APA harus dapat memprediksi dan membentuk struktur organisasi di apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas serta wewenang dan tanggung jawab. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan fungsi kegiatan tersebut, sehingga apotek dapat beroperasi sesuai dengan rencana. Apotek Kimia Farma No. 298 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manager (BM) yang terletak di Jl. St. Hasanudin No. 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sumber daya manusia di Apotek Kimia Farma No. 298 berjumlah 11 orang yang terdiri dari 1 orang APA, 1 orang Apoteker Pendamping, 5 orang asisten apoteker yang merangkap sebagai kasir, 3 orang juru racik dan 1 orang office boy. Dalam melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi 3 shift, yaitu shift pagi (pukul WIB), shift siang (pukul WIB), dan shift malam (pukul WIB). Shift tersebut berlaku pada hari Senin hingga Minggu Kegiatan Teknis Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Berdasarkan pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1963, perbekalan kesehatan di bidang farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat, obat asli Indonesia, bahan obat asli Indonesia, alat kesehatan, kosmetik dan sebagainya. Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang saling terkait dimulai dari perencanaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, pemusnahan, monitoring, dan evaluasi. a. Perencanaan dan Pengadaan Proses perencanaan dan pengadaan yang efektif yaitu menjamin perbekalan farmasi (obat) yang dibeli oleh konsumen sesuai dengan jumlah sediaan yang tersedia, harga yang layak atau pantas, dan memenuhi standar kualitas yang baik. Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat yaitu untuk mendapatkan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang

60 45 sesuai kebutuhan serta menghindari terjadinya kekosongan obat atau penumpukan obat. Ada beberapa tahap yang dilakukan pada proses perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi. Perencanaan diawali dengan menyeleksi obat yang dibutuhkan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan obat yang akan dibeli yaitu kebutuhan obat yang dapat dilihat dari data penjualan suatu produk atau obat selama periode waktu tertentu dan stok obat yang masih tersedia. Faktor lain yang juga menentukan suatu obat dipesan atau tidak yaitu kondisi penyakit epidemik, daftar obat wajib apotek, dan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter. Tahap perencanaan selanjutnya yaitu menentukan jumlah obat yang dibeli. Cara yang diterapkan oleh Apotek Kimia Farma No. 298 dalam menetapkan jumlah obat yang akan dibeli yakni dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : Data penjualan periode sebelumnya. Data perkiraan perubahan pola penyakit, perubahan cuaca, pola peresepan dokter sekitar apotek, dan waktu / jadwal pembelian. Rasio stok akhir dengan rata-rata penjualan periode sebelumnya Level persediaan minimum dan maksimum stok obat yang tersedia. Jika barang yang tersedia kurang dari persediaan minimum maka perlu dilakukan pemesanan ulang, misalnya jika level persediaan maksimum stok untuk Actifed Syrup 20 botol dan stok yang tersedia adalah 5 botol, maka perlu dipesan atau dibeli 15 botol. Namun sebaliknya, jika persediaan obat mencapai nilai maksimum maka tidak diperlukan pemesanan selama periode waktu tertentu hingga pemesanan berikutnya. Dalam tahap perencanaan, jika jenis dan jumlah barang atau obat telah ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah menyesuaikan kondisi keuangan dengan kebutuhan pembelian. Ketika kondisi keuangan tidak cukup untuk membeli seluruh jumlah obat yang telah direncanakan, maka perlu dikurangi jenis obat atau jumlah obat yang akan dibeli / dipesan. Dalam tahap perencanaan ini, Apotek Kimia Farma No. 298 menggunakan analisa ABC dan VEN. Prinsip utama analisis ABC adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi

61 46 ke dalam suatu urutan, dimulai dengan jenis sediaan atau obat yang membutuhkan anggaran terbanyak. Dalam analisa ABC, perbekalan farmasi kategori A menyerap anggaran 70%, perbekalan farmasi kategori B menyerap anggaran 20% dan perbekalan farmasi kategori C menyerap anggaran 10%. Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan analisa ABC, yaitu : Mengumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang direncanakan. Menghitung masing-masing persentase jenis perbekalan farmasi terhadap anggaran total. Menentukan urutannya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil. Mengidentifikasi perbekalan farmasi yang menyerap ± 70% anggaran perbekalan total. Apotek Kimia Farma No. 298 juga menggunakan analisa VEN dalam perencanaan dan pengadaan obat. Metode VEN merupakan pengelompokan obat berdasarkan pada dampak tiap jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang direncanakan dikelompokan ke dalam tiga kategori yakni : Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien. Contoh : antibiotik, obat gastrointestinal, NSAID dan lain lain. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakan untuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalan farmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namun tidak mempunyai kelebihan manfaat dibanding perbekalan farmasi lainnya. Contoh : vitamin, supplement dan lain-lain. Dalam analisa VEN, ada beberapa tahap yang dilakukan. Analisa VEN diawali dengan menyusun kriteria obat termasuk vital, essensial atau non-essensial. Kemudian mencari data dan informasi mengenai pola penyakit dan standar pengobatan yang biasa digunakan dalam mengobati penyakit tersebut. Tahap

62 47 terakhir dalam analisa VEN adalah menyesuaikan rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang tersedia. b. Pemesanan Apotek Kimia Farma No. 298 berada di bawah koordinasi dari BM Jaya 1. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 298 dilakukan melalui pembelian. Namun, pembelian tidak dilakukan secara langsung oleh apotek karena semua proses pembelian barang melalui distributor dilakukan secara langsung oleh BM (sistem sentralisasi), sedangkan apotek hanya bertugas memesan dan menerima sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dibutuhkan dari BM. Pemesanan barang dilakukan dengan mengajukan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) kepada BM Jaya 1. Data-data yang akan dimasukkan ke dalam BPBA merupakan hasil dari perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. BPBA dibuat oleh apoteker pendamping yang berisi daftar nama obat, jumlah permintaan, harga, nama apotek, nomor BPBA, tanggal, nama pembuat, nama penerima, dan nama pimpinan beserta dengan tanda tangan. BPBA yang telah dibuat harus mendapat persetujuan dari Apoteker Pengelola Apotek. Pengiriman BPBA dilakukan setiap hari Sabtu setiap minggunya oleh Apoteker Pendamping yang sebelumnya telah disetujui oleh APA. BPBA dikirim secara online ke BM serta diserahkan juga printout dari BPBA tersebut. BPBA akan diterima oleh bagian pengadaan yang ada di BM Jaya 1, selanjutnya akan dikirim ke bagian gudang untuk mengecek ketersediaan barang. Apabila barang yang diminta tersedia di gudang, maka BM akan mengirimkan barang-barang tersebut ke apotek yang bersangkutan. Namun, apabila barang yang diminta tidak terdapat di gudang, maka BM akan segera melakukan pemesanan ke distributor. Barang yang dipesan tersebut akan tetap dikirimkan terlebih dahulu ke gudang BM untuk kemudian disimpan atau dikirimkan ke apotek-apotek pelayanan di wilayah BM tersebut. Pengiriman barang ke Apotek Kimia Farma No. 298 biasanya dilakukan setiap hari Rabu dan Jumat. c. Penerimaan Pengiriman barang (dropping) dari BM ke apotek dilakukan oleh tenaga outsourcing bidang jasa pengiriman. Pengiriman ini biasanya dilakukan hari Rabu

63 48 dan Jumat. Barang pesanan yang tersedia di BM akan dikirimkan pada hari Rabu, sedangkan sisa barang yang belum tersedia di gudang BM akan dikirimkan pada hari Jumat. Bagian pengadaan di BM akan membuat bukti dropping yang berisi nama dan alamat apotek yang dituju, nomor dropping, nama obat, jumlah yang diberikan, harga satuan, dan total harga dimana bukti dropping tersebut akan disertakan pada saat pengiriman barang ke apotek. Pada saat dropping barang dari BM, petugas penerima barang di apotek bertanggung jawab mencocokkan barang yang diterima dengan bukti dropping, faktur, dan BPBA. Petugas apotek memeriksa kesesuaian barang yang diterima, meliputi nama obat, jumlah, dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik, dan tanggal kadaluarsa. Apabila telah sesuai, maka bukti dropping tersebut akan ditandatangani oleh petugas penerima barang di apotek. Barang yang telah diterima kemudian disimpan sesuai ketentuan penyimpanan barang masingmasing dan di-entry dalam catatan stok barang di komputer. d. Penyimpanan Barang-barang yang datang dari BM akan disimpan terlebih dahulu di dekat rak penyimpanan karena Apotek Kimia Farma No. 298 tidak memiliki gudang penyimpanan. Barang-barang tersebut kemudian ditata dan diletakkan di rak penyimpanan yang berwarna cokelat. Penyimpanan perbekalan farmasi dibagi dalam 2 tempat yaitu produk swalayan farmasi dan produk ethical yang disimpan di rak cokelat yang berada di bagian dalam apotek. Obat-obat ethical disusun berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, alphabet, pareto, stabilitas, dan keamanan. Berdasarkan efek terapinya, obat di apotek KF No. 298 dikelompokkan dalam obat antibiotik, obat kardiovaskuler, obat sistem pernafasan, obat saluran pencernaan, obat analgetik-antipiretik, obat diabetes dan asam urat, obat saluran kemih, obat alergi, dan suplemen. Dari masing-masing kelompok terapi tersebut obat-obat disusun lagi secara alfabetis. Berdasarkan bentuk sediaan, obat dipisahkan antara sediaan solid (tablet, kapsul, dan kaplet), semi-solid (salep, krim gel, dan suppositoria), cair non-steril (sirup, drop, dan suspensi), dan cair steril (obat tetes mata, tetes telinga, sediaan injeksi dan infus).

64 49 Obat golongan narkotika dan psikotropika diletakkan secara khusus di lemari terpisah dan tersembunyi. Penyimpanan obat narkotika mengikuti peraturan yang telah diatur di dalam undang-undang. Golongan obat narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang diletakkan terpisah dan tersembunyi di bawah rak penyimpanan obat. Alas lemari menempel pada lantai. Lemari mempunyai 2 sekat dan masing-masing sekat memiliki kunci sendiri. Obat-obat yang stabil pada suhu dingin diletakkan di lemari es. Pada bagian atas lemari es (freezer) digunakan untuk menyimpan obat-obatan dengan suhu 2-8 o C seperti sediaan suppositoria, ovula, dan drop-analgesik. Sedangkan, pada bagian bawah lemari es, digunakan untuk menyimpan obat-obatan dengan suhu < 15 o C, yang meliputi sediaan injeksi, dry syrup, protein, obat tetes mata, sediaan kaplet yang mengandung amoksisilin dan asam klavulanat, dan bleaching cream. Produk-produk yang termasuk ke dalam golongan pareto juga diletakkan terpisah. Obat-obat yang tergolong pareto meliputi obat-obat yang laku terjual dan obat-obat yang memiliki iklan di media elektronik maupun media cetak. Obatobat tersebut diletakan di rak depan dekat dengan counter kasir agar dapat terlihat oleh konsumen. Di samping itu, Apotek Kimia Farma No. 298 juga memiliki swalayan farmasi. Produk-produk yang diletakkan di swalayan farmasi disusun berdasarkan jenis produk dan bentuk sediaan, serta disusun secara alfabetis. Produk-produk tersebut meliputi produk obat-obat bebas atau OTC, produk herbal, sediaan topikal-analgesik, kosmetik, produk perawatan bayi, serta makanan dan minuman ringan Pengelolaan Resep Setiap hari resep non-narkotika dan non-psikotropika dikumpulkan terpisah dengan resep narkotika dan psikotropika. Pada penyimpanannya, resep dikumpulkan di dalam suatu binder dan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep per bulan. Resep disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu tiga

65 50 tahun. Setiap tiga tahun resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuat berita acara pemusnahan resep Pengelolaan Narkotika a. Pemesanan Apoteker pendamping akan membuat pemesanan melalui Surat Pesanan (SP) narkotika. Surat tersebut tercantum nama dan alamat APA serta harus ditandatangani oleh APA. Satu rangkap SP narkotika hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor tunggal. Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. Surat Pesanan (SP) yang asli dan dua lembar salinan SP diserahkan ke PBF yang bersangkutan, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Badan POM. Sedangkan satu lembar SP disimpan sebagai arsip apotek. b. Penerimaan Penerimaan narkotika dari PBF wajib dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Penerimaan barang akan disertai dengan faktur yang memuat keterangan tentang identitas pengirim, dan penerima, bentuk, jenis, dan jumlah narkotika yang diangkut. Pada saat penerimaan, APA akan memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan faktur dan surat pesanan. Bila telah sesuai, maka APA akan menandatangani faktur tersebut. c. Penyimpanan Obat-obat di Apotek Kimia Farma No. 298 yang termasuk golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terbuat dari bahan dasar kayu yang tersembunyi dan terkunci dengan baik. Lemari khusus narkotika di KF 298 menempel pada lantai, terdiri dari 2 pintu dan memiliki kunci ganda. Setiap obat narkotika dilengkapi kartu stok yang diletakkan dalam masing-masing rak obat dan dicantumkan tanggal kadaluwarsanya. d. Pelayanan Apotek hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Resep narkotika yang iter dan pembelian obat narkotika tanpa resep dokter tidak akan dilayani oleh apotek.

66 51 e. Pelaporan Pelaporan penggunaan narkotika dari apotek ke dinas kesehatan setempat dilakukan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Pelaporan ini dilakukan setiap bulan Pengelolaan Psikotropika a. Pemesanan Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu SP dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. SP dibuat tiga rangkap, 2 lembar diserahkan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM, serta 1 lembar SP disimpan sebagai arsip. b. Penyimpanan Obat golongan psikotropika diletakkan di rak penyimpanan khusus yang terpisah dari sediaan lain. Rak tersebut diletakkan tersembunyi di bagian bawah. c. Pelaporan Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan narkotika yaitu dengan import data laporan bulanan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet Stok Opname Kegiatan stok opname yaitu pemeriksaan kesesuaian antara jumlah barang yang tersedia secara fisik dengan jumlah barang yang tercatat pada kartu stok yang ada pada sistem. Stok opname dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian setiap tiga bulan sekali dan seluruh kegiatan ini di bawah tanggung jawab APA Pelayanan Resep Prosedur pelayanan resep akan diawali dengan penerimaan resep oleh apoteker pendamping atau asisten apoteker. Kemudian akan dilakukan screening terhadap resep tersebut yang meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Apoteker pendamping maupun asisten apoteker akan menjumlahkan biaya yang harus dibayarkan pasien atas resep yang telah discreening. Apabila pasien setuju dengan harga tersebut maka akan

67 52 dilanjutkan dengan penyiapan obat, namun apabila pasien tidak setuju maka akan diajukan obat alternatif dengan jenis, jumlah, dan harga yang sesuai dengan kemampuan pasien. Penyiapan obat dilakukan setelah pasien melakukan pembayaran dan dikerjakan sesuai urutan nomor resep. Apabila terdapat obat racikan di dalam resep, maka obat akan dibuat di ruang peracikan. Setelah peracikan, obat akan dikemas dan diberi label dan etiket yang sesuai. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, apoteker pendamping yang dibantu oleh asisten apoteker akan melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian obat dengan resep. Apabila obat yang disiapkan sudah lengkap dan telah sesuai dengan resep, maka obat akan diserahkan kepada pasien beserta dengan pemberian informasi obat. Pasien yang memerlukan kuitansi akan dibuatkan oleh asisten apoteker. Salinan resep dibuat bila resep tersebut perlu diulang atau iter, baru ditebus sebagian, atau atas permintaan pasien sendiri Penjualan Produk Over the Counter (OTC) Penjualan produk OTC meliputi alat kesehatan, suplemen dan vitamin, obat tradisional, obat bebas, obat bebas terbatas, obat topikal, produk bayi, dan kosmetik. Apoteker pendamping maupun asisten apoteker berperan dalam pemberian saran atas produk dan harga yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen serta memberikan informasi penting mengenai produk kepada konsumen Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat diberikan secara langsung oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau apoteker pendamping ketika menyerahkan obat kepada pasien. Apoteker memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien serta penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat. Informasi obat yang diberikan antara lain nama obat dan indikasi, cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, efek samping, cara penyimpanan obat, serta aktivitas, makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

68 Swamedikasi Apotek Kimia Farma No. 298 juga melakukan pelayanan swamedikasi / pelayanan non-resep. Banyak pasien yang melakukan pengobatan sendiri tanpa resep dokter. Pasien menetapkan diagnosis atas gejala yang dialami dan sekaligus memilih alternatif terapinya sendiri. Obat-obat yang boleh diberikan dalam pelayanan swamedikasi yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, serta Daftar Wajib Obat Apotek (DOWA). Pelayanan swamedikasi ini dimulai dengan menggali informasi dari pasien. Penggalian informasi mengenai pasien meliputi untuk siapa obat ini akan diberikan, keluhan yang dirasakan, tempat timbulnya gejala, kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya, sudah berapa lama gejala dirasakan, dan ada tidaknya gejala penyerta, pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan. Setelah informasi yang diberikan pasien sudah lengkap, maka petugas apotek akan memilihkan obat yang tepat dan sesuai dengan informasi tersebut. Dalam penyerahan obat kepada pasien juga harus disertakan dengan pemberian informasi mengenai obat tersebut Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi pencatatan administrasi harian apotek yang dilakukan oleh asisten apoteker. Pelaksanaan kegiatan administrasi di apotek dibagi menjadi administrasi pembelian dan administrasi penjualan. Setiap selesai pergantian shift, asisten apoteker yang selesai bertugas akan menghitung uang hasil penjualan yang diperoleh pada jam/shift tersebut, merapikan resep dan membuat laporan administrasi. Kemudian seorang asisten apoteker akan menyetorkan uang ke Bank Mandiri terdekat untuk mentransfer uang ke rekening atas nama BM Jaya I dimana rekening tersebut bersifat pasif. Semua Apotek Kimia Farma yang ada dalam unit BM Jaya I termasuk Apotek Kimia Farma No. 298 harus mentransfer uang hasil omset Apotek tersebut ke BM Jaya I.

69 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 PT. Kimia Farma Apotek Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat, dan prakteknya dilaksanakan oleh Apoteker Saat ini, fokus kefarmasian yang patient-oriented mengharuskan Apoteker untuk berkontribusi langsung demi pencapaian tujuan ini. Oleh karena itu, Apoteker memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kefarmasian sebaik mungkin atas dasar kepentingan masyarakat, dan sesuai dengan profesionalitasnya. Selain peran dalam hal teknis kefarmasian, Apoteker juga dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial, yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pengawasan yang berlangsung di apotek. Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia sejak 1817 dan pada tahun 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT. Kimia Farma Apotek yang bergerak di bidang retail farmasi dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. Apotek Kimia Farma melayani beberapa jenis pelayanan, diantaranya penjualan langsung, pelayanan resep dokter, penyediaan, pelayanan praktek dokter, optik, pelayanan swalayan farmasi, serta pusat pelayanan informasi obat. Sampai saat ini, penambahan jumlah apotek terus dikembangkan dan salah satunya adalah Apotek KF No. 298 yang terletak di kawasan Bendungan Hilir. Apotek Kimia Farma membuat konsep baru bahwa Apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk menjual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh berbagai sarana penunjang. Selain itu diciptakan pula budaya baru untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap Apotek Kimia Farma harus mampu memberikan penyediaan obat yang lengkap, serta pelayanan yang cepat dan nyaman. Salah satu budaya yang diterapkan Apotek KF adalah greeting untuk setiap pelanggan yang datang ke apotek, sehingga menunjukkan keramahan pelayanan oleh karyawan yang bertugas di apotek. 54

70 55 Di Kimia Farma, terdapat dua jenis apotek yaitu Apotek Administrator/Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah dan bertugas untuk menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi Apotek Pelayanan yang berada dibawahnya. Apotek KF No. 298 berada di bawah koordinasi Unit BM wilayah Jaya I yang berlokasi di Blok M Jakarta Selatan. 4.2 Apotek Kimia Farma No. 298 Benhil Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No. 298 terletak di Jl. Bendungan Hilir Raya No. 41 Jakarta Pusat Apotek ini terletak di lokasi yang sangat strategis yang memenuhi kriteria dalam kemudahan mencapai lokasi serta mempertimbangkan aspek demografi yang ada di lingkungan sekitar. Berdasarkan aspek demografi, apotek berada di lingkungan dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Apotek berada di daerah dekat perumahan penduduk, apartemen, dan perkantoran. Prospek pertumbuhan pasarnya relatif cepat dan besar dimana jumlah konsumen dan daya beli (income perkapita) konsumen relatif tinggi. Lokasi apotek di dekat fasilitas umum seperti bank dan ATM memudahkan konsumen untuk mengambil uang jika konsumen tersebut tidak membawa uang dan ingin membayar secara tunai. Apotek juga dekat dengan pelayanan kesehatan lain seperti apotek century dan Rumah Sakit TNI Angkatan Laut. Lokasi apotek di dekat rumah sakit juga sangat menguntungkan bagi apotek karena banyak pasien yang membeli obat dengan resep yang berasal dari rumah sakit tersebut. Lokasi apotek yang sangat strategis memberikan kemudahan bagi konsumen yang datang ke apotek. Jarak lokasi apotek dengan domisili konsumennya relatif dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat transportasi. Apotek berada di pinggir jalan raya dua arah tanpa ada pembatas jalan sehingga mudah untuk dijangkau oleh masyarakat serta kendaraan dapat berbalik arah dengan mudah. Lalu lintas kendaraan di daerah tersebut cukup padat dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Apotek berada di lingkungan yang nyaman, aman, bersih, tidak macet, serta tingkat kriminalnya rendah. Desain eksterior Apotek Kimia Farma cukup unik dan menarik serta menjadi ciri khas apotek tersebut sehingga konsumen tertarik untuk berkunjung ke

71 56 apotek. Di depan bangunan apotek, terdapat logo apotek yang cukup besar dan berwarna terang sehingga dapat terlihat jelas oleh semua orang yang melewati lokasi tersebut serta menggambarkan identitas Apotek Kimia Farma. Pintu masuk apotek berada di sisi depan menghadap ke jalan raya sehingga memudahkan konsumen untuk masuk ke dalam apotek serta memudahkan pengawasan terhadap produk yang dijual. Jendela apotek terbuat dari kaca transparan, tidak tertutup papan nama atau iklan obat dan tidak penuh dengan stiker-stiker sehingga pengunjung dapat melihat interior apotek dari luar. Apotek memiliki tempat parkir yang cukup luas sehingga memberikan kemudahan bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi. Bangunan apotek terdiri dari satu lantai. Pembagian ruangan terdiri dari ruang tunggu, swalayan farmasi, tempat penyerahan resep dan pengambilan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan, ruang APA, dan ruang konsultasi. Apotek memiliki desain interior yang tepat sehingga dapat mendorong konsumen untuk mengunjungi apotek. Desain interior dan tata ruang yang baik juga menimbulkan rasa aman dan nyaman baik bagi tenaga apotek maupun konsumen. Hal tersebut dapat berdampak pada peningkatan jumlah pembelian barang di apotek sehingga apotek akan memperoleh keuntungan yang besar. Semua fasilitas yang tersedia di apotek diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi pasien sehingga membuat pasien tertarik untuk datang kembali membeli obat di apotek. Pada bagian dalam apotek, terdapat papan nama apotek yang memuat nama apotek, alamat, nama APA dan nomor SIPA APA. Hal ini tentu saja penting untuk meningkatkan eksistensi dari seorang apoteker yang bertanggung jawab atas Apotek. Selain itu, diharapkan pengunjung yang datang akan mencari apoteker untuk mendapatkan pelayanan kefarmasian. Ruang tunggu apotek terdapat di bagian depan pintu masuk. Ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas tempat duduk yang layak dengan kondisi sekitar yang bersih, penerangan yang cukup, ventilasi yang memadai, serta pendingin ruangan. Selain itu, ruang tunggu apotek tidak berdekatan dengan kebisingan dan akses lalu lintas orang serta keamanannya terjamin sehingga memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. Di samping ruang tunggu, terdapat swalayan farmasi. Barang-barang yang ada di swalayan farmasi tersusun secara rapi dan teratur. Tata

72 57 letak penyimpanan obat-obat OTC disusun berdasarkan jenis dan kegunaan, bentuk sediaan serta tersusun secara alfabetis. Produk-produk tersebut meliputi produk obat-obat bebas atau OTC, produk herbal, sediaan topikal-analgesik, kosmetik, produk perawatan bayi, serta makanan dan minuman ringan. Hal tersebut dapat memberi kemudahan petugas apotek dalam melakukan pengawasan serta kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan. Namun rak-rak penyimpanan barang dan obat-obat OTC di swalayan farmasi kurang dilengkapi dengan penandaan mengenai tempat golongan fungsi obat disetiap lemari atau rak sehingga konsumen terkadang mengalami kesulitan dalam mencari barang yang diinginkan. Barang-barang yang memiliki harga relatif mahal akan diletakkan di bagian atas rak sedangkan barang yang memiliki harga relatif murah diletakkan di bagian bawah. Strategi pemasaran ini dilakukan karena kebanyakan orang cenderung akan melihat barang yang ada di depan mata dan sejajar dengan penglihatan mereka, sehingga produk-produk yang memiliki harga relatif mahal akan ditawarkan terlebih dahulu agar cepat laku terjual. Di Apotek Kimia Farma No. 298, tidak dipisahkan antara counter pelayanan resep (obat-obat ethical) maupun non-resep (obat-obat OTC) serta kasir tempat pembayaran. Hal tersebut menyebabkan kadang terjadi penumpukan (antrian) konsumen pada satu tempat. Ruang penyimpanan obat terdiri atas rakrak yang terbuat dari kayu berwarna cokelat untuk penyimpanan obat-obat dan alat kesehatan. Jenis-jenis obat ethical memiliki kelas terapi, kategori, dan merek yang sangat banyak jumlahnya, maka bentuk lemarinya dibuat seperti sarang tawon yang dapat menampung banyak jenis obat, sehingga pemakaian ruangan menjadi lebih efisien dan dapat mempermudah proses penyiapan dan pembuatan obat. Rak obat di apotek memiliki tinggi yang sesuai sehingga mudah dijangkau dan mempermudah pengambilan obat. Tata letak obat disusun berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, kelas pareto, serta tersusun secara alfabetis. Tata letak penyimpanan obat-obat ethical tersusun secara rapi dan teratur agar dapat memberikan kemudahan dan kecepatan pada petugas apotek dalam menyiapkan obat yang dibutuhkan konsumen serta dapat menjaga keamanan dan kebersihannya. Penandaan mengenai jenis obat-obatan berdasarkan kelas terapi dan bentuk sediaan serta alat kesehatan ditempel pada bagian atas rak obat agar

73 58 dapat memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan konsumen. Ruangan peracikan di Apotek Kimia Farma No. 298 terletak di bagian belakang dekat dengan ruang APA dan konsultasi. Ukuran ruangan relatif kecil namun cukup untuk melakukan kegiatan peracikan. Kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan ini meliputi penimbangan, peracikan, pencampuran dan pengemasan obat-obat resep dokter. Ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas dan bahan peracikan seperti timbangan, lumpang dan alu, blender, kertas perkamen, wadah piring, sudip dan alat-alat untuk meracik sediaan pulveres, kapsul, sediaan cair dan semi solid lainnya. Di Apotek Kimia Farma No. 298 terdapat ruang APA yang juga dijadikan sebagai ruang konseling pasien. Ruangan tersebut tertutup dan dilengkapi dengan meja dan kursi, perangkat komputer, buku-buku referensi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien dan dokumen-dokumen penting. Ruang apoteker mempunyai akses pintu keluar untuk jalan masuk bagi pasien yang ingin mendapatkan pelayanan informasi dan konseling Kegiatan Teknis Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang saling terkait dimulai dari perencanaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, pemusnahan, monitoring, dan evaluasi. a. Perencanaan Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu serta efisien. Beberapa hal yang di fokuskan dalam perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Apotek Kimia Farma No. 298 yaitu jumlah sisa stok barang, pola penggunaan obat sebelumnya, dan pola penyakit yang terjadi di lingkungan apotek. Perencanaan barang yang sering dilakukan Apotek Kimia Farma No. 298 yaitu berdasarkan jumlah stok obat yang tersisa. Setiap minggu asisten apoteker menghitung sisa stok obat yang ada di apotek. Apabila jumlah stok obat yang tersisa hanya sedikit, maka apotek akan segera melakukan

74 59 pemesanan. Sebagai contoh jika level persediaan maksimum stok untuk Actifed Syrup 20 botol dan stok yang tersedia adalah 5 botol, maka perlu dipesan atau dibeli 15 botol. Apoteker pendamping yang dibantu oleh asisten apoteker juga akan menyesuaikan dengan volume penjualan setiap obat. Apotek Kimia Farma No. 298 tidak secara detail menghitung dan menganalisis perubahan pola penyakit yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar. Apotek hanya melihat secara umum kondisi penyakit endemik yang sedang banyak terjadi di masyarakat. Jenis penyakit yang banyak dikeluhkan atau dikonsultasikan dengan APA atau tenaga teknis kefarmasian di apotek juga dapat menjadi pertimbangan dalam menganalisis kondisi penyakit yang banyak terjadi. Hal ini juga dapat dilihat dari data-data yang sesuai, contohnya data penjualan UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) atau data penjualan HV (Obat Bebas). Kemudian selain dengan dasar tersebut, pola konsumsi obat sebelumnya juga dijadikan dasar pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pola konsumsi obat dapat dilihat dari data penjualan obat pada periode sebelumnya, sehingga dapat diperoleh data obat-obat yang laku terjual. Mempelajari penjualan obat sangat penting untuk mengenali karakteristik penjualan suatu obat termasuk fast-moving atau slow-moving. b. Pemesanan Apotek Kimia Farma No. 298 berada di bawah koordinasi dari BM Jaya 1. Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 298 dilakukan melalui pembelian. Pemesanan barang dilakukan dengan mengajukan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) kepada BM Jaya 1. Data-data yang akan dimasukkan ke dalam BPBA merupakan hasil dari perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya. BPBA dibuat oleh apoteker pendamping yang berisi daftar nama obat, jumlah permintaan, harga, nama apotek, nomor BPBA, tanggal, nama pembuat, nama penerima, dan nama pimpinan beserta dengan tanda tangan. BPBA yang telah dibuat harus mendapat persetujuan dari Apoteker Pengelola Apotek. BPBA dikirim secara online ke BM serta diserahkan juga printout dari BPBA tersebut. BM akan melakukan pemesanan barang ke distributor untuk apotekapotek yang berada di wilayah BM. Dalam melakukan pemesanan, BM terus memantau dan memastikan barang dikirim tepat waktu. Waktu pengiriman barang

75 60 yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencegah kekurangan / kehabisan stok barang dan memenuhi permintaan pasien / pelanggan. Pemesanan barang dalam jumlah besar sangat menguntungkan karena distributor cenderung akan memberikan harga yang lebih murah pada pembelian barang dalam jumlah besar. Distributor sering menawarkan diskon untuk pembelian obat dalam jumlah yang banyak. Apotek perlu memanfaatkan diskon namun dengan rasional dan penuh kehati-hatian dengan pertimbangan diskon untuk obat Fast-Moving akan memberi keuntungan bagi apotek, sedangkan jika membeli obat yang Slow-Moving akan memperlambat kinerja keuangan apotek. c. Penerimaan Pengiriman barang (dropping) dari BM ke apotek biasanya dilakukan pada hari Rabu dan Jumat yang disertai dengan bukti dropping. Bagian pengadaan di BM akan membuat bukti dropping yang berisi nama dan alamat apotek yang dituju, nomor dropping, nama obat, jumlah yang diberikan, harga satuan, dan total harga dimana bukti dropping tersebut akan disertakan pada saat pengiriman barang ke apotek. Pada saat penerimaan / dropping barang dari BM, petugas penerima barang di apotek bertanggung jawab mencocokkan barang yang diterima dengan bukti dropping, faktur, dan BPBA. Ketika barang yang dipesan datang ke apotek, barang tersebut dipisahkan terlebih dahulu dari stok barang yang sudah ada di apotek. Pemeriksaan yang dilakukan, meliputi : Obat yang diterima harus sesuai dengan daftar obat yang dipesan yang tercantum dalam BPBA Obat pesanan yang diterima di apotek harus dicek kesesuaiannya dengan faktur pembelian. Obat yang memerlukan suhu dingin harus segera diperiksa dan segera disimpan di tempat penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan obat tersebut (lemari es). Hal-hal yang diperhatikan dalam pemeriksaan barang yaitu kesesuaian bentuk sediaan obat (solid, semisolid atau liquid). kebenaran kekuatan/dosis obat (mg, % konsentrasi, atau ukuran lain), kesesuaian jumlah barang yang diterima, kesesuaian jumlah strip/ botol/ paket dalam setiap container, tidak terdapat kerusakan yang tampak secara visual, memeriksa nomor batch, tanggal

76 61 kadaluarsa, dan harga serta barang-barang yang harus disimpan pada area dingin/cold storage (2-8 o C) d. Penyimpanan Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma dibagi dalam 2 tempat yaitu produk-produk swalayan farmasi dan produk-produk ethical yang disimpan di rak penyimpanan berwarna cokelat yang berada di bagian dalam apotek. Beberapa hal yang diperhatikan dalam penyimpanan barang yaitu penyimpanannya harus sesuai peraturan perundang-undangan, menjamin keutuhan potensi/khasiat obat dan pola penyimpanan obat tersusun secara rapi dan teratur. Hal-hal tersebut dilakukan untuk menurunkan kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat. Di Apotek Kimia Farma No. 298, pola penyimpanan obat-obat disusun berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, alphabet, pareto, stabilitas, dan keamanan. Penyimpanan obat-obatan tersusun secara sistematis untuk memberi kemudahan bagi apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian di apotek dalam mencari obat-obatan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pasien secara cepat dan cermat. Penyimpanan obat-obat di apotek juga menjamin dan memastikan stabilitas obat tetap baik yaitu dengan mempertahankan temperatur penyimpanan yang sesuai, melindungi dari kelembaban yang berlebihan, melindungi obat dari paparan sinar matahari secara langsung serta melindungi obat dari serangga/hewan pengerat. Setiap kotak obat di apotek diberikan penandaan nama obat dan dosis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pengambilan obat yang akan berakibat buruk kepada pasien. Obat-obat yang stabil pada suhu dingin diletakkan di lemari es yang menyala selama 24 jam setiap hari. Pada bagian atas lemari es (freezer) digunakan untuk menyimpan obat-obatan dengan suhu 2-8 o C seperti sediaan suppositoria, ovula, dan drop-analgesik. Sedangkan, pada bagian bawah lemari es, digunakan untuk menyimpan obat-obatan dengan suhu < 15 o C, yang meliputi sediaan injeksi, dry syrup, protein, obat tetes mata, sediaan kaplet yang mengandung amoksisilin dan asam klavulanat, dan bleaching cream. Pintu lemari es selalu tertutup rapat dan temperatur lemari es selalu dikontrol oleh asisten apoteker di apotek untuk

77 62 menjaga keutuhan dan kestabilan obat-obat serta menghindari obat-obat tersebut dari kerusakan. Penyimpanan obat diapotek juga mengikuti peraturan perundangundangan yaitu sesuai dengan golongan obat. Khusus untuk obat golongan narkotika dan psikotropika diletakkan secara khusus di lemari terpisah dan tersembunyi. Golongan obat narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang terbuat dari kayu yang diletakkan terpisah dan tersembunyi di bawah rak penyimpanan obat agar tidak terlihat oleh pasien atau konsumen yang datang ke apotek. Alas lemari menempel pada lantai agar lemari narkotika tidak mudah dibawa oleh siapapun. Lemari mempunyai 2 sekat dan masing-masing sekat memiliki kunci sendiri. Namun di Apotek Kimia Farma No. 298 lemari narkotika tidak selalu terkunci. Padahal seharusnya keadaan lemari harus selalu terkunci dan kunci dipegang oleh salah satu petugas apotek untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab Pengelolaan Resep Semua resep-resep yang diterima akan didokumentasikan di dalam suatu binder. Resep-resep obat golongan narkotika akan dipisahkan dengan obat-obat non-narkotika. Setiap binder akan diberi penandaan berupa tanggal, bulan, dan tahun pelayanan. Resep-resep tersebut akan diurutkan sesuai dengan nomor resep serta disusun secara rapi dan berurutan sesuai dengan penandaan. Dokumentasi ini bertujuan untuk memudahkan penelusuran kembali sewaktu-waktu jika diperlukan maupun jika terjadi kesalahan dalam penyerahan obat di dalam resep yang menyebabkan medication error serta mengantisipasi kesalahan di masa yang akan datang. Resep disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu tiga tahun. Setiap tiga tahun resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuat berita acara pemusnahan resep Pengelolaan Narkotika Pemesanan obat-obat narkotika berbeda dengan obat lainnya. Apoteker pendamping membuat pemesanan melalui Surat Pesanan (SP) khusus narkotika. Surat tersebut tercantum nama dan alamat APA serta harus ditandatangani oleh APA. Satu rangkap SP narkotika hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika.

78 63 Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor tunggal. Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. Surat Pesanan (SP) yang asli dan dua lembar salinan SP diserahkan ke PBF yang bersangkutan, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Badan POM. Sedangkan satu lembar SP disimpan sebagai arsip apotek. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap segala kegiatan yang berkaitan dengan narkotika untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Obat-obat golongan narkotika disimpan di lemari khusus yang terpisah dan tersembunyi dari obat-obat lain. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep asli dari dokter. Setiap penerimaan resep narkotika & psikotropika, diberi tanda garis bawah berwarnah merah untuk mempermudah pengarsipan. Resep narkotika diarsipkan dan disimpan secara khusus dan terpisah selama 3 tahun, berdasarkan tanggal dan nomor urut resep. Setiap akhir bulan Apotek wajib melaporkan pemakaian Narkotika kepada dinas kesehatan setempat. Poin-poin penting yang harus dicantumkan dalam pelaporan narkotika yaitu identitas Apotek, identitas Apoteker, nama produk Narkotika, saldo awal bulan, sumber pembelian Narkotika (Distributor), jumlah pembelian Narkotika, identitas pasien (tercantum pada resep), jumlah penjualan Narkotika, dan saldo akhir bulan. Pemusnahan obat-obat narkotika yang rusak, tidak memenuhi syarat dan telah melewati batas tanggal kadaluarsa obat akan dimusnahkan dengan membuat berita acara. Penanggung jawab Apotek membuat surat permohonan kepada dinas kesehatan setempat mengenai waktu pelaksanaan pemusnahan, saksi dari Apotek, serta Perwakilan Dinas Kesehatan dan perwakilan BPOM yang ditunjuk. Sedangkan untuk Pemusnahan resep narkotika hanya boleh dengan jalan pembakaran dengan membuat Berita Acara Pemusnahan. Poin-poin penting yang harus dicantumkan dalam berita acara pemusnahan resep yaitu hari dan tanggal pemusnahan resep, tanggal terawal dan terakhir resep, berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram. Berita acara tersebut dibuat rangkap 3 dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Pengawasan obat-obat golongan narkotika di apotek lebih ketat daripada obat-obat golongan lain karena obat

79 64 narkotika dapat mengakibatkan ketergantungan dan perubahan perilaku pada masyarakat yang menyalahgunakan obat, sehingga pengaturannya menjadi lebih ketat agar masyarakat terlindungi dari penyalahgunaan narkotika Pengelolaan Psikotropika Pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, melindungi masyarakat dari segala kemungkinan terjadinya kejadian yang dapat menimbulkan gangguan atau bahaya atas terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu SP dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. SP dibuat tiga rangkap, 2 lembar diserahkan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM, serta 1 lembar SP disimpan sebagai arsip. Obat golongan psikotropika disimpan secara terpisah dan tersembunyi di rak penyimpanan obat khusus psikotropika. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Pelaporan psikotropika sama dengan narkotika. Setiap akhir bulan Apotek wajib melaporkan pemakaian Psikotropika kepada dinas kesehatan setempat. Poin-poin penting yang harus dicantumkan dalam pelaporan psikotropika yaitu identitas Apotek, identitas Apoteker, nama produk Psikotropika, saldo awal bulan, sumber pembelian Psikotropika (Distributor), jumlah pembelian Psikotropika, identitas pasien (tercantum pada resep), jumlah penjualan Psikotropika, dan saldo akhir bulan. Pemusnahan psikotropika yang rusak, kadaluarsa dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan akan dimusnahkan dengan membuat berita acara Stok Opname Stok opname merupakan kegiatan menghitung jumlah fisik stok barangbarang yang tersisa di apotek kemudian menyesuaikan dengan data kartu stok dan data transaksi yang tercantum pada sistem komputer. Hal ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kehilangan barang dagangan atau obat-obatan.

80 65 Stok opname juga dilakukan untuk melihat posisi nilai / jumlah barang yang terjual. Hal tersebut bertujuan untuk menghitung keuntungan dan kerugian apotek dalam jangka waktu tertentu dan data tersebut akan digunakan untuk laporan keuangan setiap 3 bulan sekali. Kegiatan stok opname ini juga bertujuan untuk mendata barang-barang yang kadaluarsa atau mendekati waktu kadaluarsa. Barang-barang yang kadaluarsa akan dipisahkan dari barang lain kemudian dibuat laporannya tersendiri. Penghitungan jumlah obat dalam stok opname sekaligus juga dapat mendeteksi dan menganalisis barang-barang yang termasuk dalam golongan slow moving atau fast moving serta mencari upaya yang sebaiknya dilakukan untuk perkembangan apotek selanjutnya Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 298 meliputi pelayanan resep, pemilhan obat yang tepat dalam swamedikasi dan pelayanan informasi obat. Dalam pelayanan kefarmasian, apoteker bertanggung jawab dalam mengoptimalkan terapi obat dengan mencapai outcome yang nyata ke arah peningkatan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian berfungsi untuk mengidentifikasi Drug Relation Problem (DRP) yang potensial dan aktual, mengatasi DRP yang aktual, dan mencegah DRP yang potensial. Dalam pelayanan resep, apoteker pendamping yang dibantu oleh asisten apoteker akan melakukan screening resep terlebih dahulu. Pemeriksaan yang dilakukan dalam screening resep yaitu : a. Persyaratan administratif, meliputi nama Dokter, nomor Surat Izin Praktek (SIP), alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama obat, dosis, potensi, jumlah obat, aturan pakai, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien. b. Kesesuaian farmasetik, meliputi bentuk sediaan, dosis / kekuatan sediaan, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara pemberian obat, lama pemberian obat. c. Pertimbangan klinis, meliputi alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian indikasi, dosis, dan durasi obat. Apabila penulisan resep tidak terbaca atau teridentifikasi adanya DRP, maka apoteker pendamping akan menelfon dan berkonsultasi dengan dokter penulis

81 66 resep mengenai obat yang terdapat di dalam resep tersebut. Selanjutnya, apoteker pendamping maupun asisten apoteker akan menjumlahkan biaya yang harus dibayarkan pasien atas resep yang telah discreening. Apabila pasien setuju dengan harga tersebut maka akan dilanjutkan dengan penyiapan obat, namun apabila pasien tidak setuju maka akan diajukan obat alternatif dengan jenis, jumlah, dan harga yang sesuai dengan kemampuan pasien. Penyiapan obat dilakukan setelah pasien melakukan pembayaran dan dikerjakan sesuai urutan nomor resep. Apabila terdapat obat racikan di dalam resep, maka obat akan dibuat di ruang peracikan. Sebelum meracik obat, terlebih dahulu asisten apoteker mempersiapkan dan membersihkan semua peralatan yang akan digunakan dengan menggunakan kapas dan alkohol. Peracikan pulvis dilakukan dengan menggunakan lumpang dan alu. Namun, apabila obat yang digerus jumlahnya banyak, maka asisten apoteker menggunakan blender untuk meracik obat tersebut. Pulvis kemudian dibungkus dengan kertas pembungkus puyer yang disegel dengan mesin press. Peracikan sediaan kapsul juga menggunakan lumpang dan alu atau blender. Pengisian kapsul dilakukan secara konvensional sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Peracikan krim dan salep menggunakan lumpang dan alu, serta menggunakan timbangan untuk menimbang berat bahan yang dibutuhkan. Pengemasannya menggunakan pot yang tersedia dalam berbagai ukuran. Penambahan air pada sirup kering menggunakan gelas ukur, dimana air matang diukur sesuai jumlah yang dibutuhkan lalu dimasukkan dalam botol sirup kering dan dikocok. Secara umum alat dan bahan yang tersedia untuk peracikan obat cukup lengkap. Adanya wastafel di sebelah tempat peracikan memudahkan petugas untuk selalu mencuci tangan sebelum maupun sesudah peracikan dan membersihkan alat peracikan setelah digunakan. Setelah penyiapan maupun peracikan, obat akan dikemas dan diberi label dan etiket yang sesuai. Etiket dibaca minimum tiga kali yaitu oleh petugas penulisan etiket, petugas penyiapan obat, dan petugas penyerahan obat. Namun terkadang apabila kondisi apotek sedang ramai, pemeriksaan etiket hanya dilakukan satu kali saja. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, apoteker pendamping atau asisten apoteker akan melakukan pemeriksaan ulang yang

82 67 meliputi kelengkapan permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai obat, kesesuaian resep terhadap obat, dan kesesuaian resep terhadap isi etiket. Aktivitas ini dilakukan untuk menghindari terjadinya medication error. Apabila obat yang disiapkan sudah lengkap dan telah sesuai dengan resep, maka obat akan diserahkan kepada pasien beserta dengan pemberian informasi obat. Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasi komunitas yang diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan nomor 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 11, yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Dengan melaksanakan kewajiban ini seorang apoteker mendapatkan legal protection, dan membangun kepercayaan pasien terhadap tenaga farmasi komunitas dan peningkatan pemasukan, baik moral maupun material. Sedangkan, keuntungan yang dapat diperoleh pasien yaitu penggunaan obat yang rasional, biaya yang terjangkau, dan edukasi tentang kesehatan. Apotek Kimia Farma No. 298 juga melakukan pelayanan swamedikasi / pelayanan non-resep. Banyak pasien yang datang ke apotek untuk membeli obat tanpa resep dokter. Keuntungan yang diperoleh dari swamedikasi bagi pasien yaitu akses pengobatan lebih murah dan lebih dekat serta pasien dapat menghemat biaya dan waktu untuk pergi ke dokter. Sedangkan kerugian yang mungkin terjadi yaitu diagnosis diri yang tidak benar, pengobatan yang tidak perlu, diagnosis yang tertunda bila ternyata penyakit yang diderita pasien serius, kebiasaan menggunakan obat, dan efek samping yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, dalam pelayanan swamedikasi, peran apoteker sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam mendapatkan informasi yang tepat dan benar dalam pemilihan obat. Informasi yang dapat diberikan dalam pelayanan swamedikasi meliputi nama obat dan nama kelompok obat, khasiat, dosis, dan cara penggunaan obat, batas waktu penggunaan obat, efek samping atau efek yang tidak dikehendaki, kemungkinan interaksi dengan obat lain dan makanan, cara penyimpanan obat, peringatan dan perhatian. Pelayanan kefarmasian di apotek sangat diperlukan terutama pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Apoteker bertanggung jawab dan memiliki kontribusi besar dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam pengobatan pasien serta mencegah medication error yang merupakan kegagalan

83 68 dalam proses pengobatan sehingga dapat menimbulkan bahaya terhadap pasien yang dapat mengalami cidera atau insiden. Medication error merupakan kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah (Kepmenkes, No.1027/2004). Medication error dapat menimbulkan bahaya terhadap pasien, sehingga perlu dilakukan proses pencegahan dari apotekernya agar tidak timbul medication error Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi pencatatan administrasi harian apotek yang dilakukan oleh asisten apoteker. Proses administrasi di Apotek Kimia Farma No. 298 dilakukan secara komputerisasi untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek. Sistem komputer kasir mengharuskan petugas memasukkan alamat dan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi sebelum melakukan pencetakan struk pembayaran. Hal ini dilakukan untuk membantu apotek dalam penelusuran jika terjadi masalah mengenai penggunaan obat dan sebagai arsip apotek apabila sewaktu-waktu dibutuhkan pasien.

84 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek Kimia Farma No. 298 meliputi pelayanan resep, pelayanan swamedikasi, pemberian informasi, dan pelayanan konseling. b. Dalam praktik pelayanan kefarmasian, apoteker bertanggung jawab dalam menyediakan pelayanan berorientasi pasien yang mengoptimalkan terapi obat, mempromosikan kesehatan dan mencegah penyakit. Apoteker bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan obat kepada pasien secara profesional dengan jaminan bahwa obat yang diberikan kepada pasien akan tepat, aman dan efektif. Termasuk didalamnya adalah pelayanan obat bebas dan pelayanan dengan resep dokter yang obatnya dibuat langsung di apotek. Apoteker juga bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan konsultasi, informasi, dan edukasi yang berkaitan dengan obat dan perbekalan kesehatan lainnya kepada pasien yang membutuhkan secara efektif. c. Dalam aspek managerial, apoteker bertanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi dan kesehatan yang meliputi perencanaan/pengadaan, pemesanan, penerimaan, penyimpanan, dan pengendalian persediaan. Apoteker juga bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia di apotek. 5.2 Saran Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, apoteker harus lebih menunjukkan jati dirinya sebagai seorang profesional untuk lebih mengoptimalkan terapi obat 69

85 70 dengan mencapai outcome yang nyata ke arah peningkatan kualitas hidup pasien. Seorang apoteker juga harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

86 71 DAFTAR ACUAN Anief, M. Manajemen farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Dessele, Shahne & Zgarrick, David. (2009). Pharmacy management : Essentials for all practice settings. New York : Mc Graw Hill Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/V/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 Tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2396/A/SK/VII/86 Tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Quick, J.D. (1997). Managing drug supply: The selection, procurement, distribution, and use of pharmaceuticals (2 nd ed.). Connecticut: Kumarian Press, Umar, M. (2005). Manajemen apotek praktis. Jakarta: Kimia Farma.

87 LAMPIRAN

88 Daftar Lampiran Jenis Lampiran No. Lampiran Lampiran Gambar 1-12

89 72 Lampiran 1. Kartu stok obat Lampiran 2. Form skrining resep

90 73 Lampiran 3. Salinan / copy resep Lampiran 4. Label obat

91 74 Lampiran 5. Etiket obat

92 75 Lampiran 6. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) PT. KIMIA FARMA APOTEK APOTEK No.298 Benhil BON PERMINTAAN BARANG APOTEK NOMOR BPBA : TANGGAL : No. Nama Obat Ktgr Stock Avg.Jual Jumlah Kemasan Jml.brg Hrg.Satuan Jml. Pembayaran Total Pembuat Penerima Pimpinan

93 76 Lampiran 7. Bukti dropping barang PT. Kimia Farma Apotek Kantor BM Jaya 1 JL. ST. Hasanuddin No 1 JAKARTA DROPING KE : APT. KF NO. 298 TAHUN DROPING : TAHUN BPBA: NOMOR DROPING: NOMOR BPBA: TANGGAL DROPING: No. Nama Obat QTY.DROP BONUS Kms Hrg.Satuan Hrg.utuh Disc 1 Disc 2 Total As/Ko

94 77 Lampiran 8. Faktur pembelian barang

95 78 Lampiran 9. Surat pemesanan psikotropika

96 79 Lampiran 10. Surat pemesanan narkotika

97 80 Lampiran 11. Rekapitulasi laporan psikotropika Laporan Psikotropika Bulan Agustus Tahun 2011 Unit Layanan : KIMIA FARMA BENHIL Data ini sudah diverifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek: ADHITIA S.Si.,Apt Tanggal : Nama Satuan Saldo Awal Pemasukan Penggunaan Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo Akhir

98 81 Lampiran 12. Rekapitulasi laporan narkotika Laporan Narkotika Bulan Agustus Tahun 2011 Unit Layanan : KIMIA FARMA BENHIL Data ini sudah diverifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek: ADHITIA S.Si.,Apt Tanggal : Nama Satuan Saldo Awal Pemasukan Penggunaan Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo Akhir

99 UNIVERSITAS INDONESIA PENYAKIT DAN PENGOBATAN MALARIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER INDAH PURNAMA SETIAWAN PUTRI, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

100 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Malaria Vektor Malaria Parasit Malaria Patologi dan Gejala Klinis Diagnosis Terapi Farmakologi Terapi Non-Farmakologi Pencegahan dan Pemberantasan Resistensi Malaria BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN Lokasi dan Waktu Metode Pengkajian Pengolahan Data BAB 4 PEMBAHASAN Lini Terapi Malaria Contoh Obat Malaria BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN ii

101 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Morfologi nyamuk Anopheles... 4 Gambar 2.2. Daur hidup Plasmodium... 6 Gambar 4.1. Struktur kimia pirimetamin Gambar 4.2. Struktur kimia proguanil Gambar 4.3. Struktur kimia primakuin Gambar 4.4. Struktur kimia klorokuin Gambar 4.5. Struktur kimia kina Gambar 4.6. Sediaan Camoquin Gambar 4.7. Sediaan Fansidar iii

102 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Penatalaksanaan malaria tanpa komplikasi Lampiran 2. Penatalaksanaan malaria pada ibu hamil iv

103 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah tersebut. Penyebaran yang luas serta kemampuan untuk menginfeksi yang tinggi menyebabkan penyakit ini sulit untuk dikendalikan. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahun dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara sedang berkembang. Penyakit ini setiap tahun terjadi juta kasus yang menyebabkan 2 juta kematian (1 dalam 30 detik) dan lebih dari 90% penderita adalah anak balita (Tetriana, 2007). Terhitung bahwa 0,9 2,3 juta kematian pada anak di sebabkan oleh malaria yang terjadi di sub Sahara Afrika (Vilamor et al., 2003). Angka kematian bayi dan anak di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia hampir 10 kali lipat dari angka kematian bayi dan anak di negara maju. Setiap tahun 12 juta anak meninggal sebelum usia 5 tahun, 70 % di antaranya meninggal karena pneumonia, diare, malaria, campak malnutrisi dan juga komplikasi dari penyakit/keadaan tersebut di atas (Heryati, 2002). Berdasarkan The World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia termasuk Eropa Timur. Secara keseluruhan terdapat 3,2 miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika yaitu di sebelah selatan Sahara dimana banyak anak-anak meninggal karena malaria dan malaria muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia, sebagai 1

104 2 salah satu negara yang masih berisiko Malaria (Risk-Malaria), pada tahun 2009, terdapat sekitar 2 juta kasus malaria klinis dan 350 ribu kasus di antaranya dikonfirmasi positif. Sedangkan tahun 2010 menjadi 1,75 juta kasus dan 311 ribu di antaranya dikonfirmasi positif. Sampai tahun 2010 masih terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan peningkatan kasus malaria di 8 propinsi, 13 kabupaten, 15 kecamatan, 30 desa dengan jumlah penderita malaria positif sebesar 1256 penderita, 74 kematian. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009, dimana terjadi KLB di 7 propinsi, 7 kab, 7 kec dan 10 desa dengan jumlah penderita 1107 dengan 23 kematian. Penyakit malaria menarik untuk dipelajari mengingat masih tingginya angka mortalitas dan morbiditasnya di Indonesia. 1.2 Tujuan Laporan tugas khusus ini bertujuan untuk: a. Memahami secara umum mengenai penyakit malaria, antara lain etiologi, gejala dan diagnosis penyakit. b. Memahami lini terapi malaria secara farmakologi dan non-farmakologi.

105 BAB 2 ISI 2.1 Malaria Sejarah dan Hospes Penyakit Malaria Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale dan campuran yang penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Keempat spesies tersebut adalah parasit malaria yang menyebabkan malaria pada manusia. Beberapa spesies Plasmodium lainnya adalah Plasmodium knowlesi menyerupai Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae, Plasmodium rodhaini pada simpanse di Afrika dan Plasmodium brasilianum pada kera di Amerika Selatan yang menyerupai Plasmodium malariae. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Gejala klinis penyakit malaria khas dan mudah dikenal, karena demam yang naik turun dan teratur desertai menggigil. Selain itu ditemukan kelainan limpa yaitu splenomegali, limpa membesar dan menjadi keras, sehingga dahulu penyakit malaria disebut juga sebagai demam kura. Malaria diduga disebabkan oleh hukuman dewa, karena pada waktu itu ada wabah di sekitar kota Roma. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah rawa yang mengeluarkan bau busuk ke sekitarnya, sehingga disebut malaria (mal aria = udara buruk = bad air). Pada abad ke-19, Laveran menemukan stadium gametosit berbentuk pisang dalam darah seorang penderita malaria. Kemudian Ross (1897), menemukan bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk yang banyak terdapat di sekitar rawa. Tahun 1938 Countess d El Chinchon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari penyakit malaria dengan kulit pohon kina, kejadian ini yang menyebabkan nama quinine diganti dengan cinchona Distribusi Geografik Penyakit Malaria Malaria ditemukan 64 o lintang utara sampai 32 o lintang selatan, dan dari daerah rendah 400 m di bawah permukaan laut sampai km di atas 3

106 4 permukaan laut. Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di seluruh kepulauan, terutama di kawasan timur Indonesia. 2.2 Vektor Malaria Nyamuk anophelini yang berperan sebagai vektor malaria hanyalah genus Anopheles. Di seluruh dunia, genus Anopheles Jumlahnya ± 2000 spesies, 60 spesies di antaranya sebagai vektor malaria. Jumlah nyamuk anophelini di Indonesia ± 80 spesies dan 16 spesies telah dibuktikan berperan sebagai vektor malaria, yang berbeda-beda dari satu daerah ke daerah lain bergantung pada bermacam-macam faktor, seperti penyebaran geografik, iklim dan tempat perindukan. Gambar 2.1. Morfologi nyamuk Anopheles Daur Hidup Nyamuk Anopheles Nyamuk anophelini mengalami metamorfosis sempurna. Telur menetas menjadi larva yang kemudian melakukan pengelupasan kulit/eksoskelet sebanyak 4 kali; lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung pada spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara. Tempat perindukan nyamuk anophelini bermacam-macam tergantung kepada spesies dan dapat dibagi menurut 3 kawasan yaitu kawasan pantai, pedalaman, kaki gunung dan kawasan gunung.

107 5 Di kawasan pantai dengan tanaman bakau di danau pantai atau laguna (lagoon), rawa dan empang sepanjang pantai, ditemukan Anopheles sundaicus. Selain An. sundaicus, dapat juga ditemukan An. subpictus di tempat perindukan tersebut terutama danau di pantai dan empang. Di kawasan pedalaman yang ada sawah, rawa, emapang, saluran irigasi dan sungai ditemukan An. conitus, An. barbirostris, An. farauti, An. bancrofti, An. subpictus, An. nigerisrismus dan An. sinensis. Di kawasan kaki gunung ditemukan An. maculatus. Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur, jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik Anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya. Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan kawin satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah jam setelah keluarnya dari kepompong Perilaku Anophelini Aktivitas nyamuk Anophelini sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara dan suhu. Umumnya Anophelini aktif mengisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari. Jarak terbang Anophelini biasanya 0,5-3 km, tetapi dapat mencapai puluhan km karena dipengaruhi oleh transportasi (kendaraan, kereta api, kapal laut dan kapal terbang) dan kencangnya angin. Umur nyamuk dewasa Anophelini di alam bebas 1-2 minggu.

108 6 2.3 Parasit Malaria Morfologi dan Daur Hidup Plasmodium Daur hidup keempat spesies Plasmodium pada manusia umumnya sama. Proses tersebut terdiri atas fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebrata. Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu: a. Daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit). b. Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium jaringan dengan skizogoni praeritrosit (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah sporozoit masuk dalam sel hati dan skizogoni eksoeritrosit sekunder yang berlangsung dalam hati. Hasil penelitian pada malaria primata menunjukkan bahwa ada dua populasi sporozoit yang berbeda, yaitu sporozoit yang secara langsung mengalami perumbuhan dan sporozoit yang tetap dormant selama periode tertentu (disebut hipnozoit), sampai menjadi aktif kembali dan mengalami skizogoni. Gambar 2.2. Daur hidup Plasmodium.

109 Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara) Fase Jaringan Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera masuk dalam peredaran darah dan setelah ½ - 1 jam masuk dalam sel hati. Banyak yang dihancurkan oleh fagosit, tetapi sebagian masuk dalam sel hati (hepatosit) dan berkembang biak. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit atau eksoeritrosit primer. Inti parasit membelah diri berulang-ulang dan skizon jaringan (skizon hati) berbentuk bulat atau lonjong, menjadi besar sampai berukuran 45 mikron. Pembelahan ini disertai pembelahan sitoplasma yang mengelingi setiap inti sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti satu dengan ukuran 1,0 sampai 1,8 mikron. Inti sel hati terdorong ke tepi tetapi tidak ada reaksi di sekitar jaringan hati. Fase ini berlangsung beberapa waktu, tergantung dari spesies parasit malaria. Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk peredaran darah. Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoid hati tetapi beberapa difagositosis. Pada P. vivax dan P. ovale sebagian sporozoit yang menjadi hipnozoit setelah beberapa waktu (beberapa bulan sampai 5 tahun) menjadi aktif kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrosit sekunder. Proses tersebut dianggap sebagai penyebab timbulnya relaps yaitu parasit ditemukan kembali dalam darah setelah pemberian obat skizontisida darah. P.falciparum dan P.malariae tidak mempunyai fase eksoeritrosit sekunder, sehingga kekambuhannya disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik dan dikenal sebagai rekrudesensi. Hal ini dapat disebabkan skizontisid darah tidak seluruhnya mengeliminasi stadium parasit yang ada di sel darah merah, berkurangnya imunitas alami atau adanya varian parasit baru yang tidak dikenali hospes Fase Aseksual dalam Darah Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi disebut masa pra-paten. Masa ini dapat dibedakan dengan masa tunas/inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit

110 8 malaria. Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai menyerang eritrosit. Sisi anterior merozoit melekat pada membran eritrosit, kemudian membran merozoit menebal dan bergabung dengan membran plasma eritrosit, lalu melakukan invaginasi, membentuk vakuol dengan parasit berada di dalamnya. Seluruh proses ini berlangsung selama kurang lebih 30 detik. Stadium termuda dalam darah disebut trofozoit, berbentuk bulat, kecil dan beberapa di antaranya mengandung vakuol sehingga sitoplasma terdorong ke tepi dan inti berada di kutubnya. Oleh karena sitoplasma mempunyai bentuk lingkaran, maka parasit muda disebut bentuk cincin. Selama pertumbuhan, bentuknya berubah menjadi tidak teratur. Parasit mencernakan hemoglobin dalam eritrosit dan sisa metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin dan hematin). Pigmen yang mengandung zat besi dapat dilihat dalam parasit sebagai butir-butir berwarna kuning kecoklatan hingga coklat kehitaman yang makin jelas pada stadium lanjut. Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni. Inti parasit membelah diri menjadi sejumlah inti yang lebih kecil. Kemudian dilanjutkan dengan pembelahan sitoplasma untuk membentuk skizon. Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil, terdiri atas inti dan sitoplasma yang disebut merozoit. Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepasakan dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni berlangsung secara berulang-ulang selama infeksi dan menimbulkan parasitemia yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh respons imun hospes. Perkembangan parasit dalam eritrosit menyebabkan perubahan pada eritrosit, misalnya sitoplasma bertitik-titik pada P.vivax. Perubahan ini khas untuk spesies parasit. Periode skizogoni juga berbeda-beda, tergantung spesiesnya. Daur skizogoni (fase eritrosit) berlangsung 48 jam pada P. vivax dan P. ovale, kurang dari 48 jam pada P. falciparum dan 72 jam pada P. malariae Fase Seksual dalam Darah Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit tumbuh menjadi stadium seksual. Proses ini disebut gametogoni

111 9 (gametositogenesis). Stadium seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah. Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda pada berbagai spesies. Pada P.falciparum bentuknya seperti sabit/pisang bila sudah matang, pada spesies lain bentuknya bulat. Pada semua spesies Plasmodium, gametosit betina (makrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan pada gametosit jantan (mikrogametosit) sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir pigmen Parasit dalam Hospes Invertebrata (Hospes Definitif) Eksflagelasi Bila Anopheles mengisap darah hospes manusia yang mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicernakan bersama eritrosit, tetapi gametosit dapat tumbuh terus. Inti pada mikrogametosit membelah menjadi 4-8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti benang (flagel) dengan ukuran mikron, menonjol keluar dari sel induk, bergerak-gerak sebentar kemudian melepaskan diri. Proses ini (eksflagelasi) hanya berlangsung beberapa menit pada suhu yang sesuai dan dapat dilihat dengan mikroskop pada sediaan darah basah yang masih segar tanpa diwarnai. Flagel atau gamet jantan disebut mikrogamet, makrogametosit mengalami proses pematangan (maturasi) dan menjadi gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung nyamuk, mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang membentuk tonjolan kecil tempat masuk mikrogamet sehingga pembuahan dapat berlangsung. Hasil pembuahan disebut zigot Sporogoni Pada permulaan, zigot merupakan bentuk bulat yang tidak bergerak, tetapi dalam waktu jam menjadi bentuk panjang dan dapat bergerak. Stadium seperti cacing ini berukuran panjang 8-24 mikron dan disebut ookinet. Ookinet kemudian menembus dinding lambung melalui sel epitel ke permukaan luar lambung dan menjadi bentuk bulat, disebut ookista. Jumlah ookista pada lambung Anopheles berkisar antara beberapa buah sampai beberapa ratus. Ookista makin lama makin besar sehingga merupakan bulatan semi-trasnparan, berukuran

112 mikron dan mengandung butir-butir pigmen. Letak dan besar butir pigmen serta warnanya khas untuk tiap spesies Plasmodium. Bila ookista makin membesar hingga berdiameter 500 mikron dan intinya membelah, pigmen tidak tampak lagi. Inti yang sudah membelah dikelilingi protoplasma yang merupakan bentuk memanjang pada bagian tepi sehingga tampak sejumlah besar bentukbentuk yang kedua ujungnya runcing dengan inti di tengahnya (sporozoit) dan panjangnya mikron. Kemudian ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur. Nyamuk sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk menghisap darah setelah menusuk kulit manusia, sporozoit masuk ke dalam luka tusuk dan mencapai aliran darah. Sporogoni yang dimulai dari pematangan gaemtosit sampai menjadi sporozoit infektif, berlangsung 8 sampai 35 hari, bergantung pada suhu lingkungan dan spesies parasit Cara Infeksi Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit infektif dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu: a. Secara alami melalui vektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk. b. Secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya melalui transfusi, suntikan atau kongenital (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah plasenta) Jenis Parasit a. Plasmodium vivax Spesies Plasmodium ini menyebabkan penyakit malaria tertiana benigna atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48 jam. Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan sub tropik, kejadian penyakit malaria 43% disebabkan oleh P. vivax. Proses skizogoni eksoeritrositik dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai

113 11 dengan periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap eritrosit. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu. Plasmodium vivax hanya menyerang eritrosit muda (retikulosit), dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang eritrosit yang masak. Skizogoni dalam eritrosit memakan waktu 48 jam. Terdapat bintik-bintik merah yang disebut titik Schuffner pada eritrosit yang terinfeksi parasit ini. b. Plasmodium malariae P. malariae menyebabkan demam yang muncul kembali pada interval sekitar tiga hari (demam kuartana), lebih lama dari interval hari parasit malaria yang lain, maka nama lainnya adalah malaria kuartana. Plasmodium malariae adalah yang spesies yang paling sering dipelajari dari empat spesies yang menginfeksi manusia, sebagian karena prevalensi rendah dan manifestasi klinis lebih ringan dibandingkan dengan ketiga spesies lain. Di daerah endemik, prevalensi berkisar dari 4% - 20%. Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. P. malariae hanya akan menginfeksi sel darah merah tua dan siklus eritrosit aseksual dimulai dengan periodisitas 72 jam. Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yang disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite count) jarang melampaui parasit per µl darah. Daur sporogoni dalam nyamuk Anopheles memerlukan waktu hari. c. Plasmodium ovale Plasmodium ovale merupakan parasit penyebab penyakit malaria ovale. Stadium praeritrosit mempunyai periode prepaten 9 hari, skizon hati besarnya 70 mikron dan mengandung merozoit. Perkembangan siklus eritrosit aseksual pada P. ovale hampir sama dnegan P.vivax dan berlangsung 50 jam. Siklus sporogoni dalam nyamuk anopheles memerlukan hari pada suhu 27 C.

114 12 d. Plasmodium falciparum Malaria tropika adalah jenis penyakit malaria yang disebabkan oleh parasit P.falciparum. Penyakit malaria tropika disebut juga malaria tersiana maligna atau malaria falciparum yang merupakan penyakit malaria yang paling ganas yang menyerang manusia. Seperti pada malaria lainnya, skizon eritrositik dari P. falciparum timbul dalam sel hati. Skizon robek pada hari ke 5 dan mengeluarkan merozoit. Disini tidak terjadi fase eksoeritrositik kedua dan tidak terjadi relaps. Tetapi penyakit akan timbul lagi sekitar 1 tahun, biasanya sekitar 2-3 tahun kemudian setelah infeksi pertama. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah populasi parasit yang sedikit didalam sel darah merah. Skizon sering ditemukan pada darah perifer, fase eritrosit ini memakan waktu sekitar 48 jam. 2.4 Patologi dan Gejala Klinis Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbul gejala demam, biasanya berlangsung 8-37 hari, tergantung pada spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum, terpanjang untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pengobatan sebelumnya atau derajat imunitas hospes. Di samping itu juga tergantung pada cara infeksi, yang disebabkan oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfusi darah yang mengandung stadium aseksual. Masa tunas intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan pertama. Masa prapaten berlangsung sejak saat sporozoit masuk sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik (microscopic treshold). Masa tunas intrinsik parasit malaria yang ditularkan oleh nyamuk kepada manusia adalah 12 hari untuk malaria falsiparum, hari untuk malaria vivaks dan ovale serta hari untuk malaria malariae Demam Perjalanan penyakit malaria berbeda antara orang yang tidak kebal (tinggal di daerah non-endemis) dan orang yang kebal atau semi-imun (tinggal di daerah endemis malaria). Pada orang non imun biasanya demam terjadi lebih

115 13 kurang 2 minggu setelah kembali dari daerah endemis malaria. Demam atau riwayat demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 o C biasanya ditemukan pada penderita malaria. Pada permulaan penyakit, biasanya demam tidak bersifat periodik, sehingga tidak khas dan dapat terjadi setiap hari. Demam dapat bersifat remiten atau terus-menerus. Demam dapat disertai gejala lain yang tidak spesifik seperti menggigil, lemas, pucat, sakit kepala yang berat, berkeringat, nafsu makan menurun, sakit otot, batuk dan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Setelah lebih kurang 1-2 minggu serangan demam yang disertai gejala lain akan diselingi periode bebas penyakit. Demam kemudian bersifat periodik yang khas untuk penyakit malaria yaitu bersifat intermiten. Sebaliknya pada kelompok semi-imun atau imun yang tinggal di daerah endemis malaria, gejala klinis biasanya lebih ringan dibandingkan penderita non imun. Di daerah ini dapat ditemukan sejumlah besar penderita dengan parasitemia, tetapi tanpa gejala klinis (asimtomatik). Walaupun demam bukan merupakan indikator yang tepat untuk malaria di daerah endemis, tetapi pada setiap penderita demam, malaria sebagai penyebab tetap harus dipertimbangkan. Sakit kepala, perasaan dingin dan nyeri sendi merupakan gejala klinis yang sering ditemukan pada kelompok anak. Pada infeksi malaria, periodisitas demam berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk aliran darah (sporulasi). Pada malaria vivaks dan ovale, skizon setiap brood (kelompok) menjadi matang dalam 48 jam sehingga periodisitas demamnya bersifat tersian, pada malaria kuartana yang disebabkan oleh P. malariae hal ini terjadi dengan interval 72 jam. Timbulnya demam juga bergantung pada jumlah parasit. Serangan demam yang khas terdiri atas beberapa stadium: a. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga mengigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai muntah. Pada anak sering disertai kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam. b. Stadium puncak demam dimulai pada saat rasa dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti

116 14 terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 41 o C atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang telah matang dan masuknya merozoit darah kedalam aliran darah. c. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di bawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah tetapi lebih sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam. Serangan demam yang khas sering mulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Serangan demam makin lama makin berkurang beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena respons imun hospes. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut rekrudesensi, yang timbul karena parasit dalam eritrosit jumlahnya meningkat kembali. Hal ini biasanya terjadi karena dosis obat yang inadekuat atau karena parasit resisten terhadap obat yang diberikan. Demam dapat timbul kembali sewaktu-waktu dalam 4-6 minggu. Di daerah endemis hal ini sulit dibedakan dengan terjadinya infeksi baru. Relaps disebakan oleh parasit daur eksoeritrosit dari hati masuk ke eritrosit dan menjadi banyak (infeksi P. vivax). Relaps dapat terjadi 4 minggu atau lebih setelah pemberian klorokuin Splenomegali Limpa merupakan organ retikuloendotel, di mana parasit malaria dieliminasi oleh sistem kekebalan tubuh hospes. Pada keadaan akut limpa membesar dan tegang, penderita merasa nyeri di perut kuadran kiri atas. Pada perabaan konsistensinya lunak. Bila sediaan limpa diwarnai terlihat stadium parasit lanjut dan pigmen hemozoin yang tersebar bebas atau dapat juga ditemukan dalam monosit. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti. Kemudian limpa berubah berwarna hitam karena pigmen yang ditimbun dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid. Eritrosit yang tampaknya normal mengandung parasit dan butir hemozoin tampak dalam

117 15 histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid. Hiperplasia, sinus melebar dan kadangkadang trombus dalam kapiler dan fokus nekrosis tampak dalam pulpa limpa. Dengan meningkatnya imunitas, limpa yang mula-mula kehitaman karena banyaknya pigmen menjadi keabu-abuan karena pigmen dan parasit menghilang perlahan-lahan. Hal ini diikuti dengan berkurangnya kongesti limpa, sehingga ukuran limpa mengecil dan dapat menjadi fibrosis. Pada malaria menahun konsistensi limpa menjadi keras Anemia Derajat anemia pada malaria tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia tampak jelas pada malaria falsiparum dengan penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat yaitu pada malaria akut yang berat. Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor: a. Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini, faktor autoimun memegang peranan. b. Reduced survival time (eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup lama). c. Diseritropoesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang). Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik atau hipokrom. Dapat juga makrositik bila terdapat kekurangan asam folat. Pada darah tepi selain parasit malaria, dapat ditemukan polikromasi, anisositosis, poikilositosis, sel target, basophilic stippling pada sel darah merah. Pada anemia berat dapat terlihat Cabot s ring, Howel Jolly bodies dan sel darah merah yang berinti. Dapat terjadi trombositopenia baik pada infeksi P. falciparum maupun P. vivax. Leukopenia ditemukan pada penderita malaria tanpa komplikasi dan leukositosis pada penderita malaria berat. Pigmen malaria (hemozoin) dapat ditemukan dalam sel monosit atau sel neutrofil.

118 Diagnosis Diagnosis infeksi malaria dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop. Diagnosis laboratorium antara lain: Diagnosis dengan mikroskop cahaya Sediaan darah dengan pulasan Giemsa merupakan dasar untuk pemeriksaan dengan mikroskop dan sampai sekarang masih digunakan sebagai baku emas untuk diagnosis rutin. Sediaan darah malaria dapat digunakan untuk identifikasi spesies maupun menghitung jumlah parasit. Pemeriksaan sediaan darah tebal dilakukan dengan memeriksa 100 lapang pandang mikroskop dengan pembesaran /1000 yang setara dengan 0,20 µl darah. Jumlah parasit dapat dihitung per lapang panndang mikroskop. Metode semi-kuantitatif untuk hitung parasit (parasite count) pada sediaan darah tebal adalah sebagai berikut: + = 1-10 parasit per 100 lapangan ++ = parasit per 100 lapangan +++ = 1-10 parasit per 1 lapangan ++++ = > 10 parasit per 1 lapangan Jumlah parasit secara kuantitatif dapat dilakukan dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit dalam sediaan darah tebal dan jumlah leukosit rata-rata 8000/µl darah, sehingga jumlah parasit dapat dihitung sebagai berikut: /µ h = h Pada sediaan darah tipis dihitung jumlah eritrosit per lapang pandang mikroskop. Selain itu perlu diketahui jumlah total eritrosit, misalnya eritrosit/µl darah (perempuan) atau eritrosit/µl darah pada laki-laki. Kemudian jumlah parasit stadium aseksual dihitung paling sedikit dalam 25 lapang pandang mikroskop dan total parasit dihitung sebagai berikut: h = h h h 25 h / Teknik mikroskopis lain Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas teknik mikroskopis yang konvensional, yaitu: a. Teknik quantitative buffy coat (QBC) berdasarkan kemampuan jingga akridin (acridine orange) memulas asam nukleat yang berada dalam sel. Darah

119 17 dari ujung jari penderita dikumpulkan dalam tabung mikrohematokrit yang berisi zat warna jingga akridin dan antikoagulan. Kemudian tabung tersebut disentrifugasi pada x g selama 5 menit. Parasit yang berfluoresensi dengan pemeriksaan mikroskop fluoresen merupakan salah satu hasil usaha ini, tetapi cara ini tidak dapat digunakan secara luas seperti pemeriksaan sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa. b. Teknik Kawamoto merupakan modifikasi teknik QBC yang memulas sediaan darah dengan jingga akridin dan diperiksa dengan mikroskop cahaya dengan lampu halogen Metode lain tanpa menggunakan mikroskop Beberapa metode untuk mendeteksi parasit malaria tanpa menggunakan mikroskop telah dikembangkan dengan maksud untuk mendeteksi parasit lebih mudah daripada dengan mikroskop cahaya. Metode ini mendeteksi protein atau asam nukleat yang berasal dari parasit. a. Rapid antigen detection test (RDT) dasarnya adalah immunochromatography pada kertas nitrocellulose. Dengan cara ini berbagai protein parasit yang spesifik dapat dideteksi dalam darah dari ujung jari penderita. Protein kaya histidin II (histidin rich protein II) yang spesifik P. falciparum digunakan sebagai marker adanya infeksi tersebut. Tes ini sederhana dan cepat karena hasilnya dapat dibaca dalam waktu ± 15 menit. Selain itu tes ini dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikit latihan. Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukan aliran listrik. Secara umum rapid test mempunyai nilai sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%. b. Metode yang berdasarkan deteksi asm nukleat dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu hibridisasi DNA atau RNA berlabel yang sensitivitasnya dapat ditingkatkan dengan PCR. Untuk P. falciparum ternyata tes ini sangat spesifik (mendekati 100%) dan sensitif (lebih dari 90%), dapat mendeteksi minimal 2 parasit, bahkan 1 parasit/µl darah. Kelemahan tes ini adalah penyediaan primer DNA dan RNA sangat rumit, alat yang diperlukan rumit dan mahal, membutuhkan waktu lama (24 jam). Keuntungan utama teknik PCR adalah dapat mendeteksi dan mengidentifikasi infeksi ringan dengan sangat tepat dan dapat

120 18 dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologi dan eksperimental, tetapi kurang cocok untuk pemeriksaan rutin. 2.6 Terapi Farmakologi Jenis-jenis obat anti malaria berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi: a. Skizontosida Jaringan Primer Obat golongan ini bekerja dengan menghambat fase pra-eritrosit, yaitu pada saat sebagian sporozoit masuk ke sel hati (hepatosit) dan berkembang biak, sehingga dapat mencegah masuknya parasit kedalam eritrosit. Contoh obatnya adalah pirimetamin dan proguanil. b. Skizontosida Jaringan Sekunder Obat golongan ini bekerja dengan menghambat fase eksoeritrosit sekunder, yaitu pada saat sebagian sporozoit yang menjadi dormant (hipnozoit) setelah beberapa waktu (beberapa bulan sampai 5 tahun) menjadi aktif kembali dan menyebabkan kambuhnya penyakit (relaps). Golongan ini dapat digunakan sebagai obat anti-relaps. Contoh obatnya adalah primakuin. c. Skizontosida Darah Obat golongan ini bekerja dengan menghambat fase eritrosit, yaitu pada saat merozoit menyerang eritrosit dan berkembang biak didalamnya, sehingga dapat mencegah pembelahan sel parasit didalam eritrosit. Contoh obat golongan ini antara lain klorokuin, kina, amodiakuin, dan artemisinin. d. Gametositosida Gametosida digunakan dalam pengobatan pencegahan transmisi karena obat ini efektif dalam mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi perkembangan sporogonik pada nyamuk. Golongan obat ini dapat menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit Plasmodium falciparum, juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk keempat spesies, sedangkan kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.

121 19 e. Sporontosida Sporontosida digunakan dalam pencegahan transmisi sama seperti gametositosida. Golongan obat ini mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat anti sporogonik. Obatobat yang termasuk dalam golongan ini adalah primakuin dan proguanil. 2.7 Terapi Non-Farmakologi a. Untuk menurunkan demam, dapat dilakukan kompres dingin. b. Pemasukan cairan (fluid intake) dan menyeimbangi garam (salt balance). c. Jika pasien menderita anemia berat dan hipotensi maka dapat diberikan transfusi darah, besi dan diet yang kaya vitamin dan protein. 2.8 Pencegahan dan Pemberantasan Pencegahan malaria dapat dilakukan dengan cara berikut: a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi. b. Pemberantasan nyamuk. c. Menghindari nyamuk dengan memakai kawat nyamuk dirumah, memakai kelambu saat tidur dan memakai repellant. d. Menggunakan pembasmi serangga. e. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. f. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak. g. Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar lebih jauh. h. Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk. i. Hindari keadaan rumah yang lembap, gelap, kotor, dan pakaian yang bergantungan serta genangan air. j. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti nyamuk atau menebarkan ikan pemakan jentik nyamuk.

122 20 Cara yang dipakai untuk memberantas nyamuk malaria adalah: a. Pembasmian sarang perindukan. b. Membunuh larva. c. Mengurangi jumlah nyamuk dewasa. 2.9 Resistensi Malaria Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembang biak, dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis normal atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi. Kasus resistensi parasit malaria terhadap obat pernah ditemukan pada semua golongan obat anti malaria termasuk turunan artemisinin, dan hal tersebut merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian malaria. Penyebaran penggunaan obat anti malaria yang tidak tepat menyebabkan tingkat resistensi parasit malaria terhadap obat-obat anti-malaria semakin tinggi (World Health Organization, 2010). Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria terjadi apabila penyakit malaria tidak sembuh setelah diobati dengan dosis normal atau bila terjadi rekrudesensi yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Parasit malaria yang dapat menyebabkan terjadinya rekrudesensi yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, dan Plasmodium ovale. Rekrudesensi dapat terjadi sesudah periode laten dari serangan primer. Relaps dinyatakan sebagai berulangnya gejala klinik setelah periode yang lama dari masa laten, sampai 5 tahun. Hal itu disebabkan ketiga spesies tersebut mempunyai bentuk hipnozoit yang dapat bertahan dalam hati cukup lama, dalam hitungan bulan bahkan tahun. Di samping itu, rekrudesensi juga disebabkan karena strain parasit memerlukan dosis obat yang lebih tinggi untuk membasmi parasit malaria tersebut dan penderita membutuhkan pemberian obat dalam jangka waktu yang lebih panjang, karena absorbsi obat di dalam tubuh berbeda antara penderita yang satu dengan penderita yang lain.

123 21 Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya resistensi obat-obat anti-malaria, antara lain: a. Frekuensi intrinsik dengan perubahan genetik. b. Jumlah parasit lebih tinggi daripada konsentrasi obat di dalam tubuh. c. Sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat-obat anti-malaria. d. Pola penggunaan obat pada individu (dosis, durasi, dan kepatuhan) serta masyarakat (kualitas, ketersedian, dan distribusi). e. Kondisi kekebalan tubuh penderita sangat rendah. f. Konsentrasi obat anti-malaria di dalam darah sangat kecil.

124 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan data dan penulisan makalah dilakukan pada bulan Maret di Apotek Kimia Farma No Metode Pengkajian Metode yang digunakan dalam mengkaji adalah studi literatur yang diperoleh dari buku, jurnal dan website resmi dari internet. 3.3 Pengolahan Data penyakit malaria. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis lini terapi untuk 22

125 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Lini Terapi Malaria Lini Pertama Terapi lini pertama untuk malaria tanpa komplikasi adalah kombinasi obat antimalaria yang salah satunya adalah artemisin. Artemisin menurunkan dengan cepat parasitemia dan gejala karena dapat menurunkan jumlah parasit pada periode aseksual. Penurunan jumlah parasit terbukti lebih cepat dibandingkan obat antimalaria lainnya karena artemisin dan derivatnya cepat dieliminasi maka diberikan dalam waktu 7 hari. Terapi malaria yang direkomendasikan adalah terapi kombinasi dua atau lebih obat antimalaria yang bekerja membunuh parasit di darah (skizontosida) dan masing-masing obat yang bekerja pada target reseptor yang berbeda. Tujuan terapi kombinasi adalah untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah atau menghambat berkembangnya resistensi. Obat anti malaria kombinasi antara lain artesunat + amodiakuin, artesunat + meflokuin, artesunat + sulfadoksin-pirimetamin, atau dihidroartemisin + piperakuin. Obat anti malaria tanpa artemisin tidak direkomendasi karena efektifitasnya yang lebih rendah dibanding kombinasi berbasis artemisin dan sudah banyak yang resisten. Kombinasi obat antimalaria tanpa artemisin contohnya sulfadoksin-pirimetamin + klorokuin, atau sulfadoksin-pirimetamin + amodiakuin. Bagan penatakalsanaan terapi malaria dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran Lini Kedua Jika terapi gagal dalam 14 hari, dilakukan pengobatan lini kedua yaitu dengan obat artesunat + tetrasiklin atau doksisiklin atau klindamisin selama 7 hari, atau kinin + tetrasiklin atau doksisiklin atau klindamisin selama 7 hari. Bila terjadi kekambuhan setelah 14 hari, maka dapat diterapi dengan antimalaria lini pertama. 23

126 Terapi untuk Komplikasi Bila suhu tubuh > 38,5 o C, dapat digunakan antipiretik seperti parasetamol 15 mg/kgbb setiap 4 jam atau ibuprofen 5 mg/kgbb. Jangan gunakan asetosal pada anak. Muntah sering terjadi pada penderita malaria, untuk mengatasi muntah biasa diberikan anti muntah. Serangan kejang lebih umum terjadi pada anak dengan malaria falsiparum. Pasien yang kejang dapat diberi benzodiazepin secara parenteral atau rektal atau paraldehid IM. Perempuan hamil yang menderita malaria harus cepat diterapi dengan terapi yang tepat dan efektif. Obat yang aman untuk penderita yang hamil trimester I adalah kinin, klorokuin, klindamisin dan proguanil. Penderita malaria ringan tanpa komplikasi yang hamil trimester I dapat diterapi dengan kombinasi kinin dan klindamisin, selama 7 hari atau kinin saja bila klindamisin tidak tersedia. Bila gagal dapat diberikan artesunat + klindamisin selama 7 hari. Pada penderita malaria yang hamil trimester 2 atau 3 diterapi dengan kombinasi dasar artemisin atau kombinasi artesunat + klindamisin atau kinin+ klindamisin selama 7 hari. Perempuan menyusui yang menderita malaria dapat diterapi dengan terapi secara umum kecuali primakuin dan tetrasiklin Terapi untuk Resistensi Resistensi dapat dicegah dengan menggunakan kombinasi obat anti malaria dengan mekanisme kerja yang berbeda dan memonitoring penyembuhan pasien melalui kepatuhan minum obat untuk memastikan kesesuaian rejimen dosis. Kombinasi obat malaria yang dapat diberikan yaitu: a. Kombinasi sulfadoksin 500 mg dan primetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. b. Kina 3 x 3 tablet selama 7 hari. c. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7-10 hari, dan minosiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari. d. Turunan artemisinin (yang dieliminasi sangat cepat di dalam tubuh) diberikan selama 3 hari, dikombinasikan dengan obat yang dieliminasi lambat di dalam tubuh seperti meflokuin. e. Kombinasi lain seperti kina dan tetrasiklin.

127 25 Tabel 4.1. Daftar obat untuk pencegahan dan pengobatan malaria. Pencegahan Pengobatan Klorokuin Klorokuin Artemisin Pirimetamin Primakuin Proguanil Doksisiklin Pirimetamin Primakuin Proguanil Kina Amodiakuin Tetrasiklin Doksisiklin Klindamisin 4.2 Contoh Obat Malaria Obat-obat yang digunakan untuk terapi malaria antara lain: Pirimetamin Gambar 4.1. Struktur kimia pirimetamin. Pirimetamin merupakan obat antimalaria golongan diaminopirimidin yang biasanya dikombinasikan dengan sulfonamida, sulfadoksin, atau dapson. Pirimetamin bekerja dengan menghambat plasmodial dihydrofolate reductase sehingga secara tidak langsung memblok sintesis asam nukleat pada parasit malaria. Obat ini merupakan skizontisida darah yang bekerja secara lambat dan aktif melawan bentuk pre-eritrosit parasit malaria serta menghambat perkembangan sporozoit pada vektor nyamuk. Obat ini efektif digunakan untuk keempat jenis parasit malaria. Pirimetamin tidak digunakan lagi secara tunggal namun dikombinasikan dengan obat yang dieliminasi secara lambat, seperti sulfonamida untuk pengobatan malaria (sulfadoksin, sulfalene) atau dengan dapson untuk profilaksis atau pencegahan malaria. Pirimetamin diabsorbsi dari saluran gastrointestinal dan mencapai konsentrasi puncak plasma dalam waktu 2-6 jam setelah pemberian obat secara oral. Sekitar % obat terikat dengan protein plasma. Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresi secara lambat melalui ginjal. Waktu paruh pirimetamin

128 26 yaitu sekitar 4 hari. Pirimetamin dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki hipersensitivitas, serta menderita anemia megaloblastik karena defisiensi folat. Efek samping yang diitimbulkan dari obat ini adalah sindrom Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, anafilaksis, anoreksia, muntah, anemia megaloblastik, leukopenia, trombositopenia, hematuria, dan gangguan irama jantung. Pemberian pirimetamin dengan antagonis folat, seperti kotrimoksazol, trimetoprim, metotreksat atau fenitoin dapat memperparah kondisi depresi sumsum tulang. Kombinasi pirimetamin dengan benzodiazepin juga akan menyebabkan resiko hepatotoksisitas. Dosis awal klorokuin yang diberikan untuk mengobati penyakit malaria yaitu sebesar 200 mg dalam dosis terbagi setiap hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian dosis sebesar mg selama minimal 6 minggu. Dosis pemeliharaan obat sebesar mg. Pirimetamin dapat juga diberikan dalam kombinasi dengan kalsium folinat dengan dosis sebesar 3-5 mg setiap 3 hari dan sulfodiazin dengan dosis sebesar 6-8 mg dalam 4 dosis terbagi selama 4-6 minggu atau dikombinasikan dengan klindamisin dengan dosis sebesar 600 mg 4 kali sehari selama 6 minggu, setelah itu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebesar 450 mg 3 kali sehari. Sediaan pirimetamin yang beredar di pasaran yaitu Primet (Kimia Farma) Proguanil Gambar 4.2. Struktur kimia proguanil. Proguanil merupakan senyawa biguanida yang dimetabolisme di dalam tubuh melalui sitokrom polimorfik P450 enzim CYP2C19 untuk metabolit aktif yaitu sikloguanil. Sikloguanil bekerja dengan menghambat plasmodial dihydrofolate reductase dan mencegah terjadinya sintesis asam nukleat. Senyawa induk memiliki aktivitas malaria intrinsik yang aktif dalam melawan bentuk praeritrosit parasit dan merupakan sikozontosida darah yang bekerja secara lambat.

129 27 Proguanil juga memiliki aktivitas sporontosida dalam mencegah gametosit dalam darah pada vektor nyamuk. Proguanil biasanya diberikan dalam bentuk garam hidroklorida yang dikombinasikan dengan atovaquone. Proguanil secara cepat diabsorbsi di dalam saluran gastrointestinal melalui pemberian secara oral. Obat ini mencapai puncak plasma dalam waktu 4 jam. Sekitar 75 % obat terikat pada protein plasma. Proguanil dimetabolisme di hati menghasilkan metabolit aktif antifolat yaitu sikloguanil dan puncak plasma sikloguanil akan dicapai 1 jam setelah obat induk. Waktu paruh eliminasi proguanil dan sikloguanil yaitu sekitar 20 jam. Proguanil dieliminasi di urin dan dieksresikan melalui feses. Efek samping yang ditimbulkan dari proguanil yaitu diare, sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sariawan, dan kelainan kuit yang disertai dengan gatal. Interaksi obat terjadi ketika proguanil diberikan bersama dengan warfarin. Pemberian bersama magnesium trisilikat dapat mengurangi absorbsi proguanil. Dosis proguanil yang diberikan untuk mengobati penyakit malaria, pada orang dewasa yaitu sebesar 200 mg satu kali sehari. Sedangkan pada anak-anak, dosis yang diberikan pada anak umur < 1tahun sebesar 25 mg sekali sehari, 1-4 tahun sebesar 50 mg sekali sehari, 5-8 tahun sebesar 100 mg sekali sehari, dan 9-14 tahun sebesar 150 mg sekali sehari. Untuk terapi profilaksis, proguanil diberikan 1 atau 2 hari sebelum memasuki area endemik malaria dan diteruskan setiap hari selama tinggal di daerah tersebut dan selama 7 hari setelah kembali. Obat disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya Primakuin Gambar 4.3. Struktur kimia primakuin.

130 28 Primakuin merupakan obat golongan 8-aminokuinolin dan efektif dalam melawan bentuk intrahepatik semua jenis parasit malaria. Primakuin dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria. Obat ini dikombinasikan dengan obat-obat golongan skizontosida darah untuk mengobati penyakit malaria pada fase eritrosit pada parasit Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Primakuin mengeliminasi bentuk eksoeritrosit parasit malaria Plasmodium vivax dan Plasmodium falciparum dengan merusak mitokondria dan mengikat DNA. Dengan mekanisme ini, primakuin digunakan dalam pengobatan radikal malaria vivax. Primakuin juga termasuk dalam golongan gametositosida dalam menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit Plasmodium falciparum. Primakuin diabsorbsi didalam saluran gastrointestinal. Konsentrasi puncak plasma tercapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian obat dan waktu paruh eliminasi 3-6 jam. Primakuin didistribusikan ke dalam jaringan dan secara cepat dimetabolisme di dalam hati. Metabolit utama yaitu karboksi primakuin yang terakumulasi dalam plasma setelah pemberian obat secara berulang. Efek samping obat ini yaitu mual, muntah, heartburn, kram perut, kelelahan, pucat, sesak napas, detak jantung yang cepat, kulit dan mata berubah kekuningan, urin berwarna gelap, lemas, sakit kepala, gugup, kejang, orientasi terganggu (confusion), sakit tenggorokan, demam, batuk atau tanda-tanda infeksi lainnya. Sediaan yang beredar di pasaran yaitu Primaryl. Obat di simpan di dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya Klorokuin Gambar 4.4. Struktur kimia klorokuin.

131 29 Klorokuin merupakan golongan obat 4-aminokuinolin yang digunakan untuk mengobati dan mencegah penyakit malaria. Klorokuin efektif untuk mengobati penyakit malaria yang terinfeksi oleh Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan Plasmodium malariae. Obat ini bekerja dengan mempengaruhi Hb digestion dengan meningkatkan ph intravesikular pada sel parasit malaria dan mengganggu sintesis nukleoprotein pada pasien. Klorokuin juga efektif dalam amoebiasis ekstraintestinal. Kombinasi obat-obat dalam golongan 4- aminokuinolin tidak memberikan pengobatan secara radikal. Klorokuin secara cepat diabsorbsi dari saluran gastrointestinal yang diberikan secara oral. Klorokuin juga diabsorbsi secara cepat melalui pemberian intramuskular dan subkutan. Klorokuin didistribusikan ke dalam jaringan tubuh, meliputi plasenta dan air susu ibu, serta memiliki total distribusi yang besar. Sekitar 60 % klorokuin terikat pada protein plasma, dan obat ini dieliminasi secara lambat dari tubuh, melalui ginjal, dengan waktu paruh eliminasi sekitar 1-2 bulan. Klorokuin dimetabolisme di hati, terutama monodesetilklorokuin yang memiliki aktivitas yang sama dalam melawan Plasmodium falciparum. Efek samping yang dapat ditimbulkan obat ini yaitu sakit kepala, gangguan saluran pencernaan, diare, pruritus, perubahan mental, dan gangguan penglihatan. Kombinasi klorokuin dengan halofantrin atau obat lain yang memperpanjang interval elektrokardiograf, dapat meningkatkan resiko aritmia. Klorokuin dapat meningkatkan resiko kejang jika dikombinasikan dengan lokuin, meningkatkan resiko reaksi distonia akut dengan metronidazol, mengurangi bioavaibilitas ampisilin dan praziquantel, mengurangi efek terapeutik tiroksin, dan peningkatan konsentrasi plasma siklosporin. Kombinasi antara klorokuin dengan antasida juga akan menyebabkan penurunan absorbsi, sedangkan kombinasi antara klorokuin dan simetidin akan mengurangi metabolisme dan klirens klorokuin. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien yang menderita gangguan fungsi ginjal atau hati, porfiria, psoriasis,dan alkoholik. Dosis klorokuin yang digunakan untuk pencegahan, pada orang dewasa diberikan 2 tablet seminggu sekali, sedangkan untuk anak-anak diberikan dosis sebesar 5 mg/kg berat badan seminggu sekali. Dosis klorokuin yang digunakan untuk pengobatan, pada orang dewasa diberikan dosis awal sebanyak 4 tablet

132 30 kemudian dilanjutkan dengan 2 tablet sekali sehari, sedangkan pada anak-anak diberikan dosis awal sebesar 10 mg/kg berat badan kemudian dilanjutkan dengan dosis sebesar 5 mg/kg berat badan sekali sehari. Obat-obat yang mengandung klorokuin yang beredar di pasaran yaitu Malarex (Aktavis), Riboquin (Dexa Medica), Avloclor (AstraZeneca), Resochin (Bayer Healthcare) Kina Gambar 4.5. Struktur kimia kina. Kina merupakan bentuk L-stereoisomer dari kuinidin. Kina berperan terutama dalam fase tropozoit dewasa pada stadium perkembangan parasit dan tidak dapat mencegah fase cincin pada Plasmodium falciparum. Sama seperti obat antimalaria lainnya, kina juga menghancurkan fase seksual dari Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale, namun tidak efektif terhadap gametosit Plasmodium falciparum. Kina tidak dapat menghancurkan fase pra-eritrosit pada stadium parasit malaria. Obat ini tidak dapat digunakan untuk pencegahan. Sifat farmakokinetik kina akan diubah secara signifikan oleh infeksi malaria, yaitu dengan mengurangi volume distribusi obat dan klirens tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Pada anak-anak di bawah 2 tahun yang menderita malaria berat, konsentrasi obat dalam tubuh akan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak-anak di atas 2 tahun dan dewasa. Kina secara cepat dan hampir seluruhnya diabsorbsi dari saluran gastrointestinal dan mencapai puncak plasma dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian secara oral. Pada malaria berat obat diberikan melalui injeksi intramuskular. Ikatan protein plasma, terutma α 1-asam glikoprotein, pada orang sehat sekitar 70%, sedangkan ikatan protein plasma pada pasien yang menderita malaria sebesar 90%.

133 31 Kina didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk cairan serebrospinal (2-7% dari nilai plasma), air susu ibu (sekitar 30 % dari konsentrasi plasma ibu), dan plasenta. Metabolism obat melalui sitokrom P450 enzim CYP3A4 terjadi di hati dan eliminasi metabolit yang bersifat lebih polar terutama terjadi di ginjal. Ekskresi akan meningkat pada urin asam. Waktu paruh eliminasi obat yaitu sekitar 11 jam pada orang sehat, 16 jam pada penderita malaria tanpa komplikasi, dan 18 jam pada penderita malaria berat. Efek samping yang ditimbulkan dari kina meliputi mual, muntah, diare, gugup, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, orientasi terganggu, gatalgatal pada kulit, erupsi pada kulit, kemerahan pada muka dan leher, kesulitan bernapas, demam, rasa sakit pada perut, serta dapat menyebabkan urin berdarah. Selama pengobatan, sebaiknya glukosa darah pasien selalu dikontrol karena pemberian kina dapat meningkatkan sekresi insulin dan menginduksi hipoglikemia. Kina diberikan secara oral untuk pengobatan multi-drug-resistant pada malaria falciparum tanpa komplikasi dan pengobatan pada malaria berat maupun komplikasi yang diberikan secara parenteral. Pada orang dewasa, dosis kina yang diberikan yaitu sebesar 500 mg setiap 8 jam selama 3, 7 atau 10 hari. Pada anakanak, dosis kina yang diberikan yaitu sebesar 8,2 mg/kg berat badan setiap 8 jam selama 3, 7, atau 10 hari. Durasi pengobatan tergantung pada tingkat keparahan malaria Amodiakuin Amodiakuin adalah senyawa 4-aminokuinolin merupakan obat antimalaria dimana struktur dan aktivitasnya mirip dengan klorokuin, senyawa ini juga mempunyai efek antipiretik dan antiradang. Pada beberapa studi di Afrika menunjukan bahwa bereaksi baik terhadap P.falciparum yang telah resisten terhadap klorokuin. Amodiakuin bekerja dengan menghambat fase eritrosit. Amodiakuin diindikasikan untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi yang resisten klorokuin, biasanya digunakan dalam kombinasi dengan artesunat. Efek samping yang dapat timbul adalah nyeri abdomen, mual, muntah, sakit kepala, penglihatan kabur. Efek samping berat berupa gatal, abnormalitas

134 32 kardiovaskular, gangguan syaraf, juga dilaporkan terjadinya agranulositosis, hapatitis dan neuropati periferal. Dosis pengobatan untuk dewasa mg seminggu sekali, anakanak dibawah 1 tahun 50 mg seminggu sekali, anak-anak 1-4 tahun mg seminggu sekali, anak-anak 5-12 tahun mg seminggu sekali. Jika dikombinasi dengan Artesunat, maka Artesunat diberikan dengan dosis harian tunggal 4 mg/kgbb selama 3 hari. Kemudian Amodiakuin basa dengan dosis harian tunggal 10 mg/kgbb selama 3 hari. Contoh nama dagang obat ini adalah Amoquin, Camoquin (berisi amodiakuin 50 mg dan artesunat 25 mg tiap 5 ml suspensi), Artesdiaquine, dan Arsuamoon (tiap tablet mengandung 50 mg dan 150 mg amodiakuin basa). Gambar 4.6. Sediaan Camoquin Artemisinin Senyawa artemisinin digunakan untuk pengobatan malaria berat termasuk malaria P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Pemberian juga dianjurkan pada pengobatan darurat pasien dengan malaria parah. Pemberian obat ini bersama dengan meflokuin dapat meningkatkan efek pengobatan. Artemisinin bekerja dengan menghambat fase eritrosit. Beberapa efek samping yang dapat timbul adalah demam, aritmia, nyeri perut, pusing, diare, mual, muntah. Obat ini di kontraindikasikan untuk kehamilan semester pertama, riwayat aritmia, bradikardi, gagal jantung kongestif dan menyusui. Dosis awal 3,2 mg/kg BB diikuti dengan 1,6 mg/kg BB selama 4 hari. Dosis awal untuk dewasa 160 mg diikuti dengan 80 mg dari hari ke dua sampai

135 33 hari ke lima. Dosis untuk anak-anak atau pasien kelebihan berat badan harus diturunkan atau dinaikkan berdasarkan berat ideal dibawah pengawasan dokter. Contoh obat yang beredar adalah Artem Injeksi IM 80 mg/ml, Artesunate Injeksi IV 60 mg/ml, Artesdiaquine kombinasi Artesunat 50 mg dan Amodiaquin 200 mg Sulfadoksin Sulfadoksin biasanya digunakan sebagai terapi tambahan untuk kina pada pengobatan malaria P.falsiparum dan tidak dianjurkan untuk profilaksis. Sulfadoksin dengan pirimetamin adalah obat anti malaria kombinasi antara golongan sulfonamide/sulfon dengan diaminopirimidine yang bersifat skizontosida jaringan, skizontozida darah dan sporontozidal. Obat ini sangat praktis karena dapat diberi dalam dosis tunggal, namun obat ini mempunyai kelemahan karena mengalami resisten, maka sulfadoksin tidak lagi direkomendasikan untuk terapi lini pertama. Konsentrasi puncak didalam darah dicapai dalam 2-4 jam dengan waktu paruh sulfadoksin 180 jam. Efek samping yang dapat timbul dari obat ini adalah pusing, mual, muntah, anoreksia, dan gangguan saraf pusat seperti konvulsi. Sulfadoksin tidak dianjurkan untuk bayi dibawah 2 bulan, ibu hamil dan menyusui. Dosis yang digunakan untuk sulfadoksin adalah 25 mg/kg BB dan pirimetamin 1,25 mg/kg BB. Contoh obat yang beredar adalah Sulfadoksin + Pirimetamin Generik Tablet sulfadoksin 500 mg + Pirimetamin 25 mg dan Fansidar Tablet Sulfadoksin 500 mg + Pirimetamin 25 mg. Gambar 4.7. Sediaan Fansidar.

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER i UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO 96. JL. JEND. S. PARMAN KAV G/12 SLIPI, JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SHEILA NOOR AISYAH, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 5 JL. CIKINI RAYA NO. 121 JAKARTA PUSAT PERIODE 3 SEPTEMBER 6 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 282 JL. AIPDA KS TUBUN NO. 84 B-C, JAKARTA BARAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA 1 JL. GARUDA NO. 47 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DYAH AYUWATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia memiliki hak asasi yang diatur dalam perundang-undangan, salah satunya yaitu hak mengenai kesehatan, sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 bahwa kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 12 JULI;29 JULI 2 AGUSTUS;19-23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI 31 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER OGI ANDYKA PUTRA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JALAN PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI - 12 JULI, 29 JULI - I2 AGUSTUS, DAN 19-23 AGUSTUS 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 JUNI - 26 JULI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FAUZIA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34 A, JAKARTA PUSAT PERIODE 6 SEPTEMBER 17 OKTOBER 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA HASAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan penting dari setiap manusia. Hidup sehat bukan hanya tujuan dari setiap individu melainkan juga tanggung jawab dan tujuan dari setiap

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZILFIA MUTIA RANNY, S.Farm. 1006835601 ANGKATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTIK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 16 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RISKA EKA

Lebih terperinci

PEKERJAAN KEFARMASIAN

PEKERJAAN KEFARMASIAN PEKERJAAN KEFARMASIAN Makalh ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Undang-undang dan Etika Farmasi Di Susun Oleh : Kelompok VII A Finti Muliati : 14340104 Yolanta Mogi Rema : 14340105 Nora Novita

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci