UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA JAYA, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker CYNTHIA JAYA, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika pada periode 26 September 29 Oktober Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker. Tujuan PKPA ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi, FMIPA UI sekaligus pembimbing dari Apotek Atrika yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulis melaksanakan PKPA dan menyusun laporan PKPA. 2. Dra. Rosmala Dewi, Apt. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi, FMIPA UI yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat yang begitu bermanfaat. 3. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika. 4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 5. Para karyawan Apotek Atrika atas ilmu, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA ini. 6. Seluruh dosen Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker. 7. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan moral sehingga program PKPA dan penyusunan laporan ini dapat dilaksanakan dengan lancar. 8. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika. 9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi, FMIPA UI yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan PKPA iii

5 ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis 2011 iv

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Tenaga Kerja di Apotek Sediaan Farmasi di Apotek Pengelolaan Apotek Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA Sejarah dan Lokasi Tata Ruang Struktur Organisasi Tugas dan Fungsi Jabatan Kegiatan di Apotek Atrika BAB 4 PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN v

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Logo golongan obat Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas vi

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika Lampiran 4. Alur Penanganan Resep Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Psikotropika Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Narkotika Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika Lampiran 9. Format Laporan Penggunaan Narkotika Lampiran 10. Salinan Resep Apotek Atrika Lampiran 11. Etiket Apotek Atrika vii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan elemen penting dalam memajukan kesejahteraan masyarakat dan menjadi modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Upaya kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat secara terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah memberikan pelayanan yang baik di apotek (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009c). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Apotek merupakan suatu jenis usaha yang memiliki unsur sosial yaitu pelayanan kesehatan (patient oriented) dan juga unsur bisnis (profit oriented). Apotek mendukung terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yaitu dengan menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat dan memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Namun, sebagai unit bisnis apotek juga mencari keuntungan untuk mengembalikan modal dan menutupi biaya operasional yang cukup besar. Komoditas bisnis apotek yang paling utama adalah sediaan farmasi yang apabila tidak dikelola oleh orang yang memiliki ilmu kefarmasian akan dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Atas dasar inilah pemerintah menetapkan bahwa suatu apotek harus memiliki setidaknya satu orang apoteker sebagai penanggung jawab yang disebut sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). 1

10 2 Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Selain harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola apotek, APA juga dituntut untuk memiliki kemampuan kewirausahaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien. Sebagai konsekuensi atas perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Apoteker harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat dan mampu memberikan pelayanan informasi obat yang tepat, aman, dan rasional (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Dalam rangka meningkatkan pengetahuan calon apoteker dalam bidang pelayanan kefarmasian, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA melakukan kerjasama dengan Apotek Atrika untuk mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA di apotek tersebut merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja dan pemahaman yang lebih dalam tentang peran dan fungsi apoteker di apotek dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mengelola apotek. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika bertujuan agar mahasiswa PKPA: a. Mengetahui tugas, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Atrika, baik secara teknis maupun non-teknis kefarmasian. b. Mendapat kesempatan untuk lebih memahami cara-cara pelayanan terhadap pasien dan memberikan informasi secara langsung kepada pasien serta memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika.

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi apotek adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, serta pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. 3

12 4 d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980). 2.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/ 2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat, terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata APOTEK pada halaman apotek, dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat, dan pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya serta bebas dari hewan pengerat dan serangga. Apotek juga harus memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki ruangan atau fasilitas sebagai berikut: a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi. c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien. d. Ruang racikan. e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

13 5 2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktek kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian. Untuk memperoleh SIPA, apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi Nasional) b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak dua lembar dan 3 x 4 sebanyak dua lembar SIPA bagi Apoteker Pengelola Apotek hanya diberikan untuk satu tempat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 disebutkan bahwa apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, maka APA menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama apoteker bersangkutan dicabut. Apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam. Apabila pada apotek tersebut

14 6 tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka pada proses pelaporan wajib disertai dengan penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada proses penyerahan tersebut, dibuat Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 disebutkan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1; b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan; c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-3; d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

15 7 setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4; e. Dalam jangka waktu dua belas hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (c), atau pernyataan dimaksud poin (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5; f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud poin (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu dua belas hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6; g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Jika permohonan izin apotek ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasanalasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7. Bila APA menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana yang dimaksud didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana apotek (PSA). PSA harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat dan hal tersebut harus dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). 2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila:

16 8 a. APA tidak lagi memenui ketentuan persyaratan APA. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terusmenerus. d. terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Obat Keras, Undang- Undang tentang kesehatan, Undang-Undang tentang psikotropika, Undang- Undang tentang narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. e. Surat Izin Kerja (saat ini diganti menjadi SIPA) APA dicabut. f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilaksanakan setelah: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

17 9 Apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai berikut: a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). 2.7 Tenaga Kerja di Apotek Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 dijelaskan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Tenaga pendukung untuk menjamin kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu juru resep, kasir, dan pegawai administrasi/tata usaha Apoteker Di apotek, apoteker dapat berperan sebagai: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) APA adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Setiap apotek harus ada satu orang APA dan seorang apoteker hanya dapat menjadi APA di satu apotek saja. APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pihak lain (Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut:

18 10 1) Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian, sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. 2) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. 3) Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi. 4) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. 5) Melakukan pengembangan apotek. b. Apoteker Pendamping Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Syarat menjadi apoteker pendamping sama dengan syarat menjadi APA. c. Apoteker Pengganti Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus. Apoteker Pengganti tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Syarat menjadi apoteker pengganti sama dengan syarat menjadi APA Asisten Apoteker (AA) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Asisten Apoteker berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah pengawasan apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003) Juru resep Juru resep membantu asisten apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep. Juru resep melakukan pekerjaan kefarmasian dibawah pengawasan asisten apoteker Kasir Kasir merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran dan lain-lain.

19 Pegawai administrasi/tata usaha Pegawai administrasi/tata usaha bertugas membantu apoteker dalam kegiatan administrasi, seperti membuat laporan harian yang meliputi pencatatan penjualan tunai dan kredit, pencatatan pembelian, mengurus gaji, pajak, izin, asuransi, dan lain-lain. Karyawan yang bekerja di apotek disesuaikan dengan kebutuhan apotek tersebut. Untuk keadaan tertentu, satu orang dapat memegang lebih dari satu fungsi pekerjaan (Hartini dan Sulasmono, 2006). 2.8 Sediaan Farmasi di Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009c). Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obatan tersebut. Golongan obat dapat dilihat pada tanda yang terdapat pada kemasan. Obat Bebas Obat Keras, termasuk Golongan Psikotropika Obat Bebas Terbatas Obat Golongan Narkotika Gambar 2.1. Logo golongan obat

20 Obat OTC (Over the Counter) Obat OTC (Over the Counter) adalah obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter. Obat OTC terdiri dari obat bebas dan obat bebas terbatas Obat Bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006) Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah CTM. Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

21 Obat Etikal Obat etikal adalah obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter. Obat etikal terdiri dari obat keras, psikotropika, dan narkotika Obat Keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat injeksi Obat Golongan Psikotropika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan psikotropik ini perlu diatur peredaran dan penggunaannya. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah: a. menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika c. memberantas peredaran gelap psikotropika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997). Psikotropika digolongkan menjadi: a. Psikotropika golongan I Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta berpotensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. b. Psikotropika golongan II Psikotropika golongan II berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. c. Psikotropika golongan III

22 14 Psikotropika golongan III berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. d. Psikotropika golongan IV Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997). Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut: a. Pemesanan Obat-obat golongan psikotropika dapat diperoleh dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis obat golongan psikotropika. b. Penyimpanan Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam hal menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan darurat, dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Psikotropika yang diserahkan dokter hanya dapat diperoleh dari apotek.

23 15 d. Pelaporan Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat secara berkala dengan tembusan kepada Balai Besar POM/Balai POM setempat. e. Pemusnahan Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal: 1) berkaitan dengan tindak pidana 2) psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku 3) kadaluarsa 4) tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997) Obat Golongan Narkotika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009) Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Undang-Undang tentang Narkotika bertujuan: a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan Narkotika c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu Narkotika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b).

24 16 Narkotika digolongkan menjadi: a. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta berpotensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. b. Narkotika golongan II Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. c. Narkotika golongan III Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b). Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut : a. Pemesanan Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam narkotika. b. Penyimpanan Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/I/1978 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat tersebut harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan (bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari), dan harus dibuat pada tembok atau lantai jika tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm. Lemari khusus tersebut harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

25 17 umum serta tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa. c. Pelayanan resep Dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep asli dokter. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. d. Pelaporan Apotek berkewajiban menyusun, menyampaikan, dan menyimpan laporan bulanan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip. e. Pemusnahan Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat: tempat dan waktu (hari, tanggal, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika; nama seorang saksi dari pemerintahan dan seorang saksi lain dari apotek; nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, dokter pemilik narkotika, dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika

26 18 tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat Obat Wajib Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 347/MENKES/SK/VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 919/MENKES/PER/X/1993, obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia dua tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993a). Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek diwajibkan untuk : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan. b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi yang meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). 2.9 Pengelolaan Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dan juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktik profesi apoteker dalam melakukan

27 19 pekerjaan kefarmasian. Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu dengan melakukan konseling, pemberian informasi, dan edukasi kepada masyarakat tentang obat yang diterimanya. Peran apoteker di apotek yang juga penting adalah sebagai manajer, yaitu mengelola sumber daya yang ada di apotek dengan maksimal agar apotek dapat berkembang dengan baik. Kedua peran tersebut harus dimiliki oleh seorang apoteker dan harus dilaksanakan secara beriringan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antarprofesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi, keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang

28 20 sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat. Perencanaan juga dapat mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan perlu dilakukan pengumpulan data obatobatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Pertimbangan yang harus dilakukan oleh APA dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang yaitu pemilihan Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, potongan harga dan bonus yang diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan pola penyakit, tingkat perekonomian masyarakat, dan budaya masyarakat (Hartini dan Sulasmono, 2006) Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi. Tujuan pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas dan harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi proses pemesanan/pembelian dan penerimaan barang (Hartini dan Sulasmono, 2006). Pengadaan sediaan farmasi apotek (golongan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika, dan narkotika) dapat berasal langsung dari pabrik farmasi, PBF, maupun apotek lain. Golongan obat bebas dapat pula dibeli dari toko obat berizin. Semua pembelian harus disertai dengan faktur pembelian resmi. Pengadaan obat dilakukan dengan menuliskan sediaan farmasi yang dibutuhkan pada blanko Surat Pesanan yang ditandatangani oleh APA.

29 21 Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang dibutuhkan. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara: a. Pembelian kontan atau kredit Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya sampai jatuh tempo. b. Pembelian konsinyasi (titipan obat) Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Penyimpanan Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan. Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika. Penataan pada lemari harus menjamin higienitas sehingga kebersihan dan keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

30 Administrasi Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan, pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan cacatan pengobatan pasien, dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) Pelayanan Pelayanan apotek diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002. Isi dari peraturan tersebut adalah: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab APA sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin; c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik; d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat Berita Acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM; e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat; f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat; g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

31 23 dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep; h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker; i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun; j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku; k. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. l. Dalam melaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). m. AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993b; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pada saat ini orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditas kini berfokus pada pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu, apoteker dalam menjalankan praktik

32 24 harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Suatu pedoman mengenai pelayanan kefarmasian perlu dibuat untuk menjamin kualitas layanan yang diberikan apoteker kepada setiap pasien. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan inisiatif dari organisasi profesi apoteker dan pemerintah. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan masyarakat dapat terlindung dari pelayanan yang tidak profesional. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Keberhasilan apoteker yang melakukan PC dilihat dari berapa banyak orang yang dapat ditolong, bukan dari berapa jumlah resep yang dilayani. Tugas pokok apoteker yang menjalankan PC yaitu: a. mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat b. menangani masalah terkait penggunaan obat yang sudah terjadi c. mencegah timbulnya masalah terkait penggunaan obat yang berpotensi untuk terjadi. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek adalah sebagai berikut: a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa kriteria. b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri (swamedikasi). c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal melalui telepon atau kunjungan residensial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, dan pelayanan residensial (home care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi pemeriksaan persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pemeriksaan terhadap persyaratan administratif meliputi: 1) nama, SIP, dan alamat dokter 2) tanggal penulisan resep

33 25 3) tanda tangan/paraf dokter penulis resep 4) nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien 5) nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta 6) cara pemakaian yang jelas 7) informasi lainnya. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, serta cara dan lama pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. b. Penyiapan obat Penyiapan obat dimulai dengan peracikan, yaitu kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat dalam melaksanakan peracikan obat dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga kualitas obat tetap terjaga. Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti oleh pasien. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan pada penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya,. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

34 26 kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) Promosi dan Edukasi Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi kepada masyarakat. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lainnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004) Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Dalam menjalankan aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

35 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA 3.1 Sejarah dan Lokasi Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA /KANWIL/SIA/01/0 dengan Apoteker Pengelola Apotek Dr. Harmita, Apt. Pada tanggal 26 Juli 2008 Apotek Atrika pindah lokasi sehingga SIA yang diperoleh berubah menjadi SIA /08/08 dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apotek Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta. Apotek Atrika berada di kawasan pemukiman penduduk, yaitu terletak di Jalan Kartini Raya No. 34A Jakarta Pusat. Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotek Atrika terletak di tepi jalan yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar apotek juga terdapat praktek dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. 3.2 Tata Ruang Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua, yaitu ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat etikal, tempat administrasi, kamar mandi, tempat pencucian, dan wastafel. Apotek Atrika memiki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat parkir tetapi tidak begitu luas. Denah ruangan Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2. Penyusunan obat di Apotek Atrika dilakukan berdasarkan susunan abjad dan disesuaikan berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek Atrika dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, gel, suppositoria, ovula, obat tetes mata, obat tetes telinga dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk menyimpan obat generik, obat golongan narkotika, psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa. 27

36 Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Apotek Atrika memiliki 10 orang tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, seorang apoteker pendamping, dua orang asisten apoteker, dan seorang juru resep. Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari tenaga keuangan dan kasir yang dilaksanakan oleh dua orang, dua orang pesuruh, dan satu orang kurir. Struktur organisasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran Tugas dan Fungsi Jabatan Tugas dan tanggung jawab pada tiap jabatan yang ada di Apotek Atrika adalah sebagai berikut: Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar giliran kerja serta menetapkan pembagian kerja dan tanggung jawab masingmasing karyawan. b. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan perundang-undangan dibidang perapotekan yang berlaku. c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan pelayanan dan kemajuan apotek. d. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat serta informasi tambahan lain yang diperlukan. e. Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien.

37 29 f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi. g. Bertanggung jawab atas kelancaran, pengamanan, dan penggunaan uang di apotek. h. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan dokumen penting. i. Bertanggung jawab dalam merencanakan pengadaan barang, pelaporan narkotika dan psikotropika, serta mengawasi segala aktivitas di apotek, termasuk pemeliharaan dan pengamanannya Apoteker Pendamping Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek ketika Apoteker Pengelola Apotek sedang tidak berada di tempat. b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien. c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya. d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit Asisten Apoteker (AA) Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah sebagai berikut: a. Melakukan pendataan kebutuhan barang. b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan. c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan penyerahan obat. d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep. e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat serta informasi tambahan lain yang diperlukan. f. Membuat salinan resep dan kuitansi bila diperlukan. g. Mencatat keluar masuk barang.

38 30 h. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa. i. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya. j. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuintansi, nota, dan tanda setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk Juru Resep Tugas dan kewajiban juru resep adalah sebagai berikut: a. Membantu tugas Asisten Apoteker dalam penyediaan/pembuatan obat jadi maupun obat racikan. b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil sediaan yang telah jadi kepada Asisten Apoteker. c. Membuat obat-obat racikan standar (aanmaak) di bawah pengawasan Asisten Apoteker Kasir Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut: a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit. b. Menerima barang masuk. c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk. d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas. e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan. f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan. g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan Keuangan Tugas dan kewajiban fungsi keuangan adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi. b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep. c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional apotek, seperti listrik dan telepon. d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran faktur dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF).

39 Pesuruh Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut: a. Menjaga kebersihan apotek. b. Menjamin kerapian apotek. c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis kefarmasian Kurir Tugas dan tanggung jawab kurir adalah sebagai berikut: a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar. b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat. c. Menyerahkan uang hasil pembayaran obat ke kasir. 3.5 Kegiatan di Apotek Atrika Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang telah dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift I pukul , shift II pukul dan shift III pukul Apotek Atrika buka dari hari Senin hingga Sabtu dimana pada hari Senin hingga Jumat buka mulai pukul sampai WIB dan pada hari Sabtu mulai pukul sampai WIB. Apotek Atrika tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan di bidang nonteknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Pengadaan Barang Apotek Atrika melakukan pengadaan perbekalan farmasi apabila sudah menipis atau hampir habis. Kegiatan pengadaan ini dilakukan setiap hari. Pemesanaan dilakukan berdasarkan buku defekta kepada PBF dan menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon. Pemesanan/pembelian dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten Apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pemesanan perbekalan farmasi ditandatangani oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

40 32 Apoteker. Untuk pengadaan barang di Apotek Atrika, jenis dan jumlah barang yang dipesan juga disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau slow moving serta didasarkan pada obat-obat yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek. Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (Cash Order Delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor keapada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang terjual dan bila tidak terjual barang dapat dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek, dimana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran dilakukan hanya terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara langsung dan pada saat barang datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh tempo. b. Penerimaan Barang Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no. faktur, nama dan jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan, potongan harga, dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian ditambahkan ke dalam kartu stok besar dan kartu stok kecil (harian). Bila terjadi perubahan harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga kemudian juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir. c. Penyimpanan Barang Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk sediaan obat menurut abjad, baik untuk obat etikal maupun untuk obat OTC. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

41 33 Expired First Out) dimana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih awal diletakkan di bagian paling depan dan/atau paling atas, agar yang terlebih dahulu mencapai batas kadaluarsa keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-barang yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping. d. Pengeluaran Barang Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First Expired First Out), yaitu barang yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada buku penjualan, sedangkan barang yang keluar dari penjualan resep dicatat pada buku resep. e. Pemeriksaan dan Pencataan Stok Barang Pemeriksaan dan pencataan stok barang dilakukan setiap hari berdasarkan buku penujalan dan buku resep. Jumlah barang yang ada dicocokan dengan jumlah yang tertera pada kartu stok harian. Barang yang habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan pemesanaan. f. Pembuatan Sediaan Standar Sediaan standar (aanmaak) adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep-resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah minyak kayu putih, minyak telon, lysol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad Pengelolaan Narkotika a. Pengadaan Narkotika Pemesanan narkotika harus dilakukan dengan menggunakan surat pesanan khusus narkotika. Pembelian narkotika hanya dapat dilakukan pada PBF Kimia Farma. Dalam satu lembar surat pesanan hanya boleh tercantum satu jenis narkotika dan perlu juga mencantumkan jumlah stok terakhir. Surat pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIA dan SIK/SP, serta nama,

42 34 alamat, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap empat dan satu rangkap untuk arsip apotek. Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan oleh Apoteker Pengelola Apotek. b. Penyimpanan Narkotika Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping. c. Pelayanan Narkotika Pelayanan resep yang mengandung narkotika harus berdasarkan resep asli yang belum pernah dilayani atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Atrika yang jumlah obatnya belum diberikan seluruhnya atau belum pernah diberikan kepada pasien. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Resep yang mengandung narkotika harus digaris merah dan disimpan terpisah dari resep lain. d. Pelaporan Narkotika Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip. e. Pemusnahan Narkotika Pemusnahan narkotika di Apotek Atrika selama ini dilakukan menurut ketentuan yang berlaku Pengelolaan Psikotorpika a. Pengadaan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropik (berbeda dengan surat pesanan narkotika) yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Dalam satu surat pesanan boleh dicantumkan beberapa jenis psikotropika dan tidak perlu mencantumkan jumlah stok terakhir. b. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanannya dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

43 35 c. Pelayanan Psikotropika Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan salinan resep yang dibuat Apotek Atrika maupun apotek lain. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep lain. d. Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip. e. Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika di Apotek Atrika selama ini dilakukan menurut ketentuan yang berlaku Pelayanan Apotek Apotek Atrika melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas serta komoditi lain di luar sediaan farmasi. Pelayanan resep dilakukan dengan sistem pembayaran tunai dan kredit. a. Pelayanan Obat dengan Resep Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir. Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon pasien. Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang, maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P

44 36 pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya. b. Pelayanan/Penjualan Bebas Apotek Atrika juga melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian Kegiatan Administrasi a. Administrasi Personalia Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungna dengan pengawai. b. Administrasi Umum Apotek Atrika melakukan adminsitrasi umum yang meliputi laporan penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan psikotropika, dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi. c. Administrasi Penjualan Apotek Atrika melakukan adminstrasi penjualan dengan melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara tunai. Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah. d. Administrasi Pembelian Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

45 37 e. Administrasi Pajak Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame. f. Administrasi Pergudangan Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang tersedia untuk masing-masing obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan. g. Administrasi Piutang Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan secara kredit kepada suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi Sistem Administrasi Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik, dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek Atrika meliputi: a. Buku defekta Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang habis atau yang harus segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik b. Surat Pesanan (SP) Surat Pesanan digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Surat Pesanan terdiri dari dua lembar, dimana satu lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan, tanda tangan pemesan, dan stempel apotek. c. Buku Daftar Harga Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek

46 38 dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan alfabet dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik. d. Buku Faktur Buku ini berfungsi sebagai buku penerimaan barang. Dalam buku ini tercantum tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam dipisahkan. e. Buku Pembelian dan Penggunan Narkotika dan Psikotropika Buku ini digunakan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat golongan narkotika dan psikotropika. Dalam buku ini tercantum nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada. f. Buku Pemasukan Barang Dalam Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan barang dalam. Di dalam buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil dan tanggal kadaluarsa. g. Buku Perubahan Harga Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar harga, komputer kasir dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika cabang. h. Buku Pengiriman Barang ke Cabang Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke Apotek Atrika cabang. Setiap cabang ada buku masing-masing. Buku ini memuat nama barang, jumlah barang dan tanggal kadaluarsa. i. Buku resep Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep. Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

47 39 j. Kartu Stok Besar Kartu stok besar berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor bets dan tanggal kadaluarsa. k. Kartu Stok Kecil (Kartu Stok Harian) Kartu stok harian berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok ini memuat tanggal keluar/masuk barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar, dan sisa stok barang pada lemari.

48 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Apotek merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran strategis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat dan mendukung upaya kesehatan dasar, seperti swamedikasi atau upaya pengobatan sendiri. Selain memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa pelayanan pendistribusian serta informasi obat dan perbekalan kesehatan, apotek juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya harus mampu bekerja sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja, melainkan juga harus mampu menerapkan prinsip bisnis dalam mengelola apotek. Apotek yang menjadi tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yaitu Apotek Atrika. Apotek Atrika terletak Jl. Kartini Raya No.34A, Jakarta Pusat. Ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan suatu apotek dan lokasi merupakan hal yang paling menentukan. Suatu apotek harus mudah dijangkau oleh masyarakat. Letak Apotek Atrika cukup strategis karena dilalui kendaraan dari dua arah yang cukup ramai dan dilalui kendaraan umum sehingga mudah untuk dicapai. Selain itu, apotek tersebut juga dekat dengan pemukiman penduduk dan di sekitarnya banyak tempat praktek dokter seperti dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis (spesialis penyakit dalam dan spesialis kulit dan kelamin), dokter hewan, dan sarana kesehatan lainnya, seperti rumah sakit dan Puskesmas. Keberadaan Apotek Atrika cukup mudah dikenali dengan adanya papan nama 40

49 41 apotek berupa neon box berwarna kuning dengan ukuran yang cukup besar bertuliskan Apotik berwarna merah yang diletakkan di sisi jalan. Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas satu buah mobil dan beberapa motor. Tata ruang Apotek Atrika terdiri dari ruang depan dan ruang dalam dengan desain interior yang rapi. Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Terdapat lima buah kursi di ruang tunggu. Jumlah kursi tersebut sudah cukup karena jumlah pelanggan per hari yang tidak terlalu banyak. Ruang tunggu juga terjaga kebersihannya dan dilengkapi pendingin ruangan. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat etikal, tempat administrasi, kamar mandi, tempat pencucian, dan wastafel. Ruang dalam juga dilengkapi AC untuk menjaga suhu ruangan agar stabilitas obat selama penyimpanan tetap terjaga dan memberikan kenyamanan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya. Tempat peracikan terletak ditengah-tengah ruang dalam yang dikelilingi oleh lemari penyimpanan obat-obat etikal. Tempat peracikan juga dilengkapi dengan buku-buku dan semua peralatan untuk menunjang peracikan agar berjalan dengan efektif agar berjalan dengan efektif dan nyaman. Peralatan apotek seperti timbangan, mortir, alu, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi pada tempatnya. Obat-obatan juga tersusun dengan rapi, terlindungi dari debu, kelembapan, dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan dan temperatur yang sesuai. Pada ruang racik juga terdapat toilet untuk karyawan yang dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan sebagai tempat pencucian alat. Secara keseluruhan, ruangan di Apotek Atrika telah terjaga kebersihannya. Kebersihan merupakan salah satu faktor pendukung kenyamanan apotek. Kondisi apotek yang bersih dan nyaman dapat memberikan nilai lebih bagi apotek. Selain dapat menarik minat pelanggan, kondisi bersih juga berdampak baik terhadap kesehatan karyawan yang sehari-hari bekerja di apotek. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, sebuah apotek harus dikelola oleh seorang

50 42 apoteker yang profesional. Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga fungsi manajemen dimana apoteker harus mampu mengorganisir beberapa SDM dengan tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya masing-masing. Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek Atrika dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa orang karyawan. APA harus memilki kemampuan untuk dapat mendistribusikan tugas sesuai dengan keahlian masing-masing pengawai. Semua karyawan di Apotek Atrika saling bekerja sama sehingga sistem manajemen dan administrasi mampu berjalan dengan baik dan efektif. Apotek Atrika telah dikelola dengan baik, termasuk dalam hal pengelolaan persediaan barang di apotek. Apotek dengan ketersediaan obat yang lengkap akan memberikan citra yang baik dan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem manajemen persediaan barang yang baik. Pengadaan barang di Apotek Atrika dilakukan melalui pembelian secara kredit dengan memperhatikan arus barang dan arus uang. Pengadaan barang juga dilakukan ketika ada permintaan khusus dari pasien. Pemesanan obat dapat melalui telepon maupun Medical Representative yang datang ke apotek. Pemesanan obat yang dilakukan setiap hari menyebabkan obat-obatan di apotek selalu berputar sehingga kerugian dapat dicegah. Pemesanan dilakukan oleh seorang petugas apotek yang telah diberi wewenang berdasarkan catatan obatobatan di buku pemesanan/defekta. Petugas apotek yang bertugas untuk memesan barang kemudian mengelompokkan obat-obat tersebut berdasarkan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut untuk mempermudah pemesanan. Jika suatu obat tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan yang diterapkan adalah faktor harga, besaran diskon yang diberikan, dan ketetapan waktu PBF tersebut dalam mengantarkan pesanan. Selain pembelian kredit, apotek juga menerima barang titipan atau konsinyasi dimana jika barang tersebut terjual, maka apotek juga menerima komisi. Apabila barang tersebut tidak laku hingga batas waktu yang ditetapkan atau kadaluarsa, maka barang tersebut dapat dikembalikan. Pada saat barang yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian jenis dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan yang tertera pada faktur dan surat pesanan (SP). Apabila barang yang datang, faktur, dan SP telah sesuai, maka faktur diberi tanggal dan nomor urut, stempel apotek serta

51 43 ditandatangani. Biasanya faktur terdiri atas 4 rangkap (dua lembar pertama akan diambil oleh PBF dan dua lembar terakhir diserahkan ke apotek) sedangkan SP terdiri dari dua rangkap (lembar putih diserahkan ke PBF sedangkan yang merah untuk arsip apotek). Setelah serah terima faktur dan SP, dilakukan pemeriksaan fisik, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa produk. Faktur-faktur dikumpulkan dan ditukar ke PBF pada tanggal 5 dan 15 setiap bulannya, sedangkan tanggal pembayaran ditentukan pada saat penukaran faktur tersebut. Dengan sistem pembayaran seperti ini, apotek tidak harus membayar setiap hari dan tidak terbebani dengan tanggal pembayaran yang tidak teratur. Pencatatan barang yang datang dilakukan pada buku pemasukan barang, buku faktur, dan kartu stok. Dalam buku pemasukan barang dicatat nama dan jumlah barang yang dibeli setiap hari dan dilakukan pemisahan pencatatan antara obat OTC dan etikal. Dalam buku faktur dicatat seluruh pembelian. Buku ini berfungsi sebagai data untuk mengetahui jumlah pembelian setiap hari dan hutang yang akan jatuh tempo dan mempermudah penelusuran riwayat pembayaran suatu PBF. Kartu stok ada dua, yaitu kartu besar untuk mencatat penambahan jenis barang setiap ada penerimaan barang dan kartu stok kecil (kartu stok harian) yang mencatat jumlah barang yang masuk dan keluar setiap waktu. Berdasarkan jenis sediaannya, kartu dibedakan menjadi tiga warna untuk mempermudah dalam pengambilan kartu dan penelurusan, yaitu kartu stok putih untuk sediaan oral padat, kartu stok merah untuk sediaan oral cair, dan kartu stok hijau untuk sediaan topikal. Setelah itu, barang diletakkan sesuai dengan tempatnya masing-masing. Apotek Atrika tidak memiliki gudang penyimpanan obat karena lokasi apotek yang berdekatan dengan beberapa PBF sehingga apotek tidak perlu menyimpanan stok dalam jumlah besar, kecuali untuk obat-obat yang fast moving. Obat yang diterima langsung diletakkan pada lemari obat dan disediakan dalam jumlah yang disesuaikan dengan arus barang. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dengan penghematan biaya pemeliharaan stok dan perawatan gudang serta mencegah kerugian akibat obat kadaluarsa sebelum terjual. Penyimpanan obat di Apotek Atrika ditata sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pengambilan obat-obat tersebut ketika dibutuhkan. Obat-obat Over the Counter (OTC) diletakkan di ruang depan dengan penaataan yang baik

52 44 agar terlihat menarik bagi pengunjung sedangkan obat-obat etikal diletakkan di ruang dalam. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan yang terdiri dari sediaan solid, semisolid, dan liquid. Obat-obat generik disimpan dalam lemari tersendiri dan beberapa obat generik yang diletakkan di meja racik seperti klorfeniramin maleat (CTM), prednison, deksametason, dan lain-lain untuk mempermudah pengerjaan peracikan obat. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika diletakkan di lemari khusus. Masing-masing sediaan disusun berdasarkan abjad dari bagian atas lemari hingga ke bawah lemari secara zig-zag sehingga memudahkan pencarian. Obat yang akan kadaluarsa diletakkan di tempat terpisah dan dikelompokkan sesuai dengan bulan kadaluarsa, serta ada pencatatan pada buku khusus obat yang akan expired agar terlihat obat-obat yang akan kadaluarsa. Obat-obat kadaluarsa akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk dikembalikan ke PBF. Tidak semua obat-obat yang akan kadaluarsa dapat dikembalikan ke PBF. Hal tersebut tergantung kebijakan PBF masing-masing dalam pengembalian obat. Pada lemari obat yang berisi obat yang akan kadaluarsa diberi catatan untuk mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat tersebut, maka obat yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Jika obat yang akan kadaluarsa sudah terjual atau dikembalikan pada BPF, maka statusnya akan dicatat pada buku khusus obat yang akan expired. Jika obat-obat tersebut tidak terjual atau tidak dapat dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya, obat-obat tersebut akan dimusnahkan. Pengeluaran barang atau obat di Apotek Atrika dilakukan menggunakan sistem FIFO (First In First Out) untuk obat dengan batas kadaluarsa yang sama dan sistem FEFO (First Expired First Out) untuk obat dengan batas kadaluarsa yang berbeda. Obat dengan batas kadaluarsa lebih awal dikeluarkan terlebih dahulu. Pengeluaran barang atau obat pada Apotek Atrika dapat terjadi karena adanya pembelian, baik pembelian dengan resep maupun pembelian untuk swamedikasi, dan pengiriman barang atau obat ke cabang Apotek Atrika sesuai permintaan. Setiap pengeluaran barang atau obat dicatat pada kartu stok dan buku yang sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku catatan resep, buku penjualan bebas, atau buku pengiriman. Setiap pagi atau malam hari dilakukan pencatatan

53 45 obat yang keluar dan masuk pada kartu stok, kemudian dibuktikan kebenarannya dengan memeriksa sisa stok yang sebenarnya di rak obat. Apotek Atrika juga melakukan pengelolaan terhadap obat-obat golongan narkotika dan psikotropika. Pengelolaan obat-obat golongan narkotika dan psikotropika di Apotek Atrika telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Setiap pengeluaran obat-obatan golongan narkotika dan psikotropika dicatat pada buku pengeluaran khusus narkotika dan psikotropika dan pada kartu stok masing-masing. Kartu stok narkotika dan psikotropika tidak disimpan bersama kartu stok lainnya melainkan disimpan di dalam lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika. Apotek Atrika memberikan laporan penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat setiap bulan sebelum tanggal 10. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika yang rusak dan sudah kadaluarsa, pemusnahan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, tetapi pemusnahan ini sangat jarang dilakukan di Apotek Atrika karena penyediaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan secermat mungkin untuk menghindari adanya obat yang kadaluarsa sebelum terjual. Pelayanan resep pada Apotek Atrika, mulai dari penerimaan resep, pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan, hingga penyerahan obat, dilakukan berdasarkan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, dan Penyerahan). Resep yang akan ditebus pada awalnya akan ditempel dengan kertas kecil berisi tabel HTKP disertai kolom paraf, kemudian dihitung harganya. Setelah diketahui harganya, harga tersebut diberitahukan kepada pasien. Dengan mempertimbangkan harga tersebut, pasien memiliki hak untuk memilih apakah akan menebus seluruh resep atau hanya sebagian saja. Setelah mendapat keputusan dari pasien, resep kemudian disiapkan. Pada kertas HTKP, setiap orang yang telah menyelesaikan tugasnya menandatangani kolom yang tersedia pada kertas HTKP. Untuk mempermudah penelusuran resep, dilakukan pembedaan antara resep yang mengandung narkotika dengan resep golongan non narkotika, berdasarkan warna kertas HTKP. Untuk resep yang mengandung narkotika, digunakan kertas HTKP berwarna kuning, sedangkan untuk resep golongan non-narkotika, digunakan kertas HTKP berwarna putih.

54 46 Pada saat penyerahan obat, pegawai Apotek Atrika (baik apoteker pendamping maupun AA) telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan cukup baik, yaitu dengan memberikan informasi mengenai indikasi dan efek samping obat, cara penggunaan obat, jangka waktu pemakaian, makanan dan minuman yang dianjurkan atau dihindari untuk mendukung penyembuhan penyakit pasien. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penyalahgunaan obat atau penggunaan obat yang salah oleh pasien. Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara mengelompokkan resep berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai dengan nomor. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan untuk memudahkan dalam penyusunan laporan ke suku dinas kesehatan. Walaupun jarak dengan apotek lain cukup jauh, tetapi Apotek Atrika tetap membina hubungan baik dengan apotek pesaing. Hal ini menguntungkan bagi apotek karena apabila ada obat-obat yang tidak tersedia di Apotek Atrika, maka petugas apotek dapat membeli obat tersebut ke apotek pesaing. Selain dengan apotek lain, hubungan baik dengan dokter yang menjadi pelanggan juga dibina dengan baik, terutama dalam hal penyediaan obat-obatan yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek di daerah sekitar apotek. Kecepatan dan ketepatan pelayanan resep adalah salah satu faktor penentu kesuksesan suatu apotek. Pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan farmasi lainnya, yang ditujukan kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya serta masyarakat, merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker di apotek. Seorang apoteker wajib memberikan informasi ketika menyerahkan obat kepada pasien, meliputi informasi cara penggunaan obat, dosis, indikasi, efek samping yang mungkin timbul selama penggunaan, bahkan interaksi dengan obat lain jika ada. Kegiatan ini telah dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker yang berada di Apotek Atrika. Selain itu, apoteker yang selalu berada di apotek juga melayani pertanyaan seputar penggunaan obat yang datang dari pasien atau masyarakat, baik yang datang langsung maupun melalui telepon atau faksimili. Hal ini dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan citra Apotek Atrika. Proses administrasi dalam hal pencatatan obat dilakukan secara manual dan secara komputerisasi untuk meningkatkan kinerja. Sistem ini menggunakan

55 47 program khusus yang meliputi pencatatan pembelian, persediaan, dan penjualan barang-barang di apotek beserta keterangan dari barang-barang tersebut. Sistem ini berguna dalam mengintegrasikan informasi mengenai arus perputaran barang di apotek, termasuk dalam hal pengeluaran barang karena sistem ini terhubung langsung dengan kasir. Sistem komputer ini juga dapat memberikan peringatan mengenai obat yang akan kadaluarsa. Proses administrasi yang dicatat dengan komputer tetap dicatat kembali secara manual karena masih adanya kekurangan pada sistem yang digunakan. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa Apotek Atrika telah melaksanakan fungsi apoteknya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009, yaitu sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker, seperti pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pengelolaan obat, dan pelayanan obat atas resep dokter serta memberikan pelayanan informasi obat. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika telah memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang pengelolaan suatu apotek.

56 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Atrika telah melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya, baik dalam bidang teknis maupun non-teknis kefarmasian, sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku. b. Sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan dan perundangundangan yang berlaku Saran a. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat menunggu proses pelayanan, perlu adanya peningkatan fasilitas di ruang tunggu seperti majalah, koran, atau televisi. b. Perlu ditingkatkan Pelayanan Informasi Obat di Apotek Atrika untuk kemajuan apotek. c. Perlu diberikan penyuluhan dan pelatihan sumber daya manusia di Apotek Atrika untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. 48

57 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 679/MENKES/SK/IV/2003 tentang Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 49

58 50 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hartini, Y. S. dan Sulasmono. (2006). Apotek: Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-Undangan Terkait Apotek. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

59 LAMPIRAN

60 51 Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika Keterangan: Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No.34A, Jakarta Pusat

61 52 Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika

62 53 Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Juru Resep Kasir Kurir Bagan Struktur Organisasi Apotek Atrika

63 54 Lampiran 4. Alur Penanganan Resep Penerimaan resep Resep kredit Resep tunai Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pasien mendapat nomor urut resep Pasien mendapat nomor urut resep dan membayar di kasir Bagian peracikan Obat jadi Obat racikan Pemberian etiket dan salinan resep Pemeriksaan kesesuaian obat Penyerahan obat Obat diterima pasien Resep disimpan oleh apotek

64 55 Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika

65 56 Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Psikotropika

66 57 Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Narkotika

67 58 Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika Laporan Psikotropika Bulan Nopember 2009 Unit Layanan: ATRIKA Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotik: DR HARMITA Tanggal: 07/12/2009 Saldo PEMASUKAN PENGGUNAAN Nama Satuan Awal Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo Akhir Nama Satuan Saldo AwaPEMASUKAN DPEMASUKAN JuPENGGUNAAN PENGGUNAAN Saldo Akhir Alganax 0.25 mg Tablet 0 ATRIKA 3 4 RESEP 4 0 Alganax 0.5 mg Tablet Alganax 1 mg Tablet Alprazolam 0.25 mg Tablet Alprazolam 0.5 mg Tablet Alprazolam 1 mg Tablet Alviz 0.25 mg Tab Tablet Alviz 0.5 mg Tablet Alviz 1 mg Tablet Analsik Tab Tablet Apisate Tab Tablet 30 PENTA VALE 95 RESEP Atarax 0.5 mg Tab Tablet Ativan 0.5 mg Tablet 40 MENSA BINA 100 RESEP Ativan 1 mg Tablet 83 0 RESEP Ativan 2 mg Tablet 36 MENSA BINA 100 RESEP Bellaphen Tab Tablet Braxidin Tab Tablet 22,5 BINA SAN PR 100 RESEP ,5 Calmlet 0.25 mg Tab Tablet Calmlet 0.5 mg Tablet Calmlet 1 mg Tablet Calmlet 2 mg Tablet CeTabrium 10 mg Tablet Cetalgin Tablet Cliad Tablet Clobazam 10 mg Tablet Danalgin Tab Tablet 27, ,5 Decazepam 5 mg Ta Tablet Diazepam 10 ml Inj Ampul Diazepam 2 mg Tablet Diazepam 5 mg Tablet Diobrium 10 mg Caps Kapsul Diobrium 5 mg Caps Kapsul Ditalin Tab Tablet Dormicum 15 mg/ampulampul Inj Dormicum 5 mg/ampul Inj Ampul Dumolid 5 mg Tab Tablet Esilgan 1 mg Tablet 77 0 RESEP Esligan 2 mg Tablet Fortanest 15 mg Ampul Fortanest 5 mg Ampul Frisium 10 mg Tablet Frixitas 0.25 mg Tablet Frixitas 0.5 mg Tablet Frixitas 1 mg Ampul Hedix Tablet Klidibrax Tablet Lexotan 1.5 mg Tablet Lexotan 3 mg Tablet Librax Tablet Luminal 100 mg Tablet Luminal 30 mg Tablet RESEP Melidox Tablet Mentalium 10 mg Tablet Mentalium 2 mg Tablet Mentalium 5 mg Tablet Merlopam 0.5 mg Tab Tablet Merlopam 2 mg Tab Tablet Metaneuron Tablet Midazolam 15 mg Inj Ampul Midazolam 5 mg Inj Ampul

68 59 (Lampiran 8. Lanjutan) Neo Protal Tab Tablet Neoroval Tablet Neurodial 5 mg Tab Tablet Neurogen Tab Tablet Neuropyron Tab Tablet RESEP Piptal Pet drops 0.5 Botol Proclozam 10 mg Ta Tablet Proneuron Tablet Prozepam 2 mg Tab Tablet Prozepam 5 mg Tablet Renagas 6 mg Tab Tablet Renaquil 1 mg Tab Tablet Ritalin 10 mg Tab Tablet Ritalin LA 20 mg Tablet Rivotril 2 mg Tablet Sedacum inj 5 mg A Ampul Sibital Inj Ampul Spasmium 5 mg Tab Tablet Stesolid 2 mg Tablet Stesolid 5 mg Tablet Stesolid Inj. 10 ml Ampul Stesolid rectal 10 mg Tube Stesolid rectal 5 mg Tube Stesolid Syrup Botol Teronac Tab Tablet Trazep Rectal Tube 5 Tube Valdimex 10 mg/ 2m Ampul Valdimex 5 mg Tab Tablet Valium 10 mg Tablet Valium 10 mg Inj Ampul Valium 2 mg Tablet Valium 5 mg Tab Tablet Valizanbe 2 mg Tab Tablet Valizanbe 5 mg Tab Tablet 90 0 RESEP Xanax 0.25 mg Tab Tablet Xanax 0.5 mg Tab Tablet 95 0 RESEP Xanax 1 mg Tab Tablet Yekalgin Kaplet Kaplet Zolastin 1 mg Tab Tablet Zolmia 10 mg Tab Tablet Zyparon Tablet Zypraz 0.25 mg Tab Tablet Zypraz 0.5 mg Tab Tablet Zypraz 1 mg Tab Tablet Asabium 10 mg Tab Tablet Atarax 0.25 Tablet CeTabrium 5 mg Tablet Miloz 15 mg/3ml Inj Ampul Miloz 5 mg/ 5 ml Inj Ampul Luminal 50 mg Tablet Luminal 60 mg/ml Inj Ampul Hufralgin Tablet Lexotan 6 mg Tablet Librium 5mg Tablet Librium 10 mg Tablet Limbritol Tablet Omegastri Tablet Pehaspas Tablet Ritalin 30 mg Tab Tablet Ritalin 40 mg Tab Tablet Ritalin SR 20 mg Tab Tablet Riklona 2 mg Tablet Soxietas 0.5 mg Tablet Stilnox Tablet Tranquam 5 mg Tablet Unagen with AMR UAP Tablet

69 60 Lampiran 9. Format Laporan Penggunaan Narkotika Laporan Narkotika Bulan Nopember 2009 Unit Layanan: ATRIKA Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotik: DR HARMITA Tanggal: 07/12/2009 Saldo PEMASUKAN PENGGUNAAN Nama Satuan Awal Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo Akhir Nama Satuan Saldo AwaPEMASUKAN DPEMASUKAN J PENGGUNAAN PENGGUNAAN Saldo Akhir Codein 10 mg Tablet Tablet 4 KIMIA FARMA 250 RESEP Codein 15 mg Tablet Tablet 4 (blank) 0 RESEP 1 3 Codein 20 mg Tablet Tablet 166 KIMIA FARMA 500 RESEP Codipront Capsul Kapsul 5 (blank) 0 (blank) 0 5 Codipront Cum Exp K Kapsul 39 (blank) 0 (blank) 0 39 Codipront Cum Exp S Botol 3 (blank) 0 (blank) 0 3 Codipront Syrup Botol 3 (blank) 0 (blank) 0 3

70 61 Lampiran 10. Salinan Resep Apotek Atrika

71 62 Lampiran 11. Etiket Apotek Atrika Etiket Obat Dalam Etiket Obat Luar

72

73 UNIVERSITAS INDONESIA PENURUNAN BERAT BADAN DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA JAYA, S.Farm ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI - PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK DESEMBER 2011

74 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Obesitas Penyebab Kegemukan (Obesitas) Program Menurunkan Berat Badan Bahaya Penurunan Berat Badan yang Terlalu Cepat BAB 3 PEMBAHASAN BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

75 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kategori kegemukan... 3 iii

76 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Contoh resep obat penurun berat badan...15 iv

77 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Obat Penurun Berat Badan yang Beredar di Indonesia Lampiran 2. Algoritma Penanganan Obesitas v

78 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang, terutama perempuan, ingin langsing dan memiliki berat badan ideal. Tidak mengherankan jika obesitas menjadi masalah serius bagi setiap orang. Obesitas yang menyebabkan penampilan tidak seimbang sering menjadi permasalahan citra diri yang berdampak pada perlakuan sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu, obesitas juga merupakan faktor risiko bagi timbulnya berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit hormonal, gangguan hati (sirosis dan gagal hati), kanker, gangguan reproduksi, dan gangguan tidur (Mumpuni dan Wulandari, 2010). Obesitas terjadi karena adanya penumpukan (akumulasi) jaringan lemak di dalam tubuh secara berlebihan. Akumulasi jaringan lemak menimbulkan peningkatan berat badan yang jauh di atas normal. Berbagai faktor secara kompleks mempunyai peran terhadap timbulnya obesitas pada seseorang. Ada yang sejak lahir telah berpotensi untuk menjadi gemuk, tetapi faktor perilaku dan lingkungan juga mempunyai peran yang kuat untuk menimbulkan obesitas (Wargahadibrata, 2011). Berbagai cara dilakukan agar memperoleh bentuk tubuh yang langsing, seperti menjalani program diet, menggunakan alat pelangsing tubuh, dan meminum obat pelangsing. Obesitas timbul dalam kurun waktu tertentu sehingga penanganannya tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Namun, hanya sedikit orang yang meyadari hal tersebut. Banyak orang memilih cara-cara yang ekstrim untuk menurunkan berat badannya dengan cepat tanpa memikirkan efek samping yang mungkin terjadi, misalnya dengan mengurangi asupan makanan secara berlebihan dan meminum obat-obatan pelangsing di pasaran tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi. Pada akhirnya yang diperoleh bukan langsing melainkan gangguan kesehatan (Febry, 2011). 1

79 2 Pada laporan ini dibahas mengenai cara menurunkan berat badan yang baik, bahaya penggunaan obat-obatan penurun berat badan, serta bahaya penurunan berat badan yang terlalu cepat/ekstrim. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu: a. Memberikan informasi mengenai cara menurunkan berat badan yang efektif dan aman. b. Memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan obat-obatan penurun berat badan. c. Memberikan informasi mengenai bahaya penurunan berat badan yang terlalu ekstrim.

80 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Obesitas Secara umum obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Pada kondisi normal, lemak tubuh berfungsi sebagai cadangan energi, pengatur suhu tubuh, pelindung terhadap benturan, dan fungsi-fungsi lainnya. Namun, bila lemak tubuh tersebut berlebih, maka lemak akan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan lemak. Bila hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat menimbulkan obesitas (Wargahadibrata, 2011). Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). berat badan (kg) IMT = (tinggi badan (m)) 2 Tabel 2.1 Kategori kegemukan No. IMT Klasifikasi 1 < 18,5 Kurus (kurang) 2 18,5 22,9 Normal (ideal) ,9 Kelebihan (overweight) ,9 Kegemukan (obesitas) tingkat I ,9 Kegemukan (obesitas) tingkat II 6 > 40 Kegemukan (obesitas) tingkat III Semakin tinggi nilai IMT semakin tinggi pula risiko seseorang menderita beberapa penyakit terkait obesitas. Obesitas tidak terjadi secara instan, tetapi perlahan-lahan berdasarkan jumlah cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut tidak digunakan untuk beraktivitas. Tidak adanya aktivitas menyebabkan tidak ada pembakaran kalori dan cadangan lemak akan terus bertambah seiring bertambahnya lemak di dalam tubuh (Mumpuni dan Wulandari, 2010). 3

81 4 2.2 Penyebab Kegemukan (Obesitas) Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak daripada yang diperlukan oleh tubuh. Namun, ada berbagai macam faktor lain yang menyebabkan terjadinya kegemukan, yaitu: a. Faktor genetik Kegemukan cenderung diturunkan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan mencakup perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya. c. Faktor pola makan Terlalu banyak makan akan menyebabkan penambahan berat badan, terutama jika makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak dan gula, misalnya makanan siap saji, makanan yang digoreng, dan manisan. Selain itu, konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, seperti gula, fruktosa, minuman ringan, dan bir akan menyebabkan penambahan berat badan karena karbohidrat jenis ini lebih mudah diserap oleh tubuh. d. Faktor psikis Ada dua pola makan abnormal yang dapat menyebabkan kegemukan yang biasanya dipicu oleh stres, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari. e. Faktor kesehatan Beberapa penyakit dapat menyebabkan kegemukan, antara lain hipotiroid dan resistensi insulin. Selain itu, beberapa obat-obatan juga dapat memicu kegemukan, seperti beberapa antidepresi, antikonvulsi, antidiabetes, kontrasepsi oral, antihipertensi, dan kortikosteroid (Mumpuni dan Wulandari, 2010). 2.3 Program Menurunkan Berat Badan Ada dua jenis terapi untuk menurunkan berat badan, nonfarmakologi dan terapi farmakologi. yaitu terapi

82 Terapi Nonfarmakologi Terapi nonfarmakologi meliputi perubahan gaya hidup, seperti perbaikan asupan makanan, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku Perbaikan Asupan Makanan Asupan makanan rendah kalori sangat berguna dalam program penurunan berat badan pada penderita kelebihan berat badan dan obesitas. Jumlah asupan makanan dikurangi perlahan. Penurunan kalori yang terlalu cepat tidak akan memberikan efek penurunan berat badan yang tahan lama karena pasien akan lebih sulit untuk mempertahankan pola makannya. Konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak harus seimbang. Penderita kelebihan berat badan maupun obesitas sebaiknya melakukan konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan asupan makanan yang tepat dan seimbang Peningkatan Aktivitas Fisik Menjaga asupan makanan yang diiringi dengan rutin melakukan aktivitas fisik (olahraga) akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih maksimal. Aktivitas fisik dapat membantu untuk mencegah kenaikan kembali berat badan dan mengurangi risiko timbulnya penyakit (Burns, et al., 2008). Terdapat berbagai jenis olahraga yang efektif dilakukan untuk menurunkan berat badan. Melakukan aktivitas olahraga berikut ini dapat membakar lebih kurang 150 kalori energi per hari: a. bermain voli selama menit b. jalan cepat selama 35 menit Jalan kaki dapat meningkatkan efisiensi kerja jantung dan paru-paru. Selain mendukung program penurunan berat badan, aktivitas ini mampu mengencangkan otot kaki, pinggul, pantat, dan perut. c. bermain basket selama menit d. bersepeda dengan kecepatan 16 km/jam selama 30 menit e. berenang selama 20 menit Renang termasuk salah satu olahraga yang efektif membakar kalori. Olahraga air ini juga sangat baik untuk seluruh bagian tubuh karena membuat hampir seluruh otot bekerja. f. lompat tali selama 15 menit

83 6 g. berlari dengan kecepatan 10 km/jam selama 15 menit Olahraga lari tidak selalu cocok bagi semua orang, seperti bagi penderita penyakit jantung atau paru-paru. Intensitas latihan dapat ditingkatkan secara bertahap. Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebaiknya dilakukan untuk mengetahui pilihan olahraga yang tepat dan tidak membahayakan kesehatan (Burns, et al., 2008; Febry, 2011). Selain olahraga tersebut di atas, terdapat jenis olahraga lain yang dapat membantu penurunan berat badan, yaitu: a. Senam aerobik Olahraga ini juga efektif mengurangi berat badan karena mampu membakar banyak kalori berlebih. Umumnya senam aerobik dilakukan selama satu jam. Hasil penurunan berat badan untuk tiap orang berbeda-beda tergantung seberapa tinggi aktivitas yang dilakukan saat aerobik. b. Angkat beban Latihan angkat beban terbukti meningkatkan metabolisme tubuh sehingga dapat membantu proses penurunan berat badan. Sesi latihan sebaiknya tidak lebih dari satu jam. c. Yoga Yoga terbukti efektif dalam menjaga kesehatan dan menurunkan berat badan. Senam yoga memiliki beberapa manfaat, antara lain melatih pernapasan, memperlancar peredaran darah, membakar lemak berlebih (mengurangi berat badan), serta mengencangkan lengan, kaki, dan bokong. Senam yoga sebaiknya dilaksanakan secara rutin dan teratur. Olahraga dapat dilakukan kapan pun tetapi ada waktu-waktu tertentu yang harus diperhatikan untuk membakar lemak dengan lebih cepat. Ada olahraga yang sebaiknya dilakukan pada pagi hari, namun ada pula olahraga yang baik dilakukan pada sore hari. Olahraga yang baik dilakukan pada pagi hari adalah senam aerobik, renang, lari, jalan kaki, atau yoga, yaitu dengan durasi sekitar menit. Pada pagi hari biasanya perut masih dalam keadaan kosong (kadar gulanya rendah). Hal ini mendukung proses pelangsingan karena yang dibakar adalah lemak, bukan makanan. Lemak merupakan tenaga cadangan. Tenaga cadangan akan dipakai saat

84 7 tenaga utama sudah kosong sehingga untuk membakar lemak dianjurkan untuk melakukan olahraga saat perut kosong dan gula darah rendah. Cara yang paling optimal untuk membakar lemak pada sore hari adalah dengan latihan beban selama 45 menit. Hal ini berguna untuk membakar karbohidrat yang telah dikonsumsi seharian. Kemudian, latihan beban tersebut diakhiri dengan olahraga lain, misalnya yoga, renang, dan treadmill. Dengan pengaturan waktu olahraga secara tepat, berat badan ideal akan diperoleh secara cepat dan efektif (Febry, 2011) Perubahan Perilaku Ketidakpatuhan terhadap perubahan gaya hidup dapat mengakibatkan kegagalan penurunan berat badan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan perilaku agar memperoleh keuntungan yang maksimal dari proses penurunan berat badan yang meliputi perbaikan asupan makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Pasien harus memiliki motivasi yang kuat dalam menjalankan program penurunan berat badan. Komunikasi antara pasien dengan konsultan kesehatan harus terjaga dengan baik (Burns, et al., 2008) Terapi Farmakologi Terdapat dua golongan obat yang dapat diresepkan dokter untuk tujuan terapi adjuvan dalam penanganan obesitas, yaitu: a. obat yang bekerja lokal, yaitu obat yang bekerja di usus dengan cara menghambat penyerapan zat gizi seperti lemak. Obat yang termasuk golongan ini adalah orlistat. Orlistat menghambat kerja enzim lipase pankreas sehingga tidak terjadi hidrolisis trigliserida makanan menjadi asam lemak bebas dan monogliserida yang dapat diabsorpsi. Trigliserida yang utuh tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh. Penyerapan lemak pun berkurang sehingga total asupan kalori dari lemak pun berkurang. Hal tersebut berdampak positif pada pengaturan berat badan (Wargahadibrata, 2011). Orlistat yang dikombinasikan dengan diet rendah kalori diindikasikan untuk pengobatan pasien obesitas dengan indeks massa tubuh (IMT) 30 kg/m 2 atau pasien dengan IMT >28 kg/m 2 dengan faktor risiko penyerta. Pengobatan

85 8 dengan orlistat sebaiknya dihentikan setelah 12 minggu jika pasien tidak dapat mencapai penurunan berat sedikitnya 5% dari berat badan saat memulai pengobatan (Xenical Division, 2007). Pada dosis 120 mg tiga kali sehari, orlistat dapat mengurangi penyerapan lemak hingga 30%. Orlistat diminum setiap kali makan (saat makan atau hingga 1 jam setelah makan). Jika tidak makan atau makanan tidak mengandung lemak, orlistat tidak boleh diberikan. Orlistat biasanya diresepkan untuk dua minggu dan dapat kembali dikonsumsi setelah jeda beberapa waktu. Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa orlistat yang dikombinasikan dengan asupan rendah kalori menghasilkan penurunan berat badan 6-10% dalam setahun. Kemungkinan kenaikan berat badan kembali pun kecil (Hofbauer et al., 2004). Efek samping orlistat yaitu dapat menimbulkan: 1) gangguan penyerapan makanan, termasuk penyerapan vitamin A, D, E, dan K (vitamin yang larut dalam lemak) 2) keluhan diare karena gerakan usus meningkat 3) tidak nyaman saat buang air besar karena feses berminyak 4) flatus bersama dengan kotoran (Wargahadibrata, 2011 dan Xenical Division, 2007) b. Obat yang bekerja sentral, yaitu bekerja di saraf pusat dengan cara menekan nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang. Obat golongan ini digunakan untuk menolong pasien dalam menjalankan diet rendah kalori. Keberhasilan dalam menurunkan berat badan bergantung pada kepatuhan pasien dalam menjalankan diet yang ketat dan terus-menerus. 1) Sibutramin Sibutramin bekerja dengan cara menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Dengan pengawasan dokter, sibutramin digunakan sebagai terapi tambahan dalam program penurunan berat badan pada pasien obesitas dengan IMT 30 kg/m 2 atau pada pasien kelebihan berat badan dengan IMT 27 kg/m 2 yang memiliki faktor risiko

86 9 yang terkait dengan obesitas. Penggunaan obat ini hanya perlu dipertimbangkan jika upaya diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup tidak berhasil. Dosis awal sibutramin adalah 10 mg per hari pada pagi hari dan dapat ditelan dengan atau tanpa makanan. Pada pasien dengan respon penurunan berat badan kurang dari 2 kg setelah empat minggu pemberian obat, dosis dapat ditingkatkan menjadi 15 mg per hari. Pemberian obat harus dihentikan bila dengan dosis 15 mg respon pasien tetap tidak memadai. Efek samping yang dapat timbul dari penggunaan sibutramin adalah peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung berdebar), peningkatan tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu makan, konstipasi, mulut kering, gangguan pada alat perasa, vasodilatasi, insomnia, pusing, dan berkeringat (Badan POM RI, 2006). Hasil studi terbaru menunjukkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular pada penggunaan sibutramin jangka panjang. Dengan adanya informasi aspek keamanan tersebut, Badan POM RI telah melakukan pembatalan izin edar dan penarikan produk obat yang mengandung sibutramin terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2010 (Badan POM RI, 2010). 2) Dietilpropion Dietilpropion bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf pusat dan menekan nafsu makan. Obat ini diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek diiringi dengan pengurangan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik pada pasien obesitas dengan IMT 30 kg/m 2 (Hofbauer, et al., 2004; Burns, et al., 2008). Penggunaan dietilpropion selama lebih dari tiga bulan dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi pulmonari. Efek samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini yaitu sakit kepala, insomnia, gelisah, cemas, euforia, tremor, depresi, mengantuk, midriasis, pandangan kabur, ruam, rambut rontok, dan nyeri otot. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan kejang, takikardia, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, mulut

87 10 kering, gangguan perut, konstipasi, diare, mual, muntah, gangguan menstruasi, impotensi atau perubahan libido, ginekomastia, dan leukopenia. Obat ini dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi, aterosklerosis, hipertiroid, dan glukoma (Burns, et al., 2008; McEvoy, et al., 2002). Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 25 mg tiga kali sehari satu jam sebelum makan atau 75 mg sekali dalam sehari pada pagi hari untuk sediaan pelepasan terkendali. Jika terjadi toleransi terhadap efek anoreksiknya, maka pemakaian obat sebaiknya dihentikan. Peningkatan dosis sebaiknya dihindari. Untuk mengurangi risiko ketergantungan, dietilpropion sebaiknya tidak dikonsumsi selama beberapa minggu berturut-turut. Dietilpropion biasanya diresepkan untuk dua minggu dan dapat kembali dikonsumsi setelah jeda beberapa waktu (Sweetman, 2009). 3) Benzfetamin Benzfetamin bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf pusat dan menekan nafsu makan (Hofbauer, et al., 2004). Efek samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan efek samping penggunaan dietilpropion. Dosis awal penggunaan obat ini adalah mg sekali sehari pada pagi atau siang hari dan jika diperlukan (misalnya terjadi tolerasi terhadap efek anoreksiknya) dapat ditingkatkan menjadi mg hingga tiga kali sehari. Obat ini tidak diindikasikan untuk pemakaian jangka panjang (McEvoy, et al., 2002; Sweetman, 2009). FDA (Food and Drug Administration) telah melarang penggunaan obat ini (Burns, et al., 2008). 4) Fentermin Fentermin mengurangi asupan jumlah makanan dengan meningkatkan pelepasan norepinefrin dan dopamin pada sistem saraf pusat. Obat ini diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek sebagai terapi tambahan bagi pasien dengan IMT 30 kg/m 2 atau IMT 27 kg/m 2 dengan faktor risiko penyerta yang sedang menerapkan perubahan gaya gidup. Efek

88 11 samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan efek samping penggunaan dietilpropion (Burns, et al., 2008). Dosis pemakaian obat ini untuk orang dewasa adalah 8 mg tiga kali sehari diberikan 30 menit sebelum makan. Fentermin dalam bentuk sediaan pelepasan terkendali dapat diberikan mg atau 15-37,5 mg sekali sehari pada pagi hari sebelum sarapan (McEvoy, et al., 2002). 5) Fendimetrazin Fendimetrazin bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf pusat dan menekan nafsu makan (Hofbauer, et al., 2004). Efek samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan efek samping penggunaan dietilpropion Dosis pemakaian obat ini untuk orang dewasa adalah 35 mg 2-3 kali sehari diberikan satu jam sebelum makan. Dosis dapat disesuaikan terhadap respon individu dan terjadinya toleransi menjadi 17,5 mg dua kali sehari hingga maksimum 70 mg tiga kali sehari. Fendimetrazin 105 mg dalam bentuk sediaan pelepasan terkendali dapat diberikan sekali sehari pada pagi hari. Obat ini tidak diindikasikan untuk pemakaian jangka panjang (McEvoy, et al., 2002). Efikasi dari obat-obatan penekan nafsu makan dapat menurunkan berat badan minimal 5%. Fentermin, dietilpropion, benzfetamin, dan fendimetrazin memiliki potensi kecil untuk disalahgunakan. Obat-obatan tersebut disetujui penggunaannya sebagai antiobesitas oleh beberapa negara. Namun, badan regulator di negara-negara Eropa telah menarik semua anorektik dari pasaran. Obat yang bekerja secara sentral yang sudah tidak dapat digunakan untuk menangani obesitas adalah amfetamin, metamfetamin, mazindol, fenfluramin, dan fenilpropanolamin. Amfetamin dan metamfetamin ditarik dari peredaran karena sangat berpotensi untuk disalahgunakan dan juga dapat mengakibatkan anemia, penyakit jantung, gangguan jiwa (psikotik), pecahnya pembuluh darah otak, stroke, gagal jantung, dan bahkan meninggal pada penggunaan jangka panjang (Martono dan Joewana, 2008). Mazindol yang

89 12 bekerja dengan menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin ditarik karena meningkatkan termogenesis. Fenfluramin sebagai antiobesitas telah ditarik dari peredaran karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan katup jantung. Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita penderita obesitas dalam dosis besar (>75 mg sehari) ternyata meningkatkan kejadian stroke. Oleh karena itu, indikasi fenilpropanolamin untuk obesitas telah ditarik dan obat ini hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg sehari sebagai dekongestan (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, 2007; Hofbauer et al., 2004). 2.4 Bahaya Penurunan Berat Badan yang Terlalu Cepat Penurunan berat badan yang terlalu cepat dapat membahayakan kesehatan dan biasanya tidak bertahan lama sehingga sering menimbulkan terjadinya sindroma yoyo. Sindroma yoyo berbahaya karena mengganggu metabolisme dimana berat badan cepat turun, kemudian naik lagi, turun lagi, dan begitu seterusnya. Selain itu, sindroma tersebut dapat membuat penderita frustasi. Bila telah mengalami sindroma yoyo, maka suatu saat penurunan berat badan akan menjadi lebih sulit dilakukan. Penurunan berat badan yang dilakukan secara perlahan-lahan walaupun lambat tetapi bila dilakukan secara konsisten akan dapat menghasilkan penurunan berat badan yang lebih lestari dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Tujuan menurunkan berat badan adalah untuk sehat, bukan untuk menjadi sakit. Penurunan berat badan dengan cepat dapat terjadi karena diet yang sangat ketat atau melakukan aktivitas fisik yang berat secara ekstrim. Hal tersebut dapat menyebabkan: a. defisiensi energi dan nutrien b. dehidrasi (kekurangan cairan) c. anemia d. letargi (kelelahan, hilang gairah) e. nyeri kepala f. konstipasi g. tidak tahan terhadap cuaca dingin

90 13 h. kulit kering dan rambut rontok i. bengkak dan kram otot j. gangguan kesuburan, gangguan menstruasi, dan menopause dini k. ketosis akibat terlalu banyak pembakaran lemak l. asam urat meningkat m. terbentuknya batu empedu n. koma karena hipoglikemik (kadar gula rendah) (Wargahadibrata, 2011).

91 BAB 3 PEMBAHASAN Tubuh seseorang memerlukan kalori sebagai penggerak aktivitas seharihari. Kalori tersebut didapatkan dari makanan dan minuman yang dikonsumsi. Jika jumlah kalori yang masuk seimbang dengan yang digunakan oleh tubuh, maka tidak akan menjadi masalah. Namun, jika jumlah kalori yang masuk lebih besar daripada yang digunakan, maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Apabila cadangan tersebut menumpuk dalam jumlah yang berlebihan di dalam tubuh, maka akan menyebabkan obesitas. Bagi banyak orang obesitas merupakan hal yang mengganggu penampilan. Selain itu, obesitas juga diyakini sebagai faktor pencetus berbagai penyakit. Oleh karena itu, saat ini semakin banyak orang yang ingin menguruskan badannya demi kesehatan dan menunjang penampilan. Produk-produk pelangsing tubuh serta alat kesehatan yang menunjang penurunan berat badan semakin marak beredar. Banyak pabrik farmasi menjanjikan obat produksinya dapat menurunkan berat badan dengan cepat. Namun, pabrik-pabrik tersebut belum tentu mengantongi izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memproduksi dan mengedarkan obat-obatan tersebut sehingga khasiat, kualitas, dan keamanan obat tidak terjamin. Obat penurun berat badan yang beredar di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari beberapa obat yang beredar tersebut, tidak semua obat masih diizinkan dan aman untuk diberikan kepada pasien. Dengan demikian, masyarakat harus lebih waspada dalam menggunakan obat penurun berat badan. Cara menurunkan berat badan sebenarnya sederhana. Berdasarkan algoritma yang tertera pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa langkah awal penanganan obesitas adalah dengan mengubah pola makan dan menu makanan, meningkatkan aktivitas fisik, dan memperbaiki gaya hidup. Permasalahannya yaitu langkah tersebut sukar diterapkan. Jika langkah awal telah diterapkan namun tidak berhasil menurunkan berat badan hingga 5-10%, maka penggunaan obat dapat dipertimbangkan jika IMT 30 atau IMT 27 dengan faktor risiko. Obatobatan diresepkan oleh dokter dengan tujuan untuk mendukung program diet dan latihan fisik. Pemakaian obat harus ditindaklanjuti dengan kontrol (pengawasan 14

92 15 dari dokter), yaitu pada satu bulan pertama dan kemudian setiap tiga bulan. Jika penurunan berat badan < 5% setelah diberikan obat, maka pemakaian obat dihentikan dan ditindaklanjuti dengan cara penanganan yang lain, misalnya dengan mengganti atau mengkombinasikan obat. Jika penurunan berat badan 5%, maka pemakaian obat dilanjutkan. Penurunan dan pemeliharaan berat badan dipantau tiap bulan. Bila ternyata berat badan naik kembali, maka pemakaian obat dihentikan dan dipertimbangkan cara penanganan yang lain. Di Indonesia pilihan obat antiobesitas sangat sedikit. Dokter hanya dapat meresepkan dietilpropion (obat jangka pendek) dan orlistat (obat jangka panjang). Sibutramin yang dapat digunakan jangka panjang sudah dibekukan izin edarnya oleh BPOM karena hasil studi terbaru menunjukkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular pada penggunaan sibutramin jangka panjang (Dwinanda, 2010). Di Apotek Atrika hanya terdapat satu macam obat penurun berat badan, yaitu dietilpropion dengan merek dagang Apisate. Contoh resep obat penurun berat badan yang diterima oleh Apotek Atrika dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dalam penggunaannya, dietilpropion (Apisate) selalu dikombinasikan dengan penghambat sekresi asam lambung untuk mengurangi efek samping dietilpropion terhadap lambung. Gambar 3.1 Contoh resep obat penurun berat badan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot No.906, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kefarmasian. Puskesmas. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem No.671, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Izin. Pelaksanaan. Praktik Kedokteran. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2052/MENKES/PER/X/2011 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga meningkat. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PRAKTEK DOKTER, PRAKTEK PERAWAT, PRAKTEK BIDAN DAN PRAKTEK APOTEKER DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DENGAN

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REZA HERMAWAN SULISTOMO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang tidak dapat ditunda. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan

Lebih terperinci