UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker Benny Ismayandi, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 202 yang dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 14 Februari Kegiatan ini dilaksanakan untuk menambah pemahaman, pengetahuan dan keterampilan apoteker dalam dunia kerjanya. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah penulis terima, kiranya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Gunawan Rachmat Buana, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No. 202 sekaligus selaku pembimbing, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis; 2. Ibu Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis; 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia; 4. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013; 5. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia periode 21 Desember 2013 sampai dengan sekarang; 6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 202 atas segala keramahan dan bantuan yang diberikan; 7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan; 8. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran, semangat, dan doa; 9. Teman-teman apoteker angkatan 78 atas dukungan dan kerja samanya; vi

7 10. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis 2014 vii

8 viii

9 ABSTRAK Nama : Benny Ismayandi NPM : Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 202 Jl. Kejayaan Raya Blok XI No. 2 Depok II Timur Periode 2 Januari-14 Februari 2014 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma bertujuan agar mahasiswa mengetahui gambaran umum kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek serta mengetahui peran dan fungsi apoteker di apotek. Tugas khusus yang diberikan berjudul Kerasionalan Resep Obat Varises di Apotek Kimia Farma 202 dan 298 bertujuan untuk mengevaluasi kerasionalan resep obat varises berdasarkan pemilihan obat, dosis dan interaksi obat yang terjadi. Kata Kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Apotek Kimia Farma 202, Kerasionalan Resep Obat Varises Tugas Umum : xiii halaman, 6 gambar, 24 lampiran Tugas Khusus : iv + 17 halaman, 5 gambar, 6 tabel Daftar Acuan Tugas Umum : 14 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 12 ( ) ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tata Cara Pemberian Izin Apotek Persyaratan Apotek Tenaga Kerja Apotek Apoteker Pengelola Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika Pengadaan Persediaan Apotek Pengendalian Persediaan Apotek Penentuan Prioritas Pengadaan BAB 3. TINJAUAN UMUM PT KIMIA FARMA APOTEK PT. Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma Apotek x

11 BAB 4. TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO Lokasi Apotek Tata Ruang Apotek Struktur Organisasi dan Personil Apotek Kegiatan Apotek BAB 5. PEMBAHASAN BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Penandaan obat bebas Gambar 2.2. Label peringatan obat bebas terbatas Gambar 2.3. Penandaan obat bebas terbatas Gambar 2.4. Penandaan obat keras Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Gambar 2.6. Matriks analisa VEN-ABC xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh formulir APT Lampiran 2. Contoh formulir APT Lampiran 3. Contoh formulir APT Lampiran 4. Contoh formulir APT Lampiran 5. Contoh formulir APT Lampiran 6. Contoh formulir APT Lampiran 7. Contoh formulir APT Lampiran 8. Contoh formulir APT Lampiran 9. Berita Acara Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lampiran 10. Berita Acara Pemusnahan Resep Lampiran 11. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 12. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 13. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 14. Obat yang Dikeluarkan dari Daftar Obat Wajib Apotek Lampiran 15. Denah Apotek Kimia Farma Lampiran 16. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek, BM Bogor, dan Apotek Kimia Farma Lampiran 17. Etiket dan Label Apotek Kimia Farma Lampiran 18. Kemasan Obat Apotek Kimia Farma Lampiran 19. Copy Resep dan Bon Pengambilan Obat Apotek Kimia Farma Lampiran 20. Kuitansi Pembayaran Resep/Tunai Apotek Kimia Farma Lampiran 21. Kartu Stok Apotek Kimia Farma Lampiran 22. Surat Pesanan Narkotik dan Psikotropik Apotek Kimia Farma Lampiran 23. Faktur Apotek Kimia Farma Lampiran 24. SIPNAP xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan satu di antara unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan melalui pembangunan yang berkesinambungan. Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya kesehatan, yaitu setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Satu di antara sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan adalah apotek. Apotek merupakan satu diantara sarana penunjang kesehatan, turut berperan dalam mewujudkan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah sebagai sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang aman, bermutu, berkhasiat serta terjangkau harganya oleh masyarakat luas. Keberadaan apotek di lingkungan masyarakat ditujukan untuk menjamin tersedianya sediaan farmasi yang cukup bagi masyarakat. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker yang disebut Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apoteker berperan dalam pelaksanaan tugas profesional pelayanan kefarmasian di apotek. Selain itu apoteker juga berperan dalam hal manajerial dan retailer karena selain sebagai tempat dilakukannya tugas profesional, apotek juga merupakan suatu tempat bisnis. Oleh karena itu, apoteker di apotek tidak cukup dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki kemampuan memahami manajerial yang meliputi pengelolaan administrasi, persediaan, sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia. sehingga apotek mampu berjalan dengan baik dan memperoleh keuntungan. Dalam menjalankan perannya di apotek, apoteker dituntut untuk bekerja secara profesional. Dalam hal ini, apoteker juga harus memahami pengelolaan perbekalan farmasi apotek, manajemen apotek serta pelayanan kefarmasian 1 Universitas Indonesia

15 2 dengan patient-oriented. Mengingat akan pentingnya hal tersebut, maka Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang kali ini berlangsung dari tanggal 2 Januari - 14 Februari Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peranan, kegiatan manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek dengan mengikuti kegiatan yang ada di apotek. 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma bertujuan untuk: 1. Memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek. 2. Memahami cara pengelolaan Apotek dalam kegiatan teknis dan non teknis kefarmasian. Universitas Indonesia

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apotek Pengertian Apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker, sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai landasan hukum yang diatur dalam : a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. e. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 3 Universitas Indonesia

17 4 g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2003 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan fungsi apotek berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2009 adalah sebagai berikut: a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 2.4 Tata Cara Pemberian Izin Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat tertentu. Tata Cara Pemberian Izin Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 992/MENKES/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik pasal 7 adalah sebagai berikut: a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1 (Lampiran 1). Universitas Indonesia

18 5 b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3 (Lampiran 3). d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4 (Lampiran 4). e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5). f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6). g. Terhadap surat penundaan, sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Beberapa ketentuan lain yang terkait: a. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai Universitas Indonesia

19 6 dengan alasanalasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT- 7 (Lampiran 7). b. Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, dengan mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. 2) Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 2.5 Persyaratan Apotek Persyaratan apotek berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MENKES/PER/X/1993 pasal 6 yaitu : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Sebuah apotek yang akan didirikan harus memenuhi sejumlah persyaratan yaitu: a. Lokasi dan Tempat Lokasi apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat dan pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata APOTEK. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan Universitas Indonesia

20 7 pelayanan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang higienis dan faktor-faktor lainnya. b. Bangunan dan Kelengkapannya 1) Bangunan apotek Bangunan memiliki alamat apotek serta terdiri dari ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, ruang penyimpanan obat dan ruang kerja apoteker, serta toilet. 2) Kelengkapan Bangunan Apotek Bangunan apotek perlu dilengkapi dengan sumber air, sumber penerangan, alat pemadam, ventilasi, sanitasi, papan nama APA, serta billboard nama apotek. c. Perlengkapan Kerja Perlengkapan kerja di apotek meliputi: 1) Alat pengolahan atau peracikan, seperti batang pengaduk, cawan penguap, corong, gelas ukur, kompor/ pemanas, labu erlenmeyer, mortar-alu, penangas air, panci, spatel logam, spatel tanduk, spatel gelas, spatel porselen, termometer skala 100ºC, serta timbangan mg atau g ditambah anak timbangan (ditera). 2) Wadah berupa pot / botol, kertas perkamen, klip, dan kantong plastik serta etiket (putih dan biru). 3) Tempat penyimpanan: lemari/ rak obat, lemari narkotika, lemari psikotropika, kulkas, dan lemari bahan berbahaya. d. Perlengkapan Administrasi Perlengkapan administrasi seperti blanko surat pemesanan, faktur penjualan, nota penjualan, salinan resep, serta blanko laporan narkotika dan psikotropika; buku catatan pembelian dan catatan penjualan, catatan narkotika dan psikotropika, catatan racun dan bahan berbahaya, serta kartu stok obat. e. Kelengkapan Pustaka 1) Buku standar wajib: Farmakope edisi IV 1995 dan kumpulan peraturan/ UU; 2) Buku lainnya: MIMS, ISO, Farmakologi dan terapi Universitas Indonesia

21 8 2.6 Tenaga Kerja Apotek Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari: a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang namanya tercantum dalam Surat Izin Apoteker (SIA). b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek mendampingi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan apoteker. Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : 1) Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker. 2) Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang. 3) Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. 2.7 Apoteker Pengelola Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002, APA adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam mengajukan berkas permohonan SIA, ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi seorang apoteker untuk kemudian menjadi APA diantaranya: a. Fotokopi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA); b. Fotokopi KTP; c. Surat pernyataan APA, tentang tidak bekerja di perusahaan farmasi lain atau APA di apotek lain; d. Surat izin dari atasan langsung (untuk pegawai negeri dan ABRI); e. Fotokopi ijazah apoteker yang telah dilegalisir; f. Surat pernyataan kesanggupan menjadi APA. Setiap tenaga kefarmasian yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja. Universitas Indonesia

22 9 Surat izin bagi apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) disebut SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker). Seorang apoteker yang telah memiliki SIPA dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotik, atau puskesmas atau IFRS. Sedangkan untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi disebut Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55): a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin; c. Rekomendasi dari organisasi profesi. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 40): a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. APA memiliki beberapa fungsi penting di apotek, antara lain: a. Fungsi Pengabdian Profesi 1) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses penggunaan produk farmasi. 2) Memilih bentuk sediaan yang digunakan. Universitas Indonesia

23 10 3) Memilih dan menjamin penyediaan produk. 4) Menyediakan & menyerahkan sediaan farmasi untuk penggunaan masyarakat. 5) Memonitor kepatuhan penggunaan produk. 6) Memonitor interaksi & efek samping. 7) Mengontrol bagian peracikan. 8) Menyelenggarakan informasi tentang obat. 9) Mengontrol pelayanan R/ yang telah diserahkan kepada pasien. b. Fungsi Administratif 1) Memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan. 2) Membuat laporan dan surat-menyurat. 3) Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan aktiva apotek. c. Fungsi Kewirausahaan 1) Merencanakan & mengatur kebutuhan barang. 2) Mengatur & mengawasi penjualan. 3) Menentukan kebijakan harga. 4) Meningkatkan permintaan. 5) Memupuk hubungan baik dengan pelanggan. 6) Mencari pelanggan baru. 7) Mengadakan efisiensi dalam segala bidang. 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker APA yang berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping. Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 dan 24) yaitu: a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut Universitas Indonesia

24 11 tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIPA, dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. f. Penunjukkan Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. g. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus-menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut. 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek Pemberian, pembekuan, pencairan, dan pencabutan izin apotek wajib dilaporkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut SIA apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, Undang- Undang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. Universitas Indonesia

25 12 d. SIPA APA dicabut. e. PSA terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat. f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementeriaan Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a). Universitas Indonesia

26 Sediaan Farmasi Obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik termasuk dalam kategori sediaan farmasi. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, serta narkotik dan psikotropik Obat bebas Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut sebagai obat bebas. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contohnya adalah Parasetamol Gambar 2.1. Penandaan obat bebas Obat bebas terbatas Obat yang sebenarnya termasuk obat keras, tapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut sebagai obat bebas terbatas. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam (Gambar 2.3) Gambar 2.2. Label peringatan obat bebas terbatas Universitas Indonesia

27 14 Gambar 2.3. Penandaan obat bebas terbatas Obat keras daftar G Obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter disebut sebagai obat keras. Tanda pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna bulat merah dengan garis tepi hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat Harus dengan resep dokter. Gambar 2.4. Penandaan obat keras Obat Wajib Apotek Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter di apotek merupakan definisi dari obat wajib apotek. Hal tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pada tanggal 16 Juli 1990, Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.1. Kemudian, pada tanggal 23 Oktober 1993, Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Obat No.1. Pada tanggal 7 Oktober 1999, Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3, disertai lampiran obat yang dikeluarkan dari Daftar Obat Apotek Narkotika Berdasarkan UU nomor 35 tahun 2009, narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan Universitas Indonesia

28 15 kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Obat narkotika ditandai dengan palang medali berwarna merah (Gambar 2.5) Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika UU nomor 22 tahun 1997 telah menggolongkan narkotika menjadi 3 golongan. Kemudian sejak UU nomor 35 tahun 2009 berlaku, terdapat tambahan, dimana psikotropika golongan I dan II dimasukkan dalam narkotika golongan I. Golongan-golongan narkotika tersebut yaitu: a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya antara lain: tanaman Papaver somniferum L. (kecuali bijinya), tanaman koka, tanaman ganja, desmorfina, heroina, katinona, MDMA, dan lain-lain. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya antara lain: difenoksilat, fentanil, metadona, morfin, petidina, dan lain-lain. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya antara lain: kodeina, etilmorfina, dihidrokodeina, buprenorfina, dan lain-lain. Universitas Indonesia

29 Psikotropika Menurut Undang-undang nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Sebelum tahun 2009, psikotropika terbagi menjadi empat golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi. Contohnya psilosibin, dan lisergida. b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan sekobarbital. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya amobarbital, pentazosin, pentobarbital, dan siklobarbital. d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contohnya alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, dan fenobarbital. Sejak tahun 2009, psikotropika hanya terdiri dari dua golongan karena berlakunya Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dimana pada pasal 153 disebutkan bahwa psikotropika golongan I dan II diubah menjadi narkotika golongan I. Dengan demikian, psikotropik yang sebelumnya terdiri dari 4 golongan, sekarang hanya terdapat 2 golongan yaitu golongan III dan golongan IV. Universitas Indonesia

30 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pharmaceutical care (PC) atau pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk menjamin bahwa layanan kefarmasian yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi kualitas yang tepat, maka pelaksanaan PC sudah seharusnya mengikuti standar atau pedoman. Good Pharmacy Practice atau yang sering disingkat GPP merupakan sekumpulan pedoman bagi apoteker praktik tentang cara pelayanan kefarmasian yang baik di sarana pelayanan kefarmasian meliputi apotek, puskesmas, klinik dan rumah sakit. GPP berfungsi sebagai Pedoman bagi tenaga kefarmasian khususnya Apoteker dalam melaksanakan praktik kefarmasian sehingga dapat Melindungi masyarakat/pasien dari penggunaan obat yang tidak rasional. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care) Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1) Persyaratan administratif, seperti : nama, SIK, dan alamat dokter; tanggal penulisan resep, nama, alamat, umut, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian serta informasi lainnya. 2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain) b. Penyiapan obat Kegiatan penyiapan obat meliputi: 1) Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. 2) Etiket harus jelas dan dapat dibaca Universitas Indonesia

31 18 3) Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dan cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4) Penyerahan obat pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep dan penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5) Apoteker harus memenuhi informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6) Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Konseling terutama ditujukan untuk pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes melitus, TBC, asma dan lain-lain) 7) Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah pasien khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya disebut sebagai pelayanan resdensial (home care). Apoteker Universitas Indonesia

32 19 sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record) Swamedikasi Selain pelayanan resep, promosi & edukasi, pelayanan di apotek juga meliputi swamedikasi atau pengobatan sendiri. Menurut International Pharmaceutical Federation (FIP), swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala penyakit tanpa resep dokter. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit kepala, demam, atau flu. Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di masyarakat adalah: a. Faktor sosioekonomi Seiring makin tingginya tingkat pendidikan masyarakat serta makin mudahnya akses informasi, perhatian masyarakat akan kesehatan personal pun meningkat. Hal ini menyebabkan masyarakat makin mampu berpartisipasi langsung dalam mengambil keputusan untuk kesehatan personal. b. Gaya hidup Kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan dari perilaku tidak sehat seperti merokok dan makan sembarang makanan makin meningkat sehingga kesadaran masyarakat untuk mencegah penyakit dan menjaga kesehatan pun meningkat. Untuk itu, upaya yang dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit, sehingga obat-obatan yang dicari adalah obatobat bebas dan suplemen makanan atau suplemen kesehatan. c. Kemudahan akses Konsumen lebih memilih pelayanan kesehatan yang lebih murah, mudah dan cepat didapatkan seperti apotek atau toko obat dibandingkan harus mengantri dan mebayar mahal di klinik atau fasilitas kesehatan lain. d. Munculnya produk-produk baru Banyaknya produk kesehatan/obat-obat baru yang telah diperbaik efisiensi dan efektifitasnya, membuat masyarakat ingin mencoba produk-produk tersebut. Universitas Indonesia

33 20 Swamedikasi hanya diizinkan untuk golongan obat tertentu saja, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, dan Obat Wajib Apotek (OWA). Apabila setelah tiga hari pasien tidak sembuh, sebaiknya swamedikasi dihentikan dan segera memeriksakan diri ke dokter.. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Tidak dikontraindikasikan untuk wanita hamil, anak di bawah 2 tahun, dan orang tua di atas 65 tahun. 2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberi resiko pada kelanjutan penyakit. 3. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri Pengelolaan Narkotika Menurut Undang- Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika mendefinisikan narkotika sebagai suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam tiga golongan. Dimana golongan II dan III dapat digunakan untuk tujuan terapi maupun pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan golongan I hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Untuk menghindari penyalahgunaan narkotika maka dalam pengelolaannya narkotika bebeda dengan pengelolaan sediaan farmasi yang lain. Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi. Universitas Indonesia

34 Pengadaan Narkotika Dalam rangka mempermudah pengawasan penggunaan Narkotika di wilayah Indonesia maka Pemerintah menetapkan PT. Kimia Farma sebagai satusatunya perusahaan yang diizinkan untuk memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan narkotika di Indonesia. Oleh karena itu pemesanan narkotika ditujukan pada PT.Kimia Farma dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggung jawab Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek, tanggal dan nomor surat, alamat lengkap, dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Berdasarkan Permenkes Nomor 28/Menkes/Per/1978 pasal 5, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28/Menkes/Per/I/1978 dinyatakan bahwa: 1.) Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/1978 dan harus dikunci dengan baik. 2.) Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Universitas Indonesia

35 22 3.) Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa. 4.) Lemari khusus diletakkan di tempat aman dan tidak boleh terlihat oleh umum Pelayanan/ penyerahan Narkotika Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli Pelaporan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan dilakukan sebulan sekali sebelum tanggal 10 setiap bulannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Universitas Indonesia

36 Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandar (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang-Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat: a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika; c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek/ pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek. Universitas Indonesia

37 Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, dimana golongan II, III, dan IV dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan, sedangkan golongan I hanya digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, serta memberantas peredaran gelap psikotropika Pemesanan Psikotropika Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar farmasi (PBF). Pemesanan psikotropika tidak memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 12 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan resep. Satu lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri lebih dari satu jenis obat psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan atau peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari khusus Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apoteklain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter. Universitas Indonesia

38 Pelaporan Psikotropika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika wajib dibuatkan berita acara Pengadaan Persediaan Apotek Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut: a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun. b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya. c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat persediaan rendah. d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya, seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan. Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik Universitas Indonesia

39 26 setiap tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing. Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara: a. Pembelian kontan Pembelian kontan adalah pembelian di mana pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibeli dari distributor. b. Pembelian kredit Pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya sampai jatuh tempo. c. Konsinyasi (Titipan obat) Konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat dikembalikan pada pemiliknya Pengendalian Persediaan Apotek Persediaan barang dagangan apotek merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah apotek. Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien secara efektif dan efisien. Selain itu, pengendalian persediaan obat yang tepat memliki pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek. Parameter- parameter yang digunakan dalam pengendalian persediaan adalah konsumsi rata-rata, lead time, safety stock, persediaan minimum, persediaan maksimum, dan perputaran persediaan Konsumsi Rata-rata Permintaan (demand) adalah nama lain dari konsumsi rata-rata. Permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipanen. Walaupun Universitas Indonesia

40 27 banyaknya permintaan dapat diprediksi, barang dapat menjadi stok mati dapat terjadi apabila salah memperkirakan lead time barang tersebut Lead Time Waktu tenggang yang dibutuhan mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier yang telah ditentukan disebut sebagai lead time. Setiap suplier memiliki lead time yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada lead time adalah jarak antara suplier dengan apotek, jumlah pesanan, dan kondisi suplier (Quick, 1997) Buffer Stock (Safety stock) Persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-tiba (karena adanya wabah penyakit) disebut sebagai buffer stock, yang dapat dihitung dengan rumus : SS = LT x CA SS= Safety stock LT = Lead Time CA = Konsumsi rata-rata Persediaan Maksimum Jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia dikenal dengan istilah persediaan maksimum. Jika nilai persediaan maksimum ini telah dicapai maka kita tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang dapat menyebabkan kerugian Persediaan Minimum Jumlah persediaan terendah yang masih tersedia disebut sebagai persediaan minimum. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini, maka pemesanan langsung dilakukan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang Universitas Indonesia

41 28 yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok kosong Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Nama lain dari perputaran persedian ini adalah Inventory Turnover (ITOR). ITOR mengindikasikan efisiensi persediaan yang digunakan. Rasio ini mengukur seberapa cepat barang dibeli/ terjual, dan tergantikan. Dua keuntungan dari peningkatan ITOR yaitu menurunkan investasi persediaan untuk aktivitas di apotek dan mempercepat pengembalian investasi. Jika suatu barang memiliki angka perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving. Rumus untuk menghitung perputaran persediaan yaitu : Nilai ITOR tidak boleh terlalu tinggi atau rendah. Nilai ITOR yang paling ideal yaitu 12. Nilai ITOR ini menunjukan bahwa pada setiap bulan terjadi pertukaran barang. Nilai ITOR yang terlalu tinggi menunjukan bahwa terlalu sering terjadi kehabisan stok. Nilai ITOR = 30 mungkin dapat diterima bila apotek dapat memesan dan menerima barang dengan cepat dari suplier dan tidak ada keluhan kekurangan barang. Nilai ITOR yang terlalu rendah menunjukan bahwa terlalu sering terjadi kehabisan stok Jumlah Pesanan (Economic Order Quantity/ Economic Lot Size) Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus di bangun. Di apotek, jumlah persediaan yang harus ada adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal, dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya Universitas Indonesia

42 29 dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan. Merancang persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality (EOQ) : R = Jumlah kebutuhan dalam setahun P = Harga barang / unit S = Biaya memesan tiap kali pemesanan I = % Harga persediaan rata-rata Re Order Point (ROP/ Titik Pemesanan) Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama denga nol. Pada keadaan khusus (CITO), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan antara apotek dan suplier. Rumus perhitungan ROP: ROP = SS + LT ROP = Reorder point SS = Safety stock LT = Lead time 2.16 Penentuan Prioritas Pengadaan Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial) Suatu metode untuk mengelompokkan obat berdasarkan nilai kepentingan dan vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untuk pengobatan merupakan karakteristik dari metode analisis VEN. Semua jenis obat dalam daftar obat dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu: Universitas Indonesia

43 30 a. V (Vital) Kelompok obat yang berpotensi untuk menyelamatkan kehidupan (life saving drugs) atau untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan. Contoh: obat diabetes, hipertensi. b. E (Esensial) Kelompok obat yang efektif untuk obat-obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat. Oleh karena itu, obat-obat golongan ini adalah obat yang fastmoving. c. N (Non esensial) Kelompok obat yang digunakan untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak esensial, tidak digunakan untuk penyelamatan hidup maupun pengobatan penyakit terbanyak. Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin, suplemen dan lain-lain Analisis PARETO (ABC) Metode yang menggolongkan persediaan berdasarkan nilai persediaan (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan harga per unit) disebut analisis Pareto Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC: a. Kelas A : persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai penjualan, meskipun jumlahnya hanya sekitar % dari seluruh item. Kelas ini memiliki dampak biaya yang tinggi. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif. b. Kelas B : persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar % dari seluruh item. Pengendalian khusus dilakukan secara moderat. c. Kelas C : persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar % dari total nilai persediaan, tapi mewakili 5-10 % dari total penjualan. Pengendalian khusus dilakukan secara sederhana. Universitas Indonesia

44 Analisa VEN-ABC Mengkategorikan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya selama periode waktu tertentu. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan obat di mana anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan. Analisis VEN-ABC mengkombinasikan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisa menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut: V E N A VA EA NA B VB EB NB C VC EC NC Gambar 2.7. Matriks analisa VEN-ABC Matriks tersebut dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C harus tersedia. Tetapi kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat nonesensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Universitas Indonesia

45 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA 3.1 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Menurut sejarah perkembangan industri farmasi di Indonesia, perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Jumlah saham Kimia Farma yang terbesar dimiliki oleh pemerintah (90%) dan sisanya (10%) telah dilepas kepada masyarakat. Perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana setelah nasionalisasi. Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Berdasarkan SK Penguasa Perang Pusat No. Kpts/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No.58041/Kab/1958 dibentuk Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan Farmasi Belanda ). Berdasarkan Undangundang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi, yaitu PN Farmasi dan alat kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nurani Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung) dan PNF Sari Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Tahun 1967 sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, bahwa PNF Nurani Farma, PNF Bio Farma, PNF Radja Farma, PN Sari Husada, PN Bhineka Kina Farma, dan PNF Nakula Farma dilebur menjadi PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 16 Agustus 1971, Perusahaan Negara Farmasi Kimia 32 Universitas Indonesia

46 33 Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas, sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero). Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Apotek yang bergerak di bidang ritel farmasi dan PT Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek sampai saat ini telah memiliki 36 bisnis manajer dan 412 apotek yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan PT. Kimia Farma Trading & Distribution saat ini memiliki 3 wilayah pasar (Sumatra, DKI & Jawa Tengah, dan Jawa Timur & Indonesia Wilayah Timur), dan 35 kantor cabang Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Visi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis. Misi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang: 1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. 2. Perdagangan dan jaringan distribusi. 3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya. 4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan. Universitas Indonesia

47 Budaya Perusahaan Sejak tahun 2004 telah ditetapkan budaya perusahaan PRIMA yang mencakup aspek nilai diri dan nilai kerja, masih tetap relevan dengan visi misi Perseroan saat ini. Budaya perusahan tersebut adalah : 1. Profesionalisme Kesadaran dalam berpikir, berbicara dan bertindak dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh semangat, dan berbekal pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam situasi dan kondisi apapun disebut profesionalisme. 2. Kerjasama Bekerja dalam kebersamaan dalam langkah dan pikiran yang tercermin dalam kerjasama tim antar karyawan yang erat dan solid untuk mendapatkan hasil terbaik bagi perusahaan disebut kerjasama. 3. Integritas Sikap mental yang positif yang melandasi semangat dan antusiasme dalam bekerja secara professional disebut integritas. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk juga mempunyai motto perusahan yaitu I- CARE yang merupakan singkatan dari: 1. Innovative (I): memiliki budaya berpikir out of the box dan membangun produk unggulan. 2. Customer First (C): mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja atau mitra. 3. Accountability (A): bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh profesionalisme, integritas, dan kerjasama. 4. Responsibility (R): memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat sasaran, dan dapat diandalkan. 5. Eco Friendly (E): menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan. Universitas Indonesia

48 PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek merupakan anak perusahaan yang dibentuk oleh PT. Kimia Farma Tbk., untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan yang ada. PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk memperbesar penjualan maka PT Kimia Farma Apotek hingga April 2013 telah mengelola sebanyak 412 apotek yang tersebar diseluruh tanah air. Penambahan jumlah apotek yang terus dikembangkan merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas, di mana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani beberapa jenis pelayanan, yaitu penjualan langsung, pelayanan resep dokter, penyediaan, pelayanan praktek dokter, optik, dan pelayanan swalayan farmasi, serta pusat pelayanan informasi obat. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari Apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, di mana setiap Apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan pelayanan yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Universitas Indonesia

49 36 Saat ini, unit Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi pembelian/pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari Apotek Pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya Logo PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., yaitu matahari dengan jenis huruf italic seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Apotek Pengertian Logo PT. Kimia Farma Apotek Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: a. Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. b. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. c. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. Universitas Indonesia

50 37 d. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. e. Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi Jenis Huruf Logo PT. Kimia Farma Apotek Jenis huruf dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan citra yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada Sifat Huruf Logo PT. Kimia Farma Apotek Sifat huruf memiliki pengertian sebagai berikut: a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimism c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam konsep apotek jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 14 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui: 1. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya Universitas Indonesia

51 38 2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal 3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee- Based Income) Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang Direktur Utama yang membawahi dua direktur yaitu Direktur Operasional dan Direktur Keuangan, Umum & SDM, serta membawahi langsung Manajer Pengembangan Bisnis. Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut Bisnis Manajer (BM) dan Apotek Pelayanan. Bisnis Manajer membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Bisnis Manajer bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan penawaran dengan pemasok untuk memperoleh sumber barang dagangan yang lebih murah. Saat pelaksanaan PKPA terakhir penulis masih terdapat 36 Bisnis Unit yang membawahi 412 Apotek Kimia Farma di seluruh Indonesia. Tiap-tiap Bisnis Manajer membawahi sejumlah Apotek pelayanan yang berada di wilayah usahanya. Universitas Indonesia

52 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 Apotek Kimia Farma No. 202 merupakan salah satu unit usaha dari PT. Kimia Farma Apotek yang khusus bersifat pelayanan kepada masyarakat, yang tergabung dalam unit Business Manager Bogor yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No.30 Bogor. 4.1 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 202 terletak di Jalan Kejayaan Raya Blok XI No. 2, Depok II Timur. Lokasi apotek cukup strategis karena berada di daerah dekat perumahan penduduk, klinik dokter dan laboratorium klinik. Lokasi ini berada di jalan raya dua arah yang dilalui kendaraan cukup padat dan beberapa angkutan umum sehingga mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Di sekitar Apotek ada beberapa Apotek pesaing. Selain itu, apotek ini terdapat tempat praktek dokter yaitu spesialis anak, penyakit dalam, penyakit saraf, dan fisioterapi. 4.2 Tata Ruang Apotek Bangunan Apotek terdiri dari dua lantai. Pembagian ruangan pada lantai 1 antara lain ruang tunggu, tempat penyerahan resep dan pengambilan obat, swalayan farmasi, ruang peracikan, ruang APA, ruang praktek dokter dan kamar mandi/wc. Pada lantai 2 terdapat gudang tempat penyimpanan resep-resep yang kurang dari 3 tahun. a. Ruang Tunggu Tempat duduk yang nyaman dan dalam jumlah yang cukup banyak terdapat pada ruang tunggu. Disediakan pula koran-koran terbitan baru yang dapat pelanggan baca sambil menunggu penyiapan obat serta pendingin ruangan dan televisi untuk memberikan kenyamanan pada pelanggan. b. Tempat Penyerahan Resep dan Pengambilan Obat Pada tempat ini terdapat counter tempat penyerahan resep dan pengambilan obat yang dilengkapi 3 perangkat komputer dan berupa meja bentuk L setinggi dada orang dewasa. Tempat ini membatasi ruang dalam apotek dengan pelanggan. 39 Universitas Indonesia

53 40 c. Swalayan Farmasi Ruangan swalayan farmasi berada di tengah dari pintu masuk apotek. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi terdiri dari kategori obat bebas, obat tradisional, obat topikal, suplemen dan vitamin, produk susu, kosmetika, alat kesehatan dan aneka minuman. d. Ruang Peracikan Pada ruang peracikan terdapat 2 meja besar, di mana salah satunya digunakan untuk membaca resep, penyiapan obat, menulis etiket, menulis kuitansi, serta pemeriksaan kembali obat dan etiket oleh asisten apoteker yang sedang bertugas. Meja lainnya digunakan khusus untuk peracikan obat. Selain itu, pada ruang peracikan juga terdapat rak-rak obat, rak obat askes, serta lemari narkotika dan psikotropika yang berada pada lemari 2 pintu. Meja peracikan digunakan untuk peracikan obat-obatan. Obat dan bahan obat yang digunakan dalam peracikan diambil dari rak-rak obat yang telah ditata dan dipisahkan menurut efek farmakologis dan bentuk sediaan, serta disusun secara alfabetis. Di ruangan ini juga terdapat lemari pendingin untuk menyimpan sediaan yang membutuhkan suhu penyimpanan khusus, seperti suppositoria, ovula, insulin, dan sebagainya. e. Ruang APA Meja dan kursi, pendingin ruangan, 1 perangkat komputer dan wastafel terdapat dalam ruang APA. f. Ruang Praktek Dokter Terdapat 3 ruang praktek dokter yaitu dokter umum, spesialis anak dan penyakit dalam serta 1 ruang praktek fisioterapi. Masing-masing ruangan dilengkapi tempat tidur pasien, meja dan kursi serta pendingin ruangan dan wastafel di ruang praktek dokter. g. Gudang Ruang ini terdapat di lantai dua dan digunakan untuk menyimpan resepresep yang kurang dari 3 tahun. Universitas Indonesia

54 Struktur Organisasi dan Personil Apotek Struktur organisasi yang baik sangat penting agar kegiatan apotek dapat berjalan lancar, adanya hubungan koordinasi yang jelas antar personil, serta terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil. Apotek Kimia Farma No. 202 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manager yang terletak di Bogor. Sumber daya manusia di Apotek Kimia Farma No. 202 berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang APA, 8 orang asisten apoteker yang merangkap sebagai kasir, dan 1 orang juru racik. Dalam melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi 3 shift, yaitu shift pagi (pukul WIB), shift siang (pukul WIB), shift malam (pukul WIB). Shift tersebut berlaku pada hari Senin hingga Sabtu. Sedangkan untuk hari Minggu dan hari libur nasional, hanya ada 2 shift, yaitu shift pagi (pukul WIB) dan shift malam (pukul WIB). 4.4 Kegiatan Apotek Kegiatan Teknis Kefarmasian a. Pengadaan Apotek Kimia Farma No. 202 merupakan salah satu apotek pelayanan dari PT. Kimia Farma yang berdasarkan wilayahnya berada di bawah koordinasi dari BM Bogor. Pengadaan barang di apotek dilakukan dengan sistem Distribution Center (DC) melalui BM. Akan tetapi, pengadaan perbekalan farmasi yang sifatnya cito, diajukan dengan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) cito ke BM atau ke Apotek Kimia Farma lain yang masih dalam satu unit BM Bogor dengan cara menelpon terlebih dahulu. Sistem pengiriman barang oleh BM ke masing-masing apotek mengacu pada sistem informasi secara online untuk melihat stok dari masing-masing barang yang ada di apotek. Apotek Kimia Farma No. 202 menerima dropping dari BM setiap hari Senin dan Kamis. Pada hari Senin dan Kamis setiap minggunya, BM akan mengirimkan TXT BPBA ke Apotek untuk dilakukan pengeditan sesuai dengan kebutuhan apotek. TXT BPBA akan dikirimkan kembali ke BM pada hari Selasa dan Jumat setiap minggunya. Universitas Indonesia

55 42 Pada saat dropping barang dari BM, petugas penerima barang bertanggung jawab dalam mencocokkan barang yang diterima dengan faktur dan BPBA, dan bila telah sesuai maka dilakukan penandatanganan oleh petugas penerima barang. Petugas penerima barang memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan jumlah dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik, dan tanggal kedaluwarsa. Barang yang telah diterima kemudian disimpan sesuai ketentuan penyimpanan barang masing-masing. b. Penyimpanan dan Penataan Obat Obat disusun secara alfabetis dan dikelompokkan sesuai dengan efek farmakologis (antibiotik, analgesik antiinflamasi, susunan saraf pusat, pencernaan, antialergi, hormon, antidiabetes, jantung dan hipertensi, asam urat dan ginjal serta suplemen) dan bentuk sediaan obat (padat, semisolid, dan cairan). Selain itu, penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, narkotika, psikotropika, dan obat yang dijamin oleh PT. Askes yang kini menjadi BPJS. Obat generik disimpan pada bagian kiri depan ruang peracikan. Obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari 2 pintu tertutup di bagian atas ruang peracikan. Obat yang dijamin oleh PT. Askes yang kini menjadi BPJS Kesehatan dipisahkan dengan obat lain agar memudahkan dalam mempersiapkan obat dan tidak tercampur dengan obat lainnya. Selain itu, terdapat tempat khusus berupa lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu rendah, seperti supositoria, injeksi dan obat lain yang membutuhkan penyimpanan suhu rendah. Sediaan oral dalam bentuk larutan diletakkan pada rak tersendiri. Obat tetes dan sediaan semisolid juga diletakkan di tempat yang terpisah. Produkproduk, seperti alat kesehatan, suplemen dan vitamin, obat tradisional, obat bebas, obat bebas terbatas, obat topikal, produk bayi, dan kosmetik disusun pada rak swalayan secara alfabetis agar memudahkan pelanggan dalam memilih produk dan tertata secara rapi agar tampak menarik oleh konsumen. c. Penyimpanan Resep Setiap harinya resep non narkotik dan non psikotropik dikumpulkan menjadi satu untuk nantinya disatukan dengan resep lainnya selama 1 bulan sedangkan resep narkotik dan psikotropik dikumpulkan per bulan yang terpisah dengan resep non nanrkotik dan non psikotropik. Pada penyimpanannya, resep Universitas Indonesia

56 43 disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep per bulan untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan. Resep asuransi kesehatan dipisahkan dari resep lainnya.resep disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu tiga tahun. Setiap tiga tahun resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuat berita acara pemusnahan resep. d. Pengelolaan Narkotika 1. Pemesanan APA membuat pemesanan melalui Surat Pesanan (SP) narkotika N9. SP narkotika harus ditandatangani oleh APA. Satu rangkap SP narkotika hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma selaku distributor tunggal. Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. Surat Pesanan (SP) yang asli dan dua lembar salinan SP diserahkan ke PBF yang bersangkutan, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Badan POM. Sedangkan satu lembar SP disimpan sebagai arsip apotek. 2. Penerimaan Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib melakukan penerimaan narkotika oleh dari PBF. Kemudian APA akan menandatangani faktur tersebut setelah diperiksa kesesuaian dengan surat pesanan, yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. 3. Penyimpanan Obat-obat di Apotek Kimia Farma No. 202yang termasuk golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus dari bahan dasar kayu yang terkunci dengan baik. Lemari khusus narkotika di KF 202 ditempatkan dalam lemari 2 pintu yang terbuat dari bahan kayu dan tidak terlihat dari luar. Setiap obat narkotika dilengkapi kartu stok yang diletakkan dalam masing-masing rak obat dan dicantumkan tanggal kedaluwarsanya. 4. Pelayanan Apotek hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Resep narkotika yang iter dan pembelian obat narkotika tanpa resep dokter tidak akan dilayani oleh apotek. Universitas Indonesia

57 44 5. Pelaporan Penggunaan narkotika yang dilaporkan telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program sistem pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2013 oleh Kementerian Kesehatan RI. Sistem pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan (puskesmas, rumah sakit, dan apotek) ke Kementerian Kesehatan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Setiap unit pelayanan kesehatan memiliki username dan password agar dapat melakukan import data ke sistem. Pelaporan ini dilakukan setiap bulan. Pada form pelaporan, ada 39 item narkotika yang harus dilaporkan. Pelaporan ini dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 10 di setiap bulannya. e. Pengelolaan Psikotropika 1. Pemesanan Obat golongan psikotropika dipesan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu SP dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. SP dibuat tiga rangkap, 2 lembar diserahkan ke Dinas Kesehatan Propinsi dan Badan POM, serta 1 lembar SP disimpan sebagai arsip. 2. Penyimpanan Seperti halnya narkotika, obat golongan psikotropika juga disimpan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain. Di Apotek Kimia Farma 202 penyimpanan psikotropika dan narkotika dilakukan pada satu lemari. 3. Pelaporan Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan narkotika yaitu dengan import data laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Hanya saja pada form pelaporan, terdapat 163 item psikotropika yang penggunaannya harus dilaporkan. Universitas Indonesia

58 45 f. Stok Opname Kegiatan stok opname yaitu pemeriksaan apakah jumlah barang yang tersedia sama dengan jumlah barang yang tercatat pada kartu stok komputer. Stok opname dilakukan setiap tiga bulan yang dilakukan oleh asisten apoteker dibantu oleh petugas apotek yang lain dan seluruh kegiatan ini di bawah tanggung jawab APA. Tujuan dari stok opname ialah: 1. Menghitung jumlah fisik barang yang ada di stok untuk dicocokkan dengan data transaksi pada komputer. Hal ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kebocoran atau kehilangan barang dagangan atau obatobatan. 2. Mendata barang-barang yang kedaluwarsa atau mendekati waktu kedaluwarsa. 3. Barang-barang yang kedaluwarsa dipisahkan dari barang lain kemudian dibuat laporannya tersendiri. 4. Mendeteksi barang-barang slow moving dan fast moving serta mencari upaya yang sebaiknya dilakukan. g. Pelayanan Resep 1. Pelayanan Resep dengan Pembayaran Tunai Penjualan obat berdasarkan resep dokter yang ditebus pasien dengan cara membayar tunai disebut pelayanan resep dengan pembayaran tunai. Prosedur pelayanan resep ini diawali dengan penerimaan resep oleh asisten apoteker. Resep yang diterima diperiksa ketersediaan obat dan kelengkapan resep di apotek melalui komputer. Asisten apoteker akan menanyakan apakah resep akan ditebus semua atau sebagian dan menjumlahkan semua biaya yang harus dibayarkan pasien atas resep tersebut. Data pasien yang meliputi nama dan alamat dimasukkan ke dalam komputer. Penyiapan obat dilakukan setelah pasien melakukan pembayaran dan dikerjakan sesuai urutan nomor resep. Resep yang perlu dilakukan peracikan selanjutnya diserahkan kepada asisten apoteker di ruang peracikan. Setelah obat disiapkan kemudian dikemas dan diberi etiket. Pasien yang memerlukan kuitansi akan dibuatkan oleh asisten apoteker. Salinan resep dibuat bila resep tersebut Universitas Indonesia

59 46 perlu diulang atau iter, baru ditebus sebagian, atau atas permintaan pasien sendiri. Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat. 2. Pelayanan Resep dengan Pembayaran Kredit Pelayanan terhadap resep obat yang berasal dari suatu instansi atau perusahaan yang mengadakan kerjasama dengan apotek disebut Pelayanan resep dengan Pembayaran Kredit. Apotek Kimia Farma No. 202 Depok mengadakan kerjasama dengan PRB BPJS (Pelayanan Rujuk Balik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Penyakit Kronis (PPK-2 atau Rumah Sakit), PT. Inhealth, serta jejaring klinik BPJS. Untuk menebus obat, peserta jaminan kesehatan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman pemberian obat peserta jaminan kesehatan disesuaikan dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan jaminan kesehatan. Peserta BPJS menggunakan Fornas (Formularium Nasional) PRB dan Faskes tingkat 2, PT. Inhealth menggunakan Daftar Obat Inhealth (DOI), dan ex-peserta PT. Jamsostek menggunakan formularium Jamsostek. Apabila salah satu obat tidak masuk ke dalam pedoman yang telah ditetapkan, maka dilakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada pasien. Selanjutnya pasien memutuskan apakah bersedia membayar tunai obat di luar tanggungan atau mengganti obat dengan kandungan yang sama. Pada dasarnya, prosedur pelayanan resep dengan pembayaran kredit tidak berbeda dengan pembayaran tunai, kecuali pada pemberian harga dan cara pembayarannya. Pencatatan pelayanan resep kredit dilakukan secara harian. Pada saat penyerahan obat, pasien diminta menandatangani dan menuliskan nomor telepon pada lembar resep. h. Penjualan Produk Over The Counter (OTC) Alat kesehatan, suplemen dan vitamin, obat tradisional, obat bebas, obat bebas terbatas, obat topikal, produk bayi, dan kosmetik merupakan produk OTC. Asisten apoteker berperan dalam pemberian saran atas produk dan harga yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen serta memberikan informasi penting mengenai produk kepada konsumen. i. Pelayanan Informasi Obat Setiap kali petugas apotek menyerahkan obat kepada pasien dilakukan pelayanan informasi obat bertujuan agar pasien paham dengan penggunaan obat Universitas Indonesia

60 47 dan diharapkan pasien mematuhi instruksi masing-masing obat. Informasi yang diberikan meliputi nama obat, regimen dosis, cara pemakaian obat (untuk obatobat yang membutuhkan instruksi khusus), cara penyimpanan obat (bagi obat-obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus). Petugas juga memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. j. Swamedikasi Apoteker atau asisten apoteker dapat melakukan swamedikasi. Informasi mengenai pasien harus dikumpulkan untuk memilihkan obat yang tepat untuk pasien. Penggalian informasi mengenai pasien meliputi untuk siapa obat ini akan diberikan, keluhan yang dirasakan, tempat timbulnya gejala, kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya, sudah berapa lama gejala dirasakan, dan ada tidaknya gejala penyerta, pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan. Setelah informasi yang dikumpulkan dirasa cukup, Apoteker atau Asisten Apoteker akan memilihkan obat yang tepat sesuai dengan informasi yang diberikan pasien. Setelah dilakukan pembayaran, obat kemudian diserahkan kepada pasien dengan disertai pemberian informasi obat. Pasien juga diinformasikan bahwa bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari, pasien segera menghubungi dokter Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi pencatatan administrasi harian apotek yang dilakukan oleh asisten apoteker. Pelaksanaan kegiatan adminsitrasi di apotek dibagi menjadi administrasi pembelian dan administrasi penjualan. Setiap selesai pergantian shift, asisten apoteker yang selesai bertugas akan menghitung uang perolehan, merapikan resep dan membuat laporan administrasi. Kemudian seorang asisten apoteker akan menyetorkan uang ke bank Mandiri terdekat untuk mentransfer uang ke rekening atas nama BM Bogor dimana rekening tersebut bersifat pasif. Semua Apotek Kimia Farma yang ada dalam unit BM Bogor termasuk Apotek Kimia Farma 202 harus mentransfer uang hasil omzet Apotek tersebut. Universitas Indonesia

61 BAB 5 PEMBAHASAN PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. merupakan satu diantara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki 2 (dua) anak perusahaan yaitu PT Kimia Farma Apotek yang bergerak di bidang ritel farmasi dan PT Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia Farma Apotek memiliki 36 unit bisnis dan 412 Apotek di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Apotek Kimia Farma No Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian, tempat dilakukan praktek kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat oleh Apoteker. Sebagai pengelola Apotek, Apoteker harus mempunyai kemampuan, baik dari segi pelayanan kefarmasian maupun manajerial sehingga Apotek dapat berjalan dengan seimbang. Kegiatan manajerial yang dimaksud adalah perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pengawasan kegiatan yang berlangsung di Apotek. Apotek Kimia Farma No. 202 merupakan satu diantara Apotek pelayanan yang berada di bawah koordinasi Unit Bisnis Manager wilayah Bogor yang terletak di Jl. Kejayaan Raya Blok XI No. 2 Depok II Timur. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 202 ini dapat dikatakan berada di lokasi strategis karena berada pada kawasan padat penduduk, dilalui oleh lalu lintas dua arah dengan kendaraan yang cukup ramai, dekat dengan banyak klinik dokter serta banyak dilalui angkutan umum sehingga mudah dalam mengakses Apotek. Dengan demikian, lokasi Apotek ini memiliki potensi pasar yang cukup baik. Selain itu papan Apotek dengan ciri khas dan petunjuk arah Apotek yang berada di seberang jalan yang terlihat dari jauh dapat menarik konsumen untuk datang. Walaupun terdapat Apotek pesaing di daerah sekitar Apotek Kimia Farma 202 tetapi Apotek ini tetap ramai dikunjungi konsumen, karena ditunjang dengan adanya praktek dokter di dalam Apotek dan senantiasa selalu mampu menjaga hubungan baik dengan pelanggan tetap dengan menjamin ketersediaan obat. Halaman parkir cukup luas yang dapat memuat 3 mobil ditambah beberapa motor atau sepeda dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen yang menggunakan kendaraan. 48 Universitas Indonesia

62 49 Praktek dokter yang ada di Apotek Kimia Farma adalah dokter Spesialis anak, umum, penyakit dalam, syaraf dan praktek fisioterapi. Apotek memiliki 3 ruang praktek dokter dan 1 praktek fisioterapi. Jadwal dokter spesialis anak yaitu hari Senin hingga Jumat pada pukul WIB, dokter umum hari Senin hingga Jumat pukul WIB dan hari Sabtu pukul , dokter penyakit dalam hari Senin hingga Jumat pukul WIB sedangkan dokter syaraf dan fisioterapi berpraktek sesuai perjanjian dengan pasien. Praktek fisioterapi di Apotek ini melayani terapi uap dan terapi stroke. Tersedianya praktek dokter dan fisioterapis tersebut membuat jumlah resep yang diterima Apotek meningkat ditambah dengan banyaknya resep racikan untuk pasien anak sehingga biaya embalase yang diterima dapat meningkatkan pemasukan Apotek. Desain eksterior dan interior Apotek secara umum sudah cukup baik. Logo Kimia Farma Apotek pada bangunan bagian depan Apotek dan juga terdapat papan nama bertuliskan praktek dokter membuat Apotek mudah dikenali sehingga dapat menarik pelanggan. Desain interior Apotek dapat terlihat dari luar karena bangunan depan dibuat dengan kaca transparan yang besar sehingga menarik perhatian konsumen. Pintu masuk Apotek terdapat 2 pintu sehingga dapat memisahkan antara konsumen yang masuk dan keluar. Penataan ruangan secara umum sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya penataan ruang yang terpisah antara swalayan, ruang dokter, ruang tunggu pasien, penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan yang dilengkapi dengan bak cuci. Apotek dilengkapi dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup dan nyaman yang disebelahnya disediakan koran terbitan terbaru untuk dibaca, pendingin ruangan, pencahayaan yang baik, pengharum ruangan dan televisi yang menambah kenyamanan bagi pasien yang menunggu obat disiapkan. Selain itu disediakan juga kamar mandi/wc yang selalu bersih. Semua fasilitas yang disediakan ini dapat memberikan kenyamanan bagi pasien dimana dengan pelayanan yang baik dan fasilitas yang nyaman dapat membuat pasien untuk datang kembali membeli obat atau periksa di dokter praktek Apotek apabila sakit. Bagian dalam Apotek terdapat papan nama Apotek yang memuat nama Apotek, SIA, nama APA dan nomor SIPA APA. Hal ini tentu saja penting untuk meningkatkan eksistensi dari seorang Universitas Indonesia

63 50 Apoteker yang bertanggung jawab atas Apotek. Selain itu, diharapkan pengunjung yang datang akan mencari Apoteker untuk mendapatkan pelayanan kefarmasian. Apotek Kimia Farma No. 202 menerima dropping barang dari gudang BM setiap hari Senin dan Kamis. Sebelum dilakukan dropping, BM akan mengirimkan TXT BPBA ke Apotek yang dapat dilakukan pengeditan sesuai dengan kebutuhan Apotek. TXT BPBA akan dikirimkan kembali ke BM sehingga BM akan melakukan dropping barang sesuai TXT BPBA yang dikirim Apotek. Pengadaan barang yang sudah menggunakan sistem online ini dapat memudahkan proses pengadaan. Pengadaan dengan sistem distribution center (DC) ini memungkinkan BM dapat melakukan pembelian dalam jumlah besar yang memuat seluruh permintaan Apotek pelayanan, sehingga harga yang didapatkan dengan pembelian tersebut lebih murah. Disamping keuntungan tersebut, sistem ini kadang-kadang tidak dapat memenuhi kebutuhan aktual dari Apotek pelayanan karena tidak dilakukannya pengeditan atau penyesuaian TXT BPBA terhadap kebutuhan Apotek sesungguhnya. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya out of stock ataupun over stock karena dropping barang datang tidak sesuai kebutuhan apotek sesungguhnya. Proses penerimaan dropping barang dari BM yaitu ketika barang datang petugas penerima barang bertanggung jawab dalam mencocokkan barang yang diterima dengan faktur dan BPBA, dan bila telah sesuai maka dilakukan penandatanganan oleh petugas penerima barang. Petugas penerima barang memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan jumlah dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik, dan tanggal kadaluwarsa. Barang yang telah diterima kemudian disimpan sesuai tempat penyimpanan barang masing-masing. Petugas Apotek telah melakukan penerimaan barang dengan teliti dan cermat. Kurang teliti dan cermatnya petugas Apotek dalam mencocokkan barang dengan faktur dan BPBA akan berakibat out of stok apabila ternyata barang yang datang tidak sesuai dengan kebutuhan atau over stok apabila ternyata barang yang datang berlebih dari yang dibutuhkan. Permintaan narkotika dan psikotropika berbeda dengan obat lainnya. Permintaan narkotika harus menggunakan Surat Pesanan (SP) N9 rangkap empat. Satu buah SP hanya dapat memesan satu macam obat dan harus ditandatangani Universitas Indonesia

64 51 oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Sedangkan untuk psikotropika, permintaan barang harus menggunakan SP khusus rangkap tiga dan dalam satu buah SP dapat memesan beberapa jenis psikotropika dan harus ditandatangani oleh APA. Pemesanan narkotika dan psikotropika tidak termasuk ke dalam sistem DC melainkan langsung dilakukan secara mandiri oleh masing-masing Apotek pelayanan. Penyimpanan obat-obat di Apotek Kimia Farma No. 202 dilakukan berdasarkan kelompok tertentu seperti obat-obat generik, obat yang dijamin oleh PT. Askes yang kini menjadi BPJS Kesehatan, obat di ruang peracikan yang disusun berdasarkan farmakologis dan alfabetis, obat golongan psikotropika dan narkotika, obat yang disusun berdasarkan bentuk sediaan (obat suntik, sediaan cair, obat tetes oral, mata, hidung, telinga, dan inhaler), serta obat-obat yang penyimpanannya harus suhu rendah sehingga harus disimpan di dalam lemari es (suppositoria, ovula, insulin, dan sebagainya). Semua obat disusun berdasarkan kelompoknya masing-masing secara alfabetis untuk mempermudah pencarian sehingga dapat menyingkat waktu pelayanan dan pasien tidak menunggu terlalu lama, hanya saja ada beberapa obat yang memiliki dua atau lebih dosis namun disimpan di dalam satu kotak yang sama. Hal ini seharusnya dihindari karena akan memberikan kemungkinan salah pengambilan obat dengan dosisi yang salah. Kesalahan pengambilan dosis obat dapat menyebabkan subterapi ataupun toksisitas yang merupakan salah satu bentuk dari DRP (Drug Related Problem). Penyimpanan narkotika dan psikotropika dilakukan pada satu lemari dan letak lemari sudah sesuai karena terletak di dalam dan tidak terlihat dari luar namun tidak terkunci. Lemari penyimpanan tersebut seharusnya selalu terkunci dan kunci dipegang oleh salah satu petugas Apotek yang dikuasakan oleh APA untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Alat kesehatan, suplemen dan vitamin, obat tradisional, obat bebas, obat bebas terbatas, obat topikal, produk bayi, dan kosmetik disusun di swalayan farmasi berdasarkan kelompoknya secara alfabetis. Penataan obat dilakukan secara rapi dan tersusun baik sesuai kelompoknya sehingga eye catching. Setiap Universitas Indonesia

65 52 harinya letak barang-barang yang ada di swalayan dirapikan sehingga dapat menarik konsumen. Pencatatan keluar masuk barang sudah dilakukan secara komputerisasi. Hal ini mempermudah dalam pengontrolan stok obat dan kesesuaian antara jumlah fisik dengan jumlah obat pada stok di komputer. Pencatatan menggunakan kartu stok sudah tidak dilakukan lagi karena menulis di kartu stok akan memakan waktu lama dalam pelayanan, selain itu kemungkinan kartu stok hilang akan menyulitkan petugas dalam pengontrolan stok obat. Pencatatan narkotika dan psikotropika tetap dilakukan pada kartu stok, baik pada saat pengurangan jumlah obat maupun penambahan jumlah obat walaupun juga dilakukan secara komputerisasi. Kartu stok mencantumkan tanggal keluar masuk obat dan nama pasien yang menebus obat narkotik dan psikotropik. Ketidaksesuaian antara kartu stok dan fisik obat dapat menjadi penghambat dalam melakukan stok opname yang dilakukan setiap tiga bulan. Stok opname berfungsi untuk mengecek barang secara fisik apakah sesuai dengan jumlah yang ada di sistem komputer atau tidak. Penggunaan narkotika yang dilaporkan telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program sistem pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2013 oleh Kementerian Kesehatan RI. Pelaporan narkotika dan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 202 sudah dilakukan dengan baik dan teratur setiap bulannya oleh seorang petugas Apotek yang khusus menangani stok dan pelaporan narkotika dan psikotropika. Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan berdasarkan rekapitulasi jumlah pengeluaran yang tersedia di buku khusus pengeluaran narkotika dan psikotropika. Resep-resep yang memuat narkotika dan psikotropika dipisahkan dengan resep lain untuk mempermudah pengarsipan. Print out dari SIPNAP disimpan dan digabung dengan lembar resep narkotik dan psikotropik yang dilaporkan pada waktu itu. Proses administrasi di Apotek Kimia Farma No. 202 dilakukan secara komputerisasi untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan Apotek. Sistem komputer kasir mengharuskan petugas memasukkan alamat dan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi sebelum melakukan pencetakan struk pembayaran. Hal ini dilakukan untuk membantu Apotek dalam penelusuran jika Universitas Indonesia

66 53 terjadi masalah mengenai penggunaan obat dan sebagai arsip Apotek apabila sewaktu-waktu dibutuhkan pasien. Pelayanan resep kredit, Apotek Kimia Farma No. 202 bekerjasama dengan beberapa instansi yang terkait. Sistem pelayanan resep dapat dilakukan di seluruh Apotek Kimia Farma atau hanya di Apotek-Apotek Kimia Farma tertentu saja, tergantung dari kesepakatan antara instansi dengan Kimia Farma. Banyaknya pelayanan resep kredit sebenarnya menunjukkan bahwa Apotek tersebut cukup baik dalam pengembangan usaha. Tetapi apabila resep kredit yang diterima oleh Apotek semakin banyak, maka semakin besar pula modal Apotek yang tertahan dalam bentuk piutang. Apotek Kimia Farma No. 202 melakukan kerjasama dengan PRB BPJS (Pelayanan Rujuk Balik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) dan Penyakit Kronis (PPK-2 atau Rumah Sakit), PT. Inhealth, serta jejaring klinik BPJS. Kesulitan yang ada di lapangan adalah adanya sistem baru BPJS, walaupun BPJS Kesehatan merupakan pembaharuan dari PT Askes tetapi obat-obat yang di cover oleh BPJS berbeda dengan PT Askes sehingga petugas harus melihat buku panduan obat Fornas PRB dan Faskes tingkat 2 untuk melihat jenis obat apa saja yang tercover dalam resep. Beberapa obat yang awalnya dicover oleh PT Askes tetapi sekarang tidak dicover oleh BPJS seringkali membuat pasien menjadi kecewa dan terpaksa membayar obat yang tidak dicover tersebut. Disamping itu, sebagian besar pasien masih belum mengerti mengenai alur penebusan/pelayanan obat peserta BPJS sehingga banyak pasien yang belum bisa mendapatkan obat karena kurangnya persyaratan. Petugas apotek harus memberikan informasi mengenai sistem BPJS tersebut kepada pasien dimana upaya tersebut membutuhkan kesabaran dan seringkali menyita waktu yang cukup lama serta menghambat kegiatan pelayanan pasien lainnya. Obat yang habis dapat diusahakan dengan melakukan dropping dengan Apotek Kimia Farma terdekat ataupun langsung memesan kepada gudang BM Bogor sebagai pilihan terakhir melalui telepon. Jika persediaan obat habis pasien ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke rumah pasien oleh petugas Apotek tanpa harus menunggu. Jika persediaan obat membutuhkan waktu lama atau harus menunggu hingga besok maka pasien akan diberi Bon Universitas Indonesia

67 54 Pengambilan Obat dan mengambil obat sesuai waktu yang dijanjikan. Pelayanan ini dapat memuaskan pasien, karena Apotek sangat berusaha untuk mendapatkan obat yang dibutuhkan pasien. Apotek Kimia Farma 202 telah menerapkan dan melaksanakan SOP alur pelayanan resep dengan cukup baik. Petugas melakukan pengecekan ketersediaan obat terhadap resep yang akan ditebus pasien. Setelah memastikan ketersediaan obat di Apotek, petugas kemudian melakukan skrining resep dan menyelesaikan permasalahan yang ada pada resep tersebut. Skrining resep sering kali belum dilakukan secara tuntas karena keterbatasan waktu dan membludaknya jumlah pasien pada jam-jam tertentu. Petugas kemudian menghitung total biaya penebusan resep dan memberitahukan kepada pasien sebelum dilakukan dispensing obat. Struk pembelian akan dicetak jika pasien telah melakukan pembayaran untuk selanjutnya dilakukan dispensing obat. Struk pembelian yang direkatkan dengan resep memuat kolom-kolom yang mengharuskan petugas apotek membubuhkan paraf untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya (kolom HTKP) sampai akhir alur pelayanan resep. Setiap kegiatan di alur pelayanan resep secara umum telah diusahakan untuk dilakukan oleh petugas yang berbeda untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat yang telah disiapkan atau diracik kemudian diberi etiket dan dikemas, lalu diserahkan kepada pasien. Proses penyerahan obat dilakukan disertai pemberian informasi oleh petugas Apotek kepada pasien sambil dilakukan pemeriksaan mengenai kesesuaian obat yang telah disiapkan dengan resep dan struk pembelian serta pasien yang mengambil obat. Proses peracikan obat dilakukan di ruang peracikan dengan menggunakan lumpang dan alu atau menggunakan alat penghancur tablet. Pulvis kemudian dibungkus dengan kertas pembungkus yang disegel dengan mesin press SCI. Peracikan krim dan salep juga menggunakan lumpang dan alu. Banyaknya bahan ditimbang menggunakan timbangan. Pengemasannya menggunakan pot yang tersedia dalam berbagai ukuran. Untuk peracikan sediaan kapsul, pengisian masih dilakukan secara konvensional. Penambahan air pada sirup kering seperti antibiotika menggunakan gelas ukur, dimana air matang diukur sesuai jumlah yang dibutuhkan lalu dimasukkan dalam botol sirup kering dan dikocok. Peracikan, baik untuk pulvis dan sirup kering cukup sering dilakukan oleh Apotek Universitas Indonesia

68 55 mengingat terdapat praktek dokter anak. Secara umum alat dan bahan yang tersedia untuk peracikan obat cukup lengkap. Adanya wastafel di sebelah tempat peracikan memudahkan petugas untuk selalu mencuci tangan sebelum maupun sesudah peracikan dan membersihkan alat peracikan setelah digunakan. Komunikasi, informasi, dan edukasi di Apotek dilakukan oleh Asisten Apoteker setiap menyerahkan obat kepada pasien. KIE dilakukan oleh Asisten Apoteker dikarenakan adanya keterbatasan tenaga dan waktu Apoteker yang tersedia, serta tidak adanya ruangan khusus untuk melakukan pelayanan konseling. Akan tetapi, pelayanan masih terus bisa terlaksana karena pelanggan dapat bertanya langsung kepada asisten Apoteker yang ada di bagian administrasi mengenai obat. Petugas yang bekerja di bagian pelayanan atau penjualan secara umum telah melayani dengan ramah, selalu dimulai dengan sapaan Selamat datang di Apotek Kimia Farma dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan Terima kasih, semoga sehat selalu. Petugas juga bersikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan kepada konsumen. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus obat maka dicarikan obat dengan zat aktif atau khasiat sama dengan harga yang lebih terjangkau atau ditebus sebagian dulu. Keadaan tersebut perlu terus dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan petugas merupakan salah satu unsur pendorong untuk meningkatkan minat pelanggan untuk melakukan pembelian. Pemanfaatan sarana seperti genset dalam keadaan mati listrik sudah cukup baik. Apotek menghidupkan genset dan dalam beberapa waktu (sekitar 15 menit), listrik dapat menyala kembali. Antisipasi mati listrik ini dilakukan dengan kondisi komputer server yang tetap dapat hidup selama 15 menit. Hal ini membantu para asisten Apoteker yang bertugas karena semua harga ditentukan dalam sistem komputerisasi, sehingga apabila komputer atau listrik dalam kondisi padam, kegiatan pelayanan akan terhambat. Saat genset tidak dapat beroperasi, solusi lain yang dapat dilakukan adalah menanyakan harga lewat telepon ke Apotek Kimia Farma lain. Pemanfaatan genset dan line telepon sangat diperlukan dalam keadaan terdesak, sehingga kegiatan penjualan dapat tetap berjalan dengan lancar. Universitas Indonesia

69 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Apoteker yang melakukan pelayanan kefarmasian di apotek dengan kompetensi mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan profesional, mampu berkomunikasi dengan baik, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidispliner, mempunyai kemampuan dalam mengelola sumber daya secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. 2. Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek adalah engadaan, penyimpanan dan penataan obat, penyimpanan Resep, engelolaan narkotika, pengelolaan psikotropika dan pelayanan resep. sedangkan kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan di Apotek adalah pencatatan administrasi harian apotek. 6.2 Saran 1. Untuk kesesuaian jumlah dan jenis barang terhadap kebutuhan Apotek, perlu dilakukan perencanaan yang baik dari Apotek dan pendistribusian barang yang lebih teliti dari gudang BM. 2. Untuk mencegah kesalahan pengambilan, obat yang memiliki dua atau lebih potensi sebaiknya disimpan pada kotak yang berbeda. 3. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, lemari narkotika dan psikotropik sebaiknya selalu dalam keadaan terkunci dan kunci lemari dipegang oleh petugas apotek yang diberi kuasa. 4. Untuk menghindari penggunaan obat yang telah expired, dalam penyimpanan dan penyusunan obat sebaiknya lebih memperhatikan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). 5. Upaya pengarsipan resep apotek sebaiknya diperbaiki agar penelusuran resep dilakukan lebih mudah. 56 Universitas Indonesia

70 DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.1. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.2. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 925/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Perubahan Obat No.1. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta. 57

71 58 Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Republik Indonesia. (2002). Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Amandemen II. Jakarta. Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang- Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

72 LAMPIRAN 60

73 61 Lampiran 1 Contoh Formulir APT-1

74 62 (lanjutan)

75 63 Lampiran 2 Contoh Formulir APT-2

76 64 Lampiran 3 Contoh Formulir APT-3

77 65 (lanjutan)

78 66 (lanjutan)

79 67 (lanjutan)

80 68 (lanjutan)

81 69 (lanjutan)

82 70 Lampiran 4 Contoh Formulir APT-4

83 71 Lampiran 5 Contoh Formulir APT-5

84 72 (lanjutan)

85 73 (lanjutan)

86 74 Lampiran 6 Contoh Formulir APT-6

87 75 Lampiran 7 Contoh Formulir APT-7

88 76 Lampiran 8 Contoh Formulir APT-9

89 77 Lampiran 9 Berita Acara Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

90 78 (lanjutana)

91 79 (lanjutan)

92 80 (lanjutan)

93 81 (lanjutan)

94 82 (lanjutan)

95 83 Lampiran 10 Berita Acara Pemusnahan Resep

96 84 (lanjutan)

97 85 Lampiran 11 Daftar Obat Wajib Apotek No. 1

98 86 (lanjutan)

99 87 (lanjutan)

100 88 (lanjutan)

101 89 (lanjutan)

102 90 Lampiran 12 Daftar Obat Wajib Apotek No.2

103 91 Lampiran 13 Daftar Obat Wajib Apotek No.3

104 92 (lanjutan)

105 93 Lampiran 14 Obat yang Dikeluarkan dari Daftar Obat Wajib Apotek

106 94 (lanjutan)

107 95 Lampiran 15 Denah Apotek Kimia Farma 202

108 96 Lampiran 16 Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek, BM Bogor, dan Apotek Kimia Farma 202

109 97

110 98 Lampiran 17 Etiket dan Label Apotek Kimia Farma

111 99 Lampiran 18 Kemasan Obat Apotek Kimia Farma

112 100 Lampiran 19 Copy Resep dan Bon Pengambilan Obat Apotek Kimia Farma

113 101

114 102 Lampiran 20 Kuitansi Pembayaran Resep/Tunai Apotek Kimia Farma

115 103 Lampiran 21 Kartu Stok Apotek Kimia Farma

116 104 Lampiran 22 Surat Pesanan Narkotik dan Psikotropik Apotek Kimia Farma

117 105 Lampiran 23 Faktur Apotek Kimia Farma

118 106 Lampiran 24 SIPNAP

119 UNIVERSITAS INDONESIA KERASIONALAN RESEP OBAT VARISES DI APOTEK KIMIA FARMA 202 DAN 298 TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA 202 dan 208 Benny Ismayandi, S.Farm ANGKATAN LXXVIII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 i

120 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 1 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Etiologi Patofisiologi Diagnosis Terapi... 8 BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN Lokasi dan Waktu Metode Pengkajian Pengolahan Data... 9 BAB 4. KAJIAN RESEP DAN PEMBAHASAN Resep No Resep No Resep No BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

121 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Dinding vena... 3 Gambar 2.2 Perbandingan vena pada kaki normal dengan kaki varises... 5 Gambar 4.1 Resep no Gambar 4.2 Resep no Gambar 4.3 Resep no iii

122 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Kelengkapan administratif resep Tabel 4.2 Profil obat resep Tabel 4.3 Kelengkapan administratif resep Tabel 4.4 Profil obat resep Tabel 4.5 Kelengkapan administratif resep Tabel 4.6 Profil obat resep iv

123 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Varises kaki adalah penyakit yang dikenal berhubungan dengan kebiasaan hidup seseorang yang lebih banyak dalam posisi berdiri. Kejadian varises kaki meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Insiden tertinggi pada wanita adalah usia tahun sedangkan pada pria adalah usia tahun. Menurut kepustakaan disebutkan bahwa usia termasuk dalam golongan usia produktif. Dewasa ini varises kaki mulai mendapat perhatian masyarakat, karena dapat menimbulkan problem estetika yang mengganggu penampilan. Selain itu penderita juga menunjukkan adanya keluhan atau gejala yang mengganggu mulai dari rasa berat pada tungkai, rasa nyeri,sensasi terbakar, kejang otot betis serta pembengkaan ringan pada kaki. Pada kasus berat dapat terjadi edem tungkai permanen disertai pigmentasi, ulserasi, dan selulitis kambuhan. Keadaan ini menyebabkan ketidaknyamanan pada banyak penderita. Berdasarkan berbagai penelitian, hal ini berdampak sosial ekonomi akibat adanya penurunan produktivitas individu yang menderita, adanya penarikan diri serta kebutuhan perawatan medis yang terus menerus dan menimbulkan masalah dalam keluarga. Penanganan yang rasional diperlukan untuk mengatasi penyakit ini baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Untuk mengetahui rasionalitas dari peresepan varises, maka dilakukan pengkajian terhadap resep yang berisi obat yang diindikasikan untuk penyakit varises di apotek Kimia Farma No. 202 dan Tujuan Mengkaji kerasionalan terapi varises di apotek Kimia Farma No. 202 dan Universitas Indonesia

124 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Secara umum, varises didefinisikan sebagai kondisi pembuluh darah vena yang melebar dan berkelok-kelok akibat gangguan aliran darah, sedangkan varises kaki adalah varises yang terjadi pada vena superfisial tungkai bawah. Varises terjadi akibat ketidakmampuan katup vena dalam mengatur aliran darah, yang menyebabkan aliran darah ke jantung mengalami hambatan. Hal ini mengakibatkan terjadinya arus balik sebagian aliran darah dalam pembuluh darah vena, sehingga pembuluh darah vena melebar dan berkelok-kelok. 2.2 Etiologi Faktor penyebab varises kaki adalah : 1. Faktor keturunan Varises biasanya terjadi saat dewasa akibat perubahan hormon dan bertambahnya berat badan. Ditunjukkan dengan terjadinya penyakit yang sama pada beberapa anggota keluarga dan gambaran varises pada usia remaja, kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan. 2. Kehamilan Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil yang menyebabkan kaki semakin terbebani, akibatnya aliran darah dari kaki, tungkai, pangkal paha dan perut bagian bawah pun terhambat. 3. Kurang gerak Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal. 4. Faktor berdiri lama Berdiri terlalu lama membuat kaki terlalu berat menahan tubuh dan memperparah beban kerja pembuluh darah vena dalam mengalirkan darah. Pada posisi tersebut tekanan vena 10 kali lebih besar, sehingga vena akan teregang diluar batas kemampuan elastisitasnya sehingga terjadi inkompetensi pada katup. Bila pekerjaan mengharuskan banyak berdiri, usahakan untuk tidak berdiri dengan 2 Universitas Indonesia

125 3 posisi statis (diam), tapi tetap bergerak. Misalnya dengan berjalan di tempat, agar otot tungkai dapat terus bekerja memompa darah ke jantung. 5. Obesitas Hal ini dihubungkan dengan tekanan hidrostatik yang meningkat akibat peningkatan volume darah serta kecenderungan jeleknya struktur penyangga vena. 6. Faktor usia Pada usia lanjut insiden varises akan meningkat. Dinding vena menjadi lemah karena lamina elastic menjadi tipis dan atrofik bersama dengan adanya degenerasi otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis sehingga tonus otot menurun. Gambar 2.1 Dinding vena Menurut klasifikasi Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic (CEAP) VVTB (Varises Vena Tungkai Bawah) dibagi berdasarkan berat ringan manifestasi klinisnya, yaitu : a. Derajat 0 : tidak terlihat atau teraba tanda gangguan vena b. Derajat 1 : telangiektasis, vena retikular c. Derajat 2 : varises vena d. Derajat 3 : edem tanpa perubahan kulit e. Derajat 4 : perubahan kulit akibat gangguan vena (pigmentasi, dermatitis statis, lipodermatosklerosis) f. Derajat 5 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus yang sudah sembuh g. Derajat 6 : perubahan kulit seperti di atas dengan ulkus aktif Universitas Indonesia

126 4 2.3 Patofisiologi Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena superfisialis, vena profunda, dan vena perforantes (penghubung). Katup vena merupakan struktur penting dari sistem aliran vena, karena berfungsi mencegah refluks aliran darah vena tungkai. Katup vena bersama dengan kontraksi otot betis akan mengalirkan darah dari vena superfisialis ke profunda menuju jantung dengan melawan gaya gravitasi. (Jong W., 2005) Vena perforantes (penghubung) adalah vena yang menghubungkan vena superfisial ke vena profunda, yaitu dengan cara langsung menembus fasia (direct communicating vein). Vena ini mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah dari vena superfisial ke vena profunda. Bila katup ini tidak berfungsi (mengalami kegagalan) maka aliran darah akan terbalik sehingga tekanan vena superfisial makin tinggi dan varises dengan mudah akan terbentuk (Faiz, 2004). Pada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah vena naik keatas dan masuk kedalam. Pertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena superfisialis kemudian dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya melewati katup vena ke vena profunda yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan paru. Vena superficial terletak suprafasial, sedangkan vena profunda terletak di dalam fasia dan otot. Vena perforate mengijinkan adanya aliran darah dari vena superfisial ke vena profunda. Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas melawan gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu mekanisme pompa otot. Pompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda sekitar 5 atm. Tekanan sebesar 5 atm tidak akan menimbulkan distensi pada vena profunda dan selain itu karena vena profunda terletak di dalam fasia yang mencegah distensi berlebihan. Tekanan dalam vena superficial normalnya sangat rendah, apabila mendapat paparan tekanan tinggi yang berlebihan akan menyebabkan distensi dan perunbahan bentuk menjadi berkelok-kelok. Patofisiologi terjadi VVTB pada dasarnya dibagi menjadi 4 faktor yang dapat saling tumpang tindih yaitu : (Jong W, 2005) a. Peningkatan tekanan vena profunda b. Inkompetensi katup primer Universitas Indonesia

127 5 c. Inkompetensi katup sekunder d. Kelemahan fasia Kontraksi otot-otot betis bisa menyebabkan tekanan vena profunda meningkat sampai 200 mm Hg atau lebih. Bila terjadi inkompetensi katup, maka tekanan tersebut dapat menyebabkan aliran darah berbalik dari v profunda ke v superfisial, sehingga setiap gerakan otot akan semakin menambah jumlah darah kearah v. profunda dan v. superfisial, akibatnya terjadi peningkatan tekanan vena dan gangguan mikrosirkulasi. Hipertensi vena kronis pada tungkai menyebabkan aliran tidak beraturan hingga terjadi dilatasi vena dan inkompetensi katup lebih lanjut. Katup yang lemah atau tidak berfungsi dapat merupakan faktor pencetus yang mengubah haemodinamik vena sehingga terjadi VVTB (Wolff K et al, 2008). Inkompetensi katup primer dapat terjadi karena kerusakan katup yang menetap, misal destruksi atau agenesis katup. Inkompetensi katup sekunder merupakan penyebab tersering VVTB, katup tersebut dapat normal tetapi menjadi inkompeten akibat pelebaran dinding vena atau karena destruksi paska trombosis vena profunda. Vena safena magna dan cabang-cabangnya merupakan tempat yang paling sering mengalami varises, sebab dinding vena superficial ini lemah. Vena safena magna hanya mempunyai sedikit jaringan penyangga berupa jaringan ikat, lemak subkutis, dan kulit sehingga tidak mampu menahan tekanan hidrostatik yang tinggi akibat gaya gravitasi. (Lew WK,2010) Gambar 2.2 Perbandingan vena pada kaki normal dengan kaki varises Universitas Indonesia

128 6 2.4 Diagnosis Sebelum melakukan pemeriksaan khusus pada penderita VVTB, pemeriksaan klinis tetap merupakan dasar penilaian medis. Evaluasi penderita VVTB dimulai dengan riwayat penyakitnya, meskipun saat ini teknologi dalam menentukan diagnosis kelainan vena sudah berkembang pesat. 1. Anamnesis Menurut Wolff K et al, 2008 dan Lew WK, 2010, secara garis besar, anamnesis yang penting ditanyakan pada pasien antara lain : a. Keluhan penderita yang terdiri atas keluhan rasa berat, rasa lelah, rasa nyeri, rasa panas / sensasi terbakar pada tungkai, kejang otot betis, bengkak serta keluhan kosmetik. b. Gejala dan perkembangan lesi adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengetahui keparahan penyakit dan perencanaan pengelolaan c. Faktor predisposisi d. Riwayat penyakit sistemik, pengobatan, dan tindakan medis/pembedahan sebelumnya 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik sistem vena cukup sulit. Di sebagian besar wilayah tubuh, sistem vena profunda tidak dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pemeriksaan sistem vena superfisial harus berfungsi sebagai panduan langsung ke sistem vena profunda. (Weiss R, 2010) a. Inspeksi Inspeksi tungkai dilakukan di bawah penyinaran yang cukup pada posisi eksorotasi tungkai dan pemeriksaan pada tungkai yang abduksi dari arah belakang akan membantu visualisasi VVTB. Perlu diperhatikan tanda kronisitas dan kelainan kulit seperti talengiektasis, dermatitis statis, edem, perdarahan, ulkus. b. Palpasi Daerah vena yang berkelok diraba untuk menilai ketegangan VVTB dan besarnya pelebaran vena. Universitas Indonesia

129 7 c. Perkusi Perkusi dilakukan untuk mengetahui keadaan katup vena superfisial. Caranya dengan mengetuk vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang yang menjalar sepanjang vena di bagian proksimal. d. Manuver Perthes Tes ini digunakan untuk penentuan berfungsinya sistem vena profunda. Penderita berdiri beberapa saat lalu dipasang ikatan elastis di bawah lutut untuk membendung vena superfisial. Kemudian penderita melakukan gerakan berjingkat beberapa kali agar otot-otot betis berkontraksi sehingga darah dipompa dari sinusoid vena otot dan vena sekitarnya. Bila vena yang terletak di distal dari ikatan kempis / kosong berarti katup-katup vena perforantes dan vena profunda berfungsi baik dan tidak ada sumbatan. Sebaliknya bila vena superfisial bertambah lebar berarti katup-katup tersebut mengalami kegagalan atau terdapat sumbatan pada vena profunda. e. Tes Trendelenburg Tes ini digunakan untuk menentukan derajat insufisiensi katup pada vena perforates. Mula-mula penderita berbaring dengan tungkai yang akan diperiksa ditinggikan selama beberapa menit untuk mengosongkan vena. Setelah itu dipasang ikatan yang terbuat dari bahan elastis di paha, tepat di bawah percabangan safenofemoral untuk membendung vena superfisial setinggi mungkin. Kemudian penderita berdiri dan pengisian vena diperhatikan. Bila vena lambat sekali terisi ke proksimal, berarti katup komunikans baik. Vena terisi darah dari peredaran darah kulit dan subkutis. Bila vena cepat terisi misalnya dalam waktu 30 detik, berarti terdapat insufisiensi katup perforates. 3. Pemeriksaan Penunjang (Weiss R, 2010) a. Ultrasonografi Doppler Pemeriksaan dengan Ultrasonografi doppler dapat menunjukkan dengan tepat lokasi katup yang abnormal. b. Duplex ultrasonography Merupakan modalitas pencitraan standar untuk diagnosis sindrom insuffisiensi vena dan untuk perencanaan pengobatan serta pemetaan sebelum Universitas Indonesia

130 8 operasi. Duplexultrasonography adalah kombinasi dari pencitraan model B dan Doppler. Pencitraan model B menggunakan tranduser gelombang ultra yang ditempelkan pada kulit sebagai sumber dan detektor. Pantulan gelombang suara yang terjadi dapat memberikan citra struktur anatomi, dan pergerakan struktur tersebut dapat dideteksi dalam bentuk bayangan. c. Plebography Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya sumbatan dan menunjukkan vena yang melebar, berkelok-kelok serta katup yang rusak. 2.5 Terapi Dewasa ini sudah berkembang alternatif terapi yang bertujuan untuk memperkecil vena yang melebar pada kondisi varises. Beberapa contoh zat berkhasiat yang digunakan untuk terapi varises adalah turunan saponin dari tanaman Centella asiatica, yaitu asiaticoside, asam asiatik dan asam madekasosid. Turunan saponin ini dilaporkan mampu mengatasi berbagai masalah kulit seperti bekas luka, keloid dan varises. Asiaticoside dapat meningkatkan pembentukan kolagen dan angiogenesis. Selain itu komponen ini dilaporkan mampu memperbaiki sirkulasi pembuluh darah yang merupakan penyebab utama dari kasus varises (Gohil et al., 2010). Alternatif zat berkhasiat lain yang sekarang banyak digunakan adalah turunan flavonoid, yaitu diosmin dan hisperidin. Beberapa studi menyatakan bahwa diosmin pada dosis tertentu mampu memperkecil pembuluh vena pada kondisi insufisiensi vena severe. Diosmin dapat menurunkan kadar molekul adhesi endotel plasma dan menurunkan aktivitas neutrofil sehingga melindungi kerusakan mikrosirkulasi (Batchvarov et al, 2010). Selain diosmin, hisperidin terbukti dalam sebuah studi dapat mengatasi bladder varicose dengan pendarahan. Kombinasi kedua turunan flavonoid ini juga sudah diteliti efektif mampu mengatasi varises esofagus pada pasien dengan kondisi hipertensi portal dengan sirosis alkoholik. Banyaknya studi tentang efektifitas kombinasi diosmin dan hisperidin membuat sediaan obat oral dengan kombinasi komponen ini juga banyak diproduksi untuk untuk mengatasi varises (Patrushev et al, 2010). Universitas Indonesia

131 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan data dan penulisan makalah dilakukan pada bulan Januari tahun 2014 di Apotek Kimia Farma 202 dan Metode Pengkajian Metode pengkajian yang digunakan untuk membuat makalah ini adalah studi pustaka, yaitu melalui buku-buku yang berkaitan dengan tema makalah dan melalui penelusuran situs atau jurnal yang dapat dipercaya dari media internet. 3.3 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis beberapa resep yang relevan dengan penyakit varises yang ada di Apotek Kimia Farma 202 dan Universitas Indonesia

132 BAB 4 KAJIAN RESEP DAN PEMBAHASAN 4.1 Resep no. 1 Contoh resep yang mengandung obat varises dapat dilihat pada gambar 4.5 Gambar 4.1 Resep no Skrining Administratif Kelengkapan administratif resep no. 1 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Kelengkapan administratif resep 1 Komponen Administratif Kelengkapan Nama dokter No. SIP - Alamat praktek Tanggal penulisan resep Nama pasien Alamat pasien - Keterangan pasien (umur, BB) - Nama obat Jumlah obat Aturan pakai Keterangan penggunaan khusus - Paraf dokter 10 Universitas Indonesia

133 Profil Obat Informasi tentang obat pada resep 1 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Profil obat resep 1 Nama Obat Komposisi Indikasi Dosis Disarankan Dosis Resep Madecassol (krim) Ekstr. Centella asiatica (asiaticoside 40%, asiatic acid 30%, madecassic acid 30 %) Ulkus varikosis pada tungkai, keloid, dekubitus, lesi mukosa 1-2 x /hari 3x /hari Gentasolon (krim) - Gentamisin sulfat 0,1 % - Flusinolon asetonid 0,025 % Dermatosis, dermatitis seboroik, kontak 2-3 x /hari 3x /hari Asam salisiat (serbuk) Asam salisilat 1% Keratoplastik, anti fungi 2-3 x /hari 3x /hari Pembahasan Resep diatas merupakan campuran yang mengandung krim Madecassol, Gentasolon dan serbuk asam salisilat. Satu diantara indikasi dari krim Madecassol adalah varises tungkai. Beberapa zat berkhasiat dalam ekstrak Centella asiatica yang terkandung dalam Madecassol krim, memiliki potensi dalam mengembalikan kondisi insufisiensi vena, selain itu komponen ini dapat memperbaiki sirkulasi pembuluh darah yang merupakan masalah utama dari kasus varises (Gohil et al., 2010). Aturan pakai krim Madecassol yang disarankan adalah tiga kali dalam sehari, namun di resep hanya tertulis dua kali sehari. Aturan pakai obat yang tidak tepat dapat menyebabkan tidak efektifnya pengobatan, sehingga selain memperhatikan kandungan dalam obat, aturan pakai obat tidak boleh diabaikan. Krim Gentasolon merupakan obat topikal yang mengandung antibiotik. Pemberian krim ini pada pasien dengan varises dimaksudkan untuk profilaksi infeksi pada luka yang mungkin terjadi akibat varises. Selain mengandung antibiotik, krim ini mengandung steroid yang berfungsi sebagai antiinflamasi yang terjadi akibat infeksi. Universitas Indonesia

134 12 Asam salisilat 1% berkhasiat sebagai keratoplastik yaitu memperbaiki struktur jaringan kulit yang terganggu akibat varises. 4.2 Resep no. 2 Contoh resep yang mengandung obat varises dapat dilihat pada gambar 4.6 Gambar 4.2 Resep no Skrining resep Kelengkapan administratif resep no. 2 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Kelengkapan administratif resep 2 Komponen Administratif Kelengkapan Nama dokter No. SIP - Alamat praktek Tanggal penulisan resep Nama pasien Alamat pasien - Keterangan pasien (umur, BB) - Nama obat Jumlah obat Aturan pakai Keterangan penggunaan khusus - Paraf dokter - Universitas Indonesia

135 Profil Obat Informasi tentang obat pada resep 2 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Profil obat resep 2 Nama Obat Komposisi Indikasi Dosis Rhodium (Tablet) - Diosmin 450 mg - Hesperidin 50 mg Memperbaiki sirkulasi vena Dosis Resep 1 tab 3x/hari 1tab 2 x /hari Oste (Tablet) - Glukosamin HCl 250 mg OA, BB < 55 kg 1 1 tab - Kondroitin sulfat 200 meningkatkan tab3 x/hari, 2x/hari mg pembentukan BB > 55 kg 2 - Vitamin C 25 mg kolagen tab 3 x/hari - Mangan 25 mg - Mg 5mg, Zn 2,5 mg Pembahasan Rhodium mengandung kombinasi hisperidin dan diosmin yang berdasarkan penelitian Patrushev et al. tahun 2010, turunan flavonoid ini mampu mengatasi varises pada pasien dengan komplikasi hipertensi portal dengan sirosis alkoholik. Berdasarkan pustaka, dosis yang dianjurkan untuk pemakaian Rhodium adalah tiga kali sehari satu tablet, namun yang tercantum di resep adalah dua kali sehari satu tablet. Hal ini perlu mendapat perhatian karena efektifitas pengobatan salah satunya dipengaruhi oleh ketepatan dosis dan aturan pakai. Selain mendapatkan Rhodium, pasien juga mendapatkan terapi Oste yang mengandung zat-zat yang penting untuk sistem pertulangan. Selain menderita varises, pasien diperkirakan juga menderita penyakit osteartritis. Kedua obat tersebut memiliki rute dan aturan pakai yang sama, yaitu per oral dua kali sehari. Pemakain kedua obat tersebut sebaiknya diberi selang waktu untuk menghindari terjadinya interaksi antara senyawa logam pada Oste dengan Diosmin dan Hesperidin yang merupakan senyawa turunan flavonoid sehingga tidak terbentuk kelat yang kemungkinan dapat mengganggu efektifitas terapi. Universitas Indonesia

136 Resep no. 3 Contoh resep yang mengandung obat varises dapat dilihat pada gambar 4.7 Gambar 4.3 Resep no Skrining Administratif Kelengkapan administratif resep no. 3 tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Kelengkapan administratif resep 3 Komponen Administratif Kelengkapan Nama dokter No. SIP - Alamat praktek Tanggal penulisan resep Nama pasien Alamat pasien - Keterangan pasien (umur, BB) - Nama obat Jumlah obat Aturan pakai Keterangan penggunaan khusus - Paraf dokter Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AYUN ERWINA ARIFIANTI, S.Farm. 1206312883

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL...

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK PROPOSAL STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK.. JL... A. PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

APOTEK AL RASYID Apoteker : SP : Jl. Bojong Sayang nomor 39 Kelurahan Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Telp.

APOTEK AL RASYID Apoteker : SP : Jl. Bojong Sayang nomor 39 Kelurahan Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Telp. No Lampiran Perihal : 1/RASYID/08/I : 1 (satu) berkas : Permohonan Izin Apotek Kepada Yth Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung di Tempat Dengan Hormat, Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER IMELDA PRIANA, S.Farm. 1206329713

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. Ir. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER TYAS PAWESTRISIWI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VETHREEANY SIMAMORA, S.Farm 1206330223 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ZETMI, S.Farm. 1206330261 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA 34A, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER GABRIELLA FREDERIKA PUNU, S.Farm. 1206329644 ANGKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 7 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BHATA BELLINDA,

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER

CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER CEK LIST PERMOHONAN PERGANTIAN APOTEKER Apotik :.. lama :.. No. Telp. :.. APA Lama :.. No. SIPA :.. APA Baru :.. No. STRA :.. No. Syarat Permohonan 1 Surat permohonan yang ditujukan kepada Kepala Dinas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 03 MARET 12 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 03 MARET 12 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. IR. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 03 MARET 12 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RANI WULANDARI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO.34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 8 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RITA ZAHARA,

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34A JAKARTA PUSAT PERIODE 2 OKTOBER 6 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER ALIFANA JASMINDRIYATI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Draft 07 Januari 2016 RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci