UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha Mahfudloh S.Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker Laukha Mahfudloh S.Far ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

3

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia, serta bantuan dan pertolongan yang telah diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.115 yang dimulai pada tanggal 13 Februari hingga 22 Maret dan menyelesaikan penyusunan laporan ini. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan ini merupakan bagian dari Program Pendidikan Profesi Apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan calon Apoteker mengenai dunia kerjanya. Dengan mengikuti kegiatan PKPA ini, Apoteker diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya saat memasuki dunia kerja. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ahmad Andi Rifai, S.Si., Apt selaku pembimbing dari Apotek Kimia Farma No. 115 yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKPA. 2. Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt Dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan PKPA dan penyusunan tugas akhir; 3. Seluruh staf pengajar tutorial PKPA di Apotek Kimia Farma. 4. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang atas segala keramahan, pengarahan, bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan kepada kami selama pelaksanaan PKPA. 5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap selaku Ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 6. Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 7. Seluruh staf pengajar program profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 8. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar. iv

5 9. Semua teman-teman Apoteker angkatan 74 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi mayarakat pada umumnya. Depok, Juni 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PENGESAHAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI.. vi DAFTAR GAMBAR.. viii DAFTAR TABEL.. ix DAFTAR LAMPIRAN.. x BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Apoteker Pengelola Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Pengelolaan Apotek Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia Pelanggaran Apotek Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Pelayanan Swamedikasi Obat Wajib Apotek Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek BAB 3.TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Visi dan Misi Kegiatan PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT. Kimia Farma Apotek Logo PT. Kimia Farma Apotek Stuktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek BAB 4. TINJAUAN KHUSUS Bisnis Manajer Wilayah Tangerang 4.2. Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang 4.3. Kegiatan Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang BAB 5. PEMBAHASAN vi

7 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA vii

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Penandaan Golongan Obat. 18 Gambar 2.2 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6). 19 Gambar 3.1 Logo PT. Kimia Farma Apotek.. 35 viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daftar Obat Wajib Apotek No Tabel 2.2 Daftar Perubahan Obat Wajib Apotek No Tabel 2.3 Tabel 2.4 Daftar Obat Wajib Apotek No 2.. Daftar Obat Wajib Apotek No vii ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang. 78 Lampiran 2 Denah Apotek Lampiran 3 Denah Praktek Dokter.. 80 Lampiran 4 Struktur Organisasi Bisnis Manager Apotek Wilayah Tangerang Lampiran 5 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang Lampiran 6 Alur Pelayanan Penerimaan Resep.. 83 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Bon Permintaan Barang Apotek.. Kartu Stok Surat Pesanan Narkotika.. Surat Pesanan Psikotropika viii x

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu wujud pembangunan nasional, maka pemerintah berupaya dalam meningkatkan pembangunan kesehatan misalnya dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang teroganisir dengan baik dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai. Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Tujuannya adalah agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga perlu dilakukan suatu upaya kesehatan. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan adalah apotek. Menurut PerMenKes RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian di Apotek tidak hanya meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan dan pencampuran, tetapi juga termasuk pengendalian mutu dan pengamanan sediaan farmasi, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Menurut undang-undang No. 23 tahun 1992, apotek merupakan salah satu sarana kesehatan dan sebagai mata rantai distribusi terakhir yang menyalurkan obat secara langsung pada masyarakat, sehingga diharapkan berperan aktif dalam penyediaan obat dengan harga terjangkau, mutu terjamin dan sebagai salah satu usaha terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 25 tahun 1980, apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker, maka seorang apoteker di apotek harus 1

12 2 memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai mengenai pelayanan kefarmasian, juga mengenai manajemen dan komunikasi sebagai dasar untuk mengelola apotek. Pada pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek, peranan apoteker di apotek menjadi perhatian utama karena apoteker merupakan penanggung jawab dalam praktik pelayanan kefarmasian di apotek. Tugas apoteker di apotek bukanlah sekedar meracik obat, tetapi juga memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi obat kepada pasien dalam bentuk konseling. Seorang apoteker di apotek juga diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional. Pelayanan farmasi saat ini telah bergeser orientasinya yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi (product oriented) menjadi pelayanan yang komprehensif (patient oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut, perlu dilakukan penerapan asuhan kefarmasian yang baik atau GPP (Good Pharmaceutical Practice) di apotek yang telah diatur dalam Permenkes 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Pasal 21 ayat 2 yang boleh melayani pemberian obat berdasarkan resep dokter adalah apoteker. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien adalah tuntutan sebagai seorang apoteker. Selain itu, Apoteker juga harus bertanggung jawab atas semua obat yang digunakan oleh pasien sehingga dapat memastikan semua terapi yang digunakan efektif, efisien, rasional, aman, bermutu dan terjangkau. Dalam mempersiapkan calon apoteker yang memiliki dedikasi tinggi yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan dapat mengelola Apotek dengan baik, selain penguasaan teori ilmu kefarmasian dan perapotekan, calon Apoteker juga perlu dibekali dengan pengalaman praktek kerja secara langsung di Apotek. Berdasarkan hal tersebut, Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek, menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan Apoteker di apotek, kegiatan rutin, organisasi,

13 3 manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek dengan rangkaian kegiatan yang meliputi : Kegiatan Pembekalan materi, dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan calon Apoteker tentang manajemen farmasi apotek sebelum mengikuti kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kegiatan Lapangan di Apotek Kimia Farma Pelayanan, dalam hal ini praktek atau pelatihan yang pelaksanaannya terdiri atas pengenalan kegiatan apotek pelayanan pada setiap fungsi apotek, mempelajari kegiatan manajerial unit bisnis di setiap wilayah masing masing, serta turut serta dalam proses pelayanan apotek, terutama dalam penerapan pelayanan kefarmasian terhadap pasien Pembuatan laporan PKPA Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh Departemen Farmasi FMIPA yang bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan: Memahami fungsi dan peranan Apoteker di apotek Memahami penerapan aspek manajemen pengelolaan apotek khususnya Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang.

14 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009). Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam: a. Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika. b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang psikotropika. c. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan. d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 tahun 1965 tentang apotek. e. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1990 tentang masa bakti apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.184/MenKes/Per /II/1995. f. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. 4

15 5 g. Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MenKes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan Fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional Persyaratan Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA) yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (melalui dinas kesehatan di tingkat daerah masing-masing) kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek disuatu tempat tertentu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993, persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

16 6 2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: Tempat/ Lokasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang higienis dan faktor-faktor lainnya juga harus diperhatikan Bangunan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 287/Menkes/Sk/V/1981 tentang persyaratan luas apotek minimal 50m². Selanjutnya pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 luas apotek tidak diatur lagi, namun harus memenuhi persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Bangunan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga

17 7 kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Bangunan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, alu dan lain-lain. b. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari es dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep dan kwitansi. e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.

18 Tenaga Kerja/ Personalia Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, personalia apotek terdiri dari : a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek. c. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek Perbekalan Farmasi/Komoditi Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, pasal 6 tentang persyaratan apotek, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

19 Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker, oleh karena itu Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Hal ini dikarenakan apoteker merupakan motor penggerak kemajuan suatu apotek. Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/ PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja/Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan daerah masing - masing. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek. Sebelum melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker harus memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) yaitu bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Registrasi ini merupakan pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktek profesinya.

20 10 Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktek profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi ini berlaku selama 5 tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi dan STRA secara langsung. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/Per/V/2011 adalah a. Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan permohonan kepada KFN b. Surat permohonan STRA harus melampirkan fotokopi ijazah Apoteker, fotokopi surat sumpah/janji Apoteker, fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku, surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek, surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, dan pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. c. Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi informatika atau secara online melalui website KFN. Setelah mendapatkan STRA, Apoteker yang akan melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan harus mendapatkan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). Untuk memperoleh SIPA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/Per/V/2011 permohonan SIPA harus melampirkan a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN);

21 11 b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar; Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan penjualan, mengadakan pembelian yang sah dan penggunaan biaya seefisien mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan dibidang pelayanan/teknis kefarmasian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan APA antara lain memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia, menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap. Menetapkan harga jual produknya mempromosikan dan mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan serta memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan juga harus dilakukan. Sedangkan wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya adalah menentukan arah terhadap seluruh kegiatan, menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan, mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan, serta bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.6 Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada

22 12 apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes). Selanjutnya Kepala Dinkes wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabutan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES /PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1. b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 (dua

23 13 belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. i. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan. j. Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7. Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Pengguna sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. c. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek dan persyaratan apotek atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan maka Kepala Kantor Wilayah DepKes dalam jangka waktu dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.

24 Pencabutan Surat Izin Apotek Apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau, b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian dan atau, c. Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus dan atau, d. Terjadi pelanggaran yang berhubungan dengan narkotika dan psikotropika. e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek tersebut dicabut dan atau f. Pemilik Sarana Apotek terbukti dalam pelanggaran Perundang-undangan di bidang obat dan g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apotek. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2-6 bulan sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan di apotek. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. Penyimpanan narkotika, psikotropika dan resep dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Selain itu APA juga wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah Depkes atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas Pengelolaan Apotek Seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek, disebut pengelolaan apotek. Kegiatan dalam pengelolaan

25 15 apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi Pelayanan Teknis Kefarmasian Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/ Per/X/1993, pengelolaan apotek meliputi : a. Peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi: 1) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat. 2) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. 3) Pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

26 Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. 2.9 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, Ditjen Yanfar dan Alkes Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di apotek meliputi: Pelayanan Resep Skrining Resep Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi, persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda

27 17 tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain) Penyiapan Obat Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan (kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya, penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya Promosi dan Edukasi Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.

28 Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatri dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat. Golongan Obat Logo Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat Keras Golongan Narkotika Gambar 2.1 Penandaan Golongan Obat Obat OTC Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC (Over The Counter). Obat OTC terdiri dari :

29 Obat Bebas Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter disebut obat bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Contoh obat bebas adalah parasetamol (Dumin ), vitamin c (Redoxon ), larutan elektrolit nutrisi oral (Bioralit ), dan pencahar laktulosa (Opilax ) Obat Bebas Terbatas Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Contoh obat bebas terbatas adalah ibuprofen (Proris ), bromheksin hidroklorida (Solvax ), dan klorfeniramin maleat (CeTeeM ). Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Contoh: Benadryl tablet mengandung difenhidramin 25 mg, maksimum sehari 250 mg (P No.1); Listerine (P No.2); Daktarin (P No.3); supositoria laxan (Dulcolax ) (P No.5), supositoria antihemoroid (P No.6). Gambar 2.2 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6)

30 Obat Ethical Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter disebut ethical seperti obat keras termasuk obat golongan psikotropika dan obat golongan narkotika Obat Keras Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi Obat Golongan Psikotropika Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni: a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya brolamfetamina, lisergida (LSD), meskalin dan psilosibin. b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat.

31 21 c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (UU No.5, 1997): a. Pemesanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga) rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika. b. Penyimpanan psikotropika Obat-obatan golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan Psikotropika Penyerahan obat-obatan golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien. d. Pelaporan psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat setiap satu tahun sekali, dengan tembusan Balai Besar POM DKI Jakarta dan arsip.

32 22 e. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 UU No. 5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang disebabkan karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian Obat Golongan Narkotika Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan obat narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).

33 23 Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Narkotika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya kodein. UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika, untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan. a. Pemesanan Narkotika Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiap lembar untuk Dinas Kesehatan kabupaten/kota, BPOM, PBF Kimia Farma dan arsip apotek), dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk memesan satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1987 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut (PERMENKES No. 28/Menkes/Per/I/1978, 1998): harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi

34 24 dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibuat pada tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter. d. Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas

35 25 dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus pengunaan morfin, petidin, dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan Balai Besar POM, PBF PT Kimia Farma dan berkas untuk disimpan sebagai arsip. e. Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Pemusnahan narkotika harus disaksikan oleh:petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi, petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip Pelanggaran Apotek Kategori pelanggaran apotek didasarkan atas berat dan ringannya pelanggaran tersebut.

36 26 Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek meliputi melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi, terlibat dalam penyaluran atau penyimpangan obat palsu atau gelap, pindah alamat apotek tanpa izin, menjual narkotika tanpa resep dokter, kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar, serta tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA keluar daerah Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam buka apotek, menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak, melayani resep yang tidak jelas dokternya, menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan, salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker, melayani salinan resep narkotika dari apotek lain, lemari narkotika tidak memenuhi syarat, resep narkotika tidak dipisahkan, buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa, tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administrative yang diberikan menurut keputusan Permenkes No.922/MENKES/ PER/X/1993 adalah : a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing masing dua bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta. c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap Undang undang Obat Keras (St.1937 No.541),

37 27 Undang undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, dan Undang undang Narkotika No.22 Tahun Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengalihan tanggung jawab apoteker : a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada apoteker pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. b. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia, dalam jangka dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada kepala wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya. c. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka pelaporan oleh ahli waris tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. d. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima Pelayanan Swamedikasi Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah swamedikasi. Tindakan pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan.

38 28 Walaupun pengobatan sendiri dilakukan oleh dan untuk diri sendiri, swamedikasi harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat tanpa resep yaitu golongan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek diwajibkan untuk : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat tiap pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

39 29 Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat Keputusan Menteri Kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit, dan obat topical. Daftar obat wajib apotek No. 1 disertai batasan jumlah obat dapat dilihat pada Tabel 2.1. Perubahan golongan OWA No.1 berdasarkan PerMenKes No.925 Tahun 1993 memuat beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya (Tabel 2.2). b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut antara lain terdiri dari albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dan dekspantenol. Daftar obat wajib apotek No. 2 disertai batasan jumlah obat dapat dilihat pada Tabel 2.3. c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistem saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik. Daftar obat wajib apotek No. 3 disertai batasan jumlah obat dapat dilihat pada Tabel Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping.

40 30 Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciriciri sebagai berikut: Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting.

41 BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk. 3.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Kimia Farma termasuk perintis di bidang industri farmasi di Indonesia. Menurut sejarah perkembangan industri farmasi di Indonesia, perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun Setelah nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana, Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing. Berdasarkan SK penguasa Perang Pusat No. Kpts/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No.58041/Kab/1958 dibentuk Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan Farmasi Belanda ). Berdasarkan Undang-undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi, yaitu PN Farmasi dan alat kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nurani Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung) dan PNF Sari Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Namun pada tahun 1967 sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, bahwa PNF Nurani Farma, PNF Bio Farma, PNF Radja Farma, PN Sari Husada, PN Bhineka Kina Farma dan PNF Nakula Farma dilebur menjadi PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. 31

42 32 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971 tanggal 16 Agustus 1971, ditetapkan pengalihan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi PT (Persero) Kimia Farma. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT Kimia Farma Trading dan Distribution. 3.2 Visi dan Misi Visi Visi dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi perusahaan farmasi utama di Indonesia dan berdaya saing di pasar global Misi a. Menyediakan, mengadakan dan menyalurkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan jasa kesehatan lainnya yang berkualitas dan bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. b. Mengembangkan bisnis farmasi dan jasa kesehatan lain untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip Good Cooperate Governance. c. Mengembangkan sumber daya manusia perusahaan untuk meningkatkan kompetensi dan komitmen guna pengembangan perusahaan serta dapat berperan aktif dalam pengembangan industri farmasi nasional

43 Kegiatan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Terdapat dua kegiatan utama, yaitu : Bidang Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., sampai saat ini didukung unit produksi farmasi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, yaitu : Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon-Jawa Timur dan Tanjung Moraw-Medan, serta divisi Riset dan Teknologi di Bandung. Produk-produk yang merupakan andalan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. antara lain : a. Produk ethical yang penjualannya melalui Apotek dan Rumah Sakit b. Produk Over The Counter (OTC) yang dijual secara bebas di toko obat, supermarket dan lain-lain c. Produk generik berlogo yang pada saat ini sedang digalakkan penggunaannya oleh pemerintah d. Produk bahan baku, misalnya minyak jarak, kalium klorida, sulfat ferosus, kalium iodat, kina dan derivatnya serta bahan baku antibiotik rifampisin e. Produk kontrasepsi keluarga berencana : alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) f. Produk obat tradisional, yaitu Batungin elixir, Enkasari cair, Fitolab g. Produk obat-obat narkotika dan psikotropika Bidang Distribusi Dalam menjalankan usahanya PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menyusun konsep pemasaran terpadu untuk meningkatkan penjualan, terutama produk Kimia Farma sendiri ditengah-tengah persaingan usaha (kompetitor) farmasi yang semakin tajam. Jaringan pemasaran ini menjangkau seluruh pelosok tanah air yang diarahkan untuk mendekatkan, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan masyarakat sehingga dapat memperoleh kemudahan memenuhi kebutuhan dan keinginan.

44 34 PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan : PT Kimia Farma Trading and Distribution Mempunyai 34 unit Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia PT Kimia Farma Apotek Pada tahun 2008 PT Kimia Farma Apotek mempunyai sekitar 340 apotek yang terkoordinasi dalam 34 Bisnis Manager, sehingga sangat memungkinkan terwujudnya penyebaran dan pemerataan obat-obatan baik untuk sektor swasta maupun pemerintah. Upaya peningkatan pelayanan di apotek dilakukan dengan cara : a. Menciptakan suasana aman dan nyaman b. Personil yang terampil dan ramah tamah c. Harga yang bersaing d. Kecepatan pelayanan dan kelengkapan resep PT Kimia Farma Apotek dalam melakukan kegiatannya selain melayani resep dokter juga melengkapinya dengan : a. Swalayan farmasi atau Hand Verkoop (HV) yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari b. Tempat praktek dokter dan laboratorium klinik adalah upaya mendekatkan pelayanan kepada pasien c. Pelayanan kacamata (optik) yang didukung peralatan modern untuk pembuatan kacamata Secara umum, Kimia Farma juga memenuhi kebutuhan obat-obatan dan persediaan farmasi lainnya dalam rangka menunjang program pemerintah, seperti program obat Inpres dan program peningkatan gizi masyarakat. 3.4 PT. Kimia Farma Apotek Dahulu PT. Kimia Farma Apotek terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan

45 35 efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine. Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Pada saat ini, unit Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan, merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi pembelian/pemesanan barang, administrasi piutang dagang, administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya. 3.5 Logo PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yaitu matahari dengan jenis huruf italic. Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Apotek

46 Pengertian Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada Sifat huruf Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme

47 Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam Konsep Apotek Jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 7 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa Apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat. 3.6 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi Direktur Operasional serta Direktur Pengembangan yang masingmasing membawahi fungsi departemen. Direktur Operasional membawahi Manager Operasional, Manager Layanan dan Logistik, serta Manager Bisnis, sedangkan Direktur Pengembangan membawahi Manager Pengembangan Pasar. Selain itu, terdapat juga Manager SDM dan Umum, Manager Keuangan dan Akuntasi serta Manager Informasi dan Teknologi yang langsung berada di bawah Direktur Utama. Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh

48 38 sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Saat ini terdapat 34 Bisnis Unit di seluruh Indonesia, dibagi dalam tiga strata berdasarkan besar kecilnya omzet, yaitu: a. Strata A, meliputi Jaya I, Jaya II, rumah sakit Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Denpasar. b. Strata B meliputi Balik Papan, Samarinda, Banjarmasin, Bogor, Tanggerang, Manado, dan lain-lain. c. Strata C, meliputi Kendari, Lampung, Jaya Pura, dan lain-lain. Untuk unit bisnis DKI Jakarta terdapat lima bisnis manajer yaitu : a. BM Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman. c. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. d. BM Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Manager Bisnis secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan. Selain itu, Manager Bisnis juga membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masingmasing.

49 BAB 4 TINJAUAN KHUSUS 4.1. Bisnis Manajer Wilayah Tangerang Bisnis Manajer wilayah Tangerang membawahi 10 apotek pelayanan di wilayah Tangerang termasuk Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi atau ketatausahaan dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan dan supervisor administrasi dan keuangan. Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yang ada dalam Bisnis manager adalah sebagai berikut Bisnis Manajer Memimpin bisnis apotek di daerahnya yang menjadi tanggung jawabnya untuk mencapai kinerja (hasil usaha) secara efektif dan efisien, sesuai dengan sasaran dan kebijakan yang digariskan Direksi PT Kimia Farma Apotek Mengkoordinir, merencanakan, membina, serta mengendalikan pengelolaan apotek pelayanan dalam groupnya, untuk mencapai kinerja masing-masing apotek, secara efektif dan efisien Melaksanakan pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha Bagian Pengadaan/ Pembelian Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggung jawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. 39

50 Tugas dan fungsi bagian pembelian a. Mendata kebutuhan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang dibuat oleh masing-masing apotek pelayanan dan mengelompokkan berdasarkan distributornya. b. Merencanakan dan membuat Surat Pesanan barang ke distributor yang bersangkutan sesuai dengan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan. c. Memilih distributor yang telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan, serta memperhatikan mutu barang, pelayanan tepat waktu, harga bersaing dan pembayaran lunak. d. Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan distributor. e. Memeriksa kembali harga dan diskon yang telah disepakati dengan distributor. f. Mengkonfirmasikan kembali ke distributor apabila barang yang dipesan belum datang Tanggung jawab bagian pembelian a. Menentukan keputusan pembelian terhadap permintaan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan, dengan memperhatikan anggaran, harga barang dan jenis barang yang diminta (fast moving/slow moving). b. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli. c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang Bagian Keuangan Petugas kasir besar pada bagian keuangan bertanggung jawab kepada Bisnis Manager Tugas kasir besar a. Menyiapkan uang kecil untuk diserahkan ke kasir kecil. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan.

51 41 d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/ perintah unit BM seperti uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank Tanggung jawab kasir besar a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga) c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan Bagian Administrasi/ Ketatausahaan Fungsi bagian administrasi/ ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum Administrasi hutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: a. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor sebagai hutang dagang. b. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo pembayaran. c. Mencocokkan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh tempo.

52 42 d. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti pengeluaran kas. e. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar. f. Membuat laporan hutang dagang g. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang Administrasi piutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi: a. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan, copy resep dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masing-masing debitur. b. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur. c. Membuat kwitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5 rangkap yaitu 1 untuk bagian administrsi Inkaso, 1 lembar untuk bagian administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur). d. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di komputer. e. Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang. f. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan Administrasi Pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor a. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai). b. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 21. c. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 22. d. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal Administrasi Inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi: a. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit.

53 43 b. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kwitansi dari debitur. c. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba. d. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar. e. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagi bukti pelunasan piutang. f. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya Administrasi Kas Bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap Administrasi Umum a. Umum Bertugas menyiapkan bahan-bahan rapat, melakukan kegiatan surat menyurat, serta bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan b. SDM/Kepegawaian: Bertugas membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial Pensiun), Iuran Jamsostek, mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat bagi pegawai, serta untuk IT (teknologi informasi) bertanggung jawab atas kelancaran sistem yang digunakan di Bisnis Manajer wilayah Bogor baik software maupun hardware.

54 Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.115 terletak di Jalan Pamulang Permai Raya Blok D2 No.1A Pamulang, Tangerang Selatan. Lokasi apotek cukup strategis karena berada di pinggir jalan dua arah yang ramai dan terletak dalam lingkungan pertokoan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, pasar swalayan, rumah bersalin, laboratorium klinik, universitas dan mudah terjangkau oleh masyarakat. Apotek Kimia Farma No.115 ini juga mempunyai tempat praktek dokter spesialis anak, dokter gigi dan dokter umum. Lokasi apotek Kimia Farma No.115 Pamulang dapat dilihat pad lampiran Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No.115 Tangerang mempunyai penataan ruangan yang diatur sedemikian rupa untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dan karyawan apotek. Apotek Kimia Farma mempunyai bangunan yang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk kegiatan operasional apotek, sedangkan lantai 2 digunakan untuk praktek dokter. Tata ruang apotek dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3. Adapun pembagian ruangan yang terdapat di apotek antara lain: a. Ruang Tunggu Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) dan televisi sehingga memberikan perasaan nyaman bagi pasien yang menunggu. b. Tempat Penyerahan Resep dan Pengambilan Obat. Tempat ini berupa counter yang membatasi ruang dalam apotek dengan pasien atau pelanggan yang tingginya sebatas dada. c. Swalayan Farmasi Swalayan farmasi berada di depan tempat penyerahan obat dan pengambilan obat. Berada di sebelah kiri dan tengah dari pintu masuk apotek serta mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Penjualan obat bebas menggunakan konsep swalayan dimana barang-barang yang dijual di swalayan farmasi antara lain obat-obat bebas, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, dan lainlain.

55 45 d. Tempat peracikan Ruangan ini merupakan tempat dilakukannya peracikan obat-obat yang berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang, bahan baku, dan alat-alat untuk meracik. Pada bagian dalam terdapat meja segi empat yang posisinya terbuka dari depan. Meja ini digunakan untuk membaca resep, mengambilkan obat, menuliskan etiket, menulis kwitansi, dan pemeriksaan obat beserta etiket oleh Asisten Apoteker yang bertugas. Di bagian dalam juga terdapat meja peracikan dan rak-rak obat resep (obat ethical), rak obat askes, dan lemari narkotika dan psikotropika yang berada di atas dan terkunci. Meja peracikan digunakan untuk penggerusan dan pencampuran obat-obat pulvis, kapsul racikan, salep, krim dan sirup. Di sini terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam proses penggerusan antara lain lumpang dan alu, gelas ukur, alat pulverasi, mesin press bungkus pulvis, dan lain-lain. Di dinding sebelah atas meja ini terdapat rak berisi bahan-bahan yang sering digunakan dalam peracikan obat. Di ruangan ini terdapat juga sebuah lemari es untuk menyimpan sediaansediaan yang membutuhkan suhu penyimpanan antara 2 8 C, antara lain suposioria, tablet vaginal, ovula, dan sebagainya. Rak-rak obat disusun secara alfabetis dan dipisahkan sesuai dengan bentuk sediaan. Di ruangan ini juga terdapat rak khusus obat generik. e. Ruang bagian administrasi Ruangan ini dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) serta menginput barang-barang yang dikirim oleh distributor. f. Ruang praktek dokter Terdapat ruang praktek dokter yang berada di lantai dua. Ruang praktek dokter terdiri dari ruang praktek dokter spesialis gigi, anak, serta dokter umum. Selain ruangan-ruangan tersebut, Apotek Kimia Farma No.115 juga dilengkapi oleh fasilitas umum seperti kamar mandi, mushola serta tempat parkir kendaraan bermotor.

56 Struktur Organisasi Struktur organisasi pada semua Apotek Kimia Farma pada prinsipnya adalah sama yaitu berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Pusat. Namun, masing-masing apotek dapat menyesuaikan dengan kondisi dan sarana yang tersedia. Pemberian tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang jelas, serta struktur organisasi yang baik diperlukan agar kegiatan apotek dapat berjalan dengan lancar sehingga memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban. Struktur organisasi apotek Kimia farma No.115 Pamulang dapat dilihat pada lampiran 5. Apotek Kimia Farma No.115 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang bertanggungjawab langsung kepada Bisnis Manager Tangerang. Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma No.115 berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 orang APA, 3 orang asisten apoteker, 2 orang kasir ( non asisten apoteker) dan 2 orang juru resep. Dalam melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi dua shift yaitu shift pagi (pukul WIB), shift siang (pukul WIB). Adapun tugas dan tanggungjawab dari ketenagaan yang ada di Apotek Kimia Farma No. 115 adalah sebagai berikut: Apoteker Pengelola Apotek (APA) APA mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi profesi kefarmasian di apotek dengan memberikan bimbingan bagi seluruh sumber daya sesuai dengan profesinya, untuk memastikan bahwa Apoteker Pengelola Apotek dapat bekerja mengelola apotek sesuai dengan profesinya sebagai Apoteker. b. Mengelola dan mengawasi kegiatan operasional layanan farmasi di apotek yang menjadi tanggungjawab dalam hal pelayanan, untuk memastikan pencapaian kinerja apotek dalam hal pelayanan (tidak ada kesalahan obat dan keluhan pelanggan). c. Memberikan pengarahan dan mengidentifikasi potensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan operasional Apotek Pelayanan di bawah tanggungjawabnya, untuk memastikan seluruh karyawan dapat bekerja secara

57 47 optimal sesuai dengan potensi dan tugasnya masing-masing sehingga target apotek pelayanan tercapai. d. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan pemberian Layanan Swamedik sesuai dengan profesinya, untuk mempertahankan citra baik perusahaan dan loyalitas pelanggan. e. Memberikan pelatihan kepada seluruh SDM sesuai dengan kebutuhan di apotek, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik. f. Melakukan validasi penjualan dan stok opname untuk memastikan sistem informasi berjalan dengan baik Asisten Apoteker Bertugas: a. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan di apotek untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan standar dan prosedur. b. Mengelola pembagian tugas dan menyusun jadwal tugas karyawan serta mengatur cuti karyawan untuk memastikan pengalokasian karyawan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan c. Mengkoordinasikan pembagian tanggung jawab lemari obat serta melakukan verifikasi permintaan barang dari penanggungjawab lemari obat untuk memastikan tingkat persediaan barang yang optimal d. Melakukan kegiatan rekapitulasi penggunaan narkotika dan psikotropik dari tiap loket sebelum dilaporkan ke Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dan Suku Dinas Kesehatan, untuk memastikan tingkat penggunaan yang sesuai dengan kebutuhan, standar, dan prosedur yang berlaku. e. Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan data penerimaan barang serta stok opname, yaitu mencocokkan barang yang ada dengan catatan pada kartu dan komputer, untuk memastikan kesesuaian data barang dalam sistem dan barang secara aktual. f. Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan resep kredit untuk mendukung kelancaran proses penagihan lebih lanjut.

58 48 g. Melakukan pembatalan transaksi obat dari pelanggan, untuk memastikan pemberian layanan yang sesuai dan memenuhi standar dan prosedur yang berlaku. h. Mengelola persiapan Bon Penerimaan Barang Apotek (BPBA) dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu dan ketentuan serta prosedur yang berlaku. i. Memberikan pelayanan kepada pasien, mulai dari penerimaan resep sebelum diberikan kepada kasir, perhitungan harga resep apabila diperlukan, pengambilan obat dari bagian persiapan, dan penyerahan obat kepada pasien disertai pencatatan informasi penting, untuk memastikan pelayanan terintegrasi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. j. Melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep bila ditemukan kejanggalan pada resep dan melakukan koreksi dengan persetujuan dokter penulis resep, untuk mencegah terjadinya kesalahan dengan penulisan resep k. Melakukan proses peracikan (menakar, menggerus, dan mengemas obat) untuk memastikan bahwa jumlah obat dan dosis obat yang telah tertulis di dalam resep tepat. l. Memberikan pelayanan untuk penjualan obat bebas, untuk memastikan proses penjualan bebas dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. m. Mengecek barang yang datang, untuk mengetahui kesesuaian barang yang datang sesuai dengan barang yang dipesan melalui BPBA. n. Memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan dibeli ke bagian pembelian, untuk mendukung proses pemesanan dan pembelian barang Kasir (Non Asisten Apoteker) Bertugas: a. Memeriksa kesiapan mesin point of sale, roll struk, tinta, uang receh dan mesin kartu kredit setiap mulai kerja regu, untuk memastikan bahwa peralatan yang akan digunakan dalam kondisi siap pakai. b. Melakukan komunikasi awal dengan pasien untuk memberikan informasi mengenai resep dokter (nama dan jenis obat, jumlah, dan harga) dan

59 49 ketersediaan obat, untuk menjamin pemberian layanan yang maksimal kepada pelanggan. c. Menginformasikan harga resep yang telah disetujui dengan memasukkan data tersebut ke komputer dan menginformasikan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh pasien. d. Mencetak dan memberikan struk harga sebagai tanda bukti pembayaran dan pengambilan obat serta menginformasikan waktu penyiapan obat, untuk menjamin ketepatan proses pembayaran, pengambilan, dan penyiapan obat. e. Menerima pembayaran dari pasien serta menghitung dan memeriksa keaslian uang yang diterima dengan alat detektor, untuk menjamin ketepatan penerimaan pembayaran. f. Memberikan resep yang sudah dibayar pasien ke Pelaksana Layanan Farmasi, untuk dilakukan proses selanjutnya. g. Menerima pengembalian obat dari pasien yang batal menggunakan obat (karena meninggal, pulang dari Rumah Sakit, dan lainnya) berdasarkan keterangan dari dokter dan telah disetujui Supervisor Layanan Farmasi, dalam rangka memberikan keringanan biaya obat kepada keluarga pasien sebagai bagian pelayanan dari Apotek Kimia Farma h. Menyusun laporan penjualan setiap akan ganti regu sebelum disetorkan ke pemegang kas untuk memastikan administrasi. i. Menyediakan uang kembalian dalam jumlah yang cukup atau diperlukan untuk memastikan kelancaran penjualan apotek. j. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dalam hal pemberian informasi dan saran mengenai obat dan letak obat di swalayan, untuk mendukung pemberian layanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. k. Melaksanakan kegiatan penataan dan pengelompokan barang/obat sesuai dengan jenis dan tata letak yang telah ditentukan, untuk memudahkan pelanggan dalam mencari barang yang dibutuhkannya. l. Melakukan pengecekan persediaan barang yang ada di swalayan dan pembukuan persediaan barang yang ada berdasarkan abjad barang ke komputer dan buku stok opname, untuk mengetahui tingkat ketersediaan barang/obat

60 50 m. Mengajukan permohonan pemesanan barang yang kosong, untuk mendukung ketersediaan barang/obat di swalayan. n. Melakukan rekapitulasi penjualan yang terjadi dalam sehari (per regu), untuk mendukung penyediaan informasi mengenai kinerja penjualan pada hari yang bersangkutan Pembantu Pelaksana Layanan Farmasi (Juru Resep) Bertugas: a. Mempersiapkan keperluan fisik apotek (sarana dan prasarana), melakukan kegiatan kebersihan setiap hari, untuk memastikan kesiapan operasional apotek. b. Melaksanakan pengambilan resep di setiap instansi terkait/pelanggan yang ditujukan kepada apotek berdasarkan instruksi dari Supervisor/Pelaksana Layanan Farmasi dan pendistribusian obat-obatan dari apotek kepada instansi terkait/pelanggan, untuk memastikan pemenuhan kebutuhan obat-obatan dari instansi terkait/pelanggan. c. Membantu Pelaksana Layanan Farmasi dalam melakukan peracikan dan penyiapan obat-obatan untuk memastikan realisasi terhadap resep yang diterima apotek dan pemenuhan kebutuhan obat-obatan racikan sendiri di apotek. d. Melaksanakan pengambilan obat-obatan yang dibutuhkan apotek di gudang unit bisnis apotek atau apotek lain untuk memastikan pemenuhan kebutuhan obat-obatan di apotek. e. Mengantarkan dokumen-dokumen dan kelengkapannya ke kantor Unit Bisnis Apotek atas instruksi Supervisor/Pelaksana Layanan Farmasi, untuk memastikan kelengkapan informasi dan data di apotek Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang Kegiatan di apotek terbagi dalam dua bidang yaitu kegiatan di bidang teknis farmasi dan non teknis farmasi.

61 Kegiatan Teknis Kefarmasian Apotek melaksanakan kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan pembekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropik Pengadaan/Pembelian Barang a. Pola Pengadaan 1 Pola pengadaan barang ini disebut Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) besar. Contoh Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dapat dilihat pada lampiran 7. Petugas menyusun jenis dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan buku defecta kemudian dibuat dalam bentuk Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Setelah BPBA diterima oleh BM Tangerang, apabila barang yang diminta tidak tersedia maka BM Tangerang akan membuat Surat Pesanan (SP) yang dikirim ke PBF yang akan mengirim barang yang di pesan ke masingmasing apotek sesuai Surat Pesanan. BPBA besar dilakukan dua kali dalam satu bulan, yaitu pada minggu pertama dan minggu ketiga. Terdapat juga BPBA Cito, yaitu pengadaan barang untuk kebutuhan mendesak atau untuk pasien yang tidak ada obatnya. BPBA Cito ini dilakukan dua kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis untuk. BPBA Cito ini dibatasi untuk maksimal 20 item. Pemesanan barang ke distributor dilakukan oleh bagian pembelian BM dengan memperhatikan terlebih dahulu mengenai harga yang ditawarkan, besarnya potongan, sistem pembayaran yang ringan dengan jangka waktu yang lama serta pelayanan yang baik, cepat, dan tepat waktu. Prosedur pembelian barang dilakukan sebagai berikut: 1) Petugas pembelian barang mengumpulkan data barang yang harus dibeli BM berdasarkan informasi dari buku defekta dari gudang dan BPBA 1) Petugas pembelian akan melakukan perundingan terlebih dahulu mengenai harga, besarnya potongan, cara dan jangka waktu pembayaran 2) Bagian pembelian membuat Surat Pesanan (SP, contoh dapat dilihat pada lampiran 3) yang telah ditandatangani oleh BM dan dibuat tiga rangkap. Lembar pertama (putih) diserahkan ke distributor sebagai tanda bukti pemesanan barang. Lembar kedua (merah) diserahkan pada petugas untuk mencocokkan bila barang pesanan datang, setelah selesai disimpan sebagai

62 52 arsip seksi pembelian untuk mengontrol barang yang dipesan. Lembar ketiga diserahkan kepada apotek BM bagian tata usaha untuk dibukukan ke hutang dagang. 3) Bagian pesanan yang datang harus disertai dengan faktur atau dari distributor yang bersangkutan. 4) Penerima barang bertanggungjawab mencocokkan barang yang diterima dengan faktur dan salinan surat pesanan memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan jumlah dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik, dan tanggal kadaluarsa 5) Bila barang memenuhi syarat penerimaan barang menandatangani, memberi tanggal penerimaan, nomor urut penerimaan barang pada kolom yang tersedia dan stempel apotek pada faktu asli dan fotokopi faktur (salinan faktur) 6) Apotek pelayanan memasukkan data pembelian ke komputer sesuai dengan salinan faktur dari PBF (dua rangkap). Rangkap pertama faktur disimpan sebagai arsip dan rangkap kedua diserahkan ke BM untuk keperluan administrasi hutang dagang. Faktur asli dikembalikan pada distributor 7) Bila barang dibayar tunai, setelah faktur asli diserahkan ke distributor maka distributor langsung menagih ke kasir 8) Petugas pembelian mencocokkan faktur mengenai kesesuaian harga yang telah disepakati dengan barang yang dipesan, bila sesuai maka dicatat dalam buku pembelian 9) Barang yang telah diterima kemudian dicatat oleh petugas penerima barang dalam kartu stok barang b. Pola Pengadaan 2 Pola ini dilakukan jika pola pengadaan 1 (pembelian ke BM Tangerang) tidak terdapat barang sesuai yang dipesan, maka pengadaan dilakukan dengan meminta ke Apotek Kimia Farma lainnya dalam bentuk BPBA dan akan dibuat dokumen dropping oleh Kimia Farma yang kita lakukan permintaan. c. Produk Konsinyasi Produk yang tidak dibeli oleh apotek, melainkan dititipkan oleh produsen. Barang konsinyasi ini biasanya berupa produk yang baru beredar di pasaran atau produk yang baru berada dalam listing.

63 53 Catatan: Untuk penerimaan narkotika dan psikotropika, ketika distributor/pbf mengirimkan barang, maka apotek yang bersangkutan harus menyerahkan SP narkotika dan atau psikotropika asli kepada distributor/ PBF tersebut Penyimpanan Barang a. Penyimpanan barang di ruang racikan. Penyimpanan obat disusun secara alfabetis dan bentuk sediaan obat (padat, semisolid, cairan, dan obat tetes mata) dan tempat khusus lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu rendah seperti supositoria dan injeksi. Selain itu penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, narkotika, psikotropika, dan obat inhealth (ASKES). Obat generik disimpan pada bagian depan ruang peracikan. Obat golongan narkotika dan psikotropik disimpan di lemari tertutup, terpisah dan selalu dalam keadaan terkunci. Sedangkan obat asuransi kesehatan (askes) berada terpisah dengan obat lain agar memudahkan dalam mempersiapkan obat dan terpisah dengan obat non inhealth (ASKES). Sediaan oral dalam bentuk larutan diletakkan pada rak tersendiri. Obat tetes, sediaan semisolid dan sediaan injeksi juga diletakkan di tempat yang terpisah. Obat-obat fast moving disimpan tersendiri agar memudahkan dan mempercepat penyiapan obat. Untuk produk-produk dengan kondisi penyimpanan pada suhu rendah disimpan pada lemari es. Obat-obat dalam bentuk bahan baku diletakkan di rak tersendiri dekat alat timbang. Setiap pengeluaran dan pemasukan barang dicatat dalam kartu stok. Kartu stok tersebut diletakkan di dalam kotak masing-masing barang. Produk-produk seperti alat kesehatan, vitamin, obat bebas, obat bebas terbatas, produk bayi, kosmetik, dan produk rumah tangga disusun pada rak etalase agar mudah dilihat dan tampak menarik oleh konsumen. Sedangkan dokumen disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu tiga tahun. Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan baik untuk kepentingan pasien maupun pemeriksaan. Resep asuransi kesehatan dipisahkan dari resep lainnya. Begitu juga dengan resep yang mengandung obat narkotika dan psikotropik. Setiap tiga tahun resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuat berita acara pemusnahan resep.

64 54 b. Pengelolaan narkotika Untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan narkotika perlu pengelolaan yang diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang meliputi pemesanan, penerimaan, penyimpanan dan pelayanan resep narkotika. Untuk pemesanan narkotika APA membuat pemesanan melalui SP narkotika (model N.9 rangkap 4). Satu rangkap SP narkotika hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma tertentu selaku distributor tunggal, yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Berdasarkan surat pemesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. SP yang berwarna putih, kuning, dan biru (SP asli dan dua lembar salinan SP) diserahkan ke PBF yang bersangkutan, dan satu lembar sebagai arsip apotek. Penerimaan narkotika yang berasal dari PBF wajib dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau dengan sepengetahuan APA. Faktur tersebut kan ditandatangani oleh APA setelah dilakukan sesuai dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang disimpan dalam lemari khusus yang tidak terkunci dengan baik dan lemari khusus yang digunakan terbuat dari bahan dasar kayu. Lemari khusus tersebut mempunyai kunci yang dipegang oleh asisten apoteker yang telah diberi kuasa. Lemari khusus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak digunakan untuk menyimpan sediaan lain selain narkotika. Untuk pelayanan resep narkotika, apotek Kimia Farma No.115 Pamulang hanya menyerahkan obat golongan narkotika berdasarkan resep asli narkotika dari dokter atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek dilarang menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama atau salinan resep. Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang dibuat setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi

65 55 narkotika. Laporan narkotika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, penggunaan, jumlah pengeluaran, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan Nomor SIK, serta stempel apotek. Laporan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya ke dinas kesehatan kabupaten/ kota dengan tembusan dinas kesehatan provinsi, balai besar POM, PBF PT Kimia Farma dan arsip. c. Pengelolaan psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan resep, dan pelaporan psikotropika. Pemesanan psikotropika dilakukan oleh apotek Kimia Farma No.115 Pamulang melalui BPBA yang dikirim ke BM. Pemesanan obat psikotropik dilakukan dengan menggunakan SP Psikotropik yang ditandatangani oleh BM. Satu SP boleh digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropik. SP dibuat dua rangkap yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek. Untuk penyimpanan psikotropika, obat golongan psikotropika juga disimpan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain seperti penyimpanan narkotika. Tata cara pelaporan menggunakan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika, namun pelaporannya dilakukan setiap tiga bulan sekali. d. Stok Opname Kegiatan stok opname dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah barang yang tersedia sama dengan jumlah barang yang tercatat. Stok opname ini dilakukan oleh Asisten Apoteker dibantu oleh petugas apotek yang lain, dimana seluruh kegiatannya di bawah tanggung jawab APA. Tujuan dari stok opname ini adalah untuk menghitung jumlah fisik barang yang ada di stok untuk dicocokkan dengan data transaksi pada komputer. Hal ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kebocoran atau kehilangan barang dagangan atau obat-obatan. Selain itu stok opname juga bertujuan untuk mendata barang-barang yang kadaluarsa atau mendekati waktu kadaluarsa dan Mendeteksi barang-barang slow moving dan fast moving serta mencari upaya yang sebaiknya dilakukan. Untuk barang-barang

66 56 yang kadaluarsa dipisahkan dengan barang lain kemudian dibuat laporannya tersendiri. Stok opname dilakukan setiap 3 bulan sekali pada akhir bulan. Tujuan dari stok opname adalah melakukan perbekalan farmasi yang ada di apotek kemudian meneliti kembali hasil stok opname, dibuat data untuk dilaporkan ke MAP. Data stok opname dibuat dan dilaporkan ke MAP. Pelaporan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada MAP mengenai kondisi dan nilai barang stok opname tersebut. Kemudian MAP sebagai pimpinan apotek akan melakukan validasi data. Data yang telah divalidasi selanjutnya dikirimkan ke BM Tangerang dengan cara transfer melalui komputer. e. Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang meliputi pelayanan dengan resep dokter baik tunai maupun kredit, penjualan obat wajib apotek, dan penjualan obat bebas. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang buka mulai dari jam pagi sampai dengan 2 shift yaitu shift pertama mulai pukul WIB, shift kedua mulai pukul WIB. Pelayanan kefarmasian dapat berupa penjualan dengan resep dokter, Penjualan Bebas HV (Hand Verkoop), serta Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA). Penjualan melalui resep dokter dapat dibagi menjadi dua yaitu resep tunai dan resep kredit. Resep tunai merupakan permintaan obat tertulis dari dokter untuk pasien yang dibayar secara tunai oleh pasien yang bersangkutan. Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut: a. Penerimaan resep tunai oleh asisten apoteker di bagian penerimaan resep kemudian melihat ada atau tidaknya obat dalam persediaan serta memeriksa kelengkapan resep dan menginformasikan kepada pasien kemudian memberi harga. b. Kasir memasukkan data pasien lama meliputi nama, alamat, dan nomor resep tersebut pada kasir kecil. Kemudian pasien diberi nomor urut tunggu untuk mengambil obat (sesuai dengan nomor urut resep). Selanjutnya resep tersebut diserahkan kepada asisten apoteker di ruangan peracikan.

67 57 c. Asisten apoteker mengerjakan resep tersebut dibantu oleh juru resep. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket serta dikemas dalam kantong plastik, obat juga diperiksa kebenaran obat, jumlah dan etiket oleh asisten apoteker. d. Apabila pasien memerlukan kuitansi, maka kuitansi dibuat oleh asisten apoteker dan ditulis salinan resep di belakang kuitansi. Salinan resep dibuat bila resep tersebut perlu diulang (iter), ditebus sebagian atau persediaan obat yang ada masih belum diberikan sebagian karena kekurangan stok barang. e. Setelah diperiksa kebenaran resep tersebut, obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep disertai dengan informasi tentang cara pemakaian dan informasi lain yang diperlukan. f. Setiap petugas yang melakukan tahapan pengerjaan resep memberi paraf pada lembaran kontrol pengerjaan resep. g. Lembaran resep asli disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun menurut nomor urutan dan tanggal resep. Resep kredit merupakan permintaan obat yang ditulis oleh dokter instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi atau perusahaan yang bersangkutan dan telah mempunyai perjanjian dengan apotek dimana pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang telah disetujui sesuai dengan kesepakatan bersama. Untuk pengambilan obat yang tidak masuk ke dalam DPHO (Daftar Plafon dan Harga Obat) maka pasien harus membeli obat tersebut. Apabila dalam resep tersebut terdapat racikan maka resep tersebut diserahkan kepada petugas bagian peracikan. Setelah obat telah disediakan maka diberi etiket, jika perlu diberikan salinan resep untuk si pasien. Setelah semua selesai dan sesuai maka obat diserahkan kepada pasien Pada dasarnya prosedur pelayanan resep kredit dan tunai tidak berbeda, kecuali pada pemberian harga dan pembayarannya. Pasien tidak membayar secara langsung tapi cukup menunjukkan kartu identitas kepegawaian kepada petugas apotek dan memenuhi administrasinya. Penjualan resep tunai maupun kredit harus dicatat pada laporan harian apotek oleh petugas tata usaha apotek. Untuk resep-resep kredit yang telah dihargai kemudian diberikan kepada petugas tata usaha untuk dijumlahkan

68 58 berdasarkan masing-masing instansi bersangkutan agar selanjutnya dapat dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati. Penjualan Bebas HV (Hand Verkoop), apotek Kimia Farma No.115 Pamulang melayani penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, dan alat kesehatan (kecuali alat suntik), dan kebutuhan rumah tangga. Prosedur penjualan bebas adalah petugas akan memperlihatkan barang yang dikehendaki konsumen dan menginformasikan harga barang yang sudah terdaftar dalam komputer. Konsumen kemudian membayar barang yang dikehendaki dan dibayar langsung di kasir. Struk bukti pembayaran kemudian dicetak dua rangkap dimana satu rangkap diberikan kepada konsumen sebagai bukti harga dan pembayaran dan sisanya disimpan oleh petugas apotek sebagai arsip. Pelayanan kefarmasian di apotek Kimia Farma no. 115 Pamulang yang lain adalah Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA). Penjualan obat wajib apotek merupakan penjualan atau penyerahan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker Pengelola Apotek. Daftar OWA yang sudah dikeluarkan terdiri dari tiga daftar. Apoteker harus mengisi formulir pengobatan diri sendiri yang biasa disebut Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) berdasarkan keterangan dari pasien serta ditandatangani oleh Apoteker dan pasien. Pada saat penyerahan disertai dengan informasi mengenai cara pakai, aturan pakai dan efek samping obat. f. Peracikan Setiap resep yang masuk ke bagian peracikan dikerjakan sesuai dengan nomor urut kecuali resep yang diberi tanda cito maka resep tersebut dikerjakan terlebih dahulu. Untuk obat-obat paten dapat diambil langsung pada rak obat, sedangkan obat racikan disiapkan pada satu wadah untuk selanjutnya diracik sesuai dengan resep. Setiap pengambilan obat harus dicatat pada kartu stok barang yang tersedia pada masing-masing tempat penyimpanan obat. Bagian peracikan juga menyediakan obat racikan standar (anmaak), yaitu obat-obat yang dibuat sendiri oleh apotek sesuai dengan resep standar dari buku resmi maupun obat atau bahan obat yang dikemas ulang dalam takaran yang lebih

69 59 kecil. Pembuatan anmaak dilakukan oleh juru resep yang diawasi oleh asisten apoteker. Alur pelayanan penerimaan resep dapat dilihat pada lampiran Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Apotek melakukan kegiatan teknis non kefarmasian yang meliputi kegiatan administrasi apotek yang dilakukan oleh bagian tata usaha dan kasir besar dengan tujuan untuk menunjang kelancaran tugas teknis kefarmasian dan berfungsi sebagai alat kontrol. Kegiatan administrasi dilakukan oleh seksi tata usaha yang bertugas mencatat serta membukukan seluruh kegiatan administrasi di apotek. Seksi tata usaha juga harus memberikan data keuangan secara terperinci. Data ini diperlukan untuk pengambilan keputusan baik yang bersifat mendadak maupun menyusun rencana jangka panjang. Pelaksanaan kegiatan adminsitrasi di apotek dapat diuraikan sebagai berikut: Administrasi pembelian Kegiatan administrasi pembelian berhubungan dengan administrasi hutang dagang. Salinan faktur yang barangnya telah diterima dan telah sesuai dengan jenis barang, jumlah, harga dan diskon serta telah dibuat data pembeliannya dapat diarsipkan. Setelah diterima faktur aslinya yang disertai dengan faktur pajak dan SP dicocokkan dengan salinan faktur tersebut dan disimpan dalam map tunggu sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Selanjutnya diserahkan kepada pimpinan untuk diminta persetujuan pembayaran. Setelah disetujui kemudian dibuatkan voucher pengeluaran bank atau kas untuk keperluan pembayaran dan diserahkan kepada kasir besar. Hutang dagang yang telah dibayarkan kemudian dibukukan. Laporan hutang dagang dibuat setiap satu bulan. Petugas pembelian memesan dan membeli semua perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh apotek secara cermat dan sesuai dengan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sehingga kebutuhan perbekalan farmasi di apotek dapat dipenuhi Administrasi Penjualan Kegiatan administrasi penjualan berhubungan dengan administrasi kas dan piutang dagang. Penjualan tunai dapat dicatat dalam buku kas dan LIPH, resep,

70 60 bon penjualan bebas, kuitansi sebagai dokumen yang sah. Penjualan kredit (resep kredit) dapat dibukukan dalam buku piutang dagang dengan faktur sebagai dokumennya, kemudian dibuat rekapitulasi jumlah kredit dan kuitansi penagihan per debitur. Berkas penagihan (resep, faktur, kuitansi) ditandatangani oleh pimpinan apotek kemudian diserahkan kepada bagian administrasi inkaso untuk keperluan penagihan. Piutang yang telah dibayar dapat dibukukan berdasarkan nota inkaso. Laporan piutang dagang dibuat setiap satu bulan. Kegiatan transaksi penjualan baik tunai maupun kredit di apotek pelayanan dikirim dalam bentuk laporan secara periodik ke apotek bisnis manajer. Penjualan secara kredit menyebabkan terjadinya piutang dagang, dimana jangka waktu pembayaran tergantung pada perjanjian dengan instansi yang terkait. Setiap petugas administrasi mendapatkan laporan penjualan kredit dari seksi peracikan dengan melampirkan resep kredit. Kemudian berdasarkan data-data dibuat laporan penjualan Akuntansi Keuangan Pembuatan laporan akuntansi keuangan dilakukan oleh bagian administrasi/tata usaha. Bahan baku pengelolaan akuntansi adalah dokumen yang sah pada setiap kegiatan di apotek. Masing-masing bagian melaporkan ke bagian administrasi dengan menyerahkan dokumen-dokumen yang sah. Masing-masing administrasi melaporkan ke koordinator teknis administrasi/tata usaha untuk dibuatkan laporan akuntansi keuangan. Laporan akuntansi keuangan antara lain berupa laporan laba rugi, neraca, aliran kas dan rasio keuangan. Proses pembuatan laporan akuntansi keuangan adalah dengan mengumpulkan seluruh dokumen transaksi uang dan barang yang sah di apotek, mencatat seluruh data transaksi ke buku jurnal, kemudian memindahkan dari buku jurnal ke buku besar dan pencocokan catatan di buku besar terhadap informasi terakhir. Selanjutnya menyusun laporan akuntansi keuangan berdasarkan data yang ada di buku besar, menutup buku besar dan membuat laporannya, mengirimkan laporan ke direksi, dan yang terakhir adalah mengarsipkan semua laporan yang ada. Kegiatan keuangan di Kimia Farma No.115 Pamulang ditangani oleh seorang kasir yang betanggung jawab langsung setiap hari, termasuk penerimaan

71 61 dan pengeluaran uang. Laporan keuangan di Apotek Kimia Farma 115 adalah Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya, baik melalui resep maupun non resep, yang selanjutnya dilaporkan ke unit Business Manager Tangerang.

72 BAB 5 PEMBAHASAN Apotek Kimia Farma No.115 berada dibawah koordinasi Bisnis Manager (BM) wilayah Tangerang yang ditempatkan pada Kimia Farma 78 Tangerang. BM berfungsi untuk membuat perencanaan, mengadakan dan menyimpan barang untuk outlet-outlet yang berada dibawahnya, sehingga outlet yang berada dibawah koordinasi BM tersebut hanya fokus melaksanakan fungsi pelayanan. Hal ini akan mempermudah pekerjaan outlet karena tidak perlu mengurusi stok dan administrasi, dan selain itu pengambilan yang terpusat ini akan memberikan keuntungan lebih dari potongan harga yang diperoleh dari pemasok karena pengambilan dalam jumlah besar. Sistem pendistribusian barang dari BM ke outlet dilakukan dengan cara mengirimkan barang ke outlet secara langsung (dropping) berdasarkan data stok kosong. BM memperoleh data dari sistem komputer yang telah terintegrasi dengan BM yang disebut dengan sistem distribusi terpusat (Distribution Centre) ataupun berdasarkan permintaan langsung menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) untuk barang yang dibutuhkan segera. Sistem Distribution Centre (DC) ini juga memberikan keuntungan bilamana terjadi kekosongan barang, yaitu dapat dicarikan terlebih dahulu di apotek Kimia Farma lain dibawah koordinasi BM yang sama. Tujuannya adalah agar penolakan resep pasien akan dapat diminimalkan, namun pengendalian yang kurang baik pada sistem ini juga dapat menimbulkan permasalahan pada koordinasi stok yang berakibat sering terjadi kekosongan stok di BM. Kekurangan lain dari sistem ini adalah kekosongan stok yang tejadi di outlet tidak bisa terbaca bila stok di BM juga kosong, sehingga dapat terjadi kekosongan stok dalam periode waktu yang lama karena harus menunggu pengadaan di BM terlebih dahulu. Apotek Kimia Farma No.115 ini berlokasi di Jalan Pamulang Permai Raya Blok D2 No.1A Pamulang, Tangerang Selatan. Lokasinya cukup strategis karena terletak di tepi jalan raya dan mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dan berada pada pertokoan dan pemukiman penduduk sehingga cukup dikenal masyarakat sekitar. Selain itu letaknya dekat 62

73 63 dengan laboratorium klinik dan Rumah Sakit Bersalin. Salah satu kelebihan tersendiri bagi apotek dan sebagai faktor penunjang keberhasilan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang adalah mempunyai tempat praktek dokter spesialis anak, dokter gigi dan dokter umum. Praktek dokternya dibuka setiap hari sehingga dengan demikian jumlah resep yang masuk akan meningkat karena pasien akan langsung menebuskan resepnya setelah selesai berobat dari dokter. Apotek Kimia Farma 115 Pamulang memiliki satu orang apoteker yang sekaligus merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang bertanggungjawab langsung kepada Bisnis Manager Tangerang. Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma No.115 berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 orang APA, 3 orang asisten apoteker, 2 orang kasir ( non asisten apoteker) dan 2 orang juru resep. Dalam melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi dua shift yaitu shift pagi (pukul WIB), shift siang (pukul WIB). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dimana dalam menjalankan praktek kefarmasian apoteker dapat dibantu apoteker pendamping dan/ atau tenaga teknis kefarmasian. Akan tetapi untuk menunjang Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk pasien serta swamedikasi perlu ditambah Apoteker Pendamping untuk menggantikan tugas Apoteker Pengelola Apotek (APA) selama tidak ada ditempat. Tata ruang, Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang dinilai sudah cukup baik untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan karena sudah sesuai dengan KepMenKes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002. Hal ini dapat terlihat dari adanya penataan ruang yang terpisah antara ruang tunggu pasien, penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan yang dilengkapi dengan bak cuci, ruang administrasi, swalayan farmasi, mushola, praktek dokter dan toilet. Ruangan yang ada di Apotek dilengkapi dengan pendingin udara dan penerangan yang baik sehingga memberikan kenyamanan baik bagi petugas Apotek maupun pasien. Desain bangunan depan yang dibuat transparan dengan kaca yang besar menambah kenyamanan pasien karena bagian dalam apotek terlihat dari luar. Apotek di cat dengan warna putih sehingga menimbulkan kesan bersih dari

74 64 apotek. Ruang apotek dibuat tertutup dengan pendingin udara sehingga ruang dalam apotek lebih sejuk dan terdapat televisi yang menghadap ke kursi tunggu. Di bagian dalam juga terdapat kamar mandi untuk para pekerja dan dilantai 2 tempat praktek dokter terdapat kamar mandi dan mushola yang juga dapat digunakan bagi pelanggan apotek. Sebagai sebuah bisnis pelayanan, maka pelanggan merupakan salah satu faktor penting yang harus dijaga oleh apotek, karena itu kenyamanan pelanggan juga harus diperhatikan. Dalam meningkatkan pelayanannya, desain apotek kimia farma dibagi menjadi dua bagian yaitu obat over trade counter (OTC) dan swalayan di bagian depan dan obat resep dibagian dalam. Pada bagian obat OTC dan swalayan pasien dapat memilih dan mengambil sendiri obat yang diperlukan, hal ini akan mempermudah pekerja apotek dan meningkatkan kenyamanan pasien karena pasien dapat dengan leluasa melihat dan menentukan obatnya sendiri. Obat OTC disusun berdasarkan kelompok-kelompok obat agar pasien lebih mudah dalam pencariannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan, kegunaan dan urutan alfabetis. Selain itu juga tersedia ruang tunggu yang cukup nyaman bagi pasien yang hendak berobat ke dokter atau menunggu penyiapan resep di apotek, hal ini akan meningkatkan nilai kenyamanan pasien dalam menebus obat di apotek Kimia Farma No.115. Obat resep dibagian dalam dikelompokkan berdasarkan obat generik, paten, golongan psikotropika dan golongan narkotik dan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan (obat suntik, sediaan cair, obat tetes oral, mata, hidung, telinga, dan inhaler), serta obat-obat yang stabilitasnya dipengaruhi suhu dan udara (supositoria, ovula, insulin dan sebagainya). Semua kelompok obat tersebut disusun secara alfabetis untuk mempermudah pencarian obat sehingga meningkatkan kecepatan pelayanan. Penyimpanan narkotik dan psikotropik berada di dalam lemari khusus dan tertutup tetapi tidak terkunci dengan baik. Untuk memudahkan dalam pengontrolan obat, masingmasing obat memiliki kartu stok pada kotak penyimpanannnya. Setiap ada obat yang masuk (berasal dari pembelian maupun dari apotek lain) dan keluar (karena penjualan maupun droping ke apotek lain) harus dicatat di kartu stok masing-masing dan di-entry ke komputer. Hal ini penting dilakukan untuk

75 65 mempermudah dalam pengontrolan stok obat dan kesesuaian antara jumlah fisik obat dengan jumlah obat pada kartu stok. Dalam hal ini petugas terkadang mengalami kendala yaitu pada jam-jam sibuk, setelah mengambil obat, petugas tidak mencatat pada kartu stok sehingga jumlah barang yang ada seringkali tidak sesuai dengan kartu stok. Hal ini dapat menghambat dan memperlama kegiatan stock opname yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Stock opname juga berfungsi untuk mengecek barang secara fisik apakah sesuai dengan jumlah yang ada di komputer atau tidak. Pada saat pengerjaan resep, sebaiknya dibuat semacam kartu HKRS (harga, kemas, racik, dan serahkan) yang harus diisi oleh masing-masing petugas yang melakukan pengambilan obat maupun yang melakukan peracikan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat dan memudahkan penelusuran kembali bila sewaktu-waktu terjadi kekeliruan atau masalah yang berkaitan dengan obat dalam resep atau adanya komplain dari pasien. Untuk Apotek Kimia Farma No. 115 sendiri penggunaan kartu HKRS belum dijalankan. Setiap pasien yang membeli atau menebus obat di apotek selain obat bebas tanpa membawa resep, maka petugas apotek akan mencatat nama dan alamat pasien di komputer sehingga bisa ditelusuri riwayat pengobatan pasien. Data tersebut sekaligus menjadi medical record pasien yang terkomputerisasi serta bisa digunakan untuk kepentingan tertentu bagi APA seperti konseling, diskusi dengan dokter, penelitian dan lain-lain. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk pasien serta swamedikasi diberikan oleh apoteker. Apotek Kimia Farma No. 115 belum mempunyai tempat khusus untuk melakukan konseling antara apoteker dengan pasien. Hal ini menyebabkan Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) ini belum terlaksana dengan baik. Selain itu karena Apoteker Apotek Kimia Farma No 115 tidak selalu ada ditempat dan tidak ada Apoteker Pendamping, sehingga perlu penambahan tenaga keja sebagai Apoteker Pendamping.

76 66 Dalam melayani resep kredit, Apotek KF 115 Pamulang bekerjasama dengan beberapa instansi yang terkait. Sistem pelayanan resep dapat dilakukan di seluruh Apotek Kimia Farma atau hanya di Apotek-apotek Kimia Farma tertentu saja, tergantung dari kesepakatan antara instansi dengan Kimia Farma. Selain melayani resep kredit instansi, Apotek Kimia Farma atau juga melayani resep Inhealth (ASKES). Resep Inhealth (ASKES) memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain obat telah distandarisasi sehingga menghemat modal kerja Apotek, kemungkinan obat tidak laku kecil dan dapat membeli obat dalam jumlah besar untuk memperoleh discount. Kerugiannya yaitu pembayaran dilakukan secara kredit sehingga perlu menambah modal kerja. Banyaknya pelayanan resep kredit sebenarnya menunjukkan bahwa suatu Apotek cukup bagus dalam pengembangan usaha tetapi bila resep kredit yang diterima oleh Apotek semakin banyak, maka semakin besar pula modal Apotek yang tertahan dalam bentuk piutang. Berdasarkan pengamatan secara visual selama PPKPA, Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang jarang melakukan penolakan resep karena sebagian besar pelanggan Apotek Kimia Farma No. 115 adalah pelanggan dari inhealth, PLN, Telkom dan lain-lain yang bekerjasama dengan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang dalam pengobatan karyawannnya sehingga tidak tersedianya obat di Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang sangat jarang terjadi. Apabila ada obat dalam resep yang tidak tersedia, ada upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dengan menawarkan obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada dengan komposisi yang sama. Selain itu juga dilakukan pencatatan terhadap resep yang ditolak guna mempersiapkan persediaan obat agar mengurangi penolakan resep di masa mendatang. Jika ada obat yang persediaannya habis, maka dilakukan pengecekkan stok obat di gudang dan jika obat tersedia maka obat dapat langsung diberikan kepada pasien. Tetapi jika tidak ada maka pasien ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke rumah pasien tanpa harus menunggu, selain itu obat yang kurang pun akan dijanjikan untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian. Dalam setiap pergantian shift, petugas apotek yang bertanggung jawab harus melaporkan seluruh hasil penjualan apotek dalam bentuk bukti setoran

77 67 kasir apotek untuk selanjutnya divalidasi. Validasi dilakukan terhadap semua transaksi, baik tunai maupun kredit. Validasi adalah proses pengecekan data transaksi dari hasil entry, lalu bukti setoran kas untuk transaksi tunai dicocokkan dengan kas yang ada.

78 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Jakarta Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek (Pasal 1 dan 2). (1980). Jakarta. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. (2000). Profil Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., Jakarta. 70

79 TABEL

80 Tabel 2.1 Obat Wajib Apotek No.1 NO. KELAS TERAPI NAMA OBAT INDIKASI 1 Oral Kontrasepsi Tunggal Linastrenol Kombinasi Etinodiol diasetat-mestranol Norgestrel-etinil estradiol Linestrenoiletinil estradiol Etinodiol diasetatetinil estradiol Levonorgestrel- etinil estradiol Norethindronemestranol Desogestreletinil estradiol Kontrasepsi Kontrasepsi JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER- PASIEN 1 siklus 1 siklus CATATAN Untuk siklus pertama harus dengan resep dokter Akseptor dianjurkan control ke dokter tiap 6 bulan Akseptor dianjurkan control ke dokter tiap 6 bulan Untuk akseptor lingkaran biru wajib menunjukkan kartu 71

81 Tabel 2.1 Lanjutan 1 Obat Wajib Apotek No.1 NO. KELAS TERAPI N A 2 Obat Saluran Cerna A. Antasid + Sedativ / Spasmodik - Al.oksida, Mg.trisilikat + Papaverin HCI, Klordiazep-oksida - Mg.trisilikat, Al.oksida + Papaverin HCI + Klordiasepoksida + diazepam + sodium bicarbonate - Mg.trisilikat, Al.hidroksida + Papaverin HCI, diazepam - Mg-Al.silikat + beladona + kloediasepoksid + diazepam INDIKASI JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER- CATATAN - Al.oksida, Mg.oksida + hiosiamin HBr, atropine SO4, hiosin HBr - Mg.trisilikat, Al.hidroksida + Papaverin HCI - Mg.trisilikat + Al.hidroksida + Papaverin HCI, klordiasepoksida + 72

82 Tabel 2.1 Lanjutan 2 Obat Wajib Apotek No.1 NO. KELAS TERAPI NAMA OBAT INDIKASI B. Anti Spasmodik Papaverin/Hiosin butilbromide/atropin SO4/ekstrak beladon Kejang saluran cerna C. Spasmodik - Analgesik - Metamizole, Penpivennium Kejang saluran cerna bromide yang disertai nyeri - Hyoscine N-butilbromide, hebat dipyrone - Methampyrone, beladona, papaverin HCI - Methampyrone hyoscine butilbromide,diazepam - Pramiverin, metamizole - Tiemonium methyl sulphate, sodium noramidoprometha ne sulphonate - Pafinium bromide, sulpyon JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER-PASIEN Maksimal 20 tablet Maksimal 20 tablet CATATAN D. Anti Mual - Metoklopramid HCI E. Laksan Mual, muntah Konstipasi Maksimal 20 tablet Maksimal 3 supp 73

83 Tabel 2.1 Lanjutan 3 Obat Wajib Apotek No.1 NO KELAS TERAPI NAMA OBAT INDIKASI Obat Mulut dan Tenggorokan A. Hexetidine Sariawan, radang tenggorokan JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER- Maksimal 1 botol CATATAN B. Triamicinolone acetonide Sariawan berat Maksimal 1 tube Obat Saluran napas A. Obat Asma 1. Aminoilin Supp 2. Ketotien Asma Asma Maksimal 3 supp Maksimal 10 tablet Sirup 1 botol Maksimal 20 tablet Sirup 1 botol Inhaler 1 tabung Maksimal 20 tablet Sirup 1 botol Inhaler 1 tabung Pemberian obat-obat asma hanya atas 74

84 Tabel 2.2 Daftar Perubahan Obat Wajib Apotek No 1 NAMA GENERIK OBAT GOLONGAN SEMULA GOLONGAN BARU PEMBATASAN Aminophylline Benzoxonium Obat keras dalam substansi/obat Wajib Apotik (suppositoria) Obat keras Obat bebas Terbatas Obat bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan (Kadar < 0.05%). Obat bebas Terbatas Benzocain Obat keras Anestetik mulut dan tenggorokan Bromhexin Cetrimide Obat keras/ Obat Wajib Apotik Obat keras Obat bebas Terbatas Obat bebas Terbatas Obat bebas Terbatas Chlorhexidin Obat keras Sebagai obat luar untuk antiseptik kulit (kadar < 0.12%) Choline Theophyllinate Obat keras Obat bebas Terbatas Dexbrompheniramine maleat Obat keras Obat bebas Terbatas Diphenhyramine Docusate Sodium Hexetidine Ibuprofen Lidocain Mebendazol Oxymetalozine Theophylline Obat keras Terbatas dengan Batasan Obat keras Obat keras/obat Wajib Apotik Obat Keras Obat Keras Obat Keras/Obat Wajib Apotik Obat Keras Obat Keras dalam substansi Obat bebas Terbatas Obat bebas Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas Obat Bebas Terbatas Sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan (Kadar < 0.1%). Tablet 200 mg, kemasan tidak lebih dari 10 tablet Anestetik mulut dan tenggorokan Semua materi untuk promosi harus mengemukakan resiko bahaya obat. Obat semprot hidung (Kadar<0.05%) Tolnaftate Triprolidine Obat Keras/Obat Wajib Apotik Obat Keras Obat Bebas Obat Bebas Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal (Kadar < 1%) 75

85 76 Tabel 2.3 Daftar Obat Wajib Apotek No 2 No. NAMA GENERIK OBAT JUMLAH MAKSIMAL TIAP JENIS OBAT PER PASIEN 1. Albendazol Tab 200 mg, 6 Tab Tab 400 mg, 3 Tab 2. Bacitracin 1 tube Benolirate Bismuth subcitrate Carbinoxamin Clindamicin Dexametason Dexpanthenol Diclofenac Diponium Fenoterol Flumetason Hydrocortison butyrat Ibuprofen Isoconazol Ketokonazole Levamizole Methylprednisolon Niclosamide Noretisteron Omeprazole Oxiconazole Pipazetate Piratiasin Kloroteofilin Pirenzepine Piroxicam Polymixin B Sulfate Prednisolon Scopolamin Silver Sulfadiazin Sucralfate Sulfasalazine Tioconazole Urea 10 tablet 10 tablet 10 tablet 1 tube 1 tube 1 tube 1 tube 10 tablet 1 tabung 1 tube 1 tube Tab 400 mg, 10 tab Tab 400 mg, 10 tab 1 tube Kadar < 2%: Krim 1 tube Scalp sol. 1 botol Tab 50 mg, 3 tab 1 tube Tab 500 mg, 4 tab 1 siklus 7 tablet Kadar < 2%, 1 tube Sirup 1 botol 10 tablet 20 tablet 1 tube 1 tube 1 tube 10 tablet 1 tube 20 tablet 20 tablet 1 tube 1 tube PEMBATASAN Sebagai obat luar untuk infeksi pada kulit Sebagai obat luar untuk obat acne. Sebagai obat luar untuk obat acne. Sebagai obat luar untuk obat acne. Sebagai obat luar untuk obat acne. Inhalasi Sebagai obat luar untuk inflamasi. Sebagai obat luar untuk inflamasi. Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi bakteri pada kulit Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk hiperkeratosis.

86 77 Tabel 2.4 Daftar Obat Wajib Apotek No 3

87 LAMPIRAN

88 78 Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang

89 79 Lampiran 2. Denah apotek

90 80 Lampiran 3. Denah Praktek Dokter

91 81 Lampiran 4.Struktur Organisasi Bisnis Manager Apotek Wilayah Tangerang Manager Bisnis Apotek Pengadaan Kasir Besar Administrasi dan Keuangan Manager Apotek Pelayanan Ka Pelayanan Farmasi Manager Apotek Pelayanan Manager Apotek Pelayanan Layanan Farmasi Swalayan Farmasi Layanan Farmasi

92 82 Lampiran 5. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang MAP Asisten Apoteker Kasir Juru Resep

93 83 Lampiran 6. Alur Pelayanan Penerimaan Resep Penerimaan Resep Resep Kredit Resep Tunai Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga Pemberian harga Pemberian nomor urut Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep Bagian Peracikan Obat Jadi Obat Racikan Pemberian etiket Pemeriksaan kesesuaian obat Penyerahkan obat Obat diterima oleh pasien Resep disimpan petugas

94 84 Lampiran 7. Bon Permintaan Barang Apotek PT. Kimia Farma Apotek APOTEK KF 115 BON PERMINTAAN BARANG APOTEK Ke Apotek : BM. WILAYAH PAMULANG NOMOR BPBA : TANGGAL: No. Nama Obat Ktgr Stock Avg. Jumlah Kemasan Jml Hrg Jml Askes Jual Beri Satuan Permintaan Pembuat Penerima Pimpinan

95 85 Lampiran 8. Kartu Stok

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 278 RUKO VERSAILLES FB NO.15 SEKTOR 1.6 BSD SERPONG PERIODE 3 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO. 50 JAKARTA BARAT PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YUDHO PRABOWO,

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JL. MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANNISA RAHMA HENDARSULA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 15 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEDDY RIFANDI

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI-16 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AISYAH, S.Far. 1206329316 ANGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDDIN NO.1 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN BREBES TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: ASRI MUHTAR WIJIYANTI K 100 040 150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 19 AGUSTUS 30 AGUSTUS 2013 DAN 30 SEPTEMBER 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA NO. 7, BOGOR PERIODE 2 APRIL 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANITA AYU DWI AJIE SAPUTRI, S.Farm. 1106046673

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 JL. Ir. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ARMELIA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 1191/MENKES/SK/IX/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 49 JL. PAHLAWAN REVOLUSI NO. 53 PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL-11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN 1206313412 ANGKATAN

Lebih terperinci